SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Download to read offline
Mekanika Lagrangian (Fowles) Supardi
Mekanika Lagrangian
Melalui mekanika Lagrangian ini persamaan gerak Newton untuk sistem sederhana akan
diberikan dengan lebih siphisticated.
Koordinat Umum
Posisi partikel di dalam ruang dapat ditentukan melalui 3 koordinat. Koordinat tersebut
dapat berupa kartesan, bola atau silinder. Jika benda bergerak dalam bidang, maka derajat
kebebasannya ada 2, jika benda bergerak dalam ruang 3D, maka derajat kebebasannya ada 3.
Untuk kasus N partikel, maka kita membutuhkan 3N koordinat untuk menentukan posisi dari
seluruh partikel tersebut. Jika terdapat kendala dalam sistem, maka jumlah koordinatnya < 3N.
Misalnya untuk benda tegar, maka yang dibutuhkan adalah posisi pusat massa dan orientasi
bendanya. Jadi hanya 6 koordinat saja.
Misalnya koordinat diberi simbol q1 ,q2,⋯,qn sebagai koordinat umum. Koordinat
qk bisa berupa jarak atau sudut. Jika untuk menentukan sebuah sistem, sebuah koordinat dapat
bebas maka sistem tersbut disebut sistem holonomik dan sebaliknya disebut nonholonomik.
Jika sistem berupa partikel, maka koordinat kasrtesan dapat dinyatakan dalam koordinat
umum
x=x(q) → → 1 derajat kebebasan
x=x(q1, q2)
y=y(q1, q2)
→ 2 derajat kebebasan
x=x(q1, q2, q3)
y=y(q1, q2, q3)
z=z(q1, q2, q3)
→ 3 derajat kebebasan
Jika q berubah dari nilai awal (q1, q2,⋯) ke nilai tetangga (q1+δq1, q2+δq2,⋯) maka
perubahan tersebut kaitannya dengan koordinat kartesan
δ x=
∂ x
∂ q1
dq1+
∂ x
∂ q2
dq2+⋯
δ y=
∂ y
∂q1
dq1+
∂ y
∂ q2
dq2+⋯
(1)
1
Mekanika Lagrangian (Fowles) Supardi
Contoh 1. Untuk gerak partikel di dalam bidang, misal dipilih koordinat polar maka q1=r dan
q2=θ sehingga
x=x(r ,θ)=r cosθ , y=y(r ,θ)=r sin θ (2)
δ x=
∂ x
∂r
δr+
∂ x
∂ θ
δθ=cosθδr−r sin θδθ
δ y=
∂ y
∂ r
δ r+
∂ y
∂ θ
δθ=sinθδr+r cosθδθ
(3)
jika sistem terdiri atas banyak partikel dengan n derajat kebebasan, koordinat umumnya
dinyatakan oleh q1, q2, ⋯,qn sehingga perubahan konfigurasi dari q1, q2, ⋯,qn ke
q1+δq1, q2+δq2,⋯,qn+δqn menyebabkan perubahan dalam koordinat kartesan
δ xi=∑
k
n
∂ xi
∂ qk
δ qk
δ yi=∑
k
n
∂ yi
∂ qk
δqk
δ zi=∑
k
n
∂ zi
∂ qk
δqk
(4)
Gaya Umum
Jika benda bergeser sejauh δr karena adanya pengaruh gaya F maka kerja yang
dilakukan oleh gaya tersebut adalah
δw=F⋅δ r=F x δ x+F y δ y+Fz δ z atau
δw=∑
i
Fi δ xi (5)
Ungkapan tersebut tidak hanya untuk 1 partikel saja, tetapi juga untuk banyak partikel. Untuk 1
partikel i: 1 → 3, untuk N partikel i: 1 → 3N. Jika δ xi kemudian dinyatakan dalam koordinat
umum, maka
δw=∑
i
(Fi∑
k
∂ xi
∂ qk
δqk
)
δw=∑
i
(∑
k
Fi
∂ xi
∂ qk
δqk
)
δw=∑
k
(∑
i
Fi
∂ xi
∂ qk
)δqk
δw=∑
k
Qk δqk
(6)
2
Mekanika Lagrangian (Fowles) Supardi
dimana
Qk =∑
i
Fi
∂ xi
∂ qk
→ Gaya umum (7)
Gaya Umum untuk sistem konsevatif
Partikel yang berada dalam medan konservatif, gayanya dinyatakan oleh
Fi=−
∂ V
∂ xi
(8)
sehingga gaya umum dalam medan konservatif dinyatakan oleh
Qk =∑
i
−
∂ V
∂ xi
∂ xi
∂ qk
Qk =−
∂V
∂qk
(9)
Misal untuk koordinat polar dimana q1=r dan q2=θ maka gaya umumnya adalah
Qr=−
∂ V
∂ r
; Qθ=−
∂ V
∂ θ
(10)
Persamaan Lagrange
Untuk memperoleh persamaan differensial tentang gerak, maka kita mulai dengan
ungkapan
Fi=m ¨xi (11)
Energi kinetik yang dimiliki oleh N partikel adalah
T=∑
i
N
1
2
m( ˙xi+ ˙yi+ ˙zi)
=∑
i
3N
1
2
m ˙xi
(12)
dimana xi merupakan fungsi koordinat umum xi≡xi(q1, q2, q3,⋯,qn ,t ) , sehingga
˙xi=∑
k
∂ xi
∂ qk
˙qk +
∂ xi
∂ t
(13)
ingat bahwa i=1,⋯,3 N → menyatakan jumlah partikel
k=1,⋯,n → menyatakan jumlah derajat kebebasan
Apabila xi bukan fungsi t, maka diperoleh ungkapan
3
Mekanika Lagrangian (Fowles) Supardi
∂ ˙xi
∂ ˙qk
=
∂ xi
∂ qk
(14)
Jika kedua ruas dikalikan dengan ˙xi kemudian diturunkan terhadap t, maka diperoleh
d
dt (˙xi
∂ ˙xi
∂ ˙qk
)=
d
dt (˙xi
∂ xi
∂ qk
)
= ¨xi
∂ xi
∂ qk
+ ˙xi
∂ ˙xi
∂ qk
d
dt (∂(
˙xi
2
2
)
∂ ˙qk
)= ¨xi
∂ xi
∂ qk
+
∂(
˙xi
2
)
∂qk
(15)
dengan mengalikan kedua ruas dengan m
d
dt (∂(
m ˙xi
2
2
)
∂ ˙qk
)=m ¨xi
∂ xi
∂ qk
+
∂(
m ˙xi
2
)
∂ qk
d
dt (∂T
∂ ˙qk
)=Fi
∂ xi
∂ qk
+
∂ T
∂ qk
(16)
dengan menjumlah ke seluruh I
d
dt (∂T
∂ ˙qk
)=∑
i
Fi
∂ xi
∂ qk
+
∂ T
∂ qk
(17)
maka
d
dt (∂T
∂ ˙qk
)=Qk +
∂T
∂ qk
(18)
Persamaan (18) inilah yang disebut persamaan Lagrange. Untuk gerak konservatif dimana
Q=−
∂V
∂qk
, maka ungkapan (18) dapat ditulis kembali menjadi
d
dt (∂T
∂ ˙qk
)=
∂T
∂ qk
−
∂V
∂qk
(19)
Jika diberikan fungsi Lagrange
L=T−V (20)
4
Mekanika Lagrangian (Fowles) Supardi
dimana T dan V dinyatakan dalam koordinat umum V≡V (qk ) →
∂V
∂ ˙qk
=0 , maka
∂ L
∂ ˙qk
=
∂ T
∂ ˙qk
dan
∂ L
∂qk
=
∂ T
∂ qk
−
∂ V
∂ qk
(21)
sehingga persamaan Lagrange untuk sistem yang konservatif adalah
d
dt (∂ L
∂ ˙qk
)=
∂ L
∂ qk
(22)
Jadi, persamaan diferensial gerak untuk sistem konservatif dapat diperoleh jika fungsi Lagrange
dalam set koordinat diketahui.
Jika gaya umumnya tidak konservatif, misal Q 'k (misal ada gaya gesek) dan sebagian
dapat diturunkan → fungsi potensial V yaitu
Qk =Q 'k −
∂ V
∂ qk
(23)
maka dari L=T−V diperoleh
d
dt (∂ L
∂ ˙qk
)=Q' k +
∂ L
∂qk
(24)
Aplikasi persamaan Lagrange
Untuk mengaplikasikan persamaan Lagrange maka langkah-langkahnya adalah
1. Pilih koordinat yang sesuai untuk menggambarkan konfigurasi dari sistem tersebut.
2. Tentukan T sebagai fungsi koordinat dan turunan waktu.
3. Jika sistem konservatif maka carilah V sebagai fungsi koordinat, jika sistem
nonkonservatif maka carilah gaya umumnya → Qk .
4. Persamaan diferensial gerak diberikan oleh
1.
d
dt (∂T
∂ ˙qk
)=Qk +
∂T
∂ qk
,
d
dt (∂ L
∂ ˙qk
)=
∂ L
∂ qk
atau
d
dt (∂ L
∂ ˙qk
)=Q' k +
∂L
∂qk
.
Contoh 2. Osilator harmonik
Ditinjau sebuah osilator harmonik dimana terdapat gaya redaman yang sebanding dengan
kecepatan. Jadi sistem adalah nonkonservatif. Jika x adalah pergeseran, maka fungsi Lagrangenya
adalah
5
Mekanika Lagrangian (Fowles) Supardi
L=T−V =
1
2
m ˙x
2
−
1
2
k x
2
dimana m adalah massa benda dan K adalah parameter stiffness. Dengan mengaplikasikan pers.
Lagrange, dimana
(∂ L
∂ ˙xk
)=m ˙x dan
∂ L
∂ x
=−Kx
dengan kehadiran gaya redaman yang sebanding dengan kecepatan yaitu −c ˙x maka
persamaan geraknya menjadi
d
dt
(m ˙x)=−c ˙x−Kx
m ¨x+c ˙x+ Kx=0
Conto 3. Partikel tunggal di dalam medan central
Marilah kita mencari persamaan gerak Lagrange untuk partikel yang bergerak di dalam
bidang di bawah medan central. Dalam hal ini kita memilih koordinat polar q1=r dan
q2=θ , maka
r=r er
T=
1
2
mv
2
=
1
2
m( ˙r
2
+r
2 ˙θ
2
)
V=V (r)
L=T−V =
1
2
m( ˙r
2
+r
2 ˙θ
2
)−V (r)
Kemudian
∂ L
∂ ˙r
=m ˙r ,
∂ L
∂ r
=mr θ
2
− f (r);
∂ L
∂ ˙θ
=m r
2
˙θ ,
∂ L
∂θ
=0
Karena sistemnya adalah konservatif, maka persamaan geraknya adalah
d
dt
(m ˙r)=mr θ
2
− f (r) → m ¨r−mr θ2
+ f (r)=0
d
dt
(mr
2
˙θ)=0 → mr
2
˙θ=constan
Contoh 5. Mesin Atwood
Diketahui mesin atwood terdiri atas dua massa m1 dan m2 yang diikat pada masing-
6
Mekanika Lagrangian (Fowles) Supardi
masing ujungnya. Sistem hanya memiliki 1 derajat kebebasan. Koordinat x mewakili konfigurasi
sistem, dimana x adalah jarak vertikal massa m1 dari katrol. Laju anguler katrol adalah ˙x/a ,
dengan a adalah radius. Energi kinetik sistem adalah
T=
1
2
m1
˙x
2
+
1
2
I
˙x
2
a
2
+
1
2
m2
˙x
2
dimana I adalah momen inersia katrol. Energi potensial sistem adalah
V=−m1 gx−m2 g(l−x)
Fungsi Lagrangenya adalah
L=
1
2
m1
˙x2
+
1
2
I
˙x
2
a
2
+
1
2
m2
˙x2
+m1 gx−m2 g(x−l)
∂ L
∂ ˙x
=m1 ˙x+I ˙x
a
2
+m2 ˙x
∂ L
∂ x
=m1 g−m2 g
sehingga menghasilkan
d
dt
(m1 ˙x+ I
˙x
a
2
+m2 ˙x)=(m1+m2)g
(m1+m2+
I
a2
) ¨x=(m1−m2) g
¨x=
m1−m2
m1+m2+
I
a
2
g
Dari ungkapan percepatan tersebut dapat diketahui bahwa apabila m1>m2 maka m1 akan
bergerak turun dengan percepatan konstan, sebaliknya jika m1<m2 maka m1 akan bergerak
ke atas dengan percepatan konstan.
Contoh 6. Katrol ganda
Diketahui sistem katrol ganda, dimana satu katrol
bergerak bebas. Sistem ini jelas memiliki dua derajat
kebebasan. Kita akan menentukan konfigurasi sistem dengan
koordinat x dan x'. Dalam kasus ini, diabaikan massa dari
katrol sehingga sekarang kita dapat menentukan energi kinetik
7
Mekanika Lagrangian (Fowles) Supardi
dan potensialnya sebagai berikut
T=
1
2
m1
˙x
2
+
1
2
m2( ˙x'− ˙x)
2
+
1
2
m3( ˙x+ ˙x' )
2
V=−m1 gx−m2 g(l−x+ x' )−m3 g(l−x+l '−x' )
L=T−V
=
1
2
m1
˙x
2
+
1
2
m2( ˙x '
2
−2 ˙x ˙x '+ ˙x
2
)+
1
2
m3( ˙x
2
+2 ˙x ˙x '+ ˙x'
2
)+m1 gx+m2 g (l−x+x ')+m3 g(l−x+l '−x' )
∂ L
∂ ˙x
=m1 ˙x+m2(−˙x '+ ˙x)+m3( ˙x+ ˙x' ) →
∂ L
∂ x
=m1 g−m2 g−m3 g
d
dt (∂ L
∂ ˙x )=
∂ L
∂ x
→→(m1+m2+m3) ¨x+(m3−m2) ¨x' =(m1−m2−m3) g
∂ L
∂ ˙x'
=m2 ˙x'−m2 ˙x+m3 ˙x+m3 ˙x ' →
∂ L
∂ x '
=m2 g−m3 g
d
dt (∂ L
∂ x )=
∂ L
∂ x
→→m2( ¨x' −¨x)+m3( ¨x+ ¨x' )=(m2−m3) g
Contoh 6. Gerak partikel pada bidang miring yang sedang bergerak
Ditinjau sebuah partikel bergerak
pada bidang miring yang licin, dimana
bidang tersebut juga sedang bergerak. Disini
terdapat 2 derajat kebebasan yaitu x dan x'.
Tentukan persamaan gerak partikel tersebut.
Energi kinetik dan energi potensial sistem masing-masing adalah
T=
1
2
M ˙x
2
+
1
2
m v
2
=
1
2
M ˙x
2
+
1
2
m( ˙x
2
+2 ˙x ˙x ' cosθ+ ˙x '
2
)
V=−mg x ' sin θ
L=T−V =
1
2
M ˙x
2
+
1
2
mv
2
=
1
2
M ˙x
2
+
1
2
m( ˙x
2
+2 ˙x ˙x' cosθ+ ˙x'
2
)+mg x' sin θ
∂ L
∂ ˙x
=M ˙x+m ˙x+m ˙x' cosθ ,
∂ L
∂ x
=0 →
d
dt
(
∂ L
∂ ˙x
)=0
M ¨x+m ¨x+m ¨x' cosθ=0
∂ L
∂ ˙x'
=m ˙xcosθ+m ˙x' ,
∂ L
∂ x'
=mg sin θ
d
dt
(
∂ L
∂ ˙x'
)=
∂ L
∂ x'
→→m ¨xcosθ+m ¨x' =mg sin θ
dengan menyelesaikan untuk ¨x dan ¨x ' diperoleh
8
Mekanika Lagrangian (Fowles) Supardi
¨x=
−gsin θ cosθ
m+M
m
−cosθ
, ¨x' =
g sin θ
1−
mcos
2
θ
m+M
Momentum umum. Koordinat
Pandanglah sebuah partikel bergerak dalam garis lurus. Energi kinetik yang dimiliki
adalah
T=
1
2
m ˙x
2
Momentum partikel dalam diperoleh dari besaran ∂T /∂ ˙x , yaitu
p=
∂T
∂ ˙x
(26)
Dalam kasus dimana sistem dideskripsikan dalam koordinat umum q1 ,q2 ,q3 ,...,qn , maka
besaran pk didefinisikan oleh
pk =
∂ L
∂ ˙qk
(27)
dan disebut momentum umum. Misal, salah satu koordinat tidak dinyatakan secara eksplisit di
dalam L (misal qλ , maka
˙pλ=
∂ L
∂qλ
=0 (28)
atau pλ=0 . Koordinat qλ dikatakan sebagai koordinat yang dapat diabaikan. Momentum
umum yang bersesuaian dengan koordinat yang diabaikan merupakan konstanta geraka sistem.
Sebagai contoh, untuk partikel yang bergerak dalam bidang miring yang licin bahwa koordinat x
(posisi bidang) tidak masuk dalam fungsi Lagrange L. Dalam hal ini, koordinat x adalah koordinat
yang diabaikan, dan
px=
∂ L
∂ ˙x
=M ˙x+m ˙x+m ˙x' cosθ=constant
px disini merupakan total komponen momentum linier pada koordinat x, dan berarti tidak ada
gaya horizontal yang bekerja partikel sehingga momentumnya konstan.
Contoh lain untuk koordinat terabaikan adalah pada gerak partikel di dalam medan
central. Dalam koordinat polar
9
Mekanika Lagrangian (Fowles) Supardi
L=
1
2
m( ˙r
2
+r
2 ˙θ
2
)−V (r)
dalam hal ini θ adalah koordinat terabaikan sehingga
pθ=mr
2
˙θ=constant
yang merupakan momentum anguler di sekitar origin.
Contoh 8. Pendulum sferis
Ditinjau sebuah benda bergerak bebas di dalam permukaan mangkok. Hal ini bisa
digambarkan sebagai sebuah bandul dengan panjang tali l dan dapat bergerak bebas melintasi
lintasan yang membentuk sudut θ atau ϕ . Dalam hal ini benda memiliki 2 derajat
kebebasan. Konfigurasi benda dapat dijelaskan dengan koordinat θ dan ϕ . Energi kinetik
dan energi potensial yang dimiliki oleh benda adalah
T=
1
2
mv
2
=
1
2
ml
2
( ˙θ 2
+ ˙ϕ2
sin
2
θ ) dan V=mgl(1−cosθ)
dengan mengingat bahwa v=˙r er+r ˙θ eθ+r ˙ϕ eϕ
L=T−V =
1
2
mv
2
=
1
2
ml
2
( ˙θ 2
+ ˙ϕ2
sin
2
θ )−mgl(1−cosθ)
∂ L
∂ ˙θ
=ml
2
˙θ →
d
dt
∂ L
∂ ˙θ
=ml
2
¨θ ;
∂ L
∂θ =ml
2 ˙ϕ2
sinθ cosθ −mgl sinθ
Jadi , ml
2
¨θ =ml
2 ˙ϕ2
sinθ cosθ −mgl sinθ
∂ L
∂ ˙ϕ
=ml
2
˙ϕ sin
2
θ →
d
dt
∂ L
∂ ˙ϕ
=ml
2
¨ϕ sin
2
θ ;
∂ L
∂ϕ
=0
Jadi , pϕ=0
dengan demikian dalam kasus ini ϕ merupakan koordinat yang terabaikan.
Jika diperhatikan, ketika tidak terjadi perubahan pada kordinat ϕ → ˙ϕ=0 , maka kita
memiliki
¨θ +
g
l
sinθ =0
yang tidak lain merupakan persamaan bandul sederhana.
Prinsip Variasi Hamilton. Cara lain menurunkan persamaan Lagrange
Sejauh ini, pengkajian terhadap mekanika didasarkan pada hukum gerak Newton. Dalam
bagian awal dari bab ini, ketika kita menurunkan persamaan Lagrange, kita menggunakan hukum
kedua Newton sebagai asumsi. Nah, dalam bagian ini kita akan menurunkan persamaan Lagrange
10
Mekanika Lagrangian (Fowles) Supardi
tersebut bukan berdasarkan hukum kedua Newton melainkan dengan meode baru yang disebut
prinsip variasi Hamilton. Sir William R. Hamilton menjelaskan bahwa gerak setiap sistem terjadi
dengan cara dimana integral
∫
t1
t2
L dt (29)
selalu dalam asumsi bernilai ekstrem, dimana L = T -V merupakan fungsi Lagrange dari sistem
tersebut. Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa prinsip Hamilton menyatakan bahwa semua
kemungkinan sistem yang dapat berubah berada dalam interval waktu berhingga t2−t1 bisa
bernilai maksimum atau minimum. Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam ungkapan
matematis
δ∫
t1
t2
Ldt=0 (30)
dimana δ menyatakan variasi sempit. Variasi ini diperoleh dengan cara mengambil lintasan
integrasi yang berbeda dengan memvariasi koodinat umum dan kecepatan umum sebagai fungsi
t. Untuk menunjukkan bahwa persamaan di atas akan menuju langsung ke persamaan gerak
Lagrange, maka kita akan menghitung variasi tersebut secara eksplisit dengan mengasumsikan
bahwa L sebagai fungsi koordinat umum qk dan kecepatan umum ˙qk .
Selanjutnya, kita punya
δ∫
t1
t2
Ldt=∫
t1
t2
δ L dt=∫
t1
t2
∑
k
(∂ L
∂ qk
δqk +
∂ L
∂ ˙qk
δ ˙qk
)dt=0
11
Mekanika Lagrangian (Fowles) Supardi
Sekarang δqk sama dengan selisih dari dua fungsi waktu berlainan, sehingga
δ ˙qk=
d
dt
δ qk
Dengan mengintegralkan suku terakhir dengan metode integral bagian maka diperoleh
∫
t1
t2
∑
k
∂ L
∂ ˙qk
δ ˙qk=
[∑
k
∂ L
∂ ˙qk
δqk
]t1
t2
−∫
t1
t2
∑
k
d
dt
∂ L
∂ ˙qk
δ qk dt
tetapi, untuk nilai pasti dari limit t1 dan t2 , maka variasi δqk=0 pada t1 dan t2
sehingga menghasilkan nilai nol untuk suku pertama. Dengan demikian
δ∫
t1
t2
Ldt=∫
t1
t2
∑
k
[∂ L
∂ qk
−
d
dt
∂ L
∂ ˙qk
]δqk dt=0 (31)
Jika koordinat umum qk semuanya sembarang, maka variasinya δqk juga sembarang. Oleh
karena itu suku di dalam integral harus sama dengan nol. jadi
∂ L
∂qk
−
d
dt
∂ L
∂ ˙qk
=0, k=1,2,...,n
Persamaan tersebut tidak lain adalah persamaan gerak Lagrange. Penurunan di atas telah
diasumsikan bahwa fungsi potensil ada atau sistem konservatif.
Fungsi Hamiltonian. Persamaan Hamiltonian
Pandanglah fungsi berikut dalam koordinat umum
H =∑ ˙qk pk −L (32)
Untuk sistem dinamik sederhana, T merupakan fungsi kuadrat dari ˙qk dan V adalah fungsi q
saja. Jadi
L=T (qk , ˙qk)−V (qk ) (33)
Dari teorema Euler untuk fungsi homogen dimana
x1
df
dx1
+ x2
df
dx2
+x3
df
dx3
+...+xn
df
dxn
=nf (34)
maka kita punya
∑
k
˙qk pk =∑ ˙qk
∂ L
∂ ˙qk
=∑
k
˙qk
∂ L
∂ ˙qk
=2T
Sehingga
12
Mekanika Lagrangian (Fowles) Supardi
H =∑ ˙qk pk −L=2T−(T −V )=T +V (35)
yakni bahwa fungsi H sama dengan energi total dari sistem yang ditinjau.
Jika terdapat n persamaan
pk =
∂ L
∂ ˙qk
, k=1,2,3,...,n
sebagai penyelesaian dari ˙q dalam p dan q:
˙qk= ˙qk ( pk ,qk )
Dari persamaan ini kita dapat menyatakan H sebagai fungsi p dan q, yaitu
H ( pk ,qk)=∑
k
pk ˙qk ( pk ,qk )−L
Sekarang kita menghitung variasi dari fungsi H yang bersesuaian dengan δ pk , δqk :
δ H =∑
k
[pk δ ˙qk + ˙qk δ pk−
∂ L
∂ ˙qk
δ ˙qk −
∂ L
∂ qk
δ qk
]
Suku pertama dan ketiga hilang karena pk =∂ L/∂ ˙qk . Mengingat ˙pk =∂ L/∂qk , maka
diperoleh
δ H=∑
k
[ ˙qk δ pk− ˙pk δqk ]
Sekarang variasi H dapat dinyatakan kembali oleh persamaan
δ H =∑
k
[∂ H
∂ pk
δ pk −
∂ H
∂ qk
δqk
]
sehingga
∂ H
∂ pk
= ˙qk
∂ H
∂ qk
=− ˙pk
(36)
Ungkapan (36) inilah yang disebut persamaan gerak kanonik Hamilton.
Contoh 10. Dapatkan persamaan gerak Hamilton untuk osilator harmonik 1D.
T=
1
2
m ˙x
2,
V =
1
2
Kx
2
p=
∂T
∂ ˙x
=m ˙x , ˙x=
p
m
sehingga H =T +V =
1
2m
p
2
+
K
2
x
2
13
Mekanika Lagrangian (Fowles) Supardi
Persamaan geraknya
∂ H
∂ p
=˙x
∂ H
∂ x
=− ˙p
p
m
=˙x , Kx=− ˙p
Dengan menggunakan persmaan pertama, maka persamaan kedua dapat ditulis menjadi
Kx=−
d
dt
(m ˙x) →m ¨x+Kx=0
Contoh 11. Dapatkan persamaan gerak hamilton untuk partikel di dalam medan sentral. Energi
kinetik dan potensial partikel adalah
T =
1
2
m( ˙r2
+r2 ˙θ 2
), V =V (r)
pr=
∂ T
∂ ˙r
=m ˙r →˙r=
pr
m
; pθ=
∂T
∂ ˙θ
=mr
2
˙θ → ˙θ =
pθ
mr
2
H =T +V =
1
2m (pr
2
+
pθ
2
r2 )+V (r)
Persamaan Hamiltonian
∂ H
∂ pr
=˙r
∂ H
∂ r
=− ˙pr ;
∂ H
∂ pθ
=˙θ
∂ H
∂θ
=− ˙ptheta ;
p
m
=˙x , Kx=− ˙p
Selanjutnya
pr=˙r ;
∂V (r)
∂ r
−
pθ
2
mr
3
=− ˙pr ;
pθ
mr2
=˙θ;
0=− ˙pθ
Persamaan terakhir memberikan momentum anguler yang konstan
pθ=konstan=mr
2
˙θ=mh dan
m ¨r= ˙pr=
mh
2
r
3
−
∂V (r)
∂r
14

More Related Content

What's hot

teori Bohr tentang Atom Hidrogen
teori Bohr tentang Atom Hidrogenteori Bohr tentang Atom Hidrogen
teori Bohr tentang Atom HidrogenKhotim U
 
137227152 tugas-kegagalan-fisika-klasik
137227152 tugas-kegagalan-fisika-klasik137227152 tugas-kegagalan-fisika-klasik
137227152 tugas-kegagalan-fisika-klasikRyzkha Gso
 
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)Albara I Arizona
 
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannyaContoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannyaAyuShaleha
 
Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantumHana Dango
 
Persamaan Diferensial Biasa ( Kalkulus 2 )
Persamaan Diferensial Biasa ( Kalkulus 2 )Persamaan Diferensial Biasa ( Kalkulus 2 )
Persamaan Diferensial Biasa ( Kalkulus 2 )Kelinci Coklat
 
Bab 8-solusi-pdp-dengan-mbh-updated
Bab 8-solusi-pdp-dengan-mbh-updatedBab 8-solusi-pdp-dengan-mbh-updated
Bab 8-solusi-pdp-dengan-mbh-updatedwahyuddin S.T
 
Diferensial Parsial
Diferensial ParsialDiferensial Parsial
Diferensial ParsialRose Nehe
 
Model-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat PadatModel-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat PadatRisdawati Hutabarat
 
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertama
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertamaPersamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertama
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertamadwiprananto
 
Statistik Fermi dirac
Statistik Fermi diracStatistik Fermi dirac
Statistik Fermi diracAyuShaleha
 
Kelompok 4 osilator harmoni kiii
Kelompok 4 osilator harmoni kiiiKelompok 4 osilator harmoni kiii
Kelompok 4 osilator harmoni kiiiSuharziamah_al_aksa
 

What's hot (20)

teori Bohr tentang Atom Hidrogen
teori Bohr tentang Atom Hidrogenteori Bohr tentang Atom Hidrogen
teori Bohr tentang Atom Hidrogen
 
137227152 tugas-kegagalan-fisika-klasik
137227152 tugas-kegagalan-fisika-klasik137227152 tugas-kegagalan-fisika-klasik
137227152 tugas-kegagalan-fisika-klasik
 
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
 
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannyaContoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
 
Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantum
 
Bab iii(fix)
Bab iii(fix)Bab iii(fix)
Bab iii(fix)
 
Vektor potensial
Vektor potensialVektor potensial
Vektor potensial
 
Persamaan Diferensial Biasa ( Kalkulus 2 )
Persamaan Diferensial Biasa ( Kalkulus 2 )Persamaan Diferensial Biasa ( Kalkulus 2 )
Persamaan Diferensial Biasa ( Kalkulus 2 )
 
Pemisahan variabel
Pemisahan variabelPemisahan variabel
Pemisahan variabel
 
Dinamika kisi kristal
Dinamika kisi kristalDinamika kisi kristal
Dinamika kisi kristal
 
Fungsi bessel
Fungsi besselFungsi bessel
Fungsi bessel
 
Bab 8-solusi-pdp-dengan-mbh-updated
Bab 8-solusi-pdp-dengan-mbh-updatedBab 8-solusi-pdp-dengan-mbh-updated
Bab 8-solusi-pdp-dengan-mbh-updated
 
Diferensial Parsial
Diferensial ParsialDiferensial Parsial
Diferensial Parsial
 
Model-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat PadatModel-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat Padat
 
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertama
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertamaPersamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertama
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertama
 
Kel 9 Gaya Sentral.pptx
Kel 9 Gaya Sentral.pptxKel 9 Gaya Sentral.pptx
Kel 9 Gaya Sentral.pptx
 
Statistik Fermi dirac
Statistik Fermi diracStatistik Fermi dirac
Statistik Fermi dirac
 
Kelompok 4 osilator harmoni kiii
Kelompok 4 osilator harmoni kiiiKelompok 4 osilator harmoni kiii
Kelompok 4 osilator harmoni kiii
 
2 deret fourier
2 deret fourier2 deret fourier
2 deret fourier
 
Mekanika lagrangean
Mekanika lagrangeanMekanika lagrangean
Mekanika lagrangean
 

Similar to Mekanika lagrange

Similar to Mekanika lagrange (20)

Agustius dian n. m0213002
Agustius dian n. m0213002Agustius dian n. m0213002
Agustius dian n. m0213002
 
Osilasi sistem
Osilasi sistemOsilasi sistem
Osilasi sistem
 
Hukum kepler
Hukum keplerHukum kepler
Hukum kepler
 
Pendahuluan1
Pendahuluan1Pendahuluan1
Pendahuluan1
 
Kinematika partikel
Kinematika partikelKinematika partikel
Kinematika partikel
 
Dinamika lagrange
Dinamika lagrangeDinamika lagrange
Dinamika lagrange
 
Dinamika lagrange
Dinamika lagrangeDinamika lagrange
Dinamika lagrange
 
147032576 makalah-scrodinger-fisika-modern-mipa-fisika
147032576 makalah-scrodinger-fisika-modern-mipa-fisika147032576 makalah-scrodinger-fisika-modern-mipa-fisika
147032576 makalah-scrodinger-fisika-modern-mipa-fisika
 
Aplikasi integral
Aplikasi integralAplikasi integral
Aplikasi integral
 
Dinamika lagrange
Dinamika lagrangeDinamika lagrange
Dinamika lagrange
 
Dinamika lagrange
Dinamika lagrangeDinamika lagrange
Dinamika lagrange
 
Rumus-rumus untuk IPhO
Rumus-rumus untuk IPhORumus-rumus untuk IPhO
Rumus-rumus untuk IPhO
 
Medan magnet sebagai_medan_listrik
Medan magnet sebagai_medan_listrikMedan magnet sebagai_medan_listrik
Medan magnet sebagai_medan_listrik
 
usaha dan energi
usaha dan energiusaha dan energi
usaha dan energi
 
Artikel Mekanika Lagrangian Feni Fitriyani/M0213034
Artikel Mekanika Lagrangian Feni Fitriyani/M0213034Artikel Mekanika Lagrangian Feni Fitriyani/M0213034
Artikel Mekanika Lagrangian Feni Fitriyani/M0213034
 
Mekanika lagrangian (miftah alfi yasin/M0213056)
Mekanika lagrangian (miftah alfi yasin/M0213056)Mekanika lagrangian (miftah alfi yasin/M0213056)
Mekanika lagrangian (miftah alfi yasin/M0213056)
 
Osilasi.pdf
Osilasi.pdfOsilasi.pdf
Osilasi.pdf
 
K alkulus perumuman teorema stokes
K alkulus   perumuman teorema stokesK alkulus   perumuman teorema stokes
K alkulus perumuman teorema stokes
 
Mekanika 2
Mekanika 2Mekanika 2
Mekanika 2
 
Mekanika II
Mekanika IIMekanika II
Mekanika II
 

Recently uploaded

PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 

Recently uploaded (20)

PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 

Mekanika lagrange

  • 1. Mekanika Lagrangian (Fowles) Supardi Mekanika Lagrangian Melalui mekanika Lagrangian ini persamaan gerak Newton untuk sistem sederhana akan diberikan dengan lebih siphisticated. Koordinat Umum Posisi partikel di dalam ruang dapat ditentukan melalui 3 koordinat. Koordinat tersebut dapat berupa kartesan, bola atau silinder. Jika benda bergerak dalam bidang, maka derajat kebebasannya ada 2, jika benda bergerak dalam ruang 3D, maka derajat kebebasannya ada 3. Untuk kasus N partikel, maka kita membutuhkan 3N koordinat untuk menentukan posisi dari seluruh partikel tersebut. Jika terdapat kendala dalam sistem, maka jumlah koordinatnya < 3N. Misalnya untuk benda tegar, maka yang dibutuhkan adalah posisi pusat massa dan orientasi bendanya. Jadi hanya 6 koordinat saja. Misalnya koordinat diberi simbol q1 ,q2,⋯,qn sebagai koordinat umum. Koordinat qk bisa berupa jarak atau sudut. Jika untuk menentukan sebuah sistem, sebuah koordinat dapat bebas maka sistem tersbut disebut sistem holonomik dan sebaliknya disebut nonholonomik. Jika sistem berupa partikel, maka koordinat kasrtesan dapat dinyatakan dalam koordinat umum x=x(q) → → 1 derajat kebebasan x=x(q1, q2) y=y(q1, q2) → 2 derajat kebebasan x=x(q1, q2, q3) y=y(q1, q2, q3) z=z(q1, q2, q3) → 3 derajat kebebasan Jika q berubah dari nilai awal (q1, q2,⋯) ke nilai tetangga (q1+δq1, q2+δq2,⋯) maka perubahan tersebut kaitannya dengan koordinat kartesan δ x= ∂ x ∂ q1 dq1+ ∂ x ∂ q2 dq2+⋯ δ y= ∂ y ∂q1 dq1+ ∂ y ∂ q2 dq2+⋯ (1) 1
  • 2. Mekanika Lagrangian (Fowles) Supardi Contoh 1. Untuk gerak partikel di dalam bidang, misal dipilih koordinat polar maka q1=r dan q2=θ sehingga x=x(r ,θ)=r cosθ , y=y(r ,θ)=r sin θ (2) δ x= ∂ x ∂r δr+ ∂ x ∂ θ δθ=cosθδr−r sin θδθ δ y= ∂ y ∂ r δ r+ ∂ y ∂ θ δθ=sinθδr+r cosθδθ (3) jika sistem terdiri atas banyak partikel dengan n derajat kebebasan, koordinat umumnya dinyatakan oleh q1, q2, ⋯,qn sehingga perubahan konfigurasi dari q1, q2, ⋯,qn ke q1+δq1, q2+δq2,⋯,qn+δqn menyebabkan perubahan dalam koordinat kartesan δ xi=∑ k n ∂ xi ∂ qk δ qk δ yi=∑ k n ∂ yi ∂ qk δqk δ zi=∑ k n ∂ zi ∂ qk δqk (4) Gaya Umum Jika benda bergeser sejauh δr karena adanya pengaruh gaya F maka kerja yang dilakukan oleh gaya tersebut adalah δw=F⋅δ r=F x δ x+F y δ y+Fz δ z atau δw=∑ i Fi δ xi (5) Ungkapan tersebut tidak hanya untuk 1 partikel saja, tetapi juga untuk banyak partikel. Untuk 1 partikel i: 1 → 3, untuk N partikel i: 1 → 3N. Jika δ xi kemudian dinyatakan dalam koordinat umum, maka δw=∑ i (Fi∑ k ∂ xi ∂ qk δqk ) δw=∑ i (∑ k Fi ∂ xi ∂ qk δqk ) δw=∑ k (∑ i Fi ∂ xi ∂ qk )δqk δw=∑ k Qk δqk (6) 2
  • 3. Mekanika Lagrangian (Fowles) Supardi dimana Qk =∑ i Fi ∂ xi ∂ qk → Gaya umum (7) Gaya Umum untuk sistem konsevatif Partikel yang berada dalam medan konservatif, gayanya dinyatakan oleh Fi=− ∂ V ∂ xi (8) sehingga gaya umum dalam medan konservatif dinyatakan oleh Qk =∑ i − ∂ V ∂ xi ∂ xi ∂ qk Qk =− ∂V ∂qk (9) Misal untuk koordinat polar dimana q1=r dan q2=θ maka gaya umumnya adalah Qr=− ∂ V ∂ r ; Qθ=− ∂ V ∂ θ (10) Persamaan Lagrange Untuk memperoleh persamaan differensial tentang gerak, maka kita mulai dengan ungkapan Fi=m ¨xi (11) Energi kinetik yang dimiliki oleh N partikel adalah T=∑ i N 1 2 m( ˙xi+ ˙yi+ ˙zi) =∑ i 3N 1 2 m ˙xi (12) dimana xi merupakan fungsi koordinat umum xi≡xi(q1, q2, q3,⋯,qn ,t ) , sehingga ˙xi=∑ k ∂ xi ∂ qk ˙qk + ∂ xi ∂ t (13) ingat bahwa i=1,⋯,3 N → menyatakan jumlah partikel k=1,⋯,n → menyatakan jumlah derajat kebebasan Apabila xi bukan fungsi t, maka diperoleh ungkapan 3
  • 4. Mekanika Lagrangian (Fowles) Supardi ∂ ˙xi ∂ ˙qk = ∂ xi ∂ qk (14) Jika kedua ruas dikalikan dengan ˙xi kemudian diturunkan terhadap t, maka diperoleh d dt (˙xi ∂ ˙xi ∂ ˙qk )= d dt (˙xi ∂ xi ∂ qk ) = ¨xi ∂ xi ∂ qk + ˙xi ∂ ˙xi ∂ qk d dt (∂( ˙xi 2 2 ) ∂ ˙qk )= ¨xi ∂ xi ∂ qk + ∂( ˙xi 2 ) ∂qk (15) dengan mengalikan kedua ruas dengan m d dt (∂( m ˙xi 2 2 ) ∂ ˙qk )=m ¨xi ∂ xi ∂ qk + ∂( m ˙xi 2 ) ∂ qk d dt (∂T ∂ ˙qk )=Fi ∂ xi ∂ qk + ∂ T ∂ qk (16) dengan menjumlah ke seluruh I d dt (∂T ∂ ˙qk )=∑ i Fi ∂ xi ∂ qk + ∂ T ∂ qk (17) maka d dt (∂T ∂ ˙qk )=Qk + ∂T ∂ qk (18) Persamaan (18) inilah yang disebut persamaan Lagrange. Untuk gerak konservatif dimana Q=− ∂V ∂qk , maka ungkapan (18) dapat ditulis kembali menjadi d dt (∂T ∂ ˙qk )= ∂T ∂ qk − ∂V ∂qk (19) Jika diberikan fungsi Lagrange L=T−V (20) 4
  • 5. Mekanika Lagrangian (Fowles) Supardi dimana T dan V dinyatakan dalam koordinat umum V≡V (qk ) → ∂V ∂ ˙qk =0 , maka ∂ L ∂ ˙qk = ∂ T ∂ ˙qk dan ∂ L ∂qk = ∂ T ∂ qk − ∂ V ∂ qk (21) sehingga persamaan Lagrange untuk sistem yang konservatif adalah d dt (∂ L ∂ ˙qk )= ∂ L ∂ qk (22) Jadi, persamaan diferensial gerak untuk sistem konservatif dapat diperoleh jika fungsi Lagrange dalam set koordinat diketahui. Jika gaya umumnya tidak konservatif, misal Q 'k (misal ada gaya gesek) dan sebagian dapat diturunkan → fungsi potensial V yaitu Qk =Q 'k − ∂ V ∂ qk (23) maka dari L=T−V diperoleh d dt (∂ L ∂ ˙qk )=Q' k + ∂ L ∂qk (24) Aplikasi persamaan Lagrange Untuk mengaplikasikan persamaan Lagrange maka langkah-langkahnya adalah 1. Pilih koordinat yang sesuai untuk menggambarkan konfigurasi dari sistem tersebut. 2. Tentukan T sebagai fungsi koordinat dan turunan waktu. 3. Jika sistem konservatif maka carilah V sebagai fungsi koordinat, jika sistem nonkonservatif maka carilah gaya umumnya → Qk . 4. Persamaan diferensial gerak diberikan oleh 1. d dt (∂T ∂ ˙qk )=Qk + ∂T ∂ qk , d dt (∂ L ∂ ˙qk )= ∂ L ∂ qk atau d dt (∂ L ∂ ˙qk )=Q' k + ∂L ∂qk . Contoh 2. Osilator harmonik Ditinjau sebuah osilator harmonik dimana terdapat gaya redaman yang sebanding dengan kecepatan. Jadi sistem adalah nonkonservatif. Jika x adalah pergeseran, maka fungsi Lagrangenya adalah 5
  • 6. Mekanika Lagrangian (Fowles) Supardi L=T−V = 1 2 m ˙x 2 − 1 2 k x 2 dimana m adalah massa benda dan K adalah parameter stiffness. Dengan mengaplikasikan pers. Lagrange, dimana (∂ L ∂ ˙xk )=m ˙x dan ∂ L ∂ x =−Kx dengan kehadiran gaya redaman yang sebanding dengan kecepatan yaitu −c ˙x maka persamaan geraknya menjadi d dt (m ˙x)=−c ˙x−Kx m ¨x+c ˙x+ Kx=0 Conto 3. Partikel tunggal di dalam medan central Marilah kita mencari persamaan gerak Lagrange untuk partikel yang bergerak di dalam bidang di bawah medan central. Dalam hal ini kita memilih koordinat polar q1=r dan q2=θ , maka r=r er T= 1 2 mv 2 = 1 2 m( ˙r 2 +r 2 ˙θ 2 ) V=V (r) L=T−V = 1 2 m( ˙r 2 +r 2 ˙θ 2 )−V (r) Kemudian ∂ L ∂ ˙r =m ˙r , ∂ L ∂ r =mr θ 2 − f (r); ∂ L ∂ ˙θ =m r 2 ˙θ , ∂ L ∂θ =0 Karena sistemnya adalah konservatif, maka persamaan geraknya adalah d dt (m ˙r)=mr θ 2 − f (r) → m ¨r−mr θ2 + f (r)=0 d dt (mr 2 ˙θ)=0 → mr 2 ˙θ=constan Contoh 5. Mesin Atwood Diketahui mesin atwood terdiri atas dua massa m1 dan m2 yang diikat pada masing- 6
  • 7. Mekanika Lagrangian (Fowles) Supardi masing ujungnya. Sistem hanya memiliki 1 derajat kebebasan. Koordinat x mewakili konfigurasi sistem, dimana x adalah jarak vertikal massa m1 dari katrol. Laju anguler katrol adalah ˙x/a , dengan a adalah radius. Energi kinetik sistem adalah T= 1 2 m1 ˙x 2 + 1 2 I ˙x 2 a 2 + 1 2 m2 ˙x 2 dimana I adalah momen inersia katrol. Energi potensial sistem adalah V=−m1 gx−m2 g(l−x) Fungsi Lagrangenya adalah L= 1 2 m1 ˙x2 + 1 2 I ˙x 2 a 2 + 1 2 m2 ˙x2 +m1 gx−m2 g(x−l) ∂ L ∂ ˙x =m1 ˙x+I ˙x a 2 +m2 ˙x ∂ L ∂ x =m1 g−m2 g sehingga menghasilkan d dt (m1 ˙x+ I ˙x a 2 +m2 ˙x)=(m1+m2)g (m1+m2+ I a2 ) ¨x=(m1−m2) g ¨x= m1−m2 m1+m2+ I a 2 g Dari ungkapan percepatan tersebut dapat diketahui bahwa apabila m1>m2 maka m1 akan bergerak turun dengan percepatan konstan, sebaliknya jika m1<m2 maka m1 akan bergerak ke atas dengan percepatan konstan. Contoh 6. Katrol ganda Diketahui sistem katrol ganda, dimana satu katrol bergerak bebas. Sistem ini jelas memiliki dua derajat kebebasan. Kita akan menentukan konfigurasi sistem dengan koordinat x dan x'. Dalam kasus ini, diabaikan massa dari katrol sehingga sekarang kita dapat menentukan energi kinetik 7
  • 8. Mekanika Lagrangian (Fowles) Supardi dan potensialnya sebagai berikut T= 1 2 m1 ˙x 2 + 1 2 m2( ˙x'− ˙x) 2 + 1 2 m3( ˙x+ ˙x' ) 2 V=−m1 gx−m2 g(l−x+ x' )−m3 g(l−x+l '−x' ) L=T−V = 1 2 m1 ˙x 2 + 1 2 m2( ˙x ' 2 −2 ˙x ˙x '+ ˙x 2 )+ 1 2 m3( ˙x 2 +2 ˙x ˙x '+ ˙x' 2 )+m1 gx+m2 g (l−x+x ')+m3 g(l−x+l '−x' ) ∂ L ∂ ˙x =m1 ˙x+m2(−˙x '+ ˙x)+m3( ˙x+ ˙x' ) → ∂ L ∂ x =m1 g−m2 g−m3 g d dt (∂ L ∂ ˙x )= ∂ L ∂ x →→(m1+m2+m3) ¨x+(m3−m2) ¨x' =(m1−m2−m3) g ∂ L ∂ ˙x' =m2 ˙x'−m2 ˙x+m3 ˙x+m3 ˙x ' → ∂ L ∂ x ' =m2 g−m3 g d dt (∂ L ∂ x )= ∂ L ∂ x →→m2( ¨x' −¨x)+m3( ¨x+ ¨x' )=(m2−m3) g Contoh 6. Gerak partikel pada bidang miring yang sedang bergerak Ditinjau sebuah partikel bergerak pada bidang miring yang licin, dimana bidang tersebut juga sedang bergerak. Disini terdapat 2 derajat kebebasan yaitu x dan x'. Tentukan persamaan gerak partikel tersebut. Energi kinetik dan energi potensial sistem masing-masing adalah T= 1 2 M ˙x 2 + 1 2 m v 2 = 1 2 M ˙x 2 + 1 2 m( ˙x 2 +2 ˙x ˙x ' cosθ+ ˙x ' 2 ) V=−mg x ' sin θ L=T−V = 1 2 M ˙x 2 + 1 2 mv 2 = 1 2 M ˙x 2 + 1 2 m( ˙x 2 +2 ˙x ˙x' cosθ+ ˙x' 2 )+mg x' sin θ ∂ L ∂ ˙x =M ˙x+m ˙x+m ˙x' cosθ , ∂ L ∂ x =0 → d dt ( ∂ L ∂ ˙x )=0 M ¨x+m ¨x+m ¨x' cosθ=0 ∂ L ∂ ˙x' =m ˙xcosθ+m ˙x' , ∂ L ∂ x' =mg sin θ d dt ( ∂ L ∂ ˙x' )= ∂ L ∂ x' →→m ¨xcosθ+m ¨x' =mg sin θ dengan menyelesaikan untuk ¨x dan ¨x ' diperoleh 8
  • 9. Mekanika Lagrangian (Fowles) Supardi ¨x= −gsin θ cosθ m+M m −cosθ , ¨x' = g sin θ 1− mcos 2 θ m+M Momentum umum. Koordinat Pandanglah sebuah partikel bergerak dalam garis lurus. Energi kinetik yang dimiliki adalah T= 1 2 m ˙x 2 Momentum partikel dalam diperoleh dari besaran ∂T /∂ ˙x , yaitu p= ∂T ∂ ˙x (26) Dalam kasus dimana sistem dideskripsikan dalam koordinat umum q1 ,q2 ,q3 ,...,qn , maka besaran pk didefinisikan oleh pk = ∂ L ∂ ˙qk (27) dan disebut momentum umum. Misal, salah satu koordinat tidak dinyatakan secara eksplisit di dalam L (misal qλ , maka ˙pλ= ∂ L ∂qλ =0 (28) atau pλ=0 . Koordinat qλ dikatakan sebagai koordinat yang dapat diabaikan. Momentum umum yang bersesuaian dengan koordinat yang diabaikan merupakan konstanta geraka sistem. Sebagai contoh, untuk partikel yang bergerak dalam bidang miring yang licin bahwa koordinat x (posisi bidang) tidak masuk dalam fungsi Lagrange L. Dalam hal ini, koordinat x adalah koordinat yang diabaikan, dan px= ∂ L ∂ ˙x =M ˙x+m ˙x+m ˙x' cosθ=constant px disini merupakan total komponen momentum linier pada koordinat x, dan berarti tidak ada gaya horizontal yang bekerja partikel sehingga momentumnya konstan. Contoh lain untuk koordinat terabaikan adalah pada gerak partikel di dalam medan central. Dalam koordinat polar 9
  • 10. Mekanika Lagrangian (Fowles) Supardi L= 1 2 m( ˙r 2 +r 2 ˙θ 2 )−V (r) dalam hal ini θ adalah koordinat terabaikan sehingga pθ=mr 2 ˙θ=constant yang merupakan momentum anguler di sekitar origin. Contoh 8. Pendulum sferis Ditinjau sebuah benda bergerak bebas di dalam permukaan mangkok. Hal ini bisa digambarkan sebagai sebuah bandul dengan panjang tali l dan dapat bergerak bebas melintasi lintasan yang membentuk sudut θ atau ϕ . Dalam hal ini benda memiliki 2 derajat kebebasan. Konfigurasi benda dapat dijelaskan dengan koordinat θ dan ϕ . Energi kinetik dan energi potensial yang dimiliki oleh benda adalah T= 1 2 mv 2 = 1 2 ml 2 ( ˙θ 2 + ˙ϕ2 sin 2 θ ) dan V=mgl(1−cosθ) dengan mengingat bahwa v=˙r er+r ˙θ eθ+r ˙ϕ eϕ L=T−V = 1 2 mv 2 = 1 2 ml 2 ( ˙θ 2 + ˙ϕ2 sin 2 θ )−mgl(1−cosθ) ∂ L ∂ ˙θ =ml 2 ˙θ → d dt ∂ L ∂ ˙θ =ml 2 ¨θ ; ∂ L ∂θ =ml 2 ˙ϕ2 sinθ cosθ −mgl sinθ Jadi , ml 2 ¨θ =ml 2 ˙ϕ2 sinθ cosθ −mgl sinθ ∂ L ∂ ˙ϕ =ml 2 ˙ϕ sin 2 θ → d dt ∂ L ∂ ˙ϕ =ml 2 ¨ϕ sin 2 θ ; ∂ L ∂ϕ =0 Jadi , pϕ=0 dengan demikian dalam kasus ini ϕ merupakan koordinat yang terabaikan. Jika diperhatikan, ketika tidak terjadi perubahan pada kordinat ϕ → ˙ϕ=0 , maka kita memiliki ¨θ + g l sinθ =0 yang tidak lain merupakan persamaan bandul sederhana. Prinsip Variasi Hamilton. Cara lain menurunkan persamaan Lagrange Sejauh ini, pengkajian terhadap mekanika didasarkan pada hukum gerak Newton. Dalam bagian awal dari bab ini, ketika kita menurunkan persamaan Lagrange, kita menggunakan hukum kedua Newton sebagai asumsi. Nah, dalam bagian ini kita akan menurunkan persamaan Lagrange 10
  • 11. Mekanika Lagrangian (Fowles) Supardi tersebut bukan berdasarkan hukum kedua Newton melainkan dengan meode baru yang disebut prinsip variasi Hamilton. Sir William R. Hamilton menjelaskan bahwa gerak setiap sistem terjadi dengan cara dimana integral ∫ t1 t2 L dt (29) selalu dalam asumsi bernilai ekstrem, dimana L = T -V merupakan fungsi Lagrange dari sistem tersebut. Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa prinsip Hamilton menyatakan bahwa semua kemungkinan sistem yang dapat berubah berada dalam interval waktu berhingga t2−t1 bisa bernilai maksimum atau minimum. Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam ungkapan matematis δ∫ t1 t2 Ldt=0 (30) dimana δ menyatakan variasi sempit. Variasi ini diperoleh dengan cara mengambil lintasan integrasi yang berbeda dengan memvariasi koodinat umum dan kecepatan umum sebagai fungsi t. Untuk menunjukkan bahwa persamaan di atas akan menuju langsung ke persamaan gerak Lagrange, maka kita akan menghitung variasi tersebut secara eksplisit dengan mengasumsikan bahwa L sebagai fungsi koordinat umum qk dan kecepatan umum ˙qk . Selanjutnya, kita punya δ∫ t1 t2 Ldt=∫ t1 t2 δ L dt=∫ t1 t2 ∑ k (∂ L ∂ qk δqk + ∂ L ∂ ˙qk δ ˙qk )dt=0 11
  • 12. Mekanika Lagrangian (Fowles) Supardi Sekarang δqk sama dengan selisih dari dua fungsi waktu berlainan, sehingga δ ˙qk= d dt δ qk Dengan mengintegralkan suku terakhir dengan metode integral bagian maka diperoleh ∫ t1 t2 ∑ k ∂ L ∂ ˙qk δ ˙qk= [∑ k ∂ L ∂ ˙qk δqk ]t1 t2 −∫ t1 t2 ∑ k d dt ∂ L ∂ ˙qk δ qk dt tetapi, untuk nilai pasti dari limit t1 dan t2 , maka variasi δqk=0 pada t1 dan t2 sehingga menghasilkan nilai nol untuk suku pertama. Dengan demikian δ∫ t1 t2 Ldt=∫ t1 t2 ∑ k [∂ L ∂ qk − d dt ∂ L ∂ ˙qk ]δqk dt=0 (31) Jika koordinat umum qk semuanya sembarang, maka variasinya δqk juga sembarang. Oleh karena itu suku di dalam integral harus sama dengan nol. jadi ∂ L ∂qk − d dt ∂ L ∂ ˙qk =0, k=1,2,...,n Persamaan tersebut tidak lain adalah persamaan gerak Lagrange. Penurunan di atas telah diasumsikan bahwa fungsi potensil ada atau sistem konservatif. Fungsi Hamiltonian. Persamaan Hamiltonian Pandanglah fungsi berikut dalam koordinat umum H =∑ ˙qk pk −L (32) Untuk sistem dinamik sederhana, T merupakan fungsi kuadrat dari ˙qk dan V adalah fungsi q saja. Jadi L=T (qk , ˙qk)−V (qk ) (33) Dari teorema Euler untuk fungsi homogen dimana x1 df dx1 + x2 df dx2 +x3 df dx3 +...+xn df dxn =nf (34) maka kita punya ∑ k ˙qk pk =∑ ˙qk ∂ L ∂ ˙qk =∑ k ˙qk ∂ L ∂ ˙qk =2T Sehingga 12
  • 13. Mekanika Lagrangian (Fowles) Supardi H =∑ ˙qk pk −L=2T−(T −V )=T +V (35) yakni bahwa fungsi H sama dengan energi total dari sistem yang ditinjau. Jika terdapat n persamaan pk = ∂ L ∂ ˙qk , k=1,2,3,...,n sebagai penyelesaian dari ˙q dalam p dan q: ˙qk= ˙qk ( pk ,qk ) Dari persamaan ini kita dapat menyatakan H sebagai fungsi p dan q, yaitu H ( pk ,qk)=∑ k pk ˙qk ( pk ,qk )−L Sekarang kita menghitung variasi dari fungsi H yang bersesuaian dengan δ pk , δqk : δ H =∑ k [pk δ ˙qk + ˙qk δ pk− ∂ L ∂ ˙qk δ ˙qk − ∂ L ∂ qk δ qk ] Suku pertama dan ketiga hilang karena pk =∂ L/∂ ˙qk . Mengingat ˙pk =∂ L/∂qk , maka diperoleh δ H=∑ k [ ˙qk δ pk− ˙pk δqk ] Sekarang variasi H dapat dinyatakan kembali oleh persamaan δ H =∑ k [∂ H ∂ pk δ pk − ∂ H ∂ qk δqk ] sehingga ∂ H ∂ pk = ˙qk ∂ H ∂ qk =− ˙pk (36) Ungkapan (36) inilah yang disebut persamaan gerak kanonik Hamilton. Contoh 10. Dapatkan persamaan gerak Hamilton untuk osilator harmonik 1D. T= 1 2 m ˙x 2, V = 1 2 Kx 2 p= ∂T ∂ ˙x =m ˙x , ˙x= p m sehingga H =T +V = 1 2m p 2 + K 2 x 2 13
  • 14. Mekanika Lagrangian (Fowles) Supardi Persamaan geraknya ∂ H ∂ p =˙x ∂ H ∂ x =− ˙p p m =˙x , Kx=− ˙p Dengan menggunakan persmaan pertama, maka persamaan kedua dapat ditulis menjadi Kx=− d dt (m ˙x) →m ¨x+Kx=0 Contoh 11. Dapatkan persamaan gerak hamilton untuk partikel di dalam medan sentral. Energi kinetik dan potensial partikel adalah T = 1 2 m( ˙r2 +r2 ˙θ 2 ), V =V (r) pr= ∂ T ∂ ˙r =m ˙r →˙r= pr m ; pθ= ∂T ∂ ˙θ =mr 2 ˙θ → ˙θ = pθ mr 2 H =T +V = 1 2m (pr 2 + pθ 2 r2 )+V (r) Persamaan Hamiltonian ∂ H ∂ pr =˙r ∂ H ∂ r =− ˙pr ; ∂ H ∂ pθ =˙θ ∂ H ∂θ =− ˙ptheta ; p m =˙x , Kx=− ˙p Selanjutnya pr=˙r ; ∂V (r) ∂ r − pθ 2 mr 3 =− ˙pr ; pθ mr2 =˙θ; 0=− ˙pθ Persamaan terakhir memberikan momentum anguler yang konstan pθ=konstan=mr 2 ˙θ=mh dan m ¨r= ˙pr= mh 2 r 3 − ∂V (r) ∂r 14