1. Penanganan Awal
PEB& Eklampsia
Kelompok 1A
Ichsan Fauzi Triyoga
Igor Ian Wiguna
Jason Phowira
Jessica Lius
Muhammad Maulana Wildani
Raja Yasmin Khalilah
Visabella Rizky Triatmono
Yasmine Syifa Nabila Budi
2. Ny. 35 tahun G3P2 hamil 35 minggu dirujuk oleh bidan dengan keluhan nyeri kepala, muntah dan tekanan
darah tinggi. Selama hamil pasien rutin control di bidan. USG 2x dengan hasil tidak dibawa. Dari USG terakhir
dikatakan kehamilan tidak ada kelainan. Selama control kehamilan dikatakan tekanan darah tidak tinggi. Saat
pasien datang, didapatkan pasien compos mentis, TD 160/100 mmHg, frekuensi nadi 110x/menit, frekuensi
nafas 32x/menit, dari pemeriksaan urinalisis : Protein +2, ureum 58mg/dl kreatinine 1.2mg/dl , Hb 13gr/dl HT
41%Trombosit 223.000. SGOT/PT 24/25 mg/dl.
A) Bagaimana tatalaksana pada pasien ini?
B) Anda memutuskan untuk melakukan seksio sesarea, saat dilakukan persiapan perioperative, pasien
kejang, seluruh tubuh, kurang lebih 1menit.
Pemicu
5. Definisi
Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. 4th ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.
Hipertensi Kronik Hipertensi yang terjadi sebelum usia kehamilan 20 minggu
ATAU
Hipertensi yang terdiagnosa pertama kali setelah usia kehamilan 20
minggu dan menetap hingga 12minggu setelah persalinan
Pre-eklampsia Hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan yang disertai
proteinuria.
Eklampsia Pre-eklampsia yang disertai dengan kejang-kejang dan/atau koma.
Hipertensi kronik dengan
superimposed pre-eklampsia
Hipertensi kronik yang disertai tanda pre-eklampsia.
ATAU
Hipertensi kronik disertai proteinuria.
Hipertensi gestasional
(transient hypertension)
Hipertensi yang timbul pada saat kehamilan tanpa disertai proteinuria dan
menghilang 3 bulan setelah persalinan
ATAU
Kehamilan dengan tanda pre-eklampsia tetapi tanpa proteinuria
Report of the National High BloodPressure Education ProgramWorking Group inHigh Blood Pressure inPregnancy (2001)
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥140/90mmHg.
Dengan pengukuran dilakukan 2 kali dalam selang 4 jam.
6. Definisi Pre
Eklampsia
1. Hypertension in Pregnancy: Executive Summary.
Obstetrics & Gynecology. 2013;122(5).
2. Wibowo N, Irwinda R, Frisdiantiny E, Karkata MK,
Mose JC, Chalid MT, et al. Diagnosis dan tata laksana
pre-eklampsia. Indonesia: Perkumpulan Obstetri
dan Ginekologi Indonesia; 2016.
Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi tanda gangguan sirkulasi uteroplasenta
: Oligohidramnion, Fetal growth restriction (FGR), Absent or reversed end diastolic
velocity (ARDV)
Report of American Collegeof Obstetrics and
GynaecologyTask Forceon Hypertension in
Pregnancy(2013) dan PNPK POGI(2016)
7. Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan
dan merupakan salah satu dari tiga penyebab mortalitas dan
morbiditas pada ibu yang bersalin.
Epidemiologi
1.
2.
3.
Sirait AM. Prevalensi hipertensi pada kehamilan di Indonesia dan berbagai faktor yang berhubungan (risetkesehatan
dasar 2007). Buletin Penelitian Sistem Kesehatan2012:106.
PrawirohardjoS. Ilmu kebidanan. 4th ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.
Kementrian KesehatanRepublik Indonesia. Profil KesehatanIndonesia Tahun 2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI:
2015
8. ● Hipertensi: Sistolik 140 mmHg dan/atau diastolic 90
mmHg
● Hipertensi berat: Sistolik 160 mmHg dan/atau diastolik
110mmHg
● Edema → dalam pre eklampsia
Gejala Berat
● Nyeri kepala hebat
● Gangguan kesadaran
● Gangguan penglihatan (e.g photophobia, blurred vision,
gangguan lapang pandang, Skotoma)
● Edema paru
● Gangguan ginjal
● Gangguan liver (nyeri regio kanan atas abdomen)
Gejala
Daftar Pustaka
10. ● Implantasi plasenta dengan invasi trofoblas dari pembuluh darah uterina
● Toleransi maladaptif imunologi antara jaringan anak dan ibu.
● Ketidakmampuan ibu untuk beradaptasi pada perubahan yang diakibatkan oleh
kehamilan (sistem kardiovaskular)
● Genetik
Etiologi Preeklampsia
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Dashe JS, Hoffman BL, Casey BM, et al. Williams obstetrics. 25th ed. New York: McGraw-Hill Education; 2018
11. ● Riwayat preeklampsia
sebelumnya
syndrome
● Hipertensi kronik
● Diabetes gestasional
● Antiphospholipid
(APA)
● Obesitas
● Umur >35
● Nullipara
● CKD
● Genetik (ras)
Faktor Risiko Preeklampsia
American College of Obstetricians and Gynecologists; Task Force on Hypertension in Pregnancy. Hypertension in pregnancy. Report of the American College of Obstetricians and Gynecologists’ Task
Force on Hypertensionin Pregnancy.Obstet Gynecol. 2013; 122:1122–1131.
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Dashe JS, Hoffman BL, Casey BM, et al. Williams obstetrics. 25th ed. New York: McGraw-Hill Education; 2018
12. Klasifikasi Preeklampsia
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Dashe JS, Hoffman BL, Casey BM, et al. Williams obstetrics. 25th ed. New York: McGraw-Hill Education; 2018
16. Komplikasi Preeklampsia: Ibu
Fox R, Kitt J, Leeson P, Aye CY, Lewandowski AJ. Preeclampsia: risk factors, diagnosis, management, and the cardiovascular impact on the offspring. Journal of clinical medicine. 2019 Oct;8(10):1625.
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Dashe JS, Hoffman BL, Casey BM, et al. Williams obstetrics. 25th ed. New York: McGraw-Hill Education; 2018
Abildgaard U, Heimdal K. Pathogenesis of the syndrome of hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count (HELLP): a review. European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology. 2013 Feb 1;166(2):117-23.
RENAL
Acute kidney injury
● Resistensi arteri afferen meningkat → GFR turun
● Glomerular endotheliosis → menghambat filtrasi
LIVER
Hepatic infarction
● Nyeri RUQ/midepigastric
● ↑ AST/ALT
● Hematoma subkapsular
HEMATOLOGI
Anemia (hemolitik)
● RBC terfragmentasi karena bertabrakan dengan mikrotrombus
Trombositopenia
● Endotel rusak → adhesi platelet → kaskade koagulasi
NEUROLOGI Kejang → eklampsia
MATA
Penurunan aliran darah ke retina
● Visus turun
● Flashes
● Skotoma
17. FGR(FETAL GROWTHRESTRICTION)
● Perfusi menurun → nutrien yang diberikan kepada fetus berkurang
● Resiko stillbirthatau abnormal development meningkat
OLIGOHIDROAMNION
● Perfusi menurun → filtrasi darah fetal menurun → ekskresi urin ke amniotic sac menurun
● Komplikasi
○ Sindrom aspirasi mekonium
○ BBLR
○ Stillbirth
○ Hipoplasia paru
PRETERMDELIVERY
● Koneksi vaskuler plasma dan uterus lebih fragile → Desidua basalis sisi maternal lebih mudah terpisah dengan
vessels dari fetus → abruptio plasenta
Komplikasi Preeklampsia: Bayi
Fox R, Kitt J, Leeson P, Aye CY, Lewandowski AJ. Preeclampsia: risk factors, diagnosis, management, and the cardiovascular impact on the offspring. Journal of clinical medicine. 2019 Oct;8(10):1625.
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL,Dashe JS,Hoffman BL,Casey BM, et al. Williams obstetrics. 25th ed. New York: McGraw-Hill Education; 2018
Melina E, Ocviyanti D. Polihidroamnion dan oligohidroamnion. In: Kapita selekta kedokteran. 5th ed. Jakarta: Media Aesculapius. 2020.
19. Hipertensi
atau diastolik
mmHg pada
● Sistolik ≥140 mmHg
≥90
dua
pemeriksaan di lengan
yang sama yang
berjarak 15menit.
● Hipertensi berat:
sistolik ≥160 mmHg
atau diastolik ≥110
mmHg.
Proteinuria
● Protein >300 mg/24
jam atau dipstick urine
>
+
1
Diagnosis (POGI 2016)
Wibowo N, Irwinda R, Frisdiantiny E, Karkata MK, Mose JC, Chalid MT, et al. Pedoman nasional pelayanan kedokteran: diagnosis dan tata laksana pre-eklamsia. Jakarta: Perkumpulan
Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto Maternal; 2016. 6–9 p.
PREEKLAMPSIA
● Hipertensi +proteinuria*
● Usia kehamilan diatas 20 minggu
*Jika tidak ditemukan proteinuria
MAKA HARUS disertai minimal salahsatudari gejala berikut:
● Trombositopenia: trombosit <100.000 / mikroliter
● Gangguan ginjal: kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan
peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada
kelainan ginjal lainnya.
● Gangguan liver: peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal
dan atau adanya nyeri di daerah epigastrium/regio kanan atas
abdomen
● Edema Paru
● Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus
● Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi tanda gangguan sirkulasi
uteroplasenta: Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR) atau
didapatkan adanya absent or reversed end diastolic velocity (ARDV)
20. Diagnosis (POGI 2016)
Wibowo N, Irwinda R, Frisdiantiny E, Karkata MK, Mose JC, Chalid MT, et al. Pedoman nasional pelayanan kedokteran: diagnosis dan tata laksana pre-eklamsia. Jakarta: Perkumpulan
Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto Maternal; 2016. 6–9 p.
PREEKLAMPSIA BERAT
● Kriteria preeklampsia terpenuhi
DAN HARUS disertai minimal salah satu dari gejala berikut:
● Tekanan darah sekurang-kurangnya 160mmHg sistolik atau 110mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan
berjarak 15menit menggunakan lengan yang sama.
● Trombositopenia: trombosit <100.000 / mikroliter.
● Gangguan ginjal: kreatinin serum >1,1mg/dL atau didapatkan peningkatan kadar kreatinin serum pada
kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya.
● Gangguan liver: peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal dan atau adanya nyeri di daerah
epigastrik / regio kanan atas abdomen.
● Edema Paru
● Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus.
● Gangguan pertumbuhan janin menjadi tanda gangguan sirkulasi uteroplasenta: Oligohidramnion, Fetal
Growth Restriction (FGR) atau didapatkan absent or reversed end diastolic velocity (ARDV).
21. Diagnosis
1.
2.
3.
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Dashe JS, Hoffman BL, Casey BM, Spong CY. Williams Obstetric. 25th ed. Philadelphia. McGraw Hill; 2018. P.1736,1741, 1750).
The American College of Obstetricians and Gynecologists. Gestational hypertension and preeclampsia. Obstet Gynecol. 2020;135(6):237–60.
Khalid F. HELLP syndrome [internet]. Bethesda: National Center for Biotechnology Information; 2020 [updated 2020 Jul 31; cited 2021 Apr 18]. Available from: https://www.statpearls.com/ArticleLibrary/viewarticle/22684.
HELLP SYNDROME
● Presentasi klinis: Hemolysis, Elevated liver enzymes, Low Platelet count
● Tidak ada definisi pasti → 1. Diklasifikasikan sebagai komplikasi atau perkembangan dari
preeklampsia berat 2. Entiti berbeda
● ACOG: salah satu bentuk preeklampsia berat
The Mississippi classification system
● Class IHELLP syndrome: trombosit
dibawah 50,000/microL. (LDH>
or=600IU/L, AST>or=70 IU/L)
● Class II HELLP syndrome:
trombosit 50,000-100,000/microL.
(LDH> or=600 IU/L, AST> or=70
IU/L)
● Class III HELLP syndrome:
trombosit 100,000 -
150,000/microL. (LDH>OR=600
IU/L, AST>or=40 IU/L)
Kriteria diagnosis
ACOG
● Lactate dehydrogenase (LDH) naik ke 600 IU/L atau
lebih
● Aspartate aminotransferase (AST) and alanine
aminotransferase (ALT) naik lebih dari dua kali batas
atas normal
● Jumlah trombosit <100x 10(9)/L The
Tennessee classification system
● Hemolysis
● LDH meningkat (>or =600IU/L)
● AST meningkat (>or=70IU/L)
● Trombosit menurun (<100x 10(9)/L)
22. Diagnosis Banding Hipertensi
1.
2.
3.
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Dashe JS, Hoffman BL, Casey BM, Spong CY. Williams Obstetric. 25th ed. Philadelphia. McGraw Hill; 2018. P.1736,1741, 1750).
The American College of Obstetricians and Gynecologists. Gestational hypertension and preeclampsia. Obstet Gynecol. 2020;135(6):237–60.
Magee LA, von Dadelszen P, Stones W, Mathai M. The FIGO textbook of pregnancy hypertension. London: The Global Library of Women’s Medicine; 2016. 1–63 p.
Other hypertensive effects
● Delta: Kenaikan tekanan darah
pada kehamilan >20 minggu.
Kenaikan masih berkisar pada
<140/90mmHg.
tekanan
tertentu
● Transient: peningkatan
darah akibat stimulus
seperti nyeri persalinan.
● Masked: peningkatan tekanan
darah hanya pada pemeriksaan di
luar fasilitas kesehatan.
● White coat: peningkatan tekanan
darah hanya pada pemeriksaan di
fasilitas kesehatan.
Chronic Hypertension
Hipertensi sebelum hamil atau pada <20 minggu
kehamilan
● Dengan komorbid: DM type I/II, atau
penyakit ginjal.
● Superimposed preeclampsia: Resistensi
hipertensi, atau proteinuria baru atau yang
memburuk, atau satu/lebih adverse
condition atau satu/lebih more severe
complication
Gestational Hypertension
● Hipertensi yang timbul pertama kali setelah
20 minggu kehamilan tanpa proteinuria
atau severe features.
● Pre-eklampsia dapat timbul beberapa
minggu setelahnya.
23. Diagnosis Banding Proteinuria
Magee LA, von Dadelszen P, Stones W, Mathai M. The FIGO textbook of pregnancy hypertension. London: The Global Library of Women’s Medicine; 2016. 1–63 p.
● Pemeriksaan proteinuria
dilakukan pada pemeriksaan
antenatal pertama atau
kapanpun saat hipertensi
ditemukan.
● Apabila ditemukan proteinuria
dalam kehamilan, pemeriksaan
proteinuria harus kembali
dilakukan 6 minggu sesudah
persalinan.
● Walaupun proteinuria tidak
selalu diakibatkan oleh
preeklampsia, diagnosis kerja
preeklampsia harus tetap
diutamakan karena potensi
bahaya yang mungkin
ditimbulkan.
24. Diagnosis Banding
Ankichetty S, Chin K, Chan V, Sahajanandan R, Tan H, Grewal A et al. Regional anesthesia in patients with pregnancy induced hypertension. Journal of Anaesthesiology Clinical
Pharmacology. 2013;29(4):435.
26. Tata Laksana
Wibowo N, Irwinda R,Frisdiantiny E,Karkata MK, Mose JC, Chalid MT, et al.
Diagnosis dan tata laksana pre-eklampsia, Indonesia: Perkumpulan Obstetri dan
Ginekologi Indonesia; 2016
Manajemenekspektatif atauaktif
● Memperpanjang usia kehamilan
● Tidak meningkatkan morbiditas maternal
● Mengurangi morbiditas perinatal
27. Tata Laksana
Manajemenekspektatif atauaktif
● Memperpanjang usia kehamilan
● Tidak meningkatkan morbiditas maternal
● Mengurangi morbiditas perinatal
Wibowo N, Irwinda R,Frisdiantiny E,Karkata MK, Mose JC, Chalid MT, et al.
Diagnosis dan tata laksana pre-eklampsia, Indonesia: Perkumpulan Obstetri dan
Ginekologi Indonesia; 2016
28. Magnesium sulfat parenteral
● Lini pertama pencegahan eklampsia
○ Respon lebih baik dibandingkan
antikonvulsan lainnya
○ Dapat diberikan sebagai profilaksis pada
preeklampsia berat
● Mekanisme: belum diketahui sepenuhnya
○ Vasodilatasi akibat relaksasi otot polos →
dapat digunakan sebagai antihipertensi
atau tokolitik
○ Inhibitor receptor NMDA → mencegah
intake Ca saat asfiksia → eksitasi neuron ↓
→ kejang
Tata Laksana
● Dosis (menurut RCOG):
○ Loading dose MgSO4 4 gram selama 5-10
menit
○ Dosis rumatan 1-2 gram selama 24 jam
post partum atau setelah kejang terakhir
● Monitoring:
Produksi urin, refleks patella, saturasi oksigen,
laju pernapasan
● Efek samping:
Rasa hangat, flushing, mual-muntah, nyeri lokal,
kelemahan otot, rasa kantuk
Wibowo N, Irwinda R,Frisdiantiny E,Karkata MK, Mose JC, Chalid MT, et al. Diagnosis dan tata laksana pre-eklampsia, Indonesia: Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia; 2016
Hypertension in pregnancy. Report of the American College of Obstetricians and Gynecologists’ TaskForce on Hypertension in Pregnancy. Obstet Gynecol. 2013
Nov;122(5):1122-1131.
29. Antihipertensi
● Direkomendasikan pada:
○ Pasien preeklampsia dengan hipertensi
berat
○ Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg atau
diastolik ≥
1
10mmHg
● Lini pertama: nifedipin oral short acting,
hidralazine, dan labetalol IV
● Lini kedua: nitrogliserin, metildopa, dan labetalol
Tata Laksana
Kortikosteroid
● Pilihan: deksametason atau betametason
● Direkomendasikan pada:
○ Pasien preeklampsia berat dengan usia
gestasi ≤34minggu
○ Bayi prematur yang lahir <34 minggu
dengan pecah ketuban dini, IUGR,
trombositopenia, peningkatan enzim liver,
atau oligohidramnion berat
○ Penggunaan kortikosteroid pada pasien
sindrom HELLP belum direkomendasikan
Wibowo N, Irwinda R,Frisdiantiny E,Karkata MK, Mose JC, Chalid MT, et al. Diagnosis dan tata laksana pre-eklampsia, Indonesia: Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia; 2016
Hypertension in pregnancy. Report of the American College of Obstetricians and Gynecologists’ TaskForce on Hypertension in Pregnancy. Obstet Gynecol. 2013
Nov;122(5):1122-1131.
30. ● Identifikasi dan klasifikasi faktor resiko
● Aspirin dosis rendah
○ Pencegahan preeklampsia pada wanita
resiko tinggi
■ Dosis: 75mg/hari
■ Diberikan sebelum usia gestasi 20
minggu
● Suplementasi kalsium
○ Pencegahan preeklampsia pada wanita
resiko tinggi
■ Dosis: minimal 1g/hari
■ Diutamakan bagi wanita dengan
asupan kalsium yang rendah
● Tirah baring, restriksi garam, dan suplementasi
antioksidan tidak direkomendasikan
Pencegahan
Wibowo N, Irwinda R,Frisdiantiny E,Karkata MK, Mose JC, Chalid MT, et al. Diagnosis dan tata laksana pre-eklampsia, Indonesia: Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia; 2016
Hypertension in pregnancy. Report of the American College of Obstetricians and Gynecologists’ TaskForce on Hypertension in Pregnancy. Obstet Gynecol. 2013
Nov;122(5):1122-1131.
32. terjadi tanpa
● Definisi: Kejang pada preeklampsia
● Eksklusi penyebab kejang lain
○ Epilepsi
○ Tumor intrakranial
○ Perdarahan intrakranial
● Penyebab signifikan kematian ibu
● Gejala yang mendahului (dapat
gejala)
○ Nyeri kepala persisten
○ Pandangan kabur
○ Photophobia
○ Perubahan status mental
Eklampsia
○ Hiperrefleksia
● Insidens pada RCT kelompok placebo
○ Preeklampsia: 1,9%
○ Preeklampsia berat: 3,5%
● Dapat terjadi pada antepartum dan postpartum
● Dapat menyebabkan komplikasi neurologis
jangka panjang
Zeeman GG. Neurologic Complications of Pre-eclampsia. Seminars in Perinatology. 2009;33:166–72.
Gestational Hypertension and Preeclampsia: ACOG Practice Bulletin, Number 222. Obstetrics & Gynecology. 2020;135:e237–60.
Cipolla MJ, Zeeman GG, Cunningham FG. Cerebrovascular Pathophysiology in Preeclampsia and Eclampsia. In: Chesley’s Hypertensive Disorders in Pregnancy. Elsevier; 2015. p.
269–90.
Phipps EA, Thadhani R, Benzing T,Karumanchi SA. Pre-eclampsia: pathogenesis, novel diagnostics and therapies. Nat Rev Nephrol. 2019;15:275–89.
Khalil G. Preeclampsia: Pathophysiology and the Maternal-Fetal Risk. J Hypertens Manag. 2017;3.
34. Gangguancerebrovascular:
● Hipertensi ekstrem → disfungsi sel endothelial (preeklampsia) → overregulasi
serebrovaskular → vasospasm
○ Vasospasm menyebabkan iskemia, infark jaringan
● Peningkatan mendadak tekanan darah sistemik melebihi kapasitas autoregulasi
aliran darah otak → respon vasodilatasi
○ Vasodilatasi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik, hiperperfusi,
ekstravasasi plasma dan eritrosit, edema vasogenik
Patofisiologi
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Dashe JS, Hoffman BL, Casey BM, et al. Williams obstetrics. 25th ed. New York: McGraw-Hill Education; 2018
35. ● Hipertensi =hallmarkdari diagnosiseklampsia
○ Hipertensi berat (minimal 160 mmHg sistolik dan/atau 110mmHg diastolik) pada 20 –54%
kasus
○ Hipertensi sedang (sistolik antara 140-160 mmHg atau diastolik antara 90-110 mmHg)
pada 30 –60% kasus
○ Pada 16%kasus, hipertensi tidak ditemukan
Gejala
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Dashe JS, Hoffman BL, Casey BM, et al. Williams obstetrics. 25th ed. New York: McGraw-Hill Education; 2018
37. ● Kelahiran prematur, abrupsi plasenta,
dan asfiksia interuterin merupakan
penyebab paling sering perinatal death
● Peningkatan risiko kelahiran prematur
sebanyak 5-7kali lipat.
● Sekitar 21%bayi terlahir IUGR.
Komplikasi
Sibai BM. Diagnosis, prevention, and management of eclampsia. Obstet Gynecol 2005; 105:402.
39. - Pemberian Low-Dose Aspirin (80mg)
- Observasi dan Primary Survey
- Lakukan tatalaksana kejang
- Pemberian Magnesium Sulfate secara IV
→ 4-6g dalam 15-20 menit dilanjutkan
dengan rumatan 2g/jam selama 24 jam
setelah kejang eklampsia
- Pemberian MgSO4, harus dengan
ketersedia kalsium glukonas 10%,
ada refleks patella, jumlah urin
0.5ml/KgBB per jam, RR:
12-16x/menit
- Jika kehamilan >34 minggu → dapat
dilakukan SC (pemberian corticosteroid
untuk lung maturation dapat dilakukan) →
harus dilakukan dalam kurun waktu 6 jam
setelah kejang
Tatalaksana dan Pencegahan Eklampsia
1.
2.
3.
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Dashe JS, Hoffman BL, Casey BM, et al. Williams obstetrics. 25th ed. New York: McGraw-Hill Education; 2018
Fogleman CD. Magnesium Sulfate and Other Anticonvulsants for Women with Preeclampsia. AFP. 2011 Jun 1;83(11):1269–70
World Health Organization. Regional Office for South-East Asia. Pocket book of hospital care for mothers [Internet]. New Delhi: World Health Organization. Regional Office for South-East Asia; 2017 [cited 2022
Mar 31]. Available from: https://apps.who.int/iris/handle/10665/258716
40. ● Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan diastolik berada diantara 90-100
mmHg.
● Ukur keseimbangan cairan untuk menghindari fluid overload → Infus cairan dipertahankan 1,5 - 2 liter/24 jam.
● Kateterisasi urin untuk pengukuran volume dan pemeriksaan proteinuria.
● Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin.
● Observasi tanda vital, refleks patella dan denyut jantung janin setiap 1jam.
● Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru; Jika ada edema paru, hentikan pemberian cairan dan berikan
diuretik (furosemide 40 mg IV).
● Nilai adanya perburukan preeklampsia
○ Apabila terjadi eklampsia, lakukan penilaian awal dan tata laksana kegawatdaruratan kejang eklampsia →
Berikan kembali MgS04 2 g IV perlahan (15-20 menit)
○ Bila setelah pemberian MgS04 ulangan masih terdapat kejang, dapat dipertimbangkan → pemberian
diazepam 10 mg IV selama 2 menit
○ Rujuk pasien ke pusat rujukan tertinggi jika:
■ Kreatinin serum > 2 mg/dl
■ Produksi urin < 30 ml/jam
■ Koma bertahan > 24 jam
Tatalaksana Umum setelah
Kejang
1.
2.
Saroyo YB, Adjie JS, Danukusumo D, Purwoto G, Kusuma F, Ocviyanti D, et al. Buku Ajar OBGIN: Kegawatdaruratan Obstetri. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2015;1:60.
Severe Pre-eclampsia/Eclampsia, Management (Green-top Guideline No. 10A) [Internet]. RCOG. [cited 2022 Mar 31]. Available from:
https://www.rcog.org.uk/guidance/browse-all-guidance/green-top-guidelines/severe-pre-eclampsiaeclampsia-management-green-top-guideline-no-10a/
41. - Magnesium intoxication pada kasus eclampsia memang jarang namun sangat mungkin terjadi
- Patellar reflex yang hilang saat magnesium berada di angka: 3.5-5mmol/L
- Terdapat kegawatan respirasi
- Antidote untuk overdosis MgSO4 adalah: Berikan Kalsium glukonas 1g(20 ml dalam larutan 10%)IV
perlahan-lahan sampai pernapasan mulai lagi
- Pasien memerlukan pemantauan EKG selama dan setelah pemberian karena potensi aritmia jantung.
- Resusitasi dan dukungan ventilator harus tersedia selama dan setelah pemberian dosis magnesium sulfat
dan kalsium glukonat.
Tatalaksana Overdosis MgSO4
1. Akbar MIA, Yoseph D, - A, Bachnas MA, Dachlan EG, Dekker GA, et al. Magnesium intoxication in women with preeclampsia with severe features treated with magnesium sulfate. Hypertension in Pregnancy. 2020
Jul 2;39(3):221–7
43. Ny. 35 tahun G3P2 hamil 35 minggu dirujuk oleh bidan
dengan keluhan nyeri kepala, muntah dan tekanan darah
tinggi. Selama hamil pasien rutin control di bidan. USG 2x
dengan hasil tidak dibawa. Dari USG terakhir dikatakan
kehamilan tidak ada kelainan. Selama control kehamilan
dikatakan tekanan darah tidak tinggi. Saat pasien datang,
didapatkan pasien compos mentis, TD 160/100 mmHg,
frekuensi nadi 110x/menit, frekuensi nafas 32x/menit, dari
Protein +2
pemeriksaan urinalisis : , ureum 58mg/dl
kreatinine 1.2mg/dl , Hb 13gr/dl HT 41%Trombosit 223.000.
SGOT/PT 24/25 mg/dl.
A) Bagaimana tatalaksana pada pasien ini?
B) Anda memutuskan untuk melakukan seksio
sesarea, saat dilakukan persiapan perioperative,
pasien kejang, seluruh tubuh, kurang lebih 1menit.
Pembahasan Kasus
Anamnesis
● Usia 35 tahun → Faktor risiko PE
● 35 Minggu → >20minggu kehamilan
● Nyeri kepala → gangguan neurologis
● Muntah
● Tekanan darah tinggi
Pemeriksaan Fisik
● Compos Mentis
● TD: 160/100mmHg → Hipertensi berat
● HR: 110x/menit → tachycardia
Laboratorium
● Protein +2→ Proteinuria
● Kreatinine 1.2mg/dL → gangguan ginjal
● Hb, Ht, Trombosit, SGOT/PT: dalam batas
normal
44. Pembahasan Kasus
DiagnosisKerja: Eklampsia
Atas dasar
Anamnesis
● Usia 35 tahun → Faktor risiko PE
● 35 Minggu → >20minggu kehamilan
● Nyeri kepala → gangguan neurologis
● Muntah
● Tekanan darah tinggi
Pemeriksaan Fisik
● Compos Mentis
● TD: 160/100mmHg → Hipertensi berat
● HR: 110x/menit → tachycardia
Laboratorium
● Protein +2→ Proteinuria
● Kreatinine 1.2mg/dL → gangguan ginjal
● Hb, Ht, Trombosit, SGOT/PT: dalam batas
normal
Kriteria Diagnosis
Pre eklampsia:
● Hipertensi → 160/100mmHg
● Usia kehamilan ≥20 minggu → 35 minggu
● Proteinuria → Dipstick +2
● Gangguan ginjal → Kreatinin 1.2mg/dL
● Gejala neurologis → nyeri kepala
Eklampsia
● Pre Eklampsia → Sesuai kriteria diatas
● Kejang → Kejang, seluruh tubuh, 1menit
45. Pembahasan Kasus
TataLaksana
- Observasi dan Primary Survey
- Lakukan tatalaksanakejang
- Pemberian Magnesium Sulfate secara IV →
4-6g dalam 15-20 menit dilanjutkan dengan
rumatan 2g/jam selama 24 jam setelah kejang
eklampsia
- Pemberian MgSO4, harus dengan
ketersediaan kalsium glukonas 10%,
ada refleks patella, jumlah urin
0.5ml/KgBB per jam, RR: 12-16x/menit
- Jika kehamilan >34 minggu → dapat
dilakukanSC → harus dilakukan dalam kurun
waktu 6jamsetelahkejang
47. Pertanyaan: Apakah preeklampsia berat merupakan pertambahan gejala dari preeklampsia? Bagaimana cara membedakan gejalanya?
Jawaban: Pada severe, end organ damage nya lebih luas. Jika ada hipertensi +proteinuria → PE, namun kalau tidak ada proteinuria
namun dengan salah satu gejala dalam kriteria diagnosis → PE. Namun, jika gejala nya itu lebih dari satu maka dapat dikatakan bahwa
penegakan diagnosis nya PE berat. Kalau di POGI 160/110 mmHg → PE Berat. Intinya, severe dan non severe itu end organ damage lebih
luas → gejala nya >
1dan hipertensi nya 160/110 mmHg. Namun perlu diingat kalau ini berdasarkan kesepakatan. Dalam pathogenesis nya
tidak perlu dari PE → Eklampsia, tapi tergantung dari cerebral autoregulation dari setiap pasien yang bergantung pada nutrisi dan
genetic predisposition dari setiap ibu.
Klarifikasi: Pre eklampsia bukan merupakan penyakit, tapi ini merupakan syndrome. Orang belum tahu penyakit utama nya dimana (e.g
decidua/ thropoblast). Syndrome itu artinya orang menemukan ibu2 banyak yang meninggal awalnya dengan tensi tinggi, dulu disebut
keracunan kehamilan (toxicity of pregnancy), isinya tensi tinggi +ibu kejang (saat ini eklampsia). Proteinuria baru ditemukan nanti →
urine keruh +edema. Kita bisa liat ke definisi hipertensi, urgent hypertension dan emergency hypertension → end organ involvement.
Bedanya adalah end organ involvement, artinya bergantung dengan severity. Kalau hipertensi orang nya stroke, tensi 180/120 mmHg
dengan kehilangan pendengaran di kuping kiri → urgent dibandingkan dengan tensi tinggi saja. Intinya end organ involvement →
dibuktikan dengan lab. Bisa saja PE tanpa end organ involvement tapi tiba-tiba ada cerebral edema. Intinya end organ involvement yaaa.
(e.g nyeri kepala, nyeri ulu hati) → pada intinya yang bermasalah endothelial dysfunction (ngga beda jauh dengan DB; karena ada
hepatomegaly dkk). Inflammation (inget signs of inflamasi) → SIRS. Infeksi covid → PE bisa, karena mekanisme nya sama. SIRS →
endothelial dysfunction (sehingga gangguan kebocoran vaskular dan vasodilatasi) → microangiopathic hemolysis (HELLP) → Hepatic
hematome (ec kebocoran plasma) dan infarct (vasokonstriksi). Hepatic rupture in PE pernah ada tanpa HELLP. Cara membedakan bisa
diliat di POGI/International Hypertension group study/RCOG/ACOG
QnA: Pandu
48. Pertanyaan: Apa yang menyebabkan nyeri abdomen jika ada hepatic infarct dalam kondisi pre-eklampsia?
Jawaban: Karena pada hepatic infarct / systemic arteriovasoconstriction → blood accumulates di hepatic vein → akan membuat
pembesaran liver → stretch liver capsules → aktivasi nociceptor → nyeri right upper quadrant.
Klarifikasi: Endothelial dysfunction → kebocoran plasma dan vasokonstriksi → hepatic rupture kalau tidak terkontrol. Sehingga terjadi
nyeri ulu hati, begah, hepatomegali.
QnA: Tony
49. Pertanyaan: Proteinuria merupakan salah satu indikator dari PE, mau tanya untuk proteinuria sendiri metode apa saja yang sebaiknya
digunakan untuk diagnosis dalam kondisi PE?
Jawaban: Untuk proteinuria ada banyak opsi untuk diagnosis, bisa dengan urinary dipstick, heat coagulation test, protein/creatinine
ratio, albumine/creatinine ratio, bisa juga dgn urine collection 24 jam → gold standard. Pengumpulan urine 24 jam cenderung kurang
akurat, tapi kalo dipstick itu murah dan mudah tapi kalau menurut POGI 2016, bukan pemeriksaan akurat dalam memperkirakan kadar
proteinuria. Pemeriksaan protein dipstick ada positive palsu yang tinggi → 80%. Hal ini disebabkan kontaminasi di vagina, penggunaan
cairan pembersih. Kalau RCOG, menetapkan kalau proteinuria dengan dipstick dapat digunakan sebagai screening dan harus di
konfirmasi ulang dengan urine collection 24 jam. Kalau FIGO, key points nya wanita hamil harus dinilai proteinuria pada awal kehamilan,
kalau di fasilitas terbatas → prioritas nya untuk orang yang ada risk factor atau diagnosis PE. Kalau +2 ini bisa strongly suspect
proteinuria yang signifikan → lanjutin urine collection 24 jam (pemeriksaan definitif).
Klarifikasi: Urine tampung 24 jam untuk diagnosis. Makanya saat ini semuanya tidak mutlak menggunakan proteinuria, karena kalau
nunggu 24 jam bakalan bingung sama tata laksana. Tidak semua kejang itu eklampsia karena masih ada DDyg lain.
QnA: Alif
50. Pertanyaan: Dalam pembahasan kasus, kehamilan sudah >34 minggu, kenapa masih perlu diberikan kortikosteroid? Karena seharusnya
paru sudah matang jika usia kehamilan >34 minggu.
Jawaban: Dalam pembahasan kasus ini kehamilan memang sudah >34 minggu, jadi yang dimaksud itu kalau ≥34 minggu sebenarnya yang
dianjurkan adalah kalau pasien tersebut belom diberikan antenatal steroid dapat diberikan dengan tata laksana kejang. Dalam pasien ini
tidak perlu diberikan lagi karena harusnya tidak perlu diberikan. Jadi tata laksana kejang → pemberian rumatan → SC.
Klarifikasi: RCOG mengatakan sampai 34 minggu, 80-84% alveolus sudah berkembang. Jadi disarankan 24-34 minggu. Kalau di RSCM
sampai 36 minggu. Guideline mengatakan 24-34 minggu atas pertimbangan klinis dapat di tawarkan atau diberikan sampai 36 minggu +6
hari. Masih kontroversial karena sebenernya ada 15-16% paru belum matang, masih ada manfaat nya kalau diberikan sampai 36 minggu.
Kalau diberikan 34 minggu, 3 hari yang lalu, intinya di jarak 1minggu. Pemberian ulangan harus dipertimbangkan, pemberian diatas 34
minggu - 36 minggu +6 hari harus dipertimbangkan, dikasih tau pros and cons nya jg (e.gsteroid → anti insulin).
QnA: Edward Yo
51. - Ibu hamil, perut besar, >20minggu. Tensi tinggi → pre eklampsia. Jangan ragu untuk diagnosis, misal ada
curiga nephritic syndrome/ minimal change disease/ tumor di adrenal dengan infeksi saluran kemih/ lupus
nephritis. Dd nya banyak banget, tapi pikirkan dulu PE. Tensi 160/110kita belum periksa lab → kasih aja
MgSo4 (kalau ragu kasih aja).
- Jika ada masalah urin, tapi refleks patella +,respirasi baik, maka bisa langsung berikan MgSO4 → loading
dosenya (4mg)tidak akan mencapai di angka >3.5mmol/L → baik primer ataupun tersier, dia gak langsung ke
theurapeutic range
- Pencegahan eklampsia, kejang, pencegahan tensi tinggi, terminasi kehamilan. Jangan sampai terlalu turun
TD → MAP turun 20% (pada superimpose angka 160/110bukan masalah, dan bisa langsung terminasi
kehamilan if stable)
Take Home Message