Metode CMIA adalah modifikasi dari ELISA yang menggunakan konjugat akridinium dan mikropartikel paramagnetik. CMIA memiliki sensitivitas tinggi untuk mendeteksi berbagai analit seperti antigen virus, metabolit, dan penanda tumor. CMIA cocok untuk pemeriksaan skrining massal meskipun membutuhkan peralatan khusus dan biaya yang lebih tinggi.
1. PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LABORATORIUM KLINIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN 2022
TUGAS IMUNOLOGI LANJUT
CHEMILUMINESENCE MAGNETIC MICROPARTICLE ASSAY
(CMIA)
Dosen Pengampu: Dr.Budi Santosa, M.Si.Med
Disusun oleh:
Neydi Frischilya Souisa G4C021008
Ira Sartika G4C021009
Adisa Amari Ulfa G4C021011
Yogo Suwiknyo G4C021012
Indah Aipassa G4C021013
Ilhammuddin G4C021014
Mayada Khaira El Umammi G4C021015
2. Introduction
Metode CMIA adalah bentuk modifikasi dan lanjutan dari
teknik Enzyme Linked Immuno Sorrbant Assay (ELISA).(Ilyas &
Ahmad, 2014)
Metode CMIA menggunakan konjugat akridinium yang terlabel
sebagai sistem deteksi
3. 1. Paramagnetik Mikropartikel yang dilekatkan anti
analit dari analit yang akan diukur.
2. Analit dari sampel yang akan diukur.
3. Konjugat yang dilabel acridinium.
4. Analit dari sampel yang tidak diukur.
Berikut adalah reactants yang dibutuhkan oleh teknologi
CMIA
4. Prinsip Kerja CMIA
Spesimen awal yang dicampur dan Ag ditambah
dengan biotin; Setelah inkubasi pertama
menambahkan Acridinium terkonjugasi dengan
Ruthenium (konjugat) kompleks dan dilapisi
streptavidin (fase padat) mikropartikel paramagnetik;
Ac terkonjugasi pasangan dengan situs masih
kosong dari terbiotinilasi Ag, dan seluruh
mikropartikel kompleks mengikat interaksi
streptavidin biotin; Setelah inkubasi kedua campuran
reaksi dilewatkan ke dalam sel pengukuran;
kompleks imun magnetik bergerak pada permukaan
elektroda dan komponen terikat dihapus dengan
mencuci; Reaksi chemiluminescence dirangsang
secara elektrik, dan jumlah cahaya yang dihasilkan
berbanding terbalik dengan konsentrasi Ag dalam
sampel.
https://pdfcoffee.com/clia-pdf-free.html
5. Penambahan mikropartikel
ke dalam sampel
inkubasi
Magnet menarik
mikropartikel yang telah
berikatan dengan analit
Penambahan konjugat
yang telah dilabel
acridinium
inkubasi
Wash Zone manifold
mencuci campuran reaksi
dengan wash buffer
Penambahan Pre-Trigger
Solution (hidrogen
peroksida)
Penambahan trigger
Pengukuran
Sistematika cara kerja CMIA
8. 1. Pre trigger ditambahkan. Pre trigger dirancang
untuk melepaskan acridinium yang dipatenkan dari
fase padat
2. Sebuah magnet menarik mikropartikel paramagnetic
ke sisi dinding RV
3. Trigger ditambahkan ke larutan yang akan menjadi
alkali dan menghasilkan cahaya
Label acridinium dilepaskan ke dalam larutan
4. Cahaya yang dihasilkan diukur sebagai RLU
10. Jenis pemeriksaan
√ Penanda virus hepatitis
√ Penanda fungsi kelenjar tiroid
√ Penanda fungsi jantung-
TroponinT
√ Metabolit-Vitamin B12
√ Penanda tumor
11.
12. Prosedur Kerja
1. Probe akan menambahkan paramagnetik mikropartikel ke sampel yang ada
didalam RV. Vortexer membuat campuran reaksi menjadi homogen.
2. Dilakukan inkubasi sehingga analit yang ada didalam sampel akan berikatan
dengan anti analit yang ada di mikropartikel dan membentuk ikatan immuno
complex
3. Magnet menarik paramegnetik mikropartikel yang telah berikatan dengan analit
yang ada disampel ke dinding RV. Wash Zone manifold mencuci campuran reaksi
dengan wash buffer untuk membuang analit yang tidak berikatan.
4. Reagent pipettor menambahkan konjugat yang telah dilabel acridinium.
Konjugat ini akan melekat pada ikatan immun sehingga ikatan menjadi sempurna.
5. Campuran reaksi diinkubasi
6. Wash Zone manifold mencuci campuran reaksi dengan wash buffer untuk
membuang analit yang tidak berikatan.
7. Probe Pre-Trigger menambahkan Pre-Trigger Solution (hidrogen peroksida)
dilanjutkan oleh CMIA Reader membaca background. Pre Trigger berfungsi untuk :
a. Membuat lingkungan campuran reaksi menjadi asam untuk menjaga supaya
jangan terjadi pelepasan energi. b. Menjaga supaya mikropartikel tidak
menggerombol. c. Melepaskan acridinium dari ikatan immuno complex. Hal ini
untuk mempersiapkan acridinium ke step berikutnya.
8. Probe Trigger menambahkan Trigger Solution (sodium hidroksida) kedalam
campuran reaksi. Acridinium melewati proses oksidasi ketika terpapar menjadi
peroksida dan larutan alkali. Reaksi ini menyebabkan terjadinya reaksi
chemiluniscent dan melepaskan energi dalam bentuk emisi cahaya.
9. CMIA Reader mengukur emisi chemiluminescent yang terjadi dalam periode
waktu tertentu untuk mengukur konsentrasi suatu analit
Abbot Architect® i1000i SRTM Training Manual
13. Contoh pengaplikasian di laboratorium
Studi ini menunjukkan bahwa CMIA uji
serologis dapat menjadi deteksi pelengkap
penting selain dari uji RNA untuk diagnosis
COVID-19. Dan CMIA memiliki sensitivitas
dan spesifisitas yang tinggi untuk mendeteksi
sampel serum, terutama durasi dari onset
gejala hingga uji serologi ini lebih dari 7 hari.
CMIA juga mengambil keuntungan dari
operasi otomatistetapi instrumennya mahal.
Metode ini memberi kita pilihan yang fleksibel
untuk pemeriksaan imunologis serologis. Ini
harus direkomendasikan untuk diterapkan
dalam manajemen klinis dan surveilans
epidemiologi. Peneliti juga menemukan bahwa
usia dan jenis kelamin tidak mempengaruhi
produksi antibodi, pasca onset adalah faktor
utama yang mempengaruhi produksi antibodi
untuk pasien COVID-19. Tingkat keparahan
penyakit pasien COVID-19 mempengaruhi
tingkat antibodi. Mekanisme spesifik dan
apakah ada faktor lain yang mempengaruhi
produksi antibodi perlu studi lebih lanjut
14. Tes skrining human immunodeficiency virus
(HIV) telah meningkat dari deteksi antigen
tunggal menjadi deteksi kombinasi antigen-
antibodi. Namun, kekhawatiran telah diangkat
atas potensi hasil positif palsu dalam tes
kombinasi antigen-antibodi. Penelitian ini
menyelidiki efektivitas klinis skrining kombinasi
antigen/antibodi HIV (HIV Ag/Ab) dengan
chemiluminescence microparticle
immunoassay (CMIA) di lebih dari 88.000
sampel dari daerah prevalensi rendah HIV di
Beijing, Cina. Hasil skrining HIV Ag/Ab CMIA
konsisten dengan yang diperoleh dengan tes
Western blot dan HIV-RNA, dan memiliki
akurasi 99,74% (indeks Kappa = 0,98). Hasil
positif palsu lebih umum untuk wanita yang
dipengaruhi oleh faktor gangguan klinis
(misalnya, penyakit ginjal, tumor) dibandingkan
pria (80,95% vs 15,09%, P <0,001). Ketika
rasio signal-to-cutoff (S/CO) CMIA adalah
11,26, sensitivitas dan spesifisitas tertinggi
(100%, 99,43%), dan area di bawah kurva
ROC (AUC) adalah 0,998. Spesimen yang
negatif oleh CMIA (S/CO <1) semuanya
negatif dengan tes HIV-RNA
15. Hasil penelitian ini menunjukkan kinerja analitik
yang baik dan korelasi uji CEA berdasarkan uji
presisi selama 20 hari pada platform Architect
i2000SR dan Cobas E601. Namun demikian,
analisis CEA untuk setiap pasien harus
dilakukan dengan reagen yang sama pada
penganalisis yang sama meskipun dapat
dibandingkan. Salah satu masalah adalah
pemantauan jangka panjang karena pasien
dapat mengubah rumah sakit atau laboratorium
yang dapat memperkenalkan metode baru
evaluasi penanda tumor. Idealnya, hasil yang
diperoleh dengan metode yang berbeda harus
sepenuhnya sebanding. Di masa depan, perlu
untuk menentukan konsentrasi dasar CEA yang
baru untuk memantau setiap pasien. Selain itu,
perlu dilakukan standarisasi dan harmonisasi
berbagai immunoassay CEA di masa
mendatang
16. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan Kekurangan
1. Lebih efektif
2. Lebih mudah
3. Lebih cepat
Contoh utk px HIV:
Pemeriksaan HIV generasi keempat yang menggabungkan
pemeriksaan antibodi dan antigen memiliki tingkat
spesifisitas yang tinggi, tetapi tidak cocok digunakan untuk
skrining akibat tingginya angka positif palsu.
Metode pemeriksaan ini juga ditemukan kurang efektif pada
daerah yang memiliki prevalensi HIV yang rendah karena
tingginya tingkat positif palsu pemeriksaan ini.
pertimbangan lain yang perlu dipikirkan adalah cost-
effectiveness dan kesediaan alat pemeriksaan ini. Perhatian
lain yang penting untuk klinisi adalah bagaimana aplikasi
pemeriksaan ini dalam algoritma penegakan diagnosis HIV
dan prosedur pemeriksaan, apakah pemeriksaan ini dapat
digunakan sebagai pemeriksaan tunggal atau memerlukan
tes lain untuk konfirmasi hasil pemeriksaan.
18. Kesimpulan
CMIA adalah metode pemeriksaan imunoserologi yang menggunakan mikropartikel. Metode ini
hampir sama dengan teknik EIA dan ELISA kecuali bahwa pengujian enzim reseptor akhir
digantikan dengan chemiluminescent diikuti oleh pengukuran dari emisi cahaya sebagai akibat dari
reaksi kimia. EIA, dengan sensitifitas yang tinggi akan mendeteksi petanda target dari infeksi.
Reagen yang telah dievaluasi dengan baik untuk tujuan diagnostik maupun uji saring harus
memenuhi standar. EIA dan CMIA cocok untuk pemeriksaan sampel dalam jumlah besar dan
membutuhkan beberapa peralatan khusus.
19. Daftar Pustaka
Cui, C., Liu, P., Feng, Z., Xin, R., Yan, C., & Li, Z. (2015). Evaluation of the clinical effectiveness of HIV antigen/antibody screening using a
chemiluminescence microparticle immunoassay. Journal of Virological Methods, 214, 33–36. https://doi.org/10.1016/j.jviromet.2014.07.026
Ilyas, M., & Ahmad, I. (2014). Chemiluminescent microparticle immunoassay based detection and prevalence of HCV infection in district Peshawar
Pakistan. Virology Journal, 11(1), 1–5. https://doi.org/10.1186/1743-422X-11-127
Liu, W., Kou, G., Dong, Y., Zheng, Y., Ding, Y., Ni, W., Wu, W., Tang, S., Xiong, Z., Zhang, Y., Liu, L., & Zheng, S. (2020). Clinical application of
Chemiluminescence Microparticle Immunoassay for SARS-CoV-2 infection diagnosis. Journal of Clinical Virology, 130(July), 104576.
https://doi.org/10.1016/j.jcv.2020.104576
Popp, C., Krams, D., Beckert, C., Buenning, C., Queirós, L., Piro, L., Luciani, M., Roebbecke, M., & Kapprell, H. P. (2011). HBsAg blood screening and
diagnosis: Performance evaluation of the ARCHITECT HBsAg qualitative and ARCHITECT HBsAg qualitative confirmatory assays. Diagnostic
Microbiology and Infectious Disease, 70(4), 479–485. https://doi.org/10.1016/j.diagmicrobio.2011.03.022
Serdarevic, N., & Smajic, J. (2018). Comparison of chemiluminescent microparticle immunoassay with electrochemiluminescence immunoassay for
carcinoembryonic antigen. Journal of Health Sciences, 8(2), 94–100. https://doi.org/10.17532/JHSCI.2018.520
Zhang, Q. Y., Chen, H., Lin, Z., & Lin, J. M. (2012). Comparison of chemiluminescence enzyme immunoassay based on magnetic microparticles with
traditional colorimetric ELISA for the detection of serum α-fetoprotein. Journal of Pharmaceutical Analysis, 2(2), 130–135.
https://doi.org/10.1016/j.jpha.2011.10.001
20. Terima Kasih
● You can list your reference websites
or publications here
● You can list your reference websites
or publications here
● You can list your reference websites
or publications here
● You can list your reference websites
or publications here