2. Sudah dijelaskan bahwa para
klien yang hadir untuk
mendapatkan konseling dapat
saja memperlihatkan sikap
enggan atau menutup diri untuk
ditolong.
3. Konselor perlu memiliki orientasi yang tepat
sehingga mempermudah relasi dengan
klien. Orientasi ini mencakup ;
• Melihat klien sebagai teman bukan musuh.
• Berempati dan mengerti perasaan klien.
• Pandai melihat perilaku klien sebagai cara
untuk bekerja sama
4. • Pandai –pandai melihat perilaku klien
sebagai cara untuk bekerja sama.
• Optimis bahwa ada yang dapat diubah.
• Secara positif sanggup melihat kekuatan
– kekuatan dalam diri klien.
• Bersikap realistis terhadap kondisi klien
• Bersikap menerima dan dapat
menyampaikan hal-hal ini dalam suatu
cara yang wajar.
5. MENANGANI KLIEN YANG BERSIKAP
MENOLAK
Menghadapi permintaan – permintaan tak
wajar.
Cara membantu untuk menangani klien seperti
ini adalah berusaha untuk memahami bahwa
klien sedang menangani diri mereka sendiri. Di
sini mereka membutuhkan empati,keluwesan
untuk menerima diri mereka.
6. Membuat janji dengan klien
Hanya karena klien telah menghubungi
konselor atau ada dalam proses
konseling, hal ini berarti bahwa ia bersedia
atau siap untuk melakukan proses
konseling lebih jauh. Pembatalan dan
ketidak hadiran dapat saja terjadi
disebabkan alasan-alasan praktis. Hal ini
juga bisa dilihat sebagai suatu bentuk
penolakan.
7. Pihak ketiga sebagai penghubung
Yang sebaiknya dilakukan adalan mengundang
pihak ketiga untuk berbicara tentang klien.
Pembicaraan harus dipusatkan kepada
klien, bahkan meskipun penghubung itu sendiri
membutuhkan konseling.
Klien bersikap bermusuhan
Konselor sebaiknya menanggapi secara tenang
dan tidak emosional. Bukannya hanya itu saja
konselor harus membantu klien untuk
mengalihkan kemarahannya.
8.
9. Mengerti situasi klien
Biarlah klien mengetahui bahwa memang
berat jika ia dipaksa untuk mengikuti
konseling. Katakan juga bahwa konseling
jarang sekali berhasil jika menangani klien
yang merasa terpaksa.
Peka terhadap perasaan klien
Berilah kesempatan untuk berbicara jika
klien memang menginginkannya tetapi
jangan memaksanya jika ia tidak mau
berbicara.
10. Perhatian pribadi
Ada baiknya konselor berbicara secara
pribadi dengan salah satu pasangan suami-
istri atau anggota keluarga di ruangan
terpisah setelah mereka berbicara bersama
dalam pertemuan.
Bersikap menyimak
Memberi perhatian penuh terhadap apapun
yang dikatakan klien, ini menunjukkan
bahwa kita memperhatikan dan sungguh-
sungguh tertarik.
11. Mendampingi klien
Sama seperti klien yang bersikap menutup
diri, klien yang bersikap enggan memerlukan
hubungan yang akrab agar bisa membuka diri.
Menghentikan konseling
Ada klien yang tidak hanya bersikap enggan tetapi
tidak bersedia untuk melanjutkan konseling.
12. MELIBATKAN KLIEN YANG PASIF DAN
MEMBISU
Konselor mungkin menemukan klien yang
tidak banyak bicara atau tetap membisu
untuk sementara waktu. Klien sperti ini
biasa saja klien yang bersikap enggan atau
orang yangmempunyai sikap penolakan
yang kuat atau hanya sekadar tidak pandai
mengungkapkan gagasannya.
13. Memahami kesulitan klien
Konselor harus menyadari bahwa klien bisa
saja mengalami kesulitan jika harus
membuka diri atau membicarakan sesuatu
yang pribadi kepada orang yang belum
dikenal.
Memberikan alternatif
Konselor tidak perlu memaksa klien untuk
berbicara tetapi memberi alternatif. Memberi
alternatif merupakan suatu cara yang
mengarahkan klien menanggapi konseling.
14. Memberi ijin
Memberi tahu klien bahwa ia dapat
menceritakan kisahnya kapan saja, tetapi ia
harus menceritakannya pada suatu saat.
Jangan menekan
Beberapa konselor pada akhirnya berselisih
dengan klien mereka karena mereka ingin
klien membuka diri dan berterus terang. Ini
seharusnya dihindari,sebab klien berhak
untuk menyimpan rahasianya.
15. Bersikap kreatif
Konselor harus memiliki sikap yang kreatif
dalam menanggani klien sebab konseling
tidak berjalan secara mekanis dan klien
bukanlah mesin yang dapat dimanipulasi
sesuai kehendak kita.
16. CARA –CARA LAIN UNTUK MENANGANI SIKAP
MENOLAK
Bicaralah dalam bahasa klien
Setiap orang,keluarga,atau pasangan suami
istri memiliki bahasa sendiri untuk
mengungkapkan pengalaman hidup
mereka. Konselor harus mempelajari
bahasa klien dan menggunakannya untuk
mempermudah tercapainya sasaran
konseling.
17. Pemanfaatan
Istilah ini mengacu pemanfaatan apa saja
yang disodorkan klien pada konselor dalam
konseling, entah berupa
perilaku, sikap,reaksi, atau keadaan
psikologis klien. Konselor harus dapat
menerima klien apa adanya dan
melibatkannya dalam pemecahan masalah.
18. Menyemangati sikap menolak
Banyak konselor yang frustasi karena klien
setuju untuk melakukan tugas yang diberikan
tetapi pada kenyataannya ia tidak melakukan
apa pun. Bisa saja klien memang
mempunyai alasan yang masuk akal
sehingga ia tidak melakukannya. Tetapi hal
ini juga dapat dilihat sebagai sikap menolak.
Untuk mengatasinya,konselor harus
menerima sikap penolakan ini dan harus
menyemangatinya.
19. Caratak langsung
Tidak selalu mudah untuk membuat klien
melakukan sesuatu lewat cara-cara yang
langsung. Konselor harus dapat mencoba
berbagai cara asalkan klien dapat
menerimanya dan melaksanakannya.
20. Menggunakan seakan-akan
Memberikan kerangka “seakan-akan”
kepada klien agar komunikasi dapat
berjalan bagus dan dapat membantu. Yang
dapat konselor lakukan adalah meminta
klien untuk membayangkan dirinya sebagai
orang lain atau berada dalam situasi yang
berbeda.
21. Pantang menyerah
Konselor harus menunjukkan pada
klien bahwa anda tahu bahwa mereka
dapat berubah, tetaplah teguh, dan
dengan sabar mendorong mereka
untuk mewujudkannya. Ada beberapa
klien yang membutuhkan waktu serta
dorongan semangat sebelum mereka
merelakan dirinya untuk mengalami
perubahan.
22. KELUWESAN DAN KREATIVITAS
Konselor efektif adalah konselor yang mampu
bersikap luwes dan kreatif. Ia akan berusaha untuk
tidak melakukan hal yang sama berulang-ulang
tetapi tanpa hasil. Ia bersedia untuk bersikap luwes
untuk menciptakan tanggapan-tanggapan yang
berbeda dari klien, mengetahui dengan baik banyak
model tanggapan, dan mengubah-ubahnya
sehingga bisa memancing klien.