SlideShare a Scribd company logo
1 of 44
KONSEP DASAR

• Manusia dalam kehidupannya selalu aktif
  sebagai suatu keseluruhan.

• Setiap individu bukan semata-mata
  merupakan penjumlahan dari bagian-
  bagian organ-organ seperti hati, jantung,
  otak, dan sebagainya, melainkan
  merupakan suatu koordinasi semua
  bagian tersebut.
• Manusia aktif terdorong kearah
  keseluruhan dan integrasi pemikiran,
  perasaan, dan tingkah lakunya

• Setiap individu memiliki kemampuan
  untuk menerima tanggung jawab
  pribadi, memiliki dorongan untuk
  mengembangkan kesadaran yang
  akan mengarahkan menuju
  terbentuknya integritas atau
  keutuhan pribadi.
 Hakikat manusia menurut Gestalt :
  • Hanya dapat dipahami dalam
    keseluruhan konteksnya

  • Merupakan bagian dari lingkungannya
    dan hanya dapat dipahami dalam
    kaitannya dengan lingkungannya itu

  • Aktor bukan reaktor
• Berpotensi untuk menyadari
  sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi,
  dan pemikirannya

• Dapat memilih secara sadar dan
  bertanggung jawab

• Mampu mengatur dan mengarahkan
  hidupnya secara efektif.
• Dalam hubungannya dengan
  perjalanan kehidupan manusia :

         tidak ada yang “ada”
         kecuali “sekarang”.

 Masa lalu telah pergi dan masa
 depan belum dijalani, oleh karena itu
 yang menentukan kehidupan
 manusia adalah masa sekarang.
• Kecemasan :

       “kesenjangan antara
        saat sekarang dan
        yang akan datang”

• Jika individu menyimpang dari saat
  sekarang dan menjadi terlalu terpu-
  kau pada masa depan, maka mereka
  mengalami kecemasan.
• Unfinished business
  (urusan yang tak selesai)

         perasaan-perasaan yang tidak
         tersalurkan/terungkapkan
         seperti : dendam, kemarahan,
         kebencian, sakit hati,
         kecemasan, kedukaan, rasa
         berdosa, rasa diabaikan
• Karena tidak terungkapkan di dalam
  kesadaran, perasaan-perasaan di ba-
  wa pada kehidupan sekarang dengan
  cara-cara yang menghambat hubung-
  an yang efektif dengan dirinya sendi-
  ri dan orang lain

• Urusan yang tak selesai itu akan
  bertahan sampai ia berani mengha-
  dapi dan menangani/mengatasinya
ASUMSI TINGKAH LAKU
     BERMASALAH
• Individu bermasalah karena terjadi
  pertentangan antara kekuatan “top
  dog” dan keberadaan “under dog”

  o Top dog adalah kekuatan yang
    mengharuskan, menuntut, mengancam

  o Under dog adalah keadaan defensif,
    membela diri, tidak berdaya, lemah,
    pasif, ingin dimaklumi.
• Perkembangan yang terganggu
  karena terjadi ketidakseimbangan
  antara apa-apa yang harus (self-
  image) dan apa-apa yang diinginkan
  (self)

• Terjadi pertentangan antara
  keberadaan sosial dan biologis

• Ketidakmampuan individu
  mengintegrasikan pikiran, perasaan,
  dan tingkah lakunya
• Mengalami gap/kesenjangan
  sekarang dan yang akan datang

• Melarikan diri dari kenyataan
  yang harus dihadapi
• Spektrum tingkah laku
  bermasalah :
  Kepribadian kaku (rigid)
  Tidak mau bebas-bertanggung
   jawab, ingin tetap tergantung
  Menolak berhubungan dengan
   lingkungan
  Memelihara unfinished bussiness
  Menolak kebutuhan diri sendiri
  Melihat diri sendiri dalam
   kontinum “hitam-putih” .
TUJUAN KONSELING

• Tujuan utama :

                   Membantu klien berani
                   menghadapi tantangan dan
                   kenyataan yang harus dihadapi

• Klien dapat berubah dari ketergantungan
  terhadap lingkungan/orang lain menjadi percaya
  pada diri, dapat berbuat lebih banyak untuk
  meningkatkan kebermaknaan hidupnya.
• Individu yang bermasalah pada
  umumnya belum memanfaatkan
  potensinya secara penuh, ia baru
  memanfaatkan sebagaian dari
  potensinya yang dimilikinya

       Melalui konseling, konselor
       membantu klien agar potensi
       yang baru dimanfaatkan
       sebagian ini dimanfaatkan dan
       dikembangkan secara optimal.
• Tujuan spesifik

  1. Membantu klien agar dapat memper-
     oleh kesadaran pribadi, memahami
     kenyataan atau realitas, serta menda-
     patkan insight secara penuh

  2. Membantu klien menuju pencapaian
     integritas kepribadiannya
3. Mengentaskan klien dari kondisinya
   yang tergantung pada pertimbangan
   orang lain ke mengatur diri sendiri (to
   be true to himself)

4. Meningkatkan kesadaran individual
   agar klien dapat bertingkah laku
   menurut prinsip-prinsip Gestalt, semua
   situasi bermasalah (unfinished
   bussines) yang muncul dan selalu
   akan muncul dapat diatasi dengan
   baik.
DESKRIPSI PROSES
         KONSELING
• Fokus utama konseling : bagaimana keadaan
  klien sekarang serta hambatan-hambatan apa
  yang muncul dalam kesadarannya

        Tugas konselor : mendorong klien untuk
        dapat melihat kenyataan yang ada pada
        dirinya dan mau mencoba menghadapinya

• Klien bisa diajak untuk memilih dua alternatif,
  menolak kenyataan yang ada pada dirinya atau
  membuka diri untuk melihat apa yang sebenarnya
  terjadi pada dirinya sekarang
• Konselor menghindarkan diri dari pikiran-pikiran
  yang abstrak, keinginan-keinginannya untuk
  melakukan diagnosis, interpretasi maupun
  memberi nasihat

• Konselor sejak awal konseling sudah
  mengarahkan tujuan agar klien menjadi matang
  dan mampu menyingkirkan hambatan-hambatn
  yang menyebabkan klien tidak dapat berdiri
  sendiri

• Konselor membantu klien menghadapi transisi
  dari ketergantungannya terhadap faktor luar
  menjadi percaya akan kekuatannya sendiri.
  Usaha ini dilakukan dengan menemukan dan
  membuka ketersesatan atau kebuntuan klien.
• Pada saat klien mengalami gejala
  kesesatan dan klien menyatakan
  kekalahannya terhadap lingkungan
  dengan cara mengungkapkan
  kelemahannya, dirinya tidak berdaya,
  bodoh, atau gila

• Konselor membantu membuat perasaan
  klien untuk bangkit dan mau menghadapi
  ketersesatannya sehingga potensinya
  dapat berkembang lebih optimal.
Deskripsi Fase-fase Proses
Konseling :
• Fase pertama
   konselor mengembangkan pertemuan
    konseling, agar tercapai situasi yang
    memungkinkan perubahan-perubahan yang
    diharapkan pada klien

   Pola hubungan yang diciptakan untuk setiap
    klien berbeda, karena masing-masing klien
    mempunyai keunikan sebagai individu serta
    memiliki kebutuhan yang bergantung kepada
    masalah yang harus dipecahkan.
• Fase kedua

   Konselor berusaha meyakinkan dan
    mengkondisikan klien untuk mengikuti
    prosedur yang telah ditetapkan sesuai
    dengan kondisi klien

   Ada dua hal yang dilakukan konselor
    dalam fase ini, yaitu :
1. Membangkitkan motivasi klien :
    memberi kesempatan klien untuk menyadari
     ketidaksenangannya atau ketidakpuasannya
    Makin tinggi kesadaran klien terhadap
     ketidakpuasannya semakin besar motivasi
     untuk mencapai perubahan dirinya, sehingga
     makin tinggi pula keinginannya untuk bekerja
     sama dengan konselor.

2. Membangkitkan otonomi klien :
    menekankan kepada klien bahwa klien boleh
     menolak saran-saran konselor asal dapat
     mengemukakan alasan-alasannya secara
     bertanggung jawab.
• Fase ketiga

   Konselor mendorong klien untuk
    mengatakan perasaan-perasaannya
    pada saat ini

   Klien diberi kesempatan untuk
    mengalami kembali segala perasaan
    dan perbuatan pada masa lalu, dalam
    situasi di sini dan saat ini.
 Kadang-kadang klien diperbolahkan
  memproyeksikan dirinya kepada konselor

 Melalui fase ini, konselor berusaha
  menemukan celah-celah kepribadian atau
  aspek-aspek kepribadian yang hilang,
  dari sini dapat diidentifikasi apa yang
  harus dilakukan klien.
• Fase keempat

   Setelah klien memperoleh pemahaman
    dan penyadaran tentang pikiran,
    perasaan, dan tingkah lakunya,
    konselor mengantarkan klien memasuki
    fase akhir konseling

   Pada fase ini klien menunjukkan gejala-
    gejala yang mengindikasikan integritas
    kepribadiannya sebagai individu yang
    unik dan manusiawi.
 Klien telah memiliki kepercayaan pada
  potensinya, menyadari keadaan dirinya
  pada saat sekarang, sadar dan
  bertanggung jawab atas sifat otonominya,
  perasaan-perasaannya, pikiran-pikirannya
  dan tingkah lakunya.

 Dalam situasi ini klien secara sadar dan
  bertanggung jawab memutuskan untuk
  “melepaskan” diri dari konselor, dan siap
  untuk mengembangan potensi dirinya.
TEKNIK KONSELING

• Prinsip Kerja Teknik Konseling
  Gestalt
   Penekanan Tanggung Jawab Klien,
    konselor menekankan bahwa konselor
    bersedia membantu klien tetapi tidak
    akan bisa mengubah klien, konselor
    menekankan agar klien mengambil
    tanggung jawab atas tingkah lakunya.
• Orientasi Sekarang dan Disini

   Konselor tidak merekonstruksi masa
    lalu atau motif-motif tidak sadar, tetapi
    memfokuskan keadaan sekarang

   Masa lalu hanya dalam kaitannya
    dengan keadaan sekarang

   Konselor tidak bertanya dengan
    pertanyaan “mengapa”.
• Orientasi Eksperiensial
   konselor meningkatkan kesadaran klien
    tentang diri sendiri dan masalah-masalahnya,
    sehingga klien mampu mengintegrasikan
    kembali dirinya:
      klien mempergunakan kata ganti personal
      klien mengubah kalimat pertanyaan
        menjadi pernyataan
      klien mengambil peran dan tanggung jawab
      klien menyadari bahwa ada hal-hal positif
        dan/atau negative pada diri atau tingkah
        lakunya
• Teknik-teknik Konseling Gestalt

   Permainan Dialog
   Teknik ini dilakukan dengan cara klien
   dikondisikan untuk mendialogan dua
   kecenderungan yang saling bertentangan,
   yaitu kecenderungan top dog dan
   kecenderungan under dog, misalnya :

    kecenderungan orang tua lawan
     kecenderungan anak
 Kecenderungan “anak baik” lawan
  kecenderungan “anak bodoh”

 Kecenderungan bertanggung jawab lawan
  kecenderungan masa bodoh

 Kecenderungan otonom lawan
  kecenderungan tergantung

 Kecenderungan kuat atau tegar lawan
  kecenderungan lemah
 Melalui dialog yang kontradiktif ini,
  menurut pandangan Gestalt pada
  akhirnya klien akan mengarahkan
  dirinya pada suatu posisi di mana ia
  berani mengambil resiko

 Penerapan permainan dialog ini
  dapat dilaksanakan dengan
  menggunakan teknik “kursi kosong”.
• Latihan Saya Bertanggung Jawab

   Teknik untuk membantu klien agar mengakui
    dan menerima perasaan-perasaannya dari
    pada memproyek-sikan perasaannya itu
    kepada orang lain.

   Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk
    membuat suatu pernyataan dan kemudian
    klien menambahkan dalam pernyataan itu
    dengan kalimat : “...dan saya bertanggung
    jawab atas hal itu”.
 Misalnya :

    “Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas
     kejenuhan itu”

    “Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang,
     dan saya bertanggung jawab ketidaktahuan itu”.

    “Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas
     kemalasan itu”.

 Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut
  Gestalt akan membantu meningkatkan
  kesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang
  mungkin selama ini diingkarinya.
• Bermain Proyeksi

   Proyeksi :
    Memantulkan kepada orang lain perasaan-
     perasaan yang dirinya sendiri tidak mau
     melihat atau menerimanya

    Mengingkari perasaan-perasaan sendiri
     dengan cara memantulkannya kepada orang
     lain
 Sering terjadi, perasaan-perasaan
  yang dipantulkan kepada orang lain
  merupakan atribut yang dimilikinya

 Dalam teknik bermain proyeksi
  konselor meminta kepada klien untuk
  mencobakan atau melakukan hal-hal
  yang diproyeksikan kepada orang
  lain.
• Teknik Pembalikan

   Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu
    sering kali mempresentasikan
    pembalikan dari dorongan-dorongan
    yang mendasarinya

   Dalam teknik ini konselor meminta klien
    untuk memainkan peran yang
    berkebalikan dengan perasaan-
    perasaan yang dikeluhkannya.
 Misalnya :

 Konselor memberi kesempatan
 kepada klien untuk memainkan peran
 “ekshibisionis” bagi klien pemalu
 yang berlebihan
• Tetap dengan Perasaan

   Teknik ini dapat digunakan untuk klien
    yang menunjukkan perasaan atau
    suasana hati yang tidak menyenangkan
    dan ia sangat ingin menghindarinya

   Konselor mendorong klien untuk tetap
    bertahan dengan perasaan yang ingin
    dihindarinya itu.
 Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari
  stimulus yang menakutkan dan
  menghindari perasaan-perasaan yang
  tidak menyenangkan

 Dalam hal ini konselor tetap mendorong
  klien untuk bertahan dengan ketakutan
  atau kesakitan perasaan yang dialaminya
  sekarang dan mendorong klien untuk
  menyelam lebih dalam ke dalam tingklah
  laku dan perasaan yang ingin dihindarinya
  itu.
 Untuk membuka dan membuat jalan me-
  nuju perkembangan kesadaran perasaan
  yang lebih baru :

          tidak cukup hanya mengkonfron-
          tasi dan menghadapi perasaan-
          perasaan yang ingin dihindarinya

 membutuhkan keberanian dan pengalam-
  an untuk bertahan dalam kesakitan pera-
  saan yang ingin dihindarinya itu.
KETERBATASAN
         PENDEKATAN
1. Pendekatan Gestalt cenderung
   kurang memperhatikan faktor
   kognitif

2. Pendekatan Gestalt menekankan
   tanggung jawab atas diri sendiri,
    tetapi mengabaikan tanggung
   jawab pada orang lain
3. Menjadi tidak produktf bila penggunaan
   teknik-teknik Gestalt dikembangkan
   secara mekanis

4. Dapat terjadi klien sering bereaksi
   negatif terhadap sejumlah teknik
   Gestalt karena merasa dirinya
   dianggap anak kecil atau orang bodoh.

More Related Content

What's hot

Pendekatan konseling client centered
Pendekatan konseling client centeredPendekatan konseling client centered
Pendekatan konseling client centeredmisbakhulfirdaus
 
Pendekatan dalam konseling
Pendekatan  dalam konselingPendekatan  dalam konseling
Pendekatan dalam konselingJenyHarianto08
 
pendekatan konseling client center
pendekatan konseling client centerpendekatan konseling client center
pendekatan konseling client centerwinarsih_enar
 
Teori realiti (bentang)
Teori realiti (bentang)Teori realiti (bentang)
Teori realiti (bentang)ridzuangrik
 
Pendekatan Konseling Client Centred
Pendekatan Konseling Client CentredPendekatan Konseling Client Centred
Pendekatan Konseling Client Centredwiyadnya
 
Teori teori konseling
Teori teori konselingTeori teori konseling
Teori teori konseling1115500020BBK
 
Peta kognitif pendekatan konseling
Peta kognitif pendekatan konselingPeta kognitif pendekatan konseling
Peta kognitif pendekatan konselingSofiantii
 
Pendekatan konseling realitas
Pendekatan konseling realitasPendekatan konseling realitas
Pendekatan konseling realitasIFTITAH INDRIANI
 
SOLUTION FOCUS BRIEF THERAPY (SFBT) a.k.a TERAPI RINGKAS BERFOKUS KEPADA PENY...
SOLUTION FOCUS BRIEF THERAPY (SFBT) a.k.a TERAPI RINGKAS BERFOKUS KEPADA PENY...SOLUTION FOCUS BRIEF THERAPY (SFBT) a.k.a TERAPI RINGKAS BERFOKUS KEPADA PENY...
SOLUTION FOCUS BRIEF THERAPY (SFBT) a.k.a TERAPI RINGKAS BERFOKUS KEPADA PENY...zatul ayuni
 
Konseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistikKonseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistikAyu W. Shepty
 
Pendekatan behavior
Pendekatan behaviorPendekatan behavior
Pendekatan behaviortidalambk
 
Peta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistik
Peta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistikPeta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistik
Peta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistikmisbakhulfirdaus
 

What's hot (19)

Pendekatan konseling client centered
Pendekatan konseling client centeredPendekatan konseling client centered
Pendekatan konseling client centered
 
Peta Kognitif Client Centered
Peta Kognitif Client CenteredPeta Kognitif Client Centered
Peta Kognitif Client Centered
 
Ppt client centered
Ppt  client centeredPpt  client centered
Ppt client centered
 
Pendekatan dalam konseling
Pendekatan  dalam konselingPendekatan  dalam konseling
Pendekatan dalam konseling
 
PETA KONSEP TEKNIK KONSELING
PETA KONSEP TEKNIK KONSELINGPETA KONSEP TEKNIK KONSELING
PETA KONSEP TEKNIK KONSELING
 
pendekatan konseling client center
pendekatan konseling client centerpendekatan konseling client center
pendekatan konseling client center
 
Teori realiti (bentang)
Teori realiti (bentang)Teori realiti (bentang)
Teori realiti (bentang)
 
Peta kognitif
Peta kognitifPeta kognitif
Peta kognitif
 
Pendekatan Konseling Client Centred
Pendekatan Konseling Client CentredPendekatan Konseling Client Centred
Pendekatan Konseling Client Centred
 
Teori teori konseling
Teori teori konselingTeori teori konseling
Teori teori konseling
 
Peta Kognitif
Peta Kognitif Peta Kognitif
Peta Kognitif
 
Pendekatan Client centered BK/3C UPS Tegal
Pendekatan Client centered BK/3C UPS TegalPendekatan Client centered BK/3C UPS Tegal
Pendekatan Client centered BK/3C UPS Tegal
 
Trait and-factor
Trait and-factorTrait and-factor
Trait and-factor
 
Peta kognitif pendekatan konseling
Peta kognitif pendekatan konselingPeta kognitif pendekatan konseling
Peta kognitif pendekatan konseling
 
Pendekatan konseling realitas
Pendekatan konseling realitasPendekatan konseling realitas
Pendekatan konseling realitas
 
SOLUTION FOCUS BRIEF THERAPY (SFBT) a.k.a TERAPI RINGKAS BERFOKUS KEPADA PENY...
SOLUTION FOCUS BRIEF THERAPY (SFBT) a.k.a TERAPI RINGKAS BERFOKUS KEPADA PENY...SOLUTION FOCUS BRIEF THERAPY (SFBT) a.k.a TERAPI RINGKAS BERFOKUS KEPADA PENY...
SOLUTION FOCUS BRIEF THERAPY (SFBT) a.k.a TERAPI RINGKAS BERFOKUS KEPADA PENY...
 
Konseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistikKonseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistik
 
Pendekatan behavior
Pendekatan behaviorPendekatan behavior
Pendekatan behavior
 
Peta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistik
Peta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistikPeta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistik
Peta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistik
 

Similar to Gestalt

Strategi pendekatan gestalt
Strategi pendekatan gestaltStrategi pendekatan gestalt
Strategi pendekatan gestaltbkupstegal
 
Pendekatan dalam konseling
Pendekatan  dalam konselingPendekatan  dalam konseling
Pendekatan dalam konselingJenyHarianto08
 
Rational emotif terapy
Rational emotif terapyRational emotif terapy
Rational emotif terapyPatuh Ardianto
 
Rational emotif terapy
Rational emotif terapyRational emotif terapy
Rational emotif terapyardianperwira
 
3 pendekatan konseling (Psikoanalisis, Gestalt, Non Direktif)
3 pendekatan konseling (Psikoanalisis, Gestalt, Non Direktif)3 pendekatan konseling (Psikoanalisis, Gestalt, Non Direktif)
3 pendekatan konseling (Psikoanalisis, Gestalt, Non Direktif)Indah Fatmawati
 
Ppt. trait and factor
Ppt. trait and factorPpt. trait and factor
Ppt. trait and factorayri_kosu
 
Pendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisisPendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisissafutri nurhidayah
 
Eksistensial-Humanistik
Eksistensial-HumanistikEksistensial-Humanistik
Eksistensial-Humanistikbkupstegal
 
TEORI-TEORI KONSELING KELOMPOK pada mata kuliah psikologi konseling
TEORI-TEORI  KONSELING KELOMPOK pada mata kuliah psikologi konselingTEORI-TEORI  KONSELING KELOMPOK pada mata kuliah psikologi konseling
TEORI-TEORI KONSELING KELOMPOK pada mata kuliah psikologi konselingSitiSara33
 
17272886 kemahiran-kaunseling-kelompok
17272886 kemahiran-kaunseling-kelompok17272886 kemahiran-kaunseling-kelompok
17272886 kemahiran-kaunseling-kelompokAlif Hassan
 
Ppt ekstensial humanistik
Ppt ekstensial humanistikPpt ekstensial humanistik
Ppt ekstensial humanistikbaeniikhwati
 
10 terapi realitas
10 terapi realitas10 terapi realitas
10 terapi realitasIchwan Muis
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptAfifFikri11
 
Teknik konseling
Teknik konseling Teknik konseling
Teknik konseling saninuraeni
 
7-kebiasaan-manusia-yang-sangat-efektif.ppt
7-kebiasaan-manusia-yang-sangat-efektif.ppt7-kebiasaan-manusia-yang-sangat-efektif.ppt
7-kebiasaan-manusia-yang-sangat-efektif.pptAyuDwiHapsari1
 

Similar to Gestalt (20)

Ppt klmpok
Ppt klmpokPpt klmpok
Ppt klmpok
 
Strategi pendekatan gestalt
Strategi pendekatan gestaltStrategi pendekatan gestalt
Strategi pendekatan gestalt
 
Pendekatan dalam konseling
Pendekatan  dalam konselingPendekatan  dalam konseling
Pendekatan dalam konseling
 
PRINSIP KONSELING.pptx
PRINSIP KONSELING.pptxPRINSIP KONSELING.pptx
PRINSIP KONSELING.pptx
 
Bab 2 Kaunseling
Bab 2    KaunselingBab 2    Kaunseling
Bab 2 Kaunseling
 
Rational emotif terapy
Rational emotif terapyRational emotif terapy
Rational emotif terapy
 
Rational emotif terapy
Rational emotif terapyRational emotif terapy
Rational emotif terapy
 
3 pendekatan konseling (Psikoanalisis, Gestalt, Non Direktif)
3 pendekatan konseling (Psikoanalisis, Gestalt, Non Direktif)3 pendekatan konseling (Psikoanalisis, Gestalt, Non Direktif)
3 pendekatan konseling (Psikoanalisis, Gestalt, Non Direktif)
 
Ppt. trait and factor
Ppt. trait and factorPpt. trait and factor
Ppt. trait and factor
 
Rasional emotif
Rasional emotifRasional emotif
Rasional emotif
 
Pendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisisPendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisis
 
Eksistensial-Humanistik
Eksistensial-HumanistikEksistensial-Humanistik
Eksistensial-Humanistik
 
TEORI-TEORI KONSELING KELOMPOK pada mata kuliah psikologi konseling
TEORI-TEORI  KONSELING KELOMPOK pada mata kuliah psikologi konselingTEORI-TEORI  KONSELING KELOMPOK pada mata kuliah psikologi konseling
TEORI-TEORI KONSELING KELOMPOK pada mata kuliah psikologi konseling
 
17272886 kemahiran-kaunseling-kelompok
17272886 kemahiran-kaunseling-kelompok17272886 kemahiran-kaunseling-kelompok
17272886 kemahiran-kaunseling-kelompok
 
Ppt ekstensial humanistik
Ppt ekstensial humanistikPpt ekstensial humanistik
Ppt ekstensial humanistik
 
10 terapi realitas
10 terapi realitas10 terapi realitas
10 terapi realitas
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
 
Pert.iv
Pert.ivPert.iv
Pert.iv
 
Teknik konseling
Teknik konseling Teknik konseling
Teknik konseling
 
7-kebiasaan-manusia-yang-sangat-efektif.ppt
7-kebiasaan-manusia-yang-sangat-efektif.ppt7-kebiasaan-manusia-yang-sangat-efektif.ppt
7-kebiasaan-manusia-yang-sangat-efektif.ppt
 

More from Febrika Setiyawan

More from Febrika Setiyawan (14)

P660 chapter 6 - strategic family therapy - natalie
P660   chapter 6 - strategic family therapy - natalieP660   chapter 6 - strategic family therapy - natalie
P660 chapter 6 - strategic family therapy - natalie
 
Constructing the genogram
Constructing the genogramConstructing the genogram
Constructing the genogram
 
Changing beliefs
Changing beliefsChanging beliefs
Changing beliefs
 
Bowenian
BowenianBowenian
Bowenian
 
Parenting practices-styles
Parenting practices-stylesParenting practices-styles
Parenting practices-styles
 
Parent child
Parent childParent child
Parent child
 
Effects of-divorce
Effects of-divorceEffects of-divorce
Effects of-divorce
 
Visualisasi ketahanan keluarga
Visualisasi ketahanan keluargaVisualisasi ketahanan keluarga
Visualisasi ketahanan keluarga
 
Parental divorce and sibling relationshipl
Parental divorce and sibling relationshiplParental divorce and sibling relationshipl
Parental divorce and sibling relationshipl
 
Grandparents
GrandparentsGrandparents
Grandparents
 
Interaksi saudara sekandung
Interaksi saudara sekandungInteraksi saudara sekandung
Interaksi saudara sekandung
 
Hubungan antar saudara
Hubungan antar saudaraHubungan antar saudara
Hubungan antar saudara
 
High risk sibling violence
High risk sibling violenceHigh risk sibling violence
High risk sibling violence
 
Chap+2 +framework+for+family+communication
Chap+2 +framework+for+family+communicationChap+2 +framework+for+family+communication
Chap+2 +framework+for+family+communication
 

Recently uploaded

DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 

Recently uploaded (20)

DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 

Gestalt

  • 1.
  • 2. KONSEP DASAR • Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. • Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian- bagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut.
  • 3. • Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah lakunya • Setiap individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi, memiliki dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi.
  • 4.  Hakikat manusia menurut Gestalt : • Hanya dapat dipahami dalam keseluruhan konteksnya • Merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan lingkungannya itu • Aktor bukan reaktor
  • 5. • Berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi, dan pemikirannya • Dapat memilih secara sadar dan bertanggung jawab • Mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya secara efektif.
  • 6. • Dalam hubungannya dengan perjalanan kehidupan manusia : tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Masa lalu telah pergi dan masa depan belum dijalani, oleh karena itu yang menentukan kehidupan manusia adalah masa sekarang.
  • 7. • Kecemasan : “kesenjangan antara saat sekarang dan yang akan datang” • Jika individu menyimpang dari saat sekarang dan menjadi terlalu terpu- kau pada masa depan, maka mereka mengalami kecemasan.
  • 8. • Unfinished business (urusan yang tak selesai) perasaan-perasaan yang tidak tersalurkan/terungkapkan seperti : dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, kedukaan, rasa berdosa, rasa diabaikan
  • 9. • Karena tidak terungkapkan di dalam kesadaran, perasaan-perasaan di ba- wa pada kehidupan sekarang dengan cara-cara yang menghambat hubung- an yang efektif dengan dirinya sendi- ri dan orang lain • Urusan yang tak selesai itu akan bertahan sampai ia berani mengha- dapi dan menangani/mengatasinya
  • 10. ASUMSI TINGKAH LAKU BERMASALAH • Individu bermasalah karena terjadi pertentangan antara kekuatan “top dog” dan keberadaan “under dog” o Top dog adalah kekuatan yang mengharuskan, menuntut, mengancam o Under dog adalah keadaan defensif, membela diri, tidak berdaya, lemah, pasif, ingin dimaklumi.
  • 11. • Perkembangan yang terganggu karena terjadi ketidakseimbangan antara apa-apa yang harus (self- image) dan apa-apa yang diinginkan (self) • Terjadi pertentangan antara keberadaan sosial dan biologis • Ketidakmampuan individu mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya
  • 12. • Mengalami gap/kesenjangan sekarang dan yang akan datang • Melarikan diri dari kenyataan yang harus dihadapi
  • 13. • Spektrum tingkah laku bermasalah :  Kepribadian kaku (rigid)  Tidak mau bebas-bertanggung jawab, ingin tetap tergantung  Menolak berhubungan dengan lingkungan  Memelihara unfinished bussiness  Menolak kebutuhan diri sendiri  Melihat diri sendiri dalam kontinum “hitam-putih” .
  • 14. TUJUAN KONSELING • Tujuan utama : Membantu klien berani menghadapi tantangan dan kenyataan yang harus dihadapi • Klien dapat berubah dari ketergantungan terhadap lingkungan/orang lain menjadi percaya pada diri, dapat berbuat lebih banyak untuk meningkatkan kebermaknaan hidupnya.
  • 15. • Individu yang bermasalah pada umumnya belum memanfaatkan potensinya secara penuh, ia baru memanfaatkan sebagaian dari potensinya yang dimilikinya Melalui konseling, konselor membantu klien agar potensi yang baru dimanfaatkan sebagian ini dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal.
  • 16. • Tujuan spesifik 1. Membantu klien agar dapat memper- oleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau realitas, serta menda- patkan insight secara penuh 2. Membantu klien menuju pencapaian integritas kepribadiannya
  • 17. 3. Mengentaskan klien dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke mengatur diri sendiri (to be true to himself) 4. Meningkatkan kesadaran individual agar klien dapat bertingkah laku menurut prinsip-prinsip Gestalt, semua situasi bermasalah (unfinished bussines) yang muncul dan selalu akan muncul dapat diatasi dengan baik.
  • 18. DESKRIPSI PROSES KONSELING • Fokus utama konseling : bagaimana keadaan klien sekarang serta hambatan-hambatan apa yang muncul dalam kesadarannya Tugas konselor : mendorong klien untuk dapat melihat kenyataan yang ada pada dirinya dan mau mencoba menghadapinya • Klien bisa diajak untuk memilih dua alternatif, menolak kenyataan yang ada pada dirinya atau membuka diri untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sekarang
  • 19. • Konselor menghindarkan diri dari pikiran-pikiran yang abstrak, keinginan-keinginannya untuk melakukan diagnosis, interpretasi maupun memberi nasihat • Konselor sejak awal konseling sudah mengarahkan tujuan agar klien menjadi matang dan mampu menyingkirkan hambatan-hambatn yang menyebabkan klien tidak dapat berdiri sendiri • Konselor membantu klien menghadapi transisi dari ketergantungannya terhadap faktor luar menjadi percaya akan kekuatannya sendiri. Usaha ini dilakukan dengan menemukan dan membuka ketersesatan atau kebuntuan klien.
  • 20. • Pada saat klien mengalami gejala kesesatan dan klien menyatakan kekalahannya terhadap lingkungan dengan cara mengungkapkan kelemahannya, dirinya tidak berdaya, bodoh, atau gila • Konselor membantu membuat perasaan klien untuk bangkit dan mau menghadapi ketersesatannya sehingga potensinya dapat berkembang lebih optimal.
  • 21. Deskripsi Fase-fase Proses Konseling : • Fase pertama  konselor mengembangkan pertemuan konseling, agar tercapai situasi yang memungkinkan perubahan-perubahan yang diharapkan pada klien  Pola hubungan yang diciptakan untuk setiap klien berbeda, karena masing-masing klien mempunyai keunikan sebagai individu serta memiliki kebutuhan yang bergantung kepada masalah yang harus dipecahkan.
  • 22. • Fase kedua  Konselor berusaha meyakinkan dan mengkondisikan klien untuk mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan kondisi klien  Ada dua hal yang dilakukan konselor dalam fase ini, yaitu :
  • 23. 1. Membangkitkan motivasi klien :  memberi kesempatan klien untuk menyadari ketidaksenangannya atau ketidakpuasannya  Makin tinggi kesadaran klien terhadap ketidakpuasannya semakin besar motivasi untuk mencapai perubahan dirinya, sehingga makin tinggi pula keinginannya untuk bekerja sama dengan konselor. 2. Membangkitkan otonomi klien :  menekankan kepada klien bahwa klien boleh menolak saran-saran konselor asal dapat mengemukakan alasan-alasannya secara bertanggung jawab.
  • 24. • Fase ketiga  Konselor mendorong klien untuk mengatakan perasaan-perasaannya pada saat ini  Klien diberi kesempatan untuk mengalami kembali segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu, dalam situasi di sini dan saat ini.
  • 25.  Kadang-kadang klien diperbolahkan memproyeksikan dirinya kepada konselor  Melalui fase ini, konselor berusaha menemukan celah-celah kepribadian atau aspek-aspek kepribadian yang hilang, dari sini dapat diidentifikasi apa yang harus dilakukan klien.
  • 26. • Fase keempat  Setelah klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya, konselor mengantarkan klien memasuki fase akhir konseling  Pada fase ini klien menunjukkan gejala- gejala yang mengindikasikan integritas kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi.
  • 27.  Klien telah memiliki kepercayaan pada potensinya, menyadari keadaan dirinya pada saat sekarang, sadar dan bertanggung jawab atas sifat otonominya, perasaan-perasaannya, pikiran-pikirannya dan tingkah lakunya.  Dalam situasi ini klien secara sadar dan bertanggung jawab memutuskan untuk “melepaskan” diri dari konselor, dan siap untuk mengembangan potensi dirinya.
  • 28. TEKNIK KONSELING • Prinsip Kerja Teknik Konseling Gestalt  Penekanan Tanggung Jawab Klien, konselor menekankan bahwa konselor bersedia membantu klien tetapi tidak akan bisa mengubah klien, konselor menekankan agar klien mengambil tanggung jawab atas tingkah lakunya.
  • 29. • Orientasi Sekarang dan Disini  Konselor tidak merekonstruksi masa lalu atau motif-motif tidak sadar, tetapi memfokuskan keadaan sekarang  Masa lalu hanya dalam kaitannya dengan keadaan sekarang  Konselor tidak bertanya dengan pertanyaan “mengapa”.
  • 30. • Orientasi Eksperiensial  konselor meningkatkan kesadaran klien tentang diri sendiri dan masalah-masalahnya, sehingga klien mampu mengintegrasikan kembali dirinya:  klien mempergunakan kata ganti personal  klien mengubah kalimat pertanyaan menjadi pernyataan  klien mengambil peran dan tanggung jawab  klien menyadari bahwa ada hal-hal positif dan/atau negative pada diri atau tingkah lakunya
  • 31. • Teknik-teknik Konseling Gestalt  Permainan Dialog Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogan dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dan kecenderungan under dog, misalnya : kecenderungan orang tua lawan kecenderungan anak
  • 32.  Kecenderungan “anak baik” lawan kecenderungan “anak bodoh”  Kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh  Kecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung  Kecenderungan kuat atau tegar lawan kecenderungan lemah
  • 33.  Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt pada akhirnya klien akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil resiko  Penerapan permainan dialog ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik “kursi kosong”.
  • 34. • Latihan Saya Bertanggung Jawab  Teknik untuk membantu klien agar mengakui dan menerima perasaan-perasaannya dari pada memproyek-sikan perasaannya itu kepada orang lain.  Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian klien menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat : “...dan saya bertanggung jawab atas hal itu”.
  • 35.  Misalnya :  “Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan itu”  “Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya bertanggung jawab ketidaktahuan itu”.  “Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan itu”.  Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan membantu meningkatkan kesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama ini diingkarinya.
  • 36. • Bermain Proyeksi  Proyeksi : Memantulkan kepada orang lain perasaan- perasaan yang dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerimanya Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara memantulkannya kepada orang lain
  • 37.  Sering terjadi, perasaan-perasaan yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya  Dalam teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada klien untuk mencobakan atau melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain.
  • 38. • Teknik Pembalikan  Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasarinya  Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan- perasaan yang dikeluhkannya.
  • 39.  Misalnya : Konselor memberi kesempatan kepada klien untuk memainkan peran “ekshibisionis” bagi klien pemalu yang berlebihan
  • 40. • Tetap dengan Perasaan  Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan dan ia sangat ingin menghindarinya  Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
  • 41.  Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan  Dalam hal ini konselor tetap mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke dalam tingklah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
  • 42.  Untuk membuka dan membuat jalan me- nuju perkembangan kesadaran perasaan yang lebih baru : tidak cukup hanya mengkonfron- tasi dan menghadapi perasaan- perasaan yang ingin dihindarinya  membutuhkan keberanian dan pengalam- an untuk bertahan dalam kesakitan pera- saan yang ingin dihindarinya itu.
  • 43. KETERBATASAN PENDEKATAN 1. Pendekatan Gestalt cenderung kurang memperhatikan faktor kognitif 2. Pendekatan Gestalt menekankan tanggung jawab atas diri sendiri, tetapi mengabaikan tanggung jawab pada orang lain
  • 44. 3. Menjadi tidak produktf bila penggunaan teknik-teknik Gestalt dikembangkan secara mekanis 4. Dapat terjadi klien sering bereaksi negatif terhadap sejumlah teknik Gestalt karena merasa dirinya dianggap anak kecil atau orang bodoh.