2. TUJUAN PEMBELAJARAAN
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan
konseling adiksi dasar.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Menjelaskan cara membangun hubungan klien - konselor
Menjelaskan tahap-tahap perubahan perilaku dan
wawancara motivasional
Menjelaskan dan menerapkan teknik dasar konseling adiksi
Menjelaskan dan menerapkan teknik mengatasi resistensi
3. Pokok Bahasan
1. Membangun Hubungan Klien - Konselor
2. Tahap perubahan perilaku & wawancara
motivasional
3. Teknik dasar konseling Napza
4. Teknik mengatasi resistensi
7. Hambatan dalam Mendengarkan
(lanjutan)
Ketidakpedulian emosional atau reaktivitas
Berpikir tentang respon yang akan diberikan, selagi rekan
bicaranya (klien) masih berbicara
Perhatian terfokus pada hal lain di lingkungan sekitar
Bertahan pada sikap berprasangka atau bias
Berpikir tentang sesuatu hal pada diri sendiri
Melamun
Menghakimi pikiran dan tindakan dari rekan bicara
8. Mendengarkan Reflektif
Sebuah bentuk aktif dari mendengarkan
Membuat dugaan yang berasalan mengenai maksud
dari klien
Mengulang pernyataan klien untuk merefleksikan apa
yang konselor pikir atau dengar
9. Mendengarkan Reflektif
(lanjutan)
Mengurangi kemungkinan terjadinya resistensi
Mendorong klien untuk berbicara
Mengkomunikasikan rasa hormat dan empati
Mengkukuhkan hubungan membantu
Memperkuat motivasi klien untuk melakukan
perubahan
10. Mendengarkan reflektif mensyaratkan konselor untuk
berpikir reflektif, untuk memahami bahwa:
Orang secara berkala membuat asumsi tentang orang lain
ketika mereka berbicara
Proses ini tidak selalu disadari
Merefleksikan kembali kepada klien
adalah cara mengkonfirmasi, bukannya
mengasumsikan apa maksud dari klien
Mendengarkan Reflektif
(lanjutan)
11. Mendengarkan reflektif yang baik membutuhkan:
Memperhatikan respon verbal dan non-verbal klien
dan makna yang mungkin terkandung
Memahami gaya komunikasi dari budaya klien
Membentuk refleksi sederhana yang mempunyai
makna bagi klien
Mempertahankan fleksibilitas dalam memahami
perilaku klien
Mendengarkan Reflektif
(lanjutan)
13. Refleksi Sederhana (Parafrase)
Melibatkan kegiatan mendengarkan isi pembicaraan dan
mengamati pengaruh-pengaruh yang ada
Merefleksikan kembali pernyataan klien dalam bentuk
sederhana dan netral, namun tidak hanya dengan
sekedar mengulangi perkataan klien saja
Disampaikan sebagai pernyataan dibanding pertanyaan
Sangat membantu dalam proses membangun/membina
hubungan
14. Refleksi Sederhana: Contoh 1
Klien: Saya tidak berencana untuk berhenti dalam
waktu dekat ini.
Konselor: Anda tidak dapat melihat diri anda
berhenti untuk saat ini.
Klien: Dan seakan itu belum cukup, istri saya dan saya
tidak akur sama sekali hari ini.
Konselor: Anda juga mengalami beberapa masalah
dalam kehidupan pernikahan anda.
15. Klien: Saya merasa lebih baik sekarang berada dalam
program terapi, namun saya terus menduga-duga
apakah atasan saya akan menerima saya kembali
setelah saya menyelesaikan program.
Konselor: Jadi, anda memiliki perasaan yang
bercampur-aduk; secara fisik anda merasa lebih baik,
namun khawatir mengenai status pekerjaan anda
setelah anda menyelesaikan program.
Refleksi Sederhana: Contoh 2
16. Klien (dengan marah): Saya tidak akan berada dalam
situasi ini jika istri saya tidak dengan bodohnya
memanggil atasan saya.
Konselor: Kamu sangat marah pada istri kamu saat
ini.
Refleksi Sederhana: Contoh 2
(lanjutan)
17. Refleksi Sederhana: Manfaat
Mengakui dan menghargai perkataan klien
Agar klien mengetahui bahwa konselor
memperhatikan dan memahami perkataannya
Membantu klien untuk tetap fokus
Mendukung elaborasi (penjabaran lebih lanjut)
18. Latihan Berpasangan: Refleksi
Sederhana
Peran: Tentukan pembicara dan pendengar
Pembicara akan memulai menceritakan kepada
pendengar mengenai proses bagaimana ia dapat
datang ke pelatihan ini (pengaturan pekerjaan,
perjalanan, dll.)
Pendengar akan mempraktekkan memberikan refleksi
sederhana
Tukar peranan setelah 5 menit berlangsung
19. Latihan Refleksi: Proses
Pembicara: Bagaimana rasanya menerima refleksi
sederhana? Apakah membantu anda merasa
didengarkan (diperhatikan)?
Apakah ada refleksi tertentu yang anda sukai?
Pendengar: Bagaimana rasanya melakukan refleksi?
Apakah mudah? Susahkah? Apakah membuat anda
lebih merasa “terikat” dengan pembicara?
Bagaimana pasangan anda bereaksi terhadap refleksi yang
anda berikan? Menyetujui? Menceritakan kembali topik
tersebut? Tidak bereaksi?
20. Refleksi yang Diperkuat
Menambahkan refleksi sederhana dengan merefleksikan
pernyataan klien dengan memperluas (melebihkan),
tapi berbentuk dan tidak sarkastik
Dapat membantu klien memikirkan kembali
perkataannya
Dapat mendorong klien menuju perubahan positif
daripada timbulnya resistensi
Berhati-hati, jangan sampai membuat klien merasa tidak
nyaman
22. Refleksi yang Diperkuat : Contoh
Klien: Saya tahu saya telah berbuat salah, namun
kegiatan-kegiatan ini yang membuat saya menjadi
tidak masuk akal.
Konselor: Kamu tidak setuju dengan setiap kemauan
mereka yang kamu lakukan.
Klien: Ya, saya tahu saya perlu melakukan sesuatu
untuk membuat diri saya menjadi benar. Saya hanya
merasa frustasi dengan segala sesi-sesi yang saya
lakukan.
23. Klien: Kamu harus menyadari bahwa saya telah
bersama dengan teman-teman saya ini selama lebih
dari 10 tahun—Saya kenal mereka lebih lama
dibandingkan dengan istri saya!
Konselor: Jadi, kamu menilai pertemananmu lebih
penting daripada keluargamu.
Klien: Tidak, tidak, Maksud saya bukan itu; keluarga
sangat penting buat saya.
Refleksi yang Diperkuat : Contoh
(lanjutan)
24. Refleksi Dua-Sisi
Mengakui apa perkataan klien, namun tetap
menyatakan hal yang bertolak belakang mengenai
masa lalunya
Mensyaratkan penggunaan informasi yang klien telah
nyatakan sebelumnya
Dapat bekerja efektif—atau setidaknya menjadi lebih
mudah—nantinya dalam hubungan konseling
25. Refleksi Dua-Sisi: Contoh
Klien: Mungkin sebaiknya aku benar-benar berhenti
total, tapi saya tidak akan melakukan itu!
Konselor: Di satu sisi kamu dapat melihat bahwa ada
masalah serius saat ini, tapi berhenti menggunakan
bukan hal yang ingin kamu lakukan. Di sisi lain, kamu
khawatir mengenai efek dari penggunaanmu terhadap
anakmu. Hal ini membuat kamu bingung.
26. Refleksi Dua-Sisi: Contoh
(lanjutan)
Klien: Keluarga adalah segalanya bagiku!
Konselor: Saya sedikit bingung disini; di satu sisi
kamu mengatakan bahwa keluarga kamu sangat
berarti untukmu, namun di sisi lainnya kamu tidak
bersedia untuk menghindari hubungan pertemanan
yang beresiko bagi pemulihanmu.
28. Tujuan konseling
1. Membantu kemampuan klien untuk mengambil
keputusan yang bijaksana dan realistis
2. Menuntun perilaku klien agar mampu
mengemban konsekuensi yang ditimbulkannya
3. Memberikan informasi dan edukasi
29. Bagaimana agar konseling berjalan
optimal?
Konselor perlu membuat klien merasa nyaman
sehingga tumbuh rasa percaya klien pada konselor
Hubungan konselor dan klien perlu bersifat
terapeutik, hingga dapat memfasilitasi suatu
perubahan perilaku
30. Bagaimana membangun hubungan
baik klien – konselor?
Bersikap hangat
Mampu menjadi pendengar yang baik
Mampu berempati
Tidak bersikap menghakimi (judgemental)
Bertanggungjawab
Tulus
Fleksibel
31. Sejauh apa hubungan klien –
konselor dpt dibina?
Harus dipertahankan dalam konteks hubungan
profesional. Karena itu penting untuk:
1. Menetapkan batasan perilaku
2. Mengklarifikasi berbagai harapan & memberikan
aturan tentang peran konselor
3. Melindungi konselor, klien dan mitra kerja lainnya
32. Menetapkan batasan perilaku
Hindari hubungan ganda (dual relationship):
Sosial
Bisnis
Finansial
Apabila hubungan ganda tidak dapat dihindari,
upayakan untuk meminimalisasi keterlibatan
konselor
33.
34. TAHAP PERUBAHAN PERILAKU
Prochaska, John C. Norcross & Carlo C.
DiClemente :
Tahap Pra-perenungan (precontemplation)
Tahap Perenungan (contemplation)
Tahap Persiapan (preparation)
Tahap Aksi (action)
Tahap Mempertahankan (maintenance)
Kekambuhan (recycling and relapse)
35. Manfaat mengetahui tahap
perubahan:
Memahami tahap kesiapan klien
Mengetahui respon yang tepat dalam
memfasilitasi klien agar bergerak ke tahap
kesiapan yg selanjutnya
37. 37
Pre-contemplation
“Saya tidak mempunyai masalah.”
Tugas konselor:
•Memberi informasi lebih lanjut tentang Napza
•Bangkitkan keinginan klien utk perubahan gaya hidup
•Identifikasi hambatan / dukungan utk pemulihan
39. 39
Tugas konselor:
•Membantu klien utk berubah
•Identifikasi hambatan yg ada
•Bantu klien utk perencanaan
perubahan
Pre-
Contemplation
Contemplation
Preparation
“Saya harus melakukan
sesuatu.”
Preparation
43. Wawancara motivasional
Dikembangkan oleh Miller & Rollnick (1991)
sebagai metode wawancara
Dasar wawancara motivasional : memahami
tahapan perubahan perilaku
Sangat efektif untuk bagi klien yg dlm tahap pra-
perenungan dan perenungan
44. Wawancara motivasional
Tujuan:
Menggali pandangan klien atas masalahnya
Mendukung perubahan dengan menghindari
label
Meyakinkan klien bahwa tanggung jawab
pengambilan keputusan adalah diri klien sendiri
45. Prinsip wawancara motivasional
1. Mengekspresikan empati
2. Membangun kesenjangan (develop discrepancy)
3. Menghindari argumentasi
4. Dukungan keyakinan diri (self efficacy)
5. Ketrampilan khusus:
OARS
Berbicara tentang perubahan
46. OARS
Open ended questions (pertanyaan terbuka)
Affirmations (penegasan)
Reflective Listening (mendengarkan dengan cara
merefleksikan)
Summarizing (membuat kesimpulan)
47. Berbicara mengenai perubahan
Mengenali kerugian bila tetap menyalahgunakan
Narkotika
Mengenali manfaat bila tidak menyalahgunakan
Narkotika
Menyampaikan optimisme tentang perubahan
Menyampaikan tujuan untuk perubahan
48. Wawancara motivasional sesuai
tahapan
Perenungan:
Normalisasi sikap ambivalen
Bantu klien untuk berubah:
Hubungkan manfaat & kerugian
Kaji nilai2 personal klien terkait perubahan
Klien bebas ambil keputusan
• Dorong klien berdayakan diri
• Simpulkan pernyataan motivasi diri
49. Wawancara motivasional sesuai
tahapan
Pra perenungan:
Bina hubungan baik
Bangkitkan keraguan tentang penggunaan zatnya:
Eksplorasi alasan datang berobat atau peristiwa buruk yg
pernah dialami sebelumnya
Timbulkan persepsi bahwa masalah yg dialami mungkin
berhubungan dg penggunaan zatnya
Beri informasi berbasis bukti ttg risiko penggunaan zat
50. Wawancara motivasional sesuai
tahapan
Persiapan (preparation):
Perjelas tujuan & strategi klien utk berubah
Berikan beberapa menu utk berubah / terapi
Beri saran apabila klien setuju
Negosiasi kontrak perilaku
Identifikasi dukungan sosial utk pemulihan
Identifikasi masalah & solusi yg menghambat
proses pemulihan
51. Wawancara motivasional sesuai
tahapan
Aksi:
Dukung klien
Dukung upaya perubahan melalui langkah kecil tp
realistis
Identifikasi kesulitan dlm tahap awal perubahan
Kenali situasi risiko tinggi
Bantu klien mengenali dukungan keluarga / sosial
52. Wawancara motivasional sesuai
tahapan
Rumatan (maintenance):
Bantu klien identifikasi kegiatan yg mendukung
pemulihan
Dukung perubahan gaya hidup klien
Afirmasi kemampuan klien dlm pemulihan
Pertahankan kontak utk dukungan
Bantu klien menerapkan strategi pencegahan
kambuh
Tinjau rencana jangka panjang
53. Wawancara motivasional sesuai
tahapan
Kekambuhan:
Bantu klien masuk kembali dalam lingkaran
perubahan
Eksplorasi makna & kenyataan kekambuhan
sebagai “lesson learned”
Bantu klien cari strategi alternatif pemecahan
masalah
Pertahankan kontak untuk dukungan
54.
55. Kriteria konseling
Fokus pada masalah klien.
Percakapan dua arah.
Terstruktur: menyambut, membahas, membantu
menetapkan pilihan, mengingatkan.
Bertujuan membantu klien untuk mengenal dirinya
Memerlukan kemampuan melakukan komunikasi
interpersonal
Dilakukan dalam suasana yang menjamin rasa aman
dan nyaman
56. Lama & frekuensi konseling
Lama: 30 – 60 menit
Frekuensi: minimal 8 kali pertemuan dengan jeda
seminggu sekali
58. Tujuan mendengar aktif
Membangun dan mempertahankan hubungan baik
(rapport)
Membantu klien merasa lebih dekat.
Membantu klien untuk mengekspresikan perasaan.
Menciptakan pengetahuan yang saling mendukung antara
klien dengan konselor
59. Penghambat mendengar aktif
Bersikap reaktif secara emosional
Berpikir bagaimana merespons klien sementara klien
masih berbicara
Memberikan perhatian pada berbagai hal yang ada di
sekitar kita
Adanya sikap praduga yang ada dalam pikiran kita
Berpikir tentang masalah kita sendiri
Melamun
60. Komponen mendengar aktif
Hadir
Parafrase
Refleksi perasaan:
1. Refleksi sederhana
2. Refleksi yang diamplifikasi (amplified reflection)
3. Refleksi dua sisi (double-sided reflection)
Rangkuman
61. Refleksi sederhana
Adalah mendengarkan isi pembicaraan klien dan
mengamati perilaku klien. Sangat bermanfaat untuk
membina hubungan baik.
Contoh:
Klien: “saya belum ingin berhenti dalam waktu
dekat”
Konselor: “jadi anda belum siap untuk tidak pakai
napza saat ini”
62. Refleksi yg diamplifikasi
Adalah menambahkan atribut pada refleksi sederhana
tetapi tidak dalam bentuk yang sarkastik:
Intonasi dan pilihan kata berpengaruh, dpt terjebak pd
asumsi
Mohon hati-hati untuk tidak menggunakan bentuk
refleksi ini pada tahap awal dan hati-hati apabila klien
merasa tdk nyaman
Contoh:
Klien: “saya tahu saya buat salah, tapi tuntutan orangtua
kan juga nggak masuk akal”
Konselor: “hmm...sepertinya anda tidak bisa menerima
tuntutan apapun”
63. Refleksi Dua Sisi
Adalah menerima apa yang diucapkan klien, tetapi juga
mengutarakan apa yang pernah dikatakan klien
sebelumnya (dlm WM disebut sbg develop discrepancy)
Bentuk refleksi ini juga tidak sesuai pada tahap-tahap awal
konseling.
Contoh:
Klien: “kenapa sih harus berhenti? Orang kalo nggak pernah
coba-coba make tuh gampang tua, gak menikmati hidup”
Konselor: “sebentar....jadi menurut anda dengan make itu
artinya bagian dari cara menikmati hidup ya?. Tapi minggu
lalu anda bilang bahwa anda capek dan merasa menyia-
nyiakan waktu dengan kehidupan kayak begini”
64. Mengajarkan klien
Yang harus diperhatikan:
Mempraktekkan ketrampilan baru yg berguna bagi
pemulihan adalah hal yang penting
Konselor harus memberikan kesempatan yg cukup (baik
waktu maupun frekuensi) bagi klien untuk
mempraktekkan ketrampilan tersebut
Praktek akan berguna bila klien melihat ada nilai
tambah dari perilaku barunya tersebut
65. Dalam memberikan umpan balik..
Konselor perlu:
Menjelaskan bahwa ketrampilan baru dapat
meningkatkan kesejahteraan klien dalam arti luas
Menjelaskan pada klien bahwa praktek ketrampilan
baru perlu dimonitor dengan seksama
Mengeksplorasi pengalaman klien dalam menerapkan
tugas tersebut
Memberikan dukungan/reward terhadap hal-hal yg
sudah dicapai klien sekecil apapun perubahan tersebut
66.
67. Bentuk resistensi
Resistensi sering hadir ketika klien berada dlm
tahap praperenungan atau perenungan
Bentuknya:
Mendebat
Menyela/ menginterupsi
Menyangkal
Mengabaikan
68. Prinsip dasar mengatasi
resistensi:
Hindari argumentasi
Tidak bersikap menghakimi & tetap menghargai
klien
Mendorong klien utk tetap mengemukakan
pendapatnya & tetap bertahan dlm proses
pemulihan
69. Strategi mengatasi resistensi
Disebut sebagai bergulir dengan resistensi (rolling
with resistance)
Teknik:
Mendengar reflektif
Memindahkan fokus pembicaraan (shift the focus)
Menyetujui dengan berputar (agreeing with twist)
Mengubah kerangka pikir (reframing)
Menekankan pilihan dan kontrol personal (own choice)
70. Mengubah energi klien dan perhatian klien jauh dari
halangan dan rintangan
Menghindari “titik berhenti” atau “stuck” klien
dengan melakukan langkah lain yang sederhana
Strategi untuk Bergulir dengan
Resistensi:
Mengubah Fokus
71. Menyetujui klien, namun dengan sedikit
pembicaraan berputar yang halus atau mengubah
arah pembicaraan yang mendorong terciptanya
diskusi ke depan
Mirip dengan refleksi yang diperkuat (amplified
reflection)
Strategi untuk Bergulir dengan
Resistensi:
Menyetujui dengan berputar
72. Menawarkan interpretasi baru yang positif dari
informasi negatif yang diberikan oleh klien
Mengakui keabsahan dari persepsi klien, namun di sisi
lain menawarkan sebuah makna baru dari sebuah
pertimbangan
Strategi untuk Bergulir dengan
Resistensi:
Merangkai Kembali
73. Membantu klien mengenali pilihan-pilihan yang
mereka miliki dan yang mereka buat
Mengakui fakta bahwa klien yang memiliki kontrol
atas pilihan dirinya
Membangun efikasi-diri
Strategi untuk Bergulir dengan
Resistensi:
Meningkatkan Kontrol dan Pilihan
Diri
74. Latihan Kelompok-Kecil:
Bergulir dengan Resistensi
Dalam waktu 10 menit, kembangkan dan tuliskan
sebanyak-banyaknya contoh dari pernyataan klien dan
respon dari konselor sesuai dengan strategi yang
ditugaskan pada diri / kelompok Anda
Gunakan pernyataan klien berdasarkan pada skenario
yang anda ciptakan untuk latihan “Tipe-Tipe dari
Resistensi” ATAU buatlah skenario