Makalah ini membahas hubungan antara Pancasila dan agama di Indonesia. Pancasila dipandang penting untuk menyatukan berbagai suku dan agama di Indonesia. Sila pertama Pancasila tentang ketuhanan yang maha esa dijelaskan sebagai pengakuan terhadap berbagai agama di Indonesia. Meskipun demikian, terkadang terjadi ketegangan antara penerapan Pancasila dan kehidupan beragama. Oleh karena itu, perlu ada kolaborasi ant
1. MAKALAH
PENDIDIKAN PANCASILA
PANCASILA VS AGAMA
Untuk Memenuhi Salah satu Tugas
Mata Kuliah Pendidikan Pancasila
Nama dosen pengajar : Dr. Made Pramono, S.S., M.Hum.
Disusun oleh : Irwan Indra Maulana 16060484017
PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2017
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT,karena dengan rahmat dan karunia-Nya
kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan
kepada dosen pembimbing yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,oleh sebab itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
Sidoarjo, 1 Maret 2017
Irwan Indra Maulana
3. Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah…………………………………………………………………………..1
Perumusan Masalah……………………………………………………………………….………………2
Tujuan dan Kegunaan Penulisan Makalah…………………………………………………….....2
Pembatasan Masalah………………………………………………………………………………3
BAB II METODE PENULISAN
Objek Penulisan…………………………………………………………………………………..4
Dasar Pemilihan objek……………………………………………………………………………4
Metode Pengumpulan Data……………………………………………………………………….4
Metode Analisis…………………………………………………………………………………..4
BAB III KEBERADAAN PANCASILA
Arti Penting Pancasila……………………………………………………………………………5
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa………………………………………………………………….5
Butir-Butir Pancasila Sila Pertama……………………………………………………………….6
Keterkaitan Agama dan Pancasila………………………………………………………………..7
BAB IV BENTUK KOLABORASI PANCASILA DENGAN AGAMA
Ideologi Pancasila Sebagai Pilihan……………………………………………………………….8
BAB V KESIMPULAN
Kesimpulan……………………………………………………………………………………….9
DAFTAR PUSTAKA
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Siapa yang tidak kenal dengan Pancasila dan Soekarno sebagai penggalinya? Pada
tanggal 1 Juni 1945 untuk pertama kalinya Bung Karno mengucapkan pidatonya di depan
sidang rapat Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan.
Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa
Indonesia yang majemuk. Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila terhadap bangsa dan
negara Indonesia? Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan sejarah dan kompleksitas
keberadaan bangsa Indonesia seperti keragaman suku, agama, bahasa daerah, pulau, adat
istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus
dipersatukan.
Sejarah Pancasila adalah bagian dari sejarah inti negara Indonesia. Sehingga tidak
heran bagi sebagian rakyat Indonesia, Pancasila dianggap sebagai sesuatu yang sakral yang
harus kita hafalkan dan mematuhi apa yang diatur di dalamnya. Ada pula sebagian pihak
yang sudah hampir tidak mempedulikan lagi semua aturan-aturan yang dimiliki oleh
Pancasila. Namun, di lain pihak muncul orang-orang yang tidak sepihak atau menolak akan
adanya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Mungkin kita masih ingat dengan kasus kudeta Partai Komunis Indonesia yang
menginginkan mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi Komunis. Juga kasus kudeta
DI/TII yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan mendirikan sebuah negara Islam. Atau
kasus yang masih hangat di telinga kita masalah pemberontakan tentara GAM.
Jika kita melihat semua kejadian di atas, kejadian-kejadian itu bersumber pada
perbedaan dan ketidakcocokan ideologi Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia dengan
ideologi yang mereka anut. Dengan kata lain mereka yang melakukan kudeta atas dasar
5. keyakinan akan prinsip yang mereka anut adalah yang paling baik, khususnya bagi orang-
orang yang berlatar belakang prinsip agama.
Berdasarkan Latar Belakang permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk menulis
makalah yang berjudul “PANCASILA VS AGAMA”.
Masalah pokok yang hendak dikemukakan di sini adalah kenyataan bahwa Pancasila
tidak merupakan paham yang lengkap, juga tidak merupakan kesatuan yang bulat.
Kelengkapannya bergantung pada pemikiran lain yang dijabarkan ke dalam Pancasila; dan
kesatuan bulatnya juga demikian. Dalam rangka ini, paham agama bisa pula masuk.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apakah Pancasila masih cocok menjadi ideologi yang dianut oleh bangsa Indonesia
yang terdapat beragam kepercayaan (agama).
2. Apakah dengan terus menjadikan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, dapat
menuju negara yang aman dan stabil.
3. Keterkaitan agama dan pancasila
C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan Makalah
1. Tujuan Penulisan Makalah
a. Untuk mengetahui sejauh mana Pancasila cocok dengan agama.
b. Untuk mengetahui arti penting dari adanya Pancasila di negara Indonesia.
c. Untuk mengetahui bagaimana seharusnya negara yang memiliki masyarakat yang
beragam agama.
6. 2. Kegunaan Penulisan Makalah
a. Bagi Penulis
Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu pemenuhan tugas terstruktur dari
mata kuliah Pancasila.
b. Bagi pihak lain
Makalah ini diharapkan dapat menambah referensi pustaka yang berhubungan antara
Pancasila dengan Agama.
D. Pembatasan Masalah
1. Penulisan makalah ini dibatasi pemasalahannya yaitu hanya membahas sangkut paut
agama dengan Pancasila.
2. Agama yang menjadi objek utama dalam penulisan makalah ini adalah Agama yang
ada di Indonesia (Islam, dll).
7. BAB II
METODE PENULISAN
A. OBJEK PENULISAN
Objek penulisan makalah ini adalah mengenai Pancasila dan hubungannya dengan
gama-agama yang ada di Indonesia. Dalam makalah ini juga dibahas mengenai kontroversi
penerapan ideologi pancasila di Indonesia.
B. DASAR PEMILIHAN OBJEK
Kami sebagai penyusun makalah ini, memilih objek Pancasila dengan Agama karena
kedua hal ini adalah dua komponen negara Indonesia yang masing-masing mempunyai
pengaruh yang sangat kuat bagi para penganutnya. Jika terjadi ketidakserasian antara dua
komponen ini, maka akan terjadi suatu yang sulit untuk diselesaikan.
C. METODE PENGUMPULAN DATA
Dalam pembuatan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah
kaji pustaka terhadap bahan-bahan kepustakaan yang sesuai dengan permasalahan yang
diangkat dalam makalah ini yaitu mengenai hubungan Pancasila dengan agama. Disamping
itu, penulis juga mendapatkan data dari hasil wawancara dengan orang-orang yang
berkompeten di bidang pancasila dan agama. Sebagai referensi juga diperoleh dari situs web
internet yang membahas mengenai falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara
Indonesia.
D. METODE ANALISIS
Penyusunan makalah ini berdasarkan metode deskriptif analistis, yaitu
mengidentifikasi permasalahan berdasarkan fakta dan data yanag ada, menganalisis
permasalahan berdasarkan pustaka dan data pendukung lainnya, serta mencari alternatif
pemecahan masalah
8. BAB III
KEBERADAAN PANCASILA
DAN SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA
A. ARTI PENTING KEBERADAAN PANCASILA
Pancasila sebagai dasar negara memang sudah final. Menggugat Pancasila hanya
akan membawa ketidakpastian baru. Bukan tidak mungkin akan timbul chaos (kesalahan)
yang memecah-belah eksistensi negara kesatuan. Akhirnya Indonesia akan tercecer menjadi
negara-negara kecil yang berbasis agama dan suku. Untuk menghindarinya maka penerapan
hukum-hukum agama (juga hukum-hukum adat) dalam sistem hukum negara menjadi urgen
untuk diterapkan. Sejarah Indonesia yang awalnya merupakan kumpulan Kerajaan yang
berbasis agama dan suku memperkuat kebutuhan akan hal ini. Pancasila yang diperjuangkan
untuk mengikat agama-agama dan suku-suku itu harus tetap mengakui jati diri dan ciri khas
yang dimiliki setiap agama dan suku.
B. SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA
Sebagai negara yang bermayoritas penduduk agama islam, Pancasila sendiri yang
sebagai dasar negara Indonesia tidak bisa lepas dari pengaruh agama yang tertuang dalam
sila pertama yang berbunyi sila “Ketuhanan yang Maha Esa”. yang pada awalnya berbunyi
dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluknya” yang sejak saat itu dikenal
sebagai Piagam Jakarta.
Namun dua ormas Islam terbesar saat itu dan masih bertahan sampai sekarang yaitu
Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah menentang penerapan Piagam Jakarta tersebut, karena
dua ormas Islam tersebut menyadari bahwa jika penerapan syariat Islam diterapkan secara
tidak langsung namun pasti akan menjadikan Indonesia sebagai negara Islam dan secara
“fair” hal tersebut dapat memojokkan umat beragama lain. Yang lebih buruk lagi adalah
dapat memicu disintegrasi bangsa terutama bagi provinsi yang mayoritas beragama nonislam.
Karena itulah sampai detik ini bunyi sila pertama adalah “ketuhanan yang maha esa” yang
9. berarti bahwa Pancasila mengakui dan menyakralkan keberadaan Agama, tidak hanya Islam
namun termasuk juga Kristen, Katolik, Budha dan Hindu sebagai agama resmi negara pada
saat itu.
C. BUTIR-BUTIR PANCASILA SILA PERTAMA
Atas perubahan bunyi sila pertama menjadi Ketuhanan yang Maha Esa membuat para
pemeluk agama lain di luar islam merasa puas dan merasa dihargai.
Searah dengan perkembangan, sila Ketuhanan yang Maha Esa dapat dijabarkan dalam
beberapa point penting atau biasa disebut dengan butir-butir Pancasila. Diantaranya:
Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaanya kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antra pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa
Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing
Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.
10. Dari butir-butir tersebut dapat dipahami bahwa setiap rakyat Indonesia wajib
memeluk satu agama yang diyakini. Tidak ada pemaksaan dan saling toleransi antara agama
yang satu dengan agama yang lain.
D.Keterkaitan Agama dan Pancasila
ejak awal reformasi kebebasan dalam politik dan sosial di Indonesia makin terbuka lebar.
Kebebasan tersebut kemudian membuat kelompok apapun, termasuk kelompok agama berhak
menyuarakan pendapat. Namun, kebebasan yang terkadang tidak terkendali membuat
pertentangan muncul, bahkan pertentangan antar agama dan kehidupan beragama.
Pertentangan yang muncul pun merambah ke segala persoalan, termasuk mempermasalahkan
keberadaan Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia yang kemudian juga dinilai sekelompok
masyarakat bertentangan dengan kehidupan beragama. Persoalan itu kemudian memunculkan
penuntutan wacana penggantian Pancasila.
"Pancasila sebagai dasar kebangsaan dan ke-Indonesiaan sebenarnya memiliki relevansi tinggi
dengan kehidupan beragama. Hanya saja dalam prakteknya seringkali tidak sebanding dengan
norma dan retorika yang disampaikan pada publik. Upaya menjadikan Pancasila sebagai ideologi
murni sendiri karena perjalanan sejarah yang panjang dan melelahkan telah membuktikan bahwa
Pancasila sebenarnya sebagai karakteristik bangsa Indonesia sangat memenuhi syarat," ujar
Dosen Fisipol UMY Dr Zully Qodir Dalam diskusi Hubungan Agama dan Negara dalam Negara
Pancasila di Era Reformasi di UII Selasa (29/1/2013).
Dia menuturkan, praktek politik yang berlangsung saat ini seringkali memberikan kerangkeng
pada kehidupan beragama dan melakukan koersi-koersi atas nama Pancasila itu sendiri.
Menurutnya, dalam Negara Pancasila, hubungan antara agama dan negara tampak tidak terlalu
bermasalah.
"Jika memperhatikan tidak adanya larangan penganut agama menjalankan perintah agamanya,
bahkan mendirikan organisasi-organisais keagamaan pun tidak ada larangan, jelas tidak ada
masalah. Itu semua justru berkah bagi bangsa ini yang berdasarkan Pancasila, sehingga
11. partisipasi politik warga negara dalam perspektif sosiologi politik bisa berjalan. Pertanyaannya,
apakah kita mau mengganti Pancasila dengan dasar kebangsaan lain, atau kita berusaha
merevitalisasi Pancasila sebagai dasar kebangsaan," tegasnya.
Dituturkan Katib Aam Syuriyah PBNU Dr KH A Malik Madany MA, dalam agama Islam,
memang ada keterkaitan erat antara negara dan kekuasaan. Dalam ajaran Islam, jika memang
sebuah kelompok masyarakat ingin melindungi dan menjalankan aturan dan ajaran Islam dengan
baik, boleh membangun sebuah negara.
Mengenai bentuk negara dan pemerintahannya sendiri, menurut Malik, diserahkan sepenuhnya
pada kelompok tersebut untukk menentukan.
"Jadi sebenarnya jangan mempertentangkan agama dengaan negara. Karena dalam Islam pun, Al
Qur'an secara eksplisit telah mengakui keberadaan bangsa dan suku. Bahkan penyelenggaraan
pemerintahan dan kekuasaan dalam Islam memiliki dua tujuan utama yakni menjalankan ajaran
agama dan mengurusi masalah duniawi," jelasnya.
12. BAB IV
BENTUK KOLABORASI PANCASILA DENGAN AGAMA
· IDEOLOGI PANCASILA SEBAGAI PILIHAN
Keberagaman agama dan pemeluk agama di Indonesia menjadi sebuah kenyataan
yang tak terbantahkan. Kenyataan ini menuntut adanya kesadaran dari setiap pemeluk agama
untuk menjaga keharmonisan hubungan di antara mereka.
Semua pemeluk agama memang harus mawas diri. Yang harus disadari adalah bahwa
mereka hidup dalam sebuah masyarakat dengan keyakinan agama yang beragam. Dengan
demikian, semestinya tak ada satu kelompok pemeluk agama yang mau menang sendiri.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa di Indonesia terdapat berbagai macam suku
bangsa, adat istiadat hingga berbagai macam agama dan aliran kepercayaan. Dengan kondisi
sosiokultur yang begitu heterogen dibutuhkan sebuah ideologi yang netral namun dapat
mengayomi berbagai keragaman yang ada di Indonesia.
Karena itu dipilihlah Pancasila sebagai dasar negara. Namun saat ini yang menjadi
permasalahan adalah bunyi dan butir pada sila pertama. Sedangkan sejauh ini tidak ada pihak
manapun yang secara terang-terangan menentang bunyi dan butir pada sila kedua hingga ke
lima. Namun ada ormas-ormas yang terang-terangan menolak isi dari Pancasila tersebut.
Akibat maraknya parpol dan ormas Islam yang tidak mengakui keberadaan Pancasila
dengan menjual nama Syariat islam dapat mengakibatkan disintegrasi bangsa. Bagi
kebanyakan masyarakat Indonesia yang cinta atas keutuhan NKRI maka banyak dari mereka
yang mengatasnamakan diri mereka Islam Pancasilais, atau Islam Nasionalis.
Konsep negara Pancasila adalah konsep negara agama-agama. Konsep negara yang
menjamin setiap pemeluk agama untuk menjalankan agamanya secara utuh, penuh dan
sempurna. Negara Pancasila bukanlah negara agama, bukan pula negara sekuler apalagi
negara atheis. Sebuah negara yang tidak tunduk pada salah satu agama, tidak pula
memperkenankan pemisahan negara dari agama, apalagi sampai mengakui tidak tunduk pada
13. agama manapun. Negara Pancasila mendorong dan memfasilitasi semua penduduk untuk
tunduk pada agamanya. Penerapan hukum-hukum agama secara utuh dalam negara Pancasila
adalah dimungkinkan. Semangat pluralisme dan ketuhanan yang dikandung Pancasila telah
siap mengadopsi kemungkinan itu. Tak perlu ada ketakutan ataupun kecemburuan apapun,
karena hukum-hukum agama hanya berlaku pada pemeluknya. Penerapan konsep negara
agama-agama akan menghapus superioritas satu agama atas agama lainnya. Tak ada lagi
asumsi mayoritas – minoritas. Bahkan pemeluk agama dapat hidup berdampingan secara
damai dan sederajat. Adopsi hukum-hukum agama dalam negara Pancasila akan menjamin
kelestarian dasar negara Pancasila, prinsip Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.
Pikirkan jika suatu kebenaran, kesalahan maupun etika moral ditentukan oleh sebuah
definisi sebuah agama dalam hal ini agama Islam. Sedangkan ketika anda terlibat didalamnya
anda adalah seseorang yang memeluk agama diluar Islam! Apakah yang anda pikirkan dan
bagai mana perasaan di hati anda ketika sebuah kebenaran dan moralitas pada hati nurani
anda ditentukan oleh agama lain yang bukan anda anut?
Sekarang di beberapa provinsi telah terjadi, dengan alasan moral dan budaya maka
diterapkanlah aturan tersebut. Sebagai contoh, kini di sebuah provinsi semua wanita harus
menggunakan jilbab. Mungkin bagi sebagian kecil orang yang tinggal di Indonesia
merupakan keindahan namun bagai mana dengan budaya yang selama ini telah ada?
Jangankan di tanah Papua, pakaian Kebaya pun artinya dilarang dipakai olah putri daerah.
Bukankah ini merupakan pengkhianatan terhadap kebinekaan bangsa Indonesia yang begitu
heterogen. Jika anda masih ragu, silakan lihat apa yang terjadi di Saudi Arabia dengan aliran
Salafy Wahabinya. Tidak ada pemilu, tidak ada kesetaraan gender dan lihat betapa
tersisihnya kaum wanita dan penganut agama minoritas di sana. Jika memang anda cinta
dengan Adat, Budaya dan Toleransi umat beragama di Indonesia dukung dan jagalah
kesucian Pancasila sebagai ideologi pemersatu bangsa.
14. BAB V
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Berdasarkan latar belakang, pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pancasila adalah ideologi yang sangat baik untuk diterapkan di negara Indonesia yang
terdiri dari berbagai macam agama, suku, ras dan bahasa. Sehingga jika ideologi
Pancasila diganti oleh ideologi yang berlatar belakang agama, akan terjadi
ketidaknyamanan bagi rakyat yang memeluk agama di luar agama yang dijadikan
ideologi negara tersebut.
Dengan mempertahankan ideologi Pancasila sebagai dasar negara, jika melaksanakannya
dengan baik, maka perwujudan untuk menuju negara yang aman dan sejahtera pasti akan
terwujud.