SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan rahmat dan petunjuk-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah yang berjudul “Karakteristik Agamawan Pancasialis”.makalah ini di ajukan untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Pendidikan Pancasila.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu, baik moril maupun materil dalam penulisan
makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, dan
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga adanya kesempurnaan di
masa yang akan datang. Mudah – mudahan makalah ini dapat bermanfaatkan bagi
pelaksanaan pembelajaran pendidikan pancasila pada khususnya dan pendidikan pada
umumnya.
Surabaya, 04 Maret 2017
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................1
KATA PENGANTAR....................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah................................................................ 4
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................... 4
1.3. Tujuan ........................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Pancasila............................................................................ 5
2.2 Pengertian Agamawan..................................................................... 6
2.3.Konsep Agamawan Pancasila ..........................................................6
2.4 Landasan Agamawan Pancasila....................................................... 8
2.5 Agamawan Berjiwa Pancasila...........................................................9
2.6 Azas-Azas Kepemimpinan Pancasila ...............................................11
2.7 Agamawan Pancasila Dalam Perspektif Di Indonesia.......................17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 22
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Studi tentang karakteristik agamawan yang menganggap bahwa agamawan itu
dilahirkan, kemudian yang mencoba menidentifikasi kepemimpinan berdasarkan sifat-sifat
yang melekat pada pemimpin yang berhasil, kemudian lahir teori prilaku yang menganalisis
kepemimpinan yang berhasil itu ditentukan oleh prilaku-prilaku tertentu, kontingensi yang
menganalisis bahwa agamawan itu harus didasarkan pada situasi dan kondisi dimana sebuah
agama itu dijalankan. Inilah garis besar mengenai agamawan yang berkembang selama ini.
Ada suatu konsep yang dikemukankan dari teori lokal yang berdasarkan falsafah
hidup bangsa Indonesia yaitu pancasila. Ciri utama dari kepemimpinan Pancasila adalah
bentuk kapemimpinan yang selalu bersumber dan berlandaskan pada nilai luhur dan norma
Pancasila dalam segala tindak tanduknya, dengan ditunjukkan dengan sikap yang menekan
kepentingan pribadi dan menjunjung kepentingan umat.
4
1.2 Rumusan Masalah
1.Apa hakikat dari pancasila?
2.Apa pengertian agamawan?
3.Bagaimana karakteristik agamawan di Indonesia?
4.Apa saja landasan agamawan pancasialis?
5.Seperti apakah agamawan yang berjiwa pancasila?
6. Bagaimana agamawan pancasialis dalam perspektif pemimpin yang ada di Indonesia?
1.3 Tujuan
1.Mengetahui hakikat pancasila
2.Mengetahui pengertian agamawan
3.Mengetahui karakteristik agamwan di Indonesia
4.Mengetahui landasan agamawan pancasila
5.Mengetahui agamawan yang berjiwa pancasila
6.Mengetahui agamawan pancasialis dalam perspektif pemimpin yang ada di Indonesia
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Pancasila
Bicara tentang hakikat berarti membicarakan tentang hal-hal yang hakiki atau
mendasar. Demikian juga halnya dengan upaya memehami hakikat pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Karena pancasila memiliki keluasan arti filosofis, maka dari dua pengertian pokok
tersebut dapat di beri arti yang bermacam-macam, antara lain sebagai berikut;
A. Pancasila sebagai dasar Negara
Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkanproses panjang
yang di dasari oleh sejarah perjuangan bangsa Indonesia serta malihat pengalaman bangsa-
bangsa lain, kedudukan pancasila sebagai dasar Negara, sebagai mana yang tertuang dalam
pembukaan UUD 1945, merupakan sumber tertib hokum tertinggi yang mengatur kehidupan
Negara dan masyarakat.
B.Pancasila sebagai pandangan hidup
Fungsi pokok pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia adalah sebagai
pegangan hidup, pedoman hidup, dan petunjuk arah bagi semua kegiatan hidup dan
penghidupan bangsa Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat dan bangsa
Indonesia.
C.Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia
Kepribadian, artinya gambaran tentang sikap dan prilaku, atau amal perbuatan
manusia, yang khas yang membedakan dengan bangsa-bangsa lain. Ciri-ciri khas kepribadian
bangsa Indonesia tercermin dalam sila-sila pancasila, yaitu bahwa bangsa Indonesia bangsa
yang:
1. Berketuhanan yang maha esa
2. Berkemanusiaan yang adil dan beradab
3. Berjiwa persatuan dan kesatuan bangsa
4. Berjiwa musyawarah mufakat untuk mencapai hikmat kebilaksanaan, dan
5. Bercita-cita mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia
D.Pancasila sebagai pejanjian luhur bangsa Indonesia
Istilah ‘’ pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa indonesia’’ ini muncul dalam
pidato kenegaraan presiden soekarno di depan siding dewan perwakilan rakyat gotong
royong(DPR-GR)
6
Pada tanggal 16 agustus 1967. Pancasila dinyatakan sebagai perjanjian luhur seluruh rakyat
Indonesia.
E.Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia
Untuk lebih jelasnya, ganbaran pancasila sebagai citi-cita dan tujuan bangsa Indonesia
akan tampak pada rincian dan tujuan bangsa dan Negara Indonesia dalam alenia keempat
pembukaan UUD 1945, yaitu;
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia da seluruh tumpah darah Indonesia
2. Mumajukan kesejahteraan umum
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan social.
2.2 Pengertian Agamawan
Agamawan berbicara tentang hal hal yang bersifat abstrak (dibalik segala sesuatu
yang bersifat lahiriah).atau berbicara tentang siapa sebenarnya yang berada dibalik seluruh
yang lahiriah serta apa maksud tujuan (hakiki) dari seluruh yang bersifat lahiriah-material
yang digumuli oleh para saintis itu. Dan karena agama Ilahiah tidak berdiri diatas dunia
khayali artinya hanya berdiri diatas hal yang realistik walau realitas itu sebagian bersifat gaib
bagi manusia, Agama juga pada satu sisi berdiri diatas landasan rasionalitas dan pada sisi itu
hanya menerima ide dan agamawan untuk membahas masalah 'garis perbatasan' antara
mereka dimana masalah 'bukti empirik' dan 'bukti rasional' itu menjadi dua topik yang paling
mendominasi pembicaraan. Agamawan dan sekaligus menjadi saintis tentu itu suatu yang
bahkan sangat bagus. Sebaliknya para agamawan harus mulai bereaksi keras bila ada saintis
yang mulai masuk ke wilayah abstrak yang telah menjadi domain para agamawan,misal
mencoba menafsirkan temuan mereka ke arah yang bukan wilayah sains yang berlainan
dengan maksud tujuan Tuhan atau dengan yang telah dikonsepsikan dalam agama.
2.3 Konsep Agamawan Pancasila
Dalam rangka menjalankan tugas kewajibannya seorang agamawan harus dapat
menjaga kewibawaannya. Lebih-lebih dalam kemerdekaan dan pembangunan. Berhasilnya
pembangunan nasional tergantung peran aktif rakyat Indonesia, dengan sikap mental, tekad
semangat, ketaatan dan disiplin nasional dalam menjalankan tugas kewajibannya. Dengan
demikian perlu dikembangkan motivasi membangun dikalangan masyarakat luas dan
motivasi pengorbanan pengabdian pada unsur kepemimpinannya. Norma-norma yang
7
tercakup dalam Pancasila itu sekaligus merupakan sistem nilai yang harus dihayati dan
diamalkan oleh setiap warga negara, khususnya para pemimpin.
Beberapa kelebihan Agamawan antara lain adalah sebagai berikut :
1. sehat jasmaninya, dengan energi yang berlimpah-limpah, dan keuletan tinggi.
2. memiliki integritas kepribadian, sehingga dia matang, dewasa, bertanggung jawab, dan
susila.
3. rela bekerja atas dasar pengabdian dan prinsip kebaikan, serta loyal terhadap kelompoknya.
4. memiliki inteligensi tinggi untuk menanggapi situasi dan kondisi dengan cermat, efisien-
efektif, memiliki kemampuan persuasi, dan mampu memberikan motivasi yang baik kepada
bawahan.
5. mampu menilai dan membedakan aspek yang positif dari yang negative dari setiap pribadi
dan situasi, agar mendapatkan cara yang paling efisien untuk bertindak.
Moral pancasila dalam kaitannya dengan Agamwan antara sebagai berikut :
1. yang dimaksud dengan pancasila adalah pancasila yang tercantum pada pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945, berupa kesatuan bulat dan utuh dari kelima sila, yaitu
ketuhanan YME, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan social
bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. nilai-nilai tersebut harus dihayati, yaitu diresapi serta diendapkan dalam hati dan kalbu,
sehingga memunculkan sikap dan tingkah laku yang utama/terpuji dalam kehidupan sehari-
hari. Untuk kemudian diterapkan/diramalkan dengan kesungguhan hati dalam kehidupan
bermasyarakat, karena orang menyadari sedalam-dalamnya pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa dan sumber kejiwaan masyarakat, (sekaligus menjadi dasar negara Republik
Indonesia) untuk hidup rukun damai bersama-sama.
3. pancasila dan UUD 1945 menjamin kemerdekaan setiap penduduk untuk memeluk agama
masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya. Kebebasan beragama
adalah salah satu hak paling asasi di antara hak-hak asasi manusia, karena kebebasan itu
langsung bersumber pada martabat manusia sebagai mahkluk ciptaan Tuhan. Kebebasan
beragama itu bukan pemberian negara dan bukan pula pemberian golongan, akan tetapi
merupakan anugerah Ilahi.
8
2.4 Landasan keagamaan Pancasila
Selanjutnya, pada tingkat, jenjang serta di bidang apa pun, agamawan harus
mempunyai landasan pokok berupa nilai-nilai moral kepemimpinan, seperti yang telah
diwariskan oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Keempat macam landasan pokok
kepemimpinan itu ialah :
1. Landasan diplomasi (bersumber pada ajaran almarhum Dr. R. Sosrokartono ):
a) Sugih tanpa banda (kaya tanpa harta benda)
b) Nglurung tanpa bala (melurug tanpa balatentara)
c) Menang tanpa ngasorake (menang tanpa mengalahkan)
d) Weweh tanpa kelangan (memberi tanpa merasa kehilangan)
2. Landasan Kepemimpinan
a) Sifat ratu/raja: bijaksana, adil, ambeg paramarta, konsekuen dalam janjinya.
b) Sifat pandita: membelakangi kemewahan dunia, tidak punya interest-interest, dapat
melihat jauh ke depan/waskita
c) Sifat petani: jujur, sederhana, tekun, ulet, blaka
d) Sifat guru : memberikan teladan baik.
3. Landasan Pengabdian (Sri Mangkunegara 1)
a) Ruwangsa handarbeni (merasa ikut memiliki negara)
b) Wajib melu angrungkebi (wajib ikut bela negara)
c) Mulat Sarira hangrasa wani (mawas diri untuk bersikap berani)
2.5 Agamawan Yang Berjiwa Pancasila
Bagi suatu organisasi apapun, baik itu Negara, Partai Politik, LSM, Ormawa, OKP,
dll yang ingin memperoleh kemajuan dalam bidang usahanya, maka kepemimpinan yang baik
mutlak dibutuhkan bagi organisasi itu terutama keahlian dalam bidang tersebut, Dalam suatu
organisasi dalam mencapai tujuannya, maka seorang pemimpin harus dapat mengelola dan
mengarahkan elemen-elemen yang ada secara baik dan teratur. Seorang pemimpin harus
dapat menciptakan suatu kerjasama yang harmonis di antara pimpinan dan bawahan. Arti
Kepemimpinan Pancasila adalah Kepemimpinan yang membawa masyarakat dalam
kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD’45.
Keyakinan pemimpin pancasila :
1. Semangat Nasionalisme
2. Semangat Kekeluargaan
3. Semangat Gotong Royong
9
4. Pembangunan Isi Kemerdekaan
5. Pembangunan Falsafah Negara Pancasila
6. Pembangunan Amalan Pancasila
7. Pembangunan Fungsi Manajemen
8. Pembangunan Memadu Budaya Tradisi dan Modernisasi
9. Pembangunan Berazas Persatuan, Kebersamaan, Kesatuan
Pemimpin kita selalu mengklaim diri seorang Pancasilais sejati, namun selalu
menunjukan ironi, ketika dipertanyakan nilai-nilai Pancasila yang dianutnya, ia lebih
menunjukan diri sebagai perwujudan paham nasionalisme sempit, atau suatu ketidakperdulian
dengan pembenaran di sisi lain. Dia meniadakan sila-sila Pancasila, apa lagi Bhineka Tunggal
Ika yang kita anut. Dia hanya menunjuk diri, kuasa egonya agar diketahui dirinya orang besar
yang mempunyai modal untuk menguasai dunia, dimana Pancasila yang sesungguhnya hanya
sebuah inspirasi untuk dijadikan alatnya agar dapat di pakai dalam masa kepemimpinannya
yang sifatnya sementara ini untuk menindas. Ia hanya menjadikan Pancasila untuk
meningkatkan kapitalnya tanpa perduli terhadap yang lain, rakyat pemilihnya.
Melihat hal ini, rakyat tentunya tahu bahwa pemimpinnya bukan pemimpin
Pancasila, dan senjata untuk melawannya tidaklah kuat jika hanya dengan seeokor Kerbau.
Rakyat tentunya masih berpikir untuk melawan pemimpin yang memperalat mereka, dan
masih terus berharap mempunyai pemimpin yang berpihak pada mereka.
Bila kita sejenak merujuk pada referensi sejarah, Pidato Bung Karno 1 Juni tentang
Lahirnya Pancasila memberi kita pencerahan bahwa kita mendirikan negara semua untuk
semua dimana tidak ada klaim kultural maupun stempel identitas tertentu di atas blanko
republik ini. Dalam UUD 1945, Pasal 1 ayat 3 menyatakan Indonesia adalah negara hukum.
Sedangkan dalam pasal 2 UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, jelas tercantum “Pancasila merupakan sumber segala sumber hukum”.
Sementara Bhinneka Tunggal Ika, nilai-nilai luhurnya sudah lama ada di sanubari tiap-tiap
rakyat Indonesia. Kesadaran akan hidup bersama di dalam keberagaman sudah tumbuh dan
menjadi jiwa serta semangat anak-anak bangsa di negeri ini.
Rujukan ideologis, kultural dan konstitusional memberi kita makna bahwa Indonesia
punya cita-cita kolektif dimana semua golongan bisa hidup berdampingan dengan
berlandaskan pada norma-norma hukum dimana sumber rujukanya adalah Pancasila.
Pembangkangan terhadap hukum dengan dalih menjaga ketertiban umum adalah sikap
pengecut. Selama bangsa ini dipimpin oleh orang-orang yang berjiwa kerdil, jangan pernah
10
berharap bangsa ini bisa besar. Demokrasi yang bersendi Pancasila harus dijalankan dengan
hubungan mayoritas dan minoritas yang berimbang (majority rule, minority rights). Dalam
hal ini berwujud kebijakan publik yang berkeadilan sesuai dengan nilai-nilai kekeluargaan
yang terkandung dalam sila-sila Pancasila. Tanpa itu, demokrasi hanya akan jadi pepesan
kosong bagi rakyat yang lapar rasa adil dan haus rasa nyaman.
Pemimpin Indonesia harus menjadi “Pancasila Hidup” atau “Pancasila Berjalan”
Tanggal 1 Juni 1945 merupakan momen penting dalam sejarah bangsa Indonesia dalam
menentukan ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang baru saja lahir.
Kukuhnya Pancasila sebagia dasar NKRI kenyataannya memang banyak mengorbankan
nyawa sesama bangsa sendiri. Ini membuktikan bahwa Pancasila adalah hasil kerja keras para
pemimpin bangsa dalam menghadapi kondisi pluralitas bangsa Indonesia yang terdiri atas
berbagai macam unsur, baik suku bangsa, adat istiadat maupun agama yang berbeda-beda.
Nilai-nilai universalitas Pancasila makin tampak ketika menghadapi pluralitas masyarakat
Indonesia ketimbang harus mengadopsi kelompok agama tertentu.
Yang paling ironis sekarang ini adalah menjadikan Pancasila hanya sebagai hiasan
dinding yang tak memiliki makna. Nilai-nilai luhur Pancasila yang memuat segala aspek
kehidupan berkebangsaan tak lagi menyentuh moralitas bangsa dan memengaruhi mentalitas
para pemimpin bangsa.
Nilai-nilai luhur Pancasila yang memuat segala aspek kehidupan berkebangsaan tak
lagi menyentuh moralitas bangsa dan memengaruhi mentalitas para pemimpin bangsa.
Dengan demikian, yang terjadi adalah mentahnya nilai-nilai Pancasila dalam sanubari para
pemimpin kita. Simbol-simbol burung Garuda yang dipajang di setiap kantor pemerintahan
seolah tak memiiki pengaruh apa-apa bagi aktivitas pemerintahan sendiri. Di setiap ruangan
para pejabat tingi ada burung Garuda yang selalu mengawasi segala aktivitasnya, namun
dengan tanpa merasa berdosa mereka berani manandatangani “perjanjian” korupsi yang
jumlahnya miliaran rupiah. Di lain kesempatan mereka dengan rajin membacakan lima sila
Pancasila secara lengkap di depan para bawahannya secara jelas dan tegas. Namun, Pancasila
kini telah kehilangan eksistensinya sebagai perekat kekuatan moral dan pemersatu bangsa.
Tanggal 1 Juni yang diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila tidak hanya menjadi
ajang simbolisasi peringatan yang tak memiliki makna. Kita tidak bisa berdiam diri
membiarkan nilai-nilai luhur Pancasila hilang tanpa meninggalkan jejak. Berkaitan dengan
itu semua, sebagai bangsa yang menjujung tinggi demokrasi, sudah saatnya kita kini selektif
memilih sosok calon pemimpin yang benar-benar memiliki kapabilitas yang cukup mumpuni
dan bermoral Pancasila. Seorang pemimpin yang Pancasilais adalah sosok pemimpin yang
11
selalu memperhatikan nasib rakyatnya sesuai dengan tujuan kesejahteraan dalam sila
Pancasila. Seorang pemimpin yang Pancasilais adalah sosok pemimpin yang tidak
mengutamakan kepentingan pribadi di atas kepentingan masyarakatnya. Pemimpin yang
Pancasilais harus mengedepankan kepentingan rakyat daripada kepentingan-kepentingan
yang lain. Pemimpin yang Pancasilais adalah pemimpin yang tidak terlalu berambisi
mengejar jabatan demi kepentingan pribadi, menanamkan permusuhan dengan lawan-lawan
politiknya.
Pemimpin yang Pancasilais adalah sosok pemimpin yang selalu dengan teguh
mengamalkan sila-sila Pancasila dengan sempurna. Ia adalah pemimpin yang memiliki jiwa
religiositas sesuai dengan sila pertama Pancasila, selalu menanamkan jiwa-jiwa keadilan
dalam setiap aspeknya, bersikap toleran dan terbuka sebagai jalan untuk mempersatukan
semua unsur perbedaan yang ada, dan selalu bijak dalam pengambilan keputusannya. Dalam
cara pandang sudut agama, Pancasila telah mewakili semua agama yang ada di negeri ini.
Sebagai jalan penengah di antara semua unsur perbedaan itu, Pancasila tidak pernah memihak
kepada salah satu di antara semua agama yang ada. Nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila adalah nilai-nilai moral universal di mana semua agama mengajarkannya.
Seorang agamawan yang baik sudah pasti mengerti filsafat Pancasila menurut
pandangan agamanya. Sebab, Pancasila bersifat netral. Pancasila sesuai dengan agama apa
pun yang ada di negeri ini karena ia yakin bahwa setiap agama pasti mengajarkan nilai-nilai
kebenaran, keadilan, serta toleransi. Kalaupun ada sekelompok orang yang ingin mengganti
Pancasila dengan hukum-hukum agama tertentu, berarti ia kurang bisa membedakan dan
memahami antara agama dan substansi ajarannya.
2.6 Azas-Azas Kepemimpinan Pancasila
Dalam kepemimpinan Pancasila keterpaduan pola pikir modern
dengandengan pola pikir Pancasila bertumpu padaazas-azas sebagai berikut:
1. Azas Kebersamaan;
Menurut azas kebersamaan, dalam Kepemimpinan Pancasila hendaknya:
a. pemimpin danyang dipimpin merupakan kesatuan organisasi;
b. pemimpin tidak terpisah dengan yang dipimpin;
c. pemimpin danyang dipimpin saling pengaruh mempengaruhi;
d. pemimp in dan yang dipimp in bukan unsur yang saling
bertentanga n sehingga takterjadi dualisme;
12
e. masing-masing unsur yang terlibat dalam kegiatan mempunyai tempat dankewajiban hidup
(dharma) sendiri-sendiri dan merupakan suatu golonganyang paling kuat, tetapi juga
tidak menganggap kepentingan seseorangsebagai pusat;
f. tanpa adayang dipimpin tidak mungkin adapemimpin;
2. Azas Kekeluargaan danKegotong-royongan
Ciri-ciri kekeluargaan danKepemimpinan Pancasila, di antaranya:
a timbul kerjasama yang akrab;
b.kesejahteraan dankebahagiaan bersama yang menjadi titik tumpu;
c. berlandaskan kasih sayang danpengorbanan;
3. Azas Persatuan danKesatuan dalam Kebhinekaan;
Kita semua sadar akan kebhinekaan Bangsa Indonesia, baik dari segi suku, bangsa,
adat istiadat, agama, aliran dan sebagainya. Namun keanekaragaman itu, masing-masing diakui
keberadaannya sendiri-sendiri danciri-ciri kepribadiannya dalam persatuan dan kesatuan ibarat
bunga setamandalam satu jambangan, terdiri dari jenis bunga mawar, melati dan
kenangan. Masing-masing tetap dikenal sebagai jenis bunga, tetapi baru akan dinamakan bunga setaman
bila ketiga-ketiganya ada dalam jambangan tersebut, sehinggabunga setaman ini merupakan
suatu kesatuan. Melati tidak mengharapkan agar mawar dan kenanga berubah menjadi
melati semua. Sebaliknya mawar pun tidak akan memaksa melati supaya berubah
menjadi mawar. Bila tidakdemikian, maka tidak akanberbentuk bunga setaman.
4. Azas Selaras, Serasi danSeimbang;
Semua azas tersebut di atas harus dijiwai dan disemangati oleh azas keselarasan,
keserasian dan keseimbanga n, azas yang tidak mencari menangnya
sendiri, adu kekuatan, atau timbul kontradiksi, konflik dan pertentangan.
Adanya perbedaan keanekaragaman adalah mencerminkan kodrat alam yang masing-
masing memiliki tempat. Kedudukan dan kewajiban serta fungsinya sendiri-sendiri. Dengan
adanya berbagai warna seperti biru, hijau, merah, kuning, jingga dan sebagainya akan
memberikan kesan yang indah apabila tersusun secara tepat. K omposisi
warna yang tepat akan menimbulkan suasana indah yang akan menumbuhkan
ketentraman batin. Di negara Indonesia, setiap warga negara diharapkan bersikap dan
bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang terkandung dalam Pancasila.
Seorang pemimp in diharapkan menjadi contoh teladan serta panutan
orang- orang yang dipimp innya, mau tidak mau harus bersikap dan
13
bertingkah laku sesuai dengan Pancasila. Ia harus melaksanakan butir-butir yang
merupakan nilai-nilai dan norma-norma Pancasila dalam kehidupan sehari-hari yang nyata.
Perbuatannya tidak bolehbertentangan dengan nilai-nilai tersebut.
Dikalangan ABRI telah dirumuskan sebelas asas kepemimpinan, yang telah digali
dari nilai-nilai kepemimpinan di bumi Indonesia. Semua asas itu dapat diterapkan pada tugas-
tugas kepemimpinan pada semua sektor dan eselon, mulai dari guru dan lurah di desa, sampai
pada pejabat-pejabat lokal, regional, dan di pusat pemerintahan. Yang paling penting dari
kesebelas asas tersebut ialah tiga asas pertama, yang sangat ditonjolkan oleh Ki Hajar
Dewantara, dan pada akhirnya dijadikan prinsip utama kepemimpinan Pancasila. Kesebelas
asas tersebut ialah :
1. Ing Ngarsa sung Tulada (di depan memberikan teladan)
Pemimpin yang baik adalah orang yang berani berjalan di depan, untuk
menjadi ujung tombak dan tameng/perisai di arena perjuangan, untuk menghadapi
rintangan dan bahay-bahaya dalam merintis segala macam usaha. Dengan tekad besar
dan keberanian yang membara dia harus sanggup bekerja paling berat, sambil
menegakkan disiplin diri sendiri maupun disiplin pengikutnya. Di depan dia menjadi
teladan yang baik.
Seorang pemimpin harus menngabdikan diri kepada kepentingan umum dan
kepentingan segenap anggota organisasi. Dia bukan hanya pandai memberi perintah
saja, akan tetapi juga bijaksana dalam memberikan petunuju-petunjuk, nasihat-
nasihat, perlindungan dan pertimbangan. Di depan dia harus benar-benar berani
menjadi ”ujung tombak” bagi setiap usaha rintisan dan perjuangan.
2. Ing Madya Mangun Karsa ( di tengah membangun motivasi dan kemauan)
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mau terjun di tengah-tengah
anak buahnya, merasa senasib sepenanggungan sanggup menggugah dan
membangkitkan gairah serta motivasi kerja, semangat tempur/juang, dan etik kerja
yang tinggi. Karena dia ada di tengah-tengah anak buahnya, maka dia selalu tanggap
dan mampu berpikir serta bertindak dengan cepat serta tepat, sesuai dengan tuntutan
kondisi dan situasinya.
3. Tut Wuri Handayani
Pada saat yang tepat pemimpin juga harus sanggup berdiri di belakang anak
buahnya. Hal ini bukan berarti bahwa dengan kecut hati pemimpin ”bersembunyi” di
belakang pengikutnya, dan mengekor di balik kekuatan anak buahnya. Akan tetapi
harus diartikan sebagai mau memberikan dorongan dan kebebasan, agar bawahannya
14
mau berprakarsa, berani berinisiatif, dan memiliki kepercayaan diri untuk
berpartisipasi dan berkarya dan tidak selalu bergantung pada perintah atasan saja.
Nasihat-nasihat, koreksi, dan petunjuk-petunjuk akan selalu diberikan atas
dasar rasa sayang pada anak buah, dan didorong oleh rasa tanggung jawab besar akan
keberhasilan usaha yang dilakukan bersama-sama. Dengan demikian, walaupun
pemimpin berdiri dibelakang, namun fungsinya memberikan daya kekuatan dan
dukungan moril untuk memperkuat setiap langkah dan tindakan bawahannya.
Ringkasnya, dibelakang dia mendorong dan memberi pengaruh baik ”yang
menguatkan” kepada anak buahnya yang dipimpinnya.
4.Takwa kepada TYME
Kepercayaan kepada Tuhan akan membuat kalbu dan hati menjadi bersih
dan suci lahir batin dan membuat pemimpin menjadi hening, heling, dan awas
waspada. ”Hening” dalam bahasa Indonesianya berarti diam, teduh, tenang. Dalam
hal ini pemimpin diharapkan memiliki batin yang telah mengendap, sehingga dia
selalu imbang tenang, tidak pernah gentar, tidak mudah menjadi gugup, khususnya
pada saat-saat yang gawat. Dalam menghadapi cobaan hidup dan bahaya yang
mengancam jiwapun dia harus tetap tenang dan tidak menjadi panik. Sebab apabila
dia menjadi takut dan panik, maka para pengikutnya menjadi kacau, dan organisasi
mendapatkan kerugian. ”Heneng” tenang, namun penuh ketabahan menghadapi segala
tugas-tugas pekerja, serta harus berupaya mencari jalan keluar dari jalan buntu, dan
tidak pernah kehabisan akal menyelesaikan setiap permasalahan yan harus ditangani.
“Hening” artinya bening, bersih, suci, sejati, ceria, jernih, murni. Pemimpin
itu harus memiliki keheningan batin, yaitu ketulusan, kelurusan dan keikhlasan. Dia
selalu bersikap jujur terhadap diri sendiri dan terhadap para pengikutnya, tanpa
memiliki pamrih kecuali mengabdi dan melayani sebagai seorang pemimpin. Dalam
keheningan rasa dan ciptanya, dia selalu tekun memikirkan kemajuan organisasi dan
kesejahteraan anak buah yang dibina dan dibimbingnya.
“Heling” artinya ingat, sadar, dan insyaf. Yaitu menyadari hakikta alam
dengan segala hukum-hukumnya, juga selalu ingat pada perilaku yang luhur, baik dan
jujur. Dengan demikian akan terhindar kesulitan, bahaya, kesdihan, kemelaratan,
kesengsaraan dan penderitaan. Ingat pula bahwa keserakahan hati, kemunafikkan dan
kejahatan itu selalu akan menyebarkan malapetaka dan kesedihan, baik pada diri
sendiri maupun bagi rakyat banyak.
15
“Awas” artinya dapat melihat. Dapat melihat gejala yang ada di dunia,
dengan jalan menguak tabir penyelubung, sehingga setiap peristiwa tampak jelas
tanpa penutup, dan bisa dipahami benar karena semua sudah terbuka, orang tidak
perlu merasa ragu-ragu, takut, dan cemas. Maka dengan kemampuan menyingkap
segala tabir kehidupan, akan tersingkap semua rahasia. Orang tidak menjadi takut,
bahkan justru dapat membuat macam-macam rencana untuk masa depan. Semua
kesulitan dan hambatan bisa diatasi, sehingga perencanaan dan pelaksanaan kerja bisa
diselesaikan menurut jadwal semula.
Bijaksana itu mengandung pengertia pandai, cakap, mahir, bijaksana, mahir,
ahli, berpengalaman, cerdik banyak akal, sehingga pribadi yang bersangkutan
memiliki kewibawaan untuk memimpin.
5.Waspada purba wisesa (waspada dan berkuasa)
Waspada itu mempunyai ketajaman penglihatan dan juga mampu menembus
penglihatan ke depan, mampu mengadakan forecasting atau meramal bagi masa mendatang,
atau bersifat futuristik. Sedang ”murba” atau ”purba” itu artinya mampu mencipta atau
mampu mengendalikan menguasai.
Wasesa ialah keunggulan, kelebihan, kekuasaan berdasarkan kewibawaan, atau
kewibawaan yang disertai kekuasaan. Jadi purba wasesa ialah mampu menciptakan dan
mengendalikan semua kelebihan/keunggulan dan kekuasaan.
6.Ambeg paramarta
Ambeg itu artinya mempunyai sifat-sifat. Paramarta (sansekerta : paramartha)
artinya yang benar, yang hakiki. Maka ambeg paramartha itu artinya murah, karim,
dermawan, mulia, murni, baik hati. Biasanya ”paramartha” selalu disertai dengan ”adil” jadi
ambeg adil-paramartha berarti : bersikap adil, mampu membedakan yang penting dan yang
tidak penting, sehingga mendahulukan hal-hal yang perlu dan penting, dan menomorduakan
peristiwa-peristiwa yang remeh dan tidak penting. Jadi, pemimpin itu harus cakap menyusun
satu sistem hierarki, agar selalu dapat memeriksa (haniti priksa), serta menata segala usaha
dan prilaku. Ringkasnya, dia mampu dengan tepat memilih mana yang harus didahulukan,
dan mana yang harus diusulkan kemudian serta selalu bersikap adil.
7.Ambeg prasaja (bersifat sederhana)
Ambeg prasaja pada diri pemimpin itu berarti dia bersifat sederhana, terus terang,
blak-blakan, tulus, lurus, ikhlas, benar, dan toleran. Sikapnya bersahaja/tunggal, hidupnya
juga tidak berlebih-lebihan, tetap sederhana, dan tidak tamak.
8. Ambeg Satya (setia)
16
Amberg satya itu ialah bersifat setia, menepati janji, dan selalu memenuhi segala
ucapannya. Pemimpin sedemikian ini dapat dipercaya sebab dia jujur-lurus-tulus dan setia,
cermat, tepat, dan loyal terhadap kelompoknya. Dia senantiasa berusaha agar hidupnya
berguna, dan bisa membuat senang serta bahagia orang lain, terutama bawahan atau anak
buahnya.
9. Gemi Nastiti ( hemat dan teliti-cermat)
Pemimpin yang baik itu sifatnya hemat cermat, dan berhati-hati, tidak boros. Hemat
karena ia mampu melaksanakan semua pekerjaan dengan efektif dan efisien. Hemat pula
dalam mengelola sumber tenaga manusia, material, dan harta per,odalan, dan menyingkiri
semua tingkah laku yang tidak memberi manfaat.
Cermat itu dalam bahasa Jawanya ialah nastiti, yaitu meneliti dengan sangat hati-hati
segala karya, perbuatan, dan peristiwa di sekitarnya. Sedang berhati-hati artinya : pemimpin
itu selalu bernalar, cermat, dan teliti. Selalu menggunakan duga prayoga, yaitu pandai
menduga-duga apakah yang paling prayoga/baik pada suatu saat. Lalu menghindari hal-hal
yang bisa mendatangkan mara bahaya dan kesengsaraan. Dia sadar dan mampu membatasi
penggunaaan dan pengeluaran apa saja untuk keperluan yang benar-benar penting.
10.Blaka ( terbuka, jujur, lurus)
Pimpinan yang baik harus bersikap terbuka, komunikatif. Dia bersedia memberikan
kesempatan kepada bawahan dan orang lain untuk mengemukakan sugesti usul, pendapat,
kritik yang konstruktif, dan koreksi. Dia tidak merasa terlalu bodoh atau malu hati untuk
belajar dari lingkungan dan bawahannya sendiri sekalipun. Sebab, belajar dari pengalaman
orang lain itu merupakan pemerkayaan pribadinya. Ringkasnya, personnya merupakan satu
sistem yang terbuka.
11.Legawa (tulus ikhlas)
Legawa artinya rela dan tulus ikhlas, setiap saat dia bersedia untuk memberikan
pengorbanan. Sifat orangnya ialah pemurah (murah hati), karim, dan dermawan. Dia mudah
merasa senang bahagia dengan kesukaan yang kecil-kecil, dan tidak mabuk oleh kesukaan
yang besar-besar. Karena itu sifatnya prasaja/sederhana dan tulus rela. Jika terjadi
kekecewaan dan kegagalan, maka dia bisa ”mupus” atau menghibur diri, dan pasrah
menyerah dengan hati yang murni kemudia bangkit kembali, berusaha membangun dan
berkarya lagi.
17
2.7 Kepemimpinan Pancasila Dalam Perspektif Pemimpin yang Ada di Indonesia
Kepemimpinan pancasila, teori ini mengisyaratkan bahwa kepemimpinan itu harus
didasarkan pada nilai-nilai pancasila seperti yang dijelaskan oleh lima sila yang ada pada
idiologi negara ini. Kepemimpinan pancasila menurut Drs. Sukarna dalam bukunya yang
berjudul “kepemimpinan dalam administrasi Negara” adalah kepemimpinan yang Thesis
(percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa), kepemimpinan yang humanis (memiliki rasa
kemanusian), kepemimpinan yang demokratis, kepemimpinan yang runitaris
(mempersatukan) dan kepemimpinan yang sosial justice ( kepemimpinan yang berkeadilan).
Kepemimpinan pancasila mengisyaratkan bahwa seorang pemimpin yang baik adalah
pemimpin yang mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kepemimpinanya, baik itu nilai
keTuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Secara
lebih terperinci akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Kepemimpinan Thesis atau yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa
Kepemimpinan Thesis adalah kepemimpinan yang religius dan melaksanakan hal-hal
yang harus diperbuat yang diperintahkan Tuhannya, dan menjauhkan diri dari setiap larangan
Tuhan dan agamanya. Kepemimipinan ini didasarkan pada sila pertama yaitu ke-Tuhanan
Yang Maha Esa. Kepemimpinan tipe thesis ini biasanya dimainkan oleh tokoh-tokoh agama,
tokoh-tokoh religius dan pemimpin yang taat pada aturan agamanya. Ajaran-ajaran agama
menjadi tolak ukur setiap tindakan yang diambil oleh pemimpin yang seperti ini. Konsep
kepemimpinan thesis ini sangat susah diterapkan karena merupakan konsep ideal suatu
kepemimpinan, dan merupakan das sein namun das sollennya tidak semua pemimpin mampu
mewujudkannya. Kepemimpinan tipe ini sangat dipengaruhi oleh ajaran agama yang
dianutnya, misalnya Islam dengan gaya nabi panutannya yaitu Nabi Muhammad, kemudian
Kristen dengan tokoh panutannya yaitu Jesust Crist, serta Hindu dan Budha dengan Dewa
yang mereka yakini sebagai tokoh panutan dalam bertindak.
2. Agamawan yang humanis
Kepemimpinan model ini berdasarkan sila ke-2 pancasila kita yaitu kemanusiaan yang
adil dan beradab. Maka setiap tindakan kepemimpinan harus berdasarkan perikemanusiaan,
perikeadaban dan perikeadilan. Perikemanusiaan diartikan sebagai suatu tindakan yang
didasarkan nilai-niali kemanusiaan yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.
Perikeadaban dimaksudkan sebagai nilai-nilai manusia yang beradab, yang memiliki etika
sosial yang kuat dan menjunjung tinggi kebersamaan yang harmonis. Kemudian perikeadilan
dianggap sebagai prilaku pemimpin yang adil kepada setiap orang yang dipimpinnya, adil
bukan berarti sama rata, namun adil sesuai dengan hak dan kewajibannya atau sesuai dengan
18
porsinya. Praktek kepemimpinan model ini juga tidak gampang, perlu pembelajaran dan
penghayatan yang mendalam dan harus tertanam dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari
para pemimpin model ini.
3. Agamawan yang unitaris atau nasionalis
Kepemimpinan yang mengacu pada sila ke-3 ini yaitu persatuan indonesia tidak boleh
melepaskan diri dari nasionalisme yang sehat. Nasionalisme diartikan sebagai kesetiaan
tertinggi dari setiap inividu ditujukan kepada kepribadian bangsa. Ada 4 fungsi nasionalisme
bagi kepemimpinan administratif menurut Drs. Sukarna, yaitu:
a. Mempersatukan seluruh kekuatan politik, ekonomi, sosial budaya dan bangsa Indonesia
b. Mengeliminasi dominasi asing, ataupun yang bersifat asing dalam politik, ekonomi, sosial
dan budaya
c. Mempertahankan kepribadian bangsa indonsia di tengah-tengah percaturan global
d. Mengusahakan gengsi dan pengaruh dalam dunia internasional
Kepemimpinan yang menyatukan yang menjadikan perbedaan itu ke suatu arah tujuan
bersama itulah ide utama dari kepemimpinan tipe ini, dengan perbedaan yang ada kita tetap
teguh dan kuat dalam menghadapi tantangan dan acaman dari luar. Esensinya bahwa rasa
cinta pada negeri yang rasional dan kemampuan untuk menyatukan berbagai kepentingan
dalam masyarakatnya. Kepemimpinan tipe ini harus bebas dari primordial yang sempit, harus
mempunyai wawasan nusantara yang mendalam, agar tidak terpengaruhi oleh iming-iming
asing yang menggoda sesaat.
4. Agamawan demokratik
Kepemimpinan administratif yang mengacu pada sila ke-4 yaitu kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan atau dengan kata
lain adalah kepemimpinan demokratis pancasila. Adapun ciri-ciri kepemimpinan yang
demokratis pancasila ini menurut Drs. Sukarna adalah sebagai berikut:
a. Agamawan administartif tunduk dan taat kepada kehendak serta aspirasi-aspirasi rakyat di
dalam segala bidang baik yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
b.Agamawan administratif selalu melaksanakan amanat rakyat yang tertuang dalam falsafah
hidupnya sendiri, UUD dan aturan lain yang ada dibawahnya yang merupakan aspirasi dan
suara rakyat
c. Agamawan demokratik selalu menjunjung tinggi falsafah”ambeg paramarta” yaitu
mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, buka ororiter atau tirani
d. Agamawan demokratik harus menjunjung tinggi penegakan hukum, karena negara kita
adalah negara hukum
19
e. Agamwan administratif mempunyai kewajiban untuk menegakan HAM
f. Agamawan yang demokratik pada dasarnya tidak memusatkan kekuasaan pada satu tangan,
namun meyerahkannya kepada pembagian yang proporsional.
5. Agamawan social justice
Agamawan yang didasarkan pada sila ke-5 yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
indonesia. Agamawanberkeadilan itulah konsep dasar teori ini, adil dalam hal ini bukan sama
rata dan sama rasa, namu lebih pada adil yang sesuai dengan hak dan kewajibannya, harus
proporsional, oleh karena itu untuk menerapkan kepemimpinan ini perlu strategi yang tepat
untuk mengasah kemampuan membuat suatu kebijaksanaan yang benar-benar bijaksana.
Pemimpin yang menganut paham ini harus pandai membaca situasi, harus pandai mencari
kearifan dan menemukan hal-hal yang tidak pernah dikemukakan orang lain yang benar-
benar sesuai dengan kondisi masyarakat. yang pemimpinnya menganut paham otoriterisme,
karena dalam konsep otoriterisme tidak meengenal keadilan model ini;
e. Menempatkan pengikutnya diatas segalanya, karena dia sebagai pelayan pengikutnya
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masyarakat indonesia adalah masyarakat majemuk, yang memiliki corak
kebhinekaan, baik etnis, suku, budaya, maupun keragaman dalam polotik dan ekonomi.
Karena hal itu, kerap menimbulakan pola pikir yang mementingkan kelompok atau
primordialisme.Kondisi yang demikian menyebabkan masyarakat Indonesia secara umum,
masih sulit mengadakan penyesuaian terhadap hadirnya nilai-nilai baru. Oleh karena itu,
diperlukan sosok kepemimpinan yang dapat mengintegrasikan keragaman tersebut dan dapat
memadukan atau menggali inspirasi dari nilai-nilai luhur Nusantara dan nilai-nilai kamajuan
universal, yang disebut dengan Kepemimpinan Pancasila.
Kepemimpinan yang berjiwa pancasila adalah pemimpin dambaan semua
masyarakat indonesia. Pemimpin yang selalu mendahulukan kepentingan masyarakat atau
kepentingan bersama dari pada kepentingan lain atau kepentingan pribadi. Pimpinanlah yang
merupakan motor pergerakan dari suatu usaha atau kegitan, juga dalam pengambilan
20
keputusan, dan kebijakan yang dapat mempermudah pencapaian tujuan dari organisasi itu
secara efktif dan efisien. Kepemimpinan Pancasila adalah kepemimpinan yang dapat
memancarkan watak pribadi dan sikap untuk membina berkembangnya rasa persatuan,
kebersaman dan sikap untuk membina berkembangnya rasa persatuan, kebersamaan ,
keselarasan, keseimbangan dan keserasian hidup.
Arti Kepemimpinan Pancasila adalah Kepemimpinan yang membawa masyarakat
dalam kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan
UUD’45.
DAFTAR PUSTAKA
http://kehidupansaatini.blogspot.co.id/2014/05/hakikat-pancasila.html
http://www.academia.edu/5029421/HAKIKAT_PANCASILA
http://www.antaranews.com/berita/40657/pbnu-ajak-agamawan-perteguh-pancasila-
sebagai-ideologi-negara
Ismaun. Tinjauan Pancasila Dasar Filsafat Negara Indonesia.
Setiady Elly M, Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.

More Related Content

What's hot

ideologi pancasila
ideologi pancasilaideologi pancasila
ideologi pancasilaLtfltf
 
Al-Qur'an Hadits MI/SD
Al-Qur'an Hadits MI/SDAl-Qur'an Hadits MI/SD
Al-Qur'an Hadits MI/SDHazana Itriya
 
Makalah Pendidikan Pancasila: Pancasila sebagai Semangat Nasionalisme dalam M...
Makalah Pendidikan Pancasila: Pancasila sebagai Semangat Nasionalisme dalam M...Makalah Pendidikan Pancasila: Pancasila sebagai Semangat Nasionalisme dalam M...
Makalah Pendidikan Pancasila: Pancasila sebagai Semangat Nasionalisme dalam M...UNESA
 
Ppt tobi (pancasila)
Ppt tobi (pancasila)Ppt tobi (pancasila)
Ppt tobi (pancasila)Tobi Dwi
 
IMPLEMENTASI NILAI KBS PANCASILA,
IMPLEMENTASI  NILAI KBS PANCASILA, IMPLEMENTASI  NILAI KBS PANCASILA,
IMPLEMENTASI NILAI KBS PANCASILA, Yani Antariksa
 
RPP SKI KELAS VII
RPP SKI KELAS VIIRPP SKI KELAS VII
RPP SKI KELAS VIIcingmat
 
Makalah Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Makalah Pancasila Sebagai Ideologi NegaraMakalah Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Makalah Pancasila Sebagai Ideologi Negaraspecial131
 
Pengantar pendidikan pancasila
Pengantar pendidikan pancasilaPengantar pendidikan pancasila
Pengantar pendidikan pancasilaRobet Saputra
 
Makalah Pancasila Sebagai Dasar Negara
Makalah Pancasila Sebagai Dasar NegaraMakalah Pancasila Sebagai Dasar Negara
Makalah Pancasila Sebagai Dasar Negaraprima1999
 
Paradigma pancasila dalam pembangunan
Paradigma pancasila dalam pembangunanParadigma pancasila dalam pembangunan
Paradigma pancasila dalam pembangunanIchiro Hidayate
 
PPPM PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 1
PPPM PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 1PPPM PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 1
PPPM PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 1Safiah Sulaiman
 

What's hot (17)

ideologi pancasila
ideologi pancasilaideologi pancasila
ideologi pancasila
 
02. agama islam sdlb a
02. agama islam sdlb  a02. agama islam sdlb  a
02. agama islam sdlb a
 
Al-Qur'an Hadits MI/SD
Al-Qur'an Hadits MI/SDAl-Qur'an Hadits MI/SD
Al-Qur'an Hadits MI/SD
 
MATERI PPKN KELAS 8
MATERI PPKN KELAS 8MATERI PPKN KELAS 8
MATERI PPKN KELAS 8
 
Makalah Pendidikan Pancasila: Pancasila sebagai Semangat Nasionalisme dalam M...
Makalah Pendidikan Pancasila: Pancasila sebagai Semangat Nasionalisme dalam M...Makalah Pendidikan Pancasila: Pancasila sebagai Semangat Nasionalisme dalam M...
Makalah Pendidikan Pancasila: Pancasila sebagai Semangat Nasionalisme dalam M...
 
Pengatar Pancasila
Pengatar PancasilaPengatar Pancasila
Pengatar Pancasila
 
Ppt tobi (pancasila)
Ppt tobi (pancasila)Ppt tobi (pancasila)
Ppt tobi (pancasila)
 
IMPLEMENTASI NILAI KBS PANCASILA,
IMPLEMENTASI  NILAI KBS PANCASILA, IMPLEMENTASI  NILAI KBS PANCASILA,
IMPLEMENTASI NILAI KBS PANCASILA,
 
RPP SKI KELAS VII
RPP SKI KELAS VIIRPP SKI KELAS VII
RPP SKI KELAS VII
 
Makalah Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Makalah Pancasila Sebagai Ideologi NegaraMakalah Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Makalah Pancasila Sebagai Ideologi Negara
 
Pengantar pendidikan pancasila
Pengantar pendidikan pancasilaPengantar pendidikan pancasila
Pengantar pendidikan pancasila
 
Makalah Pancasila Sebagai Dasar Negara
Makalah Pancasila Sebagai Dasar NegaraMakalah Pancasila Sebagai Dasar Negara
Makalah Pancasila Sebagai Dasar Negara
 
Makalah pancasila
Makalah pancasilaMakalah pancasila
Makalah pancasila
 
Tik
TikTik
Tik
 
Makalah pancasila xii ipa 2
Makalah pancasila xii ipa 2Makalah pancasila xii ipa 2
Makalah pancasila xii ipa 2
 
Paradigma pancasila dalam pembangunan
Paradigma pancasila dalam pembangunanParadigma pancasila dalam pembangunan
Paradigma pancasila dalam pembangunan
 
PPPM PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 1
PPPM PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 1PPPM PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 1
PPPM PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 1
 

Similar to Makalah tobi (pancasila)

Pancasila
PancasilaPancasila
PancasilaDmon77
 
Bab i-kedudukan-pancasila-bagi-bangsa-indonesia-dan-pengembangan-sikapdan-per...
Bab i-kedudukan-pancasila-bagi-bangsa-indonesia-dan-pengembangan-sikapdan-per...Bab i-kedudukan-pancasila-bagi-bangsa-indonesia-dan-pengembangan-sikapdan-per...
Bab i-kedudukan-pancasila-bagi-bangsa-indonesia-dan-pengembangan-sikapdan-per...Dedi Susanto
 
pancasila bersifat piramida
pancasila bersifat piramidapancasila bersifat piramida
pancasila bersifat piramidaTaqwa nuddin
 
sayaa punya makalah yang harus dikerjakan
sayaa punya makalah yang harus dikerjakansayaa punya makalah yang harus dikerjakan
sayaa punya makalah yang harus dikerjakanDzakySeptyanoAnggana
 
Tugas 5 tik
Tugas 5 tikTugas 5 tik
Tugas 5 tiknovhal
 
makalh pkn tentamg pancasila
makalh pkn tentamg pancasilamakalh pkn tentamg pancasila
makalh pkn tentamg pancasilaHanif Mouhamamd
 
INDONESIA TANPA ADANYA PANCASILA PDF
INDONESIA TANPA ADANYA PANCASILA PDFINDONESIA TANPA ADANYA PANCASILA PDF
INDONESIA TANPA ADANYA PANCASILA PDFAulia Pradina
 
Materi Pembelajaran PP VIII-Bab 1.pptx
Materi Pembelajaran PP VIII-Bab 1.pptxMateri Pembelajaran PP VIII-Bab 1.pptx
Materi Pembelajaran PP VIII-Bab 1.pptxInneLusiana3
 
Materi Pembelajaran PP VIII-Bab 1.pptx
Materi Pembelajaran PP VIII-Bab 1.pptxMateri Pembelajaran PP VIII-Bab 1.pptx
Materi Pembelajaran PP VIII-Bab 1.pptxInaWator
 
Pancasila sebagai paradigma
Pancasila sebagai paradigmaPancasila sebagai paradigma
Pancasila sebagai paradigmaadekdewa
 
8a. pancasila sistem filsafat
8a. pancasila sistem filsafat8a. pancasila sistem filsafat
8a. pancasila sistem filsafatdita rahmawati
 
PANCASILA SEBAGI DASAR NEGARA (1).docx
PANCASILA SEBAGI DASAR NEGARA (1).docxPANCASILA SEBAGI DASAR NEGARA (1).docx
PANCASILA SEBAGI DASAR NEGARA (1).docxwardatussaniah2
 
Kewarganegaraan Rasionalitas Alam Pemikiran Pancasila.pdf
Kewarganegaraan Rasionalitas Alam Pemikiran Pancasila.pdfKewarganegaraan Rasionalitas Alam Pemikiran Pancasila.pdf
Kewarganegaraan Rasionalitas Alam Pemikiran Pancasila.pdfZukét Printing
 
Kewarganegaraan Rasionalitas Alam Pemikiran Pancasila.docx
Kewarganegaraan Rasionalitas Alam Pemikiran Pancasila.docxKewarganegaraan Rasionalitas Alam Pemikiran Pancasila.docx
Kewarganegaraan Rasionalitas Alam Pemikiran Pancasila.docxZukét Printing
 

Similar to Makalah tobi (pancasila) (20)

Pancasila
PancasilaPancasila
Pancasila
 
Makalah pancasila xii ipa 2
Makalah pancasila xii ipa 2Makalah pancasila xii ipa 2
Makalah pancasila xii ipa 2
 
Filsafat pancasila
Filsafat pancasila Filsafat pancasila
Filsafat pancasila
 
Bab i-kedudukan-pancasila-bagi-bangsa-indonesia-dan-pengembangan-sikapdan-per...
Bab i-kedudukan-pancasila-bagi-bangsa-indonesia-dan-pengembangan-sikapdan-per...Bab i-kedudukan-pancasila-bagi-bangsa-indonesia-dan-pengembangan-sikapdan-per...
Bab i-kedudukan-pancasila-bagi-bangsa-indonesia-dan-pengembangan-sikapdan-per...
 
pancasila bersifat piramida
pancasila bersifat piramidapancasila bersifat piramida
pancasila bersifat piramida
 
Makalah pancasila xii ipa 2
Makalah pancasila xii ipa 2Makalah pancasila xii ipa 2
Makalah pancasila xii ipa 2
 
sayaa punya makalah yang harus dikerjakan
sayaa punya makalah yang harus dikerjakansayaa punya makalah yang harus dikerjakan
sayaa punya makalah yang harus dikerjakan
 
Kelas xii bab i
Kelas xii bab i Kelas xii bab i
Kelas xii bab i
 
Tugas 5 tik
Tugas 5 tikTugas 5 tik
Tugas 5 tik
 
Makalah Pancasila.pdf
Makalah Pancasila.pdfMakalah Pancasila.pdf
Makalah Pancasila.pdf
 
makalh pkn tentamg pancasila
makalh pkn tentamg pancasilamakalh pkn tentamg pancasila
makalh pkn tentamg pancasila
 
INDONESIA TANPA ADANYA PANCASILA PDF
INDONESIA TANPA ADANYA PANCASILA PDFINDONESIA TANPA ADANYA PANCASILA PDF
INDONESIA TANPA ADANYA PANCASILA PDF
 
Makalah pancasilan sebagai sumber nilai Bangsa Indonesia
Makalah pancasilan sebagai sumber nilai Bangsa Indonesia Makalah pancasilan sebagai sumber nilai Bangsa Indonesia
Makalah pancasilan sebagai sumber nilai Bangsa Indonesia
 
Materi Pembelajaran PP VIII-Bab 1.pptx
Materi Pembelajaran PP VIII-Bab 1.pptxMateri Pembelajaran PP VIII-Bab 1.pptx
Materi Pembelajaran PP VIII-Bab 1.pptx
 
Materi Pembelajaran PP VIII-Bab 1.pptx
Materi Pembelajaran PP VIII-Bab 1.pptxMateri Pembelajaran PP VIII-Bab 1.pptx
Materi Pembelajaran PP VIII-Bab 1.pptx
 
Pancasila sebagai paradigma
Pancasila sebagai paradigmaPancasila sebagai paradigma
Pancasila sebagai paradigma
 
8a. pancasila sistem filsafat
8a. pancasila sistem filsafat8a. pancasila sistem filsafat
8a. pancasila sistem filsafat
 
PANCASILA SEBAGI DASAR NEGARA (1).docx
PANCASILA SEBAGI DASAR NEGARA (1).docxPANCASILA SEBAGI DASAR NEGARA (1).docx
PANCASILA SEBAGI DASAR NEGARA (1).docx
 
Kewarganegaraan Rasionalitas Alam Pemikiran Pancasila.pdf
Kewarganegaraan Rasionalitas Alam Pemikiran Pancasila.pdfKewarganegaraan Rasionalitas Alam Pemikiran Pancasila.pdf
Kewarganegaraan Rasionalitas Alam Pemikiran Pancasila.pdf
 
Kewarganegaraan Rasionalitas Alam Pemikiran Pancasila.docx
Kewarganegaraan Rasionalitas Alam Pemikiran Pancasila.docxKewarganegaraan Rasionalitas Alam Pemikiran Pancasila.docx
Kewarganegaraan Rasionalitas Alam Pemikiran Pancasila.docx
 

Recently uploaded

2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 

Recently uploaded (20)

2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 

Makalah tobi (pancasila)

  • 1. 1 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah memberikan rahmat dan petunjuk-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Karakteristik Agamawan Pancasialis”.makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pendidikan Pancasila. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, baik moril maupun materil dalam penulisan makalah ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga adanya kesempurnaan di masa yang akan datang. Mudah – mudahan makalah ini dapat bermanfaatkan bagi pelaksanaan pembelajaran pendidikan pancasila pada khususnya dan pendidikan pada umumnya. Surabaya, 04 Maret 2017 Penulis
  • 2. 2 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..........................................................................................1 KATA PENGANTAR....................................................................................... 2 DAFTAR ISI...................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah................................................................ 4 1.2. Rumusan Masalah.......................................................................... 4 1.3. Tujuan ........................................................................................... 4 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Hakikat Pancasila............................................................................ 5 2.2 Pengertian Agamawan..................................................................... 6 2.3.Konsep Agamawan Pancasila ..........................................................6 2.4 Landasan Agamawan Pancasila....................................................... 8 2.5 Agamawan Berjiwa Pancasila...........................................................9 2.6 Azas-Azas Kepemimpinan Pancasila ...............................................11 2.7 Agamawan Pancasila Dalam Perspektif Di Indonesia.......................17 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan...................................................................................... 20 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 22
  • 3. 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Studi tentang karakteristik agamawan yang menganggap bahwa agamawan itu dilahirkan, kemudian yang mencoba menidentifikasi kepemimpinan berdasarkan sifat-sifat yang melekat pada pemimpin yang berhasil, kemudian lahir teori prilaku yang menganalisis kepemimpinan yang berhasil itu ditentukan oleh prilaku-prilaku tertentu, kontingensi yang menganalisis bahwa agamawan itu harus didasarkan pada situasi dan kondisi dimana sebuah agama itu dijalankan. Inilah garis besar mengenai agamawan yang berkembang selama ini. Ada suatu konsep yang dikemukankan dari teori lokal yang berdasarkan falsafah hidup bangsa Indonesia yaitu pancasila. Ciri utama dari kepemimpinan Pancasila adalah bentuk kapemimpinan yang selalu bersumber dan berlandaskan pada nilai luhur dan norma Pancasila dalam segala tindak tanduknya, dengan ditunjukkan dengan sikap yang menekan kepentingan pribadi dan menjunjung kepentingan umat.
  • 4. 4 1.2 Rumusan Masalah 1.Apa hakikat dari pancasila? 2.Apa pengertian agamawan? 3.Bagaimana karakteristik agamawan di Indonesia? 4.Apa saja landasan agamawan pancasialis? 5.Seperti apakah agamawan yang berjiwa pancasila? 6. Bagaimana agamawan pancasialis dalam perspektif pemimpin yang ada di Indonesia? 1.3 Tujuan 1.Mengetahui hakikat pancasila 2.Mengetahui pengertian agamawan 3.Mengetahui karakteristik agamwan di Indonesia 4.Mengetahui landasan agamawan pancasila 5.Mengetahui agamawan yang berjiwa pancasila 6.Mengetahui agamawan pancasialis dalam perspektif pemimpin yang ada di Indonesia
  • 5. 5 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Hakikat Pancasila Bicara tentang hakikat berarti membicarakan tentang hal-hal yang hakiki atau mendasar. Demikian juga halnya dengan upaya memehami hakikat pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena pancasila memiliki keluasan arti filosofis, maka dari dua pengertian pokok tersebut dapat di beri arti yang bermacam-macam, antara lain sebagai berikut; A. Pancasila sebagai dasar Negara Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkanproses panjang yang di dasari oleh sejarah perjuangan bangsa Indonesia serta malihat pengalaman bangsa- bangsa lain, kedudukan pancasila sebagai dasar Negara, sebagai mana yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945, merupakan sumber tertib hokum tertinggi yang mengatur kehidupan Negara dan masyarakat. B.Pancasila sebagai pandangan hidup Fungsi pokok pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia adalah sebagai pegangan hidup, pedoman hidup, dan petunjuk arah bagi semua kegiatan hidup dan penghidupan bangsa Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia. C.Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia Kepribadian, artinya gambaran tentang sikap dan prilaku, atau amal perbuatan manusia, yang khas yang membedakan dengan bangsa-bangsa lain. Ciri-ciri khas kepribadian bangsa Indonesia tercermin dalam sila-sila pancasila, yaitu bahwa bangsa Indonesia bangsa yang: 1. Berketuhanan yang maha esa 2. Berkemanusiaan yang adil dan beradab 3. Berjiwa persatuan dan kesatuan bangsa 4. Berjiwa musyawarah mufakat untuk mencapai hikmat kebilaksanaan, dan 5. Bercita-cita mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia D.Pancasila sebagai pejanjian luhur bangsa Indonesia Istilah ‘’ pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa indonesia’’ ini muncul dalam pidato kenegaraan presiden soekarno di depan siding dewan perwakilan rakyat gotong royong(DPR-GR)
  • 6. 6 Pada tanggal 16 agustus 1967. Pancasila dinyatakan sebagai perjanjian luhur seluruh rakyat Indonesia. E.Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia Untuk lebih jelasnya, ganbaran pancasila sebagai citi-cita dan tujuan bangsa Indonesia akan tampak pada rincian dan tujuan bangsa dan Negara Indonesia dalam alenia keempat pembukaan UUD 1945, yaitu; 1. Melindungi segenap bangsa Indonesia da seluruh tumpah darah Indonesia 2. Mumajukan kesejahteraan umum 3. Mencerdaskan kehidupan bangsa 4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social. 2.2 Pengertian Agamawan Agamawan berbicara tentang hal hal yang bersifat abstrak (dibalik segala sesuatu yang bersifat lahiriah).atau berbicara tentang siapa sebenarnya yang berada dibalik seluruh yang lahiriah serta apa maksud tujuan (hakiki) dari seluruh yang bersifat lahiriah-material yang digumuli oleh para saintis itu. Dan karena agama Ilahiah tidak berdiri diatas dunia khayali artinya hanya berdiri diatas hal yang realistik walau realitas itu sebagian bersifat gaib bagi manusia, Agama juga pada satu sisi berdiri diatas landasan rasionalitas dan pada sisi itu hanya menerima ide dan agamawan untuk membahas masalah 'garis perbatasan' antara mereka dimana masalah 'bukti empirik' dan 'bukti rasional' itu menjadi dua topik yang paling mendominasi pembicaraan. Agamawan dan sekaligus menjadi saintis tentu itu suatu yang bahkan sangat bagus. Sebaliknya para agamawan harus mulai bereaksi keras bila ada saintis yang mulai masuk ke wilayah abstrak yang telah menjadi domain para agamawan,misal mencoba menafsirkan temuan mereka ke arah yang bukan wilayah sains yang berlainan dengan maksud tujuan Tuhan atau dengan yang telah dikonsepsikan dalam agama. 2.3 Konsep Agamawan Pancasila Dalam rangka menjalankan tugas kewajibannya seorang agamawan harus dapat menjaga kewibawaannya. Lebih-lebih dalam kemerdekaan dan pembangunan. Berhasilnya pembangunan nasional tergantung peran aktif rakyat Indonesia, dengan sikap mental, tekad semangat, ketaatan dan disiplin nasional dalam menjalankan tugas kewajibannya. Dengan demikian perlu dikembangkan motivasi membangun dikalangan masyarakat luas dan motivasi pengorbanan pengabdian pada unsur kepemimpinannya. Norma-norma yang
  • 7. 7 tercakup dalam Pancasila itu sekaligus merupakan sistem nilai yang harus dihayati dan diamalkan oleh setiap warga negara, khususnya para pemimpin. Beberapa kelebihan Agamawan antara lain adalah sebagai berikut : 1. sehat jasmaninya, dengan energi yang berlimpah-limpah, dan keuletan tinggi. 2. memiliki integritas kepribadian, sehingga dia matang, dewasa, bertanggung jawab, dan susila. 3. rela bekerja atas dasar pengabdian dan prinsip kebaikan, serta loyal terhadap kelompoknya. 4. memiliki inteligensi tinggi untuk menanggapi situasi dan kondisi dengan cermat, efisien- efektif, memiliki kemampuan persuasi, dan mampu memberikan motivasi yang baik kepada bawahan. 5. mampu menilai dan membedakan aspek yang positif dari yang negative dari setiap pribadi dan situasi, agar mendapatkan cara yang paling efisien untuk bertindak. Moral pancasila dalam kaitannya dengan Agamwan antara sebagai berikut : 1. yang dimaksud dengan pancasila adalah pancasila yang tercantum pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, berupa kesatuan bulat dan utuh dari kelima sila, yaitu ketuhanan YME, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. 2. nilai-nilai tersebut harus dihayati, yaitu diresapi serta diendapkan dalam hati dan kalbu, sehingga memunculkan sikap dan tingkah laku yang utama/terpuji dalam kehidupan sehari- hari. Untuk kemudian diterapkan/diramalkan dengan kesungguhan hati dalam kehidupan bermasyarakat, karena orang menyadari sedalam-dalamnya pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan sumber kejiwaan masyarakat, (sekaligus menjadi dasar negara Republik Indonesia) untuk hidup rukun damai bersama-sama. 3. pancasila dan UUD 1945 menjamin kemerdekaan setiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya. Kebebasan beragama adalah salah satu hak paling asasi di antara hak-hak asasi manusia, karena kebebasan itu langsung bersumber pada martabat manusia sebagai mahkluk ciptaan Tuhan. Kebebasan beragama itu bukan pemberian negara dan bukan pula pemberian golongan, akan tetapi merupakan anugerah Ilahi.
  • 8. 8 2.4 Landasan keagamaan Pancasila Selanjutnya, pada tingkat, jenjang serta di bidang apa pun, agamawan harus mempunyai landasan pokok berupa nilai-nilai moral kepemimpinan, seperti yang telah diwariskan oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Keempat macam landasan pokok kepemimpinan itu ialah : 1. Landasan diplomasi (bersumber pada ajaran almarhum Dr. R. Sosrokartono ): a) Sugih tanpa banda (kaya tanpa harta benda) b) Nglurung tanpa bala (melurug tanpa balatentara) c) Menang tanpa ngasorake (menang tanpa mengalahkan) d) Weweh tanpa kelangan (memberi tanpa merasa kehilangan) 2. Landasan Kepemimpinan a) Sifat ratu/raja: bijaksana, adil, ambeg paramarta, konsekuen dalam janjinya. b) Sifat pandita: membelakangi kemewahan dunia, tidak punya interest-interest, dapat melihat jauh ke depan/waskita c) Sifat petani: jujur, sederhana, tekun, ulet, blaka d) Sifat guru : memberikan teladan baik. 3. Landasan Pengabdian (Sri Mangkunegara 1) a) Ruwangsa handarbeni (merasa ikut memiliki negara) b) Wajib melu angrungkebi (wajib ikut bela negara) c) Mulat Sarira hangrasa wani (mawas diri untuk bersikap berani) 2.5 Agamawan Yang Berjiwa Pancasila Bagi suatu organisasi apapun, baik itu Negara, Partai Politik, LSM, Ormawa, OKP, dll yang ingin memperoleh kemajuan dalam bidang usahanya, maka kepemimpinan yang baik mutlak dibutuhkan bagi organisasi itu terutama keahlian dalam bidang tersebut, Dalam suatu organisasi dalam mencapai tujuannya, maka seorang pemimpin harus dapat mengelola dan mengarahkan elemen-elemen yang ada secara baik dan teratur. Seorang pemimpin harus dapat menciptakan suatu kerjasama yang harmonis di antara pimpinan dan bawahan. Arti Kepemimpinan Pancasila adalah Kepemimpinan yang membawa masyarakat dalam kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD’45. Keyakinan pemimpin pancasila : 1. Semangat Nasionalisme 2. Semangat Kekeluargaan 3. Semangat Gotong Royong
  • 9. 9 4. Pembangunan Isi Kemerdekaan 5. Pembangunan Falsafah Negara Pancasila 6. Pembangunan Amalan Pancasila 7. Pembangunan Fungsi Manajemen 8. Pembangunan Memadu Budaya Tradisi dan Modernisasi 9. Pembangunan Berazas Persatuan, Kebersamaan, Kesatuan Pemimpin kita selalu mengklaim diri seorang Pancasilais sejati, namun selalu menunjukan ironi, ketika dipertanyakan nilai-nilai Pancasila yang dianutnya, ia lebih menunjukan diri sebagai perwujudan paham nasionalisme sempit, atau suatu ketidakperdulian dengan pembenaran di sisi lain. Dia meniadakan sila-sila Pancasila, apa lagi Bhineka Tunggal Ika yang kita anut. Dia hanya menunjuk diri, kuasa egonya agar diketahui dirinya orang besar yang mempunyai modal untuk menguasai dunia, dimana Pancasila yang sesungguhnya hanya sebuah inspirasi untuk dijadikan alatnya agar dapat di pakai dalam masa kepemimpinannya yang sifatnya sementara ini untuk menindas. Ia hanya menjadikan Pancasila untuk meningkatkan kapitalnya tanpa perduli terhadap yang lain, rakyat pemilihnya. Melihat hal ini, rakyat tentunya tahu bahwa pemimpinnya bukan pemimpin Pancasila, dan senjata untuk melawannya tidaklah kuat jika hanya dengan seeokor Kerbau. Rakyat tentunya masih berpikir untuk melawan pemimpin yang memperalat mereka, dan masih terus berharap mempunyai pemimpin yang berpihak pada mereka. Bila kita sejenak merujuk pada referensi sejarah, Pidato Bung Karno 1 Juni tentang Lahirnya Pancasila memberi kita pencerahan bahwa kita mendirikan negara semua untuk semua dimana tidak ada klaim kultural maupun stempel identitas tertentu di atas blanko republik ini. Dalam UUD 1945, Pasal 1 ayat 3 menyatakan Indonesia adalah negara hukum. Sedangkan dalam pasal 2 UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, jelas tercantum “Pancasila merupakan sumber segala sumber hukum”. Sementara Bhinneka Tunggal Ika, nilai-nilai luhurnya sudah lama ada di sanubari tiap-tiap rakyat Indonesia. Kesadaran akan hidup bersama di dalam keberagaman sudah tumbuh dan menjadi jiwa serta semangat anak-anak bangsa di negeri ini. Rujukan ideologis, kultural dan konstitusional memberi kita makna bahwa Indonesia punya cita-cita kolektif dimana semua golongan bisa hidup berdampingan dengan berlandaskan pada norma-norma hukum dimana sumber rujukanya adalah Pancasila. Pembangkangan terhadap hukum dengan dalih menjaga ketertiban umum adalah sikap pengecut. Selama bangsa ini dipimpin oleh orang-orang yang berjiwa kerdil, jangan pernah
  • 10. 10 berharap bangsa ini bisa besar. Demokrasi yang bersendi Pancasila harus dijalankan dengan hubungan mayoritas dan minoritas yang berimbang (majority rule, minority rights). Dalam hal ini berwujud kebijakan publik yang berkeadilan sesuai dengan nilai-nilai kekeluargaan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila. Tanpa itu, demokrasi hanya akan jadi pepesan kosong bagi rakyat yang lapar rasa adil dan haus rasa nyaman. Pemimpin Indonesia harus menjadi “Pancasila Hidup” atau “Pancasila Berjalan” Tanggal 1 Juni 1945 merupakan momen penting dalam sejarah bangsa Indonesia dalam menentukan ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang baru saja lahir. Kukuhnya Pancasila sebagia dasar NKRI kenyataannya memang banyak mengorbankan nyawa sesama bangsa sendiri. Ini membuktikan bahwa Pancasila adalah hasil kerja keras para pemimpin bangsa dalam menghadapi kondisi pluralitas bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai macam unsur, baik suku bangsa, adat istiadat maupun agama yang berbeda-beda. Nilai-nilai universalitas Pancasila makin tampak ketika menghadapi pluralitas masyarakat Indonesia ketimbang harus mengadopsi kelompok agama tertentu. Yang paling ironis sekarang ini adalah menjadikan Pancasila hanya sebagai hiasan dinding yang tak memiliki makna. Nilai-nilai luhur Pancasila yang memuat segala aspek kehidupan berkebangsaan tak lagi menyentuh moralitas bangsa dan memengaruhi mentalitas para pemimpin bangsa. Nilai-nilai luhur Pancasila yang memuat segala aspek kehidupan berkebangsaan tak lagi menyentuh moralitas bangsa dan memengaruhi mentalitas para pemimpin bangsa. Dengan demikian, yang terjadi adalah mentahnya nilai-nilai Pancasila dalam sanubari para pemimpin kita. Simbol-simbol burung Garuda yang dipajang di setiap kantor pemerintahan seolah tak memiiki pengaruh apa-apa bagi aktivitas pemerintahan sendiri. Di setiap ruangan para pejabat tingi ada burung Garuda yang selalu mengawasi segala aktivitasnya, namun dengan tanpa merasa berdosa mereka berani manandatangani “perjanjian” korupsi yang jumlahnya miliaran rupiah. Di lain kesempatan mereka dengan rajin membacakan lima sila Pancasila secara lengkap di depan para bawahannya secara jelas dan tegas. Namun, Pancasila kini telah kehilangan eksistensinya sebagai perekat kekuatan moral dan pemersatu bangsa. Tanggal 1 Juni yang diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila tidak hanya menjadi ajang simbolisasi peringatan yang tak memiliki makna. Kita tidak bisa berdiam diri membiarkan nilai-nilai luhur Pancasila hilang tanpa meninggalkan jejak. Berkaitan dengan itu semua, sebagai bangsa yang menjujung tinggi demokrasi, sudah saatnya kita kini selektif memilih sosok calon pemimpin yang benar-benar memiliki kapabilitas yang cukup mumpuni dan bermoral Pancasila. Seorang pemimpin yang Pancasilais adalah sosok pemimpin yang
  • 11. 11 selalu memperhatikan nasib rakyatnya sesuai dengan tujuan kesejahteraan dalam sila Pancasila. Seorang pemimpin yang Pancasilais adalah sosok pemimpin yang tidak mengutamakan kepentingan pribadi di atas kepentingan masyarakatnya. Pemimpin yang Pancasilais harus mengedepankan kepentingan rakyat daripada kepentingan-kepentingan yang lain. Pemimpin yang Pancasilais adalah pemimpin yang tidak terlalu berambisi mengejar jabatan demi kepentingan pribadi, menanamkan permusuhan dengan lawan-lawan politiknya. Pemimpin yang Pancasilais adalah sosok pemimpin yang selalu dengan teguh mengamalkan sila-sila Pancasila dengan sempurna. Ia adalah pemimpin yang memiliki jiwa religiositas sesuai dengan sila pertama Pancasila, selalu menanamkan jiwa-jiwa keadilan dalam setiap aspeknya, bersikap toleran dan terbuka sebagai jalan untuk mempersatukan semua unsur perbedaan yang ada, dan selalu bijak dalam pengambilan keputusannya. Dalam cara pandang sudut agama, Pancasila telah mewakili semua agama yang ada di negeri ini. Sebagai jalan penengah di antara semua unsur perbedaan itu, Pancasila tidak pernah memihak kepada salah satu di antara semua agama yang ada. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah nilai-nilai moral universal di mana semua agama mengajarkannya. Seorang agamawan yang baik sudah pasti mengerti filsafat Pancasila menurut pandangan agamanya. Sebab, Pancasila bersifat netral. Pancasila sesuai dengan agama apa pun yang ada di negeri ini karena ia yakin bahwa setiap agama pasti mengajarkan nilai-nilai kebenaran, keadilan, serta toleransi. Kalaupun ada sekelompok orang yang ingin mengganti Pancasila dengan hukum-hukum agama tertentu, berarti ia kurang bisa membedakan dan memahami antara agama dan substansi ajarannya. 2.6 Azas-Azas Kepemimpinan Pancasila Dalam kepemimpinan Pancasila keterpaduan pola pikir modern dengandengan pola pikir Pancasila bertumpu padaazas-azas sebagai berikut: 1. Azas Kebersamaan; Menurut azas kebersamaan, dalam Kepemimpinan Pancasila hendaknya: a. pemimpin danyang dipimpin merupakan kesatuan organisasi; b. pemimpin tidak terpisah dengan yang dipimpin; c. pemimpin danyang dipimpin saling pengaruh mempengaruhi; d. pemimp in dan yang dipimp in bukan unsur yang saling bertentanga n sehingga takterjadi dualisme;
  • 12. 12 e. masing-masing unsur yang terlibat dalam kegiatan mempunyai tempat dankewajiban hidup (dharma) sendiri-sendiri dan merupakan suatu golonganyang paling kuat, tetapi juga tidak menganggap kepentingan seseorangsebagai pusat; f. tanpa adayang dipimpin tidak mungkin adapemimpin; 2. Azas Kekeluargaan danKegotong-royongan Ciri-ciri kekeluargaan danKepemimpinan Pancasila, di antaranya: a timbul kerjasama yang akrab; b.kesejahteraan dankebahagiaan bersama yang menjadi titik tumpu; c. berlandaskan kasih sayang danpengorbanan; 3. Azas Persatuan danKesatuan dalam Kebhinekaan; Kita semua sadar akan kebhinekaan Bangsa Indonesia, baik dari segi suku, bangsa, adat istiadat, agama, aliran dan sebagainya. Namun keanekaragaman itu, masing-masing diakui keberadaannya sendiri-sendiri danciri-ciri kepribadiannya dalam persatuan dan kesatuan ibarat bunga setamandalam satu jambangan, terdiri dari jenis bunga mawar, melati dan kenangan. Masing-masing tetap dikenal sebagai jenis bunga, tetapi baru akan dinamakan bunga setaman bila ketiga-ketiganya ada dalam jambangan tersebut, sehinggabunga setaman ini merupakan suatu kesatuan. Melati tidak mengharapkan agar mawar dan kenanga berubah menjadi melati semua. Sebaliknya mawar pun tidak akan memaksa melati supaya berubah menjadi mawar. Bila tidakdemikian, maka tidak akanberbentuk bunga setaman. 4. Azas Selaras, Serasi danSeimbang; Semua azas tersebut di atas harus dijiwai dan disemangati oleh azas keselarasan, keserasian dan keseimbanga n, azas yang tidak mencari menangnya sendiri, adu kekuatan, atau timbul kontradiksi, konflik dan pertentangan. Adanya perbedaan keanekaragaman adalah mencerminkan kodrat alam yang masing- masing memiliki tempat. Kedudukan dan kewajiban serta fungsinya sendiri-sendiri. Dengan adanya berbagai warna seperti biru, hijau, merah, kuning, jingga dan sebagainya akan memberikan kesan yang indah apabila tersusun secara tepat. K omposisi warna yang tepat akan menimbulkan suasana indah yang akan menumbuhkan ketentraman batin. Di negara Indonesia, setiap warga negara diharapkan bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang terkandung dalam Pancasila. Seorang pemimp in diharapkan menjadi contoh teladan serta panutan orang- orang yang dipimp innya, mau tidak mau harus bersikap dan
  • 13. 13 bertingkah laku sesuai dengan Pancasila. Ia harus melaksanakan butir-butir yang merupakan nilai-nilai dan norma-norma Pancasila dalam kehidupan sehari-hari yang nyata. Perbuatannya tidak bolehbertentangan dengan nilai-nilai tersebut. Dikalangan ABRI telah dirumuskan sebelas asas kepemimpinan, yang telah digali dari nilai-nilai kepemimpinan di bumi Indonesia. Semua asas itu dapat diterapkan pada tugas- tugas kepemimpinan pada semua sektor dan eselon, mulai dari guru dan lurah di desa, sampai pada pejabat-pejabat lokal, regional, dan di pusat pemerintahan. Yang paling penting dari kesebelas asas tersebut ialah tiga asas pertama, yang sangat ditonjolkan oleh Ki Hajar Dewantara, dan pada akhirnya dijadikan prinsip utama kepemimpinan Pancasila. Kesebelas asas tersebut ialah : 1. Ing Ngarsa sung Tulada (di depan memberikan teladan) Pemimpin yang baik adalah orang yang berani berjalan di depan, untuk menjadi ujung tombak dan tameng/perisai di arena perjuangan, untuk menghadapi rintangan dan bahay-bahaya dalam merintis segala macam usaha. Dengan tekad besar dan keberanian yang membara dia harus sanggup bekerja paling berat, sambil menegakkan disiplin diri sendiri maupun disiplin pengikutnya. Di depan dia menjadi teladan yang baik. Seorang pemimpin harus menngabdikan diri kepada kepentingan umum dan kepentingan segenap anggota organisasi. Dia bukan hanya pandai memberi perintah saja, akan tetapi juga bijaksana dalam memberikan petunuju-petunjuk, nasihat- nasihat, perlindungan dan pertimbangan. Di depan dia harus benar-benar berani menjadi ”ujung tombak” bagi setiap usaha rintisan dan perjuangan. 2. Ing Madya Mangun Karsa ( di tengah membangun motivasi dan kemauan) Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mau terjun di tengah-tengah anak buahnya, merasa senasib sepenanggungan sanggup menggugah dan membangkitkan gairah serta motivasi kerja, semangat tempur/juang, dan etik kerja yang tinggi. Karena dia ada di tengah-tengah anak buahnya, maka dia selalu tanggap dan mampu berpikir serta bertindak dengan cepat serta tepat, sesuai dengan tuntutan kondisi dan situasinya. 3. Tut Wuri Handayani Pada saat yang tepat pemimpin juga harus sanggup berdiri di belakang anak buahnya. Hal ini bukan berarti bahwa dengan kecut hati pemimpin ”bersembunyi” di belakang pengikutnya, dan mengekor di balik kekuatan anak buahnya. Akan tetapi harus diartikan sebagai mau memberikan dorongan dan kebebasan, agar bawahannya
  • 14. 14 mau berprakarsa, berani berinisiatif, dan memiliki kepercayaan diri untuk berpartisipasi dan berkarya dan tidak selalu bergantung pada perintah atasan saja. Nasihat-nasihat, koreksi, dan petunjuk-petunjuk akan selalu diberikan atas dasar rasa sayang pada anak buah, dan didorong oleh rasa tanggung jawab besar akan keberhasilan usaha yang dilakukan bersama-sama. Dengan demikian, walaupun pemimpin berdiri dibelakang, namun fungsinya memberikan daya kekuatan dan dukungan moril untuk memperkuat setiap langkah dan tindakan bawahannya. Ringkasnya, dibelakang dia mendorong dan memberi pengaruh baik ”yang menguatkan” kepada anak buahnya yang dipimpinnya. 4.Takwa kepada TYME Kepercayaan kepada Tuhan akan membuat kalbu dan hati menjadi bersih dan suci lahir batin dan membuat pemimpin menjadi hening, heling, dan awas waspada. ”Hening” dalam bahasa Indonesianya berarti diam, teduh, tenang. Dalam hal ini pemimpin diharapkan memiliki batin yang telah mengendap, sehingga dia selalu imbang tenang, tidak pernah gentar, tidak mudah menjadi gugup, khususnya pada saat-saat yang gawat. Dalam menghadapi cobaan hidup dan bahaya yang mengancam jiwapun dia harus tetap tenang dan tidak menjadi panik. Sebab apabila dia menjadi takut dan panik, maka para pengikutnya menjadi kacau, dan organisasi mendapatkan kerugian. ”Heneng” tenang, namun penuh ketabahan menghadapi segala tugas-tugas pekerja, serta harus berupaya mencari jalan keluar dari jalan buntu, dan tidak pernah kehabisan akal menyelesaikan setiap permasalahan yan harus ditangani. “Hening” artinya bening, bersih, suci, sejati, ceria, jernih, murni. Pemimpin itu harus memiliki keheningan batin, yaitu ketulusan, kelurusan dan keikhlasan. Dia selalu bersikap jujur terhadap diri sendiri dan terhadap para pengikutnya, tanpa memiliki pamrih kecuali mengabdi dan melayani sebagai seorang pemimpin. Dalam keheningan rasa dan ciptanya, dia selalu tekun memikirkan kemajuan organisasi dan kesejahteraan anak buah yang dibina dan dibimbingnya. “Heling” artinya ingat, sadar, dan insyaf. Yaitu menyadari hakikta alam dengan segala hukum-hukumnya, juga selalu ingat pada perilaku yang luhur, baik dan jujur. Dengan demikian akan terhindar kesulitan, bahaya, kesdihan, kemelaratan, kesengsaraan dan penderitaan. Ingat pula bahwa keserakahan hati, kemunafikkan dan kejahatan itu selalu akan menyebarkan malapetaka dan kesedihan, baik pada diri sendiri maupun bagi rakyat banyak.
  • 15. 15 “Awas” artinya dapat melihat. Dapat melihat gejala yang ada di dunia, dengan jalan menguak tabir penyelubung, sehingga setiap peristiwa tampak jelas tanpa penutup, dan bisa dipahami benar karena semua sudah terbuka, orang tidak perlu merasa ragu-ragu, takut, dan cemas. Maka dengan kemampuan menyingkap segala tabir kehidupan, akan tersingkap semua rahasia. Orang tidak menjadi takut, bahkan justru dapat membuat macam-macam rencana untuk masa depan. Semua kesulitan dan hambatan bisa diatasi, sehingga perencanaan dan pelaksanaan kerja bisa diselesaikan menurut jadwal semula. Bijaksana itu mengandung pengertia pandai, cakap, mahir, bijaksana, mahir, ahli, berpengalaman, cerdik banyak akal, sehingga pribadi yang bersangkutan memiliki kewibawaan untuk memimpin. 5.Waspada purba wisesa (waspada dan berkuasa) Waspada itu mempunyai ketajaman penglihatan dan juga mampu menembus penglihatan ke depan, mampu mengadakan forecasting atau meramal bagi masa mendatang, atau bersifat futuristik. Sedang ”murba” atau ”purba” itu artinya mampu mencipta atau mampu mengendalikan menguasai. Wasesa ialah keunggulan, kelebihan, kekuasaan berdasarkan kewibawaan, atau kewibawaan yang disertai kekuasaan. Jadi purba wasesa ialah mampu menciptakan dan mengendalikan semua kelebihan/keunggulan dan kekuasaan. 6.Ambeg paramarta Ambeg itu artinya mempunyai sifat-sifat. Paramarta (sansekerta : paramartha) artinya yang benar, yang hakiki. Maka ambeg paramartha itu artinya murah, karim, dermawan, mulia, murni, baik hati. Biasanya ”paramartha” selalu disertai dengan ”adil” jadi ambeg adil-paramartha berarti : bersikap adil, mampu membedakan yang penting dan yang tidak penting, sehingga mendahulukan hal-hal yang perlu dan penting, dan menomorduakan peristiwa-peristiwa yang remeh dan tidak penting. Jadi, pemimpin itu harus cakap menyusun satu sistem hierarki, agar selalu dapat memeriksa (haniti priksa), serta menata segala usaha dan prilaku. Ringkasnya, dia mampu dengan tepat memilih mana yang harus didahulukan, dan mana yang harus diusulkan kemudian serta selalu bersikap adil. 7.Ambeg prasaja (bersifat sederhana) Ambeg prasaja pada diri pemimpin itu berarti dia bersifat sederhana, terus terang, blak-blakan, tulus, lurus, ikhlas, benar, dan toleran. Sikapnya bersahaja/tunggal, hidupnya juga tidak berlebih-lebihan, tetap sederhana, dan tidak tamak. 8. Ambeg Satya (setia)
  • 16. 16 Amberg satya itu ialah bersifat setia, menepati janji, dan selalu memenuhi segala ucapannya. Pemimpin sedemikian ini dapat dipercaya sebab dia jujur-lurus-tulus dan setia, cermat, tepat, dan loyal terhadap kelompoknya. Dia senantiasa berusaha agar hidupnya berguna, dan bisa membuat senang serta bahagia orang lain, terutama bawahan atau anak buahnya. 9. Gemi Nastiti ( hemat dan teliti-cermat) Pemimpin yang baik itu sifatnya hemat cermat, dan berhati-hati, tidak boros. Hemat karena ia mampu melaksanakan semua pekerjaan dengan efektif dan efisien. Hemat pula dalam mengelola sumber tenaga manusia, material, dan harta per,odalan, dan menyingkiri semua tingkah laku yang tidak memberi manfaat. Cermat itu dalam bahasa Jawanya ialah nastiti, yaitu meneliti dengan sangat hati-hati segala karya, perbuatan, dan peristiwa di sekitarnya. Sedang berhati-hati artinya : pemimpin itu selalu bernalar, cermat, dan teliti. Selalu menggunakan duga prayoga, yaitu pandai menduga-duga apakah yang paling prayoga/baik pada suatu saat. Lalu menghindari hal-hal yang bisa mendatangkan mara bahaya dan kesengsaraan. Dia sadar dan mampu membatasi penggunaaan dan pengeluaran apa saja untuk keperluan yang benar-benar penting. 10.Blaka ( terbuka, jujur, lurus) Pimpinan yang baik harus bersikap terbuka, komunikatif. Dia bersedia memberikan kesempatan kepada bawahan dan orang lain untuk mengemukakan sugesti usul, pendapat, kritik yang konstruktif, dan koreksi. Dia tidak merasa terlalu bodoh atau malu hati untuk belajar dari lingkungan dan bawahannya sendiri sekalipun. Sebab, belajar dari pengalaman orang lain itu merupakan pemerkayaan pribadinya. Ringkasnya, personnya merupakan satu sistem yang terbuka. 11.Legawa (tulus ikhlas) Legawa artinya rela dan tulus ikhlas, setiap saat dia bersedia untuk memberikan pengorbanan. Sifat orangnya ialah pemurah (murah hati), karim, dan dermawan. Dia mudah merasa senang bahagia dengan kesukaan yang kecil-kecil, dan tidak mabuk oleh kesukaan yang besar-besar. Karena itu sifatnya prasaja/sederhana dan tulus rela. Jika terjadi kekecewaan dan kegagalan, maka dia bisa ”mupus” atau menghibur diri, dan pasrah menyerah dengan hati yang murni kemudia bangkit kembali, berusaha membangun dan berkarya lagi.
  • 17. 17 2.7 Kepemimpinan Pancasila Dalam Perspektif Pemimpin yang Ada di Indonesia Kepemimpinan pancasila, teori ini mengisyaratkan bahwa kepemimpinan itu harus didasarkan pada nilai-nilai pancasila seperti yang dijelaskan oleh lima sila yang ada pada idiologi negara ini. Kepemimpinan pancasila menurut Drs. Sukarna dalam bukunya yang berjudul “kepemimpinan dalam administrasi Negara” adalah kepemimpinan yang Thesis (percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa), kepemimpinan yang humanis (memiliki rasa kemanusian), kepemimpinan yang demokratis, kepemimpinan yang runitaris (mempersatukan) dan kepemimpinan yang sosial justice ( kepemimpinan yang berkeadilan). Kepemimpinan pancasila mengisyaratkan bahwa seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kepemimpinanya, baik itu nilai keTuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Secara lebih terperinci akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Kepemimpinan Thesis atau yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa Kepemimpinan Thesis adalah kepemimpinan yang religius dan melaksanakan hal-hal yang harus diperbuat yang diperintahkan Tuhannya, dan menjauhkan diri dari setiap larangan Tuhan dan agamanya. Kepemimipinan ini didasarkan pada sila pertama yaitu ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Kepemimpinan tipe thesis ini biasanya dimainkan oleh tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh religius dan pemimpin yang taat pada aturan agamanya. Ajaran-ajaran agama menjadi tolak ukur setiap tindakan yang diambil oleh pemimpin yang seperti ini. Konsep kepemimpinan thesis ini sangat susah diterapkan karena merupakan konsep ideal suatu kepemimpinan, dan merupakan das sein namun das sollennya tidak semua pemimpin mampu mewujudkannya. Kepemimpinan tipe ini sangat dipengaruhi oleh ajaran agama yang dianutnya, misalnya Islam dengan gaya nabi panutannya yaitu Nabi Muhammad, kemudian Kristen dengan tokoh panutannya yaitu Jesust Crist, serta Hindu dan Budha dengan Dewa yang mereka yakini sebagai tokoh panutan dalam bertindak. 2. Agamawan yang humanis Kepemimpinan model ini berdasarkan sila ke-2 pancasila kita yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Maka setiap tindakan kepemimpinan harus berdasarkan perikemanusiaan, perikeadaban dan perikeadilan. Perikemanusiaan diartikan sebagai suatu tindakan yang didasarkan nilai-niali kemanusiaan yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia. Perikeadaban dimaksudkan sebagai nilai-nilai manusia yang beradab, yang memiliki etika sosial yang kuat dan menjunjung tinggi kebersamaan yang harmonis. Kemudian perikeadilan dianggap sebagai prilaku pemimpin yang adil kepada setiap orang yang dipimpinnya, adil bukan berarti sama rata, namun adil sesuai dengan hak dan kewajibannya atau sesuai dengan
  • 18. 18 porsinya. Praktek kepemimpinan model ini juga tidak gampang, perlu pembelajaran dan penghayatan yang mendalam dan harus tertanam dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari para pemimpin model ini. 3. Agamawan yang unitaris atau nasionalis Kepemimpinan yang mengacu pada sila ke-3 ini yaitu persatuan indonesia tidak boleh melepaskan diri dari nasionalisme yang sehat. Nasionalisme diartikan sebagai kesetiaan tertinggi dari setiap inividu ditujukan kepada kepribadian bangsa. Ada 4 fungsi nasionalisme bagi kepemimpinan administratif menurut Drs. Sukarna, yaitu: a. Mempersatukan seluruh kekuatan politik, ekonomi, sosial budaya dan bangsa Indonesia b. Mengeliminasi dominasi asing, ataupun yang bersifat asing dalam politik, ekonomi, sosial dan budaya c. Mempertahankan kepribadian bangsa indonsia di tengah-tengah percaturan global d. Mengusahakan gengsi dan pengaruh dalam dunia internasional Kepemimpinan yang menyatukan yang menjadikan perbedaan itu ke suatu arah tujuan bersama itulah ide utama dari kepemimpinan tipe ini, dengan perbedaan yang ada kita tetap teguh dan kuat dalam menghadapi tantangan dan acaman dari luar. Esensinya bahwa rasa cinta pada negeri yang rasional dan kemampuan untuk menyatukan berbagai kepentingan dalam masyarakatnya. Kepemimpinan tipe ini harus bebas dari primordial yang sempit, harus mempunyai wawasan nusantara yang mendalam, agar tidak terpengaruhi oleh iming-iming asing yang menggoda sesaat. 4. Agamawan demokratik Kepemimpinan administratif yang mengacu pada sila ke-4 yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan atau dengan kata lain adalah kepemimpinan demokratis pancasila. Adapun ciri-ciri kepemimpinan yang demokratis pancasila ini menurut Drs. Sukarna adalah sebagai berikut: a. Agamawan administartif tunduk dan taat kepada kehendak serta aspirasi-aspirasi rakyat di dalam segala bidang baik yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan budaya. b.Agamawan administratif selalu melaksanakan amanat rakyat yang tertuang dalam falsafah hidupnya sendiri, UUD dan aturan lain yang ada dibawahnya yang merupakan aspirasi dan suara rakyat c. Agamawan demokratik selalu menjunjung tinggi falsafah”ambeg paramarta” yaitu mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, buka ororiter atau tirani d. Agamawan demokratik harus menjunjung tinggi penegakan hukum, karena negara kita adalah negara hukum
  • 19. 19 e. Agamwan administratif mempunyai kewajiban untuk menegakan HAM f. Agamawan yang demokratik pada dasarnya tidak memusatkan kekuasaan pada satu tangan, namun meyerahkannya kepada pembagian yang proporsional. 5. Agamawan social justice Agamawan yang didasarkan pada sila ke-5 yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Agamawanberkeadilan itulah konsep dasar teori ini, adil dalam hal ini bukan sama rata dan sama rasa, namu lebih pada adil yang sesuai dengan hak dan kewajibannya, harus proporsional, oleh karena itu untuk menerapkan kepemimpinan ini perlu strategi yang tepat untuk mengasah kemampuan membuat suatu kebijaksanaan yang benar-benar bijaksana. Pemimpin yang menganut paham ini harus pandai membaca situasi, harus pandai mencari kearifan dan menemukan hal-hal yang tidak pernah dikemukakan orang lain yang benar- benar sesuai dengan kondisi masyarakat. yang pemimpinnya menganut paham otoriterisme, karena dalam konsep otoriterisme tidak meengenal keadilan model ini; e. Menempatkan pengikutnya diatas segalanya, karena dia sebagai pelayan pengikutnya BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Masyarakat indonesia adalah masyarakat majemuk, yang memiliki corak kebhinekaan, baik etnis, suku, budaya, maupun keragaman dalam polotik dan ekonomi. Karena hal itu, kerap menimbulakan pola pikir yang mementingkan kelompok atau primordialisme.Kondisi yang demikian menyebabkan masyarakat Indonesia secara umum, masih sulit mengadakan penyesuaian terhadap hadirnya nilai-nilai baru. Oleh karena itu, diperlukan sosok kepemimpinan yang dapat mengintegrasikan keragaman tersebut dan dapat memadukan atau menggali inspirasi dari nilai-nilai luhur Nusantara dan nilai-nilai kamajuan universal, yang disebut dengan Kepemimpinan Pancasila. Kepemimpinan yang berjiwa pancasila adalah pemimpin dambaan semua masyarakat indonesia. Pemimpin yang selalu mendahulukan kepentingan masyarakat atau kepentingan bersama dari pada kepentingan lain atau kepentingan pribadi. Pimpinanlah yang merupakan motor pergerakan dari suatu usaha atau kegitan, juga dalam pengambilan
  • 20. 20 keputusan, dan kebijakan yang dapat mempermudah pencapaian tujuan dari organisasi itu secara efktif dan efisien. Kepemimpinan Pancasila adalah kepemimpinan yang dapat memancarkan watak pribadi dan sikap untuk membina berkembangnya rasa persatuan, kebersaman dan sikap untuk membina berkembangnya rasa persatuan, kebersamaan , keselarasan, keseimbangan dan keserasian hidup. Arti Kepemimpinan Pancasila adalah Kepemimpinan yang membawa masyarakat dalam kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD’45. DAFTAR PUSTAKA http://kehidupansaatini.blogspot.co.id/2014/05/hakikat-pancasila.html http://www.academia.edu/5029421/HAKIKAT_PANCASILA http://www.antaranews.com/berita/40657/pbnu-ajak-agamawan-perteguh-pancasila- sebagai-ideologi-negara Ismaun. Tinjauan Pancasila Dasar Filsafat Negara Indonesia. Setiady Elly M, Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.