MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
2017 d febiana safira
1. MAKALAH
Pendidikan Pancasila
Masa Depan Pancasila
Dosen :
Dr. Made Pramono, S.S., M.Hum.
Disusun oleh :
Febiana Safira Anggraini (17060484160)
IKOR 2017 D
Universitas Negeri Surabaya (UNESA)
Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK)
Program Studi Ilmu Keolahragaan
2017
2. Daftar isi
Judul...............................................................................................................................
Kata pengantar...............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................
C. Tujuan Masalah.........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pancasila...................................................................................................
B. Masa depan Pancasila.................................................................................................
C. Pancasila dan tantangan bangsa ke depan.................................................................
D. Pancasila sebagai sistem nilai.....................................................................................
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................
3. KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-
nya kepada kita semua, sehingga berkat karunia-nya kami dapat meyelesaikan makalah tentang “ Masa
Depan Pancasila ’’.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan
wawasan yang lebih luas bagi pembacanya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
terdapat kelebihan dan kekurangan sehingga kami menggarap kritik dan saran yang dapat memperbaiki
untuk penulisan makalah selanjutnya. Terima kasih
4. BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila sebagai landasan fundamental ideology Bangsa Indonesia
yang pada rezim orde baru telah diubah menjadi Dasar Falsafah Negara dan
merupakan satu-satunya sumber dari segala sumber hukum diIdonesia,
ternyata mempunyai sejarah panjang dan dijadikan pijakan atas pembenaran
kebijakan politik bagi para penguasa.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana isi dalam setiap pancasila ?
2. Apa saja nilai yang terkandung dalam pancasila ?
3. Apakah pancasila sebagai pedoman masyarakat indonesia ?
1.3 Tujuan Pancasila
1. Mengetahui isi dalam setiap pancasila
2. Mengetahui nilai nilai yang terkandung dalam pancasila
3. Mengetahui pancasila sebagai pedoman masyarakat indonesia
5.
6. BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian pancasila
Pancasila ialah ideologi dasar negara Indonesia yang asalnya dari ajaran budha dalam kitab tripitaka 2
kata: "panca" yaitu "lima" dan "syila" yang memiliki arti "dasar". Jadi, Pancasia memiliki maksa 5
aturan tingkah laku yang penting. Adanya kata Pancasila sudah sejak lama dikenal yaitu sejak zaman
kerajaan Majapahit dan Sriwijaya dimana terdapat sila-sila yang ada dalam Pancasila sudah
diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat ataupun dikalangan kerajaan meskipun sila-sila tersebut
belum untuk dirumuskan secara konkrit.
Menurut kitab Sutasoma yang dikarang oleh Mpu Tantular, Pancasila memiliki arti “pelaksanaan
kesusilaan yang lima” atau “berbatu sendi yang lima”. Pancasila dipakai untuk menjadi dasar guna
mengatur segala bentuk arah serta gerak dari pemerintahan negara yang memiliki tujuan untuk
mengatur setiap penyelenggaraan yang ada dalam bernegara. Arti lambang pancasila penuh akan
makna. Fungsi pancasila salah satunya merupakan asas kerohanian tertib hukum di Indonesia
Dalam proses merumuskan Pancasila tersebut pada awalnya saat sidang BPUPKI yang pertama dan
dipimpin oleh dr. Radjiman Widyodiningrat. Pada kala itu, beliau memberikan sebuah saran supaya
ada seseorang yang dapat memberikan ide rumusan terkait dasar negara Indonesia yang kemudian
akan dibuat nantinya. Lalu, muncullah 3 pembicara yaitu Soekarno, Mohammad Yamin, dan
Soepomo. Tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang BPUPKI tersebut, Ir. Soekarno menyampaikan pidato
secara lisan tentang rumusan dasar negara Indonesia
B. Masa Depan Pancasila
1 Juni mengingatkan kita semua pada lahirnya Pancasila yang mana setiap orang tentunya berbeda dalam
mengisi dan memaknai hari lahirnya dasar negara tersebut. Ada yang mengisi dengan ikut apel bersama,
diskusi, festival, unggah poto di media sosial khusunya di instagram dengan tulisan hit “Saya Indonesia
Saya Pancasila!” dengan warna tulisan putih dan background merah menyala. Semuanya merespons hari
bersejarah ini dengan respons positif.
Ada juga yang tidak merespon momentum lahirnya Pancasila, namun dalam setiap hembusan nafasnya
mengimplementasikan pancasila “sebagaimana banyak orang tak hafal rumus kimia oksigen, tetapi setiap
saat menghirup oksigen” Sujiwo Tejo dalam puisinya “Jangan Menghafal Pancasila”. Memaknai
pancasila bukan berhenti menghafal kata-kata dan lahirnya pancasila tersebut namun harus
diimplementasikan dalam bentuk nyata dan terasa demi keutuhan bangsa Indonesia.
Pancasila merupakan sari pati atau filosofi yang melandasi kehidupan bangsa Ini yang telah dirumuskan
sang proklamator Ir. H. Soekarno sebagai dasar Negara Indonesia di mana rakyatnya heterogen, 742
bahasa 1.340 suku bangsa yang berbagai pemeluk agama serta negara kepulauan yang secara geografis
Indonesia terletak diantara Benua Asia dan Benua Australia, serta Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.
7. Tentunya presiden pertama Indonesia ini telah berpikir keras dan berkontemplasi jauh ke depan untuk
merumuskan dasar negara yang bisa diterima semua golongan yang mana beliau banyak dipengaruhi
paham Dr. Sun Yat Sen yang membongkar paham kosmopolitisme dengan menanamkan paham
kebangsaan untuk menyatukan rakyat Indonesia yang heterogen ini. Jadi pancasila ini bukan semata-mata
dibuat sebagai prasyarat Indonesia untuk merdeka yang menguntungkan satu golongan, golongan kaya
atau bangsawan bahkan lebih jauh untuk mengincar kekuasaan demi mengeruk keuntungan melalui
kemerdekaan.
Bangsa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “Kelompok masyarakat yang bersamaan asal
keturunan, adat, bahasa dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri” pengertian kebangsaan menurut
KBBI ini dapat digolongkan sebagai teori kebudayaan (cultuurnatie theorie) yang mana sebuah bangsa
lahir dari persamaan adat, bahasa, agama, dan keturunan.
Sedangkan bangsa menurut Ernest Renan pertama kali yang mengemukakan pengertian bangsa tanggal
11 Maret 1882, menyatakan “Bangsa adalah jiwa, suatu asas kerohaniaan yang timbul: (1) kemuliaan
bersama di waktu lampau, yang merupakan aspek historis; (2) keinginan untuk hidup bersama di waktu
sekarang yang merupakan aspek solidaritas, dalam bentuk dan besarnya tetap mempergunakan warisan
masa lampau, baik untuk kini dan yang akan datang.”
Pengertian bangsa menurut Renan ini dapat dikatagorikan sebagai Teori Kehendak yang berdiri atas dasar
kesadaran moral (conscience morale). Lebih lanjut Renan menyatakan bahwa etniksitas tidak diperlukan
untuk kebangkitan nasionalisme, jadi nasionalisme bisa jadi dalam suatu komunitas yang multi etnis,
persatuan agama juga tidak diperlukan untuk kebangkitan nasionalisme.
Jelas, bahwa Soekarno membangun dasar negara kita ini bisa diterima oleh semua golongan, sehingga
menimbulkan jiwa, rasa ingin bersatu dengan sadar dan menginginkan politic independent atau negara
merdeka yang dibingkai oleh nasionalisme sebagai penggerak semangat juang kemerdekaan. Melihat hal
ini kita bisa mengerti bahwa etniksitas: agama, suka, bahasa atau yang lainnya bukan sebagai faktor
terbentuknya nasionalisme rakyat Indonesia, tetapi sebagai faktor pendorong terbentuknya nasionalisme.
Singkatnya terbentuknya kebangkitan nasionalisme karena adanya kemauan dan tekad rakyatnya bersatu
untuk mewujudkan cita-cita bersama.
Perlu dicatat nasionalisme Indonesia ini nasionalisme inklusifisme, bukan eksklusifisme. Soekarno telah
mengingatkan kita bahwa nasionalisme tersebut tidak menyendiri, bukan chauvinisme menganggap
bangsanya di atas bangsa yang lain, tetapi bangsa Indonesia bagian dari bangsa dunia, bangsa yang tidak
merendahkan bangsa lain.
Keterlibatan Semua Pihak
Munculnya pemberitaan baru-baru ini Warga Negara Indonesia (WNI) jadi buruan Kepolisian Nasional
Filipina, karena terlibat aksi terorisme yang tergabung dengan kelompok Abdullah Maute berperang di
8. Mindanao, Marawi melawan tentara pemerintah yang dipimpin Presiden Rodrigo Duterte. Dikabarkan
jumlah WNI yang terlibat hanya 4 orang, namun menurut Kivlan Zen mantan Kepala Staf Kostrad
Mayjen yang sangat memahami wilayah Pulau Mindanao menyatakan bukan ahanya 4 orang namun ada
puluhan WNI yang berada di Marawai yang sengaja dilatih di sana. Konflik pemberontakan ini dimulai
23 Mei 2017 kelompok yang dikenal kelompok Maute ini menyuarakan kebencian terhadap umat non-
muslim dan bersikukuh untuk mendirikan kekhilafahan di negara Filipina tersebut. Kelompok ini juga
telah menyatakan dukungan terhadap Islamic State of Iraq and Islam Syria (ISIS).
Belum lagi melihat ke belakang, aksi teror di Indonesia pun terjadi seperti bom Bali tahun 2002 dan 2005
oleh kelompok Jamaah Islamiyah dan terhubung dengan Al-Qaeda dan teror-teror lainnya. Ini
menunjukan bahwa ada sebagian kelompok yang masih belum bisa meneri Pancasila sebagai dasar negara
dan kekeh kekahlifahan ingin berdiri, baik di negeri sendiri maupun di negeri orang lain, padahal
Pancasila sebagai dasar negara sudah final. Ini kita sebut asimetris idiologi.
Kenapa disebut asimetris idiologi? menurut Kanda Saddam Al-Jihad Wasekjend PB HMI dalam
tulisannya berjudul “Manusia Pancasila” dikirim melalui WhatsApp kepada penulis “Karena antar
idiologi, antar suku, antar ras sudah disublimasi menjadi Pancasila, jadi agaknya terjadi asimetris idiologi
kalau Pancasila dihadapkan kembali dengan egosentrisme golongan.”
Disampaikan pula oleh Rakanda Saddam, “Ada 3 subkultur menurut Prof. Ermaya, Rektor IPDN, mantan
Gubernur Lembanas dalam melihat budaya pemerintah terhadap masyarakat: (1) subkultur kekuasaan; (2)
subkultur masyarakat; (3) subkultur ekonomi.” Lebih lanjut Wasekjen PB HMI ini menjelaskan, bahwa
subkultur kekuasan dalam hal ini pemerintah adalah aktor pembentuk Manusia Pancasila. Kedua,
subkultur masyarakat dalam hal ini masyarakat adalah tempat menciptakan interaksi budaya yang
melahirkan kebudayaan. Ketiga, subkultur ekonomi. Ekonomi harus pancasilais, karena itu
mencerminkan karakter kekayaan budaya bangsa.
Pemerintah dengan otoritasnya harus membentuk manusia Indonesia khususnya generasi muda yang
pancasilais melalui pendidikan karakter yang digadang-gadang saat ini agar dimasa depan tidak terjadi
kementahan idiologi yang mengakibatkan disparitas idiologi yang menyebabkan munculnya kelompok
ekstrimis. Pemerintah harus lebih taktis dalam menangkal berkembangnya paham radikalisme. Tidak
saling lempar ketika terjadi konflik, karena alasan UU Antiterorisme dan sebagainya. Selain itu
pemerintah dalam pemerintahannya harus menghadirkan rasa keadilan, baik secara hukum maupun sosial
demi martabat dan keberlangsungan hidup bangsa Indonesia.
Selain pemerintah, masyarakat pun harus berperan aktif menciptakan budaya pancasilais, mulai dari
kepatuhannya terhadap Tuhan yang Maha Esa sebagai hubungan vertikal antara manusia dengan
Tuhannya sehingga tertanamnya nilai-nilai kebaikan dalam diri setiap orang, dan hubungan antar manusia
dengan manusia lainnya yang disebut hubungan horizontal seperti gotong royong, toleran, saling
9. menghargai sebagai upaya menjaga persatuan dan keutuhan bangsa Indonesia yang telah Founding
Father bangun dan perjuangkan.
C. Pancasila sebagai sistem nilai
Ada beberapa pengertian dari nilai. Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas,
dan berguna bagi manusia yang pada hakikatnya melekat pada suatu objek. Sesuatu mengandung nilai
artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu itu. Nilai juga merupakan kenyataan
tersembunyi dibalik kenyataan-kenyataan lainnya.
Menilai berarti menimbang, artinya suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan denagn sesuatu yang
lain, kemudian untuk selanjutnya diambil keputusan denagn menyatakan sesuatu itu baik atau buruk,
benar atau salah, indah atau jelek, suci atau berdosa.
Nilai bagi manusia dipakai dan diperlukan untuk menjadi landasan alas an, motivasi dalam segala sikap,
tingkah laku dan perbuatannya. Karena pada kenyataannya bahwa ada orang yang sengaja dan sadar
melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kesadaran akan nilai yang diketahui dan diyakini.
B. MACAM-MACAM NILAI
1. Walter G. Everet, menggolongkan nilai-nilai manusiawi menjadi 8 kelompok : a. Nilai ekonomis
Misalnya : emas atau logam mulia, mempunyai nilai ekonomis daripada seng, kemanfaatan,
kedayagunaan.
b.Nilai kejasmanian Mengacu pada kesehatan, efisieni, dan keindahan badan.
Misalnya: kebugaran,kesehatan, kemulusan tubuh, dan kebersihan.
c. Nilai hiburan Yaitu nilai-nilai permainan dan waktu senggang yang dapat menyumbang pada
pengayaan kehidupan.
Misalnya : kenikmatan rekreasi, keharmonian music, dan keselarasan nada.
d. Nilai social Berasal mula dari perbagai bentuk perserikatan manusia. nilai social dalam masyarakat
biasanya tumbuh berdasarkan status yang dimiliki orang tersebut.
Misalnya : kerukunan, persahabatan, persaudaraan, kesejahteraan, keadilan, kerakyatan, dan persatuan.
e. Nilai watak Merupakan keseluruhan dari keutuhan kepribadian dan social yang diinginkan.
Misalnya : kejujuran, kesederhanaan, dan kesetiaan.
f. Nilai estetis Yaitu nilai-nilai keindahan dalam alam dan karyaseni.
Misalnya : keindahan, keselarasan, keseimbangan, dan keserasian.
10. g. Nilai intelektual Merupakan nilai-ilai pengetahuan dan pengajaran kebenaran.
Misalnya : kecerdasan, ketekunan, kebenaran dan kepastian.
2. Notonagoro membagi nilai menjadi tiga, yaitu:
a. Nilai material Yaitu, segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia.
Misalnya: kebutuhan makan, minum, sandang, papan, kesehatan, dll.
b.Nilai vital Yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau
aktivitas.
Misalnya: semangat, kemauan, kerja keras, ketekunan, dll.
c. Nilai kerohanian
Yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian dapat dibedakan menjadi
empat:
a. Nilai kebenaran
Merupakan nilai yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta manusia)
b. Nilai keindahan (nilai estetis)
Nilai yang bersumber pada perasaan.
c. Nilai kebaikan (nilai moral)
Nilai yang bersumber dari kehendak manusia (will, wollen, karsa manusia)
d. Nilai religious
Merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak, bersumber pada kepercayaan dan keyakinan manusia.
3. Jenis-jenis nilai :
a. Nilai dasar
Nilai dasar masih bersifat abstrak karena masih dalam pemikiran manusia, sehingga harus dijabarkan
lebih lanjut agar dapat diterapkan dan dijadikan pedoman dalam kehidupan nyata. Dalam konteks hidup
bernegara, Pancsila sebagai dasar Negara, dan asas kerohanian Negara menjadi nilai dasar.
11. b.Nilai instrumental Nilai instrumental merupakan penjabaran dari nilai dasar dengan cara interpretasi,
dan masih berupa rumusan umum yang berwujud norma-norma.
Nilai dasar dalam Pancasila dijabarkan lebih lanjut dalam nilai instrumental, yaitu berupa UUD 1945
sebagai hokum dasar tertulis yang berisi norma-norma dalam mengatur penyelenggaraan Negara.
c. Nilai praksis Nilai instrumental dijabarkan lebih lanjut menjadi nilai praksis yang sifatnya konkrit dan
menunujuk pada sesuatu yang kontekstual, sehingga rumusan nilai praksis dapat diubah dengan mudah
disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Misalnya, pasal 28 UUD 1945 dijabarkan dalam Undang-Undang
tentang Ormas dan Orsospol.
C. SISTEM NILAI DALAM PANCASILA
Sistem dapat diartikan sebagai rangkaian yang saling berkaitan antara unsure yang satu dengan yang lain.
System nilai adalah konsep atau gagasan yang menyeluruh mengenai apa yang hidup dalam pikiran
seseorang.
Pancasila sebagai system nilai mengandung serangkaian nilai yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan.
Kaelan mengatakan bahwa niai-nilai Pancasila bersifat objektif, yaitu :
1. Rumusan dari sila-sila pancasila menunjkkan adanya sifat-sifat yang umum, universal dan abstrak.
Karena pada hakikatnya pancasila adalah nilai.
2. Inti nilai-nilai Pancasila berlaku tidak terikat oleh ruang. Artinya keberlakuannya sejak jaman dahulu,
masa kini dan juga untuk masa yang akan dating, untuk bangsa Indonesia boleh jadi untuk Negara lain
yang secara eksplisit tampak dalm adat istiadat, kebudayaan, tata hidup kenegaraaan dan tata hidup
beragama.
3. Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat sebagai pokok kaidah
negara yang fundamental, sehingga merupakan suatu sumber hokum positif di Indonesia. Oleh karena
itu hierarki suatu tertib hokum di Indonesia berkedudukan sebagai tertib hukum tertinggi. Maka secara
objektif tidak dapat diubah secara hokum, sehingga melekat pada kelangsungan hidup Negara. Sebagai
konsekwensinya jikalau nilai-nilai yang terkandung dalam pembukaa UUD 45 itu diubah maka sama
halnya dengan membubarkan Negara proklamasi 17 Agustus 1945.
12. BAB III PENUTUPAN
Kesimpulan
Pancasila sebagai nilai yang terkandung dalam pedoman masyarakat indonesia. Dan isi setiap pancasila
adalah mengandung pedoman hidup berbangsa dan bernegara.