Makalah ini membahas tentang filsuf besar Tiongkok bernama Confucius. Confucius hidup pada abad ke-6 SM dan mengajarkan ajaran moral dan etika yang menekankan pentingnya hubungan antarmanusia yang harmonis dan bertanggung jawab. Ajarannya memandang manusia sebagai makhluk sosial yang dapat mencapai kesempurnaan melalui pendidikan dan penghayatan nilai-nilai kebajikan.
1. MAKALAH FILSAFAT ILMU
CONFUCIUS
DISUSUN OLEH:
IRWAN INDRA MAULANA (16060484017)
DOSEN PENGAMPU :
Dr.MADE PRAMONO, M.Hum.
PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU OLAHRAGA
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2017
2. KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan ke khadirat Allah swt atas berkat dan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “CONFUCIUS”. Makalah ini disusun
guna memenuhi tugas dari pengajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dalam Penyusunan
makalah ini kami merasa masih jauh dari sempurna baik pada teknis penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Surabaya, 4 Maret 2017
Irwan Indra Maulana
3. DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................………………………….......... 1
B. Tujuan…………….........................…………………………. 1
C. Rumusan Masalah………...……………….......…………...... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Siapa Confuscius…………………....................................…... 2
B. Pemikiran Confucius.................... ………………………........ 3
C. Ajaran Confucius.............................………………………..... 3
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…......................................................................... .. 5
B. Daftar Pustaka......................................................................... 6
4. BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Confucius dilahirkan di Zhou (sekarang: Wilayah Shandong) yang terletak di negeri
Lu pada Zaman Chunqiu (春秋時代) China. Ayahandanya yang merupakan seorang
komander negeri Lu dan meninggal dunia sewaktu Confucius berumur tiga tahun. Walaupun
keluarganya berketurunan bangsawan, mereka tidaklah kaya. Kematian ayahandanya
meninggalkan mereka dalam kemiskinan. Confucius berkahwin dengan Chikuan pada umur
19 tahun, dan kemudiannya menjadi ayah kepada seorang anak lelaki dan dua orang anak
perempuan. Confucius sanggup melakukan pelbagai kerja seperti gembala, kerani dan
penyimpan kira-kira untuk menyara hidup mereka. Selepas ibunya meninggal dunia pada
tahun 527 S.M., beliau memulakan pekerjaannya sebagai seorang guru. Beliau mengembara
dan mengajar murid-murid yang tinggal berhampirannya. Kemashyurannya serta sifat-sifat
murninya diluas sebar di seluruh negeri Lu.
B. Tujuan
1.Agar mahasiswa dan saya sendiri tahu siapa itu confusius?
C.Perumusan Masalah
1. Siapa CONFUCIUS ?
2. Apa saja pemikirannya ?
5. BAB II
PEMBAHASAN
A.Siapa Confucius
Confucius adalah nama seorang yang berkebangsaan Tiongkok, berasal dari nama latin yaitu
K'ung Futse. Ia dilahirkan di negara Lu pada tahun 551 SM. Confucius mempunyai jalur
keturunan dari bangsawan kuno dan hidup dalam keadaan menderita. Ia menempuh hidup
berkeluarga pada waktu masih muda, kemudian ia bekerja sebagai pegawai. Cofucius dapat
dikatakan sebagai seseorang yang berhasil dalam menangani bidang pendidikan maka ia
mendapat sebutan sebagai guru. Seluruh hidup dan kehidupan Confucius hanya dipergunakan
untuk membangun kembali situasi dan kondisi masyarakat dan bangsa Tiongkok yang ada
pada saat itu sedang dilanda krisis moral yang sedemikian parah. Confucius mendapat
anugerah seorang anak perempuan dan seorang anak laki-laki. Pada waktu Confucius berusia
24 tahun ibunya meninggal; dalam hal ini ia mengikuti adat kebiasaan bangsa Tiongkok yaitu
dengan cara meninggalkan kehidupan duniawi dalam suasana berduka-cita selama tiga tahun.
Confucius pernah diangkat menjadi pejabat negara, tetapi ia merasa demikian kecewa, karena
mengetahui maksud pengangkatannya adalah agar Confucius tidak berbuat macam-macam
dan tetap diam bila mengerti sesuatu yang menyimpang dari kebenaran, kemudian setelah
Confucius mengerti hal tersebut maka ia segera melepaskan jabatannya dan kembali lagi
menjadi seorang guru yang benar-benar dicintai oleh murid-muridnya. Confucius berusaha
dengan tekun mengajar kepada murid-muridnya tentang kesempurnaan dalam kehidupan
individu dan masyarakat, yaitu berdasarkan pada keteguhan, kejujuran, dan adanya rasa
tanggung jawab.
Pribadi Confucius yang menarik adalah mempunyai sikap low profile , ia tidak mempunyai
6. rasa khawatir menjalani hidup dan kehidupan yang selalu diliputi dengan tantangan, cobaan
yang selalu menghadang di setiap saat, baik pada waktu sehat maupun sakit. Ia selalu tenang
dan berbuat baik kepada siapa saja baik kepada anak-anak muda maupun orang-orang tua.
Sifat yang melekat pada dirinya adalah kesederhanaan, lemah, lembut, tekun, suka memberi
contoh yang baik, ramah tamah, berbicara mantap dan cermat dalam bertindak.
B. Pemikiran Conficius
Pemikiran Confucius, banyak membahas bagaimana hidup yang baik bagi manusia untuk
mencapai kebahagiaan. Pemikirannya sering dianggap doktrin agama oleh para pengikutnya.
Kebahagiaan dalam ajaran ini adalah meniadakan kebutuhan material dan rasional. Berbeda
dengan Aristoteles yang berpendapat, kebahagiaan merupakan tujuan manusia yang dapat
dicapai apabila menjalankan fungsi khasnya sebagai makhluk rasional. Manusia akan merasa
bahagia apabila ia menjalankan hidup dengan segenap keutamaan rasio.Menurutnya hidup
yang sempurna lebih bersifat rasional dan material. Bisa dilihat dari semua hal yang baik
seperti kesehatan, kekayaan, persahabatan, pengetahuan, dan kebajikan. Jadi kebahagiaan
dalam perspektifnya adalah sesuatu hal yang final dan mencukupi sendiri secara kasat mata.
Upaya meraih kebahagiaan merupakan proses terus-terusan mengumpulkan kebaikan, ability,
kepandaiaan, kepiawaian, kehormatan, kecantikan dan persahabatan.
Karena kebahagiaan merupakan kebaikan dan manusia biasanya merupakan makhluk sosial.
Sudah jelas bahwa setiap orang bekerja untuk kebahagiaan bersama, maka sudah pasti
didapati suatu keadaan yang lebih memungkinkan untuk menciptakan kebahagiaan dibanding
keadan-keadaan yang lain.
C. Ajaran Confucius
Ajaran Konfusianisme atau Kong Hu Cu (juga: Kong Fu Tze atau Konfusius) dalam
bahasa tionghoa istilah aslinya adalah Rujiao yang berarti agama dari orang-orang yang
lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur. Khonghucu memang bukanlah pencipta agama ini
melainkan beliau hanya menyempurnakan agama yang sudah ada jauh sebelum kelahirannya
seperti apa yang beliau sabdakan: "Aku bukanlah pencipta melainkan Aku suka akan ajaran-
ajaran kuno tersebut". Meskipun orang kadang mengira bahwa Khonghucu adalah merupakan
suatu pengajaran filsafat untuk meningkatkan moral dan menjaga etika manusia. Sebenarnya
kalau orang mau memahami secara benar dan utuh tentan,g Ru Jiao atau Agama Khonghucu,
7. maka orang akan tahu bahwa dalam agama Khonghucu (Ru Jiao) juga terdapat Ritual yang
harus dilakukan oleh para penganutnya. Agama Khonghucu juga mengajarkan tentang
bagaimana hubungan antar sesama manusia atau disebut "Ren Dao" dan bagaimana kita
melakukan hubungan dengan Sang Khalik/Pencipta alam semesta (Tian Dao) yang disebut
dengan istilah "Tian" atau "Shang Di".
Ajaran falsafah ini diasaskan oleh kong hu cu yang dilahirkan pada tahun 551 M
Chiang Tsai yang saat itu berusia 17 tahun. Seorang yang bijak sejak masih kecil dan terkenal
dengan penyebaran ilmu-ilmu baru ketika berumur 32 tahun, Kong Hu Cu banyak menulis
buku-buku moral, sejarah, kesusasteraan dan falsafah yang banyak diikuti oleh penganut
ajaran ini. Ia meninggal dunia pada tahun 479 SM.
Konfusianisme mementingkan etika yang mulia dengan menjaga hubungan antara
manusia di langit dengan manusia di bumi dengan baik. Penganutnya diajar supaya tetap
mengingat nenek moyang seolah-olah roh mereka hadir di dunia ini. Ajaran ini merupakan
susunan falsafah dan etika yang mengajar bagaimana manusia bertingkah laku.
Konfusius tidak menghalangi orang Tionghoa menyembah keramat dan penunggu
tapi hanya yang patut disembah, bukan menyembah barang-barang keramat atau penunggu
yang tidak patut disembah, yang dipentingkan dalam ajarannya adalah bahwa setiap manusia
perlu berusaha memperbaiki moral.
Ajaran ini dikembangkan oleh muridnya mensius 1[1] ke seluruh tiongkok dengan
beberapa perubahan. Antara lain, Kong Hu Cu disembah sebagai seorang dewa dan
falsafahnya menjadi agama baru, meskipun dia sebenarnya adalah manusia biasa.
Pengagungan yang luar biasa akan Kong Hu Cu telah mengubah falsafahnya menjadi sebuah
agama dengan diadakannya perayaan-perayaan tertentu untuk mengenang Kong Hu Cu.2[2
Konsep manusia ideal yang ditawarkan oleh Confucius adalah Chun Tzu yang agung
atau dalam istilah bahasa inggris disebut (gentlemen), seseorang dapat menjadi pimpinan
bukan karena keturunan tetapi karena keagungan watak dan tingkah laku yang baik. Menurut
Confucius bahwa setiap manusia berpotensi menjadi chu-tzu , dan di dalam naluri manusia
terkandung benih-benih kebaikan yang terdiri dari jen (perikemanusiaan), yi (kelayakan), li
(sopan santun), dan chi (kebijaksanan); karena secara keseluruhan masih berwujud suatu
potensi, maka proses selanjutnya secara lengkap merupakan tanggung jawab manusia, hal ini
berkaitan dengan kemauan dan kemampuan seseorang di dalam upaya menumbuh
8. kembangkan benih-benih tersebut bagi diri pribadinya. Dengan demikian berbagai faktor,
baik dari dalam maupun luar manusia mempunyai peran yang demikian besar terutama dalam
perwujudan jati diri manusia, maka cara yang paling tepat dan baik adalah hendaknya
senantiasa berpedoman kepada agama, kepercayaan, dan norma-norma yang masih berkaitan
dengan hidup dan kehidupan manusia dewasa ini .
9. BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Konsep pembentukan manusia ideal menurut Confucius terpadu dalam konsep dasar
manusia itu sendiri, dan cukup relevan. Terlihat dari pembentukan manusia ideal tersebut
terdapat hubungan antara raga dan jiwa manusia, sebagaimana diketahui bahwa manusia
terdiri dari dua unsur yaitu raga (jasmani) dan jiwa (rohani), keduanya merupakan satu
kesatuan (dwi tunggal) yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, maka manusia
dapat dikatakan manusia jika ia memiliki jasmani dan rohani ; hal tersebut yang
menyebabkan manusia dapat bergerak, bersikap dan mempunyai suatu potensi serta kemauan.
. Kita ketahui bahwa manusia terdiri dari jiwa dan badan, potensi dan kemauan ini ada dalam
jiwa manusia, dan fungsi badan disini ialah untuk menunjang agar terbentuknya potensi itu.
Jadi hubungan keduanya cukup menunjang dan saling berkaitan. Masalah mengenai dasar
manusia dikatakan ideal jika ia sudah menjadi seorang Chun-tzu, dan untuk mencapainya
terdapat tahapan-tahapan dan suatu kriteria.
Konsep manusia ideal menurut Confucius pembahasannya lebih banyak berkiasar tentang
masalah moral, moral bagi Confucius memiliki cakupan yang demikian luas dan kompleks
yang dapat dijumpai dalam kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat, oleh sebab
itu dibutuhkan suatu kearifan untuk mendapatkan ketentraman, kesejahteraan, dan
kebahagiaan bagi semua orang.
Confucius di dalam pandangan tentang konsep manusia lebih mengarah kepada hal-hal yang
bersifat pragmatis, sehingga segala sesuatu diukur dengan nilai kegunaan praktis yang
mengandung unsur-unsur idealis unuk mendapatkan tujuan yang dicita-citakan serta bersifat
realis yang mempunyai arti selalu berpedoman pada hal-hal yang nyata ( realita) : maka ruang
lingkup pragmatisme, idealisme dan realisme dalam dimensi filsafat manusia.
Konsep manusia ideal jika direlevansikan pada kondisi kekinian sangat berguna dan
bermanfaat dalam membentuk suatu sosialitas yang harmoni dan dimanis. Disamping itu
konsep manusia ideal yang ditawarkan Confucius juga cukup relevan dengan konsep manusia
indonesia yang berkecenderungan ke arah monodualisme nyaitu suatu aliran yang
berpandangan bahwa manusia mempunyai keseimbangan jasmaniah dan rohaniah atau
keseimbangan lahiriah dan batiniah yang berdasarkan pada pancasila dan UUD 1945.