Praktikum ini mengkaji hubungan antara pemotongan kotiledon dengan pertumbuhan kecambah kacang merah dan kemungkinan terjadinya poliembrioni pada biji jeruk. Hasilnya menunjukkan bahwa pemotongan kotiledon tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan kecambah kacang merah. Selain itu, biji jeruk yang ditanam tidak menunjukkan adanya poliembrioni.
2. Disusun Oleh kelompok 3 :
Maharani Andita Mayangsari 19308141043
Yenni Parwati 19308144009
Tantri Ayu Ratnasari 19308144015
Tsuraya Auliya’ Q. 19308144022
Biologi E 2019
3. Latar Belakang
Kacang merah termasuk dalam Famili Leguminoseae alias polong-polongan. satu
keluarga dengan kacang hijau, kacang kedelai dan kacang tolo. Kacang merah mudah
didapatkan karena sudah ditanam di seluruh propinsi di Indonesia. Berdasarkan
USDA (Unites State Departement of Agriculture) tahun 2015 bahwa klasifikasi
kacang merah yaitu sebagai berikut:
Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Superdevision: Spermatophyta
Devision: Magnoliophyta
Class: Magnoliopsida
Subclass: Rosidae
Order: Fabales
Family: Faacease/Leguminosae
Genus: Phaseolus L.
Spesies: Phaseolus vulgaris L.
4. Latar Belakang
Poliembrioni merupakan peristiwa dimana dalam satu biji terdapat lebih dari satu
endosperm. Poliembrioni dapat terjadi karena:
1. Peleburan 2 atau lebih bakal biji
2. Beberapa kantung embrio di nucellus dari bakal biji yang sama
3. Pembelahan dari proembrio
4. Beberapa sel kantung embrio yang sama berkembang menjadi embrio
Adapun berikut klasifikasi tanaman jeruk:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliphyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Bangsa : Citreae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus sinensis (Putra, 2013).
6. Alat dan Bahan
Alat
Polybag sebanyak 7 buah (4
untuk Kacang merah dan 3
Untuk Jeruk) dan gunting
Bahan
Biji (Kacang merah dan
Jeruk), tanah, dan air untuk
menyiram
7. Metode
1. Menyiapkan alat dan bahan. Khusus untuk biji kacang merah harus direndam
sehari sebelum penanaman
2. Menanam Kacang merah pada polybag 1, 2, 3, dan 4
3. Memberi label pada polybag kacang merah dengan ketentuan sbb:
A. Polybag 1: perlakuan kontrol (ditanami 3 kacang merah dikode K1, K2, dan
K3)
B. Polybag 2: perlakuan 1 dipotong setengah di salah satu kotiledon (ditanami
3 kacang merah dikode K4, K5, dan K6)
C. Polybag 3: perlakuan 2 dipotong setengah di kedua kotiledon (ditanami 3
kacang merah dikode K7, K8, dan K9)
D. Polybag 4: perlakuan 3 dipotong setengah di salah satu kotiledon dan
dipotong satu kotiledon utuh di kotiledon lainnya (ditanami 3 kacang
merah dikode K10, K11, dan K12)
8. Metode
1. Menyiapkan alat dan bahan.rus direndam
2. Menanam Kacang merah pa
3. Memberi label pada polybag kacang m
4. Menanam biji jeruk pada polybag 5, 6, dan 7
5. Memberi label paa polybag jeruk dengan ketentuan sbb:
➔ Polybag 5 (J1, J2, dan J3)
➔ Polybag 6 (J4, J5, dan J6)
➔ Polybag 7 (J7, J8, dan J9)
6. Meletakkan seluruh polybag di tempat yang terkena cahaya matahari
7. Menyirami polybag seperlunya dan meneduhkan jika terjadi hujan
13. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan praktikum didapati tidak semua biji kacang merah yang dapat tumbuh. Pada setiap pot hanya
bertahan 1 kecambah saja, walaupun di tengah proses pertumbuhan nampak ada pot yang menunjukkan 2 kecambah
tumbuh, namun akhirnya hanya tersisa 1 kecambah saja akibat adanya serangan dari siput yang memakan kecambah.
Pada Pot 1 (kontrol) didapati pertumbuhan kecambah mencapai 21,5 cm. Pada pot 2 (perlakuan 1) didapati
pertumbuhan kecambah mencapai 20,5 cm. Pada pot 3 (perlakuan 2) didapati pertumbuhan kecambah mencapai 22 cm.
Dan pada pot 4 (perlakuan 3) didapati pertumbuhan kecambah mencapai 19 cm. Dari hasil yang diperoleh tidak
menunjukkan hasil yang signifikan akibat pemotongan kotiledon.
Daun lembaga (cotyledo) dianggap merupakan daun pertama suatu tumbuhan. Daun lembaga dapat mempunyai
fungsi yang berbeda-beda antara lain:
1.Sebagai tempat penimbunan makanan yang lalu kelihatan tebal, seringkali mempunyai bentuk cembung pada suatu sisi
dan rata pada sisi yang lain, jumlahnya biasanya dua dan duduk berhadapan pada sisi yang rata tadi.
2.Sebagai alat untuk melakukan asimilasi/fotosintesis, jadi bertugas sebagai daun-daun tumbuhan biasanya. Terlihat
bahwa daun-daun lembaga ini kemudian berwarna hijau dan tinggal agak lama pada tumbuhan yang masih kecil.
3 Sebagai alat penghisap makanan untuk lembaga dan putih lembaga. Karena bentuknya yang seperti perisai alat ini
dinamakan skutelum. Biji tampak utuh dan bagian ini (daun lembaga ) tidak tampak dari luar (Tjitrosoepomo, 1992).
14. Hasil dan Pembahasan
Saat perkecambahan kacang merah, kotiledon berlaku sebagai daun pertama sementara.
Selanjutnya pada daun, pati yang khas, pembentukan karbohidrat sepanjang siang akan lebih
cepat daripada pengangkutan atau translokasinya, sehingga ada akumulasi dalam bentuk pati.
Oleh karena itu akan terjadi penyimpanan hasil pati yang makin banyak dalam kloroplas selama
sehari penuh. Malam hari jika fotosintesis berhenti, respirasi dan translokasi karbohidrat
berjalan terus, sehingga kandungan pati dalam daun berkurang sepanjang malam sampai tinggal
sedikit atau habis sama sekali pada pagi harinya (Loveless, 1982).
Berdasarkan kacang merah yang ditanam, kemungkinan penyebab tinggi kecambah
kacang merah relatif tidak berbeda jauh adalah karena telah melakukan fotosintesis lebih dahulu
sebelum dilakukan pemotongan. Faktor lain yang berpengaruh adalah adanya unsur hara yang
berlebih dan intensitas cahaya matahari yang cukup terik selama praktikum.
16. Pembahasan
● Poliembrio pada biji jeruk berasal dari jaringan integument dan nusellus. Jaringan
nusellus pada biji jeruk dapat digambarkan seperti kumpulan jaringan juvenile yang
memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi.
● Jeruk (Citrus sp) merupakan salah satu genus dari famili Rutaceae yang mempunyai
nilai ekonomi paling tinggi. Keragaman genetik jeruk sangat tinggi, yang ditunjukkan
oleh tingginya unit taksonomi (spesies dan hibrida) (Yasin et al., 2017)
● Sifat poliembrioni pada jeruk terjadi karena adanya embrio nuselar. Embrio nuselar
berkembang dari jaringan maternal benih yang berkembang bersamaan dengan embrio
zigotik sehingga dalam satu benih bisa muncul lebih dari satu bibit (Frost & Soost,
1968).
● Embrio zigotik merupakan embrio yang terbentuk dari fusi antara gamet jantan dan
gamet betina sedangkan embrio nuselar terbentuk dari jaringan nuselar tanpa melalui
fertilisasi (Salisbury & Ross, 1992).
17. Pembahasan
● Embrio nuselar merupakan bentuk adventif dari reproduksi yaitu sel
somatik dari jaringan nuselus diinisiasi untuk memasuki lintasan
perkembangan embrionik. Embrio nuselar berkembang dari sel inisial
nuselus yang berasal dari jaringan nuselus yang mengelilingi kantong
embrio. Tidak terdapat kontribusi gamet jantan dalam pembentukan embrio
nuselar. Dengan demikian, semaian asal embrio nuselar bersifat identik
dengan induknya kecuali terdapat variasi somatik (Kepiro & Roose, 2007).
● Pada praktikum ini kemungkinan penyabab tidak terjadinya poliembrio dari
biji jeruk yang ditanam adalah karena pada biji jeruk hanya memiliki satu
embrio saja.
18. kesimpulan
Pada praktikum ini pemotongan kotiledon tidak
menunjukkan perbandingan signifikan dengan kontrol pada
kecambah kacang merah dan tidak didapati tumbuhnya
poliembrio pada biji jeruk yang ditanam
19. Daftar Pustaka
Frost, H. B., & Soost, R. K. (1968). Seed reproduction: Development of Gametes and Embryo. Di dalam
Reuther W, Batchelor LD, Webber HJ, editor. The Citrus Industry. Volume II. Anatomy, Physiology,
Genetics and Reproduction. California (US): 290-324.
Kepiro, J. L, & Roose, M. L. (2007). ‘Nucellar Embryony’, In Khan, IA (ed.). Citrus Genetics, Breeding
and Biotechnology. London (GB), Biddlles Ltd, Kings Lynn.
Loveless, A.R. (1982). Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropis. Jakarta: PT Gramedia.
Salisbury, P. B., & Ross, C. W. (1992). Plant Physiology. California (US): Wadsworth
Pub.Com.belmont. hlm 682.
Tjitrosoepomo,G. (1978.) Morfologi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia.
Yasin, M., Saptadi, D., Kendarini, N., & Agisimanto, D. (2017). Keragaman genetic hasil aplikasi
kolkhisisn pada tanaman jeruk siam cv. Pontianak (Citrus nobilis) secara morfologi dan molekuler.
Jurnal produksi tanaman, 5(11):1835-1844.