Laporan ini menyelidiki pengaruh hormon auksin terhadap absisi daun pada tanaman coleus. Hasilnya menunjukkan bahwa petiol yang diberi pasta IAA (hormon auksin) lebih lambat gugur daripada yang diberi pasta lanolin. Hal ini membuktikan bahwa auksin dapat mencegah absisi daun.
1. Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan
PENGARUH AUKSIN TERHADAP
ABSISI ORGAN TUMBUH TANAMAN
Disusun Oleh :
Kelas 5
Kelompok 1
Anugrah Syaputra 1305101050115
Dimas Hadi Sucipto 1305101050017
Ismaturrahmi 1305101050078
Laila Sari Tanjung 1305101050104
Malikul Mulki 1305101050018
Santri Marsida 1305101050025
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2014
2. I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbagai bagian atau organ tumbuhan dapat mengalami absisi (keguguran).
Misalnya daun, cabang atau ranting, daun mahkota bunga, bunga dan buah. Proses
ini berada di bawah pengaruh auksin. Pembentukan daerah absisi itu di pengaruhi
oleh aliran auksin dari helaian daun ke batang. Selama auksin di dalam suatu
tanaman cukup, daerah absisi tidak terbentuk. Tetapi sebaliknya, apabila suplai
auksin dalam suatu tanaman kurang, maka daerah absisi akan terbentuk.
Kenyataannya bahwa auksin dapat mengontrol proses absisi
memungkinkan dilakukannya tindakan–tindakan untuk mengontrol gugur daun,
bunga, dan buah. Auksin termasuk senyawa yang sangat kuat (efektif pada
konsentrasi rendah), sehingga perlu dihindarkan kemungkinan pencemaran yang
akan berpengaruh terhadap tumbuhan lain. Percobaan yang akan dilakukan
berkaitan dengan sistem kerja auksin dalam tanaman merupakan salah satu cara
pembuktian apakah benar auksin suatu zat pengatur tumbuh untuk mengontrol
absisi suatu tanaman tertentu.
1.2 Tujuan
Untuk meneliti pengaruh auksin terhadap absisi daun.
1.3. Hipotesis
absisi daun dan bagian tumbuhan lainnya terjadi karena berlangsungnya
differensi pada suatu lapisan tertentu pada pangkal petiol,disusul dengan larutnya
(hilangnya) senyawa-senyawa pekat sehingga sel-sel terpisah satu dengan lainnya
dengan diberikan pasta lanolin dan IAA.
3. II. TINJAUAN PUSTAKA
Hormon tanaman adalah suatu senyawa organik yang disintesis dalam
suatu bagian tanaman dan kemudian diangkut ke bagian tanaman yang lain
dimana pada konsentrasi yang sangat rendah akan menyebabkan suatu dampak
fisiologis. Hormon harus di translokasikan didalam tubuh tanaman, tetapi tidak
disebutkan berapa jauh hormon tersebut harus di angkut, juga tidak disebutkan
bahwa hormon tidak akan menyebabkan pengaruh pada sel dimana hormon
tersebut disintesis. Auksin yang ditemukan oleh Went, sekarang dikenal sebagai
asam indol-asetat (indole 3-acetic acid, disingkat IAA). Beberapa ahli yakin
bahwa IAA merupakan hormon auksin yang sebenarnya, atau IAA diidentikkan
dengan auksin. Walaupun demikian tanaman mengandung 2 senyawa lain yang
pengaruhnya terhadap tanaman sama dengan IAA dan selayaknya juga di
golongkan sebagai auksin. Berbeda dengan pergerakan gula, ion, dan bahan
terlarut lainnya, IAA biasanya tidak di angkut melalui pembuluh floem dan tidak
juga melalui xylem. IAA diangkut melalui saluran pembuluh jika diaplikasikan
pada permukaan daun yang cukup dewasa yang telah mampu mengekspor gula,
tetapi pengangkutan IAA secara normal dalam batang dan tangkai daun adalah
dari daun muda dan melalui sel-sel hidup lainnya, termasuk floem parenkima dan
sel-sel parenkima yang mengelilingi jaringan pembuluh. (Lakitan, 1996).
Auksin adalah salah satu bentuk hormon yang paling banyak diteliti.
Terutama berpengaruh terhadap pertumbuhan dengan merangsang pembesaran
sel. Dalam merangsang pembesaran sel dan perubahan-perubahan lainnya, Auksin
ini bekerja sama dengan hormon-hormon lain. (Anonim, 2009).
Auksin merupakan istilah generik untuk substansi pertumbuhan yang
khususnya merangsang perpanjangan sel, tetapi auksin juga menyebabkan suatu
kisaran respon pertumbuhan yang agak berbeda-beda. Respon auksin
berhubungan dengan konsentrasinya. Konsentrasi yang tinggi bersifat
menghambat. (Anonim, 2008).
4. III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat percobaan
Tempat Percobaan : Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Syah Kuala.
Waktu Percobaan : Jumat 28 Maret 2014
3.2. Bahan dan Alat Percobaan
Bahan : - Tanaman coleus dalam pot
- Pasta IAA 1000 ppm
- Pasta lanolin
Alat : - Kertas label
- Kertas milimeter/mistar
- Pisau silet
- Pengoles pasta
3.3. Prosedur Percobaan
1. 3 pasang daun(6 daun) dipilih dan di potong dengan pisau silet pada pangkal
helai daunnya dan petiolnya dibiarkan.
2. Pasta lanolin dioleskan pada 3 petiol, dan pasta IAA pada 3 ujung petiol
lainnya.salah satu petiol di segi pasanganmendapat perlakuan IAA,sedangkan
yang lain mendapatkan perlakuan pasta lanolin yang digunakan sebagai kontrol.
3. Di setiap petiol label diberikan sesuai dengan perlakuannya.
4. Panjang petiol diukur pada saat percobaan dimulai dan setiap minggu selama 3
minggu.
6. Petiol yang gugur di catat,dan untuk itu perlu pengamatan setiap 2 hari sekali.
5. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil pengamatan panjang petiol tanaman coleus saat percobaan dimulai
dan setiap minggu selama petiol gugur.
Tabel pengamatan panjang petiol pada tanaman coleus
Perlakuan
Panjang Petiol
Minggu Ke (cm)
0 1 2
Lanolin 1 2,3 - -
Lanolin 2 2,9 - -
Lanolin 3 2,2 - -
IAA 1 3 3 -
IAA 2 3,8 3,5 -
IAA 3 3,4 3,3 -
Tabel pengamatan gugur petiol pada tanaman coleus
6. Perlakuan
Gugur Petiol
Hari ke
0 2 4 6 8 10
Lanolin 1 - -
Lanolin 2 - -
Lanolin 3 -
IAA 1 - - - - -
IAA 2 - - - - -
IAA 3 - - - -
4.2. Pembahasan
Dari hasil yang didapatkan terlihat bahwa cabang yang diberikan IAA
lebih lama gugur dibandingkan dengan cabang yang diberikan Lanolin. Pada
minggu ke-1 (hari ke-2) petiol yang diberikan pasta lanolin pada ulanagan
pertama gugur. Pada hari ke-4, petiol yang diberikan pasta lanolin pada ulangan
kedua gugur, begitu juga pada ulangan ketiga. Petiol yang diberikan IAA masih
bertahan tidak gugur. Pada hari ke-8 petiol pada ulangan pertama yang diberikan
IAA gugur. Kemudian pada hari ke-10 ptiol pada ulangan kedua dan ketiga juga
gugur. Seperti yang kita ketahui bahwa IAA mengandung hormon auksin yang
dapat mencegah kegugurang daun. Sedangkan Lanolin merupakan pasta biasa
yang berbentuk seperti tepung tetapi dicampur dengan IAA agar dapat lengket di
petiol tumbuhan. Maka pada percobaan ini keguguran daun lebih cepat terjadi
pada lanolin disbanding dengan IAA.
Tangkai daun yang diolesi dengan pasta Lanolin mengalami absisi terlebih
dahulu dibandingkan tangkai daun yang diolesi IAA dengan umur yang lebih tua.
7. Hal tersebut dikarenakan daerah yang akan mengalami absisi sel-selnya dapat
membelah secara aktif dan sel-sel pemisah yang terbentuk oleh parenkim tidak
mudah larut dan bahkan sel-selnya tidak mudah hancur karena pengaruh hormon
auksin yang terkandung dalam IAA, sehingga absisi dapat dicegah lebih lama.
Pengaruh itu lebih jelas dengan pertambahan panjang tangkai daun yang diolesi
IAA.
Percobaan ini membuktikan bahwa hormon auksin sangat berpengaruh
pada absisi daun. Apabila daun kekurangan hormone auksin, maka absisi daun
akan terjadi lebih cepat dan akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman
berkaitan dengan proses fotosintesis.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
8. 1. Petiol yang diberikan pasta IAA lebih lama gugur dibandingkan dengan
petiol yang diberikan pasta lanolin;
2. Absisi daun sangat berpengaruh pada hormon auksin;
3. Absisi daun akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman berkaitan
dengan proses fotosintesis.
4. IAA merupakan indole-3-acetic acid yang disebut juga sebagai hormon
auksin untuk mencegah absisi daun.
5.2. Saran
Sebaiknya pengamatan pada petiol yang diolesi pasta IAA dan Lanolin
dilakukan secara teliti agar mendapatkan hasil yang maksimal dalam pengaruh
auksin terhadap absisi organ tumbuh tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
9. Lakitan, Benjamin. 1996. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja
Grafindo Persada : Jakarta
Anonim,. 2009. Dasar tumbuhan. Pustaka kampus : Malang
Anonim. 2008. Dasar fisiologi tanaman dan tumbuhan. Grafindo : Yogyakarta
Misbakhri. 2011. Penuntun biologi dasar. Erlangga : Jakarta
10. Lakitan, Benjamin. 1996. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja
Grafindo Persada : Jakarta
Anonim,. 2009. Dasar tumbuhan. Pustaka kampus : Malang
Anonim. 2008. Dasar fisiologi tanaman dan tumbuhan. Grafindo : Yogyakarta
Misbakhri. 2011. Penuntun biologi dasar. Erlangga : Jakarta