SlideShare a Scribd company logo
1 of 51
Download to read offline
LAPORAN AKHIR
FISIOLOGI POHON
Oleh
Nama : Shinta Rebecca Naibaho
NPM : E1B012004
Prodi : Kehutanan
Coass : Imanta Tarigan, Mardiana Lumban Gaol
Dosen : Ir. Deselina, MP
Dr. Yansen, S.Hut, PhD
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015
LAPORAN AKHIR
FISIOLOGI POHON
Oleh
Nama : Shinta Rebecca Naibaho
NPM : E1B012004
Prodi : Kehutanan
Coass : Imanta Tarigan, Mardiana Lumban Gaol
Dosen : Ir. Deselina, MP
Dr. Yansen, S.Hut, PhD
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015
LAPORAN AKHIR
FISIOLOGI POHON
Oleh
Nama : Shinta Rebecca Naibaho
NPM : E1B012004
Prodi : Kehutanan
Coass : Imanta Tarigan, Mardiana Lumban Gaol
Dosen : Ir. Deselina, MP
Dr. Yansen, S.Hut, PhD
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015
BAB I
PENDAHULUAN
.1.1. Latar Belakang
.1.1.1. Acara 2 : Karbohidrat Dalam Tanaman
Fotosintesis merupakan suatu proses biologi yang kompleks, proses ini
menggunakan energi dan cahaya matahari yang dapat dimanfaatkan oleh
klorofil yang terdapat dalam kloroplas. Seperti halnya mitokondria, kloroplas
mempunyai membran luar dan membran dalam.
Hasil fotosintesis berupa amilum dan oksigen. amilum inilah yang
menjadi nutrisi bagi tumbuhan. Karbohidrat mempunyai kedudukan penting
yang khusus karena karbohidrat merupakan produksi langsung fotosintesis.
Dengan demikian karbohidrat menjadi dasar substansi organis yang mana
semua senyawa organis lainnya yang terdapt di pohon terbentuk. Tujuh puluh
lima persen dari tubuh tanaman terdiri atas karbohidrat yang rumus kimianya
dituliskan sebagai Cx(H20)y. Karbohidrat merupakan konstituen utama dinding
sel, merupakan titik awal sintesa protein dan lemak, sebagain besar teroksidasi
dalam respirasi dan sisanya terakumulasi sebagai makanan.
Pada praktikum ini akan melihat simpanan amilum yang terdapat pada
bagian daun tumbuhan. Oleh karena itu, dilakukan percobaan uji simpanan
amilum dalam daun.
.1.1.2. Acara 3 : Transpirasi
Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk
uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Kemungkinan kehilangan air dari
jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi
porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibanding dengan yang hilang melalui
stomata.
Namun, di setiap tumbuhan tersebut pasti ada jaringan pengangkutan
terpenting yang terdiri dari xylem dan floem. Kedua jaringan tersebut berperan
sangat penting bagi proses kehidupan sebuah tanaman dan berperan untuk
mengambil air dari dalam tanah dan kemudian menyebarkannya ke seluruh
bagian tanaman agar semua organ tanaman dapat berkembang secara
maksimal. Proses ini yang dinamakan dengan transportasi pada tumbuhan.
Tumbuhan juga melakukan transpirasi, yaitu pelepasan dalam bentuk
uap melalui stomata. Transpirasi ini merupakan salah satu mekanisme
pengaturan fisiologi pada tumbuhan yang terkait dengan berbagai kondisi yang
ada di tubuhnya dan lingkungan sekitarnya. Adanya transpirasi ini
menyebabkan terjadinya aliran air yang berlangsung secara imbas dari akar,
batang, dan daun. Aliran air tersebut akan ikut membantu proses penyerapan
dan transportasi air tanah di dalam tubuh tumbuhan.
Pada praktikum ini akan melihat bagaimana proses transpirasi pada
tumbuhan. Dalam praktikum ini juga akan mengamati berapa cepat tanaman
kehilangan uap air dari daunnya.
.1.1.3. Acara 4 : Jaringan Pengangkut Air
Air merupakan sumber kehidupan mahluk hidup.Tumbuhan pun sangat
membutuhkan air. Didalam tubuh tumbuhan,60-90 % tersusun atas air dan itu
bukanlah jumlah yang sedikit. Status air dari tumbuhan bergantung pada
kecepatan relatif penyerapan air oleh akar dan kehilangan air oleh tranpirasi.
Penyerapan air yang tidak cukup oleh akar akan menimbulkan defisit air dalam
tumbuhan, termasuk sel-sel daun, suatu defisit yang mengakibatkan penurunan
evaporasi air dari daun sehingga laju transpirasi menjadi rendah. Selain itu,
transpirasi yang berlebihan juga dapat menimbulkan defisit air. Sistem tranport
bekerja sebagai suatu unit yang cenderung menjaga agar sel tumbuhan selalu
dalam keadaan turgid.
Air masuk dari akar sampai ke tubuh tumbuhan melalui akar dan angkut
oleh pembuluh kayu (xylem).Dari pembuluh kayu inilah semua bermula, air
dan zat-zat hara yang di butuhkan oleh tanaman di angkut dan di sebarkan
keseluruh tubuh tanaman. Sebelum masuk bagian atas tumbuhan,di akan
melewati bulu-bulu akar,sel-sel korteks,sel endodermis,sel perisikel,dan
akhirrnya sampai ke xylem.
Bila xilem primer diamati secara seksama akan ditemukan perbedaan
perkembangan dan struktur xilem yang dibentuk pertama kali (protoxilem)
dengan xilem yang dibentuk kemudian (metaxilem). Protoxilem menduduki
tempat yang khas dalam struktur jaringan pengangkut primer. Pada tumbuhan
tingkat tinggi, protoxilem batang letaknya paling dekat dengan empulur (di
tengah, disebut xilem endarch) sedang di akar letaknya di sebelah luar
metaxilem (disebut xilem exarch).
Pada praktikum ini akan melihat bagaimana proses naiknya air ke daun
dengan jaringan pengangkut. Dalam praktikum ini juga akan diberi perlakuan
khusus untuk menjadi pembanding nantinya.
.1.1.4. Acara 5 : Pengamatan Daerah Tumbuh Tanaman
Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak dapat balik
dalam ukuran pada semua sistem biologi. Proses pertumbuhan ini diatur oleh
pesan hormonal dan respon dari lingkungan (panjang hari, temperatur rendah,
perubahan persediaan air. Pertumbuhan berikutnya disebut diferensiasi, yang
didefinisikan sebagai pengontrolan gen dan hormonal serta lingkungan yang
merubah struktur dan biokimiawi perubahan ini terjadi pada hewan dan
tanaman saat berkembang. Pada umumnya daerah pertumbuhan terletak pada
bagian bawah meristem apikal dari tunas dan akar.
Pada umumnya daerah pertumbuhan terletak pada bagian bawah
meristem apikal dari tunas dan akar. Kebanyakan pertumbuhan terjadi pada
fase pendewasaan sel dan hanya sedikit kenaikan volumenya. Ujung akar dan
ujung tajuk pertumbuhan dan tepat di atas nodus tumbuhan monokotil, atau di
dasar daun rerumputan, meristem apikal tajuk dan meristem apikal akar
terbentuk selama proses perkembangan embrio saat pembentukan biji dan
disebut meristem primer. Daerah tumbuh pada tumbuhan terjadi pada
meristem apikal yang dimana pertumbuhannya berbeda-beda baik di akar
maupun di batang.
Yang melatarbelakangi praktikum ini dilakukan adalah berusaha untuk
menentukan letak daerah tumbuh pada organ tumbuhan. Pada praktikum ini
akan mengamati daerah tumbuh pada bagian akar dan batang.
.1.1.5. Acara 7 : Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Kecambah
Cahaya matahari merupakan sumber energi yang sangat penting untuk
melaksanakan proses fotosintesis. Tanpa adanya cahaya, tumbuhan hijau tidak
dapat melakukan fotosintesis, sehingga tak mungkin mampu bertahan hidup
untuk jangka waktu yang lama. Namun, di sisi lain cahaya dapat merupakan
faktor yang menghambat pertumbuhan karena auksin jika terkena cahaya akan
menjadi zat yang menghambat pertumbuhan.
Cahaya matahari memang berguna bagi fotosintesis pada tumbuhan
namun efek lain dari cahaya matahari ini adalah menekan pertumbuhan sel
tumbuhan. Hal ini menyebabkan tumbuhan yang diterpa cahaya matahari akan
lebih pendek daripada tumbuhan yang tumbuh di tempat gelap. Peristiwa ini
disebut dengan etiolasi.
Dampak tanaman akibat etiolasi adalah tanaman tidak dapat melakukan
proses fotosintesis. Padahal proses fotosintesis bertujuan untuk menghasilkan
karbohidrat yang berperan penting dalam pembentukan klorofil. Karena
karbohidrat tidak terbentuk, daun pun tanpa klorofil sehingga daun tidak
berwarna hijau, melainkan kuning pucat.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh cahaya pada pertumbuhan
dapat dilakukan dengan berbagai percobaan, diantaranya dengan memberi
perlakuan variasi cahaya matahari yang berbeda pada tanaman kacang kedelai.
.1.1.6. Acara 8 : Pengaruh Auksin Terhadap Pertumbuhan Akar
Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frits Went pada tahun 1926
yang menemukan bahwa suatu senyawa yang beum dapat dicirikan mengkin
menyebabkan pembengkokan koleoptil oat kea rah cahaya. Auksin yang
ditemukan Went tersebut kini diketahui sebagai IAA (Asam Indoleasetat).
Senyawa tersebut dapat berdifusi dari ujung koleoptil menuju potongan kecil
akar. Aktivitas dilacak melalui pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat
terpacunya pemanjangan pada sisi yang ditempeli potongan akar.
IAA yang terdapat di akar, pada konsentrasi yang hampIr sama dengan
di bagian timbuhan lainnya. Pemberian auksin memacu pemanjangan
potongan akar atau bahkan akar utuh pada banyak spesies, tetapi hanya pada
konsentrasi yang sangat rendah, bergantung pada spesies dan umur akar. Pada
konsentrasi yang lebih tinggi, pemanjangan hampir selalu terhambat.
Auksin mempunyai fungsi memacu pembentukan akar pada tanaman,
terutama pada tanaman berkayu. Namun demikian, pengaruh auksin
mempunyai batas konsentrasi, di mana pada konsentrasi rendah auksin akan
memacu pembentukan dan pertumbuhan akar dan pada konsentrasi tinggi
harus dilaporkan menghambar pembentukan dan pertumbuhan akar tanaman.
Pada praktikum ini akan didemonstrasikan pengaruh konsentrasi auksin
terhadap pembentukan dan pertumbuhan akar tanaman.
.1.1.7. Acara 9 : Dominansi Apikal & Penghambatan Pertumbuhan
Terdapat dua fase dalam pertumbuhan tumbuhan secara umum, yaitu
fase pertumbuhan vegetatif dan fase pertumbuhan generatif. Pada fase
pertumbuhan vegetatif terjadi pertumbuhan pada proses pembentukan organ
yang baru seperti daun, cabang, dan akar. Sedangkan pada fase pertumbuhan
generatif terbentuk organ alat perkembang biakan seperti bunga, buah, dan
biji.
Pada tumbuhan dikotil, pertumbuhan secara, fase pertumbuhan vegetatif
di tandai dengan adanya dominasi pucuk yang akan menghambat pertumbuhan
lateral. Dominasi pertumbuhan pucuk dapat dikurangi dengan memotong
bagian pucuk tumbuhan yang akan mendorong pertumbuhan tunas lateral.
Pertumbuhan tunas lateral akan terhambat bila bagian pucuk yang di potong
diberi auksin. Hal tersebut menunjukan adanya pengaturan mekanisme
pengaturan pertumbuhan kearah lateral oleh auksin. Auksin diproduksi secara
endogen pada bagian pucuk tumbuhan, yang akan didistribusikan secara polar
yang mampu menghambat pertumbuhan tunas lateral.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh hormone terhadap
dominasi apikal dan penghambat pertunasan, maka dilakukanlah praktikum
ini. Pada praktikum ini bahan yang digunakan adalah semai Durian.
.1.1.8. Acara 10 : Geotropi
Tumbuhan sebagai mahluk hidup juga melakukan gerak. Namun, gerak
yang dilakukan oleh tumbuhan tidak seperti yang dilakukan oleh hewan
maupun manusia. Gerakan pada tumbuhan sangat terbatas. Gerakan yang
dilakukan oleh tumbuhan hanya dilakukan pada bagian tertentu. Misalnya
bagian ujung tunas, bagian ujung akar, ataupun pada bagian lembar daun
tertentu. Pada prinsipnya, gerakan tumbuhan terjadi karena adanya proses
pertumbuhan dan adanya kepekaan terhadap rangsang atau irritabilitas yang
dimiliki oleh tumbuhan tersebut. Sebagai tanggapan terhadap rangsang terebut,
tumbuhan melakukan gerakan yang mungkin menuju kearah rangsang atau
menjauhi, atau melakukan gerak tanpa menunjukan arah tertentu. Beberapa
jenis gerakan tumbuhan yang tergolong iritabilitas dibedakan menjadi tiga,
yaitu tropisme, taksis, dan nasti.
Arah pertumbuhan (pergerakan) tanaman sangat dipengaruhi oleh
stimulus lingkungan yang diterima oleh tanaman, seperti cahaya matahari,
sentuhan, ketersediaan air. Stimulus yang ada akan diterima oleh tanaman
melalui sensor-sensor yang dimilki tanaman sehingga tanaman dapat merespon
stimulus yang datang. Sebagai contoh, pada pucuk tanaman sensor yang ada
akan merespon datangnya cahaya, sehingga pucuk tanaman akan tumbuh ke
arah cahaya, yang dikenal dengan fototropisme. Di ujung akar tanaman
terdapat sensor yang memungkinkan tanaman merespon adanya gravitasi
bumi, yang karenanya arah pertumbuhan akar membelok ke arah pusat bumi.
Gerakan tanaman ini disebut geotropisme.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh gravitasi terhadap
pertumbuhan suatu tanaman maka dilakukanlah pengamatan ini. Tanaman
yang digunakan adalah kecambah kacang hijau.
.1.1.9. Acara 11 : Kurva Sigmoid Petumbuhan Tanaman
Proses pertumbuhan merupakan hal yang mencirikan suatu
perkembangan bagi makhluk hidup baik manusia, hewan, maupun tumbuhan.
Dalam proses pertumbuhan terjadi penambahan dan perubahan volume sel
secara signifikan seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya umur
tanaman. Proses pertumbuhan menunjukkan suatu perubahan dan dapat
dinyatakan dalam bentuk kurva atau diagram pertumbuhan.
Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur
lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun.
Apabila digambarkan dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan terbentuk
kurva sigmoid (bentuk S). Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang
lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di
dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh
kombinasi pengaruh faktor keturunan dan lingkungan.
Untuk mengetahui dan melihat laju petumbuhan tanaman dalam satu
jangkauan waktu, maka dilakukanlah praktikum ini. Pada praktikum ini bahan
yang digunakan adalah jagung.
.1.2. Tujuan
.1.2.1. Acara 2 : Karbohidrat Dalam Tanaman
 Untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap simpanan amilum dalam
daun.
.1.2.2. Acara 3 : Transpirasi
 Untuk mengetahui kecepatan relatif kehilangan uap air dari daun berbagai
jenis tanaman.
.1.2.3. Acara 4 : Jaringan Pengangkut Air
 Untuk mengamati jaringan pengankutan air Padaa tanaman tingkat tinggi.
.1.2.4. Acara 5 : Pengamatan Daerah Tumbuh Tanaman
 Untuk mengamati daerah tumbuh pada bagian akar dan batang.
.1.2.5. Acara 7 : Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Kecambah
 Untuk melihat pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kecambah.
.1.2.6. Acara 8 : Pengaruh Auksin Terhadap Pertumbuhan Akar
 Untuk melihat pengaruh hormon auksin dalam berbagai kadar terhadap
jumlah dan pertumbuhan akar.
.1.2.7. Acara 9 : Dominansi Apikal & Penghambatan Pertumbuhan
 Untuk mengetahui pengaruh hormon tumbuh terhadap dominasi apikal
dan penghambatan pertunasan.
.1.2.8. Acara 10 : Geotropi
 Untuk Mengamati pengaruh gravitasi terhadap pertumbuan akar.
.1.2.9. Acara 11 : Kurva Sigmoid Petumbuhan Tanaman
 Untuk melihat laju pertumbuhan tanaman dalam satu jangkauan waktu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Karbohidrat merupakan suatu golongan senyawa yang terdiri dari atau dapat
dihidrolisis menjadi polisakarida aldehid dan keton. Karbohidrat dalam tanaman adalah
tepung atau amilum atau pati. Amilum adalah homopolimer (suatu polimer yang terbentuk
oleh hanya satu macam unit monomerik) dari glukosa yang digabung oleh mata rantai yang
sama dengan maltosa. Macam amilum utama adalah amilosa dan amilopektin (bila dilarutkan
dengan iodin memberikan warna merah ungu). Sedangkan amilosa memberikan warna biru
(Fressenden, 1997).
Proses fotosintesis akan menghasilkan karbohidrat, terutama glukosa. Diantara
berbagai karbohidrat yang penting yang dapat dibentuk oleh tumbuhan dari glukosa adalah
selulosa, sukrosa dan pati/amilum. Amilum didalam tumbuhan banyak tersimpan dalam akar,
umbi ataupun biji-bijian. Butir-butir amilum itu sebenarnya semula terdapat di dalam
kloroplas daun sebagai hasil fotosintesis. Pada kebanyakan tumbuhan dikotil juga monokotil,
pati mulai terkumpul pada daun segera setelah terjadi proses fotosintesis yang berjalan cepat,
sehingga pada tanaman dikotil mempunyai daun pati sedangkan daun monokotil mempunyai
daun gula (Loveless, 1994).
Hopkins (1995) menyatakan bahwa pembentukan karbohidrat terjadi pada tempat
dimana cahaya menyinari bagian yang hijau karena bagian tersebut mangandung klorofil.
Kehadiran karbohidrat dapat diketahui dari Iodin-Amilum. Bagian daun yang tertutup ketas
alumunium foil dan dikenai sinar matahari, maka setelah dimasukkan dalam alkohol panas
dan aquades panas, kemudian ditetesi larutan iodin, maka bagian tersebut tidak akan
terbentuk warna ungu, tetapi bagian yang tidak ditutupi nampak berwarna ungu.
Pembentukan pati terjadi melalui suatu proses yang melibatkan sumbangan berulang
unit glukosa dari gula nukleotida serupa dengan UDPG yang disebut adenosin difosfoglukosa
(ADPG). Pembentukan ADPG berlangsung dengan menggunakan ATP dan glukosa 1-p.
Tentunya warna pada daun yang diuji seharusnya berwarna coklat iodin, sedangkan pada
daun yang digunakan sebagai kontrol akan berwarna lebih gelap. Hal ini karena daun yang di
beri perlakuan tidak menghasilkan amilum sehingga tidak menimbulkan warna ungu
(Dwijosepoetro, 1994).
Amilum disusun di dalam kloroplas dan juga di dalam leukoplas sebagai tempat untuk
menyimpan. Penyusunan amilum memerlukan bahan berupa glukosa-1-pospat serta bantuan
enzim berupa posporilase amilum. Molekul glukosa-1-pospat dapat digandeng-gandengkan
dengan pertolongan posporilase ini. Pada penggandengan itu terlepaslah molekul pospat
(Dwidjoseputro, 1994).
Dwijoseputro (1994) menyatakan bahwa setelah semua klorofil larut, semua bagian
daun ditetesi I-KI maka, warna daun yang semula transparan akan berubah menjadi ungu
gelap. Hal ini menandakan adanya amilum pada daun tersebut, karena reaksi iodium dalam
amilum menimbulkan warna biru kehitam-hitaman. Sedangkan pada daun yang ditutup
alumunium foil akan berwarna coklat. Namun dalam percobaan tidak dihasilkan warna ungu.
Hal ini dikarenakan larutan IKI yang dipakai sudah tidak berfungsi.
Menurut Salisbury dan Ross (1992), pembentukan pati atau amilum terjadi terutama
melalui satu proses yang melibatkan sumbangan berulang unit glukosa dari gula nukleotida
serupa dengan UDPG yang disebut adenosin difosfoglukosa (ADPG). Pembentukan ADPG
berlangsung dengan menggunakan ATP dan glukosa 1-fosfat di kloroplas dan plastid lainnya.
Karbohidrat yang terbentuk pada tumbuhan dalam bentuk pati atau amilum.
Pembentukan amilum pada umumnya berlangsung melalui proses yang sama secara
berulang-ulang dengan menggunakan glukosa dari gula nukleosida yang mirip UDPG yang
disebut sebagai Adenosin Difosfat (ADPG) (Lakitan, 2000).
Pembentukan pati terjadi melaui suatu proses yang melibatkan sumbangan berulang
unit glukosa dari gula nukleotida serupa dengan UDPG yang disebut adenosin
difosfoglukosa, ADPG. Pembentukan ADPG berlangsung dengan menggunakan ATP dan
glukosa-1-fosfat di kloroplas dan plastid. Molekul amilosa yang sedang tumbuh dengan unit
glukosa yang mempunyai gugus reaksi C-4 pada ujungnya, bergabung dengan C-1 glukosa
yang ditambahkan dari ADPG. Pati sintetase, yang mengkatalisis reaksi tersebut diaktifkan
oleh K+. Cabang pada amilopektin antara C-6 pada rantai utama dan C-1 pada rantai cabang
dibentuk oleh berbagai isoenzim dari beberapa enzim yang secara ringkas disebut enzim
percabangan atau enzim Q. Tingkat cahaya yang tinggi dan siang hari yang panjang,
menguntungkan fotosintesis dan translokasi karbohidrat. Sehingga menyebabkan penimbunan
satu atau lebih butir pati di kloroplas dan penyimpanan pati di amiloplas. Pembentukan pati
di kloroplas diuntungkan oleh cahaya terang, sebab enzim yang membentuk ADPG secara
alosetrik diaktifkan oleh 3-PGA dan dihambat secara alosetrik Pi (Preiss). Kandungan 3-PGA
agak meningkat saat terang sewaktu penambahan CO2 terjadi, tapi kandungan Pi agak turun
karena ditambah ADP untuk membentuk ATP selama fosforilasi fotosintesis (Salisbury &
Ross,1992).
Tanaman jika pada bulan-bulan yang dingin, konsentrasi gula tinggi sedangkan kadar
amilum menyusut, bulan-bulan panas keadaan itu berkebalikan. Persediaan air yang
berlabihan menambah kegiatan penyusunan amilum. Perubahan pH membawa perubahan
kegiatan enzim. pH 7 merupakan pH optimal untuk pembentukan gula, sedang gula akan
terbentuk menjadi amilum jika pH sampai dibawan 7 (Kimball, 1989).
Tumbuhan, seperti juga hewan memiliki adaptasi evolusioner dalam bentuk respons
fisiologis terhadap perubahan jangka pendek. Misalnya jika daun pada tumbuhan mengalami
kekurangan air, daun-daun akan menutup stomata, yang merupakan lubang kecil
dipermukaan daun tersebut. Respons darurat ini akan membantu tumbuhan menghemat air
dengan cara mengurangi transpirasi, yaitu hilangnya air dari daun melalui penguapan (
Campbell.N.A,292:2000).
Sel hidup tumbuhan berhubungan langsung dengan atmosfer melalui stomata dan lenti
sel sehingga transpirasi terjadi melalui kutikula pada daun tumbuh-tumbuhan. Sel-sel hidup
itu berada dalam keadaan turgid dan sedang dan sedang bertranspirasi dilapisi oleh lapisan
tipis air yang diperoleh dari dalam sel. Sebalikya, persediaan air ini diperoleh dengan cara
translokasi air dan unsur-unsur penghantar dari akar melalui xilem. Akar-akar pohon tersebut
memperoleh air dengan cara mengabsorpsi melalui permukaan yang berhubungan dengan air
di dalam tanah. Seluruh proses ini digerakkan oleh energi yang diberikan pada daun dan
batang-batang pada tanaman tersebut (Wanggai,Frans. 91: 2007).
Pengurangan ukuran daun dihubungkan dengan pengurangan kecepatan transpirasi.
Tumbuhan dengan daun kecil biasanya mempunyai habitat kering, pengurangan ukuran daun
sering kali diikuti dengan peningkatan jumlah total daun pada tumbuhan (Mulyani. Sri. 251:
2006).
Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi
bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar matahari.
Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari karena melalui
proses transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan akan membantu menurunkan suhu
tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air
yang cukup untuk melakukan fotosintesis agar keberlangsungan hidup tanaman dapat terus
terjamin (http://www.forumsains.com/artikel/sistem-transportasi-dan-transpirasi-dalam-
tanaman/).
Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap laju transpirasi antara lain:
 Cahaya. Tumbuhan jauh lebih cepat bertranspirasi bilamana terbuka terhadap
cahaya dibandingkan dalam gelap.
 Suhu. Tumbuhan bertranspirasi lebih cepat pada suhu lebih tinggi.
 Kelembaban. Laju transpirasi juga dipengaruhi oleh kelembaban nisbi udara
sekitar tumbuha.
 Angin. Adanya angin lembut juga meningkatkan laju transpirasi.
 Air tanah. Tumbuhan tidak dapat terus bertranspirasi dengan cepat jika
kelembaban yang hilang tidak digantikan oleh air segar dari tanah (Kimball. John
W,493:1990).
Air dapat diserap tanaman melalui akar bersama-sama dengan unsur-unsur hara yang
terlarut didalamnya, kemudian diangkut kebagian atas tanaman, terutama daun, melului
pembuluh xylem. Pembuluh xylem pada akar, batang dan daun merupakan suatu system yang
kontinu, berhubungan satu sama lain ( Lakitan, 2004 ).
Pembuluh xilem berasal dari sel-sel silindris yang biasanya mengarahkeujung-ujung.
Pada saat matang dinding sel-sel itu melarut dan kandungansitoplasmiknya mati. Hasilnya
adalah pembuluh xilem, saluran bersambung yangtidak mati. Hasilnua adalah pembuluh
xilem bersambung dengan transpor air danmineral keatas (Salisburry,1995).
Xilem dan floem dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel yang hidup yang disebutdengan
perisikel. Jaringan vaskuler dan parisikel mebentuk suatu tabung yang disebut stele.
Disebelah luar stele terdapat sel-sel endodermis, pada bagian dinding transversalnya dean
juga pada dinding radialnya terdapat suberin yang menebal,dikenal dengan pita
kaspari.Suberin mempunyai sifat yang tidak dapat ditembus air, lapisan luar indodermis
terdapat beberapa lapisan sel korteks yang bersifat permeabel, sehingga besar kemungkinan
air dari permukaan akan bergerak menuju pembuluh xylem melalui dinding sel korteks
tersenut ( Lakitan, 1995 )
Untuk menyatakan status air atau perimbangan air dalam tubuh tumbuhandapat
dilakukan dengan dua cara yang umum digunakan, yaitu satu diantaranya berdasarkan atas
energi air didalamnya jaringan tumbuhan yang lazim disebut potensial air, dan ini merupakan
cara yang paling tepat untuk menentukan status air dari jaringan tanaman dengan memakai
istilah potensial air.Suatu jaringan akan mengalami defisit air jika potensial air tersebut
kurangatau lebih dari 0 (nol) bar. Cara yang kedua adalah dengan mengukur kuantitas air dari
suatu jaringan kandungan airnya dan menyatakan dengan kondisi standarttertentu
(Prawiranta, 1997 ).
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam
kehidupan dan perkembangbiakan suatu spesies. Pertumbuhan dan perkembangan
berlangsung secara terus-menerus sepanjang daur hidup, tergantung pada tersedianya
meristem, hasil asimilasi, hormon dan substansi pertumbuhan lainnya, serta lingkungan yang
mendukung. Secara empiris, pertumbuhan tanaman dapat dikatakan sebagai suatu fungsi dari
genotipe X lingkungan (internal dan eksternal) (Fahn, 1992).
Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak dapat balik dalam ukuran
pada semua sistem biologi. Pertumbuhan ini digambarkan dengan kurva yang sigmoid.
Proses pertumbuhan ini diatur oleh pesan hormonal dan respon dari lingkungan (panjang hari,
temperatur rendah, perubahan persediaan air). Pertumbuhan berikutnya disebut diferensiasi,
yang didefinisikan sebagai pengontrolan gen dan hormonal serta lingkungan yang merubah
struktur dan biokimiawi perubahan ini terjadi pada hewan dan tanaman saat berkembang
(Kaufman, 1975).
Pertumbuhan primer untuk memperpanjang sumbu tubuh dan perkembangan sekunder
adalah untuk meningkatkan diameter sumbu. Pertumbuhan sekunder dalan akar akan terjadi
penebalan sekunder kambiumnya besar dari benang-benang meristem dalam jaringan
prokambium atau jaringan perenkimatis yang terletak pada kelompok-kelompok floem
primer dan pusat stele (Heddy, 1987).
Letak pertumbuhan adalah pada meristem apikal, lateral, dan interkalar. Pertumbuhan
ujung cenderung menghasilkan pertambahan panjang, pertumbuhan lateral menghasilkan
pertambahan lebar. Pertambahan panjang batang terjadi di meristem interkalar, memerlukan
tambahan sumber hormon pertumbuhan dan mempunyai jumlah sel ataupun aktifitas sel yang
rendah (Campbell, 1999).
Daerah meristematis pucuk batang mengalami pertumbuhan primer seperti yang
terjadi pada akar. Namun, caranya lebih kompleks karena tidak hanya proliferasi aksis batang
namun juga pembentukan organ lateral lainnya. Pembelahan sel pada batang umumnya
terjadi pada internodus paling atas. Selama periode pertumbuhan aktif, meristem ujung
batang yang tipis, berdinding lembut dan isodiametris, aktif melakukan proliferasi sel.
Pemanjangan sel diperpanjang sepanjang internodus. Semakin jauh dari internodus maka
kecepatan pemanjangan semakin lambat. Daerah pemanjangan di belakang ujung batang
biasanya 10 cm panjangnya (Loveless, 1991).
Menurut Campbell (1999), proses pemanjangan tunas terjadi melalui pertumbuhan
ruas yang sedikit lebih tua di bawah ujung tunas tersebut. Pertumbuhan ini disebabkan
pembelahan sel dan pemanjangan sel dalam ruas tersebut. Pembelahan sel dan pertumbuhan
yang terus menerus sehingga mendorong ke arah pemanjangan batang dan tunas. Salisbury
dan Ross (1992), mengemukakan bahwa pada batang yang sedang tumbuh, daerah
pembelahan sel batang lebih jauh letaknya dari ujung daripada daerah pembelahan akar,
terletak beberapa sentimeter dibawah ujung. Menurut Campbell (1999), sel-sel inisial
membentuk sel-sel pada ujung akar yang bersifat meristematis. Pembelahan sel terjadi secara
longitudinal dan beberapa ke arah lateral yang menyebabkan akar berbentuk silindris. Sel-sel
inisial membentuk sel-sel pada ujung akar yang bersifat meristematis. Pembelahan sel terjadi
secara longitudinal dan beberapa ke arah lateral yang menyebabkan akar berbentuk silindris.
Selanjutnya sel-sel dekat ujung akar aktif berproliferasi, dimana terletak tiga zona sel
dengan tahapan pertumbuhan primer yang berurutan (zona pembelahan sel, zona
pemanjangan dan zona pematangan). Zona pembelahan sel meliputi meristem apikal dan
turunannya, yang disebut meristem primer (terdiri dari protoderm, prokambium dan meristem
dasar). Meristem apikal yang terdapat di pusat zona pembelahan menghasilkan sel-sel
meristem primer yang bersifat meristematik. Zona pembelahan sel bergabung ke zona
pemanjangan (elongasi). Di sini sel-sel memanjang sampai sepuluh kali semula, sehingga
mendorong ujung akar, termasuk meristem ke depan. Meristem akan mendukung
pertumbuhan secara terus-menerus dengan menambahkan sel-sel ke ujung termuda zona
pemanjangan tersebut (Campbell, 1999).
Fotosintesis adalah proses pembentukan makanan (glukosa) pada tumbuhan yang
mengandung zat hara, air dan karbondioksida dengan bantuan sinar matahari. Reaksi
fotosintesis secara singkat berlangsung sebagai berikut:
6CO2 + 6H2O C6H12 O6 + 6O2. Fotosintesis berlangsung dalam kloroplas yang berisi
klorofil. Klorofil dibedakan atas klorofil a dengan rumus molekul yang berwarna hijau tua
dan klorofil b dengan rumus molekul yang berwarna hijau muda. (Jumin, 1994)
Laju fotosintesis berbagai spesies tumbuhan yang tumbuh pada berbagai daerah yang
berbeda seperti gurun kering, puncak gunung, dan hutan hujan tropika sangat berbeda.
Kapasitas fotosintesis daun diartikan sebagai laju fotosintesis per satuan luas daun pada
keadaan cahaya jenuh, konsentrasi CO2 dan O2 normal, suhu optimum dan kelembapan.
(Frank dan Ross, 1992)
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya fotosintesis yakni H2O, CO2,
cahaya, hara, dan suhu. Diantara beberapa faktor tersebut yang paling berpengaruh dalam
proses fotosintesis adalah faktor cahaya. Cahaya sering membatasi fotosintesis terlihat juga
dengan menurunnya laju penambahan CO2 ketika tumbuhan terkena bayangan awan sebentar.
(Thenawidjaja, 1990)
Cahaya merupakan sumber energi untuk fotosintesis. Energi cahaya yang diserap oleh
tumbuhan tergantung pada intensitas sumber cahaya, lama penyinaran dan panjang
gelombang cahaya. Pada batas-batas tertentu, semakin tinggi intensitas cahaya matahari maka
semakin banyak energi cahaya yang diserap oleh klorofil, sehingga laju fotosintesis
meningkat. Cahaya matahari dengan intensitas terlalu tinggi akan menimbulkan kerusakan
pada klorofil. (Jumin, 1989).
Cahaya merupakan sumber energi bagi mikroalga untuk melakukan fotosintesis, tetapi
tidak semua spektrum cahaya dipergunakan oleh mikroalga dalam proses fotosintesis.
Penyinaran yang digunakan secara optimal oleh mikroalga untuk proses fotosintesis adalah
panjang gelombang yang berkisar antara 400 nm – 680 nm.(Daniyati et al , 2012)
Energi cahaya diubah menjadi energi kimia oleh pigmen fotosintesis yang terdapat
pada membran interna atau tilakoid. Pigmen fotosintesis yang utama ialah klorofil dan
karotenoid. Klorofil a dan b menunjukkan absorpsi yang sangat kuat untuk panjang
gelombang biru dan ungu, jingga dan merah (lembayung) dan menunjukkan absorpsi yang
sangat kurang untuk panjang gelombang hijau dan kuning hijau. (Ai, Nio 2012)
Laju fotosintesis akan berjalan maksimum bila terdapat banyak cahaya. Dalam
percobaan terlihat bahwa eksplan (bahan tanam) yang ditumbuhkan dalam intensitas cahaya
yang tinggi daunnya berwarna lebih hijau daripada eksplan yang ditumbuhkan dalam
intensias cahaya yang rendah, selain itu daun eksplan yang ditumbuhkan dalam intensitas
cahaya tinggi lebih berat daripada daun eksplan (bahan tanam) yang ditumbuhkan dalam
intensitas cahaya rendah. (Pertamawati, 2010)
Pengaruh cahaya terhadap fotosintesis tanaman air dapat dilihat dari kadar oksigen
terlarut yang terditeksi sensor. Pada kondisi terang, laju fotosintesis lebih besar dibandingkan
pada kondisi gelap. Selain cahaya, faktor lain yang juga mempengaruhi laju fotosintesis
adalah jenis mineral yang terdapat dalam air (akuades, minyak, air mineral) dan volume
tanaman itu sendiri. Semakin besar kadar mineral dan volume tanaman yang dimiliki,
semakin besar meningkat pula laju fotosintesisnya. (Yasin et al, 2011)
Untuk mengatur cahaya bagi fotosintesis tanaman perlu adanya pemberian naungan.
Perlakuan naungan, volume penyiraman yang berbeda dan interaksi kedua faktor
memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kecepatan pembungaan rosella. Tanaman
tanpa naungan yang berarti mendapat intensitas cahaya tertinggi paling cepat berbunga
diikuti naungan 55% dan yang paling lama berbunga pada naungan 75%. (Astuti dan
Darmanti, 2010)
Pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman sangat tergantung pada faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Ada 3 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman yaitu, faktor intraseluler (dari dalam sel), interseluler dan lingkungan.
Pada tanaman faktor heriditas juga sangat mempengaruhi. Hal ini terlihat pada
perubahan bentuk dan ukuran tumbuhan yang banyak ditentukan oleh faktor herediritas. Gen
merupakan faktor keturunan yang berpangaruh pada setiap struktur tumbuhan dan juga
terhadap perkembangannya. Faktor heredisitas termasuk dalam faktor intraseluler, sedangkan
faktor interseluler contohnya adalah hormon. (Clean 1995)
Hormon merupakan substansi aktif yang diproduksi dalam tubuh (alami) maupun
diluar
tubuh (buatan) yang dipengaruhi oleh kondisi ekternal. Beberapa hormon memacu
pertumbuhan, pembelahan, dan perpanjangan pada sel, tetapi ada pula yang menghambat
ketika konsentrasi yang tersedia berlebihan. (Dwidjuseptutro 1985)
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang memacu perpanjangan sel, yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Auksin berpengaruh pada
beberapa proses seperti pembengkokan batang, penyebaran auksin yang tidak merata pada
batang akan menyebabkan perpanjangan sel yang tidak seimbangan. Batang yang
membengkok memungkinkan tumbuhan menyesuaikan diri dengan baik terhadap
lingkungannya, merangsang perkembangan akar leteral dan serabut sehingga meningkatkan
penyerapan air dan mineral, merangsang pembelahan sel kambium vaskuler sehingga
menyebabkan pertumbuhan jaringan vaskuler sekunder, dan meningkatkan perkembangan
bunga dan buah.
Hormon auksin yang pertama kali diisolasi adalah indon asam asetat ( indole acetic
acid,
IAA ). Sebagian besar IAA merupakan hasil sekresi organ tanman yang disebut titik tumbuh ;
termasuk disini adalah ujung tunas, daun muda, bunga, dan buah.Auksin dengan konsenterasi
tinggi akan merangsang pertumbuhan batang, tetapi sebaliknya dengan konsenterasi tersebut
akan menghambat pertumbuhan akar. (Mithell. 1991)
Auksin berasal dari bahasa Yunani “Auxano” yang berarti tumbuh atau bertambah.
Auksin merupakan golongan dari substansi pemacu pertumbuhan tanaman dan morfogen
(fitohormon) yang paling awal ditemukan (Woodward, dkk,. 2005). Salah satu anggota dari
auksin yang paling dikenal adalah IAA. Suatu system sel tumbuhan memerlukan auksin
untuk pertumbuhan, pembagian tugas (divisi,) maupun ekspansi selular. Fungsi auksin
tergantung pada jaringan yang spesifik, seperti pada batang, akar, dan buah. Auksin dapat
memacu pemanjangan apical batang, ekspansi lateral rambut akar, atau ekspansi isodiametrik
dalam pertumbuhan buah. Beberapa kasus (pertumbuhan koleoptil), auksin memacu ekspansi
selular tanpa adanya pembagian divisi dalam sel tersebut. Kasus lainnya, auksin dapat
mendorong pembagian divisi dan ekspansi sel dalam jaringan yang sama seperti inisiasi akar.
Auksin disintesis dalam jumlah besar dalam tunas apical tumbuhan dan bergerak
secara basipetal (kearah pangkal batang) ke seluruh bagian tumbuhan. Aliran auksin ini
berpengaruh mendorong pemanjangan sel batang dan sekaligus menghambat pertumbuhan
tunas pada ketiak daun (tunas lateral). Hal ini mengakibatkan pertumbuhan ke atas yang
cepat. Bercabang atau tidaknya suatu tumbuhan biasanya bergantung pada banyaknya auksin
yang dihasilkan dalam tunas apical, tetapi juga dengan memberikan senyawa-senyawa kimia
tertentu atau dengan memberikan lingkungan fisik tertentu yang dapat menurunkan
kandungan auksin tumbuhan. Pemangkasan pucuk untuk mengatasi dominansi apical
diterapkan dalam praktek budidaya tanaman dengan tujuan membentuk tanaman atau
membuatnya tumbuh menyemak. Pemberian auksin pada tumbuhan yang telah dipangkas
dapat menghambat pula perkembangan tunas lateral, suatu keadaan yang mirip dengan
dominansi tunas apical, dengan demikian tunas lateral tetap dominan (Katuuk, 1989).
Auksin sangat berperan penting dalam dominasi tunas apikal, merupakan sebuah
fenomena dari pusat percabangan tumbuhan yang tumbuh lebih dominan daripada
percabangan lainnya. Tunas apikal adalah bagian yang memproduksi hormon auksin yang
dapat berdifusi ke bawah dan menunjang pertumbuhan tunas lateral, dilain pihak
pertumbuhan ini akan menimbulkan kompetisi pada tunas apikal terhadap cahaya matahari
dan nutrisi. Apabila prinsip dari dominasi apikal dapat dipahami, maka akan sangat
membantu dalam manajemen tumbuhan. Manajemen tumbuhan dapat berupa memanipulasi
respon natural, seperti pengaruh hormon auksin untuk menghasilkan tumbuhan yang dapat
diatur ukuran, bentuk, maupun produktivitas buahnya (Anonim, 2010)
Auksin adalah zat hormon tumbuhan yang ditemukan pada ujung batang, akar dan
pembentukan bunga yang berfungsi untuk mengatur pemanjangan sel didaerah belakang
meristem ujung (Paponov, dkk,. 2008). Auksin merupakan hormon pertama yang ditemukan
dan disintesis dalam batang, akar apex dan ditransportasikan di aksis tanaman. Hormon
auksin diproduksi secara endogen pada bagian pucuk tanaman. Dominasi apikal biasanya
ditandai dengan pertumbuhan vegetatif tanaman seperti, pertumbuhan akar, batang dan daun.
Dominasi apikal dapat dikurangi dengan mendorong bagian pucuk tumbuhan sehingga
produksi auksin yang disintesis pada pucuk akan terhambat bahkan terhenti. Hal ini akan
mendorong pertumbuhan tunas lateral (ketiak daun) (Hopkins, 1995). Auksin yang terhenti
dapat digantikan dengan beberapa jenis hormon IAA yang berfungsi dengan Lanolin untuk
mengetahui pertumbuhan lateralnya (Paponov, dkk, 2008).
Tunas apikal adalah tunas yang tumbuh di pucuk (puncak) batang. Dominasi apikal
dan pembentukan cabang lateral dipengaruhi oleh keseimbangan konsentrasi hormon.
Dominasi apikal diartikan sebagai persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam
hal pertumbuhan. Selama masih ada tunas pucuk/apikal, pertubuhan tunas lateral akan
terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk. Dominasi apikal disebabkan oleh auksin yang
didifusikan tunas pucuk ke bawah (polar) dan ditimbun pada tunas lateral. Hal ini akan
menghambat pertumbuhan tunas lateral karena konsentrasinya masih terlalu tinggi. Pucuk
apikal merupakan tempat memproduksi auksin (Dahlia, 2001).
Auksin berperan dalam penghambatan tunas lateral dan menunjang dominansi apical,
sehingga tanaman menjadi tumbuh dengan cepat ke atas. Salah satu anggota dari auksin yang
paling dikenal adalah IAA. IAA berpengaruh terhadap pertumbuhan tunas lateral. Oleh
karena itu untuk meneliti pengaruh IAA, dilakukan percobaan mengenai penghambatan tunas
lateral dan dominansi apical dengan menggunakan kecambah kacang hijau (Phaseolus
radiatus) dengan beberapa perlakuan. Percobaan ini bertujuan untuk meneliti pengaruh
auksin terhadap pertumbuhan tunas lateral.
Geotropisme adalah gerak yang menuju pusat bumi, gerak ini dilakukan oleh akar.
Gerak ujung akar kepala itu sutau geotropi yang positif. Sedang jurusan yang ditempuh oleh
cabang-cabang akar yang agak mendatar itu disebut diogeotropik atau transversal-geotropik.
Sebaliknya, jurusan yang ditempuh oleh ujung batang itu disebut geotropi yang negatife.
Teori cholodny went tentang geotropisme mengajukan dugaan bahwa auksin
dipindahkan dari belahan atas batang kebelahan bawah bila batang diubah dari posisi vertikal
keposisi horizontal. Sebagian geotropisme diarahkan pada akar. Pada awalnya bahwa sisi
penerimaan gravitasi adalah tudung akar. Darwin (1980) Lentil (lens) memberikan respon
terhadap garvitasi bila pucuk akarnya dipotong, sampai meristem akar dan tudung akar
terbentuk kembali. Bila tudung akar jagung atau spesies lain dihilangkan dengan
menggunakan teknik bedah menghambat pertumbuhan akar, tidak terjadi respon gravitropik
sampai tudung yang sama atau tudung lain diganti atau tudung baru tumbuh kembali. Seperti
halnya makhluk hidup lainnya, tumbuhan juga melakukan gerak. Namun gerak tumbuhan
tidak seperti gerak pada makhluk hidup lain berupa perpindahan tempat. Tumbuhan tinggi
hanya bergerak pada bagian – bagian tertentu dari tubuhnya, seperti bengkoknya batang,
dahan dan akar, melipatnya daun. Secara garis besar, gerak dibagi menjadi gerak Autonom
atau Endonom yaitu gerak yang terjadi secara spontan tanpa rangsangan dan gerak Etionom
akibat adanya rangsangan.
Geotropi adalah gerak yang menuju pusat bumi, gerak ini dilakukan oleh akar. Gerak
ujung akar kepala itu sutau geotropi yang positif. Sedang jurusan yang ditempuh oleh cabang-
cabang akar yang agak mendatar itu disebut diogeotropik atau transversal-geotropik.
Sebaliknya, jurusan yang ditempuh oleh ujung batang itu disebut geotropi yang negatife.
Gravitropisme dibagi menjadi dua, yaitu gravitropisme positif (gerakan pertumbuhan akar
menuju arah gravitasi bumi dan gravitropisme negatif (gerakan pertumbuhan akar menjauhi
gravitasi bumi. Namun pada umumnya akar bersifat gravitropisme positif. (Dwidjoseputro,
D. 1985)
Pembengkokan batang utama dan akar. Pada awalnya bahwa sisi penerimaan gravitasi
adalah tudung akar. Seperti halnya pada fototropisme, disebabkan oleh pertumbuhan
diferensiasi pada daerah perpanjangan dibelakang ujung. Pada batang atau koleoptil yang
diletakkan horizontal pemanjangan terjadi lebih besar pada posisi bawah dari pada sisi atas,
sedangkan pada akar terjadi sebaliknya, jadi berturut-turut mengakibatkan bengkokan keatas
dan bengkokan kebawah. (Heddy, S. 1996)
Jika kita letakkan suatu pot berisi kecambah dalam posisi mendatar, maka ujung kar
akan membelok ke pusat bumi (geotropi yang positif), sedang ujung batang akan membelok
keatas (geotropi yang negatif). Kejadian ini ada hubungannya dengan distribusi auksin juga.
Kesimpulannya adalah kadar auksin yang tinggi menggiatkan pengembangan sel-sel batang,
akan tetapi menghambat sel-sel akar. Pembengkokan batang utama dan akar. Pada awalnya
bahwa sisi penerimaan gravitasi adalah tudung akar. Seperti halnya pada fototropisme,
disebabkan oleh pertumbuhan diferensiasi pada daerah perpanjangan dibelakang ujung. Pada
batang atau koleoptil yang diletakkan horizontal pemanjangan terjadi lebih besar pada posisi
bawah dari pada sisi atas, sedangkan pada akar terjadi sebaliknya, jadi berturut-turut
mengakibatkan bengkokan keatas dan bengkokan kebawah.
Gaya berat berpengaruh terhadap arah pertumbuhan akar dan batang. Hal in dapat
terlihat dengan meletakkan kecambah tanaman secara horizontal. Setelah beberapa lama, akar
akan melengkung ke bawah. Sedangkan ujung batang akan bengkok ke atas (Sutarmi,
1985). Batang utama atau batang tanaman biasanya tumbuh 180 o
dari pusat gravitasi bumi.
Sedangkan cabang, tangkai dauun, rimpang dan stolon biasanya lebih mendatar. Perbedaan
arah tumbuh tersebut menyebabkan tumbuhan dapat mengisi ruang sehingga dapat menyerap
CO2 dan cahaya sangat efektif. Hal ini merupakan suatu bentuk respon tanaman terhadap
kondisi lingkungan (Salisburry and Ross, 1995).
Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak dapat dibalikkan dalam
ukuran pada sistem biologi. Secara umum pertumbuhan berarti pertambahan ukuran karena
organisme multisel tumbuh dari zigot, pertumbuhan itu bukan hanya dalam volume, tapi juga
dalam bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma, dan tingkat kerumitan. Pertumbuhan
biologis terjadi dengan dua fenomena yang berbeda antara satu sama lain. Pertambahan
volume sel dan pertambahan jumlah sel. Pertambahan volume sel merupakan hasil sintesa
dan akumulasi protein, sedangkan pertambahan jumlah sel terjadi dengan pembelahan sel
(Kaufman, 1975).
Pada setiap tahap dalam kehidupan suatu tumbuhan, sensitivitas terhadap lingkungan
dan koordinasi respons sangat jelas terlihat. Tumbuhan dapat mengindera gravitasi dan arah
cahaya dan menanggapi stimulus-stimulus ini dengan cara yang kelihatannya sangat wajar
bagi kita. Seleksi alam lebih menyukai mekanisme respons tumbuhan yang meningkatkan
keberhasilan reproduktif, namun ini mengimplikasikan tidak adanya perencanaan yang
disengaja pada bagian dari tumbuhan tersebut (Campbell, 2002).
Pada batang yang sedang tumbuh, daerah pembelahan sel batang lebih jauh letaknya
dari ujung daripada daerah pembelahan akar, terletak beberapa sentimeter dibawah ujung
(tunas). Sedangkan pertambahan panjang tiap lokus pada akar tidak diketahui pertambahan
panjang terbesar dikarenakan kecambah mati (Salisbury dan Ross, 1996).
Teorinya, semua ciri pertumbuhan bisa diukur, tapi ada dua macam pengukuran yang
lazim digunakan untuk mengukur pertambahan volume atau massa. Yang paling umum,
pertumbuhan berarti pertambahan ukuran. Karena organisme multisel tumbuh dari zigot,
pertambahan itu bukan hanya dalam volume, tapi juga dalam bobot, jumlah sel, banyaknya
protoplasma, dan tingkat kerumitan. Pada banyak kajian, pertumbuhan perlu diukur.
Pertambahan volume (ukuran) sering ditentukan denagn cara mengukur perbesaran ke satu
atau dua arah, seperti panjang (misalnya, tinggi batang) atau luas (misalnya, diameter
batang), atau luas (misalnya, luas daun). Pengukuran volume, misalnya dengan cara
pemindahan air, bersifat tidak merusak, sehingga tumbuhan yang sama dapat diukur
berulang-ulang pada waktu yang berbeda (Salisbury dan Ross, 1996).
Kurva sigmoid yaitu pertumbuhan cepat pada fase vegetatif sampai titik tertentu
akibat pertambahan sel tanaman kemudian melambat dan akhirnya menurun pada fase
senesen (Tjitrosoepomo, 1999).
Pengukuran daun tanaman mulai dari waktu embrio dengan menggunakan kurva
sigmoid juga memiliki hubungan erat dengan perkecambahan biji tersebut yang otomatis juga
dipengaruhi oleh waktu dormansi karena periode dormansi juga merupakan persyaratan bagi
perkecambahan banyak biji. Ada bukti bahwa pencegah kimia terdapat di dalam biji ketika
terbentuk. Pencegah ini lambat laun dipecah pada suhu rendah sampai tidak lagi memadai
untuk menghalangi perkecambahan ketika kondisi lainnya menjadi baik. Waktu dormansi
berakhir umumnya didasarkan atas suatu ukuran yang bersifat kuantitatif. Untuk tunas dan
biji dormansi dinyatakan berhasil dipecahkan jika 50 % atau lebih dari populasi biji tersebut
telah berkecambah atau 50% dari tunas yang diuji telah menunjukkan pertumbuhan. Bagi
banyak tumbuhan angiospermae di gurun pasir mempunyai pencegah yang telah terkikis oleh
air di dalam tanah. Dalam proses ini lebih banyak air diperlukan daripada yang harus ada
untuk perkecambahan itu sendiri. (Kimball, 1992).
Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak dapat balik dalam ukuran
pada semua sistem biologi. Pertumbuhan ini digambarkan dengan kurve yang sigmoid.
Proses pertumbuhan ini diatur oleh pesan hormonal dan respon dari lingkungan (panjang hari,
temperatur rendah, perubahan persediaan air). Pertumbuhan berikutnya disebut diferensiasi,
yang didefinisikan sebagai pengontrolan gen dan hormonal serta lingkungan yang merubah
struktur dan biokimiawi perubahan ini terjadi pada hewan dan tanaman saat berkembang
(Kaufman, dkk., 1975).
Laju pertumbuhan suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut waktu. Oleh
karena itu, bila laju tumbuh digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju tumbuh ordinat
dan waktu pada absisi, maka grafik itu merupakan suatu kurva berbentuk huruf S atau kurva
sigmoid. Kurva sigmoid ini berlaku bagi tumbuhan lengkap, bagian-bagiannya ataupun sel-
selnya. Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur lebih cepat
sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila digambarkan
dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan terbentuk kurva sigmoid (bentuk S). Bentuk
kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi
sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan
ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor keturunan dan lingkungan (Tjitrosoepomo, 1999).
Kurva pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang ideal yang dihasilkan oleh banyak
tumbuhan setahun dan beberapa bagian tertentu dari tumbuhan setahun maupun bertahunan,
Pada fase logaritmik ukuran (V) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t). Ini
berarti laju kurva pertumbuhan (dV/dt) lambat pada awalnya. Tetapi kemudian meningkat
terus. Laju berbanding lurus dengan organisme, semakin besar organisme semakin cepat ia
tumbuh (Tjitrosoepomo, 1999).
Fase pertumbuhan logaritmik juga menunjukkan sel tunggal. Fase ini adalah fase
dimana tumbuhan tumbuh secara lambat dan cenderung singkat.Pada fase linier, pertambahan
ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada waktu maksimum selama beberapa waktu
lamanya. Laju pertumbuhan ditunjukkan oleh kemiringan yang konstan pada bagian atas
kurva tinggi tanaman oleh bagian mendatar kurva laju tumbuh dibagian bawah. Fase
senescence ditunjukkan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai
kematangan dan mulai menua (Salisbury dan Ross, 1996).
Kurva pertumbuhan berbentuk S (Sigmoid) yang ideal, yang dihasilkan oleh banyak
tumbuhan setahun dan beberapa bagian tertentu dari tumbuhan setahun maupun bertahun,
dengan mengambil contoh tanaman jagung. Kurva menunjukkan ukuran kumulatif sebagai
fungsi dan waktu. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali: fase logaritmik, fase linear, dan
fase penuaan (Salisbury dan Ross, 1992).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
.3.1. Alat & Bahan
.3.1.1. Acara 2 : Karbohidrat Dalam Tanaman
 Alat : Aluminium Foil, petridisk, waterbath, dan penjepit.
 Bahan : Tanaman dengan daun segar, larutan iodine, alkohol 70%.
.3.1.2. Acara 3 : Transpirasi
 Alat : Kipas angin, botol, kapas.
 Bahan : Semai tanaman akasia dan tanaman mahoni, vaselin.
.3.1.3. Acara 4 : Jaringan Pengangkut Air
 Alat : Botol, pisau, penutup botol dan kapas.
 Bahan : Cabang tanaman berkayu yang relatife sama, vaselin.
.3.1.4. Acara 5 : Pengamatan Daerah Tumbuh Tanaman
 Alat : Penggaris, tissue, pena tinta cina, karet gelang dan
gelas tabung.
 Bahan : Kecambah kacang hijau dan air.
.3.1.5. Acara 7 : Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Kecambah
 Alat : Timbangan, piring tempat perkecambahan dan kain.
 Bahan : Kecambah umur 1, 2, 3, 4, dan 5 hari yang ditumbuhkan di
tempat gelap dan terang.
.3.1.6. Acara 8 : Pengaruh Auksin Terhadap Pertumbuhan Akar
 Alat : Botol.
 Bahan : Larutan auksin 100 mg/ 100 ml, potongan cabang sungkai,
tanah.
.3.1.7. Acara 9 : Dominansi Apikal & Penghambatan Pertumbuhan
 Alat : Pot, penggaris.
 Bahan : Semai durian, Vaseline dan campuran lanolin yang
mengandung 400 ppm IAA.
.3.1.8. Acara 10 : Geotropi
 Alat : Penggaris, kertas saring, pena tinta cina, karet gelang dan
gelas tabung.
 Bahan : Kecambah kedelai dan air.
.3.1.9. Acara 11 : Kurva Sigmoid Petumbuhan Tanaman
 Alat : Penggaris, pot.
 Bahan : Semai tanaman cepat tumbuh (Jagung), media tanam.
.3.2. Cara Kerja
.3.2.1. Acara 2 : Karbohidrat Dalam Tanaman
o Pagi hari sebelum tanaman terkena sinar matahari, tutup sebagian daun
dengan kertas aluminium dan dijepit rapat dan biarkan beberapa jam
tersinari matahari.
o Potong daun, kemudian masukkan daun tersebut ke dalam alkohol panas
(dipanaskan dalam waterbath) selama kira-kira 20 menit.
o Cuci daun tersebut dengan air panas, masukkan dalam larutan Iodine pada
petridisk selama beberapa menit.
o Cuci dengan air segar agar larutan Iodine larut lalu bentangkan, warna
ungu gelap menunjukan adanya amilum dalam tanaman.
.3.2.2. Acara 3 : Transpirasi
o Letakkan semai tanaman pada botol berisi air dengan seluruh daun di luar
botol, rapatkan bagian mulut botol dengan kapas dan vaselin.
o Hitung tinggi air dalam botol.
o Letakkan tanaman di dalam ruang kamar selama 24 jam.
o Hitung jumlah air yang hilang dari botol untuk tiap tanaman.
o Buat ulangan yang lain, tempatkan di hadapan kipas angin.
o Catat kehilangan air setelah 24 jam.
o Bandingkan jumlah kehilangan air antara jenis tanaman dan antara tanpa
kipas dan dengan kipas.
o Catat temperatur dan kelembaban ruangan.
.3.2.3. Acara 4 : Jaringan Pengangkut Air
o Pilih ujung cabang tanaman yang kira-kira sama besarnya. Masukkan
cabang ke dalam botol sehingga pangkalnya berada 1 cm di atas dasar
botol.
o Kupas kulit batang sepanjang 3 cm dari pangkal batang. Pengupasan
dilakukan dalam air.
o Tutup xylem 3 cabang dengan vaselin, namun floem dibiarkan terbuka,
segera dimasukkan ke dalam botol yang telah diisi air suling.
o Tutup 3 floem cabang lainnya dengan vaselin, namun xylem dibiarkan
terbuka, segera dimasukkan ke dalam botol yang telah diisi air.
o Tiga cabang tidak diperlakukan sebagai kontrol.
o Amati awal permukaan air dalam botol. Amati kembali pada hari ke 4 dan
ke 10. Hitung banyaknya air yang berkurang.
.3.2.4. Acara 5 : Pengamatan Daerah Tumbuh Tanaman
o Ambil 10 buah kecambah yang akarnya lurus dan panjangnya lebih dari 2
cm,
o Tandai dari ujung 10 garis dengan interval 1 mm.
o Letakkan kecambah dalam posisi tegak (dengan bantuan karet gelang) di
lempeng kaca yang telah dilapisi kertas saring.
o Ambil 10 kecambah dan beri tanda garis 10 mm dari ujung dan letakkan
pada lempeng kaca yang seperti no.3.
o Letakkan lempeng kaca dengan kecambah dalam gelas tabung yang berisi
sedikit air.
o Tutup gelas tabung sehingga lembab dan letakkan di tempat gelap.
o Setela 24 jam ukur jarak masing – masing interval, bandingkan dengan
control dan bandingkan per segmen (tiap interval).
.3.2.5. Acara 7 : Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Kecambah
o Ambil 10 biji kering dan 10 biji kecambah dari tiap kelompok kemudian
masing-masing ditimbang.
o Untuk kecambah yang besar kotiledonnya dan ditimbang masing –
masing.
o Mengukur panjang masing-masing kecambah dan membuat rerata hasil
pengukuran.
o Membuat grafik hubungan antara umur kecambah dan berat kecambah
total, berat kotiledon dan panjang kecambah.
.3.2.6. Acara 8 : Pengaruh Auksin Terhadap Pertumbuhan Akar
o Membuat pengenceran auksin 0,1, 1, 10, 100 mg/ml
o Memasukkan ujung potongan cabang ke dalam larutan yang telah dibuat
dan dimasukkan ke dalam air suling.
o Menunggu selama 30 menit.
o Sementara menunggu, siapkan larutan hara normal dan dimasukkan ke
dalam botol yang telah disediakan.
o Setelah 30 menit, potongan cabang tersebut dipindahkan ke dalam boto
yang berisi larutan hara dan tempatkan di tempat terang.
o Mengamati pertumbuhan akar yang tumbuh setelah satu minggu. Bila
larutan berkurang selama pengamatan tambahkan air suling.
o Menghitung jumlah akar dan panjang.
.3.2.7. Acara 9 : Dominansi Apikal & Penghambatan Pertumbuhan
o Mengambil 3 pot semai durian.
o Tanaman pada pot pertama dan kedua dipotong batangnya tepat di bawah
daun yang paling atas.
o Bekas luka pada pot pertama diolesi sedikit lanonin dengan IAA.
o Bekas luka pada pot kedua diolesi lanonin tanpa IAA.
o Tanaman ketiga sebagai kontrol.
o Meletakkan ketiga pot dalam ruang tumbuh.
o Mengukur panjang tunas aksiler yang tumbuh dan diameter batang tempat
pemotongan (mm) setelah 14 hari.
.3.2.8. Acara 10 : Geotropi
o Mengambil 10 kecambah akar yang lurus dan diperkirakan sama
panjangnya.
o Kecambah tersebut pada penggaris yang telah dilapisi tissue dengan
kedudukan horizontal.
o Mengambil lagi 10 kecambah ujungnya tidak dipotong, mengukur
panjangnya dan memperlakukan seperti pada nomor 2.
o Memasukkan penggaris yang telah ditempeli kecambah ke dalam tabung
gelas terisi sedikit air dan menutup atasnya. Meletakkan tabung gelap di
tempat gelap.
o Mengukur panjang akar dan sudut pembengkokan setelah 24 jam.
.3.2.9. Acara 11 : Kurva Sigmoid Petumbuhan Tanaman
o Tanam dalam 2 pot kecambah umur 3 hari yang relative sama sebanyak
10 tanaman per pot.
o Letakkan satu pot di tempat gelap dan satu pot di tempat terang.
o Pengamatan dilakukan setiap dua hari sampai hari ke-25.
o Ukur panjang tanaman .
o Rata – ratakan hasil dari 10 tanaman kemudian buat grafik hubungan
panjang dan waktu.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
.1.1. Hasil Pengamatan
.1.1.1. Acara 2 : Karbohidrat Dalam Tanaman
 Pengamatan setelah dilakukan pencelupan Iodine, + = tampak ungu, - =
tidak tampak ungu.
Perlakuan Ulangan Pengamatan Keterangan
1. Jenis Daun : Mahoni
Terbuka 1 + Ada bintik - bintik warna ungu
2 + Ada bintik - bintik warna ungu
Tertutup 1 + Ada bintik - bintik warna ungu
2 + Ada bintik - bintik warna ungu
2. Jenis Daun : Karet
Terbuka 1 + Ada bintik - bintik warna ungu
2 + Ada bintik - bintik warna ungu
Tertutup 1 + Ada bintik - bintik warna ungu
2 + Ada bintik - bintik warna ungu
.1.1.2. Acara 3 : Transpirasi
 Pengamatan Awal
Volume air dalam botol sebelum semai dimasukkan : 15 cm = 15000 ml
No. Perlakuan Tinggi air dalam botol (ml) Jumlah Daun
1. Akasia
Biasa
1. 15,3 cm = 15300 ml 1. 12
2. 15,3 cm = 15300 ml 2. 7
Berangin
1. 15,4 cm = 15400 ml 1. 11
2 15,7 cm = 15700 ml 2 14
2. Mahoni
Biasa
1. 15,8 cm = 15800 ml 1. 26
2. 15,1 cm = 15100 ml 2. 16
Berangin
1. 15,9 cm = 15900 ml 1. 12
2 15,6 cm = 15600 ml 2. 14
 Pengamatan Pengurangan Air Setelah 24 Jam
No. Perlakuan Ulangan Pengurangan air
(ml)
Keterangan
1. Akasia
Biasa
1. 0 ml 1. 12
2. 0 ml 2. 7
Berangin
1. 0 ml 1. 11 (segar)
2. 300 ml 2 14 (segar)
2. Mahoni
Biasa
1. 300 ml 1. 26
2. 100 ml 2. 16
Berangin
1. 100 ml 1. 12 (segar)
2. 100 ml 2. 14 (segar)
.1.1.3. Acara 4 : Jaringan Pengangkut Air
o Pengamatan Awal
Volume air dalam botol sebelum stek dimasukkan : 10,7 cm = 10700 ml
No. Perlakuan Tinggi air dalam botol (ml)
Jumlah
Daun
1. Xylem ditutup 1. 10,9 cm = 10900 ml 1. 12
2. 11,1 cm = 11100 ml 2. 8
3. 10,9 cm = 10900 ml 3. 3
Rata – rata 10,96 cm = 10960 ml
2. Floem ditutup 1. 10,8 cm = 10800 ml 1. 8
2. 10,9 cm = 10900 ml 2. 7
3. 10,9 cm = 10900 ml 3. 11
Rata – rata 10,86 cm = 10860 ml
3. Kontrol 1. 10,8 cm = 10800 ml 1. 10
2. 11,1 cm = 11100 ml 2. 11
3. 11,1 cm = 11100 ml 3. 10
Rata – rata 11 cm = 11000 ml
o Pengamatan serapan air pada hari ke-4 dan ke-10
No.
Perlakua
n
Rata – rata air diserap
(ml)
Catatan Morfologi
Hari ke-4 Hari ke-10 Hari ke-4 Hari ke-10
1. Xylem
ditutup
1. 100 ml 1. 300 ml 10 daun, hijau semua 10 daun, hijau semua
2. 200 ml 2. 100 ml 7 daun kuning, 1 hijau Semua daun gugur
3. 200 ml 3. 200 ml 3 daun, hijau semua Semua daun gugur
Rata – rata 166,66 ml 200 ml
2. Floem
ditutup
1. 100 ml 1. 200 ml 8 daun, hijau semua 2 daun kuning, 6 hijau
2. 0 ml 2. 100 ml 2 daun kuning, 5 hijau Semua daun gugur
3. 0 ml 3. 100 ml 5 daun kuning, 6 hijau Semua daun gugur
Rata – rata 33,33 ml 133,33 ml
3. Kontrol 1. 100 ml 1. 100 ml 1daun gugur, 3 kuning Semua daun gugur
2. 200 ml 2. 100 ml 11 daun, hijau semua 3 daun gugur, 3 hijau
3. 200 ml 3. 100 ml 1 daun kuning, 9 hijau
1 daun kuning, 2 hijau, 7
gugur
Rata – rata 166,66 ml 100 ml
.4.1.4. Acara 5 : Pengamatan Daerah Tumbuh Tanaman
 Pengamatan pertambahan jarak interval tiap 2 mm sepanjang 20 mm selama
24 jam
 P
e
n
gamatan pertambahan jarak interval 1 – 20 mm selama 24 jam
Perlakuaan
Pertambahan Jarak Interval (mm)
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kecambah 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Kecambah 2 2 2 2 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2 2
Kecambah 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2,1 2,1
Kecambah 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Kecambah 5 2 2 2 2 2 2 2 2 2,1 2,1
Kecambah 6 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2,1
Kecambah 7 2 2 2 2 2 2 2 2 2,1 2,1
Kecambah 8 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Kecambah 9 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Kecambah 10 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Perlakuan
Pertambahan Jarak Interval
(mm)
Keterangan
Kecambah 1 21 Bertambah 1 cm
Kecambah 2 21 Bertambah 1 cm
Kecambah 3 20 Tetap
Kecambah 4 21 Bertambah 1 cm
Kecambah 5 2 Tetap
Kecambah 6 2 Tetap
Kecambah 7 2 Tetap
Kecambah 8 21 Bertambah 1 cm
Kecambah 9 21 Bertambah 1 cm
Kecambah 10 21 Bertambah 1 cm
4.1.5. Acara 7 : Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Kecambah
o Gelap
o Terang
.4.1.6. Acara 8 : Pengaruh Auksin Terhadap Pertumbuhan Akar
o Hasil Pengamatan selama 2 Minggu
Perlakuan
Pertambahan Setelah 2 Minggu
Jumlah Akar Panjang Akar
100 ppm - -
10 ppm - -
1 ppm - -
0,1 ppm - -
Kontrol - -
Hari
Ukuran
Rerata
Panjang
Total
Rerata
Berat
Kotiledon
Rerata
Berat
Total
1 0 0,16 00,49
2 0,55 0,01 0,27
3 1,11 0,027 0,32
4 1,13 0,3 0,35
5
Rerata
Hari
Ukuran
Rerata
Panjang
Total
Rerata
Berat
Kotiledon
Rerata
Berat
Total
1 0,57 0,37 0,38
2 0,35 0,18 0,52
3 0,95 0,29 0,31
4 0,92 0,38 0,42
5
Rerata
.4.1.7. Acara 9 : Dominansi Apikal & Penghambatan Pertumbuhan
o Hasil Pengamatan selama 1 Minggu (8 Mei 2015)
Perlakuan
Panjang Daun Lateral (cm) Diameter Batang (cm)
1 2 3 Rerata 1 2 3 Rerata
Lanolin
+ IAA
Awal 14,2 11,1 10,5 11,93 30 30 30 30
Akhir 14,6 11,2 10,8 12,2 30 30 30 30
Lanolin
Awal 12,2 10,2 15,5 11,96 20 20 20 20
Akhir 13 10,2 14 12,4 20 30 30 26,27
Kontrol
Awal 11,3 12 13,5 12,26 30 20 20 23,3
Akhir 13,8 15,8 13,5 14,36 30 20 20 23,3
.4.1.8. Acara 10 : Geotropi
o Hasil Pengamatan selama 24 jam (25 April 2015)
Perlakuan
Panjang Akar & Sudut Pembengkokan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Dipoton
g
Awal 4,9 5 4,5 4,8 5 4,8 5,6 5,1 5,8 4,8
Akhir 6 5,3 4,7 4,8 5 4,9 5,6 5,1 6 4,8
Sudut 20° 10° 40° 30° 20° 30° 30° 20° 30° 30°
Tidak
Dipoton
g
Awal 7,5 6,2 6,2 9 6,5 6 8,5 6,2 6,2 8,6
Akhir 9 8,5 8,5 9 8,1 8 8,5 8,6 8,2 8,9
Sudut 20° 10° 30° 30° 10° 30° 40° 30° 20° 30°
.4.1.9. Acara 11 : Kurva Sigmoid Petumbuhan Tanaman
 Hasil Pengamatan hari ke-5 sampai hari ke-17 (interval 2 hari)
Perlakuan
Panjang Daun Hari ke -
5 7 9 11 13 15 17
Gelap
1 7,6 8,2 8,6 9 9,5 9,8 10,3
2 7,4 7,7 8,1 8,5 9 9,3 9,5
3 7,5 7,9 8,4 9 9,5 9,7 9,9
4 6,6 7 7,3 7,6 8 8,4 8,7
5 8,6 9,3 10 10,7 11,5 11,8 12,4
6 8 8,7 9 9,6 10 10,2 10,4
7 6,7 7,3 7,6 8,1 8,5 8,8 9,3
8 9 10,4 10,8 11,4 12 12,4 12,7
9 9,4 10 11,3 12 12,5 12,8 13
10 8 8,7 9,3 10 11 11,3 11,6
Rerata 8.33 8.5 9.5 10 10 10,45 13
Terang
1 5,5 6 6,4 7 7,5 7,9 8,3
2 4,8 5,5 5,9 6,6 7 7,2 7,6
3 4,5 4,9 5,6 6,1 6,5 6,8 7
4 5 5,7 6,1 6,7 7 7,4 7,6
5 7,9 8,5 8,9 9,5 10 10,3 10,7
6 5,3 5,7 6,1 6,7 7,2 7,5 7,7
7 5 6,4 7,3 7,8 8,5 8,8 9
8 6 6,5 7,1 7,7 8,2 8,5 8,9
9 6,5 7 7,7 8,6 9 9,3 9,5
10 4,5 4,9 5,6 - - - -
Rerata 5.33 6,5 6,67 7 8,25 7,37 8
.4.2. Pembahasan
.1.2.1. Acara 2 : Karbohidrat Dalam Tanaman
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, untuk perlakuan tanaman daun
segar Mahoni dan karet yang ditutup dengan aluminium foil terdapat sedikit
bercak berwarna ungu yang menunjukkan adanya amilum di daun tersebut.
Semua faktor tersebut mempengaruhi fotosintesis, yang paling
membatasi hanyalah faktor ketersediaan air. Perbedaan warna antara daun
yang tertutup kertas aluminium foil dengan bagian daun yang terbuka yaitu
pada daun yang tidak ditutupi aluminium foil akan tampak bercak berwarna
ungu yang menandai bahwa pada daun telah terjadi proses fotosintesis. Hal ini
disebabkan karena kertas aluminium foil mempunyai sifat memantulkan
cahaya matahari sehingga fotosintesis tidak dapat berlangsung. Berbeda
dengan daun yang tidak mendapat perlakuan, akan tampak sedikit bercak-
bercak berwarna ungu kehitam-hitaman yang menandakan adanya amilum.
Pada daun yang ditutupi oleh aluminium foil masih dapat melakukan respirasi
dan transpirasi walaupun tidak mendapat sinar matahari yang cukup, hal ini
jelas terlihat adanya amilum pada daun dengan jumlah yng sedikit. Namun
pada daun yang tidak mendapat perlakuan terdapat banyak amilum sebagai
tanda melakukan proses fotosintesis.
Dari perbedaan warna yang terjadi atas perbedaan perlakuan
menunjukkan bagian daun yang berbeda warna disebabkan oleh faktor
kurangnya cahaya matahari, sehingga daun tersebut tidak dapat melaksanakan
fungsi fisiologisnya secara sempurna. Dengan kata lain, secara umum
fotosintesis hanya dapat berlangsung jika ada cahaya matahari yang cukup
mengenai permukaan daun yang ditandai dengan adanya amilum pada daun.
Proses pembentukan karbohidrat pada fotosintesis, daun yang diberi perlakuan
dengan dipanaskan pada air mendidih kemudian dimasukkan dalam alkohol
panas mengakibatkan pigmen daun jadi luntur. Daun yang semula berwarna
hijau tua berubah menjadi hijau muda. Hal ini dimaksudkan agar ada tidaknya
amilum pada daun dapat terlihat dengan jelas pada saat daun tersebut dicuci
dengan larutan iodine.
Perebusan dilakukan agar sel dalam daun mati dan menjadikan sel-sel
daun lebih permeable. Memasukkan daun dalam alkohol bertujuan untuk
melarutkan klorofil dan menjadikan amilum lebih mudah bereaksi. Setelah itu
meletakkan daun pada cawan untuk ditetetsi permukaan daun dengan larutan
iodine sampai merata. Perlakuan ini membuat daun menjadi berwarna ungu
kehitam-hitaman yang menunjukkan adanya amilum dalam jaringan daun.
Larutan iodine disini berfungsi untuk memberikan warna pada daun agar dapat
dibedakan bagian daun yang mengandung amilum dan tidak.
Setelah dimasukkan dalam larutan iodine, daun yang telah ditutup
sebelumnya berwarna agak kebiru-tuaan disekitar pinggir – pinggirnya dan di
bagian – bagian yang tidak ditutupi lainnya, sedangkan bagian tengahnya atau
bagian yang ditutupi berwarna sedikit lebih cerah. Hal ini disebabkan karena
pada bagian yang ditutup tidak terjadi proses fotosintesis, sehingga dibagian
tersebut tidak terdapat amilum yang ditunjukkan oleh warna ungu kehitaman.
Sedangkan pada daun yang tidak ditutup warna ungu kehitamannya akan
merata diseluruh bagiannya, karena pada seluruh bagian permukaan daun
terjadi proses fotosintesis.
.1.2.2. Acara 3 : Transpirasi
Pengurangan air pada daun tanaman mahoni (Swietenia mahagoni)
yang diperlakukan biasa atau tanpa kipas angin, untuk ulangan pertama
pengurangan air sebanyak 300 ml dan ulangan kedua pengurangan air
sebanyak 100 ml yang berarti laju transpirasinya tinggi. Sedangkan
pengurangan air pada daun tanaman mahoni (Swietenia mahagoni) yang
diperlakukan berangin atau dengan kipas angin, untuk ulangan pertama
pengurangan air sebanyak 100 ml dan ulangan kedua pengurangan air
sebanyak 100 ml yang berarti laju transpirasinya rendah.
Pengurangan air pada daun tanaman akasia (Accacia mangium) yang
diperlakukan biasa atau tanpa kipas angin, untuk ulangan pertama
pengurangan air sebanyak 0 ml dan ulangan kedua pengurangan air sebanyak 0
ml yang berarti laju transpirasinya rendah. Sedangkan pengurangan air pada
daun tanaman akasia (Accacia mangium) yang diperlakukan berangin atau
dengan kipas angin, untuk ulangan pertama pengurangan air sebanyak 0 ml
dan ulangan kedua pengurangan air sebanyak 300 ml yang berarti laju
transpirasinya meningkat.
Perbedaan pengurangan air pada perlakuan tanpa kipas angin atau biasa
dengan pengurangan air pada perlakuan berangin atau dengan kipas angin
dipengaruhi oleh faktor luar seperti radiasi, temperatur, kelembaban udara,
tekanan udara, angin, keadaan air dalam tanah. Diantaranya yaitu angin yang
mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju
transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin
menurunkan kelembaban udara diatas stomata, sehingga meningkatkan
kehilangan neto air. Namun jika angin menyapu daun, maka akan
mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan menurun dan hal ini dapat
menurunkan tingkat transpirasi. Dan kelembaban, bila daun mempunyai
kandungan air yang cukup dan stomata terbuka, maka laju transpirasi
bergantung pada selisih antara konsentrasi molekul uap air di dalam rongga
antar sel di daun dengan konsentrasi molekul uap air di udara.
Perbedaan kecepatan pengurangan air pada daun tanaman mahoni
(Swietenia mahagoni) dengan pengurangan air pada daun tanaman akasia
(Accacia mangium) dipengaruhi oleh faktor dalam antara lain besar kecilnya
daun, tebal tipisnya daun, lapisan lilin pada permukaan daun, banyak
sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan
letak stomata. Pada pada daun tanaman mahoni (Swietenia mahagoni) laju
transpirasinya meningkat dan lebih cepat dibandingkan dengan daun tanaman
akasia (Accacia mangium) karena pada daun tanaman mahoni (Swietenia
mahagoni) memiliki daun yang lebih besar, lapisan lilin lebih tebal dan daun
yang tebal sehingga menyebabkan laju transpirasi meningkat. Sedangkan pada
daun tanaman akasia (Accacia mangium) memiliki daun yang kecil, tipis dan
lapisan lilin yang tipis. Sehingga menyebabkan laju transpirasi pada daun
tanaman mahoni (Swietenia mahagoni) lebih tinggi dibandingkan dengan daun
tanaman akasia (Accacia mangium).
.1.2.3. Acara 4 : Jaringan Pengangkut Air
Rata – rata air yang diserap stek yang kondisi xilemnya ditutup
dengan vaseline pada hari ke-4 adalah untuk x1 100 ml (daun 10 hijau semua),
x2 200 ml (7 daun kuning, 1 hijau) dan x3 200 ml (3 daun hijau semua).
Adapun rata – rata air yang diserap stek yang kondisi xilemnya ditutup
dengan vaseline pada hari ke-10 adalah untuk x1 300 ml (daun 10 hijau
semua), x2 100 ml (semua daun gugur), dan x3 200 ml (semua daun gugur).
Kondisi morfologi ini disebabkan karena pada dasarnya xilem merupakan
jaringan kompleks karena terdiri dari beberapa tipe sel yang berbeda, baik
yang hidup maupun tidak hidup. Penyusun utamanya adalah trakeid dan trakea
sebagai saluran transpor dan penyokong. Dari keterangan tersebut telah dapat
membuktikan jaringan pengangkutan unsur hara yang ada di air dilakukan
oleh jaringan xylem. Berarti dengan adanya jaringan xilem yang mengangkut
unsur hara, tanaman dapat melakukan proses metabolismenya sehingga
tanaman dapat hidup, jika hal ini tidak terjadi maka tanaman akan mati.
Rata – rata air yang diserap stek yang kondisi floemnya ditutup dengan
vaseline pada hari ke-4 adalah untuk f1 100 ml (8 daun hijau semua), x2 0 ml
(2 daun kuning, 5 hijau), dan x3 0 ml (5 daun kuning, 6 hijau). Kondisi
morfologi stek masih terlihat segar dengan kata lain tanaman tersebut masih
tumbuh dengan baik. Adapun rata – rata air yang diserap stek yang kondisi
floemnya ditutup dengan vaseline pada hari ke-10 adalah untuk f1 200 ml (2
daun kuning, 6 hijau), f2 100 ml (semua daun gugur), dan f3 100 ml (semua
daun gugur) . Kondisi morfologi ini disebabkan karena yang paling berperan
dalam proses penyerapan unsur hara adalah jaringan xilem sedangkan jaringan
floem hanya menebarkan makannya yang dihasilkan dari proses fotosintesis
keseluruh bagian tanaman, sehingga tidak terlalu berpengaruh besar dalam
proses pertumbuhan.
Rata – rata air yang diserap stek yang kondisi kontrol pada hari ke-4
adalah untuk k1 100 ml (1 daun gugur, 3 kuning), k2 200 ml (11 daun hijau
semua), dan k3 200 ml (1 daun kuning, 9 hijau). Adapun rata – rata air yang
diserap cabang tanaman berkayu yang kontrol pada hari ke-10 adalah untuk k1
100 ml (semua daun gugur), k2 100 ml (5 daun gugur, 5 hijau), dan k3 100 ml
(1 daun kuning, 2 hijau, 7 gugur). Kondisi morfologi ini disebabkan karena
pada morfologi dari tanaman tersebut yakni tanaman terlihat segar hal ini
membuktikan bahwa memang jaringan pengangkutan hara tanaman dari tanah
yang diserap oleh akar diangkut oleh jeringan xilem dan juga hasil fotosintesis
disebarkan kembali keseluruh bagian tanaman melalui jaringan floem hal ini
nampak pada cabang tanaman berkayu yang terletak diluar terlihat masih
segar, tidak mengkerut dan tidak kering. Teori vertikal mengatakan
perjalanan air seperti ini hanya dapat terlaksana karena pertolongan sel-sel
hidup, dalam hal ini adalah sel-sel parenkim kayu dan sel-sel jaringan empulur
yang ada disekitr xylem. Pembuluh xylem dapat juga dipandang sebagai
pembuluh kapiler, sehingga air naik di dalamnya sebagai akibat dari adhesi
antara dinding xylem dengan molekul-molekul air. hal inilah yang
menyebabkan masuknya air dalam tanaman
.1.2.4. Acara 5 : Pengamatan Daerah Tumbuh Tanaman
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, kecambah kacang hijau
1 sampai dengan kecambah kacang hijau ke 10 tidak memperlihatkan
perubahan yang signifikan. Hal ini disebabkan karena sel-sel dalam organ akar
tersebut tidak mengalami pembelahan sehingga ukuran panjang pada akar
tidak mengalami pertambahan panjang. Kemungkinan lain sel-sel dalam
jaringan masih beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ketersediaan
nutrisinya terbatas sehingga pembelahan terhambat.
Pada setiap tanaman semuanya mengalami pertambahan panjang pada
interval yang paling ujung. Hasil yang diperoleh beragam yaitu untuk
pertambahan jarak interval kecambah kacang hijau untuk perlakuan pertama
adalah pada kecambah 2 mengalami pertambahan jarak interval 1 mm ulangan
ke 4 – 8 saja, kecambah 3 hanya ulangan ke 9 dan 10, kecambah 5 hanya
ulangan 9 dan 10, kecambah 6 hanya ulangan 10, dan kecambah 7 hanya
ulangan ke 9 dan 10 yang bertambah masing – masing 1 mm. Untuk
pertambahan jarak interval 20mm hanya kecambah 1, 2, 4, 8, 9, 10 saja yang
bertambah 1 mm dari 20 mm menjadi 21 ml.
Hal ini menunjukkan bahwa sel-sel yang terdapat pada ujung akar
tanaman tersebut bersifat moristematik, dimana sel-sel pada ujung akar sangat
aktif membelah yang diakibatkan oleh oleh sitoplasma yang padat sehingga
ruang antar sel hampir tidak ada dan bersifat adaptif terhadap kondisi
lingkungan. Sedangkan daerah yang kurang mengalami pertambahan terdapat
pada daerah pangkal akar, karena sebagian besar pembelahan sel sudah lama
terhenti, karena hormon pertumbuhan (auksin) pada daerah tersebut kadarnya
menjadi sangat rendah. Pertumbuhan memanjang pada tumbuhan terjadi di
titik tumbuh apikal baik di ujung batang maupun diujung akar. Pada percobaan
ini, daerah titik tumbuh yang diamati adalah titik tumbuh apikal yang berada
di ujung akar. Pada daerah ini sel – sel aktif membelah (bersifat embrionik)
sehingga memudahkan pengamatan pada daerah tumbuh tersebut.
Kecambah tumbuh normal bila keadaan lingkungannya lembab
(pengaruh kelembaban), sehingga pada perlakuan biji yang ditutup keras
saring dan ditutup mengkondisikan keadaan yang lembab. Perkembangan dan
pertumbuhan akar kecambah yang telah diintervalkan menghasilkan
pertumbuhan deferensial / pemanjangan akar kecambah pada masing-masing
interval. Pada pemanjangan batang kecambah terjadi proses perpanjangan dan
pertumbuhan yang semakin bertambah pada bagian epikotil, yaitu sejak
kotiledon berkecambah kecil hingga memiliki batang kotiledon yang jelas.
.1.2.5. Acara 7 : Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Kecambah
Dari percobaan ini dapat diketahui bagaimana pentingnya cahaya
terhadap perkecambahan. Kecambah akan cepat tumbuh jika ada rangsangan
cahaya. Dan dari hasil data perkecambahan dalam terang dan gelap diperoleh
data bahwa perlakuan gelap rata – rata panjang total dari kecambah lebih
panjang pertumbuhannya dibandingkan dengan perlakuan terang. Ini
dikarenakan pada tempat yang gelap tanaman lebih menggunakan cadangan
makanan dalam endosperm atau kotiledon lebih banyak digunakan untuk
memperbesar dan memperpanjang batang.
Pada kecambah perlakuan gelap warna hijau pucat, fotoklorofil
menuju ke klorofil yang sulit terjadi. Sedangkan pada kecambah terang
fotoklorofil mudah menuju ke klorofil sehingga butuh cahaya dan suhu dingin.
Kecambah gelap ini disertai dengan adanya ruas yang lebih panjang, etiolasi
karena di tempat gelap lebih efektif daripada tempat gelap. Hal ini dapat
dikatakan bahwa pada daerah terang kemungkinan kotiledonnya mengalami
kelayuan atau juga kotiledonnya semakin kecil dibandig dengan daerah gelap.
Biji memerlukan tempat yang lembab agar kecambah lebih cepat tumbuh tapi
dalam hal ini bukan berarti tidak memerlukan cahaya matahari untuk proses
fotosintesis.
Cahaya berpengaruh pada kecambah dengan proses fotochemical yang
dilakukan oleh pigmen hijau. Biji dengan bantuan cahaya tumbuh menjadi
kecambah relatif begitu juga dengan biji yang tumbuh tanpa cahaya tidak
begitu jauh perkiraan ukuran biji yang menjadi kecambah.
Kecambah yang berada di tempat gelap akan terisolasi, dan tampak
pucat pada batang, daun dan batangnya pun lebih lemah, dan kecambah pada
praktikum ini keadaannya tidak jauh berbeda pada tempat yang gelap dan
tempat terang. Sedangkan berat kecambah pada tempat terang lebih berat bila
dibandingkan dengan berat kecambah pada tempat gelap. Hal ini dipengaruhi
oleh pembentukan batang dimana pertumbuhan atau cadangan makanan di
tempat terang lebih banyak digunakan. Dan di tempat gelap kotiledonnya tidak
banyak digunakan.
.1.2.6. Acara 8 : Pengaruh Auksin Terhadap Pertumbuhan Akar
Pada pengamatan stek yang diberi perlakuan laruatan Auksin (IAA)
diketahui bahwa tidak ada pertambahan jumlah akar dan panjang akar selama
pengamatan 2 minggu. Ini bias terjadi mungkin perlakuan yang diberikan
salah atau waktunya yang kurang lama untuk menunggu akarnya tumbuh.
.1.2.7. Acara 9 : Dominansi Apikal & Penghambatan Pertumbuhan
Dari hasil pengamatan didapat pada perlakuan semai Durian yang
dipotong tepat di bawah daun paling atas dan diberi Lanolin + IAA didapatkan
rerata pertambahan panjang daun lateral awal adalah 11,93 ml dan rerata
diameternya adalah 30 ml. Setelah 1 minggu rerata panjang daun adalah 12,2
mm dan rerata diameter 30 mm.
Pada perlakuan semai Durian yang dipotong tepat di bawah daun
paling atas dan diberi Lanolin saja didapatkan rerata pertambahan panjang
daun lateral awal adalah 11,96 ml dan rerata diameternya adalah 20 mm.
Setelah 1 minggu rerata panjang daun adalah 12,4 mm dan rerata diameter
26,27 mm.
Pada perlakuan semai Durian yang dipotong tepat di bawah daun
paling atas yang kontrol saja didapatkan rerata pertambahan panjang daun
lateral awal adalah 11,3 ml dan rerata diameternya adalah 23,3 mm. Setelah 1
minggu rerata panjang daun adalah 13,8 mm dan rerata diameter 23,3 mm.
Dari hasil pengamatan diperoleh data dimana dengan penambahan
vaseline dengan IAA maka pembentukan tunas aksiler yang berdekatan
dengan bagian yang diberi zat tersebut terhambat. Bila meristem apikal
dipotong, tunas dan tunas aksiler akan berkembang menjadi cabang. Bila
ujung tanaman dirusak maka akan terbentuk pertumbuhan kuncup lateral
sehingga kuncup terminal dikatakan melakukan pengaruh dominasi terhadap
pertumbuhannya.
Bila meristem apikal diganti dengan sumber IAA atau vaseline,
pertumbuhan tunas aksiler akan terhambat. Dari data terlihat bahwa perlakuan
dengan penambahan IAA menghasilkan panjang daun lateral lebih besar
daripada vaseline atau kontrol. Pemberian auksin memacu terjadinya
pertumbuhan tunas lateral dan menghambat tunas aksilar. Diameter batang
pada perlakuan vaseline dan IAA saja lebih besar vaseline, namun lebih kecil
atau sama dengan kontrol. Pertambahan diameter pada kontrol berjalan dengan
normal.
Dominasi apikal tersebut menyebabkan tanaman dapat tumbuh lebih
tinggi dan meningkatkan eksposur tanaman terhadap cahaya matahari.
Produksi auksin oleh tunas apikal berdifusi ke arah bawah tumbuhan
mengikuti gaya gravitasi serta menghambat pertumbuhan tunas lateral.
Pemotongan tunas apikal beserta hormonnya akan menyebabkan tunas lateral
dorman yang terletak di bawah untuk mulai tumbuh. Ketika tunas apikal
dihilangkan, sumber auksin dihapus. Konsentrasi auksin yang jauh lebih
rendah menyebabkan tunas lateral terpacu untuk tumbuh. Tunas lateral akan
lebih sensitif terhadap auksin daripada tunas apikal. Kemudian, tunas yang
berada diantara ketiak daun dan batang menghasilkan percabangan baru yang
akan berkompetisi untuk menjadi titik tumbuh.
.1.2.8. Acara 10 : Geotropi
Dari hasil percobaan dapat dilihat dengan perlakuan akarnya dipotong
sedikit bahwa panjang akar kecambah selama 1 minggu adalah sebagai berikut
:
untuk kecambah 1 dengan pertambahan panjang akar kecambah 1,1cm.
untuk kecambah 2 dengan pertambahan panjang akar kecambah 0,3cm,
untuk kecambah 3 dengan pertambahan panjang akar kecambah 0,2cm,
untuk kecambah 4 dengan pertambahan panjang akar kecambah 0 cm,
untuk kecambah 5 dengan pertambahan panjang akar kecambah 01 cm,
untuk kecambah 6 dengan pertambahan panjang akar kecambah 0 cm,
untuk kecambah 7 dengan pertambahan panjang akar kecambah 0 cm,
untuk kecambah 8 dengan pertambahan panjang akar kecambah 0 cm,
untuk kecambah 9 dengan pertambahan panjang akar kecambah 0,2 cm
untuk kecambah 10 dengan pertambahan panjang akar kecambah 0 cm.
Pertambahan panjang akar kecambah dengan perlakuan akar tidak
dipotong adalah :
untuk kecambah 1 dengan pertambahan panjang akar kecambah 1,5cm.
untuk kecambah 2 dengan pertambahan panjang akar kecambah 2,3cm,
untuk kecambah 3 dengan pertambahan panjang akar kecambah 2,3cm,
untuk kecambah 4 dengan pertambahan panjang akar kecambah 0 cm,
untuk kecambah 5 dengan pertambahan panjang akar kecambah 1,6cm,
untuk kecambah 6 dengan pertambahan panjang akar kecambah 2 cm,
untuk kecambah 7 dengan pertambahan panjang akar kecambah 0 cm,
untuk kecambah 8 dengan pertambahan panjang akar kecambah 2,4
cm,
untuk kecambah 9 dengan pertambahan panjang akar kecambah 2 cm
untuk kecambah 10 dengan pertambahan panjang akar kecambah 0,3 cm.
Dari hasil ini, didapatkan pertambahan panjang akar dan pertambahan
panjang batang kecambah yang berbeda. Perbedaan tersebut terjadi
dikarenakan panjang kecambah yang digunakan berbeda- beda, ada yang
dipotong dan tidak dipotong.
Untuk kecambah yang ujung akarnya dipotong, pertambahan panjang
pada akarnya cukup besar, namun pertambahan panjang batang kecambah
tidak begitu tampak. Seharusnya pertambahan pada akar yang ujungnya
dipotong hanya sedikit, karena titik tumbuh yang terletak pada ujung akarnya
telah dipotong sehingga tidak terjadi diferensiasi. Walaupun terjadi hanya
sedikit. Kesalahan pada prakktikum ini diduga disebabkan karena kesalahan
pengukuran oleh praktikan. Pada akar yang tidak ujung dipotong, pertambahan
panjang akar kecambah cukup besar. Hal ini disebabkan karena daerah
tumbuh yang terletak pada ujung akar tidak dipotong, sehingga proses
pertumbuhan kecambah pun menjadi lebih cepat dan tidak terhambat.
.1.2.9. Acara 11 : Kurva Sigmoid Petumbuhan Tanaman
Pada praktikum ini yaitu menggunakan jagung yang bertujuan untuk
mengamati daun dari embrio dalam biji sampai mencapai ukuran tetap pada
tanaman tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka
dapat diperoleh hasil pengamatan yaitu dimana titik awal pengukuran dari
daun tersebut diawali dengan kotiledon. Pengamatan dilakukan dengan cara
menanam 10 biji jagung kedalam polibag dengan menggunakan media tanah.
Untuk pengamatan di tempat gelap pada hari ke-5, 7, 9, 11, 13, 15, dan 17
rerata panjang daun jagung secara berurutan adalah 8,33 cm; 8,5; 9,5cm;
10cm; 10cm; 10cm; 10,45; 13 cm
Untuk pengamatan pada tempat terang, rerata panjang daun pada hari
ke-5, 7, 9, 11, 13, 15, 17 secara berturut-turut adalah 5,33 cm; 6,5 cm; 6,67
cm; 7 cm; 8,25 cm; 7,37 cm; dam 8 cm.
Pertumbuhan daun jagung ditempat terang menunjukan ukuran
kumulatif dari waktu ke waktu, dimana tanaman pada fase logaritmik dapat
dilihat dari hari ke-1 sampai pada hari ke-11. Hal ini sesuai dengan literatur
Salisbury dan Ross (1992) yang menyatakan bahwa kurva menunjukan ukuran
kumulatif sebagai fungsi dari waktu. Fase logaritmik berarti bahwa laju
pertumbuhan lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Laju
berbanding lurus terhadap ukuran organisme.
Tanaman pada tempat terang masih tetap tumbuh dibandingkan pada
tanaman tempat gelap karena tanaman tempat terang mendapatkan cahaya
yang cukup untuk melakukan proses fotosintesis sehingga kebutuhan
nutrisinya tetap terpenuhi. Sedangkan tanaman pada tempat gelap
pertumbuhannya terhambat hingga mati karena tanaman tidak mendapatkan
cahaya yang cukup untuk melakukan proses fotosintesis.
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
.5.1. Kesimpulan
.5.1.1. Acara 2 : Karbohidrat Dalam Tanaman
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
 Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusun amilum :
1. Temperatur
2. Pengaruh air
3. Konsentrasi ion-ion H+
4. Konsentrasi gula.
 Proses fotosintesis akan lebih baik bila daun langsung terkena sinar matahari
sehingga klorofil bekerja dengan sempurna.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis
1. Ketersediaan air
Kekurangan air menyebabkan daun layu dan stomata menutup,
akibatnya penyerapan karbon dioksida terhambat sehingga laju
fotosintesis menurun.
2. Intensitas cahaya
Makin tinggi intensitas cahaya makin banyak energi yang terbentuk,
sehingga mempercepat fotosintesis. Namun, intensitas cahaya yang
terlalu tinggi akan merusak klorofil dan mengurangi kecepatan
fotosintesis.
3. Konsentrasi karbondioksida (CO2)
 Tanaman sangat membutuhkan cahaya matahari untuk perkembangan dan
kelangsungan hidup.
.5.1.2. Acara 3 : Transpirasi
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Kecepatan relatif kehilangan air dari dalam tanaman dipengaruhi oleh
faktor – faktor, baik faktor dari dalam tumbuhan maupun faktor dari luar
tumbuhan.
a. Faktor internal : faktor yang berasal dari tumbuhan itu sendiri, antara
lain : besar – kecilnya daun, tebal – tipisnya daun, ada tidaknya lapisan
lilin pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan lokasi
stomata.
b. Faktor eksternal : faktor luar yang mempengaruhi proses transpirasi,
antara lain : radiasi, temperatur, kelembaban udara, tekanan udara, angin,
keadaan air dalam tanah.
2. Transpirasi bermanfaat sebagai proses pendiginan, tetapi bila transpirasi
mendinginkan daun, tentu proses fisika lain yang melakukan hal tersebut.
Bila tidak terjadi transpirasi, daun akan lebih panas beberapa derajat
.5.1.3. Acara 4 : Jaringan Pengangkut Air
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan pada Jaringan Pengangkutan Air
dapat dimbil kesimpulan :
1. Jaringan pengangkutan pada tanaman tingkat tinggi adalah xilem dan
floem
2. Pada sistem pengangkutan unsur hara dari luar bagian tanaman diserap
oleh akar dan di angkut oleh jaringan xilem untuk di masak di daun
3. Jaringan floem dalam pengangkuata air dan unsur hara tidak terlalu
berperan namun jaringan floen ini berperan dalam penyebaran hasil
fotosintesis dari daun keseluruh bagian tanaman.
4. Tanaman dapat tumbuh dengan baik jika tidak ada faktor - faktor
penghambat atau pun hambatan pada jaringan pengangkutan.
.5.1.4. Acara 5 : Pengamatan Daerah Tumbuh Tanaman
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa
daerah yang kurang mengalami pertambahan terdapat pada daerah pangkal
akar, karena sebagian besar pembelahan sel sudah lama terhenti, karena
hormon pertumbuhan (auksin) pada daerah tersebut kadarnya menjadi sangat
rendah. Pertumbuhan memanjang pada tumbuhan terjadi di titik tumbuh apikal
baik di ujung batang maupun diujung akar. Pada percobaan ini, daerah titik
tumbuh yang diamati adalah titik tumbuh apikal yang berada di ujung akar.
Pada daerah ini sel – sel aktif membelah (bersifat embrionik) sehingga
memudahkan pengamatan pada daerah tumbuh tersebut.
Kecambah tumbuh normal bila keadaan lingkungannya lembab
(pengaruh kelembaban), sehingga pada perlakuan biji yang ditutup keras
saring dan ditutup mengkondisikan keadaan yang lembab. Perkembangan dan
pertumbuhan akar kecambah yang telah diintervalkan menghasilkan
pertumbuhan deferensial / pemanjangan akar kecambah pada masing-masing
interval. Pada pemanjangan batang kecambah terjadi proses perpanjangan dan
pertumbuhan yang semakin bertambah pada bagian epikotil, yaitu sejak
kotiledon berkecambah kecil hingga memiliki batang kotiledon yang jelas.
.5.1.5. Acara 7 : Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Kecambah
Dari percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa :
 Cahaya berpengaruh pada kecambah dengan proses fotochemical yang
dilakukan oleh pigmen hijau. Biji dengan bantuan cahaya tumbuh menjadi
kecambah relatif begitu juga dengan biji yang tumbuh tanpa cahaya tidak
begitu jauh perkiraan ukuran biji yang menjadi kecambah.
 Perkecambahan yang dilakukan di tempat terang dan tempat gelap sama-
sama mempengaruhi keadaan morfologi tanaman itu sendiri baik keadaan
akar, batang, daun, dan lainnya.
 Proses perkecambahan yang terjadi pada tempat terang jauh lebih
sederhana dibandingkan dengan proses yang dilakukan tanpa cahaya,
karena pada proses ini tanaman melakukan pemecahan gula karbon dan
pemecahan terhadap senyawa ATP.
 Perkecambahan yang dilakukan pada saat terang, keadaan morfologinya
lebih diketahui daripada dalam keadaan gelap.
.5.1.6. Acara 8 : Pengaruh Auksin Terhadap Pertumbuhan Akar
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh maka dapat diambil kesimpulan
bahwa pengamatan pada praktikum ini gagal karena stek yang diberi auksin
dengan konsentrasi berbeda – beda tidak memperlihatkan perbedaan dan
akarnya tidak tumbuh sama sekali. Ini disebabkan bias dari praktikan yang
salah member perlakuan atau dari steknya dan atau dari bahan – bahan yang
disediakan lab.
.5.1.7. Acara 9 : Dominansi Apikal & Penghambatan Pertumbuhan
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
 Dominasi apikal adalah suatu prinsip distribusi auksin dalam organisasi
tumbuhan, dengan menekankan pertumbuhan ke arah atas (apikal) dan
mengesampingkan percabangan (lateral). Dominasi apikal dipicu oleh
produksi auksin pada bagian tunas apikal tanaman. Pemotongan tunas
apikal akan menyebabkan tunas lateral menjadi tumbuh, akibat auksin
yang bergerak ke bawah. Apabila ujung apikal yang telah terpotong
diberikan campuran pasta Vaseline dan IAA, maka auksin akan kembali
tersedia dan tunas lateral menjadi tidak terbentuk kembali.
 IAA (Asam Indol Asetat) berperan untuk merangsang dan memacu
pertumbuhan batang serta dapat memacu pembelahan meristematik pada
bagian apikal (ujung).
 Beberapa fungsi auksin lainnya (Anonim, 2008)
 Perkecambahan biji
 Pembentukan akar
 Pembungaan dan Pembuahan
 Mendorong partenokarpi
 Mengurangi gugurnya buah sebelum waktunya.
 Mematahkan dominanis pucuk atau apikal
.5.1.8. Acara 10 : Geotropi
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa
bila respon akar dan batang tumbuhan yng diletakkan horisontal
diperbandingkan akar akan berinteraksi geotropik positif, sedang batang
geotropik negatif. Pada kedua keadaan tersebut, posisi horisontal
mengakibatkan perpindahan IAA kebagian bawah akar dan batang.
Konsentrasi yang tinggi pada belahan bawah akar menghambat pemanjangan
sel, sedangkan konsentrasi IAA di belahan atas mendorong pemanjangan sel.
Hasil akhir dari kedua pengaruh ini, akar membengkok kebawah. Keadaan
sebaliknya terjadi pada batang konsentrasi IAA yang tinggi pada belahan
bawah batang mendorong pemanjangan sel dan konsentrasi yang rendah pada
belahan atas menurunkan pemanjangan sel. Proporsi zat-zat tubuh yang
berbeda mungkin merupakan penyebab insolasi tespon tumbuh yang berbeda
pada akar, batang dan organ-organ lainnya.
Bentuk tanggapan terhadap rangsangan tersebut bermacam-macam.
Rangsangan yang menyebabkan tumbuhan bergerak antara lain:
 cahaya , misalnya batang tanaman bergerak kearah datangnya cahaya
 gaya tarik bumi misalnya gerak tumbuhnya akar searah dengan arah
gaya tarik bumi
 sentuhan, misalnya tumbuhan putri malu akan mengatup jika disentuh.
.5.1.9. Acara 11 : Kurva Sigmoid Petumbuhan Tanaman
Adapun kesimpulan yang diperoleh dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1. Kurva sigmoid yaitu menggambarkan pertumbuhan tanaman secara cepat
pada fase vegetatif sampai titik tertentu akibat pertambahan sel tanaman
kemudian melambat dan akhirnya menurun pada fase senesen.
2. Tanaman pada tempat terang masih tetap tumbuh dibandingkan pada
tanaman tempat gelap karena tanaman tempat terang mendapatkan cahaya
yang cukup untuk melakukan proses fotosintesis sehingga kebutuhan
nutrisinya tetap terpenuhi. Seedangkan tanaman pada tempat gelap
pertumbuhannya terhambat hingga mati karena tanaman tidak
mendapatkan cahaya yang cukup untuk melakukan proses fotosintesis.
.5.2. Saran
 Pada praktikum selanjutnya sebaiknya praktikan lebih memperhatikan lagi
pada saat praktikum berlangsung, agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan kecil
yang bisa mempengaruhi hasil yang diperoleh.
 Alat dan bahan hendaknya dilengkapi lagi agar membantu proses berjalannya
kegiatan praktikum.
 Kalau bisa bahan yang digunakan memang suatu prosuk kehutanan, missal
tanaman kehutanan, tumbuhan kehutanan dan sebagainya.
 DAFTAR PUSTAKA

 Anonim. 2007. Bagaimana Cara Tumbuhan Bergerak.
http://blog.persimpangan.com/blog/2007/08/02/bagaimanakah-cara-tumbuhan-
bergerak/ Diakses Pada 25 Mei 2015.
 Anonim.2009.21ildahshiro.blogspot.com/…/fisiologi-tumbuhan-pengaruh-
auksin.html Diakses Pada 25 Mei 2015.
 Anonim.2009.ikaakmala-akmal.blogspot.com/…/dominasi-pertumbuhan.html
Diakses Pada 25 Mei 2015.
 Anonim. (2009) Sistem Transportasi dan Transpirasi dalam Tanaman.
[online]. Tersedia di : http://www.indoforum.org/showthread.php?t=34436.
Diakses Pada 25 Mei 2015.
 Anonim.2010.wawan-junaidi.blogspot.com/…/pengaruh-auksin-terhadap-
pemanjangan.html Diakses Pada 25 Mei 2015.
 Anonim
https://kelasabiologysciencecomunity.wordpress.com/2012/06/12/laporan-
fistum-transpirasi/ Diakses Pada 25 Mei 2015.
 Anonim. http://id.scribd.com/doc/40304699/Fistum-Jaringan-Pengangkutan-
Air. Diakses Pada 25 Mei 2015.
 Anonim. http://pidh05.blogspot.com/2010/12/laporan-praktikum-jaringan-
pengangkut.html. Diakses Pada 25 Mei 2015.
 Anonim. http://windme.blogspot.com/p/jaringan-pengangkut-xilem-kambium-
floem.html. Diakses Pada 25 Mei 2015.
 Anonim. http://yuhayalissera.blogspot.com/2010/09/pengaruh-cahaya-
terhadap-kecambah.html Diakses Pada 25 Mei 2015.
 Campbell, N. A., Reece, J. B. dan Mitchell, L.G., 1999, Biologi, Erlangga,
Jakarta.
 Campbell. 2002.. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
 Dwidjoseputro, D. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT.
Gramedia
 Dwidjoseputro, D., 1994, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, PT Gramedia,
Jakarta.
 Fahn, A., 1992, Anatomi Tumbuhan Edisi ke 3, UGM University, Yogyakarta.
 Fressenden R. J., 1997, Plant and Introduction to Modern Botany, Macmillan
Publishing Co., Inc, New York.
 Heddy, S., 1987, Biologi Pertanian, Rajawali Press, Jakarta.
 Heddy, S., 2000. Hormon Tumbuhan. Rajawali, Jakarta. Indradewa. D., 2009.
Fisiologi Tumbuhan. www.faperta.ugm.ac.id. Diakses Pada 25 Mei 2015.
 Hopkins, 1995, Biologi, ITB, Bandung.
 Kaufman, P. B., Labavitch, J., Prouty, A. A. dan Ghosheh, N. S., 1975,
Laboratory Experiment in Plant Physiology, Macmillan Publishing Co., Inc,
New York.
 Kimball, John. W., 1989, Biologi Jilid I Edisi kelima, Erlangga, Jakarta.
 Kimbal, 1992. Tinjauan Konseptual Model Pertumbuhan dan Hasil Tegakan
Hutan. USU-Digital Library. Medan.
 Lakiatan, B. 1994. Dasar-
Dasar Fisiologi Tumbuhan. Universitas Sriwijaya.Palembang
 Lakitan, 2000, Fisiologi Tanaman, PT Bina Aksara, Jakarta.
 Loveless, A. R., 1991, Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah
Tropik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
 Loveless, 1994, Study Guide to Accompany Botany, Chesther Bistane Toronto,
Singapore
 Mukhtarom, 2009. Fungsi Auksin. http://mukhtarom-ali.blogspot.com.
Diakses Pada 25 Mei 2015.
 Nopi. 2009. Fototrofisme.
http://nopiblogspot.blogspot.com/2009/01/fototropisme.html Diakses Pada 25
Mei 2015.
 Prawiranta, W et al.1997.Dasar-
Dasar Fisiologi Tumbuhan.Departemen Botani Fakultas Pertanian IPB.Bogor
 Rinaldi. 2010. Mengamati Gerak Fototropisme. Diakses Pada 25 Mei 2015.
http://rinaldi89.blogspot.com/2010/01/mengamati-gerak-fototropisme-
dan.html
 Saleh, M.S., 2003. Asam Indole Acetic Acid. Surya Indah, Magelang.
Suwasono, 1983. Pengaruh Auksin Terhadap Pertumbuhan. Mina Raharja,
Bandung.
 Salisbury dan Ross. 1991. Fisiologi Tumbuhan. ITB, Bandung.
 Salisburry, F.B dan C. W. Ross.1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid I.Penerbit
ITB.Bandung
 Salisburry,F. B. dan Ross W. C., 1992, Fisiologi Tumbuhan Jilid 2, ITB Press,
Bandung.
 Salisbury, F. B. dan Ross, C. W., 1992, Fisiologi Tumbuhan Jilid III, ITB,
Bandung
 Salisbury, F.B dan C.W. Ross., 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid Tiga Edisi
Keempat. ITB-Press. Bandung.
 Uya. 2010. Gerak Pada Tumbuhan. http://id.shvoong.com/exact-
sciences/biology/2011994-gerak-pada-tumbuhan/ Diakses Pada 25 Mei 2015.
 Suharjo, Usman K.J. 2011. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Fisiologi
Tanaman. Universitas Bengkulu: Bengkulu.
 Tjitrosoepomo, G., 1999. Botani Umum 2. Angkasa. Bandung.

More Related Content

What's hot

EKOLOGI HUTAN
EKOLOGI HUTANEKOLOGI HUTAN
EKOLOGI HUTANEDIS BLOG
 
MAKALAH PENUAAN DAN PENGGUGURAN FISIOLOGI TUMBUHAN
MAKALAH PENUAAN DAN PENGGUGURAN FISIOLOGI TUMBUHAN MAKALAH PENUAAN DAN PENGGUGURAN FISIOLOGI TUMBUHAN
MAKALAH PENUAAN DAN PENGGUGURAN FISIOLOGI TUMBUHAN Ida Agustina
 
Laporan jaringan pengankut air(LIMITED EDITION)
Laporan jaringan pengankut air(LIMITED EDITION)Laporan jaringan pengankut air(LIMITED EDITION)
Laporan jaringan pengankut air(LIMITED EDITION)Malikul Mulki
 
Penyakit hutan
Penyakit hutanPenyakit hutan
Penyakit hutanbayu meido
 
Makalah Panen dan Pascapanen
Makalah Panen dan PascapanenMakalah Panen dan Pascapanen
Makalah Panen dan PascapanenGoogle
 
Laporan pengaruh cahaya terhadap tanaman
Laporan pengaruh cahaya terhadap tanamanLaporan pengaruh cahaya terhadap tanaman
Laporan pengaruh cahaya terhadap tanamanFirlita Nurul Kharisma
 
Penetapan potensial air jaringan
Penetapan potensial air  jaringanPenetapan potensial air  jaringan
Penetapan potensial air jaringanEkal Kurniawan
 
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHlaporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHAlfian Nopara Saifudin
 
Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Mohammad Muttaqien
 
Pengaruh cahaya matahari terhadap tumbuhan
Pengaruh cahaya matahari terhadap tumbuhanPengaruh cahaya matahari terhadap tumbuhan
Pengaruh cahaya matahari terhadap tumbuhanmuhammad123syafii
 
Laporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspal
Laporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspalLaporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspal
Laporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspalJoel mabes
 
IDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMAIDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMANovia Dwi
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan VIII Pengaruh Hormon Auksin Terhadap Pemanjangan J...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VIII Pengaruh Hormon Auksin Terhadap Pemanjangan J...Laporan Fisiologi Tumbuhan VIII Pengaruh Hormon Auksin Terhadap Pemanjangan J...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VIII Pengaruh Hormon Auksin Terhadap Pemanjangan J...UNESA
 
Laporan praktikum kultur jaringan andria unib
Laporan praktikum kultur jaringan andria unibLaporan praktikum kultur jaringan andria unib
Laporan praktikum kultur jaringan andria unibAndria Bin Muhayat
 
Metabolisme lipid pada tumbuhan
Metabolisme lipid pada tumbuhanMetabolisme lipid pada tumbuhan
Metabolisme lipid pada tumbuhanawarisusanti
 

What's hot (20)

EKOLOGI HUTAN
EKOLOGI HUTANEKOLOGI HUTAN
EKOLOGI HUTAN
 
MAKALAH PENUAAN DAN PENGGUGURAN FISIOLOGI TUMBUHAN
MAKALAH PENUAAN DAN PENGGUGURAN FISIOLOGI TUMBUHAN MAKALAH PENUAAN DAN PENGGUGURAN FISIOLOGI TUMBUHAN
MAKALAH PENUAAN DAN PENGGUGURAN FISIOLOGI TUMBUHAN
 
Laporan jaringan pengankut air(LIMITED EDITION)
Laporan jaringan pengankut air(LIMITED EDITION)Laporan jaringan pengankut air(LIMITED EDITION)
Laporan jaringan pengankut air(LIMITED EDITION)
 
Laporan Budidaya KARET
Laporan Budidaya KARETLaporan Budidaya KARET
Laporan Budidaya KARET
 
Penyakit hutan
Penyakit hutanPenyakit hutan
Penyakit hutan
 
Fisiologi Tumbuhan
Fisiologi TumbuhanFisiologi Tumbuhan
Fisiologi Tumbuhan
 
Translokasi
Translokasi Translokasi
Translokasi
 
Makalah Panen dan Pascapanen
Makalah Panen dan PascapanenMakalah Panen dan Pascapanen
Makalah Panen dan Pascapanen
 
Laporan pengaruh cahaya terhadap tanaman
Laporan pengaruh cahaya terhadap tanamanLaporan pengaruh cahaya terhadap tanaman
Laporan pengaruh cahaya terhadap tanaman
 
Penetapan potensial air jaringan
Penetapan potensial air  jaringanPenetapan potensial air  jaringan
Penetapan potensial air jaringan
 
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHlaporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
 
Kultur teknis
Kultur teknisKultur teknis
Kultur teknis
 
Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)
 
Pengaruh cahaya matahari terhadap tumbuhan
Pengaruh cahaya matahari terhadap tumbuhanPengaruh cahaya matahari terhadap tumbuhan
Pengaruh cahaya matahari terhadap tumbuhan
 
Laporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspal
Laporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspalLaporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspal
Laporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspal
 
IDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMAIDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMA
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan VIII Pengaruh Hormon Auksin Terhadap Pemanjangan J...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VIII Pengaruh Hormon Auksin Terhadap Pemanjangan J...Laporan Fisiologi Tumbuhan VIII Pengaruh Hormon Auksin Terhadap Pemanjangan J...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VIII Pengaruh Hormon Auksin Terhadap Pemanjangan J...
 
Laporan praktikum kultur jaringan andria unib
Laporan praktikum kultur jaringan andria unibLaporan praktikum kultur jaringan andria unib
Laporan praktikum kultur jaringan andria unib
 
Metabolisme lipid pada tumbuhan
Metabolisme lipid pada tumbuhanMetabolisme lipid pada tumbuhan
Metabolisme lipid pada tumbuhan
 
Agroforestri
AgroforestriAgroforestri
Agroforestri
 

Viewers also liked

fisiologi tumbuhan - water deficit
fisiologi tumbuhan - water deficitfisiologi tumbuhan - water deficit
fisiologi tumbuhan - water deficitAisAisyah
 
Presentasi pertama rspo
Presentasi pertama rspoPresentasi pertama rspo
Presentasi pertama rspoLKPP-SUMSEL
 
Praktikum ii geotropisme dan hidrotropisme (mawar)
Praktikum ii geotropisme dan hidrotropisme (mawar)Praktikum ii geotropisme dan hidrotropisme (mawar)
Praktikum ii geotropisme dan hidrotropisme (mawar)aris trea
 
Laporan estimasi water potensial(LIMITED EDITION)
Laporan estimasi water potensial(LIMITED EDITION)Laporan estimasi water potensial(LIMITED EDITION)
Laporan estimasi water potensial(LIMITED EDITION)Malikul Mulki
 
Makalah pemuliaan tanaman
Makalah pemuliaan tanamanMakalah pemuliaan tanaman
Makalah pemuliaan tanamanedhie noegroho
 
Laporan praktikum biologi Pertumbuhan dan Perkembangan
Laporan  praktikum biologi Pertumbuhan dan PerkembanganLaporan  praktikum biologi Pertumbuhan dan Perkembangan
Laporan praktikum biologi Pertumbuhan dan PerkembanganWafiqhah Abbas
 
Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri Awal Rahmad
 
LAPORAN BIOLOGI : Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Perke...
LAPORAN BIOLOGI : Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Perke...LAPORAN BIOLOGI : Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Perke...
LAPORAN BIOLOGI : Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Perke...Ke Ditha
 
LAPORAN HASIL PENELITIAN MENGAMATI MACAM PERKECAMBAHAN EPIGEAL DAN HIPOGEAL P...
LAPORAN HASIL PENELITIAN MENGAMATI MACAM PERKECAMBAHAN EPIGEAL DAN HIPOGEAL P...LAPORAN HASIL PENELITIAN MENGAMATI MACAM PERKECAMBAHAN EPIGEAL DAN HIPOGEAL P...
LAPORAN HASIL PENELITIAN MENGAMATI MACAM PERKECAMBAHAN EPIGEAL DAN HIPOGEAL P...Afina Luthfi Azmi
 

Viewers also liked (13)

fisiologi tumbuhan - water deficit
fisiologi tumbuhan - water deficitfisiologi tumbuhan - water deficit
fisiologi tumbuhan - water deficit
 
Presentasi pertama rspo
Presentasi pertama rspoPresentasi pertama rspo
Presentasi pertama rspo
 
Makalah Luxmeter
Makalah Luxmeter Makalah Luxmeter
Makalah Luxmeter
 
Praktikum ii geotropisme dan hidrotropisme (mawar)
Praktikum ii geotropisme dan hidrotropisme (mawar)Praktikum ii geotropisme dan hidrotropisme (mawar)
Praktikum ii geotropisme dan hidrotropisme (mawar)
 
Laporan estimasi water potensial(LIMITED EDITION)
Laporan estimasi water potensial(LIMITED EDITION)Laporan estimasi water potensial(LIMITED EDITION)
Laporan estimasi water potensial(LIMITED EDITION)
 
Laporan spektronic-20
Laporan spektronic-20Laporan spektronic-20
Laporan spektronic-20
 
Makalah pemuliaan tanaman
Makalah pemuliaan tanamanMakalah pemuliaan tanaman
Makalah pemuliaan tanaman
 
Fisiologi tumbuhan
Fisiologi tumbuhanFisiologi tumbuhan
Fisiologi tumbuhan
 
Laporan praktikum biologi Pertumbuhan dan Perkembangan
Laporan  praktikum biologi Pertumbuhan dan PerkembanganLaporan  praktikum biologi Pertumbuhan dan Perkembangan
Laporan praktikum biologi Pertumbuhan dan Perkembangan
 
Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri
 
LAPORAN BIOLOGI : Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Perke...
LAPORAN BIOLOGI : Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Perke...LAPORAN BIOLOGI : Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Perke...
LAPORAN BIOLOGI : Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Perke...
 
LAPORAN HASIL PENELITIAN MENGAMATI MACAM PERKECAMBAHAN EPIGEAL DAN HIPOGEAL P...
LAPORAN HASIL PENELITIAN MENGAMATI MACAM PERKECAMBAHAN EPIGEAL DAN HIPOGEAL P...LAPORAN HASIL PENELITIAN MENGAMATI MACAM PERKECAMBAHAN EPIGEAL DAN HIPOGEAL P...
LAPORAN HASIL PENELITIAN MENGAMATI MACAM PERKECAMBAHAN EPIGEAL DAN HIPOGEAL P...
 
Bab 3 perkumuhan
Bab 3 perkumuhanBab 3 perkumuhan
Bab 3 perkumuhan
 

Similar to Laporan Akhir Fisiologi Tumbuhan

Penuntun-Laboratorium-Fisiologi-Tumbuhan.pdf
Penuntun-Laboratorium-Fisiologi-Tumbuhan.pdfPenuntun-Laboratorium-Fisiologi-Tumbuhan.pdf
Penuntun-Laboratorium-Fisiologi-Tumbuhan.pdfKuSultan
 
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanamanfaktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanamanwiro12
 
Laporan hasil praktikum
Laporan hasil praktikumLaporan hasil praktikum
Laporan hasil praktikumVirgiana Anggi
 
Laporan penelitian perkecambahan
Laporan penelitian perkecambahanLaporan penelitian perkecambahan
Laporan penelitian perkecambahanRizka Pratiwi
 
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP STRUKTUR FISIOLOGIS TUMBUHAN HIJAU DAUN
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP STRUKTUR FISIOLOGIS TUMBUHAN HIJAU DAUNPENGARUH NAUNGAN TERHADAP STRUKTUR FISIOLOGIS TUMBUHAN HIJAU DAUN
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP STRUKTUR FISIOLOGIS TUMBUHAN HIJAU DAUNSyawalina Soerbakti
 
Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan pratikum 3 (2)
Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan pratikum 3 (2)Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan pratikum 3 (2)
Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan pratikum 3 (2)Inten Aja Deh
 
Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan.pptx
Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan.pptxAnatomi dan Fisiologi Tumbuhan.pptx
Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan.pptxKhalifahRizqiyah
 
Faktor internal dan eksternal
Faktor internal dan eksternalFaktor internal dan eksternal
Faktor internal dan eksternalmuhammad123syafii
 
Ipa8 kd8-aplikasi konsep tekanan zat pada makhluk hidup
Ipa8 kd8-aplikasi konsep tekanan zat pada makhluk hidupIpa8 kd8-aplikasi konsep tekanan zat pada makhluk hidup
Ipa8 kd8-aplikasi konsep tekanan zat pada makhluk hidupSMPK Stella Maris
 
Pengaruh intensitas cahaya dan air terhadap pertumbuhan kecambah
Pengaruh intensitas cahaya dan air terhadap pertumbuhan kecambahPengaruh intensitas cahaya dan air terhadap pertumbuhan kecambah
Pengaruh intensitas cahaya dan air terhadap pertumbuhan kecambahFiyah Sulaiman
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI  LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI RiaAnggun
 
pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan
pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhanpertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan
pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhanAldi Azwardi Imani
 

Similar to Laporan Akhir Fisiologi Tumbuhan (20)

Penuntun-Laboratorium-Fisiologi-Tumbuhan.pdf
Penuntun-Laboratorium-Fisiologi-Tumbuhan.pdfPenuntun-Laboratorium-Fisiologi-Tumbuhan.pdf
Penuntun-Laboratorium-Fisiologi-Tumbuhan.pdf
 
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanamanfaktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
 
Tugas
TugasTugas
Tugas
 
Tugas
TugasTugas
Tugas
 
FotoSintesis
FotoSintesis FotoSintesis
FotoSintesis
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Laporan hasil praktikum
Laporan hasil praktikumLaporan hasil praktikum
Laporan hasil praktikum
 
Laporan kinetin
Laporan kinetinLaporan kinetin
Laporan kinetin
 
Laporan kinetin
Laporan kinetinLaporan kinetin
Laporan kinetin
 
Laporan penelitian perkecambahan
Laporan penelitian perkecambahanLaporan penelitian perkecambahan
Laporan penelitian perkecambahan
 
Pertmbhn&perkmbgn revisi nurhayanti
Pertmbhn&perkmbgn revisi nurhayantiPertmbhn&perkmbgn revisi nurhayanti
Pertmbhn&perkmbgn revisi nurhayanti
 
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP STRUKTUR FISIOLOGIS TUMBUHAN HIJAU DAUN
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP STRUKTUR FISIOLOGIS TUMBUHAN HIJAU DAUNPENGARUH NAUNGAN TERHADAP STRUKTUR FISIOLOGIS TUMBUHAN HIJAU DAUN
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP STRUKTUR FISIOLOGIS TUMBUHAN HIJAU DAUN
 
Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan pratikum 3 (2)
Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan pratikum 3 (2)Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan pratikum 3 (2)
Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan pratikum 3 (2)
 
Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan.pptx
Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan.pptxAnatomi dan Fisiologi Tumbuhan.pptx
Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan.pptx
 
Faktor internal dan eksternal
Faktor internal dan eksternalFaktor internal dan eksternal
Faktor internal dan eksternal
 
Ipa8 kd8-aplikasi konsep tekanan zat pada makhluk hidup
Ipa8 kd8-aplikasi konsep tekanan zat pada makhluk hidupIpa8 kd8-aplikasi konsep tekanan zat pada makhluk hidup
Ipa8 kd8-aplikasi konsep tekanan zat pada makhluk hidup
 
Hormon auksin
Hormon auksinHormon auksin
Hormon auksin
 
Pengaruh intensitas cahaya dan air terhadap pertumbuhan kecambah
Pengaruh intensitas cahaya dan air terhadap pertumbuhan kecambahPengaruh intensitas cahaya dan air terhadap pertumbuhan kecambah
Pengaruh intensitas cahaya dan air terhadap pertumbuhan kecambah
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI  LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
 
pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan
pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhanpertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan
pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan
 

More from Shinta R Naibaho

Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca NaibahoLaporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca NaibahoShinta R Naibaho
 
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca NaibahoLaporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca NaibahoShinta R Naibaho
 
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 5 & 6 Shinta Rebecaa Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 5 & 6 Shinta Rebecaa NaibahoLaporan Praktikum Klimatologi Acara 5 & 6 Shinta Rebecaa Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 5 & 6 Shinta Rebecaa NaibahoShinta R Naibaho
 
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 3 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 3 Shinta Rebecca NaibahoLaporan Praktikum Klimatologi Acara 3 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 3 Shinta Rebecca NaibahoShinta R Naibaho
 
Laporan Klimatologi Acara 2 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Klimatologi Acara 2 Shinta Rebecca NaibahoLaporan Klimatologi Acara 2 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Klimatologi Acara 2 Shinta Rebecca NaibahoShinta R Naibaho
 
Laporan Klimatologi Acara 1 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Klimatologi Acara 1 Shinta Rebecca NaibahoLaporan Klimatologi Acara 1 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Klimatologi Acara 1 Shinta Rebecca NaibahoShinta R Naibaho
 

More from Shinta R Naibaho (8)

Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca NaibahoLaporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho
 
Dendrologi Sapotaceae
Dendrologi SapotaceaeDendrologi Sapotaceae
Dendrologi Sapotaceae
 
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca NaibahoLaporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca Naibaho
 
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 5 & 6 Shinta Rebecaa Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 5 & 6 Shinta Rebecaa NaibahoLaporan Praktikum Klimatologi Acara 5 & 6 Shinta Rebecaa Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 5 & 6 Shinta Rebecaa Naibaho
 
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 3 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 3 Shinta Rebecca NaibahoLaporan Praktikum Klimatologi Acara 3 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 3 Shinta Rebecca Naibaho
 
Laporan Klimatologi Acara 2 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Klimatologi Acara 2 Shinta Rebecca NaibahoLaporan Klimatologi Acara 2 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Klimatologi Acara 2 Shinta Rebecca Naibaho
 
Laporan Klimatologi Acara 1 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Klimatologi Acara 1 Shinta Rebecca NaibahoLaporan Klimatologi Acara 1 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Klimatologi Acara 1 Shinta Rebecca Naibaho
 
Dendrologi
Dendrologi Dendrologi
Dendrologi
 

Recently uploaded

ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 

Recently uploaded (20)

ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 

Laporan Akhir Fisiologi Tumbuhan

  • 1. LAPORAN AKHIR FISIOLOGI POHON Oleh Nama : Shinta Rebecca Naibaho NPM : E1B012004 Prodi : Kehutanan Coass : Imanta Tarigan, Mardiana Lumban Gaol Dosen : Ir. Deselina, MP Dr. Yansen, S.Hut, PhD JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU 2015 LAPORAN AKHIR FISIOLOGI POHON Oleh Nama : Shinta Rebecca Naibaho NPM : E1B012004 Prodi : Kehutanan Coass : Imanta Tarigan, Mardiana Lumban Gaol Dosen : Ir. Deselina, MP Dr. Yansen, S.Hut, PhD JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU 2015 LAPORAN AKHIR FISIOLOGI POHON Oleh Nama : Shinta Rebecca Naibaho NPM : E1B012004 Prodi : Kehutanan Coass : Imanta Tarigan, Mardiana Lumban Gaol Dosen : Ir. Deselina, MP Dr. Yansen, S.Hut, PhD JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU 2015
  • 2. BAB I PENDAHULUAN .1.1. Latar Belakang .1.1.1. Acara 2 : Karbohidrat Dalam Tanaman Fotosintesis merupakan suatu proses biologi yang kompleks, proses ini menggunakan energi dan cahaya matahari yang dapat dimanfaatkan oleh klorofil yang terdapat dalam kloroplas. Seperti halnya mitokondria, kloroplas mempunyai membran luar dan membran dalam. Hasil fotosintesis berupa amilum dan oksigen. amilum inilah yang menjadi nutrisi bagi tumbuhan. Karbohidrat mempunyai kedudukan penting yang khusus karena karbohidrat merupakan produksi langsung fotosintesis. Dengan demikian karbohidrat menjadi dasar substansi organis yang mana semua senyawa organis lainnya yang terdapt di pohon terbentuk. Tujuh puluh lima persen dari tubuh tanaman terdiri atas karbohidrat yang rumus kimianya dituliskan sebagai Cx(H20)y. Karbohidrat merupakan konstituen utama dinding sel, merupakan titik awal sintesa protein dan lemak, sebagain besar teroksidasi dalam respirasi dan sisanya terakumulasi sebagai makanan. Pada praktikum ini akan melihat simpanan amilum yang terdapat pada bagian daun tumbuhan. Oleh karena itu, dilakukan percobaan uji simpanan amilum dalam daun. .1.1.2. Acara 3 : Transpirasi Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibanding dengan yang hilang melalui stomata. Namun, di setiap tumbuhan tersebut pasti ada jaringan pengangkutan terpenting yang terdiri dari xylem dan floem. Kedua jaringan tersebut berperan sangat penting bagi proses kehidupan sebuah tanaman dan berperan untuk
  • 3. mengambil air dari dalam tanah dan kemudian menyebarkannya ke seluruh bagian tanaman agar semua organ tanaman dapat berkembang secara maksimal. Proses ini yang dinamakan dengan transportasi pada tumbuhan. Tumbuhan juga melakukan transpirasi, yaitu pelepasan dalam bentuk uap melalui stomata. Transpirasi ini merupakan salah satu mekanisme pengaturan fisiologi pada tumbuhan yang terkait dengan berbagai kondisi yang ada di tubuhnya dan lingkungan sekitarnya. Adanya transpirasi ini menyebabkan terjadinya aliran air yang berlangsung secara imbas dari akar, batang, dan daun. Aliran air tersebut akan ikut membantu proses penyerapan dan transportasi air tanah di dalam tubuh tumbuhan. Pada praktikum ini akan melihat bagaimana proses transpirasi pada tumbuhan. Dalam praktikum ini juga akan mengamati berapa cepat tanaman kehilangan uap air dari daunnya. .1.1.3. Acara 4 : Jaringan Pengangkut Air Air merupakan sumber kehidupan mahluk hidup.Tumbuhan pun sangat membutuhkan air. Didalam tubuh tumbuhan,60-90 % tersusun atas air dan itu bukanlah jumlah yang sedikit. Status air dari tumbuhan bergantung pada kecepatan relatif penyerapan air oleh akar dan kehilangan air oleh tranpirasi. Penyerapan air yang tidak cukup oleh akar akan menimbulkan defisit air dalam tumbuhan, termasuk sel-sel daun, suatu defisit yang mengakibatkan penurunan evaporasi air dari daun sehingga laju transpirasi menjadi rendah. Selain itu, transpirasi yang berlebihan juga dapat menimbulkan defisit air. Sistem tranport bekerja sebagai suatu unit yang cenderung menjaga agar sel tumbuhan selalu dalam keadaan turgid. Air masuk dari akar sampai ke tubuh tumbuhan melalui akar dan angkut oleh pembuluh kayu (xylem).Dari pembuluh kayu inilah semua bermula, air dan zat-zat hara yang di butuhkan oleh tanaman di angkut dan di sebarkan keseluruh tubuh tanaman. Sebelum masuk bagian atas tumbuhan,di akan melewati bulu-bulu akar,sel-sel korteks,sel endodermis,sel perisikel,dan akhirrnya sampai ke xylem. Bila xilem primer diamati secara seksama akan ditemukan perbedaan perkembangan dan struktur xilem yang dibentuk pertama kali (protoxilem) dengan xilem yang dibentuk kemudian (metaxilem). Protoxilem menduduki
  • 4. tempat yang khas dalam struktur jaringan pengangkut primer. Pada tumbuhan tingkat tinggi, protoxilem batang letaknya paling dekat dengan empulur (di tengah, disebut xilem endarch) sedang di akar letaknya di sebelah luar metaxilem (disebut xilem exarch). Pada praktikum ini akan melihat bagaimana proses naiknya air ke daun dengan jaringan pengangkut. Dalam praktikum ini juga akan diberi perlakuan khusus untuk menjadi pembanding nantinya. .1.1.4. Acara 5 : Pengamatan Daerah Tumbuh Tanaman Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak dapat balik dalam ukuran pada semua sistem biologi. Proses pertumbuhan ini diatur oleh pesan hormonal dan respon dari lingkungan (panjang hari, temperatur rendah, perubahan persediaan air. Pertumbuhan berikutnya disebut diferensiasi, yang didefinisikan sebagai pengontrolan gen dan hormonal serta lingkungan yang merubah struktur dan biokimiawi perubahan ini terjadi pada hewan dan tanaman saat berkembang. Pada umumnya daerah pertumbuhan terletak pada bagian bawah meristem apikal dari tunas dan akar. Pada umumnya daerah pertumbuhan terletak pada bagian bawah meristem apikal dari tunas dan akar. Kebanyakan pertumbuhan terjadi pada fase pendewasaan sel dan hanya sedikit kenaikan volumenya. Ujung akar dan ujung tajuk pertumbuhan dan tepat di atas nodus tumbuhan monokotil, atau di dasar daun rerumputan, meristem apikal tajuk dan meristem apikal akar terbentuk selama proses perkembangan embrio saat pembentukan biji dan disebut meristem primer. Daerah tumbuh pada tumbuhan terjadi pada meristem apikal yang dimana pertumbuhannya berbeda-beda baik di akar maupun di batang. Yang melatarbelakangi praktikum ini dilakukan adalah berusaha untuk menentukan letak daerah tumbuh pada organ tumbuhan. Pada praktikum ini akan mengamati daerah tumbuh pada bagian akar dan batang. .1.1.5. Acara 7 : Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Kecambah Cahaya matahari merupakan sumber energi yang sangat penting untuk melaksanakan proses fotosintesis. Tanpa adanya cahaya, tumbuhan hijau tidak dapat melakukan fotosintesis, sehingga tak mungkin mampu bertahan hidup untuk jangka waktu yang lama. Namun, di sisi lain cahaya dapat merupakan
  • 5. faktor yang menghambat pertumbuhan karena auksin jika terkena cahaya akan menjadi zat yang menghambat pertumbuhan. Cahaya matahari memang berguna bagi fotosintesis pada tumbuhan namun efek lain dari cahaya matahari ini adalah menekan pertumbuhan sel tumbuhan. Hal ini menyebabkan tumbuhan yang diterpa cahaya matahari akan lebih pendek daripada tumbuhan yang tumbuh di tempat gelap. Peristiwa ini disebut dengan etiolasi. Dampak tanaman akibat etiolasi adalah tanaman tidak dapat melakukan proses fotosintesis. Padahal proses fotosintesis bertujuan untuk menghasilkan karbohidrat yang berperan penting dalam pembentukan klorofil. Karena karbohidrat tidak terbentuk, daun pun tanpa klorofil sehingga daun tidak berwarna hijau, melainkan kuning pucat. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh cahaya pada pertumbuhan dapat dilakukan dengan berbagai percobaan, diantaranya dengan memberi perlakuan variasi cahaya matahari yang berbeda pada tanaman kacang kedelai. .1.1.6. Acara 8 : Pengaruh Auksin Terhadap Pertumbuhan Akar Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frits Went pada tahun 1926 yang menemukan bahwa suatu senyawa yang beum dapat dicirikan mengkin menyebabkan pembengkokan koleoptil oat kea rah cahaya. Auksin yang ditemukan Went tersebut kini diketahui sebagai IAA (Asam Indoleasetat). Senyawa tersebut dapat berdifusi dari ujung koleoptil menuju potongan kecil akar. Aktivitas dilacak melalui pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan pada sisi yang ditempeli potongan akar. IAA yang terdapat di akar, pada konsentrasi yang hampIr sama dengan di bagian timbuhan lainnya. Pemberian auksin memacu pemanjangan potongan akar atau bahkan akar utuh pada banyak spesies, tetapi hanya pada konsentrasi yang sangat rendah, bergantung pada spesies dan umur akar. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, pemanjangan hampir selalu terhambat. Auksin mempunyai fungsi memacu pembentukan akar pada tanaman, terutama pada tanaman berkayu. Namun demikian, pengaruh auksin mempunyai batas konsentrasi, di mana pada konsentrasi rendah auksin akan memacu pembentukan dan pertumbuhan akar dan pada konsentrasi tinggi harus dilaporkan menghambar pembentukan dan pertumbuhan akar tanaman.
  • 6. Pada praktikum ini akan didemonstrasikan pengaruh konsentrasi auksin terhadap pembentukan dan pertumbuhan akar tanaman. .1.1.7. Acara 9 : Dominansi Apikal & Penghambatan Pertumbuhan Terdapat dua fase dalam pertumbuhan tumbuhan secara umum, yaitu fase pertumbuhan vegetatif dan fase pertumbuhan generatif. Pada fase pertumbuhan vegetatif terjadi pertumbuhan pada proses pembentukan organ yang baru seperti daun, cabang, dan akar. Sedangkan pada fase pertumbuhan generatif terbentuk organ alat perkembang biakan seperti bunga, buah, dan biji. Pada tumbuhan dikotil, pertumbuhan secara, fase pertumbuhan vegetatif di tandai dengan adanya dominasi pucuk yang akan menghambat pertumbuhan lateral. Dominasi pertumbuhan pucuk dapat dikurangi dengan memotong bagian pucuk tumbuhan yang akan mendorong pertumbuhan tunas lateral. Pertumbuhan tunas lateral akan terhambat bila bagian pucuk yang di potong diberi auksin. Hal tersebut menunjukan adanya pengaturan mekanisme pengaturan pertumbuhan kearah lateral oleh auksin. Auksin diproduksi secara endogen pada bagian pucuk tumbuhan, yang akan didistribusikan secara polar yang mampu menghambat pertumbuhan tunas lateral. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh hormone terhadap dominasi apikal dan penghambat pertunasan, maka dilakukanlah praktikum ini. Pada praktikum ini bahan yang digunakan adalah semai Durian. .1.1.8. Acara 10 : Geotropi Tumbuhan sebagai mahluk hidup juga melakukan gerak. Namun, gerak yang dilakukan oleh tumbuhan tidak seperti yang dilakukan oleh hewan maupun manusia. Gerakan pada tumbuhan sangat terbatas. Gerakan yang dilakukan oleh tumbuhan hanya dilakukan pada bagian tertentu. Misalnya bagian ujung tunas, bagian ujung akar, ataupun pada bagian lembar daun tertentu. Pada prinsipnya, gerakan tumbuhan terjadi karena adanya proses pertumbuhan dan adanya kepekaan terhadap rangsang atau irritabilitas yang dimiliki oleh tumbuhan tersebut. Sebagai tanggapan terhadap rangsang terebut, tumbuhan melakukan gerakan yang mungkin menuju kearah rangsang atau
  • 7. menjauhi, atau melakukan gerak tanpa menunjukan arah tertentu. Beberapa jenis gerakan tumbuhan yang tergolong iritabilitas dibedakan menjadi tiga, yaitu tropisme, taksis, dan nasti. Arah pertumbuhan (pergerakan) tanaman sangat dipengaruhi oleh stimulus lingkungan yang diterima oleh tanaman, seperti cahaya matahari, sentuhan, ketersediaan air. Stimulus yang ada akan diterima oleh tanaman melalui sensor-sensor yang dimilki tanaman sehingga tanaman dapat merespon stimulus yang datang. Sebagai contoh, pada pucuk tanaman sensor yang ada akan merespon datangnya cahaya, sehingga pucuk tanaman akan tumbuh ke arah cahaya, yang dikenal dengan fototropisme. Di ujung akar tanaman terdapat sensor yang memungkinkan tanaman merespon adanya gravitasi bumi, yang karenanya arah pertumbuhan akar membelok ke arah pusat bumi. Gerakan tanaman ini disebut geotropisme. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh gravitasi terhadap pertumbuhan suatu tanaman maka dilakukanlah pengamatan ini. Tanaman yang digunakan adalah kecambah kacang hijau. .1.1.9. Acara 11 : Kurva Sigmoid Petumbuhan Tanaman Proses pertumbuhan merupakan hal yang mencirikan suatu perkembangan bagi makhluk hidup baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Dalam proses pertumbuhan terjadi penambahan dan perubahan volume sel secara signifikan seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya umur tanaman. Proses pertumbuhan menunjukkan suatu perubahan dan dapat dinyatakan dalam bentuk kurva atau diagram pertumbuhan. Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila digambarkan dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan terbentuk kurva sigmoid (bentuk S). Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor keturunan dan lingkungan. Untuk mengetahui dan melihat laju petumbuhan tanaman dalam satu jangkauan waktu, maka dilakukanlah praktikum ini. Pada praktikum ini bahan yang digunakan adalah jagung.
  • 8. .1.2. Tujuan .1.2.1. Acara 2 : Karbohidrat Dalam Tanaman  Untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap simpanan amilum dalam daun. .1.2.2. Acara 3 : Transpirasi  Untuk mengetahui kecepatan relatif kehilangan uap air dari daun berbagai jenis tanaman. .1.2.3. Acara 4 : Jaringan Pengangkut Air  Untuk mengamati jaringan pengankutan air Padaa tanaman tingkat tinggi. .1.2.4. Acara 5 : Pengamatan Daerah Tumbuh Tanaman  Untuk mengamati daerah tumbuh pada bagian akar dan batang. .1.2.5. Acara 7 : Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Kecambah  Untuk melihat pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kecambah. .1.2.6. Acara 8 : Pengaruh Auksin Terhadap Pertumbuhan Akar  Untuk melihat pengaruh hormon auksin dalam berbagai kadar terhadap jumlah dan pertumbuhan akar. .1.2.7. Acara 9 : Dominansi Apikal & Penghambatan Pertumbuhan  Untuk mengetahui pengaruh hormon tumbuh terhadap dominasi apikal dan penghambatan pertunasan. .1.2.8. Acara 10 : Geotropi  Untuk Mengamati pengaruh gravitasi terhadap pertumbuan akar. .1.2.9. Acara 11 : Kurva Sigmoid Petumbuhan Tanaman  Untuk melihat laju pertumbuhan tanaman dalam satu jangkauan waktu.
  • 9. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Karbohidrat merupakan suatu golongan senyawa yang terdiri dari atau dapat dihidrolisis menjadi polisakarida aldehid dan keton. Karbohidrat dalam tanaman adalah tepung atau amilum atau pati. Amilum adalah homopolimer (suatu polimer yang terbentuk oleh hanya satu macam unit monomerik) dari glukosa yang digabung oleh mata rantai yang sama dengan maltosa. Macam amilum utama adalah amilosa dan amilopektin (bila dilarutkan dengan iodin memberikan warna merah ungu). Sedangkan amilosa memberikan warna biru (Fressenden, 1997). Proses fotosintesis akan menghasilkan karbohidrat, terutama glukosa. Diantara berbagai karbohidrat yang penting yang dapat dibentuk oleh tumbuhan dari glukosa adalah selulosa, sukrosa dan pati/amilum. Amilum didalam tumbuhan banyak tersimpan dalam akar, umbi ataupun biji-bijian. Butir-butir amilum itu sebenarnya semula terdapat di dalam kloroplas daun sebagai hasil fotosintesis. Pada kebanyakan tumbuhan dikotil juga monokotil, pati mulai terkumpul pada daun segera setelah terjadi proses fotosintesis yang berjalan cepat, sehingga pada tanaman dikotil mempunyai daun pati sedangkan daun monokotil mempunyai daun gula (Loveless, 1994). Hopkins (1995) menyatakan bahwa pembentukan karbohidrat terjadi pada tempat dimana cahaya menyinari bagian yang hijau karena bagian tersebut mangandung klorofil. Kehadiran karbohidrat dapat diketahui dari Iodin-Amilum. Bagian daun yang tertutup ketas alumunium foil dan dikenai sinar matahari, maka setelah dimasukkan dalam alkohol panas dan aquades panas, kemudian ditetesi larutan iodin, maka bagian tersebut tidak akan terbentuk warna ungu, tetapi bagian yang tidak ditutupi nampak berwarna ungu. Pembentukan pati terjadi melalui suatu proses yang melibatkan sumbangan berulang unit glukosa dari gula nukleotida serupa dengan UDPG yang disebut adenosin difosfoglukosa (ADPG). Pembentukan ADPG berlangsung dengan menggunakan ATP dan glukosa 1-p. Tentunya warna pada daun yang diuji seharusnya berwarna coklat iodin, sedangkan pada daun yang digunakan sebagai kontrol akan berwarna lebih gelap. Hal ini karena daun yang di beri perlakuan tidak menghasilkan amilum sehingga tidak menimbulkan warna ungu (Dwijosepoetro, 1994).
  • 10. Amilum disusun di dalam kloroplas dan juga di dalam leukoplas sebagai tempat untuk menyimpan. Penyusunan amilum memerlukan bahan berupa glukosa-1-pospat serta bantuan enzim berupa posporilase amilum. Molekul glukosa-1-pospat dapat digandeng-gandengkan dengan pertolongan posporilase ini. Pada penggandengan itu terlepaslah molekul pospat (Dwidjoseputro, 1994). Dwijoseputro (1994) menyatakan bahwa setelah semua klorofil larut, semua bagian daun ditetesi I-KI maka, warna daun yang semula transparan akan berubah menjadi ungu gelap. Hal ini menandakan adanya amilum pada daun tersebut, karena reaksi iodium dalam amilum menimbulkan warna biru kehitam-hitaman. Sedangkan pada daun yang ditutup alumunium foil akan berwarna coklat. Namun dalam percobaan tidak dihasilkan warna ungu. Hal ini dikarenakan larutan IKI yang dipakai sudah tidak berfungsi. Menurut Salisbury dan Ross (1992), pembentukan pati atau amilum terjadi terutama melalui satu proses yang melibatkan sumbangan berulang unit glukosa dari gula nukleotida serupa dengan UDPG yang disebut adenosin difosfoglukosa (ADPG). Pembentukan ADPG berlangsung dengan menggunakan ATP dan glukosa 1-fosfat di kloroplas dan plastid lainnya. Karbohidrat yang terbentuk pada tumbuhan dalam bentuk pati atau amilum. Pembentukan amilum pada umumnya berlangsung melalui proses yang sama secara berulang-ulang dengan menggunakan glukosa dari gula nukleosida yang mirip UDPG yang disebut sebagai Adenosin Difosfat (ADPG) (Lakitan, 2000). Pembentukan pati terjadi melaui suatu proses yang melibatkan sumbangan berulang unit glukosa dari gula nukleotida serupa dengan UDPG yang disebut adenosin difosfoglukosa, ADPG. Pembentukan ADPG berlangsung dengan menggunakan ATP dan glukosa-1-fosfat di kloroplas dan plastid. Molekul amilosa yang sedang tumbuh dengan unit glukosa yang mempunyai gugus reaksi C-4 pada ujungnya, bergabung dengan C-1 glukosa yang ditambahkan dari ADPG. Pati sintetase, yang mengkatalisis reaksi tersebut diaktifkan oleh K+. Cabang pada amilopektin antara C-6 pada rantai utama dan C-1 pada rantai cabang dibentuk oleh berbagai isoenzim dari beberapa enzim yang secara ringkas disebut enzim percabangan atau enzim Q. Tingkat cahaya yang tinggi dan siang hari yang panjang, menguntungkan fotosintesis dan translokasi karbohidrat. Sehingga menyebabkan penimbunan satu atau lebih butir pati di kloroplas dan penyimpanan pati di amiloplas. Pembentukan pati di kloroplas diuntungkan oleh cahaya terang, sebab enzim yang membentuk ADPG secara alosetrik diaktifkan oleh 3-PGA dan dihambat secara alosetrik Pi (Preiss). Kandungan 3-PGA agak meningkat saat terang sewaktu penambahan CO2 terjadi, tapi kandungan Pi agak turun
  • 11. karena ditambah ADP untuk membentuk ATP selama fosforilasi fotosintesis (Salisbury & Ross,1992). Tanaman jika pada bulan-bulan yang dingin, konsentrasi gula tinggi sedangkan kadar amilum menyusut, bulan-bulan panas keadaan itu berkebalikan. Persediaan air yang berlabihan menambah kegiatan penyusunan amilum. Perubahan pH membawa perubahan kegiatan enzim. pH 7 merupakan pH optimal untuk pembentukan gula, sedang gula akan terbentuk menjadi amilum jika pH sampai dibawan 7 (Kimball, 1989). Tumbuhan, seperti juga hewan memiliki adaptasi evolusioner dalam bentuk respons fisiologis terhadap perubahan jangka pendek. Misalnya jika daun pada tumbuhan mengalami kekurangan air, daun-daun akan menutup stomata, yang merupakan lubang kecil dipermukaan daun tersebut. Respons darurat ini akan membantu tumbuhan menghemat air dengan cara mengurangi transpirasi, yaitu hilangnya air dari daun melalui penguapan ( Campbell.N.A,292:2000). Sel hidup tumbuhan berhubungan langsung dengan atmosfer melalui stomata dan lenti sel sehingga transpirasi terjadi melalui kutikula pada daun tumbuh-tumbuhan. Sel-sel hidup itu berada dalam keadaan turgid dan sedang dan sedang bertranspirasi dilapisi oleh lapisan tipis air yang diperoleh dari dalam sel. Sebalikya, persediaan air ini diperoleh dengan cara translokasi air dan unsur-unsur penghantar dari akar melalui xilem. Akar-akar pohon tersebut memperoleh air dengan cara mengabsorpsi melalui permukaan yang berhubungan dengan air di dalam tanah. Seluruh proses ini digerakkan oleh energi yang diberikan pada daun dan batang-batang pada tanaman tersebut (Wanggai,Frans. 91: 2007). Pengurangan ukuran daun dihubungkan dengan pengurangan kecepatan transpirasi. Tumbuhan dengan daun kecil biasanya mempunyai habitat kering, pengurangan ukuran daun sering kali diikuti dengan peningkatan jumlah total daun pada tumbuhan (Mulyani. Sri. 251: 2006). Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk melakukan fotosintesis agar keberlangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin (http://www.forumsains.com/artikel/sistem-transportasi-dan-transpirasi-dalam- tanaman/). Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap laju transpirasi antara lain:
  • 12.  Cahaya. Tumbuhan jauh lebih cepat bertranspirasi bilamana terbuka terhadap cahaya dibandingkan dalam gelap.  Suhu. Tumbuhan bertranspirasi lebih cepat pada suhu lebih tinggi.  Kelembaban. Laju transpirasi juga dipengaruhi oleh kelembaban nisbi udara sekitar tumbuha.  Angin. Adanya angin lembut juga meningkatkan laju transpirasi.  Air tanah. Tumbuhan tidak dapat terus bertranspirasi dengan cepat jika kelembaban yang hilang tidak digantikan oleh air segar dari tanah (Kimball. John W,493:1990). Air dapat diserap tanaman melalui akar bersama-sama dengan unsur-unsur hara yang terlarut didalamnya, kemudian diangkut kebagian atas tanaman, terutama daun, melului pembuluh xylem. Pembuluh xylem pada akar, batang dan daun merupakan suatu system yang kontinu, berhubungan satu sama lain ( Lakitan, 2004 ). Pembuluh xilem berasal dari sel-sel silindris yang biasanya mengarahkeujung-ujung. Pada saat matang dinding sel-sel itu melarut dan kandungansitoplasmiknya mati. Hasilnya adalah pembuluh xilem, saluran bersambung yangtidak mati. Hasilnua adalah pembuluh xilem bersambung dengan transpor air danmineral keatas (Salisburry,1995). Xilem dan floem dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel yang hidup yang disebutdengan perisikel. Jaringan vaskuler dan parisikel mebentuk suatu tabung yang disebut stele. Disebelah luar stele terdapat sel-sel endodermis, pada bagian dinding transversalnya dean juga pada dinding radialnya terdapat suberin yang menebal,dikenal dengan pita kaspari.Suberin mempunyai sifat yang tidak dapat ditembus air, lapisan luar indodermis terdapat beberapa lapisan sel korteks yang bersifat permeabel, sehingga besar kemungkinan air dari permukaan akan bergerak menuju pembuluh xylem melalui dinding sel korteks tersenut ( Lakitan, 1995 ) Untuk menyatakan status air atau perimbangan air dalam tubuh tumbuhandapat dilakukan dengan dua cara yang umum digunakan, yaitu satu diantaranya berdasarkan atas energi air didalamnya jaringan tumbuhan yang lazim disebut potensial air, dan ini merupakan cara yang paling tepat untuk menentukan status air dari jaringan tanaman dengan memakai istilah potensial air.Suatu jaringan akan mengalami defisit air jika potensial air tersebut kurangatau lebih dari 0 (nol) bar. Cara yang kedua adalah dengan mengukur kuantitas air dari suatu jaringan kandungan airnya dan menyatakan dengan kondisi standarttertentu (Prawiranta, 1997 ).
  • 13. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam kehidupan dan perkembangbiakan suatu spesies. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara terus-menerus sepanjang daur hidup, tergantung pada tersedianya meristem, hasil asimilasi, hormon dan substansi pertumbuhan lainnya, serta lingkungan yang mendukung. Secara empiris, pertumbuhan tanaman dapat dikatakan sebagai suatu fungsi dari genotipe X lingkungan (internal dan eksternal) (Fahn, 1992). Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak dapat balik dalam ukuran pada semua sistem biologi. Pertumbuhan ini digambarkan dengan kurva yang sigmoid. Proses pertumbuhan ini diatur oleh pesan hormonal dan respon dari lingkungan (panjang hari, temperatur rendah, perubahan persediaan air). Pertumbuhan berikutnya disebut diferensiasi, yang didefinisikan sebagai pengontrolan gen dan hormonal serta lingkungan yang merubah struktur dan biokimiawi perubahan ini terjadi pada hewan dan tanaman saat berkembang (Kaufman, 1975). Pertumbuhan primer untuk memperpanjang sumbu tubuh dan perkembangan sekunder adalah untuk meningkatkan diameter sumbu. Pertumbuhan sekunder dalan akar akan terjadi penebalan sekunder kambiumnya besar dari benang-benang meristem dalam jaringan prokambium atau jaringan perenkimatis yang terletak pada kelompok-kelompok floem primer dan pusat stele (Heddy, 1987). Letak pertumbuhan adalah pada meristem apikal, lateral, dan interkalar. Pertumbuhan ujung cenderung menghasilkan pertambahan panjang, pertumbuhan lateral menghasilkan pertambahan lebar. Pertambahan panjang batang terjadi di meristem interkalar, memerlukan tambahan sumber hormon pertumbuhan dan mempunyai jumlah sel ataupun aktifitas sel yang rendah (Campbell, 1999). Daerah meristematis pucuk batang mengalami pertumbuhan primer seperti yang terjadi pada akar. Namun, caranya lebih kompleks karena tidak hanya proliferasi aksis batang namun juga pembentukan organ lateral lainnya. Pembelahan sel pada batang umumnya terjadi pada internodus paling atas. Selama periode pertumbuhan aktif, meristem ujung batang yang tipis, berdinding lembut dan isodiametris, aktif melakukan proliferasi sel. Pemanjangan sel diperpanjang sepanjang internodus. Semakin jauh dari internodus maka kecepatan pemanjangan semakin lambat. Daerah pemanjangan di belakang ujung batang biasanya 10 cm panjangnya (Loveless, 1991). Menurut Campbell (1999), proses pemanjangan tunas terjadi melalui pertumbuhan ruas yang sedikit lebih tua di bawah ujung tunas tersebut. Pertumbuhan ini disebabkan pembelahan sel dan pemanjangan sel dalam ruas tersebut. Pembelahan sel dan pertumbuhan
  • 14. yang terus menerus sehingga mendorong ke arah pemanjangan batang dan tunas. Salisbury dan Ross (1992), mengemukakan bahwa pada batang yang sedang tumbuh, daerah pembelahan sel batang lebih jauh letaknya dari ujung daripada daerah pembelahan akar, terletak beberapa sentimeter dibawah ujung. Menurut Campbell (1999), sel-sel inisial membentuk sel-sel pada ujung akar yang bersifat meristematis. Pembelahan sel terjadi secara longitudinal dan beberapa ke arah lateral yang menyebabkan akar berbentuk silindris. Sel-sel inisial membentuk sel-sel pada ujung akar yang bersifat meristematis. Pembelahan sel terjadi secara longitudinal dan beberapa ke arah lateral yang menyebabkan akar berbentuk silindris. Selanjutnya sel-sel dekat ujung akar aktif berproliferasi, dimana terletak tiga zona sel dengan tahapan pertumbuhan primer yang berurutan (zona pembelahan sel, zona pemanjangan dan zona pematangan). Zona pembelahan sel meliputi meristem apikal dan turunannya, yang disebut meristem primer (terdiri dari protoderm, prokambium dan meristem dasar). Meristem apikal yang terdapat di pusat zona pembelahan menghasilkan sel-sel meristem primer yang bersifat meristematik. Zona pembelahan sel bergabung ke zona pemanjangan (elongasi). Di sini sel-sel memanjang sampai sepuluh kali semula, sehingga mendorong ujung akar, termasuk meristem ke depan. Meristem akan mendukung pertumbuhan secara terus-menerus dengan menambahkan sel-sel ke ujung termuda zona pemanjangan tersebut (Campbell, 1999). Fotosintesis adalah proses pembentukan makanan (glukosa) pada tumbuhan yang mengandung zat hara, air dan karbondioksida dengan bantuan sinar matahari. Reaksi fotosintesis secara singkat berlangsung sebagai berikut: 6CO2 + 6H2O C6H12 O6 + 6O2. Fotosintesis berlangsung dalam kloroplas yang berisi klorofil. Klorofil dibedakan atas klorofil a dengan rumus molekul yang berwarna hijau tua dan klorofil b dengan rumus molekul yang berwarna hijau muda. (Jumin, 1994) Laju fotosintesis berbagai spesies tumbuhan yang tumbuh pada berbagai daerah yang berbeda seperti gurun kering, puncak gunung, dan hutan hujan tropika sangat berbeda. Kapasitas fotosintesis daun diartikan sebagai laju fotosintesis per satuan luas daun pada keadaan cahaya jenuh, konsentrasi CO2 dan O2 normal, suhu optimum dan kelembapan. (Frank dan Ross, 1992) Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya fotosintesis yakni H2O, CO2, cahaya, hara, dan suhu. Diantara beberapa faktor tersebut yang paling berpengaruh dalam proses fotosintesis adalah faktor cahaya. Cahaya sering membatasi fotosintesis terlihat juga dengan menurunnya laju penambahan CO2 ketika tumbuhan terkena bayangan awan sebentar. (Thenawidjaja, 1990)
  • 15. Cahaya merupakan sumber energi untuk fotosintesis. Energi cahaya yang diserap oleh tumbuhan tergantung pada intensitas sumber cahaya, lama penyinaran dan panjang gelombang cahaya. Pada batas-batas tertentu, semakin tinggi intensitas cahaya matahari maka semakin banyak energi cahaya yang diserap oleh klorofil, sehingga laju fotosintesis meningkat. Cahaya matahari dengan intensitas terlalu tinggi akan menimbulkan kerusakan pada klorofil. (Jumin, 1989). Cahaya merupakan sumber energi bagi mikroalga untuk melakukan fotosintesis, tetapi tidak semua spektrum cahaya dipergunakan oleh mikroalga dalam proses fotosintesis. Penyinaran yang digunakan secara optimal oleh mikroalga untuk proses fotosintesis adalah panjang gelombang yang berkisar antara 400 nm – 680 nm.(Daniyati et al , 2012) Energi cahaya diubah menjadi energi kimia oleh pigmen fotosintesis yang terdapat pada membran interna atau tilakoid. Pigmen fotosintesis yang utama ialah klorofil dan karotenoid. Klorofil a dan b menunjukkan absorpsi yang sangat kuat untuk panjang gelombang biru dan ungu, jingga dan merah (lembayung) dan menunjukkan absorpsi yang sangat kurang untuk panjang gelombang hijau dan kuning hijau. (Ai, Nio 2012) Laju fotosintesis akan berjalan maksimum bila terdapat banyak cahaya. Dalam percobaan terlihat bahwa eksplan (bahan tanam) yang ditumbuhkan dalam intensitas cahaya yang tinggi daunnya berwarna lebih hijau daripada eksplan yang ditumbuhkan dalam intensias cahaya yang rendah, selain itu daun eksplan yang ditumbuhkan dalam intensitas cahaya tinggi lebih berat daripada daun eksplan (bahan tanam) yang ditumbuhkan dalam intensitas cahaya rendah. (Pertamawati, 2010) Pengaruh cahaya terhadap fotosintesis tanaman air dapat dilihat dari kadar oksigen terlarut yang terditeksi sensor. Pada kondisi terang, laju fotosintesis lebih besar dibandingkan pada kondisi gelap. Selain cahaya, faktor lain yang juga mempengaruhi laju fotosintesis adalah jenis mineral yang terdapat dalam air (akuades, minyak, air mineral) dan volume tanaman itu sendiri. Semakin besar kadar mineral dan volume tanaman yang dimiliki, semakin besar meningkat pula laju fotosintesisnya. (Yasin et al, 2011) Untuk mengatur cahaya bagi fotosintesis tanaman perlu adanya pemberian naungan. Perlakuan naungan, volume penyiraman yang berbeda dan interaksi kedua faktor memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kecepatan pembungaan rosella. Tanaman tanpa naungan yang berarti mendapat intensitas cahaya tertinggi paling cepat berbunga diikuti naungan 55% dan yang paling lama berbunga pada naungan 75%. (Astuti dan Darmanti, 2010)
  • 16. Pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman sangat tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ada 3 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu, faktor intraseluler (dari dalam sel), interseluler dan lingkungan. Pada tanaman faktor heriditas juga sangat mempengaruhi. Hal ini terlihat pada perubahan bentuk dan ukuran tumbuhan yang banyak ditentukan oleh faktor herediritas. Gen merupakan faktor keturunan yang berpangaruh pada setiap struktur tumbuhan dan juga terhadap perkembangannya. Faktor heredisitas termasuk dalam faktor intraseluler, sedangkan faktor interseluler contohnya adalah hormon. (Clean 1995) Hormon merupakan substansi aktif yang diproduksi dalam tubuh (alami) maupun diluar tubuh (buatan) yang dipengaruhi oleh kondisi ekternal. Beberapa hormon memacu pertumbuhan, pembelahan, dan perpanjangan pada sel, tetapi ada pula yang menghambat ketika konsentrasi yang tersedia berlebihan. (Dwidjuseptutro 1985) Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang memacu perpanjangan sel, yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Auksin berpengaruh pada beberapa proses seperti pembengkokan batang, penyebaran auksin yang tidak merata pada batang akan menyebabkan perpanjangan sel yang tidak seimbangan. Batang yang membengkok memungkinkan tumbuhan menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungannya, merangsang perkembangan akar leteral dan serabut sehingga meningkatkan penyerapan air dan mineral, merangsang pembelahan sel kambium vaskuler sehingga menyebabkan pertumbuhan jaringan vaskuler sekunder, dan meningkatkan perkembangan bunga dan buah. Hormon auksin yang pertama kali diisolasi adalah indon asam asetat ( indole acetic acid, IAA ). Sebagian besar IAA merupakan hasil sekresi organ tanman yang disebut titik tumbuh ; termasuk disini adalah ujung tunas, daun muda, bunga, dan buah.Auksin dengan konsenterasi tinggi akan merangsang pertumbuhan batang, tetapi sebaliknya dengan konsenterasi tersebut akan menghambat pertumbuhan akar. (Mithell. 1991) Auksin berasal dari bahasa Yunani “Auxano” yang berarti tumbuh atau bertambah. Auksin merupakan golongan dari substansi pemacu pertumbuhan tanaman dan morfogen (fitohormon) yang paling awal ditemukan (Woodward, dkk,. 2005). Salah satu anggota dari auksin yang paling dikenal adalah IAA. Suatu system sel tumbuhan memerlukan auksin untuk pertumbuhan, pembagian tugas (divisi,) maupun ekspansi selular. Fungsi auksin tergantung pada jaringan yang spesifik, seperti pada batang, akar, dan buah. Auksin dapat
  • 17. memacu pemanjangan apical batang, ekspansi lateral rambut akar, atau ekspansi isodiametrik dalam pertumbuhan buah. Beberapa kasus (pertumbuhan koleoptil), auksin memacu ekspansi selular tanpa adanya pembagian divisi dalam sel tersebut. Kasus lainnya, auksin dapat mendorong pembagian divisi dan ekspansi sel dalam jaringan yang sama seperti inisiasi akar. Auksin disintesis dalam jumlah besar dalam tunas apical tumbuhan dan bergerak secara basipetal (kearah pangkal batang) ke seluruh bagian tumbuhan. Aliran auksin ini berpengaruh mendorong pemanjangan sel batang dan sekaligus menghambat pertumbuhan tunas pada ketiak daun (tunas lateral). Hal ini mengakibatkan pertumbuhan ke atas yang cepat. Bercabang atau tidaknya suatu tumbuhan biasanya bergantung pada banyaknya auksin yang dihasilkan dalam tunas apical, tetapi juga dengan memberikan senyawa-senyawa kimia tertentu atau dengan memberikan lingkungan fisik tertentu yang dapat menurunkan kandungan auksin tumbuhan. Pemangkasan pucuk untuk mengatasi dominansi apical diterapkan dalam praktek budidaya tanaman dengan tujuan membentuk tanaman atau membuatnya tumbuh menyemak. Pemberian auksin pada tumbuhan yang telah dipangkas dapat menghambat pula perkembangan tunas lateral, suatu keadaan yang mirip dengan dominansi tunas apical, dengan demikian tunas lateral tetap dominan (Katuuk, 1989). Auksin sangat berperan penting dalam dominasi tunas apikal, merupakan sebuah fenomena dari pusat percabangan tumbuhan yang tumbuh lebih dominan daripada percabangan lainnya. Tunas apikal adalah bagian yang memproduksi hormon auksin yang dapat berdifusi ke bawah dan menunjang pertumbuhan tunas lateral, dilain pihak pertumbuhan ini akan menimbulkan kompetisi pada tunas apikal terhadap cahaya matahari dan nutrisi. Apabila prinsip dari dominasi apikal dapat dipahami, maka akan sangat membantu dalam manajemen tumbuhan. Manajemen tumbuhan dapat berupa memanipulasi respon natural, seperti pengaruh hormon auksin untuk menghasilkan tumbuhan yang dapat diatur ukuran, bentuk, maupun produktivitas buahnya (Anonim, 2010) Auksin adalah zat hormon tumbuhan yang ditemukan pada ujung batang, akar dan pembentukan bunga yang berfungsi untuk mengatur pemanjangan sel didaerah belakang meristem ujung (Paponov, dkk,. 2008). Auksin merupakan hormon pertama yang ditemukan dan disintesis dalam batang, akar apex dan ditransportasikan di aksis tanaman. Hormon auksin diproduksi secara endogen pada bagian pucuk tanaman. Dominasi apikal biasanya ditandai dengan pertumbuhan vegetatif tanaman seperti, pertumbuhan akar, batang dan daun. Dominasi apikal dapat dikurangi dengan mendorong bagian pucuk tumbuhan sehingga produksi auksin yang disintesis pada pucuk akan terhambat bahkan terhenti. Hal ini akan
  • 18. mendorong pertumbuhan tunas lateral (ketiak daun) (Hopkins, 1995). Auksin yang terhenti dapat digantikan dengan beberapa jenis hormon IAA yang berfungsi dengan Lanolin untuk mengetahui pertumbuhan lateralnya (Paponov, dkk, 2008). Tunas apikal adalah tunas yang tumbuh di pucuk (puncak) batang. Dominasi apikal dan pembentukan cabang lateral dipengaruhi oleh keseimbangan konsentrasi hormon. Dominasi apikal diartikan sebagai persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan. Selama masih ada tunas pucuk/apikal, pertubuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk. Dominasi apikal disebabkan oleh auksin yang didifusikan tunas pucuk ke bawah (polar) dan ditimbun pada tunas lateral. Hal ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral karena konsentrasinya masih terlalu tinggi. Pucuk apikal merupakan tempat memproduksi auksin (Dahlia, 2001). Auksin berperan dalam penghambatan tunas lateral dan menunjang dominansi apical, sehingga tanaman menjadi tumbuh dengan cepat ke atas. Salah satu anggota dari auksin yang paling dikenal adalah IAA. IAA berpengaruh terhadap pertumbuhan tunas lateral. Oleh karena itu untuk meneliti pengaruh IAA, dilakukan percobaan mengenai penghambatan tunas lateral dan dominansi apical dengan menggunakan kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) dengan beberapa perlakuan. Percobaan ini bertujuan untuk meneliti pengaruh auksin terhadap pertumbuhan tunas lateral. Geotropisme adalah gerak yang menuju pusat bumi, gerak ini dilakukan oleh akar. Gerak ujung akar kepala itu sutau geotropi yang positif. Sedang jurusan yang ditempuh oleh cabang-cabang akar yang agak mendatar itu disebut diogeotropik atau transversal-geotropik. Sebaliknya, jurusan yang ditempuh oleh ujung batang itu disebut geotropi yang negatife. Teori cholodny went tentang geotropisme mengajukan dugaan bahwa auksin dipindahkan dari belahan atas batang kebelahan bawah bila batang diubah dari posisi vertikal keposisi horizontal. Sebagian geotropisme diarahkan pada akar. Pada awalnya bahwa sisi penerimaan gravitasi adalah tudung akar. Darwin (1980) Lentil (lens) memberikan respon terhadap garvitasi bila pucuk akarnya dipotong, sampai meristem akar dan tudung akar terbentuk kembali. Bila tudung akar jagung atau spesies lain dihilangkan dengan menggunakan teknik bedah menghambat pertumbuhan akar, tidak terjadi respon gravitropik sampai tudung yang sama atau tudung lain diganti atau tudung baru tumbuh kembali. Seperti halnya makhluk hidup lainnya, tumbuhan juga melakukan gerak. Namun gerak tumbuhan tidak seperti gerak pada makhluk hidup lain berupa perpindahan tempat. Tumbuhan tinggi hanya bergerak pada bagian – bagian tertentu dari tubuhnya, seperti bengkoknya batang,
  • 19. dahan dan akar, melipatnya daun. Secara garis besar, gerak dibagi menjadi gerak Autonom atau Endonom yaitu gerak yang terjadi secara spontan tanpa rangsangan dan gerak Etionom akibat adanya rangsangan. Geotropi adalah gerak yang menuju pusat bumi, gerak ini dilakukan oleh akar. Gerak ujung akar kepala itu sutau geotropi yang positif. Sedang jurusan yang ditempuh oleh cabang- cabang akar yang agak mendatar itu disebut diogeotropik atau transversal-geotropik. Sebaliknya, jurusan yang ditempuh oleh ujung batang itu disebut geotropi yang negatife. Gravitropisme dibagi menjadi dua, yaitu gravitropisme positif (gerakan pertumbuhan akar menuju arah gravitasi bumi dan gravitropisme negatif (gerakan pertumbuhan akar menjauhi gravitasi bumi. Namun pada umumnya akar bersifat gravitropisme positif. (Dwidjoseputro, D. 1985) Pembengkokan batang utama dan akar. Pada awalnya bahwa sisi penerimaan gravitasi adalah tudung akar. Seperti halnya pada fototropisme, disebabkan oleh pertumbuhan diferensiasi pada daerah perpanjangan dibelakang ujung. Pada batang atau koleoptil yang diletakkan horizontal pemanjangan terjadi lebih besar pada posisi bawah dari pada sisi atas, sedangkan pada akar terjadi sebaliknya, jadi berturut-turut mengakibatkan bengkokan keatas dan bengkokan kebawah. (Heddy, S. 1996) Jika kita letakkan suatu pot berisi kecambah dalam posisi mendatar, maka ujung kar akan membelok ke pusat bumi (geotropi yang positif), sedang ujung batang akan membelok keatas (geotropi yang negatif). Kejadian ini ada hubungannya dengan distribusi auksin juga. Kesimpulannya adalah kadar auksin yang tinggi menggiatkan pengembangan sel-sel batang, akan tetapi menghambat sel-sel akar. Pembengkokan batang utama dan akar. Pada awalnya bahwa sisi penerimaan gravitasi adalah tudung akar. Seperti halnya pada fototropisme, disebabkan oleh pertumbuhan diferensiasi pada daerah perpanjangan dibelakang ujung. Pada batang atau koleoptil yang diletakkan horizontal pemanjangan terjadi lebih besar pada posisi bawah dari pada sisi atas, sedangkan pada akar terjadi sebaliknya, jadi berturut-turut mengakibatkan bengkokan keatas dan bengkokan kebawah. Gaya berat berpengaruh terhadap arah pertumbuhan akar dan batang. Hal in dapat terlihat dengan meletakkan kecambah tanaman secara horizontal. Setelah beberapa lama, akar akan melengkung ke bawah. Sedangkan ujung batang akan bengkok ke atas (Sutarmi, 1985). Batang utama atau batang tanaman biasanya tumbuh 180 o dari pusat gravitasi bumi. Sedangkan cabang, tangkai dauun, rimpang dan stolon biasanya lebih mendatar. Perbedaan arah tumbuh tersebut menyebabkan tumbuhan dapat mengisi ruang sehingga dapat menyerap
  • 20. CO2 dan cahaya sangat efektif. Hal ini merupakan suatu bentuk respon tanaman terhadap kondisi lingkungan (Salisburry and Ross, 1995). Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak dapat dibalikkan dalam ukuran pada sistem biologi. Secara umum pertumbuhan berarti pertambahan ukuran karena organisme multisel tumbuh dari zigot, pertumbuhan itu bukan hanya dalam volume, tapi juga dalam bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma, dan tingkat kerumitan. Pertumbuhan biologis terjadi dengan dua fenomena yang berbeda antara satu sama lain. Pertambahan volume sel dan pertambahan jumlah sel. Pertambahan volume sel merupakan hasil sintesa dan akumulasi protein, sedangkan pertambahan jumlah sel terjadi dengan pembelahan sel (Kaufman, 1975). Pada setiap tahap dalam kehidupan suatu tumbuhan, sensitivitas terhadap lingkungan dan koordinasi respons sangat jelas terlihat. Tumbuhan dapat mengindera gravitasi dan arah cahaya dan menanggapi stimulus-stimulus ini dengan cara yang kelihatannya sangat wajar bagi kita. Seleksi alam lebih menyukai mekanisme respons tumbuhan yang meningkatkan keberhasilan reproduktif, namun ini mengimplikasikan tidak adanya perencanaan yang disengaja pada bagian dari tumbuhan tersebut (Campbell, 2002). Pada batang yang sedang tumbuh, daerah pembelahan sel batang lebih jauh letaknya dari ujung daripada daerah pembelahan akar, terletak beberapa sentimeter dibawah ujung (tunas). Sedangkan pertambahan panjang tiap lokus pada akar tidak diketahui pertambahan panjang terbesar dikarenakan kecambah mati (Salisbury dan Ross, 1996). Teorinya, semua ciri pertumbuhan bisa diukur, tapi ada dua macam pengukuran yang lazim digunakan untuk mengukur pertambahan volume atau massa. Yang paling umum, pertumbuhan berarti pertambahan ukuran. Karena organisme multisel tumbuh dari zigot, pertambahan itu bukan hanya dalam volume, tapi juga dalam bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma, dan tingkat kerumitan. Pada banyak kajian, pertumbuhan perlu diukur. Pertambahan volume (ukuran) sering ditentukan denagn cara mengukur perbesaran ke satu atau dua arah, seperti panjang (misalnya, tinggi batang) atau luas (misalnya, diameter batang), atau luas (misalnya, luas daun). Pengukuran volume, misalnya dengan cara pemindahan air, bersifat tidak merusak, sehingga tumbuhan yang sama dapat diukur berulang-ulang pada waktu yang berbeda (Salisbury dan Ross, 1996). Kurva sigmoid yaitu pertumbuhan cepat pada fase vegetatif sampai titik tertentu akibat pertambahan sel tanaman kemudian melambat dan akhirnya menurun pada fase senesen (Tjitrosoepomo, 1999).
  • 21. Pengukuran daun tanaman mulai dari waktu embrio dengan menggunakan kurva sigmoid juga memiliki hubungan erat dengan perkecambahan biji tersebut yang otomatis juga dipengaruhi oleh waktu dormansi karena periode dormansi juga merupakan persyaratan bagi perkecambahan banyak biji. Ada bukti bahwa pencegah kimia terdapat di dalam biji ketika terbentuk. Pencegah ini lambat laun dipecah pada suhu rendah sampai tidak lagi memadai untuk menghalangi perkecambahan ketika kondisi lainnya menjadi baik. Waktu dormansi berakhir umumnya didasarkan atas suatu ukuran yang bersifat kuantitatif. Untuk tunas dan biji dormansi dinyatakan berhasil dipecahkan jika 50 % atau lebih dari populasi biji tersebut telah berkecambah atau 50% dari tunas yang diuji telah menunjukkan pertumbuhan. Bagi banyak tumbuhan angiospermae di gurun pasir mempunyai pencegah yang telah terkikis oleh air di dalam tanah. Dalam proses ini lebih banyak air diperlukan daripada yang harus ada untuk perkecambahan itu sendiri. (Kimball, 1992). Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak dapat balik dalam ukuran pada semua sistem biologi. Pertumbuhan ini digambarkan dengan kurve yang sigmoid. Proses pertumbuhan ini diatur oleh pesan hormonal dan respon dari lingkungan (panjang hari, temperatur rendah, perubahan persediaan air). Pertumbuhan berikutnya disebut diferensiasi, yang didefinisikan sebagai pengontrolan gen dan hormonal serta lingkungan yang merubah struktur dan biokimiawi perubahan ini terjadi pada hewan dan tanaman saat berkembang (Kaufman, dkk., 1975). Laju pertumbuhan suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut waktu. Oleh karena itu, bila laju tumbuh digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju tumbuh ordinat dan waktu pada absisi, maka grafik itu merupakan suatu kurva berbentuk huruf S atau kurva sigmoid. Kurva sigmoid ini berlaku bagi tumbuhan lengkap, bagian-bagiannya ataupun sel- selnya. Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila digambarkan dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan terbentuk kurva sigmoid (bentuk S). Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor keturunan dan lingkungan (Tjitrosoepomo, 1999). Kurva pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang ideal yang dihasilkan oleh banyak tumbuhan setahun dan beberapa bagian tertentu dari tumbuhan setahun maupun bertahunan, Pada fase logaritmik ukuran (V) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t). Ini berarti laju kurva pertumbuhan (dV/dt) lambat pada awalnya. Tetapi kemudian meningkat
  • 22. terus. Laju berbanding lurus dengan organisme, semakin besar organisme semakin cepat ia tumbuh (Tjitrosoepomo, 1999). Fase pertumbuhan logaritmik juga menunjukkan sel tunggal. Fase ini adalah fase dimana tumbuhan tumbuh secara lambat dan cenderung singkat.Pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada waktu maksimum selama beberapa waktu lamanya. Laju pertumbuhan ditunjukkan oleh kemiringan yang konstan pada bagian atas kurva tinggi tanaman oleh bagian mendatar kurva laju tumbuh dibagian bawah. Fase senescence ditunjukkan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua (Salisbury dan Ross, 1996). Kurva pertumbuhan berbentuk S (Sigmoid) yang ideal, yang dihasilkan oleh banyak tumbuhan setahun dan beberapa bagian tertentu dari tumbuhan setahun maupun bertahun, dengan mengambil contoh tanaman jagung. Kurva menunjukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dan waktu. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali: fase logaritmik, fase linear, dan fase penuaan (Salisbury dan Ross, 1992).
  • 23. BAB III METODE PRAKTIKUM .3.1. Alat & Bahan .3.1.1. Acara 2 : Karbohidrat Dalam Tanaman  Alat : Aluminium Foil, petridisk, waterbath, dan penjepit.  Bahan : Tanaman dengan daun segar, larutan iodine, alkohol 70%. .3.1.2. Acara 3 : Transpirasi  Alat : Kipas angin, botol, kapas.  Bahan : Semai tanaman akasia dan tanaman mahoni, vaselin. .3.1.3. Acara 4 : Jaringan Pengangkut Air  Alat : Botol, pisau, penutup botol dan kapas.  Bahan : Cabang tanaman berkayu yang relatife sama, vaselin. .3.1.4. Acara 5 : Pengamatan Daerah Tumbuh Tanaman  Alat : Penggaris, tissue, pena tinta cina, karet gelang dan gelas tabung.  Bahan : Kecambah kacang hijau dan air. .3.1.5. Acara 7 : Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Kecambah  Alat : Timbangan, piring tempat perkecambahan dan kain.  Bahan : Kecambah umur 1, 2, 3, 4, dan 5 hari yang ditumbuhkan di tempat gelap dan terang. .3.1.6. Acara 8 : Pengaruh Auksin Terhadap Pertumbuhan Akar  Alat : Botol.  Bahan : Larutan auksin 100 mg/ 100 ml, potongan cabang sungkai, tanah.
  • 24. .3.1.7. Acara 9 : Dominansi Apikal & Penghambatan Pertumbuhan  Alat : Pot, penggaris.  Bahan : Semai durian, Vaseline dan campuran lanolin yang mengandung 400 ppm IAA. .3.1.8. Acara 10 : Geotropi  Alat : Penggaris, kertas saring, pena tinta cina, karet gelang dan gelas tabung.  Bahan : Kecambah kedelai dan air. .3.1.9. Acara 11 : Kurva Sigmoid Petumbuhan Tanaman  Alat : Penggaris, pot.  Bahan : Semai tanaman cepat tumbuh (Jagung), media tanam. .3.2. Cara Kerja .3.2.1. Acara 2 : Karbohidrat Dalam Tanaman o Pagi hari sebelum tanaman terkena sinar matahari, tutup sebagian daun dengan kertas aluminium dan dijepit rapat dan biarkan beberapa jam tersinari matahari. o Potong daun, kemudian masukkan daun tersebut ke dalam alkohol panas (dipanaskan dalam waterbath) selama kira-kira 20 menit. o Cuci daun tersebut dengan air panas, masukkan dalam larutan Iodine pada petridisk selama beberapa menit. o Cuci dengan air segar agar larutan Iodine larut lalu bentangkan, warna ungu gelap menunjukan adanya amilum dalam tanaman. .3.2.2. Acara 3 : Transpirasi o Letakkan semai tanaman pada botol berisi air dengan seluruh daun di luar botol, rapatkan bagian mulut botol dengan kapas dan vaselin. o Hitung tinggi air dalam botol. o Letakkan tanaman di dalam ruang kamar selama 24 jam.
  • 25. o Hitung jumlah air yang hilang dari botol untuk tiap tanaman. o Buat ulangan yang lain, tempatkan di hadapan kipas angin. o Catat kehilangan air setelah 24 jam. o Bandingkan jumlah kehilangan air antara jenis tanaman dan antara tanpa kipas dan dengan kipas. o Catat temperatur dan kelembaban ruangan. .3.2.3. Acara 4 : Jaringan Pengangkut Air o Pilih ujung cabang tanaman yang kira-kira sama besarnya. Masukkan cabang ke dalam botol sehingga pangkalnya berada 1 cm di atas dasar botol. o Kupas kulit batang sepanjang 3 cm dari pangkal batang. Pengupasan dilakukan dalam air. o Tutup xylem 3 cabang dengan vaselin, namun floem dibiarkan terbuka, segera dimasukkan ke dalam botol yang telah diisi air suling. o Tutup 3 floem cabang lainnya dengan vaselin, namun xylem dibiarkan terbuka, segera dimasukkan ke dalam botol yang telah diisi air. o Tiga cabang tidak diperlakukan sebagai kontrol. o Amati awal permukaan air dalam botol. Amati kembali pada hari ke 4 dan ke 10. Hitung banyaknya air yang berkurang. .3.2.4. Acara 5 : Pengamatan Daerah Tumbuh Tanaman o Ambil 10 buah kecambah yang akarnya lurus dan panjangnya lebih dari 2 cm, o Tandai dari ujung 10 garis dengan interval 1 mm. o Letakkan kecambah dalam posisi tegak (dengan bantuan karet gelang) di lempeng kaca yang telah dilapisi kertas saring. o Ambil 10 kecambah dan beri tanda garis 10 mm dari ujung dan letakkan pada lempeng kaca yang seperti no.3. o Letakkan lempeng kaca dengan kecambah dalam gelas tabung yang berisi sedikit air. o Tutup gelas tabung sehingga lembab dan letakkan di tempat gelap. o Setela 24 jam ukur jarak masing – masing interval, bandingkan dengan control dan bandingkan per segmen (tiap interval).
  • 26. .3.2.5. Acara 7 : Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Kecambah o Ambil 10 biji kering dan 10 biji kecambah dari tiap kelompok kemudian masing-masing ditimbang. o Untuk kecambah yang besar kotiledonnya dan ditimbang masing – masing. o Mengukur panjang masing-masing kecambah dan membuat rerata hasil pengukuran. o Membuat grafik hubungan antara umur kecambah dan berat kecambah total, berat kotiledon dan panjang kecambah. .3.2.6. Acara 8 : Pengaruh Auksin Terhadap Pertumbuhan Akar o Membuat pengenceran auksin 0,1, 1, 10, 100 mg/ml o Memasukkan ujung potongan cabang ke dalam larutan yang telah dibuat dan dimasukkan ke dalam air suling. o Menunggu selama 30 menit. o Sementara menunggu, siapkan larutan hara normal dan dimasukkan ke dalam botol yang telah disediakan. o Setelah 30 menit, potongan cabang tersebut dipindahkan ke dalam boto yang berisi larutan hara dan tempatkan di tempat terang. o Mengamati pertumbuhan akar yang tumbuh setelah satu minggu. Bila larutan berkurang selama pengamatan tambahkan air suling. o Menghitung jumlah akar dan panjang. .3.2.7. Acara 9 : Dominansi Apikal & Penghambatan Pertumbuhan o Mengambil 3 pot semai durian. o Tanaman pada pot pertama dan kedua dipotong batangnya tepat di bawah daun yang paling atas. o Bekas luka pada pot pertama diolesi sedikit lanonin dengan IAA. o Bekas luka pada pot kedua diolesi lanonin tanpa IAA. o Tanaman ketiga sebagai kontrol. o Meletakkan ketiga pot dalam ruang tumbuh.
  • 27. o Mengukur panjang tunas aksiler yang tumbuh dan diameter batang tempat pemotongan (mm) setelah 14 hari. .3.2.8. Acara 10 : Geotropi o Mengambil 10 kecambah akar yang lurus dan diperkirakan sama panjangnya. o Kecambah tersebut pada penggaris yang telah dilapisi tissue dengan kedudukan horizontal. o Mengambil lagi 10 kecambah ujungnya tidak dipotong, mengukur panjangnya dan memperlakukan seperti pada nomor 2. o Memasukkan penggaris yang telah ditempeli kecambah ke dalam tabung gelas terisi sedikit air dan menutup atasnya. Meletakkan tabung gelap di tempat gelap. o Mengukur panjang akar dan sudut pembengkokan setelah 24 jam. .3.2.9. Acara 11 : Kurva Sigmoid Petumbuhan Tanaman o Tanam dalam 2 pot kecambah umur 3 hari yang relative sama sebanyak 10 tanaman per pot. o Letakkan satu pot di tempat gelap dan satu pot di tempat terang. o Pengamatan dilakukan setiap dua hari sampai hari ke-25. o Ukur panjang tanaman . o Rata – ratakan hasil dari 10 tanaman kemudian buat grafik hubungan panjang dan waktu.
  • 28. BAB IV HASIL PENGAMATAN .1.1. Hasil Pengamatan .1.1.1. Acara 2 : Karbohidrat Dalam Tanaman  Pengamatan setelah dilakukan pencelupan Iodine, + = tampak ungu, - = tidak tampak ungu. Perlakuan Ulangan Pengamatan Keterangan 1. Jenis Daun : Mahoni Terbuka 1 + Ada bintik - bintik warna ungu 2 + Ada bintik - bintik warna ungu Tertutup 1 + Ada bintik - bintik warna ungu 2 + Ada bintik - bintik warna ungu 2. Jenis Daun : Karet Terbuka 1 + Ada bintik - bintik warna ungu 2 + Ada bintik - bintik warna ungu Tertutup 1 + Ada bintik - bintik warna ungu 2 + Ada bintik - bintik warna ungu .1.1.2. Acara 3 : Transpirasi  Pengamatan Awal Volume air dalam botol sebelum semai dimasukkan : 15 cm = 15000 ml No. Perlakuan Tinggi air dalam botol (ml) Jumlah Daun 1. Akasia Biasa 1. 15,3 cm = 15300 ml 1. 12 2. 15,3 cm = 15300 ml 2. 7 Berangin 1. 15,4 cm = 15400 ml 1. 11 2 15,7 cm = 15700 ml 2 14 2. Mahoni Biasa 1. 15,8 cm = 15800 ml 1. 26 2. 15,1 cm = 15100 ml 2. 16 Berangin 1. 15,9 cm = 15900 ml 1. 12 2 15,6 cm = 15600 ml 2. 14
  • 29.  Pengamatan Pengurangan Air Setelah 24 Jam No. Perlakuan Ulangan Pengurangan air (ml) Keterangan 1. Akasia Biasa 1. 0 ml 1. 12 2. 0 ml 2. 7 Berangin 1. 0 ml 1. 11 (segar) 2. 300 ml 2 14 (segar) 2. Mahoni Biasa 1. 300 ml 1. 26 2. 100 ml 2. 16 Berangin 1. 100 ml 1. 12 (segar) 2. 100 ml 2. 14 (segar) .1.1.3. Acara 4 : Jaringan Pengangkut Air o Pengamatan Awal Volume air dalam botol sebelum stek dimasukkan : 10,7 cm = 10700 ml No. Perlakuan Tinggi air dalam botol (ml) Jumlah Daun 1. Xylem ditutup 1. 10,9 cm = 10900 ml 1. 12 2. 11,1 cm = 11100 ml 2. 8 3. 10,9 cm = 10900 ml 3. 3 Rata – rata 10,96 cm = 10960 ml 2. Floem ditutup 1. 10,8 cm = 10800 ml 1. 8 2. 10,9 cm = 10900 ml 2. 7 3. 10,9 cm = 10900 ml 3. 11 Rata – rata 10,86 cm = 10860 ml 3. Kontrol 1. 10,8 cm = 10800 ml 1. 10 2. 11,1 cm = 11100 ml 2. 11 3. 11,1 cm = 11100 ml 3. 10 Rata – rata 11 cm = 11000 ml o Pengamatan serapan air pada hari ke-4 dan ke-10 No. Perlakua n Rata – rata air diserap (ml) Catatan Morfologi Hari ke-4 Hari ke-10 Hari ke-4 Hari ke-10 1. Xylem ditutup 1. 100 ml 1. 300 ml 10 daun, hijau semua 10 daun, hijau semua 2. 200 ml 2. 100 ml 7 daun kuning, 1 hijau Semua daun gugur 3. 200 ml 3. 200 ml 3 daun, hijau semua Semua daun gugur Rata – rata 166,66 ml 200 ml 2. Floem ditutup 1. 100 ml 1. 200 ml 8 daun, hijau semua 2 daun kuning, 6 hijau 2. 0 ml 2. 100 ml 2 daun kuning, 5 hijau Semua daun gugur 3. 0 ml 3. 100 ml 5 daun kuning, 6 hijau Semua daun gugur Rata – rata 33,33 ml 133,33 ml 3. Kontrol 1. 100 ml 1. 100 ml 1daun gugur, 3 kuning Semua daun gugur
  • 30. 2. 200 ml 2. 100 ml 11 daun, hijau semua 3 daun gugur, 3 hijau 3. 200 ml 3. 100 ml 1 daun kuning, 9 hijau 1 daun kuning, 2 hijau, 7 gugur Rata – rata 166,66 ml 100 ml .4.1.4. Acara 5 : Pengamatan Daerah Tumbuh Tanaman  Pengamatan pertambahan jarak interval tiap 2 mm sepanjang 20 mm selama 24 jam  P e n gamatan pertambahan jarak interval 1 – 20 mm selama 24 jam Perlakuaan Pertambahan Jarak Interval (mm) Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kecambah 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Kecambah 2 2 2 2 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2 2 Kecambah 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2,1 2,1 Kecambah 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Kecambah 5 2 2 2 2 2 2 2 2 2,1 2,1 Kecambah 6 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2,1 Kecambah 7 2 2 2 2 2 2 2 2 2,1 2,1 Kecambah 8 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Kecambah 9 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Kecambah 10 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Perlakuan Pertambahan Jarak Interval (mm) Keterangan Kecambah 1 21 Bertambah 1 cm Kecambah 2 21 Bertambah 1 cm Kecambah 3 20 Tetap Kecambah 4 21 Bertambah 1 cm Kecambah 5 2 Tetap Kecambah 6 2 Tetap Kecambah 7 2 Tetap Kecambah 8 21 Bertambah 1 cm Kecambah 9 21 Bertambah 1 cm Kecambah 10 21 Bertambah 1 cm
  • 31. 4.1.5. Acara 7 : Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Kecambah o Gelap o Terang .4.1.6. Acara 8 : Pengaruh Auksin Terhadap Pertumbuhan Akar o Hasil Pengamatan selama 2 Minggu Perlakuan Pertambahan Setelah 2 Minggu Jumlah Akar Panjang Akar 100 ppm - - 10 ppm - - 1 ppm - - 0,1 ppm - - Kontrol - - Hari Ukuran Rerata Panjang Total Rerata Berat Kotiledon Rerata Berat Total 1 0 0,16 00,49 2 0,55 0,01 0,27 3 1,11 0,027 0,32 4 1,13 0,3 0,35 5 Rerata Hari Ukuran Rerata Panjang Total Rerata Berat Kotiledon Rerata Berat Total 1 0,57 0,37 0,38 2 0,35 0,18 0,52 3 0,95 0,29 0,31 4 0,92 0,38 0,42 5 Rerata
  • 32. .4.1.7. Acara 9 : Dominansi Apikal & Penghambatan Pertumbuhan o Hasil Pengamatan selama 1 Minggu (8 Mei 2015) Perlakuan Panjang Daun Lateral (cm) Diameter Batang (cm) 1 2 3 Rerata 1 2 3 Rerata Lanolin + IAA Awal 14,2 11,1 10,5 11,93 30 30 30 30 Akhir 14,6 11,2 10,8 12,2 30 30 30 30 Lanolin Awal 12,2 10,2 15,5 11,96 20 20 20 20 Akhir 13 10,2 14 12,4 20 30 30 26,27 Kontrol Awal 11,3 12 13,5 12,26 30 20 20 23,3 Akhir 13,8 15,8 13,5 14,36 30 20 20 23,3 .4.1.8. Acara 10 : Geotropi o Hasil Pengamatan selama 24 jam (25 April 2015) Perlakuan Panjang Akar & Sudut Pembengkokan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Dipoton g Awal 4,9 5 4,5 4,8 5 4,8 5,6 5,1 5,8 4,8 Akhir 6 5,3 4,7 4,8 5 4,9 5,6 5,1 6 4,8 Sudut 20° 10° 40° 30° 20° 30° 30° 20° 30° 30° Tidak Dipoton g Awal 7,5 6,2 6,2 9 6,5 6 8,5 6,2 6,2 8,6 Akhir 9 8,5 8,5 9 8,1 8 8,5 8,6 8,2 8,9 Sudut 20° 10° 30° 30° 10° 30° 40° 30° 20° 30° .4.1.9. Acara 11 : Kurva Sigmoid Petumbuhan Tanaman  Hasil Pengamatan hari ke-5 sampai hari ke-17 (interval 2 hari) Perlakuan Panjang Daun Hari ke - 5 7 9 11 13 15 17 Gelap 1 7,6 8,2 8,6 9 9,5 9,8 10,3 2 7,4 7,7 8,1 8,5 9 9,3 9,5 3 7,5 7,9 8,4 9 9,5 9,7 9,9 4 6,6 7 7,3 7,6 8 8,4 8,7 5 8,6 9,3 10 10,7 11,5 11,8 12,4 6 8 8,7 9 9,6 10 10,2 10,4 7 6,7 7,3 7,6 8,1 8,5 8,8 9,3 8 9 10,4 10,8 11,4 12 12,4 12,7 9 9,4 10 11,3 12 12,5 12,8 13 10 8 8,7 9,3 10 11 11,3 11,6
  • 33. Rerata 8.33 8.5 9.5 10 10 10,45 13 Terang 1 5,5 6 6,4 7 7,5 7,9 8,3 2 4,8 5,5 5,9 6,6 7 7,2 7,6 3 4,5 4,9 5,6 6,1 6,5 6,8 7 4 5 5,7 6,1 6,7 7 7,4 7,6 5 7,9 8,5 8,9 9,5 10 10,3 10,7 6 5,3 5,7 6,1 6,7 7,2 7,5 7,7 7 5 6,4 7,3 7,8 8,5 8,8 9 8 6 6,5 7,1 7,7 8,2 8,5 8,9 9 6,5 7 7,7 8,6 9 9,3 9,5 10 4,5 4,9 5,6 - - - - Rerata 5.33 6,5 6,67 7 8,25 7,37 8 .4.2. Pembahasan .1.2.1. Acara 2 : Karbohidrat Dalam Tanaman Dari hasil pengamatan yang dilakukan, untuk perlakuan tanaman daun segar Mahoni dan karet yang ditutup dengan aluminium foil terdapat sedikit bercak berwarna ungu yang menunjukkan adanya amilum di daun tersebut. Semua faktor tersebut mempengaruhi fotosintesis, yang paling membatasi hanyalah faktor ketersediaan air. Perbedaan warna antara daun yang tertutup kertas aluminium foil dengan bagian daun yang terbuka yaitu pada daun yang tidak ditutupi aluminium foil akan tampak bercak berwarna ungu yang menandai bahwa pada daun telah terjadi proses fotosintesis. Hal ini disebabkan karena kertas aluminium foil mempunyai sifat memantulkan cahaya matahari sehingga fotosintesis tidak dapat berlangsung. Berbeda dengan daun yang tidak mendapat perlakuan, akan tampak sedikit bercak- bercak berwarna ungu kehitam-hitaman yang menandakan adanya amilum. Pada daun yang ditutupi oleh aluminium foil masih dapat melakukan respirasi dan transpirasi walaupun tidak mendapat sinar matahari yang cukup, hal ini jelas terlihat adanya amilum pada daun dengan jumlah yng sedikit. Namun pada daun yang tidak mendapat perlakuan terdapat banyak amilum sebagai tanda melakukan proses fotosintesis.
  • 34. Dari perbedaan warna yang terjadi atas perbedaan perlakuan menunjukkan bagian daun yang berbeda warna disebabkan oleh faktor kurangnya cahaya matahari, sehingga daun tersebut tidak dapat melaksanakan fungsi fisiologisnya secara sempurna. Dengan kata lain, secara umum fotosintesis hanya dapat berlangsung jika ada cahaya matahari yang cukup mengenai permukaan daun yang ditandai dengan adanya amilum pada daun. Proses pembentukan karbohidrat pada fotosintesis, daun yang diberi perlakuan dengan dipanaskan pada air mendidih kemudian dimasukkan dalam alkohol panas mengakibatkan pigmen daun jadi luntur. Daun yang semula berwarna hijau tua berubah menjadi hijau muda. Hal ini dimaksudkan agar ada tidaknya amilum pada daun dapat terlihat dengan jelas pada saat daun tersebut dicuci dengan larutan iodine. Perebusan dilakukan agar sel dalam daun mati dan menjadikan sel-sel daun lebih permeable. Memasukkan daun dalam alkohol bertujuan untuk melarutkan klorofil dan menjadikan amilum lebih mudah bereaksi. Setelah itu meletakkan daun pada cawan untuk ditetetsi permukaan daun dengan larutan iodine sampai merata. Perlakuan ini membuat daun menjadi berwarna ungu kehitam-hitaman yang menunjukkan adanya amilum dalam jaringan daun. Larutan iodine disini berfungsi untuk memberikan warna pada daun agar dapat dibedakan bagian daun yang mengandung amilum dan tidak. Setelah dimasukkan dalam larutan iodine, daun yang telah ditutup sebelumnya berwarna agak kebiru-tuaan disekitar pinggir – pinggirnya dan di bagian – bagian yang tidak ditutupi lainnya, sedangkan bagian tengahnya atau bagian yang ditutupi berwarna sedikit lebih cerah. Hal ini disebabkan karena pada bagian yang ditutup tidak terjadi proses fotosintesis, sehingga dibagian tersebut tidak terdapat amilum yang ditunjukkan oleh warna ungu kehitaman. Sedangkan pada daun yang tidak ditutup warna ungu kehitamannya akan merata diseluruh bagiannya, karena pada seluruh bagian permukaan daun terjadi proses fotosintesis. .1.2.2. Acara 3 : Transpirasi Pengurangan air pada daun tanaman mahoni (Swietenia mahagoni) yang diperlakukan biasa atau tanpa kipas angin, untuk ulangan pertama
  • 35. pengurangan air sebanyak 300 ml dan ulangan kedua pengurangan air sebanyak 100 ml yang berarti laju transpirasinya tinggi. Sedangkan pengurangan air pada daun tanaman mahoni (Swietenia mahagoni) yang diperlakukan berangin atau dengan kipas angin, untuk ulangan pertama pengurangan air sebanyak 100 ml dan ulangan kedua pengurangan air sebanyak 100 ml yang berarti laju transpirasinya rendah. Pengurangan air pada daun tanaman akasia (Accacia mangium) yang diperlakukan biasa atau tanpa kipas angin, untuk ulangan pertama pengurangan air sebanyak 0 ml dan ulangan kedua pengurangan air sebanyak 0 ml yang berarti laju transpirasinya rendah. Sedangkan pengurangan air pada daun tanaman akasia (Accacia mangium) yang diperlakukan berangin atau dengan kipas angin, untuk ulangan pertama pengurangan air sebanyak 0 ml dan ulangan kedua pengurangan air sebanyak 300 ml yang berarti laju transpirasinya meningkat. Perbedaan pengurangan air pada perlakuan tanpa kipas angin atau biasa dengan pengurangan air pada perlakuan berangin atau dengan kipas angin dipengaruhi oleh faktor luar seperti radiasi, temperatur, kelembaban udara, tekanan udara, angin, keadaan air dalam tanah. Diantaranya yaitu angin yang mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin menurunkan kelembaban udara diatas stomata, sehingga meningkatkan kehilangan neto air. Namun jika angin menyapu daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan menurun dan hal ini dapat menurunkan tingkat transpirasi. Dan kelembaban, bila daun mempunyai kandungan air yang cukup dan stomata terbuka, maka laju transpirasi bergantung pada selisih antara konsentrasi molekul uap air di dalam rongga antar sel di daun dengan konsentrasi molekul uap air di udara. Perbedaan kecepatan pengurangan air pada daun tanaman mahoni (Swietenia mahagoni) dengan pengurangan air pada daun tanaman akasia (Accacia mangium) dipengaruhi oleh faktor dalam antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, lapisan lilin pada permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata. Pada pada daun tanaman mahoni (Swietenia mahagoni) laju transpirasinya meningkat dan lebih cepat dibandingkan dengan daun tanaman
  • 36. akasia (Accacia mangium) karena pada daun tanaman mahoni (Swietenia mahagoni) memiliki daun yang lebih besar, lapisan lilin lebih tebal dan daun yang tebal sehingga menyebabkan laju transpirasi meningkat. Sedangkan pada daun tanaman akasia (Accacia mangium) memiliki daun yang kecil, tipis dan lapisan lilin yang tipis. Sehingga menyebabkan laju transpirasi pada daun tanaman mahoni (Swietenia mahagoni) lebih tinggi dibandingkan dengan daun tanaman akasia (Accacia mangium). .1.2.3. Acara 4 : Jaringan Pengangkut Air Rata – rata air yang diserap stek yang kondisi xilemnya ditutup dengan vaseline pada hari ke-4 adalah untuk x1 100 ml (daun 10 hijau semua), x2 200 ml (7 daun kuning, 1 hijau) dan x3 200 ml (3 daun hijau semua). Adapun rata – rata air yang diserap stek yang kondisi xilemnya ditutup dengan vaseline pada hari ke-10 adalah untuk x1 300 ml (daun 10 hijau semua), x2 100 ml (semua daun gugur), dan x3 200 ml (semua daun gugur). Kondisi morfologi ini disebabkan karena pada dasarnya xilem merupakan jaringan kompleks karena terdiri dari beberapa tipe sel yang berbeda, baik yang hidup maupun tidak hidup. Penyusun utamanya adalah trakeid dan trakea sebagai saluran transpor dan penyokong. Dari keterangan tersebut telah dapat membuktikan jaringan pengangkutan unsur hara yang ada di air dilakukan oleh jaringan xylem. Berarti dengan adanya jaringan xilem yang mengangkut unsur hara, tanaman dapat melakukan proses metabolismenya sehingga tanaman dapat hidup, jika hal ini tidak terjadi maka tanaman akan mati. Rata – rata air yang diserap stek yang kondisi floemnya ditutup dengan vaseline pada hari ke-4 adalah untuk f1 100 ml (8 daun hijau semua), x2 0 ml (2 daun kuning, 5 hijau), dan x3 0 ml (5 daun kuning, 6 hijau). Kondisi morfologi stek masih terlihat segar dengan kata lain tanaman tersebut masih tumbuh dengan baik. Adapun rata – rata air yang diserap stek yang kondisi floemnya ditutup dengan vaseline pada hari ke-10 adalah untuk f1 200 ml (2 daun kuning, 6 hijau), f2 100 ml (semua daun gugur), dan f3 100 ml (semua daun gugur) . Kondisi morfologi ini disebabkan karena yang paling berperan dalam proses penyerapan unsur hara adalah jaringan xilem sedangkan jaringan floem hanya menebarkan makannya yang dihasilkan dari proses fotosintesis
  • 37. keseluruh bagian tanaman, sehingga tidak terlalu berpengaruh besar dalam proses pertumbuhan. Rata – rata air yang diserap stek yang kondisi kontrol pada hari ke-4 adalah untuk k1 100 ml (1 daun gugur, 3 kuning), k2 200 ml (11 daun hijau semua), dan k3 200 ml (1 daun kuning, 9 hijau). Adapun rata – rata air yang diserap cabang tanaman berkayu yang kontrol pada hari ke-10 adalah untuk k1 100 ml (semua daun gugur), k2 100 ml (5 daun gugur, 5 hijau), dan k3 100 ml (1 daun kuning, 2 hijau, 7 gugur). Kondisi morfologi ini disebabkan karena pada morfologi dari tanaman tersebut yakni tanaman terlihat segar hal ini membuktikan bahwa memang jaringan pengangkutan hara tanaman dari tanah yang diserap oleh akar diangkut oleh jeringan xilem dan juga hasil fotosintesis disebarkan kembali keseluruh bagian tanaman melalui jaringan floem hal ini nampak pada cabang tanaman berkayu yang terletak diluar terlihat masih segar, tidak mengkerut dan tidak kering. Teori vertikal mengatakan perjalanan air seperti ini hanya dapat terlaksana karena pertolongan sel-sel hidup, dalam hal ini adalah sel-sel parenkim kayu dan sel-sel jaringan empulur yang ada disekitr xylem. Pembuluh xylem dapat juga dipandang sebagai pembuluh kapiler, sehingga air naik di dalamnya sebagai akibat dari adhesi antara dinding xylem dengan molekul-molekul air. hal inilah yang menyebabkan masuknya air dalam tanaman .1.2.4. Acara 5 : Pengamatan Daerah Tumbuh Tanaman Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, kecambah kacang hijau 1 sampai dengan kecambah kacang hijau ke 10 tidak memperlihatkan perubahan yang signifikan. Hal ini disebabkan karena sel-sel dalam organ akar tersebut tidak mengalami pembelahan sehingga ukuran panjang pada akar tidak mengalami pertambahan panjang. Kemungkinan lain sel-sel dalam jaringan masih beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ketersediaan nutrisinya terbatas sehingga pembelahan terhambat. Pada setiap tanaman semuanya mengalami pertambahan panjang pada interval yang paling ujung. Hasil yang diperoleh beragam yaitu untuk pertambahan jarak interval kecambah kacang hijau untuk perlakuan pertama adalah pada kecambah 2 mengalami pertambahan jarak interval 1 mm ulangan ke 4 – 8 saja, kecambah 3 hanya ulangan ke 9 dan 10, kecambah 5 hanya
  • 38. ulangan 9 dan 10, kecambah 6 hanya ulangan 10, dan kecambah 7 hanya ulangan ke 9 dan 10 yang bertambah masing – masing 1 mm. Untuk pertambahan jarak interval 20mm hanya kecambah 1, 2, 4, 8, 9, 10 saja yang bertambah 1 mm dari 20 mm menjadi 21 ml. Hal ini menunjukkan bahwa sel-sel yang terdapat pada ujung akar tanaman tersebut bersifat moristematik, dimana sel-sel pada ujung akar sangat aktif membelah yang diakibatkan oleh oleh sitoplasma yang padat sehingga ruang antar sel hampir tidak ada dan bersifat adaptif terhadap kondisi lingkungan. Sedangkan daerah yang kurang mengalami pertambahan terdapat pada daerah pangkal akar, karena sebagian besar pembelahan sel sudah lama terhenti, karena hormon pertumbuhan (auksin) pada daerah tersebut kadarnya menjadi sangat rendah. Pertumbuhan memanjang pada tumbuhan terjadi di titik tumbuh apikal baik di ujung batang maupun diujung akar. Pada percobaan ini, daerah titik tumbuh yang diamati adalah titik tumbuh apikal yang berada di ujung akar. Pada daerah ini sel – sel aktif membelah (bersifat embrionik) sehingga memudahkan pengamatan pada daerah tumbuh tersebut. Kecambah tumbuh normal bila keadaan lingkungannya lembab (pengaruh kelembaban), sehingga pada perlakuan biji yang ditutup keras saring dan ditutup mengkondisikan keadaan yang lembab. Perkembangan dan pertumbuhan akar kecambah yang telah diintervalkan menghasilkan pertumbuhan deferensial / pemanjangan akar kecambah pada masing-masing interval. Pada pemanjangan batang kecambah terjadi proses perpanjangan dan pertumbuhan yang semakin bertambah pada bagian epikotil, yaitu sejak kotiledon berkecambah kecil hingga memiliki batang kotiledon yang jelas. .1.2.5. Acara 7 : Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Kecambah Dari percobaan ini dapat diketahui bagaimana pentingnya cahaya terhadap perkecambahan. Kecambah akan cepat tumbuh jika ada rangsangan cahaya. Dan dari hasil data perkecambahan dalam terang dan gelap diperoleh data bahwa perlakuan gelap rata – rata panjang total dari kecambah lebih panjang pertumbuhannya dibandingkan dengan perlakuan terang. Ini dikarenakan pada tempat yang gelap tanaman lebih menggunakan cadangan makanan dalam endosperm atau kotiledon lebih banyak digunakan untuk memperbesar dan memperpanjang batang.
  • 39. Pada kecambah perlakuan gelap warna hijau pucat, fotoklorofil menuju ke klorofil yang sulit terjadi. Sedangkan pada kecambah terang fotoklorofil mudah menuju ke klorofil sehingga butuh cahaya dan suhu dingin. Kecambah gelap ini disertai dengan adanya ruas yang lebih panjang, etiolasi karena di tempat gelap lebih efektif daripada tempat gelap. Hal ini dapat dikatakan bahwa pada daerah terang kemungkinan kotiledonnya mengalami kelayuan atau juga kotiledonnya semakin kecil dibandig dengan daerah gelap. Biji memerlukan tempat yang lembab agar kecambah lebih cepat tumbuh tapi dalam hal ini bukan berarti tidak memerlukan cahaya matahari untuk proses fotosintesis. Cahaya berpengaruh pada kecambah dengan proses fotochemical yang dilakukan oleh pigmen hijau. Biji dengan bantuan cahaya tumbuh menjadi kecambah relatif begitu juga dengan biji yang tumbuh tanpa cahaya tidak begitu jauh perkiraan ukuran biji yang menjadi kecambah. Kecambah yang berada di tempat gelap akan terisolasi, dan tampak pucat pada batang, daun dan batangnya pun lebih lemah, dan kecambah pada praktikum ini keadaannya tidak jauh berbeda pada tempat yang gelap dan tempat terang. Sedangkan berat kecambah pada tempat terang lebih berat bila dibandingkan dengan berat kecambah pada tempat gelap. Hal ini dipengaruhi oleh pembentukan batang dimana pertumbuhan atau cadangan makanan di tempat terang lebih banyak digunakan. Dan di tempat gelap kotiledonnya tidak banyak digunakan. .1.2.6. Acara 8 : Pengaruh Auksin Terhadap Pertumbuhan Akar Pada pengamatan stek yang diberi perlakuan laruatan Auksin (IAA) diketahui bahwa tidak ada pertambahan jumlah akar dan panjang akar selama pengamatan 2 minggu. Ini bias terjadi mungkin perlakuan yang diberikan salah atau waktunya yang kurang lama untuk menunggu akarnya tumbuh. .1.2.7. Acara 9 : Dominansi Apikal & Penghambatan Pertumbuhan Dari hasil pengamatan didapat pada perlakuan semai Durian yang dipotong tepat di bawah daun paling atas dan diberi Lanolin + IAA didapatkan
  • 40. rerata pertambahan panjang daun lateral awal adalah 11,93 ml dan rerata diameternya adalah 30 ml. Setelah 1 minggu rerata panjang daun adalah 12,2 mm dan rerata diameter 30 mm. Pada perlakuan semai Durian yang dipotong tepat di bawah daun paling atas dan diberi Lanolin saja didapatkan rerata pertambahan panjang daun lateral awal adalah 11,96 ml dan rerata diameternya adalah 20 mm. Setelah 1 minggu rerata panjang daun adalah 12,4 mm dan rerata diameter 26,27 mm. Pada perlakuan semai Durian yang dipotong tepat di bawah daun paling atas yang kontrol saja didapatkan rerata pertambahan panjang daun lateral awal adalah 11,3 ml dan rerata diameternya adalah 23,3 mm. Setelah 1 minggu rerata panjang daun adalah 13,8 mm dan rerata diameter 23,3 mm. Dari hasil pengamatan diperoleh data dimana dengan penambahan vaseline dengan IAA maka pembentukan tunas aksiler yang berdekatan dengan bagian yang diberi zat tersebut terhambat. Bila meristem apikal dipotong, tunas dan tunas aksiler akan berkembang menjadi cabang. Bila ujung tanaman dirusak maka akan terbentuk pertumbuhan kuncup lateral sehingga kuncup terminal dikatakan melakukan pengaruh dominasi terhadap pertumbuhannya. Bila meristem apikal diganti dengan sumber IAA atau vaseline, pertumbuhan tunas aksiler akan terhambat. Dari data terlihat bahwa perlakuan dengan penambahan IAA menghasilkan panjang daun lateral lebih besar daripada vaseline atau kontrol. Pemberian auksin memacu terjadinya pertumbuhan tunas lateral dan menghambat tunas aksilar. Diameter batang pada perlakuan vaseline dan IAA saja lebih besar vaseline, namun lebih kecil atau sama dengan kontrol. Pertambahan diameter pada kontrol berjalan dengan normal. Dominasi apikal tersebut menyebabkan tanaman dapat tumbuh lebih tinggi dan meningkatkan eksposur tanaman terhadap cahaya matahari. Produksi auksin oleh tunas apikal berdifusi ke arah bawah tumbuhan mengikuti gaya gravitasi serta menghambat pertumbuhan tunas lateral. Pemotongan tunas apikal beserta hormonnya akan menyebabkan tunas lateral dorman yang terletak di bawah untuk mulai tumbuh. Ketika tunas apikal dihilangkan, sumber auksin dihapus. Konsentrasi auksin yang jauh lebih
  • 41. rendah menyebabkan tunas lateral terpacu untuk tumbuh. Tunas lateral akan lebih sensitif terhadap auksin daripada tunas apikal. Kemudian, tunas yang berada diantara ketiak daun dan batang menghasilkan percabangan baru yang akan berkompetisi untuk menjadi titik tumbuh. .1.2.8. Acara 10 : Geotropi Dari hasil percobaan dapat dilihat dengan perlakuan akarnya dipotong sedikit bahwa panjang akar kecambah selama 1 minggu adalah sebagai berikut : untuk kecambah 1 dengan pertambahan panjang akar kecambah 1,1cm. untuk kecambah 2 dengan pertambahan panjang akar kecambah 0,3cm, untuk kecambah 3 dengan pertambahan panjang akar kecambah 0,2cm, untuk kecambah 4 dengan pertambahan panjang akar kecambah 0 cm, untuk kecambah 5 dengan pertambahan panjang akar kecambah 01 cm, untuk kecambah 6 dengan pertambahan panjang akar kecambah 0 cm, untuk kecambah 7 dengan pertambahan panjang akar kecambah 0 cm, untuk kecambah 8 dengan pertambahan panjang akar kecambah 0 cm, untuk kecambah 9 dengan pertambahan panjang akar kecambah 0,2 cm untuk kecambah 10 dengan pertambahan panjang akar kecambah 0 cm. Pertambahan panjang akar kecambah dengan perlakuan akar tidak dipotong adalah : untuk kecambah 1 dengan pertambahan panjang akar kecambah 1,5cm. untuk kecambah 2 dengan pertambahan panjang akar kecambah 2,3cm, untuk kecambah 3 dengan pertambahan panjang akar kecambah 2,3cm, untuk kecambah 4 dengan pertambahan panjang akar kecambah 0 cm, untuk kecambah 5 dengan pertambahan panjang akar kecambah 1,6cm, untuk kecambah 6 dengan pertambahan panjang akar kecambah 2 cm, untuk kecambah 7 dengan pertambahan panjang akar kecambah 0 cm, untuk kecambah 8 dengan pertambahan panjang akar kecambah 2,4 cm, untuk kecambah 9 dengan pertambahan panjang akar kecambah 2 cm untuk kecambah 10 dengan pertambahan panjang akar kecambah 0,3 cm. Dari hasil ini, didapatkan pertambahan panjang akar dan pertambahan panjang batang kecambah yang berbeda. Perbedaan tersebut terjadi
  • 42. dikarenakan panjang kecambah yang digunakan berbeda- beda, ada yang dipotong dan tidak dipotong. Untuk kecambah yang ujung akarnya dipotong, pertambahan panjang pada akarnya cukup besar, namun pertambahan panjang batang kecambah tidak begitu tampak. Seharusnya pertambahan pada akar yang ujungnya dipotong hanya sedikit, karena titik tumbuh yang terletak pada ujung akarnya telah dipotong sehingga tidak terjadi diferensiasi. Walaupun terjadi hanya sedikit. Kesalahan pada prakktikum ini diduga disebabkan karena kesalahan pengukuran oleh praktikan. Pada akar yang tidak ujung dipotong, pertambahan panjang akar kecambah cukup besar. Hal ini disebabkan karena daerah tumbuh yang terletak pada ujung akar tidak dipotong, sehingga proses pertumbuhan kecambah pun menjadi lebih cepat dan tidak terhambat. .1.2.9. Acara 11 : Kurva Sigmoid Petumbuhan Tanaman Pada praktikum ini yaitu menggunakan jagung yang bertujuan untuk mengamati daun dari embrio dalam biji sampai mencapai ukuran tetap pada tanaman tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat diperoleh hasil pengamatan yaitu dimana titik awal pengukuran dari daun tersebut diawali dengan kotiledon. Pengamatan dilakukan dengan cara menanam 10 biji jagung kedalam polibag dengan menggunakan media tanah. Untuk pengamatan di tempat gelap pada hari ke-5, 7, 9, 11, 13, 15, dan 17 rerata panjang daun jagung secara berurutan adalah 8,33 cm; 8,5; 9,5cm; 10cm; 10cm; 10cm; 10,45; 13 cm Untuk pengamatan pada tempat terang, rerata panjang daun pada hari ke-5, 7, 9, 11, 13, 15, 17 secara berturut-turut adalah 5,33 cm; 6,5 cm; 6,67 cm; 7 cm; 8,25 cm; 7,37 cm; dam 8 cm. Pertumbuhan daun jagung ditempat terang menunjukan ukuran kumulatif dari waktu ke waktu, dimana tanaman pada fase logaritmik dapat dilihat dari hari ke-1 sampai pada hari ke-11. Hal ini sesuai dengan literatur Salisbury dan Ross (1992) yang menyatakan bahwa kurva menunjukan ukuran kumulatif sebagai fungsi dari waktu. Fase logaritmik berarti bahwa laju pertumbuhan lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus terhadap ukuran organisme.
  • 43. Tanaman pada tempat terang masih tetap tumbuh dibandingkan pada tanaman tempat gelap karena tanaman tempat terang mendapatkan cahaya yang cukup untuk melakukan proses fotosintesis sehingga kebutuhan nutrisinya tetap terpenuhi. Sedangkan tanaman pada tempat gelap pertumbuhannya terhambat hingga mati karena tanaman tidak mendapatkan cahaya yang cukup untuk melakukan proses fotosintesis.
  • 44. BAB V KESIMPULAN & SARAN .5.1. Kesimpulan .5.1.1. Acara 2 : Karbohidrat Dalam Tanaman Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :  Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusun amilum : 1. Temperatur 2. Pengaruh air 3. Konsentrasi ion-ion H+ 4. Konsentrasi gula.  Proses fotosintesis akan lebih baik bila daun langsung terkena sinar matahari sehingga klorofil bekerja dengan sempurna.  Faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis 1. Ketersediaan air Kekurangan air menyebabkan daun layu dan stomata menutup, akibatnya penyerapan karbon dioksida terhambat sehingga laju fotosintesis menurun. 2. Intensitas cahaya Makin tinggi intensitas cahaya makin banyak energi yang terbentuk, sehingga mempercepat fotosintesis. Namun, intensitas cahaya yang terlalu tinggi akan merusak klorofil dan mengurangi kecepatan fotosintesis. 3. Konsentrasi karbondioksida (CO2)  Tanaman sangat membutuhkan cahaya matahari untuk perkembangan dan kelangsungan hidup. .5.1.2. Acara 3 : Transpirasi Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
  • 45. 1. Kecepatan relatif kehilangan air dari dalam tanaman dipengaruhi oleh faktor – faktor, baik faktor dari dalam tumbuhan maupun faktor dari luar tumbuhan. a. Faktor internal : faktor yang berasal dari tumbuhan itu sendiri, antara lain : besar – kecilnya daun, tebal – tipisnya daun, ada tidaknya lapisan lilin pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan lokasi stomata. b. Faktor eksternal : faktor luar yang mempengaruhi proses transpirasi, antara lain : radiasi, temperatur, kelembaban udara, tekanan udara, angin, keadaan air dalam tanah. 2. Transpirasi bermanfaat sebagai proses pendiginan, tetapi bila transpirasi mendinginkan daun, tentu proses fisika lain yang melakukan hal tersebut. Bila tidak terjadi transpirasi, daun akan lebih panas beberapa derajat .5.1.3. Acara 4 : Jaringan Pengangkut Air Dari hasil pengamatan yang kami lakukan pada Jaringan Pengangkutan Air dapat dimbil kesimpulan : 1. Jaringan pengangkutan pada tanaman tingkat tinggi adalah xilem dan floem 2. Pada sistem pengangkutan unsur hara dari luar bagian tanaman diserap oleh akar dan di angkut oleh jaringan xilem untuk di masak di daun 3. Jaringan floem dalam pengangkuata air dan unsur hara tidak terlalu berperan namun jaringan floen ini berperan dalam penyebaran hasil fotosintesis dari daun keseluruh bagian tanaman. 4. Tanaman dapat tumbuh dengan baik jika tidak ada faktor - faktor penghambat atau pun hambatan pada jaringan pengangkutan. .5.1.4. Acara 5 : Pengamatan Daerah Tumbuh Tanaman Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa daerah yang kurang mengalami pertambahan terdapat pada daerah pangkal akar, karena sebagian besar pembelahan sel sudah lama terhenti, karena hormon pertumbuhan (auksin) pada daerah tersebut kadarnya menjadi sangat rendah. Pertumbuhan memanjang pada tumbuhan terjadi di titik tumbuh apikal baik di ujung batang maupun diujung akar. Pada percobaan ini, daerah titik
  • 46. tumbuh yang diamati adalah titik tumbuh apikal yang berada di ujung akar. Pada daerah ini sel – sel aktif membelah (bersifat embrionik) sehingga memudahkan pengamatan pada daerah tumbuh tersebut. Kecambah tumbuh normal bila keadaan lingkungannya lembab (pengaruh kelembaban), sehingga pada perlakuan biji yang ditutup keras saring dan ditutup mengkondisikan keadaan yang lembab. Perkembangan dan pertumbuhan akar kecambah yang telah diintervalkan menghasilkan pertumbuhan deferensial / pemanjangan akar kecambah pada masing-masing interval. Pada pemanjangan batang kecambah terjadi proses perpanjangan dan pertumbuhan yang semakin bertambah pada bagian epikotil, yaitu sejak kotiledon berkecambah kecil hingga memiliki batang kotiledon yang jelas. .5.1.5. Acara 7 : Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Kecambah Dari percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa :  Cahaya berpengaruh pada kecambah dengan proses fotochemical yang dilakukan oleh pigmen hijau. Biji dengan bantuan cahaya tumbuh menjadi kecambah relatif begitu juga dengan biji yang tumbuh tanpa cahaya tidak begitu jauh perkiraan ukuran biji yang menjadi kecambah.  Perkecambahan yang dilakukan di tempat terang dan tempat gelap sama- sama mempengaruhi keadaan morfologi tanaman itu sendiri baik keadaan akar, batang, daun, dan lainnya.  Proses perkecambahan yang terjadi pada tempat terang jauh lebih sederhana dibandingkan dengan proses yang dilakukan tanpa cahaya, karena pada proses ini tanaman melakukan pemecahan gula karbon dan pemecahan terhadap senyawa ATP.  Perkecambahan yang dilakukan pada saat terang, keadaan morfologinya lebih diketahui daripada dalam keadaan gelap. .5.1.6. Acara 8 : Pengaruh Auksin Terhadap Pertumbuhan Akar Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengamatan pada praktikum ini gagal karena stek yang diberi auksin dengan konsentrasi berbeda – beda tidak memperlihatkan perbedaan dan akarnya tidak tumbuh sama sekali. Ini disebabkan bias dari praktikan yang
  • 47. salah member perlakuan atau dari steknya dan atau dari bahan – bahan yang disediakan lab. .5.1.7. Acara 9 : Dominansi Apikal & Penghambatan Pertumbuhan Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :  Dominasi apikal adalah suatu prinsip distribusi auksin dalam organisasi tumbuhan, dengan menekankan pertumbuhan ke arah atas (apikal) dan mengesampingkan percabangan (lateral). Dominasi apikal dipicu oleh produksi auksin pada bagian tunas apikal tanaman. Pemotongan tunas apikal akan menyebabkan tunas lateral menjadi tumbuh, akibat auksin yang bergerak ke bawah. Apabila ujung apikal yang telah terpotong diberikan campuran pasta Vaseline dan IAA, maka auksin akan kembali tersedia dan tunas lateral menjadi tidak terbentuk kembali.  IAA (Asam Indol Asetat) berperan untuk merangsang dan memacu pertumbuhan batang serta dapat memacu pembelahan meristematik pada bagian apikal (ujung).  Beberapa fungsi auksin lainnya (Anonim, 2008)  Perkecambahan biji  Pembentukan akar  Pembungaan dan Pembuahan  Mendorong partenokarpi  Mengurangi gugurnya buah sebelum waktunya.  Mematahkan dominanis pucuk atau apikal .5.1.8. Acara 10 : Geotropi Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa bila respon akar dan batang tumbuhan yng diletakkan horisontal diperbandingkan akar akan berinteraksi geotropik positif, sedang batang geotropik negatif. Pada kedua keadaan tersebut, posisi horisontal mengakibatkan perpindahan IAA kebagian bawah akar dan batang. Konsentrasi yang tinggi pada belahan bawah akar menghambat pemanjangan sel, sedangkan konsentrasi IAA di belahan atas mendorong pemanjangan sel. Hasil akhir dari kedua pengaruh ini, akar membengkok kebawah. Keadaan sebaliknya terjadi pada batang konsentrasi IAA yang tinggi pada belahan
  • 48. bawah batang mendorong pemanjangan sel dan konsentrasi yang rendah pada belahan atas menurunkan pemanjangan sel. Proporsi zat-zat tubuh yang berbeda mungkin merupakan penyebab insolasi tespon tumbuh yang berbeda pada akar, batang dan organ-organ lainnya. Bentuk tanggapan terhadap rangsangan tersebut bermacam-macam. Rangsangan yang menyebabkan tumbuhan bergerak antara lain:  cahaya , misalnya batang tanaman bergerak kearah datangnya cahaya  gaya tarik bumi misalnya gerak tumbuhnya akar searah dengan arah gaya tarik bumi  sentuhan, misalnya tumbuhan putri malu akan mengatup jika disentuh. .5.1.9. Acara 11 : Kurva Sigmoid Petumbuhan Tanaman Adapun kesimpulan yang diperoleh dalam praktikum ini adalah sebagai berikut : 1. Kurva sigmoid yaitu menggambarkan pertumbuhan tanaman secara cepat pada fase vegetatif sampai titik tertentu akibat pertambahan sel tanaman kemudian melambat dan akhirnya menurun pada fase senesen. 2. Tanaman pada tempat terang masih tetap tumbuh dibandingkan pada tanaman tempat gelap karena tanaman tempat terang mendapatkan cahaya yang cukup untuk melakukan proses fotosintesis sehingga kebutuhan nutrisinya tetap terpenuhi. Seedangkan tanaman pada tempat gelap pertumbuhannya terhambat hingga mati karena tanaman tidak mendapatkan cahaya yang cukup untuk melakukan proses fotosintesis. .5.2. Saran  Pada praktikum selanjutnya sebaiknya praktikan lebih memperhatikan lagi pada saat praktikum berlangsung, agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan kecil yang bisa mempengaruhi hasil yang diperoleh.  Alat dan bahan hendaknya dilengkapi lagi agar membantu proses berjalannya kegiatan praktikum.  Kalau bisa bahan yang digunakan memang suatu prosuk kehutanan, missal tanaman kehutanan, tumbuhan kehutanan dan sebagainya.
  • 49.  DAFTAR PUSTAKA   Anonim. 2007. Bagaimana Cara Tumbuhan Bergerak. http://blog.persimpangan.com/blog/2007/08/02/bagaimanakah-cara-tumbuhan- bergerak/ Diakses Pada 25 Mei 2015.  Anonim.2009.21ildahshiro.blogspot.com/…/fisiologi-tumbuhan-pengaruh- auksin.html Diakses Pada 25 Mei 2015.  Anonim.2009.ikaakmala-akmal.blogspot.com/…/dominasi-pertumbuhan.html Diakses Pada 25 Mei 2015.  Anonim. (2009) Sistem Transportasi dan Transpirasi dalam Tanaman. [online]. Tersedia di : http://www.indoforum.org/showthread.php?t=34436. Diakses Pada 25 Mei 2015.  Anonim.2010.wawan-junaidi.blogspot.com/…/pengaruh-auksin-terhadap- pemanjangan.html Diakses Pada 25 Mei 2015.  Anonim https://kelasabiologysciencecomunity.wordpress.com/2012/06/12/laporan- fistum-transpirasi/ Diakses Pada 25 Mei 2015.  Anonim. http://id.scribd.com/doc/40304699/Fistum-Jaringan-Pengangkutan- Air. Diakses Pada 25 Mei 2015.  Anonim. http://pidh05.blogspot.com/2010/12/laporan-praktikum-jaringan- pengangkut.html. Diakses Pada 25 Mei 2015.  Anonim. http://windme.blogspot.com/p/jaringan-pengangkut-xilem-kambium- floem.html. Diakses Pada 25 Mei 2015.  Anonim. http://yuhayalissera.blogspot.com/2010/09/pengaruh-cahaya- terhadap-kecambah.html Diakses Pada 25 Mei 2015.  Campbell, N. A., Reece, J. B. dan Mitchell, L.G., 1999, Biologi, Erlangga, Jakarta.  Campbell. 2002.. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.  Dwidjoseputro, D. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT. Gramedia  Dwidjoseputro, D., 1994, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, PT Gramedia, Jakarta.
  • 50.  Fahn, A., 1992, Anatomi Tumbuhan Edisi ke 3, UGM University, Yogyakarta.  Fressenden R. J., 1997, Plant and Introduction to Modern Botany, Macmillan Publishing Co., Inc, New York.  Heddy, S., 1987, Biologi Pertanian, Rajawali Press, Jakarta.  Heddy, S., 2000. Hormon Tumbuhan. Rajawali, Jakarta. Indradewa. D., 2009. Fisiologi Tumbuhan. www.faperta.ugm.ac.id. Diakses Pada 25 Mei 2015.  Hopkins, 1995, Biologi, ITB, Bandung.  Kaufman, P. B., Labavitch, J., Prouty, A. A. dan Ghosheh, N. S., 1975, Laboratory Experiment in Plant Physiology, Macmillan Publishing Co., Inc, New York.  Kimball, John. W., 1989, Biologi Jilid I Edisi kelima, Erlangga, Jakarta.  Kimbal, 1992. Tinjauan Konseptual Model Pertumbuhan dan Hasil Tegakan Hutan. USU-Digital Library. Medan.  Lakiatan, B. 1994. Dasar- Dasar Fisiologi Tumbuhan. Universitas Sriwijaya.Palembang  Lakitan, 2000, Fisiologi Tanaman, PT Bina Aksara, Jakarta.  Loveless, A. R., 1991, Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.  Loveless, 1994, Study Guide to Accompany Botany, Chesther Bistane Toronto, Singapore  Mukhtarom, 2009. Fungsi Auksin. http://mukhtarom-ali.blogspot.com. Diakses Pada 25 Mei 2015.  Nopi. 2009. Fototrofisme. http://nopiblogspot.blogspot.com/2009/01/fototropisme.html Diakses Pada 25 Mei 2015.  Prawiranta, W et al.1997.Dasar- Dasar Fisiologi Tumbuhan.Departemen Botani Fakultas Pertanian IPB.Bogor  Rinaldi. 2010. Mengamati Gerak Fototropisme. Diakses Pada 25 Mei 2015. http://rinaldi89.blogspot.com/2010/01/mengamati-gerak-fototropisme- dan.html  Saleh, M.S., 2003. Asam Indole Acetic Acid. Surya Indah, Magelang. Suwasono, 1983. Pengaruh Auksin Terhadap Pertumbuhan. Mina Raharja, Bandung.  Salisbury dan Ross. 1991. Fisiologi Tumbuhan. ITB, Bandung.
  • 51.  Salisburry, F.B dan C. W. Ross.1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid I.Penerbit ITB.Bandung  Salisburry,F. B. dan Ross W. C., 1992, Fisiologi Tumbuhan Jilid 2, ITB Press, Bandung.  Salisbury, F. B. dan Ross, C. W., 1992, Fisiologi Tumbuhan Jilid III, ITB, Bandung  Salisbury, F.B dan C.W. Ross., 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid Tiga Edisi Keempat. ITB-Press. Bandung.  Uya. 2010. Gerak Pada Tumbuhan. http://id.shvoong.com/exact- sciences/biology/2011994-gerak-pada-tumbuhan/ Diakses Pada 25 Mei 2015.  Suharjo, Usman K.J. 2011. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Fisiologi Tanaman. Universitas Bengkulu: Bengkulu.  Tjitrosoepomo, G., 1999. Botani Umum 2. Angkasa. Bandung.