SlideShare a Scribd company logo
1 of 80
Download to read offline
KATA PENGANTAR


EKPD 2010 di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dilaksanakan bekerja sama dengan
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional untuk menilai kinerja pembangunan di
daerah dalam rentang waktu 2004-2009 serta menganalisis relevansi RPJMD Provinsi
NTT 2009-2013 dengan RPJMN 2010-2014.

Evaluasi dilakukan dengan Tujuan (1) untuk melihat sejauh mana pelaksanaan RPJMN
2004-2009 dapat memberikan kontribusi pada pembangunan di daerah; dan (2) untuk
mengetahui sejauh mana keterkaitan prioritas/program (outcome) dalam RPJMN 2010-
2014 dengan prioritas/program yang ada dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi. Sedangkan sasaran evaluasi adalah : (1)
tersedianya data/informasi dan penilaian pelaksanaan RPJMN 2004-2009 di daerah dan
(2) tersedianya data/informasi dan penilaian keterkaitan RPJMD Provinsi dengan RPJMN
2010-2014. Dengan demikian, hasil yang diharapkan dalam evaluasi ini adalah: (1)
tersedianya dokumen evaluasi pencapaian pelaksanaan RPJMN 2004-2009 untuk setiap
provinsi; serta (2) Tersedianya dokumen evaluasi keterkaitan RPJMD Provinsi dengan
RPJMN 2010- 2014.

Laporan Final EKPD 2010 Provinsi NTT telah merumuskan rekomendasi-rekomendasi
setiap bidang evaluasi serta rekomendasi dari analisis relevansi RPJMN 2010-2014
dengan RPJMD 2009-2013. Kiranya rekomendasi-rekomendasi dimaksud dapat menjadi
pertimbangan baik bagi pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi dalam rangka
lebih meningkatkan daya guna pembangunan, serta mensinerjikan langkah-langkag
perencanaan pembangunan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan
memberikan masukan sampai tersusunnya laporan ini. Secara khusus kami
mengucapkan terima kasih kepada BAPPENAS yang telah mempelopori tradisi evaluasi
pembangunan dengan melibatkan universitas termasuk Universitas Nusa Cendana
sebagai lembaga independen.



                                    Kupang, Awal Desember 2010.
                                    Rektor Universitas Nusa Cendana Kupang,




                                    Prof. Ir. Frans Umbu Datta. M.App.Sc.,Ph.D.




Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                              ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................                    ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................         iii

DAFTAR Tabel .................................................................................................                   iv

DAFTAR Gambar ..............................................................................................                      v

BAB I PENDAHULUAN
      1.1 Latar Belakang dan Tujuan .................................................................                             1
      1.2 Tujuan dan Sasaran….……..……………………………………………..                                                                             2
      1.3 Keluaran.... ...........................................................................................                3


BAB II HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RPJMN 2004-2009
       A. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI                                                                        4
            1. Indikator                                                                                                          4
            2. Analisis Pencapaian Indikator                                                                                      2
            3. Rekomendasi Kebijakan                                                                                              7

           B.     AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG ADIL DAN
                 DEMOKRATIS
                  1. Indikator……………………………………………………………….                                                                           7
                  2. Analisis Pencapaian Indikator……………………………………...                                                               8
                  3. Rekomendasi Kebijakan…………………………………………….                                                                     14

           C. AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
               1. Indikator ……………………………………………………………..                                                                            15
               2. Analisis Pencapaian Indikator……………………………………..                                                                  16
               3. Rekomendasi Kebijakan……………………………………………                                                                         45

           D. KESIMPULAN……………………………………………………………..                                                                                47

BAB III. RELEVANSI RPJMN 2010-2014 DENGAN RPJMD PROVINSI
        A. Pengantar…………………………………………………………….
        B. Tabel 2. Prioritas dan Program Aksi Pembangunan Nasional……                                                            48
        C. Rekomendasi………………………………………………………..                                                                                    47
                                                                                                                                 66

BAB IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
      A. Kesimpulan…………………………………………………………..
      B. Rekomendasi ……………………………………………………….                                                                                      67
                                                                                                                                 68




                                                     DAFTAR TABEL

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                                                       iii
No. Tabel                                                                                                   Hal.
    2.1 Tambahan Narapidana Berdasarkan Putusan Pengadilan Menurut Jenis
        Kejahatan Pelanggaran ...........................................................................     5

    2.2 Jumlah Perkara Kriminal dan Perkara yang Telah Diselesaikan antara
        Tahun 2005-2008 di NTT ……………………………………………………                                                           6

    2.3 Kabupaten Kota yang Telah Melaksanakan dan/atau Membentuk
        Lembaga PTSP ………………………………………………………………..                                                               9

    2.4 Opini BPKP terhadap Laporan Keuangan PEMDA di NTT 2001-2009                                          11


    2.5 Kinerja Menejemen Pengelolaan Keuangan Pemerintah Daerah NTT                                         12


    2.6 Rincian Indikator Evaluasi Agenda Kesejahteraan Masyarakat …………                                      12

    2.7 Angka Putus Sekolah Tingkat SD, SMTP dan SMTA di NTT                                                 20

    2.8 Perkembangan Persentase Guru Layak Mengajar Tingkat SMPT dan
        SMTA di NTT ………………………………………………………………….                                                               21




Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                                         iv
DAFTAR GAMBAR


Gambar                                                                   halaman

     2.1 Persentase Penyelesaian Kejahatan Konvensional di NTT ………….          7

     2.7 Gender Development Index Provinsi NTT ……………………………..                 13

     2.8 Gender Empowerment Provinsi NTT …………………………………..                     13

    2.10 Indeks Pembangunan Manusia NTT …………………………………..                      16

    2.11 Perbandingan IPM, Angka Kematian Bayi (per 1000 penduduk) dan
         Tingkat Kemiskinan (%) di NTT ………………………………………..                     17

    2.12 Perbandingan IPM, dengan Persentase Penduduk Usia > 10 Tahun
         Menurut Tingkat Pendidikan di NTT …………………………………..                   18

    2.13 APK dan APM SD/MI di NTT …………………………………………..                         19

    2.14 Angka Melek Huruf di NTT (%) …………………………………………                       21

    2.15 Perkembangan Umumr Harapan Hidup di NTT ………………………                   23

    2.16 Angka Kematian Bayi per 1.000 kelahiran Hidup di NTT ……………          24

    2.17 Persentase Balita Gizi Buruk dan Gizi Kurang di NTT ………………          24

    2.18 Persentase Tenaga Kesehatan per Penduduk ……………………….                 26

    2.19 Contraceptive Prevelence Rat (%) di NTT …………………………..                27

    2.20 Penrtumbuhan Penduduk NTT …………………………………………                          28

    2.21 Tingkat Fertilitas Umum di NTT ……………………………………….                     28

    2.22 Laju Pertumbuhan Ekonomi NTT ……………………………………….                       29

    2.23 Persentase Ekspor Terhadap PDRB NTT …………………………….                    30

    2.24 Persentase Output Manufaktur Terhadap PDRB NTT ………………               31

    2.25 Pendapatan Per Kapita NTT …………………………………………….                        32

    2.26 Laju Inflasi Kota Kupang …………………………………………………                        33

    2.27 Nilai Realisasi Investasi PMDN di NTT ………………………………..                34

    2.28 Rencana dan Realisasi Investasi PMDN di NTT …………………..               35

    2.29 Nilai Realisasi Investasi PMA di NTT …………………………………..                35

    2.30 Nilai Persetujuan Rencana Investasi PMA di NTT ……………………             36

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                           v
Gambar                                                                       halaman

    2.31 Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja PMA di NTT ……………………                   37

    2.32 Persentase Jalan Nasional Berdasarkan Kondisi di NTT ……………              38

    2.33 Persentase Jalan Propinsi Berdasarkan Kondisi di NTT ……………              39

    2.34 PDRB Sektor Pertanian NTT atas Dasar Harga Berlaku ……………                40

    2.35 Kontribusi Sektor Pertanian dalam PDRB NTT ……………………….                   40

    2.36 Persentase Luas Lahan Rehabilitasi Terhadap Lahan Kritis di NTT..       41

    2.37 Luas Kawasan Konservasi Laut di NTT ……………………………….                       43

    2.38 Persentase Penduduk Miskin di NTT ………………………………….                        44

    2.39 Tingkat Pengangguran Terbuka di NTT ……………………………….                       44




Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                              vi
BAB I.
                                  PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
   Menurut Undang-Undang (UU) No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
   Pembangunan Nasional (SPPN), kegiatan evaluasi merupakan salah satu dari empat
   tahapan   perencanaan    pembangunan      yang   meliputi   penyusunan,    penetapan,
   pengendalian perencanaan serta evaluasi pelaksanaan perencanaan. Sebagai suatu
   tahapan perencanaan pembangunan, evaluasi harus dilakukan secara sistematis dengan
   mengumpulkan dan menganalisis data serta informasi untuk menilai sejauh mana
   pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan tersebut dilaksanakan. Peraturan
   Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
   (RPJMN) Tahun 2004-2009 telah selesai dilaksanakan. Sesuai dengan Peraturan
   Pemerintah (PP) No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi
   Pelaksanaan Rencana Pembangunan, pemerintah (Bappenas) berkewajiban untuk
   melakukan evaluasi untuk melihat sejauh mana pelaksanan RPJMN tersebut.


   Saat ini telah ditetapkan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana
   Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010–2014. Siklus
   pembangunan jangka menengah lima tahun secara nasional tidak selalu sama dengan
   siklus pembangunan 5 tahun di daerah. Sehingga penetapan RPJMN 2010-2014 ini tidak
   bersamaan waktunya dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
   (RPJMD) Provinsi. Hal ini menyebabkan prioritas-prioritas dalam RPJMD tidak selalu
   mengacu pada prioritas-prioritas RPJMN 2010-2014. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi
   relevansi prioritas/program antara RPJMN dengan RPJMD Provinsi.


   Di dalam pelaksanaan evaluasi ini, dilakukan dua bentuk evaluasi yang berkaitan dengan
   Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Yang pertama adalah
   evaluasi atas pelaksanaan RPJMN 2004-2009 dan yang kedua penilaian keterkaitan
   antara RPJMD dengan RPJMN 2010-2014.
   Metode yang digunakan dalam evaluasi pelaksanaan RPJMN 2004-2009 adalah Evaluasi
   ex-post untuk melihat efektivitas (hasil dan dampak terhadap sasaran) dengan mengacu
   pada tiga agenda RPJMN 2004 - 2009 yaitu agenda Aman dan Damai; Adil dan
   Demokratis; serta Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat. Untuk mengukur kinerja yang



Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                   1
telah dicapai pemerintah atas pelaksanaan ketiga agenda tersebut, diperlukan identifikasi
   dan analisis indikator pencapaian.


   Sedangkan metode yang digunakan dalam evaluasi relevansi RPJMD Provinsi dengan
   RPJMN 2010-2014 adalah membandingkan keterkaitan 11 prioritas nasional dan 3
   prioritas lainnya dengan prioritas daerah. Selain itu juga mengidentifikasi potensi lokal dan
   prioritas daerah yang tidak ada dalam RPJMN 2010-2014. Adapun prioritas nasional
   dalam RPJMN 2010-2014 adalah 1) Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola, 2) Pendidikan,
   3) Kesehatan, 4) Penanggulangan Kemiskinan, 5) Ketahanan Pangan, 6) Infrastruktur, 7)
   Iklim Investasi dan Iklim Usaha, 8) Energi, 9) Lingkungan Hidup dan Pengelolaan
   Bencana, 10) Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, & Pasca-konflik, 11) Kebudayaan,
   Kreativitas dan Inovasi Teknologi dan 3 prioritas lainnya yaitu 1) Kesejahteraan Rakyat
   lainnya, 2) Politik, Hukum, dan Keamanan lainnya, 3) Perekonomian lainnya.


   Hasil dari EKPD 2010 diharapkan dapat memberikan umpan balik pada perencanaan
   pembangunan daerah untuk perbaikan kualitas perencanaan di daerah. Selain itu, hasil
   evaluasi dapat digunakan sebagai dasar bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan
   pembangunan daerah.
   Pelaksanaan EKPD dilakukan secara eksternal untuk memperoleh masukan yang lebih
   independen terhadap pelaksanaan RPJMN di daerah. Berdasarkan hal tersebut,
   Bappenas cq. Deputi Evaluasi Kinerja Pembangunan melaksanakan kegiatan Evaluasi
   Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) yang bekerja sama dengan 33 Perguruan Tinggi
   selaku evaluator eksternal dan dibantu oleh stakeholders daerah.
   Pelaksanaan EKPD 2010 akan dilaksanakan dengan mengacu pada panduan yang terdiri
   dari Pendahuluan, Kerangka Kerja Evaluasi, Pelaksanaan Evaluasi, Organisasi dan
   Rencana Kerja EKPD 2010, Administrasi dan Keuangan serta Penutup.

B. Tujuan dan Sasaran

   Tujuan kegiatan ini adalah:
      1. Untuk melihat sejauh mana pelaksanaan RPJMN 2004-2009 dapat memberikan
         kontribusi pada pembangunan di daerah;




Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                          2
2. Untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan prioritas/program (outcome) dalam
         RPJMN     2010-2014    dengan    prioritas/program   yang   ada   dalam   Rencana
         Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi.


   Sasaran yang diharapkan dari kegiatan ini meliputi:
      1. Tersedianya data/informasi dan penilaian pelaksanaan RPJMN 2004-2009 di
         daerah;
      2. Tersedianya data/informasi dan penilaian keterkaitan RPJMD Provinsi dengan
         RPJMN 2010-2014.


C. Hasil yang Diharapkan

   Hasil yang diharapkan dari EKPD 2010 adalah:
      1. Tersedianya dokumen evaluasi pencapaian pelaksanaan RPJMN 2004-2009 untuk
         setiap provinsi;
      2. Tersedianya dokumen evaluasi keterkaitan RPJMD Provinsi dengan RPJMN 2010-
         2014.




Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                     3
BAB II
            HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RPJMN 2004-2009


A. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI

   1. Indikator

      Indikator-indikator   outcomes   untuk   penilaian   pencapaian     dari   Agenda

      Pembangunan Indonesia yang Aman dan Damai adalah sebagai berikut:

         (1) Indeks Kriminalitas

         (2) Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional (%)

         (3) Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Trans Nasional (%)



   2. Analisis Pencapaian Indikator.

      (1) Indeks Kriminalitas

         Data kriminalitas dalam format indikator indeks kriminalitas di NTT belum
         tersedia, oleh karenanya konteks indikator tersebut akan dibahas secara
         parsial, yaitu dengan mengidentifikasi jenis-jenis kejahatan atau kriminalitas
         yang secara jumlah dan/atau trend perkembangan pelakunya paling menonjol
         di NTT seperti diperlihatkan pada Tabel 2.1. Terlihat bahwa jika jenis
         kriminalitas atau kejahatan dirunut menurut jumlah dan/atau trend narapidana,
         maka ada 7 (tujuh) jenis kejahatan yang paling menonjol terjadi di NTT selama
         periode 2005 – 2008, yaitu:
                  (a) Pelanggaran terhadap ketertiban umum,
                  (b) Kesusilaan,
                  (c) Perjudian,
                  (d) Pembunuhan.
                  (e) Penganiayaan,
                  (f) Pencurian, dan
                  (g) Perampokan.




Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                  4
Tabel 2.1
      Tambahan Narapidana berdasarkan putusan pengadilan menurut Jenis kejahatan
                                    pelanggaran
                               Jumlah Napi
                                                         Persentase Napi
      Jenis Kejahatan            (Orang)
                         2006     2007     2008      2006     2007       2008
    Politik                     -         -         -        -         -         -
    Thdp Kepala Negara          -         -         7        -         -      0.21
    Ketertiban Umum           266       207       402    11.27      7.79     11.78
    Pembakaran                 35        32        61     1.48      1.20      1.79
    Penyuapan                   -         2         -        -      0.08         -
    Mata Uang                   2        16         1     0.08      0.60      0.03
    Memalsu Meterai            11        10        22     0.47      0.38      0.64
    Kesusilaan                297       395       240    12.58     14.87      7.03
    Perjudian                  59        84       232     2.50      3.16      6.80
    Penculikan                 21        24        32     0.89      0.90      0.94
    Pembunuhan                442       524       201    18.72     19.73      5.89
    Penganiayaan              332       297       576    14.06     11.18     16.88
    Pencurian                 355       436       721    15.04     16.42     21.13
    Perampokan                 91        71       153     3.85      2.67      4.48
    Pemerasan                   3        13        15     0.13      0.49      0.44
    Penggelapan                24        41        44     1.02      1.54      1.29
    Penipuan                   32        25        29     1.36      0.94      0.85
    Merusak Barang              6        14        31     0.25      0.53      0.91
    Dalam jabatan               1         -         -     0.04         -         -
    Penadahan                  15        15        43     0.64      0.56      1.26
    Ekonomi                     1         -         9     0.04         -      0.26
    Subversi                    -         -         -        -         -         -
    Narkotika                   4         5        10     0.17      0.19      0.29
    Narkoba                     8        15         2     0.34      0.56      0.06
    Psikotropika                -         -         6        -         -      0.18
    Korupsi                    12         -        18     0.51         -      0.53
    Penyelundupan               -         -        10        -         -      0.29
    Pelanggaran                 2       430         2     0.08     16.19      0.06
    Kenakalan                   -         -         6        -         -      0.18
    Lain-lain                 342         -       539    14.49         -     15.80
                            2,361     2,656     3,412   100.00    100.00    100.00
   Sumber: NTT dalam angka (BPS)


         Melihat jenis-jenis kejahatan yang menonjol tersebut, maka dapat diduga
         bahwa faktor-faktor penyebabnya berhubungan dengan persoalan-persoalan
         sosial dan ekonomi moral. Persoalan sosial antara lain ditandai dengan gejala
         kesenjangan sosial yang semakin meningkat, pengangguran, kenakalan
         remaja serta menurunnya rasa kepedulian pada sesama. serta meningkatnya
         akses imformasi. Sementara persoalan ekonomi ditandai dengan semakin


Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                 5
beratnya beban ekonomi yang ditanggung oleh sebagian terbesar masyarakat
         Indonesia    umumnya     dan   NTT    khususnya    (meningkatnya       kesenjangan
         ekonomi). Di tingkat ril, sangat dirasakan terjadi penurunan daya beli,
         meluasnya kemiskinan, dan menurunnya kesempatan-kesempatan ekonomi
         sebagian terbesar penduduk. Selanjutnya persoalan moral ditandai dengan
         menurunnya ketaatan terhadap nilai-nilai dan norma-norma sosial, budaya,
         agama dan Panca Sila.


      (2) Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional

         Pada Tabel 2.1, diperlihatkan pula bahwa ditinjau dari jumlah narapidana,
         terjadi peningkatan kriminalitas baik itu dari sisi variasi maupun intensitasnya.
         Dari sisi jumlah perkara, diperlihatkan pada Tabel 2.2 terjadi peningkatan
         jumlah perkara kriminal, kecuali pada Tahun 2007 menurun drastis. Penurunan
         ini mungkin lebih disebabkan kesalahan data, karena tidaklah logis terjadi
         penurunan yang demikian drastisnya.

                                         Tabel 2.2.
          Jumlah Perkara Kriminal dan Perkara yang Telah Diselesaikan antara Tahun
                                     2005 – 2008 di NTT


             Uraian             2005          2006         2007              2008


      Total perkara              16,685         16,692       5,613             17,449

      Yang diputuskan            15,697         16,490           5,257         16,989

      Sisa                     988                 202            356               460
      Sumber: NTT dalam angka (BPS)



         Pada Gambar 2.1 diperlihatkan trend dari tingkat penyelesaian perkara kriminal
         di NTT, dimana secara umum terjadi pola penurunan dari tahun 2005 sampai
         tahun 2007, dan sedikit miningkat lagi pada tahun 2008. Keadaan ini terjadi
         terutama     karena   peningkatan    jumlah   perkara     tidak   selamanya      diikuti
         peningkatan jumlah aparat penegak hukum, seperti polisi, jaksa dan hakim.




Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                           6
Gambar 2.1
                         Persentase Penyelesaian Kejahatan Konvensional di NTT


                          120.00

                          100.00

                           80.00

                           60.00

                           40.00

                           20.00

                             -
                                       2005          2006         2007           2008
                  Yang diputuskan      94.08         98.79        93.66          97.36
                  Sisa                 5.92          1.21          6.34          2.64

          Sumber: NTT dalam angka (BPS)

   3. Rekomendasi Kebijakan

      Memperhatikan 7 kasus terbesar kejahatan di NTT sampai dengan tahun 2008 ditinjau
      dari trend jumlah narapidana, dapat disimpulkan bahwa ada tiga kategori faktor yang
      berhubungan dengan sifat dari kejahatan, yaitu: masalah sosial, masalah ekonomi
      serta masalah moral.


      Oleh karenanya ke depan direkomendasikan untuk memprioritaskan :
      1. Peningkatan kemerataan kesejahteraan sosial dan ekonomi
      2. Peningkatan jumlah dan kapasitas aparatur dan fasilitas hukum
      3. Peningkatan ketahanan moral bangsa




B. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG ADIL DAN DEMOKRATIS


   1. Indikator

      Ada dua kelompok indikator dalam mengukur keberhasilan Agenda Pembangunan
      Indonesia Yang Adil Dan Demokratis, yaitu kelompok Pelayanan Publik dan


Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                     7
Kelompok Demokrasi. Masing-masing kelompok indikator mempunyai indikator
      yang dirinci sebagai berikut:
          Pelayanan Publik
               (1) Persentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang
                   dilaporkan (%)
               (2) Persentase kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan
                   satu atap (%)
               (3) Persentase instansi (SKPD) provinsi yang memiliki pelaporan Wajar
                   Tanpa Pengecualian (WTP) [%]
          Demokrasi
               (1) Gender Development Index
               (2) Gender Empowerment Measurement


   2. Analisis Pencapaian Indikator

      (1) Persentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang
          dilaporkan

         Gambaran kasus korupsi di NTT belum dapat digambarkan dalam bentuk
         indikator “presentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan
         yang dilaporkan”. Namun demikian, gambaran umum didapatkan dari Catatan
         akhir tahun PIAR (2009), sebuah LSM yang sangat peduli dengan persoalan
         korupisi di NTT. Beberapa catatan penting PIAR, adalah bahwa ada 125 kasus
         korupsi yang dipantau PIAR NTT dengan indikasi kerugian negara sebesar
         Rp.      256.337.335.434,00.   Sebaran    kasus    per-wilayah   (maksudnya
         kabupaten/kota) cukup merata yakni berkisar 1 – 15. Modus oprandi korupsi di
         NTT adalah:
         a. Mark Up 30 (24%) kasus
         b. Manipulasi 27 (21,6%) kasus
         c. Penggelapan 25 (20%) kasus
         d. Penyelewenagnn Anggaran 17 (13,6%) kasus
         e. Memperkaya Diri Sendiri/Orang Lain 13 (10,4%) kasus
         f.    Pengerjaan Proyek Tidak Sesuai Bestek 10 (8%) Kasus
         g. Mark Down 3 (2,4%) kasusu.




Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                8
Korupsi di NTT terbanyak terjadi di sektor-sektor:
         a.   Pengadaan barang dan Jasa dengan jumlah sebanyak 58 (46,4%) kasus.
         b.   sektor APBD 43 (34,4%) kasus,
         c.   Sektor Dana Bantuan 20 (16%) kasus,
         d.   Sektor Perbankan 2 (1,6%) kasus,
         e.   sektor PEMILU/PILKADA 2 (1,6%) kasus

          Jika dilahat dari usia kasus, kasus korupsi di NTT yang dipantau oleh PIAR NTT
          dapat dipilah menjadi 2 (Dua) kategori, yakni: Kasus Lama dan Kasus Baru.
          Kasus Lama adalah Kasus korupsi usaianya lebih dari 3 (Tiga) tahun atau kasus
          yang terjadi dari tahun 2000 S/D 2006). Sedangkan Kasus Baru ialah Kasus
          korupsi usaianya kurang dari 3 (Tiga) tahun atau kasus korupsi yang terjadi pada
          tahun 2007 dan 2009. Dengan pengkategorian seperti ini, maka terdapat 97
          (77,6%) kasus yang merupakan Kasus Lama dan Kasus Baru sebanyak 28
          (22,4%) kasus.




      (2) Persentase kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu
           atap

          Reformasi birokrasi perijinan untuk meningkatkan daya saing daerah telah diambil
          oleh Pemerintah Indonesia dengan menerapkan pelayanan perijinan satu pintu
          melalui Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu
          Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal dan Permendagri No. 20 tahun 2008
          tentang Pedoman Organisasi dan Tatakerja Unit Pelayanan Perizinan di Daerah.
          Pelayanan ijin terpadu satu pintu merupakan terobosan untuk memangkas
          inefisiensi pelayanan perijinan melalui banyak pintu yang dilakukan secara
          sektoral oleh daerah. Banyak daerah (kabupaten/kota) yang telah menerapkan
          pendekatan ini yang memberi dampak yang positif terhadap perkembangan dunia
          usaha.


          Di NTT, menurut Laporan Program POPI NTT (Lembaga Penelitian Undana,
          2009) bahwa pada umumnya bentuk kelembagaan pelayanan perizinan terpadu
          berupa kantor, karena kemampuan atau besaran organisasi perangkat daerahnya
          bernilai kurang dari 70. Sehingga sesuai dengan ketentuan Permendagri No 20


Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                    9
Tahun 2008 Pasal 7, kabupaten tersebut membentuk lembaga Pelayanan
          Terpadu Satu Atap (PTSP) berupa kantor. Kabupaten/kota telah melaksanakan
          ditunjukkan pada Tabel 2.3.
                                         Tabel 2.3
         Kabupaten/Kota yang Telah Melaksanaan dan/atau Membentuk Lembaga PTSP

           No         Kabupaten                     Keterangan
          1.   Sikka                    Berdiri 2007, sedang beroperasi
          2.   Flores Timur             Berdiri 2007, sedang beroperasi
          3.   Ngada                    Berdiri 2008, sedang beroperasi
          4.   Manggarai Barat          Berdiri 2009, ujicoba beroperasi
          5.   Kota Kupang              Berdiri 2009, beroperasi 2010
          6.   Timor Tengah Selatan     Berdiri 2009, mulai beroperasi
          7.   Timor Tengah Utara       Berdiri 2009, mulai beroperasi
          Sumber: Lembaga Penelitian Universitas Nusa Cendana, 2009.

      (3) Persentase instansi (SKPD) provinsi yang memiliki pelaporan Wajar
          Tanpa Pengecualian (WTP)

          Laporan Kinerja BPK Perwakilan NTT dalam www.bpk.go.id adalah bahwa :
          kinerja outcome pemungsian peran BPKP dalam membangun akuntabilitas dapat
          dipresentasikan dari opini yang telah diberikan oleh BPK-RI terhadap Laporan
          Keuangan Pemerintah Daerah di wilayah NTT. Dalam kurun waktu 2001 – 2009,
          dan dalam kondisi ketertinggalan sumber daya manusia di kabupaten yang
          sedang berkembang, maka jumlah opini disclaimer (Tidak Memberi Pendapat
          atau TMP) menjadi ukuran kinerja pelaporan keuangan pemda. Masih sulit
          mengharap (expect) opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK-RI atas
          LKPD karena minimnya kompetensi akuntansi yang biasanya lihai menjalankan
          suatu sistem seperti Sistem Akuntansi di wilayah ini. Data opini BPK terhadap
          kinerja keuangan daerah terlihat pada Tabel 2.4.


          Pada Tabel 2.4, terlihat bahwa 10 dari 14 opini TMP dari BPK-RI atas LKPD
          Tahun 2009 menunjukkan betapa kualitas LKPD di provinsi ini masih rendah.
          Perkembangan opini WTP ini memang tampak kontroversial karena atas 20 LKPD
          tahun 2008 hanya satu yang masih mendapat opini TMP atau disclaimer namun
          tetap wajar dari kaca mata akuntan. Lahirnya Sistem Pengendalian Intern
          Pemerintah (SPIP) sebagai kriteria dan basis prosedural pemeriksaan keuangan
          LKPD berperan penting dalam penurunan kualitas LKPD yang dipresentasikan


Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                10
opini BPK-RI dimaksud. Dalam hal ini, implisit BPK-RI menyatakan bahwa LKPD
          yang dihasilkan oleh Pemda tidak dihasilkan dari penyelenggaraan SPIP yang
          memadai.



                                          Tabel 2.4
             Opini BPKP terhadap Laporan Keuangan PEMDA di NTT 2001-2009


                                     Jumlah                       Opini
        No      Tahun       PFA
                                     Pemda
                                                   WTP       WDP         TMP       TW
        1      2004         68        15          0         0           0         0
        2      2005         75        15          0         13          2         0
        3      2006         75        17          0         12          4         1
        4      2007         73        17          0         15          2         0
        5      2008         69        22          0         19          1         0
        6      2009         62        22          0         4           10        0
      Sumber: www.bpk.go.id


          Khusus LKPD yang mendapat opini WDP, BPK-RI mengkualifikasi terutama
          dalam hal Pengelolaan dan Penatausahaan Aset Tetap. Aset Tetap dimaksud
          dalam LKPD umumnya dihasilkan bukan dari penyelenggaraan Sistem Akuntansi
          Pemerintahan yang normal menurut Jurnal Harian tetapi dari Jurnal Kolary di
          akhir periode. Konsekuensinya, masih sulit memastikan Data Aset terdukung oleh
          pencatatan lengkap khususnya tentang data perolehan dan kondisi aset yang
          biasanya ditunjukkan oleh Daftar Aset. Secara singkatnya kelemahan-kelemahan
          menunjukkan Pemerintah Daerah belum menerapkan SPIP secara memadai.
          Kondisi ini bertambah buruk karena komitmen tinggi Kepala Daerah dan pejabat
          teras di wilayah Nusa Tenggara Timur tidak konsisten dengan kondisi aparat yang
          tidak mau repot belajar menerapkan Sistem Akuntansi dimaksud. Akibatnya LKPD
          biasanya dibantu penyusunannya oleh konsultan, pada hal Kantor Akuntan Publik
          belum ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Di samping itu, aparat di Pemerintah
          Daerah masih ragu menerima konsultansi BPKP karena stigma audit yang masih
          sulit dipisahkan dari BPKP. BPKP lebih terekspose sebagai lembaga yang
          berfungsi membantu mengungkap kerugian negara.




Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                  11
Sejalan dengan laporan BPK Perwakilan NTT, penelitian yang dilakukan ANTARA
            (Australia Nusa Tenggara Assistance for Regional Outonomy) dan Bank Dunia, 2010
            juga melaporkan bahwa secara umum kinerja pengelolaan keuangan Provinsi
            NTT mendapatkan skor rata-rata 58% dari . Tetapi terdapat dua bidang yang
            harus menjadi perhatian yaitu bidang akuntansi dan pelaporan, hutang dan
            Investasi.
                                            Tabel 2.5
                 Kinerja Menejemen Pengelolaan Keuangan Pemerintah Daerah NTT
                            Bidang                             Skor         %
   Bidang 1: Kerangka Peraturan Perundangan Daerah              14         64%


   Bidang 2: Perencanaan Dan Penganggaran                             11           50%
   Bidang 3: Pengelolaan Kas                                          13           46%
   Bidang 4: Pengadaan                                                11           65%
   Bidang 5: Akuntansi Dan Pelaporan                                   6           27%
   Bidang 6: Pengawasan Intern                                         9           60%
   Bidang 7: Hutang Dan Investasi Publik                               2           33%
   Bidang 8: Pengelolaan Aset                                          7           44%
   Bidang 9: Audit Dan Pengawasan Eksternal                            4           50%
   Jumlah                                                             77           58%
  Sumber: Antara, 2010.




      (4) Gender Development Index (GDI)

         Gambar 2.7. menggambarkan perkembangan Gender Development Index (GDI)

         Provinsi Nusa Tenggara Timur dari Tahun 2004 ke 2008. Terlihat bahwa tingkat

         demokrasi ditinjau dari aspek pembangunan gender di NTT berkembang secara

         efektif. Terjadi peningkatan yang relatif tetap dari tahun ke tahun, terutama antara

         tahun 2006 sampai 2007 yang meningkat tetap sekitar 1,8 point indeks per tahun.

         Hal ini terutama disebabkan karena tingginya peran stakeholder (seperti LSM),

         serta peningkatan yang sangat signifikan dari akses publik terhadap imformasi.




Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                      12
Gambar 2.7.
                          Gender Development Index Provinsi Nusa Tenggara Timur
                                                 (NTT)


                        66.00
                        64.00
                                                                        64.99
                        62.00
               Indeks




                                                               63.14
                        60.00                        61.30
                        58.00               59.56
                                  58.62
                        56.00
                        54.00
                                   2004     2005     2006      2007     2008      2009
                                                           Tahun

            Sumber: dioalah dari; BPS, kecuali tahun 2008 (UNDP), 2007 angka dugaan




      (5) Gender Empowerment Measurement (GEM)

         Sejalan dengan GDI, perkembangan Gender Empowerment Measurement (GEM)
         juga meningkat dengan pola yang diduga sama (walaupun data Tahun 2006 dan
         2007 tidak didapat), seperti terlihat pada Gambar 2.8.



                                                Gambar 2.8.
                           Gender Empowerment Measurement Prov. Nusa Tenggara Timur
              62.00
              61.00
              60.00
              59.00
              58.00
              57.00
              56.00
              55.00
              54.00
              53.00
                                2004      2005      2006      2007     2008       2009

            Keterangan: garis putus-putus dalam grafik hanya dugaan, karena tidak didapatnya
                        data tahun 2006 dan 2007.
            Sumber: dioalah dari; BPS, kecuali tahun 2008 (UNDP)




Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                           13
3. Rekomendasi Kebijakan
      Keberhasilan pembangunan dalam hal tingkat pelayanan publik dan demokrasi di NTT
      dideterminasi oleh masih rendahnya komitmen pelayanan satu atap dan oleh
      penegakkan hukum khususnya pemberantasan korupsi (walaupun secara kasus ada
      kemajuan penindakannya, tetapi secara kualitas, korupsi di NTT sebenarnya
      meningkat).


      Rendahnya kinerja pelayanan birokrasi di NTT yang sangat kental dipengaruhi
      dan/atau terlibat oleh dan dalam kekuatan-kekuatan politik golongan dan kekusaan
      sehingga sangat dekat dengan KKN (Kolusi, korupsi dan Nepotisme), memerlukan
      reformasi mendasar. Peran pemerintah pusat dalam hal ini, termasuk dalam reformasi
      perundangan tentang birokrasi akan lebih efektif dibanding jika ditangani oleh
      pemerintah daerah. Hal ini karena pemerintah daerah sebagai unsur politik di NTT
      justru memegang peran penting dalam penciptaan kondisi yang ada, dan semakin
      kuat dengan adanya otonomi daerah.


      Tentang kondisi penanganan hukum kasus-kasus korupsi, tidak terlepas dari kondisi
      yang sama di tingkat pusat, seperti persoalan mafia perkara yang melibatkan oknum
      maupun institusi penegak hukum di Indonesia. Sementara itu, kewenangan bidang
      hukum di indonesia bukan kewenangan daerah otonom, sehingga peran institusi
      daerah otonom dalam penegakkan hukum relatif sangat lemah.


      Oleh karenanya, peran pemerintah pusatlah yang paling relevan dalam reformasi
      birokrasi, penegakkan hukum, khususnya pemberantasan korupsi. Kebijakan yang
      perlu mendapat prioritas adalah:
      1. Membenahi kembali sistem hukum pengadaan barang dan jasa.
      2. Reformasi Kepanitian Tender Pengadaan Barang dan Jasa
      3. Perbaiki kinerja aparat pelayanan publik dan penegak hukum
      4. Tingkatkan kapasitas akutansi daerah
      5. Tingkatkan terus kapasitas demokrasi, terutama keterlibatan masyarakat dalam
         pengawasan pembangunan dan peningkatan peran perempuan dalam segala
         bidang pembangunan




Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                    14
C. AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

   1. Indikator

     Agenda Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat, terdiri dari 33 indikator, yaitu
     Indeks Pembangunan Manusia, serta indikator-indikator pendidikan sebanyak 10,
     kesehatan 9, ekonomi 5, investasi 5, dan infrastruktur 2 indikator. Secara rinci
     diuraikan pada Tabel 2.6.

                                         Tabel 2.6.
         Rincian Indikator Evaluasi Agenda Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

          Bidang                                         Indikator

              -       Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

     Pendidikan       (1)    Angka Partisipasi Murni (SD/MI)
                      (2)    Angka Partisipasi Kasar (SD/MI)
                      (3)    Rata-rata nilai akhir SMP/MTs
                      (4)    Rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA
                      (5)    Angka Putus Sekolah SD
                      (6)    Angka Putus Sekolah SMP/MTs
                      (7)    Angka Putus Sekolah Sekolah Menengah
                      (8)    Angka melek aksara 15 tahun keatas
                      (9)    Persentase jumlah guru yang layak mengajar SMP/MTs
                      (10)   Persentase jumlah guru yang layak mengajar Sekolah Menengah

     Kesehatan        (1)     Umur Harapan Hidup (UHH)
                      (2)     Angka Kematian Bayi (AKB)
                      (3)     Prevalensi Gizi buruk (%)
                      (4)     Prevalensi Gizi kurang (%)
                      (5)     Persentase tenaga kesehatan perpenduduk
                      (6)     Keluarga Berencana
                      (7)     Persentase penduduk ber-KB (contraceptive prevalence rate)
                      (8)     Laju pertumbuhan penduduk
                      (9)     Total Fertility Rate (TFR)

     Ekonomi Makro    (1)     Laju Pertumbuhan ekonomi
                      (2)     Persentase ekspor terhadap PDRB
                      (3)     Persentase output Manufaktur terhadap PDRB
                      (4)     Pendapatan per kapita (dalam juta rupiah)
                      (5)     Laju Inflasi

     Investasi        (1)     Nilai Rencana PMA yang disetujui
                      (2)     Nilai Realisasi Investasi PMA (US$ Juta)
                      (3)     Nilai Rencana PMDN yang disetujui
                      (4)     Nilai Realisasi Investasi PMDN (Rp Milyar)
                      (5)     Realisasi penyerapan tenaga kerja PMA

     Infrastruktur    Persentase panjang jalan nasional dalam kondisi:
                      (1)     Baik
                      (2)     Sedang

     Pertanian        (1) Rata-rata Nilai Tukar Petani per Tahun
                      (2) PDRB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku




Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                       15
Bidang                                            Indikator

     Kehutanan          (1) Persentase Luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis

     Kelautan           (1) Jumlah Tindak Pidana Perikanan
                        (2) Luas Kawasan Konservasi Laut

     Kesejahteraan
     Sosial             (1) Persentase Penduduk Miskin ahun
                        (2) Tingkat Pengangguran Terbuka




   2. Analisis Pencapaian Indikator

      (1) Indeks Pembangunan Manusia

         Trend IPM NTT relevan dengan trend nasional tetapi kurang efektif karena masih
         terpaut jauh dari IPM Nasional (Laporan Akhir EKPD Provinsi NTT, 2009). Pada
         Gambar 2.10 diperlihatkan adanya peningkatan IPM NTT secara konsisten setiap
         tahunnya, tetapi belum cukup besar untuk mengejar ketertinggalan NTT dalam hal
         mutu sumberdaya manusia.

                                           Gambar 2.10.
                                 Indeks Pembangunan Manusia NTT

                67.00
                66.00
                                                                           66.09
                65.00
                                                              65.36
                64.00                            64.80
                63.00               63.60
                62.00   62.70
                61.00
                        2004        2005          2006         2007         2008         2009


         Sumber: BPS


         Kurang cepatnya perbaikan IPM di NTT ada berhubungannya dengan “masih
         rendahnya kualitas kesehatan masyarakat (khususnya Tingkat Kematian Bayi)”,
         dan “masih tingginya tingkat kemiskinan” (keduanya merupakan sebagian indiktor
         pembentuk IPM) seperti diperlihatkan pada Grafik 2.11. Terlihat disana bahwa,
         tingkat kematian bayi per 1.000 KH sampai dengan tahun 2008 masih tinggi,



Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                               16
bahkan antara 2005-2008 cenderung tidak stabil. Sementara itu, persentase
         penduduk miskin sebagai salah satu indikator pembentuk IPM menunjukka pola
         perubahan yang sama dengan perubahan IPM dalam periode yang sama, yaitu
         IPM meningkat tidak cepat dan persentase penduduk miskin menurun lambat.

                                              Gambar 2.11.
                      Perbandingan IPM, Angka Kematian Bayi (per 1000 penduduk) dan
                                      Tingkat Kemiskinan (%) di NTT


                                     70.00
                                     60.00
                                     50.00
                                     40.00
                                     30.00
                                     20.00
                                     10.00
                                      0.00
                                             2004    2005    2006    2007    2008     2009

                Indeks Pembangunan           62.70   63.60   64.80   65.36   66.09
                Manusia
                Angka Kematian Bayi (per             46.00   33.40   57.00   31.20
                1.000 kelahiran hidup)
                Persentase Penduduk Miskin   27.86   28.19   29.34   27.51   25.65    23.31
                (%)




             Sumber: BPS untuk data IPM dan Bappenas 2007, Laporan Perkembangan
                     Pencapaian Millennium Development Goals Indonesia 2007 (2005), Estimasi
                     BPS dalam Proyeksi Penduduk Indonesia 2005-2025 (2006), Riskesdas
                     (2007), Estimasi BPS dalam Proyeksi Penduduk Indonesia, 2005-2015
                     (2008)


         Perbandingan lainnya adalah antara IPM dengan persentase penduduk usia > 10
         tahun menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Dalam hal ini sengaja
         ditampilkan hanya 3 (tiga) kategori tingkat pendidikan, yaitu “tidak berijasah”,
         “tamat SD”, dan “berijasah sarjana (termasuk diploma dan pasca sarjana)”. Hal ini
         dimaksudkan untuk dapat dengan jelas membandingkan pola perubahan IPM
         dengan pendidikan penduduk. Gambar 2.12 memperlihatkan hal dimaksud, dimana
         dapat dengan jelas dilihat bahwa porsi penduduk NTT menurut pendidikan tertinggi
         yang ditamatkan masih sangat besar ada pada golongan “tidak berijasah” dan



Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                          17
‘tamat SD” (walaupun angka melek huruf tergolong baik), sedangkan yang
         tergolong sarjana 4,18% ditahun 2008 atau hanya meningkat 1,66 dari kondisi di
         tahun 2005.

                                             Gambar 2.12.
                        Perbandingan IPM dengan Persentase Penduduk Usia > 10
                                   Menurut Tingkat Pendidikan di NTT


                                          70

                                          60
                                          50

                                          40
                                          30

                                          20
                                          10
                                           0
                                               2004    2005    2006    2007    2008

                        % penduduk > 10                42.99   42.04   40.73   34.81
                        Thn, tidak berijasah
                        % penduduk > 10                33.22   32.20   32.11   33.27
                        Thn, hanya tamat SD
                        % pendudu > 10 Thn,            2.52     2.9    3.89    4.18
                        yang Sarjana
                        Indeks Pembangunan     62.70   63.60   64.80   65.36   66.09
                        Manusia



                 Sumber: BPS


      (2) Pendidikan

      (2.1) Angka Partisipasi Sekolah Dasar

         Angka Partisispasi Sekolah dasar dibahas dalam dua indikator, yaitu angka Angka
         Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK). Kedua indikator ini
         dibahas bersamaan karena secara konseptual kedua ukuran itu dalam analisa
         grafik harus memperlihatkan pola konvergensi menuju pada titik 100%, sebagai
         ukuran keberhasilan peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu, APK dan APM
         Sekolah Dasar di NTT dalam periode 2004 – 2008 dipaparkan pada Grafik 2.13.


          Dapat disimak pada Grafik 2.13 bahwa, APM SD/MI di NTT antara Tahun 2004 ke
          2008 meningkat sebesar 5,48% atau rata-rata 1,10% per tahun. Peningkatan
          seperti itu tidaklah besar secara nasional, tetapi pada kondisi sosial budaya
          masyarakat     dan ketertinggalan aksesibilitas pendidikan di NTT peningkatan
          seperti itu menjadi cukup berarti.


Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                   18
Dilain pihak APK SD di NTT meningkat tajam dari Tahun 2004 ke Tahun 2008
          yaitu sebesar 12,70% atau rata-rata 2,54% per tahun. Rata-rata peningkatan yang
          lebih besar dari rata-rata peningkatan APM SD untuk periode yang sama,
          menyebabkan kurva APM dan APK SD di Grafik 2.13 tidak menunjukkan pola
          konvergensinya. Hal ini mengandung beberapa makna:
             (a) ada kemungkinan terjadinya kecepatan masuk SD dari dari sebagian
                  murid SD di NTT (dalam hal umur sekolah)
             (b) ada kemungkinan terjadinya keterlambatan masuk SD dari dari sebagian
                  murid SD di NTT
             (c) ada kemungkinan terjadinya tinggal kelas atau ketidak lulusan dari
                  sebagian murid SD di NTT.
          Jika kemungkinannya adalah poin (b), maka hal ini terjadi karena masalah sosial
          ekonomi dan budaya masyarakat, serta problem aksesibiltas pendidikan.
          Sedangkan jika yang terjadi adalah poin (c) maka hal ini berhubungan dengan
          rendahnya kelulusan SD yang dapat disebabkan oleh berbagai hal antara lain
          mutu proses belajar-mengajar, kecukupan guru baik jumlah maupun kualitas, dan
          aksesibiltas pendidikan secara umum.

                                    Grafik 2.13. APK dan APM SD/MI di NTT


                                140.00
                                120.00
                                100.00
                                  80.00
                                  60.00
                                  40.00
                                  20.00
                                   0.00
                                            2004      2005     2006      2007      2008      2009
                     Angka Partisipasi     90.79     88.07     91.58     90.80     92.36     96.27
                     Murni Tingkat SD
                     Angka Partisipasi     111.64    107.48    114.12   114.20    118.94    124.34
                     Kasar Tingkat SD


             Sumber:  depdiknas.go.id  untuk  data  2004‐2006;  dan  LKPJ  Gub  NTT  2009  untuk  data  2007‐
                      2009  
      (2.2) Angka Putus Sekolah

         Angka Putus Sekolah SD di NTT seperti pada Tabel 2.7 justru mengalami
         peningkatan sejak Tahun 2005 sampai 2008 setelah ada penurunan dari Tahun


Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                                     19
2004 ke Tahun 2005. Keadaan yang mirip terjadi juga pada Angka Putus Sekolah
         SMTP dan SMTA. Kondisi ini sebenarnya sulit dimengerti terutama, karena:
         (a) Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dilaksanakan secara
             nasional dan di daerah, dimana ada pembebasan biaya sekolah dan
             penyediaan dana BOS (Biaya Operasional Sekolah),
         (b) Ada peningkatan aksesibilitas pendidikan, walaupun belum optimal,
         (c) Ada peningkatan jumlah dan mutu sarana-prasarana sekolah dan guru
             (walaupun belum efektif)


         Oleh karena itu, beberapa hal mungkin dapat diduga sebagai penyebab
         peningkatan Angka Putus Sekolah di berbagai tingkat sekolah di NTT, yaitu:
         (a) Meningkatnya kesulitan ekonomi Rumah Tangga, sehingga dengan terpaksa
            anak menjadi tenaga kerja bagi membantu ekonomi keluarga,
         (b) Meningkatnya persoalan sosial di masyarakat, seperti kenakalan remaja,
            narkoba dan lain-lain,
         (c) Rendahnya    ekspektasi    masyarakat   akan    pendidikan    formal,   terutama
            masyarakat miskin perdesaan.
                                           Tabel 2.7.
                    Angka Putus Sekolah Tingkat SD, SMTP dan SMTA di NTT
                                                                 Tahun
                     Uraian
                                         2004     2005    2006     2007     2008      2009
          Angka Putus Sekolah Tingkat
          SD (%)                          4.45    1.50    2.01      3.53    4.77       t.a
          Angka Putus Sekolah Tingkat
          SMTP (%)                        1.65    2.38    5.24      8.24     t.a       t.a
          Angka Putus Sekolah Tingkat
          SMTA (%)                        3.35    2.66    1.45      3.61     t.a       t.a
         Sumber: depdiknas.go.id  


      (2.3) Angka Melek Huruf

         Pada Grafik 2.14, diperlihatkan bahwa pemberantasan buta huruf di NTT tergolong
         sangat efektif yang ditandai denga peningkatan tajam dari Angka Melek Huruf dari
         Tahun 2004 ke Tahun 2008. Pada periode 2004 – 2008 hanya terjadi peningkatan
         kecil, diikuti peningkatan yang tinggi antara tahun 2008-2009.




Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                         20
Gambar 2.14.
                        Angka Melek Huruf Provinsi Nusa Tenggara Timur (%)

           100.00
            95.00                                                            98.47
            90.00
            85.00                         87.96        87.96       88.57
                85.20        85.60
            80.00
            75.00
                2004         2005         2006         2007        2008      2009

            Sumber: dioalah dari; BPS, kecuali tahun 2008 (UNDP)




      (2.4) Persentase Guru Layak Mengajar

         Indikator persentase guru layak mengajar menjadi sangat penting secara formal
         dalam meningkatkan mutu pendidikan. Data pada Tabel 2.8. Persentase Guru
         Layak Mengajar tingkat SMTP di NTT meningkat dari keadaan di Tahun 2004
         sampai di Tahun 2007. Pada Tahun 2006 ada penurunan karena adanya
         penerimaan guru baru, sehingga secara total guru saat itu bertambah lebih banyak
         dari pertambahan guru layak mengajar. Secara umum, Provinsi NTT masih
         kekurangan guru SMTP untuk mata ajaran tertentu, terutama mata ajaran
         kelompok Ilmu Pengetahuan Alam, sehingga program peningkatan guru layak
         mengajar harus tersaingi oleh upaya pemenuhan kebutuhan guru secara
         kwantitas.


         Kondisi yang sama dengan kondisi tingkat SMTP terjadi juga pada guru tingkat
         SMTA. Kekurangan jumlah guru SMTA di NTT sebenarnya lebih tinggi dibanding
         guru SMTP, khususnya pada mata ajaran kelompok MIPA. Hal demikian
         menyebabkan upaya peningkatan mutu guru juga berjalan belum efektif.




Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                  21
Tabel 2.8.
         Perkembangan Persentase Guru Layak Mengajar Tingkat SMTP dan SMTA di NTT
                                                               Tahun
                       Uraian
                                           2004     2005    2006   2007     2008       2009
             Persentase Guru Layak
             Mengajar Terhadap Guru
             Seluruhnya Tingkat SMP (%)    71.92    71.96   59.20   74.77    t.a        t.a

             Persentase Guru Layak
             Mengajar Terhadap Guru
             Seluruhnya Tingkat SMTA
             (%)                           61.68    59.85   74.43   75.72    t.a        t.a
            Sumber: depdiknas.go.id  


         Persoalan lain tentang guru di semua tingkat pendidikan adalah persoalan
         kesejahteraan dan politisasi jabatan guru. Dalam hal kesejahteraan, beberapa
         kabupaten berupaya memberi isentif berupa dana kesejahteraan guru dan/atau
         insentif guru daerah terpencil. Sementara itu, di beberapa kabupaten/kota tertentu
         ada guru yang ditarik menduduki jabatan-jabatan struktural di pemerintahan.


      (3) Kesehatan

         Pembangunan kesehatan seutuhnya diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
         kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
         kesehatan masyarakat yang optimal sehingga dapat hidup produktif secara sosial
         ekonomi. Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan periode 2004-2009 : (a)
         di bidang Kesehatan mencakup umur harapan hidup, mortalitas yang meliputi
         angka kematian bayi (AKB) , angka kematian ibu (AKI), prevalensi Gizi yakni
         meliputi gizi buruk dan gizi kurang dan presentase tenaga kesehatan per
         penduduk. (b) Keluarga Berencana ( Presentase penduduk ber KB) serta Laju
         pertumbuhan penduduk.


      (3.1) Usia Harapan Hidup

           Derajat kesehatan masyarakat yang semakin meningkat dapat dilihat dari pola
           hidup masyarakat setempat. Salah satu indikator yang dapat dilihat dalam
           kehidupan    masyarakat adalah Umur Harapan Hidup. Semakin lama umur
           harapan hidup seseorang dapat menjadi suatu acuan sebagai membaiknya
           derajat kesehatannya. Usia Harapan Hidup masyarakat NTT mengalami


Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                          22
peningkatan antara tahun 2004 – 2008, sedangkan tahun 2009 menurun dari
           69.40 menjadi 66.10 tahun. Penurunan UHH di tahun 2009 kemungkinan karena
           ketidak akuratan data tahun 2008 dimana UHH melonjak menjadi 69,40 tahun
           dari 66,70 tahun di 2007. Perbaikan UHH di NTT dari tahun 2004 ke 2009
           memberikan gambaran secara menyeluruh, tentang derajat kesehatan yang
           berawal dari proses kehamilan, sampai pada kelahiran bayi, kesehatan ibu
           setelah partus sampai pada anak usia lima tahun. Jika selama masa hamil
           mengalami     kurang gizi, maka perkembangan anak sejak janin sampai lahir,
           berpengaruh terhadap UHH, karena pembentukan jaringan tubuh yang
           sempurna sudah dimulai dari usia janin hingga anak mencapai usia lima tahun.

           UHH secara langsung dipengaruhi oleh angka kematian bayi, prevalensi gizi
           buruk serta prevalensi gizi kurang. Apabila terjadi kekurangan gizi yang terus
           berlanjut hingga usia anak mencapai lima tahun, sehingga berat badan anak
           tidak sesuai dengan usia anak, maka kecenderungan gizi buruk menjadi momok
           yang perlu diwaspadai Oleh karena itu baik gizi buruk maupun gizi kurang, perlu
           dicari solusi terbaik, untuk meminimumkan anak yang memiliki gejala gizi kurang
           apalagi mengarah ke gizi buruk.

                                         Grafik 2.15.
                         Perkembangan Umur Harapan Hidup di NTT (tahun)


             2009                                     66.10

             2008                                                          69.40

             2007                                          66.70

             2006                                        66.50

             2005                            64.90

             2004                        64.40


            Sumber: BPS NTT dan Laporan Profil Kesehatan Provinsi NTT




      (3.2) Angka Kematian Bayi

           Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya bayi yang meninggal



Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                   23
sebelum mencapai usia satu tahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun
           yang sama. Angka kematian bayi merupakan indicator yang terkait langsung
           dengan tingkat kelangsungan hidup anak, sekaligus memberikan gambaran
           nyata mengenai kondisi social, ekonomi dan lingkungan tempat tinggal anak-
           anak termasuk pemeliharaan kesehatan anak.

                                            Gambar 2.16
                           Angka Kematian Bayi (per 1.000 kelahiran hidup) NTT

             60.00
                                                                  57.00                  57.00
             50.00
                                    46.00
             40.00
                                                  33.40                       31.20
             30.00
             20.00
             10.00
              0.00
                 2004           2005          2006          2007          2008           2009


            Sumber: BPS NTT dan Laporan Profil Kesehatan Provinsi NTT



           AKB provinsi NTT selama periode tahun 2004-2009 terjadi trend yang
           bervariasi. Terjadi penurunan dari tahun 2004 sampai tahun 2006, dimana
           sejak 2004 kematian bayi dari 48 anak turun hingga 33,40,per 1000 kelahiran
           hidup. Namun tahun 2007 meningkat menjadi 57 anak yang meninggal, dan
           2008 turun menjadi 32.20 anak dan meningkat menjadi 57 anak pada tahun
           2009. Fenomena ini memberikan gambaran bahwa Penanganan Kesehatan
           anak di NTT, belum merata. Keadaan ini dapat dimaklumi nahwa NTT
           merupakan provinsi yang terdiri dari daerah kepulauan, sehingga koordinasi
           kesehatan ibu dan anak belum dapat dijangkau secara maksimal.Variasi
           tingkat   kematian    bayi   memberikan        suatu    gambaran      bahwa    tingkat
           permasalahan       kesehatan      anak     dan    faktorpfaktor       lingkunganyang
           berpengaruh terhadap kesehatan balita seperti, gizi, sanitasi,penyakit
           menular, dan kecelakaan.Jika dilihat trend dari kematian bayi tahun 2008-
           2009, maka terjadi peningkatan angka kematian bayi yang cukup besar.yakni
           dari 31 anak menjadi 57 anak bayi yang meninggal. Kondisi ekonomi yang
           tidak mendukung, berakibat pada kesehatan ibu dan anak terutama selama
           masa kehamilan sapai pada masa neonatal, bagi setiap kelahiran.



Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                            24
(3.3) Kondisi Gizi Balita

           Secara umum status kesehatan seseorang ditentukan oleh status gizi personal
           yang bersangkutan. Pengaruh indikator status gizi secara umum merupakan
           faktor predisposisi yang dapat memperberat penyakit infeksi secara langsung,
           dan dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan secara individual.
           Status gizi janin yang masih berada dalam kandungan dan bayi yang sedang
           menyusui sangat dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil dan ibu menyusui.

                                              Gambar 2.17
                           Persentase Balita Gizi Buruk dan Gizi Kurang di NTT


             2009                                 24.20
                                  9.40

             2008                                         30.70
                             7.10

             2007                                 24.20
                                  9.40

             2006                                    26.50
                                  10.30

             2005                                      28.00
                                     13.00

             2004                                                          Gizi Kurang (%)
                                                                           Gizi Buruk (%)

            Sumber: BPS NTT dan Laporan Profil Kesehatan Provinsi NTT



           Di NTT berdasarkan data tahun 2005-2009 Prevalensi Gizi buruk menurun yakni
           mulai dari 13.00 menurun menjadi 9.40. Namun dari trend yang ada prevalensi
           gizi buruk tertinggi terjadi pada tahun 2005 ( 13.00) dan terendah tahun 2007
           (7.10). Keadaan ini sangat erat kaitannya dengan kondisi ekonomi setiap
           keluarga, dan berpengaruh langsung dengan kesehatan ibu hamil dan ibu
           menyusui. Sementara itu, kondisi Gizi kurang,                antara tahun 2004-2009
           mempunyai trend naik-turun pencapaian tertinggi di Tahun 2008 dan kembali
           menurun pada Tahun 2009 menjadi sama dengan kondisi Tahun 2007. Keadaan
           ini perlu disikapi secara positif untuk dapat mengurangi persentase setiap tahun,
           baik status gizi buruk maupun gizi kurang.



Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                         25
(3.5) Persentase Tenaga Kesehatan per Penduduk

           Tenaga kesehatan per pendudk di NTT selama periode 2004-2009 cendrung
           meningkat, yakni dari tahun 2004-2006 yang hanya terdapat 6 orang tenaga
           medis ( dokter) melayani 1000 penduduk, pada tahun 2007 meningkat menjadi
           13 dokter melayani 1000 penduduk. Dan tahun 2008 - 2009 menjadi 11 dokter
           melayani 1000 penduduk. Kehadiran tenaga medis khususnya dokter di NTT
           masih sanagt dibutuhkan. Mengingat kondisi geografis NTT yang terdiri dari
           daerah kepulauan dapat merupakan penyebab utama pelayanan kesehatan
           untuk penduduk yang jauh dari kota kecamatan menjadi tidak terjangkau.
           Adanya kartu kesehatan gratis , tidak menjamin bahwa penyakit kronis seperti
           malaria dan diare yang menyerang daerah terpencil sering merupakan faktor
           utama penyebab kematian karena tidak dapat ditangani secara medis, atau
           terdeteksi secara cepat untuk ditangani.

                                              Gambar 2.18
                              Persentase Tenaga Kesehatan per Penduduk (%)


                2009                                                         0.110
                2008                                                         0.110
                2007                                                                 0.130
                2006                                0.060
                2005                                0.060
                2004                                0.060

            Sumber: BPS NTT dan Laporan Profil Kesehatan Provinsi NTT


      (3.6) Contraceptive Prevalence Rate

           Keluarga Berencana (KB)di NTT jika dilihat perkembangan dari tahun 2004-
           2009 meningkat setiap tahun. Peningkatan ini sangat erat kaitannya dengan
           berfungsinya tenaga penyuluh lapangan yang sudah bekerja efektif pada
           setiap desa , terutama untuk pasangan usia subur. Perkembangan dari KB
           meningkat dari tahun 2004-2005. Terjadi penurunan pada tahun 2006, dan
           terus maningkat kembali dari tahun 2007 sampai 2009. Upaya ini jika
           dikaitan dengan pertumnuhan penduduk NTT, dimana salah satu tujuan dari


Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                         26
KB adalah menekan petumbuhan penduduk dapat dikatakan cukup
           mendukung upaya tersebut diatas.




            Sumber: BPS NTT dan Laporan Profil Kesehatan Provinsi NTT



      (3.7) Pertumbuhan Penduduk

            Pertumbuhan penduduk suatu daerah yang memiliki trend yang terus
            meningkat menunjukkan bahwa daerah tersebut memiliki kecenderungan
            adanya pengangguran yang cukup tinggi, jika tidak diikuti dengan
            pembukaan lapangan kerja yang memadai. NTT selama periode 2004-2009
            memiliki trend yang cenderung menurun yakni dari tahun 2004-2005
            meningkat dari 1,82 menjadi 2.93. merupakan pertumbuhan penduduk
            tertinggi dan menurun setiap tahun samapi tahun 2009 menjadi 1.88.
            Berbagai upaya untuk mendukung                upaya penekanan pertumbuhan
            penduduk berhasil dilaksanakan antara lain mensukseskan program KB di
            NTT. Jika dikaitkan dengan indikator KB NTT yang berpengaruh langsung
            untuk menekan pertumbuhan penduduk, terlihat bahwa ada hubungan yang
            signikan antara Pencapaian KB dengan Pertumbuhan penduduk. JIka dilihat
            dari perkembangan KB NTT tahun 2007-2009 cendrung meningkat, dan
            dikaitan dengan petumbuhan pemduduk NTT dari tahun yang sama yakni
            2007-2009 pertumbuhan pendudk menurun dari 2.16 pada tahun 2007
            menurun menjadi 1.88 pada tahun 2009.




Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                               27
Gambar 2.20
                                         Pertumbuhan Penduduk NTT (%)

              3.50
              3.00
              2.50                2.93
              2.00
                                                2.22          2.16
              1.50                                                              1.92          1.88
              1.001.32
              0.50
              0.00
                 2004             2005          2006         2007             2008            2009

            Sumber: BPS NTT


      (3.8) Tingkat Fertilitas Umum

           Tingkat Fertilitas atau tingkat kesuburan yang dibahas di NTT adalah tingkat
           kesuburan Umum dalam hal ini usia wanita produktif dengan kisaran usia 15-
           49 tahun. Berdasarkan data NTT dari tahun 2004-2009, dimana tahun 2005
           mencapai 106 namum sejak tahun 2007-2008 cenderung stabil atau tetap
           yakni berkisar antara 85 sampai 83. Keadaan                   ini dapat memberikan
           gambaran bahwa Tingkat Fertilitas wanita NTT yang cenderung tetap dapat
           membantu program pemerintah dalam kaitannya dengan penekanan laju
           pertumbuhan          penduduk,    turunnya   angka        kematian      bayi,    dan   juga
           berpengaruh terhadap upaya penurunan prevalensi Gizi, sehingga dapat
           meningkatkan Usi Harapan Hidup.

                                               Gambar 2.21
                         Tingkat Fertilitas Umum (Jumlah kelahiran hidup per 1.000
                                    perempuan usia 15-49 tahun) di NTT

              120                    106
              100                                84          85          83            83
                80
                60
                40
                20
                 0
                         2004        2005       2006        2007         2008          2009


            Sumber: di olah dari data BPS NTT dan Laporan Profil Kesehatan Provinsi NTT




Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                                 28
(4) Ekonomi Makro

      (4.1) Laju Pertumbuhan Ekonomi

            Pertumbuhan PDRB NTT relatif konstan antara tahun 2004 sampai 2007
            (kecuali diselingi pertumbuhan rendah di Tahun 2005), kemudian mengalami
            penurunan di tahun 2008 dan 2009. Secara umum, pertumbuhan ekonomi NTT
            selama periode 2004 – 2009       tergolong rendah. Jika kondisi demikian terus
            berlangsung, maka ketertinggalan NTT akan semakin melebar dibanding
            wilayah lain di Indonesia.

                                             Gambar 2.22
                                  Laju Pertumbuhan Ekonomi NTT (%)

               6.00
                       5.34                     5.08         5.15
               5.00                                                      4.81
               4.00                                                                 4.14
                                   3.46
               3.00
               2.00
               1.00
               0.00
                  2004          2005         2006         2007       2008         2009


            Sumber: BPS NTT



           Secara sektoral, Pertumbuhan ekonomi NTT diwarnai oleh pertumbuhan yang
           tinggi (> 5%) di sektor-sektor:
                1. Perdagangan, hotel dan restauran,
                2. Pengangkutan dan komunikasi,
                3. Keuangan dan jasa perusahaan, serta
                4. Jasa-jasa, khususnya jasa pemerintah
            Sementara itu,     sektor-sektor primer (pertanian dan pertambangan) serta
            sektor-sektor sekunder terutama industri yang menampung > 70% TK hanya
            tumbuh dibawah 5%. Oleh karenanya ke depan perlu adanya usaha pemerintah
            untuk mendorong pertumbuhan sektor primer khususnya pertanian dan sektor
            sekunder khususnya industri untuk tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan sektor
            tertier.



Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                     29
(4.2) Persentase Eksport Terhadap PDRB

           Neraca perdagangan NTT dari Tahun 2004 – 2009, nilai Import lebih tinggi di
           bandingkan dengan nilai eksport, hal ini dikarenakan kebutuhan barang dari luar
           NTT lebih tinggi di bandingkan dengan produksi dalam daerah.


           Perkembangan perdagangan antara Nusa Tenggara Timur dengan dunia
           menunjukkan bahwa setelah Tahun 2000 terjadi kecenderungan peningkatan
           ekspor maupun impor. Terdapat empat fenomena penting yakni : (1) Terjadi
           defisit necara perdagangan (2) Mitra utama ekspor adalah Timor Leste dengan
           komoditas utama Bahan Bakar Minyak (BBM), dimana komoditas tersebut hanya
           lalu-lewat; (3) Share Ekspor Impor terhadap PDRB meningkat menuju pola
           provinsi pelabuhan (4) Salah satu impor terbesar non-migas NTT adalah bahan
           pangan olahan

                                          Gambar 2.23
                              Persentase Ekspor terhadap PDRB (%)

                   30.00
                   25.00                    24.01
                   20.00  21.76    20.22             21.53    20.95 20.25
                   15.00
                   10.00
                    5.00
                    0.00
                       2004     2005     2006     2007     2008    2009


            Sumber: BPS NTT


            Konsekwensi dari neraca perdagangan yang negatif di NTT, menyebabkan
            tampilan dari kontribusi ekspot dalam PDRB NTT untuk periode 2004 –
            2009 cenderung statis di kisaran 20-21 % (Gambar 2.23). Hal ini ada
            hubungan dengan investasi yang berorientasi eksport (outword looking) di
            NTT tergolong sangat rendah. Hampir semua invesatasi dari PMDN terjadi
            pada sektor-sektor jasa yang tidak mempunyai nilai eksport. Penjelasan ini
            dapat pula dihubungkan dengan indikator “persentase output manufaktur
            terhadap PDRB NTT” seperti pada Gambar 2.24.


Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                   30
(4.3) Persentase Output Manufaktur Terhadap PDRB

            Pembahasan tentang indikator “persentase eksport dalam PDRB NTT”
            sebelum ini yang bersifat statis selama periode 2004 - 2009, telah
            dihubungkan dengan tampilan dari indikator ‘persentase output manufaktur
            dalam PDRB NTT”. Rendahnya investasi di NTT yang berorientasi eksport,
            yang     biasanya   terjadi   di     bidang     manufaktur,   telah   menyebabkan
            pertumbuhan sektor manufaktur di NTT relatif konstan, yang kemudian
            menyebakan kontribusi output manufaktur dalam PDRB NTT juga terus
            menurun sejak Tahun 2005 sampai Tahun 2009 (Gambar 2.24).

                                       Gambar 2.24
                     Persentase Output Manufaktur Terhadap PDRB (%)

              1.85                 1.80
              1.80                        1.76
              1.75                                   1.70
              1.70     1.63
              1.65                                              1.59
              1.60                                                        1.55
              1.55
              1.50
              1.45
              1.40
                       2004        2005   2006       2007       2008      2009


            Sumber: BPS NTT


      (4.4) Tingkat Pendapatan Perkapita

           Pertumbuhan per tahun dari tingkat pendapatan per kapita penduduk NTT antara
           Tahun 2004 dan 2009 cenderung bersifat konstan, seperti yang digambarkan
           grafik yang cenderung bersifat linear pada Gambar 2.25. Artinya, efek
           pembangunan ekonomi di NTT selama periode itu belum dapat menciptakan
           lompatan berarti dari tingkat pendapatan perkapita penduduknya. Padahal
           secara    konseptual,     pembangunan     harus     memberi    efek    lompatan   atau
           percepatan dari indikator-indikator outcomes, misalnya pendapatan perkapita
           yang antaralain merupakan indikator dari kesejahteraan penduduk sebagai objek
           dan subjek pembangunan itu sendiri.




Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                          31
Gambar 2.25
                                          Pendapatan Perkapita NTT (Rupiah)

                                  6,000,000

                                  5,000,000

                                  4,000,000

                                  3,000,000

                                  2,000,000

                                  1,000,000

                                            0
                                                    2004        2005         2006        2007        2008        2009

                  Pendapatan Perkapita (Rupiah)   3,129,110   3,476,397    3,881,424   4,301,535   4,469,637   4,884,655



            Sumber: BPS NTT


           Dengan demikian, dapatlah disimpulkan bahwa pendekatan pembangunan
           ekonomi di Nusa Tenggara Timur masih perlu ditinjau lagi. Peninjauan
           pendekatan pembangunan ekonomi dimaksud, lebih ditekankan pada
           pendekatan operasionalnya, bukan pada pendekatan perencanaan makro,
           karena jika diteliti RPJMD Propinsi NTT 2009-2013 dinilai sudah tepat
           sasaran dan arah, tetapi pada perencanaan operasional seperti RKPD dan
           APBD, ternyata kurang mempunyai hubungan langsung dengan sasaran dan
           arah pembangunan di RPJMD.



      (4.5) Laju Inflasi

           Laju inflasi di NTT, dalam laporan ini digambarkan oleh laju inflasi Kota Kupang
           sebagai ibu kota Provinsi NTT yang trend-nya antara tahun 2004-2009
           ditujukkan pada Gambar 2.26. Laju inflasi tahunan Kota Kupang selama periode
           itu, dominan terjadi dalam 1 digit, kecuali di tahun 2005 dan tahun 2008 yang
           menembus 2 digit. Kondisi ini dari sudut teorinya merupakan gambaran umum
           tentang kestabilan ekonomi NTT, tetapi dari sisi ril dapat juga menggambarkan
           kurang     dinamisnya           ekonomi            NTT.        Hal    ini    dapat        dijelaskan         dengan
           kecenderungan konstanya pertumbuhan PDRB, pendapatan perkapita dan



Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                                                       32
beberapa indikator ekonomi makro lainnya.

                                           Gambar 2.26
                                  Laju Inflasi Kota Kupang (%) :

               16.00
                                   15.16
               14.00
               12.00
                                                                      10.90
               10.00                          9.72
                8.00 8.28                                 8.44
                6.00                                                           6.49
                4.00
                2.00
                0.00
                   2004       2005         2006       2007         2008       2009

            Sumber: BPS NTT




      (5) Investasi


      (5.1) Nilai Realisasi Investasi PMDN

            Nilai Realisasi investasi PMDN di NTT antara tahun 2004 ke 2007
            cenderung sangat rendah, tetapi antara tahun 2007 ke 2009 meningkat
            sangat tajam, bahkan cenderung lebih tinggi dari nilai persejuan investasi
            pada tahun yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa untuk investasi PMDN,
            NTT mulai diminati.


            Walaupun demikian, investasi PMDN sebagian terbesarnya terjadi di sektor
            jasa dan perdagangan, yang secara teoritis dan praktis mempunyai
            beberapa kekurangan jika dibanding dengan invesatasi di sektor primer dan
            sekunder (manufakturing misalnya). Kukurangan relatif tersebut adalah:


                 1) Tingkat penyerapan tenaga kerjanya relatif lebih sedikit,
                 2) efek penyebarannya relatif lebih sempit dan sedikit,
                 3) tidak bersifat menunjang eksport wilayah


            dengan sifatnya seperti itu, maka dapat dipahami mengapa pertumbuhan


Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                  33
ekonomi NTT relatif tidaklah bersifat melompat seperti peningkatan tajam
            dari nialai realisasi investasi PMDN.

                                                       Gambar 2.27
                                   Nilai Realisasi Investasi PMDN di NTT (Rp. Milyar)


                                12,000.00
                                10,000.00
                                 8,000.00
                                 6,000.00
                                 4,000.00
                                 2,000.00
                                       0.00
                                -2,000.00
                                               2004     2005     2006      2007       2008       2009

                          Nilai Realisasi      114.30   19.00    0.00      213.26     4,221     10,015
                          Investasi PMDN
                          (Rp. Milyar)

                 Sumber: BPS NTT




      (5.2) Nilai Persetujuan Rencana Investasi PMDN

            Nilai persetujuan rencana investasi di NTT sebenarnya lebih rendah dari
            atau sama besar dengan realisasi invesatasi setiap tahunnya dalam periode
            Tahun 2004 dan 2009, kecuali di Tahun 2006. Sehingga sekali lagi bahwa
            terjadi peningkatan minat investasi PMDN di NTT.

                                                Gambar 2.28
                                     Rencana dan Realisasi Investasi PMDN

                                 5,000.00
                                 4,000.00
                                 3,000.00
                                 2,000.00
                                 1,000.00

                                      0.00
                                -1,000.00
                                               2004      2005      2006           2007        2008

                   Nilai Persetujuan            0.00     0.00     275.80          54.40
                   Rencana Investasi
                   PMDN (Rp.Milyar)
                   Nilai Realisasi Investasi   114.30    19.00      0.00       213.26        4,221.37
                   PMDN (Rp. Milyar)



            Sumber: BPS NTT



Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                                     34
(5.3) Nilai Realisani Investasi PMA

            Trend dari nilai realisai investasi PMA di NTT selama periode 2004-2009
            relatif sama dengan pola trend realisasi investasi PMDN yang sudah
            dibahas, dimana terjadi peningkatan antara tahun 2007 ke tahun 2009,
            walaupun dalan tahun-tahun sebelumnya bersifat naik-turun. Yang mungkin
            menarik dari perbedaan sifat investasi PMA dan PMDN adalah bahwa PMA
            cenderung berinvestasi pada sektor atau komoditi yang bertujuan eksport,
            sedangkan PMDN tidaklah demikian.



                                             Gambar 2.29
                          Nilai Realisasi Investasi PMA di NTT (US$ Juta)

                               5.00
                               4.00
                               3.00
                               2.00
                               1.00
                               0.00
                                        2004   2005   2006    2007    2008    2009

                   Nilai Realisasi      2.40   1.50   2.40     0.40    1.90   4.00
                   Investasi PMA (US$
                   Juta)

            Sumber: BPS NTT




      (5.4) Nilai Persetujuan Rencana Investasi PMA

           Dibanding antara persetujuan dan realisasi investasi PMA, maka dapat dilihat

           pada Gambar 2.30 bahwa terjadi gap yang cukup besar dimana banyak nilai

           persetujuan investasi tidak terealisir di NTT




Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                 35
Gambar 2.30
                         Nilai Persetujuan Rencana dan Realisasi Investasi PMA


                               25.00

                               20.00

                               15.00

                               10.00

                                5.00

                                0.00
                                       2004     2005     2006    2007     2008   2009

                  Nilai Realisasi       2.40    1.50     2.40     0.40    1.90   4.00
                  Investasi PMA (US$
                  Juta)
                  Nilai Persetujuan     3.00    4.40     5.30    19.80
                  Rencana Investasi
                  PMA (US$ Juta)



            Sumber: BPS NTT




      (5.5) Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja PMA


            Walaupun realisasi investasi PMA meningkat sangat tajam dari tahun 2007
            ke tahun 2009, tetapi tingkat penyerapan tenaga kerja yang tinggi justru
            terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu di tahun 2004 dan 2005. Hal ini
            terjadi karena sifat atau sektor investasi yang dimasuki pada tahun 2004-
            2005 cenderung pada sektor perikanan dan kelautan, khususnya rumput
            laut, yang membutuhkan tenaga kerja lokal lebih banyak, khususnya tenaga
            kerja non spesialis untuk bidang kerja pengawasan lapangan (tenaga kerja
            lapangan).




Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                    36
Gambar 2.31
                              Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja PMA di NTT


              250.00
                                        229.00
              200.00


              150.00

                          116.00
              100.00
                                                                       75.00    70.00
               50.00                                    45.00

                0.00
                   2004              2005           2006            2007       2008

            Sumber: BPS NTT



      (6) Infrastruktur


      (6.1) Perentase Jalan Nasional Bedasarkan Kondisi

          Evaluasi kinerja pembangunan nasional di daerah untuk periode 2004-2009,
          dalam bidang pembangunan infrastruktur hanya meliputi beberapa indikator kunci,
          yaitu persentase panjang jalan nasional di provinsi dan persentasi panjang jalan
          provinsi menurut kondisi jalan, yakni dalam keadaan baik, rusak dan rusak berat.


          Panjang jalan nasional di NTT pada tahun 2006 adalah 1.273,02 km. Pada tahun
          2007, panjang jalan nasional di NTT meningkat menjadi 2,464.32 km. Panjang
          jalan nasional di daerah ini tidak berubah hingga tahun 2009. Sementara untuk
          jalan provinsi, total panjang jalan adalah 1.737.37 km pada tahun 2006, dan
          1.738,81 pada tahun 2009. Kondisi jalan nasional di NTT secara umum
          memperlihatkan peningkatan yang berarti sejak tahun 2004 (Gambar 32).
          Persentasi jalan yang dalam kondisi baik adalah 18.85% pada tahun 2004 dan
          menjadi 57,29% pada tahun 2009. Sebaliknya, persentase panjang jalan yang
          dalam kondisi rusak (sedang) dan rusak berat turun dari 81.15% pada tahun 2004
          berkurang menjadi hanya 42,71% pada tahun 2009. Sementara untuk jalan



Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                     37
provinsi, peningkatan kondisi jalan dari 2004 hingga 2009 menunjukkan trend
          yang hamper sama (Gambar 33)


          Data mengenai kondisi jalan di NTT, baik jalan nasional maupun jalan provinsi,
          sangat terbatas. Data kondisi jalan yang tersedia adalah untuk tahun 2009. Pada
          tahun 2009, lebih kurang 85.14% jalan nasional di NTT dalam kondisi baik atau
          cukup baik. Sisanya dalam kondisi rusak atau rusak berat. Sementara untuk jalan
          provinsi, pada tahun yang sama 65.60% dalam kondisi baik atau cukup baik, dan
          sisanya dalam kondidi rusak atau rusak berat. Data kondisi jalan nasional dan
          jalan provinsi di NTT pada tahun 2008 selengkapnya ditunjukkan pada dua table
          berikut.

                                                 Gambar 2.32
                              Persentase Jalan Nasional berdasarkan Kondisi di NTT

                                 80.00

                                 60.00

                                 40.00

                                 20.00

                                   0.00
                                          2004      2005      2006     2007      2008    2009
                     Kondisi Baik (%)     18.85     42.18    31.68     13.91     44.62   57.29
                     Kondisi Sedang (%)   71.72     48.06    43.62     75.31     36.58   32.60
                     Kondisi Rusak (%)     9.43     9.77     24.70     10.78     18.79   10.15



            Sumber: BPS NTT



      (6.2) Perentase Jalan Propinsi Bedasarkan Kondisi

            Perhatian pemerintad Provinsi NTT pada infrastruktur jalan dapat dikatakan
            sangat baik terutama sejak tahun 2005 seperti diperlihatkan pada Gambar
            2.33 dimana persentase penjang jalan yang tergolong dalam kondisi rusak
            dan sedang terus menurun denga peningkatan nyata dari persentase
            panjang jalan provinsi berkategori kondisi baik.



Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                             38
Gambar 2.33
                             Panjang Jalan Propinsi Berdasarkan Kondisi di NTT


                                   100%

                                    80%

                                    60%

                                    40%

                                    20%

                                         0%
                                              2004    2006    2007    2008    2009

                      Kondisi Rusak (%)       9.44    69.97   34.40   25.87   22.66
                      Kondisi Sedang (%)      71.69   23.77   19.33   21.84   21.77
                      Kondisi Baik (%)        18.87   6.25    46.27   52.29   55.56

            Sumber: BPS NTT



      (7) Pertanian

      (7.1) Rata-rata Nilai Tukar Petani per Tahun

           Data Nilai Tukar Petani (NTP) untuk ptovinsi NTT tidak tersedia, kecuali
           untuk tahun 2007 (Data Ekonomi Regional NTT, BI Kupang, 2007). NTP
           Provinsi NTT untuk tahun 2007 berkisar 125-130

      (7.2) PDRB Pertanian atas dasar Harga Berlaku

           Pertumbuhan PDRB sektor pertanian di NTT antara Tahun 2004-2009 seperti

           ditunjukkan Gambar 2.34 bersifat linear, atau dengan kata lain mengalami

           pertumbuhan konstan. Sifat pertumbuhan sektor pertanian seperti itu, berbeda

           dengan sifat pertumbuhan sektor jasa, khususnya jasa pemerintah dalam

           ekonomi NTT yang bersifat semakin bertambah, sehingga menyebabkan

           penurunanan kontribusi sektor pertanian dalam PDRB NTT selama periode yang

           sama (Lihat Gambar 2.35).




Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                  39
Gambar 2.34
                       PDRB Sektor Pertanian NTT, Atas Dasar Harga Berlaku (Rp. Juta)

                             12,000,000
                             10,000,000
                              8,000,000
                              6,000,000
                              4,000,000
                              2,000,000
                                       0
                                             2004      2005      2006       2007      2008      2009

                   PDRB Sektor Pertanian    5,449,172 6,034,394 6,857,125 7,706,388 8,733,673 9,563,600
                   Atas Dasar Harga Berlaku
                   (Rp. Juta)



            Sumber: BPS NTT

            Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB provinsi NTT dari tahun 2004
            sampai tahun 2009 secara konsisten menurun. Dalam tahun 2004, sektor
            pertanian, yang meliputi subsector-subsektor tanaman pangan, perkebunan,
            peternakan, kehutanan dan perikanan, menyumbang 42.58%, dan tahun 2009
            menyumbang 38.81% (Figure 2.34). Meskipun persentasi sumbangan sektor
            pertanian terus menurun,secara umum, nilai nominal dari kontribusinya
            meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut didukung oleh pertumbuhan
            ekonomi pada sektor pertanian rata-rata 3.16% per tahun. Dalam tahun 2004
            nilai nominal kontribusi sektor ini mencapai Rp 5.482.104,000,000 meningkat
            menjadi Rp 9.563.600.000.000 pada tahun 2009 (Gambar 2.34).

                                               Gambar 2.35
                             Kontribusi Sektor Pertanian dalam PDRB NTT (%)

               43.00
               42.50                        42.58
                        42.36
               42.00
               41.50                                           41.38
               41.00
               40.50
               40.00                                                               39.89
               39.50                                                                            39.46
               39.00
               38.50
               38.00
               37.50
                    2004              2005                2006              2007               2008

            Sumber: BPS NTT




Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                                      40
(8) Kehutanan

      (8.1) Persentase Luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis

           Data yang tersedia mengenai luas lahan kritis dan kegiatan rehabilitasi lahan di
           Provinsi NTT sangat terbatas. Data luas lahan kritis yang tersedia adalah hasil
           interpretasi citra satelit Landsat ETM 7 yang diperoleh tahun 2002. Luas lahan
           kritis dalam kawasan hutan menurut interpretasi citra dimaksud adalah 661.681
           hektar.


           Upaya rehabilitasi lahan dalam kawasan hutan di NTT sudah dilakukan dari
           tahun ke tahun, meskipun hasilnya belum optimal. Sampai tahun 2005, laju
           degradasi kawasan hutan di NTT mencapai 15.000 hektar per tahun. Sementara
           itu, program rehabilitasi hanya mencapai 3.000 hektar per tahun. Dari total 3.000
           hektar yang direhabilitasi setiap tahunnya, keberhasilannya hanya mencapai
           30%. Kegagalan terjadi akibat kebakaran, kekeringan, dimakan ternak,
           penebangan liar, dan tanah longsor.

                                                Gambar 2.36
                      Persentase Luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis
                                                 di NTT (%)


                                       6.00


                                       5.00


                                       4.00


                                       3.00


                                       2.00


                                       1.00


                                       0.00
                                                 2004   2005   2006    2007      2008        2009

                     Persentase Luas lahan       0.25          0.50     4.37     4.86
                     rehabilitasi dalam hutan
                     terhadap lahan kritis (%)




            Sumber: BPS NTT

           Program rehabilitasi hutan dan lahan terus digalakan dari tahun ke tahun. Hal ini
           juga didukung dengan jumlah dana yang dialokasikan untuk rehabilitasi hutan
           dan lahan yang terus meningkat. Pada tahun 2006, luas lahan yang direhabilitasi



Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur                                                41
EKPD 2010 NTT
EKPD 2010 NTT
EKPD 2010 NTT
EKPD 2010 NTT
EKPD 2010 NTT
EKPD 2010 NTT
EKPD 2010 NTT
EKPD 2010 NTT
EKPD 2010 NTT
EKPD 2010 NTT
EKPD 2010 NTT
EKPD 2010 NTT
EKPD 2010 NTT
EKPD 2010 NTT
EKPD 2010 NTT
EKPD 2010 NTT
EKPD 2010 NTT
EKPD 2010 NTT
EKPD 2010 NTT
EKPD 2010 NTT
EKPD 2010 NTT
EKPD 2010 NTT
EKPD 2010 NTT
EKPD 2010 NTT
EKPD 2010 NTT
EKPD 2010 NTT
EKPD 2010 NTT
EKPD 2010 NTT
EKPD 2010 NTT
EKPD 2010 NTT
EKPD 2010 NTT
EKPD 2010 NTT
EKPD 2010 NTT

More Related Content

What's hot

Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - UnpattiLaporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - UnpattiEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILALaporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILAEKPD
 
Yuniza Puspita Nur 'Aini
Yuniza Puspita Nur 'AiniYuniza Puspita Nur 'Aini
Yuniza Puspita Nur 'AiniYunizaIcha
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUDLaporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUDEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNP
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNPLaporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNP
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNPEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Jawa Barat - UNPAD
Laporan Akhir EKPD 2009 Jawa Barat - UNPADLaporan Akhir EKPD 2009 Jawa Barat - UNPAD
Laporan Akhir EKPD 2009 Jawa Barat - UNPADEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRATLaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRATEKPD
 
Halaman pengesahan
Halaman pengesahanHalaman pengesahan
Halaman pengesahanAdul Imau
 
Laporan pkl di bengkel lestari jalan mr. iskandar blora fix
Laporan pkl di bengkel lestari jalan mr. iskandar blora fixLaporan pkl di bengkel lestari jalan mr. iskandar blora fix
Laporan pkl di bengkel lestari jalan mr. iskandar blora fixToko234Kunduran
 
Laporan pkl aditya xii amp 2
Laporan pkl aditya xii amp 2Laporan pkl aditya xii amp 2
Laporan pkl aditya xii amp 2Toko234Kunduran
 
Laporan pkl di bengkel lestari jalan mr. iskandar blora
Laporan pkl di bengkel lestari jalan mr. iskandar bloraLaporan pkl di bengkel lestari jalan mr. iskandar blora
Laporan pkl di bengkel lestari jalan mr. iskandar bloraToko234Kunduran
 
Laporan pkl di andi garden kabupaten blora (amp) revisi kelompok 2
Laporan pkl di andi garden kabupaten blora (amp) revisi kelompok 2Laporan pkl di andi garden kabupaten blora (amp) revisi kelompok 2
Laporan pkl di andi garden kabupaten blora (amp) revisi kelompok 2Toko234Kunduran
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAM
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAMLaporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAM
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAMEKPD
 
IDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KASIHAN KAB. BANTULN
IDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KASIHAN KAB. BANTULNIDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KASIHAN KAB. BANTULN
IDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KASIHAN KAB. BANTULNDede Saputra
 
Laporan Akhir EKPD 09 DKI Jakarta - UI
Laporan Akhir EKPD 09 DKI Jakarta - UILaporan Akhir EKPD 09 DKI Jakarta - UI
Laporan Akhir EKPD 09 DKI Jakarta - UIEKPD
 
Daftar isi fix
Daftar isi fixDaftar isi fix
Daftar isi fixWih Di
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kepri - UMRAH
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kepri - UMRAHLaporan Akhir EKPD 2010 - Kepri - UMRAH
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kepri - UMRAHEKPD
 
Peta Dasar Pakpak Bharat 2007
Peta Dasar Pakpak Bharat 2007Peta Dasar Pakpak Bharat 2007
Peta Dasar Pakpak Bharat 2007Ar Tinambunan
 

What's hot (20)

Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - UnpattiLaporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILALaporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
 
Yuniza Puspita Nur 'Aini
Yuniza Puspita Nur 'AiniYuniza Puspita Nur 'Aini
Yuniza Puspita Nur 'Aini
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUDLaporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNP
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNPLaporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNP
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNP
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Jawa Barat - UNPAD
Laporan Akhir EKPD 2009 Jawa Barat - UNPADLaporan Akhir EKPD 2009 Jawa Barat - UNPAD
Laporan Akhir EKPD 2009 Jawa Barat - UNPAD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRATLaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
 
Halaman pengesahan
Halaman pengesahanHalaman pengesahan
Halaman pengesahan
 
Mangunharjo Mangrove Resort
Mangunharjo Mangrove ResortMangunharjo Mangrove Resort
Mangunharjo Mangrove Resort
 
Laporan pkl di bengkel lestari jalan mr. iskandar blora fix
Laporan pkl di bengkel lestari jalan mr. iskandar blora fixLaporan pkl di bengkel lestari jalan mr. iskandar blora fix
Laporan pkl di bengkel lestari jalan mr. iskandar blora fix
 
Laporan pkl aditya xii amp 2
Laporan pkl aditya xii amp 2Laporan pkl aditya xii amp 2
Laporan pkl aditya xii amp 2
 
Laporan pkl di bengkel lestari jalan mr. iskandar blora
Laporan pkl di bengkel lestari jalan mr. iskandar bloraLaporan pkl di bengkel lestari jalan mr. iskandar blora
Laporan pkl di bengkel lestari jalan mr. iskandar blora
 
Laporan pkl di andi garden kabupaten blora (amp) revisi kelompok 2
Laporan pkl di andi garden kabupaten blora (amp) revisi kelompok 2Laporan pkl di andi garden kabupaten blora (amp) revisi kelompok 2
Laporan pkl di andi garden kabupaten blora (amp) revisi kelompok 2
 
040 Model P Diri
040 Model P Diri040 Model P Diri
040 Model P Diri
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAM
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAMLaporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAM
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAM
 
IDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KASIHAN KAB. BANTULN
IDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KASIHAN KAB. BANTULNIDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KASIHAN KAB. BANTULN
IDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KASIHAN KAB. BANTULN
 
Laporan Akhir EKPD 09 DKI Jakarta - UI
Laporan Akhir EKPD 09 DKI Jakarta - UILaporan Akhir EKPD 09 DKI Jakarta - UI
Laporan Akhir EKPD 09 DKI Jakarta - UI
 
Daftar isi fix
Daftar isi fixDaftar isi fix
Daftar isi fix
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kepri - UMRAH
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kepri - UMRAHLaporan Akhir EKPD 2010 - Kepri - UMRAH
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kepri - UMRAH
 
Peta Dasar Pakpak Bharat 2007
Peta Dasar Pakpak Bharat 2007Peta Dasar Pakpak Bharat 2007
Peta Dasar Pakpak Bharat 2007
 

Viewers also liked

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TimurEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 NTT - UNDANA
Laporan Akhir EKPD 2009 NTT - UNDANALaporan Akhir EKPD 2009 NTT - UNDANA
Laporan Akhir EKPD 2009 NTT - UNDANAEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tengah - UNTAD
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tengah - UNTADLaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tengah - UNTAD
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tengah - UNTADEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Riau - UNRI
Laporan Akhir EKPD 2009 Riau - UNRILaporan Akhir EKPD 2009 Riau - UNRI
Laporan Akhir EKPD 2009 Riau - UNRIEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BaliLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BaliEKPD
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI LAMPUNG
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI LAMPUNGHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI LAMPUNG
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI LAMPUNGEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - NTB - UNRAM
Laporan Akhir EKPD 2010 - NTB - UNRAMLaporan Akhir EKPD 2010 - NTB - UNRAM
Laporan Akhir EKPD 2010 - NTB - UNRAMEKPD
 
Lapora Akhir EKPD 2009 Bangka Belitung - UBB
Lapora Akhir EKPD 2009 Bangka Belitung - UBBLapora Akhir EKPD 2009 Bangka Belitung - UBB
Lapora Akhir EKPD 2009 Bangka Belitung - UBBEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTAN
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTANLaporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTAN
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTANEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA
Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJALaporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA
Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJAEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi JambiLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi JambiEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi PapuaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi PapuaEKPD
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI RIAU
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI RIAUHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI RIAU
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI RIAUEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera SelatanEKPD
 

Viewers also liked (14)

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
 
Laporan Akhir EKPD 2009 NTT - UNDANA
Laporan Akhir EKPD 2009 NTT - UNDANALaporan Akhir EKPD 2009 NTT - UNDANA
Laporan Akhir EKPD 2009 NTT - UNDANA
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tengah - UNTAD
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tengah - UNTADLaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tengah - UNTAD
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tengah - UNTAD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Riau - UNRI
Laporan Akhir EKPD 2009 Riau - UNRILaporan Akhir EKPD 2009 Riau - UNRI
Laporan Akhir EKPD 2009 Riau - UNRI
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BaliLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI LAMPUNG
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI LAMPUNGHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI LAMPUNG
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI LAMPUNG
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - NTB - UNRAM
Laporan Akhir EKPD 2010 - NTB - UNRAMLaporan Akhir EKPD 2010 - NTB - UNRAM
Laporan Akhir EKPD 2010 - NTB - UNRAM
 
Lapora Akhir EKPD 2009 Bangka Belitung - UBB
Lapora Akhir EKPD 2009 Bangka Belitung - UBBLapora Akhir EKPD 2009 Bangka Belitung - UBB
Lapora Akhir EKPD 2009 Bangka Belitung - UBB
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTAN
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTANLaporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTAN
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTAN
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA
Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJALaporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA
Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi JambiLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi PapuaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI RIAU
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI RIAUHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI RIAU
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI RIAU
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
 

Similar to EKPD 2010 NTT

Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTALaporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTAEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMUL
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMULLaporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMUL
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMULEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUDLaporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUDEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNMLaporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNMEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCENLaporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCENEKPD
 
Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...
Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...
Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...Oswar Mungkasa
 
Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR
Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPARLaporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR
Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAREKPD
 
Aipmnh kota kupang tahun 2009-2011
Aipmnh kota kupang tahun 2009-2011Aipmnh kota kupang tahun 2009-2011
Aipmnh kota kupang tahun 2009-2011darikupang
 
Laporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTI
Laporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTILaporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTI
Laporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTIEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - Unand
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - UnandLaporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - Unand
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - UnandEKPD
 
RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012
RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012
RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012Mellianae Merkusi
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalbar - Untan
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalbar - UntanLaporan Akhir EKPD 2010 - Kalbar - Untan
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalbar - UntanEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi LampungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi LampungEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM
Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAMLaporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM
Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAMEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTALaporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTAEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNM
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNMLaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNM
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNMEKPD
 
Laporan tahunan
Laporan tahunanLaporan tahunan
Laporan tahunanPaul Aurel
 
Kajian Dampak Implementasi Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
Kajian Dampak Implementasi Perencanaan Pembangunan Daerah di KalimantanKajian Dampak Implementasi Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
Kajian Dampak Implementasi Perencanaan Pembangunan Daerah di KalimantanTri Widodo W. UTOMO
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua Barat - UNIPA
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua Barat - UNIPALaporan Akhir EKPD 2009 Papua Barat - UNIPA
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua Barat - UNIPAEKPD
 

Similar to EKPD 2010 NTT (20)

Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTALaporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMUL
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMULLaporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMUL
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMUL
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUDLaporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNMLaporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCENLaporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
 
Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...
Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...
Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...
 
Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR
Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPARLaporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR
Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR
 
Aipmnh kota kupang tahun 2009-2011
Aipmnh kota kupang tahun 2009-2011Aipmnh kota kupang tahun 2009-2011
Aipmnh kota kupang tahun 2009-2011
 
Laporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTI
Laporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTILaporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTI
Laporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTI
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - Unand
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - UnandLaporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - Unand
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - Unand
 
RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012
RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012
RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalbar - Untan
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalbar - UntanLaporan Akhir EKPD 2010 - Kalbar - Untan
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalbar - Untan
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi LampungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
 
Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM
Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAMLaporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM
Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTALaporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTA
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNM
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNMLaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNM
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNM
 
Laporan tahunan
Laporan tahunanLaporan tahunan
Laporan tahunan
 
Daftar isi rkpd 2012
 Daftar isi rkpd 2012 Daftar isi rkpd 2012
Daftar isi rkpd 2012
 
Kajian Dampak Implementasi Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
Kajian Dampak Implementasi Perencanaan Pembangunan Daerah di KalimantanKajian Dampak Implementasi Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
Kajian Dampak Implementasi Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua Barat - UNIPA
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua Barat - UNIPALaporan Akhir EKPD 2009 Papua Barat - UNIPA
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua Barat - UNIPA
 

More from EKPD

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi RiauEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera UtaraEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi SelatanEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi MalukuLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi MalukuEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku UtaraEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan RiauEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka BelitungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka BelitungEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TimurEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TenganLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TenganEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan SelatanEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi GorontaloLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi GorontaloEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. YogyakartaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. YogyakartaEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BantenLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BantenEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi AcehLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi AcehEKPD
 

More from EKPD (20)

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi MalukuLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka BelitungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TenganLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi GorontaloLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. YogyakartaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BantenLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi AcehLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
 

Recently uploaded

SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 

Recently uploaded (20)

SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 

EKPD 2010 NTT

  • 1.
  • 2. KATA PENGANTAR EKPD 2010 di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dilaksanakan bekerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional untuk menilai kinerja pembangunan di daerah dalam rentang waktu 2004-2009 serta menganalisis relevansi RPJMD Provinsi NTT 2009-2013 dengan RPJMN 2010-2014. Evaluasi dilakukan dengan Tujuan (1) untuk melihat sejauh mana pelaksanaan RPJMN 2004-2009 dapat memberikan kontribusi pada pembangunan di daerah; dan (2) untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan prioritas/program (outcome) dalam RPJMN 2010- 2014 dengan prioritas/program yang ada dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi. Sedangkan sasaran evaluasi adalah : (1) tersedianya data/informasi dan penilaian pelaksanaan RPJMN 2004-2009 di daerah dan (2) tersedianya data/informasi dan penilaian keterkaitan RPJMD Provinsi dengan RPJMN 2010-2014. Dengan demikian, hasil yang diharapkan dalam evaluasi ini adalah: (1) tersedianya dokumen evaluasi pencapaian pelaksanaan RPJMN 2004-2009 untuk setiap provinsi; serta (2) Tersedianya dokumen evaluasi keterkaitan RPJMD Provinsi dengan RPJMN 2010- 2014. Laporan Final EKPD 2010 Provinsi NTT telah merumuskan rekomendasi-rekomendasi setiap bidang evaluasi serta rekomendasi dari analisis relevansi RPJMN 2010-2014 dengan RPJMD 2009-2013. Kiranya rekomendasi-rekomendasi dimaksud dapat menjadi pertimbangan baik bagi pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi dalam rangka lebih meningkatkan daya guna pembangunan, serta mensinerjikan langkah-langkag perencanaan pembangunan. Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memberikan masukan sampai tersusunnya laporan ini. Secara khusus kami mengucapkan terima kasih kepada BAPPENAS yang telah mempelopori tradisi evaluasi pembangunan dengan melibatkan universitas termasuk Universitas Nusa Cendana sebagai lembaga independen. Kupang, Awal Desember 2010. Rektor Universitas Nusa Cendana Kupang, Prof. Ir. Frans Umbu Datta. M.App.Sc.,Ph.D. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur ii
  • 3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii DAFTAR Tabel ................................................................................................. iv DAFTAR Gambar .............................................................................................. v BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Tujuan ................................................................. 1 1.2 Tujuan dan Sasaran….……..…………………………………………….. 2 1.3 Keluaran.... ........................................................................................... 3 BAB II HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RPJMN 2004-2009 A. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI 4 1. Indikator 4 2. Analisis Pencapaian Indikator 2 3. Rekomendasi Kebijakan 7 B. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG ADIL DAN DEMOKRATIS 1. Indikator………………………………………………………………. 7 2. Analisis Pencapaian Indikator……………………………………... 8 3. Rekomendasi Kebijakan……………………………………………. 14 C. AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT 1. Indikator …………………………………………………………….. 15 2. Analisis Pencapaian Indikator…………………………………….. 16 3. Rekomendasi Kebijakan…………………………………………… 45 D. KESIMPULAN…………………………………………………………….. 47 BAB III. RELEVANSI RPJMN 2010-2014 DENGAN RPJMD PROVINSI A. Pengantar……………………………………………………………. B. Tabel 2. Prioritas dan Program Aksi Pembangunan Nasional…… 48 C. Rekomendasi……………………………………………………….. 47 66 BAB IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan………………………………………………………….. B. Rekomendasi ………………………………………………………. 67 68 DAFTAR TABEL Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur iii
  • 4. No. Tabel Hal. 2.1 Tambahan Narapidana Berdasarkan Putusan Pengadilan Menurut Jenis Kejahatan Pelanggaran ........................................................................... 5 2.2 Jumlah Perkara Kriminal dan Perkara yang Telah Diselesaikan antara Tahun 2005-2008 di NTT …………………………………………………… 6 2.3 Kabupaten Kota yang Telah Melaksanakan dan/atau Membentuk Lembaga PTSP ……………………………………………………………….. 9 2.4 Opini BPKP terhadap Laporan Keuangan PEMDA di NTT 2001-2009 11 2.5 Kinerja Menejemen Pengelolaan Keuangan Pemerintah Daerah NTT 12 2.6 Rincian Indikator Evaluasi Agenda Kesejahteraan Masyarakat ………… 12 2.7 Angka Putus Sekolah Tingkat SD, SMTP dan SMTA di NTT 20 2.8 Perkembangan Persentase Guru Layak Mengajar Tingkat SMPT dan SMTA di NTT …………………………………………………………………. 21 Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur iv
  • 5. DAFTAR GAMBAR Gambar halaman 2.1 Persentase Penyelesaian Kejahatan Konvensional di NTT …………. 7 2.7 Gender Development Index Provinsi NTT …………………………….. 13 2.8 Gender Empowerment Provinsi NTT ………………………………….. 13 2.10 Indeks Pembangunan Manusia NTT ………………………………….. 16 2.11 Perbandingan IPM, Angka Kematian Bayi (per 1000 penduduk) dan Tingkat Kemiskinan (%) di NTT ……………………………………….. 17 2.12 Perbandingan IPM, dengan Persentase Penduduk Usia > 10 Tahun Menurut Tingkat Pendidikan di NTT ………………………………….. 18 2.13 APK dan APM SD/MI di NTT ………………………………………….. 19 2.14 Angka Melek Huruf di NTT (%) ………………………………………… 21 2.15 Perkembangan Umumr Harapan Hidup di NTT ……………………… 23 2.16 Angka Kematian Bayi per 1.000 kelahiran Hidup di NTT …………… 24 2.17 Persentase Balita Gizi Buruk dan Gizi Kurang di NTT ……………… 24 2.18 Persentase Tenaga Kesehatan per Penduduk ………………………. 26 2.19 Contraceptive Prevelence Rat (%) di NTT ………………………….. 27 2.20 Penrtumbuhan Penduduk NTT ………………………………………… 28 2.21 Tingkat Fertilitas Umum di NTT ………………………………………. 28 2.22 Laju Pertumbuhan Ekonomi NTT ………………………………………. 29 2.23 Persentase Ekspor Terhadap PDRB NTT ……………………………. 30 2.24 Persentase Output Manufaktur Terhadap PDRB NTT ……………… 31 2.25 Pendapatan Per Kapita NTT ……………………………………………. 32 2.26 Laju Inflasi Kota Kupang ………………………………………………… 33 2.27 Nilai Realisasi Investasi PMDN di NTT ……………………………….. 34 2.28 Rencana dan Realisasi Investasi PMDN di NTT ………………….. 35 2.29 Nilai Realisasi Investasi PMA di NTT ………………………………….. 35 2.30 Nilai Persetujuan Rencana Investasi PMA di NTT …………………… 36 Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur v
  • 6. Gambar halaman 2.31 Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja PMA di NTT …………………… 37 2.32 Persentase Jalan Nasional Berdasarkan Kondisi di NTT …………… 38 2.33 Persentase Jalan Propinsi Berdasarkan Kondisi di NTT …………… 39 2.34 PDRB Sektor Pertanian NTT atas Dasar Harga Berlaku …………… 40 2.35 Kontribusi Sektor Pertanian dalam PDRB NTT ………………………. 40 2.36 Persentase Luas Lahan Rehabilitasi Terhadap Lahan Kritis di NTT.. 41 2.37 Luas Kawasan Konservasi Laut di NTT ………………………………. 43 2.38 Persentase Penduduk Miskin di NTT …………………………………. 44 2.39 Tingkat Pengangguran Terbuka di NTT ………………………………. 44 Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur vi
  • 7. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang (UU) No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), kegiatan evaluasi merupakan salah satu dari empat tahapan perencanaan pembangunan yang meliputi penyusunan, penetapan, pengendalian perencanaan serta evaluasi pelaksanaan perencanaan. Sebagai suatu tahapan perencanaan pembangunan, evaluasi harus dilakukan secara sistematis dengan mengumpulkan dan menganalisis data serta informasi untuk menilai sejauh mana pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan tersebut dilaksanakan. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009 telah selesai dilaksanakan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, pemerintah (Bappenas) berkewajiban untuk melakukan evaluasi untuk melihat sejauh mana pelaksanan RPJMN tersebut. Saat ini telah ditetapkan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010–2014. Siklus pembangunan jangka menengah lima tahun secara nasional tidak selalu sama dengan siklus pembangunan 5 tahun di daerah. Sehingga penetapan RPJMN 2010-2014 ini tidak bersamaan waktunya dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi. Hal ini menyebabkan prioritas-prioritas dalam RPJMD tidak selalu mengacu pada prioritas-prioritas RPJMN 2010-2014. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi relevansi prioritas/program antara RPJMN dengan RPJMD Provinsi. Di dalam pelaksanaan evaluasi ini, dilakukan dua bentuk evaluasi yang berkaitan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Yang pertama adalah evaluasi atas pelaksanaan RPJMN 2004-2009 dan yang kedua penilaian keterkaitan antara RPJMD dengan RPJMN 2010-2014. Metode yang digunakan dalam evaluasi pelaksanaan RPJMN 2004-2009 adalah Evaluasi ex-post untuk melihat efektivitas (hasil dan dampak terhadap sasaran) dengan mengacu pada tiga agenda RPJMN 2004 - 2009 yaitu agenda Aman dan Damai; Adil dan Demokratis; serta Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat. Untuk mengukur kinerja yang Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 1
  • 8. telah dicapai pemerintah atas pelaksanaan ketiga agenda tersebut, diperlukan identifikasi dan analisis indikator pencapaian. Sedangkan metode yang digunakan dalam evaluasi relevansi RPJMD Provinsi dengan RPJMN 2010-2014 adalah membandingkan keterkaitan 11 prioritas nasional dan 3 prioritas lainnya dengan prioritas daerah. Selain itu juga mengidentifikasi potensi lokal dan prioritas daerah yang tidak ada dalam RPJMN 2010-2014. Adapun prioritas nasional dalam RPJMN 2010-2014 adalah 1) Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola, 2) Pendidikan, 3) Kesehatan, 4) Penanggulangan Kemiskinan, 5) Ketahanan Pangan, 6) Infrastruktur, 7) Iklim Investasi dan Iklim Usaha, 8) Energi, 9) Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana, 10) Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, & Pasca-konflik, 11) Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi dan 3 prioritas lainnya yaitu 1) Kesejahteraan Rakyat lainnya, 2) Politik, Hukum, dan Keamanan lainnya, 3) Perekonomian lainnya. Hasil dari EKPD 2010 diharapkan dapat memberikan umpan balik pada perencanaan pembangunan daerah untuk perbaikan kualitas perencanaan di daerah. Selain itu, hasil evaluasi dapat digunakan sebagai dasar bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan pembangunan daerah. Pelaksanaan EKPD dilakukan secara eksternal untuk memperoleh masukan yang lebih independen terhadap pelaksanaan RPJMN di daerah. Berdasarkan hal tersebut, Bappenas cq. Deputi Evaluasi Kinerja Pembangunan melaksanakan kegiatan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) yang bekerja sama dengan 33 Perguruan Tinggi selaku evaluator eksternal dan dibantu oleh stakeholders daerah. Pelaksanaan EKPD 2010 akan dilaksanakan dengan mengacu pada panduan yang terdiri dari Pendahuluan, Kerangka Kerja Evaluasi, Pelaksanaan Evaluasi, Organisasi dan Rencana Kerja EKPD 2010, Administrasi dan Keuangan serta Penutup. B. Tujuan dan Sasaran Tujuan kegiatan ini adalah: 1. Untuk melihat sejauh mana pelaksanaan RPJMN 2004-2009 dapat memberikan kontribusi pada pembangunan di daerah; Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 2
  • 9. 2. Untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan prioritas/program (outcome) dalam RPJMN 2010-2014 dengan prioritas/program yang ada dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi. Sasaran yang diharapkan dari kegiatan ini meliputi: 1. Tersedianya data/informasi dan penilaian pelaksanaan RPJMN 2004-2009 di daerah; 2. Tersedianya data/informasi dan penilaian keterkaitan RPJMD Provinsi dengan RPJMN 2010-2014. C. Hasil yang Diharapkan Hasil yang diharapkan dari EKPD 2010 adalah: 1. Tersedianya dokumen evaluasi pencapaian pelaksanaan RPJMN 2004-2009 untuk setiap provinsi; 2. Tersedianya dokumen evaluasi keterkaitan RPJMD Provinsi dengan RPJMN 2010- 2014. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 3
  • 10. BAB II HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RPJMN 2004-2009 A. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI 1. Indikator Indikator-indikator outcomes untuk penilaian pencapaian dari Agenda Pembangunan Indonesia yang Aman dan Damai adalah sebagai berikut: (1) Indeks Kriminalitas (2) Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional (%) (3) Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Trans Nasional (%) 2. Analisis Pencapaian Indikator. (1) Indeks Kriminalitas Data kriminalitas dalam format indikator indeks kriminalitas di NTT belum tersedia, oleh karenanya konteks indikator tersebut akan dibahas secara parsial, yaitu dengan mengidentifikasi jenis-jenis kejahatan atau kriminalitas yang secara jumlah dan/atau trend perkembangan pelakunya paling menonjol di NTT seperti diperlihatkan pada Tabel 2.1. Terlihat bahwa jika jenis kriminalitas atau kejahatan dirunut menurut jumlah dan/atau trend narapidana, maka ada 7 (tujuh) jenis kejahatan yang paling menonjol terjadi di NTT selama periode 2005 – 2008, yaitu: (a) Pelanggaran terhadap ketertiban umum, (b) Kesusilaan, (c) Perjudian, (d) Pembunuhan. (e) Penganiayaan, (f) Pencurian, dan (g) Perampokan. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 4
  • 11. Tabel 2.1 Tambahan Narapidana berdasarkan putusan pengadilan menurut Jenis kejahatan pelanggaran Jumlah Napi Persentase Napi Jenis Kejahatan (Orang) 2006 2007 2008 2006 2007 2008 Politik - - - - - - Thdp Kepala Negara - - 7 - - 0.21 Ketertiban Umum 266 207 402 11.27 7.79 11.78 Pembakaran 35 32 61 1.48 1.20 1.79 Penyuapan - 2 - - 0.08 - Mata Uang 2 16 1 0.08 0.60 0.03 Memalsu Meterai 11 10 22 0.47 0.38 0.64 Kesusilaan 297 395 240 12.58 14.87 7.03 Perjudian 59 84 232 2.50 3.16 6.80 Penculikan 21 24 32 0.89 0.90 0.94 Pembunuhan 442 524 201 18.72 19.73 5.89 Penganiayaan 332 297 576 14.06 11.18 16.88 Pencurian 355 436 721 15.04 16.42 21.13 Perampokan 91 71 153 3.85 2.67 4.48 Pemerasan 3 13 15 0.13 0.49 0.44 Penggelapan 24 41 44 1.02 1.54 1.29 Penipuan 32 25 29 1.36 0.94 0.85 Merusak Barang 6 14 31 0.25 0.53 0.91 Dalam jabatan 1 - - 0.04 - - Penadahan 15 15 43 0.64 0.56 1.26 Ekonomi 1 - 9 0.04 - 0.26 Subversi - - - - - - Narkotika 4 5 10 0.17 0.19 0.29 Narkoba 8 15 2 0.34 0.56 0.06 Psikotropika - - 6 - - 0.18 Korupsi 12 - 18 0.51 - 0.53 Penyelundupan - - 10 - - 0.29 Pelanggaran 2 430 2 0.08 16.19 0.06 Kenakalan - - 6 - - 0.18 Lain-lain 342 - 539 14.49 - 15.80 2,361 2,656 3,412 100.00 100.00 100.00 Sumber: NTT dalam angka (BPS) Melihat jenis-jenis kejahatan yang menonjol tersebut, maka dapat diduga bahwa faktor-faktor penyebabnya berhubungan dengan persoalan-persoalan sosial dan ekonomi moral. Persoalan sosial antara lain ditandai dengan gejala kesenjangan sosial yang semakin meningkat, pengangguran, kenakalan remaja serta menurunnya rasa kepedulian pada sesama. serta meningkatnya akses imformasi. Sementara persoalan ekonomi ditandai dengan semakin Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 5
  • 12. beratnya beban ekonomi yang ditanggung oleh sebagian terbesar masyarakat Indonesia umumnya dan NTT khususnya (meningkatnya kesenjangan ekonomi). Di tingkat ril, sangat dirasakan terjadi penurunan daya beli, meluasnya kemiskinan, dan menurunnya kesempatan-kesempatan ekonomi sebagian terbesar penduduk. Selanjutnya persoalan moral ditandai dengan menurunnya ketaatan terhadap nilai-nilai dan norma-norma sosial, budaya, agama dan Panca Sila. (2) Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional Pada Tabel 2.1, diperlihatkan pula bahwa ditinjau dari jumlah narapidana, terjadi peningkatan kriminalitas baik itu dari sisi variasi maupun intensitasnya. Dari sisi jumlah perkara, diperlihatkan pada Tabel 2.2 terjadi peningkatan jumlah perkara kriminal, kecuali pada Tahun 2007 menurun drastis. Penurunan ini mungkin lebih disebabkan kesalahan data, karena tidaklah logis terjadi penurunan yang demikian drastisnya. Tabel 2.2. Jumlah Perkara Kriminal dan Perkara yang Telah Diselesaikan antara Tahun 2005 – 2008 di NTT Uraian 2005 2006 2007 2008 Total perkara 16,685 16,692 5,613 17,449 Yang diputuskan 15,697 16,490 5,257 16,989 Sisa 988 202 356 460 Sumber: NTT dalam angka (BPS) Pada Gambar 2.1 diperlihatkan trend dari tingkat penyelesaian perkara kriminal di NTT, dimana secara umum terjadi pola penurunan dari tahun 2005 sampai tahun 2007, dan sedikit miningkat lagi pada tahun 2008. Keadaan ini terjadi terutama karena peningkatan jumlah perkara tidak selamanya diikuti peningkatan jumlah aparat penegak hukum, seperti polisi, jaksa dan hakim. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 6
  • 13. Gambar 2.1 Persentase Penyelesaian Kejahatan Konvensional di NTT 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 - 2005 2006 2007 2008 Yang diputuskan 94.08 98.79 93.66 97.36 Sisa 5.92 1.21 6.34 2.64 Sumber: NTT dalam angka (BPS) 3. Rekomendasi Kebijakan Memperhatikan 7 kasus terbesar kejahatan di NTT sampai dengan tahun 2008 ditinjau dari trend jumlah narapidana, dapat disimpulkan bahwa ada tiga kategori faktor yang berhubungan dengan sifat dari kejahatan, yaitu: masalah sosial, masalah ekonomi serta masalah moral. Oleh karenanya ke depan direkomendasikan untuk memprioritaskan : 1. Peningkatan kemerataan kesejahteraan sosial dan ekonomi 2. Peningkatan jumlah dan kapasitas aparatur dan fasilitas hukum 3. Peningkatan ketahanan moral bangsa B. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG ADIL DAN DEMOKRATIS 1. Indikator Ada dua kelompok indikator dalam mengukur keberhasilan Agenda Pembangunan Indonesia Yang Adil Dan Demokratis, yaitu kelompok Pelayanan Publik dan Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 7
  • 14. Kelompok Demokrasi. Masing-masing kelompok indikator mempunyai indikator yang dirinci sebagai berikut: Pelayanan Publik (1) Persentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan (%) (2) Persentase kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap (%) (3) Persentase instansi (SKPD) provinsi yang memiliki pelaporan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) [%] Demokrasi (1) Gender Development Index (2) Gender Empowerment Measurement 2. Analisis Pencapaian Indikator (1) Persentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan Gambaran kasus korupsi di NTT belum dapat digambarkan dalam bentuk indikator “presentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan”. Namun demikian, gambaran umum didapatkan dari Catatan akhir tahun PIAR (2009), sebuah LSM yang sangat peduli dengan persoalan korupisi di NTT. Beberapa catatan penting PIAR, adalah bahwa ada 125 kasus korupsi yang dipantau PIAR NTT dengan indikasi kerugian negara sebesar Rp. 256.337.335.434,00. Sebaran kasus per-wilayah (maksudnya kabupaten/kota) cukup merata yakni berkisar 1 – 15. Modus oprandi korupsi di NTT adalah: a. Mark Up 30 (24%) kasus b. Manipulasi 27 (21,6%) kasus c. Penggelapan 25 (20%) kasus d. Penyelewenagnn Anggaran 17 (13,6%) kasus e. Memperkaya Diri Sendiri/Orang Lain 13 (10,4%) kasus f. Pengerjaan Proyek Tidak Sesuai Bestek 10 (8%) Kasus g. Mark Down 3 (2,4%) kasusu. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 8
  • 15. Korupsi di NTT terbanyak terjadi di sektor-sektor: a. Pengadaan barang dan Jasa dengan jumlah sebanyak 58 (46,4%) kasus. b. sektor APBD 43 (34,4%) kasus, c. Sektor Dana Bantuan 20 (16%) kasus, d. Sektor Perbankan 2 (1,6%) kasus, e. sektor PEMILU/PILKADA 2 (1,6%) kasus Jika dilahat dari usia kasus, kasus korupsi di NTT yang dipantau oleh PIAR NTT dapat dipilah menjadi 2 (Dua) kategori, yakni: Kasus Lama dan Kasus Baru. Kasus Lama adalah Kasus korupsi usaianya lebih dari 3 (Tiga) tahun atau kasus yang terjadi dari tahun 2000 S/D 2006). Sedangkan Kasus Baru ialah Kasus korupsi usaianya kurang dari 3 (Tiga) tahun atau kasus korupsi yang terjadi pada tahun 2007 dan 2009. Dengan pengkategorian seperti ini, maka terdapat 97 (77,6%) kasus yang merupakan Kasus Lama dan Kasus Baru sebanyak 28 (22,4%) kasus. (2) Persentase kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap Reformasi birokrasi perijinan untuk meningkatkan daya saing daerah telah diambil oleh Pemerintah Indonesia dengan menerapkan pelayanan perijinan satu pintu melalui Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal dan Permendagri No. 20 tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tatakerja Unit Pelayanan Perizinan di Daerah. Pelayanan ijin terpadu satu pintu merupakan terobosan untuk memangkas inefisiensi pelayanan perijinan melalui banyak pintu yang dilakukan secara sektoral oleh daerah. Banyak daerah (kabupaten/kota) yang telah menerapkan pendekatan ini yang memberi dampak yang positif terhadap perkembangan dunia usaha. Di NTT, menurut Laporan Program POPI NTT (Lembaga Penelitian Undana, 2009) bahwa pada umumnya bentuk kelembagaan pelayanan perizinan terpadu berupa kantor, karena kemampuan atau besaran organisasi perangkat daerahnya bernilai kurang dari 70. Sehingga sesuai dengan ketentuan Permendagri No 20 Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 9
  • 16. Tahun 2008 Pasal 7, kabupaten tersebut membentuk lembaga Pelayanan Terpadu Satu Atap (PTSP) berupa kantor. Kabupaten/kota telah melaksanakan ditunjukkan pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Kabupaten/Kota yang Telah Melaksanaan dan/atau Membentuk Lembaga PTSP No Kabupaten Keterangan 1. Sikka Berdiri 2007, sedang beroperasi 2. Flores Timur Berdiri 2007, sedang beroperasi 3. Ngada Berdiri 2008, sedang beroperasi 4. Manggarai Barat Berdiri 2009, ujicoba beroperasi 5. Kota Kupang Berdiri 2009, beroperasi 2010 6. Timor Tengah Selatan Berdiri 2009, mulai beroperasi 7. Timor Tengah Utara Berdiri 2009, mulai beroperasi Sumber: Lembaga Penelitian Universitas Nusa Cendana, 2009. (3) Persentase instansi (SKPD) provinsi yang memiliki pelaporan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Laporan Kinerja BPK Perwakilan NTT dalam www.bpk.go.id adalah bahwa : kinerja outcome pemungsian peran BPKP dalam membangun akuntabilitas dapat dipresentasikan dari opini yang telah diberikan oleh BPK-RI terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di wilayah NTT. Dalam kurun waktu 2001 – 2009, dan dalam kondisi ketertinggalan sumber daya manusia di kabupaten yang sedang berkembang, maka jumlah opini disclaimer (Tidak Memberi Pendapat atau TMP) menjadi ukuran kinerja pelaporan keuangan pemda. Masih sulit mengharap (expect) opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK-RI atas LKPD karena minimnya kompetensi akuntansi yang biasanya lihai menjalankan suatu sistem seperti Sistem Akuntansi di wilayah ini. Data opini BPK terhadap kinerja keuangan daerah terlihat pada Tabel 2.4. Pada Tabel 2.4, terlihat bahwa 10 dari 14 opini TMP dari BPK-RI atas LKPD Tahun 2009 menunjukkan betapa kualitas LKPD di provinsi ini masih rendah. Perkembangan opini WTP ini memang tampak kontroversial karena atas 20 LKPD tahun 2008 hanya satu yang masih mendapat opini TMP atau disclaimer namun tetap wajar dari kaca mata akuntan. Lahirnya Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) sebagai kriteria dan basis prosedural pemeriksaan keuangan LKPD berperan penting dalam penurunan kualitas LKPD yang dipresentasikan Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 10
  • 17. opini BPK-RI dimaksud. Dalam hal ini, implisit BPK-RI menyatakan bahwa LKPD yang dihasilkan oleh Pemda tidak dihasilkan dari penyelenggaraan SPIP yang memadai. Tabel 2.4 Opini BPKP terhadap Laporan Keuangan PEMDA di NTT 2001-2009 Jumlah Opini No Tahun PFA Pemda WTP WDP TMP TW 1 2004 68 15 0 0 0 0 2 2005 75 15 0 13 2 0 3 2006 75 17 0 12 4 1 4 2007 73 17 0 15 2 0 5 2008 69 22 0 19 1 0 6 2009 62 22 0 4 10 0 Sumber: www.bpk.go.id Khusus LKPD yang mendapat opini WDP, BPK-RI mengkualifikasi terutama dalam hal Pengelolaan dan Penatausahaan Aset Tetap. Aset Tetap dimaksud dalam LKPD umumnya dihasilkan bukan dari penyelenggaraan Sistem Akuntansi Pemerintahan yang normal menurut Jurnal Harian tetapi dari Jurnal Kolary di akhir periode. Konsekuensinya, masih sulit memastikan Data Aset terdukung oleh pencatatan lengkap khususnya tentang data perolehan dan kondisi aset yang biasanya ditunjukkan oleh Daftar Aset. Secara singkatnya kelemahan-kelemahan menunjukkan Pemerintah Daerah belum menerapkan SPIP secara memadai. Kondisi ini bertambah buruk karena komitmen tinggi Kepala Daerah dan pejabat teras di wilayah Nusa Tenggara Timur tidak konsisten dengan kondisi aparat yang tidak mau repot belajar menerapkan Sistem Akuntansi dimaksud. Akibatnya LKPD biasanya dibantu penyusunannya oleh konsultan, pada hal Kantor Akuntan Publik belum ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Di samping itu, aparat di Pemerintah Daerah masih ragu menerima konsultansi BPKP karena stigma audit yang masih sulit dipisahkan dari BPKP. BPKP lebih terekspose sebagai lembaga yang berfungsi membantu mengungkap kerugian negara. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 11
  • 18. Sejalan dengan laporan BPK Perwakilan NTT, penelitian yang dilakukan ANTARA (Australia Nusa Tenggara Assistance for Regional Outonomy) dan Bank Dunia, 2010 juga melaporkan bahwa secara umum kinerja pengelolaan keuangan Provinsi NTT mendapatkan skor rata-rata 58% dari . Tetapi terdapat dua bidang yang harus menjadi perhatian yaitu bidang akuntansi dan pelaporan, hutang dan Investasi. Tabel 2.5 Kinerja Menejemen Pengelolaan Keuangan Pemerintah Daerah NTT Bidang Skor % Bidang 1: Kerangka Peraturan Perundangan Daerah 14 64% Bidang 2: Perencanaan Dan Penganggaran 11 50% Bidang 3: Pengelolaan Kas 13 46% Bidang 4: Pengadaan 11 65% Bidang 5: Akuntansi Dan Pelaporan 6 27% Bidang 6: Pengawasan Intern 9 60% Bidang 7: Hutang Dan Investasi Publik 2 33% Bidang 8: Pengelolaan Aset 7 44% Bidang 9: Audit Dan Pengawasan Eksternal 4 50% Jumlah 77 58% Sumber: Antara, 2010. (4) Gender Development Index (GDI) Gambar 2.7. menggambarkan perkembangan Gender Development Index (GDI) Provinsi Nusa Tenggara Timur dari Tahun 2004 ke 2008. Terlihat bahwa tingkat demokrasi ditinjau dari aspek pembangunan gender di NTT berkembang secara efektif. Terjadi peningkatan yang relatif tetap dari tahun ke tahun, terutama antara tahun 2006 sampai 2007 yang meningkat tetap sekitar 1,8 point indeks per tahun. Hal ini terutama disebabkan karena tingginya peran stakeholder (seperti LSM), serta peningkatan yang sangat signifikan dari akses publik terhadap imformasi. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 12
  • 19. Gambar 2.7. Gender Development Index Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) 66.00 64.00 64.99 62.00 Indeks 63.14 60.00 61.30 58.00 59.56 58.62 56.00 54.00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Tahun Sumber: dioalah dari; BPS, kecuali tahun 2008 (UNDP), 2007 angka dugaan (5) Gender Empowerment Measurement (GEM) Sejalan dengan GDI, perkembangan Gender Empowerment Measurement (GEM) juga meningkat dengan pola yang diduga sama (walaupun data Tahun 2006 dan 2007 tidak didapat), seperti terlihat pada Gambar 2.8. Gambar 2.8. Gender Empowerment Measurement Prov. Nusa Tenggara Timur 62.00 61.00 60.00 59.00 58.00 57.00 56.00 55.00 54.00 53.00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Keterangan: garis putus-putus dalam grafik hanya dugaan, karena tidak didapatnya data tahun 2006 dan 2007. Sumber: dioalah dari; BPS, kecuali tahun 2008 (UNDP) Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 13
  • 20. 3. Rekomendasi Kebijakan Keberhasilan pembangunan dalam hal tingkat pelayanan publik dan demokrasi di NTT dideterminasi oleh masih rendahnya komitmen pelayanan satu atap dan oleh penegakkan hukum khususnya pemberantasan korupsi (walaupun secara kasus ada kemajuan penindakannya, tetapi secara kualitas, korupsi di NTT sebenarnya meningkat). Rendahnya kinerja pelayanan birokrasi di NTT yang sangat kental dipengaruhi dan/atau terlibat oleh dan dalam kekuatan-kekuatan politik golongan dan kekusaan sehingga sangat dekat dengan KKN (Kolusi, korupsi dan Nepotisme), memerlukan reformasi mendasar. Peran pemerintah pusat dalam hal ini, termasuk dalam reformasi perundangan tentang birokrasi akan lebih efektif dibanding jika ditangani oleh pemerintah daerah. Hal ini karena pemerintah daerah sebagai unsur politik di NTT justru memegang peran penting dalam penciptaan kondisi yang ada, dan semakin kuat dengan adanya otonomi daerah. Tentang kondisi penanganan hukum kasus-kasus korupsi, tidak terlepas dari kondisi yang sama di tingkat pusat, seperti persoalan mafia perkara yang melibatkan oknum maupun institusi penegak hukum di Indonesia. Sementara itu, kewenangan bidang hukum di indonesia bukan kewenangan daerah otonom, sehingga peran institusi daerah otonom dalam penegakkan hukum relatif sangat lemah. Oleh karenanya, peran pemerintah pusatlah yang paling relevan dalam reformasi birokrasi, penegakkan hukum, khususnya pemberantasan korupsi. Kebijakan yang perlu mendapat prioritas adalah: 1. Membenahi kembali sistem hukum pengadaan barang dan jasa. 2. Reformasi Kepanitian Tender Pengadaan Barang dan Jasa 3. Perbaiki kinerja aparat pelayanan publik dan penegak hukum 4. Tingkatkan kapasitas akutansi daerah 5. Tingkatkan terus kapasitas demokrasi, terutama keterlibatan masyarakat dalam pengawasan pembangunan dan peningkatan peran perempuan dalam segala bidang pembangunan Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 14
  • 21. C. AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT 1. Indikator Agenda Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat, terdiri dari 33 indikator, yaitu Indeks Pembangunan Manusia, serta indikator-indikator pendidikan sebanyak 10, kesehatan 9, ekonomi 5, investasi 5, dan infrastruktur 2 indikator. Secara rinci diuraikan pada Tabel 2.6. Tabel 2.6. Rincian Indikator Evaluasi Agenda Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Bidang Indikator - Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Pendidikan (1) Angka Partisipasi Murni (SD/MI) (2) Angka Partisipasi Kasar (SD/MI) (3) Rata-rata nilai akhir SMP/MTs (4) Rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA (5) Angka Putus Sekolah SD (6) Angka Putus Sekolah SMP/MTs (7) Angka Putus Sekolah Sekolah Menengah (8) Angka melek aksara 15 tahun keatas (9) Persentase jumlah guru yang layak mengajar SMP/MTs (10) Persentase jumlah guru yang layak mengajar Sekolah Menengah Kesehatan (1) Umur Harapan Hidup (UHH) (2) Angka Kematian Bayi (AKB) (3) Prevalensi Gizi buruk (%) (4) Prevalensi Gizi kurang (%) (5) Persentase tenaga kesehatan perpenduduk (6) Keluarga Berencana (7) Persentase penduduk ber-KB (contraceptive prevalence rate) (8) Laju pertumbuhan penduduk (9) Total Fertility Rate (TFR) Ekonomi Makro (1) Laju Pertumbuhan ekonomi (2) Persentase ekspor terhadap PDRB (3) Persentase output Manufaktur terhadap PDRB (4) Pendapatan per kapita (dalam juta rupiah) (5) Laju Inflasi Investasi (1) Nilai Rencana PMA yang disetujui (2) Nilai Realisasi Investasi PMA (US$ Juta) (3) Nilai Rencana PMDN yang disetujui (4) Nilai Realisasi Investasi PMDN (Rp Milyar) (5) Realisasi penyerapan tenaga kerja PMA Infrastruktur Persentase panjang jalan nasional dalam kondisi: (1) Baik (2) Sedang Pertanian (1) Rata-rata Nilai Tukar Petani per Tahun (2) PDRB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 15
  • 22. Bidang Indikator Kehutanan (1) Persentase Luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis Kelautan (1) Jumlah Tindak Pidana Perikanan (2) Luas Kawasan Konservasi Laut Kesejahteraan Sosial (1) Persentase Penduduk Miskin ahun (2) Tingkat Pengangguran Terbuka 2. Analisis Pencapaian Indikator (1) Indeks Pembangunan Manusia Trend IPM NTT relevan dengan trend nasional tetapi kurang efektif karena masih terpaut jauh dari IPM Nasional (Laporan Akhir EKPD Provinsi NTT, 2009). Pada Gambar 2.10 diperlihatkan adanya peningkatan IPM NTT secara konsisten setiap tahunnya, tetapi belum cukup besar untuk mengejar ketertinggalan NTT dalam hal mutu sumberdaya manusia. Gambar 2.10. Indeks Pembangunan Manusia NTT 67.00 66.00 66.09 65.00 65.36 64.00 64.80 63.00 63.60 62.00 62.70 61.00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber: BPS Kurang cepatnya perbaikan IPM di NTT ada berhubungannya dengan “masih rendahnya kualitas kesehatan masyarakat (khususnya Tingkat Kematian Bayi)”, dan “masih tingginya tingkat kemiskinan” (keduanya merupakan sebagian indiktor pembentuk IPM) seperti diperlihatkan pada Grafik 2.11. Terlihat disana bahwa, tingkat kematian bayi per 1.000 KH sampai dengan tahun 2008 masih tinggi, Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 16
  • 23. bahkan antara 2005-2008 cenderung tidak stabil. Sementara itu, persentase penduduk miskin sebagai salah satu indikator pembentuk IPM menunjukka pola perubahan yang sama dengan perubahan IPM dalam periode yang sama, yaitu IPM meningkat tidak cepat dan persentase penduduk miskin menurun lambat. Gambar 2.11. Perbandingan IPM, Angka Kematian Bayi (per 1000 penduduk) dan Tingkat Kemiskinan (%) di NTT 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Indeks Pembangunan 62.70 63.60 64.80 65.36 66.09 Manusia Angka Kematian Bayi (per 46.00 33.40 57.00 31.20 1.000 kelahiran hidup) Persentase Penduduk Miskin 27.86 28.19 29.34 27.51 25.65 23.31 (%) Sumber: BPS untuk data IPM dan Bappenas 2007, Laporan Perkembangan Pencapaian Millennium Development Goals Indonesia 2007 (2005), Estimasi BPS dalam Proyeksi Penduduk Indonesia 2005-2025 (2006), Riskesdas (2007), Estimasi BPS dalam Proyeksi Penduduk Indonesia, 2005-2015 (2008) Perbandingan lainnya adalah antara IPM dengan persentase penduduk usia > 10 tahun menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Dalam hal ini sengaja ditampilkan hanya 3 (tiga) kategori tingkat pendidikan, yaitu “tidak berijasah”, “tamat SD”, dan “berijasah sarjana (termasuk diploma dan pasca sarjana)”. Hal ini dimaksudkan untuk dapat dengan jelas membandingkan pola perubahan IPM dengan pendidikan penduduk. Gambar 2.12 memperlihatkan hal dimaksud, dimana dapat dengan jelas dilihat bahwa porsi penduduk NTT menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan masih sangat besar ada pada golongan “tidak berijasah” dan Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 17
  • 24. ‘tamat SD” (walaupun angka melek huruf tergolong baik), sedangkan yang tergolong sarjana 4,18% ditahun 2008 atau hanya meningkat 1,66 dari kondisi di tahun 2005. Gambar 2.12. Perbandingan IPM dengan Persentase Penduduk Usia > 10 Menurut Tingkat Pendidikan di NTT 70 60 50 40 30 20 10 0 2004 2005 2006 2007 2008 % penduduk > 10 42.99 42.04 40.73 34.81 Thn, tidak berijasah % penduduk > 10 33.22 32.20 32.11 33.27 Thn, hanya tamat SD % pendudu > 10 Thn, 2.52 2.9 3.89 4.18 yang Sarjana Indeks Pembangunan 62.70 63.60 64.80 65.36 66.09 Manusia Sumber: BPS (2) Pendidikan (2.1) Angka Partisipasi Sekolah Dasar Angka Partisispasi Sekolah dasar dibahas dalam dua indikator, yaitu angka Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK). Kedua indikator ini dibahas bersamaan karena secara konseptual kedua ukuran itu dalam analisa grafik harus memperlihatkan pola konvergensi menuju pada titik 100%, sebagai ukuran keberhasilan peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu, APK dan APM Sekolah Dasar di NTT dalam periode 2004 – 2008 dipaparkan pada Grafik 2.13. Dapat disimak pada Grafik 2.13 bahwa, APM SD/MI di NTT antara Tahun 2004 ke 2008 meningkat sebesar 5,48% atau rata-rata 1,10% per tahun. Peningkatan seperti itu tidaklah besar secara nasional, tetapi pada kondisi sosial budaya masyarakat dan ketertinggalan aksesibilitas pendidikan di NTT peningkatan seperti itu menjadi cukup berarti. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 18
  • 25. Dilain pihak APK SD di NTT meningkat tajam dari Tahun 2004 ke Tahun 2008 yaitu sebesar 12,70% atau rata-rata 2,54% per tahun. Rata-rata peningkatan yang lebih besar dari rata-rata peningkatan APM SD untuk periode yang sama, menyebabkan kurva APM dan APK SD di Grafik 2.13 tidak menunjukkan pola konvergensinya. Hal ini mengandung beberapa makna: (a) ada kemungkinan terjadinya kecepatan masuk SD dari dari sebagian murid SD di NTT (dalam hal umur sekolah) (b) ada kemungkinan terjadinya keterlambatan masuk SD dari dari sebagian murid SD di NTT (c) ada kemungkinan terjadinya tinggal kelas atau ketidak lulusan dari sebagian murid SD di NTT. Jika kemungkinannya adalah poin (b), maka hal ini terjadi karena masalah sosial ekonomi dan budaya masyarakat, serta problem aksesibiltas pendidikan. Sedangkan jika yang terjadi adalah poin (c) maka hal ini berhubungan dengan rendahnya kelulusan SD yang dapat disebabkan oleh berbagai hal antara lain mutu proses belajar-mengajar, kecukupan guru baik jumlah maupun kualitas, dan aksesibiltas pendidikan secara umum. Grafik 2.13. APK dan APM SD/MI di NTT 140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Angka Partisipasi 90.79 88.07 91.58 90.80 92.36 96.27 Murni Tingkat SD Angka Partisipasi 111.64 107.48 114.12 114.20 118.94 124.34 Kasar Tingkat SD Sumber:  depdiknas.go.id  untuk  data  2004‐2006;  dan  LKPJ  Gub  NTT  2009  untuk  data  2007‐ 2009   (2.2) Angka Putus Sekolah Angka Putus Sekolah SD di NTT seperti pada Tabel 2.7 justru mengalami peningkatan sejak Tahun 2005 sampai 2008 setelah ada penurunan dari Tahun Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 19
  • 26. 2004 ke Tahun 2005. Keadaan yang mirip terjadi juga pada Angka Putus Sekolah SMTP dan SMTA. Kondisi ini sebenarnya sulit dimengerti terutama, karena: (a) Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dilaksanakan secara nasional dan di daerah, dimana ada pembebasan biaya sekolah dan penyediaan dana BOS (Biaya Operasional Sekolah), (b) Ada peningkatan aksesibilitas pendidikan, walaupun belum optimal, (c) Ada peningkatan jumlah dan mutu sarana-prasarana sekolah dan guru (walaupun belum efektif) Oleh karena itu, beberapa hal mungkin dapat diduga sebagai penyebab peningkatan Angka Putus Sekolah di berbagai tingkat sekolah di NTT, yaitu: (a) Meningkatnya kesulitan ekonomi Rumah Tangga, sehingga dengan terpaksa anak menjadi tenaga kerja bagi membantu ekonomi keluarga, (b) Meningkatnya persoalan sosial di masyarakat, seperti kenakalan remaja, narkoba dan lain-lain, (c) Rendahnya ekspektasi masyarakat akan pendidikan formal, terutama masyarakat miskin perdesaan. Tabel 2.7. Angka Putus Sekolah Tingkat SD, SMTP dan SMTA di NTT Tahun Uraian 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Angka Putus Sekolah Tingkat SD (%) 4.45 1.50 2.01 3.53 4.77 t.a Angka Putus Sekolah Tingkat SMTP (%) 1.65 2.38 5.24 8.24 t.a t.a Angka Putus Sekolah Tingkat SMTA (%) 3.35 2.66 1.45 3.61 t.a t.a Sumber: depdiknas.go.id   (2.3) Angka Melek Huruf Pada Grafik 2.14, diperlihatkan bahwa pemberantasan buta huruf di NTT tergolong sangat efektif yang ditandai denga peningkatan tajam dari Angka Melek Huruf dari Tahun 2004 ke Tahun 2008. Pada periode 2004 – 2008 hanya terjadi peningkatan kecil, diikuti peningkatan yang tinggi antara tahun 2008-2009. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 20
  • 27. Gambar 2.14. Angka Melek Huruf Provinsi Nusa Tenggara Timur (%) 100.00 95.00 98.47 90.00 85.00 87.96 87.96 88.57 85.20 85.60 80.00 75.00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber: dioalah dari; BPS, kecuali tahun 2008 (UNDP) (2.4) Persentase Guru Layak Mengajar Indikator persentase guru layak mengajar menjadi sangat penting secara formal dalam meningkatkan mutu pendidikan. Data pada Tabel 2.8. Persentase Guru Layak Mengajar tingkat SMTP di NTT meningkat dari keadaan di Tahun 2004 sampai di Tahun 2007. Pada Tahun 2006 ada penurunan karena adanya penerimaan guru baru, sehingga secara total guru saat itu bertambah lebih banyak dari pertambahan guru layak mengajar. Secara umum, Provinsi NTT masih kekurangan guru SMTP untuk mata ajaran tertentu, terutama mata ajaran kelompok Ilmu Pengetahuan Alam, sehingga program peningkatan guru layak mengajar harus tersaingi oleh upaya pemenuhan kebutuhan guru secara kwantitas. Kondisi yang sama dengan kondisi tingkat SMTP terjadi juga pada guru tingkat SMTA. Kekurangan jumlah guru SMTA di NTT sebenarnya lebih tinggi dibanding guru SMTP, khususnya pada mata ajaran kelompok MIPA. Hal demikian menyebabkan upaya peningkatan mutu guru juga berjalan belum efektif. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 21
  • 28. Tabel 2.8. Perkembangan Persentase Guru Layak Mengajar Tingkat SMTP dan SMTA di NTT Tahun Uraian 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Persentase Guru Layak Mengajar Terhadap Guru Seluruhnya Tingkat SMP (%) 71.92 71.96 59.20 74.77 t.a t.a Persentase Guru Layak Mengajar Terhadap Guru Seluruhnya Tingkat SMTA (%) 61.68 59.85 74.43 75.72 t.a t.a Sumber: depdiknas.go.id   Persoalan lain tentang guru di semua tingkat pendidikan adalah persoalan kesejahteraan dan politisasi jabatan guru. Dalam hal kesejahteraan, beberapa kabupaten berupaya memberi isentif berupa dana kesejahteraan guru dan/atau insentif guru daerah terpencil. Sementara itu, di beberapa kabupaten/kota tertentu ada guru yang ditarik menduduki jabatan-jabatan struktural di pemerintahan. (3) Kesehatan Pembangunan kesehatan seutuhnya diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal sehingga dapat hidup produktif secara sosial ekonomi. Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan periode 2004-2009 : (a) di bidang Kesehatan mencakup umur harapan hidup, mortalitas yang meliputi angka kematian bayi (AKB) , angka kematian ibu (AKI), prevalensi Gizi yakni meliputi gizi buruk dan gizi kurang dan presentase tenaga kesehatan per penduduk. (b) Keluarga Berencana ( Presentase penduduk ber KB) serta Laju pertumbuhan penduduk. (3.1) Usia Harapan Hidup Derajat kesehatan masyarakat yang semakin meningkat dapat dilihat dari pola hidup masyarakat setempat. Salah satu indikator yang dapat dilihat dalam kehidupan masyarakat adalah Umur Harapan Hidup. Semakin lama umur harapan hidup seseorang dapat menjadi suatu acuan sebagai membaiknya derajat kesehatannya. Usia Harapan Hidup masyarakat NTT mengalami Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 22
  • 29. peningkatan antara tahun 2004 – 2008, sedangkan tahun 2009 menurun dari 69.40 menjadi 66.10 tahun. Penurunan UHH di tahun 2009 kemungkinan karena ketidak akuratan data tahun 2008 dimana UHH melonjak menjadi 69,40 tahun dari 66,70 tahun di 2007. Perbaikan UHH di NTT dari tahun 2004 ke 2009 memberikan gambaran secara menyeluruh, tentang derajat kesehatan yang berawal dari proses kehamilan, sampai pada kelahiran bayi, kesehatan ibu setelah partus sampai pada anak usia lima tahun. Jika selama masa hamil mengalami kurang gizi, maka perkembangan anak sejak janin sampai lahir, berpengaruh terhadap UHH, karena pembentukan jaringan tubuh yang sempurna sudah dimulai dari usia janin hingga anak mencapai usia lima tahun. UHH secara langsung dipengaruhi oleh angka kematian bayi, prevalensi gizi buruk serta prevalensi gizi kurang. Apabila terjadi kekurangan gizi yang terus berlanjut hingga usia anak mencapai lima tahun, sehingga berat badan anak tidak sesuai dengan usia anak, maka kecenderungan gizi buruk menjadi momok yang perlu diwaspadai Oleh karena itu baik gizi buruk maupun gizi kurang, perlu dicari solusi terbaik, untuk meminimumkan anak yang memiliki gejala gizi kurang apalagi mengarah ke gizi buruk. Grafik 2.15. Perkembangan Umur Harapan Hidup di NTT (tahun) 2009 66.10 2008 69.40 2007 66.70 2006 66.50 2005 64.90 2004 64.40 Sumber: BPS NTT dan Laporan Profil Kesehatan Provinsi NTT (3.2) Angka Kematian Bayi Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya bayi yang meninggal Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 23
  • 30. sebelum mencapai usia satu tahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Angka kematian bayi merupakan indicator yang terkait langsung dengan tingkat kelangsungan hidup anak, sekaligus memberikan gambaran nyata mengenai kondisi social, ekonomi dan lingkungan tempat tinggal anak- anak termasuk pemeliharaan kesehatan anak. Gambar 2.16 Angka Kematian Bayi (per 1.000 kelahiran hidup) NTT 60.00 57.00 57.00 50.00 46.00 40.00 33.40 31.20 30.00 20.00 10.00 0.00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber: BPS NTT dan Laporan Profil Kesehatan Provinsi NTT AKB provinsi NTT selama periode tahun 2004-2009 terjadi trend yang bervariasi. Terjadi penurunan dari tahun 2004 sampai tahun 2006, dimana sejak 2004 kematian bayi dari 48 anak turun hingga 33,40,per 1000 kelahiran hidup. Namun tahun 2007 meningkat menjadi 57 anak yang meninggal, dan 2008 turun menjadi 32.20 anak dan meningkat menjadi 57 anak pada tahun 2009. Fenomena ini memberikan gambaran bahwa Penanganan Kesehatan anak di NTT, belum merata. Keadaan ini dapat dimaklumi nahwa NTT merupakan provinsi yang terdiri dari daerah kepulauan, sehingga koordinasi kesehatan ibu dan anak belum dapat dijangkau secara maksimal.Variasi tingkat kematian bayi memberikan suatu gambaran bahwa tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktorpfaktor lingkunganyang berpengaruh terhadap kesehatan balita seperti, gizi, sanitasi,penyakit menular, dan kecelakaan.Jika dilihat trend dari kematian bayi tahun 2008- 2009, maka terjadi peningkatan angka kematian bayi yang cukup besar.yakni dari 31 anak menjadi 57 anak bayi yang meninggal. Kondisi ekonomi yang tidak mendukung, berakibat pada kesehatan ibu dan anak terutama selama masa kehamilan sapai pada masa neonatal, bagi setiap kelahiran. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 24
  • 31. (3.3) Kondisi Gizi Balita Secara umum status kesehatan seseorang ditentukan oleh status gizi personal yang bersangkutan. Pengaruh indikator status gizi secara umum merupakan faktor predisposisi yang dapat memperberat penyakit infeksi secara langsung, dan dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan secara individual. Status gizi janin yang masih berada dalam kandungan dan bayi yang sedang menyusui sangat dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil dan ibu menyusui. Gambar 2.17 Persentase Balita Gizi Buruk dan Gizi Kurang di NTT 2009 24.20 9.40 2008 30.70 7.10 2007 24.20 9.40 2006 26.50 10.30 2005 28.00 13.00 2004 Gizi Kurang (%) Gizi Buruk (%) Sumber: BPS NTT dan Laporan Profil Kesehatan Provinsi NTT Di NTT berdasarkan data tahun 2005-2009 Prevalensi Gizi buruk menurun yakni mulai dari 13.00 menurun menjadi 9.40. Namun dari trend yang ada prevalensi gizi buruk tertinggi terjadi pada tahun 2005 ( 13.00) dan terendah tahun 2007 (7.10). Keadaan ini sangat erat kaitannya dengan kondisi ekonomi setiap keluarga, dan berpengaruh langsung dengan kesehatan ibu hamil dan ibu menyusui. Sementara itu, kondisi Gizi kurang, antara tahun 2004-2009 mempunyai trend naik-turun pencapaian tertinggi di Tahun 2008 dan kembali menurun pada Tahun 2009 menjadi sama dengan kondisi Tahun 2007. Keadaan ini perlu disikapi secara positif untuk dapat mengurangi persentase setiap tahun, baik status gizi buruk maupun gizi kurang. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 25
  • 32. (3.5) Persentase Tenaga Kesehatan per Penduduk Tenaga kesehatan per pendudk di NTT selama periode 2004-2009 cendrung meningkat, yakni dari tahun 2004-2006 yang hanya terdapat 6 orang tenaga medis ( dokter) melayani 1000 penduduk, pada tahun 2007 meningkat menjadi 13 dokter melayani 1000 penduduk. Dan tahun 2008 - 2009 menjadi 11 dokter melayani 1000 penduduk. Kehadiran tenaga medis khususnya dokter di NTT masih sanagt dibutuhkan. Mengingat kondisi geografis NTT yang terdiri dari daerah kepulauan dapat merupakan penyebab utama pelayanan kesehatan untuk penduduk yang jauh dari kota kecamatan menjadi tidak terjangkau. Adanya kartu kesehatan gratis , tidak menjamin bahwa penyakit kronis seperti malaria dan diare yang menyerang daerah terpencil sering merupakan faktor utama penyebab kematian karena tidak dapat ditangani secara medis, atau terdeteksi secara cepat untuk ditangani. Gambar 2.18 Persentase Tenaga Kesehatan per Penduduk (%) 2009 0.110 2008 0.110 2007 0.130 2006 0.060 2005 0.060 2004 0.060 Sumber: BPS NTT dan Laporan Profil Kesehatan Provinsi NTT (3.6) Contraceptive Prevalence Rate Keluarga Berencana (KB)di NTT jika dilihat perkembangan dari tahun 2004- 2009 meningkat setiap tahun. Peningkatan ini sangat erat kaitannya dengan berfungsinya tenaga penyuluh lapangan yang sudah bekerja efektif pada setiap desa , terutama untuk pasangan usia subur. Perkembangan dari KB meningkat dari tahun 2004-2005. Terjadi penurunan pada tahun 2006, dan terus maningkat kembali dari tahun 2007 sampai 2009. Upaya ini jika dikaitan dengan pertumnuhan penduduk NTT, dimana salah satu tujuan dari Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 26
  • 33. KB adalah menekan petumbuhan penduduk dapat dikatakan cukup mendukung upaya tersebut diatas. Sumber: BPS NTT dan Laporan Profil Kesehatan Provinsi NTT (3.7) Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk suatu daerah yang memiliki trend yang terus meningkat menunjukkan bahwa daerah tersebut memiliki kecenderungan adanya pengangguran yang cukup tinggi, jika tidak diikuti dengan pembukaan lapangan kerja yang memadai. NTT selama periode 2004-2009 memiliki trend yang cenderung menurun yakni dari tahun 2004-2005 meningkat dari 1,82 menjadi 2.93. merupakan pertumbuhan penduduk tertinggi dan menurun setiap tahun samapi tahun 2009 menjadi 1.88. Berbagai upaya untuk mendukung upaya penekanan pertumbuhan penduduk berhasil dilaksanakan antara lain mensukseskan program KB di NTT. Jika dikaitkan dengan indikator KB NTT yang berpengaruh langsung untuk menekan pertumbuhan penduduk, terlihat bahwa ada hubungan yang signikan antara Pencapaian KB dengan Pertumbuhan penduduk. JIka dilihat dari perkembangan KB NTT tahun 2007-2009 cendrung meningkat, dan dikaitan dengan petumbuhan pemduduk NTT dari tahun yang sama yakni 2007-2009 pertumbuhan pendudk menurun dari 2.16 pada tahun 2007 menurun menjadi 1.88 pada tahun 2009. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 27
  • 34. Gambar 2.20 Pertumbuhan Penduduk NTT (%) 3.50 3.00 2.50 2.93 2.00 2.22 2.16 1.50 1.92 1.88 1.001.32 0.50 0.00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber: BPS NTT (3.8) Tingkat Fertilitas Umum Tingkat Fertilitas atau tingkat kesuburan yang dibahas di NTT adalah tingkat kesuburan Umum dalam hal ini usia wanita produktif dengan kisaran usia 15- 49 tahun. Berdasarkan data NTT dari tahun 2004-2009, dimana tahun 2005 mencapai 106 namum sejak tahun 2007-2008 cenderung stabil atau tetap yakni berkisar antara 85 sampai 83. Keadaan ini dapat memberikan gambaran bahwa Tingkat Fertilitas wanita NTT yang cenderung tetap dapat membantu program pemerintah dalam kaitannya dengan penekanan laju pertumbuhan penduduk, turunnya angka kematian bayi, dan juga berpengaruh terhadap upaya penurunan prevalensi Gizi, sehingga dapat meningkatkan Usi Harapan Hidup. Gambar 2.21 Tingkat Fertilitas Umum (Jumlah kelahiran hidup per 1.000 perempuan usia 15-49 tahun) di NTT 120 106 100 84 85 83 83 80 60 40 20 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber: di olah dari data BPS NTT dan Laporan Profil Kesehatan Provinsi NTT Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 28
  • 35. (4) Ekonomi Makro (4.1) Laju Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan PDRB NTT relatif konstan antara tahun 2004 sampai 2007 (kecuali diselingi pertumbuhan rendah di Tahun 2005), kemudian mengalami penurunan di tahun 2008 dan 2009. Secara umum, pertumbuhan ekonomi NTT selama periode 2004 – 2009 tergolong rendah. Jika kondisi demikian terus berlangsung, maka ketertinggalan NTT akan semakin melebar dibanding wilayah lain di Indonesia. Gambar 2.22 Laju Pertumbuhan Ekonomi NTT (%) 6.00 5.34 5.08 5.15 5.00 4.81 4.00 4.14 3.46 3.00 2.00 1.00 0.00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber: BPS NTT Secara sektoral, Pertumbuhan ekonomi NTT diwarnai oleh pertumbuhan yang tinggi (> 5%) di sektor-sektor: 1. Perdagangan, hotel dan restauran, 2. Pengangkutan dan komunikasi, 3. Keuangan dan jasa perusahaan, serta 4. Jasa-jasa, khususnya jasa pemerintah Sementara itu, sektor-sektor primer (pertanian dan pertambangan) serta sektor-sektor sekunder terutama industri yang menampung > 70% TK hanya tumbuh dibawah 5%. Oleh karenanya ke depan perlu adanya usaha pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sektor primer khususnya pertanian dan sektor sekunder khususnya industri untuk tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan sektor tertier. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 29
  • 36. (4.2) Persentase Eksport Terhadap PDRB Neraca perdagangan NTT dari Tahun 2004 – 2009, nilai Import lebih tinggi di bandingkan dengan nilai eksport, hal ini dikarenakan kebutuhan barang dari luar NTT lebih tinggi di bandingkan dengan produksi dalam daerah. Perkembangan perdagangan antara Nusa Tenggara Timur dengan dunia menunjukkan bahwa setelah Tahun 2000 terjadi kecenderungan peningkatan ekspor maupun impor. Terdapat empat fenomena penting yakni : (1) Terjadi defisit necara perdagangan (2) Mitra utama ekspor adalah Timor Leste dengan komoditas utama Bahan Bakar Minyak (BBM), dimana komoditas tersebut hanya lalu-lewat; (3) Share Ekspor Impor terhadap PDRB meningkat menuju pola provinsi pelabuhan (4) Salah satu impor terbesar non-migas NTT adalah bahan pangan olahan Gambar 2.23 Persentase Ekspor terhadap PDRB (%) 30.00 25.00 24.01 20.00 21.76 20.22 21.53 20.95 20.25 15.00 10.00 5.00 0.00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber: BPS NTT Konsekwensi dari neraca perdagangan yang negatif di NTT, menyebabkan tampilan dari kontribusi ekspot dalam PDRB NTT untuk periode 2004 – 2009 cenderung statis di kisaran 20-21 % (Gambar 2.23). Hal ini ada hubungan dengan investasi yang berorientasi eksport (outword looking) di NTT tergolong sangat rendah. Hampir semua invesatasi dari PMDN terjadi pada sektor-sektor jasa yang tidak mempunyai nilai eksport. Penjelasan ini dapat pula dihubungkan dengan indikator “persentase output manufaktur terhadap PDRB NTT” seperti pada Gambar 2.24. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 30
  • 37. (4.3) Persentase Output Manufaktur Terhadap PDRB Pembahasan tentang indikator “persentase eksport dalam PDRB NTT” sebelum ini yang bersifat statis selama periode 2004 - 2009, telah dihubungkan dengan tampilan dari indikator ‘persentase output manufaktur dalam PDRB NTT”. Rendahnya investasi di NTT yang berorientasi eksport, yang biasanya terjadi di bidang manufaktur, telah menyebabkan pertumbuhan sektor manufaktur di NTT relatif konstan, yang kemudian menyebakan kontribusi output manufaktur dalam PDRB NTT juga terus menurun sejak Tahun 2005 sampai Tahun 2009 (Gambar 2.24). Gambar 2.24 Persentase Output Manufaktur Terhadap PDRB (%) 1.85 1.80 1.80 1.76 1.75 1.70 1.70 1.63 1.65 1.59 1.60 1.55 1.55 1.50 1.45 1.40 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber: BPS NTT (4.4) Tingkat Pendapatan Perkapita Pertumbuhan per tahun dari tingkat pendapatan per kapita penduduk NTT antara Tahun 2004 dan 2009 cenderung bersifat konstan, seperti yang digambarkan grafik yang cenderung bersifat linear pada Gambar 2.25. Artinya, efek pembangunan ekonomi di NTT selama periode itu belum dapat menciptakan lompatan berarti dari tingkat pendapatan perkapita penduduknya. Padahal secara konseptual, pembangunan harus memberi efek lompatan atau percepatan dari indikator-indikator outcomes, misalnya pendapatan perkapita yang antaralain merupakan indikator dari kesejahteraan penduduk sebagai objek dan subjek pembangunan itu sendiri. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 31
  • 38. Gambar 2.25 Pendapatan Perkapita NTT (Rupiah) 6,000,000 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Pendapatan Perkapita (Rupiah) 3,129,110 3,476,397 3,881,424 4,301,535 4,469,637 4,884,655 Sumber: BPS NTT Dengan demikian, dapatlah disimpulkan bahwa pendekatan pembangunan ekonomi di Nusa Tenggara Timur masih perlu ditinjau lagi. Peninjauan pendekatan pembangunan ekonomi dimaksud, lebih ditekankan pada pendekatan operasionalnya, bukan pada pendekatan perencanaan makro, karena jika diteliti RPJMD Propinsi NTT 2009-2013 dinilai sudah tepat sasaran dan arah, tetapi pada perencanaan operasional seperti RKPD dan APBD, ternyata kurang mempunyai hubungan langsung dengan sasaran dan arah pembangunan di RPJMD. (4.5) Laju Inflasi Laju inflasi di NTT, dalam laporan ini digambarkan oleh laju inflasi Kota Kupang sebagai ibu kota Provinsi NTT yang trend-nya antara tahun 2004-2009 ditujukkan pada Gambar 2.26. Laju inflasi tahunan Kota Kupang selama periode itu, dominan terjadi dalam 1 digit, kecuali di tahun 2005 dan tahun 2008 yang menembus 2 digit. Kondisi ini dari sudut teorinya merupakan gambaran umum tentang kestabilan ekonomi NTT, tetapi dari sisi ril dapat juga menggambarkan kurang dinamisnya ekonomi NTT. Hal ini dapat dijelaskan dengan kecenderungan konstanya pertumbuhan PDRB, pendapatan perkapita dan Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 32
  • 39. beberapa indikator ekonomi makro lainnya. Gambar 2.26 Laju Inflasi Kota Kupang (%) : 16.00 15.16 14.00 12.00 10.90 10.00 9.72 8.00 8.28 8.44 6.00 6.49 4.00 2.00 0.00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber: BPS NTT (5) Investasi (5.1) Nilai Realisasi Investasi PMDN Nilai Realisasi investasi PMDN di NTT antara tahun 2004 ke 2007 cenderung sangat rendah, tetapi antara tahun 2007 ke 2009 meningkat sangat tajam, bahkan cenderung lebih tinggi dari nilai persejuan investasi pada tahun yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa untuk investasi PMDN, NTT mulai diminati. Walaupun demikian, investasi PMDN sebagian terbesarnya terjadi di sektor jasa dan perdagangan, yang secara teoritis dan praktis mempunyai beberapa kekurangan jika dibanding dengan invesatasi di sektor primer dan sekunder (manufakturing misalnya). Kukurangan relatif tersebut adalah: 1) Tingkat penyerapan tenaga kerjanya relatif lebih sedikit, 2) efek penyebarannya relatif lebih sempit dan sedikit, 3) tidak bersifat menunjang eksport wilayah dengan sifatnya seperti itu, maka dapat dipahami mengapa pertumbuhan Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 33
  • 40. ekonomi NTT relatif tidaklah bersifat melompat seperti peningkatan tajam dari nialai realisasi investasi PMDN. Gambar 2.27 Nilai Realisasi Investasi PMDN di NTT (Rp. Milyar) 12,000.00 10,000.00 8,000.00 6,000.00 4,000.00 2,000.00 0.00 -2,000.00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Nilai Realisasi 114.30 19.00 0.00 213.26 4,221 10,015 Investasi PMDN (Rp. Milyar) Sumber: BPS NTT (5.2) Nilai Persetujuan Rencana Investasi PMDN Nilai persetujuan rencana investasi di NTT sebenarnya lebih rendah dari atau sama besar dengan realisasi invesatasi setiap tahunnya dalam periode Tahun 2004 dan 2009, kecuali di Tahun 2006. Sehingga sekali lagi bahwa terjadi peningkatan minat investasi PMDN di NTT. Gambar 2.28 Rencana dan Realisasi Investasi PMDN 5,000.00 4,000.00 3,000.00 2,000.00 1,000.00 0.00 -1,000.00 2004 2005 2006 2007 2008 Nilai Persetujuan 0.00 0.00 275.80 54.40 Rencana Investasi PMDN (Rp.Milyar) Nilai Realisasi Investasi 114.30 19.00 0.00 213.26 4,221.37 PMDN (Rp. Milyar) Sumber: BPS NTT Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 34
  • 41. (5.3) Nilai Realisani Investasi PMA Trend dari nilai realisai investasi PMA di NTT selama periode 2004-2009 relatif sama dengan pola trend realisasi investasi PMDN yang sudah dibahas, dimana terjadi peningkatan antara tahun 2007 ke tahun 2009, walaupun dalan tahun-tahun sebelumnya bersifat naik-turun. Yang mungkin menarik dari perbedaan sifat investasi PMA dan PMDN adalah bahwa PMA cenderung berinvestasi pada sektor atau komoditi yang bertujuan eksport, sedangkan PMDN tidaklah demikian. Gambar 2.29 Nilai Realisasi Investasi PMA di NTT (US$ Juta) 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Nilai Realisasi 2.40 1.50 2.40 0.40 1.90 4.00 Investasi PMA (US$ Juta) Sumber: BPS NTT (5.4) Nilai Persetujuan Rencana Investasi PMA Dibanding antara persetujuan dan realisasi investasi PMA, maka dapat dilihat pada Gambar 2.30 bahwa terjadi gap yang cukup besar dimana banyak nilai persetujuan investasi tidak terealisir di NTT Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 35
  • 42. Gambar 2.30 Nilai Persetujuan Rencana dan Realisasi Investasi PMA 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Nilai Realisasi 2.40 1.50 2.40 0.40 1.90 4.00 Investasi PMA (US$ Juta) Nilai Persetujuan 3.00 4.40 5.30 19.80 Rencana Investasi PMA (US$ Juta) Sumber: BPS NTT (5.5) Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja PMA Walaupun realisasi investasi PMA meningkat sangat tajam dari tahun 2007 ke tahun 2009, tetapi tingkat penyerapan tenaga kerja yang tinggi justru terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu di tahun 2004 dan 2005. Hal ini terjadi karena sifat atau sektor investasi yang dimasuki pada tahun 2004- 2005 cenderung pada sektor perikanan dan kelautan, khususnya rumput laut, yang membutuhkan tenaga kerja lokal lebih banyak, khususnya tenaga kerja non spesialis untuk bidang kerja pengawasan lapangan (tenaga kerja lapangan). Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 36
  • 43. Gambar 2.31 Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja PMA di NTT 250.00 229.00 200.00 150.00 116.00 100.00 75.00 70.00 50.00 45.00 0.00 2004 2005 2006 2007 2008 Sumber: BPS NTT (6) Infrastruktur (6.1) Perentase Jalan Nasional Bedasarkan Kondisi Evaluasi kinerja pembangunan nasional di daerah untuk periode 2004-2009, dalam bidang pembangunan infrastruktur hanya meliputi beberapa indikator kunci, yaitu persentase panjang jalan nasional di provinsi dan persentasi panjang jalan provinsi menurut kondisi jalan, yakni dalam keadaan baik, rusak dan rusak berat. Panjang jalan nasional di NTT pada tahun 2006 adalah 1.273,02 km. Pada tahun 2007, panjang jalan nasional di NTT meningkat menjadi 2,464.32 km. Panjang jalan nasional di daerah ini tidak berubah hingga tahun 2009. Sementara untuk jalan provinsi, total panjang jalan adalah 1.737.37 km pada tahun 2006, dan 1.738,81 pada tahun 2009. Kondisi jalan nasional di NTT secara umum memperlihatkan peningkatan yang berarti sejak tahun 2004 (Gambar 32). Persentasi jalan yang dalam kondisi baik adalah 18.85% pada tahun 2004 dan menjadi 57,29% pada tahun 2009. Sebaliknya, persentase panjang jalan yang dalam kondisi rusak (sedang) dan rusak berat turun dari 81.15% pada tahun 2004 berkurang menjadi hanya 42,71% pada tahun 2009. Sementara untuk jalan Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 37
  • 44. provinsi, peningkatan kondisi jalan dari 2004 hingga 2009 menunjukkan trend yang hamper sama (Gambar 33) Data mengenai kondisi jalan di NTT, baik jalan nasional maupun jalan provinsi, sangat terbatas. Data kondisi jalan yang tersedia adalah untuk tahun 2009. Pada tahun 2009, lebih kurang 85.14% jalan nasional di NTT dalam kondisi baik atau cukup baik. Sisanya dalam kondisi rusak atau rusak berat. Sementara untuk jalan provinsi, pada tahun yang sama 65.60% dalam kondisi baik atau cukup baik, dan sisanya dalam kondidi rusak atau rusak berat. Data kondisi jalan nasional dan jalan provinsi di NTT pada tahun 2008 selengkapnya ditunjukkan pada dua table berikut. Gambar 2.32 Persentase Jalan Nasional berdasarkan Kondisi di NTT 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Kondisi Baik (%) 18.85 42.18 31.68 13.91 44.62 57.29 Kondisi Sedang (%) 71.72 48.06 43.62 75.31 36.58 32.60 Kondisi Rusak (%) 9.43 9.77 24.70 10.78 18.79 10.15 Sumber: BPS NTT (6.2) Perentase Jalan Propinsi Bedasarkan Kondisi Perhatian pemerintad Provinsi NTT pada infrastruktur jalan dapat dikatakan sangat baik terutama sejak tahun 2005 seperti diperlihatkan pada Gambar 2.33 dimana persentase penjang jalan yang tergolong dalam kondisi rusak dan sedang terus menurun denga peningkatan nyata dari persentase panjang jalan provinsi berkategori kondisi baik. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 38
  • 45. Gambar 2.33 Panjang Jalan Propinsi Berdasarkan Kondisi di NTT 100% 80% 60% 40% 20% 0% 2004 2006 2007 2008 2009 Kondisi Rusak (%) 9.44 69.97 34.40 25.87 22.66 Kondisi Sedang (%) 71.69 23.77 19.33 21.84 21.77 Kondisi Baik (%) 18.87 6.25 46.27 52.29 55.56 Sumber: BPS NTT (7) Pertanian (7.1) Rata-rata Nilai Tukar Petani per Tahun Data Nilai Tukar Petani (NTP) untuk ptovinsi NTT tidak tersedia, kecuali untuk tahun 2007 (Data Ekonomi Regional NTT, BI Kupang, 2007). NTP Provinsi NTT untuk tahun 2007 berkisar 125-130 (7.2) PDRB Pertanian atas dasar Harga Berlaku Pertumbuhan PDRB sektor pertanian di NTT antara Tahun 2004-2009 seperti ditunjukkan Gambar 2.34 bersifat linear, atau dengan kata lain mengalami pertumbuhan konstan. Sifat pertumbuhan sektor pertanian seperti itu, berbeda dengan sifat pertumbuhan sektor jasa, khususnya jasa pemerintah dalam ekonomi NTT yang bersifat semakin bertambah, sehingga menyebabkan penurunanan kontribusi sektor pertanian dalam PDRB NTT selama periode yang sama (Lihat Gambar 2.35). Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 39
  • 46. Gambar 2.34 PDRB Sektor Pertanian NTT, Atas Dasar Harga Berlaku (Rp. Juta) 12,000,000 10,000,000 8,000,000 6,000,000 4,000,000 2,000,000 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 PDRB Sektor Pertanian 5,449,172 6,034,394 6,857,125 7,706,388 8,733,673 9,563,600 Atas Dasar Harga Berlaku (Rp. Juta) Sumber: BPS NTT Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB provinsi NTT dari tahun 2004 sampai tahun 2009 secara konsisten menurun. Dalam tahun 2004, sektor pertanian, yang meliputi subsector-subsektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan, menyumbang 42.58%, dan tahun 2009 menyumbang 38.81% (Figure 2.34). Meskipun persentasi sumbangan sektor pertanian terus menurun,secara umum, nilai nominal dari kontribusinya meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut didukung oleh pertumbuhan ekonomi pada sektor pertanian rata-rata 3.16% per tahun. Dalam tahun 2004 nilai nominal kontribusi sektor ini mencapai Rp 5.482.104,000,000 meningkat menjadi Rp 9.563.600.000.000 pada tahun 2009 (Gambar 2.34). Gambar 2.35 Kontribusi Sektor Pertanian dalam PDRB NTT (%) 43.00 42.50 42.58 42.36 42.00 41.50 41.38 41.00 40.50 40.00 39.89 39.50 39.46 39.00 38.50 38.00 37.50 2004 2005 2006 2007 2008 Sumber: BPS NTT Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 40
  • 47. (8) Kehutanan (8.1) Persentase Luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis Data yang tersedia mengenai luas lahan kritis dan kegiatan rehabilitasi lahan di Provinsi NTT sangat terbatas. Data luas lahan kritis yang tersedia adalah hasil interpretasi citra satelit Landsat ETM 7 yang diperoleh tahun 2002. Luas lahan kritis dalam kawasan hutan menurut interpretasi citra dimaksud adalah 661.681 hektar. Upaya rehabilitasi lahan dalam kawasan hutan di NTT sudah dilakukan dari tahun ke tahun, meskipun hasilnya belum optimal. Sampai tahun 2005, laju degradasi kawasan hutan di NTT mencapai 15.000 hektar per tahun. Sementara itu, program rehabilitasi hanya mencapai 3.000 hektar per tahun. Dari total 3.000 hektar yang direhabilitasi setiap tahunnya, keberhasilannya hanya mencapai 30%. Kegagalan terjadi akibat kebakaran, kekeringan, dimakan ternak, penebangan liar, dan tanah longsor. Gambar 2.36 Persentase Luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis di NTT (%) 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Persentase Luas lahan 0.25 0.50 4.37 4.86 rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis (%) Sumber: BPS NTT Program rehabilitasi hutan dan lahan terus digalakan dari tahun ke tahun. Hal ini juga didukung dengan jumlah dana yang dialokasikan untuk rehabilitasi hutan dan lahan yang terus meningkat. Pada tahun 2006, luas lahan yang direhabilitasi Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 41