SlideShare a Scribd company logo
1 of 145
Download to read offline
Draft laporan akhir EKPD 2010 Provinsi Bali




                       KATA PENGANTAR

      Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, kami telah
dapat menyusun Draft laporan akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan di Daerah
Bali. Dalam draft laporan akhir ini berisi latar belakang, tujuan dan keluaran
evaluasi, serta rencana kerja dan perkembangan persiapan tim evaluasi
provinsi. Laporan ini disusun oleh Tim Independen Evaluasi Kinerja Pemerintah
Daerah Bali dari Universitas Udayana, berdasarkan atas, telaah data yang
diperolleh serta diskusi dari para anggota Tim dan Badan Perencanaan
Pembangunan (Bappeda) Provinsi Bali.

      Oleh karena ini merupakan draft laporan akhir, tentunya masih sangat jauh
dari apa yang diharapkan. Berkaitan dengan hal itu Tim sangat mengharapkan
kritik dan saran serta masukan dari semua pihak agar nantinya apa yang
menjadi tujuan Evaluasi Evaluasi Kinerja Pemerintah Daerah Pelaksanaan
RPJMN 2004-2009 di daerah serta identifikasi relevansi RPJMN 2010 dengan
RPJMD Provinsi Bali dapat dilaksanakan secara optimal.

      Pada kesempatan ini Tim sangat berterimakasih kepada Ketua Bappeda
Provinsi Bali serta semua pihak yang telah membantu sehingga Draft laporan
akhir ini dapat terwujud.



                                             Denpasar, Desember 2010
                                             Rektor Universitas Udayana




                                      Prof. Dr.dr. I Made Bakta, Sp.PD (KHOM)
                                           NIP : 19480628 197903 1 001




                                          Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan
                                                                                        ii
                            Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
Draft laporan akhir EKPD 2010 Provinsi Bali




                                           DAFTAR ISI
                                                                                                         Halaman

KATA PENGANTAR ...............................................................................                     i
DAFTAR ISI ............................................................................................            ii
DAFTAR TABEL .....................................................................................                iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................                    iv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................         1
B. Tujuan dan Keluaran Evaluasi ................................................................                   3
C. Anggota Tim Evaluasi .............................................................................              3


BAB II. HASIL EVALUASI RPJM PROVINSI BALI TAHUN 2004 – 2009
A. Agenda Mewujudkan Indonesia yang Aman dan Damai …………….                                                    5
     A.1 Indikator Kinerja ……………………………………………………….                                                            5
     A.2 Capaian Indikator ……………………………………………………..                                                            5
             A.2.1 Indeks Kriminalitas ................................................................      5
             A.2.2 Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional ..                                   7
             A.2.3 Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Transnasional ..                                  8
     A.3 Rekomendasi ………………………………………………………….                                                                 9


B. Agenda Mewujudkan Indonesia yang Adil dan Demokratis
     B.1 Indikator Kinerja .............................................................................     11
     B.2 Capaian Indikator ...........................................................................       11
             B.2.1 Pelayanan Publik ……………………………………………….                                                      11
             B.2.2 Demokrasi ………………………………………………………                                                           14
     B.3 Rekomendasi ………………………………………………………….                                                                 17


C. Agenda Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
     C.1 Indikator Kinerja ..............................................................................    18
     C.2 Capaian Indikator ...........................................................................       18
             C.2.1 Indeks Pembangunan Manusia ………………………………                                                   19


                                                       Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan
                                                                                                             iii
                                         Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
Draft laporan akhir EKPD 2010 Provinsi Bali




        C.2.2 Pendidikan ………………………………………………………                                                           22
        C.2.3 Kesehatan ……………………………………………………….                                                           34
        C.2.4 Keluarga Berencana ……………………………………………                                                       44
        C.2.5 Ekonomi Makro …………………………………………………                                                          50
        C.2.6 Investasi …………………………………………………………                                                           57
        C.2.7 Infrastruktur ……………………………………………………..                                                       60
        C.2.8 Pertanian ………………………………………………………..                                                          65
        C.2.9 Kehutanan ………………………………………………………                                                            69
        C.2.10 Kelautan ……………………………………………………….                                                           75
        C.2.11 Kesejahteraan Sosial ………………………………………..                                                    81
   C.3 Rekomendasi Kebijakan ……………………………………………..                                                         87


BAB III. EVALUASI RELEVANSI RPJMN 2010-2014 DENGAN RPJMD
   A.   Pengantar ………………………………………………………………                                                                94
   B.   Prioritas dan Program Aksi Pembangunan Nasional .....................                             94
   C.   Hasil Analisis Keterkaitan Antara Prioritas/Program Aksi Nasional
                                                                                                         118
        Dengan Prioritas/Program Daerah ………………………………….
   D.   Hasil Analisis Prioritas/Program Aksi Nasional Yang Tidak
        Relevan Dengan Prioritas/Program Daerah ..................................                       126
   E.   Rekomendasi ………………………………………………………….                                                              129


BAB IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
   A.   Kesimpulan ...................................................................................   131
   B.   Rekomendasi Kebijakan ...............................................................            134


Hasil Analisis Prioritas/Program Aksi Nasional Yang Tidak Relevan
   Dengan Prioritas/Program Daerah




                                                   Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan
                                                                                                          iv
                                     Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
Draft laporan akhir EKPD 2010 Provinsi Bali




                                   DAFTAR TABEL

Tabel                                                                                                   Halaman

   1. Jumlah Kasus Kriminalitas di Wilayah Polda Bali, 2004 – 2009 ......                                          6

   2. Kasus Narkoba yang Ditangani Polda Bali, 2004 – 2009 ................                                        8

   3. Jumlah Kasus Korupsi yang Tertangani Oleh Kepolisian di Wilayah                                          11
      Provinsi Bali, Tahun 2005 - 2009 ...................................................

   4. Persentase Jumlah Kabupaten/Kota yang Memiliki Peraturan                                                 13
      Daerah Pelayanan Satu Atap ..........................................................

   5. Persentase Lulusan dengan Jenis Kelamin Perempuan pada                                                   15
      Berbagai Jenjang Pendidikan di Provinsi Bali, Tahun 2004 - 2009

   6. Perkembangan Capaian IPM Provinsi Bali ......................................                            20

   7.n Hasil Pembangunan Pendidikan di Provinsi Bali .............................                             33

   8. Standar Rasio Tenaga Kesehatan Per 100.000 Penduduk ..............                                       42

   9. Rasio Tenaga Kesehatan Per 100.000 Penduduk di Provinsi Bali ...                                         42

  10. Rekapitulasi Hasil Pembangunan Kesehatan di Provinsi Bali ..........                                     44


  11. dan Persentase Jalan dengan Kondisi Baik, Sedang dan Buruk di                                            62
      Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 .....................................................

  12. PDRB dan PDB Sektor Pertanian di Provinsi Bali Tahun 2004 –                                              67
      2009 .................................................................................................

  13. Luas Rehabilitasi Hutan dan Persetasenya Terhadap Lahan Kritis di                                        71
      Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ....................................................

  14 Prioritas dan Program Aksi Pembangunan Nasional .......................                                   95




                                                    Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan
                                                                                                               v
                                      Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
Draft laporan akhir EKPD 2010 Provinsi Bali




                                DAFTAR GAMBAR

Gambar                                                                                                  Halaman

    1. Indeks Kriminalitas di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 .................                                     6

    2. Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional di Provinsi Bali,                                                   8
       Tahun 2004 – 2009 ..........................................................................

    3. Indeks Pembangunan Gender di Provinsi Bali ................................                               16

    4. Gender Empowerment Meassurement (GEM)di Provinsi Bali,                                                    17
       Tahun 2005 – 2008 ..........................................................................

    5. Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2008                                            21

    6. Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah Dasar di Provinsi Bali                                              23
       Tahun 2004 – 2009 ..........................................................................

    7. Angka Partisipasi Kasar (APK) Sekolah Dasar di Provinsi Bali,                                             24
       Tahun 2004 – 2009 ...........................................................................

    8. Rata-rata Nilai Akhir SMP/MTs Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ..                                         25

    9. Rata-rata Nilai Akhir SMA/SMK/MA di Provinsi Bali, Tahun 2004 –                                           26
       2009 .................................................................................................

   10. Angka Putus Sekolah SD di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 .......                                        27

   11. Angka Putus Sekolah SMP/MTs dan SMA di Provinsi Bali, Tahun                                               29
       2004 – 2009 ......................................................................................

    12 Angka Melek Aksara Penduduk 15 Tahun ke Atas di Provinsi Bali,                                            30
       Tahun 2004 – 2009 ..........................................................................

   13. Persentase Guru yang Layak Mengajar SMP/MTs di Provinsi Bali,                                             32
       Tahun 2004 – 2009 ..........................................................................

   14. Persentase Kelayakan Guru Mengajar di SMA di Provinsi Bali,                                               33
       Tahun 2004 – 2009 ..........................................................................

   15. Umur harapan hidup di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ..............                                     35

   16. Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ...                                         37

   17. Prevalensi Gizi Buruk di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 .............                                   38

   18. Angka Prevalensi Gizi Kurang di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009..                                        40



                                                     Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan
                                                                                                                vi
                                       Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
Draft laporan akhir EKPD 2010 Provinsi Bali




19. Persentase Penduduk ber-KB di Provinsi Bali,Tahun 2004 – 2009 ..                                            44

20. Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 .....                                            47

21. Angka Kelahiran Total di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 .............                                     49

22. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali,Tahun 2004 – 2009 ...............                                         50

23. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali dan Indonesia, Tahun 1980 –                                               51
    2009 ..................................................................................................

24. Kontribusi Sektoral Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali,                                             52
    Tahun 2004 - 2009 ..........................................................................

25. Persentase Ekspor terhadap PDRB Bali, Tahun 2004 – 2009 .........                                           53

26. Persentase Manufaktur terhadap PDRB Bali, Tahun 2004 – 2009 ..                                              54

27. Pendapatan Per Kapita di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ...........                                       55

28. Tingkat Inflasi di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ..........................                              57

29. Realisasi PMDN di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ......................                                   58

30. Realisasi PMA di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 .........................                                 60

31. Persentase Jalan Nasional dengan Kondisi Baik, Sedang dan                                                   63
    Buruk di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 .....................................

32. Persentase Jalan Provinsi dan kabupaten dengan Kondisi Baik,                                                64
    Sedang dan Buruk di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ..................

33. Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Bali Dirinci Per Bulan Tahun                                           66
    2009 .................................................................................................

34. Kontribusi Sektor Pertanian, Industri dan Jasa Terhadap PDRB                                                68
    Provinsi Bali, Tahun 1980 – 2009 ....................................................

35. Persentase Luas Rehabilitasi di dalam dan di luar Kawasan Hutan                                             73
    Terhadap Lahan Kritis di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ............

36. Jumlah Kasus Tindak Pidana Perikanan ..........................................                             76

37. Persentase Terumbu Karang dalam Keadaan Baik di Provinsi Bali                                               79
    Tahun 2004 – 2009. .........................................................................

38. Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Bali Tahun 2004 – 2009 ..                                            82

39. Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Bali, Tahun 2004 –                                                 85
    2009 ..................................................................................................




                                                   Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan
                                                                                                              vii
                                     Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
Draft laporan akhir EKPD 2010 Provinsi Bali




              Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan
                                                           viii
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 




                                                                                  BAB I
                                                         PENDAHULUAN




A. Latar Belakang

       Menurut Undang-Undang (UU) No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), kegiatan evaluasi merupakan salah
satu dari empat tahapan perencanaan pembangunan yang meliputi penyusunan,
penetapan, pengendalian perencanaan serta evaluasi pelaksanaan perencanaan.
Sebagai suatu tahapan perencanaan pembangunan, evaluasi harus dilakukan
secara sistematis dengan mengumpulkan dan menganalisis data serta informasi
untuk menilai sejauh mana pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembahgunan
tersebut dilaksanakan.
       Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009 telah selesai dilaksanakan.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Bappenas)
berkewajiban mengevaluasi untuk melihat sejauh mana pelaksanaan RPJMN
tersebut.
       Saat ini telah ditetapkan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2009-2014.
Siklus pembangunan jangka menengah lima tahun secara basional tidak selalu
sama dengan siklus pembangunan 5 tahun di daerah. Sehingga penetapan RPJMN
Tahun 2009-2014 ini tidak bersamaan waktunya dengan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi. Hal ini menyebabkan prioritas-
prioritas dalam RPJMD    tidak selalu mengacu pada prioritas-prioritas                   RPJMD
2010-2014. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi relevansi prioritas program antara
RPJMN dengan RPJ Provinsi.


                                                                                              
                                               Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan        1 
                                 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 




       Di dalam pelaksanaan evaluasi ini, dilakukan dua bentuk evaluasi yang
berkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Yang pertama adalah evaluasi atas pelaksanaan RPJMN 2004-2009 dan yang
kedua penilaian keterkaitan antara RPJMD dengan RPJMN 2010-2014.
       Metode yang digunakan dalam evaluasi pelaksanaan RPJMN 2004-2009
adalah Evaluasi ex-post untuk melihat efektivitas (hasil dan dampak terhadap
sasaran) dengan mengacu pada tiga agenda RPJMN 2004 - 2009 yaitu agenda
Aman      dan   Damai    Adil;   Adil      dan      Demokratisi          serta      Meningkatkan
Kesejahteraan Rakyat.
       Ketiga   Agenda     tersebut     kemudian         dituangkan        kedalam            prioritas
pembangunan yang selanjutnya diterjemahkan dalam bentuk berbagai program dan
kegiatan tahunan. RPJM Nasional yang memuat ketiga Agenda tersebut merupakan
dokumen yang harus diperhatikan dan dijabarkan kedalam program-program
pembangunan daerah sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).
       Untuk mengukur kinerja yang telah dicapai pemerintah atas pelaksanaan
ketiga agenda RPJMN 2004 - 2009 diperlukan identifikasi dan analisis indikator
pencapaian. Sedangkan metode yang digunakan dalam evaluasi relevansi RPJMN
2010-2004 dengan RPJMD Provinsi adalah membandingkan keterkaitan 11 prioritas
nasional 3 prioritas lainnya dengan prioritas daerah. Selain itu juga mengidentifikasi
potensi lokal dan prioritas daerah yang tidak ada dalam RPJMN 2010-2014. Adapun
prioritas nasional dalam RPJMN 2010-2014 adalah 1) Reformasi Birokrasi dan
Tata Kelola, Pendidikan, 3) Kesehatan, 4) Penanggulangan Kemiskinan, 5)
Ketahanan pangan, Infrastruktur, 7) Iklim Investasi dan Iklim Usaha, 8) Energi,
9) Lingkungan Hidup dan dan Pengelolaan Bencana, 10) Daerah Tertinggal,
Terdepan, Terluar, & Pasca konflik, 11) Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi
Teknologi dan 3 prioritas lain yaitu 1) Kesejahteraan Rakyat lainnya, 2) Politik,
Hukum, dan Keamanan lainnya, Perekonomian lainnya
       Hasil dari EKPD 2010 diharapkan dapat memberikan umpan balik pada
perencanaan pembangunan daerah untuk perbaikan kualitas perencanaan di
daerah. Selain hasil evaluasi dapat digunakan sebagai dasar bagi pemerintah
dalam mengabil kebijakan pembangunan daerah.



                                                                                                   
                                                    Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan        2 
                                      Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 




B. Tujuan dan Keluaran Evaluasi

Tujuan kegiatan ini adalah:

1. Untuk melihat sejauh mana pelaksanaan RPJMN 2004-2009 dapat memberikan
   kontribusi pada pembangunan di daerah;

2. Untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan prioritas program (outcome) dalam
   RPJMN 2010-2014 dengan prioritas program yang ada dalam Rencana
   Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi.

Keluaran yang diharapkan dari EKPD 2010 adalah: .

1. Tersedianya dokumen evaluasi pencapaian pelaksanaan RPJMN 2004-2009
   untuk setiap provinsi;

2. Tersedianya dokumen evaluasi keterkaitan RPJMN 2010-2014 dengan RPJMD
   Provinsi



C. Anggota Tim Evaluasi Provinsi

Para anggota Tim Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Bali Universitas Udayana
terdiri dari 8 orang narasumber sebagai berikut.
1. Prof. Dr. dr. I Made Bakta , Sp.PD (KHOM), Rektor Universitas Udayana yang
   juga merupakan Dosen Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, ahli di
   bidang kesehatan.
2. Prof Dr I Komang Gde Bendesa, M.A.D.E, Pembantu Rektor I Universitas
   Udayana yang juga merupakan Dosen Tetap Fakultas Ekonomi                           Universitas
   Udayana, ahli di bidang ekonomi.
3. Prof. Ir. I Nyoman Norken, SU, Ph.D., Dosen Tetap Fakultas Teknik Universitas
   Udayana, ahli di bidang teknik sipil
4. Prof. Dr. K. Sudibia, SU., Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Udayana,
   ahli di bidang ekonomi dan kependudukan.
5. Prof. Dr. Ir. Made Antara, MS., Dosen Tetap Fakultas Pertanian Universitas
   Udayana, ahli di bidang sosial ekonomi pertanian.




                                                                                                
                                                 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan        3 
                                   Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 




6. Prof. Dr. M Sudiana Mahendra, MSc. Dosen Tetap Fakultas Teknologi Pertanian
   Universitas Udayana, ahli di bidang lingkungan.
7. Dr. dr. Putu Gde Adiatmika. Dosen Tetap Fakultas Kedokteran Universitas
   Udayana, ahli di bidang kesehatan.
8. Prof. Dr. Made Suyana Utama, SE., MS. Dosen Tetap Fakultas Ekonomi
   Universitas Udayana, ahli di bidang ekonomi pembangunan.




                                                                                               
                                                Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan        4 
                                  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 




                                                                                  BAB II
                    HASIL EVALUASI PELAKSANAAN
                                                      RPJMN 2004-2009



A. Agenda Pembangunan Indonesia yang Aman dan Damai

       Agenda pembangunan yang aman dan damai merupakan perwujudan dari
salah satu tujuan bernegara, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia. Hal ini merupakan prasyarat bagi terwujudnya tiga
tujuan bernegara lainnya sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD Tahun
1945. Sebagai bagian dari masyarakat dunia, keamanan nasional NKRI yang
mencakup pertahanan negara, keamanan dalam negeri, keamanan dan ketertiban
masyarakat, serta keamanan sosial baik secara langsung maupun tidak langsung
sangat dipengaruhi oleh dinamika politik, ekonomi, kesejahteraan, sosial, dan
budaya di dalam negeri, serta dinamika keamanan di kawasan Regional dan
Internasional.

A.1 Indikator Kinerja
       Untuk mengevaluasi pelaksanaan agenda pembangunan yang aman dan
damai sesuai dengan RPJMN 2004-2009 diukur dengan 3 indikator yang meliputi:
       1) Indeks Kriminalitas
       2) Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional
       3) Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Trans Nasional

A.2 Analisis Capaian Indikator
A.2.1 Indeks Kriminalitas
       Salah satu indikator keamanan pada suatu daerah adalah indeks
krimanilitas. Indeks kriminalitas merupakan perbandingan jumlah kasus kriminalitas
dibagi dengan 100.000 penduduk pada tahun tertentu. Semakin rendah indeks
kriminalitas di statu wilayah, semakin baik keamanan di wilayah tersebut. Kasus

                                                                                               
                                                Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan        5 
                                  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 




kriminalitas yang terjadi di wilayah Polda Bali sepanjang tahun 2004 – 2009
disajikan pada Tabel 1.
                                                     Tabel 1
          Jumlah Kasus Kriminalitas di Wilayah Polda Bali, 2004 - 2009

                                                                                  Lain-lain    Jumlah       Indeks
          Pencu      Pembu-           Pengani-       Pencu-      Pengge-                                   Krimina-
 Tahun     likan      nuhan            ayaan          rian        lapan                                       litas

 2004     1        11         28                     1.278           106          3.479        4.903         145
 2005     3        22        706                     1.352           540          2.643        5.266         153
 2006     3        15        508                     1.425           460          3.347        5.759         167
 2007     4        11        581                     1.386           545          3.384        5.911         170
 2008     2        19        512                     1.366           542          3.480        5.921         168
 2009     6        12        633                     1.520           498          3.233        5.902         166
Sumber: Polisi Daerah Bali, 2009


         Apabila dicermati Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa kasus kriminalitas yang
paling menonjol di wilayah Polda Bali adalah kasus pencurian, kemudian disusul
oleh kasus penganiayaan. Kecuali kasus pembunuhan dan pemerasan, semua jenis
kasus kriminalitas selama tahun 2004 – 2009 mengalami peningkatan. Dengan
membagi jumlah kasus kriminalitas dengan jumlah penduduk Provinsi Bali dikalikan
dengan 100 dapat dihitung indeks kriminalitas, seperti yang ditampilkan pada
Gambar 1.
                                                   Gambar 1
              Indeks Kriminalitas di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009

                         Petumbuhan Indeks Kriminalitas dan
                             Indikator Pendukunganya
                              15,00
                              13,00
                              11,00
                               9,00
                               7,00
                               5,00
                               3,00
                               1,00
                              -1,00
                              -3,00
                                        2004       2005       2006      2007          2008      2009

                   PI Kriminalitas      0,00        8,65      13,81        2,59       -1,46     -2,20
                   P.Miskin             6,85        6,72      7,06         6,6        6,17      5,13
                   Pengangguran         4,66        5,32      6,04         3,77       4,45      4,25




                                                                                                                
                                                               Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan          6 
                                                 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 




        Pada umumnya kriminalitas yang terjadi pada suatu wilayah disebabkan
karena tingginya angka pengangguran dan kemiskinan, baik secara absolut maupun
relatif. Berdasarkan Gambar 1 pertambahan Indeks kriminalitas di Provinsi Bali dari
tahun 2004 sampai dengan tahun 2009 mempunyai kecenderungan menurun.
Seperti yang disajikan pada Tabel 1, pada tahun 2004 indeks kriminalitas adalah
sebesar 145, mengalami kenaikan 8,65 poin pada tahun 2005, dan dari tahun 2005
ke 2006 naik 23,81 point. Selanjutnya pertambahan indeks kriminalitas di Provinsi
Bali terus menurun. Apabila diperhatikan Gambar 1, terdapat korelasi yang positif
antara angka pengangguran dan angka kemiskinan terhadap pertambahan indeks
kriminalitas.   Penurunan   pertambahan       indeks      kriminalitas       tersebut         secara
kelembagaan juga merupakan kerja keras dari aparat keamanan dan sistem
pengamanan swakarsa yang ada di desa-desa. Dalam dua tahun terakhir, citra
aman di Bali masih bisa dipertahankan dibandingkan sebelumnya sehingga
kunjungan wisatawan meningkat dibandingkan sebelumnya, yang ditunjukkan oleh
indeks kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dalam hal ini adalah
perkembangan kunjungan wisman selama tahun 2004 – 2009 dengan tahun 2000
sebagai tahun dasar. Pada tahun 2004 kunjungan wisatawan mancanegara yang
langsung ke Bali berjumlah 1.458.309 orang, mengalami penurunan 2 persen pada
tahun 2005, dan 11 persen pada tahun 2006 dibandingkan dengan tahun 2004.
Pada tahun 2005 dan 2006 kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali mengalami
penurunan sebagai akibat tragedi bom Kuta II, tahun 2005. Mulai tahun 2007
kunjungan wisatawan mancanegara terus meningkat, dan tahun 2009 mencapai
2.229.945 orang atau dengan peningkatan sebesar 58 persen dibandingkan tahun
2004.


A.2.2 Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional
        Kejahatan konvensional adalah kejahatan yang dilakukan dengan motivasi
atau modus kejahatan umum. Kejahatan konvensional kemungkinan dilakukan
terhadap perseorangan, terhadap harta benda, atau terhadap masyarakat.
Kejahatan konvensional terhadap manusia, seperti pembunuhan dan penganiayaan
baik menggunakan alat berat ataupun tanpa alat berat, penculikan, pemerasan
dengan ancaman, pencurian dengan kekerasan, perkosaan, zinah, pencemaran
nama baik/penghinaan. Kejahatan terhadap harta benda seperti penipuan
penggelapan, pencurian dengan menggunakan alat berat, pencurian tanpa


                                                                                                
                                                Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan         7 
                                  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 




menggunakan alat berat, sengketa rumah/tanah, pemalsuan atentik, asuransi,
pencurian kendaraan bermotor roda dua (curanmor R2), pencurian kendaraan
bermotor roda empat (curanmor R4). Kejahatan terhadap masyarakat seperti judi,
pelacuran, ketertiban, pengrusakan.       Umumnya tingkat kriminalitas pada suatu
daerah sangat dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi masyarakat, seperti
tingginya angka memiskinan dan pengangguran, namun oleh karena banyak kasus
kejahatan dilakukan oleh bukan orang lokal, variabel tersebut kecil berkorelasi.
       Persentase kasus kejahatan konvensional yang dapat diselesaikan dari
tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 mengalami peningkatan, namun pada tahun
2008 dan 2009 mengalami penurunan. Meskipun demikian, penyelesaian kasus
kejahatan konvensional di wilayah Polda Bali selama tahun 2004 – 2009 mengalami
kecenderungan menaik seiring dengan meningkatnya anggaran yang dikeluarkan
oleh Pemda Provinsi Bali dalam bidang Kesbangpollinmas,                             seperti yang
ditampilkan pada Gambar 2.
                                         Gambar 2
          Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional di Provinsi Bali,
                                 Tahun 2004 – 2009

                Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional
                  70

                  60

                  50

                  40

                  30

                  20

                  10

                   0
                        2004     2005       2006         2007          2008        2009

            P. Kasus    56,9      59,8       65,6         66,2         65,4         65,1
            Belanja P    9,7      10,8       14,9         14,8         20,7         43,5




A.2.3 Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Transnasional
       Kejahatan transnasional adalah kejahatan yang tidak hanya sifatnya lintas
batas Negara, tetapi termasuk juga kejahatan yang dilakukan di suatu Negara,


                                                                                                
                                                 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan        8 
                                   Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 




tetapi berakibat fatal bagi Negara lain. Kejahatan transnasional misalnya adalah
human trafficking atau penyelundupan orang, narkotika, ilegallogging, dan teroris
internasional.    Kasus kejahatan transnasional selama tahun 2004 – 2009 yang
ditangani oleh Kepolisian Daerah Bali hanyalah kasus narkoba yang termuat pada
Tabel 2.
       Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa kasus narkoba yang ditangani
Polda Bali dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 terus meningkat, namun
pada tahun 2009 mengalami penurunan 136 kasus. Rata-rata peningkatan kasus
narkoba yang ditangani oleh Polda Bali selama periode 2004 – 2009 adalah 24,83
persen per tahun.      Setiap tahun persentase kasus yang berhasil diselesaikan,
sangat tinggi berkisar antara 96 – 99 persen, atau dengan rata-rata 97 persen, atau
dengan kecenderungan persentase penyelesaian yang menurun. Selama periode
tersebut sebagian besar tersangka yang terlibat adalah warga negara Indonesia
yang mengkonsumsi narkoba. Sebaliknya warga negara asing yang terlibat rata-rata
hanya 4,27 persen, yang umumnya mereka adalah perantara narkoba. Dengan
demikian, kejahatan transnasional yang terjadi di wilayah Provinsi Bali dalam
periode 2004 – 2009 relatif sedikit (4,27 persen), hampir semua (97 persen) dapat
diselesaikan.      Persentase     warga negara asing tersangka kasus narkoba
mengalami kecenderungan yang menurun pada periode tersebut, yaitu dari 6,05
persen pada tahun 2004 menjadi 3,48 persen pada tahun 2009. Perlu diketahui
bahwa penyelesian kasus transnasional seperti ini sering disertai dengan upaya
penyelesaian melalui jalur diplomatis.
                                         Tabel 2
                Kasus Narkoba yang Ditangani Polda Bali, 2004 - 2009
             Total      Kasus Terselesaikan              Kewarganegaraan Tersangka
 Tahun
            Kasus         Kasus            %           WNI         WNA        Jumlah       % WNA
  2004          298         295          99,0          295          19          314             6,05
  2005          458         453          98,9          455          23          478             4,81
  2006          578         568          98,3          485          28          513             5,46
  2007          737         708          96,1          754          21          775             2,71
  2008          804         772          96,0          809          26          835             3,11
  2009          668         653          97,8          638          23          661             3,48
Sumber : Kantor Kepolisian Daerah Bali, 2010




                                                                                                  
                                                  Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan         9 
                                    Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 




A.3 Rekomendasi Kebijakan
       Terkendalinya masalah keamanan dan ketertiban di daerah tidak terlepas
dari peranan para petugas keamanan formal seperti, kepolisian, TNI, polisi pamong
praja, satpol. dan petugas keamanan tradisonal yaitu pecalang di masing-masing-
masing desa pakraman.      Hal-hal yang menjadi tantangan dalam pembangunan
bidang keamanan, antara lain adalah: mencegah terjadinya bencana sosial yang
ditimbulkan oleh adanya     tindakan-tindakan kriminal, konflik sosial yang dapat
mengganggu stabilitas keamanan. Hal ini antara lain dapat diwujudkan dengan
mengadakan sistem keamanan terpadu antara petugas keamanan formal dan
petugas keamanan tradisional, dengan selalu bekerjasama dan berkoordinasi.
Terkait dengan bidang ketertiban, perlu diwaspadai dampak penduduk pendatang
yang secara langsung maupun tidak langsung pada gilirannya akan menimbulkan
tindakan-tindakan kriminal, bertambahnya pedagang kaki lima, gepeng, prostitusi,
yang semuanya dapat mengganggu ketertiban dan ketenteraman serta mengusik
kenyamanan hidup dalam masyarakat. Untuk mengatasinya, petugas ketertiban
perlu melakukan pengawasan dan dalam melaksanakan tugas harus bertindak
tegas, konsisten dan konsekuen. Pelaksanaan tugas pengawasan dan penertiban
dapat dilakukan dengan melibatkan peranserta dan partisipasi desa pakraman.


B. Agenda Mewujudkan Indonenesia yang Adil dan Demokratis

B.1 Indikator Kinerja

       Indikator agenda mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis terdiri dari
dua dua variabel, yaitu:

B.1.1 Pelayanan Publik
   1) Persentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang
      dilaporkan.
   2) Persentase kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu
      atap.
   3) Persentase instansi (SKPD) provinsi yang memiliki pelaporan Wajar Tanpa
      Pengecualian (WTP).
B.1.2 Demokrasi
   1) Gender Development Index (Indeks Pembangunan Jender)
   2) Gender Empowerment Measurement (Indeks Pemberdayaan Jender).



                                                                                               
                                                Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan    10 
                                  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 




B.2 Capaian Indikator
B.2.1 Pelayanan Publik
1) Persentase Jumlah kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan
        yang dilaporkan
         Korupsi akan berakibat buruk terhadap kinerja pembangunan suatu daerah.
Berdasarkan Undang-undang Nomor : 31 Tahun 1999, yang dimaksud dengan
tindak pidana korupsi adalah: 1) pasal 2 ayat (1) : “Setiap orang yang secara
melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
suatu      korporasi      yang        dapat      merugikan          keuangan           negara              atau
perekonomiannegara.” 2) pasal 3 : “Setiap orang yang dengan sengaja
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.”
Jumlah kasus korupsi yang tertangani di Provinsi Bali selama tahun 2005 – 2009
disajikan pada Tabel 3.
                                               Tabel 3
        Jumlah Kasus Korupsi yang Tertangani Oleh Kepolisian di Wilayah
                              Provinsi Bali, Tahun 2005 - 2009
    Instansi                                             Jumlah
 (Polda/Polres)   2005   2006    2007   2008    2009     Kasus     Tertangani     Persentase         Keterangan

                                                                                                     3 Sidik (P-19)
 Polda Bali        3      2       4      3        2        14           10               71,43         1 Lidik

 Res. Tabanan      1      1       1      -        -         3            3             100,00

 Res. Buleleng     -      1       -      -        1         2            1               50,00         1 Sidik

 Res. Gianyar      -      -       -      1        -         1            -                0,00       1 Sidik (P-19)

 Res Jembrana      -      1       -      -        -         1            1             100,00

 Res. Badung       -      -       1      -        -         1            1             100,00

    Jumlah         4      5       6      4        3        22           16               72,73

Sumber: Kantor Kepolisian Daerah Bali, Tahun 2009.

         Berdasarkan Tabel 3 dapat dikatakan bahwa kasus korupsi tidak terjadi di
semua Kabupaten/Kota (hanya 55,56 persen dari 9 Kabupaten/Kota) dan 4
Kabupaten/Kota terbebas dari laporan kasus korupsi. Penanganan kasus korupsi di
Bali juga cukup baik, yaitu tertangani 72,73 persen, dari 22 kasus yang dilaporkan.


                                                                                                        
                                                       Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan       11 
                                         Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 




Kuantitas kasus korupsi yang terjadi di wilayah Provinsi Bali tidaklah begitu banyak
bilamana dibandingkan dengan kasus korupsi secara nasional.
          Persentase jumlah kasus korupsi pada Tabel 3 terlihat bahwa kasus korupsi
yang terjadi di wilayah pemerintahan Provinsi Bali selama 5 tahun (Tahun 2005 s/d
Tahun 2009) berjumlah 22 kasus yang bila dirata-ratakan berarti setiap tahun terjadi
4 kasus. Dari 22 kasus tersebut, pelaporannya diterima dan ditangani oleh instansi
Polda Bali dan 5 Polres (di Bali ada 8 Polres dan 1 Poltabes) yaitu Polres Tabanan,
Polres Buleleng, Polres Gianyar, Polres Jemberana, dan Polres Badung.
Sedangkan Polres Karangasem, Polres Bangli, Polres Klungkung, dan Poltabes
Denpasar, belum menerima laporan kasus korupsi.                   Hal tersebut berarti, 55,56
persen      dari   jumlah   Kabupaten/Kota       di    Bali     terjadi     kasus      korupsi       (5
Kabupaten/Polres dari 8 Kabupaten/Polres dan 1 Kota/ Poltabes).
          Kasus korupsi yang diterima oleh Polda Bali adalah sebanyak 14 kasus,
namun yang dapat tertangani sampai saat ini sejumlah 10 kasus                           atau 71,43
persen, sedangkan 4 kasus atau 28,57 persen yang tersisa masih dalam tahap
penyelidikan dan penyidikan. Dari 4 kasus yang tersisa, sebanyak 1 kasus masih
dalam tahap penyelidikan dan 3 kasus masih pada tahap penyidikan (P-19). Dari
seluruh kasus yang dilaporkan pada Polda dan Polres dalam lingkungan Provinsi
Bali (22 kasus) sudah tertangani 72,73 persen (16 kasus) dan sisanya (6 kasus)
masih dalam tahap penyelidikan dan penyidikan.
          Terhadap 6 kasus yang belum tertangani dari 22 kasus korupsi yang terjadi
pada tahun 2004 sampai tahun 2009 tersebut, karena dalam menangani kasus
korupsi     memerlukan      tahapan-tahapan      penanganan          yang      berbeda       dengan
penanganan tindak pidana lainnya. Tahapan penanganan kasus korupsi tersebut
antara lain wajib melalui audit yang dilakukan oleh BPKP (Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan). Karena menunggu hasil proses audit BPKP inilah
menyebabkan penanganan kasus korupsi memerlukan waktu yang lebih lama
dibandingkan penanganan tindak pidana lainnya. Meskipun demikian, untuk
mempercepat proses penanganan kasus korupsi, Polda Bali dan jajarannya telah
melakukan tindakan dengan melakukan penyidikan secara marathon terhadap
kasus korupsi yang telah selesai tahapan auditnya dari BPKP. Di samping itu juga
dilakukan tindakan dengan menambah personil penyidik untuk menangani kasus
korupsi.



                                                                                                  
                                                   Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan    12 
                                     Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 




2) Persentase kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu
      atap
         Upaya meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah juga
dapat dilihat dari terbentuknya lembaga pelayanan terpadu pada semua
Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Bali.                 Lembaga pelayanan terpadu tersebut
pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan daerah
terutama dalam upaya memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat
khususnya berkaitan dengan mempermudah dan mempercepat pengurusan izin.
Pada tahun 2008, seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bali telah memiliki peraturan
daerah serta melaksanakan pelayanan dalam satu atap, seperti ditampilkan pada
Tabel 4.
                                             Tabel 4
       Persentase Jumlah Kabupaten/Kota yang Memiliki Peraturan Daerah
                                      Pelayanan Satu Atap

 No    Kabupaten/       Dasar                   Bentuk                   Kewenangan             Cakupan
          Kota       Hukum/Tahun             Kelembagaan                                        Layanan
 1     Denpasar     Perda No.6/2007    Dinas Perizinan                Kewenangan penuh         79 Izin
                                                                      (Penandatangan Izin)

 2     Gianyar      Perda No.6/2008    Badan Pelayanan Perizinan      Kewenangan penuh         59 Izin
                                       Terpadu                        (Penandatangan Izin)

 3     Klungkung    Perda No.8/2008    Kantor Pelayanan Perizinan     Kewenangan penuh         60 Izin
                                       Terpadu                        (Penandatangan Izin)

 4     Buleleng     Perda No.4/2008    Kantor Pelayanan Terpadu       Kewenangan penuh         29 Izin
                                                                      (Penandatangan Izin)

 5     Karangasem   Perda No.7/2008    Kantor Pelayanan Perizinan     Kewenangan penuh         19 Izin
                                                                      (Penandatangan Izin)

 6     Jembrana     Perda No.9/2008    Kantor Pelayanan Perizinan     Kewenangan penuh         55 Izin
                                       Terpadu                        (Penandatangan Izin)

 7     Badung       Perda              Unit Pelayanan Terpadu         Kewenangan penuh         58 Izin
                    No.28/2008                                        (Penandatangan Izin)

 8     Bangli       Perda              Kantor Pelayanan Perizinan     Kewenangan penuh         70 Izin
                    No.11/2008                                        (Penandatangan Izin)

 9     Tabanan      Perda No.3/2008    Badan Penanaman Modal          Kewenangan penuh         15 Izin
                                       dan Perizinan Daerah           (Penandatangan Izin)

Sumber: Biro Pemerintahan Provinsi Bali, Tahun 2009.

         Secara spesifik dapat dijelaskan bahwa pelayanan satu atap di Kabupaten
Jembrana bergabung dengan Dinas Informasi, Pelayananan, Perhubungan dan
Data (Inyahud), sedangkan di Kabupaten Badung sebelum tahun 2008 berupa
Keputusan Bupati dengan                 wewenang terbatas hanya menerima berkas


                                                                                                      
                                                       Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan    13 
                                         Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 




permohonan, sedangkan pengeluaran ijin dilakukan oleh masing-masing instansi
yang berwenang. Namun, sejak tahun 2008 semuan kabupaten/kota lembaga
pelayanan terpadu/satu atap yang terdapat di seluruh kabupaten/kota di Provinsi
Bali berfungsi sesuai yang diharapkan dalam upaya meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat secara terpadu/satu atap. Hal ini mencerminkan kinerja
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang mengarah pada terciptanya pelayanan
publik yang prima dalam suatu sistem yang terintegrasi dalam rangka menciptakan
good governance.


c) Persentase instansi (SKPD) Provinsi yang memiliki pelaporan Wajar Tanpa
   Pengecualian (WTP)

       Opini Wajar Tanpa Pengecualian merupakan penghargaan tertinggi yang
diberikan terhadap laporan keuangan yang dibuat suatu lembaga, baik institusi
pemerintahan maupun korporasi. Selama tahun 2004 – 2009 laporan keuangan
Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali
tidak dilakukan audit secara khusus. Audit yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa
keuangan (BPK) adalah secara menyuluruh terhadap Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Provinsi Bali, dan tidak memberikan opini terhadap laporan
keuangan SKPD. Oleh karena itu, tidak diketahui SKPD yang memiliki pelaporan
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Seperti misalnya pada tahun 2009, dari 45
SKPD yang diaudit terdapat 15 SKPD yang laporan keuangannya memerlukan
penjelasan tambahan/perbaikan atau konfirmasi. Apabila diasumsikan bahwa SKPD
yang laporan keuangannya tidak memerlukan penjelasan tambahan dapat
dikatakan laporannya Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), berarti persentase SKPD
demikian di Provinsi Bali pada tahun 2009 adalah sebanyak 67 persen.


B.2.2 Demokrasi
1) Indek Pembangunan Gender
       Indek Pembangunan Gender atau Gender Development Index (GDI)
adalah indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan manusia yang sama
seperti IPM dengan memperhitungkan ketimpangan gender. IPG dapat digunakan
untuk mengetahui kesenjangan pembangunan manusia antara laki-laki dan
perempuan. Kesetaraan gender terjadi apabila nilai IPM sama dengan IPG. Gender
Development Index (GDI) mengukur kesenjangan gender dilihat dari beberapa
komponen seperti umur harapan hidup (UHH) laki-laki dan perempuan, pendidikan

                                                                                              
                                               Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan    14 
                                 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 




terutama dilihat dari angka melek aksara dan rata-rata lama sekolah, serta aspek
ekonomi terutama proporsi tenaga kerja.
       Data penghitungan GDI yang dilakukan oleh Departemen Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak yang tersedia adalah untuk tahun 2005 – 2008,
seperti yang ditampilkan pada Gambar 3. Selama periode tersebut angka GDI
Provinsi Bali menunjukkan kecenderungan meningkat. Kondisi ini mencerminkan
bahwa kesenjangan gender dalam pembangunan di Bali terutama dalam hal umur
harapan hidup, angka melek aksara dan rata-rata lama sekolah serta dalam bidang
ekonomi lebih kecil menunjukkan kondisi yang membaik pada periode tersebut.
       Keberhasilan dari berbagai bidang pembangunan, khususnya pendidikan,
kesehatan, ekonomi, politik, dan pengambilan keputusan selanjutnya turut
menurunkan kesenjangan pencapaian pembangunan antara perempuan dan laki-
laki yang ditandai oleh meningkatnya angka Indeks Pembangunan Gender (IPG)
atau Gender-related Development Index (GDI) dan Indeks Pemberdayaan Gender
(Gender Empowerment Measurement, GEM).
       Dari segi pendidikan, persentase lulusan dengan jenis kelamin perempuan
pada berbagai jenjang pendidikan secara rata-rata telah mengalami peningkatan
dari tahun 2005 – 2009, seperti yang ditampilkan pada Tabel 5. Pada tingkat SD
persentasenya cederung stabil, namun pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi
lainnya cenderung meningkat.
                                       Tabel 5
Persentase Lulusan dengan Jenis Kelamin Perempuan pada Berbagai Jenjang
                Pendidikan di Provinsi Bali, Tahun 2004 - 2009

    Tahun         SD*          SMP*              SMA*                PT**            Rata-rata
    2004         48,82         46,19             45,27              42,54              45,70
    2005         48,04         47,60             44,88              44,10              46,16
    2006         48,57         47,07             45,94              43,42              46,25
    2007         48,74         46,90             45,83              43,28              46,19
    2008         48,28         46,94             45,92              44,13              46,32
    2009         48,74         49,36             49,19              45,42              48,18
Sumber : Bali Membangunan Tahun 2009 (diolah)
Keterangan: * Lulusan negeri dan swasta
            ** Hanya lulusan Perguruan Tinggi (PT) Negeri


       Kondisi capaian indeks pembangunan gender di Provinsi Bali selama tahun
2005 – 2009 cenderung meningkat seperti tampak pada Gambar 3.                                Hal ini
menunjukkan bahwa upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi kesenjangan

                                                                                                
                                               Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan      15 
                                 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 




gender di Provinsi Bali nampaknya sudah cukup relevan dengan Visi pembangunan
pemberdayaan perempuan yang bertujuan untuk mencapai Kesetaraan dan
Keadilan Gender (KKG) dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Peningkatan indeks pembangunan gender sangat didukung oleh
indikator pembangunan yang sangat penting dalam peningkatan                       kesejahteraan
masyarakat, yaitu peningkatan pendidikan. Selama tahun 2005 sampai dengan
tahun 2009 terdapat hubungan yang positif antara persentase lulusan kaum
perempuan dengan indeks pembangunan gender.
                                        Gambar 3
      Indeks Pembangunan Gender di Provinsi Bali, Tahun 2005 - 2008

                        Indeks Pembangunan Gender dan
                         Persentase Lulusan Perempuan
                        70,00


                        60,00


                        50,00


                        40,00


                        30,00
                                2005      2006      2007      2008       2009

                  GDI           64,30     66,00    66,00      67,08      68,03
                  L.Perempuan   46,16     46,25    46,19      46,32      48,18


2) Indeks Pemberdayaan Gender
      Indeks Pemberdayaan Gender atau Gender Empowerment Measures (GEM)
adalah indeks komposit yang mengukur peran aktif perempuan dalam kehidupan
ekonomi dan politik. Peran aktif perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik
mencakup partisipasi berpolitik, partisipasi ekonomi dan pengambilan keputusan
serta penguasaan sumber daya ekonomi atau keterlibatan perempuan dalam
pengambilan keputusan (misalnya sebagai anggota legeslatif, posisi managerial,
dan sumbangan terhadap perekonomian). Perkembangan GEM di Provinsi Bali dan
Indonesia selama tahun 2005 – 2008 ditampilkan pada Gambar 4.
      Dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 Indeks Pemberdayaan Gender
(GEM) di Provinsi Bali terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 Provinsi
Bali menduduki peringkat 10 dalam hal pemberdayaan gender, namun pada tahun
2006 Provinsi Bali menduduki peringkat 16 dari 33 provinsi. Meskipun demikian

                                                                                                
                                                 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan    16 
                                   Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 




pemberdayaan gender di Bali cukup menunjukkan hasil yang makin membaik. Hal
ini disebabkan karena pelaksanaan strategi pengarusutamaan gender (PUG) telah
digalakkan    secara      berkesinambungan        pada      setiap      program       dan     kegiatan
pembangunan baik di pemerintahan maupun di sektor swasta. Aplikasi PUG ini
dilaksanakan melalui pelatihan Teknik Analisis Gender bagi semua                            penyusun
program/kegiatan pembangunan dan ditindaklanjuti dengan penyusunan program/
kegiatan pembangunan yang responsive gender serta penyusunan gender buget.
Ini didukung pula dengan pembentukan kelembagaan berupa kelompok kerja
(Pokja) PUG dan Gender Focal Point pada setiap satuan kerja perangkat daerah
(SKPD). Indeks memberdayaan gender di Provinsi Bali mengalami peningkatan
dengan dibentuknya Badan Pemberdayaan Perempuan pada tahun 2007. Pada
tahun 2008 belanja langsung yang dikeluarkan untuk pemberdayaan perempuan
sebesar Rp 1, 79 milyard, dan belanja ini meningkat menjadi Rp 2,546 milyard pada
tahun 2009.
                                         Gambar 4
  Gender Empowerment Meassurement (GEM)di Provinsi Bali dan Nasional,
                                  Tahun 2005 – 2008

                                Indeks Pemberdayaan Gender
                          64

                          62

                          60

                          58

                          56

                          54

                          52
                                2005          2006           2007           2008

                   Bali         56,0           57,7          57,8            59,0
                   Nasional     59,7           61,3          61,8            62,7




B.3 Rekomendasi Kebijakan

1) Walaupun jumlah kasus korupsi mengalami penurunan pada tiga tahun terakhir,
   namun penegakannya perlu terus ditingkatkan serta waktu penanganannya
   perlu dipercepat sehingga tidak berlarut-larut. Kebijakan dengan melakukan


                                                                                                    
                                                     Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan    17 
                                       Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 




   penyidikan secara maraton terhadap kasus korupsi yang telah selesai tahapan
   auditnya dari BPKP, serta menambah personil penyidik untuk menangani kasus
   korupsi, perlu dipertahankan dan ditingkatkan.
2) Perlu konsistensi dan keseragaman nomenklatur bentuk lembaga pelayanan
   terpadu/satu atap, karena masing-masing daerah menggunakan nomenklatur
   berbeda (unit, badan, dinas, kantor) sehingga fungsi dan kewenangannya juga
   berbeda. Terhadap pilihan penyeragaman penggunaan nomenklatur, walaupun
   Permendagri No. 20 Tahun 2008 menentukan bentuknya berupa Badan
   Pelayanan Terpadu, namun perlu dicermati lebih mendalam karena bila
   berbentuk Badan, sifatnya hanya mengkoordinasikan saja.                     Sedangkan bila
   berbentuk Dinas, terlihat lebih efektif karena secara teknis dapat langsung
   menangani, namun dapat mempengaruhi kinerja perangkat daerah yang lain
   (dinas/badan/kantor/unit). Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,
   tingkat pendidikan aparat pemerintah perlu terus ditingkatkan kualitasnya,
   dengan mendorong agar aparat berpendidikan minimal S1 atau S2, serta
   mengirim mereka untuk menguasai bidang ketrampilan tertentu sesuai dengan
   perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).
3) Penghitungan GDI dan GEM di Bali perlu dilakukan setiap tahun. Hal ini penting
   untuk dapat mengetahui kemajuan pembangunan terutama yang terkait dengan
   kesetaraan dan keadilan gender di Bali.
4) Kebijakan pembangunan yang terkait dengan pengurangan kesenjangan gender
   dalam berbagai aspek pembangunan perlu terus digalakkan terutama melalui
   pengimplementasian strategi pengarusutamaan gender sehingga capaian GDI
   dan GEM di Bali menjadi lebih baik.


C. Agenda Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat

C.1 Indikator Kinerja
       Agenda meningkatkan kesejahteraan masyarakat diwujudkan dengan
sepuluh indikator, yaitu:
   1) Indeks Pembangungan Manusia (IPM)
   2) pendidikan,
   3) kesehatan,


                                                                                               
                                                Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan    18 
                                  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 




   4) keluarga berencana,
   5) ekonomi makro,
   6) investasi,
   7) infrastruktur,
   8) sektor pertanian,
   9) kehutanan, kelautan, dan
   10) kesejahteraan sosial.


C.2 Capaian Indikator
C.2.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
       Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development
Index memberikan suatu ukuran gabungan tiga dimensi tentang pembangunan
manusia: panjang umur dan menjalani hidup sehat (diukur dari usia harapan hidup),
pendidikan (diukur dari persentase penduduk usia sekolah atau lebih yang melek
huruf dan rata-rata lama sekolah) dan memiliki kemampuan ekonomi masyarakat
yang layak (diukur dari paritas daya beli atau Purchasing Power Parity = PPP).
Human Development Report (HDR) pertama yang dipublikasikan oleh United
Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 secara jelas
menekankan pesan utama yang dikandung oleh setiap laporan pembangunan
manusia baik di tingkat global, tingkat nasional maupun tingkat daerah, yaitu
pembangunan yang berpusat pada manusia, yang menempatkan manusia sebagai
tujuan akhir dari pembangunan, dan bukan sebagai alat bagi pembangunan. IPM
merupakan alat ukur kinerja pembangunan, atau secara spesifik merupakan alat
ukur kinerja dari pemerintahan suatu wilayah seperti negara, provinsi, bahkan juga
kabupaten/kota. Dalam kaitan ini IPM digunakan sebagai alat ukur kinerja
pembangunan provinsi dikaitkan dengan pembangunan secara nasional.
       Dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 IPM Provinsi Bali terus
mengalami peningkatan seperti yang ditampilkan pada Tabel 6.
       Sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 capaian IPM secara nasional
meningkat lebih cepat dibandingkan dengan IPM Bali. Oleh karena itu, maka
ranking capaian IPM Provinsi Bali pada tahun 2006 menurun dari nurutan ke-15
menjadi urutan ke-16 sampai dengan tahun 2008. Penurunan ranking IPM Provinsi
Bali juga pernah mengalami penurunan, yaitu dari urutan ke-10 tahun 2002 menjadi
urutan pada tahun 2004.



                                                                                               
                                                Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan    19 
                                  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 




                                      Tabel 6
            Perkembangan Capaian IPM Provinsi Bali dan Nasional

                                       Ranking IPM Bali
       Tahun          IPM Bali                                         IPM Nasional
                                       Di tingkat nasional
        2004            69,1                   15                            68,7
        2005            69,8                      15                         69,6
        2006            70,1                      16                         70,1
        2007            70,5                      16                         70,6
        2008            70,9                      16                         71,3
       2009*            71,4                       -                           -
     Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
               Provinsi Bali Tahun 2008 – 2013.
     Keterangan: * Hasil Estimasi IPM Provinsi Bali

       Penurunan ranking IPM Provinsi Bali             dalam urutan capaian IPM secara
nasional tidak lepas dari kontribusi masing-masing komponen yang mendukung
terbentuknya IPM, seperti pendapatan per kapita, angka melek huruf, dan umur
harapan hidup yang dicapai Provinsi dibandingkan dengan rata-rata nasional.
       Pertama, dilihat dari pendapatan per kapita secara nasional, tampak bahwa
pada perode 2004-2008 menunjukkan peningkatan yang sangat pesat, dari Rp.10,6
juta tahun 2004, meningkat menjadi Rp. 22,31 juta pada tahun 2009. Sementara itu,
pendapatan per kapita penduduk di Provinsi Bali mengalami peningkatan dari Rp.
8,53 juta pada tahun 2004, menjadi Rp. 16,21 juta pada tahun 2009.
       Kedua, ditinjau dari angka melek huruf penduduk umur 15 tahun ke atas
secara nasional menunjukkan kecenderungan peningkatan dari 90,4 persen pada
tahun 2004 menjadi 92,4 persen pada tahun 2009. Pada pihak lain, angka melek
huruf (AMH) penduduk umur 15 tahun ke atas di Provinsi Bali, hanya meningkat dari
85,52 persen pada tahun 2004, menjadi 88,04 persen pada tahun 2009.
       Ketiga, ditinjau dari umur harapan hidup secara nasional menunjukkan
adanya kecenderungan peningkatan dari 67,6 tahun pada tahun 2004, menjadi 70,7
tahun pada tahun 2009. Sementara itu, usia harapan hidup (UHH) penduduk di
Provinsi Bali juga menunjukkan kecenderungan meningkat dari 70,2 tahun pada
tahun 2004 menjadi 72,4 tahun pada tahun 2009.
       Capaian IPM Provinsi Bali dan IPM Nasional                 seperti yang ditampilkan
Tabel 4 dapat disajikan pada Gambar 5. Apabila diperhatikan Gambar 5 terlihat


                                                                                               
                                                Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan    20 
                                  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 




bahwa IPM Provinsi Bali yang pada tahun 2004 dan tahun 2005 lebih tinggi dari IPM
nasional ternyata posisinya menurun. Hal ini tidak lepas dari perkembangan ketiga
komponen pembentuk IPM seperti di atas, tampak bahwa secara nasional dua
komponen, yaitu pendapatan per kapita dan angka melek huruf memiliki nilai
capaian yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang dicapai oleh Provinsi Bali.
Provinsi Bali hanya unggul pada capaian umur harapan hidup. Kinerja
perekonomian Bali yang digambarkan oleh pencapaian pendapatan per kapita yang
jauh ketinggalan dibandingkan dengan nasional. Hal ini terutama merupakan
dampak dari peristiwa Bom        Bali II yang menyebabkan menurunnya aktivitas
ekonomi di sektor pariwisata. Padahal di sisi lain, sektor pariwisata disebut sebagai
motor penggerak perekonomian Bali sebab sektor pariwisata dapat memberikan
imbas baik ke industri hulu (forward linkage) maupun ke industri hilir (backward
linkage). Selain itu, dilihat dari angka melek huruf tampaknya Provinsi Bali jauh
ketinggalan dibandingkan dengan capaian nasional. Hal ini menunjukkan bahwa
program “Kejar Paket I d an II” dan begitu pula program “Wajib Belajar 9 tahun”
yang dicanangkan oleh pemerintah belum sepenuhinya berhasil. Hal ini terkait oleh
banyaknya penduduk miskin yang ditemukan di daerah-daerah kabupaten seperti di
Kabupaten Buleleng, Karangasem, Bangli, dan Klungkung.
                                         Gambar 5
                 Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Bali,
                                 Tahun 2004 - 2008

                            Indeks Pembangunan Manusia
                    90

                    85

                    80

                    75

                    70

                    65

                    60
                         2004    2005       2006      2007      2008       2009

                   IPM    69,1    69,8      70,1      70,5       70,9       71,4

                   UHH    70,0    71,5      72,0      72,4       72,4       72,4

                   AMH    85,5    86,2      85,8      86,8       87,5       88,0


       Selanjutnya upaya yang terkait dengan peningkatan usia harapan hidup
dapat dilakukan melalui bina keluarga lanjut usia (lansia), dengan melakukan

                                                                                                
                                                 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan    21 
                                   Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 




pemeriksaan kesehatan dan gizi secara rutin terhadap para lansia. Di samping itu,
diketahui pula bahwa umur harapan hidup berbanding terbalik dengan angka
kematian bayi. Artinya untuk meningkatkan umur harapan hidup, maka angka
kematian bayi harus diturunkan melalui berbagai cara seperti kegiatan pemeriksaan
bayi secara rutin, ditimbang berat badannya, diberikan imunisasi lengkap, maupun
pemberian ASI eksklusif. Dalam hal ini termasuk pula pemeriksaan kehamilan dan
imunisasi ibu hamil. Untuk menghindari biaya yang mahal, maka kegiatan tersebut
dapat dilakukan melalui Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), yang selama ini telah
dikenal keberhasilannya.


C.2.2 Pendidikan
        Untuk mengevaluasi kinerja pembangunan daerah dalam bidang pendidikan
dalam hal ini dilihat dari 10 indikator, yaitu:
    1) Angka Partisipasi Murni Tingkat SD
    2) Angka Partisipasi Kasar Tingkat SD
    3) Rata-Rata Nilai Akhir Tingkat SMP
    4) Rata-Rata Nilai Akhir Tingkat Sekolah Menengah
    5) Angka Putus Sekolah Tingkat SD
    6) Angka Putus Sekolah Tingkat SMP
    7) Angka Putus Sekolah Tingkat Sekolah Menengah
    8) Angka Melek Huruf
    9) Persentase Guru Layak Mengajar Terhadap Guru Seluruhnya Tingkat SMP
    10) Persentase Guru Layak Mengajar Terhadap Guru Seluruhnya Tingkat
        Sekolah Menengah.


1) Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah Dasar
          Angka partisipasi murni (APM) yang diterjemahkan dari Net Enrolment
ratio (NER) merupakan proporsi anak sekolah pada suatu kelompok umur tertentu
yang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan kelompok umurnya,
untuk SD adalaah 7 – 12 tahun. Rata-rata APM SD Provinsi Bali selama tahun 2004
– 2009 mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2006. Jika dibandingkan dengan
APM SD tingkat nasional rata-rata APM Bali masih di atas rata-rata nasional.
        Berdasarkan Gambar 6 tercermin bahwa angka partisipasi murni (APM) SD
di Provinsi Bali meskipun pernah mengalami penurunan dari tahun 2004 ke tahun

                                                                                                   
                                                    Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan    22 
                                      Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 




2005 dan 2006, namun menunjukkan kecenderungan yang meningkat selama
periode tahun 2004 – 2009. Hal ini menggambarkan bahwa semakin sedikit jumlah
anak-anak yang berusia dari 7 -12 yang tidak mengikuti pendidikan pada jenjang
SD. Peningkatan APM SD tidak lepas dari peningkatan pendapatan perkapita
penduduk yang dicerminkan oleh Indeks Pendapatan Per Kapita (IPPK) dengan
harga konstan tahun 2000, meningkatnya jumlah peserta didik Taman Kanak-kanak
(IJSTK, Indeks jumlah siswa taman kanak-kanak tahun 2004 100), keberadaan
sekolah yang mudah dijangkau oleh masyarakat, tersedianya berbagai subsidi dan
bantuan pendidikan sehingga meringankan beban orang tua siswa, dan
meningkatnya soft skill dan hard skill para pendidik yang menyebabkan iklim proses
belajar mengajar menjadi lebih baik anak-anak usia SD tertarik dan betah untuk
belajar di sekolah.


                                                Gambar 6
        Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah Dasar di Provinsi Bali,
                                     Tahun 2004 – 2009


                         Angka Partisipasi Murni (APM) SD serta
                                Indikator Pendukungnya
                  130,0

                  125,0

                  120,0

                  115,0

                  110,0

                  105,0

                  100,0

                      95,0

                      90,0
                             2004     2005       2006       2007       2008       2009

                 APM SD      96,2      96,0      95,9       96,6       97,9       98,3
                 IJSTK       100,0    109,3     109,6       115,3     118,4       122,6
                 IPPK        100,0    104,7     108,7       113,6     119,1       124,2




2) Angka Partisipasi Kasar (APK) Sekolah Dasar
       Angka partisipasi kasar (APK), indikator ini mengukur proporsi anak sekolah
pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai dengan
jenjang pendidikan tersebut. APK memberikan gambaran secara umum tentang

                                                                                                     
                                                      Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan    23 
                                        Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 




banyaknya anak yg sedang/telah menerima pendidikan pada jenjang tertentu. APK
SD, diperoleh dengan membagi jumlah murid SD dengan penduduk yang berusia 7-
12 tahun. Indikator ini digunakan untuk mengetahui besarnya tingkat partisipasi
sekolah (kotor) adalah jumlah penduduk pada jenjang pendidikan SD. Seperti yang
ditampilkan pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa APK SD di Provinsi Bali selama
tahun 2004 – 2009 lebih tinggi dari 100. Hal ini menunjukkan bahwa cukup banyak
anak-anak yang berumur kurang dari 7 tahun atau berumur lebih dari 12 tahun yang
ikut pada program pendidikan pada jenjang SD.

                                         Gambar 7
                 Angka Partisipasi Kasar (APK) Sekolah Dasar
                        di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009

                       Angka Partisipasi Kasar (APK) SD serta
                             Indikator Pendukungnya
                130
                125
                120
                115
                110
                105
                100
                 95
                 90
                         2004    2005       2006        2007       2008        2009

              APK SD    109,84   107,14    108,22      113,61      114,09     127,28

              JSD        100,0   101,0      100,7       100,9      102,1       101,8
              JGSD       100,0   101,8      102,2       103,9      107,1       109,0




       Berdasarkan Gambar 7 dapat dijelaskan meskipun APK SD di Provinsi Bali
cukup berfluktuasi, namun memiliki kecenderungan meningkat dari tahun 2004 ke
tahun 2009. Hal ini tidak lepas dari dukungan pihak orang tua yang menyekolahkan
anaknya lebih dini karena dukungan faktor ekonomi anak-anak pada usia dini
secara phisik cepat besar, dan secara psikologi sudah siap mengikuti pendidikan di
sekolah dasar, jumlah sekolah dasar (JSD) yang meningkat serta keberadaan
sekolah di Provinsi Bali yang mudah dijangkau oleh masyarat. Meningkatnya jumlah
guru SD (JGSD) juga dapat berdampak meningkatnya APK SD, karena semakin



                                                                                                 
                                                  Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan    24 
                                    Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 




banyak guru di masyarakat, secara psikologis juga akan mendorong meningkatnya
parstisipasi anak-anak bersekolah.


3) Rata-rata Nilai Akhir SMP/MTs
        Rata-rata nilai akhir menjadi salah satu indikator untuk menentukan tingkat
kualitas sumber daya manusia. Idealnya semakin berkembangnya waktu semakin
tinggi rata-rata nilai akhir pada setiap jenjang pendidikan di suatu daerah, dan
berarti semakin baik tingkat kualitas sumber daya manusia yang ada di daerah
tersebut.
                                              Gambar 8
         Rata-rata Nilai Akhir SMP/MTs Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009
                    Nilai Rata-rata SMP dan Indikator Pendukungnya
                       18,0
                       16,0
                       14,0
                       12,0
                       10,0
                         8,0
                         6,0
                         4,0
                         2,0
                         0,0
                                 2004    2005        2006       2007        2008      2009

                  Nilai Rata2    4,80       5,81      5,81       5,81       6,29      6,73
                  Rasio MG       16,67   13,08       12,22      13,57      13,04      12,26


        Gambar 8 memperlihatkan bahwa selama periode 2004 – 2009 rata-rata
nilai   akhir   jenjang        pendidikan     SMP/MTs          di       Provinsi    Bali      menunjukkan
kecenderungan yang meningkat. Di Provinsi Bali peningkatan terjadi dari 4,80 pada
tahun 2004 menjadi 6,73 pada tahun 2009. Adanya peningkatan rata-rata nilai akhir
jenjang pendidikan SMP/MTs di Provinsi Bali mencerminkan adanya peningkatan
kualitas sumberdaya manusia di Provinsi Bali.                    Peningkatan itu tidak lepas dari
peningkatan kualitas proses belajar mengajar di Indonesia, khususnya pada jenjang
SMP/MTs, yang antara lain dengan menurunnya berlawanan dengan rasio murid
(siswa) dengan jumlah guru SLTP, sehingga kosentrasi mengajar guru lebih terarah.
        Pada Gambar 8 juga dapat dilihat bahwa selama tiga tahun, yaitu tahun
2005 – 2007 rata-rata nilai akhir jenjang pendidikan SMP/MTs di Provinsi Bali tidak
mengalami perubahan atau stagnan. Meskipun demikian angka rata-rata nilai akhir


                                                                                                         
                                                          Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan    25 
                                            Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 




jenjang pendidikan SMP/MTs di Provinsi Bali mempunyai kecenderungan yang
meningkat selama periode 2004 – 2009.


4) Rata-rata Nilai Akhir SMA/SMK/MA
       Di samping rata-rata nilai akhir jenjang pendidikan SMP/MTs, kualitas
sumberdaya manusia pada suatu wilayah juga dicerminkan oleh rata-rata nilai akhir
jenjang pendidikan SMA/SMK/MA, terutama untuk SMK yang diharapkan dapat
tertampung dalam pasar kerja setelah mereka tamat sekolah. Secara umum, rata-
rata nilai akhir SMA/SMK/MA nampak lebih tinggi dari nilai rata-rata SMP/MTs.
Secara lengkap rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA Provinsi Bali disajikan pada
Gambar 9.
                                         Gambar 9
               Rata-rata Nilai Akhir SMA/SMK/MA di Provinsi Bali,
                                  Tahun 2004 – 2009

                             Nilai Rata-rata SMA/SMK/MA
                 13,0
                 12,0
                 11,0
                 10,0
                  9,0
                  8,0
                  7,0
                  6,0
                  5,0
                  4,0
                  3,0
                          2004    2005       2006         2007          2008        2009
            Nilai Rata2   4,62    6,23        6,57         6,68         6,69         7,34
            Rasio MG      11,84   11,28      11,22        12,04         11,24       11,19
                                                                                                 
       Berdasarkan Gambar 9 dapat dilihat bahwa dari tahun 2004 ke tahun 2005
rata-rata nilai akhir anak SMA/SMK/MA di Provinsi Bali meningkat tajam, yaitu dari
4,62 ke 6,23. Kondisi ini menyebabkan rata-rata nilai akhir anak SMA/SMK/MA
sejak tahun 2005 melebihi rata-rata nilai nasional. Hal ini menggambarkan bahwa
selama empat tahun terakhir pembangunan pendidikan di provinsi Bali telah mampu
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Ini berarti pembangunan pendidikan
di Provinsi Bali relevan dengan salah satu tujuan pembangunan nasional yakni
meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Peningkatan rata-rata nilai

                                                                                                 
                                                  Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan        26 
                                    Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 




akhir anak SMA/SMK/MA di Provinsi Bali tersebut tidak lepas dari adanya kebijakan
pemerintah   secara        umum     dan     pemerintah         Bali    khususnya         dalam        upaya
meningkatkan kualitas pendidikan melalui berbagai cara antara lain memberikan les
pelajaran di luar sekolah dan pemberian berbagai latihan soal-soal ujian sebelum
menempuh ujian nasional.

5) Angka Putus Sekolah Dasar
       Angka putus sekolah pada suatu daerah juga merupakan salah satu cermin
keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan. Angka putus sekolah dasar
adalah rasio antara jumlah anak yang tidak melanjutkan sekolah dengan jumlah
anak usia sekolah           dasar, yaitu 7 – 12 tahun. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi tinggi rendahnya angka putus sekolah diantaranya adalah faktor
kemiskinan ekonomi, geografis dan rendahnya pemahaman penduduk terhadap
pentingnya pendidikan. Persentase putus sekolah SD di Bali selama periode lima
tahun terakhir seperti tergambar pada Gambar 10.
                                           Gambar 10
         Angka Putus Sekolah SD di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009

                          Angka Putus Sekolah Dasar dan Indikator
                                      Pendukungnya
                7,00

                6,00

                5,00

                4,00

                3,00

                2,00

                1,00

                      -
                             2004    2005          2006       2007        2008       2009
              APS SD         1,66     1,51         2,20        2,37       1,00        0,88
              P.Ek.          5,07     5,56         5,28        5,92       5,97        5,33




       Berdasarkan         Gambar 10 dapat dilihat bahwa persentase putus sekolah
tingkat SD di Bali        selama tahun 2004-2009              sangat berfluktuasi. Angka putus
sekolah pada tingkat sekolah dasar mengalami peningkatan yang signifikan dari


                                                                                                       
                                                        Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan     27 
                                          Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 




tahun 2005 ke tahun 2006 dan 2007 tidak lepas dari kondisi perekonomian yang
dicerminkan oleh pertumbuhan ekonomi (P.Ek) di Provinsi Bali. Dengan terjadinya
tragedi bom Bali II, perekonomian Bali sedikit lesu yang merambah sampai ke
pedesaan, menyebabkan anak-anak usia SD banyak yang tidak sekolah. Meskipun
demikian, pada tahun 2008 persentase DO mengalami penurunan yang cukup
drastis baik pada jenjang SD, SMP maupun SMA. Kondisi ini mencerminkan bahwa
program yang ditujukan untuk mengatasi drop out yang dilakukan oleh pemerintah
provinsi Bali pada tahun 2008 dapat dikatakan cukup berhasil.
       Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk menurunkan angka putus
sekolah seperti pemberian bea siswa baik oleh pemerintah maupun swasta, sekolah
satu atap dan lain-lain. Di Bali program seperti ini nampaknya cukup memberikan
manfaat untuk penurunan angka putus sekolah, terbukti persentase angka putus
sekolah SD pada tahun 2008 menurun drastis dibandingkan tahun 2007 yakni dari
2,37 persen menjadi 1,00 persen, dan terus menurun menjadi 0,88 persen pada
tahun 2009.

6) Angka Putus SMP/MTs.
       Semakin tinggi jenjang pendidikan biasanya semakin sedikit jumlah fasilitas
pendidikan yang tersedia, disamping itu ada kecenderungan semakin tinggi jenjang
pendidikan semakin tinggi pula biaya yang diperlukan. Hal ini seringkali menjadi
faktor penyebab terjadinya putus sekolah dikalangan siswa SMP/SMA. Di Provinsi
Bali anak-anak SMP/MTs yang putus sekolah lima tahun belakangan ini secara
umum persentasenya lebih tinggi dari angka putus sekolah jenjang pendidikan SD
kecuali tahun 2005. Persentase putus sekolah jenjang pendidikan SMP/MTs di Bali
selama lima tahun terakhir seperti tertera pada Gambar 11.
       Pada Gambar 11 nampak bahwa dari tahun 2004 ke tahun 2005 terjadi
penurunan persentase putus sekolah SMP/MTs yang cukup tajam yakni dari 4,71
persen menjadi 0,18 persen. Demikian juga dua tahun terakhir yakni tahun 2007
dan 2008 terjadi perubahan persentase angka putus sekolah yang cukup drastis di
tingkat SMP/MTs di Bali. Kondisi ini menunjukkan bahwa pada tahun 2008 Provinsi
Bali telah berhasil menurunkan angka putus sekolah SMP/MTs. Gambar 11 juga
menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi
dengan angka putus sekolah SMP/MTs. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi
pertumbuhan ekonomi, semakin menurun angka putus sekolah di Provinsi Bali.



                                                                                               
                                                Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan    28 
                                  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 




7) Angka Putus Sekolah Menengah Atas
       Pada periode lima tahun terakhir angka putus sekolah di jenjang pendidikan
SMA/SMK/MA di Provinsi Bali menunjukkan angka yang bervariasi, hal ini seperti
tampak pada Gambar 11.        Pada Gambar 11 tersirat bahwa persentase putus
sekolah SMA/SMK/MA di Bali        paling tinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu 3,17
persen, kondisi ini kemudian mengalami penurunan yang cukup drastis pada tahun
2008 yang hanya mencapai angka 0,4 persen. Jika dibandingkan dengan kondisi
nasional angka putus sekolah di Bali masih jauh lebih rendah. Gambar 11 juga
menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi
dengan angka putus sekolah SMA/SMA/MA. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi
pertumbuhan ekonomi, semakin menurun angka putus sekolah di Provinsi Bali.
       Pemerintah Provinsi bali telah mampu menurunkan angka putus sekolah
secara drastis tahun 2008 baik di SMP maupun SMA. Penurunan ini disebabkan
karena adanya program pemberian bea siswa bagi anak kurang mampu baik oleh
pemerintah maupun swasta, pemberian dana BOS, dan pendirian sekolah satu atap
di daerah-daerah rawan putus sekolah seperti daerah miskin dan daerah terpencil.
Hal ini berarti penanganan angka putus sekolah di Bali cukup relevan dengan
pembangunan pendidikan di Indonesia.
                                          Gambar 11
                   Angka Putus Sekolah SMP/MTs di Provinsi Bali,
                                    Tahun 2004 - 2009

                 Angka Putus Sekolah SMP/MTs dan SMA/SMK/MA

                  7,00
                  6,00

                  5,00
                  4,00
                  3,00
                  2,00

                  1,00
                       -
                           2004    2005      2006       2007      2008       2009

               APS SMP     3,30    3,00      2,48       2,21       0,33       0,19
               APS SMA     2,14    2,21      2,17       1,90       0,40       0,32
               P.Ek.       5,07    5,56      5,28       5,92       5,97       5,33
                                                                                          

                                                                                                
                                                 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan    29 
                                   Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 




8) Angka Melek Aksara 15 Tahun ke Atas
        Angka Melek Huruf (AMH) adalah persentase penduduk usia 15 tahun
keatas yang bisa membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana
dalam hidupnya sehari-hari. Kemampuan membaca dan menulis merupakan
kemampuan dasar bagi setiap orang untuk memperoleh berbagai informasi dan
pengetahuan terlebih pada era informasi global seperti sekarang ini. Informasi dari
angka    melek    huruf   adalah:   1)    mengukur        keberhasilan         program-program
pemberantasan buta huruf, terutama di daerah pedesaan,                         2) menunjukkan
kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai
media, dan 3) menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan
tertulis. Sehingga angka melek huruf dapat berdasarkan kabupaten mencerminkan
potensi perkembangan intelektual sekaligus kontribusi terhadap pembangunan
daerah. Keberhasilan meningkatkan angka melek huruf tergantung juga dengan
tingkat pendapatan masyarakat untuk mengakses pendidikan, seperti                               yang
dilaporkan dalam World Development Report 2000/2001 tentang Attacking Poverty,
disamping juga pelayanan yang diberikan oleh pemerintah/swasta berkaitan dengan
peningkatan pendidikan, khususnya mengentasan buta aksara. Angka melek aksara
15 tahun ke atas di Provinsi Bali seperti tertera pada Gambar 12.

                                        Gambar 12
                 Angka Melek Aksara Penduduk 15 Tahun ke Atas
                          di Provinsi Bali, Tahun 2004 - 2009

                    Angka Melek Huruf dan Indikator Pendukungnya
           130,00

           120,00

           110,00

           100,00

            90,00

            80,00

            70,00
                       2004     2005      2006         2007        2008        2009

              AMH      85,52    86,21     85,79       86,75        87,53       88,04
              IPPK     100,0    104,7     108,7       113,6        119,1       124,2
                                                                                             


                                                                                                 
                                                  Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan    30 
                                    Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 




       Gambar 12 menunjukkan bahwa              selama periode lima tahun terakhir
persentase melek aksara penduduk 15 tahun ke atas di Bali secara umum
menunjukkan kenaikan kecuali tahun 2006 persentasenya sedikit menurun
dibandingkan tahun 2005. Selanjutnya tahun 2007 dan 2008 mengalami kenaikan
lebih dari 1 persen. Perbaikan kondisi ini disebabkan karena meningkatnya tingkat
pendapatan perkapita masyarakat (IPPK) serta adanya program keaksaraan
fungsional yang telah digalakkan oleh pemerintah baik melalui lembaga formal
maupun non formal seperti pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) yang ada di
masing-masing Kabupaten, dan juga indeks perkembangan pendapatan per kapita
masyarakat (IPPK) Namun demikian, jika dibandingkan dengan kondisi nasional,
persentase penduduk melek aksara di Bali masih lebih rendah. Ini berarti program
pemberantasan buta aksara melaui kegiatan keaksaraan fungsional (KF) di Bali
masih belum maksimal dan perlu terus digalakkan.

9) Persentase Jumlah Guru yang Layak Mengajar Sekolah Menengah Pertama
       Salah satu faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan adalah ketersediaan
guru yang layak. Kelayakan guru meliputi kopetensinya serta relevansi keahliannya
dengan bidang studi yang diajar. Sesuai dengan UU. No. 15 Tahun 2006 tentang
guru dan dosen, salah satu indikator pengukur kelayakan guru adalah
berpendidikan S1 dan tersertifikasi. Di Bali persentase guru yang layak mengajar
pada periode 2004-2009 ditampilkan pada Gambar 13.
       Berdasarkan Gambar 13       dapat dilihat bahwa di Bali selama lima tahun
terakhir jumlah guru yang mengajar di SMP/MTs meningkat pada tahun 2009
sebesar 62,1 persen dibandingkan dengan tahun 2004, yang dilihat dari indeks
peningkatan jumlah guru (IPJG). Peningkatan jumlah guru tersebut juga disertai
dengan peningkatan kualitas guru mengajar, yang ditunjukkan oleh persentase guru
yang layak mengajar di SMP mengalami peningkatan yang cukup signifikan setiap
tahun. Ini berarti upaya peningkatan kualitas pendidikan melalui kelayakan guru di
Bali cukup relevan dengan tujuan pembangunan nasional. Hal ini disebabkan
karena adanya kebijakan pemerintah memberikan kesempatan yang luas bagi guru
untuk mengikuti pendidikan Sarjana (S1) bagi guru yang belum memiliki ijasah S1
sebagai persyaratan untuk mengikuti uji sertifikasi, dan memberikan kesempatan
untuk mengikuti kegiatan lain seperti seminar, loka karya dan lain-lain yang terkait
dengan persyaratan sertifikasi. Dengan semakin meningkatnya jumlah guru yang
sudah tersertifikasi, berarti upaya peningkatan kualitas pendidikan melalui
kelayakan guru di Bali cukup relevan dengan tujuan pembangunan nasional.


                                                                                               
                                                Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan    31 
                                  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

More Related Content

What's hot

Laporan pkl di bengkel lestari jalan mr. iskandar blora
Laporan pkl di bengkel lestari jalan mr. iskandar bloraLaporan pkl di bengkel lestari jalan mr. iskandar blora
Laporan pkl di bengkel lestari jalan mr. iskandar bloraToko234Kunduran
 
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.Oswar Mungkasa
 
Laporan pkl di bengkel lestari jalan mr. iskandar blora fix
Laporan pkl di bengkel lestari jalan mr. iskandar blora fixLaporan pkl di bengkel lestari jalan mr. iskandar blora fix
Laporan pkl di bengkel lestari jalan mr. iskandar blora fixToko234Kunduran
 
Buku Saku Pembangunan Permukiman dan Perumahan
Buku Saku Pembangunan Permukiman dan Perumahan Buku Saku Pembangunan Permukiman dan Perumahan
Buku Saku Pembangunan Permukiman dan Perumahan Oswar Mungkasa
 
Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Maret 2012
Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Maret 2012Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Maret 2012
Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Maret 2012Oswar Mungkasa
 
Laporan pkl aditya xii amp 2
Laporan pkl aditya xii amp 2Laporan pkl aditya xii amp 2
Laporan pkl aditya xii amp 2Toko234Kunduran
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRATLaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRATEKPD
 
Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...
Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...
Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...National Cheng Kung University
 
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...Oswar Mungkasa
 
Halaman pengesahan
Halaman pengesahanHalaman pengesahan
Halaman pengesahanAdul Imau
 
Laporan pkl di andi garden kabupaten blora (amp) revisi kelompok 2
Laporan pkl di andi garden kabupaten blora (amp) revisi kelompok 2Laporan pkl di andi garden kabupaten blora (amp) revisi kelompok 2
Laporan pkl di andi garden kabupaten blora (amp) revisi kelompok 2Toko234Kunduran
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNP
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNPLaporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNP
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNPEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNG
Laporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNGLaporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNG
Laporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNGEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNAND
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNANDLaporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNAND
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNANDEKPD
 
Laporan tahunan
Laporan tahunanLaporan tahunan
Laporan tahunanPaul Aurel
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILALaporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILAEKPD
 
Yuniza Puspita Nur 'Aini
Yuniza Puspita Nur 'AiniYuniza Puspita Nur 'Aini
Yuniza Puspita Nur 'AiniYunizaIcha
 
1. rdtr canduang
1. rdtr canduang1. rdtr canduang
1. rdtr canduanganginlembah
 
Laporan Akhir EKPD 2006 DIY - UGM
Laporan Akhir EKPD 2006 DIY - UGMLaporan Akhir EKPD 2006 DIY - UGM
Laporan Akhir EKPD 2006 DIY - UGMEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 09 DKI Jakarta - UI
Laporan Akhir EKPD 09 DKI Jakarta - UILaporan Akhir EKPD 09 DKI Jakarta - UI
Laporan Akhir EKPD 09 DKI Jakarta - UIEKPD
 

What's hot (20)

Laporan pkl di bengkel lestari jalan mr. iskandar blora
Laporan pkl di bengkel lestari jalan mr. iskandar bloraLaporan pkl di bengkel lestari jalan mr. iskandar blora
Laporan pkl di bengkel lestari jalan mr. iskandar blora
 
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.
 
Laporan pkl di bengkel lestari jalan mr. iskandar blora fix
Laporan pkl di bengkel lestari jalan mr. iskandar blora fixLaporan pkl di bengkel lestari jalan mr. iskandar blora fix
Laporan pkl di bengkel lestari jalan mr. iskandar blora fix
 
Buku Saku Pembangunan Permukiman dan Perumahan
Buku Saku Pembangunan Permukiman dan Perumahan Buku Saku Pembangunan Permukiman dan Perumahan
Buku Saku Pembangunan Permukiman dan Perumahan
 
Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Maret 2012
Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Maret 2012Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Maret 2012
Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Maret 2012
 
Laporan pkl aditya xii amp 2
Laporan pkl aditya xii amp 2Laporan pkl aditya xii amp 2
Laporan pkl aditya xii amp 2
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRATLaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
 
Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...
Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...
Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...
 
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
 
Halaman pengesahan
Halaman pengesahanHalaman pengesahan
Halaman pengesahan
 
Laporan pkl di andi garden kabupaten blora (amp) revisi kelompok 2
Laporan pkl di andi garden kabupaten blora (amp) revisi kelompok 2Laporan pkl di andi garden kabupaten blora (amp) revisi kelompok 2
Laporan pkl di andi garden kabupaten blora (amp) revisi kelompok 2
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNP
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNPLaporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNP
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNP
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNG
Laporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNGLaporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNG
Laporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNG
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNAND
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNANDLaporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNAND
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNAND
 
Laporan tahunan
Laporan tahunanLaporan tahunan
Laporan tahunan
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILALaporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
 
Yuniza Puspita Nur 'Aini
Yuniza Puspita Nur 'AiniYuniza Puspita Nur 'Aini
Yuniza Puspita Nur 'Aini
 
1. rdtr canduang
1. rdtr canduang1. rdtr canduang
1. rdtr canduang
 
Laporan Akhir EKPD 2006 DIY - UGM
Laporan Akhir EKPD 2006 DIY - UGMLaporan Akhir EKPD 2006 DIY - UGM
Laporan Akhir EKPD 2006 DIY - UGM
 
Laporan Akhir EKPD 09 DKI Jakarta - UI
Laporan Akhir EKPD 09 DKI Jakarta - UILaporan Akhir EKPD 09 DKI Jakarta - UI
Laporan Akhir EKPD 09 DKI Jakarta - UI
 

Viewers also liked

HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA TIMUR
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA TIMURHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA TIMUR
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA TIMUREKPD
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI BENGKULU
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI BENGKULUHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI BENGKULU
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI BENGKULUEKPD
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA TENGAH
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA TENGAHHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA TENGAH
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA TENGAHEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan RiauEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. YogyakartaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. YogyakartaEKPD
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SUMATERA SELATAN
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SUMATERA SELATANHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SUMATERA SELATAN
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SUMATERA SELATANEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahEKPD
 
HASIL EVALUASI KINARJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI NTT
HASIL EVALUASI KINARJAPEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI NTTHASIL EVALUASI KINARJAPEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI NTT
HASIL EVALUASI KINARJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI NTTEKPD
 

Viewers also liked (8)

HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA TIMUR
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA TIMURHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA TIMUR
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA TIMUR
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI BENGKULU
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI BENGKULUHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI BENGKULU
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI BENGKULU
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA TENGAH
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA TENGAHHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA TENGAH
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA TENGAH
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. YogyakartaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SUMATERA SELATAN
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SUMATERA SELATANHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SUMATERA SELATAN
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SUMATERA SELATAN
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
 
HASIL EVALUASI KINARJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI NTT
HASIL EVALUASI KINARJAPEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI NTTHASIL EVALUASI KINARJAPEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI NTT
HASIL EVALUASI KINARJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI NTT
 

Similar to Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...
Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...
Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...Oswar Mungkasa
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUDLaporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUDEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNMLaporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNMEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - UnpattiLaporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - UnpattiEKPD
 
Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR
Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPARLaporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR
Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAREKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTALaporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTAEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - Unand
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - UnandLaporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - Unand
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - UnandEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalteng - UNPAR
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalteng - UNPARLaporan Akhir EKPD 2010 - Kalteng - UNPAR
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalteng - UNPAREKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - UnhalLaporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - UnhalEKPD
 
Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di KalimantanKajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di KalimantanBidang ANDROIDA-Puslatbang KDOD LAN
 
Memori Akhir Jabatan Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumah...
Memori Akhir Jabatan Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumah...Memori Akhir Jabatan Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumah...
Memori Akhir Jabatan Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumah...Oswar Mungkasa
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Babel - UBB
Laporan Akhir EKPD 2010 - Babel - UBBLaporan Akhir EKPD 2010 - Babel - UBB
Laporan Akhir EKPD 2010 - Babel - UBBEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMUL
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMULLaporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMUL
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMULEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAM
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAMLaporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAM
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAMEKPD
 
RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012
RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012
RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012Mellianae Merkusi
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCENLaporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCENEKPD
 
Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG
Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNGLaporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG
Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNGEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNM
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNMLaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNM
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNMEKPD
 
LAPORAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN ...
LAPORAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN ...LAPORAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN ...
LAPORAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN ...Oswar Mungkasa
 

Similar to Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD (20)

Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...
Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...
Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUDLaporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNMLaporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - UnpattiLaporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
 
Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR
Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPARLaporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR
Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTALaporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - Unand
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - UnandLaporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - Unand
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - Unand
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalteng - UNPAR
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalteng - UNPARLaporan Akhir EKPD 2010 - Kalteng - UNPAR
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalteng - UNPAR
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - UnhalLaporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal
 
Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di KalimantanKajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
 
Memori Akhir Jabatan Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumah...
Memori Akhir Jabatan Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumah...Memori Akhir Jabatan Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumah...
Memori Akhir Jabatan Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumah...
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Babel - UBB
Laporan Akhir EKPD 2010 - Babel - UBBLaporan Akhir EKPD 2010 - Babel - UBB
Laporan Akhir EKPD 2010 - Babel - UBB
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMUL
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMULLaporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMUL
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMUL
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAM
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAMLaporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAM
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAM
 
RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012
RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012
RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCENLaporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
 
Panduan penyelengg sdsn
Panduan penyelengg sdsnPanduan penyelengg sdsn
Panduan penyelengg sdsn
 
Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG
Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNGLaporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG
Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNM
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNMLaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNM
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNM
 
LAPORAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN ...
LAPORAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN ...LAPORAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN ...
LAPORAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN ...
 

More from EKPD

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi RiauEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera UtaraEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera SelatanEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi SelatanEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi PapuaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi PapuaEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi MalukuLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi MalukuEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku UtaraEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi LampungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi LampungEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka BelitungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka BelitungEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TimurEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TenganLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TenganEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan SelatanEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TimurEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi JambiLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi JambiEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi GorontaloLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi GorontaloEKPD
 

More from EKPD (20)

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi PapuaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi MalukuLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi LampungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka BelitungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TenganLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi JambiLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi GorontaloLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
 

Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

  • 1.
  • 2. Draft laporan akhir EKPD 2010 Provinsi Bali KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, kami telah dapat menyusun Draft laporan akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan di Daerah Bali. Dalam draft laporan akhir ini berisi latar belakang, tujuan dan keluaran evaluasi, serta rencana kerja dan perkembangan persiapan tim evaluasi provinsi. Laporan ini disusun oleh Tim Independen Evaluasi Kinerja Pemerintah Daerah Bali dari Universitas Udayana, berdasarkan atas, telaah data yang diperolleh serta diskusi dari para anggota Tim dan Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeda) Provinsi Bali. Oleh karena ini merupakan draft laporan akhir, tentunya masih sangat jauh dari apa yang diharapkan. Berkaitan dengan hal itu Tim sangat mengharapkan kritik dan saran serta masukan dari semua pihak agar nantinya apa yang menjadi tujuan Evaluasi Evaluasi Kinerja Pemerintah Daerah Pelaksanaan RPJMN 2004-2009 di daerah serta identifikasi relevansi RPJMN 2010 dengan RPJMD Provinsi Bali dapat dilaksanakan secara optimal. Pada kesempatan ini Tim sangat berterimakasih kepada Ketua Bappeda Provinsi Bali serta semua pihak yang telah membantu sehingga Draft laporan akhir ini dapat terwujud. Denpasar, Desember 2010 Rektor Universitas Udayana Prof. Dr.dr. I Made Bakta, Sp.PD (KHOM) NIP : 19480628 197903 1 001 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan ii Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
  • 3. Draft laporan akhir EKPD 2010 Provinsi Bali DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................... i DAFTAR ISI ............................................................................................ ii DAFTAR TABEL ..................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iv BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................................ 1 B. Tujuan dan Keluaran Evaluasi ................................................................ 3 C. Anggota Tim Evaluasi ............................................................................. 3 BAB II. HASIL EVALUASI RPJM PROVINSI BALI TAHUN 2004 – 2009 A. Agenda Mewujudkan Indonesia yang Aman dan Damai ……………. 5 A.1 Indikator Kinerja ………………………………………………………. 5 A.2 Capaian Indikator …………………………………………………….. 5 A.2.1 Indeks Kriminalitas ................................................................ 5 A.2.2 Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional .. 7 A.2.3 Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Transnasional .. 8 A.3 Rekomendasi …………………………………………………………. 9 B. Agenda Mewujudkan Indonesia yang Adil dan Demokratis B.1 Indikator Kinerja ............................................................................. 11 B.2 Capaian Indikator ........................................................................... 11 B.2.1 Pelayanan Publik ………………………………………………. 11 B.2.2 Demokrasi ……………………………………………………… 14 B.3 Rekomendasi …………………………………………………………. 17 C. Agenda Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat C.1 Indikator Kinerja .............................................................................. 18 C.2 Capaian Indikator ........................................................................... 18 C.2.1 Indeks Pembangunan Manusia ……………………………… 19 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan iii Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
  • 4. Draft laporan akhir EKPD 2010 Provinsi Bali C.2.2 Pendidikan ……………………………………………………… 22 C.2.3 Kesehatan ………………………………………………………. 34 C.2.4 Keluarga Berencana …………………………………………… 44 C.2.5 Ekonomi Makro ………………………………………………… 50 C.2.6 Investasi ………………………………………………………… 57 C.2.7 Infrastruktur …………………………………………………….. 60 C.2.8 Pertanian ……………………………………………………….. 65 C.2.9 Kehutanan ……………………………………………………… 69 C.2.10 Kelautan ………………………………………………………. 75 C.2.11 Kesejahteraan Sosial ……………………………………….. 81 C.3 Rekomendasi Kebijakan …………………………………………….. 87 BAB III. EVALUASI RELEVANSI RPJMN 2010-2014 DENGAN RPJMD A. Pengantar ……………………………………………………………… 94 B. Prioritas dan Program Aksi Pembangunan Nasional ..................... 94 C. Hasil Analisis Keterkaitan Antara Prioritas/Program Aksi Nasional 118 Dengan Prioritas/Program Daerah …………………………………. D. Hasil Analisis Prioritas/Program Aksi Nasional Yang Tidak Relevan Dengan Prioritas/Program Daerah .................................. 126 E. Rekomendasi …………………………………………………………. 129 BAB IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ................................................................................... 131 B. Rekomendasi Kebijakan ............................................................... 134 Hasil Analisis Prioritas/Program Aksi Nasional Yang Tidak Relevan Dengan Prioritas/Program Daerah Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan iv Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
  • 5. Draft laporan akhir EKPD 2010 Provinsi Bali DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Jumlah Kasus Kriminalitas di Wilayah Polda Bali, 2004 – 2009 ...... 6 2. Kasus Narkoba yang Ditangani Polda Bali, 2004 – 2009 ................ 8 3. Jumlah Kasus Korupsi yang Tertangani Oleh Kepolisian di Wilayah 11 Provinsi Bali, Tahun 2005 - 2009 ................................................... 4. Persentase Jumlah Kabupaten/Kota yang Memiliki Peraturan 13 Daerah Pelayanan Satu Atap .......................................................... 5. Persentase Lulusan dengan Jenis Kelamin Perempuan pada 15 Berbagai Jenjang Pendidikan di Provinsi Bali, Tahun 2004 - 2009 6. Perkembangan Capaian IPM Provinsi Bali ...................................... 20 7.n Hasil Pembangunan Pendidikan di Provinsi Bali ............................. 33 8. Standar Rasio Tenaga Kesehatan Per 100.000 Penduduk .............. 42 9. Rasio Tenaga Kesehatan Per 100.000 Penduduk di Provinsi Bali ... 42 10. Rekapitulasi Hasil Pembangunan Kesehatan di Provinsi Bali .......... 44 11. dan Persentase Jalan dengan Kondisi Baik, Sedang dan Buruk di 62 Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ..................................................... 12. PDRB dan PDB Sektor Pertanian di Provinsi Bali Tahun 2004 – 67 2009 ................................................................................................. 13. Luas Rehabilitasi Hutan dan Persetasenya Terhadap Lahan Kritis di 71 Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 .................................................... 14 Prioritas dan Program Aksi Pembangunan Nasional ....................... 95 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan v Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
  • 6. Draft laporan akhir EKPD 2010 Provinsi Bali DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Indeks Kriminalitas di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ................. 6 2. Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional di Provinsi Bali, 8 Tahun 2004 – 2009 .......................................................................... 3. Indeks Pembangunan Gender di Provinsi Bali ................................ 16 4. Gender Empowerment Meassurement (GEM)di Provinsi Bali, 17 Tahun 2005 – 2008 .......................................................................... 5. Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2008 21 6. Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah Dasar di Provinsi Bali 23 Tahun 2004 – 2009 .......................................................................... 7. Angka Partisipasi Kasar (APK) Sekolah Dasar di Provinsi Bali, 24 Tahun 2004 – 2009 ........................................................................... 8. Rata-rata Nilai Akhir SMP/MTs Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 .. 25 9. Rata-rata Nilai Akhir SMA/SMK/MA di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 26 2009 ................................................................................................. 10. Angka Putus Sekolah SD di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ....... 27 11. Angka Putus Sekolah SMP/MTs dan SMA di Provinsi Bali, Tahun 29 2004 – 2009 ...................................................................................... 12 Angka Melek Aksara Penduduk 15 Tahun ke Atas di Provinsi Bali, 30 Tahun 2004 – 2009 .......................................................................... 13. Persentase Guru yang Layak Mengajar SMP/MTs di Provinsi Bali, 32 Tahun 2004 – 2009 .......................................................................... 14. Persentase Kelayakan Guru Mengajar di SMA di Provinsi Bali, 33 Tahun 2004 – 2009 .......................................................................... 15. Umur harapan hidup di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 .............. 35 16. Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ... 37 17. Prevalensi Gizi Buruk di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ............. 38 18. Angka Prevalensi Gizi Kurang di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009.. 40 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan vi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
  • 7. Draft laporan akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 19. Persentase Penduduk ber-KB di Provinsi Bali,Tahun 2004 – 2009 .. 44 20. Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ..... 47 21. Angka Kelahiran Total di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ............. 49 22. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali,Tahun 2004 – 2009 ............... 50 23. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali dan Indonesia, Tahun 1980 – 51 2009 .................................................................................................. 24. Kontribusi Sektoral Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali, 52 Tahun 2004 - 2009 .......................................................................... 25. Persentase Ekspor terhadap PDRB Bali, Tahun 2004 – 2009 ......... 53 26. Persentase Manufaktur terhadap PDRB Bali, Tahun 2004 – 2009 .. 54 27. Pendapatan Per Kapita di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ........... 55 28. Tingkat Inflasi di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 .......................... 57 29. Realisasi PMDN di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ...................... 58 30. Realisasi PMA di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ......................... 60 31. Persentase Jalan Nasional dengan Kondisi Baik, Sedang dan 63 Buruk di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ..................................... 32. Persentase Jalan Provinsi dan kabupaten dengan Kondisi Baik, 64 Sedang dan Buruk di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 .................. 33. Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Bali Dirinci Per Bulan Tahun 66 2009 ................................................................................................. 34. Kontribusi Sektor Pertanian, Industri dan Jasa Terhadap PDRB 68 Provinsi Bali, Tahun 1980 – 2009 .................................................... 35. Persentase Luas Rehabilitasi di dalam dan di luar Kawasan Hutan 73 Terhadap Lahan Kritis di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ............ 36. Jumlah Kasus Tindak Pidana Perikanan .......................................... 76 37. Persentase Terumbu Karang dalam Keadaan Baik di Provinsi Bali 79 Tahun 2004 – 2009. ......................................................................... 38. Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Bali Tahun 2004 – 2009 .. 82 39. Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 85 2009 .................................................................................................. Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan vii Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
  • 8. Draft laporan akhir EKPD 2010 Provinsi Bali Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan viii Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
  • 9. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang (UU) No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), kegiatan evaluasi merupakan salah satu dari empat tahapan perencanaan pembangunan yang meliputi penyusunan, penetapan, pengendalian perencanaan serta evaluasi pelaksanaan perencanaan. Sebagai suatu tahapan perencanaan pembangunan, evaluasi harus dilakukan secara sistematis dengan mengumpulkan dan menganalisis data serta informasi untuk menilai sejauh mana pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembahgunan tersebut dilaksanakan. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009 telah selesai dilaksanakan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Bappenas) berkewajiban mengevaluasi untuk melihat sejauh mana pelaksanaan RPJMN tersebut. Saat ini telah ditetapkan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2009-2014. Siklus pembangunan jangka menengah lima tahun secara basional tidak selalu sama dengan siklus pembangunan 5 tahun di daerah. Sehingga penetapan RPJMN Tahun 2009-2014 ini tidak bersamaan waktunya dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi. Hal ini menyebabkan prioritas- prioritas dalam RPJMD tidak selalu mengacu pada prioritas-prioritas RPJMD 2010-2014. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi relevansi prioritas program antara RPJMN dengan RPJ Provinsi.   Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan  1  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
  • 10. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali  Di dalam pelaksanaan evaluasi ini, dilakukan dua bentuk evaluasi yang berkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Yang pertama adalah evaluasi atas pelaksanaan RPJMN 2004-2009 dan yang kedua penilaian keterkaitan antara RPJMD dengan RPJMN 2010-2014. Metode yang digunakan dalam evaluasi pelaksanaan RPJMN 2004-2009 adalah Evaluasi ex-post untuk melihat efektivitas (hasil dan dampak terhadap sasaran) dengan mengacu pada tiga agenda RPJMN 2004 - 2009 yaitu agenda Aman dan Damai Adil; Adil dan Demokratisi serta Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat. Ketiga Agenda tersebut kemudian dituangkan kedalam prioritas pembangunan yang selanjutnya diterjemahkan dalam bentuk berbagai program dan kegiatan tahunan. RPJM Nasional yang memuat ketiga Agenda tersebut merupakan dokumen yang harus diperhatikan dan dijabarkan kedalam program-program pembangunan daerah sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Untuk mengukur kinerja yang telah dicapai pemerintah atas pelaksanaan ketiga agenda RPJMN 2004 - 2009 diperlukan identifikasi dan analisis indikator pencapaian. Sedangkan metode yang digunakan dalam evaluasi relevansi RPJMN 2010-2004 dengan RPJMD Provinsi adalah membandingkan keterkaitan 11 prioritas nasional 3 prioritas lainnya dengan prioritas daerah. Selain itu juga mengidentifikasi potensi lokal dan prioritas daerah yang tidak ada dalam RPJMN 2010-2014. Adapun prioritas nasional dalam RPJMN 2010-2014 adalah 1) Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola, Pendidikan, 3) Kesehatan, 4) Penanggulangan Kemiskinan, 5) Ketahanan pangan, Infrastruktur, 7) Iklim Investasi dan Iklim Usaha, 8) Energi, 9) Lingkungan Hidup dan dan Pengelolaan Bencana, 10) Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, & Pasca konflik, 11) Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi dan 3 prioritas lain yaitu 1) Kesejahteraan Rakyat lainnya, 2) Politik, Hukum, dan Keamanan lainnya, Perekonomian lainnya Hasil dari EKPD 2010 diharapkan dapat memberikan umpan balik pada perencanaan pembangunan daerah untuk perbaikan kualitas perencanaan di daerah. Selain hasil evaluasi dapat digunakan sebagai dasar bagi pemerintah dalam mengabil kebijakan pembangunan daerah.   Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan  2  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
  • 11. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali  B. Tujuan dan Keluaran Evaluasi Tujuan kegiatan ini adalah: 1. Untuk melihat sejauh mana pelaksanaan RPJMN 2004-2009 dapat memberikan kontribusi pada pembangunan di daerah; 2. Untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan prioritas program (outcome) dalam RPJMN 2010-2014 dengan prioritas program yang ada dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi. Keluaran yang diharapkan dari EKPD 2010 adalah: . 1. Tersedianya dokumen evaluasi pencapaian pelaksanaan RPJMN 2004-2009 untuk setiap provinsi; 2. Tersedianya dokumen evaluasi keterkaitan RPJMN 2010-2014 dengan RPJMD Provinsi C. Anggota Tim Evaluasi Provinsi Para anggota Tim Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Bali Universitas Udayana terdiri dari 8 orang narasumber sebagai berikut. 1. Prof. Dr. dr. I Made Bakta , Sp.PD (KHOM), Rektor Universitas Udayana yang juga merupakan Dosen Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, ahli di bidang kesehatan. 2. Prof Dr I Komang Gde Bendesa, M.A.D.E, Pembantu Rektor I Universitas Udayana yang juga merupakan Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, ahli di bidang ekonomi. 3. Prof. Ir. I Nyoman Norken, SU, Ph.D., Dosen Tetap Fakultas Teknik Universitas Udayana, ahli di bidang teknik sipil 4. Prof. Dr. K. Sudibia, SU., Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, ahli di bidang ekonomi dan kependudukan. 5. Prof. Dr. Ir. Made Antara, MS., Dosen Tetap Fakultas Pertanian Universitas Udayana, ahli di bidang sosial ekonomi pertanian.   Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan  3  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
  • 12. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali  6. Prof. Dr. M Sudiana Mahendra, MSc. Dosen Tetap Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana, ahli di bidang lingkungan. 7. Dr. dr. Putu Gde Adiatmika. Dosen Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, ahli di bidang kesehatan. 8. Prof. Dr. Made Suyana Utama, SE., MS. Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, ahli di bidang ekonomi pembangunan.   Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan  4  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
  • 13. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali  BAB II HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RPJMN 2004-2009 A. Agenda Pembangunan Indonesia yang Aman dan Damai Agenda pembangunan yang aman dan damai merupakan perwujudan dari salah satu tujuan bernegara, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Hal ini merupakan prasyarat bagi terwujudnya tiga tujuan bernegara lainnya sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD Tahun 1945. Sebagai bagian dari masyarakat dunia, keamanan nasional NKRI yang mencakup pertahanan negara, keamanan dalam negeri, keamanan dan ketertiban masyarakat, serta keamanan sosial baik secara langsung maupun tidak langsung sangat dipengaruhi oleh dinamika politik, ekonomi, kesejahteraan, sosial, dan budaya di dalam negeri, serta dinamika keamanan di kawasan Regional dan Internasional. A.1 Indikator Kinerja Untuk mengevaluasi pelaksanaan agenda pembangunan yang aman dan damai sesuai dengan RPJMN 2004-2009 diukur dengan 3 indikator yang meliputi: 1) Indeks Kriminalitas 2) Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional 3) Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Trans Nasional A.2 Analisis Capaian Indikator A.2.1 Indeks Kriminalitas Salah satu indikator keamanan pada suatu daerah adalah indeks krimanilitas. Indeks kriminalitas merupakan perbandingan jumlah kasus kriminalitas dibagi dengan 100.000 penduduk pada tahun tertentu. Semakin rendah indeks kriminalitas di statu wilayah, semakin baik keamanan di wilayah tersebut. Kasus   Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan  5  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
  • 14. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali  kriminalitas yang terjadi di wilayah Polda Bali sepanjang tahun 2004 – 2009 disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Jumlah Kasus Kriminalitas di Wilayah Polda Bali, 2004 - 2009 Lain-lain Jumlah Indeks Pencu Pembu- Pengani- Pencu- Pengge- Krimina- Tahun likan nuhan ayaan rian lapan litas 2004 1 11 28 1.278 106 3.479 4.903 145 2005 3 22 706 1.352 540 2.643 5.266 153 2006 3 15 508 1.425 460 3.347 5.759 167 2007 4 11 581 1.386 545 3.384 5.911 170 2008 2 19 512 1.366 542 3.480 5.921 168 2009 6 12 633 1.520 498 3.233 5.902 166 Sumber: Polisi Daerah Bali, 2009 Apabila dicermati Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa kasus kriminalitas yang paling menonjol di wilayah Polda Bali adalah kasus pencurian, kemudian disusul oleh kasus penganiayaan. Kecuali kasus pembunuhan dan pemerasan, semua jenis kasus kriminalitas selama tahun 2004 – 2009 mengalami peningkatan. Dengan membagi jumlah kasus kriminalitas dengan jumlah penduduk Provinsi Bali dikalikan dengan 100 dapat dihitung indeks kriminalitas, seperti yang ditampilkan pada Gambar 1. Gambar 1 Indeks Kriminalitas di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 Petumbuhan Indeks Kriminalitas dan Indikator Pendukunganya 15,00 13,00 11,00 9,00 7,00 5,00 3,00 1,00 -1,00 -3,00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 PI Kriminalitas 0,00 8,65 13,81 2,59 -1,46 -2,20 P.Miskin 6,85 6,72 7,06 6,6 6,17 5,13 Pengangguran 4,66 5,32 6,04 3,77 4,45 4,25   Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan  6  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
  • 15. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali    Pada umumnya kriminalitas yang terjadi pada suatu wilayah disebabkan karena tingginya angka pengangguran dan kemiskinan, baik secara absolut maupun relatif. Berdasarkan Gambar 1 pertambahan Indeks kriminalitas di Provinsi Bali dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2009 mempunyai kecenderungan menurun. Seperti yang disajikan pada Tabel 1, pada tahun 2004 indeks kriminalitas adalah sebesar 145, mengalami kenaikan 8,65 poin pada tahun 2005, dan dari tahun 2005 ke 2006 naik 23,81 point. Selanjutnya pertambahan indeks kriminalitas di Provinsi Bali terus menurun. Apabila diperhatikan Gambar 1, terdapat korelasi yang positif antara angka pengangguran dan angka kemiskinan terhadap pertambahan indeks kriminalitas. Penurunan pertambahan indeks kriminalitas tersebut secara kelembagaan juga merupakan kerja keras dari aparat keamanan dan sistem pengamanan swakarsa yang ada di desa-desa. Dalam dua tahun terakhir, citra aman di Bali masih bisa dipertahankan dibandingkan sebelumnya sehingga kunjungan wisatawan meningkat dibandingkan sebelumnya, yang ditunjukkan oleh indeks kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dalam hal ini adalah perkembangan kunjungan wisman selama tahun 2004 – 2009 dengan tahun 2000 sebagai tahun dasar. Pada tahun 2004 kunjungan wisatawan mancanegara yang langsung ke Bali berjumlah 1.458.309 orang, mengalami penurunan 2 persen pada tahun 2005, dan 11 persen pada tahun 2006 dibandingkan dengan tahun 2004. Pada tahun 2005 dan 2006 kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali mengalami penurunan sebagai akibat tragedi bom Kuta II, tahun 2005. Mulai tahun 2007 kunjungan wisatawan mancanegara terus meningkat, dan tahun 2009 mencapai 2.229.945 orang atau dengan peningkatan sebesar 58 persen dibandingkan tahun 2004. A.2.2 Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional Kejahatan konvensional adalah kejahatan yang dilakukan dengan motivasi atau modus kejahatan umum. Kejahatan konvensional kemungkinan dilakukan terhadap perseorangan, terhadap harta benda, atau terhadap masyarakat. Kejahatan konvensional terhadap manusia, seperti pembunuhan dan penganiayaan baik menggunakan alat berat ataupun tanpa alat berat, penculikan, pemerasan dengan ancaman, pencurian dengan kekerasan, perkosaan, zinah, pencemaran nama baik/penghinaan. Kejahatan terhadap harta benda seperti penipuan penggelapan, pencurian dengan menggunakan alat berat, pencurian tanpa   Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan  7  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
  • 16. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali  menggunakan alat berat, sengketa rumah/tanah, pemalsuan atentik, asuransi, pencurian kendaraan bermotor roda dua (curanmor R2), pencurian kendaraan bermotor roda empat (curanmor R4). Kejahatan terhadap masyarakat seperti judi, pelacuran, ketertiban, pengrusakan. Umumnya tingkat kriminalitas pada suatu daerah sangat dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi masyarakat, seperti tingginya angka memiskinan dan pengangguran, namun oleh karena banyak kasus kejahatan dilakukan oleh bukan orang lokal, variabel tersebut kecil berkorelasi. Persentase kasus kejahatan konvensional yang dapat diselesaikan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 mengalami peningkatan, namun pada tahun 2008 dan 2009 mengalami penurunan. Meskipun demikian, penyelesaian kasus kejahatan konvensional di wilayah Polda Bali selama tahun 2004 – 2009 mengalami kecenderungan menaik seiring dengan meningkatnya anggaran yang dikeluarkan oleh Pemda Provinsi Bali dalam bidang Kesbangpollinmas, seperti yang ditampilkan pada Gambar 2. Gambar 2 Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional 70 60 50 40 30 20 10 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 P. Kasus 56,9 59,8 65,6 66,2 65,4 65,1 Belanja P 9,7 10,8 14,9 14,8 20,7 43,5 A.2.3 Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Transnasional Kejahatan transnasional adalah kejahatan yang tidak hanya sifatnya lintas batas Negara, tetapi termasuk juga kejahatan yang dilakukan di suatu Negara,   Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan  8  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
  • 17. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali  tetapi berakibat fatal bagi Negara lain. Kejahatan transnasional misalnya adalah human trafficking atau penyelundupan orang, narkotika, ilegallogging, dan teroris internasional. Kasus kejahatan transnasional selama tahun 2004 – 2009 yang ditangani oleh Kepolisian Daerah Bali hanyalah kasus narkoba yang termuat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa kasus narkoba yang ditangani Polda Bali dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 terus meningkat, namun pada tahun 2009 mengalami penurunan 136 kasus. Rata-rata peningkatan kasus narkoba yang ditangani oleh Polda Bali selama periode 2004 – 2009 adalah 24,83 persen per tahun. Setiap tahun persentase kasus yang berhasil diselesaikan, sangat tinggi berkisar antara 96 – 99 persen, atau dengan rata-rata 97 persen, atau dengan kecenderungan persentase penyelesaian yang menurun. Selama periode tersebut sebagian besar tersangka yang terlibat adalah warga negara Indonesia yang mengkonsumsi narkoba. Sebaliknya warga negara asing yang terlibat rata-rata hanya 4,27 persen, yang umumnya mereka adalah perantara narkoba. Dengan demikian, kejahatan transnasional yang terjadi di wilayah Provinsi Bali dalam periode 2004 – 2009 relatif sedikit (4,27 persen), hampir semua (97 persen) dapat diselesaikan. Persentase warga negara asing tersangka kasus narkoba mengalami kecenderungan yang menurun pada periode tersebut, yaitu dari 6,05 persen pada tahun 2004 menjadi 3,48 persen pada tahun 2009. Perlu diketahui bahwa penyelesian kasus transnasional seperti ini sering disertai dengan upaya penyelesaian melalui jalur diplomatis. Tabel 2 Kasus Narkoba yang Ditangani Polda Bali, 2004 - 2009 Total Kasus Terselesaikan Kewarganegaraan Tersangka Tahun Kasus Kasus % WNI WNA Jumlah % WNA 2004 298 295 99,0 295 19 314 6,05 2005 458 453 98,9 455 23 478 4,81 2006 578 568 98,3 485 28 513 5,46 2007 737 708 96,1 754 21 775 2,71 2008 804 772 96,0 809 26 835 3,11 2009 668 653 97,8 638 23 661 3,48 Sumber : Kantor Kepolisian Daerah Bali, 2010   Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan  9  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
  • 18. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali  A.3 Rekomendasi Kebijakan Terkendalinya masalah keamanan dan ketertiban di daerah tidak terlepas dari peranan para petugas keamanan formal seperti, kepolisian, TNI, polisi pamong praja, satpol. dan petugas keamanan tradisonal yaitu pecalang di masing-masing- masing desa pakraman. Hal-hal yang menjadi tantangan dalam pembangunan bidang keamanan, antara lain adalah: mencegah terjadinya bencana sosial yang ditimbulkan oleh adanya tindakan-tindakan kriminal, konflik sosial yang dapat mengganggu stabilitas keamanan. Hal ini antara lain dapat diwujudkan dengan mengadakan sistem keamanan terpadu antara petugas keamanan formal dan petugas keamanan tradisional, dengan selalu bekerjasama dan berkoordinasi. Terkait dengan bidang ketertiban, perlu diwaspadai dampak penduduk pendatang yang secara langsung maupun tidak langsung pada gilirannya akan menimbulkan tindakan-tindakan kriminal, bertambahnya pedagang kaki lima, gepeng, prostitusi, yang semuanya dapat mengganggu ketertiban dan ketenteraman serta mengusik kenyamanan hidup dalam masyarakat. Untuk mengatasinya, petugas ketertiban perlu melakukan pengawasan dan dalam melaksanakan tugas harus bertindak tegas, konsisten dan konsekuen. Pelaksanaan tugas pengawasan dan penertiban dapat dilakukan dengan melibatkan peranserta dan partisipasi desa pakraman. B. Agenda Mewujudkan Indonenesia yang Adil dan Demokratis B.1 Indikator Kinerja Indikator agenda mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis terdiri dari dua dua variabel, yaitu: B.1.1 Pelayanan Publik 1) Persentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan. 2) Persentase kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap. 3) Persentase instansi (SKPD) provinsi yang memiliki pelaporan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). B.1.2 Demokrasi 1) Gender Development Index (Indeks Pembangunan Jender) 2) Gender Empowerment Measurement (Indeks Pemberdayaan Jender).   Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan  10  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
  • 19. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali  B.2 Capaian Indikator B.2.1 Pelayanan Publik 1) Persentase Jumlah kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan Korupsi akan berakibat buruk terhadap kinerja pembangunan suatu daerah. Berdasarkan Undang-undang Nomor : 31 Tahun 1999, yang dimaksud dengan tindak pidana korupsi adalah: 1) pasal 2 ayat (1) : “Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomiannegara.” 2) pasal 3 : “Setiap orang yang dengan sengaja menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.” Jumlah kasus korupsi yang tertangani di Provinsi Bali selama tahun 2005 – 2009 disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Jumlah Kasus Korupsi yang Tertangani Oleh Kepolisian di Wilayah Provinsi Bali, Tahun 2005 - 2009 Instansi Jumlah (Polda/Polres) 2005 2006 2007 2008 2009 Kasus Tertangani Persentase Keterangan 3 Sidik (P-19) Polda Bali 3 2 4 3 2 14 10 71,43 1 Lidik Res. Tabanan 1 1 1 - - 3 3 100,00 Res. Buleleng - 1 - - 1 2 1 50,00 1 Sidik Res. Gianyar - - - 1 - 1 - 0,00 1 Sidik (P-19) Res Jembrana - 1 - - - 1 1 100,00 Res. Badung - - 1 - - 1 1 100,00 Jumlah 4 5 6 4 3 22 16 72,73 Sumber: Kantor Kepolisian Daerah Bali, Tahun 2009. Berdasarkan Tabel 3 dapat dikatakan bahwa kasus korupsi tidak terjadi di semua Kabupaten/Kota (hanya 55,56 persen dari 9 Kabupaten/Kota) dan 4 Kabupaten/Kota terbebas dari laporan kasus korupsi. Penanganan kasus korupsi di Bali juga cukup baik, yaitu tertangani 72,73 persen, dari 22 kasus yang dilaporkan.   Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan  11  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
  • 20. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali  Kuantitas kasus korupsi yang terjadi di wilayah Provinsi Bali tidaklah begitu banyak bilamana dibandingkan dengan kasus korupsi secara nasional. Persentase jumlah kasus korupsi pada Tabel 3 terlihat bahwa kasus korupsi yang terjadi di wilayah pemerintahan Provinsi Bali selama 5 tahun (Tahun 2005 s/d Tahun 2009) berjumlah 22 kasus yang bila dirata-ratakan berarti setiap tahun terjadi 4 kasus. Dari 22 kasus tersebut, pelaporannya diterima dan ditangani oleh instansi Polda Bali dan 5 Polres (di Bali ada 8 Polres dan 1 Poltabes) yaitu Polres Tabanan, Polres Buleleng, Polres Gianyar, Polres Jemberana, dan Polres Badung. Sedangkan Polres Karangasem, Polres Bangli, Polres Klungkung, dan Poltabes Denpasar, belum menerima laporan kasus korupsi. Hal tersebut berarti, 55,56 persen dari jumlah Kabupaten/Kota di Bali terjadi kasus korupsi (5 Kabupaten/Polres dari 8 Kabupaten/Polres dan 1 Kota/ Poltabes). Kasus korupsi yang diterima oleh Polda Bali adalah sebanyak 14 kasus, namun yang dapat tertangani sampai saat ini sejumlah 10 kasus atau 71,43 persen, sedangkan 4 kasus atau 28,57 persen yang tersisa masih dalam tahap penyelidikan dan penyidikan. Dari 4 kasus yang tersisa, sebanyak 1 kasus masih dalam tahap penyelidikan dan 3 kasus masih pada tahap penyidikan (P-19). Dari seluruh kasus yang dilaporkan pada Polda dan Polres dalam lingkungan Provinsi Bali (22 kasus) sudah tertangani 72,73 persen (16 kasus) dan sisanya (6 kasus) masih dalam tahap penyelidikan dan penyidikan. Terhadap 6 kasus yang belum tertangani dari 22 kasus korupsi yang terjadi pada tahun 2004 sampai tahun 2009 tersebut, karena dalam menangani kasus korupsi memerlukan tahapan-tahapan penanganan yang berbeda dengan penanganan tindak pidana lainnya. Tahapan penanganan kasus korupsi tersebut antara lain wajib melalui audit yang dilakukan oleh BPKP (Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan). Karena menunggu hasil proses audit BPKP inilah menyebabkan penanganan kasus korupsi memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan penanganan tindak pidana lainnya. Meskipun demikian, untuk mempercepat proses penanganan kasus korupsi, Polda Bali dan jajarannya telah melakukan tindakan dengan melakukan penyidikan secara marathon terhadap kasus korupsi yang telah selesai tahapan auditnya dari BPKP. Di samping itu juga dilakukan tindakan dengan menambah personil penyidik untuk menangani kasus korupsi.   Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan  12  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
  • 21. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali  2) Persentase kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap Upaya meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah juga dapat dilihat dari terbentuknya lembaga pelayanan terpadu pada semua Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Bali. Lembaga pelayanan terpadu tersebut pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan daerah terutama dalam upaya memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat khususnya berkaitan dengan mempermudah dan mempercepat pengurusan izin. Pada tahun 2008, seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bali telah memiliki peraturan daerah serta melaksanakan pelayanan dalam satu atap, seperti ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 4 Persentase Jumlah Kabupaten/Kota yang Memiliki Peraturan Daerah Pelayanan Satu Atap No Kabupaten/ Dasar Bentuk Kewenangan Cakupan Kota Hukum/Tahun Kelembagaan Layanan 1 Denpasar Perda No.6/2007 Dinas Perizinan Kewenangan penuh 79 Izin (Penandatangan Izin) 2 Gianyar Perda No.6/2008 Badan Pelayanan Perizinan Kewenangan penuh 59 Izin Terpadu (Penandatangan Izin) 3 Klungkung Perda No.8/2008 Kantor Pelayanan Perizinan Kewenangan penuh 60 Izin Terpadu (Penandatangan Izin) 4 Buleleng Perda No.4/2008 Kantor Pelayanan Terpadu Kewenangan penuh 29 Izin (Penandatangan Izin) 5 Karangasem Perda No.7/2008 Kantor Pelayanan Perizinan Kewenangan penuh 19 Izin (Penandatangan Izin) 6 Jembrana Perda No.9/2008 Kantor Pelayanan Perizinan Kewenangan penuh 55 Izin Terpadu (Penandatangan Izin) 7 Badung Perda Unit Pelayanan Terpadu Kewenangan penuh 58 Izin No.28/2008 (Penandatangan Izin) 8 Bangli Perda Kantor Pelayanan Perizinan Kewenangan penuh 70 Izin No.11/2008 (Penandatangan Izin) 9 Tabanan Perda No.3/2008 Badan Penanaman Modal Kewenangan penuh 15 Izin dan Perizinan Daerah (Penandatangan Izin) Sumber: Biro Pemerintahan Provinsi Bali, Tahun 2009. Secara spesifik dapat dijelaskan bahwa pelayanan satu atap di Kabupaten Jembrana bergabung dengan Dinas Informasi, Pelayananan, Perhubungan dan Data (Inyahud), sedangkan di Kabupaten Badung sebelum tahun 2008 berupa Keputusan Bupati dengan wewenang terbatas hanya menerima berkas   Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan  13  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
  • 22. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali  permohonan, sedangkan pengeluaran ijin dilakukan oleh masing-masing instansi yang berwenang. Namun, sejak tahun 2008 semuan kabupaten/kota lembaga pelayanan terpadu/satu atap yang terdapat di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bali berfungsi sesuai yang diharapkan dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat secara terpadu/satu atap. Hal ini mencerminkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah yang mengarah pada terciptanya pelayanan publik yang prima dalam suatu sistem yang terintegrasi dalam rangka menciptakan good governance. c) Persentase instansi (SKPD) Provinsi yang memiliki pelaporan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Opini Wajar Tanpa Pengecualian merupakan penghargaan tertinggi yang diberikan terhadap laporan keuangan yang dibuat suatu lembaga, baik institusi pemerintahan maupun korporasi. Selama tahun 2004 – 2009 laporan keuangan Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali tidak dilakukan audit secara khusus. Audit yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa keuangan (BPK) adalah secara menyuluruh terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Bali, dan tidak memberikan opini terhadap laporan keuangan SKPD. Oleh karena itu, tidak diketahui SKPD yang memiliki pelaporan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Seperti misalnya pada tahun 2009, dari 45 SKPD yang diaudit terdapat 15 SKPD yang laporan keuangannya memerlukan penjelasan tambahan/perbaikan atau konfirmasi. Apabila diasumsikan bahwa SKPD yang laporan keuangannya tidak memerlukan penjelasan tambahan dapat dikatakan laporannya Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), berarti persentase SKPD demikian di Provinsi Bali pada tahun 2009 adalah sebanyak 67 persen. B.2.2 Demokrasi 1) Indek Pembangunan Gender Indek Pembangunan Gender atau Gender Development Index (GDI) adalah indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan manusia yang sama seperti IPM dengan memperhitungkan ketimpangan gender. IPG dapat digunakan untuk mengetahui kesenjangan pembangunan manusia antara laki-laki dan perempuan. Kesetaraan gender terjadi apabila nilai IPM sama dengan IPG. Gender Development Index (GDI) mengukur kesenjangan gender dilihat dari beberapa komponen seperti umur harapan hidup (UHH) laki-laki dan perempuan, pendidikan   Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan  14  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
  • 23. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali  terutama dilihat dari angka melek aksara dan rata-rata lama sekolah, serta aspek ekonomi terutama proporsi tenaga kerja. Data penghitungan GDI yang dilakukan oleh Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang tersedia adalah untuk tahun 2005 – 2008, seperti yang ditampilkan pada Gambar 3. Selama periode tersebut angka GDI Provinsi Bali menunjukkan kecenderungan meningkat. Kondisi ini mencerminkan bahwa kesenjangan gender dalam pembangunan di Bali terutama dalam hal umur harapan hidup, angka melek aksara dan rata-rata lama sekolah serta dalam bidang ekonomi lebih kecil menunjukkan kondisi yang membaik pada periode tersebut. Keberhasilan dari berbagai bidang pembangunan, khususnya pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik, dan pengambilan keputusan selanjutnya turut menurunkan kesenjangan pencapaian pembangunan antara perempuan dan laki- laki yang ditandai oleh meningkatnya angka Indeks Pembangunan Gender (IPG) atau Gender-related Development Index (GDI) dan Indeks Pemberdayaan Gender (Gender Empowerment Measurement, GEM). Dari segi pendidikan, persentase lulusan dengan jenis kelamin perempuan pada berbagai jenjang pendidikan secara rata-rata telah mengalami peningkatan dari tahun 2005 – 2009, seperti yang ditampilkan pada Tabel 5. Pada tingkat SD persentasenya cederung stabil, namun pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi lainnya cenderung meningkat. Tabel 5 Persentase Lulusan dengan Jenis Kelamin Perempuan pada Berbagai Jenjang Pendidikan di Provinsi Bali, Tahun 2004 - 2009 Tahun SD* SMP* SMA* PT** Rata-rata 2004 48,82 46,19 45,27 42,54 45,70 2005 48,04 47,60 44,88 44,10 46,16 2006 48,57 47,07 45,94 43,42 46,25 2007 48,74 46,90 45,83 43,28 46,19 2008 48,28 46,94 45,92 44,13 46,32 2009 48,74 49,36 49,19 45,42 48,18 Sumber : Bali Membangunan Tahun 2009 (diolah) Keterangan: * Lulusan negeri dan swasta ** Hanya lulusan Perguruan Tinggi (PT) Negeri Kondisi capaian indeks pembangunan gender di Provinsi Bali selama tahun 2005 – 2009 cenderung meningkat seperti tampak pada Gambar 3. Hal ini menunjukkan bahwa upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi kesenjangan   Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan  15  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
  • 24. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali  gender di Provinsi Bali nampaknya sudah cukup relevan dengan Visi pembangunan pemberdayaan perempuan yang bertujuan untuk mencapai Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Peningkatan indeks pembangunan gender sangat didukung oleh indikator pembangunan yang sangat penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, yaitu peningkatan pendidikan. Selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 terdapat hubungan yang positif antara persentase lulusan kaum perempuan dengan indeks pembangunan gender. Gambar 3 Indeks Pembangunan Gender di Provinsi Bali, Tahun 2005 - 2008 Indeks Pembangunan Gender dan Persentase Lulusan Perempuan 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 2005 2006 2007 2008 2009 GDI 64,30 66,00 66,00 67,08 68,03 L.Perempuan 46,16 46,25 46,19 46,32 48,18 2) Indeks Pemberdayaan Gender Indeks Pemberdayaan Gender atau Gender Empowerment Measures (GEM) adalah indeks komposit yang mengukur peran aktif perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik. Peran aktif perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik mencakup partisipasi berpolitik, partisipasi ekonomi dan pengambilan keputusan serta penguasaan sumber daya ekonomi atau keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan (misalnya sebagai anggota legeslatif, posisi managerial, dan sumbangan terhadap perekonomian). Perkembangan GEM di Provinsi Bali dan Indonesia selama tahun 2005 – 2008 ditampilkan pada Gambar 4. Dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 Indeks Pemberdayaan Gender (GEM) di Provinsi Bali terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 Provinsi Bali menduduki peringkat 10 dalam hal pemberdayaan gender, namun pada tahun 2006 Provinsi Bali menduduki peringkat 16 dari 33 provinsi. Meskipun demikian   Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan  16  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
  • 25. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali  pemberdayaan gender di Bali cukup menunjukkan hasil yang makin membaik. Hal ini disebabkan karena pelaksanaan strategi pengarusutamaan gender (PUG) telah digalakkan secara berkesinambungan pada setiap program dan kegiatan pembangunan baik di pemerintahan maupun di sektor swasta. Aplikasi PUG ini dilaksanakan melalui pelatihan Teknik Analisis Gender bagi semua penyusun program/kegiatan pembangunan dan ditindaklanjuti dengan penyusunan program/ kegiatan pembangunan yang responsive gender serta penyusunan gender buget. Ini didukung pula dengan pembentukan kelembagaan berupa kelompok kerja (Pokja) PUG dan Gender Focal Point pada setiap satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Indeks memberdayaan gender di Provinsi Bali mengalami peningkatan dengan dibentuknya Badan Pemberdayaan Perempuan pada tahun 2007. Pada tahun 2008 belanja langsung yang dikeluarkan untuk pemberdayaan perempuan sebesar Rp 1, 79 milyard, dan belanja ini meningkat menjadi Rp 2,546 milyard pada tahun 2009. Gambar 4 Gender Empowerment Meassurement (GEM)di Provinsi Bali dan Nasional, Tahun 2005 – 2008 Indeks Pemberdayaan Gender 64 62 60 58 56 54 52 2005 2006 2007 2008 Bali 56,0 57,7 57,8 59,0 Nasional 59,7 61,3 61,8 62,7 B.3 Rekomendasi Kebijakan 1) Walaupun jumlah kasus korupsi mengalami penurunan pada tiga tahun terakhir, namun penegakannya perlu terus ditingkatkan serta waktu penanganannya perlu dipercepat sehingga tidak berlarut-larut. Kebijakan dengan melakukan   Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan  17  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
  • 26. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali  penyidikan secara maraton terhadap kasus korupsi yang telah selesai tahapan auditnya dari BPKP, serta menambah personil penyidik untuk menangani kasus korupsi, perlu dipertahankan dan ditingkatkan. 2) Perlu konsistensi dan keseragaman nomenklatur bentuk lembaga pelayanan terpadu/satu atap, karena masing-masing daerah menggunakan nomenklatur berbeda (unit, badan, dinas, kantor) sehingga fungsi dan kewenangannya juga berbeda. Terhadap pilihan penyeragaman penggunaan nomenklatur, walaupun Permendagri No. 20 Tahun 2008 menentukan bentuknya berupa Badan Pelayanan Terpadu, namun perlu dicermati lebih mendalam karena bila berbentuk Badan, sifatnya hanya mengkoordinasikan saja. Sedangkan bila berbentuk Dinas, terlihat lebih efektif karena secara teknis dapat langsung menangani, namun dapat mempengaruhi kinerja perangkat daerah yang lain (dinas/badan/kantor/unit). Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, tingkat pendidikan aparat pemerintah perlu terus ditingkatkan kualitasnya, dengan mendorong agar aparat berpendidikan minimal S1 atau S2, serta mengirim mereka untuk menguasai bidang ketrampilan tertentu sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). 3) Penghitungan GDI dan GEM di Bali perlu dilakukan setiap tahun. Hal ini penting untuk dapat mengetahui kemajuan pembangunan terutama yang terkait dengan kesetaraan dan keadilan gender di Bali. 4) Kebijakan pembangunan yang terkait dengan pengurangan kesenjangan gender dalam berbagai aspek pembangunan perlu terus digalakkan terutama melalui pengimplementasian strategi pengarusutamaan gender sehingga capaian GDI dan GEM di Bali menjadi lebih baik. C. Agenda Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat C.1 Indikator Kinerja Agenda meningkatkan kesejahteraan masyarakat diwujudkan dengan sepuluh indikator, yaitu: 1) Indeks Pembangungan Manusia (IPM) 2) pendidikan, 3) kesehatan,   Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan  18  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
  • 27. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali  4) keluarga berencana, 5) ekonomi makro, 6) investasi, 7) infrastruktur, 8) sektor pertanian, 9) kehutanan, kelautan, dan 10) kesejahteraan sosial. C.2 Capaian Indikator C.2.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index memberikan suatu ukuran gabungan tiga dimensi tentang pembangunan manusia: panjang umur dan menjalani hidup sehat (diukur dari usia harapan hidup), pendidikan (diukur dari persentase penduduk usia sekolah atau lebih yang melek huruf dan rata-rata lama sekolah) dan memiliki kemampuan ekonomi masyarakat yang layak (diukur dari paritas daya beli atau Purchasing Power Parity = PPP). Human Development Report (HDR) pertama yang dipublikasikan oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 secara jelas menekankan pesan utama yang dikandung oleh setiap laporan pembangunan manusia baik di tingkat global, tingkat nasional maupun tingkat daerah, yaitu pembangunan yang berpusat pada manusia, yang menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan, dan bukan sebagai alat bagi pembangunan. IPM merupakan alat ukur kinerja pembangunan, atau secara spesifik merupakan alat ukur kinerja dari pemerintahan suatu wilayah seperti negara, provinsi, bahkan juga kabupaten/kota. Dalam kaitan ini IPM digunakan sebagai alat ukur kinerja pembangunan provinsi dikaitkan dengan pembangunan secara nasional. Dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 IPM Provinsi Bali terus mengalami peningkatan seperti yang ditampilkan pada Tabel 6. Sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 capaian IPM secara nasional meningkat lebih cepat dibandingkan dengan IPM Bali. Oleh karena itu, maka ranking capaian IPM Provinsi Bali pada tahun 2006 menurun dari nurutan ke-15 menjadi urutan ke-16 sampai dengan tahun 2008. Penurunan ranking IPM Provinsi Bali juga pernah mengalami penurunan, yaitu dari urutan ke-10 tahun 2002 menjadi urutan pada tahun 2004.   Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan  19  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
  • 28. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali  Tabel 6 Perkembangan Capaian IPM Provinsi Bali dan Nasional Ranking IPM Bali Tahun IPM Bali IPM Nasional Di tingkat nasional 2004 69,1 15 68,7 2005 69,8 15 69,6 2006 70,1 16 70,1 2007 70,5 16 70,6 2008 70,9 16 71,3 2009* 71,4 - - Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Bali Tahun 2008 – 2013. Keterangan: * Hasil Estimasi IPM Provinsi Bali Penurunan ranking IPM Provinsi Bali dalam urutan capaian IPM secara nasional tidak lepas dari kontribusi masing-masing komponen yang mendukung terbentuknya IPM, seperti pendapatan per kapita, angka melek huruf, dan umur harapan hidup yang dicapai Provinsi dibandingkan dengan rata-rata nasional. Pertama, dilihat dari pendapatan per kapita secara nasional, tampak bahwa pada perode 2004-2008 menunjukkan peningkatan yang sangat pesat, dari Rp.10,6 juta tahun 2004, meningkat menjadi Rp. 22,31 juta pada tahun 2009. Sementara itu, pendapatan per kapita penduduk di Provinsi Bali mengalami peningkatan dari Rp. 8,53 juta pada tahun 2004, menjadi Rp. 16,21 juta pada tahun 2009. Kedua, ditinjau dari angka melek huruf penduduk umur 15 tahun ke atas secara nasional menunjukkan kecenderungan peningkatan dari 90,4 persen pada tahun 2004 menjadi 92,4 persen pada tahun 2009. Pada pihak lain, angka melek huruf (AMH) penduduk umur 15 tahun ke atas di Provinsi Bali, hanya meningkat dari 85,52 persen pada tahun 2004, menjadi 88,04 persen pada tahun 2009. Ketiga, ditinjau dari umur harapan hidup secara nasional menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan dari 67,6 tahun pada tahun 2004, menjadi 70,7 tahun pada tahun 2009. Sementara itu, usia harapan hidup (UHH) penduduk di Provinsi Bali juga menunjukkan kecenderungan meningkat dari 70,2 tahun pada tahun 2004 menjadi 72,4 tahun pada tahun 2009. Capaian IPM Provinsi Bali dan IPM Nasional seperti yang ditampilkan Tabel 4 dapat disajikan pada Gambar 5. Apabila diperhatikan Gambar 5 terlihat   Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan  20  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
  • 29. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali  bahwa IPM Provinsi Bali yang pada tahun 2004 dan tahun 2005 lebih tinggi dari IPM nasional ternyata posisinya menurun. Hal ini tidak lepas dari perkembangan ketiga komponen pembentuk IPM seperti di atas, tampak bahwa secara nasional dua komponen, yaitu pendapatan per kapita dan angka melek huruf memiliki nilai capaian yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang dicapai oleh Provinsi Bali. Provinsi Bali hanya unggul pada capaian umur harapan hidup. Kinerja perekonomian Bali yang digambarkan oleh pencapaian pendapatan per kapita yang jauh ketinggalan dibandingkan dengan nasional. Hal ini terutama merupakan dampak dari peristiwa Bom Bali II yang menyebabkan menurunnya aktivitas ekonomi di sektor pariwisata. Padahal di sisi lain, sektor pariwisata disebut sebagai motor penggerak perekonomian Bali sebab sektor pariwisata dapat memberikan imbas baik ke industri hulu (forward linkage) maupun ke industri hilir (backward linkage). Selain itu, dilihat dari angka melek huruf tampaknya Provinsi Bali jauh ketinggalan dibandingkan dengan capaian nasional. Hal ini menunjukkan bahwa program “Kejar Paket I d an II” dan begitu pula program “Wajib Belajar 9 tahun” yang dicanangkan oleh pemerintah belum sepenuhinya berhasil. Hal ini terkait oleh banyaknya penduduk miskin yang ditemukan di daerah-daerah kabupaten seperti di Kabupaten Buleleng, Karangasem, Bangli, dan Klungkung. Gambar 5 Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Bali, Tahun 2004 - 2008 Indeks Pembangunan Manusia 90 85 80 75 70 65 60 2004 2005 2006 2007 2008 2009 IPM 69,1 69,8 70,1 70,5 70,9 71,4 UHH 70,0 71,5 72,0 72,4 72,4 72,4 AMH 85,5 86,2 85,8 86,8 87,5 88,0 Selanjutnya upaya yang terkait dengan peningkatan usia harapan hidup dapat dilakukan melalui bina keluarga lanjut usia (lansia), dengan melakukan   Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan  21  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
  • 30. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali  pemeriksaan kesehatan dan gizi secara rutin terhadap para lansia. Di samping itu, diketahui pula bahwa umur harapan hidup berbanding terbalik dengan angka kematian bayi. Artinya untuk meningkatkan umur harapan hidup, maka angka kematian bayi harus diturunkan melalui berbagai cara seperti kegiatan pemeriksaan bayi secara rutin, ditimbang berat badannya, diberikan imunisasi lengkap, maupun pemberian ASI eksklusif. Dalam hal ini termasuk pula pemeriksaan kehamilan dan imunisasi ibu hamil. Untuk menghindari biaya yang mahal, maka kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), yang selama ini telah dikenal keberhasilannya. C.2.2 Pendidikan Untuk mengevaluasi kinerja pembangunan daerah dalam bidang pendidikan dalam hal ini dilihat dari 10 indikator, yaitu: 1) Angka Partisipasi Murni Tingkat SD 2) Angka Partisipasi Kasar Tingkat SD 3) Rata-Rata Nilai Akhir Tingkat SMP 4) Rata-Rata Nilai Akhir Tingkat Sekolah Menengah 5) Angka Putus Sekolah Tingkat SD 6) Angka Putus Sekolah Tingkat SMP 7) Angka Putus Sekolah Tingkat Sekolah Menengah 8) Angka Melek Huruf 9) Persentase Guru Layak Mengajar Terhadap Guru Seluruhnya Tingkat SMP 10) Persentase Guru Layak Mengajar Terhadap Guru Seluruhnya Tingkat Sekolah Menengah. 1) Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah Dasar Angka partisipasi murni (APM) yang diterjemahkan dari Net Enrolment ratio (NER) merupakan proporsi anak sekolah pada suatu kelompok umur tertentu yang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan kelompok umurnya, untuk SD adalaah 7 – 12 tahun. Rata-rata APM SD Provinsi Bali selama tahun 2004 – 2009 mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2006. Jika dibandingkan dengan APM SD tingkat nasional rata-rata APM Bali masih di atas rata-rata nasional. Berdasarkan Gambar 6 tercermin bahwa angka partisipasi murni (APM) SD di Provinsi Bali meskipun pernah mengalami penurunan dari tahun 2004 ke tahun   Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan  22  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
  • 31. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali  2005 dan 2006, namun menunjukkan kecenderungan yang meningkat selama periode tahun 2004 – 2009. Hal ini menggambarkan bahwa semakin sedikit jumlah anak-anak yang berusia dari 7 -12 yang tidak mengikuti pendidikan pada jenjang SD. Peningkatan APM SD tidak lepas dari peningkatan pendapatan perkapita penduduk yang dicerminkan oleh Indeks Pendapatan Per Kapita (IPPK) dengan harga konstan tahun 2000, meningkatnya jumlah peserta didik Taman Kanak-kanak (IJSTK, Indeks jumlah siswa taman kanak-kanak tahun 2004 100), keberadaan sekolah yang mudah dijangkau oleh masyarakat, tersedianya berbagai subsidi dan bantuan pendidikan sehingga meringankan beban orang tua siswa, dan meningkatnya soft skill dan hard skill para pendidik yang menyebabkan iklim proses belajar mengajar menjadi lebih baik anak-anak usia SD tertarik dan betah untuk belajar di sekolah. Gambar 6 Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah Dasar di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 Angka Partisipasi Murni (APM) SD serta Indikator Pendukungnya 130,0 125,0 120,0 115,0 110,0 105,0 100,0 95,0 90,0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 APM SD 96,2 96,0 95,9 96,6 97,9 98,3 IJSTK 100,0 109,3 109,6 115,3 118,4 122,6 IPPK 100,0 104,7 108,7 113,6 119,1 124,2 2) Angka Partisipasi Kasar (APK) Sekolah Dasar Angka partisipasi kasar (APK), indikator ini mengukur proporsi anak sekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. APK memberikan gambaran secara umum tentang   Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan  23  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
  • 32. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali  banyaknya anak yg sedang/telah menerima pendidikan pada jenjang tertentu. APK SD, diperoleh dengan membagi jumlah murid SD dengan penduduk yang berusia 7- 12 tahun. Indikator ini digunakan untuk mengetahui besarnya tingkat partisipasi sekolah (kotor) adalah jumlah penduduk pada jenjang pendidikan SD. Seperti yang ditampilkan pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa APK SD di Provinsi Bali selama tahun 2004 – 2009 lebih tinggi dari 100. Hal ini menunjukkan bahwa cukup banyak anak-anak yang berumur kurang dari 7 tahun atau berumur lebih dari 12 tahun yang ikut pada program pendidikan pada jenjang SD. Gambar 7 Angka Partisipasi Kasar (APK) Sekolah Dasar di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 Angka Partisipasi Kasar (APK) SD serta Indikator Pendukungnya 130 125 120 115 110 105 100 95 90 2004 2005 2006 2007 2008 2009 APK SD 109,84 107,14 108,22 113,61 114,09 127,28 JSD 100,0 101,0 100,7 100,9 102,1 101,8 JGSD 100,0 101,8 102,2 103,9 107,1 109,0 Berdasarkan Gambar 7 dapat dijelaskan meskipun APK SD di Provinsi Bali cukup berfluktuasi, namun memiliki kecenderungan meningkat dari tahun 2004 ke tahun 2009. Hal ini tidak lepas dari dukungan pihak orang tua yang menyekolahkan anaknya lebih dini karena dukungan faktor ekonomi anak-anak pada usia dini secara phisik cepat besar, dan secara psikologi sudah siap mengikuti pendidikan di sekolah dasar, jumlah sekolah dasar (JSD) yang meningkat serta keberadaan sekolah di Provinsi Bali yang mudah dijangkau oleh masyarat. Meningkatnya jumlah guru SD (JGSD) juga dapat berdampak meningkatnya APK SD, karena semakin   Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan  24  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
  • 33. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali  banyak guru di masyarakat, secara psikologis juga akan mendorong meningkatnya parstisipasi anak-anak bersekolah. 3) Rata-rata Nilai Akhir SMP/MTs Rata-rata nilai akhir menjadi salah satu indikator untuk menentukan tingkat kualitas sumber daya manusia. Idealnya semakin berkembangnya waktu semakin tinggi rata-rata nilai akhir pada setiap jenjang pendidikan di suatu daerah, dan berarti semakin baik tingkat kualitas sumber daya manusia yang ada di daerah tersebut. Gambar 8 Rata-rata Nilai Akhir SMP/MTs Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 Nilai Rata-rata SMP dan Indikator Pendukungnya 18,0 16,0 14,0 12,0 10,0 8,0 6,0 4,0 2,0 0,0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Nilai Rata2 4,80 5,81 5,81 5,81 6,29 6,73 Rasio MG 16,67 13,08 12,22 13,57 13,04 12,26 Gambar 8 memperlihatkan bahwa selama periode 2004 – 2009 rata-rata nilai akhir jenjang pendidikan SMP/MTs di Provinsi Bali menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Di Provinsi Bali peningkatan terjadi dari 4,80 pada tahun 2004 menjadi 6,73 pada tahun 2009. Adanya peningkatan rata-rata nilai akhir jenjang pendidikan SMP/MTs di Provinsi Bali mencerminkan adanya peningkatan kualitas sumberdaya manusia di Provinsi Bali. Peningkatan itu tidak lepas dari peningkatan kualitas proses belajar mengajar di Indonesia, khususnya pada jenjang SMP/MTs, yang antara lain dengan menurunnya berlawanan dengan rasio murid (siswa) dengan jumlah guru SLTP, sehingga kosentrasi mengajar guru lebih terarah. Pada Gambar 8 juga dapat dilihat bahwa selama tiga tahun, yaitu tahun 2005 – 2007 rata-rata nilai akhir jenjang pendidikan SMP/MTs di Provinsi Bali tidak mengalami perubahan atau stagnan. Meskipun demikian angka rata-rata nilai akhir   Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan  25  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
  • 34. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali  jenjang pendidikan SMP/MTs di Provinsi Bali mempunyai kecenderungan yang meningkat selama periode 2004 – 2009. 4) Rata-rata Nilai Akhir SMA/SMK/MA Di samping rata-rata nilai akhir jenjang pendidikan SMP/MTs, kualitas sumberdaya manusia pada suatu wilayah juga dicerminkan oleh rata-rata nilai akhir jenjang pendidikan SMA/SMK/MA, terutama untuk SMK yang diharapkan dapat tertampung dalam pasar kerja setelah mereka tamat sekolah. Secara umum, rata- rata nilai akhir SMA/SMK/MA nampak lebih tinggi dari nilai rata-rata SMP/MTs. Secara lengkap rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA Provinsi Bali disajikan pada Gambar 9. Gambar 9 Rata-rata Nilai Akhir SMA/SMK/MA di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 Nilai Rata-rata SMA/SMK/MA 13,0 12,0 11,0 10,0 9,0 8,0 7,0 6,0 5,0 4,0 3,0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Nilai Rata2 4,62 6,23 6,57 6,68 6,69 7,34 Rasio MG 11,84 11,28 11,22 12,04 11,24 11,19   Berdasarkan Gambar 9 dapat dilihat bahwa dari tahun 2004 ke tahun 2005 rata-rata nilai akhir anak SMA/SMK/MA di Provinsi Bali meningkat tajam, yaitu dari 4,62 ke 6,23. Kondisi ini menyebabkan rata-rata nilai akhir anak SMA/SMK/MA sejak tahun 2005 melebihi rata-rata nilai nasional. Hal ini menggambarkan bahwa selama empat tahun terakhir pembangunan pendidikan di provinsi Bali telah mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Ini berarti pembangunan pendidikan di Provinsi Bali relevan dengan salah satu tujuan pembangunan nasional yakni meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Peningkatan rata-rata nilai   Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan  26  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
  • 35. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali  akhir anak SMA/SMK/MA di Provinsi Bali tersebut tidak lepas dari adanya kebijakan pemerintah secara umum dan pemerintah Bali khususnya dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan melalui berbagai cara antara lain memberikan les pelajaran di luar sekolah dan pemberian berbagai latihan soal-soal ujian sebelum menempuh ujian nasional. 5) Angka Putus Sekolah Dasar Angka putus sekolah pada suatu daerah juga merupakan salah satu cermin keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan. Angka putus sekolah dasar adalah rasio antara jumlah anak yang tidak melanjutkan sekolah dengan jumlah anak usia sekolah dasar, yaitu 7 – 12 tahun. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya angka putus sekolah diantaranya adalah faktor kemiskinan ekonomi, geografis dan rendahnya pemahaman penduduk terhadap pentingnya pendidikan. Persentase putus sekolah SD di Bali selama periode lima tahun terakhir seperti tergambar pada Gambar 10. Gambar 10 Angka Putus Sekolah SD di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 Angka Putus Sekolah Dasar dan Indikator Pendukungnya 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 - 2004 2005 2006 2007 2008 2009 APS SD 1,66 1,51 2,20 2,37 1,00 0,88 P.Ek. 5,07 5,56 5,28 5,92 5,97 5,33 Berdasarkan Gambar 10 dapat dilihat bahwa persentase putus sekolah tingkat SD di Bali selama tahun 2004-2009 sangat berfluktuasi. Angka putus sekolah pada tingkat sekolah dasar mengalami peningkatan yang signifikan dari   Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan  27  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
  • 36. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali  tahun 2005 ke tahun 2006 dan 2007 tidak lepas dari kondisi perekonomian yang dicerminkan oleh pertumbuhan ekonomi (P.Ek) di Provinsi Bali. Dengan terjadinya tragedi bom Bali II, perekonomian Bali sedikit lesu yang merambah sampai ke pedesaan, menyebabkan anak-anak usia SD banyak yang tidak sekolah. Meskipun demikian, pada tahun 2008 persentase DO mengalami penurunan yang cukup drastis baik pada jenjang SD, SMP maupun SMA. Kondisi ini mencerminkan bahwa program yang ditujukan untuk mengatasi drop out yang dilakukan oleh pemerintah provinsi Bali pada tahun 2008 dapat dikatakan cukup berhasil. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk menurunkan angka putus sekolah seperti pemberian bea siswa baik oleh pemerintah maupun swasta, sekolah satu atap dan lain-lain. Di Bali program seperti ini nampaknya cukup memberikan manfaat untuk penurunan angka putus sekolah, terbukti persentase angka putus sekolah SD pada tahun 2008 menurun drastis dibandingkan tahun 2007 yakni dari 2,37 persen menjadi 1,00 persen, dan terus menurun menjadi 0,88 persen pada tahun 2009. 6) Angka Putus SMP/MTs. Semakin tinggi jenjang pendidikan biasanya semakin sedikit jumlah fasilitas pendidikan yang tersedia, disamping itu ada kecenderungan semakin tinggi jenjang pendidikan semakin tinggi pula biaya yang diperlukan. Hal ini seringkali menjadi faktor penyebab terjadinya putus sekolah dikalangan siswa SMP/SMA. Di Provinsi Bali anak-anak SMP/MTs yang putus sekolah lima tahun belakangan ini secara umum persentasenya lebih tinggi dari angka putus sekolah jenjang pendidikan SD kecuali tahun 2005. Persentase putus sekolah jenjang pendidikan SMP/MTs di Bali selama lima tahun terakhir seperti tertera pada Gambar 11. Pada Gambar 11 nampak bahwa dari tahun 2004 ke tahun 2005 terjadi penurunan persentase putus sekolah SMP/MTs yang cukup tajam yakni dari 4,71 persen menjadi 0,18 persen. Demikian juga dua tahun terakhir yakni tahun 2007 dan 2008 terjadi perubahan persentase angka putus sekolah yang cukup drastis di tingkat SMP/MTs di Bali. Kondisi ini menunjukkan bahwa pada tahun 2008 Provinsi Bali telah berhasil menurunkan angka putus sekolah SMP/MTs. Gambar 11 juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan angka putus sekolah SMP/MTs. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pertumbuhan ekonomi, semakin menurun angka putus sekolah di Provinsi Bali.   Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan  28  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
  • 37. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali  7) Angka Putus Sekolah Menengah Atas Pada periode lima tahun terakhir angka putus sekolah di jenjang pendidikan SMA/SMK/MA di Provinsi Bali menunjukkan angka yang bervariasi, hal ini seperti tampak pada Gambar 11. Pada Gambar 11 tersirat bahwa persentase putus sekolah SMA/SMK/MA di Bali paling tinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu 3,17 persen, kondisi ini kemudian mengalami penurunan yang cukup drastis pada tahun 2008 yang hanya mencapai angka 0,4 persen. Jika dibandingkan dengan kondisi nasional angka putus sekolah di Bali masih jauh lebih rendah. Gambar 11 juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan angka putus sekolah SMA/SMA/MA. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pertumbuhan ekonomi, semakin menurun angka putus sekolah di Provinsi Bali. Pemerintah Provinsi bali telah mampu menurunkan angka putus sekolah secara drastis tahun 2008 baik di SMP maupun SMA. Penurunan ini disebabkan karena adanya program pemberian bea siswa bagi anak kurang mampu baik oleh pemerintah maupun swasta, pemberian dana BOS, dan pendirian sekolah satu atap di daerah-daerah rawan putus sekolah seperti daerah miskin dan daerah terpencil. Hal ini berarti penanganan angka putus sekolah di Bali cukup relevan dengan pembangunan pendidikan di Indonesia. Gambar 11 Angka Putus Sekolah SMP/MTs di Provinsi Bali, Tahun 2004 - 2009 Angka Putus Sekolah SMP/MTs dan SMA/SMK/MA 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 - 2004 2005 2006 2007 2008 2009 APS SMP 3,30 3,00 2,48 2,21 0,33 0,19 APS SMA 2,14 2,21 2,17 1,90 0,40 0,32 P.Ek. 5,07 5,56 5,28 5,92 5,97 5,33     Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan  29  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
  • 38. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali  8) Angka Melek Aksara 15 Tahun ke Atas Angka Melek Huruf (AMH) adalah persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari. Kemampuan membaca dan menulis merupakan kemampuan dasar bagi setiap orang untuk memperoleh berbagai informasi dan pengetahuan terlebih pada era informasi global seperti sekarang ini. Informasi dari angka melek huruf adalah: 1) mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf, terutama di daerah pedesaan, 2) menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai media, dan 3) menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis. Sehingga angka melek huruf dapat berdasarkan kabupaten mencerminkan potensi perkembangan intelektual sekaligus kontribusi terhadap pembangunan daerah. Keberhasilan meningkatkan angka melek huruf tergantung juga dengan tingkat pendapatan masyarakat untuk mengakses pendidikan, seperti yang dilaporkan dalam World Development Report 2000/2001 tentang Attacking Poverty, disamping juga pelayanan yang diberikan oleh pemerintah/swasta berkaitan dengan peningkatan pendidikan, khususnya mengentasan buta aksara. Angka melek aksara 15 tahun ke atas di Provinsi Bali seperti tertera pada Gambar 12. Gambar 12 Angka Melek Aksara Penduduk 15 Tahun ke Atas di Provinsi Bali, Tahun 2004 - 2009 Angka Melek Huruf dan Indikator Pendukungnya 130,00 120,00 110,00 100,00 90,00 80,00 70,00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 AMH 85,52 86,21 85,79 86,75 87,53 88,04 IPPK 100,0 104,7 108,7 113,6 119,1 124,2     Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan  30  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  
  • 39. Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali  Gambar 12 menunjukkan bahwa selama periode lima tahun terakhir persentase melek aksara penduduk 15 tahun ke atas di Bali secara umum menunjukkan kenaikan kecuali tahun 2006 persentasenya sedikit menurun dibandingkan tahun 2005. Selanjutnya tahun 2007 dan 2008 mengalami kenaikan lebih dari 1 persen. Perbaikan kondisi ini disebabkan karena meningkatnya tingkat pendapatan perkapita masyarakat (IPPK) serta adanya program keaksaraan fungsional yang telah digalakkan oleh pemerintah baik melalui lembaga formal maupun non formal seperti pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) yang ada di masing-masing Kabupaten, dan juga indeks perkembangan pendapatan per kapita masyarakat (IPPK) Namun demikian, jika dibandingkan dengan kondisi nasional, persentase penduduk melek aksara di Bali masih lebih rendah. Ini berarti program pemberantasan buta aksara melaui kegiatan keaksaraan fungsional (KF) di Bali masih belum maksimal dan perlu terus digalakkan. 9) Persentase Jumlah Guru yang Layak Mengajar Sekolah Menengah Pertama Salah satu faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan adalah ketersediaan guru yang layak. Kelayakan guru meliputi kopetensinya serta relevansi keahliannya dengan bidang studi yang diajar. Sesuai dengan UU. No. 15 Tahun 2006 tentang guru dan dosen, salah satu indikator pengukur kelayakan guru adalah berpendidikan S1 dan tersertifikasi. Di Bali persentase guru yang layak mengajar pada periode 2004-2009 ditampilkan pada Gambar 13. Berdasarkan Gambar 13 dapat dilihat bahwa di Bali selama lima tahun terakhir jumlah guru yang mengajar di SMP/MTs meningkat pada tahun 2009 sebesar 62,1 persen dibandingkan dengan tahun 2004, yang dilihat dari indeks peningkatan jumlah guru (IPJG). Peningkatan jumlah guru tersebut juga disertai dengan peningkatan kualitas guru mengajar, yang ditunjukkan oleh persentase guru yang layak mengajar di SMP mengalami peningkatan yang cukup signifikan setiap tahun. Ini berarti upaya peningkatan kualitas pendidikan melalui kelayakan guru di Bali cukup relevan dengan tujuan pembangunan nasional. Hal ini disebabkan karena adanya kebijakan pemerintah memberikan kesempatan yang luas bagi guru untuk mengikuti pendidikan Sarjana (S1) bagi guru yang belum memiliki ijasah S1 sebagai persyaratan untuk mengikuti uji sertifikasi, dan memberikan kesempatan untuk mengikuti kegiatan lain seperti seminar, loka karya dan lain-lain yang terkait dengan persyaratan sertifikasi. Dengan semakin meningkatnya jumlah guru yang sudah tersertifikasi, berarti upaya peningkatan kualitas pendidikan melalui kelayakan guru di Bali cukup relevan dengan tujuan pembangunan nasional.   Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan  31  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas