SlideShare a Scribd company logo
1 of 102
Download to read offline
KATA PENGANTAR



       Laporan Akhir Tim Independen Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah
Lampung ini disusun dengan maksud agar dapat digunakan sebagai salah satu acuan
dalam kegiatan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah di Provinsi Lampung.
Penilaian laporan ini antara lain menyajikan Pendahuluan, Tujuan, Sasaran, Keluaran,
Metodologi, Hasil – hasil yang telah dicapai dan Rekomendasi Kebijakan.
       TIM   Independen    Evaluasi   Kinerja   Pembangunan      Daerah    Lampung
mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan oleh Bappenas untuk
bekerjasama dalam penyusunan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi
Lampung dan diharapkan kerjasama ini berlanjut untuk tahun berikutnya.
       Kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan Laporan Akhir
Tim Independen Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Lampung ini diucapkan terima
kasih. Semoga Laporan Akhir Tim Independen Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah
Lampung ini dapat bermanfaat dan menjadi acuan pihak-pihak yang terkait dalam
meningkatkan kinerja pembangunan Provinsi Lampung.


                                   Bandar Lampung,     Desember 2009
                                   Rektor Universitas Lampung,




                                   Prof. Dr. Ir. Sugeng P Harianto, M.S.
                                   NIP. 19580923 198211 1 001




                                                                                   i
DAFTAR ISI



                                                                                      Halaman
Kata Pengantar ……………….…………………………………….                                                     i
Daftar Isi …..……………………………………………….…………                                                    ii
Daftar Tabel ………………………………………………………….                                                    iii
Daftar Gambar …….…………………………………………………                                                    iv
BAB I PENDAHULUAN.....................................................……..              1
        1.1 Latar Belakang dan Tujuan ...…………………………                                     1
        1.2 Keluaran ...……………...……………………………….                                           2

BAB II HASIL EVALUASI..............................................................    10
       Deskripsi ..…………………………………………………….                                               10
       2.1 TINGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI                                      11
            2.1.1 Capaian Indikator ………………………………..                                     11
            2.1.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan                              21
                  Menonjol ………………………………………….
            2.1.3 Rekomendasi Kebijakan ………………………..                                    22
       2.2 TINGKAT KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA …                                      24
            2.2.1 Capaian Indikator ………………………………..                                     24
            2.2.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan                              44
                  Menonjol ………………………………………….
            2.2.3 Rekomendasi Kebijakan ………………………..                                    44
       2.3 TINGKAT PEMBANGUNAN EKONOMI ……………..                                         45
            2.3.1 Capaian Indikator ………………………………..                                     45
            2.3.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan                              64
                  Menonjol ………………………………………….
            2.3.3 Rekomendasi Kebijakan ………………………..                                    65
       2.4 TINGKAT PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM                                        68
            DAN LINGKUNGAN HIDUP…………………………...
            2.4.1 Capaian Indikator ………………………………..                                     68
            2.4.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan                              77
                  Menonjol ………………………………………….
            2.4.3 Rekomendasi Kebijakan ………………………..                                    78
       2.5 TINGKAT KESEJAHTERAAN SOSIAL ………………                                         78
            2.5.1 Capaian Indikator ………………………………..                                     78
            2.5.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan                              92
                  Menonjol ………………………………………….
       2.5.3 Rekomendasi Kebijakan ……………………………..                                       93

BAB III KESIMPULAN ……………………………………………...                                                95




                                                                                                ii
DAFTAR TABEL



                                                                                                    Halaman

Tabel 2.3.1   Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000                                    47
              (milliar rupiah) ..................................................................
Tabel 2.3.2   Produk Domestik Regional Bruto Lampung Atas Dasar                                      47
              Harga Konstan 2000 (milliar rupiah) .................................
Tabel 2.3.3   Produk Domestik Bruto Per Kapita Atas Dasar Harga                                      49
              Konstan 2000 (rupiah) ......................................................
Tabel 2.3.4   Produk Domestik Regional Bruto Lampung Atas Dasar                                      49
              Harga Konstan 2000 (milliar rupiah) .................................
Tabel 2.3.5   Persentanse Pertumbuhan Realisasi Investasi PMDN                                       54
              (milliar rupiah) dan PMA (juta dollar) ………………………

Tabel 2.3.6   Capaian Indikator Infrastruktur Jalan di Propinsi                                      59
              Lampung ...........................................................................
Tabel 2.3.6   Capaian Indikator Infrastruktur Jalan di Tingkat Nasional                              60




                                                                                                              iii
DAFTAR GAMBAR



                                                                                             Halaman

Gambar 1.   Peta Provinsi Lampung ……….…………………………….                                             2
Gambar 1.   Kerangka Kerja EKPD 2009 …..........................................               3
Gambar 2.   Hubungan antara indikator dengan pendekatan
            pengukuran kinerja ...........................................................     5




                                                                                                       iv
LAPORAN AKHIR 

                                                                                                                       

BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang dan Tujuan

       Pembangunan nasional dan pemerataan hasil-hasilnya adalah salah satu prasyarat
untuk mempertahankan eksistensi suatu bangsa. Dalam kaitan itu, mudah dipahami
bahwa       pembangunan          daerah      merupakan         bagian     yang      tidak    terpisahkan       dari
pembangunan nasional. Pada hakekatnya pembangunan daerah adalah upaya yang
terencana secara sistematis untuk meningkatkan kapasitas daerah dalam mewujudkan
masa depan daerah yang lebih baik dan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat.

       Pemahaman dan argumentasi tersebut di atas pada dasarnya sejalan dengan
amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-
undang tersebut secara jelas menegaskan bahwa Pemerintah Daerah diberikan
kewenangan secara luas untuk menentukan kebijakan dan program pembangunan di
daerah masing-masing. Regulasi ini sangat tepat mengingat bahwa kondisi, peluang, dan
tantangan masing-masing daerah sangat bervariasi sesuai dengan sumber daya yang
dimiliki.

       Evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) 2009 dilaksanakan untuk menilai
seberapa jauh relevansi dan efektivitas kinerja pembangunan daerah dalam rentang
waktu 2004 – 2008. Selain itu, evaluasi ini juga dilakukan untuk melihat apakah
pembangunan di daerah telah mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan dan apakah
masyarakat telah mendapatkan manfaat yang diharapkan dari program pembangunan
daerah tersebut.

     Secara kuantitatif, hasil evaluasi ini diharapkan akan memberikan informasi penting,
yang berguna sebagai alat untuk membantu para pemangku kepentingan dan pengambil
kebijakan pembangunan untuk memahami, mengelola, dan memperbaiki apa yang telah
dilakukan sebelumnya. Hasil evaluasi juga dapat digunakan sebagai rekomendasi yang
spesifik sesuai dengan kondisi lokal, guna mempertajam perencanaan dan penganggaran
pembangunan di pusat dan daerah pada periode berikutnya, termasuk untuk penentuan
alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Dekonsentrasi (DEKON).


                                                                                                                  1
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                       
Tim Independen Universitas Lampung 
LAPORAN AKHIR 

                                                                                                                       




1.2. Keluaran

         Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan EKPD 2009 meliputi:

    a. Terhimpunnya data dan informasi hasil evaluasi kinerja pembangunan daerah di
         Provinsi Lampung;

    b. Tersusunnya hasil analisis evaluasi kinerja pembangunan daerah di Provinsi
         Lampung sesuai dengan sistematika penulisan pada buku panduan.




         Gambar 1. Peta Provinsi Lampung



1.3 Metodologi

     1.3.1 Kerangka Kerja EKPD 2009

         Kerangka kerja EKPD 2009 meliputi beberapa tahapan kegiatan utama yaitu: (1)
Penentuan indikator hasil (outcomes) yang memiliki pengaruh besar terhadap pencapaian
tujuan pembangunan daerah; (2) Pemilihan pendekatan dalam melakukan evaluasi; dan
(3) Pelaksanaan evaluasi serta penyusunan rekomendasi kebijakan.                               Secara lengkap


                                                                                                                  2
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                       
Tim Independen Universitas Lampung 
LAPORAN AKHIR 

                                                                                                                       

kerangka kerja disajikan sebagaimana terlihat pada Gambar 2. Ketiga tahapan tersebut
diuraikan sebagai berikut:




                               Gambar 2. Kerangka Kerja EKPD 2009

   (1) Penentuan Indikator Hasil (outcomes)

         Indikator kinerja dari tujuan/sasaran pembangunan daerah merupakan indikator
         dampak (impacts) yang didukung melalui pencapaian 5 kategori indikator hasil
         (outcomes) terpilih. Pengelompokan indikator hasil serta pemilihan indikator
         pendukungnya, dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah sebagai berikut:

         a. Specific, atau indikator dapat diidentifikasi dengan jelas;

         b. Relevant: mencerminkan keterkaitan secara langsung dan logis antara target
              output dalam rangka mencapai target outcome yang ditetapkan; serta antara
              target outcomes dalam rangka mencapai target impact yang ditetapkan;
                                                                                                                  3
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                       
Tim Independen Universitas Lampung 
LAPORAN AKHIR 

                                                                                                                       

         c. Measurable : jelas dan dapat diukur dengan skala penilaian tertentu yang
              disepakati, dapat berupa pengukuran secara kuantitas, kualitas dan biaya;

         d. Reliable: indikator yang digunakan akurat dan dapat mengikuti perubahan
              tingkatan kinerja;

         e. Verifiable: memungkinkan proses validasi dalam sistem yang digunakan untuk
              menghasilkan indikator;

         f. Cost-effective: kegunaan indikator sebanding dengan biaya pengumpulan
              data.

    Pengelompokan           5    kategori      indikator     hasil    (outcomes)       yang      mencerminkan
    tujuan/sasaran pembangunan daerah meliputi:

         a. Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi.

         b. Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia.

         c. Tingkat Pembangunan Ekonomi.

         d. Kualitas Pengelolaan Sumber Daya Alam.

         e. Tingkat Kesejahteraan sosial.

   (2) Pemilihan Pendekatan Dalam Melakukan Evaluasi

         Hubungan antar tingkat indikator dengan pendekatan pengukuran kinerja
         pembangunan dapat dilihat dalam Gambar 3.                           Secara lebih rinci hubungan
         tersebut dapat dijelaskan sbb.:

         a. Relevansi untuk menilai sejauh mana pembangunan yang dijalankan relevan
              terhadap sasaran atau kebutuhan daerah dalam menjawab permasalahannya.

         b. Efektivitas, untuk melihat apakah pembangunan yang dilakukan berkontribusi
              terhadap pencapaian baik tujuan spesifik maupun umum pembangunan
              daerah.

         c. Efisiensi, untuk mengetahui bagaimana masukan (inputs) diubah dalam
              proses yang telah direncanakan untuk menjadi keluaran (outputs).



                                                                                                                  4
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                       
Tim Independen Universitas Lampung 
LAPORAN AKHIR 

                                                                                                                       

         d. Efektivitas Biaya, untuk menggambarkan hubungan antara input dengan
              outcomes pembangunan.

         e. Kualitas,         yaitu     pengukuran         derajat      kesesuaian         antara      hasil-hasil
              pembangunan yang dicapai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat.

         f. Waktu, yaitu ketepatan waktu/periode pencapaian kinerja yang ditetapkan.

         g. Produktivitas,            untuk    melihat      nilai    tambah,      setiap     tahapan       proses
              pembangunan dibandingkan dengan sumber daya yang telah digunakan.

         Mengingat adanya keterbatasan waktu dan sumber daya yang tersedia dalam
         pelaksanaan EKPD 2009, maka pendekatan dalam melakukan evaluasi kinerja
         hanya meliputi aspek relevansi dan efektivitas pencapaian hasil saja. Namun,
         tetap diharapkan bahwa hasil yang diperoleh dapat mencerminkan kinerja
         pembangunan daerah yang sesungguhnya.




      Gambar 3. Hubungan antara indikator dengan pendekatan pengukuran kinerja.




                                                                                                                  5
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                       
Tim Independen Universitas Lampung 
LAPORAN AKHIR 

                                                                                                                       

    (3) Pelaksanaan evaluasi serta penyusunan rekomendasi kebijakan

         Tahapan evaluasi dimulai dengan mengidentifikasi permasalahan dan tantangan
         utama pembangunan daerah serta mengidentifikasi tujuan pembangunan daerah.

         Tahap kedua adalah melengkapi dan mengoreksi Tabel Capaian yang dilanjutkan
         dengan tahap ketiga yaitu melakukan penilaian berkaitan dengan relevansi dan
         efektivitas pencapaian.

         Tahap keempat adalah melakukan identifikasi berbagai alasan atau isu yang
         menyebabkan capaian pembangunan daerah (tidak) relevan dan (tidak) efektif.
         Tim Evaluasi Provinsi menjelaskan “How and Why” berkaitan dengan capaian
         pembangunan daerah.

         Tahap kelima adalah menyusun rekomendasi untuk mempertajam perencanaan
         dan penganggaran pembangunan periode berikutnya.

         Tahap keenam, Bappenas melakukan perbandingan kinerja terkait hasil evaluasi
         di atas berupa review dan pemetaan berdasarkan capaian tertinggi sampai
         terendah.

    1.3.2 Penentuan Indikator

              Metode yang digunakan untuk menentukan capaian pada 5 kelompok indikator
    hasil adalah sebagai berikut:

    (1) Indikator hasil (outcomes) disusun dari beberapa indikator pendukung terpilih yang
         memberikan kontribusi besar untuk pencapaian indikator hasil (outcomes).

    (2) Pencapaian indikator hasil (outcomes) dihitung dari nilai rata-rata indikator
         pendukung, dengan satuan yang digunakan adalah persentase.

    (3) Indikator pendukung yang satuannya bukan berupa persentase maka tidak
         dimasukkan dalam rata-rata, melainkan ditampilkan tersendiri.

    (4) Apabila indikator hasil (outcomes) dalam satuan persentase memiliki makna
         negatif, maka sebelum dirata-ratakan nilainya harus diubah atau dikonversikan
         terlebih dahulu menjadi (100%) – (persentase pendukung indikator negatif).


                                                                                                                  6
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                       
Tim Independen Universitas Lampung 
LAPORAN AKHIR 

                                                                                                                       

         Sebagai contoh adalah nilai indikator pendukung persentase kemiskinan
         semakin tinggi, maka kesejahteraan sosialnya semakin rendah.

    (5) Pencapaian indikator hasil adalah jumlah nilai dari penyusun indikator hasil dibagi
         jumlah dari penyusun indikator hasil (indikator pendukungnya). Contoh untuk
         indikator Tingkat Kesejahteraan Sosial disusun oleh:

         a. Persentase penduduk miskin

         b. Tingkat pengangguran terbuka

         c. Persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak

         d. Presentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia

         e. Presentase pelayanan dan rehabilitasi sosial

Semua penyusun komponen indikator hasil ini bermakna negatif (Lihat No.4) Sehingga:

Indikator kesejahteraan sosial = {(100% - persentase penduduk miskin) + (100% -
         tingkat pengangguran terbuka) + (100% - persentase pelayanan kesejahteraan
         sosial bagi anak) + (100%- persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut
         usia) + (100% - persentase pelayanan dan rehabilitasi sosial}/5

         Daftar indikator keluaran (outputs) yang menjadi komponen pendukung untuk
         masing-masing kategori indikator hasil (outcomes) dapat dilihat pada Lampiran 1.

         Untuk menilai kinerja pembangunan daerah, pendekatan yang digunakan adalah
Relevansi dan Efektivitas.

         Relevansi        digunakan        untuk      menganalisis        sejauh      mana       tujuan/sasaran
pembangunan yang direncanakan mampu menjawab permasalahan utama/tantangan.
Dalam hal ini, relevansi pembangunan daerah dilihat apakah trend capaian pembangunan
daerah sejalan atau lebih baik dari capaian pembangunan nasional.

         Sedangkan efektivitas digunakan untuk mengukur dan melihat kesesuaian antara
hasil dan dampak pembangunan terhadap tujuan yang diharapkan. Efektivitas
pembangunan dapat dilihat dari sejauh mana capaian pembangunan daerah membaik
dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya.

                                                                                                                  7
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                       
Tim Independen Universitas Lampung 
LAPORAN AKHIR 

                                                                                                                       

Dalam mengumpulkan data dan informasi untuk ecaluasi, teknik yang digunakan dapat
melalui:

Pengamatan langsung

           Pengamatan        langsung       kepada       masyarakat        sebagai       subjek      dan     objek
pembangunan di daerah, di antaranya dalam bidang sosial, ekonomi, pemerintahan,
politik, lingkungan hidup dan permasalahan lainnya yang terjadi di wilayah provinsi yang
terkait.

Pengumpulan Data Primer

           Data primer diperoleh melalui FGD dengan para pemangku kepentingan
pembangunan daerah. Tim Evaluasi Provinsi menjadi fasilitator rapat/diskusi dalam
menggali masukan dan tanggapan peserta diskusi.

Pengumpulan Data Sekunder

           Data sekunder diperoleh dari data dan informasi yang telah tersedia pada instansi
pemerintah seperti BPS daerah, Bappeda dan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang
terkait.

1.4 Sistematika Penulisan Laporan

Kata Pengantar (ditandatangani oleh Rektor PTN)
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
BAB I PENDAHULUAN
       1.1 Latar Belakang dan Tujuan (mengikuti latar belakang EKPD 2009 pada
           panduan)
       1.2 Keluaran
       1.3 Metodologi
       1.4 Sistematika Penulisan Laporan

BAB II HASIL EVALUASI
       Deskripsi permasalahan dan tantangan utama pembangunan daerah serta
       identifikasi tujuan pembangunan daerah.
        2.1 TINGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI
            2.1.1. Capaian Indikator
                   Grafik capaian indikator outcomes provinsi dibandingkan dengan
                   capaian indikator outcomes nasional dan analisa
                   Analisis Relevansi
                   Analisis efektifitas

                                                                                                                  8
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                       
Tim Independen Universitas Lampung 
LAPORAN AKHIR 

                                                                                                                       

             2.1.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol
                    Gambaran dan analisa capaian indikator pendukung penunjang
                    outcomes yang spesifik dan menonjol
             2.1.3. Rekomendasi Kebijakan
         2.2 TINGKAT KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA
             2.2.1 Capaian Indikator
                    Grafik capaian indikator outcomes provinsi dibandingkan dengan
                    capaian indikator outcomes nasional dan analisa
                    Analisis Relevansi
                    Analisis efektifitas
             2.2.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol
                    Gambaran dan analisa capaian indikator pendukung outcomes yang
                    spesifik dan menonjol
             2.2.3 Rekomendasi Kebijakan
         2.3 TINGKAT PEMBANGUNAN EKONOMI
             2.3.1 Capaian Indikator
                    Grafik capaian indikator outcomes provinsi dibandingkan dengan
                    capaian indikator outcomes nasional dan analisa
                    Analisis Relevansi
                    Analisis efektifitas
             2.3.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol
                    Gambaran dan analisa capaian indikator pendukung outcomes yang
                    spesifik dan menonjol
             2.3.3 Rekomendasi Kebijakan
         2.4 KUALITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
             2.4.1 Capaian Indikator
                    Grafik capaian indikator outcomes provinsi dibandingkan dengan
                    capaian indikator outcomes nasional dan analisa
                    Analisis Relevansi
                    Analisis efektifitas
             2.4.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol
                    Gambaran dan analisa capaian indikator pendukung penunjang
                    outcomes yang spesifik dan menonjol
             2.4.3 Rekomendasi Kebijakan
         2.5 TINGKAT KESEJAHTERAAN RAKYAT
              2.5.1 Capaian Indikator
                    Grafik capaian indikator outcomes Provinsi dibandingkan dengan
                    capaian indikator outcomes nasional dan analisa.
                    Analisis relevansi
                    Analisis efektivitas
              2.5.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol
                    Gambaran dan analisa capaian indikator output penunjang outcomes
                    yang spesifik dan menonjol
              2.5.2 Rekomendasi Kebijakan

BAB III. KESIMPULAN
         Menyimpulkan apakah capaian tujuan/sasaran pembangunan daerah telah
         relevan dan efektif terhadap tujuan/sasaran pembangunan nasional.
 



                                                                                                                  9
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                       
Tim Independen Universitas Lampung 
LAPORAN AKHIR 

 

Bab II
HASIL DAN EVALUASI

Deskripsi

Secara garis besar, permasalahan dan tantangan utama pembangunan daerah yang dihadapi
Provinsi Lampung yang tercantum dalam Rencana kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun
2009 adalah :
    1. Efektifitas penanggulangan kemiskinan dan pengangguran (Bidang kesejahteraan
         sosial);
    2. Aksesibilitas dan kualitas pendidikan dan kesehatan (Bidang Sumber Daya Manusia);
    3. Optimalisasi kinerja pemerintah daerah (Bidang pelayanan publik);
    4. Meningkatkan dukungan infrastruktur bagi pembangunan (Bidang pembangunan
         ekonomi);
    5. Meningkatkan ketahanan pangan dan produktivitas pertanian dalam arti luas (Bidang
         pembangunan ekonomi);
    6. Efektivitas penanganan kerusakan dan pencemaran lingkungan (Bidang pengelolaan
         sumber daya alam);
    7. Penanganan bencana dan pengangguran resiko bencana (Bidang pengelolaan sumber
         daya alam);
    8. Meningkatkan investasi dan daya saing ekspor (Bidang pembangunan ekonomi);
    9. Penghematan dan diversifikasi energi (Bidang pengelolaan sumber daya alam);
    10. Menstabilkan harga kebutuhan pokok dan sarana produksi pertanian akibat ancaman
         kenaikan harga minyak dunia (Bidang pembangunan ekonomi); dan menjaga stabilitas
         politik setelah pilkada pada akhir tahun 2008 dan menjelang pemilu tahun 2009 (Bidang
         pelayanan publik dan demokrasi).




                                                                                                                             10
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                           
Tim Independen Universitas Lampung 

 
LAPORAN AKHIR 

 

2.1 TINGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI
2.1.1 Capaian Indikator

         a. Pelayanan Publik

         Indikator Pelayanan Publik terdiri atas persentase kasus korupsi yang tertangani
dibandingkan dengan yang dilaporkan, Persentase aparat yang berijazah Sarjana (S-1),
Kabupaten/Kota yang memiliki Perda satu atap, Gender Development Index (GDI) dan Gender
Empowerement Meassurement (GEM)

         Pemberantasan korupsi merupakan sebuah tema penting dalam perjalanan bangsa di
era orde reformasi. Salah satu butir dari 9 (sembilan) tuntutan reformasi politik Indonesia tahun
1998 disamping implementasi otonomi daerah adalah pemberantasan korupsi. Bahkan
pemberantasan korupsi masuk dalam salah satu butir TAP MPR NO. XI Tahun 1998.

         Pemerintahan yang amanah dan akuntabel merupakan tujuan penting yang hendak
diraih oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam masa kepemimpinan keduanya, oleh
sebab itu sinergisitas pemberantasan korupsi antara pemerintah pusat dan deaerah mesti
intensif dilakukan dan selalu dilakukan pengawasan secara simultan.

         Dalam konteks Provinsi Lampung, data menunjukkan kinerja aparat dalam menangani
kasus korupsi sudah cukup baik hal ini terihat dari data tahun 2004 angka penanganan kasus
korupsi mencapai angka 100% berdasarkan pada laporan yang masuk dan penanganan
sebanyak 2 (dua) kasus korupsi pada tahun 2004 berhasil ditangani oleh aparat penegak
hukum, pada tahun 2005 jumlah kasus korupsi yang dilaporkan masuk adalah 1 (satu) kasus
korupsi dan berhasil ditangani hal ini secara kuantitatif menunjukkan tren yang sama pada
tahun sebelumnya walaupun jumlah kasus yang dilaporkan mengalami penurunan sebanyak 1
(satu) kasus korupsi.




                                                                                                                             11
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                           
Tim Independen Universitas Lampung 

 
LAPORAN AKHIR 

 

                                                  Grafik 2.1.1 Persentase jumlah kasus korupsi yang
                                               tertangani dibandingkan yang dilaporkan Nasional dan
                                                                   Provinsi Lampung
                                                                 1         2            3           4         5




                                                                                                                               Tren Capaian Indikator Outcome
                                                120,00                                                                 20,00
                   Capaian Indikator Outcome

                                                100,00                                                                 15,00
                                                  80,00
                                                                                                                       10,00
                                                  60,00
                                                                                                                       5,00
                                                  40,00

                                                  20,00                                                                0,00

                                                   0,00                                                                -5,00
                                                               2004     2005    2006        2007     2008     2009
                                               Persentase jumlah kasus korupsi yang tertangani dibandingkan
                                               yang dilaporkan Nasional
                                               Persentase jumlah kasus korupsi yang tertangani dibandingkan
                                               yang dilaporkan Provinsi Lampung
                                               Tren Nasional                                                      y = 3,0333x - 5,7667
                                                                                                                       R2 = 0,482
                                               Tren provinsi

                                               Linear (Tren Nasional)                                             y = -0,2x + 0,2
                                               Poly. (Tren provinsi)
                                                                                                                    R2 = 0,3333
                                                                                                                                                                 

         Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah)


         Pada tahun 2006 trend ini mengalami penurunan dari 4 (empat) kasus korupsi yang
dilaporkan, aparat penegak hukum hanya menangani 2 (dua) kasus korupsi saja atau 50% dari
kasus korupsi yang dilaporkan, pada tahun berikutnya 2007, jumlah kasus korupsi yang
dilaporkan hanya 3 (tiga) kasus korupsi dan ketiga kasus korupsi tersebut berhasil ditangani
dengan baik oleh aparat penegak hukum atau 100% dari kasus korupsi yang dilaporkan. Pada
tahun 2008 jumlah kasus korupsi yang dilaporkan mengalami kenaikan menjadi 4 (empat)
kasus korupsi dan berhasil ditangani sebanyak 3 (tiga) kasus korpsi oleh aparat penegak
hukum atau 75% dari total jumlah kasus korupsi yang dilaporkan, kemudian pada tahun 2009
dari 3 (tiga) kasus korupsi yang dilaporkan aparat penegak hukum berhasil menangani 3 (tiga)
kasus korupsi tersebut atau 100% dari jumlah kasus korupsi yang dilaporkan.

         Jika dilihat dari tren penanganan kasus korupsi di Lampung maka grafik menunjukkan
jumlah kasus korupsi dan penanganannya di lampung terlihat datar berkisar dua sampai
                                                                                                                                                                    12
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                           
Tim Independen Universitas Lampung 

 
LAPORAN AKHIR 

 

dengan empat kasus per tahun-nya hal ini berbeda dengan penanganan kasus korupsi di level
nasional yang mengalami peningkatan yang signifikan tiap tahun terutama pada tahun 2009.

                                  Grafik 2.1.2 Persentase jumlah aparat yang berijasah
                                            S1 Nasional dan Provinsi Lampung
                                            1             2          3            4            5
                              120,00                                                                   0,50

                              100,00                                                                   0,40




                                                                                                               Indikator Outcome
          Capaian Indikator




                                                                                                       0,30




                                                                                                                 Tren Capaian
                               80,00
              Outcome




                                                                                                       0,20
                               60,00
                                                                                                       0,10
                               40,00
                                                                                                       0,00
                               20,00                                                                   -0,10
                                0,00                                                                   -0,20
                                         2004        2005     2006       2007      2008       2009
                                 Persentase aparat yang berijasah S1 Nasional
                                 Persentase aparat yang berijasah S1 Provinsi lampung     y = 0,0937x - 0,1944
                                 Tren Nasional                                                 R2 = 0,533
                                 Tren Provinsi
                                 Poly. (Tren Provinsi)                                    y = -0,0026x 2 + 0,023x - 0,0351
                                 Linear (Tren Nasional)                                             R2 = 0,1905
                                                                                                                                    
        Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah)

         Dari data yang diperoleh mengenai jumlah aparat yang berijazah S-1 diperoleh data
sebagai berikut tahun 2004 jumlah aparat yang berijazah S-1 adalah 31,96%, tahun 2005
jumlah aparat yang berijazah S-1 sejumlah 31,95%, tahun 2006 aparat yang berijazah S-1
meningkat menjadi 33,7%, pada tahun 2007 menjadi 33,61%, pada tahun 2008 jumlah aparat
yang berijazah S-1 mencapai angka 29,96% angka terendah yang sejak tahun 2004 sampai
dengan 2007, sedangkan pada tahun 2009 persentase aparat yang berijazah S-1 kembali
menaik menjadi 30,11%.

         Data diatas menunjukkan bahwa persentase aparat yang berijazah s-1 di level provinsi
cenderung konstan, hanya pada tahun 2008 saja mengalami penurunan persentase yang cukup
signifikan mencapai angka 29,96%.


                                                                                                                                       13
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                           
Tim Independen Universitas Lampung 

 
LAPORAN AKHIR 

 


                                                   Grafik 2.1.3 Persentase jumlah kabupaten/kota yang
                                                  memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap Nasional
                                                        1         2
                                                                   dan Provinsi lampung
                                                                           3        4        5
                                             120,00                                                                         3,50
                                                                                                                            3,00
                                             100,00




                                                                                                                                                                    e
           apaian Indikator




                                                                                                                                                               utcom
                                                                                                                            2,50




                                                                                                                                           apaian
                                               80,00                                                                        2,00
                                    utcome




                                                                                                                            1,50




                                                                                                                                                    Indikator O
                                               60,00




                                                                                                                                     Tren C
                                                                                                                            1,00
                                   O




                                               40,00                                                                        0,50
                                                                                                                            0,00
          C




                                               20,00
                                                                                                                            -0,50
                                                0,00                                                                        -1,00
                                                         2004           2005    2006        2007           2008      2009
                                                Persentase jumlah kabupaten/kota yang memiliki peraturan
                                                daerah pelayanan satu atap Nasional
                                                Persentase jumlah kabupaten/kota yang memiliki peraturan
                                                daerah pelayanan satu atap provinsi Lampung                   y = 0,5648x - 1,3244
                                                Tren Nasional
                                                                                                                  R2 = 0,3943
                                                Tren Provinsi

                                                Poly. (Tren Provinsi)                                        y = 0,0007x 2 - 0,0053x + 0,006
                                                                                                                      R2 = 0,2143
                                                Linear (Tren Nasional)
                                                                                                                                                                                                        
         Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah)

         Dari grafik didapatkan bahwa jumlah kabupaten/kota yang memiliki perda pelayanan
satu atap masih relatif kurang di Provinsi Lampung. Hanya pada level pemerintah provinsi saja
perda pelayanan satu atap yaitu perda layanan pembayaran pajak kendaraan bermotor.


                                                         Grafik 2.1.4 Gender Development Index (GDI)
                                                            1   Nasional dan Provinsi Lampung
                                                                      2        3        4       5
                                               120,00                                                                             2,50
                                               100,00                                                                             2,00                                                 d a r u o e
                  aa n d a r




                                                                                                                                                                                     In ik to O tc m
                 C p ia In ik to




                                                                                                                                                                         re a a n
                                                                                                                                                                        T n C p ia



                                                80,00                                                                             1,50
                                       u o e
                                      O tc m




                                                60,00                                                                             1,00
                                                40,00                                                                             0,50

                                                20,00                                                                             0,00
                                                 0,00                                                                             -0,50
                                                           2004          2005      2006         2007          2008      2009

                                                Gender Development Index (GDI) Nasional
                                                Gender Development Index Provinsi Lampung
                                                                                                           y = 9,0626x + 13,953
                                                Tren Nasional
                                                                                                                R2 = 0,4055
                                                Tren Provinsi
                                                Linear (Gender Development Index (GDI) Nasional)           y = 0,0216x - 0,0592
                                                Linear (Tren Provinsi)                                         R2 = 0,7358


         Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah)

                                                                                                                                                                                                           14
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                           
Tim Independen Universitas Lampung 

 
LAPORAN AKHIR 

 

         Gender Development Indeks atau GDI adalah secara teknis dipahami sebagai tingkat
pembangunan gender yang merupakan salah satu ukuran yang di rilist oleh Bank Dunia dan
digunakan sebagai alat ukur dalam pencapaian Millenium Development Goal (MDGs).

         Data grafik menunjukkan untuk level provinsi Lampung pada tahun 2004, GDI provinsi
Lampung mencapai angka 58,04 pada tahun 2005 GDI mengalami peningkatan mencapai
angka 59,54 pada tahun 2006 GDI kembali mengalami peningkatan mencapai 60,40 pada
tahun 2007 GDI Provinsi Lampung kembali naik 0,30 menjadi 60,70 pada tahun 2008 GDI
mengalami penurunan menjadi 58,30 dan pada tahun 2009 GDI kembali mengalami penurunan
mencapai 57,01.

         Dari data GDI berdasarkan grafik didapatkan bahwa tingkat GDI provinsi Lampung terus
mengalami peningkatan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007, kemudian mengalami
penurunan pada tahun yang relatif signifikan pada tahun 2008 dan 2009.

                                      Grafik 2.1.5 Gender Empowerment Messurement
                                           (GEM) Nasional dan Provinsi Lampung
                                            1                  2          3          4           5
                       120,00                                                                            2,00
                       100,00




                                                                                                                   Indikator Outcome
           Capaian Indikator




                                                                                                         1,50



                                                                                                                     Tren Capaian
                           80,00
               Outcome




                                                                                                         1,00
                           60,00
                                                                                                         0,50
                           40,00
                           20,00                                                                         0,00

                               0,00                                                                      -0,50
                                        2004            2005       2006       2007   2008       2009
                               Gender Empow erment Messurement (GEM) nasional
                               Gender Empow erment Messurement (GEM) Provinsi lampung       y = 0,3371x - 0,6959
                               Tren Nasional                                                    R2 = 0,5192
                               Tren Provinsi
                               Linear (Tren Provinsi)                                    y = 0,017x - 0,0506
                               Linear (Tren Nasional)                                        R2 = 0,961
                                                                                                                                        
         Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah)


                                                                                                                                           15
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                           
Tim Independen Universitas Lampung 

 
LAPORAN AKHIR 

 

         Gender Empowerement Messurement adalah tolak ukur yang dipakai untuk mengukur
tingkat pemberdayaan gender dalam masyarakat. Begitupun Gender Development Index atau
GDI, GDM juga merupakan alat ukur yang dipakai oleh Workd Bank untuk sebagai salah satu
bagian mencapai MDGs.

         Dalam konteks provinsi Lampung, indeks Gender Empowerement Meassurement (GEM)
terlihat konstan dan tidak ada peningkatan yang cukup signifikan, yaitu pada tahun 2004 indeks
mencapai 59,32, pada tahun 2005 mencapai 60,60 kemudian pada tahun 2006 mencapai 61,40
dan mengalami kenaikan menjadi 61,50 pada tahun 2007. Akan tetapi indeks tersebut
mengalami penurunan 1 (satu) level pada tahun 2008 dan kembali mengalami penurunan 1,20
level menjadi 59,30 pada tahun 2009. Jika melihat tren maka indeks terus mengalami kenaikan
dari tahun 2004, 2005, 2006 sampai tahun 2007 kemudian mengalami penurunan pada tahun
2008 dan 2009.

         b.                      Demokrasi

         Indikator demokrasi dalam Evaluasi Kinerja Pemerintah Daerah Provinsi Lampung tahun
2009 ini terdiri atas Indikator Tingkat Partisipasi Politik dalam Pemilu kepala daerah, Partisipasi
Politik dalam Pemilu Legislatif Nasional dan Partisipasi Politik dalam Pemilihan Presiden.

                                              Grafik 2.1.6 Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat dalam
                                              Pemilihan Kepala Daerah Provinsi nasional dan Provinsi
                                                                     Lampung
                                                           1              2              3                 4           5
                                          120,00                                                                               2,50
                                                                                                                                       T e C p ia In ik t r



                                                                                                                               2,00
                                                                                                                                        r n a a n d ao




                                          100,00
              C p ia In ik t r
               a a n d ao




                                                                                                                               1,50
                                           80,00
                                                                                                                                                              Ot o e
                                 Ot o e




                                                                                                                                                               uc m
                                  uc m




                                                                                                                               1,00
                                           60,00
                                                                                                                               0,50
                                           40,00
                                                                                                                               0,00
                                           20,00                                                                               -0,50

                                            0,00                                                                               -1,00
                                                      2004         2005         2006         2007          2008       2009

                                           Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan kepala
                                           daerah Nasional
                                           Tingkat partisipasi poltik masyarakat dalam pemilihan kepala
                                           daerah Provinsi lampung
                                           Tren Nasional                                                   y = 0,0016x 2 - 0,009x + 0,0091
                                           Tren Provinsi
                                                                                                                    R2 = 0,3734

                                           Poly. (Tren Nasional)                                           y = 0,3334x 2 - 1,6669x + 1,6002
                                           Poly. (Tren Provinsi)                                                     R2 = 0,6522



            Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah)

                                                                                                                                                                       16
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                           
Tim Independen Universitas Lampung 

 
LAPORAN AKHIR 

 

         Mencermati beberapa Pilkada di tanah air belakang ini, kita semua menjadi semakin
miris manakala pemimpin yang dihasilkan dari proses-proses yang sangat demokratis tersebut
ternyata jauh dari pemimpin yang mumpuni dan berkualitas. Pilkada baik untuk level Gubernur,
Bupati maupun Wailkota pada awalnya diciptakan sebagai wahana rekrutmen politik untuk
mencari pemimpin politik yang berkualitas dan mempunyai kapasitas sebagai pemimpin daerah.
Banyak kalangan dalam dan luar negeri berpendapat bahwa pelaksanaan demokrasi di
Indonesia dianggap memiliki progres kemajuan yang luar biasa, akan tetapi sangat
disayangkan karena progresivitas tersebut hanya pada sisi formalisme demokrasi saja dan tidak
diikuti oleh kemajuan dari sisi pemahaman akan substansi demokrasi.

         Fenomena semakin meningkatnya golput pada awalnya, Pilkada (Gubenur, Bupati dan
Walikota) sebenarnya di setting untuk menghasilkan pemimpin lokal yang memiliki legitimasi
tinggi, akan tetapi fenomena yang terjadi mengindikasikan bahwa asumsi awal yang dibangun
tersebut jauh dari realita. Bagaimana misalnya pemimpin politik yang dipilih dari cara yang
demokratis (pilkada) mempunyai legitimasi kuat untuk menjalankan pembangunan jika angka
golput melebihi angka yang memilih pemimpin tersebut.

         Pembangunan dapat terlaksana jika legitimasi politik kuat akan tetapi hal ini bertolak
belakang dengan apa yang terjadi akhir-akhir ini khususnya di tanah air. Merujuk pada data
desk Pilkada Depdagri pada tahun 2005 diambil dari 175 wilayah menunjukkan terjadinya
penurunan partisipasi untuk memilih atau golput. Pada pemilihan legislatif 2004 golput
berjumlah 15,93%, Pilpres tahap I golput berjumlah 20.24%, Pilpres tahap II golput berjumlah
22,56% dan pada Pilkada Golput berjumlah 30,65%. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa tren
golput akan terus naik, dan klimaksnya akan terjadi golput yang sangat besar pada tahun 2009.

         Pada Pilkada Gubernur Lampung tahun 2009 angka partisipasi politik hanya mencapai
66,67%, angka ini berada pada range rata-rata persentase golput Pilkada yang diperkirakan
mencapai angka 25-35 persen. Salah satu persoalan mendasar golput yanh cukup tinggi pada
pilkada adalah kemungkinan kejenuhan masyarakat yang terus menerus dihadapkan pada
event-event pilkada.



                                                                                                                             17
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                           
Tim Independen Universitas Lampung 

 
LAPORAN AKHIR 

 



                                                   2.1.7 tingkat Partisipasi Politik Masyarakat dalam
                                                  pemilihan legislatif Nasional dan Provinsi lampung
                                                           1               2             3             4           5
                                        120,00                                                                              3,50




                                                                                                                                          apaian Indikator Outcome
             apaian Indikator Outcome




                                                                                                                            3,00
                                        100,00                                                                              2,50
                                         80,00                                                                              2,00
                                                                                                                            1,50
                                         60,00                                                                              1,00
                                                                                                                            0,50
                                         40,00                                                                              0,00
                                                                                                                            -0,50
                                         20,00




                                                                                                                                    Tren C
                                                                                                                            -1,00
            C




                                          0,00                                                                              -1,50
                                                     2004           2005        2006         2007          2008   2009
                                           Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan
                                           legislatif Nasional
                                           Tingkat partisipasi politik masyarakatdalam pemilihan
                                           legislatif Provinsi Lampung
                                           tren Nasional                                            y = -0,6075x + 2,4273
                                           tren provinsi
                                                                                                         R2 = 0,5018

                                           Linear (tren Nasional)                                   y = -0,8062x + 2,9218
                                           Linear (tren provinsi)                                        R2 = 0,6484
                                                                                                                                                                      
         Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah)

         Sejak reformasi politik berlangsung yakni sejak tahun 1998, sudah dua kali
mengadakan pemilihan legislatif tingkat nasional. Pemilihan legislatif nasional dilakukan untuk
memilih para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI yang akan mewakili daerah pemilihan
Provinsi Lampung. Terdapat 18 orang anggota DPR-RI yang akan mewakili daerah pemilihan
Lampung. Daerah pemilihan lampung terbagi menjadi 2 (Dua) DP yaitu DP Lampung I dan DP
Lampung II.

         Merujuk pada grafik maka didapatkan angka partisipasi politik untuk pemilihan legislatif
nasional mencapai angka 76,6% pada tahun 2004 dan angka partisipasi politik itu (voter turn
out) mengalami penurunan 0,85% yakni menjadi 75,75% pada tahun 2009. Penurunan angka
partisipasi politik pada tahun 2009 masih merupakan angka yang dapat ditoleransi mengingat
dalam beberapa kasus di provinsi lain angka partisipasi politik untuk pemilihan legislatif nasional
turun dengan sangat signifikan.



                                                                                                                                                                         18
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                           
Tim Independen Universitas Lampung 

 
LAPORAN AKHIR 

 

                                               grafik 2.1. 8 Tingkat Partispasi Politik Masyarakat dalam
                                                        Pilpres Nasional dan Provinsi Lampung
                                                            1               2             3                 4              5
                                          120,00                                                                                   4,00
                                                                                                                                   3,50
                                          100,00                                                                                   3,00




                                                                                                                                           Tren Capaian Indikator
                                                                                                                                   2,50
            Capaian Indikator




                                           80,00                                                                                   2,00




                                                                                                                                                                    Outcome
                                Outcome




                                                                                                                                   1,50
                                           60,00
                                                                                                                                   1,00
                                           40,00                                                                                   0,50
                                                                                                                                   0,00
                                           20,00                                                                                   -0,50
                                                                                                                                   -1,00
                                            0,00                                                                                   -1,50
                                                      2004           2005        2006          2007             2008      2009
                                            Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pilpres Nasional

                                            Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pilpres Provinsi
                                            Lampung
                                            Tren Nasional                                                              y = -0,6341x + 2,5335
                                            Tren Provinsi                                                                   R2 = 0,5017

                                            Linear (Tren Nasional)                                                     y = -0,8201x + 2,9802
                                            Linear (Tren Provinsi)
                                                                                                                            R2 = 0,6447
                                                                                                                                                                               
          Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah)

         Indonesia telah melaksanan 2 (dua) kali pemilihan presiden secara langsung pada tahun
2004 pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla terpilih pada saat itu menyisihkan
pasagan Megawati dan Hasyim Muzadi. Walaupun pemilihan presiden langsung pada saat itu
berlangsung dua putaran angka partisipasi politik pada saat itu mencapai 77,01%. Pada
pemilihan Presiden secara langsung tahun 2009 angka partispasi politik menurun menjadi
75,1% walaupun Pilpres hanya berlangsung 1 (satu) putaran saja.

         Banyak alasan yang menyebabkan tingkat partisipasi politik pada Pilpres tahun 2009
menurun jika dibandingkan dengan tahun 2004, salah satu aspek yang menonjol adalah karena
persoalan perubahan tata cara pemungutan suara yang dilakukan dengan cara menconteng
yang sebelumnya dicoblos, sosialisasi yang belum maksimal oleh KPU dan KPUD
menyebabkan hal itu terjadi. Disamping persoalan sosialisasi yang minim, persoalan lainnya
adalah kejenuhan masyarakat dalam mengikuti event-event pemilu.



                                                                                                                                                                                  19
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                           
Tim Independen Universitas Lampung 

 
LAPORAN AKHIR 

 


                                              Grafik 2.1.9 Tingkat pelayanan Publik Nasional dan
                                                               Provinsi Lampung
                                                   2004        2005        2006         2007    2008       2009
                                        120,00                                                                      2,50
            Capaian Indikator Outcome




                                                                                                                    2,00
                                        100,00




                                                                                                                            Tren Capaian Indikator
                                                                                                                    1,50
                                         80,00
                                                                                                                    1,00




                                                                                                                                   Outcome
                                         60,00                                                                      0,50
                                                                                                                    0,00
                                         40,00
                                                                                                                    -0,50
                                         20,00
                                                                                                                    -1,00
                                          0,00                                                                      -1,50
                                                   2004        2005        2006         2007    2008       2009

                                            Tingkat Pelayanan Publik Nasional
                                                                                               y = 0,3956x - 1,2824
                                            Tingkat Pelayanan Publik provinsi Lampung
                                            Tren Nasional
                                                                                                   R2 = 0,4404
                                            Tren Provinsi
                                            Poly. (Tren Provinsi)                              y = -0,0179x 2 + 0,1053x - 0,0802
                                            Linear (Tren Nasional)                                       R2 = 0,1063
                                                                                                                                                      
         Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah)

         Secara umum tingkat pelayanan publik nasional lebih fluktuatif yang cenderung
bergerak positif dibandingkan dengan tingkat pelayanan publik Provinsi Lampung. Pada tahun
2004, 2005, 2006 dan 2007 tingkat pelayanan publik Lampung masih lebih baik dibandingkan
dengan tingkat pelayanan publik akan tetapi tren itu semakin berkurang pada tahun 2008 dan
titik terendahnya terjadi pada tahun 2009 dimana tren nasional bergerak positif sedangkan tren
Lampung bergerak negatif. Hal ini dimungkinkan karena bagi Provinsi Lampung tahun 2008 dan
2009 adalah “tahun politik”. Pada tahun 2008, Pemilihan Gubernur Lampung diselenggarakan
sehingga besar kemungkinan event-event politik itu yang mengganggu kinerja pelayanan publik
di Provinsi Lampung.




                                                                                                                                                         20
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                           
Tim Independen Universitas Lampung 

 
LAPORAN AKHIR 

 


                                                   Grafik 2.1.10 Tingkat Demokrasi Nasional dan Provinsi
                                                                          lampung

                                                     2004       2005        2006   2007      2008     2009
                                          120,00                                                             1,20
              Capaian Indikator Outcome



                                                                                                             1,00
                                          100,00




                                                                                                                     Tren Capaian Indikator
                                                                                                             0,80
                                           80,00                                                             0,60




                                                                                                                                              Outcome
                                                                                                             0,40
                                           60,00
                                                                                                             0,20
                                           40,00                                                             0,00
                                                                                                             -0,20
                                           20,00
                                                                                                             -0,40
                                            0,00                                                             -0,60
                                                     2004       2005        2006   2007      2008     2009

                                              Tingkat Demokrasi Nasional           y = -0,2039x + 1,0176
                                              Tingkat Demokrasi provinsi Lampung        R2 = 0,5023
                                              Tren Nasional
                                              Tren Provinsi
                                                                                   y = -0,3042x + 1,3102
                                              Linear (Tren Provinsi)
                                              Linear (Tren Nasional)                    R2 = 0,7482


             Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah)

2.1.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol

         Pada umumnya tren tingkat pelayanan publik dan demokrasi di Lampung lajunya
cenderung stagnan. Walaupun sebenarnya jika beberapa aspek dimaksimalkan ada sebuah
harapan besar dimasa depan akan prospek tingkat pelayanan publik dan demokrasi di
Lampung akan lebih baik.

Dari seluruh indikator utama tingkat pelayanan publik dan demokrasi di Lampung terlihat bahwa
    1. Tren penanganan kasus korupsi nasional lebih baik jika dibandingkan dengan tren
         penanganan kasus korupsi Provinsi Lampung. Tren penanganan kasus korupsi di
         Lampung cenderung stagnan.
    2. Tren aparat yang berijazah S-1 (sarjana) di Provinsi Lampung cenderung stagnan jika
         dibandingkan dengan tren aparat yang berijazah S-1 (sarjana) yang selalu mengalami
         peningkatan tahun per tahun.




                                                                                                                                                        21
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                           
Tim Independen Universitas Lampung 

 
LAPORAN AKHIR 

 

    3. Tren jumlah kabupaten/kota yang memiliki perda satu atap Provinsi Lampung cenderung
         stagnan dibandingkan dengan tren nasional yang mengalami peningkatan yang
         signifikan dari tahun 2004 s.d 2009.
    4. Gender Development Index (GDI) dan Gender Empowerement Meassurement (GEM)
         Provinsi Lampung cenderung stagnan jika dibandingkan dengan GDI (Gender
         Development Index) dan GEM (Gender Empowerement Messurement) Nasional.
    5. Dalam Partisipasi Politik di pilkada (pemilihan gubernur) tren Lampung lebih baik jika
         dibandingkan dengan tren nasional yang cenderung stagnan.
    6. Tren Partsipasi Politik dalam pemilihan legislatif nasional antara nasional dan Lampung
         cenderung pada level yang sama.
    7. Tren Partsipasi Politik dalam Pilpres antara tren nasional dan Lampung cenderung pada
         level yang sama.

         Jika dilihat dari beberapa indikator dalam tingkat pelayanan publik dan demokrasi di
Lampung maka perlunya peningkatan kinerja aparat pemerintah daerah terhadap penanganan
kasus korupsi. Pada bagian lain menjadi penting juga untuk meningkatkan kualitas SDM aparat
pemerintahan dengan meningkatkan kapasitas pendidikan formal. Oleh sebab ke depan
menjadi bagian penting adalah melakukan sinergisitas kerja antara aparat pemerintah daerah,
pengguna pelayanan publik dan stake holders.

2.1.3 Rekomendasi Kebijakan

         Setelah memberikan penilaian dan analisis, maka dalam konteks tingkat pelayanan
publik dan demokrasi di Lampung terdapat beberapa hal yang mendesak dan harus segera
dibenahi antara lain:
    1. Permasalahan masih rendahnya penanganan kasus korupsi di Lampung yang disebab-
         kan oleh sedikitnya temuan atau laporan masyarakat yang masuk ke Kejaksaan Tinggi
         dan Kepolisian Daerah Lampung.
    2. Perlunya peningkatan kemampuan SDM (Sumber Daya Manusia) aparat pemerintah
         daerah terutama pada sektor pendidikan formal.
    3. Masih sedikitnya kabupaten/kota yang memiliki perda satu atap juga menjadi masalah
         serius yang harus segera dibenahi dan dipercepat prosesnya.
                                                                                                                             22
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                           
Tim Independen Universitas Lampung 

 
LAPORAN AKHIR 

 

    4. Gender Development Index (GDI) dan Gender Empowerement Messurement (GEM)
         Lampung yang rendah dibandingkan indek nasional menjadi masalah yang juga harus
         dibenahi.
    5. Partisipasi Politik pilgub relatif lebih baik dibandingkan daerah lain, akan tetapi permasa-
         lahannya adalah partisipasi politik legislatif dan pilpres yang masih berada di bawah
         level angka partisipasi politik (voter turn out) nasional.

Oleh sebab itu untuk mempercepat proses perlunya adanya intervensi kebijakan yang terumus
dalam beberapa rekomedasi kebijakan yang mesti dilakukan adalah :


A. Rekomedasi Kebijakan bagi Peningkatan Pelayan Publik


    1. Mendorong peran masyarakat luas dalam penegakan hukum untuk memberantas
         korupsi serta mempercepat reformasi birokrasi untuk meningkatkan pelayanan
         masyarakat.
    2. Perlunya peningkatan kinerja aparatur penegak hukum (korupsi) dalam menangani
         kasus korupsi daerah.
    3. Perlunya intervensi kebijakan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur
         pemerintah daerah dengan meningkatkan pendidikan formal jenjang Sarjana dan Pasca
         Sarjana serta pelatihan soft skill peningkatan pelayanan publik.
    4. Perlunya intervensi kebijakan pemerintah untuk meningkatkan Gender Development
         Index (GDI) dan Gender Empowerement Meassurement (GEM)


B. Rekomendasi Kebijakan bagi Demokrasi


    1. Pemerintah daerah dapat menjaga stabilitas politik daerah setelah pemilu 2009 sampai
         dengan 2014.
    2. Perlunya intervensi kebijakan pemerintah untuk meningkatkan Gender Development
         Index (GDI) dan Gender Empowerement Meassurement (GEM)




                                                                                                                             23
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                           
Tim Independen Universitas Lampung 

 
LAPORAN AKHIR 

 

    3. Perlunya intervensi kebijakan (Pemda, KPUD dan stake holder) dalam bentuk program
         dan kegiatan yang bertujuan meningkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya
         partisipasi politik dalam event-event politik kenegaraan.


2.2 Tingkat Pembangunan Sumber Daya Manusia

2.2.1 Capaian Indikator

         Nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator penting untuk
menilai kemajuan pembangunan SDM masyarakat. Nilai IPM Provinsi Lampung dalam kurun
waktu 2005 sampai 2008 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2005 IPM
Provinsi Lampung sebesar 68,80 dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 70,10. Peningkatan
nilai IPM di Provinsi Lampung ini didukung pula oleh peningkatan tiga indikator pendukungnya
yaitu indeks kelangsungan hidup, indeks pengetahuan, dan indeks daya beli.

         Pembangunan pada bidang pendidikan di Provinsi Lampung telah memperlihatkan
banyak kemajuan.           Beberapa kemajuan yang dicapai antara lain, telah terjadi peningkatan
penuntasan Wajib Belajar Sembilan tahun. Dari sisi kebijakan alokasi dana pembangunan,
alokasi dana untuk pendidikan telah meningkat secara bertahap dan pada tahun 2009
mencapai 20% dari belanja langsung. Selain itu, terjadi pula peningkatan Angka Partisipasi
Murni (APM) pada tingkat SD, SMP, dan SMA.

         Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator yang sangat penting
dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia. Indikator kesehatan masyarakat antara
lain dapat tergambar pada nilai Umur Harapan Hidup (UHH), angka mortalitas dan morbiditas,
serta status gizi masyarakat.




                                                                                                                             24
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                           
Tim Independen Universitas Lampung 

 
LAPORAN AKHIR 

 

Analisis Relevansi dan Efektivitas

         a. Indeks Pembangunan Manusia




                                                                                                                  

            Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah)


         Pada Grafik 2.2.1 dapat dilihat bahwa secara nasional nilai indeks pembangunan
manusia cenderung meningkat pada kurun waktu 2004 – 2009. Kecenderungan peningkatan
yang sama terjadi pula pada indeks pembangunan manusia di Provinsi Lampung pada kurun
waktu tersebut.         Apabila dicermati, pada Grafik 2.2.1 juga terlihat bahwa angka indeks
pembangunan manusia di Provinsi Lampung masih sedikit berada di bawah angka indeks
pembangunan manusia secara nasional. Fakta ini mencerminkan bahwa ke depan Pemerintah
Provinsi Lampung harus secara khusus mengarahkan program pembangunan yang secara
langsung dapat berdampak terhadap peningkatan nilai IPM, sehingga paling tidak dapat
menyamai pencapaian nilai IPM di tingkat nasional.

         Dilihat dari tren peningkatan nilai IPM di tingkat nasional dan Provinsi Lampung yang
cenderung sejalan, terdapat indikasi bahwa ada relevansi antara program di tingkat nasional
                                                                                         25
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                           
Tim Independen Universitas Lampung 

 
LAPORAN AKHIR 

 

dan provinsi. Hanya saja untuk tingkat provinsi efektivitas program peningkatan nilai IPM masih
relatif lebih rendah dibandingkan dengan tingkat nasional. Hal ini disebabkan pada indeks
pembangunan manusia dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu indeks kelangsungan hidup,
pendidikan dan pengetahuan, serta indeks daya beli (gambaran kemampuan masyarakat dalam
mengakses sumberdaya ekonomi) dan ketiga indikator tersebut masih berada di bawah
nasional terutama untuk tingkat pendidikan dan tingkat daya beli masyarakat.

         b. Pendidikan




                                                                                                                     

         Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah)

         Pada Grafik 2.2.2 dapat dilihat bahwa secara nasional angka partisipasi murni tingkat
SD/MI nasional cenderung meningkat pada kurun waktu 2004 – 2009. Pada kurun waktu
tersebut kecenderungan peningkatan yang sama terjadi pula untuk angka partisipasi murni
tingkat SD/MI di Provinsi Lampung. Selain itu, tampak pula bahwa dari tahun 2004 sampai
tahun 2008 angka tingkat partisipasi murni tingkat SD/MI di Provinsi Lampung jauh berada di
atas angka tingkat partisipasi murni tingkat T SD/MI secara nasional. Namun, perlu dicermati
bahwa pada tahun 2008 angka tingkat partisipasi murni tingkat SD/MI di Provinsi Lampung

                                                                                                                             26
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                           
Tim Independen Universitas Lampung 

 
LAPORAN AKHIR 

 

sudah terlihat hampir sama dengan angka tingkat partisipasi murni tingkat SD/MI secara
nasional. Hal ini perlu diantisipasi dan menjadi perhatian khusus Pemerintah Provinsi Lampung,
untuk segera mengambil langkah-langkah nyata dalam peningkatan partisipasi murni tingkat
SD/MI di Provinsi Lampung karena peningkatan angka partisipasi tersebut relatif mendatar,
sehingga sesungguhnya laju peningkatan relatife kecil.




                                                                                                                   

          Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah)


         Pada Grafik 2.2.3 dapat dilihat bahwa pada kurun waktu 2004 – 2009 secara nasional
rata-rata nilai akhir tingkat SMP/MTs cenderung meningkat. Kecenderungan yang sama terjadi
pula untuk rata-rata nilai akhir tingkat SMP/MTs di Provinsi Lampung pada kurun waktu
tersebut. Namun, secara linier tampak bahwa laju peningkatan rata-rata nilai akhir tingkat
SMP/MTs di Provinsi Lampung lebih tinggi dibandingkan dengan laju peningkatan rata-rata
nilai akhir tingkat SMP/MTs pada tingkat nasional.                      Peningkatan angka rata-rata nilai akhir
tingkat SMP/MTs di Provinsi Lampung sangat signifikan terjadi pada tahun 2005 dan 2008
sehingga melebihi angka persentase secara nasional. Sedangkan untuk tahun 2004 angka rata-
rata nilai akhir tingkat SMP/MTs di Provinsi Lampung sama dengan nasional.

                                                               
                                                                                                                             27
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                           
Tim Independen Universitas Lampung 

 
LAPORAN AKHIR 

 




                                                                                                                      

        Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah)
                                                 
         Pada Grafik 2.2.4 dapat dilihat bahwa pada kurun waktu 2004 – 2009 secara nasional
rata-rata nilai akhir tingkat SMA/SMK/MA cenderung meningkat. Kecenderungan yang sama
terjadi pula untuk rata-rata nilai akhir tingkat SMA/SMK/MA di Provinsi Lampung pada kurun
waktu tersebut. Pada Grafik 2.2.4 juga terlihat bahwa dalam kurun waktu 2004 – 2009 angka
rata-rata nilai akhir tingkat SMA/SMK/MA di Provinsi Lampung terlihat hampir sama dengan
rata-rata nilai akhir tingkat SMA/SMK/MA secara nasional, hanya saja pada tahun 2004 dan
2008 rata-rata nilai akhir tingkat SMA/SMK/MA Provinsi Lampung lebih rendah dari rata-rata
nasional.




                                                                                                                             28
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                           
Tim Independen Universitas Lampung 

 
LAPORAN AKHIR 

 




                                                                                                               

             Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah)
                                                               
         Pada Grafik 2.2.5 dapat dilihat bahwa pada kurun waktu 2004 – 2009 secara nasional
angka putus sekolah tingkat SD/MI cenderung menurun. Kecenderungan yang sama terjadi
pula untuk angka putus sekolah tingkat SD/MI di Provinsi Lampung pada kurun waktu tersebut.
Selama kurun waktu 2007 – 2008 angka angka putus sekolah tingkat SD/MI di Provinsi
Lampung lebih tinggi dibandingkan dengan angka putus sekolah tingkat SD/MI pada tingkat
nasional, akan tetapi pada tahun 2004 dan 2006 angka putus sekolah tingkat SD/MI Provinsi
Lampung hampir sama dengan angka putus sekolah tingkat SD/MI nasional walupun sedikit
masih lebih rendah, untuk tahun 2005 angka putus sekolah tingkat SD/MI Provinsi Lampung
jauh lebih rendah dari angka putus sekolah tingkat SD/MI nasional. Namun, perlu dicermati
oleh Pemerintah Provinsi Lampung bahwa pada tahun 2007 dan 2008 kecenderungan yang
ada angka putus sekolah tingkat SD/MI di Provinsi Lampung sudah melebihi angka rata-rata
tingkat nasional.




                                                               

                                                                                                                             29
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                           
Tim Independen Universitas Lampung 

 
LAPORAN AKHIR 

 




                                                                                                                    

         Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah)
                                                               
         Pada Grafik 2.2.6 dapat dilihat bahwa pada kurun waktu 2004 – 2009 secara nasional
angka putus sekolah tingkat SMP/MTs cenderung meningkat. Kecenderungan yang sama
terjadi pula untuk angka putus sekolah tingkat SMP/MTs di Provinsi Lampung pada kurun waktu
tersebut. Pada grafik tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2004 dan 2005 angka putus
sekolah tingkat SMP/MTs di Provinsi Lampung masih lebih tinggi di bandingkan dengan angka
putus sekolah tingkat SMP/MTs nasional. Namun, selama kurun waktu 2006 – 2008 angka
putus sekolah tingkat SMP/MTs di Provinsi Lampung lebih rendah dibandingkan dengan angka
putus sekolah tingkat SMP/MTs pada tingkat nasional. Hal ini mencerminkan keberhasilan
Pemerintah Provinsi Lampung dalam menekan angka putus sekolah tingkat SMP/MTs.



                                                               
                                                               
                                                               
                                                               
                                                                                                                             30
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                           
Tim Independen Universitas Lampung 

 
LAPORAN AKHIR 

 




                                                                                                                       

       Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah)
                                                 
         Pada Grafik 2.2.7 dapat dilihat bahwa pada kurun waktu 2004 – 2009 secara nasional
angka putus sekolah tingkat SMA/SMK/MA relatif konstan. Namun, ada kecenderungan terjadi
peningkatan angka putus sekolah tingkat SMA/SMK/MA di Provinsi Lampung khususnya pada
kurun waktu 2008 – 2009. Selain itu selama kurun waktu 2006 – 2008 angka angka putus
sekolah tingkat SMA/SMK/MA di Provinsi Lampung lebih tinggi dibandingkan dengan angka
putus sekolah tingkat SMA/SMK/MA pada tingkat nasional, meskipun pada tahun 2004 dan
2006 angka putus sekolah tingkat SMA/SMK/MA Provinsi Lampung labih rendah jika
dibandingkan dengan angka putus sekolah tingkat SMA/SMK/MA nasional. Untuk tahun 2006
angka putus sekolah tingkat SMA/SMK/MA Provinsi Lampung dan nasional peninkatan angka
putus sekolah tingkat SMA/SMK/MA sangat signifikan jika dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya.          Hal lain yang perlu dicermati baik di tingkat provinsi maupun nasional
kecenderungan peningkatan persentase angka putus sekolah tingkat SMA/SMK/MA polanya


                                                                                                                             31
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                           
Tim Independen Universitas Lampung 

 
LAPORAN AKHIR 

 

sama antara tahun 2004 – 2006 dengan tahun 2007 dan 2008 walupun ada penurunan pada
periode 2007 -2008 dibandingkan dengan periode tahun 2004 - 2006. 
 




                                                                                                                     

         Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah)
                                                               
         Pada Grafik 2.2.8 dapat dilihat bahwa pada kurun waktu 2004 – 2009 secara nasional
persentase rata-rata angka melek aksara penduduk yang berumur 15 tahun ke atas cenderung
meningkat. Kecenderungan yang sama terjadi pula untuk persentase rata-rata angka melek
aksara penduduk yang berumur 15 tahun ke atas di Provinsi Lampung pada kurun waktu
tersebut. Pada Grafik 2.2.8 juga terlihat bahwa dalam kurun waktu 2004 – 2009 angka
persentase rata-rata angka melek aksara penduduk yang berumur 15 tahun ke atas di Provinsi
Lampung jauh lebih tinggi dari prosentase rata-rata angka melek aksara penduduk yang
berumur 15 tahun ke atas secara nasional. Akan tetapi peningkatan persentase rata-rata angka
melek aksara penduduk yang berumur 15 tahun ke atas di Provinsi Lampung dari tahun 2006-
2009 relatif sangat kecil atau cenderung mendatar.

                                                                                                                             32
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                           
Tim Independen Universitas Lampung 

 
LAPORAN AKHIR 

 

                                                               




                                                                                                                       

       Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah)
                                                               
         Pada Grafik 2.2.9 dapat dilihat bahwa pada kurun waktu 2004 – 2009 secara nasional
persentase jumlah guru yang layak mengajar tingkat SMP/MTs cenderung meningkat.
Kecenderungan yang sama terjadi pula untuk persentase jumlah guru yang layak mengajar
tingkat SMP/MTs di Provinsi Lampung pada kurun waktu tersebut. Selama kurun waktu 2004 –
2007 jumlah guru yang layak mengajar tingkat SMP/MTs di Provinsi Lampung lebih rendah
dibandingkan dengan persentase jumlah guru yang layak mengajar tingkat SMP/MTs pada
tingkat nasional. Akan tetapi khusus pada tahun 2008 persentase jumlah guru yang layak
mengajar tingkat SMP/MTs Provinsi Lampung lebih tinggi jika dibandingkan dengan jumlah guru
yang layak mengajar tingkat SMP/MTs nasional. Garis linier peningkatan persentase jumlah
guru yang layak mengajar tingkat SMP/MTs untuk Provinsi Lampung lebih landai dibandingkan
dengan garis linier untuk nasional. Pada Grafik 2.2.9 juga terlihat bahwa angka prosentase



                                                                                                                             33
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                           
Tim Independen Universitas Lampung 

 
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA

More Related Content

What's hot

Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)...
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)...Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)...
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)...Mellianae Merkusi
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNG
Laporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNGLaporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNG
Laporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNGEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUDLaporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUDEKPD
 
IDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KASIHAN KAB. BANTULN
IDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KASIHAN KAB. BANTULNIDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KASIHAN KAB. BANTULN
IDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KASIHAN KAB. BANTULNDede Saputra
 
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.Oswar Mungkasa
 
Sistem pendeteksi wajah
Sistem pendeteksi wajahSistem pendeteksi wajah
Sistem pendeteksi wajahgunawanHR
 
Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...
Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...
Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...National Cheng Kung University
 
Laporan Akhir EKPD 09 DKI Jakarta - UI
Laporan Akhir EKPD 09 DKI Jakarta - UILaporan Akhir EKPD 09 DKI Jakarta - UI
Laporan Akhir EKPD 09 DKI Jakarta - UIEKPD
 
Kel.15 zakat
Kel.15 zakatKel.15 zakat
Kel.15 zakatMulyanah
 
Kkp teknik komputer bsi print
Kkp teknik komputer bsi printKkp teknik komputer bsi print
Kkp teknik komputer bsi printRizky Dewi
 
Contoh Kkp MI
Contoh Kkp MIContoh Kkp MI
Contoh Kkp MIAhmad M
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNP
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNPLaporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNP
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNPEKPD
 
Sistem Refrigerasi dan Tata Udara, SMK, MAK, Kelas10, Syanmsuri dkk
Sistem Refrigerasi dan Tata Udara, SMK,  MAK,  Kelas10,  Syanmsuri dkkSistem Refrigerasi dan Tata Udara, SMK,  MAK,  Kelas10,  Syanmsuri dkk
Sistem Refrigerasi dan Tata Udara, SMK, MAK, Kelas10, Syanmsuri dkksekolah maya
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalteng - UNPAR
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalteng - UNPARLaporan Akhir EKPD 2010 - Kalteng - UNPAR
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalteng - UNPAREKPD
 
Pengaruh R Egormasi Pajak Thd Penerimaan Daerah Dki Jakarta
Pengaruh R Egormasi Pajak Thd Penerimaan Daerah Dki JakartaPengaruh R Egormasi Pajak Thd Penerimaan Daerah Dki Jakarta
Pengaruh R Egormasi Pajak Thd Penerimaan Daerah Dki Jakartajanstenly
 
Manajemen konstruksi 1 iman soeharto
Manajemen konstruksi 1 iman soehartoManajemen konstruksi 1 iman soeharto
Manajemen konstruksi 1 iman soehartoTaufick Max Ir
 
Kata pengantar daftar isi & istilah 31 agust 2012-revisi 4_final
Kata pengantar daftar isi & istilah 31 agust 2012-revisi 4_finalKata pengantar daftar isi & istilah 31 agust 2012-revisi 4_final
Kata pengantar daftar isi & istilah 31 agust 2012-revisi 4_finalSuhardi Bae
 
Kelas viii smp matematika_endah budi rahaju
Kelas viii smp matematika_endah budi rahajuKelas viii smp matematika_endah budi rahaju
Kelas viii smp matematika_endah budi rahajuw0nd0
 
Dampak privatisasi di Indonesia. Studi Kasus Privatisasi PT. Telekomunikasi I...
Dampak privatisasi di Indonesia. Studi Kasus Privatisasi PT. Telekomunikasi I...Dampak privatisasi di Indonesia. Studi Kasus Privatisasi PT. Telekomunikasi I...
Dampak privatisasi di Indonesia. Studi Kasus Privatisasi PT. Telekomunikasi I...Oswar Mungkasa
 

What's hot (20)

Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)...
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)...Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)...
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)...
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNG
Laporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNGLaporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNG
Laporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNG
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUDLaporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
 
IDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KASIHAN KAB. BANTULN
IDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KASIHAN KAB. BANTULNIDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KASIHAN KAB. BANTULN
IDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KASIHAN KAB. BANTULN
 
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.
 
Sistem pendeteksi wajah
Sistem pendeteksi wajahSistem pendeteksi wajah
Sistem pendeteksi wajah
 
Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...
Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...
Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...
 
Laporan Akhir EKPD 09 DKI Jakarta - UI
Laporan Akhir EKPD 09 DKI Jakarta - UILaporan Akhir EKPD 09 DKI Jakarta - UI
Laporan Akhir EKPD 09 DKI Jakarta - UI
 
Kel.15 zakat
Kel.15 zakatKel.15 zakat
Kel.15 zakat
 
Kkp teknik komputer bsi print
Kkp teknik komputer bsi printKkp teknik komputer bsi print
Kkp teknik komputer bsi print
 
Contoh Kkp MI
Contoh Kkp MIContoh Kkp MI
Contoh Kkp MI
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNP
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNPLaporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNP
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNP
 
Sistem Refrigerasi dan Tata Udara, SMK, MAK, Kelas10, Syanmsuri dkk
Sistem Refrigerasi dan Tata Udara, SMK,  MAK,  Kelas10,  Syanmsuri dkkSistem Refrigerasi dan Tata Udara, SMK,  MAK,  Kelas10,  Syanmsuri dkk
Sistem Refrigerasi dan Tata Udara, SMK, MAK, Kelas10, Syanmsuri dkk
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalteng - UNPAR
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalteng - UNPARLaporan Akhir EKPD 2010 - Kalteng - UNPAR
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalteng - UNPAR
 
Pengaruh R Egormasi Pajak Thd Penerimaan Daerah Dki Jakarta
Pengaruh R Egormasi Pajak Thd Penerimaan Daerah Dki JakartaPengaruh R Egormasi Pajak Thd Penerimaan Daerah Dki Jakarta
Pengaruh R Egormasi Pajak Thd Penerimaan Daerah Dki Jakarta
 
Mangunharjo Mangrove Resort
Mangunharjo Mangrove ResortMangunharjo Mangrove Resort
Mangunharjo Mangrove Resort
 
Manajemen konstruksi 1 iman soeharto
Manajemen konstruksi 1 iman soehartoManajemen konstruksi 1 iman soeharto
Manajemen konstruksi 1 iman soeharto
 
Kata pengantar daftar isi & istilah 31 agust 2012-revisi 4_final
Kata pengantar daftar isi & istilah 31 agust 2012-revisi 4_finalKata pengantar daftar isi & istilah 31 agust 2012-revisi 4_final
Kata pengantar daftar isi & istilah 31 agust 2012-revisi 4_final
 
Kelas viii smp matematika_endah budi rahaju
Kelas viii smp matematika_endah budi rahajuKelas viii smp matematika_endah budi rahaju
Kelas viii smp matematika_endah budi rahaju
 
Dampak privatisasi di Indonesia. Studi Kasus Privatisasi PT. Telekomunikasi I...
Dampak privatisasi di Indonesia. Studi Kasus Privatisasi PT. Telekomunikasi I...Dampak privatisasi di Indonesia. Studi Kasus Privatisasi PT. Telekomunikasi I...
Dampak privatisasi di Indonesia. Studi Kasus Privatisasi PT. Telekomunikasi I...
 

Viewers also liked

HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI BENGKULU
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI BENGKULUHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI BENGKULU
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI BENGKULUEKPD
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SUMATERA SELATAN
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SUMATERA SELATANHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SUMATERA SELATAN
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SUMATERA SELATANEKPD
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SUMATERA BARAT
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SUMATERA BARATHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SUMATERA BARAT
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SUMATERA BARATEKPD
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA TENGAH
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA TENGAHHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA TENGAH
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA TENGAHEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. YogyakartaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. YogyakartaEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahEKPD
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA TIMUR
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA TIMURHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA TIMUR
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA TIMUREKPD
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI GORONTALO
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI GORONTALOHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI GORONTALO
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI GORONTALOEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan RiauEKPD
 
HASIL EVALUASI KINARJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI NTT
HASIL EVALUASI KINARJAPEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI NTTHASIL EVALUASI KINARJAPEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI NTT
HASIL EVALUASI KINARJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI NTTEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi GorontaloLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi GorontaloEKPD
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAMBI
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAMBIHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAMBI
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAMBIEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010- Sulsel - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2010- Sulsel - UNHASLaporan Akhir EKPD 2010- Sulsel - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2010- Sulsel - UNHASEKPD
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI ACEH
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI ACEHHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI ACEH
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI ACEHEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi SelatanEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi RiauEKPD
 

Viewers also liked (16)

HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI BENGKULU
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI BENGKULUHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI BENGKULU
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI BENGKULU
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SUMATERA SELATAN
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SUMATERA SELATANHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SUMATERA SELATAN
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SUMATERA SELATAN
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SUMATERA BARAT
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SUMATERA BARATHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SUMATERA BARAT
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SUMATERA BARAT
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA TENGAH
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA TENGAHHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA TENGAH
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA TENGAH
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. YogyakartaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA TIMUR
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA TIMURHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA TIMUR
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA TIMUR
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI GORONTALO
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI GORONTALOHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI GORONTALO
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI GORONTALO
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
 
HASIL EVALUASI KINARJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI NTT
HASIL EVALUASI KINARJAPEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI NTTHASIL EVALUASI KINARJAPEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI NTT
HASIL EVALUASI KINARJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI NTT
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi GorontaloLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAMBI
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAMBIHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAMBI
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAMBI
 
Laporan Akhir EKPD 2010- Sulsel - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2010- Sulsel - UNHASLaporan Akhir EKPD 2010- Sulsel - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2010- Sulsel - UNHAS
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI ACEH
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI ACEHHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI ACEH
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI ACEH
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
 

Similar to Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA

Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAM
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAMLaporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAM
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAMEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana
Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - UndanaLaporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana
Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - UndanaEKPD
 
Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR
Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPARLaporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR
Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAREKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCENLaporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCENEKPD
 
Laporan EKPD 2009 Kalimantan Timur - UNMUL
Laporan EKPD 2009 Kalimantan Timur - UNMULLaporan EKPD 2009 Kalimantan Timur - UNMUL
Laporan EKPD 2009 Kalimantan Timur - UNMULEKPD
 
RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012
RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012
RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012Mellianae Merkusi
 
Laporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTI
Laporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTILaporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTI
Laporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTIEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - Unand
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - UnandLaporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - Unand
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - UnandEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMUL
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMULLaporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMUL
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMULEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - UnpattiLaporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - UnpattiEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - UnhalLaporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - UnhalEKPD
 
Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Sanitasi
Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) SanitasiPetunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Sanitasi
Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) SanitasiJoy Irman
 
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5Arismon Saputra
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRATLaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRATEKPD
 
Buku Panduan Aplikasi eKinerja
Buku Panduan Aplikasi eKinerjaBuku Panduan Aplikasi eKinerja
Buku Panduan Aplikasi eKinerjaMuh Saleh
 
Laporan Akhir EKPD 2009 NTT - UNDANA
Laporan Akhir EKPD 2009 NTT - UNDANALaporan Akhir EKPD 2009 NTT - UNDANA
Laporan Akhir EKPD 2009 NTT - UNDANAEKPD
 
Penyusunan Strategi dan Rencana Tindak Pengurangan Kemiskinan. Panduan Operas...
Penyusunan Strategi dan Rencana Tindak Pengurangan Kemiskinan. Panduan Operas...Penyusunan Strategi dan Rencana Tindak Pengurangan Kemiskinan. Panduan Operas...
Penyusunan Strategi dan Rencana Tindak Pengurangan Kemiskinan. Panduan Operas...Oswar Mungkasa
 

Similar to Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA (20)

Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAM
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAMLaporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAM
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAM
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana
Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - UndanaLaporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana
Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana
 
Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR
Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPARLaporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR
Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCENLaporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
 
Laporan EKPD 2009 Kalimantan Timur - UNMUL
Laporan EKPD 2009 Kalimantan Timur - UNMULLaporan EKPD 2009 Kalimantan Timur - UNMUL
Laporan EKPD 2009 Kalimantan Timur - UNMUL
 
RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012
RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012
RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012
 
Laporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTI
Laporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTILaporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTI
Laporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTI
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - Unand
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - UnandLaporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - Unand
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - Unand
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMUL
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMULLaporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMUL
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMUL
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - UnpattiLaporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - UnhalLaporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal
 
Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Sanitasi
Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) SanitasiPetunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Sanitasi
Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Sanitasi
 
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
 
Praktikum 2 cover
Praktikum 2 coverPraktikum 2 cover
Praktikum 2 cover
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRATLaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
 
Buku Panduan Aplikasi eKinerja
Buku Panduan Aplikasi eKinerjaBuku Panduan Aplikasi eKinerja
Buku Panduan Aplikasi eKinerja
 
Daftar isi rkpd 2012
 Daftar isi rkpd 2012 Daftar isi rkpd 2012
Daftar isi rkpd 2012
 
Laporan Akhir EKPD 2009 NTT - UNDANA
Laporan Akhir EKPD 2009 NTT - UNDANALaporan Akhir EKPD 2009 NTT - UNDANA
Laporan Akhir EKPD 2009 NTT - UNDANA
 
Payun
PayunPayun
Payun
 
Penyusunan Strategi dan Rencana Tindak Pengurangan Kemiskinan. Panduan Operas...
Penyusunan Strategi dan Rencana Tindak Pengurangan Kemiskinan. Panduan Operas...Penyusunan Strategi dan Rencana Tindak Pengurangan Kemiskinan. Panduan Operas...
Penyusunan Strategi dan Rencana Tindak Pengurangan Kemiskinan. Panduan Operas...
 

More from EKPD

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera UtaraEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera SelatanEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi PapuaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi PapuaEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi MalukuLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi MalukuEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku UtaraEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi LampungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi LampungEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka BelitungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka BelitungEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TimurEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TenganLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TenganEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan SelatanEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TimurEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi JambiLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi JambiEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BantenLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BantenEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BaliLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BaliEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi AcehLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi AcehEKPD
 

More from EKPD (20)

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi PapuaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi MalukuLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi LampungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka BelitungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TenganLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi JambiLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BantenLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BaliLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi AcehLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
 

Recently uploaded

aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 

Recently uploaded (20)

aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 

Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA

  • 1.
  • 2. KATA PENGANTAR Laporan Akhir Tim Independen Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Lampung ini disusun dengan maksud agar dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam kegiatan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah di Provinsi Lampung. Penilaian laporan ini antara lain menyajikan Pendahuluan, Tujuan, Sasaran, Keluaran, Metodologi, Hasil – hasil yang telah dicapai dan Rekomendasi Kebijakan. TIM Independen Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Lampung mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan oleh Bappenas untuk bekerjasama dalam penyusunan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung dan diharapkan kerjasama ini berlanjut untuk tahun berikutnya. Kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan Laporan Akhir Tim Independen Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Lampung ini diucapkan terima kasih. Semoga Laporan Akhir Tim Independen Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Lampung ini dapat bermanfaat dan menjadi acuan pihak-pihak yang terkait dalam meningkatkan kinerja pembangunan Provinsi Lampung. Bandar Lampung, Desember 2009 Rektor Universitas Lampung, Prof. Dr. Ir. Sugeng P Harianto, M.S. NIP. 19580923 198211 1 001 i
  • 3. DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar ……………….……………………………………. i Daftar Isi …..……………………………………………….………… ii Daftar Tabel …………………………………………………………. iii Daftar Gambar …….………………………………………………… iv BAB I PENDAHULUAN.....................................................…….. 1 1.1 Latar Belakang dan Tujuan ...………………………… 1 1.2 Keluaran ...……………...………………………………. 2 BAB II HASIL EVALUASI.............................................................. 10 Deskripsi ..……………………………………………………. 10 2.1 TINGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI 11 2.1.1 Capaian Indikator ……………………………….. 11 2.1.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan 21 Menonjol …………………………………………. 2.1.3 Rekomendasi Kebijakan ……………………….. 22 2.2 TINGKAT KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA … 24 2.2.1 Capaian Indikator ……………………………….. 24 2.2.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan 44 Menonjol …………………………………………. 2.2.3 Rekomendasi Kebijakan ……………………….. 44 2.3 TINGKAT PEMBANGUNAN EKONOMI …………….. 45 2.3.1 Capaian Indikator ……………………………….. 45 2.3.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan 64 Menonjol …………………………………………. 2.3.3 Rekomendasi Kebijakan ……………………….. 65 2.4 TINGKAT PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM 68 DAN LINGKUNGAN HIDUP…………………………... 2.4.1 Capaian Indikator ……………………………….. 68 2.4.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan 77 Menonjol …………………………………………. 2.4.3 Rekomendasi Kebijakan ……………………….. 78 2.5 TINGKAT KESEJAHTERAAN SOSIAL ……………… 78 2.5.1 Capaian Indikator ……………………………….. 78 2.5.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan 92 Menonjol …………………………………………. 2.5.3 Rekomendasi Kebijakan …………………………….. 93 BAB III KESIMPULAN ……………………………………………... 95 ii
  • 4. DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.3.1 Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 47 (milliar rupiah) .................................................................. Tabel 2.3.2 Produk Domestik Regional Bruto Lampung Atas Dasar 47 Harga Konstan 2000 (milliar rupiah) ................................. Tabel 2.3.3 Produk Domestik Bruto Per Kapita Atas Dasar Harga 49 Konstan 2000 (rupiah) ...................................................... Tabel 2.3.4 Produk Domestik Regional Bruto Lampung Atas Dasar 49 Harga Konstan 2000 (milliar rupiah) ................................. Tabel 2.3.5 Persentanse Pertumbuhan Realisasi Investasi PMDN 54 (milliar rupiah) dan PMA (juta dollar) ……………………… Tabel 2.3.6 Capaian Indikator Infrastruktur Jalan di Propinsi 59 Lampung ........................................................................... Tabel 2.3.6 Capaian Indikator Infrastruktur Jalan di Tingkat Nasional 60 iii
  • 5. DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Peta Provinsi Lampung ……….……………………………. 2 Gambar 1. Kerangka Kerja EKPD 2009 ….......................................... 3 Gambar 2. Hubungan antara indikator dengan pendekatan pengukuran kinerja ........................................................... 5 iv
  • 6. LAPORAN AKHIR    BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Tujuan Pembangunan nasional dan pemerataan hasil-hasilnya adalah salah satu prasyarat untuk mempertahankan eksistensi suatu bangsa. Dalam kaitan itu, mudah dipahami bahwa pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional. Pada hakekatnya pembangunan daerah adalah upaya yang terencana secara sistematis untuk meningkatkan kapasitas daerah dalam mewujudkan masa depan daerah yang lebih baik dan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat. Pemahaman dan argumentasi tersebut di atas pada dasarnya sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang- undang tersebut secara jelas menegaskan bahwa Pemerintah Daerah diberikan kewenangan secara luas untuk menentukan kebijakan dan program pembangunan di daerah masing-masing. Regulasi ini sangat tepat mengingat bahwa kondisi, peluang, dan tantangan masing-masing daerah sangat bervariasi sesuai dengan sumber daya yang dimiliki. Evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) 2009 dilaksanakan untuk menilai seberapa jauh relevansi dan efektivitas kinerja pembangunan daerah dalam rentang waktu 2004 – 2008. Selain itu, evaluasi ini juga dilakukan untuk melihat apakah pembangunan di daerah telah mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan dan apakah masyarakat telah mendapatkan manfaat yang diharapkan dari program pembangunan daerah tersebut. Secara kuantitatif, hasil evaluasi ini diharapkan akan memberikan informasi penting, yang berguna sebagai alat untuk membantu para pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan pembangunan untuk memahami, mengelola, dan memperbaiki apa yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil evaluasi juga dapat digunakan sebagai rekomendasi yang spesifik sesuai dengan kondisi lokal, guna mempertajam perencanaan dan penganggaran pembangunan di pusat dan daerah pada periode berikutnya, termasuk untuk penentuan alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Dekonsentrasi (DEKON). 1 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                        Tim Independen Universitas Lampung 
  • 7. LAPORAN AKHIR    1.2. Keluaran Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan EKPD 2009 meliputi: a. Terhimpunnya data dan informasi hasil evaluasi kinerja pembangunan daerah di Provinsi Lampung; b. Tersusunnya hasil analisis evaluasi kinerja pembangunan daerah di Provinsi Lampung sesuai dengan sistematika penulisan pada buku panduan. Gambar 1. Peta Provinsi Lampung 1.3 Metodologi 1.3.1 Kerangka Kerja EKPD 2009 Kerangka kerja EKPD 2009 meliputi beberapa tahapan kegiatan utama yaitu: (1) Penentuan indikator hasil (outcomes) yang memiliki pengaruh besar terhadap pencapaian tujuan pembangunan daerah; (2) Pemilihan pendekatan dalam melakukan evaluasi; dan (3) Pelaksanaan evaluasi serta penyusunan rekomendasi kebijakan. Secara lengkap 2 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                        Tim Independen Universitas Lampung 
  • 8. LAPORAN AKHIR    kerangka kerja disajikan sebagaimana terlihat pada Gambar 2. Ketiga tahapan tersebut diuraikan sebagai berikut: Gambar 2. Kerangka Kerja EKPD 2009 (1) Penentuan Indikator Hasil (outcomes) Indikator kinerja dari tujuan/sasaran pembangunan daerah merupakan indikator dampak (impacts) yang didukung melalui pencapaian 5 kategori indikator hasil (outcomes) terpilih. Pengelompokan indikator hasil serta pemilihan indikator pendukungnya, dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah sebagai berikut: a. Specific, atau indikator dapat diidentifikasi dengan jelas; b. Relevant: mencerminkan keterkaitan secara langsung dan logis antara target output dalam rangka mencapai target outcome yang ditetapkan; serta antara target outcomes dalam rangka mencapai target impact yang ditetapkan; 3 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                        Tim Independen Universitas Lampung 
  • 9. LAPORAN AKHIR    c. Measurable : jelas dan dapat diukur dengan skala penilaian tertentu yang disepakati, dapat berupa pengukuran secara kuantitas, kualitas dan biaya; d. Reliable: indikator yang digunakan akurat dan dapat mengikuti perubahan tingkatan kinerja; e. Verifiable: memungkinkan proses validasi dalam sistem yang digunakan untuk menghasilkan indikator; f. Cost-effective: kegunaan indikator sebanding dengan biaya pengumpulan data. Pengelompokan 5 kategori indikator hasil (outcomes) yang mencerminkan tujuan/sasaran pembangunan daerah meliputi: a. Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi. b. Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia. c. Tingkat Pembangunan Ekonomi. d. Kualitas Pengelolaan Sumber Daya Alam. e. Tingkat Kesejahteraan sosial. (2) Pemilihan Pendekatan Dalam Melakukan Evaluasi Hubungan antar tingkat indikator dengan pendekatan pengukuran kinerja pembangunan dapat dilihat dalam Gambar 3. Secara lebih rinci hubungan tersebut dapat dijelaskan sbb.: a. Relevansi untuk menilai sejauh mana pembangunan yang dijalankan relevan terhadap sasaran atau kebutuhan daerah dalam menjawab permasalahannya. b. Efektivitas, untuk melihat apakah pembangunan yang dilakukan berkontribusi terhadap pencapaian baik tujuan spesifik maupun umum pembangunan daerah. c. Efisiensi, untuk mengetahui bagaimana masukan (inputs) diubah dalam proses yang telah direncanakan untuk menjadi keluaran (outputs). 4 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                        Tim Independen Universitas Lampung 
  • 10. LAPORAN AKHIR    d. Efektivitas Biaya, untuk menggambarkan hubungan antara input dengan outcomes pembangunan. e. Kualitas, yaitu pengukuran derajat kesesuaian antara hasil-hasil pembangunan yang dicapai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat. f. Waktu, yaitu ketepatan waktu/periode pencapaian kinerja yang ditetapkan. g. Produktivitas, untuk melihat nilai tambah, setiap tahapan proses pembangunan dibandingkan dengan sumber daya yang telah digunakan. Mengingat adanya keterbatasan waktu dan sumber daya yang tersedia dalam pelaksanaan EKPD 2009, maka pendekatan dalam melakukan evaluasi kinerja hanya meliputi aspek relevansi dan efektivitas pencapaian hasil saja. Namun, tetap diharapkan bahwa hasil yang diperoleh dapat mencerminkan kinerja pembangunan daerah yang sesungguhnya. Gambar 3. Hubungan antara indikator dengan pendekatan pengukuran kinerja. 5 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                        Tim Independen Universitas Lampung 
  • 11. LAPORAN AKHIR    (3) Pelaksanaan evaluasi serta penyusunan rekomendasi kebijakan Tahapan evaluasi dimulai dengan mengidentifikasi permasalahan dan tantangan utama pembangunan daerah serta mengidentifikasi tujuan pembangunan daerah. Tahap kedua adalah melengkapi dan mengoreksi Tabel Capaian yang dilanjutkan dengan tahap ketiga yaitu melakukan penilaian berkaitan dengan relevansi dan efektivitas pencapaian. Tahap keempat adalah melakukan identifikasi berbagai alasan atau isu yang menyebabkan capaian pembangunan daerah (tidak) relevan dan (tidak) efektif. Tim Evaluasi Provinsi menjelaskan “How and Why” berkaitan dengan capaian pembangunan daerah. Tahap kelima adalah menyusun rekomendasi untuk mempertajam perencanaan dan penganggaran pembangunan periode berikutnya. Tahap keenam, Bappenas melakukan perbandingan kinerja terkait hasil evaluasi di atas berupa review dan pemetaan berdasarkan capaian tertinggi sampai terendah. 1.3.2 Penentuan Indikator Metode yang digunakan untuk menentukan capaian pada 5 kelompok indikator hasil adalah sebagai berikut: (1) Indikator hasil (outcomes) disusun dari beberapa indikator pendukung terpilih yang memberikan kontribusi besar untuk pencapaian indikator hasil (outcomes). (2) Pencapaian indikator hasil (outcomes) dihitung dari nilai rata-rata indikator pendukung, dengan satuan yang digunakan adalah persentase. (3) Indikator pendukung yang satuannya bukan berupa persentase maka tidak dimasukkan dalam rata-rata, melainkan ditampilkan tersendiri. (4) Apabila indikator hasil (outcomes) dalam satuan persentase memiliki makna negatif, maka sebelum dirata-ratakan nilainya harus diubah atau dikonversikan terlebih dahulu menjadi (100%) – (persentase pendukung indikator negatif). 6 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                        Tim Independen Universitas Lampung 
  • 12. LAPORAN AKHIR    Sebagai contoh adalah nilai indikator pendukung persentase kemiskinan semakin tinggi, maka kesejahteraan sosialnya semakin rendah. (5) Pencapaian indikator hasil adalah jumlah nilai dari penyusun indikator hasil dibagi jumlah dari penyusun indikator hasil (indikator pendukungnya). Contoh untuk indikator Tingkat Kesejahteraan Sosial disusun oleh: a. Persentase penduduk miskin b. Tingkat pengangguran terbuka c. Persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak d. Presentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia e. Presentase pelayanan dan rehabilitasi sosial Semua penyusun komponen indikator hasil ini bermakna negatif (Lihat No.4) Sehingga: Indikator kesejahteraan sosial = {(100% - persentase penduduk miskin) + (100% - tingkat pengangguran terbuka) + (100% - persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak) + (100%- persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia) + (100% - persentase pelayanan dan rehabilitasi sosial}/5 Daftar indikator keluaran (outputs) yang menjadi komponen pendukung untuk masing-masing kategori indikator hasil (outcomes) dapat dilihat pada Lampiran 1. Untuk menilai kinerja pembangunan daerah, pendekatan yang digunakan adalah Relevansi dan Efektivitas. Relevansi digunakan untuk menganalisis sejauh mana tujuan/sasaran pembangunan yang direncanakan mampu menjawab permasalahan utama/tantangan. Dalam hal ini, relevansi pembangunan daerah dilihat apakah trend capaian pembangunan daerah sejalan atau lebih baik dari capaian pembangunan nasional. Sedangkan efektivitas digunakan untuk mengukur dan melihat kesesuaian antara hasil dan dampak pembangunan terhadap tujuan yang diharapkan. Efektivitas pembangunan dapat dilihat dari sejauh mana capaian pembangunan daerah membaik dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya. 7 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                        Tim Independen Universitas Lampung 
  • 13. LAPORAN AKHIR    Dalam mengumpulkan data dan informasi untuk ecaluasi, teknik yang digunakan dapat melalui: Pengamatan langsung Pengamatan langsung kepada masyarakat sebagai subjek dan objek pembangunan di daerah, di antaranya dalam bidang sosial, ekonomi, pemerintahan, politik, lingkungan hidup dan permasalahan lainnya yang terjadi di wilayah provinsi yang terkait. Pengumpulan Data Primer Data primer diperoleh melalui FGD dengan para pemangku kepentingan pembangunan daerah. Tim Evaluasi Provinsi menjadi fasilitator rapat/diskusi dalam menggali masukan dan tanggapan peserta diskusi. Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari data dan informasi yang telah tersedia pada instansi pemerintah seperti BPS daerah, Bappeda dan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang terkait. 1.4 Sistematika Penulisan Laporan Kata Pengantar (ditandatangani oleh Rektor PTN) Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Tujuan (mengikuti latar belakang EKPD 2009 pada panduan) 1.2 Keluaran 1.3 Metodologi 1.4 Sistematika Penulisan Laporan BAB II HASIL EVALUASI Deskripsi permasalahan dan tantangan utama pembangunan daerah serta identifikasi tujuan pembangunan daerah. 2.1 TINGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI 2.1.1. Capaian Indikator Grafik capaian indikator outcomes provinsi dibandingkan dengan capaian indikator outcomes nasional dan analisa Analisis Relevansi Analisis efektifitas 8 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                        Tim Independen Universitas Lampung 
  • 14. LAPORAN AKHIR    2.1.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol Gambaran dan analisa capaian indikator pendukung penunjang outcomes yang spesifik dan menonjol 2.1.3. Rekomendasi Kebijakan 2.2 TINGKAT KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA 2.2.1 Capaian Indikator Grafik capaian indikator outcomes provinsi dibandingkan dengan capaian indikator outcomes nasional dan analisa Analisis Relevansi Analisis efektifitas 2.2.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol Gambaran dan analisa capaian indikator pendukung outcomes yang spesifik dan menonjol 2.2.3 Rekomendasi Kebijakan 2.3 TINGKAT PEMBANGUNAN EKONOMI 2.3.1 Capaian Indikator Grafik capaian indikator outcomes provinsi dibandingkan dengan capaian indikator outcomes nasional dan analisa Analisis Relevansi Analisis efektifitas 2.3.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol Gambaran dan analisa capaian indikator pendukung outcomes yang spesifik dan menonjol 2.3.3 Rekomendasi Kebijakan 2.4 KUALITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM 2.4.1 Capaian Indikator Grafik capaian indikator outcomes provinsi dibandingkan dengan capaian indikator outcomes nasional dan analisa Analisis Relevansi Analisis efektifitas 2.4.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol Gambaran dan analisa capaian indikator pendukung penunjang outcomes yang spesifik dan menonjol 2.4.3 Rekomendasi Kebijakan 2.5 TINGKAT KESEJAHTERAAN RAKYAT 2.5.1 Capaian Indikator Grafik capaian indikator outcomes Provinsi dibandingkan dengan capaian indikator outcomes nasional dan analisa. Analisis relevansi Analisis efektivitas 2.5.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol Gambaran dan analisa capaian indikator output penunjang outcomes yang spesifik dan menonjol 2.5.2 Rekomendasi Kebijakan BAB III. KESIMPULAN Menyimpulkan apakah capaian tujuan/sasaran pembangunan daerah telah relevan dan efektif terhadap tujuan/sasaran pembangunan nasional.   9 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                        Tim Independen Universitas Lampung 
  • 15. LAPORAN AKHIR    Bab II HASIL DAN EVALUASI Deskripsi Secara garis besar, permasalahan dan tantangan utama pembangunan daerah yang dihadapi Provinsi Lampung yang tercantum dalam Rencana kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2009 adalah : 1. Efektifitas penanggulangan kemiskinan dan pengangguran (Bidang kesejahteraan sosial); 2. Aksesibilitas dan kualitas pendidikan dan kesehatan (Bidang Sumber Daya Manusia); 3. Optimalisasi kinerja pemerintah daerah (Bidang pelayanan publik); 4. Meningkatkan dukungan infrastruktur bagi pembangunan (Bidang pembangunan ekonomi); 5. Meningkatkan ketahanan pangan dan produktivitas pertanian dalam arti luas (Bidang pembangunan ekonomi); 6. Efektivitas penanganan kerusakan dan pencemaran lingkungan (Bidang pengelolaan sumber daya alam); 7. Penanganan bencana dan pengangguran resiko bencana (Bidang pengelolaan sumber daya alam); 8. Meningkatkan investasi dan daya saing ekspor (Bidang pembangunan ekonomi); 9. Penghematan dan diversifikasi energi (Bidang pengelolaan sumber daya alam); 10. Menstabilkan harga kebutuhan pokok dan sarana produksi pertanian akibat ancaman kenaikan harga minyak dunia (Bidang pembangunan ekonomi); dan menjaga stabilitas politik setelah pilkada pada akhir tahun 2008 dan menjelang pemilu tahun 2009 (Bidang pelayanan publik dan demokrasi). 10 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                            Tim Independen Universitas Lampung   
  • 16. LAPORAN AKHIR    2.1 TINGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI 2.1.1 Capaian Indikator a. Pelayanan Publik Indikator Pelayanan Publik terdiri atas persentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan, Persentase aparat yang berijazah Sarjana (S-1), Kabupaten/Kota yang memiliki Perda satu atap, Gender Development Index (GDI) dan Gender Empowerement Meassurement (GEM) Pemberantasan korupsi merupakan sebuah tema penting dalam perjalanan bangsa di era orde reformasi. Salah satu butir dari 9 (sembilan) tuntutan reformasi politik Indonesia tahun 1998 disamping implementasi otonomi daerah adalah pemberantasan korupsi. Bahkan pemberantasan korupsi masuk dalam salah satu butir TAP MPR NO. XI Tahun 1998. Pemerintahan yang amanah dan akuntabel merupakan tujuan penting yang hendak diraih oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam masa kepemimpinan keduanya, oleh sebab itu sinergisitas pemberantasan korupsi antara pemerintah pusat dan deaerah mesti intensif dilakukan dan selalu dilakukan pengawasan secara simultan. Dalam konteks Provinsi Lampung, data menunjukkan kinerja aparat dalam menangani kasus korupsi sudah cukup baik hal ini terihat dari data tahun 2004 angka penanganan kasus korupsi mencapai angka 100% berdasarkan pada laporan yang masuk dan penanganan sebanyak 2 (dua) kasus korupsi pada tahun 2004 berhasil ditangani oleh aparat penegak hukum, pada tahun 2005 jumlah kasus korupsi yang dilaporkan masuk adalah 1 (satu) kasus korupsi dan berhasil ditangani hal ini secara kuantitatif menunjukkan tren yang sama pada tahun sebelumnya walaupun jumlah kasus yang dilaporkan mengalami penurunan sebanyak 1 (satu) kasus korupsi. 11 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                            Tim Independen Universitas Lampung   
  • 17. LAPORAN AKHIR    Grafik 2.1.1 Persentase jumlah kasus korupsi yang tertangani dibandingkan yang dilaporkan Nasional dan Provinsi Lampung 1 2 3 4 5 Tren Capaian Indikator Outcome 120,00 20,00 Capaian Indikator Outcome 100,00 15,00 80,00 10,00 60,00 5,00 40,00 20,00 0,00 0,00 -5,00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Persentase jumlah kasus korupsi yang tertangani dibandingkan yang dilaporkan Nasional Persentase jumlah kasus korupsi yang tertangani dibandingkan yang dilaporkan Provinsi Lampung Tren Nasional y = 3,0333x - 5,7667 R2 = 0,482 Tren provinsi Linear (Tren Nasional) y = -0,2x + 0,2 Poly. (Tren provinsi) R2 = 0,3333   Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah)   Pada tahun 2006 trend ini mengalami penurunan dari 4 (empat) kasus korupsi yang dilaporkan, aparat penegak hukum hanya menangani 2 (dua) kasus korupsi saja atau 50% dari kasus korupsi yang dilaporkan, pada tahun berikutnya 2007, jumlah kasus korupsi yang dilaporkan hanya 3 (tiga) kasus korupsi dan ketiga kasus korupsi tersebut berhasil ditangani dengan baik oleh aparat penegak hukum atau 100% dari kasus korupsi yang dilaporkan. Pada tahun 2008 jumlah kasus korupsi yang dilaporkan mengalami kenaikan menjadi 4 (empat) kasus korupsi dan berhasil ditangani sebanyak 3 (tiga) kasus korpsi oleh aparat penegak hukum atau 75% dari total jumlah kasus korupsi yang dilaporkan, kemudian pada tahun 2009 dari 3 (tiga) kasus korupsi yang dilaporkan aparat penegak hukum berhasil menangani 3 (tiga) kasus korupsi tersebut atau 100% dari jumlah kasus korupsi yang dilaporkan. Jika dilihat dari tren penanganan kasus korupsi di Lampung maka grafik menunjukkan jumlah kasus korupsi dan penanganannya di lampung terlihat datar berkisar dua sampai 12 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                            Tim Independen Universitas Lampung   
  • 18. LAPORAN AKHIR    dengan empat kasus per tahun-nya hal ini berbeda dengan penanganan kasus korupsi di level nasional yang mengalami peningkatan yang signifikan tiap tahun terutama pada tahun 2009. Grafik 2.1.2 Persentase jumlah aparat yang berijasah S1 Nasional dan Provinsi Lampung 1 2 3 4 5 120,00 0,50 100,00 0,40 Indikator Outcome Capaian Indikator 0,30 Tren Capaian 80,00 Outcome 0,20 60,00 0,10 40,00 0,00 20,00 -0,10 0,00 -0,20 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Persentase aparat yang berijasah S1 Nasional Persentase aparat yang berijasah S1 Provinsi lampung y = 0,0937x - 0,1944 Tren Nasional R2 = 0,533 Tren Provinsi Poly. (Tren Provinsi) y = -0,0026x 2 + 0,023x - 0,0351 Linear (Tren Nasional) R2 = 0,1905   Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah) Dari data yang diperoleh mengenai jumlah aparat yang berijazah S-1 diperoleh data sebagai berikut tahun 2004 jumlah aparat yang berijazah S-1 adalah 31,96%, tahun 2005 jumlah aparat yang berijazah S-1 sejumlah 31,95%, tahun 2006 aparat yang berijazah S-1 meningkat menjadi 33,7%, pada tahun 2007 menjadi 33,61%, pada tahun 2008 jumlah aparat yang berijazah S-1 mencapai angka 29,96% angka terendah yang sejak tahun 2004 sampai dengan 2007, sedangkan pada tahun 2009 persentase aparat yang berijazah S-1 kembali menaik menjadi 30,11%. Data diatas menunjukkan bahwa persentase aparat yang berijazah s-1 di level provinsi cenderung konstan, hanya pada tahun 2008 saja mengalami penurunan persentase yang cukup signifikan mencapai angka 29,96%. 13 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                            Tim Independen Universitas Lampung   
  • 19. LAPORAN AKHIR    Grafik 2.1.3 Persentase jumlah kabupaten/kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap Nasional 1 2 dan Provinsi lampung 3 4 5 120,00 3,50 3,00 100,00 e apaian Indikator utcom 2,50 apaian 80,00 2,00 utcome 1,50 Indikator O 60,00 Tren C 1,00 O 40,00 0,50 0,00 C 20,00 -0,50 0,00 -1,00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Persentase jumlah kabupaten/kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap Nasional Persentase jumlah kabupaten/kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap provinsi Lampung y = 0,5648x - 1,3244 Tren Nasional R2 = 0,3943 Tren Provinsi Poly. (Tren Provinsi) y = 0,0007x 2 - 0,0053x + 0,006 R2 = 0,2143 Linear (Tren Nasional)   Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah) Dari grafik didapatkan bahwa jumlah kabupaten/kota yang memiliki perda pelayanan satu atap masih relatif kurang di Provinsi Lampung. Hanya pada level pemerintah provinsi saja perda pelayanan satu atap yaitu perda layanan pembayaran pajak kendaraan bermotor. Grafik 2.1.4 Gender Development Index (GDI) 1 Nasional dan Provinsi Lampung 2 3 4 5 120,00 2,50 100,00 2,00 d a r u o e aa n d a r In ik to O tc m C p ia In ik to re a a n T n C p ia 80,00 1,50 u o e O tc m 60,00 1,00 40,00 0,50 20,00 0,00 0,00 -0,50 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Gender Development Index (GDI) Nasional Gender Development Index Provinsi Lampung y = 9,0626x + 13,953 Tren Nasional R2 = 0,4055 Tren Provinsi Linear (Gender Development Index (GDI) Nasional) y = 0,0216x - 0,0592 Linear (Tren Provinsi) R2 = 0,7358 Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah) 14 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                            Tim Independen Universitas Lampung   
  • 20. LAPORAN AKHIR    Gender Development Indeks atau GDI adalah secara teknis dipahami sebagai tingkat pembangunan gender yang merupakan salah satu ukuran yang di rilist oleh Bank Dunia dan digunakan sebagai alat ukur dalam pencapaian Millenium Development Goal (MDGs). Data grafik menunjukkan untuk level provinsi Lampung pada tahun 2004, GDI provinsi Lampung mencapai angka 58,04 pada tahun 2005 GDI mengalami peningkatan mencapai angka 59,54 pada tahun 2006 GDI kembali mengalami peningkatan mencapai 60,40 pada tahun 2007 GDI Provinsi Lampung kembali naik 0,30 menjadi 60,70 pada tahun 2008 GDI mengalami penurunan menjadi 58,30 dan pada tahun 2009 GDI kembali mengalami penurunan mencapai 57,01. Dari data GDI berdasarkan grafik didapatkan bahwa tingkat GDI provinsi Lampung terus mengalami peningkatan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007, kemudian mengalami penurunan pada tahun yang relatif signifikan pada tahun 2008 dan 2009. Grafik 2.1.5 Gender Empowerment Messurement (GEM) Nasional dan Provinsi Lampung 1 2 3 4 5 120,00 2,00 100,00 Indikator Outcome Capaian Indikator 1,50 Tren Capaian 80,00 Outcome 1,00 60,00 0,50 40,00 20,00 0,00 0,00 -0,50 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Gender Empow erment Messurement (GEM) nasional Gender Empow erment Messurement (GEM) Provinsi lampung y = 0,3371x - 0,6959 Tren Nasional R2 = 0,5192 Tren Provinsi Linear (Tren Provinsi) y = 0,017x - 0,0506 Linear (Tren Nasional) R2 = 0,961   Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah) 15 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                            Tim Independen Universitas Lampung   
  • 21. LAPORAN AKHIR    Gender Empowerement Messurement adalah tolak ukur yang dipakai untuk mengukur tingkat pemberdayaan gender dalam masyarakat. Begitupun Gender Development Index atau GDI, GDM juga merupakan alat ukur yang dipakai oleh Workd Bank untuk sebagai salah satu bagian mencapai MDGs. Dalam konteks provinsi Lampung, indeks Gender Empowerement Meassurement (GEM) terlihat konstan dan tidak ada peningkatan yang cukup signifikan, yaitu pada tahun 2004 indeks mencapai 59,32, pada tahun 2005 mencapai 60,60 kemudian pada tahun 2006 mencapai 61,40 dan mengalami kenaikan menjadi 61,50 pada tahun 2007. Akan tetapi indeks tersebut mengalami penurunan 1 (satu) level pada tahun 2008 dan kembali mengalami penurunan 1,20 level menjadi 59,30 pada tahun 2009. Jika melihat tren maka indeks terus mengalami kenaikan dari tahun 2004, 2005, 2006 sampai tahun 2007 kemudian mengalami penurunan pada tahun 2008 dan 2009. b. Demokrasi Indikator demokrasi dalam Evaluasi Kinerja Pemerintah Daerah Provinsi Lampung tahun 2009 ini terdiri atas Indikator Tingkat Partisipasi Politik dalam Pemilu kepala daerah, Partisipasi Politik dalam Pemilu Legislatif Nasional dan Partisipasi Politik dalam Pemilihan Presiden. Grafik 2.1.6 Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pemilihan Kepala Daerah Provinsi nasional dan Provinsi Lampung 1 2 3 4 5 120,00 2,50 T e C p ia In ik t r 2,00 r n a a n d ao 100,00 C p ia In ik t r a a n d ao 1,50 80,00 Ot o e Ot o e uc m uc m 1,00 60,00 0,50 40,00 0,00 20,00 -0,50 0,00 -1,00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan kepala daerah Nasional Tingkat partisipasi poltik masyarakat dalam pemilihan kepala daerah Provinsi lampung Tren Nasional y = 0,0016x 2 - 0,009x + 0,0091 Tren Provinsi R2 = 0,3734 Poly. (Tren Nasional) y = 0,3334x 2 - 1,6669x + 1,6002 Poly. (Tren Provinsi) R2 = 0,6522   Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah) 16 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                            Tim Independen Universitas Lampung   
  • 22. LAPORAN AKHIR    Mencermati beberapa Pilkada di tanah air belakang ini, kita semua menjadi semakin miris manakala pemimpin yang dihasilkan dari proses-proses yang sangat demokratis tersebut ternyata jauh dari pemimpin yang mumpuni dan berkualitas. Pilkada baik untuk level Gubernur, Bupati maupun Wailkota pada awalnya diciptakan sebagai wahana rekrutmen politik untuk mencari pemimpin politik yang berkualitas dan mempunyai kapasitas sebagai pemimpin daerah. Banyak kalangan dalam dan luar negeri berpendapat bahwa pelaksanaan demokrasi di Indonesia dianggap memiliki progres kemajuan yang luar biasa, akan tetapi sangat disayangkan karena progresivitas tersebut hanya pada sisi formalisme demokrasi saja dan tidak diikuti oleh kemajuan dari sisi pemahaman akan substansi demokrasi. Fenomena semakin meningkatnya golput pada awalnya, Pilkada (Gubenur, Bupati dan Walikota) sebenarnya di setting untuk menghasilkan pemimpin lokal yang memiliki legitimasi tinggi, akan tetapi fenomena yang terjadi mengindikasikan bahwa asumsi awal yang dibangun tersebut jauh dari realita. Bagaimana misalnya pemimpin politik yang dipilih dari cara yang demokratis (pilkada) mempunyai legitimasi kuat untuk menjalankan pembangunan jika angka golput melebihi angka yang memilih pemimpin tersebut. Pembangunan dapat terlaksana jika legitimasi politik kuat akan tetapi hal ini bertolak belakang dengan apa yang terjadi akhir-akhir ini khususnya di tanah air. Merujuk pada data desk Pilkada Depdagri pada tahun 2005 diambil dari 175 wilayah menunjukkan terjadinya penurunan partisipasi untuk memilih atau golput. Pada pemilihan legislatif 2004 golput berjumlah 15,93%, Pilpres tahap I golput berjumlah 20.24%, Pilpres tahap II golput berjumlah 22,56% dan pada Pilkada Golput berjumlah 30,65%. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa tren golput akan terus naik, dan klimaksnya akan terjadi golput yang sangat besar pada tahun 2009. Pada Pilkada Gubernur Lampung tahun 2009 angka partisipasi politik hanya mencapai 66,67%, angka ini berada pada range rata-rata persentase golput Pilkada yang diperkirakan mencapai angka 25-35 persen. Salah satu persoalan mendasar golput yanh cukup tinggi pada pilkada adalah kemungkinan kejenuhan masyarakat yang terus menerus dihadapkan pada event-event pilkada. 17 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                            Tim Independen Universitas Lampung   
  • 23. LAPORAN AKHIR    2.1.7 tingkat Partisipasi Politik Masyarakat dalam pemilihan legislatif Nasional dan Provinsi lampung 1 2 3 4 5 120,00 3,50 apaian Indikator Outcome apaian Indikator Outcome 3,00 100,00 2,50 80,00 2,00 1,50 60,00 1,00 0,50 40,00 0,00 -0,50 20,00 Tren C -1,00 C 0,00 -1,50 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan legislatif Nasional Tingkat partisipasi politik masyarakatdalam pemilihan legislatif Provinsi Lampung tren Nasional y = -0,6075x + 2,4273 tren provinsi R2 = 0,5018 Linear (tren Nasional) y = -0,8062x + 2,9218 Linear (tren provinsi) R2 = 0,6484   Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah) Sejak reformasi politik berlangsung yakni sejak tahun 1998, sudah dua kali mengadakan pemilihan legislatif tingkat nasional. Pemilihan legislatif nasional dilakukan untuk memilih para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI yang akan mewakili daerah pemilihan Provinsi Lampung. Terdapat 18 orang anggota DPR-RI yang akan mewakili daerah pemilihan Lampung. Daerah pemilihan lampung terbagi menjadi 2 (Dua) DP yaitu DP Lampung I dan DP Lampung II. Merujuk pada grafik maka didapatkan angka partisipasi politik untuk pemilihan legislatif nasional mencapai angka 76,6% pada tahun 2004 dan angka partisipasi politik itu (voter turn out) mengalami penurunan 0,85% yakni menjadi 75,75% pada tahun 2009. Penurunan angka partisipasi politik pada tahun 2009 masih merupakan angka yang dapat ditoleransi mengingat dalam beberapa kasus di provinsi lain angka partisipasi politik untuk pemilihan legislatif nasional turun dengan sangat signifikan. 18 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                            Tim Independen Universitas Lampung   
  • 24. LAPORAN AKHIR    grafik 2.1. 8 Tingkat Partispasi Politik Masyarakat dalam Pilpres Nasional dan Provinsi Lampung 1 2 3 4 5 120,00 4,00 3,50 100,00 3,00 Tren Capaian Indikator 2,50 Capaian Indikator 80,00 2,00 Outcome Outcome 1,50 60,00 1,00 40,00 0,50 0,00 20,00 -0,50 -1,00 0,00 -1,50 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pilpres Nasional Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pilpres Provinsi Lampung Tren Nasional y = -0,6341x + 2,5335 Tren Provinsi R2 = 0,5017 Linear (Tren Nasional) y = -0,8201x + 2,9802 Linear (Tren Provinsi) R2 = 0,6447   Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah) Indonesia telah melaksanan 2 (dua) kali pemilihan presiden secara langsung pada tahun 2004 pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla terpilih pada saat itu menyisihkan pasagan Megawati dan Hasyim Muzadi. Walaupun pemilihan presiden langsung pada saat itu berlangsung dua putaran angka partisipasi politik pada saat itu mencapai 77,01%. Pada pemilihan Presiden secara langsung tahun 2009 angka partispasi politik menurun menjadi 75,1% walaupun Pilpres hanya berlangsung 1 (satu) putaran saja. Banyak alasan yang menyebabkan tingkat partisipasi politik pada Pilpres tahun 2009 menurun jika dibandingkan dengan tahun 2004, salah satu aspek yang menonjol adalah karena persoalan perubahan tata cara pemungutan suara yang dilakukan dengan cara menconteng yang sebelumnya dicoblos, sosialisasi yang belum maksimal oleh KPU dan KPUD menyebabkan hal itu terjadi. Disamping persoalan sosialisasi yang minim, persoalan lainnya adalah kejenuhan masyarakat dalam mengikuti event-event pemilu. 19 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                            Tim Independen Universitas Lampung   
  • 25. LAPORAN AKHIR    Grafik 2.1.9 Tingkat pelayanan Publik Nasional dan Provinsi Lampung 2004 2005 2006 2007 2008 2009 120,00 2,50 Capaian Indikator Outcome 2,00 100,00 Tren Capaian Indikator 1,50 80,00 1,00 Outcome 60,00 0,50 0,00 40,00 -0,50 20,00 -1,00 0,00 -1,50 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Tingkat Pelayanan Publik Nasional y = 0,3956x - 1,2824 Tingkat Pelayanan Publik provinsi Lampung Tren Nasional R2 = 0,4404 Tren Provinsi Poly. (Tren Provinsi) y = -0,0179x 2 + 0,1053x - 0,0802 Linear (Tren Nasional) R2 = 0,1063   Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah) Secara umum tingkat pelayanan publik nasional lebih fluktuatif yang cenderung bergerak positif dibandingkan dengan tingkat pelayanan publik Provinsi Lampung. Pada tahun 2004, 2005, 2006 dan 2007 tingkat pelayanan publik Lampung masih lebih baik dibandingkan dengan tingkat pelayanan publik akan tetapi tren itu semakin berkurang pada tahun 2008 dan titik terendahnya terjadi pada tahun 2009 dimana tren nasional bergerak positif sedangkan tren Lampung bergerak negatif. Hal ini dimungkinkan karena bagi Provinsi Lampung tahun 2008 dan 2009 adalah “tahun politik”. Pada tahun 2008, Pemilihan Gubernur Lampung diselenggarakan sehingga besar kemungkinan event-event politik itu yang mengganggu kinerja pelayanan publik di Provinsi Lampung. 20 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                            Tim Independen Universitas Lampung   
  • 26. LAPORAN AKHIR    Grafik 2.1.10 Tingkat Demokrasi Nasional dan Provinsi lampung 2004 2005 2006 2007 2008 2009 120,00 1,20 Capaian Indikator Outcome 1,00 100,00 Tren Capaian Indikator 0,80 80,00 0,60 Outcome 0,40 60,00 0,20 40,00 0,00 -0,20 20,00 -0,40 0,00 -0,60 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Tingkat Demokrasi Nasional y = -0,2039x + 1,0176 Tingkat Demokrasi provinsi Lampung R2 = 0,5023 Tren Nasional Tren Provinsi y = -0,3042x + 1,3102 Linear (Tren Provinsi) Linear (Tren Nasional) R2 = 0,7482 Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah) 2.1.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol Pada umumnya tren tingkat pelayanan publik dan demokrasi di Lampung lajunya cenderung stagnan. Walaupun sebenarnya jika beberapa aspek dimaksimalkan ada sebuah harapan besar dimasa depan akan prospek tingkat pelayanan publik dan demokrasi di Lampung akan lebih baik. Dari seluruh indikator utama tingkat pelayanan publik dan demokrasi di Lampung terlihat bahwa 1. Tren penanganan kasus korupsi nasional lebih baik jika dibandingkan dengan tren penanganan kasus korupsi Provinsi Lampung. Tren penanganan kasus korupsi di Lampung cenderung stagnan. 2. Tren aparat yang berijazah S-1 (sarjana) di Provinsi Lampung cenderung stagnan jika dibandingkan dengan tren aparat yang berijazah S-1 (sarjana) yang selalu mengalami peningkatan tahun per tahun. 21 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                            Tim Independen Universitas Lampung   
  • 27. LAPORAN AKHIR    3. Tren jumlah kabupaten/kota yang memiliki perda satu atap Provinsi Lampung cenderung stagnan dibandingkan dengan tren nasional yang mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 2004 s.d 2009. 4. Gender Development Index (GDI) dan Gender Empowerement Meassurement (GEM) Provinsi Lampung cenderung stagnan jika dibandingkan dengan GDI (Gender Development Index) dan GEM (Gender Empowerement Messurement) Nasional. 5. Dalam Partisipasi Politik di pilkada (pemilihan gubernur) tren Lampung lebih baik jika dibandingkan dengan tren nasional yang cenderung stagnan. 6. Tren Partsipasi Politik dalam pemilihan legislatif nasional antara nasional dan Lampung cenderung pada level yang sama. 7. Tren Partsipasi Politik dalam Pilpres antara tren nasional dan Lampung cenderung pada level yang sama. Jika dilihat dari beberapa indikator dalam tingkat pelayanan publik dan demokrasi di Lampung maka perlunya peningkatan kinerja aparat pemerintah daerah terhadap penanganan kasus korupsi. Pada bagian lain menjadi penting juga untuk meningkatkan kualitas SDM aparat pemerintahan dengan meningkatkan kapasitas pendidikan formal. Oleh sebab ke depan menjadi bagian penting adalah melakukan sinergisitas kerja antara aparat pemerintah daerah, pengguna pelayanan publik dan stake holders. 2.1.3 Rekomendasi Kebijakan Setelah memberikan penilaian dan analisis, maka dalam konteks tingkat pelayanan publik dan demokrasi di Lampung terdapat beberapa hal yang mendesak dan harus segera dibenahi antara lain: 1. Permasalahan masih rendahnya penanganan kasus korupsi di Lampung yang disebab- kan oleh sedikitnya temuan atau laporan masyarakat yang masuk ke Kejaksaan Tinggi dan Kepolisian Daerah Lampung. 2. Perlunya peningkatan kemampuan SDM (Sumber Daya Manusia) aparat pemerintah daerah terutama pada sektor pendidikan formal. 3. Masih sedikitnya kabupaten/kota yang memiliki perda satu atap juga menjadi masalah serius yang harus segera dibenahi dan dipercepat prosesnya. 22 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                            Tim Independen Universitas Lampung   
  • 28. LAPORAN AKHIR    4. Gender Development Index (GDI) dan Gender Empowerement Messurement (GEM) Lampung yang rendah dibandingkan indek nasional menjadi masalah yang juga harus dibenahi. 5. Partisipasi Politik pilgub relatif lebih baik dibandingkan daerah lain, akan tetapi permasa- lahannya adalah partisipasi politik legislatif dan pilpres yang masih berada di bawah level angka partisipasi politik (voter turn out) nasional. Oleh sebab itu untuk mempercepat proses perlunya adanya intervensi kebijakan yang terumus dalam beberapa rekomedasi kebijakan yang mesti dilakukan adalah : A. Rekomedasi Kebijakan bagi Peningkatan Pelayan Publik 1. Mendorong peran masyarakat luas dalam penegakan hukum untuk memberantas korupsi serta mempercepat reformasi birokrasi untuk meningkatkan pelayanan masyarakat. 2. Perlunya peningkatan kinerja aparatur penegak hukum (korupsi) dalam menangani kasus korupsi daerah. 3. Perlunya intervensi kebijakan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur pemerintah daerah dengan meningkatkan pendidikan formal jenjang Sarjana dan Pasca Sarjana serta pelatihan soft skill peningkatan pelayanan publik. 4. Perlunya intervensi kebijakan pemerintah untuk meningkatkan Gender Development Index (GDI) dan Gender Empowerement Meassurement (GEM) B. Rekomendasi Kebijakan bagi Demokrasi 1. Pemerintah daerah dapat menjaga stabilitas politik daerah setelah pemilu 2009 sampai dengan 2014. 2. Perlunya intervensi kebijakan pemerintah untuk meningkatkan Gender Development Index (GDI) dan Gender Empowerement Meassurement (GEM) 23 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                            Tim Independen Universitas Lampung   
  • 29. LAPORAN AKHIR    3. Perlunya intervensi kebijakan (Pemda, KPUD dan stake holder) dalam bentuk program dan kegiatan yang bertujuan meningkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya partisipasi politik dalam event-event politik kenegaraan. 2.2 Tingkat Pembangunan Sumber Daya Manusia 2.2.1 Capaian Indikator Nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator penting untuk menilai kemajuan pembangunan SDM masyarakat. Nilai IPM Provinsi Lampung dalam kurun waktu 2005 sampai 2008 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2005 IPM Provinsi Lampung sebesar 68,80 dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 70,10. Peningkatan nilai IPM di Provinsi Lampung ini didukung pula oleh peningkatan tiga indikator pendukungnya yaitu indeks kelangsungan hidup, indeks pengetahuan, dan indeks daya beli. Pembangunan pada bidang pendidikan di Provinsi Lampung telah memperlihatkan banyak kemajuan. Beberapa kemajuan yang dicapai antara lain, telah terjadi peningkatan penuntasan Wajib Belajar Sembilan tahun. Dari sisi kebijakan alokasi dana pembangunan, alokasi dana untuk pendidikan telah meningkat secara bertahap dan pada tahun 2009 mencapai 20% dari belanja langsung. Selain itu, terjadi pula peningkatan Angka Partisipasi Murni (APM) pada tingkat SD, SMP, dan SMA. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator yang sangat penting dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia. Indikator kesehatan masyarakat antara lain dapat tergambar pada nilai Umur Harapan Hidup (UHH), angka mortalitas dan morbiditas, serta status gizi masyarakat. 24 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                            Tim Independen Universitas Lampung   
  • 30. LAPORAN AKHIR    Analisis Relevansi dan Efektivitas a. Indeks Pembangunan Manusia   Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah) Pada Grafik 2.2.1 dapat dilihat bahwa secara nasional nilai indeks pembangunan manusia cenderung meningkat pada kurun waktu 2004 – 2009. Kecenderungan peningkatan yang sama terjadi pula pada indeks pembangunan manusia di Provinsi Lampung pada kurun waktu tersebut. Apabila dicermati, pada Grafik 2.2.1 juga terlihat bahwa angka indeks pembangunan manusia di Provinsi Lampung masih sedikit berada di bawah angka indeks pembangunan manusia secara nasional. Fakta ini mencerminkan bahwa ke depan Pemerintah Provinsi Lampung harus secara khusus mengarahkan program pembangunan yang secara langsung dapat berdampak terhadap peningkatan nilai IPM, sehingga paling tidak dapat menyamai pencapaian nilai IPM di tingkat nasional. Dilihat dari tren peningkatan nilai IPM di tingkat nasional dan Provinsi Lampung yang cenderung sejalan, terdapat indikasi bahwa ada relevansi antara program di tingkat nasional 25 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                            Tim Independen Universitas Lampung   
  • 31. LAPORAN AKHIR    dan provinsi. Hanya saja untuk tingkat provinsi efektivitas program peningkatan nilai IPM masih relatif lebih rendah dibandingkan dengan tingkat nasional. Hal ini disebabkan pada indeks pembangunan manusia dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu indeks kelangsungan hidup, pendidikan dan pengetahuan, serta indeks daya beli (gambaran kemampuan masyarakat dalam mengakses sumberdaya ekonomi) dan ketiga indikator tersebut masih berada di bawah nasional terutama untuk tingkat pendidikan dan tingkat daya beli masyarakat. b. Pendidikan   Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah) Pada Grafik 2.2.2 dapat dilihat bahwa secara nasional angka partisipasi murni tingkat SD/MI nasional cenderung meningkat pada kurun waktu 2004 – 2009. Pada kurun waktu tersebut kecenderungan peningkatan yang sama terjadi pula untuk angka partisipasi murni tingkat SD/MI di Provinsi Lampung. Selain itu, tampak pula bahwa dari tahun 2004 sampai tahun 2008 angka tingkat partisipasi murni tingkat SD/MI di Provinsi Lampung jauh berada di atas angka tingkat partisipasi murni tingkat T SD/MI secara nasional. Namun, perlu dicermati bahwa pada tahun 2008 angka tingkat partisipasi murni tingkat SD/MI di Provinsi Lampung 26 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                            Tim Independen Universitas Lampung   
  • 32. LAPORAN AKHIR    sudah terlihat hampir sama dengan angka tingkat partisipasi murni tingkat SD/MI secara nasional. Hal ini perlu diantisipasi dan menjadi perhatian khusus Pemerintah Provinsi Lampung, untuk segera mengambil langkah-langkah nyata dalam peningkatan partisipasi murni tingkat SD/MI di Provinsi Lampung karena peningkatan angka partisipasi tersebut relatif mendatar, sehingga sesungguhnya laju peningkatan relatife kecil.   Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah) Pada Grafik 2.2.3 dapat dilihat bahwa pada kurun waktu 2004 – 2009 secara nasional rata-rata nilai akhir tingkat SMP/MTs cenderung meningkat. Kecenderungan yang sama terjadi pula untuk rata-rata nilai akhir tingkat SMP/MTs di Provinsi Lampung pada kurun waktu tersebut. Namun, secara linier tampak bahwa laju peningkatan rata-rata nilai akhir tingkat SMP/MTs di Provinsi Lampung lebih tinggi dibandingkan dengan laju peningkatan rata-rata nilai akhir tingkat SMP/MTs pada tingkat nasional. Peningkatan angka rata-rata nilai akhir tingkat SMP/MTs di Provinsi Lampung sangat signifikan terjadi pada tahun 2005 dan 2008 sehingga melebihi angka persentase secara nasional. Sedangkan untuk tahun 2004 angka rata- rata nilai akhir tingkat SMP/MTs di Provinsi Lampung sama dengan nasional.   27 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                            Tim Independen Universitas Lampung   
  • 33. LAPORAN AKHIR      Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah)   Pada Grafik 2.2.4 dapat dilihat bahwa pada kurun waktu 2004 – 2009 secara nasional rata-rata nilai akhir tingkat SMA/SMK/MA cenderung meningkat. Kecenderungan yang sama terjadi pula untuk rata-rata nilai akhir tingkat SMA/SMK/MA di Provinsi Lampung pada kurun waktu tersebut. Pada Grafik 2.2.4 juga terlihat bahwa dalam kurun waktu 2004 – 2009 angka rata-rata nilai akhir tingkat SMA/SMK/MA di Provinsi Lampung terlihat hampir sama dengan rata-rata nilai akhir tingkat SMA/SMK/MA secara nasional, hanya saja pada tahun 2004 dan 2008 rata-rata nilai akhir tingkat SMA/SMK/MA Provinsi Lampung lebih rendah dari rata-rata nasional. 28 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                            Tim Independen Universitas Lampung   
  • 34. LAPORAN AKHIR      Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah)   Pada Grafik 2.2.5 dapat dilihat bahwa pada kurun waktu 2004 – 2009 secara nasional angka putus sekolah tingkat SD/MI cenderung menurun. Kecenderungan yang sama terjadi pula untuk angka putus sekolah tingkat SD/MI di Provinsi Lampung pada kurun waktu tersebut. Selama kurun waktu 2007 – 2008 angka angka putus sekolah tingkat SD/MI di Provinsi Lampung lebih tinggi dibandingkan dengan angka putus sekolah tingkat SD/MI pada tingkat nasional, akan tetapi pada tahun 2004 dan 2006 angka putus sekolah tingkat SD/MI Provinsi Lampung hampir sama dengan angka putus sekolah tingkat SD/MI nasional walupun sedikit masih lebih rendah, untuk tahun 2005 angka putus sekolah tingkat SD/MI Provinsi Lampung jauh lebih rendah dari angka putus sekolah tingkat SD/MI nasional. Namun, perlu dicermati oleh Pemerintah Provinsi Lampung bahwa pada tahun 2007 dan 2008 kecenderungan yang ada angka putus sekolah tingkat SD/MI di Provinsi Lampung sudah melebihi angka rata-rata tingkat nasional.   29 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                            Tim Independen Universitas Lampung   
  • 35. LAPORAN AKHIR      Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah)   Pada Grafik 2.2.6 dapat dilihat bahwa pada kurun waktu 2004 – 2009 secara nasional angka putus sekolah tingkat SMP/MTs cenderung meningkat. Kecenderungan yang sama terjadi pula untuk angka putus sekolah tingkat SMP/MTs di Provinsi Lampung pada kurun waktu tersebut. Pada grafik tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2004 dan 2005 angka putus sekolah tingkat SMP/MTs di Provinsi Lampung masih lebih tinggi di bandingkan dengan angka putus sekolah tingkat SMP/MTs nasional. Namun, selama kurun waktu 2006 – 2008 angka putus sekolah tingkat SMP/MTs di Provinsi Lampung lebih rendah dibandingkan dengan angka putus sekolah tingkat SMP/MTs pada tingkat nasional. Hal ini mencerminkan keberhasilan Pemerintah Provinsi Lampung dalam menekan angka putus sekolah tingkat SMP/MTs.         30 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                            Tim Independen Universitas Lampung   
  • 36. LAPORAN AKHIR      Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah)   Pada Grafik 2.2.7 dapat dilihat bahwa pada kurun waktu 2004 – 2009 secara nasional angka putus sekolah tingkat SMA/SMK/MA relatif konstan. Namun, ada kecenderungan terjadi peningkatan angka putus sekolah tingkat SMA/SMK/MA di Provinsi Lampung khususnya pada kurun waktu 2008 – 2009. Selain itu selama kurun waktu 2006 – 2008 angka angka putus sekolah tingkat SMA/SMK/MA di Provinsi Lampung lebih tinggi dibandingkan dengan angka putus sekolah tingkat SMA/SMK/MA pada tingkat nasional, meskipun pada tahun 2004 dan 2006 angka putus sekolah tingkat SMA/SMK/MA Provinsi Lampung labih rendah jika dibandingkan dengan angka putus sekolah tingkat SMA/SMK/MA nasional. Untuk tahun 2006 angka putus sekolah tingkat SMA/SMK/MA Provinsi Lampung dan nasional peninkatan angka putus sekolah tingkat SMA/SMK/MA sangat signifikan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal lain yang perlu dicermati baik di tingkat provinsi maupun nasional kecenderungan peningkatan persentase angka putus sekolah tingkat SMA/SMK/MA polanya 31 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                            Tim Independen Universitas Lampung   
  • 37. LAPORAN AKHIR    sama antara tahun 2004 – 2006 dengan tahun 2007 dan 2008 walupun ada penurunan pada periode 2007 -2008 dibandingkan dengan periode tahun 2004 - 2006.      Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah)   Pada Grafik 2.2.8 dapat dilihat bahwa pada kurun waktu 2004 – 2009 secara nasional persentase rata-rata angka melek aksara penduduk yang berumur 15 tahun ke atas cenderung meningkat. Kecenderungan yang sama terjadi pula untuk persentase rata-rata angka melek aksara penduduk yang berumur 15 tahun ke atas di Provinsi Lampung pada kurun waktu tersebut. Pada Grafik 2.2.8 juga terlihat bahwa dalam kurun waktu 2004 – 2009 angka persentase rata-rata angka melek aksara penduduk yang berumur 15 tahun ke atas di Provinsi Lampung jauh lebih tinggi dari prosentase rata-rata angka melek aksara penduduk yang berumur 15 tahun ke atas secara nasional. Akan tetapi peningkatan persentase rata-rata angka melek aksara penduduk yang berumur 15 tahun ke atas di Provinsi Lampung dari tahun 2006- 2009 relatif sangat kecil atau cenderung mendatar. 32 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                            Tim Independen Universitas Lampung   
  • 38. LAPORAN AKHIR        Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah)   Pada Grafik 2.2.9 dapat dilihat bahwa pada kurun waktu 2004 – 2009 secara nasional persentase jumlah guru yang layak mengajar tingkat SMP/MTs cenderung meningkat. Kecenderungan yang sama terjadi pula untuk persentase jumlah guru yang layak mengajar tingkat SMP/MTs di Provinsi Lampung pada kurun waktu tersebut. Selama kurun waktu 2004 – 2007 jumlah guru yang layak mengajar tingkat SMP/MTs di Provinsi Lampung lebih rendah dibandingkan dengan persentase jumlah guru yang layak mengajar tingkat SMP/MTs pada tingkat nasional. Akan tetapi khusus pada tahun 2008 persentase jumlah guru yang layak mengajar tingkat SMP/MTs Provinsi Lampung lebih tinggi jika dibandingkan dengan jumlah guru yang layak mengajar tingkat SMP/MTs nasional. Garis linier peningkatan persentase jumlah guru yang layak mengajar tingkat SMP/MTs untuk Provinsi Lampung lebih landai dibandingkan dengan garis linier untuk nasional. Pada Grafik 2.2.9 juga terlihat bahwa angka prosentase 33 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009                                                            Tim Independen Universitas Lampung