SlideShare a Scribd company logo
1 of 67
KELAINAN
GASTRO INTESTINAL TRUCT
(GIT)
SAYED RUSTIA
1307101070042
Diskusi Materi 2
Pembimbing : drg. Sri Rezeki, sp. PM
Anatomi
Sistem
Gastro-
intestinal
Fungsi
Sistem
Gastro
intestinal
' Menggerakkan makanan
' Mengumpulkan sekresi dari mulut hingga ke
anus
' Mengasimilasi kalori dan nutrisi yang penting
untuk pembentukan dan pemeliharaan
fungsi tubuh.
Pencernaan dan penyerapan nutrisi
bergantung pada (1) konsentrasi ion hidrogen
yang optimal (pH) di usus; (2) adanya garam
empedu terkonjugasi; (3) konsentrasi enzim
yang cukup untuk membagi lemak, protein,
dan karbohidrat; (4) mobilitas usus yang
memadai.
REF  Burket’s, 11 ed, p.345
Apa itu Kelainan Gastrointestinal ?
 Kelainan yang menyebabkan gangguan pada fungsi sistem
pencernaan individu.
Oral Health Care Professionals (OHCPs) bertujuan untuk
mengenali, mendiagnosis, dan mengobati kondisi oral yang
berhubungan dengan penyakit gastrointestinal. Peran drg. 
memperhatikan diagnosis manifestasi oral yang berhubungan
dengan gangguan saluran cerna, homeostasis, risiko infeksi,
tindakan dan interaksi obat, kemampuan pasien untuk menahan
stres dan trauma prosedur dental serta rujukan medis untuk
memberikan perawatan gigi yang aman dan tepat.
REF  Burket’s, 11 ed, p.345
KLASIFIKASI
UPPER GIT
- Peptic Ulcer Disease (stomach)
- Cancer of stomach (stomach)
 Accesory GIT
- Liver Cirrhosis (Liver)
- Alcoholic Hepatitis (Liver)
- Drug-Induced Hepatotoxicity
(Liver)
- Jaundice (Pankreas)
 LOWER GIT
- Duodenum Ulcer Disease (small
intestine)
- Coliac Disease (small intestine)
- Crohn’s Disease (small
intestine)
REF  Scully’s medprob in dentistry, 7 ed, p.199 Burket’s, 11 ed, p.345
KELAINAN
UPPER
GIT
Peptic Ulcer
Disease
Cancer Of
Stomach
1. 2.
Stomach
 Lambung  Organ sekretori dan tempat
penyimpanan makanan.
 Fungsi  Mengeluarkan asam, lendir,
pepsinogen, dan faktor intrinsik.
- Asam hidroklorida : membunuh bakteri yang
tertelan.
- Lendir : melapisi dan melumasi epitel lapisan
perut  mendorong makanan.
- Pepsinogen : enzim proteolitik yang membantu
mencerna protein.
- Faktor intrinsik : ex. glikoprotein, untuk
penyerapan vitamin B12.
 Di dalam perut, makanan dikumpulkan dan
perlahan dikosongkan - massa semifluid –
disalurkan ke duodenum.
REF  Burket’s, 11 ed, p.349
Peptic Ulcer Disease
“ Penyakit ulkus peptik berupa ulserasi jinak (nonmalignant) pada lapisan
epitel perut (gastric ulcer) atau duodenum (duodenum ulcer).”
 Penyakit maag ini mengacu pada lokasi perut atau duodenum. Sekitar
6% pasien dtg ke drg. menderita penyakit maag peptik.
 Peptic ulcer disease merupakan masalah medis yang serius karena
frekuensi penderita baru dan tingkat kekambuhan yang meningkat. Ex : di
Amerika Serikat, ada sekitar 500.000 kasus baru dan 4.000.000
kekambuhan penyakit ulkus peptik setiap tahun.
 Lebih sering mengenai kelompok sosial ekonomi rendah. Penderita pada
usia > 50 tahun, rasio pria banding wanita  3: 1.
1.
REF  Burket’s, 11 ed, p.349
Etiologi
 Genetik
 Obat Anti Inflamasi Nonsteroid (NSAID)  merusak mukosa gastro-
duodenal.
 Penderita ulkus duodenum meningkat pada perokok, pasien dengan
penyakit ginjal kronis, dan pecandu alkohol.
 Peningkatan kadar asam, pepsin, dan Helicobacter pylori menyebabkan
pertahanan mukosa berkurang. H. pylori sekitar 90-100% pada pasien
dengan ulkus duodenum dan 70-90% pasien dengan ulkus gaster.
Bakteri ini menyebabkan penurunan resistensi mukosa yang
menyebabkan pembentukan maag di perut.
Helicobacter pylori
NSAID  Golongan analgesik dan
antipiretik.
Ex. Aspirin, Ibuprofen, Diclofenak,
Naproxen.
Jika digunakan selama berminggu-
minggu atau berbulan-bulan, NSAID
dapat merusak lapisan saluran
pencernaan  menyebabkan maag
atau membuat ulkus yang ada
semakin memburuk.
Gejala
Klinis
Gejala penyakit ulkus lambung:
√ Nyeri epigastrik setelah makan
atau saat makan
√ Sindrom dyspeptic atas -
kehilangan nafsu makan, mual,
muntah, perut kembung
√ Kurang nutrisi
√ Kehilangan berat badan
√ Rasa sakit bisa menyebar ke
belakang jika sudah menembus
posterior.
√ Nyeri ulkus gastrik diperparah
oleh makanan.
Gejala penyakit ulkus duodenum:
√ Nyeri epigastrik 2 jam setelah
makan atau perut kosong atau
pada malam hari
√ Pyrosis
√ Nutrisi yang baik
√ Sembelit
√ Ulkus duodenum terbebas dari
rasa sakit bila ada makanan.
Komplikasi
Perdarahan  Pendarahan internal: paling umum, terjadi saat ulkus
berkembang di tempat pembuluh darah, dan bisa menyebabkan anemia
Perforasi  Langka (sekitar 1 dalam 350), menyebabkan peritonitis
Obstruksi  Obstruksi saluran keluar gaster: jarang terjadi, (sekitar 1 dari
1.000)
Bleeding
Perforation
Obstruction
Bleeding
Perforation
Obstruction
Medical Aspects
 Ulkus gastrik  sekitar 3-8% merupakan ulserasi ganas pada mukosa
lambung  Diagnosis yang akurat  biopsi, pemeriksaan sitologi
dengan sikat sel dan endoscopic diagnosis oleh gastroenterologist.
 Pastikan tingkat keasaman lambung pada ulkus gastrik  adanya
histamine-fast achlorhydria  kemungkinan sangat tinggi untuk menjadi
ulkus ganas dan bukan ulkus peptik.
Ulkus peptik  Pengobatan antimikroba spesifik
 Dokter gigi harus :
(1) Mengenali morbiditas dan gejala yang terkait dengan penyakit ulkus
peptik yang tidak terdiagnosis atau kurang ditangani.
(2) Membuat rujukan ke dokter perawatan primer atau gastroenterologist
saat gejala ini dikenali. Penting untuk mendiskusikan ulkus gastrik dan
ulkus duodenum secara terpisah karena masing-masing memiliki
implikasi.
Endoscopic Diagnosis
Tabung fleksibel dengan kamera
mungil di ujungnya. Pasien diberi
obat penenang ringan
kemudian tabung tersebut
dimasukan melalui mulut ke
dalam perut.
Cancer of Stomach
(adenocarcinoma)
 Kanker Gaster (Cancer of stomach) umum terjadi di seluruh dunia dan
di semua ras. Insidensinya dipengaruhi oleh perbedaan geografis dan
budaya yang tidak bisa dijelaskan. Contoh : Di amerika serikat insidensi
telah berkurang 50% selama 25 tahun terakhir. Berkurangnya insidensi
kanker gastrik dianggap berkaitan dengan berkurangnya makanan yang
di asini dan di asapi, pendinginan yang mengurangi jumlah bakteri
penghasil nitrat dalam makanan, dan tingginya asupan vitamin C.
 Insidensi kanker gaster paling tinggi pada pria yang berusia lebih dari
40 tahun. Prognosisnya tergantung pada stadium penyakit saat di
diagnosis. Tingkat ketahanan hidup selama 5 tahun adalah sekitar 15%.
 Etiologi kanker gaster tidak jelas.
1.
REF  Scully Medical Problem in Dentistry, ed, p.202
Gejala Klinis
' Gejala awal kanker gaster  Gejala ulkus peptik - gangguan pencernaan
atau nyeri perut bagian atas yang tidak jelas.
' Anoreksia, kehilangan berat badan, mual, muntah, hematemesis atau
melaena (kotoran hitam dan tinja dengan darah), anemia.
' Obstruksi intestine dikarenakan muntah, atau saluran empedu
menyebabkan penyakit kuning (Jaundice)
' Lokasi Kanker Gastrik  pilorus dan antrum (50%) - kurvatur yang lebih
kecil (25%) - kardia (10%), -badan lambung (10%) - dan kurvatur yang
lebih besar (2% sampai 3%).
' Kanker Gastrik bermetastasis cepat ke nodus limfa regional, omentum,
hati dan paru-paru dengan rute-rute : Dinding lambung – duodenum –
esofagus - sistem limfatik - organ yang berdekatan - aliran darah - dan
rongga peritoneal.
Dental Aspects
 Anemia/obstruktif jaundice  Faktor predisposisi perawatan gigi.
 Efek oral anemia (glossitis, ulkus, angular stomatitis)  Tanda awal.
 Kekurangan zat besi diakibatkan oleh perdarahan kronis  Sering
berasal dari saluran gastrointestinal. Terkadang karena ulkus atau
neoplasma di perut atau usus besar.
 Pembengkakan, nyeri, parestesi, LOA gigi, atau soket yang susah
sembuh;
 Metastase orofisial dari karsinoma gaster jarang terjadi
 Karsinoma gaster ditemukan  Radiolusen, kadang dengan resorpsi
akar gigi. Metastasis dapat dideteksi terlebih dahulu di kelenjar getah
bening serviks (superclavicular or virchow) di sisi kiri (tanda Troisier).
General management
Sebagian besar pasien diobati dengan operasi tapi seringkali ini hanya
bersifat paliatif.
 Diagnosis sastroskopi dengan endoskopi serat-optik membantu
menyingkirkan keabnormalan mukosal gastrik difusi lain dengan
menyediakan visualisasi langsung dan biopsi gastroskopis untuk
mengevaluasi lesi mukosal gastrik
 Endoskopi untuk biopsi dan pencucian sitologis dan fotografi dengan
endoskopi serat-optik memberikan catatan permanen mengenai lesi
gastrik yang nantinya bisa digunakan untuk menentukan
perkembangan penyakit dan efek penanganan
Prognosis  Buruk, dengan tingkat kelangsungan hidup 7-5 tahun.
General management
 Pembedahan umumnya merupakan pilihan penanganan. Eksisi lesi
dengan marjin yang sesuai bisa dilakukan pada lebih dari sepertiga
pasien. Walaupun penyakitnya dianggap tidak dapat disembuhkan
dengan pembedahan, pasien bisa menjalani reseksi yang
memungkinkan paliasi dan bisa lebih memanfaatkan kemoterapi dan
terapi radiasi. Prosedur pembedahan umum meliputi gastrektomi
subtotal dan gastrektomi total.
ENDOSCOPY DIAGNOSIS
LIVER
Liver
Cirrhosis
Alcoholic
Hepatitis
Drug-
Induced
Hepatotox
icity
Liver
 Hati  Organ vital yang terletak di sebelah kanan atas rongga perut, dibawah
diafragma.
 Fungsi  Penawar racun, sintesis protein, merombak sel darah merah, dan
menghasilkan empedu yang bermanfaat bagi sistem pencernaan. Hati memiliki
empat lobus dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi.
 Bagian-bagian dari hati :
1. Gall-bladder (kantung empedu)  menyimpan empedu yang dihasilkan oleh
sel-sel hati.
2. Right lobe (lobus kanan), left lobe (lobus kiri), dan caudate lobe (lobus
kaudatus) adalah bagian-bagian utama hati.
3. Inferior vena cava (vena cava inferior) mengangkut darah yang miskin
oksigen, namun kaya nutrien (nutrisi) dari usus halus dan mengantarkannya ke
sel-sel hati untuk diolah.
4. Hepatic vein (vena hepatika) dan portal vein (vena porta) memiliki fungsi yang
sama dengan vena cava inferior.
5. Left triangular ligament (ligamen segitiga kiri) dan right triangular
ligament (ligamen segitiga kanan) berfungsi untuk memisahkan lobus.
Alcoholic
Hepatitis
“ Penyakit hati yang disebabkan oleh toksin yang memiliki
spektrum klinis yang luas dari penyakit subklinis sampai cirrhosis
dan fulminant hepatic failure.”
 Penggunaan alkohol secara berlebihan adalah etio penyakit ini
dan penyebab kematian pada usia setengah baya, terutama di
negara Barat.
 Hepatitis alkoholik sangat tergantung dosis alkohol yang
digunakan untuk menentukan variabilitas dan tingkat cederanya.
 Kekurangan nutrisi juga dapat dikaitkan pada penyakit ini.
REF  Burket’s, 11 ed, p.357
1.
Gejala klinis
• Wanita > Pria. Wanita memiliki tingkat dehidrogenase alkohol yang
lebih rendah (penting untuk memetabolisme alkohol menjadi
asetaldehid) di usus; Akibatnya, alkohol akan lebih mudah mengenai
hati.
• Hepatitis alkohol sering berlanjut menjadi liver cirrhosis kronis.
Hepatitis alkoholik dianggap setidaknya reversibel sebagian.
• Indikasi awal alcoholic hepatitis adalah pembesaran hati. Pasien juga
dapat menunjukkan tanda-tanda hepatitis akut (ikterus, demam,
anoreksia, dan malaise) dan penyakit hati yang lebih kronis, yang
mungkin termasuk spiders angioma, ginekomastia, ikterus, asites, dan
keracunan etanol.
Medical Management
Memastikan diagnosis dan penilaian tingkat cedera  Biopsi hati untuk
melihat tingkat cedera reversibel.
Tidak ada tes biokimia yang terbukti cukup membantu dalam menegakkan
diagnosis cedera akibat alkohol.
Tingkat keparahan hepatitis alkoholik dapat diukur secara obyektif dengan
menggunakan kriteria laboratorium waktu protrombin dan bilirubin. Ukuran ini
disebut Maddrey discriminate function or Child-Pugh classification. Nilai> 32
 menunjukkan penyakit berat dan prognosis buruk dengan angka kematian
yang signifikan.
Obat-obatan yang dapat membantu  Kortikosteroid, anabolik steroid,
propylthiouracil, colchicine, dan insulin / glukagon.
Oral Health Consideration
 Lesi oral  Pigmentasi kuning pada mukosa disertai ikterus kutaneous dan
skleral. Penyakit kuning biasanya terjadi karna bilirubin. Total billirubin
mencapai kadar 3 mg/dL.
 Petechiae ekstraoral &/ intraoral serta eccyhmoses, gingival crevicular
hemorrage karena faktor kurangnya pembekuan darah terkait disfungsi
hepatosit dan trombositopenia yang terkait dengan alkohol.
 Mukosa pucat, angular cheilitis, dan glossitis. Selain itu, the sweet keton
breath menunjukkan glukoneogenesis hati  kecurigaan hepatotoksisitas.
 Obat-obatan yang digunakan  acetaminophen, aspirin, ibuprofen,
cephalosporins, erythromycin, metronidazole, tetracycline, ketoconazole,
pentobarbital, secobarbital, diazepam, lorazepam, chloral hydrate, and opiod
analgesics
Liver
Cirrhosis
Merupakan hasil akhir dari berbagai
kondisi, terutama alkoholisme, yang
menghasilkan perubahan inflamasi kronis
dan cedera sel hati.
Penyakit hati yang disebabkan alkohol
adalah salah satu indikasi spesifik
pertama atau kedua yang paling umum
dilakukan transplantasi hati di negara
Eropa dan Amerika Serikat.
REF  Burket’s, 11 ed, p.359
2.
Histologi
Jaringan parut progresif menyebabkan fibrosis abnormal dan regenerasi
nodular pada hati.
Disfungsi hepatoseluler
Hipertensi portal
Kombinasi disfungsi hepatoseluler
Malaise, kelemahan, dispepsia, anoreksia, dan mual.
Sepertiga pasien mengeluhkan sakit perut dan 30-78% pasien
menderita asites.
Sekitar 65% individu mengalami jaundice (penyakit kuning). Meningkat
pigmentasi, terutama pada permukaan overexposed, terlihat pada
hemochromatosis, sirosis empedu.
Gejala Klinis
Berkaitan dengan defisiensi vitamin dan anemia; seperti angular
cheilitis, glossitis, dan mukosa yang pucat. Pigmentasi kuning dapat
diamati pada mukosa oral dan dapat disertai dengan ikterus skleral
dan cutaneous.
Gejala klinis – Temuan Oral
Medical
Management
 Hilangkan etiologi yang mendasarinya.
Tujuan utamanya adalah mencegah luka
lebih lanjut pada hati. Penghentian alkohol
dan toksin lainnya sangat penting.
 Penggunan kortikosteroid dan agen
imunosupresif lainnya, seperti metotreksat.
 Phlebotomy untuk mengurangi iron dan
deferoxamine sebagai zat pengurang iron
pada pasien dengan hemochromatosis.
 Transplantasi hati dicadangkan untuk
penyakit hati progresif yang ireversibel.
Dental
Management
 Pasien dengan sirosis mungkin memiliki
cacat hemostatik yang signifikan, baik
karena ketidakmampuan untuk mensintesis
faktor pembekuan darah dan
trombositopenia sekunder. Hal ini bisa
diatasi dengan pemberian plasma beku
segar dan platelet.
 Evaluasi laboratorium sebelum prosedur
bedah atau periodontal harus diarahkan
pada parameter bleeding; hitung darah
lengkap, waktu protrombin atau INR, waktu
tromboplastin parsial, dan jumlah trombosit.
Liver
cirrhosis
Alcoholic
Hepatitis
Health Liver
Steatoza
hepatica
Drug-Induced Hepatotoxicity
 Drug-Induced Hepatotoxicity  menyerupai hepatitis akut atau kronis.
Pasien dapat mengalami kegagalan hati fulminan dari hepatotoksin intrinsik
seperti acetaminofen.
 Obat yang diserap ke dalam sirkulasi dan melewati hati dalam perjalanan
ke tempat yang jauh. Hati bertanggung jawab atas konversi obat terlarut
lipid, yang sulit dikeluarkan, menjadi metabolit larut polar yang mudah
diekskresikan melalui ginjal.
 Pelarutan dan detoksifikasi ini dapat secara paradoks menghasilkan
intermediet beracun. Peran dokter gigi harus mengenali potensi Drug-
Induced Hepatotoxicity terhadap obat yang diresepkan dan interaksi obat
sangat penting. Obat herbal dan alternatif lainnya (nontradisional)  juga
dapat menimbulkan toksisitas hepatoselular.
REF  Burket’s, 11 ed, p.358
Pancreas
JAUNDICE
(Penyakit kuning)
REF  Burket’s, 11 ed, p.358
Jaundice/icterus  Tanda daripada penyakit, berawal dari kelebihan
bilirubin dalam sirkulasi dan akumulasi bilirubin di jaringan.
Penyakit kuning adalah perubahan warna kuning yang paling sering
terlihat pada kulit, selaput lendir, dan kelopak mata. Pigmen empedu
berlebih ini dapat disebabkan oleh
(1) Kelebihan produksi bilirubin oleh hemolisis sel darah merah (jaundice
hemolitik)
(2) Penyumbatan pada billiary tree  mencegah ekskresi bilirubin
(obstruktif jaundice)
(3) Penyakit parenkim hati ( hepatoseluler jaundice)
Jaundice
Hemolitic
Jaundice
Obstructive
Jaundice
(Cholestasis)
Hepatocellular
Jaundice
Hemolitic Jaundice
 Anemia hemolitik adalah penyebab paling umum dari gangguan ini.
 Penghancuran eritrosit yang berlebihan akan menyebabkan
hiperbilirubinemia ringan. Kehancuran berlebih ini seringkali disebabkan oleh
kelainan bawaan pada sel (ex. sickle cell disease, hereditary sphenocytosis,
thalassemia, and glucose-6-phosphate, dan dehydrogenase deficiency).
 Obat-obatan dan agen beracun (misalnya nitrobenzene, toluene, dan
phenacetin), penyakit immunologi (misalnya, sistemik lupus eritematosus) 
hemolitik jaundice.
 Riwayat dan pemeriksaan yang menyeluruh akan sulit bagi seorang dokter
gigi untuk membuat diagnosis hemolitik jaundice dengan tanda klinis saja 
Rujukan ke dokter umum diperlukan untuk menjelaskan sumber kelebihan
pigmentasi jaringan.
 Diagnosis penyakit kuning oleh proses hemolitik didasarkan  tes
laboratorium yang menunjukkan adanya anemia dengan jumlah
retikulosit yang tinggi, tingkat haptoglobin serum yang menurun, dan
peningkatan kadar bilirubin.
 Penyebab spesifik peningkatan hemolisis sel darah merah ditentukan
oleh penelitian seperti elektroforesis hemoglobin, studi kerapuhan
eritrosit, dan tes Coombs untuk antibodi terhadap sel darah merah.
Biasanya, setelah diagnosis yang tepat dilakukan dan kelainan yang
mendasarinya (hemolisis berlebihan) dikendalikan, penyakit kuning
sembuh saat fungsi hati normal.
 Karena hati memiliki kapasitas cadangan yang sangat besar, dokter
gigi harus mengantisipasi sedikit atau tidak ada kerusakan residual
pada hati.
Obstructive Jaundice (Cholestasis)
√ a/ Penyumbatan parsial atau lengkap dalam aliran empedu.
√ Etiologi  Obstruksi extrahepatic biliary dan yang terkait dengan
kelainan intrahepatic. Aliran empedu masuk melalui hati dan keluar dari
saluran empedu umum yang dapat terhambat, sehingga terjadi
peningkatan bilirubin dalam jaringan  penyakit kuning.
√ Batu empedu dan keganasan merupakan penyebab kebanyakan kasus
cholestasis ekstrahepatik. Tumor kepala pankreas adalah penyebab
keganasan yang paling umum dari kolestasis ekstrahepatik.
Sedangkan adenokarsinoma adalah yang paling sering terjadi.
√ Penyebab kolestasis intrahepatik meliputi neoplasma (misalnya
karsinoma metastatik, limfoma), obat-obatan beracun dan bahan kimia
(misalnya, phalloidin), hepatitis, IBD, dan gangguan metabolik.
Small
Intestine Duodenum
Ulcer Disease
Coliac
Disease
Crohn’s
Disease
Small
Intestine
Usus Kecil  Duodenum, jejunum, dan ileum.
Usus kecil adalah tempat utama pencernaan makanan, yang bergantung pada
enzim usus dan pamcreatic yang bekerja pada makanan yang sebelumnya
terpapar amilase saliva, asam lambung dan pepsin. Di sinilah penyerapan
makanan terutama terjadi.
Zat besi dan folat diserap dalam duodenum, sebagian besar zat lainnya di
jejunum. Garam empedu memudahkan penyerapan lemak dan lemak-larut (A, D,
E dan K). Faktor intrinsik lambung dari sel parsial lambung sangat dibutuhkan
untuk penyerapan vitamin B12, yang terjadi pada terminal ileum.
Penyakit usus kecil menyebabkan malabsorpsi, dengan diare atau steatorrhea
(tinja lemak), terkadang ketidaknyamanan perut dan defisiensi menyebabkan
kelewat, kelemahan, kehilangan berat badan atau kegagalan tumbuh subur dan
anemia.
Penyakit usus kecil yang paling penting adalah penyakit celiac dan penyakit
crohn. Penyebab masalah lainnya meliputi operasi, infestat dan obat-obatan
terlarang. Sebagai contoh, olmesartan dapat menyebabkan penyakit seperti
sariawan (diare, penurunan berat badan dan atrofi vili, yang sembuh setelah
penghentian obat) REF Scully medical problem in dentistry, 7 ed, p.202
Duodenum  Duodenum  Bagian utama pencernaan dan
penyerapan.
 Chyme memasuki duodenum, ia merangsang
pankreas untuk mengeluarkan sodium
bicarbonate (untuk menetralkan asam
lambung) dan mensekresikan enzim
pencernaan untuk pencernaan makanan yang
normal. Selain itu, chyme dalam duodenum
merangsang kandung empedu untuk
melepaskan cairan empedu melalui saluran
empedu yang umum. Vitamin B12 dengan
adanya faktor intrinsik diserap di dalam usus
kecil distal (ileum). Asam empedu yang
meningkatkan penyerapan lemak di duodenum
sendiri juga diserap kembali ke dalam usus
kecil, kembali ke hati, dan resecret ke empedu.
Aktivitas motorik dari usus halus mendorong
chyme ke depan ke usus besar. Peran utama
usus besar adalah untuk menerima efluen
ileum, menyerap sebagian besar air dan
garam, dan dengan demikian menghasilkan
kotoran padat. REF  Burket’s, 11 ed, p.349
Duodenum Ulcer
Disease
“ Penyakit ulkus duodenum dikaitkan dengan peningkatan produksi asam
(hiperacidity).
 H. pylori diamati pada mukosa lambung pada 90 sampai 100% pasien
dengan ulkus duodenum  Faktor dominan dalam perkembangan
penyakit maag.
 Ulkus duodenum  Menembus mukosa ke submukosa atau lebih
dalam. Dasar ulkus adalah jaringan nekrotik yang terdiri dari nanah dan
fibrin. Bila ulkus terkikis menjadi pembuluh darah yang berdekatan,
terjadi perdarahan. Jika erosi berlanjut melalui lapisan luar duodenum
serosa, organ atau perforasi yang berdekatan ke dalam rongga
peritoneum terjadi. Bila kondisinya menguntungkan, ulkus sembuh,
dengan jaringan granulasi dan epitel baru.
1.
REF  Burket’s, 11 ed, p.350
Medical Aspect
 Kejadian ulkus duodenum diperkirakan menurun, namun masih merupakan
kelainan umum yang berkembang pada sekitar 10% populasi AS. Dari semua
ulkus peptik, 80 sampai 85% bersifat duodenum, dan ulkus duodenum terjadi
pada rasio pria terhadap wanita 4: 1.
Penyebab utama yang paling umum adalah infeksi H. pylori, namun
pemakaian NSAID juga dapat dikaitkan dengan faktor etiologi.
Faktor etiologi lain  Stres, lucocorticosteroids eksogen, penyakit paratiroid,
karsinoid ganas, sirosis, gastrinoma pankreas (penyakit Zollinger-Ellison),
polisitemia, dan penyakit paru kronis telah dikaitkan dengan ulkus duodenum.
Ulserasi biasanya terletak di bagian pertama duodenum karena chyme asam
menjadi basa setelah sekresi pankreas masuk ke usus pada bagian kedua
duodenum.
 Nyeri Epigastrik.
Nyeri sering  Sensasi terbakar yang kadang berhubungan dengan
mual dan muntah dan terjadi saat perut kosong atau bila tidak ada makanan di
perut untuk cukup menyangga asam yang dirangsang oleh makanan.
Rasa sakit sering dimulai 1 jam atau lebih setelah makan dan saat
pasien sedang tidur. Rasa sakit lega dalam beberapa menit dengan cara
menyangga atau menipiskan asam lambung dengan makanan, susu atau
bahkan air. Ulkus duodenum, kemungkinan kambuh tinggi. Seringkali, terjadi
dengan perubahan musim, terutama di musim semi/musim gugur.
 Bila ulkus berlubang dan berdarah, pasien akan mengalami muntah darah.
 Tinja tampak hitam atau seperti tar atau terkadang mengandung darah kotor.
Kehilangan darah bisa menyebabkan anemia defisiensi zat besi, dan jika
kehilangan darah akut, penderita mungkin lemah, ringan kepala, dan sesak
napas.
Gejala Klinis
Oral Health Consideration
 Manifestasi oral penyakit ulkus peptik jarang terjadi kecuali ada anemia berat
akibat pendarahan gastrointestinal atau regurgitasi asam lambung yang
persisten akibat stenosis pilorus yang menyebabkan erosi pada gigi,
biasanya pada aspek palatal gigi rahang atas.
Malformasi vaskular pada bibir berupa makula yang sangat kecil. H. pylori
telah diisolasi dari plak gigi yang melibatkan rongga mulut sebagai sumber
potensial organisme atas penyakit tukak lambung dan kanker lambung.
Status kesehatan oral dapat berperan dalam penyakit tukak lambung pada
perut karena sekresi ludah yang rendah dapat menyebabkan penurunan
keampuhan pemberantasan H. pylori dari lambung pada beberapa pasien
yang diobati dengan rejimen obat tertentu.
 Obat untuk menghilangkan H. pylori,
 Obat penenang  mengurangi tekanan mental jika kecemasan dianggap
etiologis
 Antasida  menetralkan asam (terapi utama)
 Obat yang bekerja dengan cara menutupi dan melindungi ulkus
 Obat antikolinergik  menurunkan produksi asam oleh mukosa lambung
 Antagonis reseptor histamin H2 (simetidin, famotidin, nizatidin, atau ranitidin)
 menghambat aksi histamin pada sel parietal lambung, sehingga
mengurangi sekresi asam yang terstimulasi makanan hingga 75%.
Ameprazol  menekan sekresi asam lambung tetapi memiliki mekanisme
tindakan yang berbeda dari antolinolinergik atau antagonis reseptor H2.
Perubahan pola makan ( terapi utama)
Rasa sakit dikendalikan dalam waktu 1 minggu, dan kebanyakan ulser
sembuh pada minggu keenam. Gejala yang sulit diobati atau rumit memerlukan
pembedahan.
Perawatan
Jika dilakukan prosedur bedah atau periodontal oral yang ekstensif,
dokter harus memastikan serologi pasien, terutama jika pasien memiliki riwayat
perforasi ulkus dan perdarahan selanjutnya yang mengakibatkan anemia.
Tertunda penyembuhan dan risiko infeksi bakteri, terutama infeksi bakteri
anaerob karena hipoksia jaringan, dan efek samping depresi akibat pernafasan
yang diinduksi oleh analgesik narkotika adalah contoh risiko bedah mulut yang
terkait pada pasien gastrointestinal anemia kronis. Simetidin dan rantidin, obat
yang biasa diresepkan untuk pasien maag duodenum, kadang dikaitkan
dengan trombositopenia dan mungkin bersaing dengan antibiotik atau obat
antijamur.
Coeliac Disease
Pasien Penyakit celiac (CD; Enteropahy yang bebas gluten; saripati
celiac, sariawan non-tropis) adalah penyakit genetik yang paling umum di eropa,
dimana sampai 1 dari 250 orang memilikinya. Hal ini jarang terjadi di Afrika,
Cina atau Jepang. CD sangat terkait dengan gen pada kromosom 6 pada latar
belakang genetik HLA-DQw2 atau DRW3, dan genetik.
 CD adalah reaksi hipersensitifitas atau toksik mukosa usus halus terhadap
komponen gliadin gluten (prolamin), sekelompok protein yang ditemukan
dalam semua bentuk gandum (termasuk durum, semolina, dieja, kamut,
einkom dan faro), biji-bijian terkait ( Gandum hitam, jelai, triticale) dan tepung
gandum. Penyerapan gluten menyebabkan kerusakan jejunum villi (villous
atrophy) dan peradangan, yang menyebabkan malabsorpsi. Penyakit seliaka
dikaitkan dengan gangguan autoimun. Sensitivitas makanan atau laktosa
lainnya juga dapat dikaitkan.
2.
REF Scully medical problem in dentistry, 7 ed, p.202-203
Gejala klinis
Hal ini dapat terjadi pada usia berapapun dan dapat mempengaruhi
indivduals secara simtomatik, namun CD dapat menyebabkan
malabsorpsi (menyebabkan retardasi pertumbuhan, kekurangan vitamin
dan mineral, yang pada gilirannya dapat menyebabkan anemia,
osteomalacia, kecenderungan berdarah dan gangguan neurologis), sakit
perut, Steatorrhoea dan perubahan perilaku. Limfoma usus aria pada
sekitar 6% individu.
General management
 Diagnosa CD dan melakukan diet bebas gluten sedini mungkin, 
mencegah komplikasi jangka panjang (terutama limfoma usus).
Pemeriksaan tinja (24 jam berat tinja - abnormal jika lebih dari 300 g - dan
adanya kelebihan lemak - lebih dari 6% dari lemak yang dikonsumsi). T
 Toleransi atau pengukuran-pencernaan / investigasi penyerapan meliputi
toleransi laktosa dan uji D-sylose. Skrining antibodi serum diindikasikan. B
 Biopsi endoskopi mukosa jejunum menunjukkan athropy vili jika positif dan
diulang setelah diet bebas gluten telah dipelihara selama 3 bulan.
 Pada anak-anak prosedur yang sama digunakan, kecuali bahwa biopsi
tambahan dilakukan setelah uji coba gluten, karena sangat penting
diagnosisnya dengan pasti sejak awal, untuk menyerap pertumbuhan normal
dan untuk menghilangkan kondisi seperti pasca infeksi
Cont’d
Pengobatan CD termasuk memperbaiki kekurangan nutrisi, dan
mengikuti diet bebas gluten seumur hidup. Alih-alih tepung terigu,
kentang, beras, kedelai atau tepung kacang dan roti bebas gluten, pasta
dan produk lainnya digunakan. Pasien memerlukan pengawasan
lanjutan, karena seringkali sulit untuk mematuhi arahan diet.
Dental aspects
Anemia dapat menjadi predisposisi lesi oral, terutama glossitis, mulut
terbakar, stomatitis sudut dan borok. CD dapat ditemukan pada 5%
pasien dengan ulkus seperti apeks dan harus dicurigai jika ada gejala
lain yang menunjukkan penyakit usus kecil. Beberapa pasien yang tidak
diobati mungkin memiliki kecenderungan berdarah. Anemia dapat
merusak anastesi umum (GA)
Crohn’s Disease
Penyakit Crohn  Penyakit radang pada usus kecil atau besar.
Peradangan melibatkan semua lapisan usus. Pemeriksaan dapat
menunukkan ulserasi mukosa (ulkus aphthous di dalam mukosa yang
tampak normal, ulkus dalam di daerah mukosa bengkak, atau ulkus
serpiginus linier yang panjang).
Penyakit Crohn mempengaruhi semua umur dan kedua jenis kelamin dan
paling sering terjadi pada wanita perkotaan berusia 20 sampai 39 tahun.
Prevalensi penyakit Crohn di antara famili pertahun adalah 21 kali lebih
tinggi daripada di kalangan non kerabat. Bukti untuk hubungan keluarga
dalam penyakit Crohn mencakup peningkatan kejadian agregasi keluarga
yang kuat, dan peningkatan konkordansi antara kembar monozigot atau
kembar tiga
3.
REF  Burket’s, 11 ed, p.354
Medical Aspect
Bukti epidemiologis terbaru menunjukkan bahwa ada dua bentuk
penyakit Crohn: bentuk nonperforasi yang cenderung berulang secara
perlahan dan bentuk perforasi atau agresif yang berkembang lebih
cepat.
Pasien dengan tipe perforasi agresif lebih rentan terbentuk fistula
dan abses, sedangkan tipe nonperforasi cenderung menyebabkan
obstruksi stenotik. Dengan keterlibatan kolon atau usus kecil,
pemeriksaan mikroskopis menunjukkan infiltrasi inflamasi di semua
lapisan usus yang terkena, dengan sel plasma dan limfosit mendominasi
di lamina propria.
Penyebab dan evolusi penyakit Crohn tidak diketahui. Faktor risiko
terkuat tunggal untuk penyakit Crohn, yang mempengaruhi pengaruh
diet, merokok, stres, atau kebersihan, memiliki kerabat dengan penyakit
ini.
Apapun prosesnya, erosi kecil pada jaringan limfoid mukosa normal di
atas akhirnya bersatu membentuk ulkus aphthous kecil atau ulserasi
mukosa yang lebih menyebar. Dengan perkembangan, ada hiperplasia
yang ditandai pada jaringan limfoid yang membentang melalui dinding,
fibrosis dan hipertrofi otot yang menyebabkan konstriksi, dan saluran
inflamasi. Granuloma hadir pada sekitar 50% pasien.
Etiologi
Dental Aspect
Oral Health Consideration
Superinfeksi dengan Candida albicans sering dikaitkan dengan penyakit ini dan
mungkin merupakan manifestasi utama dari kelainan ini, reaksi terhadap efek
bakteriostatik sulfasalazine, atau kemampuan gangguan neutrofil untuk membunuh
organisme pembentuk granuloma ini.
Kemungkinan lesi oral dapat mendahului perubahan radiologis penyakit hingga 1
tahun. Tanda dan gejala penyakit Crohn yang kadang kala dan kemungkinan dokter gigi
menghadapi pasien dengan penyakit Crohn yang tidak terdiagnosis. Seringkali, pasien
akan mengeluhkan nyeri yang berhubungan dengan lesi ulseratif di rongga mulut.
Pemberian paliatif, salep, dan steroid topikal bisa membantu. Tampaknya ada
peningkatan risiko karies gigi yang mungkin terkait dengan perubahan pola makan
pada pasien ini. Penyebab karies gigi dan peningkatan kejadian infeksi bakteri dan
jamur bersifat multifaktorial namun terkait dengan status kekebalan atau diet yang
diubah oleh pasien.
Thanks

More Related Content

Similar to Kelainan_GastroIntestinal_GIT.pptx

Similar to Kelainan_GastroIntestinal_GIT.pptx (20)

Advances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptx
Advances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptxAdvances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptx
Advances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptx
 
PPT KANKER GASTER Hariady Salam.pptx
PPT KANKER GASTER Hariady Salam.pptxPPT KANKER GASTER Hariady Salam.pptx
PPT KANKER GASTER Hariady Salam.pptx
 
Asites pada ca colon
Asites pada ca colonAsites pada ca colon
Asites pada ca colon
 
Askep gastritis
Askep gastritisAskep gastritis
Askep gastritis
 
Naskah publikasi
Naskah publikasiNaskah publikasi
Naskah publikasi
 
Benign prostate hyperplasia
Benign prostate hyperplasiaBenign prostate hyperplasia
Benign prostate hyperplasia
 
Askep gastritis
Askep gastritisAskep gastritis
Askep gastritis
 
MR_CO-Ass_Bedah_RS_Bhayangkara_ Tn.Y.pptx
MR_CO-Ass_Bedah_RS_Bhayangkara_ Tn.Y.pptxMR_CO-Ass_Bedah_RS_Bhayangkara_ Tn.Y.pptx
MR_CO-Ass_Bedah_RS_Bhayangkara_ Tn.Y.pptx
 
Penyakit hirschprung dan malformasi anorektal(1)
Penyakit hirschprung dan malformasi anorektal(1)Penyakit hirschprung dan malformasi anorektal(1)
Penyakit hirschprung dan malformasi anorektal(1)
 
304906675 referat-intususepsi
304906675 referat-intususepsi304906675 referat-intususepsi
304906675 referat-intususepsi
 
Modul pencernaan d3
Modul pencernaan d3Modul pencernaan d3
Modul pencernaan d3
 
Makalah gastritis (3)
Makalah gastritis (3)Makalah gastritis (3)
Makalah gastritis (3)
 
Makalah gastritis (2)
Makalah gastritis (2)Makalah gastritis (2)
Makalah gastritis (2)
 
ca colon
ca colonca colon
ca colon
 
pdfcoffee.com_kolelitiasis-29-pdf-free.pdf
pdfcoffee.com_kolelitiasis-29-pdf-free.pdfpdfcoffee.com_kolelitiasis-29-pdf-free.pdf
pdfcoffee.com_kolelitiasis-29-pdf-free.pdf
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
 
Ringkasan askep gastrointestinal
Ringkasan askep gastrointestinalRingkasan askep gastrointestinal
Ringkasan askep gastrointestinal
 
Keracunan makanan
Keracunan makananKeracunan makanan
Keracunan makanan
 
Askep gastritis 3
Askep gastritis 3Askep gastritis 3
Askep gastritis 3
 
Refca colonfh
Refca colonfhRefca colonfh
Refca colonfh
 

Recently uploaded

ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 

Recently uploaded (20)

ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 

Kelainan_GastroIntestinal_GIT.pptx

  • 1. KELAINAN GASTRO INTESTINAL TRUCT (GIT) SAYED RUSTIA 1307101070042 Diskusi Materi 2 Pembimbing : drg. Sri Rezeki, sp. PM
  • 3. Fungsi Sistem Gastro intestinal ' Menggerakkan makanan ' Mengumpulkan sekresi dari mulut hingga ke anus ' Mengasimilasi kalori dan nutrisi yang penting untuk pembentukan dan pemeliharaan fungsi tubuh. Pencernaan dan penyerapan nutrisi bergantung pada (1) konsentrasi ion hidrogen yang optimal (pH) di usus; (2) adanya garam empedu terkonjugasi; (3) konsentrasi enzim yang cukup untuk membagi lemak, protein, dan karbohidrat; (4) mobilitas usus yang memadai. REF  Burket’s, 11 ed, p.345
  • 4. Apa itu Kelainan Gastrointestinal ?  Kelainan yang menyebabkan gangguan pada fungsi sistem pencernaan individu. Oral Health Care Professionals (OHCPs) bertujuan untuk mengenali, mendiagnosis, dan mengobati kondisi oral yang berhubungan dengan penyakit gastrointestinal. Peran drg.  memperhatikan diagnosis manifestasi oral yang berhubungan dengan gangguan saluran cerna, homeostasis, risiko infeksi, tindakan dan interaksi obat, kemampuan pasien untuk menahan stres dan trauma prosedur dental serta rujukan medis untuk memberikan perawatan gigi yang aman dan tepat. REF  Burket’s, 11 ed, p.345
  • 5. KLASIFIKASI UPPER GIT - Peptic Ulcer Disease (stomach) - Cancer of stomach (stomach)  Accesory GIT - Liver Cirrhosis (Liver) - Alcoholic Hepatitis (Liver) - Drug-Induced Hepatotoxicity (Liver) - Jaundice (Pankreas)  LOWER GIT - Duodenum Ulcer Disease (small intestine) - Coliac Disease (small intestine) - Crohn’s Disease (small intestine) REF  Scully’s medprob in dentistry, 7 ed, p.199 Burket’s, 11 ed, p.345
  • 7. Stomach  Lambung  Organ sekretori dan tempat penyimpanan makanan.  Fungsi  Mengeluarkan asam, lendir, pepsinogen, dan faktor intrinsik. - Asam hidroklorida : membunuh bakteri yang tertelan. - Lendir : melapisi dan melumasi epitel lapisan perut  mendorong makanan. - Pepsinogen : enzim proteolitik yang membantu mencerna protein. - Faktor intrinsik : ex. glikoprotein, untuk penyerapan vitamin B12.  Di dalam perut, makanan dikumpulkan dan perlahan dikosongkan - massa semifluid – disalurkan ke duodenum. REF  Burket’s, 11 ed, p.349
  • 8. Peptic Ulcer Disease “ Penyakit ulkus peptik berupa ulserasi jinak (nonmalignant) pada lapisan epitel perut (gastric ulcer) atau duodenum (duodenum ulcer).”  Penyakit maag ini mengacu pada lokasi perut atau duodenum. Sekitar 6% pasien dtg ke drg. menderita penyakit maag peptik.  Peptic ulcer disease merupakan masalah medis yang serius karena frekuensi penderita baru dan tingkat kekambuhan yang meningkat. Ex : di Amerika Serikat, ada sekitar 500.000 kasus baru dan 4.000.000 kekambuhan penyakit ulkus peptik setiap tahun.  Lebih sering mengenai kelompok sosial ekonomi rendah. Penderita pada usia > 50 tahun, rasio pria banding wanita  3: 1. 1. REF  Burket’s, 11 ed, p.349
  • 9.
  • 10. Etiologi  Genetik  Obat Anti Inflamasi Nonsteroid (NSAID)  merusak mukosa gastro- duodenal.  Penderita ulkus duodenum meningkat pada perokok, pasien dengan penyakit ginjal kronis, dan pecandu alkohol.  Peningkatan kadar asam, pepsin, dan Helicobacter pylori menyebabkan pertahanan mukosa berkurang. H. pylori sekitar 90-100% pada pasien dengan ulkus duodenum dan 70-90% pasien dengan ulkus gaster. Bakteri ini menyebabkan penurunan resistensi mukosa yang menyebabkan pembentukan maag di perut.
  • 12. NSAID  Golongan analgesik dan antipiretik. Ex. Aspirin, Ibuprofen, Diclofenak, Naproxen. Jika digunakan selama berminggu- minggu atau berbulan-bulan, NSAID dapat merusak lapisan saluran pencernaan  menyebabkan maag atau membuat ulkus yang ada semakin memburuk.
  • 13. Gejala Klinis Gejala penyakit ulkus lambung: √ Nyeri epigastrik setelah makan atau saat makan √ Sindrom dyspeptic atas - kehilangan nafsu makan, mual, muntah, perut kembung √ Kurang nutrisi √ Kehilangan berat badan √ Rasa sakit bisa menyebar ke belakang jika sudah menembus posterior. √ Nyeri ulkus gastrik diperparah oleh makanan. Gejala penyakit ulkus duodenum: √ Nyeri epigastrik 2 jam setelah makan atau perut kosong atau pada malam hari √ Pyrosis √ Nutrisi yang baik √ Sembelit √ Ulkus duodenum terbebas dari rasa sakit bila ada makanan.
  • 14. Komplikasi Perdarahan  Pendarahan internal: paling umum, terjadi saat ulkus berkembang di tempat pembuluh darah, dan bisa menyebabkan anemia Perforasi  Langka (sekitar 1 dalam 350), menyebabkan peritonitis Obstruksi  Obstruksi saluran keluar gaster: jarang terjadi, (sekitar 1 dari 1.000)
  • 16. Medical Aspects  Ulkus gastrik  sekitar 3-8% merupakan ulserasi ganas pada mukosa lambung  Diagnosis yang akurat  biopsi, pemeriksaan sitologi dengan sikat sel dan endoscopic diagnosis oleh gastroenterologist.  Pastikan tingkat keasaman lambung pada ulkus gastrik  adanya histamine-fast achlorhydria  kemungkinan sangat tinggi untuk menjadi ulkus ganas dan bukan ulkus peptik. Ulkus peptik  Pengobatan antimikroba spesifik  Dokter gigi harus : (1) Mengenali morbiditas dan gejala yang terkait dengan penyakit ulkus peptik yang tidak terdiagnosis atau kurang ditangani. (2) Membuat rujukan ke dokter perawatan primer atau gastroenterologist saat gejala ini dikenali. Penting untuk mendiskusikan ulkus gastrik dan ulkus duodenum secara terpisah karena masing-masing memiliki implikasi.
  • 17. Endoscopic Diagnosis Tabung fleksibel dengan kamera mungil di ujungnya. Pasien diberi obat penenang ringan kemudian tabung tersebut dimasukan melalui mulut ke dalam perut.
  • 18. Cancer of Stomach (adenocarcinoma)  Kanker Gaster (Cancer of stomach) umum terjadi di seluruh dunia dan di semua ras. Insidensinya dipengaruhi oleh perbedaan geografis dan budaya yang tidak bisa dijelaskan. Contoh : Di amerika serikat insidensi telah berkurang 50% selama 25 tahun terakhir. Berkurangnya insidensi kanker gastrik dianggap berkaitan dengan berkurangnya makanan yang di asini dan di asapi, pendinginan yang mengurangi jumlah bakteri penghasil nitrat dalam makanan, dan tingginya asupan vitamin C.  Insidensi kanker gaster paling tinggi pada pria yang berusia lebih dari 40 tahun. Prognosisnya tergantung pada stadium penyakit saat di diagnosis. Tingkat ketahanan hidup selama 5 tahun adalah sekitar 15%.  Etiologi kanker gaster tidak jelas. 1. REF  Scully Medical Problem in Dentistry, ed, p.202
  • 19. Gejala Klinis ' Gejala awal kanker gaster  Gejala ulkus peptik - gangguan pencernaan atau nyeri perut bagian atas yang tidak jelas. ' Anoreksia, kehilangan berat badan, mual, muntah, hematemesis atau melaena (kotoran hitam dan tinja dengan darah), anemia. ' Obstruksi intestine dikarenakan muntah, atau saluran empedu menyebabkan penyakit kuning (Jaundice) ' Lokasi Kanker Gastrik  pilorus dan antrum (50%) - kurvatur yang lebih kecil (25%) - kardia (10%), -badan lambung (10%) - dan kurvatur yang lebih besar (2% sampai 3%). ' Kanker Gastrik bermetastasis cepat ke nodus limfa regional, omentum, hati dan paru-paru dengan rute-rute : Dinding lambung – duodenum – esofagus - sistem limfatik - organ yang berdekatan - aliran darah - dan rongga peritoneal.
  • 20. Dental Aspects  Anemia/obstruktif jaundice  Faktor predisposisi perawatan gigi.  Efek oral anemia (glossitis, ulkus, angular stomatitis)  Tanda awal.  Kekurangan zat besi diakibatkan oleh perdarahan kronis  Sering berasal dari saluran gastrointestinal. Terkadang karena ulkus atau neoplasma di perut atau usus besar.  Pembengkakan, nyeri, parestesi, LOA gigi, atau soket yang susah sembuh;  Metastase orofisial dari karsinoma gaster jarang terjadi  Karsinoma gaster ditemukan  Radiolusen, kadang dengan resorpsi akar gigi. Metastasis dapat dideteksi terlebih dahulu di kelenjar getah bening serviks (superclavicular or virchow) di sisi kiri (tanda Troisier).
  • 21. General management Sebagian besar pasien diobati dengan operasi tapi seringkali ini hanya bersifat paliatif.  Diagnosis sastroskopi dengan endoskopi serat-optik membantu menyingkirkan keabnormalan mukosal gastrik difusi lain dengan menyediakan visualisasi langsung dan biopsi gastroskopis untuk mengevaluasi lesi mukosal gastrik  Endoskopi untuk biopsi dan pencucian sitologis dan fotografi dengan endoskopi serat-optik memberikan catatan permanen mengenai lesi gastrik yang nantinya bisa digunakan untuk menentukan perkembangan penyakit dan efek penanganan Prognosis  Buruk, dengan tingkat kelangsungan hidup 7-5 tahun.
  • 22. General management  Pembedahan umumnya merupakan pilihan penanganan. Eksisi lesi dengan marjin yang sesuai bisa dilakukan pada lebih dari sepertiga pasien. Walaupun penyakitnya dianggap tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan, pasien bisa menjalani reseksi yang memungkinkan paliasi dan bisa lebih memanfaatkan kemoterapi dan terapi radiasi. Prosedur pembedahan umum meliputi gastrektomi subtotal dan gastrektomi total.
  • 25. Liver  Hati  Organ vital yang terletak di sebelah kanan atas rongga perut, dibawah diafragma.  Fungsi  Penawar racun, sintesis protein, merombak sel darah merah, dan menghasilkan empedu yang bermanfaat bagi sistem pencernaan. Hati memiliki empat lobus dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi.  Bagian-bagian dari hati : 1. Gall-bladder (kantung empedu)  menyimpan empedu yang dihasilkan oleh sel-sel hati. 2. Right lobe (lobus kanan), left lobe (lobus kiri), dan caudate lobe (lobus kaudatus) adalah bagian-bagian utama hati. 3. Inferior vena cava (vena cava inferior) mengangkut darah yang miskin oksigen, namun kaya nutrien (nutrisi) dari usus halus dan mengantarkannya ke sel-sel hati untuk diolah. 4. Hepatic vein (vena hepatika) dan portal vein (vena porta) memiliki fungsi yang sama dengan vena cava inferior. 5. Left triangular ligament (ligamen segitiga kiri) dan right triangular ligament (ligamen segitiga kanan) berfungsi untuk memisahkan lobus.
  • 26.
  • 27. Alcoholic Hepatitis “ Penyakit hati yang disebabkan oleh toksin yang memiliki spektrum klinis yang luas dari penyakit subklinis sampai cirrhosis dan fulminant hepatic failure.”  Penggunaan alkohol secara berlebihan adalah etio penyakit ini dan penyebab kematian pada usia setengah baya, terutama di negara Barat.  Hepatitis alkoholik sangat tergantung dosis alkohol yang digunakan untuk menentukan variabilitas dan tingkat cederanya.  Kekurangan nutrisi juga dapat dikaitkan pada penyakit ini. REF  Burket’s, 11 ed, p.357 1.
  • 28. Gejala klinis • Wanita > Pria. Wanita memiliki tingkat dehidrogenase alkohol yang lebih rendah (penting untuk memetabolisme alkohol menjadi asetaldehid) di usus; Akibatnya, alkohol akan lebih mudah mengenai hati. • Hepatitis alkohol sering berlanjut menjadi liver cirrhosis kronis. Hepatitis alkoholik dianggap setidaknya reversibel sebagian. • Indikasi awal alcoholic hepatitis adalah pembesaran hati. Pasien juga dapat menunjukkan tanda-tanda hepatitis akut (ikterus, demam, anoreksia, dan malaise) dan penyakit hati yang lebih kronis, yang mungkin termasuk spiders angioma, ginekomastia, ikterus, asites, dan keracunan etanol.
  • 29.
  • 30.
  • 31. Medical Management Memastikan diagnosis dan penilaian tingkat cedera  Biopsi hati untuk melihat tingkat cedera reversibel. Tidak ada tes biokimia yang terbukti cukup membantu dalam menegakkan diagnosis cedera akibat alkohol. Tingkat keparahan hepatitis alkoholik dapat diukur secara obyektif dengan menggunakan kriteria laboratorium waktu protrombin dan bilirubin. Ukuran ini disebut Maddrey discriminate function or Child-Pugh classification. Nilai> 32  menunjukkan penyakit berat dan prognosis buruk dengan angka kematian yang signifikan. Obat-obatan yang dapat membantu  Kortikosteroid, anabolik steroid, propylthiouracil, colchicine, dan insulin / glukagon.
  • 32. Oral Health Consideration  Lesi oral  Pigmentasi kuning pada mukosa disertai ikterus kutaneous dan skleral. Penyakit kuning biasanya terjadi karna bilirubin. Total billirubin mencapai kadar 3 mg/dL.  Petechiae ekstraoral &/ intraoral serta eccyhmoses, gingival crevicular hemorrage karena faktor kurangnya pembekuan darah terkait disfungsi hepatosit dan trombositopenia yang terkait dengan alkohol.  Mukosa pucat, angular cheilitis, dan glossitis. Selain itu, the sweet keton breath menunjukkan glukoneogenesis hati  kecurigaan hepatotoksisitas.  Obat-obatan yang digunakan  acetaminophen, aspirin, ibuprofen, cephalosporins, erythromycin, metronidazole, tetracycline, ketoconazole, pentobarbital, secobarbital, diazepam, lorazepam, chloral hydrate, and opiod analgesics
  • 33. Liver Cirrhosis Merupakan hasil akhir dari berbagai kondisi, terutama alkoholisme, yang menghasilkan perubahan inflamasi kronis dan cedera sel hati. Penyakit hati yang disebabkan alkohol adalah salah satu indikasi spesifik pertama atau kedua yang paling umum dilakukan transplantasi hati di negara Eropa dan Amerika Serikat. REF  Burket’s, 11 ed, p.359 2.
  • 34. Histologi Jaringan parut progresif menyebabkan fibrosis abnormal dan regenerasi nodular pada hati.
  • 35. Disfungsi hepatoseluler Hipertensi portal Kombinasi disfungsi hepatoseluler Malaise, kelemahan, dispepsia, anoreksia, dan mual. Sepertiga pasien mengeluhkan sakit perut dan 30-78% pasien menderita asites. Sekitar 65% individu mengalami jaundice (penyakit kuning). Meningkat pigmentasi, terutama pada permukaan overexposed, terlihat pada hemochromatosis, sirosis empedu. Gejala Klinis
  • 36. Berkaitan dengan defisiensi vitamin dan anemia; seperti angular cheilitis, glossitis, dan mukosa yang pucat. Pigmentasi kuning dapat diamati pada mukosa oral dan dapat disertai dengan ikterus skleral dan cutaneous. Gejala klinis – Temuan Oral
  • 37. Medical Management  Hilangkan etiologi yang mendasarinya. Tujuan utamanya adalah mencegah luka lebih lanjut pada hati. Penghentian alkohol dan toksin lainnya sangat penting.  Penggunan kortikosteroid dan agen imunosupresif lainnya, seperti metotreksat.  Phlebotomy untuk mengurangi iron dan deferoxamine sebagai zat pengurang iron pada pasien dengan hemochromatosis.  Transplantasi hati dicadangkan untuk penyakit hati progresif yang ireversibel.
  • 38. Dental Management  Pasien dengan sirosis mungkin memiliki cacat hemostatik yang signifikan, baik karena ketidakmampuan untuk mensintesis faktor pembekuan darah dan trombositopenia sekunder. Hal ini bisa diatasi dengan pemberian plasma beku segar dan platelet.  Evaluasi laboratorium sebelum prosedur bedah atau periodontal harus diarahkan pada parameter bleeding; hitung darah lengkap, waktu protrombin atau INR, waktu tromboplastin parsial, dan jumlah trombosit.
  • 40. Drug-Induced Hepatotoxicity  Drug-Induced Hepatotoxicity  menyerupai hepatitis akut atau kronis. Pasien dapat mengalami kegagalan hati fulminan dari hepatotoksin intrinsik seperti acetaminofen.  Obat yang diserap ke dalam sirkulasi dan melewati hati dalam perjalanan ke tempat yang jauh. Hati bertanggung jawab atas konversi obat terlarut lipid, yang sulit dikeluarkan, menjadi metabolit larut polar yang mudah diekskresikan melalui ginjal.  Pelarutan dan detoksifikasi ini dapat secara paradoks menghasilkan intermediet beracun. Peran dokter gigi harus mengenali potensi Drug- Induced Hepatotoxicity terhadap obat yang diresepkan dan interaksi obat sangat penting. Obat herbal dan alternatif lainnya (nontradisional)  juga dapat menimbulkan toksisitas hepatoselular. REF  Burket’s, 11 ed, p.358
  • 42. Jaundice/icterus  Tanda daripada penyakit, berawal dari kelebihan bilirubin dalam sirkulasi dan akumulasi bilirubin di jaringan. Penyakit kuning adalah perubahan warna kuning yang paling sering terlihat pada kulit, selaput lendir, dan kelopak mata. Pigmen empedu berlebih ini dapat disebabkan oleh (1) Kelebihan produksi bilirubin oleh hemolisis sel darah merah (jaundice hemolitik) (2) Penyumbatan pada billiary tree  mencegah ekskresi bilirubin (obstruktif jaundice) (3) Penyakit parenkim hati ( hepatoseluler jaundice)
  • 44. Hemolitic Jaundice  Anemia hemolitik adalah penyebab paling umum dari gangguan ini.  Penghancuran eritrosit yang berlebihan akan menyebabkan hiperbilirubinemia ringan. Kehancuran berlebih ini seringkali disebabkan oleh kelainan bawaan pada sel (ex. sickle cell disease, hereditary sphenocytosis, thalassemia, and glucose-6-phosphate, dan dehydrogenase deficiency).  Obat-obatan dan agen beracun (misalnya nitrobenzene, toluene, dan phenacetin), penyakit immunologi (misalnya, sistemik lupus eritematosus)  hemolitik jaundice.  Riwayat dan pemeriksaan yang menyeluruh akan sulit bagi seorang dokter gigi untuk membuat diagnosis hemolitik jaundice dengan tanda klinis saja  Rujukan ke dokter umum diperlukan untuk menjelaskan sumber kelebihan pigmentasi jaringan.
  • 45.  Diagnosis penyakit kuning oleh proses hemolitik didasarkan  tes laboratorium yang menunjukkan adanya anemia dengan jumlah retikulosit yang tinggi, tingkat haptoglobin serum yang menurun, dan peningkatan kadar bilirubin.  Penyebab spesifik peningkatan hemolisis sel darah merah ditentukan oleh penelitian seperti elektroforesis hemoglobin, studi kerapuhan eritrosit, dan tes Coombs untuk antibodi terhadap sel darah merah. Biasanya, setelah diagnosis yang tepat dilakukan dan kelainan yang mendasarinya (hemolisis berlebihan) dikendalikan, penyakit kuning sembuh saat fungsi hati normal.  Karena hati memiliki kapasitas cadangan yang sangat besar, dokter gigi harus mengantisipasi sedikit atau tidak ada kerusakan residual pada hati.
  • 46. Obstructive Jaundice (Cholestasis) √ a/ Penyumbatan parsial atau lengkap dalam aliran empedu. √ Etiologi  Obstruksi extrahepatic biliary dan yang terkait dengan kelainan intrahepatic. Aliran empedu masuk melalui hati dan keluar dari saluran empedu umum yang dapat terhambat, sehingga terjadi peningkatan bilirubin dalam jaringan  penyakit kuning. √ Batu empedu dan keganasan merupakan penyebab kebanyakan kasus cholestasis ekstrahepatik. Tumor kepala pankreas adalah penyebab keganasan yang paling umum dari kolestasis ekstrahepatik. Sedangkan adenokarsinoma adalah yang paling sering terjadi. √ Penyebab kolestasis intrahepatik meliputi neoplasma (misalnya karsinoma metastatik, limfoma), obat-obatan beracun dan bahan kimia (misalnya, phalloidin), hepatitis, IBD, dan gangguan metabolik.
  • 49. Usus Kecil  Duodenum, jejunum, dan ileum. Usus kecil adalah tempat utama pencernaan makanan, yang bergantung pada enzim usus dan pamcreatic yang bekerja pada makanan yang sebelumnya terpapar amilase saliva, asam lambung dan pepsin. Di sinilah penyerapan makanan terutama terjadi. Zat besi dan folat diserap dalam duodenum, sebagian besar zat lainnya di jejunum. Garam empedu memudahkan penyerapan lemak dan lemak-larut (A, D, E dan K). Faktor intrinsik lambung dari sel parsial lambung sangat dibutuhkan untuk penyerapan vitamin B12, yang terjadi pada terminal ileum. Penyakit usus kecil menyebabkan malabsorpsi, dengan diare atau steatorrhea (tinja lemak), terkadang ketidaknyamanan perut dan defisiensi menyebabkan kelewat, kelemahan, kehilangan berat badan atau kegagalan tumbuh subur dan anemia. Penyakit usus kecil yang paling penting adalah penyakit celiac dan penyakit crohn. Penyebab masalah lainnya meliputi operasi, infestat dan obat-obatan terlarang. Sebagai contoh, olmesartan dapat menyebabkan penyakit seperti sariawan (diare, penurunan berat badan dan atrofi vili, yang sembuh setelah penghentian obat) REF Scully medical problem in dentistry, 7 ed, p.202
  • 50. Duodenum  Duodenum  Bagian utama pencernaan dan penyerapan.  Chyme memasuki duodenum, ia merangsang pankreas untuk mengeluarkan sodium bicarbonate (untuk menetralkan asam lambung) dan mensekresikan enzim pencernaan untuk pencernaan makanan yang normal. Selain itu, chyme dalam duodenum merangsang kandung empedu untuk melepaskan cairan empedu melalui saluran empedu yang umum. Vitamin B12 dengan adanya faktor intrinsik diserap di dalam usus kecil distal (ileum). Asam empedu yang meningkatkan penyerapan lemak di duodenum sendiri juga diserap kembali ke dalam usus kecil, kembali ke hati, dan resecret ke empedu. Aktivitas motorik dari usus halus mendorong chyme ke depan ke usus besar. Peran utama usus besar adalah untuk menerima efluen ileum, menyerap sebagian besar air dan garam, dan dengan demikian menghasilkan kotoran padat. REF  Burket’s, 11 ed, p.349
  • 51. Duodenum Ulcer Disease “ Penyakit ulkus duodenum dikaitkan dengan peningkatan produksi asam (hiperacidity).  H. pylori diamati pada mukosa lambung pada 90 sampai 100% pasien dengan ulkus duodenum  Faktor dominan dalam perkembangan penyakit maag.  Ulkus duodenum  Menembus mukosa ke submukosa atau lebih dalam. Dasar ulkus adalah jaringan nekrotik yang terdiri dari nanah dan fibrin. Bila ulkus terkikis menjadi pembuluh darah yang berdekatan, terjadi perdarahan. Jika erosi berlanjut melalui lapisan luar duodenum serosa, organ atau perforasi yang berdekatan ke dalam rongga peritoneum terjadi. Bila kondisinya menguntungkan, ulkus sembuh, dengan jaringan granulasi dan epitel baru. 1. REF  Burket’s, 11 ed, p.350
  • 52.
  • 53. Medical Aspect  Kejadian ulkus duodenum diperkirakan menurun, namun masih merupakan kelainan umum yang berkembang pada sekitar 10% populasi AS. Dari semua ulkus peptik, 80 sampai 85% bersifat duodenum, dan ulkus duodenum terjadi pada rasio pria terhadap wanita 4: 1. Penyebab utama yang paling umum adalah infeksi H. pylori, namun pemakaian NSAID juga dapat dikaitkan dengan faktor etiologi. Faktor etiologi lain  Stres, lucocorticosteroids eksogen, penyakit paratiroid, karsinoid ganas, sirosis, gastrinoma pankreas (penyakit Zollinger-Ellison), polisitemia, dan penyakit paru kronis telah dikaitkan dengan ulkus duodenum. Ulserasi biasanya terletak di bagian pertama duodenum karena chyme asam menjadi basa setelah sekresi pankreas masuk ke usus pada bagian kedua duodenum.
  • 54.  Nyeri Epigastrik. Nyeri sering  Sensasi terbakar yang kadang berhubungan dengan mual dan muntah dan terjadi saat perut kosong atau bila tidak ada makanan di perut untuk cukup menyangga asam yang dirangsang oleh makanan. Rasa sakit sering dimulai 1 jam atau lebih setelah makan dan saat pasien sedang tidur. Rasa sakit lega dalam beberapa menit dengan cara menyangga atau menipiskan asam lambung dengan makanan, susu atau bahkan air. Ulkus duodenum, kemungkinan kambuh tinggi. Seringkali, terjadi dengan perubahan musim, terutama di musim semi/musim gugur.  Bila ulkus berlubang dan berdarah, pasien akan mengalami muntah darah.  Tinja tampak hitam atau seperti tar atau terkadang mengandung darah kotor. Kehilangan darah bisa menyebabkan anemia defisiensi zat besi, dan jika kehilangan darah akut, penderita mungkin lemah, ringan kepala, dan sesak napas. Gejala Klinis
  • 55. Oral Health Consideration  Manifestasi oral penyakit ulkus peptik jarang terjadi kecuali ada anemia berat akibat pendarahan gastrointestinal atau regurgitasi asam lambung yang persisten akibat stenosis pilorus yang menyebabkan erosi pada gigi, biasanya pada aspek palatal gigi rahang atas. Malformasi vaskular pada bibir berupa makula yang sangat kecil. H. pylori telah diisolasi dari plak gigi yang melibatkan rongga mulut sebagai sumber potensial organisme atas penyakit tukak lambung dan kanker lambung. Status kesehatan oral dapat berperan dalam penyakit tukak lambung pada perut karena sekresi ludah yang rendah dapat menyebabkan penurunan keampuhan pemberantasan H. pylori dari lambung pada beberapa pasien yang diobati dengan rejimen obat tertentu.
  • 56.  Obat untuk menghilangkan H. pylori,  Obat penenang  mengurangi tekanan mental jika kecemasan dianggap etiologis  Antasida  menetralkan asam (terapi utama)  Obat yang bekerja dengan cara menutupi dan melindungi ulkus  Obat antikolinergik  menurunkan produksi asam oleh mukosa lambung  Antagonis reseptor histamin H2 (simetidin, famotidin, nizatidin, atau ranitidin)  menghambat aksi histamin pada sel parietal lambung, sehingga mengurangi sekresi asam yang terstimulasi makanan hingga 75%. Ameprazol  menekan sekresi asam lambung tetapi memiliki mekanisme tindakan yang berbeda dari antolinolinergik atau antagonis reseptor H2. Perubahan pola makan ( terapi utama) Rasa sakit dikendalikan dalam waktu 1 minggu, dan kebanyakan ulser sembuh pada minggu keenam. Gejala yang sulit diobati atau rumit memerlukan pembedahan. Perawatan
  • 57. Jika dilakukan prosedur bedah atau periodontal oral yang ekstensif, dokter harus memastikan serologi pasien, terutama jika pasien memiliki riwayat perforasi ulkus dan perdarahan selanjutnya yang mengakibatkan anemia. Tertunda penyembuhan dan risiko infeksi bakteri, terutama infeksi bakteri anaerob karena hipoksia jaringan, dan efek samping depresi akibat pernafasan yang diinduksi oleh analgesik narkotika adalah contoh risiko bedah mulut yang terkait pada pasien gastrointestinal anemia kronis. Simetidin dan rantidin, obat yang biasa diresepkan untuk pasien maag duodenum, kadang dikaitkan dengan trombositopenia dan mungkin bersaing dengan antibiotik atau obat antijamur.
  • 58. Coeliac Disease Pasien Penyakit celiac (CD; Enteropahy yang bebas gluten; saripati celiac, sariawan non-tropis) adalah penyakit genetik yang paling umum di eropa, dimana sampai 1 dari 250 orang memilikinya. Hal ini jarang terjadi di Afrika, Cina atau Jepang. CD sangat terkait dengan gen pada kromosom 6 pada latar belakang genetik HLA-DQw2 atau DRW3, dan genetik.  CD adalah reaksi hipersensitifitas atau toksik mukosa usus halus terhadap komponen gliadin gluten (prolamin), sekelompok protein yang ditemukan dalam semua bentuk gandum (termasuk durum, semolina, dieja, kamut, einkom dan faro), biji-bijian terkait ( Gandum hitam, jelai, triticale) dan tepung gandum. Penyerapan gluten menyebabkan kerusakan jejunum villi (villous atrophy) dan peradangan, yang menyebabkan malabsorpsi. Penyakit seliaka dikaitkan dengan gangguan autoimun. Sensitivitas makanan atau laktosa lainnya juga dapat dikaitkan. 2. REF Scully medical problem in dentistry, 7 ed, p.202-203
  • 59. Gejala klinis Hal ini dapat terjadi pada usia berapapun dan dapat mempengaruhi indivduals secara simtomatik, namun CD dapat menyebabkan malabsorpsi (menyebabkan retardasi pertumbuhan, kekurangan vitamin dan mineral, yang pada gilirannya dapat menyebabkan anemia, osteomalacia, kecenderungan berdarah dan gangguan neurologis), sakit perut, Steatorrhoea dan perubahan perilaku. Limfoma usus aria pada sekitar 6% individu.
  • 60. General management  Diagnosa CD dan melakukan diet bebas gluten sedini mungkin,  mencegah komplikasi jangka panjang (terutama limfoma usus). Pemeriksaan tinja (24 jam berat tinja - abnormal jika lebih dari 300 g - dan adanya kelebihan lemak - lebih dari 6% dari lemak yang dikonsumsi). T  Toleransi atau pengukuran-pencernaan / investigasi penyerapan meliputi toleransi laktosa dan uji D-sylose. Skrining antibodi serum diindikasikan. B  Biopsi endoskopi mukosa jejunum menunjukkan athropy vili jika positif dan diulang setelah diet bebas gluten telah dipelihara selama 3 bulan.  Pada anak-anak prosedur yang sama digunakan, kecuali bahwa biopsi tambahan dilakukan setelah uji coba gluten, karena sangat penting diagnosisnya dengan pasti sejak awal, untuk menyerap pertumbuhan normal dan untuk menghilangkan kondisi seperti pasca infeksi
  • 61. Cont’d Pengobatan CD termasuk memperbaiki kekurangan nutrisi, dan mengikuti diet bebas gluten seumur hidup. Alih-alih tepung terigu, kentang, beras, kedelai atau tepung kacang dan roti bebas gluten, pasta dan produk lainnya digunakan. Pasien memerlukan pengawasan lanjutan, karena seringkali sulit untuk mematuhi arahan diet.
  • 62. Dental aspects Anemia dapat menjadi predisposisi lesi oral, terutama glossitis, mulut terbakar, stomatitis sudut dan borok. CD dapat ditemukan pada 5% pasien dengan ulkus seperti apeks dan harus dicurigai jika ada gejala lain yang menunjukkan penyakit usus kecil. Beberapa pasien yang tidak diobati mungkin memiliki kecenderungan berdarah. Anemia dapat merusak anastesi umum (GA)
  • 63. Crohn’s Disease Penyakit Crohn  Penyakit radang pada usus kecil atau besar. Peradangan melibatkan semua lapisan usus. Pemeriksaan dapat menunukkan ulserasi mukosa (ulkus aphthous di dalam mukosa yang tampak normal, ulkus dalam di daerah mukosa bengkak, atau ulkus serpiginus linier yang panjang). Penyakit Crohn mempengaruhi semua umur dan kedua jenis kelamin dan paling sering terjadi pada wanita perkotaan berusia 20 sampai 39 tahun. Prevalensi penyakit Crohn di antara famili pertahun adalah 21 kali lebih tinggi daripada di kalangan non kerabat. Bukti untuk hubungan keluarga dalam penyakit Crohn mencakup peningkatan kejadian agregasi keluarga yang kuat, dan peningkatan konkordansi antara kembar monozigot atau kembar tiga 3. REF  Burket’s, 11 ed, p.354
  • 64. Medical Aspect Bukti epidemiologis terbaru menunjukkan bahwa ada dua bentuk penyakit Crohn: bentuk nonperforasi yang cenderung berulang secara perlahan dan bentuk perforasi atau agresif yang berkembang lebih cepat. Pasien dengan tipe perforasi agresif lebih rentan terbentuk fistula dan abses, sedangkan tipe nonperforasi cenderung menyebabkan obstruksi stenotik. Dengan keterlibatan kolon atau usus kecil, pemeriksaan mikroskopis menunjukkan infiltrasi inflamasi di semua lapisan usus yang terkena, dengan sel plasma dan limfosit mendominasi di lamina propria.
  • 65. Penyebab dan evolusi penyakit Crohn tidak diketahui. Faktor risiko terkuat tunggal untuk penyakit Crohn, yang mempengaruhi pengaruh diet, merokok, stres, atau kebersihan, memiliki kerabat dengan penyakit ini. Apapun prosesnya, erosi kecil pada jaringan limfoid mukosa normal di atas akhirnya bersatu membentuk ulkus aphthous kecil atau ulserasi mukosa yang lebih menyebar. Dengan perkembangan, ada hiperplasia yang ditandai pada jaringan limfoid yang membentang melalui dinding, fibrosis dan hipertrofi otot yang menyebabkan konstriksi, dan saluran inflamasi. Granuloma hadir pada sekitar 50% pasien. Etiologi Dental Aspect
  • 66. Oral Health Consideration Superinfeksi dengan Candida albicans sering dikaitkan dengan penyakit ini dan mungkin merupakan manifestasi utama dari kelainan ini, reaksi terhadap efek bakteriostatik sulfasalazine, atau kemampuan gangguan neutrofil untuk membunuh organisme pembentuk granuloma ini. Kemungkinan lesi oral dapat mendahului perubahan radiologis penyakit hingga 1 tahun. Tanda dan gejala penyakit Crohn yang kadang kala dan kemungkinan dokter gigi menghadapi pasien dengan penyakit Crohn yang tidak terdiagnosis. Seringkali, pasien akan mengeluhkan nyeri yang berhubungan dengan lesi ulseratif di rongga mulut. Pemberian paliatif, salep, dan steroid topikal bisa membantu. Tampaknya ada peningkatan risiko karies gigi yang mungkin terkait dengan perubahan pola makan pada pasien ini. Penyebab karies gigi dan peningkatan kejadian infeksi bakteri dan jamur bersifat multifaktorial namun terkait dengan status kekebalan atau diet yang diubah oleh pasien.