SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
i
KONSEP KEBUTUHAN CAIRAN
DAN ELEKTROLIT
Dosen Pengampu : Ns Yuni Sapto E R, M.Kep
Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Siti Karina (108114012)
2. Mey Ferdita (108114017)
3. Eka Mailina I (108114030)
4. Ahmad Faqih F (108114039)
5. Desy Ika P (108114041)
6. Sumintri (108114048)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN AKADEMIK 2015/2016
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun
makalah dengan judul “Konsep Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit” dengan
sebaik-baiknya.
Penyusunan makalah ini atas dasar tugas Ketrampilan Keperawatan Dasar
II untuk melengkapi materi berikutnya. Penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada narasumber yang telah membantu penulis dalam penyusunan
makalah ini. Mohon maaf penulis sampaikan apabila terdapat kekurangan
dalam penyusunan makalah ini, karena kami masih dalam taraf belajar.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai referensi untuk menambah
wawasan kepada pembaca. Penulis sadari dalam penyusunan makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan saran
dan kritik guna perbaikan di masa yang akan datang. Terima kasih.
Cilacap, 09 Desember 2015
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Table of Contents
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I....................................................................................................................... iv
PENDAHULUAN .................................................................................................... iv
A. Latar Belakang ............................................................................................. iv
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ iv
C. Manfaat Penulisan........................................................................................ iv
BAB II.......................................................................................................................1
PEMBAHASAN........................................................................................................1
A. PENGERTIAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.............................................1
B. KOMPOSISI CAIRAN DAN ELEKTROLIT TUBUH..................................1
C. Sistem Tubuh Yang Berperan Pada Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit.........3
D. KEBUTUHAN CAIRAN DANELEKTROLIT TUBUH DAN
KESEIMBANGAN ASAM DANBASA ................................................................5
E. FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP CAIRAN DAN
ELEKTROLIT....................................................................................................11
F. GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.................. 14
G. PENATALAKSANAANGANGGUAN KESEIMBANGANCAIRAN DAN
ELEKTROLIT....................................................................................................18
BAB III................................................................................................................... 23
PENUTUP............................................................................................................... 23
A. Kesimpulan..................................................................................................23
B. Saran ........................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 24
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan
tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi
fungsi fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air yang
mengandung partikel bahan organik dan anorganik yang vital untuk hidup.
Elektrolit tubuh mengandung komponen kimiawi. Elektrolit tubuh ada yang
bermuatan positif (kation) dan negative (anion). Elektrolit sangat penting bagi
fungsi tubuh, termasuk fungsi neuromuscular dan keseimbangan asam-basa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari cairan dan elektrolit?
2. Apa saja komposisi cairan dan elektrolit dalam tubuh?
3. Apa saja sistem tubuh yang berperan pada kebutuhan cairan dan elektrolit?
4. Bagaimana kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh dan keseimbangan asam
dan basa?
5. Faktor apa saja yang berpengaruh terhadap cairan dan elektrolit?
6. Apa saja gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Bagaimana penatalaksanaan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit?
C. Manfaat Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian cairan dan elektrolit
2. Untuk mengetahui komposisi cairan dan elektrolit
3. Untuk mengetahui sistem tubuh yang berperan pada kebutuhan cairan dan
elektrolit
4. Untuk mengetahui kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh dan keseimbangan
asam dan basa
5. Untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap cairan dan elektrolit
6. Untuk mengetahui gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi
tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh
merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan
cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan
tubuh. Cairan tubuh terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit
masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena
dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan
elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu
terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
B. KOMPOSISI CAIRAN DAN ELEKTROLIT TUBUH
1. Cairan intraseluler (CIS ) adalah cairan yang berada di dalam sel di
seluruh tubuh, Pada dewasa kira-kira 2/3 dari cairan tubuh adalah
intraseluler, sama sekitar 25 L pada pria dewasa (70kg). Pada bayi,
setengah dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraseluler. Komposisi
intraseluler : Ion Kalium (K) berkonsentrasi tinggi, ion Natrium (Na)
berkonsentrasi rendah. Konsentrasi protein dalam sel: tinggi, sekitar 4x
konsentrasi dlm plasma.
2
2. Cairan ekstraseluler (CES) adalah cairan yang berada di dalam sel di
seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada
di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler
(plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler
(plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah
cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah
cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler,
dan sekresi saluran cerna. Ukuran relatif dari CES menurun dengan
peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira ½ cairan tubuh
terkandung dalam CES. Setelah usia 1 tahun, volume relatif dari CES
menurun kira-kira sepertiga dari volume total. Komposisi cairan
ekstrasellular (CES): Plasma darah & cairan interstisial memiliki isi yg
sama, ion Natrium (Na+) & Klorida (Cl-) serta ion bikarbonat (HCO3-)
dlm jumlah besar. Ion Kalium (K+), Kalsium (Ca2+), Magnesium
(Mg+), fosfat (HPO42-), sulfat (S042-), & asam organik. Protein pd
plasma > protein pd cairan interstisial
CES dibagi menjadi:
a. Cairan interstisial (CIT)
Cairan disekitar sel, sama dengan kira-kira 8 L pada orang dewasa.
Cairan limfe termasuk dalam CIT.
b. Cairan intravaskular (CIV)
Cairan yang terkandung di dalam pembuluh darah. Rata-rata volume
darah pada dewasa sekitar 5-6 L. 3 L dari jumlah tersebut adalah
plasma. Sisanya terdiri dari sel darah merah (SDM atau eritrosit)
yang mentranspor oksigen dan bekerja sebagai buffer tubuh yang
penting; sel darah putih (leukosit) ; dan trombosit.
3
NO Elektrolit Ekstraseluler Interstitial Intraseluler Plasma
1. Kation :
Natrium (Na+)
Kalium (K+)
Kalsium (Ca++)
Magnesium (Mg ++)
144,0 mEq
5,0 mEq
2,5 mEq
1,5 mEq
137,0 mEq
4,7 mEq
2,4 mEq
1,4 mEq
10 mEq
141 mEq
0
31 mEq
2. Anion :
Klorida (Cl-)
Bikarbonat (HCO3-)
Fosfat (HPO42-)
Sulfat (SO42-)
Protein
107,0 mEq
27,0 mEq
2,0 mEq
0,5 mEq
1,2 mEq
112,7 mEq
28,3 mEq
2,0 mEq
0,5 mEq
0,2 mEq
4 mEq
10 mEq
11 mEq
1 mEq
4 mEq
C. SISTEM TUBUH YANG BERPERAN PADA KEBUTUHAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT
a. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam
pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi
ginjal yakni sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam
darah, pengatur keseimbangan asam basa darah, dan pengaturan ekskresi
bahan buangan atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air diawali oleh
kemampuan bagian ginjal seperti glomerulus sebagai penyaringan
cairan. Rata-rata setiap 1 liter darah mengandung 500 cc plasma yang
mengalir melalui glomerulus, 20% nya disaring ke luar. Cairan yang
tersaring, kemudian mengalir melalui renalis yang sel-selnya menyerap
semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat
dipengaruhi oleh ADH dan aldosterone dengan rata-rata 1 ml/kg/jam.
b. Kulit
Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait
dengan proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur
panas yang disarafi oleh yasamotorik dengan kemampuan
mengendalikan arteriola kutan dengan cara vasodilatasi dan
vasokonstriksi. Banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah
4
dalam kulit mempengaruhi jumlah keringat yang dikeluarkan. Proses
pelepasan panas kemudian dapat dilakukan dengan cara penguapan.
Proses pelepasan panas lainnya dilakukan melalui cara pemancaran,
yaitu dengan melepaskan panas ke udara sekitarnya. Cara tersebut berupa
cara konduksi dan konveksi. Cara konduksi yaitu pengalihan panas ke
benda yang disentuh, sedangkan cara konveksi yaitu mengalirkan udara
yang panas ke permukaan yang lebih dingin.
c. Paru-paru
Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan
menghasilkan insensible water loss ± 400 ml/hari. Proses pengeluaran
cairan terkait dengan respons akibat perubahan frekuensi dan kedalaman
pernafasan (kemampuan bernafas), misalnya orang yang melakukan olah
raga berat.
d. Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan
dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan
pengeluaranair. Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam system
ini sekitar 100-200 ml/hari.
Selain itu, pengaturan kesimbangan cairan dapat melalui mekanisme
rasa haus yang dikontrol oleh system endokrin (hormonal), yakni anti
diuretic hormone (ADH), system aldosterone, prostaglandin, dan
glukokortikoid.
a. ADH
ADH memilki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. ADH dibentuk oleh
hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH
dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
b. Aldosterone
Aldosterone disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal dan
berfungsi pada absorbsi natrium. Proses pengeluaran aldosteron diatur
5
oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan system
angiotensin renin.
c. Prostaglandin
Prostaglandin merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan
yang berfungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah,
kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada
ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
d. Glukokortikoid
Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga retensi natrium.
D. KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT TUBUH DAN
KESEIMBANGAN ASAM DAN BASA
1. Kebutuhan cairan
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia
secara fisiologis. Kebutuhan ini memiliki proporsi besar dalam bagian
tubuh dengan hampir 90% dari total berat badan. Sementara itu, sisanya
merupakan bagian padat dari tubuh. Secara keseluruhan, presentase
cairan tubuh berbeda berdasarkan usia. Presentase cairan tubuh bayi
baru lahir sekitar 75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total
berat badan, wanita dewasa 55% dari total berat badan, dan dewasa tua
45% dari total berat badan. Selain itu, presentase jumlah cairan tubuh
yang bervariasi juga bergantung pada lemak dalam tubuh danjenis
kelamin. Jika lemak dalam tubuh sedikit, maka cairan tubuh lebih besar.
No Umur / BB (Kg) Kebutuhan cairan (mL/24 jam)
1. 3 hari/ 3 kg 250-300
2. 1 tahun/ 9,5 kg 1150-1300
3. 2 tahun/11,8 kg 1350-1500
4. 6 tahun/ 20 kg 1800-2000
5. 10 tahun/ 28,7 kg 2000-2500
6. 14 tahun/45 kg 2200-2700
7. 18 tahun/ 54 kg 2200-2700
6
2. Kebutuhan elektrolit
Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh
mengandung oksigen, nutrient dan sisa metabolism, seperti
karbondioksida yang semuanya disebut dengan ion. Beberapa jenis
garam dalam air akan dipecah dalam bentuk ion elektrolit. Contohnya,
NaCl akan dipecah menjadi ion Na+ dan Cl-. Pacahan elektrolit tersebut
merupakan ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Ion yang
bermuatan negative disebut anion dan ion bermuatan positif disebut
kation. Contoh kation ayitu natrium, kalium, kalsium dan magnesium.
Sedangkan anion contohnya klorida, bikarbonat dan fosfat. Komposisi
elektrolit dalam plasma adalah:
a. Natrium: 135-145 mEq/lt,
b. Kalium: 3,5-5,3 mEq/lt,
c. Kalsium: 4-5 mEq/lt,
d. Magnesium: 1,5-2,5 mEq/lt,
e. Klorida: 100-106 mEq/lt,
f. Bikarbonat: 22-26 mEq/ltd an
g. Fosfat: 2,5-4,5 mEq/lt.
Pengukuran elektrolit dalam satuan miliequivalen per liter cairan tubuh
atau milligram per 100 ml (mg/100 ml). Equivalen tersebut merupakan
kombinasi kekuatan zat kimia atau kation dan anion dalam molekul.
a. Pengaturan Keseimbangan Natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi mengatur
osmolaritas dan volume cairan tubuh. Natrium paling banyak terdapat
pada cairan ekstrasel. Pengaturan konsentrasi cairan ekstrasel diatur
oleh ADH dan aldosteron. Aldosteron dihasilkan oleh korteks
suprarenal dan berfungsi mempertahankan keseimbangankonsentrasi
natrium dalam plasma dan prosesnya dibantu oleh ADH. ADH
mengatur sejumlah air yang diserap kembali ke dalam ginjal dari
tubulus renalis. Aldosteron juga mengatur keseimbangan jumlah
7
natrium yang diserap kembali oleh darah. Natrium tidak hanya bergerak
ke dalam atau ke luar tubuh, tetapi juga mengatur keeseimbangan cairan
tubuh. Eksresi dari natrium dapat dilakukan melalui ginjal atau
sebagian kecil melalui feses, keringat dan air mata.
b. Pengaturan Keseimbangan Kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel
dan berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit. Keseimbangan kalium
diatur oleh ginjal dengan mekanisme perubahan ion natrium dalam
tubulsu ginjal dan sekresi aldosteron. Aldosteron juga berfungsi
mengatur keseimbangan kadar kalium dalam plasma (cairan ekstrasel).
System pengaturan keseimbangan kalium melalui 3 langkah yaitu:
1) Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang
menyebabkan peningkatan produksi aldosterone.
2) Peningkatan jumlah aldosteron akan mempengaruhi jumlah kalium
yang dikeluarkan melalui ginjal.
3) Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan
ekstrasel menurun.
c. Pengaturan Keseimbangan Kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi membentuk tulang, menghantarkan
impuls kontraksi otot, koagulasi (pembekuan) darah dan membantu
beberapa enzim pancreas. Kalsium diekskresi melalui urine dan
keringat. Konsentrasi kalsium dalam tubuh diatur oleh hormone
paratiroid dalam reabsorpsi tulang. Jika kadar kalsium darah menurun,
kelenjar paratiroid akan merangsang pembentukan hormone paratiroid
yang langsung meningkatkan jumlah kalsium dalam darah.
d. Pengaturan Keseimbangan Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi tidak
dapat ditemukan pada cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida
biasanya bersatu dengan natrium, yaitu mempertahankan
keseimbangan tekanan osmotic dalam darah. Hipokloremia merupakan
8
siatu keadaan kekurangan kadar klorida dalam darah, sedangkan
hiperkloremia merupakan kelebihan klor dalam darah. Normalnya,
kadar klorida dalam darah pada orang dewasa adalah 95-108 mEq/lt.
e. Pengaturan Keseimbangan Magnesium
Magnesium merupakan kation dalam tubuh, merupakan yang
terpenting kedua dalam cairan intrasel. Keseimbangannya diatur oleh
kelenjar paratiroid. Magnesium diabsorpsi dari saluran pencernaan.
Magnesium dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium.
Hipmagnesium terjadi bila konsentrasi serum turun menjadi < 1,5
mEq/ltd dan hipermagnesium terjadi bila kadar magnesium serta seum
meningkat menjadi > 2,5 mEq/lt.
f. Pengaturan Keseimbangan Bikarbonat
Bikarbonat merupakan elektrolit utama larutan buffer (penyangga)
dalam tubuh.
g. Pengaturan Keseimbangan Fosfat
Fosfat (PO4) bersama-sama dengan kalsium berfungsi membentuk
gigi dan tulang. Posfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan
melalui urine.
Jenis cairan elektrolit
Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki
sifat bertegangan tetap dengan bermacam-macam elektrolit. Cairan
saline terdiri atas cairan isotonic, hipotonik dan hipertonik.
Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline yang banyak
dipergunakan. Contoh cairan elektrolit:
a. Cairan Ringer’s, terdiri atas: Na+, K+, Cl, Ca2+
b. Cairan Ringer’s Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, Ca2+,
HCO3
c. Cairan Buffer’s, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, HCO3
9
3. Keseimbangan Asam Basa
Dalam aktivitasnya, sel tubuh memerlukan keseimbangan asam-
basa. Keseimbangan asam-basa dapat diukur dengan pH (derajat
keasaman). Dalam keadaan normal, pH cairan tubuh adalah 7,35-7,45.
Keseimbangan asam-basa dapat dipertahankan melalui proses
metabolisme dengan sistem buffer pada seluruh cairan tubuh dan oleh
pernafasan dengan sistem regulasi (pengaturan di ginjal). Tiga macam
sistem larutan buffer cairan tubuh adalah larutan bikarbonat, larutan
buffer fosfat, dan larutan buffer protein. Sistem buffer itu sendiri terdiri
atas natrium bikarbonat (NaHCO3), kalium bikarbonat (KHCO3), dan
asam karbonat (H2CO3).
Pengaturan keseimbangan asam-basa dilakukan oleh paru melalui
pengangkutan kelebihan CO2 dan H2CO2 dari darah yang dapat
menigkatkan pH hingga kondisi standard (normal)). Ventilasi dianggap
memadai apabila suplai O2 seimbang dengan kebutuhan O2.
Pembuangan melalui paru harus seimbang dengan pembentukan Co2
agar ventilasi memadai. Ventilasi yang memadai dapat mempertahankan
kadar pCO2 sebesar 40 mmHg.
Jika pembentukan CO2metabolik meningkat, konsentrasinya dalam
cairan ekstrasel juga meningkat. Sebaliknya, penurunan metabolisme
memperkecil konsentrasi CO2. Jika kecepatan ventilasi paru meningkat,
kecepatan pengeluaran CO2 juga meningkat, dan hal ini menunjukan
jumlah C02 yang berkumpul dalam cairan ekstrasel. Peningkatan dan
penurunan ventilasi alveolus efeknya akan mempengaruhi pH cairan
ekstrasel. Peningkatan pCO2 menurunkan pH, sebaliknya pO2
meningkatkan pH darah. Perubahan ventilasi alveolus juga akan
mengubah konsentrasi ion H+. Sebaliknya, konsentrasi ion H+ dapat
mempengaruhi kecepatan ventilasi alveolus (umpan balik). Kadar pH
yang rendah dan konsentrasi ion H+ yang tinggi disebut asidosis,
sebaliknya pH yang tinggi dan konsentrasi ion H+ yang rendah disebut
alkalosis.
10
1. Jenis Asam-Basa
Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi asidosis.
Keadaan asidosis dapat disebabkan oleh henti jantung dan koma
diabetika. Contoh cairan alkali adalah natrium (sodium) laktat dan
natrium bikarbonat. Laktat merupakan garam dari asam lemah yang
dapat mengambil ion H+ dari cairan, sehingga mengurangi keasaman
(asidosis). Ion H+ diperoleh dari asam karbonat (H2CO3), yang mana
terurai menjadi HCO3- (bikarbonat) dan H+. Selain sistem
pernafasan, ginjal juga berperan untuk mempertahankan asam-basa
yang sangat kompleks. Ginjal mengeluarkan ion hidrogen dan
membentuk ion bikarbonat sehingga pH darah normal. Jika pH plasma
turun dan menjadi lebih asam, ion hidrogen dikeluarkan dan
bikarbonat dibentuk kembali.
2. Masalah Keseimbangan Asam-Basa
a. Asidosis Respiratorik
Asidosis respiratorik merupakan suatu keadaan yang disebabkan
oleh kegagalan sistem pernafasan dalam membuang
karbondioksida dari cairan tubuh sehingga terjadi kerusakan pada
pernafasan, peningkatan pCO2 arteri di atas 45 mmHg, dan
penurunan pH hingga < 7,35 yang dapat disebabkan oleh adanya
penyakit obstruksi, trauma kepala, perdarahan, dan lain-lain.
b. Asidosis Metabolik
Asidosis metabolik merupakan suatu keadaan kehilangan basa atau
terjadinya penumpukan asam yang ditandai dengan adanya
penurunan pH hingga kurang dari 7,35 dan HCO3 kurang dari 22
mEq/1t.
c. Alkalosis Respiratorik
Alkalosis Respiratorik merupakan suatu keadaan kehilangan CO2
dari paru yang dapat menimbulkan terjadinya pCO2 arteri < 35
mmHg dan pH > 7,45 akibat adanya hiperventilasi, kecemasan,
11
emboli paru, dan lain-lain.
d. Alkalosis Metabolik
Alkalosis metabolik merupakan suatu keadaan kehilangan ion
hidrogen atau penambahan basa pada cairan tubuh dengan adanya
peningkatan bikarbonat plasma > 26 mEq/1t dan pH arteri > 7,45 ,
atau secara umum keadaan asam-basa dapat dilihat sebagaimana
table berikut :
E. FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP CAIRAN
DAN ELEKTROLIT
a. Umur
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini,
usia berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh,
kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di maasa
pertumbuha memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar
dibandingkan orang dewasa. Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan
dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang
dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga
dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisis ginjal
mereka yang belum matur dibandingka ginjal orang dewasa. Kehilanga
cairan dapat terjadi akibat pebgeluaran yang besar dari kulit dan
pernafaasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal.
Usia Berat badan Kebutuhan (ml)/24 jam
3 hari 3,0 250-300
1 tahun 9,5 1150-1300
2 tahun 11,8 1350-1500
6 tahun 20,0 1800-2000
10 tahun 18,7 2000-2500
14 tahun 45,0 2200-2700
18 tahun (dewasa) 54,0 2200-2700
HCO3 Plasma pH Plasma pCO2 Plasma Gangguan Asam-Basa
Meningkat
menurun
menurun
meningkat
menurun
menurun
meningkat
meningkat
Meningkat
menurun
menurun
meningkat
asidosis respiratorik
asidosis metabolik
alkalosis respiratorik
alkalosis metabolik
12
b. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan
cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses
metabolism dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan peningkatan haluaran
cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang
dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilangan cairan yan tidak
disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan akibat
peningkatan laju pernafasan dan aktivasi kelenjar keringat
b. Iklim
Normalnya, individu yan tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak
terlalu panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem
melalui kulit dan pernafasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar
umumnya tidak dapat diobservasi sehingga disebut sebagai kehilangan
cairan yang tidak disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya IWL
pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat
metabolism, dan usia.
Individu yang tinggal di lingkunan yang berrsuhu tinggi atau di
daerah engan tingkat kelembaban yang rendah akan lebih sering
mengalami kehilangan cairan dan elektrolit.
c. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan
elektrolit. Jika asupan makanan tidak adekuat atau tida seimbang, tubuh
berusaha memecah simpanan protein dengan terlebih dahulu memecah
glikogen dan lemak. Kondisi ini mengakibatkan penurunan kadar
albumin. Dalam tubuh, albumin penting untuk mempertahankan
tekanan onkotik plasma. Jika tubuh kekurangan albumin, tekanan
onkotik plasma dapat menurun. Akibatnya, cairan dapat berpindah dari
intravaskuler ke interstisial sehingga terjadi edema di interstisial.
d. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit
tubuh. Saat stress, tuubuh mengalami peningkatan metabolism seluler,
13
peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glkolisis otot. Mekanisme
ini mengakibatkan retensi air dan natrium. Di samping itu, stress juga
menyebabkan peningkatan produksi hormone antidiuretic yang dapat
mengurangi produksi urine.
e. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan
elektrolit dari sel/jaringan yang rusak (misalnya luka robek atau luka
bakar). Pasien yang menderita diare juga mengalami peningkatan
kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran
gastrointestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga dapat menyebabkan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sat aliran darh ke ginjal
menurun karena kemampuan pompa jantung menurun, tubuh akan
melakukan “penimbunan”cairan dan natrium sehingga terjadi retensi
cairan dan kelebihan beban cairan (hypervolemia). Lebih lanjut, kondisi
ini dapat menyebabkan edema paru-paru.
Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untuk
menyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa dalam
tubuh. Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan
lebih banyak dan menahan ADH sehinngga produksi urine meningkat.
f. Tindakan medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekubder terhadap
kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan
lambung dapat menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.
g. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti diuretic maupun laksatif secara
berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilanagn cairan dalam
tubuh. Akibanya, terjadi deficit cairan tubuh. Selain itu, penggunaan
diuretic meyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan
meningkat. Penggunaan kortiosteroid dapat pula menyebabkan retensi
natrium dan air dalam tubuh.
14
h. Pembedahan
Kilen yang mengalami pembedahan beresiko tinggi mengalami
ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak
darah selama periode operasi, sedangkan beberapa klien lainnya justru
mengalami kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih
melalui intravena selama pembedahan atau sekresi hormone ADH
selama masa stress akibat obat-obatan.
F. GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN & ELEKTROLIT
1. Gangguan/masalah dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan
a. Hipovolume Atau Dehidrasi
Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penurunan asupan
cairan dan kelebihan pengeluaran cairan. Ada tiga macam kekurangan
volume cairan eksternal atau dehidrasi, yaitu:
1) Dehidrasi isotonic, terjadi jika kekurangan sejumlah cairan dan
elektrolitnya yang seimbang.
2) Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan sejumlah air yang
lebih banyak daripada elektrolitnya.
3) Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan
elektrolitnya daripada air.
Macam dehidrasi (kurang volume cairan) berdasarkan derajatnya :
1) Dehidrasi berat
Pengeluaran/ kehilangan cairan 4-6 L
Serum natrium 159-166 mEq/L
Hipotensi
Turgor kulit buruk
Oliguria
Nadi dan pernapasan meningkat
Kehilangan cairan mencapai > 10% BB
2) Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 2-4 l atau antara 5-10% BB
Serum natrium 152-158 mEq/L
15
Mata cekung
otot lemahsilau melihat sinar
Nadi cepat dan lemah
Turgor kulit kering, membran mukosa kering
Pengeluaran urien berkurang
Suhu tubuh meningkat
3) Dehidrasi ringan, dengan terjadinya kehiangan cairan sampai
5% BB atau 1,5 – 2 L.
turgor kulit normal
denyut jantung meningkat
mata terlihat cekung
Penatalaksanaan pada penderita dehidrasi (Doenges & Sylvia
Anderson):
a) Obat-obatan Antiemetik ( Untuk mengatasi muntah )
b) Obat-obatan anti diare
Pengeluaran feces yang berlebihan dapat diberikan obat-obat
anti diare serta dapat diberikan oralit.
c) Pemberian air minum
Pemberian air minum yang mengandung natrium cukup
memadai untuk mengatasi ketidakseimbangan yang terjadi.
d) Pemberian cairan intravena
Pada kekurangan cairan yang berat, maka diperlukan
pemberian cairan intravena.Larutan garam isotonik (0,9%)
merupakan cairan infus terpilih untuk kasus-kasus dengan
kadar natrium mendekati normal, karena akan menambah
volume plasma. Segera setelah pasien mencapai normotensi,
separuh dari larutan garam normal (0,45%) diberikan untuk
menyediakan air bagi sel-sel dan membantu pembuangan
produk-produk sisa metabolisme.
16
e) Pemberian bolus cairan IV
Pemberian bolus cairan IV awal dalam suatu uji beban cairan,
untuk mengetahui apakah aliran kemih akan meningkat, yang
menunjukkan fungsi ginjal normal.
b. Hipervolume atau overhidrasi
Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan
yaitu,
1) Hipervolume (peningkatan volume darah),
a) Overhidrasi adalah kelebihan cairan dalam tubuh. Penyebabnya
jika asupan cairan lebih besar daripada pengeluaran cairan. Ini
terjadi jika ada kerusakan di hipofise, jantung dan ginjal.
(1) Tanda dan gejala: sesak nafas, kekacauan mental, kejang
dan koma.
(2) Kelebihan volume cairan mengacu pada perluasan isotonik
dari CES yang disebabkan oleh retensi air dan natrium yang
abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama dimana
mereka secara normal berada dalam CES. Hal ini selalu
terjadi sesudah ada peningkatan kandungan natrium tubuh
total, yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan air
tubuh total.
(3) Penatalaksanaan : Diuretik, Dialisi atau hemofiltrasi
arteriovena kontinue: pada gagal ginjal atau kelebihan
beban cairan.
2) Edema (kelebihan cairan pada interstisial).
Oedema, peningkatan berat badan, peningkatan TD
(penurunan TD saat jantung gagal) nadi kuat, asites, krekles (rales).
Ronkhi, mengi, distensi vena leher, kulit lembab, takikardia, irama
gallop, protein rendah, anemia, retensi air yang berlebihan,
peningkatan natrium dalam urin.
Penatalaksanaan
17
Tujuan terapi adalah mengatasi masalah pencetus dan
mengembalikan CES pada normal. Tindakan dapat berupa hal
berikut :
a) Pembatasan natrium dan air.
b) Diuretik.
c) Dialisi atau hemofiltrasi arteriovena kontinue : pada gagal ginjal
atau kelebihan beban cairan yang mengancam hidup.
Derajat I : kedalamannya 1- 3 mm dengan waktu kembali 3 detik
Derajat I I : kedalamannya 3-5 mm dengan waktu kembali 5 detik
Derajat III : kedalamannya 5-7 mm dengan waktu kembali 7 detik
Derajat IV : kedalamannya 7 mm dengan waktu kembali 7 detik
2. Gangguan elektrolit
a. Hiponatremia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium
dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma
yang kurang dari 135 mEq/L, mual, muntah dan diare.
b. Hipernatremia, suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma
tinggi, yang ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguria/anuria,
turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan,
lidah kering, dll.
c. Hipokalemia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium
dalam darah. Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering
terjadi pada pasien yang mengalami diare berkepanjangan.
d. Hiperkalemia, merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam
darah tinggi. Keadaan ini sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit
ginjal, asidosis metabolik. Hiperkalemia dditandai dengan adanya
mual, hiperaktifitas system pencernaan, dll.
e. Hipokalsemia, merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma
darah. Hipokalsemia ditandai dengan adanya kram otot dan karam
perut, kejang,bingung.
18
f. Hiperkalsemia, merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium
dalam darah. Hal ini terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan
kelenjar gondok dan makan vitamin D secara berlebihan.
Hiperkalsemia ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot,
batu ginjal, dll, dan kadar kalsium daam plasma lebih dari 4,3 mEq/L.
g. Hipomagnesia, merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah.
Hipomagnesia ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada
kaki dan tangan, dll, serta kadar magnesium dalam darah kurang dari
1,3 mEq/L.
h. Hipermagnesia, merupakan kelebihan kadar magnesium dalam darah.
Hal ini ditandai dengan adanya koma, gangguan pernapasan, dan kadar
magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.
G. PENATALAKSANAAN GANGGUAN KESEIMBANGAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1. PEMBERIAN CAIRAN SECARA PARENTERAL
Jenis Cairan Infus
a. Asering
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada
kondisi: gastroenteritis akut, demam berdarah dengue,
luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
1) Na 130 mEq,
2) K 4 mEq,
3) Cl 109 mEq,
4) Ca 3 mEq
5) Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:
1) Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada
pasien yang mengalami gangguan hati
19
2) Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis
laktat lebih baik dibanding RL pada neonates
3) Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh
sentral pada anestesi dengan isofluran
4) Mempunyai efek vasodilator
Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak
10 ml pada 1000 ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus
sehingga memperkecil risiko memperburuk edema serebral
b. KA-EN 1B
Indikasi:
1) Sebagai larutan awal bila status elektrolit
pasien belum diketahui, misal pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak
memadai, demam)< 24 jam pasca operasi
2) Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV.
Kecepatan sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100
ml/jam pada anak-anak
3) Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan
lebih dari 100 ml/jam
c. KA-EN 3A & KA-EN 3B
Indikasi:
1). Larutan rumatan nasional untuk memenuhi
kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti
ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
2). Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
3). Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
4). Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
20
d. KA-EN MG3
Indikasi :
1)Larutan rumatan nasional untuk memenuhi
kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti
ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
1) Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
2) Mensuplai kalium 20 mEq/L
3) Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan
400kcal/L
e. KA-EN 4A
Indikasi :
1) Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
2) Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada
pasien dengan berbagai kadar konsentrasi K serum normal
3) Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
1) Na 30 mEq/L
2) K 0 mEq/L
3) Cl 20 mEq/L
4) Laktat 10 mEq/L
5) Glukosa 40 gr/L
f. KA-EN 4B
Indikasi:
1) Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi
dan anak usia kurang 3 tahun
2) Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien
sehingga meminimalkan risiko hipokalemia
3) Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
21
Komposisi:
1) Na 30 mEq/L
2) K 8 mEq/L
3) Cl 28 mEq/L
4) Laktat 10 mEq/L
5) Glukosa 37,5 gr/L
g. Otsu-NS
Indikasi:
Untuk resusitasi
Kehilangan Na > Cl, misal diare
Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan
natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi
adrenokortikal, luka bakar)
h. Otsu-RL
i. MARTOS-10
Indikasi:
1) Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita
diabetic
2) Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen
seperti tumor, infeksi berat, stres berat dan defisiensi protein
Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
Mengandung 400 kcal/L
Indikasi:
1) Resusitasi
2) Suplai ion bikarbonat
3) Asidosis metabolik
22
j. AMIPAREN
Indikasi:
1) Stres metabolik berat
2) Luka bakar
3) Infeksi berat
4) Kwasiokor
5) Pasca operasi
6) Total Parenteral Nutrition
Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
k. AMINOVEL-600
l. PAN-AMIN G
Indikasi:
1) Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
2) Penderita GI yang dipuasakan
3) Kebutuhan metabolik yang meningkat
(misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)
4) Stres metabolik sedang
Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
Indikasi:
1) Suplai asam amino pada hiponatremia
dan stres metabolik ringan.
2) Nitrisi dini pasca operasi.
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik
karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam
berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Ginjal merupakan organ
yang paling berperan, sebegai pengontrol volume cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan garan dan mengontrol osmolaritas ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Selain ginjal, yang turut
berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan
mengeksresikan ion hydrogen, CO2 dan sistem dapar (buffer) kimia dalam
cairan tubuh.
B. Saran
Kebutuhan cairan tubuh tak hanya berasal dari konsumsi air putih saja,
melainkan juga dari makanan dan minuman yang mengandung air. Meskipun
begitu, akan jauh lebih baik bila kita memilih untuk mengkonsumsi air putih
ketimbang jenis minuman lainnya yang banyak mengandung gula, kalori,
kafein dan zat-zat lainnya.
24
DAFTAR PUSTAKA
Tamsuri,Anas.(2009).Klien Gangguan Keseimbangan Cairan daElektrolit.Jakarta:
Buku Kedokterab EGC
http://digilib.fk.umy.ac.id

More Related Content

What's hot

Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit
Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolitMakalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit
Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolitFaishal Dany
 
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Keseimbangan Cairan dan ElektrolitKeseimbangan Cairan dan Elektrolit
Keseimbangan Cairan dan Elektrolitpjj_kemenkes
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolitmasantian
 
Proses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa
Proses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basaProses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa
Proses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basaOperator Warnet Vast Raha
 
Anatomi fisiologi sistem integumen 2
Anatomi fisiologi sistem integumen 2Anatomi fisiologi sistem integumen 2
Anatomi fisiologi sistem integumen 2Budi Supriyono
 
Konsep kebutuhan eliminasi Urine
Konsep kebutuhan eliminasi UrineKonsep kebutuhan eliminasi Urine
Konsep kebutuhan eliminasi UrineSulistia Rini
 
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urin
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi UrinPemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urin
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urinpjj_kemenkes
 
Memotong Kuku Pasien
Memotong Kuku PasienMemotong Kuku Pasien
Memotong Kuku Pasienpjj_kemenkes
 
Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
Anatomi Fisiologi Sistem PerkemihanAnatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
Anatomi Fisiologi Sistem PerkemihanYandrawati S.KM
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasinanang aw aw
 
Soal ukom perawat dan kunci jawaban
Soal ukom perawat dan kunci jawaban Soal ukom perawat dan kunci jawaban
Soal ukom perawat dan kunci jawaban Aidil Fitrisyah
 
Fisiologi cairan-tubuh
Fisiologi cairan-tubuhFisiologi cairan-tubuh
Fisiologi cairan-tubuhAltius Paratte
 
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian KeperawatanPengkajian Keperawatan
Pengkajian KeperawatanUwes Chaeruman
 
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologiAnatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologiWarnet Raha
 
Anatomi sistem perkemihan
Anatomi sistem perkemihanAnatomi sistem perkemihan
Anatomi sistem perkemihanYepi Addianto
 
Konsep dasar etika profesi keperawatan
Konsep dasar etika  profesi keperawatanKonsep dasar etika  profesi keperawatan
Konsep dasar etika profesi keperawatanAde Rahman
 
Prosedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan InfusProsedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan Infuspjj_kemenkes
 

What's hot (20)

Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit
Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolitMakalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit
Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit
 
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Keseimbangan Cairan dan ElektrolitKeseimbangan Cairan dan Elektrolit
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
 
Proses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa
Proses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basaProses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa
Proses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa
 
Anatomi fisiologi sistem integumen 2
Anatomi fisiologi sistem integumen 2Anatomi fisiologi sistem integumen 2
Anatomi fisiologi sistem integumen 2
 
Konsep kebutuhan eliminasi Urine
Konsep kebutuhan eliminasi UrineKonsep kebutuhan eliminasi Urine
Konsep kebutuhan eliminasi Urine
 
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urin
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi UrinPemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urin
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urin
 
Klasifikasi data
Klasifikasi dataKlasifikasi data
Klasifikasi data
 
PPT KARDIOVASKULER
PPT KARDIOVASKULERPPT KARDIOVASKULER
PPT KARDIOVASKULER
 
Memotong Kuku Pasien
Memotong Kuku PasienMemotong Kuku Pasien
Memotong Kuku Pasien
 
Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
Anatomi Fisiologi Sistem PerkemihanAnatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi
 
Soal ukom perawat dan kunci jawaban
Soal ukom perawat dan kunci jawaban Soal ukom perawat dan kunci jawaban
Soal ukom perawat dan kunci jawaban
 
Fisiologi cairan-tubuh
Fisiologi cairan-tubuhFisiologi cairan-tubuh
Fisiologi cairan-tubuh
 
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian KeperawatanPengkajian Keperawatan
Pengkajian Keperawatan
 
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologiAnatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologi
 
Anatomi sistem perkemihan
Anatomi sistem perkemihanAnatomi sistem perkemihan
Anatomi sistem perkemihan
 
sistem perkemihan
sistem perkemihansistem perkemihan
sistem perkemihan
 
Konsep dasar etika profesi keperawatan
Konsep dasar etika  profesi keperawatanKonsep dasar etika  profesi keperawatan
Konsep dasar etika profesi keperawatan
 
Prosedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan InfusProsedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan Infus
 

Viewers also liked

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan ElektrolitAsuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolitpjj_kemenkes
 
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan ElektrolitAsuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolitpjj_kemenkes
 
Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan ElektrolitPemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolitpjj_kemenkes
 
Balans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolitBalans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolitAzis Aimaduddin
 
Cairan Kristaloid dan Koloid
Cairan Kristaloid dan KoloidCairan Kristaloid dan Koloid
Cairan Kristaloid dan KoloidFais PPT
 
(1) Keseimbangan cairan dan elektrolit
(1) Keseimbangan cairan dan elektrolit(1) Keseimbangan cairan dan elektrolit
(1) Keseimbangan cairan dan elektrolitMoh. Wildan
 
Mengukur Intake dan Output Cairan
Mengukur Intake dan Output CairanMengukur Intake dan Output Cairan
Mengukur Intake dan Output CairanDea Ulfiah
 
Dasar dasar keseimbangan asam-basa dan gas darah
Dasar dasar keseimbangan asam-basa dan gas darahDasar dasar keseimbangan asam-basa dan gas darah
Dasar dasar keseimbangan asam-basa dan gas darahHasanuddin University
 
Cairan Elektrolit
 Cairan Elektrolit Cairan Elektrolit
Cairan Elektrolitpjj_kemenkes
 
Askep keb cairan elektrolit
Askep keb cairan elektrolitAskep keb cairan elektrolit
Askep keb cairan elektrolitrizkytrikaruna
 
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan CairanPemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairanpjj_kemenkes
 
Cairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolitCairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolitsasmiyanto
 
Gangguan keseimbangan cairan & elektrolit
Gangguan keseimbangan cairan & elektrolitGangguan keseimbangan cairan & elektrolit
Gangguan keseimbangan cairan & elektrolitNeli Husniawati
 
Konsep dasar pemberian obat
Konsep dasar pemberian obatKonsep dasar pemberian obat
Konsep dasar pemberian obatRetno Wulan
 
contoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensicontoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensiNirma Syari Vutry
 

Viewers also liked (20)

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan ElektrolitAsuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
 
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan ElektrolitAsuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
 
Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan ElektrolitPemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
 
Balans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolitBalans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolit
 
Cairan Kristaloid dan Koloid
Cairan Kristaloid dan KoloidCairan Kristaloid dan Koloid
Cairan Kristaloid dan Koloid
 
Keseimbangan cairan & elektrolit
Keseimbangan cairan & elektrolitKeseimbangan cairan & elektrolit
Keseimbangan cairan & elektrolit
 
(1) Keseimbangan cairan dan elektrolit
(1) Keseimbangan cairan dan elektrolit(1) Keseimbangan cairan dan elektrolit
(1) Keseimbangan cairan dan elektrolit
 
Keseimbangan cairan&elektrolit
Keseimbangan cairan&elektrolitKeseimbangan cairan&elektrolit
Keseimbangan cairan&elektrolit
 
Mengukur Intake dan Output Cairan
Mengukur Intake dan Output CairanMengukur Intake dan Output Cairan
Mengukur Intake dan Output Cairan
 
Dasar dasar keseimbangan asam-basa dan gas darah
Dasar dasar keseimbangan asam-basa dan gas darahDasar dasar keseimbangan asam-basa dan gas darah
Dasar dasar keseimbangan asam-basa dan gas darah
 
Cairan Elektrolit
 Cairan Elektrolit Cairan Elektrolit
Cairan Elektrolit
 
Askep keb cairan elektrolit
Askep keb cairan elektrolitAskep keb cairan elektrolit
Askep keb cairan elektrolit
 
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan CairanPemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
 
Cairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolitCairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolit
 
Gangguan keseimbangan cairan & elektrolit
Gangguan keseimbangan cairan & elektrolitGangguan keseimbangan cairan & elektrolit
Gangguan keseimbangan cairan & elektrolit
 
Powerpoint sap cairan tubuh
Powerpoint sap cairan tubuhPowerpoint sap cairan tubuh
Powerpoint sap cairan tubuh
 
Shock dan Resusitasi Cairan
Shock dan Resusitasi CairanShock dan Resusitasi Cairan
Shock dan Resusitasi Cairan
 
Konsep diri
Konsep diriKonsep diri
Konsep diri
 
Konsep dasar pemberian obat
Konsep dasar pemberian obatKonsep dasar pemberian obat
Konsep dasar pemberian obat
 
contoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensicontoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensi
 

Similar to Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit

Cairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolitCairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolitsiakadurban
 
Cairan Elektrolit
 Cairan Elektrolit Cairan Elektrolit
Cairan Elektrolitpjj_kemenkes
 
Cairan Elektrolit
 Cairan Elektrolit Cairan Elektrolit
Cairan Elektrolitpjj_kemenkes
 
Semester VI Resusitasi Cairan.docx
Semester VI Resusitasi Cairan.docxSemester VI Resusitasi Cairan.docx
Semester VI Resusitasi Cairan.docxflorensiaDoa
 
Makalah biologi kel.7 1e
Makalah biologi kel.7 1eMakalah biologi kel.7 1e
Makalah biologi kel.7 1eKarla Terematez
 
Buku Sistem Sirkulasi untuk siswa SMA/MA
Buku Sistem Sirkulasi untuk siswa SMA/MABuku Sistem Sirkulasi untuk siswa SMA/MA
Buku Sistem Sirkulasi untuk siswa SMA/MAenda151510
 
2C_Kelompok 2_Sistem Transportasi.docx
2C_Kelompok 2_Sistem Transportasi.docx2C_Kelompok 2_Sistem Transportasi.docx
2C_Kelompok 2_Sistem Transportasi.docxDedy Setriyadi
 
BAB II (1).pdf
BAB II (1).pdfBAB II (1).pdf
BAB II (1).pdfRasyAlam
 
Cairan dan elektrolit perioperatif2
Cairan dan elektrolit perioperatif2Cairan dan elektrolit perioperatif2
Cairan dan elektrolit perioperatif2lydiasetiawan
 
kebutuhan-cairan-dan-elektrolit-pasien-operasi
kebutuhan-cairan-dan-elektrolit-pasien-operasikebutuhan-cairan-dan-elektrolit-pasien-operasi
kebutuhan-cairan-dan-elektrolit-pasien-operasiNursyamsu Hidayat
 
Resum fisling siti diah ayu f. (081810201008)
Resum fisling siti diah ayu f. (081810201008)Resum fisling siti diah ayu f. (081810201008)
Resum fisling siti diah ayu f. (081810201008)sitidiah ayufebriani
 
Resum fisling siti diah ayu f. (081810201008)
Resum fisling siti diah ayu f. (081810201008)Resum fisling siti diah ayu f. (081810201008)
Resum fisling siti diah ayu f. (081810201008)sitidiah ayufebriani
 
cairan tubuh elektrolit dan mineral
cairan tubuh elektrolit dan mineralcairan tubuh elektrolit dan mineral
cairan tubuh elektrolit dan mineralSutrisno Yang
 

Similar to Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit (20)

Cairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolitCairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolit
 
Cairan Elektrolit
 Cairan Elektrolit Cairan Elektrolit
Cairan Elektrolit
 
Cairan Elektrolit
 Cairan Elektrolit Cairan Elektrolit
Cairan Elektrolit
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Semester VI Resusitasi Cairan.docx
Semester VI Resusitasi Cairan.docxSemester VI Resusitasi Cairan.docx
Semester VI Resusitasi Cairan.docx
 
Isi 3
Isi 3Isi 3
Isi 3
 
Konsep cairan
Konsep cairanKonsep cairan
Konsep cairan
 
Cairan
CairanCairan
Cairan
 
SISTEM PEREDARAN DARAH
SISTEM PEREDARAN DARAHSISTEM PEREDARAN DARAH
SISTEM PEREDARAN DARAH
 
ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA
ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIAANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA
ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA
 
Makalah biologi kel.7 1e
Makalah biologi kel.7 1eMakalah biologi kel.7 1e
Makalah biologi kel.7 1e
 
Buku Sistem Sirkulasi untuk siswa SMA/MA
Buku Sistem Sirkulasi untuk siswa SMA/MABuku Sistem Sirkulasi untuk siswa SMA/MA
Buku Sistem Sirkulasi untuk siswa SMA/MA
 
2C_Kelompok 2_Sistem Transportasi.docx
2C_Kelompok 2_Sistem Transportasi.docx2C_Kelompok 2_Sistem Transportasi.docx
2C_Kelompok 2_Sistem Transportasi.docx
 
BAB II (1).pdf
BAB II (1).pdfBAB II (1).pdf
BAB II (1).pdf
 
Cairan dan elektrolit perioperatif2
Cairan dan elektrolit perioperatif2Cairan dan elektrolit perioperatif2
Cairan dan elektrolit perioperatif2
 
kebutuhan-cairan-dan-elektrolit-pasien-operasi
kebutuhan-cairan-dan-elektrolit-pasien-operasikebutuhan-cairan-dan-elektrolit-pasien-operasi
kebutuhan-cairan-dan-elektrolit-pasien-operasi
 
Resum fisling siti diah ayu f. (081810201008)
Resum fisling siti diah ayu f. (081810201008)Resum fisling siti diah ayu f. (081810201008)
Resum fisling siti diah ayu f. (081810201008)
 
Resum fisling siti diah ayu f. (081810201008)
Resum fisling siti diah ayu f. (081810201008)Resum fisling siti diah ayu f. (081810201008)
Resum fisling siti diah ayu f. (081810201008)
 
Hematologi
Hematologi Hematologi
Hematologi
 
cairan tubuh elektrolit dan mineral
cairan tubuh elektrolit dan mineralcairan tubuh elektrolit dan mineral
cairan tubuh elektrolit dan mineral
 

More from Sulistia Rini

Tindakan Kolaborasi pada Pneumotoraks
Tindakan Kolaborasi pada PneumotoraksTindakan Kolaborasi pada Pneumotoraks
Tindakan Kolaborasi pada PneumotoraksSulistia Rini
 
Tindakan Kolaborasi pada Empiema
Tindakan Kolaborasi pada EmpiemaTindakan Kolaborasi pada Empiema
Tindakan Kolaborasi pada EmpiemaSulistia Rini
 
Tindakan Kolaborasi pada Efuisi pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efuisi pleuraTindakan Kolaborasi pada Efuisi pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efuisi pleuraSulistia Rini
 
Tindakan Kolaborasi pada Pneumothoraks
Tindakan Kolaborasi pada PneumothoraksTindakan Kolaborasi pada Pneumothoraks
Tindakan Kolaborasi pada PneumothoraksSulistia Rini
 
Tindakan Kolaborasi pada Efusi Pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efusi PleuraTindakan Kolaborasi pada Efusi Pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efusi PleuraSulistia Rini
 
Tindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca ParuTindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca ParuSulistia Rini
 
Tindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca ParuTindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca ParuSulistia Rini
 
Asuhan Keperawatan pneumuthorax
Asuhan Keperawatan pneumuthoraxAsuhan Keperawatan pneumuthorax
Asuhan Keperawatan pneumuthoraxSulistia Rini
 
Asuhan Keperawatan pneumuthorax
 Asuhan Keperawatan pneumuthorax Asuhan Keperawatan pneumuthorax
Asuhan Keperawatan pneumuthoraxSulistia Rini
 
Terapi komplementer pada pasien bronchitis
Terapi komplementer pada pasien bronchitisTerapi komplementer pada pasien bronchitis
Terapi komplementer pada pasien bronchitisSulistia Rini
 
Terapi komplementer pada anak pertusis
Terapi komplementer pada anak pertusisTerapi komplementer pada anak pertusis
Terapi komplementer pada anak pertusisSulistia Rini
 
Terapi komplementer pada anak asma bronkhial
Terapi komplementer pada anak asma bronkhialTerapi komplementer pada anak asma bronkhial
Terapi komplementer pada anak asma bronkhialSulistia Rini
 
Terapi komplementer pada anak asma bronkhial
Terapi komplementer pada anak asma bronkhialTerapi komplementer pada anak asma bronkhial
Terapi komplementer pada anak asma bronkhialSulistia Rini
 
Terapi komplementer pada anak pneumonia
Terapi komplementer pada anak pneumoniaTerapi komplementer pada anak pneumonia
Terapi komplementer pada anak pneumoniaSulistia Rini
 
Terapi komplementer pada anak TBC
Terapi komplementer pada anak TBCTerapi komplementer pada anak TBC
Terapi komplementer pada anak TBCSulistia Rini
 

More from Sulistia Rini (20)

Tindakan Kolaborasi pada Pneumotoraks
Tindakan Kolaborasi pada PneumotoraksTindakan Kolaborasi pada Pneumotoraks
Tindakan Kolaborasi pada Pneumotoraks
 
Tindakan Kolaborasi pada Empiema
Tindakan Kolaborasi pada EmpiemaTindakan Kolaborasi pada Empiema
Tindakan Kolaborasi pada Empiema
 
Tindakan Kolaborasi pada Efuisi pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efuisi pleuraTindakan Kolaborasi pada Efuisi pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efuisi pleura
 
Tindakan Kolaborasi pada Pneumothoraks
Tindakan Kolaborasi pada PneumothoraksTindakan Kolaborasi pada Pneumothoraks
Tindakan Kolaborasi pada Pneumothoraks
 
Tindakan Kolaborasi pada Efusi Pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efusi PleuraTindakan Kolaborasi pada Efusi Pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efusi Pleura
 
Tindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca ParuTindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca Paru
 
Tindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca ParuTindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca Paru
 
Asma
AsmaAsma
Asma
 
Efusi pleura
Efusi pleuraEfusi pleura
Efusi pleura
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Efusi pleura
Efusi pleuraEfusi pleura
Efusi pleura
 
Asuhan Keperawatan pneumuthorax
Asuhan Keperawatan pneumuthoraxAsuhan Keperawatan pneumuthorax
Asuhan Keperawatan pneumuthorax
 
Asuhan Keperawatan pneumuthorax
 Asuhan Keperawatan pneumuthorax Asuhan Keperawatan pneumuthorax
Asuhan Keperawatan pneumuthorax
 
Terapi komplementer pada pasien bronchitis
Terapi komplementer pada pasien bronchitisTerapi komplementer pada pasien bronchitis
Terapi komplementer pada pasien bronchitis
 
Terapi komplementer pada anak pertusis
Terapi komplementer pada anak pertusisTerapi komplementer pada anak pertusis
Terapi komplementer pada anak pertusis
 
Terapi komplementer pada anak asma bronkhial
Terapi komplementer pada anak asma bronkhialTerapi komplementer pada anak asma bronkhial
Terapi komplementer pada anak asma bronkhial
 
Terapi komplementer pada anak asma bronkhial
Terapi komplementer pada anak asma bronkhialTerapi komplementer pada anak asma bronkhial
Terapi komplementer pada anak asma bronkhial
 
Terapi komplementer pada anak pneumonia
Terapi komplementer pada anak pneumoniaTerapi komplementer pada anak pneumonia
Terapi komplementer pada anak pneumonia
 
Terapi komplementer pada anak TBC
Terapi komplementer pada anak TBCTerapi komplementer pada anak TBC
Terapi komplementer pada anak TBC
 

Recently uploaded

REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 

Recently uploaded (20)

REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 

Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit

  • 1. i KONSEP KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT Dosen Pengampu : Ns Yuni Sapto E R, M.Kep Disusun Oleh : Kelompok 1 1. Siti Karina (108114012) 2. Mey Ferdita (108114017) 3. Eka Mailina I (108114030) 4. Ahmad Faqih F (108114039) 5. Desy Ika P (108114041) 6. Sumintri (108114048) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP TAHUN AKADEMIK 2015/2016
  • 2. ii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun makalah dengan judul “Konsep Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit” dengan sebaik-baiknya. Penyusunan makalah ini atas dasar tugas Ketrampilan Keperawatan Dasar II untuk melengkapi materi berikutnya. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada narasumber yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini. Mohon maaf penulis sampaikan apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini, karena kami masih dalam taraf belajar. Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai referensi untuk menambah wawasan kepada pembaca. Penulis sadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik guna perbaikan di masa yang akan datang. Terima kasih. Cilacap, 09 Desember 2015 Penulis
  • 3. iii DAFTAR ISI Table of Contents KATA PENGANTAR............................................................................................... ii DAFTAR ISI............................................................................................................ iii BAB I....................................................................................................................... iv PENDAHULUAN .................................................................................................... iv A. Latar Belakang ............................................................................................. iv B. Rumusan Masalah ........................................................................................ iv C. Manfaat Penulisan........................................................................................ iv BAB II.......................................................................................................................1 PEMBAHASAN........................................................................................................1 A. PENGERTIAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.............................................1 B. KOMPOSISI CAIRAN DAN ELEKTROLIT TUBUH..................................1 C. Sistem Tubuh Yang Berperan Pada Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit.........3 D. KEBUTUHAN CAIRAN DANELEKTROLIT TUBUH DAN KESEIMBANGAN ASAM DANBASA ................................................................5 E. FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP CAIRAN DAN ELEKTROLIT....................................................................................................11 F. GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.................. 14 G. PENATALAKSANAANGANGGUAN KESEIMBANGANCAIRAN DAN ELEKTROLIT....................................................................................................18 BAB III................................................................................................................... 23 PENUTUP............................................................................................................... 23 A. Kesimpulan..................................................................................................23 B. Saran ........................................................................................................... 23 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 24
  • 4. iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air yang mengandung partikel bahan organik dan anorganik yang vital untuk hidup. Elektrolit tubuh mengandung komponen kimiawi. Elektrolit tubuh ada yang bermuatan positif (kation) dan negative (anion). Elektrolit sangat penting bagi fungsi tubuh, termasuk fungsi neuromuscular dan keseimbangan asam-basa. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari cairan dan elektrolit? 2. Apa saja komposisi cairan dan elektrolit dalam tubuh? 3. Apa saja sistem tubuh yang berperan pada kebutuhan cairan dan elektrolit? 4. Bagaimana kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh dan keseimbangan asam dan basa? 5. Faktor apa saja yang berpengaruh terhadap cairan dan elektrolit? 6. Apa saja gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit 7. Bagaimana penatalaksanaan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit? C. Manfaat Penulisan 1. Untuk mengetahui pengertian cairan dan elektrolit 2. Untuk mengetahui komposisi cairan dan elektrolit 3. Untuk mengetahui sistem tubuh yang berperan pada kebutuhan cairan dan elektrolit 4. Untuk mengetahui kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh dan keseimbangan asam dan basa 5. Untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap cairan dan elektrolit 6. Untuk mengetahui gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit 7. Untuk mengetahui penatalaksanaan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
  • 5. 1 BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. B. KOMPOSISI CAIRAN DAN ELEKTROLIT TUBUH 1. Cairan intraseluler (CIS ) adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh, Pada dewasa kira-kira 2/3 dari cairan tubuh adalah intraseluler, sama sekitar 25 L pada pria dewasa (70kg). Pada bayi, setengah dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraseluler. Komposisi intraseluler : Ion Kalium (K) berkonsentrasi tinggi, ion Natrium (Na) berkonsentrasi rendah. Konsentrasi protein dalam sel: tinggi, sekitar 4x konsentrasi dlm plasma.
  • 6. 2 2. Cairan ekstraseluler (CES) adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna. Ukuran relatif dari CES menurun dengan peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira ½ cairan tubuh terkandung dalam CES. Setelah usia 1 tahun, volume relatif dari CES menurun kira-kira sepertiga dari volume total. Komposisi cairan ekstrasellular (CES): Plasma darah & cairan interstisial memiliki isi yg sama, ion Natrium (Na+) & Klorida (Cl-) serta ion bikarbonat (HCO3-) dlm jumlah besar. Ion Kalium (K+), Kalsium (Ca2+), Magnesium (Mg+), fosfat (HPO42-), sulfat (S042-), & asam organik. Protein pd plasma > protein pd cairan interstisial CES dibagi menjadi: a. Cairan interstisial (CIT) Cairan disekitar sel, sama dengan kira-kira 8 L pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam CIT. b. Cairan intravaskular (CIV) Cairan yang terkandung di dalam pembuluh darah. Rata-rata volume darah pada dewasa sekitar 5-6 L. 3 L dari jumlah tersebut adalah plasma. Sisanya terdiri dari sel darah merah (SDM atau eritrosit) yang mentranspor oksigen dan bekerja sebagai buffer tubuh yang penting; sel darah putih (leukosit) ; dan trombosit.
  • 7. 3 NO Elektrolit Ekstraseluler Interstitial Intraseluler Plasma 1. Kation : Natrium (Na+) Kalium (K+) Kalsium (Ca++) Magnesium (Mg ++) 144,0 mEq 5,0 mEq 2,5 mEq 1,5 mEq 137,0 mEq 4,7 mEq 2,4 mEq 1,4 mEq 10 mEq 141 mEq 0 31 mEq 2. Anion : Klorida (Cl-) Bikarbonat (HCO3-) Fosfat (HPO42-) Sulfat (SO42-) Protein 107,0 mEq 27,0 mEq 2,0 mEq 0,5 mEq 1,2 mEq 112,7 mEq 28,3 mEq 2,0 mEq 0,5 mEq 0,2 mEq 4 mEq 10 mEq 11 mEq 1 mEq 4 mEq C. SISTEM TUBUH YANG BERPERAN PADA KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT a. Ginjal Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal yakni sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam basa darah, dan pengaturan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam. Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air diawali oleh kemampuan bagian ginjal seperti glomerulus sebagai penyaringan cairan. Rata-rata setiap 1 liter darah mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 20% nya disaring ke luar. Cairan yang tersaring, kemudian mengalir melalui renalis yang sel-selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosterone dengan rata-rata 1 ml/kg/jam. b. Kulit Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh yasamotorik dengan kemampuan mengendalikan arteriola kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokonstriksi. Banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah
  • 8. 4 dalam kulit mempengaruhi jumlah keringat yang dikeluarkan. Proses pelepasan panas kemudian dapat dilakukan dengan cara penguapan. Proses pelepasan panas lainnya dilakukan melalui cara pemancaran, yaitu dengan melepaskan panas ke udara sekitarnya. Cara tersebut berupa cara konduksi dan konveksi. Cara konduksi yaitu pengalihan panas ke benda yang disentuh, sedangkan cara konveksi yaitu mengalirkan udara yang panas ke permukaan yang lebih dingin. c. Paru-paru Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan insensible water loss ± 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan frekuensi dan kedalaman pernafasan (kemampuan bernafas), misalnya orang yang melakukan olah raga berat. d. Gastrointestinal Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaranair. Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam system ini sekitar 100-200 ml/hari. Selain itu, pengaturan kesimbangan cairan dapat melalui mekanisme rasa haus yang dikontrol oleh system endokrin (hormonal), yakni anti diuretic hormone (ADH), system aldosterone, prostaglandin, dan glukokortikoid. a. ADH ADH memilki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. ADH dibentuk oleh hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel. b. Aldosterone Aldosterone disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal dan berfungsi pada absorbsi natrium. Proses pengeluaran aldosteron diatur
  • 9. 5 oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan system angiotensin renin. c. Prostaglandin Prostaglandin merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal. d. Glukokortikoid Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga retensi natrium. D. KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT TUBUH DAN KESEIMBANGAN ASAM DAN BASA 1. Kebutuhan cairan Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis. Kebutuhan ini memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh dengan hampir 90% dari total berat badan. Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Secara keseluruhan, presentase cairan tubuh berbeda berdasarkan usia. Presentase cairan tubuh bayi baru lahir sekitar 75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total berat badan, wanita dewasa 55% dari total berat badan, dan dewasa tua 45% dari total berat badan. Selain itu, presentase jumlah cairan tubuh yang bervariasi juga bergantung pada lemak dalam tubuh danjenis kelamin. Jika lemak dalam tubuh sedikit, maka cairan tubuh lebih besar. No Umur / BB (Kg) Kebutuhan cairan (mL/24 jam) 1. 3 hari/ 3 kg 250-300 2. 1 tahun/ 9,5 kg 1150-1300 3. 2 tahun/11,8 kg 1350-1500 4. 6 tahun/ 20 kg 1800-2000 5. 10 tahun/ 28,7 kg 2000-2500 6. 14 tahun/45 kg 2200-2700 7. 18 tahun/ 54 kg 2200-2700
  • 10. 6 2. Kebutuhan elektrolit Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrient dan sisa metabolism, seperti karbondioksida yang semuanya disebut dengan ion. Beberapa jenis garam dalam air akan dipecah dalam bentuk ion elektrolit. Contohnya, NaCl akan dipecah menjadi ion Na+ dan Cl-. Pacahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Ion yang bermuatan negative disebut anion dan ion bermuatan positif disebut kation. Contoh kation ayitu natrium, kalium, kalsium dan magnesium. Sedangkan anion contohnya klorida, bikarbonat dan fosfat. Komposisi elektrolit dalam plasma adalah: a. Natrium: 135-145 mEq/lt, b. Kalium: 3,5-5,3 mEq/lt, c. Kalsium: 4-5 mEq/lt, d. Magnesium: 1,5-2,5 mEq/lt, e. Klorida: 100-106 mEq/lt, f. Bikarbonat: 22-26 mEq/ltd an g. Fosfat: 2,5-4,5 mEq/lt. Pengukuran elektrolit dalam satuan miliequivalen per liter cairan tubuh atau milligram per 100 ml (mg/100 ml). Equivalen tersebut merupakan kombinasi kekuatan zat kimia atau kation dan anion dalam molekul. a. Pengaturan Keseimbangan Natrium Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi mengatur osmolaritas dan volume cairan tubuh. Natrium paling banyak terdapat pada cairan ekstrasel. Pengaturan konsentrasi cairan ekstrasel diatur oleh ADH dan aldosteron. Aldosteron dihasilkan oleh korteks suprarenal dan berfungsi mempertahankan keseimbangankonsentrasi natrium dalam plasma dan prosesnya dibantu oleh ADH. ADH mengatur sejumlah air yang diserap kembali ke dalam ginjal dari tubulus renalis. Aldosteron juga mengatur keseimbangan jumlah
  • 11. 7 natrium yang diserap kembali oleh darah. Natrium tidak hanya bergerak ke dalam atau ke luar tubuh, tetapi juga mengatur keeseimbangan cairan tubuh. Eksresi dari natrium dapat dilakukan melalui ginjal atau sebagian kecil melalui feses, keringat dan air mata. b. Pengaturan Keseimbangan Kalium Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel dan berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit. Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal dengan mekanisme perubahan ion natrium dalam tubulsu ginjal dan sekresi aldosteron. Aldosteron juga berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium dalam plasma (cairan ekstrasel). System pengaturan keseimbangan kalium melalui 3 langkah yaitu: 1) Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan peningkatan produksi aldosterone. 2) Peningkatan jumlah aldosteron akan mempengaruhi jumlah kalium yang dikeluarkan melalui ginjal. 3) Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel menurun. c. Pengaturan Keseimbangan Kalsium Kalsium dalam tubuh berfungsi membentuk tulang, menghantarkan impuls kontraksi otot, koagulasi (pembekuan) darah dan membantu beberapa enzim pancreas. Kalsium diekskresi melalui urine dan keringat. Konsentrasi kalsium dalam tubuh diatur oleh hormone paratiroid dalam reabsorpsi tulang. Jika kadar kalsium darah menurun, kelenjar paratiroid akan merangsang pembentukan hormone paratiroid yang langsung meningkatkan jumlah kalsium dalam darah. d. Pengaturan Keseimbangan Klorida Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi tidak dapat ditemukan pada cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu dengan natrium, yaitu mempertahankan keseimbangan tekanan osmotic dalam darah. Hipokloremia merupakan
  • 12. 8 siatu keadaan kekurangan kadar klorida dalam darah, sedangkan hiperkloremia merupakan kelebihan klor dalam darah. Normalnya, kadar klorida dalam darah pada orang dewasa adalah 95-108 mEq/lt. e. Pengaturan Keseimbangan Magnesium Magnesium merupakan kation dalam tubuh, merupakan yang terpenting kedua dalam cairan intrasel. Keseimbangannya diatur oleh kelenjar paratiroid. Magnesium diabsorpsi dari saluran pencernaan. Magnesium dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium. Hipmagnesium terjadi bila konsentrasi serum turun menjadi < 1,5 mEq/ltd dan hipermagnesium terjadi bila kadar magnesium serta seum meningkat menjadi > 2,5 mEq/lt. f. Pengaturan Keseimbangan Bikarbonat Bikarbonat merupakan elektrolit utama larutan buffer (penyangga) dalam tubuh. g. Pengaturan Keseimbangan Fosfat Fosfat (PO4) bersama-sama dengan kalsium berfungsi membentuk gigi dan tulang. Posfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine. Jenis cairan elektrolit Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan tetap dengan bermacam-macam elektrolit. Cairan saline terdiri atas cairan isotonic, hipotonik dan hipertonik. Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline yang banyak dipergunakan. Contoh cairan elektrolit: a. Cairan Ringer’s, terdiri atas: Na+, K+, Cl, Ca2+ b. Cairan Ringer’s Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, Ca2+, HCO3 c. Cairan Buffer’s, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, HCO3
  • 13. 9 3. Keseimbangan Asam Basa Dalam aktivitasnya, sel tubuh memerlukan keseimbangan asam- basa. Keseimbangan asam-basa dapat diukur dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan normal, pH cairan tubuh adalah 7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa dapat dipertahankan melalui proses metabolisme dengan sistem buffer pada seluruh cairan tubuh dan oleh pernafasan dengan sistem regulasi (pengaturan di ginjal). Tiga macam sistem larutan buffer cairan tubuh adalah larutan bikarbonat, larutan buffer fosfat, dan larutan buffer protein. Sistem buffer itu sendiri terdiri atas natrium bikarbonat (NaHCO3), kalium bikarbonat (KHCO3), dan asam karbonat (H2CO3). Pengaturan keseimbangan asam-basa dilakukan oleh paru melalui pengangkutan kelebihan CO2 dan H2CO2 dari darah yang dapat menigkatkan pH hingga kondisi standard (normal)). Ventilasi dianggap memadai apabila suplai O2 seimbang dengan kebutuhan O2. Pembuangan melalui paru harus seimbang dengan pembentukan Co2 agar ventilasi memadai. Ventilasi yang memadai dapat mempertahankan kadar pCO2 sebesar 40 mmHg. Jika pembentukan CO2metabolik meningkat, konsentrasinya dalam cairan ekstrasel juga meningkat. Sebaliknya, penurunan metabolisme memperkecil konsentrasi CO2. Jika kecepatan ventilasi paru meningkat, kecepatan pengeluaran CO2 juga meningkat, dan hal ini menunjukan jumlah C02 yang berkumpul dalam cairan ekstrasel. Peningkatan dan penurunan ventilasi alveolus efeknya akan mempengaruhi pH cairan ekstrasel. Peningkatan pCO2 menurunkan pH, sebaliknya pO2 meningkatkan pH darah. Perubahan ventilasi alveolus juga akan mengubah konsentrasi ion H+. Sebaliknya, konsentrasi ion H+ dapat mempengaruhi kecepatan ventilasi alveolus (umpan balik). Kadar pH yang rendah dan konsentrasi ion H+ yang tinggi disebut asidosis, sebaliknya pH yang tinggi dan konsentrasi ion H+ yang rendah disebut alkalosis.
  • 14. 10 1. Jenis Asam-Basa Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi asidosis. Keadaan asidosis dapat disebabkan oleh henti jantung dan koma diabetika. Contoh cairan alkali adalah natrium (sodium) laktat dan natrium bikarbonat. Laktat merupakan garam dari asam lemah yang dapat mengambil ion H+ dari cairan, sehingga mengurangi keasaman (asidosis). Ion H+ diperoleh dari asam karbonat (H2CO3), yang mana terurai menjadi HCO3- (bikarbonat) dan H+. Selain sistem pernafasan, ginjal juga berperan untuk mempertahankan asam-basa yang sangat kompleks. Ginjal mengeluarkan ion hidrogen dan membentuk ion bikarbonat sehingga pH darah normal. Jika pH plasma turun dan menjadi lebih asam, ion hidrogen dikeluarkan dan bikarbonat dibentuk kembali. 2. Masalah Keseimbangan Asam-Basa a. Asidosis Respiratorik Asidosis respiratorik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh kegagalan sistem pernafasan dalam membuang karbondioksida dari cairan tubuh sehingga terjadi kerusakan pada pernafasan, peningkatan pCO2 arteri di atas 45 mmHg, dan penurunan pH hingga < 7,35 yang dapat disebabkan oleh adanya penyakit obstruksi, trauma kepala, perdarahan, dan lain-lain. b. Asidosis Metabolik Asidosis metabolik merupakan suatu keadaan kehilangan basa atau terjadinya penumpukan asam yang ditandai dengan adanya penurunan pH hingga kurang dari 7,35 dan HCO3 kurang dari 22 mEq/1t. c. Alkalosis Respiratorik Alkalosis Respiratorik merupakan suatu keadaan kehilangan CO2 dari paru yang dapat menimbulkan terjadinya pCO2 arteri < 35 mmHg dan pH > 7,45 akibat adanya hiperventilasi, kecemasan,
  • 15. 11 emboli paru, dan lain-lain. d. Alkalosis Metabolik Alkalosis metabolik merupakan suatu keadaan kehilangan ion hidrogen atau penambahan basa pada cairan tubuh dengan adanya peningkatan bikarbonat plasma > 26 mEq/1t dan pH arteri > 7,45 , atau secara umum keadaan asam-basa dapat dilihat sebagaimana table berikut : E. FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP CAIRAN DAN ELEKTROLIT a. Umur Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di maasa pertumbuha memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa. Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisis ginjal mereka yang belum matur dibandingka ginjal orang dewasa. Kehilanga cairan dapat terjadi akibat pebgeluaran yang besar dari kulit dan pernafaasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal. Usia Berat badan Kebutuhan (ml)/24 jam 3 hari 3,0 250-300 1 tahun 9,5 1150-1300 2 tahun 11,8 1350-1500 6 tahun 20,0 1800-2000 10 tahun 18,7 2000-2500 14 tahun 45,0 2200-2700 18 tahun (dewasa) 54,0 2200-2700 HCO3 Plasma pH Plasma pCO2 Plasma Gangguan Asam-Basa Meningkat menurun menurun meningkat menurun menurun meningkat meningkat Meningkat menurun menurun meningkat asidosis respiratorik asidosis metabolik alkalosis respiratorik alkalosis metabolik
  • 16. 12 b. Aktivitas Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolism dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan peningkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilangan cairan yan tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan akibat peningkatan laju pernafasan dan aktivasi kelenjar keringat b. Iklim Normalnya, individu yan tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernafasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat diobservasi sehingga disebut sebagai kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolism, dan usia. Individu yang tinggal di lingkunan yang berrsuhu tinggi atau di daerah engan tingkat kelembaban yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairan dan elektrolit. c. Diet Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan makanan tidak adekuat atau tida seimbang, tubuh berusaha memecah simpanan protein dengan terlebih dahulu memecah glikogen dan lemak. Kondisi ini mengakibatkan penurunan kadar albumin. Dalam tubuh, albumin penting untuk mempertahankan tekanan onkotik plasma. Jika tubuh kekurangan albumin, tekanan onkotik plasma dapat menurun. Akibatnya, cairan dapat berpindah dari intravaskuler ke interstisial sehingga terjadi edema di interstisial. d. Stress Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress, tuubuh mengalami peningkatan metabolism seluler,
  • 17. 13 peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glkolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium. Di samping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone antidiuretic yang dapat mengurangi produksi urine. e. Penyakit Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dari sel/jaringan yang rusak (misalnya luka robek atau luka bakar). Pasien yang menderita diare juga mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran gastrointestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sat aliran darh ke ginjal menurun karena kemampuan pompa jantung menurun, tubuh akan melakukan “penimbunan”cairan dan natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban cairan (hypervolemia). Lebih lanjut, kondisi ini dapat menyebabkan edema paru-paru. Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untuk menyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa dalam tubuh. Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih banyak dan menahan ADH sehinngga produksi urine meningkat. f. Tindakan medis Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekubder terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium. g. Pengobatan Penggunaan beberapa obat seperti diuretic maupun laksatif secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilanagn cairan dalam tubuh. Akibanya, terjadi deficit cairan tubuh. Selain itu, penggunaan diuretic meyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan kortiosteroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.
  • 18. 14 h. Pembedahan Kilen yang mengalami pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama periode operasi, sedangkan beberapa klien lainnya justru mengalami kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan atau sekresi hormone ADH selama masa stress akibat obat-obatan. F. GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN & ELEKTROLIT 1. Gangguan/masalah dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan a. Hipovolume Atau Dehidrasi Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penurunan asupan cairan dan kelebihan pengeluaran cairan. Ada tiga macam kekurangan volume cairan eksternal atau dehidrasi, yaitu: 1) Dehidrasi isotonic, terjadi jika kekurangan sejumlah cairan dan elektrolitnya yang seimbang. 2) Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan sejumlah air yang lebih banyak daripada elektrolitnya. 3) Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan elektrolitnya daripada air. Macam dehidrasi (kurang volume cairan) berdasarkan derajatnya : 1) Dehidrasi berat Pengeluaran/ kehilangan cairan 4-6 L Serum natrium 159-166 mEq/L Hipotensi Turgor kulit buruk Oliguria Nadi dan pernapasan meningkat Kehilangan cairan mencapai > 10% BB 2) Dehidrasi sedang Kehilangan cairan 2-4 l atau antara 5-10% BB Serum natrium 152-158 mEq/L
  • 19. 15 Mata cekung otot lemahsilau melihat sinar Nadi cepat dan lemah Turgor kulit kering, membran mukosa kering Pengeluaran urien berkurang Suhu tubuh meningkat 3) Dehidrasi ringan, dengan terjadinya kehiangan cairan sampai 5% BB atau 1,5 – 2 L. turgor kulit normal denyut jantung meningkat mata terlihat cekung Penatalaksanaan pada penderita dehidrasi (Doenges & Sylvia Anderson): a) Obat-obatan Antiemetik ( Untuk mengatasi muntah ) b) Obat-obatan anti diare Pengeluaran feces yang berlebihan dapat diberikan obat-obat anti diare serta dapat diberikan oralit. c) Pemberian air minum Pemberian air minum yang mengandung natrium cukup memadai untuk mengatasi ketidakseimbangan yang terjadi. d) Pemberian cairan intravena Pada kekurangan cairan yang berat, maka diperlukan pemberian cairan intravena.Larutan garam isotonik (0,9%) merupakan cairan infus terpilih untuk kasus-kasus dengan kadar natrium mendekati normal, karena akan menambah volume plasma. Segera setelah pasien mencapai normotensi, separuh dari larutan garam normal (0,45%) diberikan untuk menyediakan air bagi sel-sel dan membantu pembuangan produk-produk sisa metabolisme.
  • 20. 16 e) Pemberian bolus cairan IV Pemberian bolus cairan IV awal dalam suatu uji beban cairan, untuk mengetahui apakah aliran kemih akan meningkat, yang menunjukkan fungsi ginjal normal. b. Hipervolume atau overhidrasi Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu, 1) Hipervolume (peningkatan volume darah), a) Overhidrasi adalah kelebihan cairan dalam tubuh. Penyebabnya jika asupan cairan lebih besar daripada pengeluaran cairan. Ini terjadi jika ada kerusakan di hipofise, jantung dan ginjal. (1) Tanda dan gejala: sesak nafas, kekacauan mental, kejang dan koma. (2) Kelebihan volume cairan mengacu pada perluasan isotonik dari CES yang disebabkan oleh retensi air dan natrium yang abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama dimana mereka secara normal berada dalam CES. Hal ini selalu terjadi sesudah ada peningkatan kandungan natrium tubuh total, yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan air tubuh total. (3) Penatalaksanaan : Diuretik, Dialisi atau hemofiltrasi arteriovena kontinue: pada gagal ginjal atau kelebihan beban cairan. 2) Edema (kelebihan cairan pada interstisial). Oedema, peningkatan berat badan, peningkatan TD (penurunan TD saat jantung gagal) nadi kuat, asites, krekles (rales). Ronkhi, mengi, distensi vena leher, kulit lembab, takikardia, irama gallop, protein rendah, anemia, retensi air yang berlebihan, peningkatan natrium dalam urin. Penatalaksanaan
  • 21. 17 Tujuan terapi adalah mengatasi masalah pencetus dan mengembalikan CES pada normal. Tindakan dapat berupa hal berikut : a) Pembatasan natrium dan air. b) Diuretik. c) Dialisi atau hemofiltrasi arteriovena kontinue : pada gagal ginjal atau kelebihan beban cairan yang mengancam hidup. Derajat I : kedalamannya 1- 3 mm dengan waktu kembali 3 detik Derajat I I : kedalamannya 3-5 mm dengan waktu kembali 5 detik Derajat III : kedalamannya 5-7 mm dengan waktu kembali 7 detik Derajat IV : kedalamannya 7 mm dengan waktu kembali 7 detik 2. Gangguan elektrolit a. Hiponatremia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135 mEq/L, mual, muntah dan diare. b. Hipernatremia, suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi, yang ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering, dll. c. Hipokalemia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare berkepanjangan. d. Hiperkalemia, merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah tinggi. Keadaan ini sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik. Hiperkalemia dditandai dengan adanya mual, hiperaktifitas system pencernaan, dll. e. Hipokalsemia, merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah. Hipokalsemia ditandai dengan adanya kram otot dan karam perut, kejang,bingung.
  • 22. 18 f. Hiperkalsemia, merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah. Hal ini terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara berlebihan. Hiperkalsemia ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, dll, dan kadar kalsium daam plasma lebih dari 4,3 mEq/L. g. Hipomagnesia, merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah. Hipomagnesia ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, dll, serta kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L. h. Hipermagnesia, merupakan kelebihan kadar magnesium dalam darah. Hal ini ditandai dengan adanya koma, gangguan pernapasan, dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L. G. PENATALAKSANAAN GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT 1. PEMBERIAN CAIRAN SECARA PARENTERAL Jenis Cairan Infus a. Asering Indikasi: Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam berdarah dengue, luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma Komposisi: Setiap liter asering mengandung: 1) Na 130 mEq, 2) K 4 mEq, 3) Cl 109 mEq, 4) Ca 3 mEq 5) Asetat (garam) 28 mEq Keunggulan: 1) Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan hati
  • 23. 19 2) Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik dibanding RL pada neonates 3) Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi dengan isofluran 4) Mempunyai efek vasodilator Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk edema serebral b. KA-EN 1B Indikasi: 1) Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)< 24 jam pasca operasi 2) Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak 3) Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam c. KA-EN 3A & KA-EN 3B Indikasi: 1). Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas 2). Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam) 3). Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A 4). Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
  • 24. 20 d. KA-EN MG3 Indikasi : 1)Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas 1) Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam) 2) Mensuplai kalium 20 mEq/L 3) Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400kcal/L e. KA-EN 4A Indikasi : 1) Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak 2) Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai kadar konsentrasi K serum normal 3) Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik Komposisi (per 1000 ml): 1) Na 30 mEq/L 2) K 0 mEq/L 3) Cl 20 mEq/L 4) Laktat 10 mEq/L 5) Glukosa 40 gr/L f. KA-EN 4B Indikasi: 1) Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun 2) Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia 3) Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
  • 25. 21 Komposisi: 1) Na 30 mEq/L 2) K 8 mEq/L 3) Cl 28 mEq/L 4) Laktat 10 mEq/L 5) Glukosa 37,5 gr/L g. Otsu-NS Indikasi: Untuk resusitasi Kehilangan Na > Cl, misal diare Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar) h. Otsu-RL i. MARTOS-10 Indikasi: 1) Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetic 2) Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat, stres berat dan defisiensi protein Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam Mengandung 400 kcal/L Indikasi: 1) Resusitasi 2) Suplai ion bikarbonat 3) Asidosis metabolik
  • 26. 22 j. AMIPAREN Indikasi: 1) Stres metabolik berat 2) Luka bakar 3) Infeksi berat 4) Kwasiokor 5) Pasca operasi 6) Total Parenteral Nutrition Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit k. AMINOVEL-600 l. PAN-AMIN G Indikasi: 1) Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI 2) Penderita GI yang dipuasakan 3) Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi) 4) Stres metabolik sedang Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm) Indikasi: 1) Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan. 2) Nitrisi dini pasca operasi.
  • 27. 23 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Ginjal merupakan organ yang paling berperan, sebegai pengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garan dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hydrogen, CO2 dan sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh. B. Saran Kebutuhan cairan tubuh tak hanya berasal dari konsumsi air putih saja, melainkan juga dari makanan dan minuman yang mengandung air. Meskipun begitu, akan jauh lebih baik bila kita memilih untuk mengkonsumsi air putih ketimbang jenis minuman lainnya yang banyak mengandung gula, kalori, kafein dan zat-zat lainnya.
  • 28. 24 DAFTAR PUSTAKA Tamsuri,Anas.(2009).Klien Gangguan Keseimbangan Cairan daElektrolit.Jakarta: Buku Kedokterab EGC http://digilib.fk.umy.ac.id