Dokter perusahaan melakukan pemeriksaan kesehatan karyawan pabrik kelapa sawit dan menemukan bahwa mayoritas pekerja di bagian pengolahan mengalami gangguan pendengaran akibat kebisingan mesin berat. Dokter tersebut kemudian mempelajari definisi, klasifikasi, etiologi, pencegahan dan penanganan gangguan pendengaran akibat kerja.
KESELAMATAN KERJA MIGAS
Kegiatan industri minyak dan gas (migas) mempunyai potensi bahaya yang dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan sehingga menimbulkan risiko terhadap karyawan, perusahaan,dan masyarakat sekitar.
EPIDEMIOLOGI KESEHATAN LINGKUNGAN
PENGERTIAN
Ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu tentang berbagai masalah kesehatan sebagai akibat dari hubungan interaktif antara berbagai bahan, kekuatan, zat yang memiliki potensi sebagai penyebab sakit (agent) yang timbul akibat adanya perubahan-perubahan lingkungan dengan masyarakat, serta menerapkan upaya pencegahan gangguan kesehatan yang ditimbulkannya
Pengertian (cont.)
Studi tentang faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit, dengan cara mempelajari dan mengukur dinamika hubungan interaktif antara penduduk dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya pada suatu waktu dan kawasan tertentu, untuk upaya promotif (Achmadi, 1991)
Environmental epidemiology may be defined as the study of environmental factors that influence the distribution and determinants of diseases in human population (Cordis, 1994)
Faktor lingkungan lebih ditonjolkan
Kawasan:
Lingkungan kerja
Lingkungan pemukiman
Tempat-tempat umum dan transportasi
Wilayah habitat manusia daerah aliran sungai, daerah pantai, daerah pegunungan
Agent yang berpotensi bahaya penyakit dapat dikelompokkan sbb:
Golongan fisik: kebisingan, radiasi, cuaca panas, dll
Golongan kimia: pestisida, asap rokok, limbah pabrik
Golongan biologi: spora jamur, bakteri, cacing, dll
Golongan sosial: hubungan antar tetangga, antara bawahan atasan, dll
POKOK-POKOK STUDI EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN
Paradigma Kesehatan Lingkungan
Dinamika Bahan Toksik
Parameter Kesehatan Lingkungan
Kemampuan Mengidentifikasi Population at Risk
Standard Normalitas
Desain Studi
Analisis Pemajanan
1. PARADIGMA KESEHATAN LINGKUNGAN
Paradigma/konsep/model kesehatan lingkungan menggambarkan hubungan interaktif antara berbagai komponen lingkungan dengan dinamika perilaku penduduk
Merupakan dasar bagi analisis kejadian sehat sakit dalam suatu kawasan
2. DINAMIKA PERJALANAN BAHAN TOKSIK
Mempelajari dinamika atau kinetika perjalanan suatu bahan toksik dan atau faktor penyebab penyakit (fisik, kimia, mikroba) yg berada dalam “vehicle” transmisi hingga kontak dengan manusia atau penduduk
Pemahaman kinetika agent akan menentukan teknik mengukur atau analisis pemajanan
Contoh:
Pb udara/air/tanah/makanan tubuh manusia
3. Parameter Kesehatan Lingkungan
Pemahaman terhadap berbagai parameter kesehatan lingkungan
Bagaimana mengukur berbagai parameter perubahan lingkungan
TEORI SIMPUL
Pengukuran parameter kesehatan lingkungan
Pada simpul A: pengukuran pada sumbernya (pengukuran emisi)
Pada simpul B: pengukuran komponen penyebab sakit pada ambient
Pada simpul C: pengukuran pada spesimen tubuh manusia (biomarker atau bioindikator)
Pada simpul D: sudah terjadi outcome berupa kejadian penyakit, misal jumlah penderita keracunan
4. KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI POPULATION AT RISK
Mengidentifikasi:
Populasi mana yang terkena dampak
Besar/dosis
Lama waktu/durasi pemaparan oleh agent
Cara
Population at risk tidak selalu dala
KESELAMATAN KERJA MIGAS
Kegiatan industri minyak dan gas (migas) mempunyai potensi bahaya yang dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan sehingga menimbulkan risiko terhadap karyawan, perusahaan,dan masyarakat sekitar.
EPIDEMIOLOGI KESEHATAN LINGKUNGAN
PENGERTIAN
Ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu tentang berbagai masalah kesehatan sebagai akibat dari hubungan interaktif antara berbagai bahan, kekuatan, zat yang memiliki potensi sebagai penyebab sakit (agent) yang timbul akibat adanya perubahan-perubahan lingkungan dengan masyarakat, serta menerapkan upaya pencegahan gangguan kesehatan yang ditimbulkannya
Pengertian (cont.)
Studi tentang faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit, dengan cara mempelajari dan mengukur dinamika hubungan interaktif antara penduduk dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya pada suatu waktu dan kawasan tertentu, untuk upaya promotif (Achmadi, 1991)
Environmental epidemiology may be defined as the study of environmental factors that influence the distribution and determinants of diseases in human population (Cordis, 1994)
Faktor lingkungan lebih ditonjolkan
Kawasan:
Lingkungan kerja
Lingkungan pemukiman
Tempat-tempat umum dan transportasi
Wilayah habitat manusia daerah aliran sungai, daerah pantai, daerah pegunungan
Agent yang berpotensi bahaya penyakit dapat dikelompokkan sbb:
Golongan fisik: kebisingan, radiasi, cuaca panas, dll
Golongan kimia: pestisida, asap rokok, limbah pabrik
Golongan biologi: spora jamur, bakteri, cacing, dll
Golongan sosial: hubungan antar tetangga, antara bawahan atasan, dll
POKOK-POKOK STUDI EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN
Paradigma Kesehatan Lingkungan
Dinamika Bahan Toksik
Parameter Kesehatan Lingkungan
Kemampuan Mengidentifikasi Population at Risk
Standard Normalitas
Desain Studi
Analisis Pemajanan
1. PARADIGMA KESEHATAN LINGKUNGAN
Paradigma/konsep/model kesehatan lingkungan menggambarkan hubungan interaktif antara berbagai komponen lingkungan dengan dinamika perilaku penduduk
Merupakan dasar bagi analisis kejadian sehat sakit dalam suatu kawasan
2. DINAMIKA PERJALANAN BAHAN TOKSIK
Mempelajari dinamika atau kinetika perjalanan suatu bahan toksik dan atau faktor penyebab penyakit (fisik, kimia, mikroba) yg berada dalam “vehicle” transmisi hingga kontak dengan manusia atau penduduk
Pemahaman kinetika agent akan menentukan teknik mengukur atau analisis pemajanan
Contoh:
Pb udara/air/tanah/makanan tubuh manusia
3. Parameter Kesehatan Lingkungan
Pemahaman terhadap berbagai parameter kesehatan lingkungan
Bagaimana mengukur berbagai parameter perubahan lingkungan
TEORI SIMPUL
Pengukuran parameter kesehatan lingkungan
Pada simpul A: pengukuran pada sumbernya (pengukuran emisi)
Pada simpul B: pengukuran komponen penyebab sakit pada ambient
Pada simpul C: pengukuran pada spesimen tubuh manusia (biomarker atau bioindikator)
Pada simpul D: sudah terjadi outcome berupa kejadian penyakit, misal jumlah penderita keracunan
4. KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI POPULATION AT RISK
Mengidentifikasi:
Populasi mana yang terkena dampak
Besar/dosis
Lama waktu/durasi pemaparan oleh agent
Cara
Population at risk tidak selalu dala
Perundangan berkaitan kebisingan seperti Akta Kualiti Alam Sekeliling mengenai pencemaran bunyi, Akta Kilang dan Jentera dan Akta Keselamatan dan Kesihatan Pekerjaan
Perundangan berkaitan kebisingan seperti Akta Kualiti Alam Sekeliling mengenai pencemaran bunyi, Akta Kilang dan Jentera dan Akta Keselamatan dan Kesihatan Pekerjaan
Tuli akibat bising merupakan ketulian yang terjadi akibat exposure bising melampaui batas waktu yang diperbolehkan. Permanen, progresif dan tidak bisa kembali TAPI BISA DICEGAH
2. SKENARIO
s
Seorang dokter perusahaan melakukan pemeriksaan
kesehatan karyawan pabrik kelapa sawit (PKS). Dokter
tersebut baru dikontrak oleh perusahaan tersebut karena
banyaknya masalah kesehatan yang timbul di kalangan
karyawan pabrik kelapa sawit ini. Hasil pemeriksaan
kesehatan pada karyawan yang bekerja dibagian
pengolahan kelapa sawit ternyata mayoritas pekerjanya
menderita gangguan pendengaran. Di bagian pengolahan
ini memang menggunakan mesin-mesin berat yang
menyebabkan kebisingan.
5. DEFINISI PENYAKIT AKIBAT
KERJA
• Penyakit yang diderita karyawan dalam
hubungan dengan kerja baik faktor resiko
karena kondisi tempat kerja, peralatan
kerja, material yang dipakai, proses
produksi, cara kerja, limbah perusahaan
dan hasil produksi.
6. DEFINISI BISING,KLASFISIKASI
BISING
• DEFINISI KEBISINGAN
Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf
pendengar dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang
ditimbulkan getaran dari sumber bunyi atau suara dan
gelombang tersebut merambat melalui media udara atau
penghantar lainnya, dan manakala bunyi atau suara tersebut
tidak dikehendaki oleh karena mengganggu atau timbul di luar
kemauan orang yang bersangkutan, maka bunyi-bunyian atau
suara demikian dinyatakan sebagai kebisingan
7. • KLASIFIKASI KEBISINGAN
Di tempat kerja, kebisingan diklasifikasikan ke dalam dua jenis
golongan besar (Tambunan, 2005) :
1. Kebisingan tetap (unsteady noise) dipisahkan lagi menjadi dua
jenis, yaitu :
a. Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency
noise) Kebisingan ini berupa “nada-nada” murni pada
frekuensi yang beragam, contohnya suara mesin, suara kipas,
dan sebagainya.
b. Broad band noise
Kebisingan dengan frekuensi terputus dan broad band noise
sama-sama digolongkan sebagai kebisingan tetap (steady
noise). Perbedaannya adalah broad band noise terjadi pada
frekuensi yang lebih bervariasi (bukan “nada” murni).
8. 2. Kebisingan tidak tetap (unsteady noise) dibagi lagi menjadi
tiga jenis, yaitu :
a. Kebisingan fluktuatif (fluctuating noise)
Kebisingan yang selalu berubah-ubah selama rentang waktu
tertentu.
b. Intermittent noise
Sesuai dengan terjemahannya, intermittent noise adalah
kebisingan yang terputus-putus dan besarnya dapat berubahubah, contohnya kebisingan lalu lintas.
c. Impulsive noise
Kebisingan impulsif dihasilkan oleh suara-suara berintensitas
tinggi (memekakkan telinga) dalam waktu relatif singkat,
misalnya suara ledakan senjata api dan alat sejenisnya
9. ETIOLOGI GANGGUAN
PENDENGARAN
1. Faktor genetik
Gangguan pendengaran karena faktor genetik pada
umumnya breupa gangguan pendengaran bilateral tetapi
dapat pula asimetrik dan mungkin bersifat statis maupun
progresif.
11. PP TENAGA KERJA DALAM
KESEHATAN KERJA
PP menteri tenaga kerja dan transmigrasi No.02/MEN/1980
tentang pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dalam
penyelenggaraan keselamatan kerja.
Peraturan menteri tenaga kerja RI No.01/MEN/1981 tentang
kewajiban melapor penyakit akibat kerja
Peraturan menteri tenaga kerja RI No.per.05/02/1988 tentang
petunjuk teknis pedaftaraan pesertaan, pembayaran iuran,
pembayaran iuran dan pelayanan jaminan sosial tenaga kerja.
Keputusan menteri tenaga kerja RI NO.KPTS.333/MEN/1989
tentang diagnosa dan pelaporan penyakit akibat kerja
Kepres RI No.22/1993 tentang penyakit yang ditimbulkan
karena hubungan kerja.
12. ALAT PERLINDUNGAN
DIRI
APD merupakan peralatan yg harus disediakan oleh
pengusaha untuk karyawannya.
APD standart untuk bahan kimia berbahaya adalah pelindung
kepala, pelindung mata, pelindung wajah, pelindung tangan,
dan pelindung kaki.
13. Jenis-jenis APD
• Jenis APD menurut bagian tubuh yang dilindungi ( Atjo
Wahyu, 2003).
1. Alat Pelindung Kepala
berdasarkan fungsinya dibagi:
a. Topi Pengaman (helmet), melindungi kepala dari kemungkinan
benturan atau pukulan dan kejatuhan benda.
b. Tudung atau topi, melindungi dari api, ketel uap dan korosif
c. Tutup Kepala, menjaga kebersihan kepala atau rambut dan
mencegah rambut terlilit bagian mesin yg berputar,
14. 2. ALat Pelindung Mulut dan Hidung
APD ini biasa juga disebut masker yg berfungsi melindungi
bagian dalam tubuh melalui pernafasan hidung dan mulut
dari pengaruh oksigen yg terkontaminasi dengan partikel debu
dan gas yg dapat merusak atau setidaknya menggaggu
pernafasan.
3. Alat Pelindung Telinga
APD telinga terdiri dari 2 jenis, yaitu ear plug yg dapat
menurunkan pajanan sebesar 6-30 dB, dan ear muff yg dapat
menurunkan 20 - 40 dB.
15. 4. ALat Pelindung Mata
APD mata biasanya disebut kaca mata, fungsinya selain
melindungi mata, juga melindungi muka atau wajah yg terdiri
dari berbagai bentuk disesuaikan dengan sumber bahaya yg
dihadapi, seperti bahaya lemparan benda- benda kecil dan
lemparan bendabenda lainnya.
5. Alat Pelindung Tangan
APD ini disebut dengan sarung tangan. Fungsinya untuk
melindungi tangan dari bahaya benda tajam, panas dan
dingin, radiasi, arus listrik, serta bahan kimia elektromagnetik
16. 6. Alat Pelindung Kaki dan jari Kaki
APD yg umum digunakan adalah sepatu, namun harus
disesuaikan dengan tempat atau lingkungan kerja sesuai
dengan risiko yg terjadi.
7. Alat Pelindung Tubuh
APD tubuh yang dimaksud adalah pakaian kerja yg khusus
berfungsi untuk melindungi badan atau tubuh. Terkadang ada
pekerjaan tertentu dalam waktu singkat harus memakai
pelindung yg bertujuan agar tenaga kerja terpapar suatu sinar
panas dapat diperkecil atau diperhalus.
17. CARA MENEGAKKAN
DIAGNOSA
• Didalam menegakkan diagnosis NIHL, ahli THT harus
melakukan anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan audiologik. Dari anamnesis didapati riwayat
penah bekerja atau sedang bekerja di lingkungan bising dalam
jangka waktu yang cukup lama, biasanya lebih dari 5 tahun.
Sedangkan pada pemeriksaan otoskopik tidak ditemukan
kelainan.Pada pemeriksaan tes penala didapatkan hasil Rinne
positip, Weber lateralisasi ke telinga yang pendengarannya
lebih baik dan Schwabach memendek. Kesan jenis ketuliannya
adalah tuli sensorineural yang biasanya mengenai kedua
telinga.
18. • Ketulian timbul secara bertahap dalam jangka waktu
bertahun-tahun, yang biasanya terjadi dalam 8 – 10 tahun
pertama paparan.5 Pemeriksaan audiometri nada murni
didapatkan tuli sensorineural pada frekwensi tinggi (
umumnya 3000 – 6000 Hz ) dan pada frekwensi 4000 Hz
sering terdapat takik ( notch ) yang patognomonik untuk jenis
ketulian ini.
19. • Sedangkan pemeriksaan audiologi khusus seperti SISI ( Short
Increment Sensitivity Index ), ABLB ( Alternate Binaural
Loudness Balance ) dan Speech Audiometry menunjukkan
adanya fenomena rekrutmen ( recruitment ) yang khas untuk
tuli saraf koklea.Untuk menegakkan diagnosis klinik dari
ketulian yang disebabkan oleh bising dan hubungannya
dengan
pekerja,
maka
seorang
dokter
harus
mempertimbangkan
20. 1.
2.
3.
4.
faktor-faktor berikut :
Riwayat timbulnya ketulian dan progresifitasnya.
Riwayat pekerjaan, jenis pekerjaan dan lamanya bekerja.
Riwayat penggunaan proteksi pendengaran.
Meneliti bising di tempat kerja, untuk menentukan intensitas
dan durasi bising yang menyebabkan ketulian.
21. 5. Hasil pemeriksaan audiometri sebelum kerja dan berkala
selama kerja. Pentingnya mengetahui tingkat pendengaran
awal para pekerja dengan melakukan pemeriksaan
audiometri sebelum bekerja adalah bila audiogram
menunjukkan
ketulian,
maka
dapat
diperkirakan
berkurangnya pendengaran tersebut akibat kebisingan di
tempat kerja.
6. Identifikasi penyebab untuk menyingkirkan penyebab
ketulian non industrial seperti riwayat penggunaan obatobat ototoksik atau riwayat penyakit sebelumnya.
22. PENANGGULANGAN
• Sesuai dengan penyebab ketulian, penderita sebaiknya
dipindahkan kerjanya dari lingkungan bising. Bila tidak
mungkin dipindahkan dapat dipergunakan alat pelindung
telinga yaitu berupa sumbat telinga ( ear plugs ), tutup telinga
( ear muffs ) dan pelindung kepala ( helmet ). Oleh karena tuli
akibat bising adalah tuli saraf koklea yang bersifat menetap (
irreversible ), bila gangguan pendengaran sudah
mengakibatkan kesulitan berkomunikasi dengan volume
percakapan biasa, dapat dicoba pemasangan alat bantu
dengar ( ABD ). Apabila pendengarannya telah sedemikian
buruk, sehingga dengan memakai ABD pun tidak dapat
berkomunikasi dengan adekuat, perlu dilakukan psikoterapi
supaya pasien dapat menerima keadaannya.
23. • Latihan pendengaran ( auditory
training ) juga dapat dilakukan agar
pasien dapat menggunakan sisa
pendengaran dengan ABD secara
efisien dibantu dengan membaca
ucapan bibir ( lip reading ), mimik dan
gerakan anggota badan serta bahasa
isyarat untuk dapat berkomunikasi
24. PENCEGAHAN
• Tujuan utama perlindungan terhadap pendengaran adalah
untuk mencegah terjadinya NIHL yang disebabkan oleh
kebisingan di lingkungan kerja.
Program ini terdiri dari 3 bagian yaitu :
1. Pengukuran pendengaran
Test pendengaran yang harus dilakukan ada 2 macam, yaitu :
a. Pengukuran pendengaran sebelum diterima bekerja.
b. Pengukuran pendengaran secara periodik.
25. 2. Pengendalian suara bising
Dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
a. Melindungi telinga para pekerja secara langsung dengan
memakai ear muff ( tutup telinga ), ear plugs ( sumbat
telinga ) dan helmet ( pelindung kepala ).
b. b. Mengendalikan suara bising dari sumbernya, dapat
dilakukan dengan cara :
- memasang peredam suara
- menempatkan suara bising ( mesin ) didalam suatu ruangan
yang terpisah dari pekerja
26. 3. Analisa bising
• Analisa bising ini dikerjakan dengan jalan menilai intensitas
bising, frekwensi bising, lama dan distribusi pemaparan serta
waktu total pemaparan bising. Alat utama dalam pengukuran
kebisingan adalah sound level meter .
27. PROGNOSA
• Oleh karena jenis ketulian akibat terpapar bising adalah tuli
saraf koklea yang sifatnya menetap, dan tidak dapat diobati
secara medikamentosa maupun pembedahan, maka
prognosisnya kurang baik. Oleh sebab itu yang terpenting
adalah pencegahan terjadinya ketulian
28. REFERENSI
• Yunita Murni Rambe Andrina.Gangguan Pendengaran Akibat
Bising.Fakultas Kedokteran.Bagian Ilmu Penyakit THT.USU
• Jacky Munilson,Yan Edward.Al Hapiz.Gangguan Pendengaran
Akibat Bising.Bagian THT.Bedah Kepala Leher.FK Universitas
Andalas RSUP Dr.M.Djanil Padang.
• Aryand,Efiaty Soerpadi et al.2007.Buku Ajar Ilmu Kesehatan
THT Kepala dan Leher.
• Herianto,Ridwan.2009.Buku Ajar Kesehatan Kerja.Jakarta:EGC.
• Hatoatmodjo,Soekidjo.2011.Kesehatan
Masyarakat
Ilmu
Seni.Jakarta:Rineka Cipta.