KESELAMATAN KERJA MIGAS
Kegiatan industri minyak dan gas (migas) mempunyai potensi bahaya yang dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan sehingga menimbulkan risiko terhadap karyawan, perusahaan,dan masyarakat sekitar.
KESELAMATAN KERJA MIGAS
Kegiatan industri minyak dan gas (migas) mempunyai potensi bahaya yang dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan sehingga menimbulkan risiko terhadap karyawan, perusahaan,dan masyarakat sekitar.
Office plan Krones Machinery Indonesia yang berada di The Bluegreen-Boutique Office Tower D-Blue menggunakan sistem HVAC semi-sentral. Sistem HVAC di ruang tersebut dilayani oleh beberapa mesin AC. Permasalahan yang ada adalah kebisingan dari ducting dan diffuser AC melebihi standard kebisingan open office. ALTA Integra di tunjuk sebagai konsultan untuk mengatasi kebisingan pada area tersebut.
Perundangan berkaitan kebisingan seperti Akta Kualiti Alam Sekeliling mengenai pencemaran bunyi, Akta Kilang dan Jentera dan Akta Keselamatan dan Kesihatan Pekerjaan
Konsultasi Noise Control Pada Park Royal - Bogor, bertujuan untuk mengurangi kebisingan ruangan pada saa berpidato. Tingkat kebisingan di ukur untuk mengetahui nilai kebisingan ruangan tersebut agar bisa ditentukan solusi yang tepat untuk mengurangi kebisingannya.
TINJAUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PADA PENAMBANGAN INTAN AK...mariaseptiamemorini
TINJAUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PADA PENAMBANGAN INTAN AKIBAT KEBISINGAN DI AREA PERTAMBANGAN INTAN CEMPAKA KELURAHAN SUNGAI TIUNG BANJARBARU
DAMPAK PIRIT ANTARA MANFAAT DAN BAHAYA BAGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN.pdfd1051231033
Tanah merupakan bagian terpenting dalam bidang pertanian, peranan tanah juga sangat kompleks bagi media perakaran tanaman. Tanah mampu menopang dan menyediakan unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Tanah tersusun dari bahan mineral, bahan organik, udara dan air. Bahan mineral tersusun dari hasil aktivitas pelapukan bebatuan, sedangkan bahan organik berasal dari pelapukan serasah tumbuhan akibat adanya aktivitas mikroorganisme di dalam tanah. Salah satu jenis tanah adalah tanah sulfat masam. Tanah sulfat masam ini keberadaannya di daerah rawa pasang surut. Sering kali tanah sulfat masam dijumpai pada lahan gambut terdegradasi yang mengakibatkan tanah mengandung pirit (FeS2) naik kepermukaan. Tanah sulfat masam yang mengandung pirit ini juga mengganggu pertumbuhan tanaman. Terganggunya pertumbuhan tanaman menyebabkan lahan ini nantinya akan ditinggalkan petani bila tidak dilakukan usaha perbaikan atau menjadi lahan bongkor.
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
ANALISIS DAMPAK DAN SOLUSI HUJAN ASAM: PENGARUH PEMBAKARAN BAHAN BAKAR FOSIL ...d1051231079
Hujan asam merupakan kombinasi ringan dari asam sulfat dan asam nitrat. Hujan asam biasanya terjadi di daerah-daerah yang padat penduduk dan banyaknya aktivitas manusia dalam kegiatan transportasi. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari kegiatan industri dan transportasi merupakan penyebab terjadinya peristiwa hujan asam apabila emisi gas tersebut bereaksi dengan air hujan, dimana senyawa yang bersifat asam terbentuk. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari aktivitas manusia dapat berubah menjadi nitrat (NO3 - ) dan sulfat (SO4 2-) melalui proses fisika dan kimia yang kompleks. Sulfat dan nitrat lebih banyak berbentuk asam yang terlarut dalam air hujan. Keasaman air hujan berhubungan erat dengan konsentrasi SO2 dan NO2 yang terlarut di dalam air hujan. Semakin tinggi konsentrasi SO2 dan NO2 , maka dapat mengakibatkan nilai keasaman air hujan semakin asam .Deposisi asam yang berasal dari emisi antropogenik SO2 dan NOx , memiliki pengaruh besar pada biogeokimia, dan menyebabkan pengasaman tanah dan air permukaan, eutrofikasi ekosistem darat dan air dan penurunan keanekaragaman hayati di banyak wilayah.
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
DAMPAK KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KESEHATAN MASYARAKAT.pdfd1051231031
Kebakaran hutan dan lahan gambut merupakan kebakaran permukaan dimana api membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan seperti pepohonan maupun semak-semak, kemudian api menyebar tidak menentu secara perlahan di bawah permukaan (Ground fire), membakar bahan organicmelalui pori-pori gambut dan melalui akar semak belukar ataupun pohon yang bagian atasnya terbakar. Selanjutnya api menjalar secara vertical dan horizontal berbentuk seperti kantong asap dengan pembakaran yang tidak menyala (smoldering) sehingga hanya asap yang berwarna putih saja yang Nampak di atas permukaan, yang sering dikenal dengan kabut asap yang terjadi akibat kebakaran hutan yang bersifat masiv. Oleh karena peristiwa kebakaran tersebut terjadi di bawah tanah dan tidak nampak di permukaanselain itu tanahnya merupakan tanah basah/gambut yang mengandung air maka proses kegiatan pemadamannya tentu akan menimbulkan kesulitan.
Pengelolaan Lahan Gambut Sebagai Media Tanam Dan Implikasinya Terhadap Konser...d1051231053
Gambut merupakan tanah yang memiliki karakteristik unik. Lahan gambut yang begitu luas di beberapa pulau besar di Indonesia, menjadikan pengelolaan lahan gambut sering dilakukan, terutama dalam peralihan fungsi menjadi perkebunan, pertanian, hingga pemukiman. Pada studi kasus ini lebih berfokus pada degradasi lahan gambut menjadi media tanam, proses, dampak, serta upaya pemulihan dampak yang dihasilkan dari degradasi lahan gambut tersebut
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...d1051231039
Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang unik dan penting secara global. Terbentuk dari endapan bahan organik yang terdekomposisi selama ribuan tahun, lahan gambut memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keanekaragaman hayati, menyimpan karbon, serta mengatur siklus air. Kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya habitat, degradasi lingkungan, dan penurunan kesuburan tanah. Kerusakan lahan gambut di Indonesia telah meningkat seiring waktu, dengan laju deforestasi dan degradasi lahan gambut yang signifikan. Menurut data, sekitar 70% dari lahan gambut di Indonesia telah rusak, dan angka tersebut terus meningkat. Kerusakan lahan gambut memiliki dampak yang luas dan serius, tidak hanya secara lokal tetapi juga global. Selain menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas bagi ekosistem gambut, kerusakan lahan gambut juga melepaskan jumlah karbon yang signifikan ke atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim global.Kerusakan lahan gambut memiliki dampak negatif yang luas pada masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya sumber daya alam, penurunan kesuburan tanah, dan peningkatan risiko bencana alam.
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
pelajaran geografi kelas 10
Geografi pada hakekatnya mempelajari permukaan bumi melalui pendekatan keruangan yang mengkaji keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan kewilayahannya. Pentransformasian pengetahuan geografi lebih efektif jika disajikan melalui media peta, hal ini karena peta merupakan media yang sangat penting dalam pem-belajaran geografi. Pembelajaran Geografi pada materi “Peta tentang pola dan bentuk-bentuk muka bumi” merasa belum mampu mengoptimalkan aktivitas siswa khususnya kemampuan membaca peta sehingga ber-pengaruh pada perolehan hasil belajar. Guru merasa kesulitan mem-belajarkan konsep-konsep geografi pada siswa. Hasil identifikasi awal, ditemukan beberapa indikator penyebab diantaranya: (1) minimnya kemampuan siswa menunjukkan letak suatu tempat/lokasi geografis tertentu, (2) kurangpahamnya siswa tentang orientasi peta (menentukan arah pada peta), (3) minimnya kemampuan siswa dalam mengartikan simbol-simbol yang ada pada peta, dan (4) kemampuan siswa mengungkap informasi yang ada pada peta sangat kurang. Pelatihan melengkapi peta diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam membaca peta sehingga ada peningkatan pada hasil belajar geografi.
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca peta. Kemampuan membaca peta tersebut meliputi: (1) kemampuan menunjukkan letak suatu tempat/ lokasi geografis tertentu, (2) kemampuan mengartikan/ membaca simbol-simbol yang ada pada peta, dan (3) kemampuan memahami orientasi peta (menentukan arah pada peta).
Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian tindakan kelas model spiral Kemmis Taggart 1999. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dengan menggunakan rumus ”Gain Score” yaitu membandingkan data sebelum tindakan dengan data sesudah dilakukan tindakan. Tehnik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, angket, dan test. Instrumen penelitian adalah peneliti dan pedoman atau pengumpul data.
Hasil penelitian dalam tindakan siklus I, II, dan III pada pembelajaran geografi (materi peta tentang pola bentuk-bentuk muka bumi) melalui pelatihan melengkapi peta setelah dilakukan refleksi, evaluasi serta analisis statistik deskriptif ternyata memperoleh peningkatan dalam hal; pertama, kemampuan membaca peta pada pra tindakan hanya memperoleh nilai 50% akan tetapi setelah dilakukan tindakan dalam setiap siklus ternyata mengalami peningkatan yaitu 56% (siklus I), 63% (siklus II), dan 72% (siklus III); kedua, proses pembelajaran geografi (materi peta tentang pola bentuk-bentuk muka bumi) pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Rubaru melalui pelatihan melengkapi peta pada setiap siklus juga memperoleh peningkatan yaitu 63% (siklusI), 65% (siklus II), dan 70% (siklus III); ketiga, aktivitas belajar siswa pada setiap siklus mengalami peningkatan yaitu 50% (siklus I), 65% (siklus II), dan 75% (siklus III).
Temuan penelitian ini mendukung teori perkembangan yang dikemukakan Piaget dan Vygotsky bahwa pros
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
“ANALISIS DINAMIKA DAN KONDISI ATMOSFER AKIBAT PENINGKATAN POLUTAN DAN EMISI...aisyrahadatul14
Pencemaran udara adalah pelepasan zat-zat berbahaya ke atmosfer, seperti polusi industri, kendaraan bermotor, dan pembakaran sampah. Dampaknya terhadap lingkungan sangat serius. Udara yang tercemar dapat merusak lapisan ozon, memicu perubahan iklim, dan mengurangi kualitas udara yang kita hirup setiap hari. Bagi makhluk hidup, pencemaran udara dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit pernapasan, iritasi mata, dan bahkan kematian. Lingkungan juga terdampak dengan terganggunya ekosistem dan berkurangnya keanekaragaman hayati.
1. LABORATORIUM PENYEHATAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
MODUL
PRAKTIKUM
ANALISA KEBISINGAN
DENGAN ALAT SOUND
LEVEL METER
OLEH:
ROMY TALANIPA, S.T.,M.T
ANAFI MINMAHDDUN, S.T.
LA ODE CHAERUN BARDAI
2. LABORATORIUM PENYEHATAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
UNIVERSITAS HALU OLEO
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala karena penulis berhasil menyelesaikan panduan
praktikum analisa kebisingan edisi kedua pada bulan April 2015 sebagai panduan praktikum.
Penyusun dalam menyusun materi ajar ini berpedoman pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor: KEP-48/MENLH/11/1996 dan SNI 7231:2009 tentang Metoda pengukuran
intensitas kebisingan di tempatkerja dan beberapa jurnal yang berkaitan dengan pengujian kebisingan.
Dan tak lupa bahwa panduan prktikum ini hanya dipakai dikalangan sendiri.
Panduan praktikum ini merupakan buku pegangan mahasiswa dalam menunjang kegiatan praktikum
“Analisa Kebisingan”. Panduan ini berisi tentang tujuan dari praktikum, panduan pelaksanaan praktium
dan aturan-aturan lain yang berhubungan dengan praktikum analisa kebisingan. Dan dengan
disusunnya panduan praktikum ini, penulis berharap agar bisa memudahkan mahasiswa dalam
melaksanakan kegiatan praktikum nantinya.
Kami penyusun memohon maaf apabila dalam menyusun materi ajar ini ada kekeliruan dalam
mengadopsi kedalam panduan praktikum ini.
Dan tak lupa penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam
penyusunan panduan praktikum ini
Kendari, April 2015
Tim Penyusun
3. LABORATORIUM PENYEHATAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
ANALISA KEBISINGAN DENGAN ALAT SOUND LEVEL METER
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk:
1) Menentukan nilai kebisingan suatu area dengan alat Sound Level Meter sesuai SNI
7231:2009
2) Membandingkan nilai kebisingan yang diperoleh dengan KEPMENLH No. 48 Tahun
1996 tentang baku mutu kebisingan
3) Mengatahui bagaimana cara mengendaliakan kebisingan yang sudah melewati
ambang batas yang telah ditetapkan
B. Teori Singkat
Pengertian kebisingan menurut beberapa ahli (Oktavia, 2009), antara lain:
Menurut Doelle (1993): “suara atau bunyi secara fisis merupakan penyimpangan tekanan,
pergeseran partikel dalam medium elastis seperti misalnya udara. Secara fisiologis
merupakan sensasi yang timbul sebagai akibat propagasi energi getaran dari suatu sumber
getar yang sampai ke gendang telinga.”
Menurut Patrick (1977): “kebisingan dapat pula diartikan sebagai bentuk suara yang tidak
sesuai dengan tempat dan waktunya.”
Menurut Prabu, Putra (2009) bising adalah suara yang mengganggu
Menurut Ikron I Made Djaja, Ririn A.W, (2005) bising adalah bunyi yang tidak dikehendaki
yang dapat mengganggu dan atau membahayakan kesehatan.
Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996 definisi
bising adalah “bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu
tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan kenyamanan lingkungan.”
1. Sifat Bising
4. LABORATORIUM PENYEHATAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
Sifat dari kebisingan antara lain (Goembira, Fadjar, Vera S Bachtiar, 2003 dalam Oktavia,
2009):
Kadarnya berbeda;
Jumlah tingkat bising bertambah, maka gangguan akan bertambah pula;
Bising perlu dikendalikan karena sifatnya mengganggu.
2. Sumber Bising
Sumber-sumber bising sangat banyak, namun dikelompokkan menjadi kebisingan industri,
kebisingan kegiatan konstruksi, kebisingan kegiatan olahraga dan seni, dan kebisingan lalu
lintas. Selanjutnya, emisi kebisingan dipantulkan melalui lantai, atap, dan alat-alat.
3. Jenis-Jenis Bising
Jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan:
a) Bising terus menerus (continuous noise)
b) Bising terputus-putus (intermittent noise)
c) Bising tiba-tiba (impulsive noise)
d) Bising berpola (tones in noise)
e) Bising frekuensi rendah (low frequency noise)
f) Bising impulsif berulang
Berdasarkan pengaruhnya pada manusia, bising dapat dibagi atas (Prabu,Putra, 2009
dalam Oktavia, 2009):
1. Bising yang mengganggu (Irritating noise).
2. Bising yang menutupi (Masking noise)
3. Bising yang merusak (Damaging/Injurious noise)
5. LABORATORIUM PENYEHATAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
C. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Sound Level Meter Wohler SP-22
dengan bagian-bagian alat sebagai berikut
1. Mikrofon
2. Layar LCD
3. Tombol Power – Menyalakan/mematikan alat
4. Tombol Rec – Merekam nilai pengukuran
5. Tombl MAXHLD – membekukan nilai maksimal
6. Tombol C/A – memilih frekwensi tertimbang
7. Tombol BA MODE – Mengaktifkan penyerap
kebisingan latar
8. Tombol F/S – memilih respon alat
9. Tombol DOWN – Menyesuaikan rentang
pengukuran
10. Tombol UPPER - Menyesuaikan rentang
pengukuran
11. BACKLIT – Menyalakan / Mematikan lampu
latar
1
2
3
4
1
5
6
7
8
9 10
11
6. LABORATORIUM PENYEHATAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
Selain alat diatas praktikum ini juga menggunakan GPS dan stopwatch.
D. Prosedur Pengukuran
1. Atur posisi alat setinggi telinga
2. Tekan tombol On/off untuk menyalakan instrument, dan tunggu beberapa saat sampai alat siap
di gunakan
3. Dekatkan instrument ke sumber kebisingan yang akan diukur
4. Atur frekwensi tertimbang alat, respon alat dan BA MODE pada instrument sebelum mulai
mencatat
5. Tekan tombol rec untuk mulai mencatat nilai kebisingan yang muncul di layar
6. Untuk menentukan nilai kebisingan maksimum teka tombol MAXHLD dan catat nilai yang
tercatat dilayar alat
7. Pembacaan dilakukan setiap 5 detik selama 10 menit, selama 24 jam.
8. Pencatatan dibagi dalam pencatatan siang (06.00-22.00) dan malam (22.00-06.00)
9. Data rentang waktu pengukuran sebagai berikut:
Leq Rentan waktu
La 06.00-09.00
Lb 09.00-11.00
Lc 11.00-17.00
Ld 17.00-22.00
Ls Siang Hari
Le 22.00-24.00
Lf 24.00-03.00
Lg 03.00-06.00
Lm Malam Hari
Lsm 24 Jam
E. Prosedur Analisis Data (KEPMENLH No.48/MenLH/11/1996)
Pencatatan setiap 10 menit
dilakukan antara rentang waktu di
samping
7. LABORATORIUM PENYEHATAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
Dengan:
Keterangan:
Leq = Equivalent Continues Level, merupakan nilai tingkat nilai kebisingan yang
berfluktuatif selama waktu tertentu dan setara dengan tingkat kebisingan pada
selang waktu yang sama [dB]
L1,…,L12 = Tingkat kebisingan yang terbaca pada detik ke-n selama 1 menit [dB]
LI,…,LX = Tingkat kebisingan yang terbaca pada menit ke-n selama 10 menit [dB]
LS = Leq Siang Hari [dB]
Lm = Leq Malam hari[dB]
LSm = Selama siang dan malam hari [dB]
Data mentah dari alat
Sound Level Meter (SLM) Leq (1 menit) Leq (10 menit)
Ls & LmLsm
8. LABORATORIUM PENYEHATAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
Ta,…,Tg = Rentang waktu pengukuran
LA,…,LG = Leq selama 10 menit [dB]
Nilai Lsm yang diperoleh kemudian dibandinkan dengan baku mutu kebisingan sesuai KEPMENLH
No.48 Tahun 1996
F. Tata tertib selama praktikum
Dalam melaksanakan praktikum, demi kelancaran selama praktikum dapat tercapai,
beberapa peraturan yang wajib diikuti oleh setiap praktikan:
1) Selama proses praktikum berlangsung mulai sejak technical meeting sampai pengumpulan
laporan, semua praktikan WAJIB datang tepat waktu sesuai jadwal yang telah ditentukan
2) Semua alat laboratorium yang digunakan selama praktikum menjadi tanggung jawab
SEMUA praktikan pada kelompok yang bersangkutan, dan jika terjadi kerusakan pada alat
9. LABORATORIUM PENYEHATAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
tersebut, maka kelompok yang merusak WAJIB mengganti alat yang rusak dengan alat
yang memiliki spesifikasi yang sama.
3) Praktikan yang tidak hadir pada saat praktikum dilapangan tanpa keterangan (keterangan
dokter bagi yang sakit) dianggap MUNDUR dan secara otomatis TIDAK LULUS.
4) Praktikan yang tidak melakukan asistensi 1 (satu) minggu setelah praktikum selesai
dianggap MUNDUR dan secara otomatis TIDAK LULUS.
5) Jumlah asistensi minimum selama pengerjaan laporan adalah 6 kali, dengan waktu dan
tempat asistensi ditentukan oleh asisten yang bersangkutan
6) Praktikan yang tidak mengikuti salah satu rangkaian praktikum tanpa keterangan
(keterangan dokter bagi yang sakit) dianggap MUNDUR dan secara otomatis TIDAK
LULUS.
7) Aturan-aturan lain yang berguna bagi kelancaran praktikum bias ditambahkan oleh asisten
yang bersangkutan sewaktu waktu.
Sumber:
1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-48/MENLH/11/1996
2. SNI 7231:2009 tentang Metoda pengukuran intensitas kebisingan di tempatkerja
3. Makalah Pengedalian bising oleh Yuyun Oktavia, ST Program Pasca Sarjana Universitas Bengkulu
10. LABORATORIUM PENYEHATAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
Contoh Tabel Data Pengukuran
Data Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan Dalam Rentang Waktu 1menit Sampai 10 Menit
Lokasi :
Jarak Dari SumberBunyi:
Waktu :
Menit ke Detik ke
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10