Secara umum pencahayaan yg baik adalah bilamana tenaga kerja dapat melihat pekerjaan dan lingkungan kerja dengan mudah dan jelas tanpa harus memicingkan mata.
Materi kuliah Perancangan Sistem Kerja & Ergonomi di Program Studi Teknik Industri xmembahas topik Lingkungan Kerja Bagian 2 tentang Kebisingan (Noise), Temperatur (Heat & Cold Stress), dan Getaran
Secara umum pencahayaan yg baik adalah bilamana tenaga kerja dapat melihat pekerjaan dan lingkungan kerja dengan mudah dan jelas tanpa harus memicingkan mata.
Materi kuliah Perancangan Sistem Kerja & Ergonomi di Program Studi Teknik Industri xmembahas topik Lingkungan Kerja Bagian 2 tentang Kebisingan (Noise), Temperatur (Heat & Cold Stress), dan Getaran
Topik kedelapan perkuliahan Perancangan Sistem Kerja & Ergonomi adalah tentang Biomekanika
Bagian pertama membahas mengenai konsep Biomekanika dan kegunaannya dalam Perancangan Sistem Kerja yang Ergonomis
Pembahasan mengenai fisiologi kerja dalam ergonomi mencakup pendahuluan mengenai fisiologi kerja, konsep metabolisme, energi ekspenditur, serta berbagai metode pengukuran kerja fisik. Pembahasan sekilas mengenai kelelahan dan penentuan waktu istirahat juga diberikan
Topik kedelapan perkuliahan Perancangan Sistem Kerja & Ergonomi adalah tentang Biomekanika
Bagian pertama membahas mengenai konsep Biomekanika dan kegunaannya dalam Perancangan Sistem Kerja yang Ergonomis
Pembahasan mengenai fisiologi kerja dalam ergonomi mencakup pendahuluan mengenai fisiologi kerja, konsep metabolisme, energi ekspenditur, serta berbagai metode pengukuran kerja fisik. Pembahasan sekilas mengenai kelelahan dan penentuan waktu istirahat juga diberikan
permenaker 05 tahun 2018 tentang k3 lingkungan kerjaSantiYuliandari
Â
peraturan menteri tenaga kerja nomor 05 tahun 2018 tentang keselamatan dan kesehatan kerja lingkungan kerja. informasi tentang nilai ambang batas faktor fisik kimia biologi di tempat kerja, panduan pengukuran ergonomi dan psikologi di tempat kerja. lingkungan kerja berperan besar dalam mempengaruhi kesehatan tenaga kerja. perlu pengendalian yang baik terhadap lingkungan kerja tersebut
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
Â
Getaran
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap hari manusia terlibat pada suatu kondisi lingkungan kerja yang
berbeda-beda dimana perbedaan kondisi tersebut sangat mempengaruhi
terhadap kemampuan manusia. Manusia akan mampu melaksanakan
kegiatannya dengan baik dan mencapai hasil yang optimal apabila
lingkungan kerjanya mendukung. Suatu kondisi lingkungan kerja
dikatakan sebagai lingkungan kerja yang baik apabila manusia bisa
melaksanakan kegiatannya dengan optimal dengan sehat, aman dan
selamat. Ketidakberesan lingkungan kerja dapat terlihat akibatnya dalam
waktu yang lama. Lebih jauh lagi keadaan lingkungan yang kurang baik
dapat menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak yang tentunya tidak
mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien dan
produktif.
Oleh karena itu perancangan lingkungan kerja yang baik dan optimal
sangat diperlukan. Berikut ini penjelasan mengenai faktor-faktor fisik
lingkungan kerja. Kondisi yang ergonomis, yaitu lingkungan kerja yang
memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pekerja. Rasa nyaman
sangat penting secara biologis karena akan mempengaruhi kinerja pada
organ tubuh manusia ketika sedang bekerja. Penyimpangan dari batas
kenyamanan akan menyebabkan perubahan secara fungsional yang pada
akhirnya berpengaruh pada fisik maupun mental pekerja. Pengendalian
dan penanganan faktor-faktor lingkungan kerja seperti kebisingan,
temperatur, getaran dan pencahayaan merupakan suatu masalah yang harus
ditangani secara serius dan berkesinambungan. Suara yang bising,
temperatur yang panas getaran dan pencahayaan yang kurang di dalam
1
2. tempat kerja merupakan salah satu sumber yang mengakibatkan tekanan
kerja dan penurunan produktivitas kerja.
Getaran atau vibrasi adalah pergerakan bolak-balik suatu massa/berat
melalui keadaan seimbang terhadap suatu titik tertentu. Dampak getaran
terhadap manusia terutama terjadi pada bagian organ-organ tertentu
seperti: dada, kepala, rahang dan persendian lainnya. Getaran diduga dapat
menyebabkan perubahan atau peningkatan tekanan darah yang pada
tingkat tertentu dapat mengakibatkan hipertensi.Getaran dapat juga
menimbulkan efek vaskuler dan efek neurologic. Getaran yang tinggi
memungkinkan mengakibatkan stress pada pekerja, dan peningkatan
tekanan darah adalah salah satunya.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara menghitung getaran di PT. Sunan
Repairindo
2. Untuk mengetahui pemaparan getaran yang ada di PT. Sunan
Repairindo sudah sesuai NAB atau tidak
3. Untuk mengetahui keterampilan mahasiswa menggunakan alat
pengukur getaran,
C. Manfaat
1. Bagi peserta praktikum:
a) Mahasiswa dapat mengembangkan keterampilannya
langsung di tempat praktikum dengan mencoba alat
untuk mengukur getaran ditempat kerja.
b) Mahasiswa
dapat
membandingkan
praktikum secara langsung
2. Manfaat bagi Prodi DIII Hiiperkes & KK
2
teori
dengan
3. Meningkatkan kualitas penelitian, praktikum bagi Prodi
atau dosen dan hasil praktikum dapat dijadikan referensi oleh
dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Getaran
a. Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah
bolak-balik dari kedudukan keseimbangan (KEP-51/MEN/I999). Getaran
terjadi saat mesin atau alat dijalankan dengan motor, sehingga
pengaruhnya bersifat mekanis (Sugeng Budiono, 2003:35).
b. Getaran ialah gerakan ossilasi disekitar sebuah titik (J.M. Harrington,
1996:187).
c. Vibrasi adalah getaran, dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran
mekanis, misalnya mesin atau alat-alat mekanis lainnya (J.F. Gabriel,
1996:96).
d. Getaran merupakan efek suatu sumber yang memakai satuan ukuran hertz
(Depkes, 2003:21).
e. Getaran (vibrasi) adalah suatu faktor fisik yang menjalar ke tubuh
manusia, mulai dari tangan sampai keseluruh tubuh turut bergetar
(oscilation) akibat getaran peralatan mekanis yang dipergunakan dalam
tempat kerja (Emil Salim, 2002:253).
f. Getaran adalah suatu faktor yang menjalar ke tubuh manusia, mulai
keseluruhan tubuh turut bergetar (0scilation) akibat getaran peralatan
mekanis yang dipergunakan dalam tempat kerja. Berdasar Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996 yang dimaksud getaran
adalah gerakan bolak-balik suatu massa melalui keadaan seimbang
terhadap suatu titik acuan. Penyebab getaran dibedakan dalam 2 jenis
yaitu:
3
4. 1.
Getaran mekanik adalah getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan
peralatan kegiatan manusia.
2.
Getaran seismik adalah getaran tanah yang disebabkan oleh
peristiwa alam dan kegiatan manusia.
2. Jenis Getaran
a) Getaran seluruh tubuh (whole body vibration) Getaran pada seluruh tubuh
atau umum (whole body vibration) yaitu terjadi getaran pada tubuh pekerja
yang bekerja sambil duduk atau sedang berdiri dimana landasanya yang
menimbulkan getaran. Biasanya frekuensi getaran ini adalah sebesar 5-20
Hz (Emil Salim, 2002:253). Getaran seperti ini biasanya dialami oleh
pengemudi kendaraan seperti : traktor, bus, helikopter, atau bahkan kapal.
b) Getaran lengan tangan (hand arm vibration)
Menurut Emil Salim (2002:253) yang dikutip Arief Budiono
menyebutkan Getaran setempat yaitu getaran yang merambat melalui
tangan akibat pemakaian peralatan yang bergetar, frekuensinya biasanya
antara 20-500 Hz. Frekuensi yang paling berbahaya adalah pada 128 Hz,
karena tubuh manusia sangat peka pada frekuensi ini. Getaran ini
berbahaya pada pekerjaan seperti :
a. Supir bajaj
b. Operator mesin Blasting
c. Tukang potong rumput
d. Gerinda
e. Penempa palu.
Efek yang timbul tergantung kepada jaringan manusia, seperti:
(Sucofindo, 2002)
a. 3 - 6 Hz untuk bagian thorax (dada dan perut),
b. 20-30 Hz untuk bagian kepala,
c. 100-150 Hz untuk rahang.
Di samping rasa tidak ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh goyangan
organ seperti ini, menurut beberapa penelitian, telah dilaporkan efek
jangka lama yang menimbulkan orteoartritis tulang belakang.
4
5. 3. Sumber Getaran
Perkakas yang bergetar secara luas dipergunakan dalam industri logam,
perakitan kapal, dan otomotif, juga dipertambangan, kehutanan, dan
pekerjaan konstruksi. Perkakas yang paling banyak digunakan adalah: bor
pneumatik, alat - alat ini menghasilkan getaran mekanik dengan ciri fisik
dan efeknya merugikan yang berbeda (Wijaya C , 1995:174). Pada perum
perhutani sumber getaran yang ada pada peralatan seperti band resaw,
cross cut, log band saw, planer, band saw, double cross cut, dan spindel
moulder.
4. Cara Mengukur Getaran
Getaran diukur dengan menggunakan alat vibration meter. Dengan
pengukuran menggunakan vibration meter maka akan mendapatkan hasil
yang akan dibandingkan dengan nilai ambang batas sesuai dengan
Keputusan Menteri Tenaga kerja nomor KEP. 51/MEN/1999. Teknik
pengukuran ini dilakukan untuk mengambil data-data mengenai tingkat
paparan getaran lengan tangan khususnya pada operator blasting.
5. Nilai Ambang Batas Getaran Lengan Tangan (hand arm vibration)
Menurut Canadian Government Specification CDA/MS/NVSH 107
Vibration Limited Maintenance untuk mesin-mesin jenis elektrik motor
yang kondisinya tidak baru, jika getaran yang ditimbulkan telah
melampaui 130 dB atau 3,2 mm/detik (velocity) maka mesin tersebut perlu
dilakukan pengecekan. Dan jika getaran yang ditimbulkan telah
melampaui 135 dB atau 5,6 mm/detik (velocity) maka kondisi mesin harus
diperbaharui. Saat ini di Indonesia dipakai nilai ambang batas getaran
berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga kerja nomor KEP. 51/MEN/1999.
Tabel 1. Nilai ambang batas getaran untuk pemajanan lengan dan
tangan Jumlah waktu per hari kerja
Jumlah waktu per hari
Nilai percepatan pada frekuensi dominan
5
6. kerja
m/det2
(2)
4
(3)
0,4
6
0,61
8
0,81
12
(1)
4 jam dan kurang dari 8
Gram
1,22
jam
2 jam dan kurang dari 4
jam
1 jam dan kurang dari 2
jam
kurang dari 1 jam
Sumber : Menteri Tenaga kerja nomor : KEP. 51/MEN/1999
Catatan :
1 Gram = 9,81 m/det
2
Menurut Keputusan menteri tenaga kerja no. 51/KEP/1999 bahwa nilai
ambang batas getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung
pada lengan tangan tenaga kerja ditetapkan sebesar 4 m/det
2
6. Efek Getaran Lengan Tangan (hand arm vibration)
Efeknya lebih mudah di jelaskan dari pada menguraikan patofisiologinya.
Efek ini disebut sebagai sindrom getaran lengan (HVAS) yang terdiri atas:
a) Efek vaskuler -Pemucatan pada episodik buku jari ujung yang bertambah
parah pada suhu dingin (fenomena Raynoud).
b) Efek Neurologik -buku jari ujung mengalami kesemutan dan baal.
Efek bersifat progresif apabila ada pemanjanan terhadap alat
bergetar berlanjut dan dapat menyebabkan dalam kasus yang parah,
gangren. Alat-alat yang dipakai akan bergetar dan getaran tersebut
disalurkan pada tangan, getaran-getaran dalam waktu singkat tidak
6
7. berpengaruh pada tangan tetapi dalam jangka waktu cukup lama akan
menimbulkan kelainan pada tangan berupa :
a) Kelainan pada persyarafan dan peredaran darah. Gejala kelainan ini mirip
dengan Phenomena Raynoud yaitu keadaan pucat dan biru dari anggota
badan kedinginan, tanpa ada penyumbatan pembuluh darah tepi dan
kelainan gizi. Phenomena Raynoud ini terjadi pada frekuensi sekitar 30-40
Hz.
b) Kerusakan-kerusakan pada persendian dan tulang (J.F.Gabriel, 1996:97).
Pada kebanyakan tenaga kerja, tingkat akhir dari penyakit masih
memungkinkan mereka bekerja dengan alat-alat yang bergetar. Namun
pada berbagai hal, penyakit demikian memburuk, sehingga kapasitas kerja
terganggu dan tenaga kerja harus menghentikan pekerjaannya. Dari sudut
cacat kerja, perasaan nyeri kurang pentingnya dibanding dengan hilangnya
perasaan tangan dan tidak dapat digunakan sebagai mestinya. Hal ini
terutama berat bagi pekerjaan dengan tangan kanan yang memerlukan
ketelitian terutama dengan alat kecil yang berputar. Otot-otot yang
menjadi lemah biasanya abduktor jari kelingking, otot-otot interossea dan
fleksin dari jari-jari (Sumaâmur, 1996:80).
Diagnosa awal berdasarkan riwayat gejala yang khas, seperti
kesemutan dan gangguan rasa pada jari-jari yang terpajan getaran. Gejala
ini menetap dan bertambah berat dalam waktu yang lama. Gejala
berikutnya adalah jari memucat dengan adanya pajanan kronis. Untuk
memastikan diagnosis dan menetapkan tingkat keparahan, diperlukan
beberapa tes neurologist dan tes vaskuler. Cara menentukan derajat
penyakit
ditingkat
internasional
dengan
menggunakan
klasifikasi
Stockholm.
Tabel 2 . Klasifikasi sindrom getaran sistem Stockholm
Stadium
I. Gejala vaskuler
1
Derajat
Ringan
Deskripsi
Terjadi pemucatan pada
suhu atau lebih ujung-
7
8. ujung jari
2
Sedang
Pemucatan pada ujung
dan
ruas jari tengah, pada satu
3
jari atau lebih
Terjadi pemucatan pada
Berat
semua ruas jari
4
Sangat berat
Seperti gambaran 3
dengan perubahan kulit
(kulit trophic)
II. Gejala Sensorik
SN 0
Tidak ada gejala
SN 1
Rasa baal yang hilang
timbul atau menetap
dengan atau tanpa rasa
nyeri
SN 2
Seperti pada SN 1 disertai
gangguan saraf sensorik
SN 3
Seperti pada SN 2 dengan
diskriminasi
gangguan
ketangkasan
Sumber : Taylor W.A (1997)
Catatan :
SN = Sensorineural
7. Penyakit Akibat Paparan Getaran Lengan Tangan
8
dan
9. a) Angioneurosis jari-jari tanganFenomenon Raynaud (jari-jari putih) adalah
syndrome akibat getaran yang paling sering di wilayah-wilayah dunia
yang dingin. Gejala-gejala nonspesifik pertama adalah akroparestesia pada
tangan dan perasaan kebal di jari-jari tangan pada waktu kerja atau
sebentar sesudahnya. Pada stadium ini, selain gangguan kepekaan terhadap
getaran, tidak ditemukan perubahan objektif lainnya. Pada fase berikutnya,
diamati kepucatan paroksismal sporadik pada ujung-ujung jari tangan.
Paroksisme disebabkan oleh spasme lokal arteriol dan kapiler, serta
dicetuskan oleh paparan terhadap suhu dingin lokal atau umum. Biasannya
terjadi pada musim dingin dan sepenuhnya pulih kembali 15-30 menit
setelah tangan dihangatkan. Selama paroksisme, kepekaan nyeri taktil
sangat berkurang. Fase ini menimbulkan kesulitan diagnostik yang besar,
karena penyakit yang dilaporkan tidak selalu dapat dikonfirmasi dengan
pemeriksaan di ruang konsultasi dokter. Observasi secara langsung suatu
serangan di tempat kerja mempermudah diagnosanya (Wijaya.C, 175176).
Stadium lebih lanjut dari penyakit ini ditandai dengan kepucatan
paroksismal, tidak hanya pada ujung-ujung jari, tetapi menyebar pada
hamper seluruh jari namun jarang mengenai ibu jari. Parokisme dapat
diprovokasi oleh suhu yang sedikit dingin, bahkan dapat timbul gejala
pada suhu lingkungan. Pada stadium yang lebih lanjut, angiospasme
diganti oleh paresis dinding pembuluh darah kecil yang mengakibatkan
akrosianosis.
Gejala-gejala yang menonjol adalah rasa kebal ditangan, gangguan
kecepatan jari, dan gangguan sensitivitas. Juga dapat timbul perubahanperubahan tonus lokal. Berbeda dengan endarteritis obliterans, nekrosis
sangat jarang terjadi.
Uji diagnosik yang paling umum digunakan adalah induksi
paroksisme jari dengan air dingin. Baik tangan maupun lengan bawah
(sampai ke siku) direndam selama 10 menit dalam air yang didinginkan
dengan kubus-kubus es (Beberapa dokter menambah rasa dingin dengan
9
10. meletakan handuk basah pada bahu). Hendaknya dijelaskan bahwa metode
ini lebih jarang menginduksi parokisme jari tangan dibandingkan getaran
pada situasi kerja yang nyata. Kadang kala hanya dapat terlihat
pengembalian darah ke kapiler yang melambat seperti : ujung jari didistal
kuku perlu ditekan sebentar dan dicatat waktu yang diperlukan oleh darah
untuk kembali ke titik anoksemik. Metode pemeriksaan laboratorium yang
dapat diterapkan pada pemeriksaan pencegahan meliputi plestimografi jari
(gangguan gelombang denyut akibat dingin), mikroskopi kapiler dan
pengukuran suhu kulit (termometer kontak atau termografi). Mungkin
terdapat penurunan suhu kulit permulaan atau terlambatnya pemulihan
suhu jari normal setelah tes air dingin (Darmanto Djojodibroto, 1995:137).
b) Gangguan tulang, sendi dan otot Patologi
osteoartikular sering kali
terbatas pada tulang-tulang karpal (khususnya lunata dan navikularis),
sendi radioulnaris dan sendi siku. Gejala subjektif biasanya ringan tetapi
pada stadium yang lanjut gangguan fungsionaldapat cukup berarti.
Perubahan radiogram yang paling khas adalah atrosis sendi karpal,
radioulnaris dan siku, serta pseudokista (terutama pada tulang-tulang
karpal, yang dapat pula memperlihatkan perubahan-perubahan atrofik lain
seperti trabekula yang menebal dan menjadi jarang). Otot dan tendon
disekitar sendi tersebut biasanya juga terlibat, gejala subyektif (nyeri) yang
disebabkan kelainan ini sering mendahului perubahan radiogram yang
jelas (Wijaya.C, 176).
c) Neuropati Kerusakan saraf yang disebabkan getaran meliputi persyarafan
otonom perifer (pada angioneurosis). Beberapa ahli mengemukakan efekefek pada syaraf perifer (ulnaris, medianus, radialis). Ahli lainya
menganggap trauma saraf umumnya sekunder dari iskemik berulang (pada
angioneurosis), atau suatu factor tambahan sering kali neuropati kompresif
misalnya, perubahan osteoartikuler disekitar batang saraf tersebut
(Darmanto Djojodibroto, 1995:139). Terkenanya serat-serat sensoris
menyebabkan parastesia atau berkurangnya kepekaan seratserat motorik,
gangguan ketangkasan dan akhirnya atrofi. pengukuran kecepatan
10
11. konduksi saraf adalah pemeriksaan terpilih. Suatu bentuk campuran
menggabungkan gangguan otot, tendon, tulang, pembuluh darah dan saraf
perifer (Wijaya.C, 176).
8. Tes Pemeriksaan Tangan Fungsi Sensorik
a) Tes untuk rasa raba
1. Ujung kapas digoreskan pada permukaan tubuh pasien
2.
Rangsangan dilakukan secara berganti-ganti pada daerah yang
normal dan abnormal, mulailah dari daerah yang paling terganggu
dan bergerak kearah yang normal.
3.
Pasien diminta untuk menunjukkan kapan mulai merasakan
goresan kapas tersebut.
b) Tes untuk rasa nyeri
1. Alat yang dipakai berupa jarum bendul (pentol)
2. Rangsangan berganti-ganti antara ujung yang tajam dan yang
tumpul. Mintalah pasien untuk membedakan bermacam-macam
rangsangan tersebut.
3. Bandingkan daerah yang abnormal dengan daerah yang normal
pada daerah konkontralateral.
4. Mulailah dari daerah yang paling terganggu dan bergerak kearah
yang normal, kemudian pasien diminta untuk menunjukkan kapan
mulai merasakan ketajaman yang lebih jelas, yang perlu dicatat
adalah perubahan sensasi. Sensasi nyeri ini paling baik dalam
menentukan batas gangguan sensorik dibandingkan dengan sensasi
yang lain.
c) Tes untuk rasa suhu
Rangsangan panas dilakukan dengan menempelkan botol yang berisi
air
panas
(40ÂșC-45ÂșC),
sedangkan
rangsangan
dingin
dengan
menempelkan botol yang berisi air dingin (10ÂșC-15ÂșC). Dengan mata
11
12. tertutup pasien diminta membedakan botol tersebut setelah disentuh
dengan bagian tubuhnya khususnya tangan.
9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Akibat Getaran
Lengan Tangan
a) Umur
Umur sangat berpengaruh terhadap kesehatan pekerja, apabila umur
pekerja > 29 tahun maka pekerja lebih rentan untuk terkena gangguan atau
keluhan kesehatan akibat dari getaran lengan tangan. Menurut Penelitian
oleh M.A. Farkilla (1982) terdapat 51 orang pekerja yang menggunakan
peralatan listrik yang bergetar selama 2 tahun menunjukkan melemahnya
kekuatan pegangan tangan pada usia 25-34 tahun dan benar-benar
menurun pada usia 36-42 tahun.
b) Pendidikan
Pendidikan sangat berpengaruh terhadap pola pikir seseorang. Ketika
seseorang mempunyai pendidikan makin tinggi maka pengetahuan tentang
dampak negatif yang ditimbulkan akibat getaran lengan tangan dan
penggunaan alat pelindung diri juga akan lebih baik. Pendidikan
dikategorikan sebagai berikut SD, SMP, SLTA, Perguruan tinggi
c) Masa kerja
Masa kerja adalah waktu atau lamanya pekerja telah melakukan pekerjaan
tersebut (dalam hitungan tahun) sehingga dapat mengetahui lamanya
paparan bagi pekerja akibat getaran lengan tangan. Ketika masa kerja lebih
lama dalam menggunakan alat getar maka pekerja lebih rentan untuk
terkena dampak negatif akibat paparan getaran lengan tangan.
d) Lama kerja
Lama kerja adalah waktu atau lamanya pekerja melakukan pekerjaan
sehari-hari (< 8 jam atau > 8 jam perhari) sehingga dapat mengetahui
lamanya paparan bagi pekerja akibat getaran lengan tangan. Menurut
T.Matoba (1982) lamanya waktu pemajanan perhari kerja dapat
12
13. meningkatkan keparahan gejala yang diderita pekerja akibat terpapar
getaran.
e) Merokok
Merokok merupakan salah satu yang dapat menggangu kesehatan. Apabila
pekerja merokok sangat berpengaruh terhadap pekerjaannya dan
berdampak negatif terhadap kesehatan apabila pekerja termasuk salah satu
perokok berat yang sanggup untuk menghabiskan > 1 bungkus perhari.
f) Penggunaan APD (sarung tangan)
Penggunaan APD sangat berpengaruh terhadap kesehatan pekerja. Apabila
pekerja menggunakan APD (sarung tangan dengan menggunakan busa)
merupakan salah satu cara untuk meminimalisasi resiko PAK (Penyakit
Akibat Kerja) yang dapat dilihat dari keluhan pekerja terhadap getaaran
lengan tangan.
10. Pengendalian Getaran
Menurut Sugeng Budiono (2003:39), pengendalian getaran dapat
dilakukan sebagai berikut :
a) Pengendalian secara teknis
1. Mengunakan peralatan kerja yang rendah intensitas getarannya (dilengkapi
dengan dampingatau peredam).
2.
Menambah atau menyisipkan damping diantara tangan dan alat, misalnya
membalut pegangan alat dengan karet.
3. Memelihara atau merawat peralatan dengan baik. Dengan mengganti
bagian-bagian yang aus atau memberikan pelumasan.
4.
Meletakan peralatan dengan teratur. Alat yang diletakan diatas meja yang
tidak stabil dan kuat dapat menimbulkan getaran di sekelilingnya.
5. Menggunakan remote control. Tenaga kerja tidak terkena paparan getaran,
karena dikendalikan dari jauh.
b) Pengendalian secara administratif
Dengan cara mengatur waktu kerja, misalkan :
13
14. 1. Merotasi pekerjaan. Apabila terdapat suatu pekerjaan yang dilakukan
oleh 3 orang, maka dengan mengacu pada NAB yang ada, paparan
getaran tidak sepenuhnya mengenai salah seseorang, akan tetapi
bergantian, dari A, B dan kemudian C.A B C A B C A B C
2.
Mengurangi jam kerja, sehingga sesuai dengan NAB yang berlaku.
c) Pengendalian secara medis
Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2005:80) dapat dilakukan empat
langkah untuk pemulihan gejala akibat getaran supaya peredaran darah
kembali, yaitu :
1. Pemanasan tangan dalam air panas
2. Pemijitan
3. Meniupkan udara panas ketangan
4. Menggerakkan tanagan secara berputar
d) Pemakaian alat pelindung diri
Pengurangan paparan dapat dilakukan dengan menggunakan sarung
tangan yang telah dilengkapi peredam getar (busa). Efek-efek berbahaya
dari paparan kerja terhadap getaran paling baik dicegah dengan
memperbaiki desain alat-alat yang bergetar tersebut, dan pemakaian
sarung
tangan
pelindung,
Resiko
dapat
juga
dikurangi
dengan
memperpendek waktu paparan. Pemeriksaan sebelum penempatan dan
pemeriksaan berkala mempermudah pengenalan dini individu - individu
yang terutama rentan dan membantu mengurangi meluasnya masalah
(Wijaya C, 1995:175).
11. Ciri-Ciri Suatu Getaran
Getaran merupakan jenis gerak yang mudah kamu jumpai dalam
kehidupan sehari hari, baik gerak alamiah maupun buatan manusia.
Semua getaran memiliki ciri-ciri tertentu. Apa ciri-ciri getaran itu?
Waktu yang dibutuhkan untuk menempuh satu kali getaran disebut
periode getar yang dilambangkan dengan (T). Banyaknya getaran dalam
14
15. satu sekon disebut frekuensi (f). Suatu getaran akan bergerak dengan
frekuensi alamiah sendiri. Hubungan frekuensi dan periode secara
matematis
ditulis
sebagai
berikut:
dengan:
T = periode (s)
f = banyaknya getaran per sekon (Hz)
Satuan periode adalah sekon dan satuan frekuensi adalah getaran per
sekon atau disebut juga dengan hertz (Hz), untuk menghormati seorang
fisikawan Jerman yang berjasa di bidang gelombang, Hendrich Rudolf
Hertz. Jadi, satu hertz sama dengan satu getaran per sekon.
15
16. BAB III
HASIL
A. Hasil Praktikum
1. Kami melakukan praktikum berhubungan dengan getaran untuk
memenuhi tugas mata kuliah Higiene Perusahaan III
2. Pengukuran di lakukan di area sekitar mesin mesin sand blasting di PT
Sunan Repairindo.
3. Kelompok kami melakukan pengukuran di area sekitar mesin dan
diarea lantai sekitar kaki mesin.
B. Hasil Pengukuran
Hasil pengukuran di peroleh sebagai berikut:
1. Pengukuran disekitar mesin Sand Blasting
Acceleration (m/s2)
Vellocity (m/s)
0,06
0,08
0,08
â = 0,073
0,09
0,11
0,07
â = 0,09
2. Area lantai sekitar mesin Sand Blasting
Acceleration (m/s2)
Vellocity (m/s)
14,8
14,5
16,6
â = 15,3
1,97
1,61
2,01
â = 1,86
Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali di masing-masing tempat dengan
waktu 10 detik.
Alat yang di gunakan adalah Vibration Meter.
Faktor yang mempengaruhi pengukuran
1. Getaran mesin
16
17. 2. Kegiatan lain diarea sekitar pengukuran.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Nilai Baku Tingkat Getaran
Getaran yang terjadi di lingkungan dapat berdampak pada kehidupan
manusia. Dalam SK Menteri Lingkungan Hidup no 49 tahun 1996 ditetapkan
tingkat baku getaran berdasar tingkat kenyamanan dan kesehatan dalam
kategori menganggu, tidak nyaman dan menyakitkan. Baku tingkat getaran
mekanik dan getaran kejut adalah batas maksimal tingkat getaran mekanik
yang diperbolehkan dari usaha atau kegiatan pada media padat sehingga tidak
menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan serta keutuhan
bangunan.
B.
Peraturan
tentang
baku
mutu
getaran
pada
tingkat
internasional tertuang dalam ISO 2631 yang ditetapkan pertama kali
pada tahun 1974 dan menurut Keputusan menteri tenaga kerja nomor:
KEPâ51/MEN/I999 tentang nilai ambang batas faktor fisika ditempat
kerja.
Seri ISO 2631 ada 3 yaitu:
1. ISO 2631-1:1985 Evaluation of human exposure to whole-body vibration
Part 1: General requirements. Direvisi dengan ISO 2631 -1-1997
2. ISO 2631-2:1989 Evaluation of human exposure to whole-body vibration
Part 2: Continuous and shock-induced vibrations in buildings (1 to 80 Hz)
3. ISO 2631-3:1985 Evaluation of human exposure to whole-body vibration
Part 3: Evaluation of exposure to whole-body z-axis vertical vibration in
the frequency range 0,1 ke 0,63 Hz.
Menurut Keputusan menteri tenaga kerja nomor: KEPâ51/MEN/I999 tentang
nilai ambang batas faktor fisika ditempat kerja Pasal 4 bahwa:
17
18. 1. NAB getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung
pada lengan dan tangan tenaga kerja ditetapkan sebesar 4 meter per
detik kuadrat (m/det2).
2. Getaran yang melampaui NAB, waktu pemajanan ditetapkan
sebagaimana tercantum dalam lampiran III.
C. Cara kerja alat vibration meter
Vibration meter pada umumnya terdiri dari sebuah probe, kabel dan meter
untuk menampilkan harga getaran. Alat ini juga dilengkapi dengan switch
selector
untuk
memilih
parameter
getaran
yang
akan
diukur.
Vibration meter ini hanya membaca harga overall (besarnya level getaran)
tanpa memberikan informasi mengenai frekuensi dari getaran tersebut.
Pemakaian alat ini cukup mudah sehingga tidak diperlukan seorang operator
yang harus ahli dalam bidang getaran. Pada umumnya alat ini digunakan
untuk memonitor âtrend getaranâ dari suatu mesin. Jika trend getaran suatu
mesin menunjukkan kenaikan melebihi level getaran yang diperbolehkan,
maka akan dilakukan analisa lebih lanjut dengan menggunakan alat yang lebih
lengkap.
D. Analisa Hasil Pengukuran
Hasil pengukuran di peroleh sebagai berikut:
a. Pengukuran disekitar mesin Sand Blasting
Acceleration (m/s2)
Vellocity (m/s)
0,06
0,08
0,08
â = 0,073
0,09
0,11
0,07
â = 0,09
b. Area lantai sekitar mesin Sand Blasting
Acceleration (m/s2)
Vellocity (m/s)
14,8
14,5
16,6
â = 15,3
1,97
1,61
2,01
â = 1,86
18
19. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali di masing-masing tempat dengan
waktu 10 detik.
Alat yang di gunakan adalah Vibration Meter.
Faktor yang mempengaruhi pengukuran:
1. Getaran mesin
2. Kegiatan lain diarea sekitar pengukuran.
Dari pengukuran tersebut getaran yang ditimbulkan dari mesin sand
blasting tidak menimbulkan kerusakan sesuai Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996
E. Alat Pelindung Diri (APD)
Mesin Sand Blasting pada PT ini berfungsi untuk membersihkan warna cat
yang sudah kusam atau rusak pada sebuah tabung gas. Setelah melalui proses
pembersih ini. Barulah tabung melalui tahap berikutnya, yaitu proses
pengecetan.
Pada proses sand blasting ini, perlu memperhatikan beberapa hal. Salah
satunya adalah dengan pemakaian APD yang tepat dan sesuai untuk pekerja.
Karena terdapat potensi bahaya yang dapat membahayakan pekerja.
Perlengkapan yang harus dipakai saat proses kerja adalah:
a. helm safety,
b.
sarung tangan,
c. sepatu tertutup dan
d. google safety untuk melindungi mata agar tidak terkena
partikel-partikel saat pembersihan.
Alat pelindung ini sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan keselamatan
kerja selama bekerja.
F. Teknik
Pengukuran
Getaran
Mesin
Posisi dan Arah Pengukuran
Pengukuran getaran pada suatu mesin secara normal diambil pada bearing
dari mesin tersebut. Tranduser sebaiknya harus ditempatkan sedekat mungkin
19
20. dengan bearing mesin karena melalui bearing tersebut gaya getaran dari
mesin ditransmisikan. Gerakan bearing adalah merupakan hasil reaksi gaya
dari mesin tersebut.
Disamping karakteristik getaran seperti : Amplitudo, frekuensi dan phase, ada
karakteistik lain dari getaran yang juga mempunyai arti yang sangat penting
yaitu arah dari gerakan getaran, hingga perlu bagi kita untuk mengukur
getaran dari berbagai arah. Pengalaman menunjukkan bahwa ada tiga arah
pengukuran yang sangat penting yaitu horizontal, vertikal, dan axial.
Arah horizontal dan vertikal bearing disebut dengan arah radial. Arah
pengukuran ini biasanya didasarkan pada posisi sumbu tranduser terhadap
sumbu putaran dari shaft mesin. Arah ini juga sangat penting artinya dalam
analisa suatu getaran.
Standard
Dalam membicarakan getaran kita harus mengetahui batasan â batasan level
getaran yang menunjukkan kondisi suatu mesin, apakah mesin tersebut masih
baik (layak beroperasi) ataukah mesin tersebut sudah mengalami suatu
masalah sehingga memerlukan perbaikan. Dalam sub bab ini disajikan
beberapa macam standard mengenai batasan-batasan level getaran yang
20
21. umum
digunakan.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah
bolak-balik dari kedudukan keseimbangan yang disebabkan oleh getaran
udara atau getaran mekanis, misalnya mesin atau alat-alat mekanis
lainnya.Terdapat 2 jenis getaran, yaitu: getaran seluruh tubuh dan getaran
lengan tangan. Sumber getran berasal dari mesin-mesin yang memiliki
getaran mekanik dengan ciri fisik dan efeknya merugikan yang berbeda
(Wijaya C , 1995:174). Pengukuran menggunakan vibration meter untuk
mendapatkan hasil yang akan dibandingkan dengan nilai ambang batas sesuai
dengan Keputusan Menteri Tenaga kerja nomor KEP No.51/MEN/1999,
21
22. dinyatakan bahwa nilai ambang batas getaran alat kerja yang kontak langsung
maupun tidak langsung pada lengan tangan tenaga kerja ditetapkan sebesar 4
m/det . Efek yang ditimbulkan akibat getaran lengan diantaranya: efek
2
vaskuler, efek neurologik. Alat-alat yang dipakai akan bergetar dan getaran
tersebut disalurkan pada tangan, getaran-getaran dalam waktu singkat tidak
berpengaruh pada tangan tetapi dalam jangka waktu cukup lama akan
menimbulkan kelainan pada tangan, seperti: gangguan pada persyarafan dan
sendi. Tes pemeriksaan tangan fungsi sensorik yaitu dengan cara : tes untuk
rasa raba, tes rasa nyeri dan tes untuk rasa suhu. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan akibat getaran lengan tangan yaitu : umur,lama
kerja, pendidikan, merokok, penggunaan APD dan masa kerja. Untuk
pengendalian getaran, dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya:
pengendalian teknis, kesehatan, administrative dan APD ( alat pelindung
diri). APD yang digunakan untuk pekerja pada Sand blasting yaitu: sarung
tangan, helm safety, kacamata safety dan sepatu tertutup.
Hasil pengukuran getaran pada PT Sunan setelah dirata-rata diperoleh :
a. Pengukuran disekitar mesin Sand Blasting
Acceleration (m/s2)
Vellocity (cm/s)
0,06
0,08
0,08
â = 0,073
0,09
0,11
0,07
â = 0,09
b. Area lantai sekitar mesin Sand Blasting
Acceleration (m/s2)
Vellocity (m/s)
14,8
14,5
16,6
â = 15,3
1,97
1,61
2,01
â = 1,86
Dapat disimpulkan bahwa hasil perhitungan getaran pada PT Sunan tidak
melebihi dari NAB yang sudah ditetapkan pada KEP No.51/MEN/1999.
Sehingga getaran masih dibawah normal dan aman bagi pekerja.
22
23. B. Saran
Secara keseluruhan, proses kegiatan pada PT Sunan sudah sangat
baik. Hanya saja perlu sedikit koreksi,yaitu peraturan manajemen harus
lebih ditegaskan, seperti peraturan penggunaan APD ditempat kerja. Ada
beberapa karyawan yang belum menggunakan APD secara lengkap,
padahal pekerjaan tersebut dapat menimbulkan resiko tinggi pada
kesehatan dan keselamatan karyawan itu sendiri.
Pada saat mesin Sand Blasting dinyalakan, sebaiknya disekitar mesin tidak
ada kegiatan lain selain proses pemasukan gas tabung ke dalam mesin oleh
karyawan. Orang yang tidak berkepentingan, diharapkan tidak berada
disekitar mesin, karena dapat membahayakan dirinya sendiri, yaitu terkena
partikel kecil yang berasal dari proses mesin sand blasting.
23