2. Skenario
Lembar 1
Seorang perempuan berusia 42 tahun, datang ke IGD RS
Muhammadiyah Medan dengan keluhan sesak napas
sejak tadi pagi yang tejadi secara mendadak sesudah ia
mengangkat beban berat. Sesak napas dirasakannya
semakin memberat sehingga ia tidak bisa lagi berbaring.
Lembar 2
Pasien juga mengeluhkan nyeri dada kanan, yang terasa
seperti ditusuk. Selama ini pasien hanya mengalami batukbatuk dalam 1 bulan terakhir. Dari alloanamnese didapatkan
setahun yang lalu ia pernah mengalami batuk darah dan
didiagnosa dokter menderita TB Paru tetapi ia hanya minum
obat selama 3 bulan dan putus berobat. Riwayat merokok (-),
suami merokok (+) 20 batang rokok per hari jenis kretek.
Pekerjaan suami supir angkot.
3. Lembar 3
Vital Sign, Sens :CM,TD :140/90 mmHg,Nadi 110 x/I, FP:40 x/I
Suhu:36,80C.
Pemeriksaan fisik
Umum:gelisah, berkeringat,berbicara pendek-pendek
Thoraks:
Inspeksi: ketinggalan bernapas pada dada kanan;retraksi iga
(+),palpasi:SF kanan menghilang;perkusi:hipersonor pada paru
kanan;auskultasi:suara napas menghilang pada paru kanan.
Pemeriksaan penunjang
Hasil foto toraks PA: tampak hemitoraks kanan hiperlusen
dengan corakan paru menghilang yang disertai gambaran
pleural line, dan mediastinum terdorong ke hemitoraks kiri,CTR
dalam batas normal.EKG tidak bisa dilakukan;AGDA
pH:7,30;PaCo2:46mmHg;paO2:55mmHg;HCO3:24;BE:2,5;SaO2
94%;leukosit:8000/mm3;Hb:11 gr%
4. We Don’t Know
• Hubungan penyakit tuberkulosis Paru
dengan pneumothoraks
5. Hubungan penyakit TB Paru
dengan Pneumotoraks
Pneumothoraks terjadi secara spontan tanpa
didahului oleh kecelakaan atau trauma seringkali
didapatkan penyakit dasar berupa :
1. Tuberkulosis paru yang prosesnya sudah lama,
dengan multiple cavety, fibrosis, emfisema, TB
milier
2. Bronkitis kronis dengan kekambuhan akut
3. Emfisema
4. Asma bronkiale yang kronis mengalami serangan
batuk; influenza
5. Kanker paru
6. Penyebab tersering pneumothoraks ialah
adanya valve mechanism distal dari bronkial yang
mengalami keradangan atau adanya jaringan parut.
Apabila alveoli melebar akibar peradangan ataupun
robek dan tekanan didalam alveol meningkat maka
udara masuk dengan mudah menuju kejaringan
peribronkovaskular
sehingga
menyebabkan
penumothoraks.
7. We Don’t Know
• Nilai normal pada AGDA skenario!
AGDA
NILAI PADA SKENARIO NILAI NORMAL
pH
7,30
7,35-7,45
paO2
55
Arterial 80-105 mmHg
Alveolar 90-115 mmHg
paCO2
46
Arterial 38-44 mmHg
Alveolar 38-44 mmHg
Be
+2
-2,5 - +2,5
HCO3
24
22-26
SaO2
94%
>95% atau 100%
Leukosit
8000/mm3
4500-1000/mm3
Hb
11 gr%
Pria :13,5-18,0 gr/dl
Wanita :12,0-16,0 gr/dl
8. Learning Issue
•
•
•
•
•
DEFENISI DAN ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
TANDA DAN GEJALA
FAKTOR RESIKO
CARA MENEGAKKAN
DIAGNOSA,DIAGNOSA BANDING
• PENATALAKSANAAN
• KOMPLIKASI DAN PROGNOSA
11. Etiologi
•
Terdapat beberapa jenis pneumotoraks yang dikelompokkan
berdasarkan penyebabnya:
A.pneumotoraks spontan
a.pneumotoraks primer: terjadi tanpa disertai penyakit
paru
yang mendasarinya.
b.pneumotoraks sekunder: merupakan komplikasi dari
penyakit
paru yang mendahuluinya.
B.Pneumotoraks traumatik
terjadi akibat cedera traumatik pada dada.traumanya
bisa bersifat
menembus(luka usuk,peluru,) atau
tumpul(benturan pada kecelakaan bermotor).
Pneumotoraks juga bisa merupakan komplikasi dari
tindakan
medis tertentu(misal torakosentesis)
12. • C.pneumotoraks karena tekanan
terjadi jika paru-paru mendapatkan tekanan
berlebihan sehingga paru-paru mengalami
kolaps.tekanan yang berlebihan juga bisa
menghalangi pemompaan darah oleh jantung secara
efektif sehingga terjadi syok.
13. Klasifikasi
• Pada keadaan normal rongga pleura tidak
berisi udara,supaya paru-paru leluasa
mengembang terhadap rongga
dada.pneumotoraks dapat terjadi secara
spontan dan traumatik
• Pneumotraks spontan terbagi menjadi dua:
1. pneumotoraks spontan
pneumotoraks spontan primer: terjadi tanpa
disertai penyakit paru yang mendasarinya.
pneumotoraks spontan sekunder: merupakan
komplikasi dari penyakit paru yang
mendahuluinya
14. • pneumotoraks traumatik berdasarkan kejadian:
1.pneumotoraks traumatik non iatrogenik
2.pneumotoraks traumatik iatrogenik
Pneumotorak berdasarkan fistulanya:
pneumotoraks tertutup: tekanan udara di rongga
pleura sedikit lebih tinggi di bandingkan tekanan pleura
pada sisi hemitoraks kontra lateral tetapi tekanan masih
lebih rendah dari tekanan atmosfer.
pneumotoraks terbuka: terjadi karena luka terbuka
pada dinding dada,sehingga pada saat inspirasi udara
dapat keluar melalui luka tersebut
15. tension pneumotoraks: terjadi karena
mekanisme chek valve yaitu pada saat inspirasi
udara masuk kerongga pleura,tetapi pada saat
ekspirasi udara dari rongga pleura tidak dapat
keluar.
18. Udara memasuki rongga
pleura dari tempat ruptur
pleura
yang
bekerja
seperti katup satu arah.
Udara dapat memasuki
rongga pleura pada saat
inspirasi tetapi tidak bisa
keluar lagi karena tempat
ruptur tersebut akan
menutup
pada
saat
ekspirasi.
19. • Pada saat inspirasi akan terdapat lebih banyak
udara lagi yang masuk dan tekanan udara mulai
melampaui tekanan barometrik.
• Peningkatan tekanan udara akan mendorong paru
yang dalam keadaan recoiling sehingga terjadi
atelektasis kompresi.
20. • Udara
juga
menekan
mediastinum sehingga terjadi
kompresi serta pergeseran
jantung dan pembuluh darah
besar. Udara tidak bisa keluar
dan tekanan yang semakin
meningkat akibat penumpukan
udara ini menyebabkan kolaps
paru.
21. • Ketika udara terus menumpuk dan tekanan intrapleura
terus meningkat, mediastinum akan tergeser dari sisi
yang terkena dan aliran balik vena menurun.
• Keadaan ini mendorong jantung, trakea, esofagus dan
pembuluh darah besar berpindah ke sisi yang sehat
sehingga terjadi penekanan pada jantung serta paru ke
sisi kontralateral yang sehat.
(Kowalak, Jennifer P. dkk ; Buku Ajar Patofisiologi : “SISTEM PERNAPASANPNEUMOTHORAKS : BAB.7-Hal.253 : EGC-Jakarta, 2011)
23. Gejalanya pneumotoraks adalah:
Nyeri dada tajam yang timbul secara tiba-tiba, dan
semakin nyeri jika penderita menarik nafas dalam
atau terbatuk
- Sesak nafas
- Dada terasa sempit
- Mudah lelah
- Denyut jantung yang cepat
- Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan
oksigen.
24. Gejala-gejala tersebut mungkin timbul pada saat
istirahat atau tidur.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
- Cemas, stres, tegang
- Tekanan darah rendah (hipotensi)
- nafas berat, status mental berubah dan hiperkapnia.
Tanda-tanda terdiri dari penyimpang atau deviasi
trakea menjauhi bagian atau sisi paru yang menglami
tension, dada mengalami hiperekspansi, peningkatan
nada perkusi dan situasi hiperekspansi yang
pergerakan sedikit pada respirasi.
26. •
•
•
•
•
•
•
•
•
Usia
Jenis kelamin
merokok
Anak dengan fibrosis kistic
Pembentukan infeksi paru,spt pneumonia
akibat pneumo cistic cranii yang berhubunga
dengan infeksi HIV
Penderita dengan syndrom
Penderita skleroderma
Penderita dengan syndrom entres-danlos
Penderita dengan ankilosis spondilitis
29. Pemeriksaan Fisik ;
Gerakan dinding dada asimetris /
tertinggal pada daerah pneumotoraks,
Fremitus suara melemah,
Perkusi hipersonor,
Deviasi mediastinum kontralateral,
Auskultasi vesikuler menghilang.
30. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
FOTO TORAKS PA :
- pleural line / garis pleura (+)
- hiperlusens
- jantung dan mediastinum terdorong ke arah paru sehat
- diafragma terdorong ke bawah
ANALISA GAS DARAH
PEMRIKSAAN COMPUTED TOMOGRAFI(CT-scan)
PEMERIKSAAN ENDOSKOPI(torakostomi),pemeriksaan
enoskopi ini dibagi menjadi 4 derajat:
DERAJAT I
DERAJAT II
DERAJAT III
DERAJAT IV
34. • Umum
tindakan dekompresi yaitu membuat hubungan
rongga pleura dengan udara luar,ada beberapa cara:
a.Menusukkan jarum melalui dinding dada sampai
masuk kerongga pleura, sehingga tekanan udara
positif akan keluar melalui jarum tersebut.
b.Membuat hubungan dengan udara luar melalui
kontra ventil:
1.jarum infuset ditusukkan kedinding dada sampai
masuk ke rongga pleura.
2.abbocath: jarum abbocath no 14 ditusukkan ke
rongga pleura dan setelah madrin dicabut,dihubungkan
dengan infus set
3.WSD: pupa khusus yang steril dimasukkan
kerongga pleura.
35. • Spesifik
Britis Thoracic Society and American
Collage Of Chest Physician telah memberikan
rekomendasi penanganan pneumotoraks
dengan prinsip:
- Observasi denganpemberian ditambahkan
oksigen
- Aspirasi sederhana denga jarum dan
pemasangan tube torakostomi dengan atau
tanpa pleurodosis
- Torakoskopi dengan pleurodosis dan
penanganan terhadap adanya bleb atau bula
- torakotomi
36. • Observasi + oksigen
a.jika luas pneumotoraks < 15% dari
hemitoraks
b.fistula dari alveoli ke rongga pleura telah
menutup,udara perlahan akan di resorbsi
(1,25%/hari)
c.laju resorbsi akan meningkat dengan di +
oksigen
d.observasi dilakukan dengan beberapa hari
dengan foto dada serial setiap 12-24 jam selama 2
hari dengan atau tanpa dirawat di RS
37. • Aspirasi dengan jarum dan tube
torakostomi
a.jika luas pneumotoraks > 15%
mengeluarkan udara dari
rongga pleura
b.dengaan cara: - menusuk jarum melalui
dinding dada sampai rongga pleura
- Membuat hubungan dengan udara luar melalui
kontra ventil,yaitu:*jarum infus
*jarum abbocath 14
*WSD (water sealed drainage)
39. KOMPLIKASI: Pheneumothoraks tension terjadi pada 35% pasien pheneumothoraks.dan dapat mengakibatkan:
Kegagalan
respirasi
Piopheneumoth
oraks
Henti
jantung dan
paru
Hidropheneumoth
oraks
Dan bisa
menyebabkan
kematian
40. PROGNOSA
• Hasil dari pneumothorax tergantung pada luasnya
dan
tipe
dari
pneumothorax.
Spontaneous
pneumothorax akan umumnya hilang dengan
sendirinya
tanpa
perawatan.
Secondary
pneumothorax yang berhubungan dengan penyakit
yang mendasarinya, bahkan ketika kecil, adalah jauh
lebih serius dan membawa angka kematian sebesar
15%.
Secondary
pneumothorax
memerlukan
perawatan darurat dan segera. Mempunyai satu
pneumothorax meningkatkan risiko mengembangkan
kondisi ini kembali. Angka kekambuhan untuk
keduanya primary dan secondary pneumothorax
adalah kira-kira 40%; kebanyakan kekambuhan
terjadi dalam waktu 1,5 sampai 2 tahun
41. REFERENSI
•
•
•
•
•
Hood Alsagaff,Abdul Mukty.2008.Dasar-dasar Ilmu Penyakit
Paru.Surabaya:Airlangga University Press.
Jeremy P.T,dkk.2008. At a Glance SISTEM
RESPIRASI.Jakarta:Penerbit Erlangga.
Aru W.Sudoyo,dkk.2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid
III.Ed V.Jakarta:Interna Publishing.
Andi Renny Amita.2012.Referat Pneumothorax. Dibawakan
dalam rangka tugas kepaniteraan klinik bagian radiologi
fakultas kedokteran universitas muhammadiyah makassar
2012.
Kowalak, Jennifer P. dkk ; Buku Ajar Patofisiologi : “SISTEM
PERNAPASAN-PNEUMOTHORAKS : BAB.7-Hal.253 :
EGC-Jakarta, 2011