SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
MAKALAH
Audiometer
DOSEN PENGAMPU
Drs.ANSHOR IBRAHIM ST.MT
DISUSUN OLEH
Alif Surya Fadillah
(P22030118005)
POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA II
TEKNIK REKAYASA ELEKTROMEDIK
2020/2021
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih
lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua sumber yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang Audiometer
ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.
Jakarta, 24 Maret 2020
Penyusun
(Alif Surya Fadillah)
2
Daftar isi
BAB I........................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................3
1.1. Latar Belakang.............................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................4
1.3. Batasan Masalah........................................................................................4
1.4. Tujuan Penulisan.......................................................................................5
1.5. Manfaat Penulisan .....................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................5
2.1. Audiometer................................................................................................5
2.2. Manfaat Audiometer..................................................................................7
2.3. Komponen dalam Alat Audiometer............................................................8
2.4. Prinsip kerja Audiometer......................................................................... 16
2.5. Jenis-jenis tes Audiometri ........................................................................ 18
2.6. Prosedur pemeriksaan Audiometri........................................................... 21
2.7. Kelebihan dan Kekurangan .....................................................................25
2.8. Kalibrasi Alat Audiometer....................................................................... 26
BAB III PENUTUP.................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................28
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Telinga merupakan sebuah organ yang mampu
mendeteksi/mengenal suara & juga banyak berperan dalam
keseimbangan dan posisi tubuh.Setiap vertebrata memiliki satu pasang
telinga, satu sama lainnya terletak simetris pada bagian yang berlawanan
di kepala, untuk menjaga keseimbangan dan lokalisasi suara.
Suara adalah bentuk energi yang bergerak melewati udara, air, atau
benda lainnya, dalam sebuah gelombang. Walaupun telinga yang
mendeteksi suara, fungsi pengenalan dan interpretasi dilakukan
di otak dan sistem saraf pusat. Rangsangan suara disampaikan ke otak
melalui saraf yang menyambungkan telinga dan otak (nervus
vestibulokoklearis).
Kehilangan pendengaran, atau yang juga dikenal dengan istilah tuli,
adalah gangguan di mana seseorang tidak dapat mendengar suara secara
sebagian atau keseluruhan pada salah satu atau kedua telinga.Seseorang
dapat dikatakan mengalami gangguan pendengaran apabila tidak dapat
mendengar lebih dari 40 desibel (dB) pada orang dewasa, dan lebih dari
30 dB pada anak-anak.Penuaan dan paparan terhadap suara bising dalam
jangka waktu panjang adalah faktor-faktor yang berperan besar dalam
kondisi ini. Faktor lainnya, seperti kotoran telinga berlebih, juga dapat
mengganggu fungsi telinga dalam menghantarkan suara dengan
sewajarnya.Sebagian besar kasus tuli tidak dapat disembuhkan. Karena
orang-orang dengan pendengaran yang terganggu mengalami kesulitan
dalam berkomunikasi, sebagian besar menggunakan alat bantu dengar
atau implan koklea.
4
Audiometer adalah peralatan elektronik untuk menguji pendengaran.
Audiometer diperlukan untuk mengukur ketajaman pendengaran
digunakan untuk mengukur ambang pendengaran,mengindikasikan
kehilangan pendengaran.Pembacaan dapat dilakukan secara manual atau
otomatis,mencatat kemampuan pendengaran setiap telinga pada deret
frekuensi yang berbeda menghasilkan audiogram (grafik ambang
pendengaran untuk masing-masing telinga pada suatu rentang frekuensi)
,pengujian perlu dilakukan di dalam ruangan kedap bunyi namun di
ruang yang heningpun hasilnya memuaskan pemeriksaan yang cukup
lumayan mahal namun dibutuhkan hanya jika kebisingan merupakan
masalah/kejadian yang terus-menerus, atau selain itu dapat menggunakan
fasilitas di rumah sakit setemapat.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka, dibuat suatu rumusan
masalah yaitu “Aplikasi Audiometri Dalam Bidang Kesehatan".
1.3.BatasanMasalah
Adapun batasan masalah yang dibuat berdasarkan rumusan masalah di atas
yaitu:
a. Pengertian Audiometri
b. Jenis Audiometri
c. Manfaaat Audiometri
d. Komponen Audiometri
e. Prinsip Kerja Alat Audiometri
f. Prosedur tes Audiometri
g. Kelebihan dan Kekurangan Audiometri
h. Kalibrasi dan perawatan Audiometri
5
1.4.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya sebagai berikut:
a. Menjelaskan tentang Audiometri
b. Menjelaskan Manfaat Audiometri
c. Menjelaskan Komponen dan Prinsip Kerja Audiometri
d. Menjelaskan kalibrasi Ultrasonografi Audiometri
1.5.Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapakan dari penyusunan makalah ini adalah :
 Dapat memberikan penjelasan tentang aplikasi cara kerja
Audiometri dalam bidang kesehatan.
 Memahami prinsip kerja komponen bagian dalam Audiometri serta
sistematis alat itu bekerja.
 Memahami peng-Kalibrasi an dan Maintance pada alat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Audiometer
Audiometer adalah alat elektronik pembangkit bunyi dalam intensitas
dan frekuensi tertentu, yang dipergunakan untuk mengukur tingkat
ambang pendengaran seseorang. Ambang pendengaran ialah bunyi
terlemah.Pada audiometer sistem manual, proses pemeriksaan dilakukan
dengan cara memilih berbagai intensitas dan frekuensi melalui
penekanan tombol untuk diperdengarkan terhadap pasien menggunakan
sepasang earphone, kemudian pasien akan mengacungkan tangan sebagai
tanggapan mendengar bunyi.Ketika pasien mengacungkan tangan sebagai
tanggapan mendengar bunyi maka operator memberi tanda pemeriksaan
pada sebuah kartu hasil pemeriksaan yang disebut audiogram. Pada
audiogram terdapat tingakt bunyi dalam intensitas 0 dB – 20 dB dan
6
frekuensi 125 Hz – 8000
Hz.Menggunakan audiometer akan
dapat ditentukan tingkat gangguan
pendengaran dan tindakan
selanjutnya.Jika gangguan pendengaran
disebabkan kelainan bawaan pada
telinga luar atau pada telinga tengah
maka untuk dapat mendengar digunakan alat bantu pendengaran.Pada
tingkat penderita gangguan pendengaran dikelompokkan pada beberapa
intensitas, yaitu tuli ringan (30 dB – 40 dB), tuli sedang (40 dB – 60 dB),
tuli berat (60 dB – 90 dB), dan tuli sangat berat lebih dari 90 dB.
Sedangkan intensitas ambang pendengaran normal adalah 0 dB – 30 dB
7
2.2.ManfaatAudiometer
Manfaat dari Audiometer adalah untuk mendiagnosa derajat ketulian
seseorang apakah (ringan,sedang,atau berat).Dan mengidentifikasi jenis tuli
seseorang (tuli konduktif,tuli syaraf,atau tuli campuran).Berikut jenisnya:
1. Gangguan Pendengaran Konduktif
Setiap masalah di telinga luar atau tengah yang mencegah terhantarnya bunyi
dengan tepat dinamakan gangguan pendengaran konduktif. Gangguan
pendengaran konduktif biasanya pada tingkat ringan atau menengah, pada
rentang 25 hingga 65 desibel.Dalam beberapa kejadian,gangguan pendengaran
konduktif bersifat sementara.Pengobatan atau bedah dapat membantu
tergantung pada penyebab khusus masalah pendengaran tersebut. Gangguan
pendengaran konduktif juga dapat diatasi dengan alat bantu dengar atau
implan telinga tengah.
2. Gangguan Pendengaran Sensorineural
Gangguan pendengaran sensorineural disebabkan oleh hilangnya atau
rusaknya sel saraf (sel rambut) dalam rumah siput dan biasanya bersifat
permanen. Gangguan pendengaran sensorineural, yang disebut juga “tuli
saraf”, dapat ringan, menengah, berat atau parah.Gangguan pendengaran
ringan hingga berat sering dapat diatasi dengan alat bantu dengar(Audiometer)
atau implan telinga tengah. Sedangkan implan rumah siput seringkali
merupakan solusi atas gangguan pendengaran berat atau parah.
Sebagian orang menderita gangguan pendengaran sensorineural hanya pada
frekuensi tinggi, juga dikenal dengan sebutan tuli sebagian. Dalam hal ini,
yang rusak hanya sel rambut pada ujung rumah siput. Pada bagian dalam
rumah siput, apeks, sel rambut yang berfungsi untuk memproses nada rendah
masih utuh. Stimulasi akustik dan elektrik gabungan, atau EAS, telah
dikembangkan khusus untuk menangani kejadian seperti ini.
3. Gangguan Pendengaran Campuran
Gangguan pendengaran campuran merupakan gabungan dari gangguan
pendengaran sensorineural dan konduktif. Gangguan ini disebabkan oleh
masalah baik pada telinga dalam maupun telinga luar atau telinga tengah. Opsi
8
penanganan mencakup pengobatan, bedah, alat bantu dengar(Audiometer)
atau implan pendengaran telinga tengah .
4. Gangguan Pendengaran Saraf
Masalah yang disebabkan oleh tidak adanya atau rusaknya saraf pendengaran
dapat mengakibatkan gangguan pendengaran saraf. Gangguan pendengaran
saraf biasanya parah dan permanen.Alat bantu dengar(Audiometer) dan
implan rumah siput tidak dapat mengatasi hal ini karena saraf tidak dapat
meneruskan informasi bunyi ke otak.Dalam banyak kejadian, Implan Batang
Otak Auditory (ABI) dapat menjadi pilihan pengobatan.
2.3.Komponen dalam Alat Audiometer
Keterangan dari gambar yaitu:
1. LCD 16x2, untuk menampilkan nilai frekuensi dan dB.
2. Potensio pengatur frekuensi, untuk memilih frekuensi.
3. Potensio pengatur intensitas (dB), untuk memilih dB.
4. Headphone, sebagai tempat keluarnya bunyi.
5. Jack Output Balance, untuk menyambungkan ke headset dengan
mode balance (kiri dan kanan).
6. Jack Output L/R, untuk menyambung ke headset dengan mode
L/R.
7. Saklar L/R, untuk memilih telingan yang akan diuji, kiri atau
kanan.
9
8. Sakalah baterai/adaptor, untuk memilih sumber tegangan, baterai
atau adaptor.
9. Tombol play, sebagai tombol untuk mengeluarkan bunyi.
10. Tombol save, sebagai tombol untuk menyimpan data.
 Bagian dalam Alat Audiometri
1. Rangkaian Power Supply
Rangkaian power supply adalah rangkaian yang berfungsi
sebagai pensuplai tegangan dan arus listrik untuk
rangkaian. Gambar dibawah menunjukkan rangkaian power
supply.
Rangkaian Power Supply Tegangan 12 V DC bersumber
dari adaptor dan baterai. Tegangan dari adaptor masuk ke
saklar. Tegangan baterai adalah 3,6 V, kemudian dinaikan
tegangannya menjadi 12 V dengan menggunakan modul
step up, kemudian masuk ke saklar. Tegangan 12 V masuk
ke IC regulator 7809 untuk membatasi tegangan keluaran
sebesar 9 V, transistor digunakan sebagai penstabil
tegangan dan kapasitor digunakan untuk menyaring ripple
tegangan yang masih bocor. Tegangan 12 V masuk ke IC
regulator 7805 untuk membatasi tegangan keluaran sebesar
5 V, transistor digunakan sebagai penstabil tegangan dan
kapasitor digunakan untuk menyaring ripple tegangan yang
masih bocor.
10
2. Rangkaian Minimum System
Rangkaian minimum system berfungsi sebagai kontrol dari
semua modul yang terdapat pada alat. Rangkaian minimum
system dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Rangkaian Minimum System Rangkaian minimum sistem
pada modul ini berfungsi sebagai kontrol kerja modul
secara keseluruhan. Fungsi dari kristal adalah sebagai clock
tambahan yang terhubung dengan kapasitor berguna
sebagai pengosongan dan pengisian osilator, sebenarnya
ATMega328p sudah mempunyai clock internal tetapi
frekuensinya masih kecil sehingga tidak maksimal dalam
pengolahan data. Pada IC ATMega 328p ini diberi program
yang akan mengontrol sistem kerja modul. Adapun
program yang digunakan pada modul ini menggunakan
program arduino. Berikut ini fungsi port-port pada
ATMega328p, PD2 tersambung ke IC 4584. PD3 sampai
PD7 ditambah PB0 tersambung ke rangkaian LCD. PB2
sampai PB5 terhubung ke modul SD card. PB6 dan PB7
masing-masing tersambung ke kaki kristal. PC1 sebagai
input ADC2, PC2 sebagai input ADC1. 22 PC3 terhubung
ke push button tombol save. PC4 tersambung ke SDA, PC5
tersambung ke SCL pada modul RTC 1307.
11
3. Rangkaian LCD Rangkaian
LCD berfungsi untuk menampilkan karakter dan data
pengukuran pada alat. Gambar dibawah merupakan
rangkaian LCD karakter 16 x 2. Gambar dibawah adalah
Rangkaian LCD
LCD yang digunakan adalah 16 x 2, tegangan masukan
5V. pin-pin pada LCD terhubung ke rangkaian minimum
system sesuai dengan
4. Rangkaian Pembangkit Frekuensi
Rangkaian pembangkit frekuensi yang digunakan adalah
osilator RC dengan menggunakan IC XR 2206. IC tersebut
mampu menghasilkan gelombang sinus, segiempat dan gigi
gergaji dengan kualitas tinggi dan akurasi cukup tepat.
Berikut adalah rangkaian pembangkit frekuensi.
12
Fungsi PIN 1 yaitu sebagai pengatur modulasi amplitudo
sinyal input dengan tegangan masuknya 5V. PIN 3
berfungsi sebagai multiplier output. Pin 4 adalah vcc 12V.
PIN 5dan 6 adalah timing kapasitor dengan nilai 100nF.
PIN 7 adalah timing resistor yang disusun seri 1K dan
potensio 100 K. Fungsi resistor 1 K adalah sebagai
pengaman supaya hambatannya ketika potensi diputar
maksimal hambatannya tidak bernilai 0. Frekuensi yang
dihasilkan ditentukan oleh harga kapasitor pada PIN 5,6
dan resistor pada PIN 7.
Harga fₒ adalah:
PIN 2 sebagai keluaran gelombang sinus, kemudian masuk
ke rangkaian transistor penguat tegangan. Transistor PNP
berfungsi untuk memberikan bias positif pada transistor
NPN. Kapasior 1000 uF berfungsi sebagai kopel antara
rangkaian penguat. PIN 11 sebagai keluaran gelombang
kotak, kemudian masuk ke rangkaian transistor buffer
sebagai penyetabil sinyal. Gelombang kotak masuk ke IC
4584 sebagai penegas gelombang kotak kemudian masuk
ke mikro untuk nilai menghitung frekuensi.
fₒ = 1/R.C
13
5. Rangkaian Amplifier
Rangkaian amplifier berfungsi untuk menaikan tegangan
yang masuk ke rangkaian. Gambar 3. 8 adalah gambar
rangkaian amplifier.
Rangkaian Amplifier Gelombang sinus, masuk ke potensio
(RV3). Potensio berfungsi sebagai pengatur tinggi
gelombang sinus yang masuk ke kaki 3 pada U1.B. Setelah
potensio dipasang kapasitor C4 yang berfungsi sebagai
kopling, fungsinya supaya menahan tegangan DC dari
rangkaian selanjutnya supaya tidak saling mempengaruhi
(Test Point 1). Setelah dari kapasitor sinyal masuk ke
rangkaian yang terhubung ke PORTC 2 sebagai ADC 2,
dengan tegangan referensinya 2,5 V. Sebelum masuk ke
kaki 3 U1.B sinyal masuk ke pembagi tegangan pada R7
dan R12
(Test Point 2). Potensio (RV3) diatur hingga keluaran
OpAmp U1.B 5Vpp
(Test Point 3). Tegangan 5 Vpp merupakan hasil dari
penguatan noninverting dengan penguatan 11 kali dengan
nilai R3 100K Ohm dan R4 10K Ohm.. U1.A adalah
rangkaian buffer menguatkan tegangan sebesar 1 kali.
Keluarannya di jadikan rangkaian bias atau tegangan
referensi supaya output sinyal tidak ada yang dibawah garis
14
nol. Keluaran U1.B kemudian masuk ke C7, kemudian
masuk ke potensio Vol dB. Potensio Vol dB ini berfungsi
untuk mengatur keluaran dari U2.A dan U2.B yang
tersusun secara pararel. Penguatan pada U2.A dan U2.B
adalah sebesar 1,12 kali dengan nilai R23=R25 yakni 1,2K
Ohm dan R24=R28 yakni 10K Ohm. Keluran U2.A
digunakan sebagai input ADC 1, sedangkan keluaran U2.B
disambungkan ke headphone . Fungsi kapasitor C13 adalah
untuk memblok gelombang DC sehingga yang masuk ke
headphone hanya gelombang sinus saja.
Adapun rumus untuk menghitung nilai dB berdasarkan
tegangan adalah:
Untuk mempermudah dalam penelitian, maka kita harus
mengetahui bentuk gelombang pada masing-masing test
point. Berikut ini adalah bentuk gelombang pada masing-
masing test point.
Bentuk gelombang pada test point 1 Sinyal keluaran
potensio (RV3) dengan amplitud0 560 mV (Vpp), sebelum
masuk ke rangkaian pembagi tegangan.
dB = 20 logVout/Vin
15
Bentuk gelombang pada test point 2 Sinyal setelah masuk
ke pembagi tegangan sebagai input positif, dengan titik
referensinya 4,5 Volt.
Bentuk gelombang pada test point 3 Sinyal keluaran dari
U1.B, dengan amplitudo lebih kurang 5 Vpp. Nilai ini
adalah hasi dari penguatan dari sinyal test point 2. Berikut
adalah perhitungan dari perhitungan dari penguatan
keluaran pada U1.B yaitu menggunakan rumus
noninverting.
Vout = 1+(Rf/Rin) Vin
= 1(100/10) 0,48
=11 x 0,48 =5,28 Vpp
Berdasarkan perhitungan diatas, seharusnya tegangan
keluaran pada U1.B jika 11 kali penguatan adalah 5,28
Vpp. Nyatanya tegangan keluaran hanya 4.96 Vpp, ini
16
dikarenakan toleransi dari nilai resistor yng digunakan,
sehingga penguatannya tidak pas 11 kali penguatan.
6. Modul SD card
Modul SD card berfungsi sebagai modul penyimpan data.
Berikut adalah gambar rangkaian SD card pada gambar
3.12
Gambar 3. 12 Modul SD Card Pin-pin pada SD card
terhubung dengan port pada minimum sistem, hubungkan
sesuai dengan tulisan yang terdapat pada SD card.
2.4.Prinsip kerja Audiometer
Ambang dengar (hearing threshold) adalah intensitas terendah
yang masih dapat didengar, dinyatakan dalam dB.
Pemberian rangsangan bunyi pada telinga melalui hantaran udara
pada frekwensi tertentu dengan intensitas paling rendah yang
masih dapat didengar, hasilnya adalah grafik audiogram.
Kepekaan terhadap nada murni diukur pada frekwensi 500, 1000,
2000, 3000, 4000, 6000 dan 8000 Hz.
Kisaran normal ambang dengar antara 0 – 25 dB.
17
Keterangan Gambar :
 MIC atau Micropon Merupakan suatu komponen alat jenis transduser
yang dapat mengubah energy – energi akustik atau gelombang suara
menjadi sebuah sinyal listrik.
 Amplifier memiliki fungsi agar memproses sinyal listrik atau
gelombang suara yang dihasilkan oleh mic agar selanjutnya sinyal
listrik atau gelombang suara dapat diperbesar kemudian selanjutnya
sinyal yang selesai diperbesar akan diproses oleh Receiver.
 Receiver sendiri memiliki fungis untuk dapat mengubah sinyal listrik
atau gelombang suara menjadi sebuah suara yang sudah
dikeraskan. Receiver tersebut bisa di analogikan seperti
halnya speaker.
 Baterai memiliki fungsi untuk bisa mengalirkan energi listrik agar
dapat menjalankan komponen komponen diatas, yaitu Mic, Amplifier
serta Receiver. Baca : Cara Menggunakan Alat Bantu Dengar Agar
Hasilnya Maksimal
Sistem kerja alat bantu dengar yaitu dengan mengandalkan energy
dari Baterai yang berkerja sebagai sebuah power supply. Sistem kerja
dari alat bantu dengar yaitu berawal ketika ada sebuah suara, misalkan
ada suara lonceng berbunyi maka oleh komponen MIC akan
menangkap suara itu kemudian akan di proses dengan mengubah
energi akustik atau gelombang suara menjadi sebuah sinyal listrik,
yang kemudian akan dilanjutkan prosesnya oleh Amplifier kemudian
diamplifier tersebut akan memproses sinyal listrik atau gelombang
suara yang telah dihasilkan dari Mic untuk selanjutnya kemudian
sinyal listrik atau gelombang suara akan diperbesar kemudian
18
selanjutnya sinyal yang telah di perbesar tersebut akan diproses oleh
receiver. Kemudian di dalam receiver sinyal listrik gelombang suara
itu oleh receiver dirubah menjadi suara akustik yang telah diperbesar
oleh receiver ini bisa di analogikan seperti Speaker, jadi suara yang
telah di dengar akan sama persis dengan sumber bunyi, serta suara
tersebut tentunya telah di perbesar karena proses Amplifikasi Alat
bantu dengar
2.5.Jenis-jenis tes Audiometri
1) Auditory Brain Stem Response Test
Tes ini disebut juga dengan
tes brainstem evoke response audiometry (BERA). Dalam tes ini,
dokter menggunakan elektroda yang tersambung pada mesin untuk
merekam respons otak pasien. Pada pasien anak-anak yang tidak bisa
tenang saat akan dipasang elektroda, dokter akan memberikan obat
penenang. Berikut ini prosedur yang dijalankan pada tes BERA:
- Elektroda dipasang pada ubun-ubun dan masing-masing daun telinga
pasien.
- Setelah elektroda terpasang, pasien akan diminta
menggunakan earphone.
- Suara ‘klik’ dan suara-suara lain akan diperdengarkan pada pasien
melalui earphone.
- Mesin akan merekam respons otak pasien terhadap suara.
Hasil tes akan menunjukkan peningkatan aktivitas otak setiap kali
pasien mendengar suara yang dihasilkan mesin. Jika hasil tes tidak
menunjukkan peningkatan aktivitas otak saat suara diperdengarkan,
kemungkinan pasien mengalami tuli. Hasil tes yang tidak normal bisa
juga berarti ada gangguan pada otak atau sistem saraf pasien.
19
2) Otoacoustic emissions (OAE)
Tes otoacoustic emissions (OAE) digunakan untuk memeriksa
gangguan di telinga bagian dalam, khususnya bagian koklea (rumah
siput). Umumnya dilakukan untuk memeriksa gangguan pendengaran
pada bayi yang baru lahir, namun bisa juga dilakukan untuk orang
dewasa.
Dalam tes ini, alat kecil yang dilengkapi earphone dan mikrofon
diletakkan di liang telinga. Kemudian, dokter akan menghantarkan
suara ke telinga pasien melalui earphone, dan mikrofon akan
mendeteksi respons koklea berupa getaran. Pada pendengaran yang
normal, getaran tersebut akan menghasilkan suara kecil yang
menggema ke liang telinga. Suara dari getaran itu lah yang diukur.
Respons yang dihasilkan koklea akan ditampilkan di layar monitor,
sehingga pasien tidak perlu memberikan tanda apa pun jika mendengar
suara. Dokter akan menilai suara apa yang menghasilkan respons, dan
bagaimana kekuatan responsnya. Melalui tes ini, dokter bisa
menentukan jenis gangguan pendengaran yang dialami pasien.
OAE juga bisa mendeteksi penyumbatan di bagian luar dan tengah
telinga. Jika ada penyumbatan, suara tidak akan masuk ke bagian dalam
telinga, dan koklea tidak akan menghasilkan respons apa pun.
3) Timpanometri
Sebelum menjalankan tes, dokter akan terlebih dulu memeriksa liang
telinga pasien untuk memastikan tidak ada kotoran telinga atau benda
lain yang menghalangi gendang telinga. Setelah liang telinga dipastikan
bersih, dokter akan memasang alat khusus di masing-masing telinga
pasien. Rasa sedikit tidak nyaman akan dirasakan pasien saat
dipasangkan alat tersebut.
Setelah terpasang, alat khusus tersebut akan menghembuskan udara
dalam tekanan yang bervariasi ke dalam telinga, untuk membuat
20
gendang telinga bergerak. Gerakan gendang telinga tersebut kemudian
akan ditampilkan dalam grafik di timpanogram.
Grafik pada timpanogram akan menunjukkan apakah gendang telinga
pasien bergerak normal, terlalu kaku, atau terlalu banyak bergerak.
Melalui timpanogram, dokter juga bisa mengetahui apakah ada robekan
pada gendang telinga pasien atau cairan pada telinga tengah.
Pasien tidak dibolehkan berbicara, bergerak, atau melakukan gerakan
menelan selama tes berlangsung, karena akan memengaruhi hasil tes.
Hasil timpanometri bisa terbagi ke dalam hasil normal dan abnormal.
Pendengaran pasien dianggap tidak ada masalah jika tekanan udara
pada telinga tengah berkisar antara +50 hingga -150 decapascal, tidak
terdapat cairan di bagian tengah telinga, dan pergerakan gendang
telinga masih normal.
Sedangkan hasil abnormal dapat menunjukkan adanya:
- Cairan atau tumor di bagian tengah telinga.
- Kotoran yang menutupi gendang telinga.
- Lubang atau luka pada membran timpani.
Timpanometri hanya dilakukan untuk memeriksa bagian tengah telinga.
Dokter akan menyarankan pasien untuk menjalani tes lain, jika tes
timpanometri menunjukkan hasil abnormal.
SetelahTes Pendengaran
Dokter dan pasien akan mendiskusikan hasil tes, di antaranya tingkat
gangguan pendengaran yang dialami pasien, dan kemungkinan
penggunaan alat bantu dengar. Pasien juga disarankan mengenakan
pelindung telinga jika sedang berada di tempat yang bising.
Gangguan pendengaran diukur dalam satuan desibel (dB). Pasien yang
menjalani tes pendengaran bisa mendapatkan hasil sebagai berikut:
21
 Gangguan pendengaran ringan (21-45 dB). Pasien sulit membedakan
kata yang diucapkan dengan suara pelan.
 Gangguan pendengaran sedang (46-60 dB). Pasien sulit mendengar apa
yang sedang diperbincangkan, terutama jika ada suara keras di
sekitarnya, seperti suara dari televisi dan radio.
 Gangguan pendengaran sedang hingga berat (61-90). Pasien sulit
mendengar percakapan biasa.
 Gangguan pendengaran berat (91 dB). Pasien sulit mendengar hampir
semua suara. Umumnya pasien dengan gangguan pendengaran berat
memerlukan alat bantu dengar.
Efek Samping Tes Pendengaran
Tes pendengaran aman untuk dilakukan oleh semua orang, dan tidak
menimbulkan efek samping apa pun
2.6.Prosedur pemeriksaan Audiometri
Persiapan Tes Pendengaran
Beberapa hal yang perlu diketahui pasien sebelum menjalani tes
pendengaran, antara lain adalah:
 Beri tahu dokter jika belakangan ini Anda mendengar suara nyaring yang
membuat telinga sakit dan berdenging, atau mengalami infeksi pada
telinga.
 Beri tahu dokter jika mengalami gangguan dalam mendengar percakapan,
atau merasakan gejala hilang pendengaran.
 Beri tahu dokter jika sedang mengonsumsi antibiotik yang bisa merusak
fungsi organ pendengaran, seperti gentamicin.
22
 Dokter akan memeriksa bagian dalam telinga. Jika terdapat kotoran telinga
yang mengeras, dokter akan mengeluarkannya agar tidak memengaruhi
hasil tes.
 Beberapa tes dilakukan dengan mengenakan headphone. Pasien akan
diminta melepas kacamata, anting, aksesoris pada rambut, dan alat bantu
pendengaran agar tidak mengganggu tes.
 Bagi yang akan menjalani tes BERA, pasien akan diminta keramas
sebelum tes dilakukan.
Prosedur Tes Pendengaran
Ada beberapa macam tes pendengaran yang bisa dijalani pasien gangguan
pendengaran. Konsultasikan dengan dokter THT mengenai tes mana yang
tepat untuk dilakukan.
1. Tes bisik
Dalam tes bisik, dokter akan meminta pasien menutup lubang telinga yang
tidak diperiksa dengan jari. Setelah itu, dokter akan membisikkan beberapa
kata, atau membisikkan kombinasi huruf dan angka. Saat berbisik pada
pasien, dokter akan berada kurang dari 1 meter di belakang pasien, untuk
mencegah pasien membaca gerak bibir.
Pasien akan diminta mengulangi apa yang diucapkan dokter. Jika pasien
tidak bisa mengulangi kata yang dibisikkan, dokter akan menggunakan
kombinasi huruf dan angka yang berbeda, atau mengulangi pengucapan
kata dengan lebih keras, hingga pasien bisa mendengarnya. Kemudian tes
diulangi pada telinga yang satunya lagi. Pasien dianggap lulus tes bisik
jika mampu mengulangi 50% kata yang diucapkan dokter.
2. Tes garpu tala
Dalam tes ini, garpu tala dengan frekuensi 512Hz digunakan untuk
mengetahui respons pasien pada suara dan getaran di dekat telinga. Tes
garpu tala bisa dilakukan dengan tes Weber dan tes Rinne.
23
Untuk tes Weber, dokter akan membenturkan garpu tala pada objek yang
keras untuk membuat getaran, kemudian ujung garpu tala diletakkan di
depan dahi, hidung, atau gigi. Pada pasien yang pendengarannya normal,
suara akan terdengar keras di kedua telinga. Jika suara terdengar lebih
keras pada telinga yang kondisinya baik, tandanya pasien mengalami tuli
sensorineural. Sedangkan jika suara garpu tala terdengar lebih jelas pada
kondisi telinga yang buruk, berarti pasien mengalami tuli konduktif.
Tes garpu tala juga bisa dilakukan dengan tes Rinne. Sama seperti tes
Weber, dokter akan membenturkan garpu tala untuk membuat getaran.
Kemudian garpu tala diletakkan di bagian belakang telinga dan samping
telinga pasien, untuk membandingkan hantaran tulang dan hantaran udara.
Pada pasien yang pendengarannya normal, pasien akan mendengar suara di
samping telinga (hantaran udara) dua kali lebih panjang dibanding jika
mendengar suara di belakang telinga (hantaran tulang). Pada tuli
sensorineural, hantaran udara juga akan terdengar lebih panjang dibanding
dengan hantaran tulang, namun tidak sampai 2 kali. Sedangkan jika pasien
mengalami gangguan pendengaran konduksi, hantaran tulang akan
terdengar lebih panjang dari hantaran udara.
3. Tes audiometri tutur
Tes ini digunakan untuk mengetahui seberapa baik pasien mendengar dan
memahami percakapan sederhana. Dalam tes ini, pasien akan diminta
mengulangi kata-kata yang diucapkan dokter, mulai dari suara lembut
hingga nyaring.
Pada tes tahap pertama, dokter akan mengucapkan kata-kata yang terdiri
dari dua suku kata dalam suara yang lembut, lalu pasien diminta untuk
mengulang dengan akurasi minimal 50%. Kemudian pada tes tahap dua,
dokter akan mengucapkan 50 kata yang terdengar mirip dengan suara
nyaring (40 desibel), dan pasien kembali diminta mengulangi kata-kata
yang diucapkan.
24
Hasil tes audiometri tutur bisa digunakan untuk menentukan apakah alat
bantu dengar dibutuhkan oleh pasien, dan untuk mengetahui letak
kerusakan organ pendengaran. Pendengaran pasien dianggap normal jika
bisa mengulangi 90 hingga 95% kata-kata yang diucapkan dokter saat tes.
4. Tes audiometri nada murni
Tes ini menggunakan audiometer, suatu alat yang menghasilkan nada-nada
murni, dan diperdengarkan pada pasien melalui headphone. Nada-nada
tersebut bervariasi dalam frekuensi dan intensitas suaranya, mulai dari
250Hz, hingga 8000Hz. Tes akan dimulai dengan intensitas suara yang
masih terdengar, lalu dikurangi secara bertahap hingga tidak lagi terdengar
oleh pasien. Kemudian, intensitas suara akan ditingkatkan kembali hingga
pasien bisa mendengarnya. Pasien akan diminta untuk memberi tanda
dengan menekan tombol yang sudah disediakan, jika masih bisa
mendengar suara meski sangat samar.
Tes audiometri dilakukan di ruangan khusus. Pada tes ini, masing-masing
telinga akan dites secara terpisah, dimulai terlebih dulu pada telinga
dengan kondisi baik. Pasien akan menjalani beberapa kali tes, di mana
dalam setiap tes, nada yang diperdengarkan pada pasien akan semakin
tinggi. Setelah itu, headphone akan dilepas, dan alat penggetar akan
dipasang pada bagian belakang telinga. Pasien akan kembali diminta
memberi respons jika mendengar nada.
25
2.7. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan
a. Alat sudah portabel sehingga bisa digunakan dimana saja tanpa
terhubung ke listrik PLN.
b. Alat dilengkapi penyimpanan data frekuensi dan desibel yang diujikan,
sehingga memudahkan pengguna untuk melihat kembali data tesnya.
c. Memiliki tingkat keakuratan frekuensi yang tinggi dengan nilai error
dibawah 1%.
Kekurangan
Jenis headphone sangat berpengaruh terhadap bunyi keluaran.
Cara baca audiogram
26
2.7. Kalibrasi Alat Audiometer
Kalibrasi dimaksudkan sebagai tindakan untuk menyesuaikan bunyi yang
dibangkitkan oleh audiometer, sehingga sesuai dengan ketentuan atau
kebutuhan pemeriksaan. Bunyi yang dibangkitkan terdiri atas dua
parameter, yaitu intensitas dan frekuensi. Untuk mengetahui seberapa
besar penyimpangan bunyi dalam intensitas yang dibangkitkan oleh
audiometer adalah dengan melakukan pengukuran menggunakan sound
level meter. Pada penelitian ini digunakan sound level meter Rion NL-14.
Gambar 4.5
memperlihatkan alat ukut sound level meter Rion NL32. Gambar 4.5
Alat ukur sound level meter Rion NL-32 Prosedur yang harus dilakukan
sebelum melakukan pengukuran. Kalibrasi audiometer dengan sound
level meter dilakukan dalam ruangan kedap suara, dengan tujuan untuk
memperkecil pengaruh kebisingan yang ditimbulkan oleh lingkungan
sekitar. Pengukuran dilakukan dengan cara menempelkan permukaan
earphone pada mikrofon yang dimiliki oleh sound level meter. Sinyal
listrik yang dikonversikan menjadi energi bunyi dalam intensitas dan
frekuensi tertentu melalui earphone diterima oleh mikrofon sebagai
tekanan udara berupa bunyi untuk dikonversikan menjadi sinyal listrik.
Sinyal listrik tersebut merupakan besaran analog yang dikonversikan
menjadi digital untuk ditampilkan pada layar sound level meter.
27
BAB III PENUTUP
Kesimpulan :
Audiometer adalah alat elektronik pembangkit bunyi dalam intensitas
dan frekuensi tertentu, yang dipergunakan untuk mengukur tingkat
ambang pendengaran seseorang. Ambang pendengaran ialah bunyi
terlemah.Pada audiometer sistem manual, proses pemeriksaan dilakukan
dengan cara memilih berbagai intensitas dan frekuensi melalui
penekanan tombol untuk diperdengarkan terhadap pasien menggunakan
sepasang earphone, kemudian pasien akan mengacungkan tangan sebagai
tanggapan mendengar bunyi.Ketika pasien mengacungkan tangan sebagai
tanggapan mendengar bunyi maka operator memberi tanda pemeriksaan
pada sebuah kartu hasil pemeriksaan yang disebut audiogram. Pada
audiogram terdapat tingakt bunyi dalam intensitas 0 dB – 20 dB dan
frekuensi 125 Hz – 8000 Hz.Menggunakan audiometer akan dapat
ditentukan tingkat gangguan pendengaran dan tindakan selanjutnya.Jika
gangguan pendengaran disebabkan kelainan bawaan pada telinga luar
atau pada telinga tengah maka untuk dapat mendengar digunakan alat
bantu pendengaran.Pada tingkat penderita gangguan pendengaran
dikelompokkan pada beberapa intensitas, yaitu tuli ringan (30 dB – 40
dB), tuli sedang (40 dB – 60 dB), tuli berat (60 dB – 90 dB), dan tuli
sangat berat lebih dari 90 dB. Sedangkan intensitas ambang pendengaran
normal adalah 0 dB – 30 dB. Manfaat dari Audiometer adalah untuk
mendiagnosa derajat ketulian seseorang apakah (ringan,sedang,atau
berat).Dan mengidentifikasi jenis tuli seseorang (tuli konduktif,tuli
syaraf,atau tuli campuran)
Saran :
Mungkin dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis mengharapkan, kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Agar dalam penulisan makalah bisa lebih baik.
28
DAFTAR PUSTAKA
 http://www.scribd.com/doc/9642965/Persiapan-dan-Teknik-Pemeriksaan-Audiometer-
OBGIN-Dasar-JJE-20080409
 http://planetcopas.blogspot.com/2012/07/prinsip-kerja-Audiometer
 http://rahmawatifattah.blogspot.com/
 http://www.babehedi.com/2012/03/v-behaviorurldefaultvmlo_4697.html
 http://google.co.id/search-images

More Related Content

What's hot

Tentang Elektrocardiografi ( ECG )
Tentang Elektrocardiografi ( ECG )Tentang Elektrocardiografi ( ECG )
Tentang Elektrocardiografi ( ECG )Dzul Fiqri
 
Pengukuran Variabel: Definisi Operasional dan Skala Pengukuran: Penskalaan, ...
Pengukuran Variabel: Definisi Operasional dan Skala Pengukuran: Penskalaan, ...Pengukuran Variabel: Definisi Operasional dan Skala Pengukuran: Penskalaan, ...
Pengukuran Variabel: Definisi Operasional dan Skala Pengukuran: Penskalaan, ...Indah Dwi Lestari
 
Gangguang kebisingan penyakit akibat kerja
Gangguang kebisingan penyakit akibat kerjaGangguang kebisingan penyakit akibat kerja
Gangguang kebisingan penyakit akibat kerjaFionna Pohan
 
Sistem saraf tepi (sma)
Sistem saraf tepi (sma)Sistem saraf tepi (sma)
Sistem saraf tepi (sma)salim_perdana
 
213348238 pembahasan-pesawat-cobalt-60
213348238 pembahasan-pesawat-cobalt-60213348238 pembahasan-pesawat-cobalt-60
213348238 pembahasan-pesawat-cobalt-60Chz_4
 
Nama alat
Nama alatNama alat
Nama alatMaf ID
 
72687529 infus-pump
72687529 infus-pump72687529 infus-pump
72687529 infus-pumpthia1234
 
KDPK "Body Mekanik"
KDPK "Body Mekanik"KDPK "Body Mekanik"
KDPK "Body Mekanik"hoshirami
 
Ergonomi Dalam Bekerja
Ergonomi Dalam BekerjaErgonomi Dalam Bekerja
Ergonomi Dalam BekerjaFarizAmalanda
 

What's hot (20)

Keganasan
KeganasanKeganasan
Keganasan
 
Kebisingan
KebisinganKebisingan
Kebisingan
 
Makalah spirometri
Makalah spirometriMakalah spirometri
Makalah spirometri
 
Doppler
DopplerDoppler
Doppler
 
Nebulizer
NebulizerNebulizer
Nebulizer
 
Tentang Elektrocardiografi ( ECG )
Tentang Elektrocardiografi ( ECG )Tentang Elektrocardiografi ( ECG )
Tentang Elektrocardiografi ( ECG )
 
Safe intubation
Safe intubationSafe intubation
Safe intubation
 
Pengukuran Variabel: Definisi Operasional dan Skala Pengukuran: Penskalaan, ...
Pengukuran Variabel: Definisi Operasional dan Skala Pengukuran: Penskalaan, ...Pengukuran Variabel: Definisi Operasional dan Skala Pengukuran: Penskalaan, ...
Pengukuran Variabel: Definisi Operasional dan Skala Pengukuran: Penskalaan, ...
 
Gangguang kebisingan penyakit akibat kerja
Gangguang kebisingan penyakit akibat kerjaGangguang kebisingan penyakit akibat kerja
Gangguang kebisingan penyakit akibat kerja
 
Sistem saraf tepi (sma)
Sistem saraf tepi (sma)Sistem saraf tepi (sma)
Sistem saraf tepi (sma)
 
Bahan ekg
Bahan ekgBahan ekg
Bahan ekg
 
213348238 pembahasan-pesawat-cobalt-60
213348238 pembahasan-pesawat-cobalt-60213348238 pembahasan-pesawat-cobalt-60
213348238 pembahasan-pesawat-cobalt-60
 
Nama alat
Nama alatNama alat
Nama alat
 
Baby incubator
Baby incubatorBaby incubator
Baby incubator
 
72687529 infus-pump
72687529 infus-pump72687529 infus-pump
72687529 infus-pump
 
Materi case control
Materi case controlMateri case control
Materi case control
 
KDPK "Body Mekanik"
KDPK "Body Mekanik"KDPK "Body Mekanik"
KDPK "Body Mekanik"
 
Bhd algoritma revisi
Bhd algoritma revisiBhd algoritma revisi
Bhd algoritma revisi
 
Ergonomi Dalam Bekerja
Ergonomi Dalam BekerjaErgonomi Dalam Bekerja
Ergonomi Dalam Bekerja
 
Makalah bedsid monitor
Makalah bedsid monitorMakalah bedsid monitor
Makalah bedsid monitor
 

Similar to Makalah audiometer

Assessment of peripheral and central auditory function nova
Assessment of peripheral and central auditory function novaAssessment of peripheral and central auditory function nova
Assessment of peripheral and central auditory function novaAhmad Alqorny
 
Laporan Praktikum Kesehatan Kerja Audiometri.pdf
Laporan Praktikum Kesehatan Kerja Audiometri.pdfLaporan Praktikum Kesehatan Kerja Audiometri.pdf
Laporan Praktikum Kesehatan Kerja Audiometri.pdf2440018015FIRMANSYAH
 
Kuliah 8 kanak kanak bermasalah pendengaran
Kuliah 8 kanak kanak bermasalah pendengaranKuliah 8 kanak kanak bermasalah pendengaran
Kuliah 8 kanak kanak bermasalah pendengaranKimimaru Chan
 
FAudiologi dan Njjwjjkskskjsgsvjajajanajaj
FAudiologi dan NjjwjjkskskjsgsvjajajanajajFAudiologi dan Njjwjjkskskjsgsvjajajanajaj
FAudiologi dan Njjwjjkskskjsgsvjajajanajaj4zqps645qm
 
makalah Sensorik dan persepsi - D3 keperawatan
makalah Sensorik dan persepsi - D3 keperawatanmakalah Sensorik dan persepsi - D3 keperawatan
makalah Sensorik dan persepsi - D3 keperawatansiakadurban
 
noise induced hearing loss
noise induced hearing lossnoise induced hearing loss
noise induced hearing lossLetitia Kale
 
Bermasalah pendengaran
Bermasalah pendengaranBermasalah pendengaran
Bermasalah pendengarancikgusuepkhas
 
Kebisingan_Kesehatan dan keselamatan kerja
Kebisingan_Kesehatan dan keselamatan kerjaKebisingan_Kesehatan dan keselamatan kerja
Kebisingan_Kesehatan dan keselamatan kerjaIbnuNurhayati
 
LAPORAN PENELITIAN AUDIOMETRI.pdf
LAPORAN PENELITIAN AUDIOMETRI.pdfLAPORAN PENELITIAN AUDIOMETRI.pdf
LAPORAN PENELITIAN AUDIOMETRI.pdfWijayantoNers95
 

Similar to Makalah audiometer (20)

Assessment of peripheral and central auditory function nova
Assessment of peripheral and central auditory function novaAssessment of peripheral and central auditory function nova
Assessment of peripheral and central auditory function nova
 
Laporan Praktikum Kesehatan Kerja Audiometri.pdf
Laporan Praktikum Kesehatan Kerja Audiometri.pdfLaporan Praktikum Kesehatan Kerja Audiometri.pdf
Laporan Praktikum Kesehatan Kerja Audiometri.pdf
 
Kuliah 8 kanak kanak bermasalah pendengaran
Kuliah 8 kanak kanak bermasalah pendengaranKuliah 8 kanak kanak bermasalah pendengaran
Kuliah 8 kanak kanak bermasalah pendengaran
 
FAudiologi dan Njjwjjkskskjsgsvjajajanajaj
FAudiologi dan NjjwjjkskskjsgsvjajajanajajFAudiologi dan Njjwjjkskskjsgsvjajajanajaj
FAudiologi dan Njjwjjkskskjsgsvjajajanajaj
 
makalah Sensorik dan persepsi - D3 keperawatan
makalah Sensorik dan persepsi - D3 keperawatanmakalah Sensorik dan persepsi - D3 keperawatan
makalah Sensorik dan persepsi - D3 keperawatan
 
noise induced hearing loss
noise induced hearing lossnoise induced hearing loss
noise induced hearing loss
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
Bermasalah pendengaran
Bermasalah pendengaranBermasalah pendengaran
Bermasalah pendengaran
 
Tinitus AKPER PEMKAB MUNA
Tinitus AKPER PEMKAB MUNA Tinitus AKPER PEMKAB MUNA
Tinitus AKPER PEMKAB MUNA
 
kebisingan
kebisingankebisingan
kebisingan
 
Kebisingan_Kesehatan dan keselamatan kerja
Kebisingan_Kesehatan dan keselamatan kerjaKebisingan_Kesehatan dan keselamatan kerja
Kebisingan_Kesehatan dan keselamatan kerja
 
Askep serumen
Askep serumenAskep serumen
Askep serumen
 
Audiometri praktek
Audiometri praktekAudiometri praktek
Audiometri praktek
 
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
 
Otoskopi Audiometri
Otoskopi AudiometriOtoskopi Audiometri
Otoskopi Audiometri
 
LAPORAN PENELITIAN AUDIOMETRI.pdf
LAPORAN PENELITIAN AUDIOMETRI.pdfLAPORAN PENELITIAN AUDIOMETRI.pdf
LAPORAN PENELITIAN AUDIOMETRI.pdf
 
Anis furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Anis furunkel AKPER PEMKAB MUNAAnis furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Anis furunkel AKPER PEMKAB MUNA
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Sc cg asiah
Sc cg asiahSc cg asiah
Sc cg asiah
 

Recently uploaded

HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 

Recently uploaded (20)

HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 

Makalah audiometer

  • 1. MAKALAH Audiometer DOSEN PENGAMPU Drs.ANSHOR IBRAHIM ST.MT DISUSUN OLEH Alif Surya Fadillah (P22030118005) POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA II TEKNIK REKAYASA ELEKTROMEDIK 2020/2021
  • 2. 1 KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat. Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua sumber yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang Audiometer ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca. Jakarta, 24 Maret 2020 Penyusun (Alif Surya Fadillah)
  • 3. 2 Daftar isi BAB I........................................................................................................................3 PENDAHULUAN......................................................................................................3 1.1. Latar Belakang.............................................................................................3 1.2. Rumusan Masalah......................................................................................4 1.3. Batasan Masalah........................................................................................4 1.4. Tujuan Penulisan.......................................................................................5 1.5. Manfaat Penulisan .....................................................................................5 BAB II.......................................................................................................................5 PEMBAHASAN........................................................................................................5 2.1. Audiometer................................................................................................5 2.2. Manfaat Audiometer..................................................................................7 2.3. Komponen dalam Alat Audiometer............................................................8 2.4. Prinsip kerja Audiometer......................................................................... 16 2.5. Jenis-jenis tes Audiometri ........................................................................ 18 2.6. Prosedur pemeriksaan Audiometri........................................................... 21 2.7. Kelebihan dan Kekurangan .....................................................................25 2.8. Kalibrasi Alat Audiometer....................................................................... 26 BAB III PENUTUP.................................................................................................27 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................28
  • 4. 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi/mengenal suara & juga banyak berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh.Setiap vertebrata memiliki satu pasang telinga, satu sama lainnya terletak simetris pada bagian yang berlawanan di kepala, untuk menjaga keseimbangan dan lokalisasi suara. Suara adalah bentuk energi yang bergerak melewati udara, air, atau benda lainnya, dalam sebuah gelombang. Walaupun telinga yang mendeteksi suara, fungsi pengenalan dan interpretasi dilakukan di otak dan sistem saraf pusat. Rangsangan suara disampaikan ke otak melalui saraf yang menyambungkan telinga dan otak (nervus vestibulokoklearis). Kehilangan pendengaran, atau yang juga dikenal dengan istilah tuli, adalah gangguan di mana seseorang tidak dapat mendengar suara secara sebagian atau keseluruhan pada salah satu atau kedua telinga.Seseorang dapat dikatakan mengalami gangguan pendengaran apabila tidak dapat mendengar lebih dari 40 desibel (dB) pada orang dewasa, dan lebih dari 30 dB pada anak-anak.Penuaan dan paparan terhadap suara bising dalam jangka waktu panjang adalah faktor-faktor yang berperan besar dalam kondisi ini. Faktor lainnya, seperti kotoran telinga berlebih, juga dapat mengganggu fungsi telinga dalam menghantarkan suara dengan sewajarnya.Sebagian besar kasus tuli tidak dapat disembuhkan. Karena orang-orang dengan pendengaran yang terganggu mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, sebagian besar menggunakan alat bantu dengar atau implan koklea.
  • 5. 4 Audiometer adalah peralatan elektronik untuk menguji pendengaran. Audiometer diperlukan untuk mengukur ketajaman pendengaran digunakan untuk mengukur ambang pendengaran,mengindikasikan kehilangan pendengaran.Pembacaan dapat dilakukan secara manual atau otomatis,mencatat kemampuan pendengaran setiap telinga pada deret frekuensi yang berbeda menghasilkan audiogram (grafik ambang pendengaran untuk masing-masing telinga pada suatu rentang frekuensi) ,pengujian perlu dilakukan di dalam ruangan kedap bunyi namun di ruang yang heningpun hasilnya memuaskan pemeriksaan yang cukup lumayan mahal namun dibutuhkan hanya jika kebisingan merupakan masalah/kejadian yang terus-menerus, atau selain itu dapat menggunakan fasilitas di rumah sakit setemapat. 1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka, dibuat suatu rumusan masalah yaitu “Aplikasi Audiometri Dalam Bidang Kesehatan". 1.3.BatasanMasalah Adapun batasan masalah yang dibuat berdasarkan rumusan masalah di atas yaitu: a. Pengertian Audiometri b. Jenis Audiometri c. Manfaaat Audiometri d. Komponen Audiometri e. Prinsip Kerja Alat Audiometri f. Prosedur tes Audiometri g. Kelebihan dan Kekurangan Audiometri h. Kalibrasi dan perawatan Audiometri
  • 6. 5 1.4.Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya sebagai berikut: a. Menjelaskan tentang Audiometri b. Menjelaskan Manfaat Audiometri c. Menjelaskan Komponen dan Prinsip Kerja Audiometri d. Menjelaskan kalibrasi Ultrasonografi Audiometri 1.5.Manfaat Penulisan Manfaat yang diharapakan dari penyusunan makalah ini adalah :  Dapat memberikan penjelasan tentang aplikasi cara kerja Audiometri dalam bidang kesehatan.  Memahami prinsip kerja komponen bagian dalam Audiometri serta sistematis alat itu bekerja.  Memahami peng-Kalibrasi an dan Maintance pada alat. BAB II PEMBAHASAN 2.1.Audiometer Audiometer adalah alat elektronik pembangkit bunyi dalam intensitas dan frekuensi tertentu, yang dipergunakan untuk mengukur tingkat ambang pendengaran seseorang. Ambang pendengaran ialah bunyi terlemah.Pada audiometer sistem manual, proses pemeriksaan dilakukan dengan cara memilih berbagai intensitas dan frekuensi melalui penekanan tombol untuk diperdengarkan terhadap pasien menggunakan sepasang earphone, kemudian pasien akan mengacungkan tangan sebagai tanggapan mendengar bunyi.Ketika pasien mengacungkan tangan sebagai tanggapan mendengar bunyi maka operator memberi tanda pemeriksaan pada sebuah kartu hasil pemeriksaan yang disebut audiogram. Pada audiogram terdapat tingakt bunyi dalam intensitas 0 dB – 20 dB dan
  • 7. 6 frekuensi 125 Hz – 8000 Hz.Menggunakan audiometer akan dapat ditentukan tingkat gangguan pendengaran dan tindakan selanjutnya.Jika gangguan pendengaran disebabkan kelainan bawaan pada telinga luar atau pada telinga tengah maka untuk dapat mendengar digunakan alat bantu pendengaran.Pada tingkat penderita gangguan pendengaran dikelompokkan pada beberapa intensitas, yaitu tuli ringan (30 dB – 40 dB), tuli sedang (40 dB – 60 dB), tuli berat (60 dB – 90 dB), dan tuli sangat berat lebih dari 90 dB. Sedangkan intensitas ambang pendengaran normal adalah 0 dB – 30 dB
  • 8. 7 2.2.ManfaatAudiometer Manfaat dari Audiometer adalah untuk mendiagnosa derajat ketulian seseorang apakah (ringan,sedang,atau berat).Dan mengidentifikasi jenis tuli seseorang (tuli konduktif,tuli syaraf,atau tuli campuran).Berikut jenisnya: 1. Gangguan Pendengaran Konduktif Setiap masalah di telinga luar atau tengah yang mencegah terhantarnya bunyi dengan tepat dinamakan gangguan pendengaran konduktif. Gangguan pendengaran konduktif biasanya pada tingkat ringan atau menengah, pada rentang 25 hingga 65 desibel.Dalam beberapa kejadian,gangguan pendengaran konduktif bersifat sementara.Pengobatan atau bedah dapat membantu tergantung pada penyebab khusus masalah pendengaran tersebut. Gangguan pendengaran konduktif juga dapat diatasi dengan alat bantu dengar atau implan telinga tengah. 2. Gangguan Pendengaran Sensorineural Gangguan pendengaran sensorineural disebabkan oleh hilangnya atau rusaknya sel saraf (sel rambut) dalam rumah siput dan biasanya bersifat permanen. Gangguan pendengaran sensorineural, yang disebut juga “tuli saraf”, dapat ringan, menengah, berat atau parah.Gangguan pendengaran ringan hingga berat sering dapat diatasi dengan alat bantu dengar(Audiometer) atau implan telinga tengah. Sedangkan implan rumah siput seringkali merupakan solusi atas gangguan pendengaran berat atau parah. Sebagian orang menderita gangguan pendengaran sensorineural hanya pada frekuensi tinggi, juga dikenal dengan sebutan tuli sebagian. Dalam hal ini, yang rusak hanya sel rambut pada ujung rumah siput. Pada bagian dalam rumah siput, apeks, sel rambut yang berfungsi untuk memproses nada rendah masih utuh. Stimulasi akustik dan elektrik gabungan, atau EAS, telah dikembangkan khusus untuk menangani kejadian seperti ini. 3. Gangguan Pendengaran Campuran Gangguan pendengaran campuran merupakan gabungan dari gangguan pendengaran sensorineural dan konduktif. Gangguan ini disebabkan oleh masalah baik pada telinga dalam maupun telinga luar atau telinga tengah. Opsi
  • 9. 8 penanganan mencakup pengobatan, bedah, alat bantu dengar(Audiometer) atau implan pendengaran telinga tengah . 4. Gangguan Pendengaran Saraf Masalah yang disebabkan oleh tidak adanya atau rusaknya saraf pendengaran dapat mengakibatkan gangguan pendengaran saraf. Gangguan pendengaran saraf biasanya parah dan permanen.Alat bantu dengar(Audiometer) dan implan rumah siput tidak dapat mengatasi hal ini karena saraf tidak dapat meneruskan informasi bunyi ke otak.Dalam banyak kejadian, Implan Batang Otak Auditory (ABI) dapat menjadi pilihan pengobatan. 2.3.Komponen dalam Alat Audiometer Keterangan dari gambar yaitu: 1. LCD 16x2, untuk menampilkan nilai frekuensi dan dB. 2. Potensio pengatur frekuensi, untuk memilih frekuensi. 3. Potensio pengatur intensitas (dB), untuk memilih dB. 4. Headphone, sebagai tempat keluarnya bunyi. 5. Jack Output Balance, untuk menyambungkan ke headset dengan mode balance (kiri dan kanan). 6. Jack Output L/R, untuk menyambung ke headset dengan mode L/R. 7. Saklar L/R, untuk memilih telingan yang akan diuji, kiri atau kanan.
  • 10. 9 8. Sakalah baterai/adaptor, untuk memilih sumber tegangan, baterai atau adaptor. 9. Tombol play, sebagai tombol untuk mengeluarkan bunyi. 10. Tombol save, sebagai tombol untuk menyimpan data.  Bagian dalam Alat Audiometri 1. Rangkaian Power Supply Rangkaian power supply adalah rangkaian yang berfungsi sebagai pensuplai tegangan dan arus listrik untuk rangkaian. Gambar dibawah menunjukkan rangkaian power supply. Rangkaian Power Supply Tegangan 12 V DC bersumber dari adaptor dan baterai. Tegangan dari adaptor masuk ke saklar. Tegangan baterai adalah 3,6 V, kemudian dinaikan tegangannya menjadi 12 V dengan menggunakan modul step up, kemudian masuk ke saklar. Tegangan 12 V masuk ke IC regulator 7809 untuk membatasi tegangan keluaran sebesar 9 V, transistor digunakan sebagai penstabil tegangan dan kapasitor digunakan untuk menyaring ripple tegangan yang masih bocor. Tegangan 12 V masuk ke IC regulator 7805 untuk membatasi tegangan keluaran sebesar 5 V, transistor digunakan sebagai penstabil tegangan dan kapasitor digunakan untuk menyaring ripple tegangan yang masih bocor.
  • 11. 10 2. Rangkaian Minimum System Rangkaian minimum system berfungsi sebagai kontrol dari semua modul yang terdapat pada alat. Rangkaian minimum system dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Rangkaian Minimum System Rangkaian minimum sistem pada modul ini berfungsi sebagai kontrol kerja modul secara keseluruhan. Fungsi dari kristal adalah sebagai clock tambahan yang terhubung dengan kapasitor berguna sebagai pengosongan dan pengisian osilator, sebenarnya ATMega328p sudah mempunyai clock internal tetapi frekuensinya masih kecil sehingga tidak maksimal dalam pengolahan data. Pada IC ATMega 328p ini diberi program yang akan mengontrol sistem kerja modul. Adapun program yang digunakan pada modul ini menggunakan program arduino. Berikut ini fungsi port-port pada ATMega328p, PD2 tersambung ke IC 4584. PD3 sampai PD7 ditambah PB0 tersambung ke rangkaian LCD. PB2 sampai PB5 terhubung ke modul SD card. PB6 dan PB7 masing-masing tersambung ke kaki kristal. PC1 sebagai input ADC2, PC2 sebagai input ADC1. 22 PC3 terhubung ke push button tombol save. PC4 tersambung ke SDA, PC5 tersambung ke SCL pada modul RTC 1307.
  • 12. 11 3. Rangkaian LCD Rangkaian LCD berfungsi untuk menampilkan karakter dan data pengukuran pada alat. Gambar dibawah merupakan rangkaian LCD karakter 16 x 2. Gambar dibawah adalah Rangkaian LCD LCD yang digunakan adalah 16 x 2, tegangan masukan 5V. pin-pin pada LCD terhubung ke rangkaian minimum system sesuai dengan 4. Rangkaian Pembangkit Frekuensi Rangkaian pembangkit frekuensi yang digunakan adalah osilator RC dengan menggunakan IC XR 2206. IC tersebut mampu menghasilkan gelombang sinus, segiempat dan gigi gergaji dengan kualitas tinggi dan akurasi cukup tepat. Berikut adalah rangkaian pembangkit frekuensi.
  • 13. 12 Fungsi PIN 1 yaitu sebagai pengatur modulasi amplitudo sinyal input dengan tegangan masuknya 5V. PIN 3 berfungsi sebagai multiplier output. Pin 4 adalah vcc 12V. PIN 5dan 6 adalah timing kapasitor dengan nilai 100nF. PIN 7 adalah timing resistor yang disusun seri 1K dan potensio 100 K. Fungsi resistor 1 K adalah sebagai pengaman supaya hambatannya ketika potensi diputar maksimal hambatannya tidak bernilai 0. Frekuensi yang dihasilkan ditentukan oleh harga kapasitor pada PIN 5,6 dan resistor pada PIN 7. Harga fₒ adalah: PIN 2 sebagai keluaran gelombang sinus, kemudian masuk ke rangkaian transistor penguat tegangan. Transistor PNP berfungsi untuk memberikan bias positif pada transistor NPN. Kapasior 1000 uF berfungsi sebagai kopel antara rangkaian penguat. PIN 11 sebagai keluaran gelombang kotak, kemudian masuk ke rangkaian transistor buffer sebagai penyetabil sinyal. Gelombang kotak masuk ke IC 4584 sebagai penegas gelombang kotak kemudian masuk ke mikro untuk nilai menghitung frekuensi. fₒ = 1/R.C
  • 14. 13 5. Rangkaian Amplifier Rangkaian amplifier berfungsi untuk menaikan tegangan yang masuk ke rangkaian. Gambar 3. 8 adalah gambar rangkaian amplifier. Rangkaian Amplifier Gelombang sinus, masuk ke potensio (RV3). Potensio berfungsi sebagai pengatur tinggi gelombang sinus yang masuk ke kaki 3 pada U1.B. Setelah potensio dipasang kapasitor C4 yang berfungsi sebagai kopling, fungsinya supaya menahan tegangan DC dari rangkaian selanjutnya supaya tidak saling mempengaruhi (Test Point 1). Setelah dari kapasitor sinyal masuk ke rangkaian yang terhubung ke PORTC 2 sebagai ADC 2, dengan tegangan referensinya 2,5 V. Sebelum masuk ke kaki 3 U1.B sinyal masuk ke pembagi tegangan pada R7 dan R12 (Test Point 2). Potensio (RV3) diatur hingga keluaran OpAmp U1.B 5Vpp (Test Point 3). Tegangan 5 Vpp merupakan hasil dari penguatan noninverting dengan penguatan 11 kali dengan nilai R3 100K Ohm dan R4 10K Ohm.. U1.A adalah rangkaian buffer menguatkan tegangan sebesar 1 kali. Keluarannya di jadikan rangkaian bias atau tegangan referensi supaya output sinyal tidak ada yang dibawah garis
  • 15. 14 nol. Keluaran U1.B kemudian masuk ke C7, kemudian masuk ke potensio Vol dB. Potensio Vol dB ini berfungsi untuk mengatur keluaran dari U2.A dan U2.B yang tersusun secara pararel. Penguatan pada U2.A dan U2.B adalah sebesar 1,12 kali dengan nilai R23=R25 yakni 1,2K Ohm dan R24=R28 yakni 10K Ohm. Keluran U2.A digunakan sebagai input ADC 1, sedangkan keluaran U2.B disambungkan ke headphone . Fungsi kapasitor C13 adalah untuk memblok gelombang DC sehingga yang masuk ke headphone hanya gelombang sinus saja. Adapun rumus untuk menghitung nilai dB berdasarkan tegangan adalah: Untuk mempermudah dalam penelitian, maka kita harus mengetahui bentuk gelombang pada masing-masing test point. Berikut ini adalah bentuk gelombang pada masing- masing test point. Bentuk gelombang pada test point 1 Sinyal keluaran potensio (RV3) dengan amplitud0 560 mV (Vpp), sebelum masuk ke rangkaian pembagi tegangan. dB = 20 logVout/Vin
  • 16. 15 Bentuk gelombang pada test point 2 Sinyal setelah masuk ke pembagi tegangan sebagai input positif, dengan titik referensinya 4,5 Volt. Bentuk gelombang pada test point 3 Sinyal keluaran dari U1.B, dengan amplitudo lebih kurang 5 Vpp. Nilai ini adalah hasi dari penguatan dari sinyal test point 2. Berikut adalah perhitungan dari perhitungan dari penguatan keluaran pada U1.B yaitu menggunakan rumus noninverting. Vout = 1+(Rf/Rin) Vin = 1(100/10) 0,48 =11 x 0,48 =5,28 Vpp Berdasarkan perhitungan diatas, seharusnya tegangan keluaran pada U1.B jika 11 kali penguatan adalah 5,28 Vpp. Nyatanya tegangan keluaran hanya 4.96 Vpp, ini
  • 17. 16 dikarenakan toleransi dari nilai resistor yng digunakan, sehingga penguatannya tidak pas 11 kali penguatan. 6. Modul SD card Modul SD card berfungsi sebagai modul penyimpan data. Berikut adalah gambar rangkaian SD card pada gambar 3.12 Gambar 3. 12 Modul SD Card Pin-pin pada SD card terhubung dengan port pada minimum sistem, hubungkan sesuai dengan tulisan yang terdapat pada SD card. 2.4.Prinsip kerja Audiometer Ambang dengar (hearing threshold) adalah intensitas terendah yang masih dapat didengar, dinyatakan dalam dB. Pemberian rangsangan bunyi pada telinga melalui hantaran udara pada frekwensi tertentu dengan intensitas paling rendah yang masih dapat didengar, hasilnya adalah grafik audiogram. Kepekaan terhadap nada murni diukur pada frekwensi 500, 1000, 2000, 3000, 4000, 6000 dan 8000 Hz. Kisaran normal ambang dengar antara 0 – 25 dB.
  • 18. 17 Keterangan Gambar :  MIC atau Micropon Merupakan suatu komponen alat jenis transduser yang dapat mengubah energy – energi akustik atau gelombang suara menjadi sebuah sinyal listrik.  Amplifier memiliki fungsi agar memproses sinyal listrik atau gelombang suara yang dihasilkan oleh mic agar selanjutnya sinyal listrik atau gelombang suara dapat diperbesar kemudian selanjutnya sinyal yang selesai diperbesar akan diproses oleh Receiver.  Receiver sendiri memiliki fungis untuk dapat mengubah sinyal listrik atau gelombang suara menjadi sebuah suara yang sudah dikeraskan. Receiver tersebut bisa di analogikan seperti halnya speaker.  Baterai memiliki fungsi untuk bisa mengalirkan energi listrik agar dapat menjalankan komponen komponen diatas, yaitu Mic, Amplifier serta Receiver. Baca : Cara Menggunakan Alat Bantu Dengar Agar Hasilnya Maksimal Sistem kerja alat bantu dengar yaitu dengan mengandalkan energy dari Baterai yang berkerja sebagai sebuah power supply. Sistem kerja dari alat bantu dengar yaitu berawal ketika ada sebuah suara, misalkan ada suara lonceng berbunyi maka oleh komponen MIC akan menangkap suara itu kemudian akan di proses dengan mengubah energi akustik atau gelombang suara menjadi sebuah sinyal listrik, yang kemudian akan dilanjutkan prosesnya oleh Amplifier kemudian diamplifier tersebut akan memproses sinyal listrik atau gelombang suara yang telah dihasilkan dari Mic untuk selanjutnya kemudian sinyal listrik atau gelombang suara akan diperbesar kemudian
  • 19. 18 selanjutnya sinyal yang telah di perbesar tersebut akan diproses oleh receiver. Kemudian di dalam receiver sinyal listrik gelombang suara itu oleh receiver dirubah menjadi suara akustik yang telah diperbesar oleh receiver ini bisa di analogikan seperti Speaker, jadi suara yang telah di dengar akan sama persis dengan sumber bunyi, serta suara tersebut tentunya telah di perbesar karena proses Amplifikasi Alat bantu dengar 2.5.Jenis-jenis tes Audiometri 1) Auditory Brain Stem Response Test Tes ini disebut juga dengan tes brainstem evoke response audiometry (BERA). Dalam tes ini, dokter menggunakan elektroda yang tersambung pada mesin untuk merekam respons otak pasien. Pada pasien anak-anak yang tidak bisa tenang saat akan dipasang elektroda, dokter akan memberikan obat penenang. Berikut ini prosedur yang dijalankan pada tes BERA: - Elektroda dipasang pada ubun-ubun dan masing-masing daun telinga pasien. - Setelah elektroda terpasang, pasien akan diminta menggunakan earphone. - Suara ‘klik’ dan suara-suara lain akan diperdengarkan pada pasien melalui earphone. - Mesin akan merekam respons otak pasien terhadap suara. Hasil tes akan menunjukkan peningkatan aktivitas otak setiap kali pasien mendengar suara yang dihasilkan mesin. Jika hasil tes tidak menunjukkan peningkatan aktivitas otak saat suara diperdengarkan, kemungkinan pasien mengalami tuli. Hasil tes yang tidak normal bisa juga berarti ada gangguan pada otak atau sistem saraf pasien.
  • 20. 19 2) Otoacoustic emissions (OAE) Tes otoacoustic emissions (OAE) digunakan untuk memeriksa gangguan di telinga bagian dalam, khususnya bagian koklea (rumah siput). Umumnya dilakukan untuk memeriksa gangguan pendengaran pada bayi yang baru lahir, namun bisa juga dilakukan untuk orang dewasa. Dalam tes ini, alat kecil yang dilengkapi earphone dan mikrofon diletakkan di liang telinga. Kemudian, dokter akan menghantarkan suara ke telinga pasien melalui earphone, dan mikrofon akan mendeteksi respons koklea berupa getaran. Pada pendengaran yang normal, getaran tersebut akan menghasilkan suara kecil yang menggema ke liang telinga. Suara dari getaran itu lah yang diukur. Respons yang dihasilkan koklea akan ditampilkan di layar monitor, sehingga pasien tidak perlu memberikan tanda apa pun jika mendengar suara. Dokter akan menilai suara apa yang menghasilkan respons, dan bagaimana kekuatan responsnya. Melalui tes ini, dokter bisa menentukan jenis gangguan pendengaran yang dialami pasien. OAE juga bisa mendeteksi penyumbatan di bagian luar dan tengah telinga. Jika ada penyumbatan, suara tidak akan masuk ke bagian dalam telinga, dan koklea tidak akan menghasilkan respons apa pun. 3) Timpanometri Sebelum menjalankan tes, dokter akan terlebih dulu memeriksa liang telinga pasien untuk memastikan tidak ada kotoran telinga atau benda lain yang menghalangi gendang telinga. Setelah liang telinga dipastikan bersih, dokter akan memasang alat khusus di masing-masing telinga pasien. Rasa sedikit tidak nyaman akan dirasakan pasien saat dipasangkan alat tersebut. Setelah terpasang, alat khusus tersebut akan menghembuskan udara dalam tekanan yang bervariasi ke dalam telinga, untuk membuat
  • 21. 20 gendang telinga bergerak. Gerakan gendang telinga tersebut kemudian akan ditampilkan dalam grafik di timpanogram. Grafik pada timpanogram akan menunjukkan apakah gendang telinga pasien bergerak normal, terlalu kaku, atau terlalu banyak bergerak. Melalui timpanogram, dokter juga bisa mengetahui apakah ada robekan pada gendang telinga pasien atau cairan pada telinga tengah. Pasien tidak dibolehkan berbicara, bergerak, atau melakukan gerakan menelan selama tes berlangsung, karena akan memengaruhi hasil tes. Hasil timpanometri bisa terbagi ke dalam hasil normal dan abnormal. Pendengaran pasien dianggap tidak ada masalah jika tekanan udara pada telinga tengah berkisar antara +50 hingga -150 decapascal, tidak terdapat cairan di bagian tengah telinga, dan pergerakan gendang telinga masih normal. Sedangkan hasil abnormal dapat menunjukkan adanya: - Cairan atau tumor di bagian tengah telinga. - Kotoran yang menutupi gendang telinga. - Lubang atau luka pada membran timpani. Timpanometri hanya dilakukan untuk memeriksa bagian tengah telinga. Dokter akan menyarankan pasien untuk menjalani tes lain, jika tes timpanometri menunjukkan hasil abnormal. SetelahTes Pendengaran Dokter dan pasien akan mendiskusikan hasil tes, di antaranya tingkat gangguan pendengaran yang dialami pasien, dan kemungkinan penggunaan alat bantu dengar. Pasien juga disarankan mengenakan pelindung telinga jika sedang berada di tempat yang bising. Gangguan pendengaran diukur dalam satuan desibel (dB). Pasien yang menjalani tes pendengaran bisa mendapatkan hasil sebagai berikut:
  • 22. 21  Gangguan pendengaran ringan (21-45 dB). Pasien sulit membedakan kata yang diucapkan dengan suara pelan.  Gangguan pendengaran sedang (46-60 dB). Pasien sulit mendengar apa yang sedang diperbincangkan, terutama jika ada suara keras di sekitarnya, seperti suara dari televisi dan radio.  Gangguan pendengaran sedang hingga berat (61-90). Pasien sulit mendengar percakapan biasa.  Gangguan pendengaran berat (91 dB). Pasien sulit mendengar hampir semua suara. Umumnya pasien dengan gangguan pendengaran berat memerlukan alat bantu dengar. Efek Samping Tes Pendengaran Tes pendengaran aman untuk dilakukan oleh semua orang, dan tidak menimbulkan efek samping apa pun 2.6.Prosedur pemeriksaan Audiometri Persiapan Tes Pendengaran Beberapa hal yang perlu diketahui pasien sebelum menjalani tes pendengaran, antara lain adalah:  Beri tahu dokter jika belakangan ini Anda mendengar suara nyaring yang membuat telinga sakit dan berdenging, atau mengalami infeksi pada telinga.  Beri tahu dokter jika mengalami gangguan dalam mendengar percakapan, atau merasakan gejala hilang pendengaran.  Beri tahu dokter jika sedang mengonsumsi antibiotik yang bisa merusak fungsi organ pendengaran, seperti gentamicin.
  • 23. 22  Dokter akan memeriksa bagian dalam telinga. Jika terdapat kotoran telinga yang mengeras, dokter akan mengeluarkannya agar tidak memengaruhi hasil tes.  Beberapa tes dilakukan dengan mengenakan headphone. Pasien akan diminta melepas kacamata, anting, aksesoris pada rambut, dan alat bantu pendengaran agar tidak mengganggu tes.  Bagi yang akan menjalani tes BERA, pasien akan diminta keramas sebelum tes dilakukan. Prosedur Tes Pendengaran Ada beberapa macam tes pendengaran yang bisa dijalani pasien gangguan pendengaran. Konsultasikan dengan dokter THT mengenai tes mana yang tepat untuk dilakukan. 1. Tes bisik Dalam tes bisik, dokter akan meminta pasien menutup lubang telinga yang tidak diperiksa dengan jari. Setelah itu, dokter akan membisikkan beberapa kata, atau membisikkan kombinasi huruf dan angka. Saat berbisik pada pasien, dokter akan berada kurang dari 1 meter di belakang pasien, untuk mencegah pasien membaca gerak bibir. Pasien akan diminta mengulangi apa yang diucapkan dokter. Jika pasien tidak bisa mengulangi kata yang dibisikkan, dokter akan menggunakan kombinasi huruf dan angka yang berbeda, atau mengulangi pengucapan kata dengan lebih keras, hingga pasien bisa mendengarnya. Kemudian tes diulangi pada telinga yang satunya lagi. Pasien dianggap lulus tes bisik jika mampu mengulangi 50% kata yang diucapkan dokter. 2. Tes garpu tala Dalam tes ini, garpu tala dengan frekuensi 512Hz digunakan untuk mengetahui respons pasien pada suara dan getaran di dekat telinga. Tes garpu tala bisa dilakukan dengan tes Weber dan tes Rinne.
  • 24. 23 Untuk tes Weber, dokter akan membenturkan garpu tala pada objek yang keras untuk membuat getaran, kemudian ujung garpu tala diletakkan di depan dahi, hidung, atau gigi. Pada pasien yang pendengarannya normal, suara akan terdengar keras di kedua telinga. Jika suara terdengar lebih keras pada telinga yang kondisinya baik, tandanya pasien mengalami tuli sensorineural. Sedangkan jika suara garpu tala terdengar lebih jelas pada kondisi telinga yang buruk, berarti pasien mengalami tuli konduktif. Tes garpu tala juga bisa dilakukan dengan tes Rinne. Sama seperti tes Weber, dokter akan membenturkan garpu tala untuk membuat getaran. Kemudian garpu tala diletakkan di bagian belakang telinga dan samping telinga pasien, untuk membandingkan hantaran tulang dan hantaran udara. Pada pasien yang pendengarannya normal, pasien akan mendengar suara di samping telinga (hantaran udara) dua kali lebih panjang dibanding jika mendengar suara di belakang telinga (hantaran tulang). Pada tuli sensorineural, hantaran udara juga akan terdengar lebih panjang dibanding dengan hantaran tulang, namun tidak sampai 2 kali. Sedangkan jika pasien mengalami gangguan pendengaran konduksi, hantaran tulang akan terdengar lebih panjang dari hantaran udara. 3. Tes audiometri tutur Tes ini digunakan untuk mengetahui seberapa baik pasien mendengar dan memahami percakapan sederhana. Dalam tes ini, pasien akan diminta mengulangi kata-kata yang diucapkan dokter, mulai dari suara lembut hingga nyaring. Pada tes tahap pertama, dokter akan mengucapkan kata-kata yang terdiri dari dua suku kata dalam suara yang lembut, lalu pasien diminta untuk mengulang dengan akurasi minimal 50%. Kemudian pada tes tahap dua, dokter akan mengucapkan 50 kata yang terdengar mirip dengan suara nyaring (40 desibel), dan pasien kembali diminta mengulangi kata-kata yang diucapkan.
  • 25. 24 Hasil tes audiometri tutur bisa digunakan untuk menentukan apakah alat bantu dengar dibutuhkan oleh pasien, dan untuk mengetahui letak kerusakan organ pendengaran. Pendengaran pasien dianggap normal jika bisa mengulangi 90 hingga 95% kata-kata yang diucapkan dokter saat tes. 4. Tes audiometri nada murni Tes ini menggunakan audiometer, suatu alat yang menghasilkan nada-nada murni, dan diperdengarkan pada pasien melalui headphone. Nada-nada tersebut bervariasi dalam frekuensi dan intensitas suaranya, mulai dari 250Hz, hingga 8000Hz. Tes akan dimulai dengan intensitas suara yang masih terdengar, lalu dikurangi secara bertahap hingga tidak lagi terdengar oleh pasien. Kemudian, intensitas suara akan ditingkatkan kembali hingga pasien bisa mendengarnya. Pasien akan diminta untuk memberi tanda dengan menekan tombol yang sudah disediakan, jika masih bisa mendengar suara meski sangat samar. Tes audiometri dilakukan di ruangan khusus. Pada tes ini, masing-masing telinga akan dites secara terpisah, dimulai terlebih dulu pada telinga dengan kondisi baik. Pasien akan menjalani beberapa kali tes, di mana dalam setiap tes, nada yang diperdengarkan pada pasien akan semakin tinggi. Setelah itu, headphone akan dilepas, dan alat penggetar akan dipasang pada bagian belakang telinga. Pasien akan kembali diminta memberi respons jika mendengar nada.
  • 26. 25 2.7. Kelebihan dan Kekurangan Kelebihan a. Alat sudah portabel sehingga bisa digunakan dimana saja tanpa terhubung ke listrik PLN. b. Alat dilengkapi penyimpanan data frekuensi dan desibel yang diujikan, sehingga memudahkan pengguna untuk melihat kembali data tesnya. c. Memiliki tingkat keakuratan frekuensi yang tinggi dengan nilai error dibawah 1%. Kekurangan Jenis headphone sangat berpengaruh terhadap bunyi keluaran. Cara baca audiogram
  • 27. 26 2.7. Kalibrasi Alat Audiometer Kalibrasi dimaksudkan sebagai tindakan untuk menyesuaikan bunyi yang dibangkitkan oleh audiometer, sehingga sesuai dengan ketentuan atau kebutuhan pemeriksaan. Bunyi yang dibangkitkan terdiri atas dua parameter, yaitu intensitas dan frekuensi. Untuk mengetahui seberapa besar penyimpangan bunyi dalam intensitas yang dibangkitkan oleh audiometer adalah dengan melakukan pengukuran menggunakan sound level meter. Pada penelitian ini digunakan sound level meter Rion NL-14. Gambar 4.5 memperlihatkan alat ukut sound level meter Rion NL32. Gambar 4.5 Alat ukur sound level meter Rion NL-32 Prosedur yang harus dilakukan sebelum melakukan pengukuran. Kalibrasi audiometer dengan sound level meter dilakukan dalam ruangan kedap suara, dengan tujuan untuk memperkecil pengaruh kebisingan yang ditimbulkan oleh lingkungan sekitar. Pengukuran dilakukan dengan cara menempelkan permukaan earphone pada mikrofon yang dimiliki oleh sound level meter. Sinyal listrik yang dikonversikan menjadi energi bunyi dalam intensitas dan frekuensi tertentu melalui earphone diterima oleh mikrofon sebagai tekanan udara berupa bunyi untuk dikonversikan menjadi sinyal listrik. Sinyal listrik tersebut merupakan besaran analog yang dikonversikan menjadi digital untuk ditampilkan pada layar sound level meter.
  • 28. 27 BAB III PENUTUP Kesimpulan : Audiometer adalah alat elektronik pembangkit bunyi dalam intensitas dan frekuensi tertentu, yang dipergunakan untuk mengukur tingkat ambang pendengaran seseorang. Ambang pendengaran ialah bunyi terlemah.Pada audiometer sistem manual, proses pemeriksaan dilakukan dengan cara memilih berbagai intensitas dan frekuensi melalui penekanan tombol untuk diperdengarkan terhadap pasien menggunakan sepasang earphone, kemudian pasien akan mengacungkan tangan sebagai tanggapan mendengar bunyi.Ketika pasien mengacungkan tangan sebagai tanggapan mendengar bunyi maka operator memberi tanda pemeriksaan pada sebuah kartu hasil pemeriksaan yang disebut audiogram. Pada audiogram terdapat tingakt bunyi dalam intensitas 0 dB – 20 dB dan frekuensi 125 Hz – 8000 Hz.Menggunakan audiometer akan dapat ditentukan tingkat gangguan pendengaran dan tindakan selanjutnya.Jika gangguan pendengaran disebabkan kelainan bawaan pada telinga luar atau pada telinga tengah maka untuk dapat mendengar digunakan alat bantu pendengaran.Pada tingkat penderita gangguan pendengaran dikelompokkan pada beberapa intensitas, yaitu tuli ringan (30 dB – 40 dB), tuli sedang (40 dB – 60 dB), tuli berat (60 dB – 90 dB), dan tuli sangat berat lebih dari 90 dB. Sedangkan intensitas ambang pendengaran normal adalah 0 dB – 30 dB. Manfaat dari Audiometer adalah untuk mendiagnosa derajat ketulian seseorang apakah (ringan,sedang,atau berat).Dan mengidentifikasi jenis tuli seseorang (tuli konduktif,tuli syaraf,atau tuli campuran) Saran : Mungkin dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan, kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Agar dalam penulisan makalah bisa lebih baik.
  • 29. 28 DAFTAR PUSTAKA  http://www.scribd.com/doc/9642965/Persiapan-dan-Teknik-Pemeriksaan-Audiometer- OBGIN-Dasar-JJE-20080409  http://planetcopas.blogspot.com/2012/07/prinsip-kerja-Audiometer  http://rahmawatifattah.blogspot.com/  http://www.babehedi.com/2012/03/v-behaviorurldefaultvmlo_4697.html  http://google.co.id/search-images