2. 1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih
lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua sumber yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang Audiometer
ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.
Jakarta, 24 Maret 2020
Penyusun
(Alif Surya Fadillah)
3. 2
Daftar isi
BAB I........................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................3
1.1. Latar Belakang.............................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................4
1.3. Batasan Masalah........................................................................................4
1.4. Tujuan Penulisan.......................................................................................5
1.5. Manfaat Penulisan .....................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................5
2.1. Audiometer................................................................................................5
2.2. Manfaat Audiometer..................................................................................7
2.3. Komponen dalam Alat Audiometer............................................................8
2.4. Prinsip kerja Audiometer......................................................................... 16
2.5. Jenis-jenis tes Audiometri ........................................................................ 18
2.6. Prosedur pemeriksaan Audiometri........................................................... 21
2.7. Kelebihan dan Kekurangan .....................................................................25
2.8. Kalibrasi Alat Audiometer....................................................................... 26
BAB III PENUTUP.................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................28
4. 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Telinga merupakan sebuah organ yang mampu
mendeteksi/mengenal suara & juga banyak berperan dalam
keseimbangan dan posisi tubuh.Setiap vertebrata memiliki satu pasang
telinga, satu sama lainnya terletak simetris pada bagian yang berlawanan
di kepala, untuk menjaga keseimbangan dan lokalisasi suara.
Suara adalah bentuk energi yang bergerak melewati udara, air, atau
benda lainnya, dalam sebuah gelombang. Walaupun telinga yang
mendeteksi suara, fungsi pengenalan dan interpretasi dilakukan
di otak dan sistem saraf pusat. Rangsangan suara disampaikan ke otak
melalui saraf yang menyambungkan telinga dan otak (nervus
vestibulokoklearis).
Kehilangan pendengaran, atau yang juga dikenal dengan istilah tuli,
adalah gangguan di mana seseorang tidak dapat mendengar suara secara
sebagian atau keseluruhan pada salah satu atau kedua telinga.Seseorang
dapat dikatakan mengalami gangguan pendengaran apabila tidak dapat
mendengar lebih dari 40 desibel (dB) pada orang dewasa, dan lebih dari
30 dB pada anak-anak.Penuaan dan paparan terhadap suara bising dalam
jangka waktu panjang adalah faktor-faktor yang berperan besar dalam
kondisi ini. Faktor lainnya, seperti kotoran telinga berlebih, juga dapat
mengganggu fungsi telinga dalam menghantarkan suara dengan
sewajarnya.Sebagian besar kasus tuli tidak dapat disembuhkan. Karena
orang-orang dengan pendengaran yang terganggu mengalami kesulitan
dalam berkomunikasi, sebagian besar menggunakan alat bantu dengar
atau implan koklea.
5. 4
Audiometer adalah peralatan elektronik untuk menguji pendengaran.
Audiometer diperlukan untuk mengukur ketajaman pendengaran
digunakan untuk mengukur ambang pendengaran,mengindikasikan
kehilangan pendengaran.Pembacaan dapat dilakukan secara manual atau
otomatis,mencatat kemampuan pendengaran setiap telinga pada deret
frekuensi yang berbeda menghasilkan audiogram (grafik ambang
pendengaran untuk masing-masing telinga pada suatu rentang frekuensi)
,pengujian perlu dilakukan di dalam ruangan kedap bunyi namun di
ruang yang heningpun hasilnya memuaskan pemeriksaan yang cukup
lumayan mahal namun dibutuhkan hanya jika kebisingan merupakan
masalah/kejadian yang terus-menerus, atau selain itu dapat menggunakan
fasilitas di rumah sakit setemapat.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka, dibuat suatu rumusan
masalah yaitu “Aplikasi Audiometri Dalam Bidang Kesehatan".
1.3.BatasanMasalah
Adapun batasan masalah yang dibuat berdasarkan rumusan masalah di atas
yaitu:
a. Pengertian Audiometri
b. Jenis Audiometri
c. Manfaaat Audiometri
d. Komponen Audiometri
e. Prinsip Kerja Alat Audiometri
f. Prosedur tes Audiometri
g. Kelebihan dan Kekurangan Audiometri
h. Kalibrasi dan perawatan Audiometri
6. 5
1.4.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya sebagai berikut:
a. Menjelaskan tentang Audiometri
b. Menjelaskan Manfaat Audiometri
c. Menjelaskan Komponen dan Prinsip Kerja Audiometri
d. Menjelaskan kalibrasi Ultrasonografi Audiometri
1.5.Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapakan dari penyusunan makalah ini adalah :
Dapat memberikan penjelasan tentang aplikasi cara kerja
Audiometri dalam bidang kesehatan.
Memahami prinsip kerja komponen bagian dalam Audiometri serta
sistematis alat itu bekerja.
Memahami peng-Kalibrasi an dan Maintance pada alat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Audiometer
Audiometer adalah alat elektronik pembangkit bunyi dalam intensitas
dan frekuensi tertentu, yang dipergunakan untuk mengukur tingkat
ambang pendengaran seseorang. Ambang pendengaran ialah bunyi
terlemah.Pada audiometer sistem manual, proses pemeriksaan dilakukan
dengan cara memilih berbagai intensitas dan frekuensi melalui
penekanan tombol untuk diperdengarkan terhadap pasien menggunakan
sepasang earphone, kemudian pasien akan mengacungkan tangan sebagai
tanggapan mendengar bunyi.Ketika pasien mengacungkan tangan sebagai
tanggapan mendengar bunyi maka operator memberi tanda pemeriksaan
pada sebuah kartu hasil pemeriksaan yang disebut audiogram. Pada
audiogram terdapat tingakt bunyi dalam intensitas 0 dB – 20 dB dan
7. 6
frekuensi 125 Hz – 8000
Hz.Menggunakan audiometer akan
dapat ditentukan tingkat gangguan
pendengaran dan tindakan
selanjutnya.Jika gangguan pendengaran
disebabkan kelainan bawaan pada
telinga luar atau pada telinga tengah
maka untuk dapat mendengar digunakan alat bantu pendengaran.Pada
tingkat penderita gangguan pendengaran dikelompokkan pada beberapa
intensitas, yaitu tuli ringan (30 dB – 40 dB), tuli sedang (40 dB – 60 dB),
tuli berat (60 dB – 90 dB), dan tuli sangat berat lebih dari 90 dB.
Sedangkan intensitas ambang pendengaran normal adalah 0 dB – 30 dB
8. 7
2.2.ManfaatAudiometer
Manfaat dari Audiometer adalah untuk mendiagnosa derajat ketulian
seseorang apakah (ringan,sedang,atau berat).Dan mengidentifikasi jenis tuli
seseorang (tuli konduktif,tuli syaraf,atau tuli campuran).Berikut jenisnya:
1. Gangguan Pendengaran Konduktif
Setiap masalah di telinga luar atau tengah yang mencegah terhantarnya bunyi
dengan tepat dinamakan gangguan pendengaran konduktif. Gangguan
pendengaran konduktif biasanya pada tingkat ringan atau menengah, pada
rentang 25 hingga 65 desibel.Dalam beberapa kejadian,gangguan pendengaran
konduktif bersifat sementara.Pengobatan atau bedah dapat membantu
tergantung pada penyebab khusus masalah pendengaran tersebut. Gangguan
pendengaran konduktif juga dapat diatasi dengan alat bantu dengar atau
implan telinga tengah.
2. Gangguan Pendengaran Sensorineural
Gangguan pendengaran sensorineural disebabkan oleh hilangnya atau
rusaknya sel saraf (sel rambut) dalam rumah siput dan biasanya bersifat
permanen. Gangguan pendengaran sensorineural, yang disebut juga “tuli
saraf”, dapat ringan, menengah, berat atau parah.Gangguan pendengaran
ringan hingga berat sering dapat diatasi dengan alat bantu dengar(Audiometer)
atau implan telinga tengah. Sedangkan implan rumah siput seringkali
merupakan solusi atas gangguan pendengaran berat atau parah.
Sebagian orang menderita gangguan pendengaran sensorineural hanya pada
frekuensi tinggi, juga dikenal dengan sebutan tuli sebagian. Dalam hal ini,
yang rusak hanya sel rambut pada ujung rumah siput. Pada bagian dalam
rumah siput, apeks, sel rambut yang berfungsi untuk memproses nada rendah
masih utuh. Stimulasi akustik dan elektrik gabungan, atau EAS, telah
dikembangkan khusus untuk menangani kejadian seperti ini.
3. Gangguan Pendengaran Campuran
Gangguan pendengaran campuran merupakan gabungan dari gangguan
pendengaran sensorineural dan konduktif. Gangguan ini disebabkan oleh
masalah baik pada telinga dalam maupun telinga luar atau telinga tengah. Opsi
9. 8
penanganan mencakup pengobatan, bedah, alat bantu dengar(Audiometer)
atau implan pendengaran telinga tengah .
4. Gangguan Pendengaran Saraf
Masalah yang disebabkan oleh tidak adanya atau rusaknya saraf pendengaran
dapat mengakibatkan gangguan pendengaran saraf. Gangguan pendengaran
saraf biasanya parah dan permanen.Alat bantu dengar(Audiometer) dan
implan rumah siput tidak dapat mengatasi hal ini karena saraf tidak dapat
meneruskan informasi bunyi ke otak.Dalam banyak kejadian, Implan Batang
Otak Auditory (ABI) dapat menjadi pilihan pengobatan.
2.3.Komponen dalam Alat Audiometer
Keterangan dari gambar yaitu:
1. LCD 16x2, untuk menampilkan nilai frekuensi dan dB.
2. Potensio pengatur frekuensi, untuk memilih frekuensi.
3. Potensio pengatur intensitas (dB), untuk memilih dB.
4. Headphone, sebagai tempat keluarnya bunyi.
5. Jack Output Balance, untuk menyambungkan ke headset dengan
mode balance (kiri dan kanan).
6. Jack Output L/R, untuk menyambung ke headset dengan mode
L/R.
7. Saklar L/R, untuk memilih telingan yang akan diuji, kiri atau
kanan.
10. 9
8. Sakalah baterai/adaptor, untuk memilih sumber tegangan, baterai
atau adaptor.
9. Tombol play, sebagai tombol untuk mengeluarkan bunyi.
10. Tombol save, sebagai tombol untuk menyimpan data.
Bagian dalam Alat Audiometri
1. Rangkaian Power Supply
Rangkaian power supply adalah rangkaian yang berfungsi
sebagai pensuplai tegangan dan arus listrik untuk
rangkaian. Gambar dibawah menunjukkan rangkaian power
supply.
Rangkaian Power Supply Tegangan 12 V DC bersumber
dari adaptor dan baterai. Tegangan dari adaptor masuk ke
saklar. Tegangan baterai adalah 3,6 V, kemudian dinaikan
tegangannya menjadi 12 V dengan menggunakan modul
step up, kemudian masuk ke saklar. Tegangan 12 V masuk
ke IC regulator 7809 untuk membatasi tegangan keluaran
sebesar 9 V, transistor digunakan sebagai penstabil
tegangan dan kapasitor digunakan untuk menyaring ripple
tegangan yang masih bocor. Tegangan 12 V masuk ke IC
regulator 7805 untuk membatasi tegangan keluaran sebesar
5 V, transistor digunakan sebagai penstabil tegangan dan
kapasitor digunakan untuk menyaring ripple tegangan yang
masih bocor.
11. 10
2. Rangkaian Minimum System
Rangkaian minimum system berfungsi sebagai kontrol dari
semua modul yang terdapat pada alat. Rangkaian minimum
system dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Rangkaian Minimum System Rangkaian minimum sistem
pada modul ini berfungsi sebagai kontrol kerja modul
secara keseluruhan. Fungsi dari kristal adalah sebagai clock
tambahan yang terhubung dengan kapasitor berguna
sebagai pengosongan dan pengisian osilator, sebenarnya
ATMega328p sudah mempunyai clock internal tetapi
frekuensinya masih kecil sehingga tidak maksimal dalam
pengolahan data. Pada IC ATMega 328p ini diberi program
yang akan mengontrol sistem kerja modul. Adapun
program yang digunakan pada modul ini menggunakan
program arduino. Berikut ini fungsi port-port pada
ATMega328p, PD2 tersambung ke IC 4584. PD3 sampai
PD7 ditambah PB0 tersambung ke rangkaian LCD. PB2
sampai PB5 terhubung ke modul SD card. PB6 dan PB7
masing-masing tersambung ke kaki kristal. PC1 sebagai
input ADC2, PC2 sebagai input ADC1. 22 PC3 terhubung
ke push button tombol save. PC4 tersambung ke SDA, PC5
tersambung ke SCL pada modul RTC 1307.
12. 11
3. Rangkaian LCD Rangkaian
LCD berfungsi untuk menampilkan karakter dan data
pengukuran pada alat. Gambar dibawah merupakan
rangkaian LCD karakter 16 x 2. Gambar dibawah adalah
Rangkaian LCD
LCD yang digunakan adalah 16 x 2, tegangan masukan
5V. pin-pin pada LCD terhubung ke rangkaian minimum
system sesuai dengan
4. Rangkaian Pembangkit Frekuensi
Rangkaian pembangkit frekuensi yang digunakan adalah
osilator RC dengan menggunakan IC XR 2206. IC tersebut
mampu menghasilkan gelombang sinus, segiempat dan gigi
gergaji dengan kualitas tinggi dan akurasi cukup tepat.
Berikut adalah rangkaian pembangkit frekuensi.
13. 12
Fungsi PIN 1 yaitu sebagai pengatur modulasi amplitudo
sinyal input dengan tegangan masuknya 5V. PIN 3
berfungsi sebagai multiplier output. Pin 4 adalah vcc 12V.
PIN 5dan 6 adalah timing kapasitor dengan nilai 100nF.
PIN 7 adalah timing resistor yang disusun seri 1K dan
potensio 100 K. Fungsi resistor 1 K adalah sebagai
pengaman supaya hambatannya ketika potensi diputar
maksimal hambatannya tidak bernilai 0. Frekuensi yang
dihasilkan ditentukan oleh harga kapasitor pada PIN 5,6
dan resistor pada PIN 7.
Harga fₒ adalah:
PIN 2 sebagai keluaran gelombang sinus, kemudian masuk
ke rangkaian transistor penguat tegangan. Transistor PNP
berfungsi untuk memberikan bias positif pada transistor
NPN. Kapasior 1000 uF berfungsi sebagai kopel antara
rangkaian penguat. PIN 11 sebagai keluaran gelombang
kotak, kemudian masuk ke rangkaian transistor buffer
sebagai penyetabil sinyal. Gelombang kotak masuk ke IC
4584 sebagai penegas gelombang kotak kemudian masuk
ke mikro untuk nilai menghitung frekuensi.
fₒ = 1/R.C
14. 13
5. Rangkaian Amplifier
Rangkaian amplifier berfungsi untuk menaikan tegangan
yang masuk ke rangkaian. Gambar 3. 8 adalah gambar
rangkaian amplifier.
Rangkaian Amplifier Gelombang sinus, masuk ke potensio
(RV3). Potensio berfungsi sebagai pengatur tinggi
gelombang sinus yang masuk ke kaki 3 pada U1.B. Setelah
potensio dipasang kapasitor C4 yang berfungsi sebagai
kopling, fungsinya supaya menahan tegangan DC dari
rangkaian selanjutnya supaya tidak saling mempengaruhi
(Test Point 1). Setelah dari kapasitor sinyal masuk ke
rangkaian yang terhubung ke PORTC 2 sebagai ADC 2,
dengan tegangan referensinya 2,5 V. Sebelum masuk ke
kaki 3 U1.B sinyal masuk ke pembagi tegangan pada R7
dan R12
(Test Point 2). Potensio (RV3) diatur hingga keluaran
OpAmp U1.B 5Vpp
(Test Point 3). Tegangan 5 Vpp merupakan hasil dari
penguatan noninverting dengan penguatan 11 kali dengan
nilai R3 100K Ohm dan R4 10K Ohm.. U1.A adalah
rangkaian buffer menguatkan tegangan sebesar 1 kali.
Keluarannya di jadikan rangkaian bias atau tegangan
referensi supaya output sinyal tidak ada yang dibawah garis
15. 14
nol. Keluaran U1.B kemudian masuk ke C7, kemudian
masuk ke potensio Vol dB. Potensio Vol dB ini berfungsi
untuk mengatur keluaran dari U2.A dan U2.B yang
tersusun secara pararel. Penguatan pada U2.A dan U2.B
adalah sebesar 1,12 kali dengan nilai R23=R25 yakni 1,2K
Ohm dan R24=R28 yakni 10K Ohm. Keluran U2.A
digunakan sebagai input ADC 1, sedangkan keluaran U2.B
disambungkan ke headphone . Fungsi kapasitor C13 adalah
untuk memblok gelombang DC sehingga yang masuk ke
headphone hanya gelombang sinus saja.
Adapun rumus untuk menghitung nilai dB berdasarkan
tegangan adalah:
Untuk mempermudah dalam penelitian, maka kita harus
mengetahui bentuk gelombang pada masing-masing test
point. Berikut ini adalah bentuk gelombang pada masing-
masing test point.
Bentuk gelombang pada test point 1 Sinyal keluaran
potensio (RV3) dengan amplitud0 560 mV (Vpp), sebelum
masuk ke rangkaian pembagi tegangan.
dB = 20 logVout/Vin
16. 15
Bentuk gelombang pada test point 2 Sinyal setelah masuk
ke pembagi tegangan sebagai input positif, dengan titik
referensinya 4,5 Volt.
Bentuk gelombang pada test point 3 Sinyal keluaran dari
U1.B, dengan amplitudo lebih kurang 5 Vpp. Nilai ini
adalah hasi dari penguatan dari sinyal test point 2. Berikut
adalah perhitungan dari perhitungan dari penguatan
keluaran pada U1.B yaitu menggunakan rumus
noninverting.
Vout = 1+(Rf/Rin) Vin
= 1(100/10) 0,48
=11 x 0,48 =5,28 Vpp
Berdasarkan perhitungan diatas, seharusnya tegangan
keluaran pada U1.B jika 11 kali penguatan adalah 5,28
Vpp. Nyatanya tegangan keluaran hanya 4.96 Vpp, ini
17. 16
dikarenakan toleransi dari nilai resistor yng digunakan,
sehingga penguatannya tidak pas 11 kali penguatan.
6. Modul SD card
Modul SD card berfungsi sebagai modul penyimpan data.
Berikut adalah gambar rangkaian SD card pada gambar
3.12
Gambar 3. 12 Modul SD Card Pin-pin pada SD card
terhubung dengan port pada minimum sistem, hubungkan
sesuai dengan tulisan yang terdapat pada SD card.
2.4.Prinsip kerja Audiometer
Ambang dengar (hearing threshold) adalah intensitas terendah
yang masih dapat didengar, dinyatakan dalam dB.
Pemberian rangsangan bunyi pada telinga melalui hantaran udara
pada frekwensi tertentu dengan intensitas paling rendah yang
masih dapat didengar, hasilnya adalah grafik audiogram.
Kepekaan terhadap nada murni diukur pada frekwensi 500, 1000,
2000, 3000, 4000, 6000 dan 8000 Hz.
Kisaran normal ambang dengar antara 0 – 25 dB.
18. 17
Keterangan Gambar :
MIC atau Micropon Merupakan suatu komponen alat jenis transduser
yang dapat mengubah energy – energi akustik atau gelombang suara
menjadi sebuah sinyal listrik.
Amplifier memiliki fungsi agar memproses sinyal listrik atau
gelombang suara yang dihasilkan oleh mic agar selanjutnya sinyal
listrik atau gelombang suara dapat diperbesar kemudian selanjutnya
sinyal yang selesai diperbesar akan diproses oleh Receiver.
Receiver sendiri memiliki fungis untuk dapat mengubah sinyal listrik
atau gelombang suara menjadi sebuah suara yang sudah
dikeraskan. Receiver tersebut bisa di analogikan seperti
halnya speaker.
Baterai memiliki fungsi untuk bisa mengalirkan energi listrik agar
dapat menjalankan komponen komponen diatas, yaitu Mic, Amplifier
serta Receiver. Baca : Cara Menggunakan Alat Bantu Dengar Agar
Hasilnya Maksimal
Sistem kerja alat bantu dengar yaitu dengan mengandalkan energy
dari Baterai yang berkerja sebagai sebuah power supply. Sistem kerja
dari alat bantu dengar yaitu berawal ketika ada sebuah suara, misalkan
ada suara lonceng berbunyi maka oleh komponen MIC akan
menangkap suara itu kemudian akan di proses dengan mengubah
energi akustik atau gelombang suara menjadi sebuah sinyal listrik,
yang kemudian akan dilanjutkan prosesnya oleh Amplifier kemudian
diamplifier tersebut akan memproses sinyal listrik atau gelombang
suara yang telah dihasilkan dari Mic untuk selanjutnya kemudian
sinyal listrik atau gelombang suara akan diperbesar kemudian
19. 18
selanjutnya sinyal yang telah di perbesar tersebut akan diproses oleh
receiver. Kemudian di dalam receiver sinyal listrik gelombang suara
itu oleh receiver dirubah menjadi suara akustik yang telah diperbesar
oleh receiver ini bisa di analogikan seperti Speaker, jadi suara yang
telah di dengar akan sama persis dengan sumber bunyi, serta suara
tersebut tentunya telah di perbesar karena proses Amplifikasi Alat
bantu dengar
2.5.Jenis-jenis tes Audiometri
1) Auditory Brain Stem Response Test
Tes ini disebut juga dengan
tes brainstem evoke response audiometry (BERA). Dalam tes ini,
dokter menggunakan elektroda yang tersambung pada mesin untuk
merekam respons otak pasien. Pada pasien anak-anak yang tidak bisa
tenang saat akan dipasang elektroda, dokter akan memberikan obat
penenang. Berikut ini prosedur yang dijalankan pada tes BERA:
- Elektroda dipasang pada ubun-ubun dan masing-masing daun telinga
pasien.
- Setelah elektroda terpasang, pasien akan diminta
menggunakan earphone.
- Suara ‘klik’ dan suara-suara lain akan diperdengarkan pada pasien
melalui earphone.
- Mesin akan merekam respons otak pasien terhadap suara.
Hasil tes akan menunjukkan peningkatan aktivitas otak setiap kali
pasien mendengar suara yang dihasilkan mesin. Jika hasil tes tidak
menunjukkan peningkatan aktivitas otak saat suara diperdengarkan,
kemungkinan pasien mengalami tuli. Hasil tes yang tidak normal bisa
juga berarti ada gangguan pada otak atau sistem saraf pasien.
20. 19
2) Otoacoustic emissions (OAE)
Tes otoacoustic emissions (OAE) digunakan untuk memeriksa
gangguan di telinga bagian dalam, khususnya bagian koklea (rumah
siput). Umumnya dilakukan untuk memeriksa gangguan pendengaran
pada bayi yang baru lahir, namun bisa juga dilakukan untuk orang
dewasa.
Dalam tes ini, alat kecil yang dilengkapi earphone dan mikrofon
diletakkan di liang telinga. Kemudian, dokter akan menghantarkan
suara ke telinga pasien melalui earphone, dan mikrofon akan
mendeteksi respons koklea berupa getaran. Pada pendengaran yang
normal, getaran tersebut akan menghasilkan suara kecil yang
menggema ke liang telinga. Suara dari getaran itu lah yang diukur.
Respons yang dihasilkan koklea akan ditampilkan di layar monitor,
sehingga pasien tidak perlu memberikan tanda apa pun jika mendengar
suara. Dokter akan menilai suara apa yang menghasilkan respons, dan
bagaimana kekuatan responsnya. Melalui tes ini, dokter bisa
menentukan jenis gangguan pendengaran yang dialami pasien.
OAE juga bisa mendeteksi penyumbatan di bagian luar dan tengah
telinga. Jika ada penyumbatan, suara tidak akan masuk ke bagian dalam
telinga, dan koklea tidak akan menghasilkan respons apa pun.
3) Timpanometri
Sebelum menjalankan tes, dokter akan terlebih dulu memeriksa liang
telinga pasien untuk memastikan tidak ada kotoran telinga atau benda
lain yang menghalangi gendang telinga. Setelah liang telinga dipastikan
bersih, dokter akan memasang alat khusus di masing-masing telinga
pasien. Rasa sedikit tidak nyaman akan dirasakan pasien saat
dipasangkan alat tersebut.
Setelah terpasang, alat khusus tersebut akan menghembuskan udara
dalam tekanan yang bervariasi ke dalam telinga, untuk membuat
21. 20
gendang telinga bergerak. Gerakan gendang telinga tersebut kemudian
akan ditampilkan dalam grafik di timpanogram.
Grafik pada timpanogram akan menunjukkan apakah gendang telinga
pasien bergerak normal, terlalu kaku, atau terlalu banyak bergerak.
Melalui timpanogram, dokter juga bisa mengetahui apakah ada robekan
pada gendang telinga pasien atau cairan pada telinga tengah.
Pasien tidak dibolehkan berbicara, bergerak, atau melakukan gerakan
menelan selama tes berlangsung, karena akan memengaruhi hasil tes.
Hasil timpanometri bisa terbagi ke dalam hasil normal dan abnormal.
Pendengaran pasien dianggap tidak ada masalah jika tekanan udara
pada telinga tengah berkisar antara +50 hingga -150 decapascal, tidak
terdapat cairan di bagian tengah telinga, dan pergerakan gendang
telinga masih normal.
Sedangkan hasil abnormal dapat menunjukkan adanya:
- Cairan atau tumor di bagian tengah telinga.
- Kotoran yang menutupi gendang telinga.
- Lubang atau luka pada membran timpani.
Timpanometri hanya dilakukan untuk memeriksa bagian tengah telinga.
Dokter akan menyarankan pasien untuk menjalani tes lain, jika tes
timpanometri menunjukkan hasil abnormal.
SetelahTes Pendengaran
Dokter dan pasien akan mendiskusikan hasil tes, di antaranya tingkat
gangguan pendengaran yang dialami pasien, dan kemungkinan
penggunaan alat bantu dengar. Pasien juga disarankan mengenakan
pelindung telinga jika sedang berada di tempat yang bising.
Gangguan pendengaran diukur dalam satuan desibel (dB). Pasien yang
menjalani tes pendengaran bisa mendapatkan hasil sebagai berikut:
22. 21
Gangguan pendengaran ringan (21-45 dB). Pasien sulit membedakan
kata yang diucapkan dengan suara pelan.
Gangguan pendengaran sedang (46-60 dB). Pasien sulit mendengar apa
yang sedang diperbincangkan, terutama jika ada suara keras di
sekitarnya, seperti suara dari televisi dan radio.
Gangguan pendengaran sedang hingga berat (61-90). Pasien sulit
mendengar percakapan biasa.
Gangguan pendengaran berat (91 dB). Pasien sulit mendengar hampir
semua suara. Umumnya pasien dengan gangguan pendengaran berat
memerlukan alat bantu dengar.
Efek Samping Tes Pendengaran
Tes pendengaran aman untuk dilakukan oleh semua orang, dan tidak
menimbulkan efek samping apa pun
2.6.Prosedur pemeriksaan Audiometri
Persiapan Tes Pendengaran
Beberapa hal yang perlu diketahui pasien sebelum menjalani tes
pendengaran, antara lain adalah:
Beri tahu dokter jika belakangan ini Anda mendengar suara nyaring yang
membuat telinga sakit dan berdenging, atau mengalami infeksi pada
telinga.
Beri tahu dokter jika mengalami gangguan dalam mendengar percakapan,
atau merasakan gejala hilang pendengaran.
Beri tahu dokter jika sedang mengonsumsi antibiotik yang bisa merusak
fungsi organ pendengaran, seperti gentamicin.
23. 22
Dokter akan memeriksa bagian dalam telinga. Jika terdapat kotoran telinga
yang mengeras, dokter akan mengeluarkannya agar tidak memengaruhi
hasil tes.
Beberapa tes dilakukan dengan mengenakan headphone. Pasien akan
diminta melepas kacamata, anting, aksesoris pada rambut, dan alat bantu
pendengaran agar tidak mengganggu tes.
Bagi yang akan menjalani tes BERA, pasien akan diminta keramas
sebelum tes dilakukan.
Prosedur Tes Pendengaran
Ada beberapa macam tes pendengaran yang bisa dijalani pasien gangguan
pendengaran. Konsultasikan dengan dokter THT mengenai tes mana yang
tepat untuk dilakukan.
1. Tes bisik
Dalam tes bisik, dokter akan meminta pasien menutup lubang telinga yang
tidak diperiksa dengan jari. Setelah itu, dokter akan membisikkan beberapa
kata, atau membisikkan kombinasi huruf dan angka. Saat berbisik pada
pasien, dokter akan berada kurang dari 1 meter di belakang pasien, untuk
mencegah pasien membaca gerak bibir.
Pasien akan diminta mengulangi apa yang diucapkan dokter. Jika pasien
tidak bisa mengulangi kata yang dibisikkan, dokter akan menggunakan
kombinasi huruf dan angka yang berbeda, atau mengulangi pengucapan
kata dengan lebih keras, hingga pasien bisa mendengarnya. Kemudian tes
diulangi pada telinga yang satunya lagi. Pasien dianggap lulus tes bisik
jika mampu mengulangi 50% kata yang diucapkan dokter.
2. Tes garpu tala
Dalam tes ini, garpu tala dengan frekuensi 512Hz digunakan untuk
mengetahui respons pasien pada suara dan getaran di dekat telinga. Tes
garpu tala bisa dilakukan dengan tes Weber dan tes Rinne.
24. 23
Untuk tes Weber, dokter akan membenturkan garpu tala pada objek yang
keras untuk membuat getaran, kemudian ujung garpu tala diletakkan di
depan dahi, hidung, atau gigi. Pada pasien yang pendengarannya normal,
suara akan terdengar keras di kedua telinga. Jika suara terdengar lebih
keras pada telinga yang kondisinya baik, tandanya pasien mengalami tuli
sensorineural. Sedangkan jika suara garpu tala terdengar lebih jelas pada
kondisi telinga yang buruk, berarti pasien mengalami tuli konduktif.
Tes garpu tala juga bisa dilakukan dengan tes Rinne. Sama seperti tes
Weber, dokter akan membenturkan garpu tala untuk membuat getaran.
Kemudian garpu tala diletakkan di bagian belakang telinga dan samping
telinga pasien, untuk membandingkan hantaran tulang dan hantaran udara.
Pada pasien yang pendengarannya normal, pasien akan mendengar suara di
samping telinga (hantaran udara) dua kali lebih panjang dibanding jika
mendengar suara di belakang telinga (hantaran tulang). Pada tuli
sensorineural, hantaran udara juga akan terdengar lebih panjang dibanding
dengan hantaran tulang, namun tidak sampai 2 kali. Sedangkan jika pasien
mengalami gangguan pendengaran konduksi, hantaran tulang akan
terdengar lebih panjang dari hantaran udara.
3. Tes audiometri tutur
Tes ini digunakan untuk mengetahui seberapa baik pasien mendengar dan
memahami percakapan sederhana. Dalam tes ini, pasien akan diminta
mengulangi kata-kata yang diucapkan dokter, mulai dari suara lembut
hingga nyaring.
Pada tes tahap pertama, dokter akan mengucapkan kata-kata yang terdiri
dari dua suku kata dalam suara yang lembut, lalu pasien diminta untuk
mengulang dengan akurasi minimal 50%. Kemudian pada tes tahap dua,
dokter akan mengucapkan 50 kata yang terdengar mirip dengan suara
nyaring (40 desibel), dan pasien kembali diminta mengulangi kata-kata
yang diucapkan.
25. 24
Hasil tes audiometri tutur bisa digunakan untuk menentukan apakah alat
bantu dengar dibutuhkan oleh pasien, dan untuk mengetahui letak
kerusakan organ pendengaran. Pendengaran pasien dianggap normal jika
bisa mengulangi 90 hingga 95% kata-kata yang diucapkan dokter saat tes.
4. Tes audiometri nada murni
Tes ini menggunakan audiometer, suatu alat yang menghasilkan nada-nada
murni, dan diperdengarkan pada pasien melalui headphone. Nada-nada
tersebut bervariasi dalam frekuensi dan intensitas suaranya, mulai dari
250Hz, hingga 8000Hz. Tes akan dimulai dengan intensitas suara yang
masih terdengar, lalu dikurangi secara bertahap hingga tidak lagi terdengar
oleh pasien. Kemudian, intensitas suara akan ditingkatkan kembali hingga
pasien bisa mendengarnya. Pasien akan diminta untuk memberi tanda
dengan menekan tombol yang sudah disediakan, jika masih bisa
mendengar suara meski sangat samar.
Tes audiometri dilakukan di ruangan khusus. Pada tes ini, masing-masing
telinga akan dites secara terpisah, dimulai terlebih dulu pada telinga
dengan kondisi baik. Pasien akan menjalani beberapa kali tes, di mana
dalam setiap tes, nada yang diperdengarkan pada pasien akan semakin
tinggi. Setelah itu, headphone akan dilepas, dan alat penggetar akan
dipasang pada bagian belakang telinga. Pasien akan kembali diminta
memberi respons jika mendengar nada.
26. 25
2.7. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan
a. Alat sudah portabel sehingga bisa digunakan dimana saja tanpa
terhubung ke listrik PLN.
b. Alat dilengkapi penyimpanan data frekuensi dan desibel yang diujikan,
sehingga memudahkan pengguna untuk melihat kembali data tesnya.
c. Memiliki tingkat keakuratan frekuensi yang tinggi dengan nilai error
dibawah 1%.
Kekurangan
Jenis headphone sangat berpengaruh terhadap bunyi keluaran.
Cara baca audiogram
27. 26
2.7. Kalibrasi Alat Audiometer
Kalibrasi dimaksudkan sebagai tindakan untuk menyesuaikan bunyi yang
dibangkitkan oleh audiometer, sehingga sesuai dengan ketentuan atau
kebutuhan pemeriksaan. Bunyi yang dibangkitkan terdiri atas dua
parameter, yaitu intensitas dan frekuensi. Untuk mengetahui seberapa
besar penyimpangan bunyi dalam intensitas yang dibangkitkan oleh
audiometer adalah dengan melakukan pengukuran menggunakan sound
level meter. Pada penelitian ini digunakan sound level meter Rion NL-14.
Gambar 4.5
memperlihatkan alat ukut sound level meter Rion NL32. Gambar 4.5
Alat ukur sound level meter Rion NL-32 Prosedur yang harus dilakukan
sebelum melakukan pengukuran. Kalibrasi audiometer dengan sound
level meter dilakukan dalam ruangan kedap suara, dengan tujuan untuk
memperkecil pengaruh kebisingan yang ditimbulkan oleh lingkungan
sekitar. Pengukuran dilakukan dengan cara menempelkan permukaan
earphone pada mikrofon yang dimiliki oleh sound level meter. Sinyal
listrik yang dikonversikan menjadi energi bunyi dalam intensitas dan
frekuensi tertentu melalui earphone diterima oleh mikrofon sebagai
tekanan udara berupa bunyi untuk dikonversikan menjadi sinyal listrik.
Sinyal listrik tersebut merupakan besaran analog yang dikonversikan
menjadi digital untuk ditampilkan pada layar sound level meter.
28. 27
BAB III PENUTUP
Kesimpulan :
Audiometer adalah alat elektronik pembangkit bunyi dalam intensitas
dan frekuensi tertentu, yang dipergunakan untuk mengukur tingkat
ambang pendengaran seseorang. Ambang pendengaran ialah bunyi
terlemah.Pada audiometer sistem manual, proses pemeriksaan dilakukan
dengan cara memilih berbagai intensitas dan frekuensi melalui
penekanan tombol untuk diperdengarkan terhadap pasien menggunakan
sepasang earphone, kemudian pasien akan mengacungkan tangan sebagai
tanggapan mendengar bunyi.Ketika pasien mengacungkan tangan sebagai
tanggapan mendengar bunyi maka operator memberi tanda pemeriksaan
pada sebuah kartu hasil pemeriksaan yang disebut audiogram. Pada
audiogram terdapat tingakt bunyi dalam intensitas 0 dB – 20 dB dan
frekuensi 125 Hz – 8000 Hz.Menggunakan audiometer akan dapat
ditentukan tingkat gangguan pendengaran dan tindakan selanjutnya.Jika
gangguan pendengaran disebabkan kelainan bawaan pada telinga luar
atau pada telinga tengah maka untuk dapat mendengar digunakan alat
bantu pendengaran.Pada tingkat penderita gangguan pendengaran
dikelompokkan pada beberapa intensitas, yaitu tuli ringan (30 dB – 40
dB), tuli sedang (40 dB – 60 dB), tuli berat (60 dB – 90 dB), dan tuli
sangat berat lebih dari 90 dB. Sedangkan intensitas ambang pendengaran
normal adalah 0 dB – 30 dB. Manfaat dari Audiometer adalah untuk
mendiagnosa derajat ketulian seseorang apakah (ringan,sedang,atau
berat).Dan mengidentifikasi jenis tuli seseorang (tuli konduktif,tuli
syaraf,atau tuli campuran)
Saran :
Mungkin dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis mengharapkan, kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Agar dalam penulisan makalah bisa lebih baik.