Tuli akibat bising merupakan ketulian yang terjadi akibat exposure bising melampaui batas waktu yang diperbolehkan. Permanen, progresif dan tidak bisa kembali TAPI BISA DICEGAH
Tuli akibat bising merupakan ketulian yang terjadi akibat exposure bising melampaui batas waktu yang diperbolehkan. Permanen, progresif dan tidak bisa kembali TAPI BISA DICEGAH
Take home message
Acute pain is a symptom, tell us that there is something wrong in our body.
Chronic pain is a disease entity and that must be treated differently to acute pain.
Since chronic pain is biopsychosocial phenomenon it must be treated by multidisciplinary team with multidisiplinary approach.
Take home message
Acute pain is a symptom, tell us that there is something wrong in our body.
Chronic pain is a disease entity and that must be treated differently to acute pain.
Since chronic pain is biopsychosocial phenomenon it must be treated by multidisciplinary team with multidisiplinary approach.
Gangguan pendengaran akibat bising
Gangguan pendengaran adalah kehilangan pendengaran di salah satu atau kedua telinga.
Gangguan pendengaran akibat bising, atau gangguan pendengaran akibat kerja (Noise induced hearing loss) adalah hilangnya sebagian atau seluruh pendengaran seseorang yang bersifat permanen, mengenai satu atau kedua telinga yang disebabkan oleh bising atau suara keras
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...d1051231039
Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang unik dan penting secara global. Terbentuk dari endapan bahan organik yang terdekomposisi selama ribuan tahun, lahan gambut memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keanekaragaman hayati, menyimpan karbon, serta mengatur siklus air. Kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya habitat, degradasi lingkungan, dan penurunan kesuburan tanah. Kerusakan lahan gambut di Indonesia telah meningkat seiring waktu, dengan laju deforestasi dan degradasi lahan gambut yang signifikan. Menurut data, sekitar 70% dari lahan gambut di Indonesia telah rusak, dan angka tersebut terus meningkat. Kerusakan lahan gambut memiliki dampak yang luas dan serius, tidak hanya secara lokal tetapi juga global. Selain menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas bagi ekosistem gambut, kerusakan lahan gambut juga melepaskan jumlah karbon yang signifikan ke atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim global.Kerusakan lahan gambut memiliki dampak negatif yang luas pada masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya sumber daya alam, penurunan kesuburan tanah, dan peningkatan risiko bencana alam.
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfBrigittaBelva
Berada dalam kerangka Mata Kuliah Riset Periklanan, tim peneliti menganalisis penggunaan pendekatan "fear appeal" atau memicu rasa takut dalam kampanye #TogetherPossible yang dilakukan oleh World Wide Fund (WWF) untuk mengedukasi masyarakat tentang isu lingkungan.
Analisis dilakukan dengan metode kualitatif, meliputi analisis konten media sosial WWF, observasi, dan analisis naratif. Tidak hanya itu, penelitian ini juga memberikan strategi nyata untuk meningkatkan keterlibatan dan dampak kampanye serupa di masa depan.
2. Latar Belakang
Masalah kondisi lingkungan kerja kurang mendapat
perhatian bahkan dilupakan, seperti risiko jam kerja
yang panjang dan tidak teratur, pekerjaan fisik yang
berat, kebisingan, pencahayaan yang kurang akan
menimbulkan ketidak nyamanan untuk bekerja.
Nilai Ambang Batas (NAB) berdasar Keputusan
Menteri Tenaga Kerja No.Kep.51/Men/1999 adalah
85 dB untuk waktu pemaparan 8 jam sehari dan 40
jam seminggu.
Tuli akibat bising merupakan jenis ketulian
sensorineural akibat kerusakan reseptor
pendengaran Corti pada telinga dalam
3. Anatomi Telinga Dalam
Fisiologi Pendengaran
Gangguan Pendengaran Akibat Bising Kerja
Definisi
Etiologi
Pathogenesis
Gejala Klinis dan Diagnosis
Penatalaksanaan dan Prognosis
Pencegahan ( Hearing Conservation Program)
Topik Bahasan
7. Defenisi
Bising adalah suara atau bunyi yang
mengganggu atau tidak dikehendaki
yang dapat menurunkan pendengaran
baik secara kualitatif ( peninggkatan
ambang pendengaran) maupun
secara kualitatif (penyempitan
spectrum pendengaran), berkaitan
dengan factor intensitas, frekuensi,
durasi, dan pola waktu.
8. Cacat pendengaran akibat kerja ( occupational
deafness / noise induced hearing loss )
Hilangnya sebagian atau seluruh pendengaran seseorang
yang bersifat permanen, mengenai satu atau kedua
telinga yang disebabkan oleh bising terus menerus
dilingkungan tempat kerja. Dalam lingkungan industri,
semakin tinggi intensitas kebisingan dan semakin lama
waktu pemaparan kebisingan yang dialami oleh para
pekerja, semakin berat gangguan pendengaran yang
ditimbulkan pada para pekerja tersebut
9. Etiologi
1. Intensitas kebisingan
2. Frekuensi kebisingan
3. Lamanya waktu pemaparan bising
4. Kerentanan individu
5. Jenis kelamin
6. Usia
7. Kelainan di telinga tengah
10. Intensitas dan waktu paparan bising yang
diperkenankan
Noise Intensity
(dBA)
Duration limit
per day ( hour
)
80
82
85
88
91
94
97
100
24
16
8
4
2
1
½
¼
11. Respon Terhadap Bising
1. Adaptasi
Bila telinga terpapar oleh kebisingan mula-mula telinga akan merasa terganggu
oleh kebisingan tersebut, tetapi lama-kelamaan telinga tidak merasa terganggu
lagi karena suara terasa tidak begitu keras seperti pada awal pemaparan.
2. Peningkatan Ambang Dengar Sementara
Terjadi kenaikan ambang pendengaran sementara yang secara
perlahanlahan akan kembali seperti semula. Keadaan ini berlangsung
beberapa menit sampai beberapa jam bahkan sampai beberapa
minggu setelah pemaparan
3. Peningkatan Ambang Dengar Menetap
Kenaikan terjadi setelah seseorang cukup lama terpapar kebisingan,
terutama terjadi pada frekwensi 4000 Hz. Gangguan ini paling banyak
ditemukan dan bersifat permanen, tidak dapat disembuhkan .
12. Sel rambut koklea yang rusakSel rambut koklea yang rusak
sel rambut koklea normalsel rambut koklea normal
Patogenesis
13. Gejala Klinis
• Bersifat sensorineural
• Hampir selalu bilateral
• Jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat ( profound
hearing loss ) Derajat ketulian berkisar antara 40 s/d 75
dB.
• Apabila paparan bising dihentikan, tidak dijumpai lagi
penurunan pendengaran yang signifikan.
• Kerusakan telinga dalam mula-mula terjadi pada
frekwensi 3000, 4000 dan 6000 Hz, dimana kerusakan
yang paling berat terjadi pada frekwensi 4000 Hz.
• Dengan paparan bising yang konstan, ketulian pada
frekwensi 3000, 4000 dan 6000 Hz akan mencapai
tingkat yang maksimal dalam 10 – 15 tahun.
15. Faktor-Faktor yang Dapat Mempeburuk
1. Riwayat timbulnya ketulian dan progresifitasnya.
2. Riwayat pekerjaan, jenis pekerjaan dan lamanya bekerja.
3. Riwayat penggunaan proteksi pendengaran.
4. Meneliti bising di tempat kerja, untuk menentukan
intensitas dan durasi bising yang menyebabkan ketulian.
5. Hasil pemeriksaan audiometri sebelum kerja dan berkala
selama kerja. Pentingnya mengetahui tingkat
pendengaran awal para pekerja dengan melakukan
pemeriksaan audiometri sebelum bekerja adalah bila
audiogram menunjukkan ketulian, maka dapat
diperkirakan berkurangnya pendengaran tersebut akibat
kebisingan di tempat kerja.
6. Identifikasi penyebab untuk menyingkirkan penyebab
ketulian non industrial seperti riwayat penggunaan obat-
obat ototoksik atau riwayat penyakit sebelumnya.
16. Pemeriksaan Fisik
• Otoskop : Tidak terdapat gangguan pada telinga luar dan
telinga tengah
• Tes Garputala :
Rinne Test : Positif
Weber Test : Lateralisasi Ke telinga yang lebih baik
Schwabach Test : Memendek
Kesan : Tuli Sensorineural
17. Pemeriksaan Audiologi Khusus
• Audiometri : Tuli Sensorineural dengan takik khas di
frekuensi 4000 Hz atau gambaran sesuai usia,
perbandingan dengan tahun sebelumnya positif
• Pemeriksaan lain : SISI ( Short Increment
Sensitivity Index ), ABLB ( Alternate Binaural
Loudness Balance )
18. Penatalaksanaan
• Tuli bersifat Irreversibel
• Bila Kesulitan berkomunikasi >> Alat Bantu Dengar (ABD)
• Bila tidak dapat berkomunikasi lagi >> Psikoterapi, lip
reading, auditory training, bahasa isyarat.
19. Macam Alat Bantu Dengar
Behind The ear In the Ear
In the Canal Completely in the canal
20. Hearing conservation program
(HCP)
A. Survey Paparan Kebisingan
B. Pengukuran Audiometri Berkala
C. Pengendalian Kebisingan
D. Pelindung Pendengaran
E. Pendidikan Pekerja
F. Pencatatan dan Evaluasi
22. KESIMPULAN
Gangguan pendengaran akibat bising (noise induced
hearing loss) adalah penurunan pendengaran atau tuli
akibat bising yang melebihi nilai ambang batas (NAB)
dilingkungan kerja. Faktor resiko yang berpengaruh pada
derajat parahnya ketulian ialah intesitas bising, frekuensi,
lama pajanan perhari, masa kerja, kepekaan individu,
umur dan faktor lain yang dapat menimbulkan ketulian
berdasarkan hal tersebut dapat dimengerti bahwa jumlah
pajanan energy bising yang diterima akan sebanding
dengan kerusakan yang didapat. Secara klinis pajanan
bising pada organ pendengaran dapat menimbulkan
reaksi adaptasi, peningkatan ambang dengar sementara
(temporary threshold shift) dan peningkatan ambang
dengar menetap ( permanent threshold shift).
23. KESIMPULAN
Penurunan pendengaran akibat bising bersifat
permanen/irreversible tidak dapat disembuhkan sehingga
tidak dapat diobati dengan terapi medikamentosa. Yang
dapat dilakukan adalah mencegah perburukan penurunan
pendengaran dengan hearing conservation program
(HCP) yaitu dengan cara pengukuran kebisingan
(monitoring), mengurangi faktor resiko kebisingan,
pengukuran audiometri secara berkala, pengendalian
kebisingan, pendidikan pekerja, dan pencatatan untuk
menghindari terjadinya NIHL. Data penelitian
menunjukkan bahwa ada penurunan signifikan pada
angka kejadian NIHL yang diintervensi dengan perilaku
pencegahan.