SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Download to read offline
1 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a
DESAIN PEMBELAJARAN MATERI HUBUNGAN ANTAR SUDUT DENGAN
KONTEKS FENOMENA GERHANA MATAHARI TOTAL
Ardi Nuryadi , Sesi Winarni , Suci Agustina
Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UNSRI
Email : Agustinasuci788@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning dengan konteks fenomena gerhana matahari
total dalam membantu siswa memahami konsep hubungan antar sudut. Penelitian ini
menggunakan design research tipe validation study yang melibatkan 32 siswa kelas
VII.4 SMP Negeri 1 Palembang. Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap
pelaksanaan sesuai design research yang mengacu pada tahapan menurut Gravemeijer
dan Cobb. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif.
Data dikumpulkan melalui tes, dan observasi langsung. Berdasarkan hasil penelitian,
model pembelajaran problem based learning dengan masalah nyata atau konteks
fenomena gerhana matahari total memiliki peranan penting untuk membantu siswa
memahami konsep hubungan antar sudut yang terdiri dari hubungan sudut
bertolakbelakang dan hubungan sudut berpelurus di kelas VII.4 SMP Negeri 1
Palembang.
Kata Kunci: Problem Based Learning, Gerhana Matahari Total, Hubungan Antarsudut
ABSTRACT
This study aims to determine the role of learning Problem Based Learning
model application in the context of a total solar eclipse phenomenon developing
student’s understanding about the concept of relationship between the Angles. This
study used a validation study of design research was involving 32 students of VII.4 class
in SMPN 1 Palembang. This research was done by three phases of implementation
according to design research by Gravemeijer and Cobb. The type that have used in this
research are qualitative data and quantitative data. Datas were collected by tests and
direct observation. Based on the results of this research, model of problem based
learning with the real problems or the context of the total solar eclipse phenomenon has
an important role in developing student’s understanding the concept of the relationship
between the angle that consist of opposite angular relationship and the straight angular
relationship in VII.4 class SMP Negeri 1 Palembang.
Key words: Problem Based Learning, Total Solar Eclipse, The Relationship between
the Angle.
2 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a
Kemajuan suatu bangsa sangat
ditentukan oleh kualitas sumber daya
manusia, sedangkan kualitas sumber
daya manusia tergantung pada kualitas
pendidikannya. Hal ini dikarenakan
pada dasarnya Pendidikan merupakan
suatu upaya untuk memberikan
pengetahuan, wawasan, keterampilan
dan keahlian tertentu kepada individu
guna mengembangkan bakat serta
kepribadian mereka. Dengan pendidikan
manusia berusaha mengembangkan
dirinya sehingga mampu menghadapi
setiap perubahan yang terjadi akibat
adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Pendidikan terus berkembang
sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Matematika
merupakan salah satu ilmu yang
berperan penting dalam menunjang
kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Hal ini membuat pemerintah
sebagai penyelenggara pendidikan
berupaya meningkatkan mutu dan
kualitas pendidikan khususnya
pembelajaran matematika.
Matematika itu sendiri memiliki
cabang-cabang ilmu diantaranya
aritmatika, aljabar, geometri dan
analisis (Febriyanti, 2012). Geometri
adalah bagian dari matematika yang
mempelajari hubungan di dalam ruang
dan memiliki keterkaitan konsep yang
tinggi (Wikipedia, 2011). Salah satu
bahasan geometri yang dipelajari di
kelas VII sekolah menengah pertama
adalah hubungan antar sudut yang
merupakan sub bab dari garis dan sudut.
Melihat dari kedudukannya,
konsep hubungan antar sudut terdiri dari
konsep sudut berpelurus, sudut
berpenyiku dan sudut bertolak belakang
merupakan dasar dari konsep lainya.
Konsep ini digunakan pada materi
hubungan sudut pada garis sejajar,
jumlah sudut dalam segitiga, ataupun
pada konsep geometri lainnya
(Febriyanti, 2012). Karena itulah
konsep ini sangat penting dalam
matematika. Atas dasar itulah, maka
materi hubungan antar sudut ini perlu
dikuasai siswa.
Namun pada kenyataannya,
siswa masih mengalami kesulitan dalam
belajar konsep hubungan antar sudut.
Hal ini sebagaimana menurut Hastika
(2012), siswa masih mengalami
kesulitan dalam menghitung persamaan
sudut berpelurus atau berpenyiku
sehingga tidak dapat menyelesaikan
perhitungan aljabar. Begitu juga
menurut Firmansyah (2012), banyak
siswa yang mengalami kesulitan belajar
dan kurangnya kemampuan pemecahan
masalah matematika pada materi pokok
hubungan antar sudut.
Permasalahan tersebut sangat
lumrah terjadi. Hal ini sebagaimana
menurut de Lange (Febriyanti, 2012)
bahwa pembelajaran matematika
seringkali ditafsirkan sebagai kegiatan
yang dilaksanakan guru untuk
mengenalkan subjek, memberi contoh,
lalu mungkin menanyakan satu atau dua
pertanyaan, dan pada umumnya
meminta siswa yang mendengarkan
secara pasif untuk menjadi aktif dengan
mengerjakan latihan di buku. Kemudian
pembelajaran berakhir dengan tersusun
secara rapi, dan pembelajaran
berikutnya akan berlangsung dengan
kegiatan serupa.
3 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a
Dari kondisi pembelajaran
matematika di atas, maka alternatif
untuk mengatasi masalah tersebut
adalah dengan mendesain pembelajaran
yang lebih inovatif yang dapat
memberikan kondisi belajar aktif bagi
siswa serta dapat menggiring siswa
menemukan suatu konsep dalam
pembelajaran matematika. Salah satu
model pembelajaran yang dapat
diterapkan dalam desain pembelajaran
tersebut adalah model pembelajaran
Problem Based Learning. Hal ini karena
menurut Arends (Frestia, 2014) model
pembelajaran Problem Based Learning
adalah model pembelajaran dapat
menggiring siswa menyusun
pengetahuannya sendiri, menumbuh
kembangkan keterampilan tingkat tinggi
dan memandirikan siswa.
Model pembelajaran Problem
Based Learning adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang berorientasi pada
masalah. Penggunaan strategi problem-
based learning dalam pembelajaran
matematika memungkinkan terciptanya
kondisi pembelajaran yang kondusif
bagi siswa untuk belajar, bekerjasama
secara efektif dalam interaksi belajar
mengajar, dan guru memberikan
pengarahan dan bimbingan kepada
siswa. Dengan demikian peran siswa
dan guru dapat berjalan optimal. PBL
mengarahkan siswa untuk belajar
mandiri sehingga dapat
mengembangkan keterampilan berpikir
kritis dan dapat menganalisis masalah
yang ada didunia nyata (Yuan. 2008).
Dalam pembelajaran Problem
based learning tersebut, bahwa masalah
yang berhubungan dengan dunia nyata
juga disebut dengan konteks. Artinya,
suatu konteks nyata yang dapat memacu
siswa lebih paham, serta tertarik dalam
pelajaran matematika. Menurut Zulkardi
(Sari,2015) konteks dapat diartikan
dengan situasi atau fenomena / kejadian
alam yang berkaitan dengan konsep
matematika yang sedang dipelajari.
Jadi, konteks merupakan suatu
situasi fenomena atau kejadian yang
berkaitan dengan konsep matematika
yang akan ataupun yang sedang
dipelajari. Tujuan penggunaan konteks
dalam pembelajaran matematika yaitu
untuk membantu terlaksananya proses
belajar mengajar yang diharapkan.
Konteks nyata yang tepat dalam
pembelajaran hubungan antar sudut ini
yaitu dengan fenomena yang baru-baru
ini terjadi, yaitu fenomena gerhana
matahari. Fenomena gerhana matahari
merupakan kejadian yang sangat
langkah terjadi, fenomena gerhana
matahari terjadi ketika posisi matahari,
bulan dan bumi berada pada satu garis
lurus. Hal ini menyebabkan matahari
tertutup oleh bulan karena posisi bulan
yang menghalangi bumi, sehingga dari
bumi sendiri cahaya matahari akan
tertutupi oleh bulan baik sebagian saja
maupun total, yakni semua cahaya
matahari tertutup oleh bulan. Meskipun
ukuran bulan lebih kecil daripada
matahari dan juga bumi, namun
bayangan dari bulan sendiri mampu
melindungi cahaya matahari
sepenuhnya.
Dari pancaran sinar matahari
yang terhalang sampai ke bumi inilah
membentuk banyak sudut-sudut yang
saling berhubungan. Sehingga,
fenomena gerhana matahari ini cocok
sebagai konteks dalam pembelajaran
4 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a
matematika pada materi hubungan antar
sudut di kelas VII SMP.
Berdasarkan latar belakang di
atas maka peneliti bermaksud
melakukan penelitian dengan judul
“Desain Pembelajaran Materi
Hubungan Antar Sudut Dengan
Konteks Fenomena Gerhana
Matahari Total”.
Adapun rumusan masalah yang
diajukan dalam penelitian ini adalah
bagaimana peran penerapan model
pembelajaran Problem based Learning
dengan konteks gerhana matahar total
dalam membantu siswa memahami
konsep hubungan antar sudut.
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui peran penerapan
model pembelajaran Problem Based
Learning dengan konteks fenomena
gerhana matahari total dalam membantu
siswa memahami konsep hubungan
antar sudut.
METODE
Penelitian ini menggunakan
metode penelitian desain (design
research) yang mendesain materi
hubungan antar sudut dengan model
pembelajaran Problem Based Learning
menggunakan konteks fenomena
Gerhana Matahari Total (GMT).
Metode design research yang digunakan
type validation studies . Ini merupakan
suatu cara yang tepat untuk menjawab
pertanyaan peneliti dan mencapai tujuan
dari penelitian.
Gravemeijer dan Cobb
(Sari,2015) menyatakan bahwa ada 3
tahap dalam pelaksanaan design
research. Tahap pertama: preparing for
the Experiment/Preliminary Design
(Persiapan untuk Penelitian/Desain
Pendahuluan). Pada tahap ini dilakukan
kajian literatur mengenai materi
pembelajaran yaitu hubungan antar
sudut dengan konteks GMT, model
pembelajaran Problem Based Learning,
kurikulum 2013 dan strategi awal siswa
dalam pembelajaran hubungan antar
sudut.
Kemudian pada tahap
selanjutnya adalah Teaching experiment
yaitu uji coba pembelajaran di kelas. Uji
coba pengajaran dilakukan peneliti pada
siswa SMP Negeri 1 Palembang. Uji
coba pengajaran ini direkam dengan
menggunakan dokumentasi foto dan
video dan hasil kerja siswa juga
dikumpulkan. Setelah uji coba, Tahap
terakhir adalah Retrospective analisys.
Tujuan pokok saat melakukan analisis
retrospektif adalah menempatkan
percobaan desain dalam konteks teoritis
yang lebih luas, sehingga
membingkainya sebagai paradigma
yang terjadi secara menyeluruh yang
ditentukan di awal, dalam hal ini yang
dilakukan adalah menganalisis data
yang diperoleh dari aktivitas
pembelajaran di kelas dan hasil analisa
ini digunakan untuk merencanakan
kegiatan ataupun untuk
mengembangkan desain pada kegiatan
pembelajaran berikutnya.
Penelitian ini dilaksanakan di
SMP Negeri 1 Palembang tahun ajaran
2015/2016 pada siswa kelas VII.4.
Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah dokumentasi berupa
foto dan video, catatan lapangan yang
dilaksanakan selama proses
pembelajaran, serta lembar pekerjaan
siswa.
5 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembelajaran ini didesain untuk
melihat peran konteks gerhana matahari
total yang mendukung pemahaman konsep
siswa. Siswa dapat memahami dan
menemukan konsep hubungan antar
sudut yaitu konsep hubungan antar
sudut berpelurus dan sudut bertolak
belakang melalui tahap-tahap
penyelesaian masalah sudut yang
terdapat pada pancaran sinar matahari
pada gerhana matahari total yang
terdapat.
Berdasarkan hasil analisis data
yang telah dilakukan, peran konteks
gerhana matahari total yang didesain
ternyata cukup membantu siswa dalam
memahami dan menemukan konsep
hubungan antar sudut. Berikut ini hasil
analisis siswa dalam mengerjakan
LKPD yang telah didesain :
Siswa menyelesaikan solusi 1,
yaitu mensketsa gambar pancaran sinar
matahari pada gerhana matahari total
dan memberi nama dari setiap titik
perpotongan antar garis. Adapun
perintah pada solusi 1 adalah sebagai
berikut :
“Resketch total solar eclipse diagram!
Name every intersection point on the
sketch!”
Berikut ini cuplikan jawaban siswa :
Gambar 1. Jawaban siswa pada
solusi 1
Berdasarkan gambar 1 terlihat
siswa telah mampu untuk mensketsa
ulang pancaran sinar matahari pada
gerhana matahari total dan memberi
nama setiap titik perpotongan antar
garis. Dengan mensketsa ulang
pancaran sinar matahari pada gerhana
matahati total, Siswa dapat membangun
pengetahuan bahwa untuk membuat
sketsa tersebut dibutuhkan empat garis
yang keempat garis tersebut saling
berpotongan pada titik-titik tertentu.
Pada titik-titik perpotongan empat garis
inilah yang membentuk sudut-sudut.
Selanjutnya siswa meyelesaikan
solusi ke 2. Pada solusi kedua ini siswa
mengalami kesulitan. Kesulitan siswa
terjadi dalam menemungan sudut dan
memberi nama sudut. Berikut ini
kutipan diskusi tentang menemukan
sudut yang terbentuk dari sketsa
gerhana matahari total.
1.
2.
3.
Peneliti : Ada berapa sudut yang
terbentuk dari gerhana
matahari total tersebut?
4.
5.
6.
Siswa : Ada 3 kan Miss?
(sambil menunjukkan
ketiga sudut tersebut)
7.
8.
9.
Peneliti Benarkah cuma ada 3
sudut? Kenapa hanya
tiga sudut tersebut?
10.
11.
12.
Siswa : Entah Miss, tapi saya
rasa hanya tiga sudut
tersebut Miss.
13
14
15
16
17
18
19
Peneliti : Bukan kah tadi telah
dijelaskan bahwa sudut
terbentuk dari titik
perpotongan minimal
dua gariskan? Di sketsa
tersebut ada berapa
titik perpotongan?
20 Siswa : Ada 6 titik perpotongan
6 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a
21
22
23.
Miss. (Sambil
menghitung titik
perpongan)
24.
25
26
27
Peneliti : Nah kalau begitu kira-
kira, benarkah sudut
yang terbentuk hanya 3
saja?
28
29
30
31.
Siswa : Tidak benar, Miss.
Sudut yang terbentuk
akan banyak sekali dan
pasti lebih dari 3 sudut.
Berdasarkan transkrip tersebut
terlihat jelas bahwa siswa tidak
memahami konsep sudut. Hal ini
terlihat dari perkataan siswa pada baris
ke 4-6. Siswa menjawab bahwa sudut
yang terbentuk dari pancaran sinar
matahari hanya 3 sudut yang terbentuk.
Pada saat ditanya oleh peneliti
mengenai alasan mengapa dia
menjawab ada 3 sudut, siswa tersebut
tidak bisa menjelaskan alasannya
sebaimana terdapat pada percakapan
pada baris 10-12. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa tidak memahami konsep
sudut. Setelah peneliti menjelaskan
mengenai konsep sudut sebagaimana
pada percakapan nomor 13-19 barulah
siswa-siswa tersebut mengerti
sebagaimana pada percakapan nomor
28-31.
Selanjutnya berikut kutipan
diskusi siswa tentang memberi nama
suatu sudut yang terbentuk dari
pancaran sinar matahari pada gerhana
matahari total.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Siswa : Bagaimana memberi
nama sudut Miss? Kan
dalam 1 titik
perpotongan ada 4
sudut yang terbentuk.
Jika kita menyebutnya
ini sudut A? Terus
bagaimana dengan
sudut yang ini?
Bukannya kalau ini
sudut A berarti ini
sudut A juga? (Sambil
menunjuk pada salah
satu titik perpotongan
yang membentuk 4
sudut yang berbeda)
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Peneliti : Analisa yang bagus,
Dik. Sekarang
perhatikan contoh sudut
dalam bangun datar
berikut. (sambil
memberi contoh
menamai suatu sudut
pada yang terbentuk
pada persegi),
Sekarang paham kan?
27
28
29
30
31
32
33.
Siswa : Oh iya yaa Miss,
berarti setiap titik
perpotongan kita beri
nama, maka nama
sudutnya adalah
perpotongan antara
ruas garisnya.
Berdasarkan transkrip tersebut
terlihat bahwa siswa tidak memahami
cara penamaan sudut secara jelas. Pada
percakapan baris 1-16 terlihat bahwa
siswa kebingungan, bagaimana
menamai suatu sudut jika sudut tersebut
terbentuk oleh satu titik perpotongan
yang sama Namun setelah peneliti
7 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a
memberikan salah satu contoh
penamaan sudut yang terdapat pada
persegi pada percakapan baris 17-26,
barulah siswa mengerti bagaimana
memberi nama sudut-sudut tersebut.
Setelah berdiskusi akhirnya
siswa dapat menyelesaikan solusi 2.
Adapun perintah pada solusi 2 adalah :
“Find every angle on the sketch, how
many are they? What are they?”
Berikut ini adalah cuplikan
jawaban siswa :
Gambar 2. Jawaban siswa pada
solusi 2
Berdasarkan gambar 2 terlihat
bahwa siswa telah memahami konsep
sudut. Indikator kepahaman siswa
mengenai konsep sudut dapat dilihat
dari jumlah sudut yang dapat mereka
temukan pada sketsa pancaran sinar
matahari. Dari gambar 2, terlihat bahwa
siswa telah menemukan 20 sudut dari
22 sudut. Hal ini menunjukkan bahwa
siswa telah cukup mengerti mengenai
apa sebenarnya yang dimaksud sudut
dan bagaimana sudut bisa terbentuk
sehingga dengan dasar pengetahuan
tersebut, mereka dapat menentukan
jumlah sudut yang terbentuk dari
gerhana matahari total.
Jawaban solusi 2 pada gambar 2
juga menggambarkan kemampuan
siswa dalam memberi nama sudut.
Kemampuan siswa ini dapat kami
simpulkan dari membandingkan antara
nama sudut yang mereka jawap pada
solusi 2 dengan sudut yang terbentuk
pada sketsa yang telah dibuat siswa
pada solusi 1. Dari gambar 2, kami lihat
jawaban mereka adalah benar. Sehingga
kami menyimpulkan bahwa siswa telah
mampu memberi nama sudut-sudut
yanag cukup rumit yang terbentuk dari
gerhana matahari total.
Selanjutnya, siswa
menyelesaikan solusi 3 yaitu mengukur
sudut-sudut yang terbentuk dari
pancaran sinar matahari pada gerhana
matahari total. Berdasarkan perintah
yang terdapat pada solusi 3 ini, terdapat
masalah yang terjadi. Berikut ini
kutipan diskusi tentang mengukur sudut
yang terbentuk dari pancaran sinar
matahari pada gerhana matahari total
(transkrip percakapan 3).
1
2
3.
Peneliti : Bagaimana kalian
mengukur besar
sudut <CED?
4.
5
6
7
Siswa : Bagaimana ya ?
(Sambil memutar-
mutar busurnya di
atas <CED)
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19.
Siswa : Coba saya pinjam
busurnya. Begini
kan Miss? (sambil
menunjukkan besar
sudut yang telihat
pada busur, namun
terdapat kesalahan
dalam menggunakan
busur yaitu tidak
menghitung dimulai
dari 0° melainkan
mulai dari 180° ).
20 Peneliti : Bukan seperti itu
8 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
adik, kita harus
memulai
perhitungan besar
sudut menggunakan
busur dari 0° , nah
selanjutnya kita
lihat ujung nya
berhenti dimana
maka itulah yang
menunjukkan besar
sudutnya. Kalian
paham ?
31 Semua : Iya Miss, paham
Berdasarkan transkrip tersebut
terlihat jelas bahwa siswa masih
bingung dalam mengukur sudut dengan
menggunakan busur. Hal ini terlihat dari
percakapan baris 4-19 dimana siswa
terlihat siswa salah dalam menggunakan
busur untuk menghiitung besar suatu
sudut. Siswa bingung dan salah dalam
menentukan derajat awal pada busur
untuk menghitung besar suatu
sudut..Namun setelah peneliti
memberikan contoh dan pengarahan
terlihat pada percakapan baris 20-30
barulah siswa mengerti dan bisa
menhitung besar suatu sudut
menggunakan busur.
Kemudian mereka menjawab
perintah pada solusi 3. Adapun perintah
pada solusi 3 adalah :
“Measure every angle that you find!”
Berikut ini cuplikan jawaban
siswa :
Gambar 3. Jawaban siswa pada
solusi 3
Berdasarkan gambar 3 terlihat
siswa telah mampu mengukur besar
sudut dengan menggunakan busur.
Indikator kemampuan ini dapat dilihat
pola jawaban dan hasil observasi
langsung di kelas. Pola jawaban yang
diperoleh siswa akan benar jika masing-
masing sudut yang diukur memiliki
pasangan sudut lain yang sama besar
dan memiliki juga pasangan sudut lain
yang jika dijumlahkan dengan sudut
tersebut maka hasilnya 180°, kita dapat
lihat pada gambar 3 menunjukkan
bahwa jawaban siswa telah sesuai
dengan pola tersebut. Kemudian hasil
observasi langsung di kelas juga
menunjukkan bahwa siswa telah
mengukur sudut mengunakan busur
dengan tepat dan benar.
Selanjutnya, siswa
menyelesaikan solusi 4, yaitu
menentukan pasangan sudut-sudut yang
memiliki ukuran yang sama. Pada
perintah solusi 4 ini siswa tidak
menemui masalah. Adapun perintah
pada solusi 4 adalah :
“Determine every angle that has equal
measure!”
Berikut ini cuplikan jawaban
siswa :
9 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a
Gambar 4. Jawaban siswa pada
solusi 4
Berdasarkan gambar 4 terlihat
jelas bahwa siswa dapat menentukan
pasangan sudut yang memiliki besar
yang sama. pada solusi 4 tidak terdapat
kesulitan yang dialami siswa. Hal ini
karena perintah pada solusi 4 sudah
jelas dan mudah. Siswa hanya
diperintahkan mencari pasangan sudut
yang sama besar. Karena pengukuran
sudut pada solusi 3 dilakukan dengan
tepat dan benar, maka tentunya akan
terdapat pasangan-pasangan sudut yang
besarnya sama. Sehingga solusi 4 akan
mudah diselesaikan.
Selanjutnya siswa
menyelesaikan solusi 5, yaitu menarik
kesimpulan dari pola yang terbentuk
pada jawaban solusi 4. Dari perintah
solusi 5 ini terdapat masalah yang
dihadapi siswa. Berikut ini kutipan
diskusi dari menarik kesimpulan dari
pola yang terbentuk pada jawaban
solusi 4 (transkrip percakapan 4).
1
2
3
4
5
6
7.
Siswa 1 : Miss, tidak ada pola
pada solusi 4, hanya
ada 4 pasangan sudut
yang masing-masing
pasangan memiliki
besar sudut yang
sama.
8
9
peneliti : Nah itulah polanya.
Sekarang hasil yang
10
11
12
13
14
15
16
17
18
kalian peroleh
tersebut coba kalian
bandingkan dengan
sketsa sudut yang
telah kalian buat
pada solusi 1. Dari
hasil perbandingan
tersebut apa yang
kalian simpulkan?
19
20
21
22
23
Siswa 2 : Ohh, begitu ya Miss.
Sekarang kita lihat
<LEK dan <CED
pada sketsa. Apa yang
dapat kita simpulkan?
24
25
26
27
28
Siswa 3 : Sudut ini terbentuk
dari satu titik
perpotongan yaitu E.
Itu saja yang dapat
saya simpulkan.
29
30
31
32
33
34
35
Peneliti : Ya, pengamatan yang
bagus sekali.
Sekarang dari satu
titik perpotongan E
ada berapa sudut
yang dibentuk? Dan
amati kembali
polanya.
36
37
38
Siswa 4 : Ada 4 sudut dan ada
2 pasang sudut yang
sama.
39
40
41
42
43
Peneliti : Yah, bagus sekali.
Sekarang lihat apa
hubungan dari satu
sudut dengan sudut
pasanganya.
44
45
46
47
48
Siswa 5 : Hubungannya?
Hmmm,, (sambil
berpikir). Miss saya
menemukannya
polanya.
10 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a
Berdasarkan transkrip
percakapan di atas, terlihat bahwa
awalnya siswa bingung, kesimpulan apa
yang dapat diambil dari jawaban solusi
4. Kebingungan ini nampak pada
percakapan nomor 1-7. Kebingungan ini
wajar dialami oleh siswa. Hal ini terjadi
karena terdapat kesalahan pada soal
yang dibuat peneliti. Perintah dan
petunjuk pada solusi 5 kurang jelas dan
informatif. Sehingga siswa mengira
bahwa kesimpulan tersebut hanya di
dapat dari jawaban solusi 4 tanpa
membandingkan dengan sketsa
pancaran sinar matahari pada solusi 1.
Setelah peneliti memberikan arahan
pada percakapan nomor 2, barulah
siswa mulai membandingkan antara
jawaban solusi 4 dengan sketsa solusi 1.
Pada saat membandingkan terlihat siswa
kebingungan mencari informasi apa
yang mereka dapat simpulkan . Namun
dengan arahan dan bimbingan dari
peneliti akhirnya siswa dapat
menemukan kesimpulannya,
sebagaimana terlihat pada percakapan
pada beris 24-48.
Kemudian mereka menjawab
perintah pada solusi 5. Adapun perintah
pada solusi 5 adalah :
“Observe the pattern that in the
answered point number 5.b, what
information you can get?
Berikut ini cuplikan jawaban dari
kelompok 6 :
Gambar 5. Jawaban siswa pada
solusi 5
Berdasarkan gambar 5, terlihat
bahwa siswa telah mampu menarik
kesimpulan dari membandingkan
jawaban solusi 4 dengan sketsa
pancaran sinar matahari pada gerhana
matahari total. Hasil kesimpulan siswa
bahwa sudut-sudut yang bertolak
belakang besar sudutnya pasti sama.
dari hasil kesimpulan ini menunjukkan
bahwa siswa telah berhasil menemukan
konsep hubungan sudut bertolak
belakang.
Selanjutnya siswa
menyelesaikan solusi 6(a), yaitu
menemukan sudut lurus dan unit-unit
pembentuk sudut lurus tersebut. Sudut
lurus tersebut terbentuk dari pancaran
sinar matahari pada gerhana matahari
total, dimana sudut tersebut terbentuk
karena titik perpotongan dua garis dan
titik tersebut terletak diantara bulan dan
matahari. Adapun perintah pada solusi
6(a) adalah :
“Look at the intersection point between
two lines of the moon and the sun!
Recall the straight angle concept, how
many straight angles are there?
Observe the straight angles that you
found. Are they made of the other
angles?”
Berikut ini cuplikan jawaban dari
kelompok 6 :
11 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a
Gambar 6. Jawaban siswa pada
solusi 6(a)
Berdasarkan gambar 8 di atas,
terlihat bahwa siswa sudah mampu
menemukan sudut lurus, hal ini
menunjukan bahwa mereka telah
memahami konsep sudut lurus yaitu
sudut yang memiliki besar 180°. Dari
gambar di atas dapat dilihat juga bahwa
siswa dapat menemukan unit-unit
pembentuk sudut lurus tersebut, hal ini
menunjukkan bahwa daya analisa siswa
sangat baik.
Selanjutnya siswa
menyelesaikan solusi 6(b), yaitu
menganalisis data pada solusi 6(a) dan
menentukan hubungan antara sudut
lurus dengan unit-unit sudut pembentuk
sudut lurus tersebut. Adapun perintah
pada solusi
Berikut ini cuplikan jawaban dari
kelompok 6 :
Gambar 11. Contoh 1 cara
menjawab siswa pada solusi 6(b)
Berdasarkan gambar 11 di atas
terlihat bahwa siswa telah mampu
menemukan hubungan yang terbentuk
dari sudut lurus dengan unit-unit sudut
penyusun sudut lurus tersebut.
Kesimpulan ini didapat siswa dari hasil
analisa dan perbandingan antara data
besar sudut yang diperoleh dengan
sketsa pancaran sinar matahari pada
gerhana matahari total.
Setelah menyelesaikan
permasalahan-permasalahan pada
aktivitas ini, siswa mempresentasikan
dan membuat kesimpulan. Selanjutnya
siswa mengerjakan dua soal latihan
untuk melihat sejauh mana pemahaman
siswa mengenai hubungan antar sudut
yaitu hubungan sudut berpelurus dan
sudut bertolakbelakang.
Berikut ini hasil analisis
jawaban latihan siswa :
Soal No.1
Dalam memahami soal tersebut,
siswa diharapkan mampu untuk
mengidentifikasi unsur-unsur yang
diketahui, yang ditanyakan, dan
kecukupan unsur yang diperlukan serta
mampu memahami makna dari symbol-
simbol yang diberikan dalam soal
berkonteks tersebut dan juga siswa
diharapkan memiliki sikap analitik
dalam menentukan besar sudut
1. Find the value of x from this
picture!
12 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a
berpelurus.
Gambar 12. Contoh 1 Jawaban siswa
pada soal evaluasi No. 1
Berdasarkan gambar di atas,
sebenarnya siswa sudah memahami apa
saja yang diketahui dan juga unsur-
unsur yang diperlukan dalam
menyelesaikan masalah tersebut akan
tetapi siswa tidak menuliskan secara
tersurat apa saja yang diketahui dan
juga apa yang ditanyakan selanjutnya
siswa juga tidak memperhatikan
syimbol yang ada pada gambar.
Sehingga ketika mensketsa gambar ia
terpaku pada bentuk gambar bukan pada
symbol yang ada pada gambar hal ini
menunjukan bahwa sikap analitik siswa
masih rendah dalam menentukan besar
sudut. Jika dilihat dari sketsa dan juga
dari cara aljabar terdapat sebuah
kontradiksi jawaban antar keduanya dan
juga terdapat sesuatu hal yankg terlihat
dipaksakan pada sketsa hal ini
menunjukan bahwa tingkat pemahaman
konsep siswa terhadap sudut berpelurus
masih rendah sehingga siswa terlihat
bingung dengan fakta-fakta yang ada
sehingga mengakibatkan siswa tidak
dapat menarik kesimpulan dari apa yang
diperoleh.
Gambar 13. Contoh 2 Jawaban siswa
pada soal evaluasi No.1
Berdasarkan gambar diatas
terlihat siswa sudah memahami apa
yang di tanyakan hal itu terlihat ketika
siswa mulai bergerak dari apa yang
ditanyakan untuk menjawab soal akan
tetapi siswa belum memahami fakta
sehingga ia salah dalam
mengidentifikasi unsur-unsur yang di
ketahui dan juga yang di perlukan untuk
menjawab soal hal tersebut berakibat
kepada salahnya konsep yang
diterapkan dan juga salahnya operasi
yang di lakukan sehingga hasil yang di
dapatkan juga kurang tepat.
Soal No.2
Based sketch above, seen near the place of
registration are intersection. If the angle
formed at the bus terminal is 60 degrees,
what is the angle formed at the place of
registration?
13 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a
Dalam memahami soal tersebut,
siswa diharapkan mampu untuk
mensketsakan kembali soal yang sudah
diberikan, mengidentifikasi sudut dan
juga dapat menentukan besar sudut
yang bertolak belakang dan sudut
berpelurus serta dapat menerapkannya
dalam konteks nyata.
Gambar 14. Jawaban siswa pada
soal evaluasi No.2
Dari jawaban siswa tersebut
terlihat bahwa siswa tidak paham soal
dan juga ia tidak bisa memahami
bagaimana prosedur mengerjakannya
sehingga ia hanya dapat mensketsa
ulang gambar dari situ juga terlihat
bahwa kemampuan siswa dalam
pemecahan masalah masih rendah dan
juga penguasaan konsep masih lemah
sehingga ia tidak dapat memecahkannya
ketika soal dalam bentuk konteks nyata.
Gambar 15. Jawaban siswa pada
soal evaluasi No.2
Dari jawaban siswa tersebut
terlihat bahwa siswa sudah memahami
soal sehingga ia melakukan sesuai
prosedur yaitu mensketsa lalu kemudian
menentukan posisi sudut yang diketahui
dan posisi sudut yang ditanyakan lalu
siswa mengambil kesimpulan, dari
jawaban tersebut juga terlihat bahwa
siswa sudah memahami konsep sudut
sehingga ia dapat menjawab dengan
tepat bahwa sudut antara yang diketahui
dan yang ditanyakan saling bertolak
belakang dan dari jawaban tersebut
siswa juga telah paham bahwa sudut
yang saling bertolak belakang sama
besar.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan
pembahasan yang telah diuraikan, dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran
problem based learning dengan masalah
nyata atau konteks fenomena gerhana
matahari total memiliki peranan penting
untuk membantu siswa memahami
konsep hubungan antar sudut yang
terdiri dari hubungan sudut
bertolakbelakang dan hubungan sudut
berpelurus di kelas VII. Melalui tahap-
tahap pembelajaran problem based
learning yang dimulai dari orientasi
pada masalah fenomena gerhana
matahari total sampai dengan siswa
menemukan sendiri suatu konsep sangat
membantu siswa mengatasi
kesulitannya dalam memahami konsep
hubungan antar sudut berpelurus.
14 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a
DAFTAR PUSTAKA
Febriyanti, Helen. 2012. Desain
Diktatis Konsep Hubungan
Antar Sudut pada Pembelajaran
Matematika SMP. Skripsi.
Bandung : Universitas
Pendidikan Indonesia.
Firmansyah, Dian Teguh. 2012.
Keefektifan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe
SQ3R terhadap Kemampuan
Pemecahan Siswa SMP Kelas
VII. UJMER (UNNES Journal
of Mathematics Education
Research). ISSN NO 2252-6927
Hastika, Fitriana .2012. Desain
Dikdaktis Konsep Hubungan
Sudut-sudut pada Garis-garis
Sejajar dalam Pembelajaran
Matematika SMP. Skripsi.
Bandung : Universitas
Pendidikan Indonesia.
Sari, Paramitha. 2015. Desain
Pembelajaran Materi
Pengukuran Sudut dengan
Pendekatan PMRI untuk Kelas
VI. Jurnal Pendidikan
Matematika (Ejournal UNSRI).
Vol. 1 No. 1, p. 33-42.
Wikipedia. 2016. Geometri. [online].
Tersedia : http://
id.wikipedia.org/wiki/Matematik
a. [01 Mei 2016]
Yuan et.al. 2008. Promoting Critical
Thinking Skill through Problem
Based Learning. CMU. Journal
of Soc. Sci. And Human, 2 (2):
85-100
Frestia, Rina. 2014. Pengaruh Model
Pembelajaran SAVI dan Model
PBL Berbantu CD Interaktif
terhadap Hasil Belajar Siswa
pada Materi Pokok Sudut Kelas
VII. Prosiding. Mathematics and
Science Forum 2014. ISBN 978-
602-0960-00-5

More Related Content

What's hot

5117 11181-1-sm
5117 11181-1-sm5117 11181-1-sm
5117 11181-1-smFppi Unila
 
7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pb7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pbFppi Unila
 
Pemahaman konsep dengan pmri
Pemahaman konsep dengan pmriPemahaman konsep dengan pmri
Pemahaman konsep dengan pmrimafia_konoha
 
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasional
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasionalResume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasional
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasionalMas Becak
 
4947 9540-1-pb
4947 9540-1-pb4947 9540-1-pb
4947 9540-1-pbFppi Unila
 
Proposal skripsi pendekatan problem solving
Proposal skripsi pendekatan problem solvingProposal skripsi pendekatan problem solving
Proposal skripsi pendekatan problem solvingelita takarai
 
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...Fppi Unila
 
Power point skripsi
Power point skripsiPower point skripsi
Power point skripsisiskaningsih
 
contoh Jurnal Matematika
contoh Jurnal Matematikacontoh Jurnal Matematika
contoh Jurnal Matematikaimam syafii
 
Pengembangan desain didaktis bahan ajar penalaran matematis pada materi luas ...
Pengembangan desain didaktis bahan ajar penalaran matematis pada materi luas ...Pengembangan desain didaktis bahan ajar penalaran matematis pada materi luas ...
Pengembangan desain didaktis bahan ajar penalaran matematis pada materi luas ...Sulistiawati .
 
Disertasi pendidikan matematika
Disertasi pendidikan matematikaDisertasi pendidikan matematika
Disertasi pendidikan matematikaWe-You A. Latif
 
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving LearningHasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving LearningAbdul Jamil
 
Pendekatan Pembelajaran realistik
Pendekatan Pembelajaran realistikPendekatan Pembelajaran realistik
Pendekatan Pembelajaran realistikVeronika Citra
 
Jurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaJurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaNurmalianis Anis
 
1.10 bab2 (1)
1.10 bab2 (1)1.10 bab2 (1)
1.10 bab2 (1)AIC
 
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limasAnalisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limasSulistiawati .
 

What's hot (20)

5117 11181-1-sm
5117 11181-1-sm5117 11181-1-sm
5117 11181-1-sm
 
7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pb7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pb
 
Proposal untuk pps
Proposal untuk ppsProposal untuk pps
Proposal untuk pps
 
Pemahaman konsep dengan pmri
Pemahaman konsep dengan pmriPemahaman konsep dengan pmri
Pemahaman konsep dengan pmri
 
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasional
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasionalResume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasional
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasional
 
4947 9540-1-pb
4947 9540-1-pb4947 9540-1-pb
4947 9540-1-pb
 
Proposal skripsi pendekatan problem solving
Proposal skripsi pendekatan problem solvingProposal skripsi pendekatan problem solving
Proposal skripsi pendekatan problem solving
 
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
 
Power point skripsi
Power point skripsiPower point skripsi
Power point skripsi
 
Makalah Penuh Penelitian Berbasis ICT
Makalah Penuh Penelitian Berbasis ICTMakalah Penuh Penelitian Berbasis ICT
Makalah Penuh Penelitian Berbasis ICT
 
contoh Jurnal Matematika
contoh Jurnal Matematikacontoh Jurnal Matematika
contoh Jurnal Matematika
 
Pengembangan desain didaktis bahan ajar penalaran matematis pada materi luas ...
Pengembangan desain didaktis bahan ajar penalaran matematis pada materi luas ...Pengembangan desain didaktis bahan ajar penalaran matematis pada materi luas ...
Pengembangan desain didaktis bahan ajar penalaran matematis pada materi luas ...
 
Disertasi pendidikan matematika
Disertasi pendidikan matematikaDisertasi pendidikan matematika
Disertasi pendidikan matematika
 
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving LearningHasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning
 
Pendekatan Pembelajaran realistik
Pendekatan Pembelajaran realistikPendekatan Pembelajaran realistik
Pendekatan Pembelajaran realistik
 
Latihan ptk anjur, sman4 merlung
Latihan ptk anjur, sman4 merlungLatihan ptk anjur, sman4 merlung
Latihan ptk anjur, sman4 merlung
 
Jurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaJurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematika
 
1.10 bab2 (1)
1.10 bab2 (1)1.10 bab2 (1)
1.10 bab2 (1)
 
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limasAnalisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
 
ppt Riani
ppt Rianippt Riani
ppt Riani
 

Viewers also liked

Analisis Perbandingan Metode K-Means dan Metode Naïve Bayes Untuk Visualisas
Analisis Perbandingan Metode K-Means dan  Metode Naïve Bayes Untuk VisualisasAnalisis Perbandingan Metode K-Means dan  Metode Naïve Bayes Untuk Visualisas
Analisis Perbandingan Metode K-Means dan Metode Naïve Bayes Untuk Visualisascomnets
 
Analisis cluster
Analisis clusterAnalisis cluster
Analisis clusternissa syifa
 
Jurnal karya ilmiah
Jurnal karya ilmiahJurnal karya ilmiah
Jurnal karya ilmiahBudi Garjito
 
Laporan biomet sas rak astody
Laporan biomet sas rak astodyLaporan biomet sas rak astody
Laporan biomet sas rak astodyAstody Mandayu
 
Anava 2 arah
Anava 2 arahAnava 2 arah
Anava 2 arahyositria
 
An Algorithm for Bayesian Network Construction from Data
An Algorithm for Bayesian Network Construction from DataAn Algorithm for Bayesian Network Construction from Data
An Algorithm for Bayesian Network Construction from Databutest
 
Laporan penelitian
Laporan penelitianLaporan penelitian
Laporan penelitianJoni Candra
 
Anova 1way &amp; uji lanjut
Anova 1way &amp; uji lanjutAnova 1way &amp; uji lanjut
Anova 1way &amp; uji lanjutSuci Agustina
 
Desain Pembelajaran Matematika dalam Kerangka Pendekatan Saintifik (Wahidin U...
Desain Pembelajaran Matematika dalam Kerangka Pendekatan Saintifik (Wahidin U...Desain Pembelajaran Matematika dalam Kerangka Pendekatan Saintifik (Wahidin U...
Desain Pembelajaran Matematika dalam Kerangka Pendekatan Saintifik (Wahidin U...Matematika FKIP UHAMKA Jakarta, Indonesia
 
Diktat geometri melukis sudut
Diktat geometri melukis sudutDiktat geometri melukis sudut
Diktat geometri melukis sudutaireswitha
 
Membina sudut 30,60,90 dan 120 darjah
Membina sudut 30,60,90 dan 120 darjahMembina sudut 30,60,90 dan 120 darjah
Membina sudut 30,60,90 dan 120 darjahm_zul21
 
14 langkah sukses oleh nico manggala
14 langkah sukses oleh nico manggala 14 langkah sukses oleh nico manggala
14 langkah sukses oleh nico manggala Nico Manggala Erdi
 

Viewers also liked (14)

Analisis Perbandingan Metode K-Means dan Metode Naïve Bayes Untuk Visualisas
Analisis Perbandingan Metode K-Means dan  Metode Naïve Bayes Untuk VisualisasAnalisis Perbandingan Metode K-Means dan  Metode Naïve Bayes Untuk Visualisas
Analisis Perbandingan Metode K-Means dan Metode Naïve Bayes Untuk Visualisas
 
Analisis cluster
Analisis clusterAnalisis cluster
Analisis cluster
 
Jurnal karya ilmiah
Jurnal karya ilmiahJurnal karya ilmiah
Jurnal karya ilmiah
 
Laporan biomet sas rak astody
Laporan biomet sas rak astodyLaporan biomet sas rak astody
Laporan biomet sas rak astody
 
Anava 2 arah
Anava 2 arahAnava 2 arah
Anava 2 arah
 
An Algorithm for Bayesian Network Construction from Data
An Algorithm for Bayesian Network Construction from DataAn Algorithm for Bayesian Network Construction from Data
An Algorithm for Bayesian Network Construction from Data
 
Laporan penelitian
Laporan penelitianLaporan penelitian
Laporan penelitian
 
Anova 1way &amp; uji lanjut
Anova 1way &amp; uji lanjutAnova 1way &amp; uji lanjut
Anova 1way &amp; uji lanjut
 
Desain Pembelajaran Matematika dalam Kerangka Pendekatan Saintifik (Wahidin U...
Desain Pembelajaran Matematika dalam Kerangka Pendekatan Saintifik (Wahidin U...Desain Pembelajaran Matematika dalam Kerangka Pendekatan Saintifik (Wahidin U...
Desain Pembelajaran Matematika dalam Kerangka Pendekatan Saintifik (Wahidin U...
 
Ppt materi
Ppt materiPpt materi
Ppt materi
 
Diktat geometri melukis sudut
Diktat geometri melukis sudutDiktat geometri melukis sudut
Diktat geometri melukis sudut
 
Membina sudut 30,60,90 dan 120 darjah
Membina sudut 30,60,90 dan 120 darjahMembina sudut 30,60,90 dan 120 darjah
Membina sudut 30,60,90 dan 120 darjah
 
Power point
Power pointPower point
Power point
 
14 langkah sukses oleh nico manggala
14 langkah sukses oleh nico manggala 14 langkah sukses oleh nico manggala
14 langkah sukses oleh nico manggala
 

Similar to Design Pembelajaran Matematika dg Konteks GMT

Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs)
Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs)  Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs)
Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs) NERRU
 
Contoh PTK Bab I - V
Contoh PTK Bab I - VContoh PTK Bab I - V
Contoh PTK Bab I - VEman Syukur
 
prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...
prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...
prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...tikamathworld
 
Matematika realistik indonesia
Matematika realistik indonesiaMatematika realistik indonesia
Matematika realistik indonesiasinaramdhani
 
PROPOSAL_PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP ...
PROPOSAL_PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP ...PROPOSAL_PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP ...
PROPOSAL_PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP ...Alorka 114114
 
Problem Based Learning
Problem Based Learning Problem Based Learning
Problem Based Learning Izan M.Pd
 
Contoh artikel Tes
Contoh artikel TesContoh artikel Tes
Contoh artikel Tesanggadiyan
 
Aliyu oktafisusanti_Analisis Artikel
Aliyu oktafisusanti_Analisis ArtikelAliyu oktafisusanti_Analisis Artikel
Aliyu oktafisusanti_Analisis ArtikelAliyu Oktafisusanti
 
Form analisis jurnal tugas nani
Form analisis jurnal tugas naniForm analisis jurnal tugas nani
Form analisis jurnal tugas naniNani Al-Pleredy
 

Similar to Design Pembelajaran Matematika dg Konteks GMT (20)

Seminar Usul penelitian
Seminar Usul penelitianSeminar Usul penelitian
Seminar Usul penelitian
 
Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs)
Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs)  Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs)
Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs)
 
Proposal SKRIPSI
Proposal SKRIPSIProposal SKRIPSI
Proposal SKRIPSI
 
Contoh PTK Bab I - V
Contoh PTK Bab I - VContoh PTK Bab I - V
Contoh PTK Bab I - V
 
Nht 4
Nht 4Nht 4
Nht 4
 
prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...
prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...
prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
laporan Ptk destri saragih merangin
laporan Ptk destri saragih meranginlaporan Ptk destri saragih merangin
laporan Ptk destri saragih merangin
 
157 423-1-pb
157 423-1-pb157 423-1-pb
157 423-1-pb
 
Matematika realistik indonesia
Matematika realistik indonesiaMatematika realistik indonesia
Matematika realistik indonesia
 
Bab i.3 doc
Bab i.3 docBab i.3 doc
Bab i.3 doc
 
PROPOSAL_PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP ...
PROPOSAL_PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP ...PROPOSAL_PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP ...
PROPOSAL_PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP ...
 
Problem Based Learning
Problem Based Learning Problem Based Learning
Problem Based Learning
 
Skripsi New
Skripsi NewSkripsi New
Skripsi New
 
Skripsi yang benar
Skripsi yang benarSkripsi yang benar
Skripsi yang benar
 
Artikel
ArtikelArtikel
Artikel
 
DL X PBL.pdf
DL X PBL.pdfDL X PBL.pdf
DL X PBL.pdf
 
Contoh artikel Tes
Contoh artikel TesContoh artikel Tes
Contoh artikel Tes
 
Aliyu oktafisusanti_Analisis Artikel
Aliyu oktafisusanti_Analisis ArtikelAliyu oktafisusanti_Analisis Artikel
Aliyu oktafisusanti_Analisis Artikel
 
Form analisis jurnal tugas nani
Form analisis jurnal tugas naniForm analisis jurnal tugas nani
Form analisis jurnal tugas nani
 

More from Suci Agustina

Validitas dan realibilitas
Validitas dan realibilitasValiditas dan realibilitas
Validitas dan realibilitasSuci Agustina
 
Soal dan Pembahasan Soal Geometri Olimpiade SMA
Soal dan Pembahasan Soal Geometri Olimpiade SMASoal dan Pembahasan Soal Geometri Olimpiade SMA
Soal dan Pembahasan Soal Geometri Olimpiade SMASuci Agustina
 
Uji normalitas dan homogenitas
Uji normalitas dan homogenitasUji normalitas dan homogenitas
Uji normalitas dan homogenitasSuci Agustina
 
Uji hipotesis satu rata rata
Uji hipotesis satu rata rataUji hipotesis satu rata rata
Uji hipotesis satu rata rataSuci Agustina
 
Uji hipotesis dua rata rata
Uji hipotesis dua rata rataUji hipotesis dua rata rata
Uji hipotesis dua rata rataSuci Agustina
 
Distribusi normal dan aplikasinya
Distribusi normal dan aplikasinyaDistribusi normal dan aplikasinya
Distribusi normal dan aplikasinyaSuci Agustina
 
Distribusi binomial dan distribusi poisson
Distribusi binomial dan distribusi poissonDistribusi binomial dan distribusi poisson
Distribusi binomial dan distribusi poissonSuci Agustina
 
Bab 5 ukuran keruncingan dan kemiringan
Bab 5 ukuran keruncingan dan kemiringanBab 5 ukuran keruncingan dan kemiringan
Bab 5 ukuran keruncingan dan kemiringanSuci Agustina
 
Bab 4 ukuran pemusatan dan penyebaran
Bab 4 ukuran pemusatan dan penyebaranBab 4 ukuran pemusatan dan penyebaran
Bab 4 ukuran pemusatan dan penyebaranSuci Agustina
 
Bab 3 distribusi frekuensi
Bab 3 distribusi frekuensiBab 3 distribusi frekuensi
Bab 3 distribusi frekuensiSuci Agustina
 
Bab 2 penyajian data
Bab 2 penyajian dataBab 2 penyajian data
Bab 2 penyajian dataSuci Agustina
 
Bab 1 statstka dan statstik
Bab 1 statstka dan statstikBab 1 statstka dan statstik
Bab 1 statstka dan statstikSuci Agustina
 
Multimedia pbm mtk without video
Multimedia pbm mtk without videoMultimedia pbm mtk without video
Multimedia pbm mtk without videoSuci Agustina
 
Ppt kelompok 4 pengelolaan peserta didik
Ppt kelompok 4 pengelolaan peserta didikPpt kelompok 4 pengelolaan peserta didik
Ppt kelompok 4 pengelolaan peserta didikSuci Agustina
 
Ppt k.2 gaya belajar
Ppt k.2 gaya belajarPpt k.2 gaya belajar
Ppt k.2 gaya belajarSuci Agustina
 

More from Suci Agustina (20)

Validitas dan realibilitas
Validitas dan realibilitasValiditas dan realibilitas
Validitas dan realibilitas
 
Hatching the egg
Hatching the eggHatching the egg
Hatching the egg
 
Soal dan Pembahasan Soal Geometri Olimpiade SMA
Soal dan Pembahasan Soal Geometri Olimpiade SMASoal dan Pembahasan Soal Geometri Olimpiade SMA
Soal dan Pembahasan Soal Geometri Olimpiade SMA
 
Uji normalitas dan homogenitas
Uji normalitas dan homogenitasUji normalitas dan homogenitas
Uji normalitas dan homogenitas
 
Uji hipotesis
Uji hipotesisUji hipotesis
Uji hipotesis
 
Uji hipotesis satu rata rata
Uji hipotesis satu rata rataUji hipotesis satu rata rata
Uji hipotesis satu rata rata
 
Uji hipotesis dua rata rata
Uji hipotesis dua rata rataUji hipotesis dua rata rata
Uji hipotesis dua rata rata
 
Distribusi normal dan aplikasinya
Distribusi normal dan aplikasinyaDistribusi normal dan aplikasinya
Distribusi normal dan aplikasinya
 
Distribusi binomial dan distribusi poisson
Distribusi binomial dan distribusi poissonDistribusi binomial dan distribusi poisson
Distribusi binomial dan distribusi poisson
 
Bab 5 ukuran keruncingan dan kemiringan
Bab 5 ukuran keruncingan dan kemiringanBab 5 ukuran keruncingan dan kemiringan
Bab 5 ukuran keruncingan dan kemiringan
 
Bab 4 ukuran pemusatan dan penyebaran
Bab 4 ukuran pemusatan dan penyebaranBab 4 ukuran pemusatan dan penyebaran
Bab 4 ukuran pemusatan dan penyebaran
 
Bab 3 distribusi frekuensi
Bab 3 distribusi frekuensiBab 3 distribusi frekuensi
Bab 3 distribusi frekuensi
 
Bab 2 penyajian data
Bab 2 penyajian dataBab 2 penyajian data
Bab 2 penyajian data
 
Bab 1 statstka dan statstik
Bab 1 statstka dan statstikBab 1 statstka dan statstik
Bab 1 statstka dan statstik
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Multimedia pbm mtk without video
Multimedia pbm mtk without videoMultimedia pbm mtk without video
Multimedia pbm mtk without video
 
Ppt kelompok 4 pengelolaan peserta didik
Ppt kelompok 4 pengelolaan peserta didikPpt kelompok 4 pengelolaan peserta didik
Ppt kelompok 4 pengelolaan peserta didik
 
Ppt k.2 gaya belajar
Ppt k.2 gaya belajarPpt k.2 gaya belajar
Ppt k.2 gaya belajar
 
Doc1
Doc1Doc1
Doc1
 
Drawing3
Drawing3Drawing3
Drawing3
 

Recently uploaded

Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 

Recently uploaded (20)

Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 

Design Pembelajaran Matematika dg Konteks GMT

  • 1. 1 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a DESAIN PEMBELAJARAN MATERI HUBUNGAN ANTAR SUDUT DENGAN KONTEKS FENOMENA GERHANA MATAHARI TOTAL Ardi Nuryadi , Sesi Winarni , Suci Agustina Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UNSRI Email : Agustinasuci788@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dengan konteks fenomena gerhana matahari total dalam membantu siswa memahami konsep hubungan antar sudut. Penelitian ini menggunakan design research tipe validation study yang melibatkan 32 siswa kelas VII.4 SMP Negeri 1 Palembang. Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap pelaksanaan sesuai design research yang mengacu pada tahapan menurut Gravemeijer dan Cobb. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data dikumpulkan melalui tes, dan observasi langsung. Berdasarkan hasil penelitian, model pembelajaran problem based learning dengan masalah nyata atau konteks fenomena gerhana matahari total memiliki peranan penting untuk membantu siswa memahami konsep hubungan antar sudut yang terdiri dari hubungan sudut bertolakbelakang dan hubungan sudut berpelurus di kelas VII.4 SMP Negeri 1 Palembang. Kata Kunci: Problem Based Learning, Gerhana Matahari Total, Hubungan Antarsudut ABSTRACT This study aims to determine the role of learning Problem Based Learning model application in the context of a total solar eclipse phenomenon developing student’s understanding about the concept of relationship between the Angles. This study used a validation study of design research was involving 32 students of VII.4 class in SMPN 1 Palembang. This research was done by three phases of implementation according to design research by Gravemeijer and Cobb. The type that have used in this research are qualitative data and quantitative data. Datas were collected by tests and direct observation. Based on the results of this research, model of problem based learning with the real problems or the context of the total solar eclipse phenomenon has an important role in developing student’s understanding the concept of the relationship between the angle that consist of opposite angular relationship and the straight angular relationship in VII.4 class SMP Negeri 1 Palembang. Key words: Problem Based Learning, Total Solar Eclipse, The Relationship between the Angle.
  • 2. 2 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, sedangkan kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Hal ini dikarenakan pada dasarnya Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika merupakan salah satu ilmu yang berperan penting dalam menunjang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini membuat pemerintah sebagai penyelenggara pendidikan berupaya meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan khususnya pembelajaran matematika. Matematika itu sendiri memiliki cabang-cabang ilmu diantaranya aritmatika, aljabar, geometri dan analisis (Febriyanti, 2012). Geometri adalah bagian dari matematika yang mempelajari hubungan di dalam ruang dan memiliki keterkaitan konsep yang tinggi (Wikipedia, 2011). Salah satu bahasan geometri yang dipelajari di kelas VII sekolah menengah pertama adalah hubungan antar sudut yang merupakan sub bab dari garis dan sudut. Melihat dari kedudukannya, konsep hubungan antar sudut terdiri dari konsep sudut berpelurus, sudut berpenyiku dan sudut bertolak belakang merupakan dasar dari konsep lainya. Konsep ini digunakan pada materi hubungan sudut pada garis sejajar, jumlah sudut dalam segitiga, ataupun pada konsep geometri lainnya (Febriyanti, 2012). Karena itulah konsep ini sangat penting dalam matematika. Atas dasar itulah, maka materi hubungan antar sudut ini perlu dikuasai siswa. Namun pada kenyataannya, siswa masih mengalami kesulitan dalam belajar konsep hubungan antar sudut. Hal ini sebagaimana menurut Hastika (2012), siswa masih mengalami kesulitan dalam menghitung persamaan sudut berpelurus atau berpenyiku sehingga tidak dapat menyelesaikan perhitungan aljabar. Begitu juga menurut Firmansyah (2012), banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar dan kurangnya kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi pokok hubungan antar sudut. Permasalahan tersebut sangat lumrah terjadi. Hal ini sebagaimana menurut de Lange (Febriyanti, 2012) bahwa pembelajaran matematika seringkali ditafsirkan sebagai kegiatan yang dilaksanakan guru untuk mengenalkan subjek, memberi contoh, lalu mungkin menanyakan satu atau dua pertanyaan, dan pada umumnya meminta siswa yang mendengarkan secara pasif untuk menjadi aktif dengan mengerjakan latihan di buku. Kemudian pembelajaran berakhir dengan tersusun secara rapi, dan pembelajaran berikutnya akan berlangsung dengan kegiatan serupa.
  • 3. 3 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a Dari kondisi pembelajaran matematika di atas, maka alternatif untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan mendesain pembelajaran yang lebih inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif bagi siswa serta dapat menggiring siswa menemukan suatu konsep dalam pembelajaran matematika. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam desain pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran Problem Based Learning. Hal ini karena menurut Arends (Frestia, 2014) model pembelajaran Problem Based Learning adalah model pembelajaran dapat menggiring siswa menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan tingkat tinggi dan memandirikan siswa. Model pembelajaran Problem Based Learning adalah suatu kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada masalah. Penggunaan strategi problem- based learning dalam pembelajaran matematika memungkinkan terciptanya kondisi pembelajaran yang kondusif bagi siswa untuk belajar, bekerjasama secara efektif dalam interaksi belajar mengajar, dan guru memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa. Dengan demikian peran siswa dan guru dapat berjalan optimal. PBL mengarahkan siswa untuk belajar mandiri sehingga dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan dapat menganalisis masalah yang ada didunia nyata (Yuan. 2008). Dalam pembelajaran Problem based learning tersebut, bahwa masalah yang berhubungan dengan dunia nyata juga disebut dengan konteks. Artinya, suatu konteks nyata yang dapat memacu siswa lebih paham, serta tertarik dalam pelajaran matematika. Menurut Zulkardi (Sari,2015) konteks dapat diartikan dengan situasi atau fenomena / kejadian alam yang berkaitan dengan konsep matematika yang sedang dipelajari. Jadi, konteks merupakan suatu situasi fenomena atau kejadian yang berkaitan dengan konsep matematika yang akan ataupun yang sedang dipelajari. Tujuan penggunaan konteks dalam pembelajaran matematika yaitu untuk membantu terlaksananya proses belajar mengajar yang diharapkan. Konteks nyata yang tepat dalam pembelajaran hubungan antar sudut ini yaitu dengan fenomena yang baru-baru ini terjadi, yaitu fenomena gerhana matahari. Fenomena gerhana matahari merupakan kejadian yang sangat langkah terjadi, fenomena gerhana matahari terjadi ketika posisi matahari, bulan dan bumi berada pada satu garis lurus. Hal ini menyebabkan matahari tertutup oleh bulan karena posisi bulan yang menghalangi bumi, sehingga dari bumi sendiri cahaya matahari akan tertutupi oleh bulan baik sebagian saja maupun total, yakni semua cahaya matahari tertutup oleh bulan. Meskipun ukuran bulan lebih kecil daripada matahari dan juga bumi, namun bayangan dari bulan sendiri mampu melindungi cahaya matahari sepenuhnya. Dari pancaran sinar matahari yang terhalang sampai ke bumi inilah membentuk banyak sudut-sudut yang saling berhubungan. Sehingga, fenomena gerhana matahari ini cocok sebagai konteks dalam pembelajaran
  • 4. 4 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a matematika pada materi hubungan antar sudut di kelas VII SMP. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Desain Pembelajaran Materi Hubungan Antar Sudut Dengan Konteks Fenomena Gerhana Matahari Total”. Adapun rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimana peran penerapan model pembelajaran Problem based Learning dengan konteks gerhana matahar total dalam membantu siswa memahami konsep hubungan antar sudut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dengan konteks fenomena gerhana matahari total dalam membantu siswa memahami konsep hubungan antar sudut. METODE Penelitian ini menggunakan metode penelitian desain (design research) yang mendesain materi hubungan antar sudut dengan model pembelajaran Problem Based Learning menggunakan konteks fenomena Gerhana Matahari Total (GMT). Metode design research yang digunakan type validation studies . Ini merupakan suatu cara yang tepat untuk menjawab pertanyaan peneliti dan mencapai tujuan dari penelitian. Gravemeijer dan Cobb (Sari,2015) menyatakan bahwa ada 3 tahap dalam pelaksanaan design research. Tahap pertama: preparing for the Experiment/Preliminary Design (Persiapan untuk Penelitian/Desain Pendahuluan). Pada tahap ini dilakukan kajian literatur mengenai materi pembelajaran yaitu hubungan antar sudut dengan konteks GMT, model pembelajaran Problem Based Learning, kurikulum 2013 dan strategi awal siswa dalam pembelajaran hubungan antar sudut. Kemudian pada tahap selanjutnya adalah Teaching experiment yaitu uji coba pembelajaran di kelas. Uji coba pengajaran dilakukan peneliti pada siswa SMP Negeri 1 Palembang. Uji coba pengajaran ini direkam dengan menggunakan dokumentasi foto dan video dan hasil kerja siswa juga dikumpulkan. Setelah uji coba, Tahap terakhir adalah Retrospective analisys. Tujuan pokok saat melakukan analisis retrospektif adalah menempatkan percobaan desain dalam konteks teoritis yang lebih luas, sehingga membingkainya sebagai paradigma yang terjadi secara menyeluruh yang ditentukan di awal, dalam hal ini yang dilakukan adalah menganalisis data yang diperoleh dari aktivitas pembelajaran di kelas dan hasil analisa ini digunakan untuk merencanakan kegiatan ataupun untuk mengembangkan desain pada kegiatan pembelajaran berikutnya. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Palembang tahun ajaran 2015/2016 pada siswa kelas VII.4. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi berupa foto dan video, catatan lapangan yang dilaksanakan selama proses pembelajaran, serta lembar pekerjaan siswa.
  • 5. 5 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a HASIL DAN PEMBAHASAN Pembelajaran ini didesain untuk melihat peran konteks gerhana matahari total yang mendukung pemahaman konsep siswa. Siswa dapat memahami dan menemukan konsep hubungan antar sudut yaitu konsep hubungan antar sudut berpelurus dan sudut bertolak belakang melalui tahap-tahap penyelesaian masalah sudut yang terdapat pada pancaran sinar matahari pada gerhana matahari total yang terdapat. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, peran konteks gerhana matahari total yang didesain ternyata cukup membantu siswa dalam memahami dan menemukan konsep hubungan antar sudut. Berikut ini hasil analisis siswa dalam mengerjakan LKPD yang telah didesain : Siswa menyelesaikan solusi 1, yaitu mensketsa gambar pancaran sinar matahari pada gerhana matahari total dan memberi nama dari setiap titik perpotongan antar garis. Adapun perintah pada solusi 1 adalah sebagai berikut : “Resketch total solar eclipse diagram! Name every intersection point on the sketch!” Berikut ini cuplikan jawaban siswa : Gambar 1. Jawaban siswa pada solusi 1 Berdasarkan gambar 1 terlihat siswa telah mampu untuk mensketsa ulang pancaran sinar matahari pada gerhana matahari total dan memberi nama setiap titik perpotongan antar garis. Dengan mensketsa ulang pancaran sinar matahari pada gerhana matahati total, Siswa dapat membangun pengetahuan bahwa untuk membuat sketsa tersebut dibutuhkan empat garis yang keempat garis tersebut saling berpotongan pada titik-titik tertentu. Pada titik-titik perpotongan empat garis inilah yang membentuk sudut-sudut. Selanjutnya siswa meyelesaikan solusi ke 2. Pada solusi kedua ini siswa mengalami kesulitan. Kesulitan siswa terjadi dalam menemungan sudut dan memberi nama sudut. Berikut ini kutipan diskusi tentang menemukan sudut yang terbentuk dari sketsa gerhana matahari total. 1. 2. 3. Peneliti : Ada berapa sudut yang terbentuk dari gerhana matahari total tersebut? 4. 5. 6. Siswa : Ada 3 kan Miss? (sambil menunjukkan ketiga sudut tersebut) 7. 8. 9. Peneliti Benarkah cuma ada 3 sudut? Kenapa hanya tiga sudut tersebut? 10. 11. 12. Siswa : Entah Miss, tapi saya rasa hanya tiga sudut tersebut Miss. 13 14 15 16 17 18 19 Peneliti : Bukan kah tadi telah dijelaskan bahwa sudut terbentuk dari titik perpotongan minimal dua gariskan? Di sketsa tersebut ada berapa titik perpotongan? 20 Siswa : Ada 6 titik perpotongan
  • 6. 6 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a 21 22 23. Miss. (Sambil menghitung titik perpongan) 24. 25 26 27 Peneliti : Nah kalau begitu kira- kira, benarkah sudut yang terbentuk hanya 3 saja? 28 29 30 31. Siswa : Tidak benar, Miss. Sudut yang terbentuk akan banyak sekali dan pasti lebih dari 3 sudut. Berdasarkan transkrip tersebut terlihat jelas bahwa siswa tidak memahami konsep sudut. Hal ini terlihat dari perkataan siswa pada baris ke 4-6. Siswa menjawab bahwa sudut yang terbentuk dari pancaran sinar matahari hanya 3 sudut yang terbentuk. Pada saat ditanya oleh peneliti mengenai alasan mengapa dia menjawab ada 3 sudut, siswa tersebut tidak bisa menjelaskan alasannya sebaimana terdapat pada percakapan pada baris 10-12. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tidak memahami konsep sudut. Setelah peneliti menjelaskan mengenai konsep sudut sebagaimana pada percakapan nomor 13-19 barulah siswa-siswa tersebut mengerti sebagaimana pada percakapan nomor 28-31. Selanjutnya berikut kutipan diskusi siswa tentang memberi nama suatu sudut yang terbentuk dari pancaran sinar matahari pada gerhana matahari total. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Siswa : Bagaimana memberi nama sudut Miss? Kan dalam 1 titik perpotongan ada 4 sudut yang terbentuk. Jika kita menyebutnya ini sudut A? Terus bagaimana dengan sudut yang ini? Bukannya kalau ini sudut A berarti ini sudut A juga? (Sambil menunjuk pada salah satu titik perpotongan yang membentuk 4 sudut yang berbeda) 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Peneliti : Analisa yang bagus, Dik. Sekarang perhatikan contoh sudut dalam bangun datar berikut. (sambil memberi contoh menamai suatu sudut pada yang terbentuk pada persegi), Sekarang paham kan? 27 28 29 30 31 32 33. Siswa : Oh iya yaa Miss, berarti setiap titik perpotongan kita beri nama, maka nama sudutnya adalah perpotongan antara ruas garisnya. Berdasarkan transkrip tersebut terlihat bahwa siswa tidak memahami cara penamaan sudut secara jelas. Pada percakapan baris 1-16 terlihat bahwa siswa kebingungan, bagaimana menamai suatu sudut jika sudut tersebut terbentuk oleh satu titik perpotongan yang sama Namun setelah peneliti
  • 7. 7 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a memberikan salah satu contoh penamaan sudut yang terdapat pada persegi pada percakapan baris 17-26, barulah siswa mengerti bagaimana memberi nama sudut-sudut tersebut. Setelah berdiskusi akhirnya siswa dapat menyelesaikan solusi 2. Adapun perintah pada solusi 2 adalah : “Find every angle on the sketch, how many are they? What are they?” Berikut ini adalah cuplikan jawaban siswa : Gambar 2. Jawaban siswa pada solusi 2 Berdasarkan gambar 2 terlihat bahwa siswa telah memahami konsep sudut. Indikator kepahaman siswa mengenai konsep sudut dapat dilihat dari jumlah sudut yang dapat mereka temukan pada sketsa pancaran sinar matahari. Dari gambar 2, terlihat bahwa siswa telah menemukan 20 sudut dari 22 sudut. Hal ini menunjukkan bahwa siswa telah cukup mengerti mengenai apa sebenarnya yang dimaksud sudut dan bagaimana sudut bisa terbentuk sehingga dengan dasar pengetahuan tersebut, mereka dapat menentukan jumlah sudut yang terbentuk dari gerhana matahari total. Jawaban solusi 2 pada gambar 2 juga menggambarkan kemampuan siswa dalam memberi nama sudut. Kemampuan siswa ini dapat kami simpulkan dari membandingkan antara nama sudut yang mereka jawap pada solusi 2 dengan sudut yang terbentuk pada sketsa yang telah dibuat siswa pada solusi 1. Dari gambar 2, kami lihat jawaban mereka adalah benar. Sehingga kami menyimpulkan bahwa siswa telah mampu memberi nama sudut-sudut yanag cukup rumit yang terbentuk dari gerhana matahari total. Selanjutnya, siswa menyelesaikan solusi 3 yaitu mengukur sudut-sudut yang terbentuk dari pancaran sinar matahari pada gerhana matahari total. Berdasarkan perintah yang terdapat pada solusi 3 ini, terdapat masalah yang terjadi. Berikut ini kutipan diskusi tentang mengukur sudut yang terbentuk dari pancaran sinar matahari pada gerhana matahari total (transkrip percakapan 3). 1 2 3. Peneliti : Bagaimana kalian mengukur besar sudut <CED? 4. 5 6 7 Siswa : Bagaimana ya ? (Sambil memutar- mutar busurnya di atas <CED) 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19. Siswa : Coba saya pinjam busurnya. Begini kan Miss? (sambil menunjukkan besar sudut yang telihat pada busur, namun terdapat kesalahan dalam menggunakan busur yaitu tidak menghitung dimulai dari 0° melainkan mulai dari 180° ). 20 Peneliti : Bukan seperti itu
  • 8. 8 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 adik, kita harus memulai perhitungan besar sudut menggunakan busur dari 0° , nah selanjutnya kita lihat ujung nya berhenti dimana maka itulah yang menunjukkan besar sudutnya. Kalian paham ? 31 Semua : Iya Miss, paham Berdasarkan transkrip tersebut terlihat jelas bahwa siswa masih bingung dalam mengukur sudut dengan menggunakan busur. Hal ini terlihat dari percakapan baris 4-19 dimana siswa terlihat siswa salah dalam menggunakan busur untuk menghiitung besar suatu sudut. Siswa bingung dan salah dalam menentukan derajat awal pada busur untuk menghitung besar suatu sudut..Namun setelah peneliti memberikan contoh dan pengarahan terlihat pada percakapan baris 20-30 barulah siswa mengerti dan bisa menhitung besar suatu sudut menggunakan busur. Kemudian mereka menjawab perintah pada solusi 3. Adapun perintah pada solusi 3 adalah : “Measure every angle that you find!” Berikut ini cuplikan jawaban siswa : Gambar 3. Jawaban siswa pada solusi 3 Berdasarkan gambar 3 terlihat siswa telah mampu mengukur besar sudut dengan menggunakan busur. Indikator kemampuan ini dapat dilihat pola jawaban dan hasil observasi langsung di kelas. Pola jawaban yang diperoleh siswa akan benar jika masing- masing sudut yang diukur memiliki pasangan sudut lain yang sama besar dan memiliki juga pasangan sudut lain yang jika dijumlahkan dengan sudut tersebut maka hasilnya 180°, kita dapat lihat pada gambar 3 menunjukkan bahwa jawaban siswa telah sesuai dengan pola tersebut. Kemudian hasil observasi langsung di kelas juga menunjukkan bahwa siswa telah mengukur sudut mengunakan busur dengan tepat dan benar. Selanjutnya, siswa menyelesaikan solusi 4, yaitu menentukan pasangan sudut-sudut yang memiliki ukuran yang sama. Pada perintah solusi 4 ini siswa tidak menemui masalah. Adapun perintah pada solusi 4 adalah : “Determine every angle that has equal measure!” Berikut ini cuplikan jawaban siswa :
  • 9. 9 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a Gambar 4. Jawaban siswa pada solusi 4 Berdasarkan gambar 4 terlihat jelas bahwa siswa dapat menentukan pasangan sudut yang memiliki besar yang sama. pada solusi 4 tidak terdapat kesulitan yang dialami siswa. Hal ini karena perintah pada solusi 4 sudah jelas dan mudah. Siswa hanya diperintahkan mencari pasangan sudut yang sama besar. Karena pengukuran sudut pada solusi 3 dilakukan dengan tepat dan benar, maka tentunya akan terdapat pasangan-pasangan sudut yang besarnya sama. Sehingga solusi 4 akan mudah diselesaikan. Selanjutnya siswa menyelesaikan solusi 5, yaitu menarik kesimpulan dari pola yang terbentuk pada jawaban solusi 4. Dari perintah solusi 5 ini terdapat masalah yang dihadapi siswa. Berikut ini kutipan diskusi dari menarik kesimpulan dari pola yang terbentuk pada jawaban solusi 4 (transkrip percakapan 4). 1 2 3 4 5 6 7. Siswa 1 : Miss, tidak ada pola pada solusi 4, hanya ada 4 pasangan sudut yang masing-masing pasangan memiliki besar sudut yang sama. 8 9 peneliti : Nah itulah polanya. Sekarang hasil yang 10 11 12 13 14 15 16 17 18 kalian peroleh tersebut coba kalian bandingkan dengan sketsa sudut yang telah kalian buat pada solusi 1. Dari hasil perbandingan tersebut apa yang kalian simpulkan? 19 20 21 22 23 Siswa 2 : Ohh, begitu ya Miss. Sekarang kita lihat <LEK dan <CED pada sketsa. Apa yang dapat kita simpulkan? 24 25 26 27 28 Siswa 3 : Sudut ini terbentuk dari satu titik perpotongan yaitu E. Itu saja yang dapat saya simpulkan. 29 30 31 32 33 34 35 Peneliti : Ya, pengamatan yang bagus sekali. Sekarang dari satu titik perpotongan E ada berapa sudut yang dibentuk? Dan amati kembali polanya. 36 37 38 Siswa 4 : Ada 4 sudut dan ada 2 pasang sudut yang sama. 39 40 41 42 43 Peneliti : Yah, bagus sekali. Sekarang lihat apa hubungan dari satu sudut dengan sudut pasanganya. 44 45 46 47 48 Siswa 5 : Hubungannya? Hmmm,, (sambil berpikir). Miss saya menemukannya polanya.
  • 10. 10 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a Berdasarkan transkrip percakapan di atas, terlihat bahwa awalnya siswa bingung, kesimpulan apa yang dapat diambil dari jawaban solusi 4. Kebingungan ini nampak pada percakapan nomor 1-7. Kebingungan ini wajar dialami oleh siswa. Hal ini terjadi karena terdapat kesalahan pada soal yang dibuat peneliti. Perintah dan petunjuk pada solusi 5 kurang jelas dan informatif. Sehingga siswa mengira bahwa kesimpulan tersebut hanya di dapat dari jawaban solusi 4 tanpa membandingkan dengan sketsa pancaran sinar matahari pada solusi 1. Setelah peneliti memberikan arahan pada percakapan nomor 2, barulah siswa mulai membandingkan antara jawaban solusi 4 dengan sketsa solusi 1. Pada saat membandingkan terlihat siswa kebingungan mencari informasi apa yang mereka dapat simpulkan . Namun dengan arahan dan bimbingan dari peneliti akhirnya siswa dapat menemukan kesimpulannya, sebagaimana terlihat pada percakapan pada beris 24-48. Kemudian mereka menjawab perintah pada solusi 5. Adapun perintah pada solusi 5 adalah : “Observe the pattern that in the answered point number 5.b, what information you can get? Berikut ini cuplikan jawaban dari kelompok 6 : Gambar 5. Jawaban siswa pada solusi 5 Berdasarkan gambar 5, terlihat bahwa siswa telah mampu menarik kesimpulan dari membandingkan jawaban solusi 4 dengan sketsa pancaran sinar matahari pada gerhana matahari total. Hasil kesimpulan siswa bahwa sudut-sudut yang bertolak belakang besar sudutnya pasti sama. dari hasil kesimpulan ini menunjukkan bahwa siswa telah berhasil menemukan konsep hubungan sudut bertolak belakang. Selanjutnya siswa menyelesaikan solusi 6(a), yaitu menemukan sudut lurus dan unit-unit pembentuk sudut lurus tersebut. Sudut lurus tersebut terbentuk dari pancaran sinar matahari pada gerhana matahari total, dimana sudut tersebut terbentuk karena titik perpotongan dua garis dan titik tersebut terletak diantara bulan dan matahari. Adapun perintah pada solusi 6(a) adalah : “Look at the intersection point between two lines of the moon and the sun! Recall the straight angle concept, how many straight angles are there? Observe the straight angles that you found. Are they made of the other angles?” Berikut ini cuplikan jawaban dari kelompok 6 :
  • 11. 11 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a Gambar 6. Jawaban siswa pada solusi 6(a) Berdasarkan gambar 8 di atas, terlihat bahwa siswa sudah mampu menemukan sudut lurus, hal ini menunjukan bahwa mereka telah memahami konsep sudut lurus yaitu sudut yang memiliki besar 180°. Dari gambar di atas dapat dilihat juga bahwa siswa dapat menemukan unit-unit pembentuk sudut lurus tersebut, hal ini menunjukkan bahwa daya analisa siswa sangat baik. Selanjutnya siswa menyelesaikan solusi 6(b), yaitu menganalisis data pada solusi 6(a) dan menentukan hubungan antara sudut lurus dengan unit-unit sudut pembentuk sudut lurus tersebut. Adapun perintah pada solusi Berikut ini cuplikan jawaban dari kelompok 6 : Gambar 11. Contoh 1 cara menjawab siswa pada solusi 6(b) Berdasarkan gambar 11 di atas terlihat bahwa siswa telah mampu menemukan hubungan yang terbentuk dari sudut lurus dengan unit-unit sudut penyusun sudut lurus tersebut. Kesimpulan ini didapat siswa dari hasil analisa dan perbandingan antara data besar sudut yang diperoleh dengan sketsa pancaran sinar matahari pada gerhana matahari total. Setelah menyelesaikan permasalahan-permasalahan pada aktivitas ini, siswa mempresentasikan dan membuat kesimpulan. Selanjutnya siswa mengerjakan dua soal latihan untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa mengenai hubungan antar sudut yaitu hubungan sudut berpelurus dan sudut bertolakbelakang. Berikut ini hasil analisis jawaban latihan siswa : Soal No.1 Dalam memahami soal tersebut, siswa diharapkan mampu untuk mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan serta mampu memahami makna dari symbol- simbol yang diberikan dalam soal berkonteks tersebut dan juga siswa diharapkan memiliki sikap analitik dalam menentukan besar sudut 1. Find the value of x from this picture!
  • 12. 12 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a berpelurus. Gambar 12. Contoh 1 Jawaban siswa pada soal evaluasi No. 1 Berdasarkan gambar di atas, sebenarnya siswa sudah memahami apa saja yang diketahui dan juga unsur- unsur yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah tersebut akan tetapi siswa tidak menuliskan secara tersurat apa saja yang diketahui dan juga apa yang ditanyakan selanjutnya siswa juga tidak memperhatikan syimbol yang ada pada gambar. Sehingga ketika mensketsa gambar ia terpaku pada bentuk gambar bukan pada symbol yang ada pada gambar hal ini menunjukan bahwa sikap analitik siswa masih rendah dalam menentukan besar sudut. Jika dilihat dari sketsa dan juga dari cara aljabar terdapat sebuah kontradiksi jawaban antar keduanya dan juga terdapat sesuatu hal yankg terlihat dipaksakan pada sketsa hal ini menunjukan bahwa tingkat pemahaman konsep siswa terhadap sudut berpelurus masih rendah sehingga siswa terlihat bingung dengan fakta-fakta yang ada sehingga mengakibatkan siswa tidak dapat menarik kesimpulan dari apa yang diperoleh. Gambar 13. Contoh 2 Jawaban siswa pada soal evaluasi No.1 Berdasarkan gambar diatas terlihat siswa sudah memahami apa yang di tanyakan hal itu terlihat ketika siswa mulai bergerak dari apa yang ditanyakan untuk menjawab soal akan tetapi siswa belum memahami fakta sehingga ia salah dalam mengidentifikasi unsur-unsur yang di ketahui dan juga yang di perlukan untuk menjawab soal hal tersebut berakibat kepada salahnya konsep yang diterapkan dan juga salahnya operasi yang di lakukan sehingga hasil yang di dapatkan juga kurang tepat. Soal No.2 Based sketch above, seen near the place of registration are intersection. If the angle formed at the bus terminal is 60 degrees, what is the angle formed at the place of registration?
  • 13. 13 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a Dalam memahami soal tersebut, siswa diharapkan mampu untuk mensketsakan kembali soal yang sudah diberikan, mengidentifikasi sudut dan juga dapat menentukan besar sudut yang bertolak belakang dan sudut berpelurus serta dapat menerapkannya dalam konteks nyata. Gambar 14. Jawaban siswa pada soal evaluasi No.2 Dari jawaban siswa tersebut terlihat bahwa siswa tidak paham soal dan juga ia tidak bisa memahami bagaimana prosedur mengerjakannya sehingga ia hanya dapat mensketsa ulang gambar dari situ juga terlihat bahwa kemampuan siswa dalam pemecahan masalah masih rendah dan juga penguasaan konsep masih lemah sehingga ia tidak dapat memecahkannya ketika soal dalam bentuk konteks nyata. Gambar 15. Jawaban siswa pada soal evaluasi No.2 Dari jawaban siswa tersebut terlihat bahwa siswa sudah memahami soal sehingga ia melakukan sesuai prosedur yaitu mensketsa lalu kemudian menentukan posisi sudut yang diketahui dan posisi sudut yang ditanyakan lalu siswa mengambil kesimpulan, dari jawaban tersebut juga terlihat bahwa siswa sudah memahami konsep sudut sehingga ia dapat menjawab dengan tepat bahwa sudut antara yang diketahui dan yang ditanyakan saling bertolak belakang dan dari jawaban tersebut siswa juga telah paham bahwa sudut yang saling bertolak belakang sama besar. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran problem based learning dengan masalah nyata atau konteks fenomena gerhana matahari total memiliki peranan penting untuk membantu siswa memahami konsep hubungan antar sudut yang terdiri dari hubungan sudut bertolakbelakang dan hubungan sudut berpelurus di kelas VII. Melalui tahap- tahap pembelajaran problem based learning yang dimulai dari orientasi pada masalah fenomena gerhana matahari total sampai dengan siswa menemukan sendiri suatu konsep sangat membantu siswa mengatasi kesulitannya dalam memahami konsep hubungan antar sudut berpelurus.
  • 14. 14 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a DAFTAR PUSTAKA Febriyanti, Helen. 2012. Desain Diktatis Konsep Hubungan Antar Sudut pada Pembelajaran Matematika SMP. Skripsi. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. Firmansyah, Dian Teguh. 2012. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SQ3R terhadap Kemampuan Pemecahan Siswa SMP Kelas VII. UJMER (UNNES Journal of Mathematics Education Research). ISSN NO 2252-6927 Hastika, Fitriana .2012. Desain Dikdaktis Konsep Hubungan Sudut-sudut pada Garis-garis Sejajar dalam Pembelajaran Matematika SMP. Skripsi. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. Sari, Paramitha. 2015. Desain Pembelajaran Materi Pengukuran Sudut dengan Pendekatan PMRI untuk Kelas VI. Jurnal Pendidikan Matematika (Ejournal UNSRI). Vol. 1 No. 1, p. 33-42. Wikipedia. 2016. Geometri. [online]. Tersedia : http:// id.wikipedia.org/wiki/Matematik a. [01 Mei 2016] Yuan et.al. 2008. Promoting Critical Thinking Skill through Problem Based Learning. CMU. Journal of Soc. Sci. And Human, 2 (2): 85-100 Frestia, Rina. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran SAVI dan Model PBL Berbantu CD Interaktif terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Sudut Kelas VII. Prosiding. Mathematics and Science Forum 2014. ISBN 978- 602-0960-00-5