SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa
2014 PPPPTK Bidang Mesin dan Teknik Industri 1
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI
MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS
MELALUI MODEL-ELICITING ACTIVITIES
Yanto Permana
Widyaiswara Madya Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik
dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri
email:yantopermana@gmail.com
ABSTRACT
This study is an experimental pretest-posttest control group design conducted to
investigate the role of model-eliciting activities approach, school cluster, and prior
mathematics ability on student’s mathematical communication and mathematical
disposition. The study involved 219 tenth grade students from three senior high school of
high, medium, and low cluster in Cimahi. The instrumen were a mathematical
communication test, and a mathematical disposition scale. The data were analyzed by
using two paths Annova, Scheffe test, and t-test. The study found that model-eliciting
activities approach, school cluster, and prior mathematical ability have influence toward
attaining and gaining mathematical communication and disposition. The higher school
cluster and student’s prior mathematical ability, the higher student’s mathematical
communication and disposition. However, model-eliciting activities (MEAs) approach
give the best role compare to the role of conventional teaching, school cluster, and
students’ prior mathematics ability on attaining and gaining student’s mathematical
communication and disposition. Students of low and medium school cluster taught by
using model-eliciting activities approach attained higher on mathematical
communication than that of students of high school level taught by conventional
approach. There is high association between mathematical communication and
mathematical disposition.
Key Words: model-eliciting activities approach, mathematical communication,
mathematical disposition.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemampuan komunikasi dan disposisi matematis merupakan kemampuan yang
esensial untuk dikembangkan pada siswa sekolah menengah. Pentingnya pemilikan
kemampuan matematis dan disposisi matematis di atas termuat dalam tujuan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006) untuk Sekolah Menengah Atas antara lain: siswa
memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan atau idea matematika dengan
menggunakan simbol, tabel, diagram, atau media lain, serta memiliki sikap positip
(diposisi) terhadap kegunaan matematika dalam kehidupan, misalnya rasa ingin tahu,
perhatian, dan minat mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
KTSP 2006 menganjurkan agar pembelajaran matematika dimulai dengan
pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem), kemudian secara
bertahap siswa dibimbing memahami konsep matematika secara komprehensif. Pada
Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa
2014 PPPPTK Bidang Mesin dan Teknik Industri 2
dasarnya pencapaian pemahaman tersebut tidak sekedar untuk memenuhi tujuan
pembelajaran matematika saja namun diharapkan muncul efek iringan dari pembelajaran
tersebut. Efek iringan yang dimaksud antara lain adalah siswa lebih: (1) memahami
keterkaitan antar topik matematika; (2) menyadari akan penting dan strategisnya
matematika bagi bidang lain; (3) mamahami peranan matematika dalam kehidupan
manusia; (4) mampu berfikir logis, kritis dan sistematis; (5) kreatif dan inovatif dalam
mencari solusi ; dan (6) peduli pada lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan karakteristiknya, matematika merupakan ilmu yang bernilai guna,
yang tercermin dalam peran matematika sebagai sebagai bahasa simbolik serta alat
komunikasi yang tangguh, singkat, padat, cermat, tepat, dan tidak memiliki makna ganda
(Wahyudin, 2003). Pernyataan tersebut menggambarkan komunikasi matematis
memegang peranan penting sebagai representasi pemahaman siswa terhadap konsep
matematika sendiri dan sebagai ilmu terapan bagi ilmu lainnya. Melalui komunikasi
matematis siswa saling bertukar ide dan mengklarifikasi pemahamannya. Proses
komunikasi tersebut membantu siswa membangun makna dan memperoleh suatu
generalisasi. Dalam upaya mengeksplor dan mengembangkan kemampuan komunikasi
matematis siswa, guru perlu menghadapkan siswa pada berbagai masalah kontekstual
serta memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan gagasannya dan
mengkonsolidasi pemikirannya untuk memecahkan permasalahan yang ada.
Kondisi cara dan hasil belajar matematika siswa yang kurang memuaskan antara
lain dikemukakan oleh beberapa penulis (Abdi, 2004, Cockcroft, 1981, Mettes, 1979,
Rif’at, 2001, Ruseffendi, 1991, Sumarmo, 1993, 1994, Slettenhaar, 2000, Wahyudin,
1999). Misalnya, siswa belajar matematika hanya mencontoh dan mencatat penyelesaian
soal dari guru (Mettes, 1979), dan hanya diberi tahu guru dan tidak mengeksplor sendiri
(Ruseffendi, 1991), pembelajaran matematika kurang melibatkan siswa belajar aktif,
kurang menekankan pada pemahaman siswa dan siswa hanya menerima penjelasan guru
(Slettenhaar 2000, Sumarmo, 1993, 1994, Wahyudin, 1999). Menurut Rif’at (2001)
kegiatan belajar seperti ini membuat siswa cenderung rote learning atau belajar
menghafal dan tanpa memahami atau tanpa mengerti apa yang diajarkan oleh gurunya.
Kesulitan siswa dalam belajar matematika diperkirakan karena pendekatan pembelajaran
yang kurang menarik dan membosankan bagi siswa, dan kurang mengaitkan dengan
pengetahuan awal siswa, dan kurang memberi kesempatan siswa melakukan reinvention
(Abdi 2004, Cockcroft, 1981, Jenning dan Dunne, 1998) dan siswa kurang menguasai
konsep-konsep dasar matematika (Wahyudin, 1999).
Selain dari temuan yang belum memuaskan di atas, terdapat beberapa studi yang
mengimplementasikan pembelajaran inovatif memberikan temuan yang positif. Beberapa
studi tersebut di antaranya adalah kemampuan komunikasi matematik dan pandangan
siswa yang memperoleh Survey, Question, Review, Write (Sudrajat, 2001), lebih baik
dari kemampuan siswa pada kelas konvensional. Temuan lainnya di antaranya adalah:
kemampuan komunikasi dan penalaran matematik siswa yang mendapat pendekatan
berbasis masalah dalam kelompok kecil lebih baik dari kemampuan siswa kelas
konvensional (Afgani, 2004), dan kemampuan Komunikasi dan Disposisi matematik
siswa melalui strategi Think Talk and Write (Ansyari, 2004), melalui strategi
transactional reading (Sukmadewi, 2004), dan melalui pendekatan Methaporical
Thinking (Hendriana 2009) lebih baik dari kemampuan siswa pada kelas konvensional.
Berhubungan dengan pembelajaran matematika, Lesh dan Doerr (2003)
mengajukan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada kemampuan
menghubungkan ide matematika dan fenomena nyata yang kemudian dinamakannya
Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa
2014 PPPPTK Bidang Mesin dan Teknik Industri 3
model-eliciting activities. Model ini merupakan jembatan antara model dan interpretasi,
dan memberi peluang yang besar kepada siswa untuk mengeksploitasi pengetahuannya
dalam belajar matematika. Dengan menggunakan model-eliciting activities belajar siswa
menjadi bermakna karena ia dapat menghubungkan konsep yang dipelajarinya dengan
konsep yang sudah dikenalnya. Uraian di atas, melukiskan bahwa model-eliciting
activities merupakan jembatan antara model dan interpretasi, memberikan peluang yang
besar kepada siswa untuk mengeksploitasi pengetahuannya dalam belajar matematika.
Dengan menggunakan model-eliciting activities belajar siswa menjadi bermakna karena
ia dapat melihat hubungan antara konsep yang dipelajarinya dengan konsep yang
dikenalnya. Hal ini diharapkan membuat siswa mengubah pandangannya bahwa
matematika sebagai pelajaran yang sulit dan siswa sebenarnya mampu mempelajari
matematika.
Uraian, temuan-temuan sejumlah studi dan analisis di atas memberikan dugaan
bahwa pendekatan model-eliciting activities seperti pendekatan inovatif lainnya yang
menekankan pada siswa belajar aktif akan memberikan hasil belajar siswa yang lebih baik
dari pada pembelajaran konvensional. Rasional tersebut mendorong peneliti untuk
melaksanakan suatu eksperimen yang mengimplementasikan pendekatan model-eliciting
activities untuk mengembangkan kemampuan Komunikasi dan Disposisi matematis
siswa SMA. Memperhatikan sifat matematika yang sistimatik sehingga untuk
mempelajari suatu konsep matematika memerlukan penguasaan materi dan proses
matematika sebelumnya, maka diperkirakan kemampuan awal matematika siswa dan
kluster sekolah yang juga menggambarkan kemampuan matematika siswa sebelum
pembelajaran akan memberikan peranan terhadap pencapaian kemampuan Komunikasi
dan Disposisi matematiks siswa SMA
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Apakah pencapaian dan perolehan (gain) komunikasi matematis dan diposisi
matematis, siswa yang memperoleh pembelajaran melalui pendekatan model-eliciting
activities lebih baik daripada yang menggunakan pembelajaran konvensional ditinjau
dari siswa secara keseluruhan, tingkat kemampuan awal matematika siswa dan
kluster sekolah?
2 Apakah terdapat asosiasi antara kemampuan komunikasi matematis dengan disposisi
matematis siswa?
1.3 Hipotesis Penelitian
Sejalan dengan masalah penelitian yang diuraikan di atas, hipotesis penelitiannya
adalah:
1. Kemampuan komunikasi matematis dan disposisi matematis, siswa yang
menggunakan pendekatan model-eliciting activities masing-masing lebih baik dari
kemampuan matematis siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.
2. Terdapat asosiasi antara kemampuan komunikasi matematis siswa dengan disposisi
matematisnya.
Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa
2014 PPPPTK Bidang Mesin dan Teknik Industri 4
2. METODE
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, dengan desain kelompok kontrol
pretes-postes. Desain penelitiannya sebagai berikut :
A O X O
A O O
Keterangan:
A : Pemilihan sampel secara acak terhadap kelas
O : Tes kemampuan komunikasi matematis siswa
X : Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan model-eliciting activities
Subyek penelitian ini adalah sebanyak 219 siswa kelas X dari tiga SMA Negeri
masing-masing dari kluster rendah, menengah, dan tinggi di Cimahi. Penentuan sampel
penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut. Dari tiap kluster SMA (tinggi,
menengah, dan rendah) yang ditetapkan Dinas pendidikan Kota Cimahi, masing-masing
diambil satu SMA secara acak, dan dari tiap SMA terpilih dipilih dua kelas X secara acak
dari kelas X yang ada, dan terakhir pada dua kelas yang terpilih ditetapkan secara acak
juga satu kelas kelas eksperimen dan lainnya sebagai kelas kontrol.
Instrumen penelitian terdiri dari tes komunikasi matematis dan satu skala disposisi
matematis yang khusus disusun untuk penelitian ini. Penyusunan instrumen dan
kelayakannya berpedoman pada Arikunto (2005). Bahan ajar untuk pendekatan model-
eliciting activities disusun berdasarkan karakteristik pendekatan pembelajaran tersebut.
Analisis data menggunakan anova dua jalur, uji Scheffe dan uji-t dengan menggunakan
bantuan program microsoft excel 2007, MINITAB-15, dan SPSS versi 16.
Berikut ini disajikan sampel butir tes komunikasi matematis yang digunakan
dalam penelitian ini.
Alia mengamati sebuah perlombaan perahu layar dari tepi sebuah mercusuar setinggi
80 m. Dia sedang mengamati dua perahu layar milik Dodi dan Coki yang segaris
dengan kaki menara pada sudut depresi 30o
dan 60o
. Tepat di tempat Alia berada,
berdiri tegak sebuah tiang bendera yang titik ujungnya terlihat oleh Dodi dengan
sudut elevasi tertentu.
a. Gunakan diagram untuk menggambarkan posisi Dodi dan Coki pada saat itu,
kemudian tentukan jaraknya!
b. Cukupkah informasi di atas untuk menghitung panjang dari tiang bendera tersebut?
Jika ya, hitunglah panjangnya! Jika tidak, tambahkan informasi baru kemudian
hitunglah panjangnya!
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis
Deskripsi pencapaian dan perolehan (gain) kemampuan komunikasi matematis
berdasarkan pembelajaran, kluster sekolah dan kemampuan awal matematika siswa
(KAM) tersaji pada Tabel 1.
Berdasarkan data pada Tabel 1, diperoleh temuan sebagai berikut.
a) Secara keseluruhan pencapaian komunikasi matematis siswa kelas model-eliciting
activities (MEAs) tergolong cukup baik (19,21 dari 30) dan lebih baik dari
komunikasi matematis siswa kelas konvensional (15,41 dari 30) yang tergolong
sedang. Demikian pula gain komunikasi matematis siswa kelas MEAs (0,51) lebih
tinggi dari gain komunikasi matematis siswa kelas konvensional (0,34). Hasil
serupa ditemukan pula pencapaian dan gain komunikasi matematik siswa pada tiap
Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa
2014 PPPPTK Bidang Mesin dan Teknik Industri 5
kluster sekolah dan tiap level KAM siswa kelas MEAs lebih tinggi dari pencapaian
dan gain siswa kelas konvensional.
b) Pada kedua kelas (MEAs dan konvensional) makin tinggi kluster sekolah dan makin
tinggi KAM siswa ditemukan makin tinggi pula pencapaian dan gain komunikasi
matematis siswa. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa kluster sekolah dan
KAM siswa berperan terhadap pencapaian dan gain komunikasi matematis siswa.
c) Namun, siswa dari kluster sekolah rendah dan menengah yang belajar dengan
MEAs masing-masing mencapai komunikasi matematis yang lebih baik dari
komunikasi siswa dari kluster sekolah tinggi yang belajar dengan pendekatan
konvensional. Temuan tersebut menunjukkan bahwa peran pendekatan MEAs lebih
unggul dari peran kluster sekolah dalam pencapaian komunikasi matematis siswa.
Dari hasil analisis data diketahui bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa
yang pembelajarannya menggunakan model-eliciting activities lebih baik daripada yang
menggunakan cara konvensional, walaupun kemampuan komunikasi matematis siswa
yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan MEAs dan yang memperoleh
pembelajaran Konv berada dalam kualifikasi. Siswa yang belajar dengan pendekatan
MEAs mengkomunikasikan konsep matematiknya dengan menggunakan representasi
model matematika yang akurat berdasarkan budaya atau kulturnya sehari-hari sehingga
konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih konkrit dan mudah dipahami karena
disajikan dalam konteks yang sudah dikenal siswa.
Hasil ini sejalan dengan pendapat Prijosaksono (2007) yang mengatakan bahwa
komunikasi matematis akan berjalan efektif jika memperhatikan aspek-aspek sebagai
berikut :
 Kejelasan (clarity)
 Ketepatan (accuracy)
 Konteks(contex)
 Alur (flow)
 Budaya (culture)
Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kluster sekolah
dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Berarti secara bersamaan
faktor pendekatan pembelajaran dan kluster sekolah tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.
Tabel 1. Deskripsi Kemampuan Komunikasi Matematis berdasarkan Pendekatan Pembelajaran,
Kluster Sekolah, dan KAM
Kluster
Sekolah
KAM
MEAs Konv
Tes
Awal
Tes
Akhir
<g> n
Tes
Awal
Tes
Akhir
<g> n
Tinggi
Baik
13,73
(0,47)
25,45
(2,30)
0,72 11
13,20
(0,92)
23,10
(2,08)
0,59 10
Sedang
8,07
(1,98)
18,86
(1,88)
0,49 14
9,00
(2,52)
15,29
(2,85)
0,30 17
Kurang
3,60
(0,55)
14,40
(1,34)
0,41 5
2,25
(0,50)
9,00
(0,82)
0,24 4
Sub Total
9,40
(3,95)
20,53
(4,55)
0,54 30
9,48
(3,92)
17,00
(5,32)
0,37 31
Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa
2014 PPPPTK Bidang Mesin dan Teknik Industri 6
Kluster
Sekolah
KAM
MEAs Konv
Tes
Awal
Tes
Akhir
<g> n
Tes
Awal
Tes
Akhir
<g> n
Menengah
Baik
11,67
(1,12)
26,11
(1,96)
0,79 9
13,14
(0,38)
24,43
(1,13)
0,67 7
Sedang
8,16
(1,86)
19,95
(2,41)
0,54 19
9,32
(1,83)
16,74
(2,83)
0,36 19
Kurang
3,27
(0,79)
12,18
(1,78)
0,33 11
3,57
(1,40)
9,86
(1,56)
0,24 14
Sub Total
7,59
(3,40)
19,18
(5,50)
0,52 39
7,98
(3,85)
15,68
(5,58)
0,35 40
Rendah
Baik
11,00
(0,00)
27,00
(0,00)
0,84 3
13,00
(1,00)
24,33
(0,58)
0,67 3
Sedang
8,88
(0,72)
21,63
(2,00)
0,60 16
9,07
(1,14)
19,21
(2,42)
0,48 14
Kurang
4,58
(2,22)
13,89
(3,14)
0,37 19
4,42
(1,61)
9,58
(2,52)
0,20 24
Sub Total
6,89
(2,90)
18,18
(5,22)
0,49 38
6,63
(3,17)
13,95
(5,90)
0,31 41
Total
Baik
12,57
(1,38)
25,91
(2,02)
0,77 23
13,15
(0,75)
23,75
(1,71)
0,63 20
Sedang
8,37
(1,63)
20,18
(2,37)
0,55 49
9,14
(1,92)
16,94
(3,09)
0,37 50
Kurang
4,03
(1,79)
13,43
(2,67)
0,36 35
3,93
(1,60)
9,62
(2,11)
0,22 42
Total
7,85
(3,52)
19,21
(5,19)
0,51 107
7,90
(3,78)
15,41
(5,71)
0,34 112
SMI: 30
Selain itu ditemukan pula bahwa tidak terdapat interaksi antara pendekatan
pembelajaran dengan klasifikasi kemampuan matematika secara umum dalam
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Berarti secara bersamaan faktor
pendekatan pembelajaran dan KAM tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa pada kluster sekolah menengah dan rendah
pendekatan pembelajaran lebih berperan daripada kluster sekolah dalam pencapaian
kemampuan komunikasi matematis. Selain itu terlihat pula bahwa faktor KAM lebih
berperan daripada pendekatan pembelajaran dalam pencapaian kemampuan komunikasi
matematis. Sehingga dari dua tabel tersebut kita memperoleh kesimpulan bahwa di antara
faktor pendekatan pembalajaran, kluster sekolah dan KAM maka faktor KAM memiliki
peran yang lebih besar dibandingkan dengan faktor yang lainnya dalam pencapaian
kemampuan komunikasi matematis siswa. Hasil inipun sejalan dengan psikologi gestalt
(Purwanto, 1996) yang mengatakan bahwa dalam belajar pribadi atau organisme
memegang peranan paling sentral. Belajar tidak hanya dilakukan secara reaktif
mekanistis belaka tetapi dilakukan dengan sadar, bermotif dan bertujuan
3.2. Analisis Disposisi Matematis Siswa
Deskripsi disposisi matematis siswa berdasarkan pembelajaran, kluster sekolah
dan kemampuan awal matematika (KAM) siswa tersaji pada Tabel 2.
Berdasarkan data pada Tabel 2 diperoleh temuan sebagai berikut:
Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa
2014 PPPPTK Bidang Mesin dan Teknik Industri 7
a) Secara keseluruhan disposisi matematis siswa kelas model-eliciting activities (MEAs)
tergolong cukup baik (147,21 dari 200) dan lebih baik dari disposisi matematis siswa
kelas konvensional (132,38 dari 200) yang tergolong sedang. Untuk menguji apakah
adanya perbedaan rerata tersebut maka dilakukan uji beda rerata. Hasil perhitungan
dengan uji t tersaji pada Tabel 8. Hasil serupa ditemukan pula diposisi matematis
siswa pada tiap kluster sekolah dan tiap level KAM siswa kelas MEAs lebih tinggi
dari pencapaian siswa kelas konvensional.
b) Pada kelas MEAs makin tinggi kluster sekolah dan makin tinggi KAM siswa
ditemukan makin tinggi pula disposisi matematis siswa. Keadaan tersebut
menggambarkan bahwa pada pembelajaran MEAs, kluster sekolah dan KAM siswa
berperan terhadap disposisi matematis siswa.
Tabel 2. Deskripsi Disposisi Matematis Siswa Berdasarkan Pendekatan
Pembelajaran, Kluster Sekolah, dan KAM
Kluster
Sekolah
KAM
Pendekatan Pembelajaran
TOTAL
MEAs Konv
Rerata s n Rerata s n Rerata s n
Tinggi
Baik 173,18 11,48 11 153,90 8,14 10 164,00 13,90 21
Sedang 150,29 4,01 14 131,53 6,52 17 140,00 10,94 31
Kurang 133,40 5,59 5 119,75 0,96 4 127,33 8,23 9
Sub
Total
155,87 16,51 30 137,23 13,94 31 146,39 17,81 61
Menengah
Baik 174,56 10,75 9 159,14 13,23 7 167,81 13,93 16
Sedang 151,42 6,05 19 134,84 8,01 19 143,13 10,94 38
Kurang 120,55 6,99 11 110,64 11,50 14 115,00 10,82 25
Sub
Total
148,05 21,11 39 130,63 19,96 40 139,23 22,21 79
Rendah
Baik 186,00 3,61 3 171,67 15,53 3 178,83 12,78 6
Sedang 154,31 8,90 16 145,07 6,75 14 150,00 9,13 30
Kurang 119,74 16,46 19 116,75 13,48 24 118,07 14,76 43
Sub
Total
139,53 25,21 38 130,44 21,12 41 134,81 23,48 79
Total
Baik 175,39 11,01 23 158,40 12,28 20 167,49 14,33 43
Sedang 152,04 6,75 49 136,58 8,95 50 144,23 11,08 99
Kurang 121,94 13,57 35 115,00 12,43 42 118,16 13,34 77
Total 147,21 22,33 107 132,38 19,04 112 139,63 21,96 219
SMI: 200
Berdasarkan Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa disposisi matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan pendekatan model-eliciting activities lebih baik
daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan cara konvensional.
Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa
2014 PPPPTK Bidang Mesin dan Teknik Industri 8
Hasil ini sejalan dengan pandangan konstruksivisme yang mengatakan bahwa
pengetahuan dalam diri seseorang terbentuk ketika seseorang mengalami tempaan
kognitif. Melalui pendekatan MEAs belajar dapat dipahami sebagai proses kognitif yang
bergulir dengan sendirinya dalam diri seseorang ketika yang bersangkutan memperoleh
pengalaman konkrit, wacana kolaboratif, dan kegiatan melakukan refleksi. Selain itu
dalam pendekatan ini konsep baru yang akan dipelajari siswa dihubungkan dengan
konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa melalui aktivitas pemodelan
matemtika, sehingga terjadi belajar bermakna. Dalam pendekatan ini pula siswa diberi
kebebasan untuk bereksplorasi dengan berbagai cara untuk mengungkapkan
pemahamannya terhadap suatu konsep dan diberi kebebasan yang seluas-luasnya untuk
berani mengemukakan pendapatnya. Karena siswa terus dilatih bereksplorasi dan berani
mengemukakan pendapat serta dia merasa belajarnya bermakna maka siswa akan
mempunyai kecenderungan untuk betindak positif dalam belajar matematika.
Tabel 3. Uji Perbedaan Rerata Skor Disposisi Matematis Siswa
Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan
Pembelajaran
Tes Disposisi (SMI: 200)
thit p Ho
Rerata S n
MEAs 147,2 22,3 107
5,28 0,000 Tolak
Konv 132,40 19,0 112
H0 : Tidak ada perbedaan signifikan antara kelas dengan pembelajaran
model-eliciting activities dan kelas konvensional
3.3. Asosiasi antara Komunikasi Matematis dan Disposisi Matematis Siswa
Dari hasil perhitungan diperoleh χ2
hit = 155,992 dengan α= 0,05 dan dk = (3-1)(3-
1) didapat χ2
tab = 9,49, sehingga dapat disimpulkan terdapat asosiasi antara level
kualifikasi komunikasi dan disposisi matematis siswa. Selanjutnya derajat asosiasi
dihitung melalui koefisien kontingensi C. Dari hasil perhitungan diperoleh C= 0,64 dan
Cmaks = 0,816, sehingga diperoleh C=0,79Cmaks yang termasuk ke dalam kriteria tinggi.
Tabel 4. Banyaknya Siswa Berdasarkan Kemampuan Komunikasi
dan Disposisi Matematis
Komunikasi
Disposisi
Jumlah
Baik Sedang Kurang
Baik 29 6 0 35
Sedang 7 78 0 85
Kurang 0 80 19 99
Jumlah 36 164 19 219
Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa
2014 PPPPTK Bidang Mesin dan Teknik Industri 9
Dari hasil analisis data di atas diketahui bahwa terdapat keterkaitan antara kualitas
kemampuan komunikasi dengan disposisi matematis siswa. Kaitannya termasuk kategori
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa: (1) Siswa yang kemampuan komunikasi
matematisnya baik, disposisi matematisnya baik pula; (2) Siswa yang kemampuan
komunikasi matematisnya sedang, disposisi matematisnya sedang pula; (3) Siswa yang
kemampuan komunikasi matematisnya kurang, disposisi matematisnya kurang pula.
4. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a. Ditinjau dari siswa secara keseluruhan maupun menurut kluster sekolah dan tingkat
kemampuan awal matematika, pencapaian dan perolehan (gain) kemampuan
komunikasi matematis untuk siswa yang pembelajarannya menggunakan model-
eliciting activities tergolong cukup baik dan lebih baik daripada kemampuan siswa
yang mendapat pembelajaran konvensional yang tergolong sedang. Demikian pula
disposisi matematis siswa kelas MEAs lebih baik dari disposisi matematis siswa kelas
konvensional dan keduanya tergolong cukup baik. Kemampuan matematis dan
disposisi siswa kelas MEAs tergolong cukup baik.
b. Terdapat asosiasi yang tinggi antara kemampuan komunikasi dengan disposisi
matematis.
REFERENSI
Abdi, A. (2004). Senyum Guru matematika dan Upaya Bangkitkan Gairah Siswa.
[Online].Tersedia:http://www.waspada.co.id/serba_serbi/pendidikan/artikel.ph
p?article_id=6722 [28 maret 2005]
Afgani, J. D. (2004). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Pemahaman
Matematika Siswa SLTP melalui Pendekatan Open-ended. Disertasi pada
Pascasarjana UPI, tidak dipublikasikan
Ansyari. B. (2004), Menumbuhkembangkan Kemampuan Komunikasi dan Disposisi
Matematik Siswa SMU Melalui Strategi Think-talk-write. Disertasi pada
Pascasarjana UPI, tidak dipublikasikan
Arikunto, S. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi
Aksara.
Cockcroft, W. (1981). Mathematics counts: Report into the teaching of mathematics in
schools under the chairmanship of W.H. Cockcroft. London, UK: HMSO.
Hendriana, H. (2009). Pembelajaran dengan Pendekatan Methaporical Thinking untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematik, Komunikasi Matematik
dan Kepercayaan Diri Siswa Sekolah Menengah Pertama. Disertasi pada
Sekolah Pasca Sarjana UPI : tidak diterbitkan.
Jennings, S. & Dunne, R. (1998) Discussion Papers. Tersedia:
http://www.ex.ac.uk/telematics/T3/maths/mathfram.htm
KTSP (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:Depdiknas.
Lesh, R., & Doerr, H. (2003). Foundations of a models and modeling perspective on
mathematics teaching, learning, and problem solving. In R. Lesh & H. Doerr
(Eds.), Beyond Constructivism: Models and Modeling Perspectives on
Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa
2014 PPPPTK Bidang Mesin dan Teknik Industri 10
Mathematics Problem Solving, Learning and Teaching (pp. 3–34). Mahwah, NJ:
Erlbaum.
Mettes, C.T.W. (1979). Teaching and Learning Problem Solving in Science A General
Strategy. International Journal of Science Education, 57(3),882-885.
Rif’at, M. (2001). Pengaruh Pola-Pola Pembelajaran Visual Dalam Rangka
Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah-Masalah Matematika.
Disertasi pada Sekolah Pasca Sarjana UPI : tidak diterbitkan.
Ruseffendi, E.T.(1991). Pengantar kepada Membantu Guru mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA.
Bandung: Tarsito
Slettenhaar (2000). Adapting Realistic Mathematics Education in the Indonesian Context.
Dalam Majalah Ilmiah Himpunan Matematika Indonesia (Prosiding Konperensi
Nasional Matematika X ITB, 17-20 Juli 2000)
Sudrajat, (2001). Penerapan SQ3R pada Pembelajaran Tindak Lanjut untuk Peningkatan
Kemampuan Komunikasi dalam Matematika SMU. Tesis pada Sekolah Pasca
Sarjana UPI : tidak diterbitkan
Sukmadewi, T.S. (2004). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Matematika Tingkat
Tinggi Siswa SMU melalui Belajar dalam Kelompok Kecil dengan Strategi
transactional Reading. Bandung: Tesis pada PPS UPI. Tidak diterbitkan.
Sumarmo, U. (1993). Peranan Kemampuan Logik dan kegiatan Belajar terhadap
kemampuan Pemecahan Masalah Matematik pada siswa SMA di Kodya
Bandung. Laporan Penelitian IKIP Bandung : tidak diterbitkan
Sumarmo, U. (1994). Suatu Alternatif Pengajaran untuk meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah matematik pada Guru dan Siswa SMP. Laporan Penelitian
FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan.
Wahyudin (1999). Kemampuan Guru Matematika, calon guru matematika, dan siswa
dalam mata pelajaran matematika. Disertasi pada Sekolah Pasca Sarjana UPI :
tidak diterbitkan
Wahyudin (2003). Ensiklopedi Matematika dan Peradaban Manusia. Jakarta: Tarity
Samudra Berlian.
Prijosaksono (2007). Komunikasi yang Efektif. [online]. Tersedia :
http://bocahalas.lingkungan.org/?p=20 – 18k(4 Desember 2008)
Purwanto, N. (1996). Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya.

More Related Content

What's hot

Makalah seminar ispi
Makalah seminar ispiMakalah seminar ispi
Makalah seminar ispisrirejeki345
 
Berpikir kreatif+open ended
Berpikir kreatif+open endedBerpikir kreatif+open ended
Berpikir kreatif+open endedDini Safitri
 
Jurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaJurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaNurmalianis Anis
 
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah
Peningkatan kemampuan pemecahan masalahPeningkatan kemampuan pemecahan masalah
Peningkatan kemampuan pemecahan masalahLukman
 
4947 9540-1-pb
4947 9540-1-pb4947 9540-1-pb
4947 9540-1-pbFppi Unila
 
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limasAnalisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limasSulistiawati .
 
P 18 pendidikan(nila k)
P 18 pendidikan(nila k)P 18 pendidikan(nila k)
P 18 pendidikan(nila k)Cha Aisyah
 
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasional
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasionalResume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasional
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasionalMas Becak
 
Metode problen solving
Metode problen solvingMetode problen solving
Metode problen solvingkaffah
 
Peningkatkan hasil belajar_matematika_melalui_mode
Peningkatkan hasil belajar_matematika_melalui_modePeningkatkan hasil belajar_matematika_melalui_mode
Peningkatkan hasil belajar_matematika_melalui_modeAgunk Wahyudi
 
prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...
prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...
prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...tikamathworld
 
Meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa dengan cps
Meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa dengan cpsMeningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa dengan cps
Meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa dengan cpsMadunforyou Madunforyou
 
Disertasi pendidikan matematika
Disertasi pendidikan matematikaDisertasi pendidikan matematika
Disertasi pendidikan matematikaWe-You A. Latif
 

What's hot (20)

Makalah seminar ispi
Makalah seminar ispiMakalah seminar ispi
Makalah seminar ispi
 
4 7-1-sm (2)
4 7-1-sm (2)4 7-1-sm (2)
4 7-1-sm (2)
 
1 st, Try
1 st, Try1 st, Try
1 st, Try
 
Berpikir kreatif+open ended
Berpikir kreatif+open endedBerpikir kreatif+open ended
Berpikir kreatif+open ended
 
Seminar Usul penelitian
Seminar Usul penelitianSeminar Usul penelitian
Seminar Usul penelitian
 
Jurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaJurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematika
 
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah
Peningkatan kemampuan pemecahan masalahPeningkatan kemampuan pemecahan masalah
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah
 
4947 9540-1-pb
4947 9540-1-pb4947 9540-1-pb
4947 9540-1-pb
 
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limasAnalisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
 
P 18 pendidikan(nila k)
P 18 pendidikan(nila k)P 18 pendidikan(nila k)
P 18 pendidikan(nila k)
 
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasional
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasionalResume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasional
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasional
 
Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)
Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)
Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)
 
Pp pemahaman matematis Tina Lisdianti
Pp pemahaman matematis Tina LisdiantiPp pemahaman matematis Tina Lisdianti
Pp pemahaman matematis Tina Lisdianti
 
Metode problen solving
Metode problen solvingMetode problen solving
Metode problen solving
 
Peningkatkan hasil belajar_matematika_melalui_mode
Peningkatkan hasil belajar_matematika_melalui_modePeningkatkan hasil belajar_matematika_melalui_mode
Peningkatkan hasil belajar_matematika_melalui_mode
 
Koneksi Matematika
Koneksi MatematikaKoneksi Matematika
Koneksi Matematika
 
prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...
prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...
prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...
 
Proposal SKRIPSI
Proposal SKRIPSIProposal SKRIPSI
Proposal SKRIPSI
 
Meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa dengan cps
Meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa dengan cpsMeningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa dengan cps
Meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa dengan cps
 
Disertasi pendidikan matematika
Disertasi pendidikan matematikaDisertasi pendidikan matematika
Disertasi pendidikan matematika
 

Viewers also liked

Bab i%2 c v%2c daftar pustaka
Bab i%2 c v%2c daftar pustakaBab i%2 c v%2c daftar pustaka
Bab i%2 c v%2c daftar pustakaFppi Unila
 
Disposisi matematis
Disposisi matematisDisposisi matematis
Disposisi matematisFppi Unila
 
Prosiding 15-januari-2014
Prosiding 15-januari-2014Prosiding 15-januari-2014
Prosiding 15-januari-2014Fppi Unila
 
3351 6492-1-pb
3351 6492-1-pb3351 6492-1-pb
3351 6492-1-pbFppi Unila
 
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011Fppi Unila
 
Prosiding semnas pembejaran_mat_6_des_09
Prosiding semnas pembejaran_mat_6_des_09Prosiding semnas pembejaran_mat_6_des_09
Prosiding semnas pembejaran_mat_6_des_09Fppi Unila
 
T1 192006033 full text
T1 192006033 full textT1 192006033 full text
T1 192006033 full textFppi Unila
 
Metodologi penelitian upi
Metodologi penelitian upiMetodologi penelitian upi
Metodologi penelitian upiFppi Unila
 
Prosiding semnas uns kuswari
Prosiding semnas uns kuswariProsiding semnas uns kuswari
Prosiding semnas uns kuswariFppi Unila
 
Prosiding semnas u_pgri_2011
Prosiding semnas u_pgri_2011Prosiding semnas u_pgri_2011
Prosiding semnas u_pgri_2011Fppi Unila
 
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematika
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematikaProsiding seminar-nasional-pendidikan-matematika
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematikaFppi Unila
 
Unimed proceeding-31183-prosiding semnas 2010-pengembangan kemandirian belajar
Unimed proceeding-31183-prosiding semnas 2010-pengembangan kemandirian belajarUnimed proceeding-31183-prosiding semnas 2010-pengembangan kemandirian belajar
Unimed proceeding-31183-prosiding semnas 2010-pengembangan kemandirian belajarFppi Unila
 
08 mumun syaban
08 mumun syaban08 mumun syaban
08 mumun syabanFppi Unila
 
Prosiding 15-januari-2014
Prosiding 15-januari-2014Prosiding 15-januari-2014
Prosiding 15-januari-2014Fppi Unila
 
Timss2007 international mathematicsreport
Timss2007 international mathematicsreportTimss2007 international mathematicsreport
Timss2007 international mathematicsreportFppi Unila
 

Viewers also liked (20)

Bab i%2 c v%2c daftar pustaka
Bab i%2 c v%2c daftar pustakaBab i%2 c v%2c daftar pustaka
Bab i%2 c v%2c daftar pustaka
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Disposisi matematis
Disposisi matematisDisposisi matematis
Disposisi matematis
 
Prosiding 15-januari-2014
Prosiding 15-januari-2014Prosiding 15-januari-2014
Prosiding 15-januari-2014
 
3351 6492-1-pb
3351 6492-1-pb3351 6492-1-pb
3351 6492-1-pb
 
Ipi288304
Ipi288304Ipi288304
Ipi288304
 
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011
 
Prosiding semnas pembejaran_mat_6_des_09
Prosiding semnas pembejaran_mat_6_des_09Prosiding semnas pembejaran_mat_6_des_09
Prosiding semnas pembejaran_mat_6_des_09
 
Ipi288264
Ipi288264Ipi288264
Ipi288264
 
Risqi rahman
Risqi rahmanRisqi rahman
Risqi rahman
 
Halaman depan
Halaman depanHalaman depan
Halaman depan
 
T1 192006033 full text
T1 192006033 full textT1 192006033 full text
T1 192006033 full text
 
Metodologi penelitian upi
Metodologi penelitian upiMetodologi penelitian upi
Metodologi penelitian upi
 
Prosiding semnas uns kuswari
Prosiding semnas uns kuswariProsiding semnas uns kuswari
Prosiding semnas uns kuswari
 
Prosiding semnas u_pgri_2011
Prosiding semnas u_pgri_2011Prosiding semnas u_pgri_2011
Prosiding semnas u_pgri_2011
 
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematika
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematikaProsiding seminar-nasional-pendidikan-matematika
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematika
 
Unimed proceeding-31183-prosiding semnas 2010-pengembangan kemandirian belajar
Unimed proceeding-31183-prosiding semnas 2010-pengembangan kemandirian belajarUnimed proceeding-31183-prosiding semnas 2010-pengembangan kemandirian belajar
Unimed proceeding-31183-prosiding semnas 2010-pengembangan kemandirian belajar
 
08 mumun syaban
08 mumun syaban08 mumun syaban
08 mumun syaban
 
Prosiding 15-januari-2014
Prosiding 15-januari-2014Prosiding 15-januari-2014
Prosiding 15-januari-2014
 
Timss2007 international mathematicsreport
Timss2007 international mathematicsreportTimss2007 international mathematicsreport
Timss2007 international mathematicsreport
 

Similar to KOMUNIKASI MATEMATIKA

Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...umdatus
 
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...NERRU
 
eva sutriana 162050701068.pdf
eva sutriana 162050701068.pdfeva sutriana 162050701068.pdf
eva sutriana 162050701068.pdfAnastasya161
 
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis MasalahLaporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis MasalahNailul Hasibuan
 
Proposal kuantitatif
Proposal kuantitatifProposal kuantitatif
Proposal kuantitatifAlina Margono
 
Matematika realistik indonesia
Matematika realistik indonesiaMatematika realistik indonesia
Matematika realistik indonesiasinaramdhani
 
Model Eliciting Activities (MEAs)
Model Eliciting Activities (MEAs)Model Eliciting Activities (MEAs)
Model Eliciting Activities (MEAs)Annisa Izzah
 
Model pembelajaran matematika realistik indonesia ( pmri) jadi
Model pembelajaran matematika realistik indonesia  ( pmri) jadiModel pembelajaran matematika realistik indonesia  ( pmri) jadi
Model pembelajaran matematika realistik indonesia ( pmri) jadiAl-Zorozerofour Buitenzorg
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitiandedy solin
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitiandedy solin
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitiandedy solin
 
Modelpembelajaranmatematikarealistikindonesiapmrijadi 131021213803-phpapp01
Modelpembelajaranmatematikarealistikindonesiapmrijadi 131021213803-phpapp01Modelpembelajaranmatematikarealistikindonesiapmrijadi 131021213803-phpapp01
Modelpembelajaranmatematikarealistikindonesiapmrijadi 131021213803-phpapp01Sang Pencerahan
 
Penelitian tindakan kelas ipa smp
Penelitian tindakan kelas ipa smpPenelitian tindakan kelas ipa smp
Penelitian tindakan kelas ipa smpFenty Simanungkalit
 
22302072010_Ibnu Rizki Wardhana_PPT Koneksi Matematis.pptx
22302072010_Ibnu Rizki Wardhana_PPT Koneksi Matematis.pptx22302072010_Ibnu Rizki Wardhana_PPT Koneksi Matematis.pptx
22302072010_Ibnu Rizki Wardhana_PPT Koneksi Matematis.pptxIbnuRizki8
 
25022013 siska ryane mpmt
25022013 siska ryane mpmt25022013 siska ryane mpmt
25022013 siska ryane mpmtsiskaryane
 

Similar to KOMUNIKASI MATEMATIKA (20)

Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
 
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...
 
eva sutriana 162050701068.pdf
eva sutriana 162050701068.pdfeva sutriana 162050701068.pdf
eva sutriana 162050701068.pdf
 
rancangan PTK Aulia rahmawati
rancangan PTK Aulia rahmawati rancangan PTK Aulia rahmawati
rancangan PTK Aulia rahmawati
 
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis MasalahLaporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
 
Proposal kuantitatif
Proposal kuantitatifProposal kuantitatif
Proposal kuantitatif
 
Matematika realistik indonesia
Matematika realistik indonesiaMatematika realistik indonesia
Matematika realistik indonesia
 
Model Eliciting Activities (MEAs)
Model Eliciting Activities (MEAs)Model Eliciting Activities (MEAs)
Model Eliciting Activities (MEAs)
 
Model pembelajaran matematika realistik indonesia ( pmri) jadi
Model pembelajaran matematika realistik indonesia  ( pmri) jadiModel pembelajaran matematika realistik indonesia  ( pmri) jadi
Model pembelajaran matematika realistik indonesia ( pmri) jadi
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
Modelpembelajaranmatematikarealistikindonesiapmrijadi 131021213803-phpapp01
Modelpembelajaranmatematikarealistikindonesiapmrijadi 131021213803-phpapp01Modelpembelajaranmatematikarealistikindonesiapmrijadi 131021213803-phpapp01
Modelpembelajaranmatematikarealistikindonesiapmrijadi 131021213803-phpapp01
 
Penelitian tindakan kelas ipa smp
Penelitian tindakan kelas ipa smpPenelitian tindakan kelas ipa smp
Penelitian tindakan kelas ipa smp
 
22302072010_Ibnu Rizki Wardhana_PPT Koneksi Matematis.pptx
22302072010_Ibnu Rizki Wardhana_PPT Koneksi Matematis.pptx22302072010_Ibnu Rizki Wardhana_PPT Koneksi Matematis.pptx
22302072010_Ibnu Rizki Wardhana_PPT Koneksi Matematis.pptx
 
celotehanku
celotehankucelotehanku
celotehanku
 
Bab i (edit inty)
Bab i (edit inty)Bab i (edit inty)
Bab i (edit inty)
 
25022013 siska ryane mpmt
25022013 siska ryane mpmt25022013 siska ryane mpmt
25022013 siska ryane mpmt
 
A410050066
A410050066A410050066
A410050066
 

More from Fppi Unila

Skripsi isti 06301241046
Skripsi isti 06301241046Skripsi isti 06301241046
Skripsi isti 06301241046Fppi Unila
 
Novita yuanari 07301244091
Novita yuanari 07301244091Novita yuanari 07301244091
Novita yuanari 07301244091Fppi Unila
 
2531 5071-1-pb
2531 5071-1-pb2531 5071-1-pb
2531 5071-1-pbFppi Unila
 
2132 4233-1-pb
2132 4233-1-pb2132 4233-1-pb
2132 4233-1-pbFppi Unila
 
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011Fppi Unila
 
T03 intlmatrpt
T03 intlmatrptT03 intlmatrpt
T03 intlmatrptFppi Unila
 
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematika
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematikaProsiding seminar-nasional-pendidikan-matematika
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematikaFppi Unila
 

More from Fppi Unila (7)

Skripsi isti 06301241046
Skripsi isti 06301241046Skripsi isti 06301241046
Skripsi isti 06301241046
 
Novita yuanari 07301244091
Novita yuanari 07301244091Novita yuanari 07301244091
Novita yuanari 07301244091
 
2531 5071-1-pb
2531 5071-1-pb2531 5071-1-pb
2531 5071-1-pb
 
2132 4233-1-pb
2132 4233-1-pb2132 4233-1-pb
2132 4233-1-pb
 
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011
 
T03 intlmatrpt
T03 intlmatrptT03 intlmatrpt
T03 intlmatrpt
 
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematika
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematikaProsiding seminar-nasional-pendidikan-matematika
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematika
 

Recently uploaded

MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 

Recently uploaded (20)

MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 

KOMUNIKASI MATEMATIKA

  • 1. Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa 2014 PPPPTK Bidang Mesin dan Teknik Industri 1 MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS MELALUI MODEL-ELICITING ACTIVITIES Yanto Permana Widyaiswara Madya Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri email:yantopermana@gmail.com ABSTRACT This study is an experimental pretest-posttest control group design conducted to investigate the role of model-eliciting activities approach, school cluster, and prior mathematics ability on student’s mathematical communication and mathematical disposition. The study involved 219 tenth grade students from three senior high school of high, medium, and low cluster in Cimahi. The instrumen were a mathematical communication test, and a mathematical disposition scale. The data were analyzed by using two paths Annova, Scheffe test, and t-test. The study found that model-eliciting activities approach, school cluster, and prior mathematical ability have influence toward attaining and gaining mathematical communication and disposition. The higher school cluster and student’s prior mathematical ability, the higher student’s mathematical communication and disposition. However, model-eliciting activities (MEAs) approach give the best role compare to the role of conventional teaching, school cluster, and students’ prior mathematics ability on attaining and gaining student’s mathematical communication and disposition. Students of low and medium school cluster taught by using model-eliciting activities approach attained higher on mathematical communication than that of students of high school level taught by conventional approach. There is high association between mathematical communication and mathematical disposition. Key Words: model-eliciting activities approach, mathematical communication, mathematical disposition. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan komunikasi dan disposisi matematis merupakan kemampuan yang esensial untuk dikembangkan pada siswa sekolah menengah. Pentingnya pemilikan kemampuan matematis dan disposisi matematis di atas termuat dalam tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006) untuk Sekolah Menengah Atas antara lain: siswa memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan atau idea matematika dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, atau media lain, serta memiliki sikap positip (diposisi) terhadap kegunaan matematika dalam kehidupan, misalnya rasa ingin tahu, perhatian, dan minat mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. KTSP 2006 menganjurkan agar pembelajaran matematika dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem), kemudian secara bertahap siswa dibimbing memahami konsep matematika secara komprehensif. Pada
  • 2. Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa 2014 PPPPTK Bidang Mesin dan Teknik Industri 2 dasarnya pencapaian pemahaman tersebut tidak sekedar untuk memenuhi tujuan pembelajaran matematika saja namun diharapkan muncul efek iringan dari pembelajaran tersebut. Efek iringan yang dimaksud antara lain adalah siswa lebih: (1) memahami keterkaitan antar topik matematika; (2) menyadari akan penting dan strategisnya matematika bagi bidang lain; (3) mamahami peranan matematika dalam kehidupan manusia; (4) mampu berfikir logis, kritis dan sistematis; (5) kreatif dan inovatif dalam mencari solusi ; dan (6) peduli pada lingkungan sekitarnya. Berdasarkan karakteristiknya, matematika merupakan ilmu yang bernilai guna, yang tercermin dalam peran matematika sebagai sebagai bahasa simbolik serta alat komunikasi yang tangguh, singkat, padat, cermat, tepat, dan tidak memiliki makna ganda (Wahyudin, 2003). Pernyataan tersebut menggambarkan komunikasi matematis memegang peranan penting sebagai representasi pemahaman siswa terhadap konsep matematika sendiri dan sebagai ilmu terapan bagi ilmu lainnya. Melalui komunikasi matematis siswa saling bertukar ide dan mengklarifikasi pemahamannya. Proses komunikasi tersebut membantu siswa membangun makna dan memperoleh suatu generalisasi. Dalam upaya mengeksplor dan mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa, guru perlu menghadapkan siswa pada berbagai masalah kontekstual serta memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan gagasannya dan mengkonsolidasi pemikirannya untuk memecahkan permasalahan yang ada. Kondisi cara dan hasil belajar matematika siswa yang kurang memuaskan antara lain dikemukakan oleh beberapa penulis (Abdi, 2004, Cockcroft, 1981, Mettes, 1979, Rif’at, 2001, Ruseffendi, 1991, Sumarmo, 1993, 1994, Slettenhaar, 2000, Wahyudin, 1999). Misalnya, siswa belajar matematika hanya mencontoh dan mencatat penyelesaian soal dari guru (Mettes, 1979), dan hanya diberi tahu guru dan tidak mengeksplor sendiri (Ruseffendi, 1991), pembelajaran matematika kurang melibatkan siswa belajar aktif, kurang menekankan pada pemahaman siswa dan siswa hanya menerima penjelasan guru (Slettenhaar 2000, Sumarmo, 1993, 1994, Wahyudin, 1999). Menurut Rif’at (2001) kegiatan belajar seperti ini membuat siswa cenderung rote learning atau belajar menghafal dan tanpa memahami atau tanpa mengerti apa yang diajarkan oleh gurunya. Kesulitan siswa dalam belajar matematika diperkirakan karena pendekatan pembelajaran yang kurang menarik dan membosankan bagi siswa, dan kurang mengaitkan dengan pengetahuan awal siswa, dan kurang memberi kesempatan siswa melakukan reinvention (Abdi 2004, Cockcroft, 1981, Jenning dan Dunne, 1998) dan siswa kurang menguasai konsep-konsep dasar matematika (Wahyudin, 1999). Selain dari temuan yang belum memuaskan di atas, terdapat beberapa studi yang mengimplementasikan pembelajaran inovatif memberikan temuan yang positif. Beberapa studi tersebut di antaranya adalah kemampuan komunikasi matematik dan pandangan siswa yang memperoleh Survey, Question, Review, Write (Sudrajat, 2001), lebih baik dari kemampuan siswa pada kelas konvensional. Temuan lainnya di antaranya adalah: kemampuan komunikasi dan penalaran matematik siswa yang mendapat pendekatan berbasis masalah dalam kelompok kecil lebih baik dari kemampuan siswa kelas konvensional (Afgani, 2004), dan kemampuan Komunikasi dan Disposisi matematik siswa melalui strategi Think Talk and Write (Ansyari, 2004), melalui strategi transactional reading (Sukmadewi, 2004), dan melalui pendekatan Methaporical Thinking (Hendriana 2009) lebih baik dari kemampuan siswa pada kelas konvensional. Berhubungan dengan pembelajaran matematika, Lesh dan Doerr (2003) mengajukan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada kemampuan menghubungkan ide matematika dan fenomena nyata yang kemudian dinamakannya
  • 3. Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa 2014 PPPPTK Bidang Mesin dan Teknik Industri 3 model-eliciting activities. Model ini merupakan jembatan antara model dan interpretasi, dan memberi peluang yang besar kepada siswa untuk mengeksploitasi pengetahuannya dalam belajar matematika. Dengan menggunakan model-eliciting activities belajar siswa menjadi bermakna karena ia dapat menghubungkan konsep yang dipelajarinya dengan konsep yang sudah dikenalnya. Uraian di atas, melukiskan bahwa model-eliciting activities merupakan jembatan antara model dan interpretasi, memberikan peluang yang besar kepada siswa untuk mengeksploitasi pengetahuannya dalam belajar matematika. Dengan menggunakan model-eliciting activities belajar siswa menjadi bermakna karena ia dapat melihat hubungan antara konsep yang dipelajarinya dengan konsep yang dikenalnya. Hal ini diharapkan membuat siswa mengubah pandangannya bahwa matematika sebagai pelajaran yang sulit dan siswa sebenarnya mampu mempelajari matematika. Uraian, temuan-temuan sejumlah studi dan analisis di atas memberikan dugaan bahwa pendekatan model-eliciting activities seperti pendekatan inovatif lainnya yang menekankan pada siswa belajar aktif akan memberikan hasil belajar siswa yang lebih baik dari pada pembelajaran konvensional. Rasional tersebut mendorong peneliti untuk melaksanakan suatu eksperimen yang mengimplementasikan pendekatan model-eliciting activities untuk mengembangkan kemampuan Komunikasi dan Disposisi matematis siswa SMA. Memperhatikan sifat matematika yang sistimatik sehingga untuk mempelajari suatu konsep matematika memerlukan penguasaan materi dan proses matematika sebelumnya, maka diperkirakan kemampuan awal matematika siswa dan kluster sekolah yang juga menggambarkan kemampuan matematika siswa sebelum pembelajaran akan memberikan peranan terhadap pencapaian kemampuan Komunikasi dan Disposisi matematiks siswa SMA 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah pencapaian dan perolehan (gain) komunikasi matematis dan diposisi matematis, siswa yang memperoleh pembelajaran melalui pendekatan model-eliciting activities lebih baik daripada yang menggunakan pembelajaran konvensional ditinjau dari siswa secara keseluruhan, tingkat kemampuan awal matematika siswa dan kluster sekolah? 2 Apakah terdapat asosiasi antara kemampuan komunikasi matematis dengan disposisi matematis siswa? 1.3 Hipotesis Penelitian Sejalan dengan masalah penelitian yang diuraikan di atas, hipotesis penelitiannya adalah: 1. Kemampuan komunikasi matematis dan disposisi matematis, siswa yang menggunakan pendekatan model-eliciting activities masing-masing lebih baik dari kemampuan matematis siswa yang mendapat pembelajaran konvensional. 2. Terdapat asosiasi antara kemampuan komunikasi matematis siswa dengan disposisi matematisnya.
  • 4. Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa 2014 PPPPTK Bidang Mesin dan Teknik Industri 4 2. METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, dengan desain kelompok kontrol pretes-postes. Desain penelitiannya sebagai berikut : A O X O A O O Keterangan: A : Pemilihan sampel secara acak terhadap kelas O : Tes kemampuan komunikasi matematis siswa X : Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan model-eliciting activities Subyek penelitian ini adalah sebanyak 219 siswa kelas X dari tiga SMA Negeri masing-masing dari kluster rendah, menengah, dan tinggi di Cimahi. Penentuan sampel penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut. Dari tiap kluster SMA (tinggi, menengah, dan rendah) yang ditetapkan Dinas pendidikan Kota Cimahi, masing-masing diambil satu SMA secara acak, dan dari tiap SMA terpilih dipilih dua kelas X secara acak dari kelas X yang ada, dan terakhir pada dua kelas yang terpilih ditetapkan secara acak juga satu kelas kelas eksperimen dan lainnya sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian terdiri dari tes komunikasi matematis dan satu skala disposisi matematis yang khusus disusun untuk penelitian ini. Penyusunan instrumen dan kelayakannya berpedoman pada Arikunto (2005). Bahan ajar untuk pendekatan model- eliciting activities disusun berdasarkan karakteristik pendekatan pembelajaran tersebut. Analisis data menggunakan anova dua jalur, uji Scheffe dan uji-t dengan menggunakan bantuan program microsoft excel 2007, MINITAB-15, dan SPSS versi 16. Berikut ini disajikan sampel butir tes komunikasi matematis yang digunakan dalam penelitian ini. Alia mengamati sebuah perlombaan perahu layar dari tepi sebuah mercusuar setinggi 80 m. Dia sedang mengamati dua perahu layar milik Dodi dan Coki yang segaris dengan kaki menara pada sudut depresi 30o dan 60o . Tepat di tempat Alia berada, berdiri tegak sebuah tiang bendera yang titik ujungnya terlihat oleh Dodi dengan sudut elevasi tertentu. a. Gunakan diagram untuk menggambarkan posisi Dodi dan Coki pada saat itu, kemudian tentukan jaraknya! b. Cukupkah informasi di atas untuk menghitung panjang dari tiang bendera tersebut? Jika ya, hitunglah panjangnya! Jika tidak, tambahkan informasi baru kemudian hitunglah panjangnya! 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Deskripsi pencapaian dan perolehan (gain) kemampuan komunikasi matematis berdasarkan pembelajaran, kluster sekolah dan kemampuan awal matematika siswa (KAM) tersaji pada Tabel 1. Berdasarkan data pada Tabel 1, diperoleh temuan sebagai berikut. a) Secara keseluruhan pencapaian komunikasi matematis siswa kelas model-eliciting activities (MEAs) tergolong cukup baik (19,21 dari 30) dan lebih baik dari komunikasi matematis siswa kelas konvensional (15,41 dari 30) yang tergolong sedang. Demikian pula gain komunikasi matematis siswa kelas MEAs (0,51) lebih tinggi dari gain komunikasi matematis siswa kelas konvensional (0,34). Hasil serupa ditemukan pula pencapaian dan gain komunikasi matematik siswa pada tiap
  • 5. Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa 2014 PPPPTK Bidang Mesin dan Teknik Industri 5 kluster sekolah dan tiap level KAM siswa kelas MEAs lebih tinggi dari pencapaian dan gain siswa kelas konvensional. b) Pada kedua kelas (MEAs dan konvensional) makin tinggi kluster sekolah dan makin tinggi KAM siswa ditemukan makin tinggi pula pencapaian dan gain komunikasi matematis siswa. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa kluster sekolah dan KAM siswa berperan terhadap pencapaian dan gain komunikasi matematis siswa. c) Namun, siswa dari kluster sekolah rendah dan menengah yang belajar dengan MEAs masing-masing mencapai komunikasi matematis yang lebih baik dari komunikasi siswa dari kluster sekolah tinggi yang belajar dengan pendekatan konvensional. Temuan tersebut menunjukkan bahwa peran pendekatan MEAs lebih unggul dari peran kluster sekolah dalam pencapaian komunikasi matematis siswa. Dari hasil analisis data diketahui bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model-eliciting activities lebih baik daripada yang menggunakan cara konvensional, walaupun kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan MEAs dan yang memperoleh pembelajaran Konv berada dalam kualifikasi. Siswa yang belajar dengan pendekatan MEAs mengkomunikasikan konsep matematiknya dengan menggunakan representasi model matematika yang akurat berdasarkan budaya atau kulturnya sehari-hari sehingga konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih konkrit dan mudah dipahami karena disajikan dalam konteks yang sudah dikenal siswa. Hasil ini sejalan dengan pendapat Prijosaksono (2007) yang mengatakan bahwa komunikasi matematis akan berjalan efektif jika memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut :  Kejelasan (clarity)  Ketepatan (accuracy)  Konteks(contex)  Alur (flow)  Budaya (culture) Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kluster sekolah dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Berarti secara bersamaan faktor pendekatan pembelajaran dan kluster sekolah tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa. Tabel 1. Deskripsi Kemampuan Komunikasi Matematis berdasarkan Pendekatan Pembelajaran, Kluster Sekolah, dan KAM Kluster Sekolah KAM MEAs Konv Tes Awal Tes Akhir <g> n Tes Awal Tes Akhir <g> n Tinggi Baik 13,73 (0,47) 25,45 (2,30) 0,72 11 13,20 (0,92) 23,10 (2,08) 0,59 10 Sedang 8,07 (1,98) 18,86 (1,88) 0,49 14 9,00 (2,52) 15,29 (2,85) 0,30 17 Kurang 3,60 (0,55) 14,40 (1,34) 0,41 5 2,25 (0,50) 9,00 (0,82) 0,24 4 Sub Total 9,40 (3,95) 20,53 (4,55) 0,54 30 9,48 (3,92) 17,00 (5,32) 0,37 31
  • 6. Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa 2014 PPPPTK Bidang Mesin dan Teknik Industri 6 Kluster Sekolah KAM MEAs Konv Tes Awal Tes Akhir <g> n Tes Awal Tes Akhir <g> n Menengah Baik 11,67 (1,12) 26,11 (1,96) 0,79 9 13,14 (0,38) 24,43 (1,13) 0,67 7 Sedang 8,16 (1,86) 19,95 (2,41) 0,54 19 9,32 (1,83) 16,74 (2,83) 0,36 19 Kurang 3,27 (0,79) 12,18 (1,78) 0,33 11 3,57 (1,40) 9,86 (1,56) 0,24 14 Sub Total 7,59 (3,40) 19,18 (5,50) 0,52 39 7,98 (3,85) 15,68 (5,58) 0,35 40 Rendah Baik 11,00 (0,00) 27,00 (0,00) 0,84 3 13,00 (1,00) 24,33 (0,58) 0,67 3 Sedang 8,88 (0,72) 21,63 (2,00) 0,60 16 9,07 (1,14) 19,21 (2,42) 0,48 14 Kurang 4,58 (2,22) 13,89 (3,14) 0,37 19 4,42 (1,61) 9,58 (2,52) 0,20 24 Sub Total 6,89 (2,90) 18,18 (5,22) 0,49 38 6,63 (3,17) 13,95 (5,90) 0,31 41 Total Baik 12,57 (1,38) 25,91 (2,02) 0,77 23 13,15 (0,75) 23,75 (1,71) 0,63 20 Sedang 8,37 (1,63) 20,18 (2,37) 0,55 49 9,14 (1,92) 16,94 (3,09) 0,37 50 Kurang 4,03 (1,79) 13,43 (2,67) 0,36 35 3,93 (1,60) 9,62 (2,11) 0,22 42 Total 7,85 (3,52) 19,21 (5,19) 0,51 107 7,90 (3,78) 15,41 (5,71) 0,34 112 SMI: 30 Selain itu ditemukan pula bahwa tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan klasifikasi kemampuan matematika secara umum dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Berarti secara bersamaan faktor pendekatan pembelajaran dan KAM tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa. Dari hasil penelitian terlihat bahwa pada kluster sekolah menengah dan rendah pendekatan pembelajaran lebih berperan daripada kluster sekolah dalam pencapaian kemampuan komunikasi matematis. Selain itu terlihat pula bahwa faktor KAM lebih berperan daripada pendekatan pembelajaran dalam pencapaian kemampuan komunikasi matematis. Sehingga dari dua tabel tersebut kita memperoleh kesimpulan bahwa di antara faktor pendekatan pembalajaran, kluster sekolah dan KAM maka faktor KAM memiliki peran yang lebih besar dibandingkan dengan faktor yang lainnya dalam pencapaian kemampuan komunikasi matematis siswa. Hasil inipun sejalan dengan psikologi gestalt (Purwanto, 1996) yang mengatakan bahwa dalam belajar pribadi atau organisme memegang peranan paling sentral. Belajar tidak hanya dilakukan secara reaktif mekanistis belaka tetapi dilakukan dengan sadar, bermotif dan bertujuan 3.2. Analisis Disposisi Matematis Siswa Deskripsi disposisi matematis siswa berdasarkan pembelajaran, kluster sekolah dan kemampuan awal matematika (KAM) siswa tersaji pada Tabel 2. Berdasarkan data pada Tabel 2 diperoleh temuan sebagai berikut:
  • 7. Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa 2014 PPPPTK Bidang Mesin dan Teknik Industri 7 a) Secara keseluruhan disposisi matematis siswa kelas model-eliciting activities (MEAs) tergolong cukup baik (147,21 dari 200) dan lebih baik dari disposisi matematis siswa kelas konvensional (132,38 dari 200) yang tergolong sedang. Untuk menguji apakah adanya perbedaan rerata tersebut maka dilakukan uji beda rerata. Hasil perhitungan dengan uji t tersaji pada Tabel 8. Hasil serupa ditemukan pula diposisi matematis siswa pada tiap kluster sekolah dan tiap level KAM siswa kelas MEAs lebih tinggi dari pencapaian siswa kelas konvensional. b) Pada kelas MEAs makin tinggi kluster sekolah dan makin tinggi KAM siswa ditemukan makin tinggi pula disposisi matematis siswa. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa pada pembelajaran MEAs, kluster sekolah dan KAM siswa berperan terhadap disposisi matematis siswa. Tabel 2. Deskripsi Disposisi Matematis Siswa Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran, Kluster Sekolah, dan KAM Kluster Sekolah KAM Pendekatan Pembelajaran TOTAL MEAs Konv Rerata s n Rerata s n Rerata s n Tinggi Baik 173,18 11,48 11 153,90 8,14 10 164,00 13,90 21 Sedang 150,29 4,01 14 131,53 6,52 17 140,00 10,94 31 Kurang 133,40 5,59 5 119,75 0,96 4 127,33 8,23 9 Sub Total 155,87 16,51 30 137,23 13,94 31 146,39 17,81 61 Menengah Baik 174,56 10,75 9 159,14 13,23 7 167,81 13,93 16 Sedang 151,42 6,05 19 134,84 8,01 19 143,13 10,94 38 Kurang 120,55 6,99 11 110,64 11,50 14 115,00 10,82 25 Sub Total 148,05 21,11 39 130,63 19,96 40 139,23 22,21 79 Rendah Baik 186,00 3,61 3 171,67 15,53 3 178,83 12,78 6 Sedang 154,31 8,90 16 145,07 6,75 14 150,00 9,13 30 Kurang 119,74 16,46 19 116,75 13,48 24 118,07 14,76 43 Sub Total 139,53 25,21 38 130,44 21,12 41 134,81 23,48 79 Total Baik 175,39 11,01 23 158,40 12,28 20 167,49 14,33 43 Sedang 152,04 6,75 49 136,58 8,95 50 144,23 11,08 99 Kurang 121,94 13,57 35 115,00 12,43 42 118,16 13,34 77 Total 147,21 22,33 107 132,38 19,04 112 139,63 21,96 219 SMI: 200 Berdasarkan Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa disposisi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan model-eliciting activities lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan cara konvensional.
  • 8. Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa 2014 PPPPTK Bidang Mesin dan Teknik Industri 8 Hasil ini sejalan dengan pandangan konstruksivisme yang mengatakan bahwa pengetahuan dalam diri seseorang terbentuk ketika seseorang mengalami tempaan kognitif. Melalui pendekatan MEAs belajar dapat dipahami sebagai proses kognitif yang bergulir dengan sendirinya dalam diri seseorang ketika yang bersangkutan memperoleh pengalaman konkrit, wacana kolaboratif, dan kegiatan melakukan refleksi. Selain itu dalam pendekatan ini konsep baru yang akan dipelajari siswa dihubungkan dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa melalui aktivitas pemodelan matemtika, sehingga terjadi belajar bermakna. Dalam pendekatan ini pula siswa diberi kebebasan untuk bereksplorasi dengan berbagai cara untuk mengungkapkan pemahamannya terhadap suatu konsep dan diberi kebebasan yang seluas-luasnya untuk berani mengemukakan pendapatnya. Karena siswa terus dilatih bereksplorasi dan berani mengemukakan pendapat serta dia merasa belajarnya bermakna maka siswa akan mempunyai kecenderungan untuk betindak positif dalam belajar matematika. Tabel 3. Uji Perbedaan Rerata Skor Disposisi Matematis Siswa Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran Pendekatan Pembelajaran Tes Disposisi (SMI: 200) thit p Ho Rerata S n MEAs 147,2 22,3 107 5,28 0,000 Tolak Konv 132,40 19,0 112 H0 : Tidak ada perbedaan signifikan antara kelas dengan pembelajaran model-eliciting activities dan kelas konvensional 3.3. Asosiasi antara Komunikasi Matematis dan Disposisi Matematis Siswa Dari hasil perhitungan diperoleh χ2 hit = 155,992 dengan α= 0,05 dan dk = (3-1)(3- 1) didapat χ2 tab = 9,49, sehingga dapat disimpulkan terdapat asosiasi antara level kualifikasi komunikasi dan disposisi matematis siswa. Selanjutnya derajat asosiasi dihitung melalui koefisien kontingensi C. Dari hasil perhitungan diperoleh C= 0,64 dan Cmaks = 0,816, sehingga diperoleh C=0,79Cmaks yang termasuk ke dalam kriteria tinggi. Tabel 4. Banyaknya Siswa Berdasarkan Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Komunikasi Disposisi Jumlah Baik Sedang Kurang Baik 29 6 0 35 Sedang 7 78 0 85 Kurang 0 80 19 99 Jumlah 36 164 19 219
  • 9. Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa 2014 PPPPTK Bidang Mesin dan Teknik Industri 9 Dari hasil analisis data di atas diketahui bahwa terdapat keterkaitan antara kualitas kemampuan komunikasi dengan disposisi matematis siswa. Kaitannya termasuk kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa: (1) Siswa yang kemampuan komunikasi matematisnya baik, disposisi matematisnya baik pula; (2) Siswa yang kemampuan komunikasi matematisnya sedang, disposisi matematisnya sedang pula; (3) Siswa yang kemampuan komunikasi matematisnya kurang, disposisi matematisnya kurang pula. 4. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: a. Ditinjau dari siswa secara keseluruhan maupun menurut kluster sekolah dan tingkat kemampuan awal matematika, pencapaian dan perolehan (gain) kemampuan komunikasi matematis untuk siswa yang pembelajarannya menggunakan model- eliciting activities tergolong cukup baik dan lebih baik daripada kemampuan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional yang tergolong sedang. Demikian pula disposisi matematis siswa kelas MEAs lebih baik dari disposisi matematis siswa kelas konvensional dan keduanya tergolong cukup baik. Kemampuan matematis dan disposisi siswa kelas MEAs tergolong cukup baik. b. Terdapat asosiasi yang tinggi antara kemampuan komunikasi dengan disposisi matematis. REFERENSI Abdi, A. (2004). Senyum Guru matematika dan Upaya Bangkitkan Gairah Siswa. [Online].Tersedia:http://www.waspada.co.id/serba_serbi/pendidikan/artikel.ph p?article_id=6722 [28 maret 2005] Afgani, J. D. (2004). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Pemahaman Matematika Siswa SLTP melalui Pendekatan Open-ended. Disertasi pada Pascasarjana UPI, tidak dipublikasikan Ansyari. B. (2004), Menumbuhkembangkan Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematik Siswa SMU Melalui Strategi Think-talk-write. Disertasi pada Pascasarjana UPI, tidak dipublikasikan Arikunto, S. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Cockcroft, W. (1981). Mathematics counts: Report into the teaching of mathematics in schools under the chairmanship of W.H. Cockcroft. London, UK: HMSO. Hendriana, H. (2009). Pembelajaran dengan Pendekatan Methaporical Thinking untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematik, Komunikasi Matematik dan Kepercayaan Diri Siswa Sekolah Menengah Pertama. Disertasi pada Sekolah Pasca Sarjana UPI : tidak diterbitkan. Jennings, S. & Dunne, R. (1998) Discussion Papers. Tersedia: http://www.ex.ac.uk/telematics/T3/maths/mathfram.htm KTSP (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:Depdiknas. Lesh, R., & Doerr, H. (2003). Foundations of a models and modeling perspective on mathematics teaching, learning, and problem solving. In R. Lesh & H. Doerr (Eds.), Beyond Constructivism: Models and Modeling Perspectives on
  • 10. Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa 2014 PPPPTK Bidang Mesin dan Teknik Industri 10 Mathematics Problem Solving, Learning and Teaching (pp. 3–34). Mahwah, NJ: Erlbaum. Mettes, C.T.W. (1979). Teaching and Learning Problem Solving in Science A General Strategy. International Journal of Science Education, 57(3),882-885. Rif’at, M. (2001). Pengaruh Pola-Pola Pembelajaran Visual Dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah-Masalah Matematika. Disertasi pada Sekolah Pasca Sarjana UPI : tidak diterbitkan. Ruseffendi, E.T.(1991). Pengantar kepada Membantu Guru mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito Slettenhaar (2000). Adapting Realistic Mathematics Education in the Indonesian Context. Dalam Majalah Ilmiah Himpunan Matematika Indonesia (Prosiding Konperensi Nasional Matematika X ITB, 17-20 Juli 2000) Sudrajat, (2001). Penerapan SQ3R pada Pembelajaran Tindak Lanjut untuk Peningkatan Kemampuan Komunikasi dalam Matematika SMU. Tesis pada Sekolah Pasca Sarjana UPI : tidak diterbitkan Sukmadewi, T.S. (2004). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Matematika Tingkat Tinggi Siswa SMU melalui Belajar dalam Kelompok Kecil dengan Strategi transactional Reading. Bandung: Tesis pada PPS UPI. Tidak diterbitkan. Sumarmo, U. (1993). Peranan Kemampuan Logik dan kegiatan Belajar terhadap kemampuan Pemecahan Masalah Matematik pada siswa SMA di Kodya Bandung. Laporan Penelitian IKIP Bandung : tidak diterbitkan Sumarmo, U. (1994). Suatu Alternatif Pengajaran untuk meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah matematik pada Guru dan Siswa SMP. Laporan Penelitian FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan. Wahyudin (1999). Kemampuan Guru Matematika, calon guru matematika, dan siswa dalam mata pelajaran matematika. Disertasi pada Sekolah Pasca Sarjana UPI : tidak diterbitkan Wahyudin (2003). Ensiklopedi Matematika dan Peradaban Manusia. Jakarta: Tarity Samudra Berlian. Prijosaksono (2007). Komunikasi yang Efektif. [online]. Tersedia : http://bocahalas.lingkungan.org/?p=20 – 18k(4 Desember 2008) Purwanto, N. (1996). Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya.