SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH 
DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA BERBANTUAN 
AUTOGRAPH MELALUI PEMBELAJARAN 
BERBASIS MASALAH 
RIZKI KURNIAWAN RANGKUTI 
Mahasiswa PPs Prodi Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Medan 
(UNIMED) 
Email: rizkikurniawanrkt@rocketmail.com 
Abstrak. Telah dilakukan penelitian tentang peningkatan kemampuan 
pemecahan masalah dan motivasi belajar matematika siswa melalui 
pembelajaran berbasis masalah berbantuan software Autograph pada pokok 
bahasan persamaan garis lurus di kelas XI SMA Santa Maria Medan tahun 
akademik 2014-2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan 
kemampuan pemecahan masalah dan motivasi belajar siswa melalui model 
PBM berbantuan software Autograph dengan yang tidak menggunakan 
software Autograph. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 minggu pada 
bulan Oktober di SMA Santa Maria Medan. Jenis penelitian ini adalah 
penelitian eksperimen semu. Instrument yang digunakan untuk mengukur 
kemampuan pemecahan masalah adalah tes, sedangkan instrumen untuk 
mengukur motivasi belajar siswa adalah angket. Sebelum tindakan dilakukan 
terlebih dahulu diberikan tes awal untuk mengetahui kemampuan awal dan 
kesulitan awal siswa. Dari hasil tes awal yang diperoleh menunjukkan bahwa 
siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah sangat rendah, hal ini 
dibuktikan hanya terdapat 6 siswa yang menunjukkan ketuntasan belajar 
dengan rata-rata pencapaian siswa 56,42 dan tingkat ketuntasan klasikal 
23,08%. Setelah pemberian PBM berbantuan software Autograph diketahui 
tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal untuk tes kemampuan 
pemecahan masalah adalah 100%, dalam hal ini tidak terdapat seorang siswa 
yang tidak tuntas dengan rata-rata pencapaian kelas 81,54. Untuk skor 
motivasi belajar siswa rata-rata pencapaian kelas 62,88 meningkat sebesar 
10,05 setelah diterapkan PBM berbantuan software Autograph. Hasil yang 
diperoleh dari uji-t juga menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan 
kemampuan pemecahan masalah sebelum dan sesudah diterapkannya PBM 
berbantuan software Autograph, yaitu 푡ℎ푖푡푢푛푔 = 10,74 > 푡푡푎푏푒푙 = 1,71 
pada 훼 = 0,05 dan 푑푘 = 25, dan hasil yang sama juga diperoleh dari uji-t 
yang menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan motivasi belajar 
siswa sebelum dan sesudah diterapkannya PBM berbantuan software 
Autograph, yaitu 푡ℎ푖푡푢푛푔 = 8,07 > 푡푡푎푏푒푙 = 1,71 pada 훼 = 0,05 dan 푑푘 = 
25. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa terdapat perbedaan 
yang signifikan untuk kemampuan pemecahan masalah dan motivasi belajar 
matematika sebelum dan sesudah diterapkannya PBM berbantuan software 
Autograp. 
Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah, Motivasi Belajar 
Matematika, Pembelajaran Berbasis Masalah, dan software Autograph.
A. PENDAHULUAN 
Kenyataan menunjukkan bahwa hasil pembelajaran matematika belum memenuhi 
harapan. Perlu adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan matematik melalui 
perbaikan teknik atau model pembelajaran, agar ada peningkatan kemampuan matematik 
siswa yang sesuai dengan tuntutan lingkungan dan perubahan zaman. 
Soejadi (1994:36) mengatakan bahwa kegiatan pembelajaran matematika di 
jenjang persekolahan merupakan suatu kegiatan yang harus dikaji dan jika perlu 
diperbaharui agar dapat sesuai dengan kemampuan murid serta tuntutan lingkungan. 
Perbaikan dan proses pembelajaran matematika antara lain dengan menciptakan susasana 
belajar yang konduksif, konstruktif, demokratis dan kolaboratif. 
Perubahan tersebut sesuai dengan tujuan umum diberikannya matematika 
dijenjang pendidikan dasar dan pendidikan umum (Soejadi, 2000: 43) yakni: (1) 
Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di kehidupan dan 
dunia yang selalu berkembang , melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara 
logis, rasional , kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien, (2) Mempersiapkan siswa agar 
dapat menggunakan matematika dan pola piker matematika dalam kehidupan sehari-hari 
dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Proses pembelajaran matematika 
hendaknya menjamin siswa dapat menyajikan konsep yang dipelajarinya ke dalam 
berbagai macam model matematika. 
Salah satu pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif berpikir untuk 
memahami, menyusun masalah dan menyelesaikannya serta terjadi interaksi antara siswa 
dan guru, siswa dengan siswa menjadi kondusif adalah pembelajaran berbasis masalah. 
Dalam pembelajaran berbasis masalah. Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa akan 
memahami konsep suatu materi melalui bekerja dan belajar pada situasi atau masalah 
yang diberikan, yakni situasi/masalah kehidupan sehari-hari, kemudian melakukan 
investigasi, eksplorasi, konjektur, dan mengkomunikasikan ide/gagasan matematika, 
melakukan pemecahan masalah dan membuat kesimpulan untuk mengkonstruksi 
pemahamannya sendiri. 
Moffit (dalam Permana, 2004:4) mengatakan bahwa belajar berbasis masalah 
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa aktif secara optimal, 
memungkinkan siswa melakukan investigasi, pemecahan masalah yang mengintegrasikan 
keterampilan dan konsep dari berbagai konten area. Pendekatan ini meliputi 
menyimpulkan informasi sekitar masalah, melakukan sintesis. 
Pembelajaran matematika di kelas belum bermakna, bersusun dan tidak 
menekankan pada pemahaman siswa, sehingga pengertian siswa tentang konsep sangat
lemah. Kenyataan menunjukkan bahwa selama ini kebanyakan guru menggunakan model 
pembelajaran yang bersifat konvensional dan banyak didominasi guru (Huddyd, 1990). 
Pola pembelajaran seperti itu harus diubah dengan cara menggiring peserta didik 
mengkontruksikan ilmunya sendiri dan menemukan konsep-konsep secara mandiri. 
Untuk mengantisipasi masalah di atas, guru dituntut mencari dan menemukan suatu cara 
yang dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. 
Perkembangan pendidikan dalam kurikulum 2013 juga tidak terlepas dari 
perkembangan teknologi. Pada era globalisasi kemajuan teknologi semakin pesat, 
khususnya teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi itu salah satunya yaitu 
komputer. Komputer banyak digunakan pada berbagai bidang, teknik, astronomi, biologi, 
kesehatan, dan juga pendidikan. Pada dunia pendidikan sangat bermanfaat baik bagi guru 
maupun siswa. 
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan 
proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan 
menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru sangatlah 
diperlukan. Bantuan guru tersebut tidak sepenuhnya, tetapi siswalah yang bekerja sendiri 
dengan mendapatkan bantuan dari guru ketika mengalami kesulitan. Sehingga 
memungkinkan siswa lebih aktif dibandingkan guru. 
B. KAJIAN TEORITIS 
Pemecahan masalah (problem solving) merupakan komponen yang penting dalam 
kurikulum matematika karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya siswa 
dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan 
yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah. Menurut Dahar (2011), 
pemecahan masalah merupakan suatu kegiatan manusia yang menggabungkan konsep-konsep 
dan aturan-aturan yang telah diperoleh sebelumnya, dan tidak sebagai suatu 
keterampilan generik. Pengertian ini mengandung makna bahwa ketika seseorang telah 
mampu menyelesaikan suatu masalah, maka seseorang itu telah memiliki suatu 
kemampuan baru. Kemampuan ini dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalahyang 
relevan. Semakin banyak masalah yang dapat diselesaikan oleh seseorang, 
maka dia akan semakin banyak memiliki kemampuan yang dapat membantunya untuk 
mengarungi hidupnya dalam kehidupan sehari-hari. 
Menurut Killen (dalam Susanto, 2013), pemecahan masalah sebagi strategi 
pembelajaran adalah suatu teknik dimana masalah digunakan secara langsung sebagai alat 
untuk membantu siswa memahami materi pelajaran yang sedang mereka pelajari. Melalui
pemechan masalah ini, siswa dihadapkan pada berbagai masalah yang dijadikan bahan 
pembelajaran secara langsung agar siswa menjadi peka terhadap semua pesoalan yang 
dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-harinya. 
Secara umum, dapat dijelaskan bahwa pemecahan masalah merupakan proses 
menerapkan pengetahuan (knowledge) yang telah diperoleh siswa sebelumnya ke dalam 
situasi baru. Menyelesaikan suatu masalah berarti menemukan jalan, dimana jalan kitu 
belum pernah diketahui sebelumnya, menemukan jalan keluar dari kesulitan, jalan 
melewati rintangan, mendapatkan hasil akhir tidak secara tiba-tiba dengan hasil yang 
tepat. Menurut Polya (1973) ada 4 proses penyelesaian masalah meliputi: First, we have 
to understand the problem; we have to see clearly what is required. Second, we have to 
see how the various items are connected, how the unknown is linked to the data, in order 
to obtain the idea of the solution, to make a plan. Third, we carry out our plan. Fourth, 
we look back at the completed solution, we review and discuss it. Dimana secara 
sederhana dapat dipahami bahwa empat tahap atau langkah yang dapat ditempuh dalam 
pemecahan masalah tersebut adalah: (1) Baca dan pahami masalah, (2) putuskan rencana, 
(3) melaksanakan rencana dan (4) melihat kembali. 
Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. 
Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu 
yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Istilah motivasi berasal dari kata motif. 
Motif tidak dapat diamati langsung tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, 
berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku 
tertentu. 
Menurut Mc. Donald dalam Sardiman (2009:74) motivasi mengandung tiga 
elemen penting yaitu: (1) bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi 
pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa 
perubahan energi didalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme 
manusia, (2) motivasi ditanda i dengan munculnya rasa “feeling”, afeksi seseorang. Dalam 
hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang 
dapat menentukan tingkah laku manusia, (3) motivassi akan dirangsang karena adanya 
tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni 
tujuan. Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai 
sesuatu yang kompleks. 
Mc. Cleland dalam Dimyati (1994:76) berpendapat bahwa setiap orang memiliki 
jenis kebutuhan dasar, yaitu: (1) kebutuhan akan kekuasaan, (2) kebutuhan untuk
berafilasi, dan, (3) kebutuhan berprestasi. Dari segi dorongan Hull dalam Dimyati 
(1994:76) motivasi berkembang untuk memenuhi kebutuhan organisme. 
Dari sudut sumber yang menimbulkannya, motif dibedakan dua macam, yaitu: 
motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Motif intrinsik, timbulnya tidak memerlukan 
rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai 
atau sejalan dengan kebutuhan, sedangkan motif ekstrinsik timbul karena adanya 
rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang pendidikan tedapat minat yang 
positif terhadap kegiatan pendidikan timbul karena melihat manfaatnya. Motif intrinsik 
lebih kuat dari motif ekstrinsik. Oleh karena itu, pendidikan harus berusaha menimbulkan 
motif intrinsik dengan menumbuhkan dan mengembangkan minat mereka terhadap 
bidang-bidang studi yang relevan. Sebagai contoh, memberitahukan sasaran yang hendak 
dicapai dalam bentuk tujuan instruksional pada saat pembelajaran akan dimulai yang 
menimbulkan motif keberhasilan mencapai sasaran. 
Banyak teori motivasi yang didasarkan dri asas kebutuhan atau (need). 
Kebutuhan yang menyebabkan seseorang berusaha untuk dapat memenuhinya. Motivasi 
adalah proses psikologis yang dapat menjelaskan perilaku seseorang, perilaku hakekatnya 
merupakan orientasi pada saatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan proses 
interaksi dari beberap unsur. Dengan demikian, motivasi merupakan kekuatan yang 
mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Kekuatan-kekuatan ini 
pada dasarnya dirangsang oleh adanya berbagai macam kebutuhan, seperti: (1) keinginan 
yang hendak dipenuhinya, (2) tingkah laku, (3) tujuan, (4) umpan balik. Dapat 
disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang menggerakkan seseorang bertingkah 
laku, dengan motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada 
pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan 
dan juga emosi untuk kemudian bertindak melakukan sesuatu. 
Proses pembelajaran akan berhasil apabila siswa memiliki motivasi dalam 
belajar. Oleh sebab itu guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Ada beberapa 
fungsi motivasi dalam proses pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik (dalam Wina 
Sanjaya, 2006) ada tiga fungsi motivasi, yaitu: (1) Motivasi berfungsi sebagai pendorong 
tingkah laku atau perbuatan, (2) Motivasi berfungsi sebagai pengaruh, (3) Motivasi 
berfungsi sebagai penggerak. 
Memperhatikan ketiga fungsi di atas, maka motivasi dapat menentukan 
keberhasilan suatu proses pembelajaran. Oleh karena itu, peningkatan motivasi belajar 
merupakan salah satu tugas guru yang cukup penting untuk memotivasi siswa dalam 
belajar.
Dalam perilaku belajar terdapat motivasi belajar. Menurut Hamzah (2008:30) 
motivasi belajar penting diketahui oleh guru dan siswa, bagi siswa pentingnya motivasi 
belajar adalah sebagai berikut: (1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan 
hasil akhir, (2) Menginfornasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan 
dengan teman sebaya, (3) Mengarahkan kegiatan belajar, (4) Membesarkan semangat 
belajar, (5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang 
berkesinambungan. 
Pentingnya motivasi bagi guru adalah sebagai berikut: (1) Membangkitkan, 
meningkatkan dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil, (2) 
Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam ragam, (3) 
Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam 
peran seperti penasehat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, atau pendidik 
(Dimyati dan Mudjiono, 2006). 
Purwanto (2007) menyebutkan ada enam faktor yang didukung oleh sejumlah 
teori psikologi dan penelitian terkait yang memiliki dampak substansial terhadap motivasi 
belajar siswa, yaitu: (1) Sikap, (2) Kebutuhan, (3) Rangsangan, (4) Afeksi, (5) 
Kompetensi, (6) Penguatan. 
Istilah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) di adopsi dari istilah Inggris 
Problem Based Instruction (PBI). Model pembelajaran berbasis masalah ini telah dikenal 
sejak zaman John Dewey. Model pembelajaran ini mulai diangkat sebab ditinjau secara 
umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa masalah 
yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk 
melakukan penyelidikan dan inkuiri. Menurut Dewey (dalam Trianto 2010 : 91) belajar 
berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan 
hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. 
Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk 
pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk 
memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan 
mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. 
Pada model pembelajaran ini peran guru yang mengajukan masalah, mengajukan 
pertanyaan, memberikan kemudahan suasana berdialog, dan memberikan fasilitas 
penelitian, serta melakukan penelitian. Kegiatan ini dapat dilakukan guru saat 
pembelajaran di kelas dan melalui latihan yang cukup (Arends, dalam Trianto 2010). 
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah (PBI) ditekankan bahwa pembelajaran 
dikendalikan dengan masalah. Oleh karena itu, pembelajaran berdasarkan masalah
dimulai dengan memecahkan masalah dan masalah yang diajarkan kepada siswa harus 
mampu memberikan informasi (pengetahuan) baru sehingga siswa memperoleh 
pengetahuan baru sebelum mereka dapat memecahkan masalah itu. 
Ciri-ciri khusus pengajaran berdasarkan masalah, menurut Arends (2001:349), 
berbagai pengembang pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan modal 
pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) Pengajuan pertanyaan atau 
masalah, (2) Berfokus pada keterkaitan antardisiplin ilmu, (3) Penyelidikan autentik, (4) 
Menghasilkan produk dan memamerkannya, (5) Kolaborasi, pembelajaran berdasarkan 
masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama atau dengan yang lainnya, paling sering 
secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. 
Pembelajaran berbasis masalah (PBM) esensinya menyuguhkan berbagai situasi 
bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang dapat berfungsi sebagai batu 
loncatan untuk investigasi dan penyelidikan. PBM mencoba untuk membuat siswa lebih 
bertanggung jawab dalam pembelajaran, daripada sekedar menjadi penerima informasi 
yang pasif. 
Mengapa diperlukan pendekatan pembelajaran berbasis masalah? Perlunya 
pendekatan pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada kenyataan-kenyataan sebagai 
berikut: (1) Pada dasarnya, berpikir terjadi dalam konteks memecahkan masalah, yaitu 
adanya kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang ada, (2) Seseorang 
menjadi tertarik atau berminat mengerjakan sesuatu apabila berada dalam ruang lingkup 
atau berkaitan dengan masalah yang dihadapinya. Demikian pula dengan belajar, (3) Pada 
saat mempelajari bahan pelajaran, siswa ingin segera mengetahui apa sebenarnya manfaat 
mempelajarinya, dan masalah apa sajakah yang dapat dipecahkan dengan pengetahuan 
atau bahan itu, (4) Suatu kompetensi paling efektif dicapai oleh pelajar melalui 
serangkaian pengalaman pemecahan masalah realistik yang di dalamnya si pelajar secara 
langsung menerapkan unsur-unsur kompetensi tersebut. 
Pada pengajaran berdasarkan masalah terdiri dari 5 (lima) langkah utama yang 
dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri 
dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. 
Tabel Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah 
Tahap-Tahap Tingkah Laku Guru 
Tahap- 1 
Orientasi siswa pada masalah 
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, 
menjelaskan logistik yang dibutuhkan, 
mengajukan fenomena atau demonstrasi atau 
cerita untuk memunculkan masalah, 
memotivasi siswa untuk terlibat dalam 
pemecahan masalah yang dipilih.
Tahap-2 
Mengorganisasikan siswa untuk 
belajar 
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan 
dan mengorganisasikan tugas belajar yang 
berhubungan dengan masalah. 
Tahap- 3 
Membimbing penyelidikan individual 
maupun kelompok 
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan 
informasi yang sesuai, melaksanakan 
eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan 
dan pemecahan masalah. 
Tahap- 4 
Mengembangkan dan menyajikan 
hasil karya 
Guru membantu siswa dalam merencanakan 
dan menyiapkan karya yang sesuai seperti 
laporan, video, dan model serta membantu 
mereka untuk berbagi tugas dengan temannya 
Tahap- 5 
Menganalisis dan mengevaluasi proses 
pemecahan masalah 
Guru membantu siswa untuk melakukan 
refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan 
mereka dan proses-proses yang mereka 
gunakan. 
Sumber : Ibrahim dalam Trianto (2010) 
Menurut Ibrahim (2003:15), di dalam kelas PBI, peran guru berbeda dengan kelas 
tradisional. Peran guru didalam kelas PBI antara lain sebagai berikut: (1) Mengajukan 
masalah atau mengorientasikan siswa kepada masalah autentik, yaitu masalah kehidupan 
nyata sehari-hari, (2) Memfasilitasi/membimbing penyelidikan, misalnya melakukan 
pengamatan atau melakukan eksperimen/percobaan, (3) Memfasilitasi dialog siswa, (4) 
Mendukung belajar siswa. 
Autograph merupakan software matematika yang lengkap dan dinamis yang 
sesuai untuk pembelajaran grafik, geometri, statistika, dan probabilitas. Tarmizi, dkk 
(2008:186) menyatakan bahwa Autograph merupakan software yang dinamis untuk 
mengajar kalkulus, aljabar, dan geometri. Selanjutnya Ayub, dkk (2008:195) 
mengungkapkan bahwa Autograph merupakan software yang interaktif dan lengkap yang 
mencakup berbagai topik, dari aljabar sampai kalkulus. 
Dengan demikian, Autograph merupakan software yang sangat sesuai untuk 
digunakan dalam pembelajaran matematika dan dapat digunakan untuk mengajarkan 
berbagai materi dalam pembelajaran matematika, yaitu kalkulus, geometri, statistik, dan 
probabilitas. 
What is Autograph Software? 
Autograph software adalah program khusus yang digunakan dalam pembelajaran 
matematika. Autograph memiliki kemampuan grafik 2D dan 3D untuk topik-topik seperti 
transformasi, kerucut bagian, vektor, kemiringan, dan turunan. Dalam kenyataannya, 
pengguna dapat mengamati bagaimana fungs i, grafik, persamaan, dan perhitungan. 
Autograph dapat digunakan untuk menggambar grafik statistik, fungsi, dan vektor dan 
untuk mengubah bentuk.
Why use Autograph Software? 
Autograph memiliki kemampuan yang kuat dalam memvisualisasikan dan 
menghidupkan obyek matematika dan karena itu dapat digunakan untuk mengeksplorasi 
konsep-konsep matematika lebih dalam. Ini adalah perangkat lunak yang sangat interaktif 
yang dapat digunakan untuk membuat siswa lingkungan terpusat. 
How to use Autpgraph Software? 
Integrasi ICT dalam pendidikan telah melahirkan suatu paradigma baru dalam 
belajar. Belajar tidak lagi hanya ditentukan oleh guru semata, tetapi siswa pun memiliki 
akses dalam memilih cara belajarnya sendiri dalam membentuk pengetahuan yang 
diperlukan. Sumber belajar tidak terbatas pada teks tetapi bisa menjangkau jaringan yang 
sangat luas seperti internet. Dengan ICT kesempatan belajar juga semakin besar karena 
tidak selalu terbatas oleh ruang dan waktu. E-learning system memungkinkan pembejaran 
interaktif dapat dilakukan kapan pun dan di mana pun selama siswa memiliki koneksi 
pada jaringan sistem tersebut. 
C. METODOLOGI PENELITIAN 
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Santa Maria Medan pada tahun akademik 
2014-2015 dengan jadwal pelaksanaannya dikoordinasikan dengan kegiatan sekolah, 
tepatnya bulan Oktober. 
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Santa Maria di Kota 
Medan. pendapat Russefendi (1998) salah satu cara memilih sampel mewakilinya 
populasinya adalah cara random sederhana, yaitu bila setiap anggota dari populasi 
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih. Sampel yang terpilih yaitu siswa SMA 
Santa Maria kelas XI. 
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode 
eksperimen dalam bentuk jenis quasi eksperimen karena tidak memungkinkan untuk 
membentuk kelompok baru, mengingat penelitian ini dilakukan pada suatu kelas yang 
sudah terbentuk dan jadwal belajar yang sudah ditentukan. Penelitian ini bertujuan 
menelaah tentang kemampuan pemecahan masalah dan motivasi matematika siswa SMA 
yang dipengaruhi oleh pembelajaran berbasis masalah (PBM) dengan menggunakan 
Autograph. 
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan 
pemecahan masalah dan angket motivasi siswa. Pada tabel berikut kisi-kisi tes 
kemampuan pemecahan masalah:
Tabel Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 
Aspek Indikator Yang Diukur Nomor Soal 
Memahami 
masalah 
Merencanakan 
pemecahan 
Melakukan 
perhitungan 
Memeriksa 
kembali 
Menuliskan yang diketahui 
Menuliskan yang ditanyakan 
Menulis cukup, kurang atau berlebihan hal-hal 
yang diketahui untuk menyelesaikan masalah 
Menuliskan teori atau metode yang dapat 
digunakan dalam masalah 
Melaksanakan perhitungan, diukur dengan 
melaksanakan rencana yang sudah dibuat serta 
membuktikan bahwa langkah yang dipilih sudah 
benar 
Memeriksa penyelesaian (mengetes atau menguji 
coba jawaban) 
Memeriksa apakah jawaban yang diperolah 
masuk akal 
Memeriksa pekerjaan, adakah perhitungan atau 
analisis yang salah, 
Memeriksa pekerjaan, adakah yang kurang 
lengkap atau kurang jelas. 
1a 
1b 
1c 
1d 
Penskoran untuk penilaian tes kemampuan pemecahan masalah matematika 
berdasarkan rubrik skor dikemukakan oleh Sinaga (2008), untuk memudahkan dalam 
pemberian skor kemampuan pemecahan masalah disajikan suatu alaternatif pemberian 
skor dan digunakan dalam penelitian ini. Seperti pada tabel berikut ini: 
Tabel Penskoran Kemampuan Pemecahan 
Aspek yang dinilai Indikator Skor 
Memahami Masalah 
Tidak ada jawaban sama sekali 0 
Tidak menuliskan yang diketahui, ditanyakan 1 
Salah menuliskan yang diketahui, ditanyakan 2 
Menuliskan yang diketahui, ditanyakan dengan benar 
3 
tapi tidak lengkap 
Menuliskan yang diketahui, ditanyakan dengan benar 
dan lengkap 
4 
Menyusun Rencana 
Penyelesaian 
Tidak ada jawaban sama sekali 0 
Strategi yang digunakan tidak relevan 1 
Strategi yang digunakan kurang dapat dilaksanakan 2
dan tidak dapat dilanjutkan 
Strategi yang digunakan benar tapi mengarah pada 
jawaban yang salah atau tidak mencoba strategi yang 
lain 
3 
Menggunakan beberapa prosedur yang mengarah 
pada jawaban yang benar 
4 
Penyelesaian Masalah 
Tidak ada jawaban sama sekali 0 
Hasil perhitungan salah 1 
Beberapa prosedur yang mengarah kepada jawaban 
2 
yang benar 
Sebagian hasil salah, tetapi hanya salah perhitungan 
saja 
3 
Hasil dan prosedur benar 4 
Memeriksa Kembali 
Tidak ada jawaban sama sekali 0 
Tidak ada pemeriksaan kembali 1 
Ada pemeriksaan tetapi salah 2 
Ada pemeriksaan tetapi tidak tuntas atau tidak 
3 
lengkap 
Pemeriksaan dilaksanakan dengan lengkap untuk 
melihat kebenaran hasil dan produk 
4 
Untuk mencari nilai rata-rata hasil belajar kemampuan pemecahan masalah 
matematika siswa digunakan rumus analisis komparatif untuk menguji satu kelompok 
sampel dengan dua data terpisah yang digunakan untuk membandingkan perbedaan dua 
data dalam satu kelompok sampel penelitian. Sampel penelitian di dalam analisis ini 
adalah sampel yang terpisah dikemukakan oleh Hardjodipuro (1987:60) disebut 
“dependent sample sample”. Teknik analisis yang digunakan menurut Hardjodipuro 
adalah t-test (1987:60). Rumus yang digunakan adalah : 
푡 = 
푋̅1−푋̅2 
√Σ 퐷2− 
(Σ퐷) 
2 
푁 
푁(푁−1) 
, Hardjodipuro (1987:60) 
Keterangan: 
푋̅ 
1 = Rata-rata skor post-test 
푋̅ 
2 = Rata-rata skor pre-test 
D = Perbedaan antar data skor yang berpasangan 
D = Rata-rata perbedaan antar data yang berpasangan
Σ 퐷2 = Jumlah kuadrat skor perbedaan 
(Σ 퐷)2 = Kuadrat jumlah skor perbedaan 
N = Banyak pasangan data (skor) 
Pada taraf signifikan 훼 = 0,05 dengan derajat kebebasan dk = N – 1 maka dapat 
diperoleh harga t tabel. Apabila t hasil perhitungan lebih besar dari harga t tabel 
(푡ℎ푖푡푢푛푔 > 푡푡푎푏푒푙) maka dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna 
antara dua kelompok data penelitian itu. Tetapi apabila sebaliknya, jika harga t hitung 
lebih kecil atau sama dengan t tabel (푡ℎ푖푡푢푛푔 ≤ 푡푡푎푏푒푙) maka tidak terdapat perbedaan 
antara kedua kelompok data tersebut. 
Dalam mengukur motivasi siswa dalam belajar matematika dengan menggunakan 
software Autograph dilakukan dengan memberikan angket motivasi. Angket motivasi 
tersebut diberikan kepada masing-masing siswa setelah pembelajaran dengan 
menggunakan software Autograph sebanyak 20 pernyataan. Hasil angket dianalisis 
menggunakan nilai rata-rata dan presentase. Hal itu dilakukan untuk mengetahui seberapa 
banyak siswa yang menjawab pernyataan sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), 
dan sangat tidak setuju (STS). 
Selain dengan melihat hasil belajar juga dapat melihat hasil angket motivasi 
dengan menggunakan analisis komparatif untuk menguji satu kelompok sampel dengan 
dua data terpisah yang digunakan untuk membandingkan perbedaan dua data dalam satu 
kelompok sampel penelitian. Sampel penelitian di dalam analisis ini adalah sampel yang 
terpisah dikemukakan oleh Hardjodipuro (1987:60) disebut “dependent sample sample”. 
Teknik analisis yang digunakan menurut Hardjodipuro adalah t-test (1987:60). Rumus 
yang digunakan adalah : 
푡 = 
푋̅1−푋̅2 
√Σ 퐷2− 
(Σ퐷) 
2 
푁 
푁(푁−1) 
, Hardjodipuro (1987:60) 
Keterangan: 
푋̅ 
1 = Rata-rata skor post-test 
푋̅ 
2 = Rata-rata skor pre-test 
D = Perbedaan antar data skor yang berpasangan 
D = Rata-rata perbedaan antar data yang berpasangan 
Σ 퐷2 = Jumlah kuadrat skor perbedaan 
(Σ 퐷)2 = Kuadrat jumlah skor perbedaan 
N = Banyak pasangan data (skor)
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 
Pre-test dilakukan untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang materi yang 
akan dipelajari sebelum diterapkannya model pembelajaran berbasis masalah berbantuan 
software Autograph. Siswa diberikan tes dalam bentuk essay. Adapun data hasil tes pra 
tindakan dapat dilihat sebagai berikut: 
Tabel Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa sebelum diterapkannya 
model pembelajaran berbasis masalah berbantuan 
software Autograph 
No Siswa Nilai Pre-Test 
Presentasi Hasil 
Belajar 
Keterangan 
1. S1 40 40% Tidak Tuntas 
2. S2 55 55% Tidak Tuntas 
3. S3 58 58% Tidak Tuntas 
4. S4 60 60% Tidak Tuntas 
5. S5 40 40% Tidak Tuntas 
6. S6 60 60% Tidak Tuntas 
7. S7 57 57% Tidak Tuntas 
8. S8 30 30% Tidak Tuntas 
9. S9 65 65% Tidak Tuntas 
10. S10 45 45% Tidak Tuntas 
11. S11 40 40% Tidak Tuntas 
12. S12 70 70% Tuntas 
13. S13 80 80% Tuntas 
14. S14 50 50% Tidak Tuntas 
15. S15 75 75% Tuntas 
16. S16 70 70% Tuntas 
17. S17 75 75% Tuntas 
18. S18 58 58% Tidak Tuntas 
19. S19 46 46% Tidak Tuntas 
20. S20 68 68% Tidak Tuntas 
21. S21 55 55% Tidak Tuntas 
22. S22 65 65% Tidak Tuntas 
23. S23 70 70% Tuntas 
24. S24 40 40% Tidak Tuntas 
25. S25 55 55% Tidak Tuntas 
26. S26 40 40% Tidak Tuntas 
Jumlah 1467 
Rata-rata 56,42
Tabel Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa sebelum diterapkannya 
model pembelajaran berbasis masalah berbantuan 
software Autograph. 
No 
Persentase 
Ketuntasan 
Tingkat 
Ketuntasan 
Banyak Siswa 
Persentase 
Jumlah Siswa 
1 < 70% Tidak Tuntas 20 76,92%% 
2  70% Tuntas 6 23,08% 
Jumlah 26 100% 
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan 
soal Statistika pada pre-test masih sangat rendah. Dari 26 siswa, 6 siswa yang mencapai 
ketuntasan belajar dan diperoleh nilai rata – rata hasil tes siswa sebelum diterapkannya 
model pembelajaran berbasis masalah berbantuan software Autograph yaitu 56,42. 
Berdasarkan hasil pre-test diperoleh adanya permasalahan atau kesulitan yang 
dialami siswa dalam menyelesaikan soal persammaan garis lurus yang diberikan. 
Adapun kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal-soal Statistika 
yaitu, keterbatasan waktu dan kurang mampu memahami soal. 
Untuk melihat hasil belajar siswa diberikan post-tes berupa esai. Adapun data 
hasil test dapat dilihat sebagai berikut: 
Tabel Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa setelah Diberikan Pembelajaran 
Berbasis Masalah Berbantuan Autograph 
No Siswa 
Nilai Post- 
Test 
Persentasi 
Hasil Belajar 
Keterangan 
1 S1 70 70% Tuntas 
2 S2 85 85% Tuntas 
3 S3 76 76% Tuntas 
4 S4 85 85% Tuntas 
5 S5 71 71% Tuntas 
6 S6 89 89% Tuntas 
7 S7 72 72% Tuntas 
8 S8 77 77% Tuntas 
9 S9 89 89% Tuntas 
10 S10 81 81% Tuntas 
11 S11 70 70% Tuntas 
12 S12 88 88% Tuntas 
13 S13 72 72% Tuntas 
14 S14 70 70% Tuntas 
15 S15 89 89% Tuntas 
16 S16 99 99% Tuntas 
17 S17 93 93% Tuntas
18 S18 71 71% Tuntas 
19 S19 89 89% Tuntas 
20 S20 99 99% Tuntas 
21 S21 85 85% Tuntas 
22 S22 77 77% Tuntas 
23 S23 83 83% Tuntas 
24 S24 85 85% Tuntas 
25 S25 72 72% Tuntas 
26 S26 83 83% Tuntas 
Jumlah 2120 
Rata – rata 81,54 
Tabel Persentase Ketuntasan Hasil Belajar setelah diberikan Pembelajaran 
Berbasis Masalah Berbantuan Autograph 
No 
Persentase 
Ketuntasan 
Tingkat 
Ketuntasan 
Banyak Siswa 
Persentase 
Jumlah Siswa 
1 < 70% Tidak Tuntas 0 0% 
2  70% Tuntas 26 100% 
Jumlah 26 100% 
Berdasarkan data hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran berbasis 
masalah menggunakan software Autograph, dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar siswa 
tercapai, dimana seluruh siswa tuntas belajar (100%). Dapat disimpulkan bahwa 
ketuntasan belajar siswa secara klasikal tercapai ( 85%,), sehingga tidak perlu dilakukan 
perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya. Dengan demikian penggunaan model 
pembelajaran berbasis masalah berbantuan software Autograph dapat meningkatkan hasil 
belajar siswa. 
Peningkatan rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis setelah 
diberikan pembelajaran berbasis masalah berbantuan software Autograph dapat dilihat 
dengan uji t-test sebagai berikut: 
푡 = 
푋̅ 
1 −푋̅ 
2 
√Σ 퐷2 − 
(Σ 퐷)2 
푁 
푁(푁 − 1)
Tabel Perbandingan Skor Kemampuan Pemecahan Masalah 
No 
Kode 
Siswa 
Skor siswa sebelum 
diberi PBM berbantuan 
software Autograph 
Skor siswa setelah diberi 
PBM berbantuan 
software Autograph 
D D2 
1 S1 40 61 21 441 
2 S2 55 85 30 900 
3 S3 58 76 18 324 
4 S4 60 85 25 625 
5 S5 40 71 31 961 
6 S6 60 89 29 841 
7 S7 57 72 15 225 
8 S8 30 77 47 2209 
9 S9 65 89 24 576 
10 S10 45 81 36 1296 
11 S11 40 50 10 100 
12 S12 70 88 18 324 
13 S13 80 72 8 64 
14 S14 50 70 20 400 
15 S15 75 89 14 196 
16 S16 70 99 29 841 
17 S17 75 93 18 324 
18 S18 58 71 13 169 
19 S19 46 89 43 1849 
20 S20 68 99 31 961 
21 S21 55 85 30 900 
22 S22 65 77 12 144 
23 S23 70 83 13 169 
24 S24 40 85 45 2025 
25 S25 55 72 17 289 
26 S26 40 83 43 1849 
Jumlah 1467 2091 640 19002 
Rata- 
56,42 80,42 
Rata 
Dari data diperoleh 푋̅ 
1 = 80,42, 푋̅ 
2 = 56,42, Σ 퐷 = 640, Σ 퐷2 = 19002, 푁 = 
26 maka dapat dihitung peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa 
setelah diberi pembelajaran berbaasis masalah berbantuan software Autograph sebagai 
berikut : 
푡 = 
푋̅ 
1 −푋̅ 
2 
√Σ 퐷2 − 
(Σ 퐷)2 
푁 
푁(푁 − 1) 
= 
80,42 − 56,42 
√19002 − 
(640)2 
26 
26(25) 
= 
24 
√19002 − 15753,85 
650 
= 
24 
2,235 
= 10,74
Dengan 훼 = 0,05 dan dk = N − 1 = 26 − 1 = 25 maka diperoleh t0,95(25) =1,71. 
Ternyata t hasil perhitungan lebih kecil dari t tabel, yaitu 푡ℎ푖푡푢푛푔 = 10,74 > 푡푡푎푏푒푙 = 
1,71, maka dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara kemampuan 
pemecahan masalah yang menggunakan PBM berbantuan software Autograph dengan 
yang tidak berbantuan software Autograph. 
Peningkatan rata-rata motivasi belajar matematis setelah diberikan pembelajaran 
berbasis masalah berbantuan software Autograph dapat dilihat dengan uji t-test sebagai 
berikut: 
푡 = 
푋̅1 − 푋̅2 
√Σ 퐷2 − 
(Σ 퐷)2 
푁 
푁(푁 − 1) 
Tabel Perbandingan Skor Motivasi Matematis Siswa 
No 
Kode 
Siswa 
Skor siswa sebelum 
diberi PBM berbantuan 
software Autoraph 
Skor siswa setelah diberi 
PBM berbantuan 
software Autoraph 
D D2 
1 S1 30 60 30 900 
2 S2 55 60 5 25 
3 S3 58 63 5 25 
4 S4 64 70 6 36 
5 S5 43 60 17 289 
6 S6 62 70 8 64 
7 S7 52 72 20 400 
8 S8 40 65 25 625 
9 S9 53 62 9 81 
10 S10 57 62 5 25 
11 S11 47 64 17 289 
12 S12 56 64 8 64 
13 S13 57 60 3 9 
14 S14 52 61 9 81 
15 S15 58 60 2 4 
16 S16 55 62 7 49 
17 S17 52 60 8 64 
18 S18 53 63 10 100 
19 S19 56 60 4 16
20 S20 53 62 9 81 
21 S21 51 60 9 81 
22 S22 49 61 12 144 
23 S23 50 62 12 144 
24 S24 54 63 9 81 
25 S25 52 66 14 196 
26 S26 53 63 10 100 
Jumlah 1362 1635 273 3973 
Rata- 
52,3846154 62,8846154 
Rata 
Dari data diperoleh 푋̅ 
1 = 62,88, 푋̅ 
2 = 52,39, Σ 퐷 = 273, Σ 퐷2 = 3973, 푁 = 26 
maka dapat dihitung peningkatan motivasi matematis siswa setelah diberi pembelajaran 
berbaasis masalah berbantuan software Autograph sebagai berikut: 
푡 = 
푋̅1 − 푋̅2 
√Σ 퐷2 − 
(Σ 퐷)2 
푁 
푁(푁 − 1) 
= 
62,88 − 52,39 
√3973 − 
(273)2 
26 
26(25) 
= 
10,49 
√3973 − 2866,5 
650 
= 
10,49 
1,3 
= 8,07 
Dengan 훼 = 0,05 dan dk = N − 1 = 26 − 1 = 25 maka diperoleh t0,95(25) =1,71. 
Ternyata t hasil perhitungan lebih kecil dari t tabel, yaitu 푡ℎ푖푡푢푛푔 = 8,07 > 푡푡푎푏푒푙 = 
1,71 , maka dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara motivasi 
matematik siswa yang menggunakan PBM berbantuan software Autograph dengan yang 
tidak berbantuan software Autograph. 
E. KESIMPULAN DAN SARAN 
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada BAB IV maka dapat diambil 
kesimpulan bahwa: (1) Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat perbedaan 
yang nyata antara kemampuan pemecahan masalah yang menggunakan PBM berbantuan 
software Autograph dengan yang tidak berbantuan software Autograph, dimana ternyata t 
hasil perhitungan lebih kecil dari t tabel, yaitu 푡ℎ푖푡푢푛푔 = 10,74 > 푡푡푎푏푒푙 = 1,71, (2) 
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa maka dapat dijelaskan bahwa terdapat 
perbedaan yang nyata antara motivasi matematis siswa yang menggunakan PBM 
berbantuan software Autograph dengan yang tidak berbantuan software Autograph, 
dimana ternyata t hasil perhitungan lebih kecil dari t tabel, yaitu 푡ℎ푖푡푢푛푔 = 8,07 > 
푡푡푎푏푒푙 = 1,71,
Berdasarkan kesimpulan di atas penulis menyampa ikan beberapa saran antara 
lain: (1) Kepada sekolah, sebagai salah satu tolak ukur dalam memperbaiki proses 
pembelajaran dengan selalu berusaha mengikuti perkembangan teknologi yang sangat 
penting dimanfaatkan sebagai media pembelajaran, (2) Kepada guru, supaya dalam 
memberikan pembelajaran yang lebih baik kepada siswa perlu dilakukan pengintegrasian 
media dengan model pembelajaran, (3) Kepada peneliti lanjutan, supaya dapat melakukan 
penelitian replikasi dengan sekolah dan siswa yang berbeda untuk melihat perbandingan 
dari hasil penelitian ini.

More Related Content

What's hot

Open endedaproachinmathematicsclassroom-131222035143-phpapp02
Open endedaproachinmathematicsclassroom-131222035143-phpapp02Open endedaproachinmathematicsclassroom-131222035143-phpapp02
Open endedaproachinmathematicsclassroom-131222035143-phpapp02
Mansyur Eppe
 
Contoh laporan kbt in house
Contoh laporan kbt in houseContoh laporan kbt in house
Contoh laporan kbt in house
Jaiho Jambari
 
Makalah Problematika Matematika
Makalah Problematika MatematikaMakalah Problematika Matematika
Makalah Problematika Matematika
hidayanti2013
 
1.10 bab2 (1)
1.10 bab2 (1)1.10 bab2 (1)
1.10 bab2 (1)
AIC
 
Jurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaJurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematika
Nurmalianis Anis
 
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving LearningHasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning
Abdul Jamil
 
Makalah seminar ispi
Makalah seminar ispiMakalah seminar ispi
Makalah seminar ispi
srirejeki345
 
Proses berfikfir (asimilasi dan akomodasi)
Proses berfikfir (asimilasi dan akomodasi)Proses berfikfir (asimilasi dan akomodasi)
Proses berfikfir (asimilasi dan akomodasi)
Lukman
 

What's hot (20)

Paper02 performen1
Paper02 performen1Paper02 performen1
Paper02 performen1
 
Proposal untuk pps
Proposal untuk ppsProposal untuk pps
Proposal untuk pps
 
Masalah Pembelajaran Matematika
Masalah Pembelajaran MatematikaMasalah Pembelajaran Matematika
Masalah Pembelajaran Matematika
 
PROPOSAL
PROPOSALPROPOSAL
PROPOSAL
 
Open endedaproachinmathematicsclassroom-131222035143-phpapp02
Open endedaproachinmathematicsclassroom-131222035143-phpapp02Open endedaproachinmathematicsclassroom-131222035143-phpapp02
Open endedaproachinmathematicsclassroom-131222035143-phpapp02
 
Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan
Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan
Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan
 
Contoh laporan kbt in house
Contoh laporan kbt in houseContoh laporan kbt in house
Contoh laporan kbt in house
 
3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika
3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika
3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika
 
Makalah Problematika Matematika
Makalah Problematika MatematikaMakalah Problematika Matematika
Makalah Problematika Matematika
 
1.10 bab2 (1)
1.10 bab2 (1)1.10 bab2 (1)
1.10 bab2 (1)
 
Jurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaJurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematika
 
Problem solving dan problem posing
Problem solving dan problem posingProblem solving dan problem posing
Problem solving dan problem posing
 
Penelitian tindakan kelas ipa smp
Penelitian tindakan kelas ipa smpPenelitian tindakan kelas ipa smp
Penelitian tindakan kelas ipa smp
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pb7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pb
 
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving LearningHasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning
 
9. supardi 248 262
9. supardi 248 2629. supardi 248 262
9. supardi 248 262
 
Makalah seminar ispi
Makalah seminar ispiMakalah seminar ispi
Makalah seminar ispi
 
Proses berfikfir (asimilasi dan akomodasi)
Proses berfikfir (asimilasi dan akomodasi)Proses berfikfir (asimilasi dan akomodasi)
Proses berfikfir (asimilasi dan akomodasi)
 
Ao vs di
Ao vs diAo vs di
Ao vs di
 

Viewers also liked

Kemampuan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran matematika dengan pendekat...
Kemampuan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran matematika dengan pendekat...Kemampuan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran matematika dengan pendekat...
Kemampuan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran matematika dengan pendekat...
oneagustin95
 
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
umdatus
 

Viewers also liked (7)

Projeck based learning WIsma (1013011017)
Projeck based learning WIsma  (1013011017)Projeck based learning WIsma  (1013011017)
Projeck based learning WIsma (1013011017)
 
Kemampuan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran matematika dengan pendekat...
Kemampuan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran matematika dengan pendekat...Kemampuan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran matematika dengan pendekat...
Kemampuan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran matematika dengan pendekat...
 
Kisi kisi soal yang dipakai
Kisi kisi soal yang dipakaiKisi kisi soal yang dipakai
Kisi kisi soal yang dipakai
 
MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ( PROBLEM BASED LEARNING ) TERLEN...
MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ( PROBLEM BASED LEARNING ) TERLEN...MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ( PROBLEM BASED LEARNING ) TERLEN...
MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ( PROBLEM BASED LEARNING ) TERLEN...
 
Kisi kisi dan Kartu Soal Matematika Kelas 8
Kisi kisi dan Kartu Soal Matematika Kelas 8Kisi kisi dan Kartu Soal Matematika Kelas 8
Kisi kisi dan Kartu Soal Matematika Kelas 8
 
RPP SMP Matematika Kelas VIII
RPP SMP Matematika Kelas VIIIRPP SMP Matematika Kelas VIII
RPP SMP Matematika Kelas VIII
 
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
 

Similar to Makalah Penuh Penelitian Berbasis ICT

A5e15e3ebcd1aa7403c240be25f253e4 maklah problm-solving
A5e15e3ebcd1aa7403c240be25f253e4 maklah problm-solvingA5e15e3ebcd1aa7403c240be25f253e4 maklah problm-solving
A5e15e3ebcd1aa7403c240be25f253e4 maklah problm-solving
Achmad Abror
 
Problem Based Learning
Problem Based Learning Problem Based Learning
Problem Based Learning
Izan M.Pd
 
Pengertian model pembelajaran problem solving.docx
Pengertian model pembelajaran problem solving.docxPengertian model pembelajaran problem solving.docx
Pengertian model pembelajaran problem solving.docx
deriastuti3
 

Similar to Makalah Penuh Penelitian Berbasis ICT (20)

Arvar mades
Arvar madesArvar mades
Arvar mades
 
Arvar mades
Arvar madesArvar mades
Arvar mades
 
Bab ii 10401241010
Bab ii 10401241010Bab ii 10401241010
Bab ii 10401241010
 
Problem Solving Matematika
Problem Solving MatematikaProblem Solving Matematika
Problem Solving Matematika
 
Peningkatan pemahaman manajemen waktu melalui bimbingan kelompok dengan tekni...
Peningkatan pemahaman manajemen waktu melalui bimbingan kelompok dengan tekni...Peningkatan pemahaman manajemen waktu melalui bimbingan kelompok dengan tekni...
Peningkatan pemahaman manajemen waktu melalui bimbingan kelompok dengan tekni...
 
Skripsi yang benar
Skripsi yang benarSkripsi yang benar
Skripsi yang benar
 
Pkp matematika juita ut raha
Pkp matematika juita ut rahaPkp matematika juita ut raha
Pkp matematika juita ut raha
 
Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)
Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)
Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)
 
A5e15e3ebcd1aa7403c240be25f253e4 maklah problm-solving
A5e15e3ebcd1aa7403c240be25f253e4 maklah problm-solvingA5e15e3ebcd1aa7403c240be25f253e4 maklah problm-solving
A5e15e3ebcd1aa7403c240be25f253e4 maklah problm-solving
 
Problem Based Learning
Problem Based Learning Problem Based Learning
Problem Based Learning
 
14. bab i
14. bab i14. bab i
14. bab i
 
PPT_MODEL_BERBASIS_MASALAH_pptx.pptx
PPT_MODEL_BERBASIS_MASALAH_pptx.pptxPPT_MODEL_BERBASIS_MASALAH_pptx.pptx
PPT_MODEL_BERBASIS_MASALAH_pptx.pptx
 
Pengertian model pembelajaran problem solving.docx
Pengertian model pembelajaran problem solving.docxPengertian model pembelajaran problem solving.docx
Pengertian model pembelajaran problem solving.docx
 
Artikel ptk
Artikel ptkArtikel ptk
Artikel ptk
 
Artikel karya-ilmiah
Artikel karya-ilmiahArtikel karya-ilmiah
Artikel karya-ilmiah
 
Skripsi zainul hamid ( motivasi belajar)
Skripsi zainul hamid ( motivasi belajar)Skripsi zainul hamid ( motivasi belajar)
Skripsi zainul hamid ( motivasi belajar)
 
Artikel karya-ilmiah
Artikel karya-ilmiahArtikel karya-ilmiah
Artikel karya-ilmiah
 
Pbl mm
Pbl mmPbl mm
Pbl mm
 
Bab i.3 doc
Bab i.3 docBab i.3 doc
Bab i.3 doc
 
Matriks pembelajaran inquiry
Matriks pembelajaran inquiryMatriks pembelajaran inquiry
Matriks pembelajaran inquiry
 

More from State University of Medan

More from State University of Medan (9)

Development of Landside Fasility
Development of Landside Fasility Development of Landside Fasility
Development of Landside Fasility
 
Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UN...
Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UN...Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UN...
Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UN...
 
Transformasi Peubah Acak dan Distribusinya
Transformasi Peubah Acak dan Distribusinya Transformasi Peubah Acak dan Distribusinya
Transformasi Peubah Acak dan Distribusinya
 
Integral Berulang (Iterated Integrals)
Integral Berulang (Iterated Integrals)Integral Berulang (Iterated Integrals)
Integral Berulang (Iterated Integrals)
 
Prosedur Evaluasi Pembelajaran Matematika
Prosedur Evaluasi Pembelajaran MatematikaProsedur Evaluasi Pembelajaran Matematika
Prosedur Evaluasi Pembelajaran Matematika
 
Memaknai Kartu Domino dengan Pendekatan RME sebagai bagian dari Matematika
Memaknai Kartu Domino dengan Pendekatan RME sebagai bagian dari MatematikaMemaknai Kartu Domino dengan Pendekatan RME sebagai bagian dari Matematika
Memaknai Kartu Domino dengan Pendekatan RME sebagai bagian dari Matematika
 
Aplikasi Persamaan Differensial Dalam Bidang Ekonomi
Aplikasi Persamaan Differensial Dalam Bidang EkonomiAplikasi Persamaan Differensial Dalam Bidang Ekonomi
Aplikasi Persamaan Differensial Dalam Bidang Ekonomi
 
Wilcoxon Matced Pairs Signed Ranks Test
Wilcoxon Matced Pairs Signed Ranks TestWilcoxon Matced Pairs Signed Ranks Test
Wilcoxon Matced Pairs Signed Ranks Test
 
Metodologi pembelajaran matematika
Metodologi pembelajaran matematikaMetodologi pembelajaran matematika
Metodologi pembelajaran matematika
 

Recently uploaded

SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
AlfandoWibowo2
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 

Recently uploaded (20)

SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 

Makalah Penuh Penelitian Berbasis ICT

  • 1. MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA BERBANTUAN AUTOGRAPH MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH RIZKI KURNIAWAN RANGKUTI Mahasiswa PPs Prodi Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Medan (UNIMED) Email: rizkikurniawanrkt@rocketmail.com Abstrak. Telah dilakukan penelitian tentang peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan motivasi belajar matematika siswa melalui pembelajaran berbasis masalah berbantuan software Autograph pada pokok bahasan persamaan garis lurus di kelas XI SMA Santa Maria Medan tahun akademik 2014-2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan kemampuan pemecahan masalah dan motivasi belajar siswa melalui model PBM berbantuan software Autograph dengan yang tidak menggunakan software Autograph. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 minggu pada bulan Oktober di SMA Santa Maria Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Instrument yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah adalah tes, sedangkan instrumen untuk mengukur motivasi belajar siswa adalah angket. Sebelum tindakan dilakukan terlebih dahulu diberikan tes awal untuk mengetahui kemampuan awal dan kesulitan awal siswa. Dari hasil tes awal yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah sangat rendah, hal ini dibuktikan hanya terdapat 6 siswa yang menunjukkan ketuntasan belajar dengan rata-rata pencapaian siswa 56,42 dan tingkat ketuntasan klasikal 23,08%. Setelah pemberian PBM berbantuan software Autograph diketahui tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal untuk tes kemampuan pemecahan masalah adalah 100%, dalam hal ini tidak terdapat seorang siswa yang tidak tuntas dengan rata-rata pencapaian kelas 81,54. Untuk skor motivasi belajar siswa rata-rata pencapaian kelas 62,88 meningkat sebesar 10,05 setelah diterapkan PBM berbantuan software Autograph. Hasil yang diperoleh dari uji-t juga menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan pemecahan masalah sebelum dan sesudah diterapkannya PBM berbantuan software Autograph, yaitu 푡ℎ푖푡푢푛푔 = 10,74 > 푡푡푎푏푒푙 = 1,71 pada 훼 = 0,05 dan 푑푘 = 25, dan hasil yang sama juga diperoleh dari uji-t yang menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkannya PBM berbantuan software Autograph, yaitu 푡ℎ푖푡푢푛푔 = 8,07 > 푡푡푎푏푒푙 = 1,71 pada 훼 = 0,05 dan 푑푘 = 25. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa terdapat perbedaan yang signifikan untuk kemampuan pemecahan masalah dan motivasi belajar matematika sebelum dan sesudah diterapkannya PBM berbantuan software Autograp. Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah, Motivasi Belajar Matematika, Pembelajaran Berbasis Masalah, dan software Autograph.
  • 2. A. PENDAHULUAN Kenyataan menunjukkan bahwa hasil pembelajaran matematika belum memenuhi harapan. Perlu adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan matematik melalui perbaikan teknik atau model pembelajaran, agar ada peningkatan kemampuan matematik siswa yang sesuai dengan tuntutan lingkungan dan perubahan zaman. Soejadi (1994:36) mengatakan bahwa kegiatan pembelajaran matematika di jenjang persekolahan merupakan suatu kegiatan yang harus dikaji dan jika perlu diperbaharui agar dapat sesuai dengan kemampuan murid serta tuntutan lingkungan. Perbaikan dan proses pembelajaran matematika antara lain dengan menciptakan susasana belajar yang konduksif, konstruktif, demokratis dan kolaboratif. Perubahan tersebut sesuai dengan tujuan umum diberikannya matematika dijenjang pendidikan dasar dan pendidikan umum (Soejadi, 2000: 43) yakni: (1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di kehidupan dan dunia yang selalu berkembang , melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional , kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien, (2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola piker matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Proses pembelajaran matematika hendaknya menjamin siswa dapat menyajikan konsep yang dipelajarinya ke dalam berbagai macam model matematika. Salah satu pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif berpikir untuk memahami, menyusun masalah dan menyelesaikannya serta terjadi interaksi antara siswa dan guru, siswa dengan siswa menjadi kondusif adalah pembelajaran berbasis masalah. Dalam pembelajaran berbasis masalah. Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa akan memahami konsep suatu materi melalui bekerja dan belajar pada situasi atau masalah yang diberikan, yakni situasi/masalah kehidupan sehari-hari, kemudian melakukan investigasi, eksplorasi, konjektur, dan mengkomunikasikan ide/gagasan matematika, melakukan pemecahan masalah dan membuat kesimpulan untuk mengkonstruksi pemahamannya sendiri. Moffit (dalam Permana, 2004:4) mengatakan bahwa belajar berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa aktif secara optimal, memungkinkan siswa melakukan investigasi, pemecahan masalah yang mengintegrasikan keterampilan dan konsep dari berbagai konten area. Pendekatan ini meliputi menyimpulkan informasi sekitar masalah, melakukan sintesis. Pembelajaran matematika di kelas belum bermakna, bersusun dan tidak menekankan pada pemahaman siswa, sehingga pengertian siswa tentang konsep sangat
  • 3. lemah. Kenyataan menunjukkan bahwa selama ini kebanyakan guru menggunakan model pembelajaran yang bersifat konvensional dan banyak didominasi guru (Huddyd, 1990). Pola pembelajaran seperti itu harus diubah dengan cara menggiring peserta didik mengkontruksikan ilmunya sendiri dan menemukan konsep-konsep secara mandiri. Untuk mengantisipasi masalah di atas, guru dituntut mencari dan menemukan suatu cara yang dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. Perkembangan pendidikan dalam kurikulum 2013 juga tidak terlepas dari perkembangan teknologi. Pada era globalisasi kemajuan teknologi semakin pesat, khususnya teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi itu salah satunya yaitu komputer. Komputer banyak digunakan pada berbagai bidang, teknik, astronomi, biologi, kesehatan, dan juga pendidikan. Pada dunia pendidikan sangat bermanfaat baik bagi guru maupun siswa. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru sangatlah diperlukan. Bantuan guru tersebut tidak sepenuhnya, tetapi siswalah yang bekerja sendiri dengan mendapatkan bantuan dari guru ketika mengalami kesulitan. Sehingga memungkinkan siswa lebih aktif dibandingkan guru. B. KAJIAN TEORITIS Pemecahan masalah (problem solving) merupakan komponen yang penting dalam kurikulum matematika karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah. Menurut Dahar (2011), pemecahan masalah merupakan suatu kegiatan manusia yang menggabungkan konsep-konsep dan aturan-aturan yang telah diperoleh sebelumnya, dan tidak sebagai suatu keterampilan generik. Pengertian ini mengandung makna bahwa ketika seseorang telah mampu menyelesaikan suatu masalah, maka seseorang itu telah memiliki suatu kemampuan baru. Kemampuan ini dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalahyang relevan. Semakin banyak masalah yang dapat diselesaikan oleh seseorang, maka dia akan semakin banyak memiliki kemampuan yang dapat membantunya untuk mengarungi hidupnya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Killen (dalam Susanto, 2013), pemecahan masalah sebagi strategi pembelajaran adalah suatu teknik dimana masalah digunakan secara langsung sebagai alat untuk membantu siswa memahami materi pelajaran yang sedang mereka pelajari. Melalui
  • 4. pemechan masalah ini, siswa dihadapkan pada berbagai masalah yang dijadikan bahan pembelajaran secara langsung agar siswa menjadi peka terhadap semua pesoalan yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-harinya. Secara umum, dapat dijelaskan bahwa pemecahan masalah merupakan proses menerapkan pengetahuan (knowledge) yang telah diperoleh siswa sebelumnya ke dalam situasi baru. Menyelesaikan suatu masalah berarti menemukan jalan, dimana jalan kitu belum pernah diketahui sebelumnya, menemukan jalan keluar dari kesulitan, jalan melewati rintangan, mendapatkan hasil akhir tidak secara tiba-tiba dengan hasil yang tepat. Menurut Polya (1973) ada 4 proses penyelesaian masalah meliputi: First, we have to understand the problem; we have to see clearly what is required. Second, we have to see how the various items are connected, how the unknown is linked to the data, in order to obtain the idea of the solution, to make a plan. Third, we carry out our plan. Fourth, we look back at the completed solution, we review and discuss it. Dimana secara sederhana dapat dipahami bahwa empat tahap atau langkah yang dapat ditempuh dalam pemecahan masalah tersebut adalah: (1) Baca dan pahami masalah, (2) putuskan rencana, (3) melaksanakan rencana dan (4) melihat kembali. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Istilah motivasi berasal dari kata motif. Motif tidak dapat diamati langsung tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Menurut Mc. Donald dalam Sardiman (2009:74) motivasi mengandung tiga elemen penting yaitu: (1) bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi didalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia, (2) motivasi ditanda i dengan munculnya rasa “feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia, (3) motivassi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Mc. Cleland dalam Dimyati (1994:76) berpendapat bahwa setiap orang memiliki jenis kebutuhan dasar, yaitu: (1) kebutuhan akan kekuasaan, (2) kebutuhan untuk
  • 5. berafilasi, dan, (3) kebutuhan berprestasi. Dari segi dorongan Hull dalam Dimyati (1994:76) motivasi berkembang untuk memenuhi kebutuhan organisme. Dari sudut sumber yang menimbulkannya, motif dibedakan dua macam, yaitu: motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Motif intrinsik, timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhan, sedangkan motif ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang pendidikan tedapat minat yang positif terhadap kegiatan pendidikan timbul karena melihat manfaatnya. Motif intrinsik lebih kuat dari motif ekstrinsik. Oleh karena itu, pendidikan harus berusaha menimbulkan motif intrinsik dengan menumbuhkan dan mengembangkan minat mereka terhadap bidang-bidang studi yang relevan. Sebagai contoh, memberitahukan sasaran yang hendak dicapai dalam bentuk tujuan instruksional pada saat pembelajaran akan dimulai yang menimbulkan motif keberhasilan mencapai sasaran. Banyak teori motivasi yang didasarkan dri asas kebutuhan atau (need). Kebutuhan yang menyebabkan seseorang berusaha untuk dapat memenuhinya. Motivasi adalah proses psikologis yang dapat menjelaskan perilaku seseorang, perilaku hakekatnya merupakan orientasi pada saatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan proses interaksi dari beberap unsur. Dengan demikian, motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Kekuatan-kekuatan ini pada dasarnya dirangsang oleh adanya berbagai macam kebutuhan, seperti: (1) keinginan yang hendak dipenuhinya, (2) tingkah laku, (3) tujuan, (4) umpan balik. Dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang menggerakkan seseorang bertingkah laku, dengan motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi untuk kemudian bertindak melakukan sesuatu. Proses pembelajaran akan berhasil apabila siswa memiliki motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Ada beberapa fungsi motivasi dalam proses pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik (dalam Wina Sanjaya, 2006) ada tiga fungsi motivasi, yaitu: (1) Motivasi berfungsi sebagai pendorong tingkah laku atau perbuatan, (2) Motivasi berfungsi sebagai pengaruh, (3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Memperhatikan ketiga fungsi di atas, maka motivasi dapat menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran. Oleh karena itu, peningkatan motivasi belajar merupakan salah satu tugas guru yang cukup penting untuk memotivasi siswa dalam belajar.
  • 6. Dalam perilaku belajar terdapat motivasi belajar. Menurut Hamzah (2008:30) motivasi belajar penting diketahui oleh guru dan siswa, bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut: (1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir, (2) Menginfornasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya, (3) Mengarahkan kegiatan belajar, (4) Membesarkan semangat belajar, (5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang berkesinambungan. Pentingnya motivasi bagi guru adalah sebagai berikut: (1) Membangkitkan, meningkatkan dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil, (2) Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam ragam, (3) Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran seperti penasehat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, atau pendidik (Dimyati dan Mudjiono, 2006). Purwanto (2007) menyebutkan ada enam faktor yang didukung oleh sejumlah teori psikologi dan penelitian terkait yang memiliki dampak substansial terhadap motivasi belajar siswa, yaitu: (1) Sikap, (2) Kebutuhan, (3) Rangsangan, (4) Afeksi, (5) Kompetensi, (6) Penguatan. Istilah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) di adopsi dari istilah Inggris Problem Based Instruction (PBI). Model pembelajaran berbasis masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Model pembelajaran ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Menurut Dewey (dalam Trianto 2010 : 91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pada model pembelajaran ini peran guru yang mengajukan masalah, mengajukan pertanyaan, memberikan kemudahan suasana berdialog, dan memberikan fasilitas penelitian, serta melakukan penelitian. Kegiatan ini dapat dilakukan guru saat pembelajaran di kelas dan melalui latihan yang cukup (Arends, dalam Trianto 2010). Dalam pembelajaran berdasarkan masalah (PBI) ditekankan bahwa pembelajaran dikendalikan dengan masalah. Oleh karena itu, pembelajaran berdasarkan masalah
  • 7. dimulai dengan memecahkan masalah dan masalah yang diajarkan kepada siswa harus mampu memberikan informasi (pengetahuan) baru sehingga siswa memperoleh pengetahuan baru sebelum mereka dapat memecahkan masalah itu. Ciri-ciri khusus pengajaran berdasarkan masalah, menurut Arends (2001:349), berbagai pengembang pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan modal pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) Pengajuan pertanyaan atau masalah, (2) Berfokus pada keterkaitan antardisiplin ilmu, (3) Penyelidikan autentik, (4) Menghasilkan produk dan memamerkannya, (5) Kolaborasi, pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama atau dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Pembelajaran berbasis masalah (PBM) esensinya menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan. PBM mencoba untuk membuat siswa lebih bertanggung jawab dalam pembelajaran, daripada sekedar menjadi penerima informasi yang pasif. Mengapa diperlukan pendekatan pembelajaran berbasis masalah? Perlunya pendekatan pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada kenyataan-kenyataan sebagai berikut: (1) Pada dasarnya, berpikir terjadi dalam konteks memecahkan masalah, yaitu adanya kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang ada, (2) Seseorang menjadi tertarik atau berminat mengerjakan sesuatu apabila berada dalam ruang lingkup atau berkaitan dengan masalah yang dihadapinya. Demikian pula dengan belajar, (3) Pada saat mempelajari bahan pelajaran, siswa ingin segera mengetahui apa sebenarnya manfaat mempelajarinya, dan masalah apa sajakah yang dapat dipecahkan dengan pengetahuan atau bahan itu, (4) Suatu kompetensi paling efektif dicapai oleh pelajar melalui serangkaian pengalaman pemecahan masalah realistik yang di dalamnya si pelajar secara langsung menerapkan unsur-unsur kompetensi tersebut. Pada pengajaran berdasarkan masalah terdiri dari 5 (lima) langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Tabel Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah Tahap-Tahap Tingkah Laku Guru Tahap- 1 Orientasi siswa pada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.
  • 8. Tahap-2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah. Tahap- 3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Tahap- 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya Tahap- 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Sumber : Ibrahim dalam Trianto (2010) Menurut Ibrahim (2003:15), di dalam kelas PBI, peran guru berbeda dengan kelas tradisional. Peran guru didalam kelas PBI antara lain sebagai berikut: (1) Mengajukan masalah atau mengorientasikan siswa kepada masalah autentik, yaitu masalah kehidupan nyata sehari-hari, (2) Memfasilitasi/membimbing penyelidikan, misalnya melakukan pengamatan atau melakukan eksperimen/percobaan, (3) Memfasilitasi dialog siswa, (4) Mendukung belajar siswa. Autograph merupakan software matematika yang lengkap dan dinamis yang sesuai untuk pembelajaran grafik, geometri, statistika, dan probabilitas. Tarmizi, dkk (2008:186) menyatakan bahwa Autograph merupakan software yang dinamis untuk mengajar kalkulus, aljabar, dan geometri. Selanjutnya Ayub, dkk (2008:195) mengungkapkan bahwa Autograph merupakan software yang interaktif dan lengkap yang mencakup berbagai topik, dari aljabar sampai kalkulus. Dengan demikian, Autograph merupakan software yang sangat sesuai untuk digunakan dalam pembelajaran matematika dan dapat digunakan untuk mengajarkan berbagai materi dalam pembelajaran matematika, yaitu kalkulus, geometri, statistik, dan probabilitas. What is Autograph Software? Autograph software adalah program khusus yang digunakan dalam pembelajaran matematika. Autograph memiliki kemampuan grafik 2D dan 3D untuk topik-topik seperti transformasi, kerucut bagian, vektor, kemiringan, dan turunan. Dalam kenyataannya, pengguna dapat mengamati bagaimana fungs i, grafik, persamaan, dan perhitungan. Autograph dapat digunakan untuk menggambar grafik statistik, fungsi, dan vektor dan untuk mengubah bentuk.
  • 9. Why use Autograph Software? Autograph memiliki kemampuan yang kuat dalam memvisualisasikan dan menghidupkan obyek matematika dan karena itu dapat digunakan untuk mengeksplorasi konsep-konsep matematika lebih dalam. Ini adalah perangkat lunak yang sangat interaktif yang dapat digunakan untuk membuat siswa lingkungan terpusat. How to use Autpgraph Software? Integrasi ICT dalam pendidikan telah melahirkan suatu paradigma baru dalam belajar. Belajar tidak lagi hanya ditentukan oleh guru semata, tetapi siswa pun memiliki akses dalam memilih cara belajarnya sendiri dalam membentuk pengetahuan yang diperlukan. Sumber belajar tidak terbatas pada teks tetapi bisa menjangkau jaringan yang sangat luas seperti internet. Dengan ICT kesempatan belajar juga semakin besar karena tidak selalu terbatas oleh ruang dan waktu. E-learning system memungkinkan pembejaran interaktif dapat dilakukan kapan pun dan di mana pun selama siswa memiliki koneksi pada jaringan sistem tersebut. C. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMA Santa Maria Medan pada tahun akademik 2014-2015 dengan jadwal pelaksanaannya dikoordinasikan dengan kegiatan sekolah, tepatnya bulan Oktober. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Santa Maria di Kota Medan. pendapat Russefendi (1998) salah satu cara memilih sampel mewakilinya populasinya adalah cara random sederhana, yaitu bila setiap anggota dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih. Sampel yang terpilih yaitu siswa SMA Santa Maria kelas XI. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen dalam bentuk jenis quasi eksperimen karena tidak memungkinkan untuk membentuk kelompok baru, mengingat penelitian ini dilakukan pada suatu kelas yang sudah terbentuk dan jadwal belajar yang sudah ditentukan. Penelitian ini bertujuan menelaah tentang kemampuan pemecahan masalah dan motivasi matematika siswa SMA yang dipengaruhi oleh pembelajaran berbasis masalah (PBM) dengan menggunakan Autograph. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan pemecahan masalah dan angket motivasi siswa. Pada tabel berikut kisi-kisi tes kemampuan pemecahan masalah:
  • 10. Tabel Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Aspek Indikator Yang Diukur Nomor Soal Memahami masalah Merencanakan pemecahan Melakukan perhitungan Memeriksa kembali Menuliskan yang diketahui Menuliskan yang ditanyakan Menulis cukup, kurang atau berlebihan hal-hal yang diketahui untuk menyelesaikan masalah Menuliskan teori atau metode yang dapat digunakan dalam masalah Melaksanakan perhitungan, diukur dengan melaksanakan rencana yang sudah dibuat serta membuktikan bahwa langkah yang dipilih sudah benar Memeriksa penyelesaian (mengetes atau menguji coba jawaban) Memeriksa apakah jawaban yang diperolah masuk akal Memeriksa pekerjaan, adakah perhitungan atau analisis yang salah, Memeriksa pekerjaan, adakah yang kurang lengkap atau kurang jelas. 1a 1b 1c 1d Penskoran untuk penilaian tes kemampuan pemecahan masalah matematika berdasarkan rubrik skor dikemukakan oleh Sinaga (2008), untuk memudahkan dalam pemberian skor kemampuan pemecahan masalah disajikan suatu alaternatif pemberian skor dan digunakan dalam penelitian ini. Seperti pada tabel berikut ini: Tabel Penskoran Kemampuan Pemecahan Aspek yang dinilai Indikator Skor Memahami Masalah Tidak ada jawaban sama sekali 0 Tidak menuliskan yang diketahui, ditanyakan 1 Salah menuliskan yang diketahui, ditanyakan 2 Menuliskan yang diketahui, ditanyakan dengan benar 3 tapi tidak lengkap Menuliskan yang diketahui, ditanyakan dengan benar dan lengkap 4 Menyusun Rencana Penyelesaian Tidak ada jawaban sama sekali 0 Strategi yang digunakan tidak relevan 1 Strategi yang digunakan kurang dapat dilaksanakan 2
  • 11. dan tidak dapat dilanjutkan Strategi yang digunakan benar tapi mengarah pada jawaban yang salah atau tidak mencoba strategi yang lain 3 Menggunakan beberapa prosedur yang mengarah pada jawaban yang benar 4 Penyelesaian Masalah Tidak ada jawaban sama sekali 0 Hasil perhitungan salah 1 Beberapa prosedur yang mengarah kepada jawaban 2 yang benar Sebagian hasil salah, tetapi hanya salah perhitungan saja 3 Hasil dan prosedur benar 4 Memeriksa Kembali Tidak ada jawaban sama sekali 0 Tidak ada pemeriksaan kembali 1 Ada pemeriksaan tetapi salah 2 Ada pemeriksaan tetapi tidak tuntas atau tidak 3 lengkap Pemeriksaan dilaksanakan dengan lengkap untuk melihat kebenaran hasil dan produk 4 Untuk mencari nilai rata-rata hasil belajar kemampuan pemecahan masalah matematika siswa digunakan rumus analisis komparatif untuk menguji satu kelompok sampel dengan dua data terpisah yang digunakan untuk membandingkan perbedaan dua data dalam satu kelompok sampel penelitian. Sampel penelitian di dalam analisis ini adalah sampel yang terpisah dikemukakan oleh Hardjodipuro (1987:60) disebut “dependent sample sample”. Teknik analisis yang digunakan menurut Hardjodipuro adalah t-test (1987:60). Rumus yang digunakan adalah : 푡 = 푋̅1−푋̅2 √Σ 퐷2− (Σ퐷) 2 푁 푁(푁−1) , Hardjodipuro (1987:60) Keterangan: 푋̅ 1 = Rata-rata skor post-test 푋̅ 2 = Rata-rata skor pre-test D = Perbedaan antar data skor yang berpasangan D = Rata-rata perbedaan antar data yang berpasangan
  • 12. Σ 퐷2 = Jumlah kuadrat skor perbedaan (Σ 퐷)2 = Kuadrat jumlah skor perbedaan N = Banyak pasangan data (skor) Pada taraf signifikan 훼 = 0,05 dengan derajat kebebasan dk = N – 1 maka dapat diperoleh harga t tabel. Apabila t hasil perhitungan lebih besar dari harga t tabel (푡ℎ푖푡푢푛푔 > 푡푡푎푏푒푙) maka dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara dua kelompok data penelitian itu. Tetapi apabila sebaliknya, jika harga t hitung lebih kecil atau sama dengan t tabel (푡ℎ푖푡푢푛푔 ≤ 푡푡푎푏푒푙) maka tidak terdapat perbedaan antara kedua kelompok data tersebut. Dalam mengukur motivasi siswa dalam belajar matematika dengan menggunakan software Autograph dilakukan dengan memberikan angket motivasi. Angket motivasi tersebut diberikan kepada masing-masing siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan software Autograph sebanyak 20 pernyataan. Hasil angket dianalisis menggunakan nilai rata-rata dan presentase. Hal itu dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak siswa yang menjawab pernyataan sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Selain dengan melihat hasil belajar juga dapat melihat hasil angket motivasi dengan menggunakan analisis komparatif untuk menguji satu kelompok sampel dengan dua data terpisah yang digunakan untuk membandingkan perbedaan dua data dalam satu kelompok sampel penelitian. Sampel penelitian di dalam analisis ini adalah sampel yang terpisah dikemukakan oleh Hardjodipuro (1987:60) disebut “dependent sample sample”. Teknik analisis yang digunakan menurut Hardjodipuro adalah t-test (1987:60). Rumus yang digunakan adalah : 푡 = 푋̅1−푋̅2 √Σ 퐷2− (Σ퐷) 2 푁 푁(푁−1) , Hardjodipuro (1987:60) Keterangan: 푋̅ 1 = Rata-rata skor post-test 푋̅ 2 = Rata-rata skor pre-test D = Perbedaan antar data skor yang berpasangan D = Rata-rata perbedaan antar data yang berpasangan Σ 퐷2 = Jumlah kuadrat skor perbedaan (Σ 퐷)2 = Kuadrat jumlah skor perbedaan N = Banyak pasangan data (skor)
  • 13. D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pre-test dilakukan untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang materi yang akan dipelajari sebelum diterapkannya model pembelajaran berbasis masalah berbantuan software Autograph. Siswa diberikan tes dalam bentuk essay. Adapun data hasil tes pra tindakan dapat dilihat sebagai berikut: Tabel Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa sebelum diterapkannya model pembelajaran berbasis masalah berbantuan software Autograph No Siswa Nilai Pre-Test Presentasi Hasil Belajar Keterangan 1. S1 40 40% Tidak Tuntas 2. S2 55 55% Tidak Tuntas 3. S3 58 58% Tidak Tuntas 4. S4 60 60% Tidak Tuntas 5. S5 40 40% Tidak Tuntas 6. S6 60 60% Tidak Tuntas 7. S7 57 57% Tidak Tuntas 8. S8 30 30% Tidak Tuntas 9. S9 65 65% Tidak Tuntas 10. S10 45 45% Tidak Tuntas 11. S11 40 40% Tidak Tuntas 12. S12 70 70% Tuntas 13. S13 80 80% Tuntas 14. S14 50 50% Tidak Tuntas 15. S15 75 75% Tuntas 16. S16 70 70% Tuntas 17. S17 75 75% Tuntas 18. S18 58 58% Tidak Tuntas 19. S19 46 46% Tidak Tuntas 20. S20 68 68% Tidak Tuntas 21. S21 55 55% Tidak Tuntas 22. S22 65 65% Tidak Tuntas 23. S23 70 70% Tuntas 24. S24 40 40% Tidak Tuntas 25. S25 55 55% Tidak Tuntas 26. S26 40 40% Tidak Tuntas Jumlah 1467 Rata-rata 56,42
  • 14. Tabel Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa sebelum diterapkannya model pembelajaran berbasis masalah berbantuan software Autograph. No Persentase Ketuntasan Tingkat Ketuntasan Banyak Siswa Persentase Jumlah Siswa 1 < 70% Tidak Tuntas 20 76,92%% 2  70% Tuntas 6 23,08% Jumlah 26 100% Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal Statistika pada pre-test masih sangat rendah. Dari 26 siswa, 6 siswa yang mencapai ketuntasan belajar dan diperoleh nilai rata – rata hasil tes siswa sebelum diterapkannya model pembelajaran berbasis masalah berbantuan software Autograph yaitu 56,42. Berdasarkan hasil pre-test diperoleh adanya permasalahan atau kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal persammaan garis lurus yang diberikan. Adapun kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal-soal Statistika yaitu, keterbatasan waktu dan kurang mampu memahami soal. Untuk melihat hasil belajar siswa diberikan post-tes berupa esai. Adapun data hasil test dapat dilihat sebagai berikut: Tabel Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa setelah Diberikan Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph No Siswa Nilai Post- Test Persentasi Hasil Belajar Keterangan 1 S1 70 70% Tuntas 2 S2 85 85% Tuntas 3 S3 76 76% Tuntas 4 S4 85 85% Tuntas 5 S5 71 71% Tuntas 6 S6 89 89% Tuntas 7 S7 72 72% Tuntas 8 S8 77 77% Tuntas 9 S9 89 89% Tuntas 10 S10 81 81% Tuntas 11 S11 70 70% Tuntas 12 S12 88 88% Tuntas 13 S13 72 72% Tuntas 14 S14 70 70% Tuntas 15 S15 89 89% Tuntas 16 S16 99 99% Tuntas 17 S17 93 93% Tuntas
  • 15. 18 S18 71 71% Tuntas 19 S19 89 89% Tuntas 20 S20 99 99% Tuntas 21 S21 85 85% Tuntas 22 S22 77 77% Tuntas 23 S23 83 83% Tuntas 24 S24 85 85% Tuntas 25 S25 72 72% Tuntas 26 S26 83 83% Tuntas Jumlah 2120 Rata – rata 81,54 Tabel Persentase Ketuntasan Hasil Belajar setelah diberikan Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph No Persentase Ketuntasan Tingkat Ketuntasan Banyak Siswa Persentase Jumlah Siswa 1 < 70% Tidak Tuntas 0 0% 2  70% Tuntas 26 100% Jumlah 26 100% Berdasarkan data hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran berbasis masalah menggunakan software Autograph, dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar siswa tercapai, dimana seluruh siswa tuntas belajar (100%). Dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar siswa secara klasikal tercapai ( 85%,), sehingga tidak perlu dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya. Dengan demikian penggunaan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan software Autograph dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis setelah diberikan pembelajaran berbasis masalah berbantuan software Autograph dapat dilihat dengan uji t-test sebagai berikut: 푡 = 푋̅ 1 −푋̅ 2 √Σ 퐷2 − (Σ 퐷)2 푁 푁(푁 − 1)
  • 16. Tabel Perbandingan Skor Kemampuan Pemecahan Masalah No Kode Siswa Skor siswa sebelum diberi PBM berbantuan software Autograph Skor siswa setelah diberi PBM berbantuan software Autograph D D2 1 S1 40 61 21 441 2 S2 55 85 30 900 3 S3 58 76 18 324 4 S4 60 85 25 625 5 S5 40 71 31 961 6 S6 60 89 29 841 7 S7 57 72 15 225 8 S8 30 77 47 2209 9 S9 65 89 24 576 10 S10 45 81 36 1296 11 S11 40 50 10 100 12 S12 70 88 18 324 13 S13 80 72 8 64 14 S14 50 70 20 400 15 S15 75 89 14 196 16 S16 70 99 29 841 17 S17 75 93 18 324 18 S18 58 71 13 169 19 S19 46 89 43 1849 20 S20 68 99 31 961 21 S21 55 85 30 900 22 S22 65 77 12 144 23 S23 70 83 13 169 24 S24 40 85 45 2025 25 S25 55 72 17 289 26 S26 40 83 43 1849 Jumlah 1467 2091 640 19002 Rata- 56,42 80,42 Rata Dari data diperoleh 푋̅ 1 = 80,42, 푋̅ 2 = 56,42, Σ 퐷 = 640, Σ 퐷2 = 19002, 푁 = 26 maka dapat dihitung peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa setelah diberi pembelajaran berbaasis masalah berbantuan software Autograph sebagai berikut : 푡 = 푋̅ 1 −푋̅ 2 √Σ 퐷2 − (Σ 퐷)2 푁 푁(푁 − 1) = 80,42 − 56,42 √19002 − (640)2 26 26(25) = 24 √19002 − 15753,85 650 = 24 2,235 = 10,74
  • 17. Dengan 훼 = 0,05 dan dk = N − 1 = 26 − 1 = 25 maka diperoleh t0,95(25) =1,71. Ternyata t hasil perhitungan lebih kecil dari t tabel, yaitu 푡ℎ푖푡푢푛푔 = 10,74 > 푡푡푎푏푒푙 = 1,71, maka dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara kemampuan pemecahan masalah yang menggunakan PBM berbantuan software Autograph dengan yang tidak berbantuan software Autograph. Peningkatan rata-rata motivasi belajar matematis setelah diberikan pembelajaran berbasis masalah berbantuan software Autograph dapat dilihat dengan uji t-test sebagai berikut: 푡 = 푋̅1 − 푋̅2 √Σ 퐷2 − (Σ 퐷)2 푁 푁(푁 − 1) Tabel Perbandingan Skor Motivasi Matematis Siswa No Kode Siswa Skor siswa sebelum diberi PBM berbantuan software Autoraph Skor siswa setelah diberi PBM berbantuan software Autoraph D D2 1 S1 30 60 30 900 2 S2 55 60 5 25 3 S3 58 63 5 25 4 S4 64 70 6 36 5 S5 43 60 17 289 6 S6 62 70 8 64 7 S7 52 72 20 400 8 S8 40 65 25 625 9 S9 53 62 9 81 10 S10 57 62 5 25 11 S11 47 64 17 289 12 S12 56 64 8 64 13 S13 57 60 3 9 14 S14 52 61 9 81 15 S15 58 60 2 4 16 S16 55 62 7 49 17 S17 52 60 8 64 18 S18 53 63 10 100 19 S19 56 60 4 16
  • 18. 20 S20 53 62 9 81 21 S21 51 60 9 81 22 S22 49 61 12 144 23 S23 50 62 12 144 24 S24 54 63 9 81 25 S25 52 66 14 196 26 S26 53 63 10 100 Jumlah 1362 1635 273 3973 Rata- 52,3846154 62,8846154 Rata Dari data diperoleh 푋̅ 1 = 62,88, 푋̅ 2 = 52,39, Σ 퐷 = 273, Σ 퐷2 = 3973, 푁 = 26 maka dapat dihitung peningkatan motivasi matematis siswa setelah diberi pembelajaran berbaasis masalah berbantuan software Autograph sebagai berikut: 푡 = 푋̅1 − 푋̅2 √Σ 퐷2 − (Σ 퐷)2 푁 푁(푁 − 1) = 62,88 − 52,39 √3973 − (273)2 26 26(25) = 10,49 √3973 − 2866,5 650 = 10,49 1,3 = 8,07 Dengan 훼 = 0,05 dan dk = N − 1 = 26 − 1 = 25 maka diperoleh t0,95(25) =1,71. Ternyata t hasil perhitungan lebih kecil dari t tabel, yaitu 푡ℎ푖푡푢푛푔 = 8,07 > 푡푡푎푏푒푙 = 1,71 , maka dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara motivasi matematik siswa yang menggunakan PBM berbantuan software Autograph dengan yang tidak berbantuan software Autograph. E. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada BAB IV maka dapat diambil kesimpulan bahwa: (1) Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara kemampuan pemecahan masalah yang menggunakan PBM berbantuan software Autograph dengan yang tidak berbantuan software Autograph, dimana ternyata t hasil perhitungan lebih kecil dari t tabel, yaitu 푡ℎ푖푡푢푛푔 = 10,74 > 푡푡푎푏푒푙 = 1,71, (2) Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa maka dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara motivasi matematis siswa yang menggunakan PBM berbantuan software Autograph dengan yang tidak berbantuan software Autograph, dimana ternyata t hasil perhitungan lebih kecil dari t tabel, yaitu 푡ℎ푖푡푢푛푔 = 8,07 > 푡푡푎푏푒푙 = 1,71,
  • 19. Berdasarkan kesimpulan di atas penulis menyampa ikan beberapa saran antara lain: (1) Kepada sekolah, sebagai salah satu tolak ukur dalam memperbaiki proses pembelajaran dengan selalu berusaha mengikuti perkembangan teknologi yang sangat penting dimanfaatkan sebagai media pembelajaran, (2) Kepada guru, supaya dalam memberikan pembelajaran yang lebih baik kepada siswa perlu dilakukan pengintegrasian media dengan model pembelajaran, (3) Kepada peneliti lanjutan, supaya dapat melakukan penelitian replikasi dengan sekolah dan siswa yang berbeda untuk melihat perbandingan dari hasil penelitian ini.