Kasus pelecehan seksual di Jakarta International School menggemparkan masyarakat Indonesia. Kasus ini dimulai dengan dugaan pelecehan terhadap murid TK hingga akhirnya menjerat dua guru yaitu Neil Bantleman dan Ferdi Tjiong. Keduanya menyangkal tuduhan dan merasa dijebak oleh polisi. Walaupun polisi menyatakan memiliki bukti kuat, namun bukti tersebut tidak pernah diungkapkan kepada terdakwa. K
1. TUGAS :
TEORI ILMU KOMUNIKASI
OLEH
FADLY KURNIAWAN
C1D113051
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelecehan seksual adalah perilaku pendekatan-pendekatan yang terkait
dengan seks yang tidak diinginkan, termasuk permintaan untuk melakukan seks, dan
perilaku lainnya yang secara verbal ataupun fisik merujuk pada seks. Pelecehan
seksual dapat terjadi dimana saja baik tempat umum seperti bis, pasar, sekolah,
kantor, maupun di tempat pribadi seperti rumah, seperti yang terjadi di Jakarta
International School baru-baru ini. Kasus pelecehan seksual dengan korban murid
JIS menggemparkan Indonesia. Warga secara dekat mengikuti perkembangan kasus
ini melalui media. Kasusnya sendiri sangat pelik yang terus mengalami perubahan
dalam beberapa bulan terakhir. Semuanya berawal pada Maret lalu, ketika kasus
pelecehan seksual terhadap murid muncul di JIS. Seorang murid di TK JIS diyakini
diperkosa beramai-ramai oleh beberapa petugas kebersihan. Orang tua murid
mengajukan gugatan dan meminta ganti rugi US$12,5 juta terhadap JIS. Kemudian
pada Juni muncul kasus kedua ketika orang tua murid mengklaim bahwa anak
mereka menjadi korban pelecehan seksual. Kasus kedua inilah yang menjerat Neil
dan Ferdi, dua guru di JIS. Kasus ini untuk pertama kalinya menyeret guru atau staf
pengajar di sekolah tersebut.
Melalui kasus ini kita mencoba mencari atau menganalisis tentang teori-
teori komunikasi apa saja yang dapat kita teemukan di dalamnya. Seperti teori
ketergantungan (dependency theory), teori ini memprediksikan bahwa khalayak
tergantung kepada informasi yang berasal dari media massa dalam rangka
3. memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari
proses konsumsi media massa. Namun perlu digarisbawahi bahwa khalayak tidak
memiliki ketergantungan yang sama terhadap semua media. Atau teori analisis
transaksional, yang merupakan teori terapi yang sangat populer dan digunakan
dalam konsultasi pada hampir semua bidang ilmu-ilmu perilaku. Teori analisis
transaksional telah menjadi salah satu teori komunikasi antarpribadi yang mendasar.
Kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan.
Dalam komunikasi antarpribadi pun dikenal transaksi. Yang dipertukarkan adalah
pesan-pesan baik verbal maupun non verbal.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Apakah contoh kasus dari teori ilmu komunikasi?
2. Bagaimana hubungan dari teori ilmu komunikasi dengan kasus tersebut?
4. BAB II
PEMBAHASAN
A. Kasus Pelecehan Seksual
Pelecehan seksual adalah perilaku pendekatan-pendekatan yang terkait
dengan seks yang tidak diinginkan, termasuk permintaan untuk melakukan seks, dan
perilaku lainnya yang secara verbal ataupun fisik merujuk pada seks.
Pelecehan seksual dapat terjadi dimana saja baik tempat umum seperti bis,
pasar, sekolah, kantor, maupun di tempat pribadi seperti rumah. Dalam kejadian
pelecehan seksual biasanya terdiri dari 10 persen kata-kata pelecehan, 10 persen
intonasi yang menunjukkan pelecehan, dan 80 persen non verbal.
Seperti contoh kasus yang baru-baru ini terjadi di Indonesia berikut ini :
1. Kasus Pelecehan Seksual Yang Mengguncang Sekolah Internasional
Masuk ke tahanan polisi di Jakarta Pusat bukan pekerjaan mudah. Anda
harus menyerahkan tas dan semua bawaan akan diperiksa. Secara khusus petugas
akan mencari telepon genggam atau peralatan rekaman. Begitu berada di dalam,
saya melihat sejumlah pria sebagian besar orang Indonesia duduk di atas tikar di
lantai, menemui keluarga atau kawan mereka.
Sebagian besar penghuni tahanan ini adalah orang-orang yang diduga
melakukan kejahatan kerah putih, penipuan bisnis, atau kasus-kasus penggelapan
lain. Dua di antaranya, Neil Bantleman dan Ferdi Tjiong, masing-masing warga
Kanada dan warga Indonesia, dituduh melakukan kejahatan yang paling
memuakkan, yang mereka klaim tak pernah mereka lakukan.
5. Saya menemui Neil dan Ferdi di tahanan polisi, hanya beberapa hari
setelah masa penahanan mereka diperpanjang. Awalnya mereka ditahan dengan
dugaan terlibat kasus pelecehan seksual di Jakarta International School (JIS) pada
14 Juli. Neil dan Ferdi mengatakan mereka dijebak. "Awalnya saya dan Ferdi
dipanggil dalam kapasitas sebagai saksi," kata Neil. "Kemudian polisi mengubah
status tersebut dan menetapkan kami sebagai tersangka dan kami ditahan. Saya kira
ini memang rencana mereka [polisi] sejak awal. "Tak satu pun pertanyaan yang
diajukan kepada kami layaknya pertanyaan kepada saksi. Mereka bertanya, apakah
kami melakukan pelecahan seksual terhadap anak-anak? Apa pertanyaan semacam
ini layak diajukan kepada saksi?" kata Neil.
"Saya malu," kata Ferdi Thiong kepada saya. "Sebagai warga Indonesia
saya malu dengan hukum Indonesia. Sudah lama saya mendengar bahwa hukum
Indonesia memang kacau. Tapi baru sekarang saya mengalami sendiri dan
merasakan bahwa hukum Indonesia tidak menghormati hak asasi manusia," kata
Ferdi.
Menggemparkan
Kasus pelecehan seksual dengan korban murid JIS ini menggemparkan
Indonesia. Warga secara dekat mengikuti perkembangan kasus ini melalui media.
Kasusnya sendiri sangat pelik yang terus mengalami perubahan dalam beberapa
bulan terakhir.
Semuanya berawal pada Maret lalu, ketika kasus pelecehan seksual
terhadap murid muncul di JIS. Seorang murid di TK JIS diyakini diperkosa beramai-
ramai oleh beberapa petugas kebersihan. Orang tua murid mengajukan gugatan dan
meminta ganti rugi US$12,5 juta terhadap JIS. Kemudian pada Juni muncul kasus
6. kedua ketika orang tua murid mengklaim bahwa anak mereka menjadi korban
pelecehan seksual. Kasus kedua inilah yang menjerat Neil dan Ferdi, dua guru di
JIS. Kasus ini untuk pertama kalinya menyeret guru atau staf pengajar di sekolah
tersebut.
Tidak lama kemudian ibu korban dari kasus pertama juga menyatakan
bahwa Neil dan Ferdi melakukan pelecehan seksual terhadap anaknya. Kasus
berkembang dan nilai ganti rugi naik tajam menjadi US$125 juta. Tapi dalam
wawancara dengan BBC, sang ibu ini menyatakan bahwa uang bukan menjadi
motivasinya untuk membawa kasus ini ke pengadilan. Yang ia inginkan adalah
keadilan bagi anaknya. "Saya marah," katanya dalam wawancara melalui telepon.
"Saya menggugat dengan nilai gugatan US$125 juta karena saya marah. Saya tidak
ingin mendapatkan uang tersebut karena sejatinya uang tidak bisa menebus atas apa
yang terjadi terhadap anak saya," katanya. Tapi ia juga mengatakan siap untuk
membatalkan gugatan ini jika JIS meminta maaf dan membayar kompensasi. "Ini
bukan soal uang, tapi saya lelah dengan semua ini," katanya. "Saya ingin menatap
ke depan. Anak saya masih trauma dan ketakutan setiap kali mengenakan celananya.
Ia juga mengalami infeksi karena perkosaan tersebut. Kami menderita," katanya.
Bukti kasus
Polisi meyakini bahwa mereka punya bukti yang cukup untuk menjerat
Neil dan Ferdi, tapi menolak untuk membeberkan bukti yang dimaksud. "Ada
keyakinan yang kuat bahwa perkara ini memang diyakinkan terjadi dan siap untuk
disidangkan," kata Rikwanto, juru bicara Polda Metro Jaya. "Di Indonesia, kalau
seseorang ditetapkan sebagai tersangka, itu berarti penyidik sudah punya keyakinan
yang kuat bahwa ia bersalah atau kuat diduga bersalah, apalagi sampai ditahan.
7. Tinggal pemberkasan saja," jelas Rikwanto. Berdasarkan hukum di Indonesia,
seseorang bisa ditahan tanpa didakwa maksimal selama empat bulan sementara
polisi melakukan penyelidikan dan mengembangkan kasus. JIS sendiri menegaskan
bahwa tidak ada bukti kuat. "Neil dan Ferdi tidak pernah diberi tahu soal bukti yang
dimaksud," kata Tim Carr, kepada sekolah JIS. "Padahal hal itu merupakan
persyaratan dalam hukum di Indonesia. Ini adalah masalah hak asasi manusia dan
kami menghendaki Indonesia mengikuti norma-norma mereka. Kami ingin tahu
bukti-bukti yang telah ditemukan sehingga kami bisa merespons," kata Carr.
Kasus ini juga mendapat kecaman dari kalangan diplomat. JIS memang
didirikan oleh tiga kedutaan asing di Jakarta, yaitu Amerika Serikat, Australia, dan
Inggris. Dalam pernyataan tertulis kepada BBC, Kementerian Luar Negeri Inggris,
menyatakan, "Kami yakin bahwa JIS dan guru-guru sekolah tersebut kooperatif
dengan polisi. Kami terkejut dengan perpanjangan penahanan staf pengajar JIS
karena hukum Indonesia mengenal asas praduga tak bersalah."
Sementara itu bagi keluarga Neil dan Ferdi kasus ini dirasakan makin
berat. "Saya mencemaskan keadaan suami saya. Indonesia adalah negara demokrasi.
Saya ingin melihat hukum ditegakkan dengan sebaik-baiknya," kata Tracy, istri Neil
Bantleman. "Setiap malam saya berdoa bersama dua anak saya," kata Sisca, istri
Ferdi, sambil menahan tangis. "Kami berdoa supaya ayah mereka kembali. Kami
berdoa semoga Tuhan mengabulkan doa-doa kami. Hanya kepada Tuhan kami
menggantungkan harapan," katanya.
8. B. Hubungan Teori-teori Imu Komunikasi dengan Kasus Pelecehan Seksual
1. Teori Ketergantungan (Dependency Theory)
Teori ketergantungan terhadap media mula-mula diutarakan oleh Sandra
Ball-Rokeach dan Melvin Defleur. Seperti teori uses and gratifications, pendekatan
ini juga menolak asumsi kausal dari awal hipotesis penguatan. Untuk mengatasi
kelemahan ini, pengarang ini mengambil suatu pendekatan sistem yang lebih jauh.
Di dalam model mereka mereka mengusulkan suatu relasi yang bersifat integral
antara pendengar, media. dan sistem sosial yang lebih besar. Sejalan dengan apa
yang dikatakan oleh teori uses and gratifications, teori ini memprediksikan bahwa
khalayak tergantung kepada informasi yang berasal dari media massa dalam rangka
memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari
proses konsumsi media massa. Namun perlu digarisbawahi bahwa khalayak tidak
memiliki ketergantungan yang sama terhadap semua media.
Sumber ketergantungan yang kedua adalah kondisi sosial. Model ini
menunjukkan sistem media dan institusi sosial itu saling berhubungan dengan
khalayak dalam menciptakan kebutuhan dan minat. Pada gilirannya hal ini akan
mempengaruhi khalayak untuk memilih berbagai media, sehingga bukan sumber
media massa yang menciptakan ketergantungan, melainkan kondisi sosial.
Untuk mengukur efek yang ditimbulkan media massa terhadap khalayak,
ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu riset eksperimen, survey dan riset
etnografi.
Riset Eksperimen
Riset eksperimen merupakan (experimental research) merupakan
pengujian terhadap efek media dibawa kondisi yang dikontrol secara hati-hati.
9. Walaupun penelitian yang menggunakan riset eksperimen tidak mewakili angka
statistik secara keseluruhan, namun setidaknya hal ini bias diantisipasi dengan
membagi obyek penelitian ke dalam dua tipe yang berada dalam kondisi yang
berbeda.
Survey
Metode suvey sangat populer dewasa ini, terutama kemanfaatannya untuk
dimanfaatkan sebagai metode dasar dalam poling mengenai opini publik. Metode
survey lebih memiliki kemampuan dalam generalisasi terhadap hasil riset daripada
riset eksperimen karena sampelnya yang lebih representative dari populasi yang
lebih besar. Selain itu, survey dapatmengungkapkan lebih banyak factor daripada
manipulasi eksperimen, seperti larangan untuk menoton tayangan kekerasan seksual
di televisi dan faktor agama.
Riset Etnografi
Riset Etnografi (etnhografic research) mencoba melihat efek media secara
lebih alamiah dalam waktu dan tempat tertentu. Metode ini berasal dari antropologi
yang melihat media massa dan khalayak secara menyeluruh (holistic), sehingga
tentu saja relative membutuhkan waktu yang lama dalam aplikasi penelitian.
Dalam kasus diatas masyarakat secara dekat terus mengikuti
perkembangan tentang kasus ini melalui media-media massa yang ada untuk
memenuhi kebutuhan mereka bersangkutan dengan kassus yang terjadi serta
mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media massa ini. Walaupun pada
dasarnya kasusnya sendiri sangat pelik yang terus mengalami perubahan dalam
beberapa bulan terakhir. Dari sinilah dapat disimpulkan bahwa adanya
ketergantungan khalayak terhadap media massa utuk memperoleh innformasi.
10. 2. Teori Analisis Transaksional
Teori analisis transaksional merupakan karya besar Eric Berne (1964),
yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Berne adalah seorang ahli ilmu
jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Teori analisis transaksional merupakan
teori terapi yang sangat populer dan digunakan dalam konsultasi pada hampir semua
bidang ilmu-ilmu perilaku. Teori analisis transaksional telah menjadi salah satu teori
komunikasi antarpribadi yang mendasar.
Kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu
hubungan. Dalam komunikasi antarpribadi pun dikenal transaksi. Yang
dipertukarkan adalah pesan-pesan baik verbal maupun nonverbal. Analisis
transaksional sebenarnya bertujuan untuk mengkaji secara mendalam proses
transaksi (siapa-siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan apa yang dipertukarkan).
Dalam diri setiap manusia, seperti dikutip Collins (1983), memiliki tiga status ego.
Sikap dasar ego yang mengacu pada sikap orangtua (Parent = P. exteropsychic);
sikap orang dewasa (Adult = A. neopsychic); dan ego anak (Child = C,
arheopsychic). Ketiga sikap tersebut dimiliki setiap orang (baik dewasa, anak-anak,
maupun orangtua).
Dalam kasus diatas juga terdapat teori analisis transaksional di mana
terdapat proses transaksi atau pertukaran informasi/pesan, dimana yang terlibat
didalamnya yaitu antara penanya (wartawan) dan narasumber dimana
narasumbernya, yaitu : Neil Bantleman dan Ferdi Tjiong, ibu dari korban pertama,
Rikwanto (juru bicara Polda Metro Jaya), Tim Carr, Bantleman (istri Neil), dan
Sisca (istri Ferdi).
11. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu dalam kasus pelecehan seksual yang
terjadi di Jakarta International School (JIS) tersebut kita menemui hubungan anttara
kasus tersebut dengan teori-teori ilmu komunikasi. Diantaranya Teori
Ketergantungan (Dependency Theory) dan Teori Analisis Transaksional