PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
Komunikasi satu tahap
1. Komunikasi Satu Tahap
Model ini merupakan pengembang dari teori komunikasi jarum
hipodermik: pesan yang disampaikan melalui media massa langsung
ditunjukan kepada komunikan tanpa perantara.
Misalnya: opinion leader. Namun pesan tersebut tidak mencapai
semua komunikan dan juga tidak menimbulkan efek yang sama pada
komunikan.
2.
3. Model komunikasi menggembarkan bahwa pesan lewat media
masssa diterima oleh individu-individu yang menaruh pada
perhatian lebih pada media massa. Sehingga mereka menjadi
orang yang terimformasi (well informed). Mereka itu adalah para
opinion leader, yang menginterpretasikan setiap pesan yang
diterimanya sesuai dengan frame of reference dan field of
experience.
Volume informasi dari opinion leader menyebabkan efek yang
positif pada khalayak, maka akan menguntungkan pihak sumber.
Namun jika variasi dari opinion leader bersifat negative, maka hal
ini menyebabkan terjadinya pengikisan volume informasi.
Opinion leader ini menjadi kunci atau penjaga gawang. Dalam hal
keberhasilan komunikasi melalui media massa.
4. Bahwa individu yang aktif dalam mencari informasi hanya pemuka
pendapat, sedangkan anggota masyarakat bersifat pasif.
Pandangan bahwa proses komunikasi massa ada dua tahap,
membatasi proses analisnya, sebab proses komunikasi dapat terjadi
dalam kasus tertentu, dapat saja terjadi proses komunikasi satu
tahap. Misalnya media massa langsung memengaruhi khalayak.
Model komunikasi dua tahap menunjukan betapa bergantungnya
pemuka pendapat akan informasi pada media massa. Tetapi kini
terdapat petunjuk yang kuat membuktikan bahwa pemuka pendapat
memperoleh informasi melalui saluran-saluran yang bukan media
massa.
5. Penelitan tentang difusi inovasi menunjukan bahwa mereka yang
mengenal lebih ide baru ternyata lebih banyak memanfaatkan
media massa dibandingkan dengan mereka yang mengenal ide baru
kemudian.
Model komunikasi dua tahap tidak menunjukan adanya perbedaan
peranan dari pelbagai saluran komunikasi dalam hubunganya
dengan tahap-tahap inovasi. Studi mengenai difusi inovasi
menunjukan beberapa tahap sepeti:
1. tahap penyadaran (awereness stage)
2. tahap pembujukan (persuasion stage)
3. tahap keputusan (decision stage)
4. tahap pemantapan (confirmation stage)
Adanya pemisahan khalayak Antara pemuka pendapat dengan
masyarakat (followers) pada tidak selamanya merekan bukan
pemimpin (non leaders) adalah pengikut dari pemuka pendapat,
6. Komunikasi Banyak Tahap (Multi Step Flow of
Communication)
Asumsi dasar : Bagi lajunya komunikasi dari komunikator
kepada komunikan terdapat sejumlah saluran yang berganti-
ganti.
Beberapa komunikan menerima pesan langsung dari
komunikator melalui saluran media massa lalu menyebarkannya
kepada komunikan lainnya. Pesan terpindahkan beberapa kali
dari sumbernya melalui beberapa tahap.
7.
8. Agenda Setting Model
Asumsi dasar, menurut Cohen (1963) ; Membentuk persepsi
khalayak tentang apa yang dianggap penting. Dengan teknik
pemilihan dan penonjolan, media memberikan test case tentang
isu apa yang lebih penting.
Asumsi dasar : Media massa dengan memperhatikan beberapa
isu tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan mempengaruhi
opini publik.
Orang cenderung mengetahui tentang hal-hal yang disajikan oleh
media massa dan menerima susunan prioritas yang ditetapkan
media massa terhadap berbagai isu tersebut.
Agenda Setting Model (model penataan agenda), menghidupkan
kembali model jarum hipodermik, tetapi fokus penelitian telah
bergeser dari efek pada sikap dan pendapat kepada efek
kesadaran dan efek pengetahuan.
9. Dasar pemikiran (kelebihannya); diantara berbagai topik yang dimuat
media massa, topik yang lebih banyak mendapat perhatian dari media
massa akan menjadi lebih akrab bagi pembacanya, akan dianggap
penting dalam suatu periode waktu tertentu, dan akan terjadi
sebaliknya. Bagi topik yang kurang mendapat perhatian media massa.
Menekankan adanya hubungan positif antara penilaian yang
diberikan media pada suatu persoalan dengan perhatian yang
diberikan khalayak pada persoalan tersebut. Dengan kata lain, apa
yang dianggap penting oleh media, akan dianggap penting pula oleh
masyarakat. Apa yang dilupakan media, akan luput juga dari
perhatian masyarakat.
Hampir semua penelitian yang menggunakan agenda setting model
berkenaan dengan efek media massa dalam bidang politik.
Dalam kampanye, model ini mengasumsikan bahwa jika para calon
pemilih dapat diyakinkan akan pentingnya suatu isu, maka mereka
akan memilih kandidat atau partai yang diproyeksikan paling
berkompeten dalam menangani isu tersebut.
10. Efek dari agenda setting model : efek langsung dan efek
lanjutan (subsequent effects).
Efek langsung berkaitan dengan isu; apakah isu itu ada atau
tidak ada dalam agenda khalayak; dari semua isu, mana yang
dianggap paling penting menurut khalayak; sedangkan efek
lanjutan berupa persepsi (pengetahuan tentang peristiwa
tertentu) atau tindakan seperti memilih kontestan pemilu atau
aksi protes.
Pengaruh media massa terasa lebih kuat lagi pada masyarakat
modern, karena orang memperoleh banyak informasi tentang
dunia dari media massa. Pada saat yang sama mereka sukar
mengecek kebenaran yang disajikan media.
11. Model Wilbur Schramm
Schramm dan Osgood mengatakan bahwa ada proses komunikasi
yang lebih sirkuler dan ada juga yang tidak begitu sirkuler.
Inti dari Model ini adalah pengorganisasian media, dimana
dilaksanakan fungsi-fungsi seperti yanng terdapat pada terdahulu.
Yaitu; encoding, interpreting, dan decoding.
Komas pada umumnya termasuk pada bentuk yang kedua, mata
rantai terlemah dari rangkaian komunikasi massa adalah umpan balik
itu hanya bersifat dugaan saja: Si penerima berhenti membeli
publikasinya, atau tidak lagi mendengarkan program, atau
mengurangi pembelian produk yang diiklankan. Contoh ; pada surat
kabar.
Khalayak yang terjangkau oleh pesan yang disampaikan oleh
organisasi media terdiri atas individu-individu. Namun, kebanyakan
individu itu menjadi anggota dari primary group atau secondary
group. Schramm (1964) menyatakan, pesan dari media dapat
mengalir dari satu orang pengirim kepada anggota-anggota kelompok
di sekeliringnya.
12. Model Maletzke
Maletzke membuat modelnya berdasarkan elemen-elemen
tradisional (komunikator, pesan, media dan komunikan). Tetapi
diantara media dan komunikan ia menambahkan elemen lain
yaitu (tekanan atau kendala) dari media dan citra media tersebut
pada diri komunikan.
Dalam hal tekanan atau kendala media, kita dihadapkan pada
kenyataan: ada perbedaan jenis adaptasi oleh komunikan terhadap
media yang berbeda-beda pula. Setiap media ada kelebihan dan
kekurangannya, dan sifat-sifat media harus dianggap mempunyai
pengaruh terhadap cara komunikan menggunakannya, dan sejauh
mana isi media tersebut.
Ungkapan media is the message McLuhan (1964) yang sering
dikutip itu, menunjukkan betapa seriusnya peran media dalam
hubungannya dengan pesan. Dalam konteks ini Maletzke
menyatakan hal-hal yang relevan untuk dibicarakan, yaitu:
13. Dalam konteks ini Maletzke menyatakan hal-hal yang relevan
untuk dibicarakan, yaitu:
1. Jenis persepsi yang dituntut dari pihak komunikan (pemirsa,
pembaca, dan sebagainya).
2. Sejauhmana komunikan terikat dengan media secara ruang dan
waktu.
3. Perbedaan waktu antara peristiwa dengan penerima pesan.
Citra media yang ada pada komunikan menimbulkan harapan-
harapan tentang isi media tersebut, dan karenanya harus dianggap
memiliki pengaruh terhadap cara komunikan memilih isi media
tersebut. Gengsi dan kredibilitas media merupakan elemen-elemen
citra tersebut.
Beberapa variabel lain yang dianggap kausatif dan independen, yaitu;
1. Citra diri media
2. Sruktur kepribadian komunikan
3. Konteks sosial komunikan
4. Komunikan sebagai anggota publik
14. Model Melvin De Fleur
Sumber (source) dan transmitter dianggap sebagai sebuah fase
dari komunikasi massa yang dibawa oleh penyampai pesan.
Channel adalah media yang mengantarkan informasi.
Receiver berfungsi sebagai penerima dan decoder informasi.
Destination berfungsi untuk menginterpretasikan pesan menjadi
sebuah makna. – Kognisi (otak manusia)
Feedback adalah respons dari destination kepada source.
Asumsi dasar : proses komunikasi banyak terjadi gangguan.
Gangguan pada source bisa bersifat semantik, atau ada
kepentingan yang subjektif. Gangguan pada channel bersifat
teknis, dan gangguan pada receiver bisa berupa interpretasi
yang kurang tepat karena keterbatasan pendidikan dan lain
sebagainya.
15. Model Bruce Westley dan Malcom Mclean
Model ini menekankan pada peran gatekeeper dalam proses
komunikasi massa. Model ini menggambarkan bagaimana
individu dan organisasi dalam suatu sistem media
menentukan pesan apa saja yang akan disampaikan dan
pesan apa saja yang harus dihapus atau dimodifikasi.
Gatekeeper (c) berperan sebagai agen dari audience (b),
Gatekeeper memilih di antara pesan-pesan yang telah dikirim
oleh sender (A). Gatekeeper dapat mengubah isi pesan yang
dikirim oleh komunikator sebelum pesan tersebut sampai
kepada audience.