Mata kuliah Komunikasi Massa
Dosen pengampu : Dhini Ardianti S.Sos.,M.I.Kom
RALLYANA RATU FAZRI (172050299)
ANGGI MAHARDIKA (1720502365)
YAHYA IBRAHIM (172050353)
ARSYTA RAVINA S (172050376)
1. TEORI KULTIVASI
(CULTIVATION
THEORY)
KELOMPOK 5 :
RALLYANA RATU FAZRI (172050299)
ANGGI MAHARDIKA (1720502365)
YAHYA IBRAHIM (172050353)
ARSYTA RAVINA S (172050376)
Dosen pengampu : Dhini Ardianti S.Sos.,M.I.Kom
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
2. DEFINISI TEORI KULTIVASI
(CULTIVATION THEORY)
Teori kultivasi adalah teori sosial yang meneliti efek jangka panjang dari
televisi pada khalayak. teori ini merupakan salah satu teori komunikasi
massa.Dikembangkan oleh” George Gerbner dan Larry Gross dari
University of Pennsylvania”, teori kultivasi ini berasal dari beberapa
proyek penelitian skala besar berjudul 'Indikator Budaya'. Tujuan dari
proyek Indikator Budaya ini adalah untuk mengidentifikasi efek televisi
pada pemirsa.
3. T E O R I K U LT I VA S I ( C U LT I VAT I O N
T H E O RY ) D A L A M M E D I A M A S S A
Penelitian kultivasi menekankan bahwa media massa sebagai agen
sosalisasi dan menyelidiki apakah penonton televisi itu lebih
mempercayai apa yang disajikan televisi daripada apa yang mereka lihat
sesungguhnya. Gerbner dan kawan-kawannya melihat bahwa film drama
yang disajikan di televisi mempunyai sedikit pengaruh tetapi sangat
penting di dalam mengubah sikap, kepercayaan, pandangan penonton
yang berhubungan dengan lingkungan sosialnya.
Gerbner berpendapat bahwa media massa menanamkan dan
memperkuat ide-ide dan nilai-nilai yang telah terbentuk sebelumnya di
dalam masyarakat atau budaya yang telah terbentuk. Media
mempertahankan dan menyebarluaskan nilai-nilai tersebut diantara
anggota-anggota kebudayaan tersebut, dan mengikatnya menjadi
sebuah kesatuan. Gerbner menyebutnya sebagai efek "mainstreaming"
atau efek yang tendensius.
4. Menurut teori ini, media massa khususnya televisi diyakini memiliki
pengaruh yang besar atas sikap dan perilaku penontonnya (behavior
effect). Pengaruh tersebut tidak muncul seketika melainkan bersifat
kumulatif dan tidak langsung. Inilah yang membedakan teori ini dengan
The Hypodermic Needle Theory, atau sering juga disebut The Magic Bullet
Theory, Agenda Setting Theory, Spiral Of Silence Theory. Lebih lanjut dapat
dikemukakan bahwa pengaruh yang muncul pada diri penonton
merupakan tahap lanjut setelah media itu terlebih dahulu mengubah dan
membentuk keyakinan-keyakinan tertentu pada diri mereka melalui
berbagai acara yang ditayangkan. Satu hal yang perlu dicermati adalah
bahwa teori ini lebih cenderung berbicara pengaruh televisi pada tingkat
komunitas atau masyarakat secara keseluruhan dan bukan pada tingkat
individual.
5. ASUMSI DASAR DARI TEORI KULTIVASI
(CULTIVATION THEORY)
1. Televisi merupakan media yang unik. Asumsi pertama menyatakan
bahwa televisi merupakan media yang unik. Keunikan tersebut
ditandai oleh karakteristik televisi yang bersifat:
a. Pervasive (menyebar dan hampir dimiliki seluruh keluarga);
b. Assesible (dapat diakses tanpa memerlukan kemampuan literasi
atau keahlian lain), dan
c. Coherent (mempersentasikan pesan dengan dasar yang sama
tentang masyarakat melintasi program dan waktu).
6. 2. Semakin banyak seseorang menghabiskan waktu untuk menonton
televisi, semakin kuat kecenderungan orang tersebut menyamakan
realitas televisi dengan realitas sosial. Jadi menurut asumsi ini,
dunia nyata (real world) di sekitar penonton dipersamakan dengan
dunia rekaan yang disajikan media tersebut (symbolic world).
Dengan bahasa yang lebih sederhana dapat dikatakan bahwa
penonton mempersepsi apapun yang disajikan televisi sebagai
kenyataan sebenarnya. Namun teori ini tidak menggeneralisasi
pengaruh tersebut berlaku untuk semua penonton, melainkan lebih
cenderung pada penonton dalam kategori heavy viewer (penonton
berat).
7. STUDI KASUS
Di indonesia sendiri, program acara sinetron yang diputar televisi swasta
Indonesia nyaris seragam. Misalnya Paris Folling in Love, Janji Suci, ABG,
dan lain-lain. Masing-masing sinetron tersebut membahas konflik antar
orang tua dan anak serta hamil di luar nikah. Para pecandu berat televisi
akan mengatakan bahwa di masyarakat sekarang banyak gejala hamil di
luar nikah, karena televisi lewat sinetronnya banyak atau bahkan selalu
menceritakan kasus tersebut. Bisa jadi pendapat tersebut tidak salah,
tetapi itu terlalu menggeneralisasi kesemua lapisan masyarakat. Bahwa
ada gejala hamil di luar nikah itu benar, tetapi mengatakan bahwa semua
gadis hamil di luar nikah itu salah. Para pencandu sinetron itu sangat
percaya bahwa apa yang terjadi pada masyarakat, itulah seperti yang
dicerminkan dalam sinetron-sinetron.
8. Termasuk di sini konflik antara orang tua dan anak. Kognisi penonton akan
mengatakan saat ini semua anak memberontak kepada orang tua tentang
perbedaan antara keduannya, seperti “orang tua kuno, ketinggalan zaman.”
Mereka yakin bahwa televisi adalah potret sesungguhnya dunia nyata.
Padahal seperti yang bisa dilihat, tidak sedikit anak-anak yang masih hormat
atau bahkan masih mengiyakan apa yang dikatakan orang tua mereka.
9. T E R I M A K A S I H ATA S P E R H AT I A N
N YA ! !
S E M O G A B E R M A N FA AT