SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Download to read offline
Egalita : Jurnal Kesetaraan dan Keadilan Gender Volume 15, No 1, Tahun 2020
10
PENTINGNYA PENDIDIKAN BAGI ANAK KORBAN PEMERKOSAAN
1Riza Gineung Adi Anggara, 2Kevin Sianturi,
3Debora Wibi Florency, dan 4Tomy Michael
1,2,3,4Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
1gineungriza@gmail.com
2kvnsntr@gmail.com
3florencyd6@gmail.com
4tomy@untag-sby.ac.id
Abstract
The aim of the research is to broaden a legal perspective that child victims of sexual
violence are victims and must be protected, not to be disputed. By using empirical methods
that are conceptualized as a symptom, the extent to which they carry out their duties,
principles and functions in their implementation or reality in educational institutions. In
this study, researchers offer an update in this education system, namely the addition of sex
education subjects in primary to secondary schools or majors so that children at an early
age can be understand the function and the meaning of a vital organs, so that acts of
harassment from an early age can be prevented. In this present time various forms of crime
are very widespread, ranging from sexual crimes and so on. Sexual crime is not only
experienced by adult women, but children are also be victims. The children of the victims
are worried because it could ruin their future. The factors also vary, from physical factors
to technological factors because it is easy to access pornographic content.
Keywords: Child, Sexual Violence, Victim, Rape, Sexual Education
Abstrak
Tujuan penelitian ialah memperluas suatu wawasan hukum bahwasannya anak korban
dari kekerasan seksual adalah korban dan harus dillindungi, bukan untuk didiskrimansi.
Dengan menggunakan metode empiris yang dikonsepkan sebagai suatu gejala, sejauh
mana menjalankan tugas, pokok , dan fungsinya dalam pelaksanaannya atau kenyataan
pada lembaga pendidikan. Pada penelitian ini, peneliti menawarkan pembaruan dalam
sistem pendidikan ini, yaitu dengan ditambahnya mata pelajaran sex education pada
sekolah dasar hingga menengah atau kejurusan sehingga anak seusia dini dapat
memahami atau mengerti fungsi dan makna dari suatu organ-organ vital, sehingga
tindakan pelecehan sejak dini dapat dicegah. Dalam masa sekarang ini berbagai bentuk
kejahatan sangat merebak, mulai dari kejahatan seksual dan sebagainya. Kejahatan
seksual ini tidak hanyanya dialami wanita dewasa saja, tetapi anak-anak pun juga
menjadi korban. Korban yang masih anak-anak ini yang dikawatirkan karena dapat
merusak masa depannya. Faktornya pun bermacam-macam, mulai dari faktor fisik
seperti penampilan wanita yang terbuka hingga karena faktor teknologi yang mudah
sekali untuk mengakses konten porno.
Kata Kunci: Anak, Kekerasan Seksual, Korban, Pemerkosaan, Pendidikan Seksual
Egalita : Jurnal Kesetaraan dan Keadilan Gender Volume 15, No 1, Tahun 2020
11
PENDAHULUAN
Dalam potret Hak Asasi Manusia terdapat suatu mosaik-mosaik tentang
kemerdekaan, kebebasan, keadilan, persamaan, perdamaian, persaudaraan dan
perlindungan. Begitu pula dengan Hak anak yang merupakan anak dari suatu Hak
Asasi Manusia (HAM) yang terdapat suatu gambaran bahwa anak telah terpenuhi
haknya untuk dijamin dan juga dilindungi hak-hak seorang anak supaya bisa hidup
layak, tumbuh juga berkembang, bahkan berpartisipasi, dengan tepat sesuai dengan
harkat dan juga martabat kemanusiaan, pun mendapat perlindunganyang sesuai dari
diskriminasi juga tindakan kekerasan. Gambaran itupun pasang surut telah
mengalami kesuraman, bahwasannya penindasan “pelanggaran” terhadap Hak Asasi
Manusia merupakan fenomena musnahnya arti kebebasan atau kemerdekaan itu
hampir menjadi kenyataan. Manusia telah diikat oleh masalah yang dibuatnya sendiri.
masalah inilah yang membuat sebagian orang merasa kehilangan arah dan tujuan.
Diam mempunyai ambisi, keinginan, dan juga tuntutan yang diikuti oleh nafsu, tapi
karena hasrat yang berlebihan gagal ia kendalikan yang berakibat masalah yang
dihadapinya makin terasa berat (Wahid, 2007).
Kejahatan Seksual, Bahkan tidak hanya terjadi pada perempuan dewasa tetapi
sering terjadi juga pada perempuan di bawah umur yang biasa disebut anak-anak.
kejahatan seksualpun tidak Cuma berlangsung di dalam lingkungan perusahaan atau
perkantoran dan juga ditempat tertentu, tetapi dapat terjadi pula dalam lingkungan
keluarga bahkan lingkungan sekolah. ini yang sangat memprihatinkan dimana makin
maraknya kejahatan seksual yang menimpa anak di bawah umur. Anak-anak
perempuan dijadikan sebagai objek komoditas untuk memuaskan nafsu bejat dari
penjahat seksual, bahkan didalam dunia pendidikan pun, anak dari korban
pemerkosaan tersebut terlalaiakan atau terkadang pihak sekolah pun tidak mau aib
sekolah tersebut tercoreng dikarenakan terdapat siswinya yang tengah berbadan dua
akibat pemerkosaan, sehingga hilangnya jaminan masa depan bagi korban tersebut
(Wahid, 2007). Oleh karena itu dalam menangani persoalan terkait sex education
haruslah sangat teliti mengingat generasi yang kita alami saat ini sangatlah miris.
Masih banyak hal hal yang perlu di perhatikan dengan adanya perkembangan jaman
yang semakin modern ini dengan sangatlah mudah mengakses situs situs yang
menjurus ke pelecehan seksual terhadap lawan jenis yang pada saat kita temui serta
bisa dikatakan bahwa itu bukan mahramnya jika orang tersebut beragama muslim.
Maka dari itu pentinglah kami membuat suatu penelitian ini agar dimana masyarakat
yang notabenenya belum mengenal maupun mengerti terkait tentang permasalahan
sex education dan ini juga bisa menambah wawasan bagi sang penulis tersendiri,
kemauan itulah yang menjadi potensi tersendiri oleh sang pelaku jika ingin membuat
suatu hal yang semestinya tidak boleh dilakukan. Ada perubahan yang terjadi dimana
dapat menghadirkan suasana yang harmonis dan juga disharmonis, tergantung
bagaimana muatan pengaruh yang akan ditawarkan dan juga dipaksakan
mempenggaruhi pola pikir hidup dan juga model interaksi sosial, kultural, ekonomi,
hukum dan juga politik yang dibangunnya. Kemauan yang menjadi potensi di dalam
Egalita : Jurnal Kesetaraan dan Keadilan Gender Volume 15, No 1, Tahun 2020
12
diri manusia sangat berperan menjadi penentu terjadi peningkatan perilaku yang
mendatangkan kebaikan bagi kehidupan antara sesama manusia dan sebaliknya
(Yanhtzi, 2009). Para ahli telah mengemukakan bahwa, pada pribadi manusia pasti
ada kemauan agar hidupnya menjadi sebuah sumber terhadap potensi kreatifitas,
tapi adanya kemauan itu dalam pribadi manusia itu, pasti akan ada keinginan
berkuasa,dimana menjadi sumber dari setiap tindakan destruksif. Bisa sebut
destruktif karena untuk power ini tidak akan mengenal yang namanya akhir, tidak
akan mengenal batas, dan mungkin tidak mengenal namanya yang cukup yang
berakibat terjadinya konflik, dimana terjadi tolak belakang antara kemauan untuk
hidup dan keinginan-keinginan lainnya. Manusia bahkan kadang gagal untuk
mencegah dirinya melakukan hal yang jahat, dikarenakan oleh kepentingan
ekonomi/materi, oleh tuntutan biologis, oleh berbagai kompetisi, dan juga status dan
harga dirinya. Padahal perbuatannya merupakan bentuk pelanggaran terhadap
norma-norma dan juga nilai-nilai kemanusiaan (Yanhtzi, 2009). Berdasarkan latar
belakang di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa saja
yang menyebabkan terjadinya pemerkosaan terhadap anak, serta jaminan pendidikan
bagi korban pemerkosaan.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan cara atau upaya untuk mencari hal sesuatu
untuk mencapai suatu tujuan dengan dengan cara mencari, mencatat, merumuskan
dan menganalisis laporan. Penelitian ini merupakan kegiatan ilmiah yang disusun
secara sistematis dan memilki tujuan. Oleh karena itu, informasi yang dikumpulkan
harus relevan dengan persoalan yang dikaji. Dalam penulisan ini penulis
menggunakan metode penelitian hukum empiris. Penelitian hukum empiris
merupakan hukum yang dikonsepkan sebagai gejala empiris yang sejauh mana
menjalankan tugas, pokok , dan fungsinya dalam pelaksanaannya atau kenyataan
dalam masyarakat (Butarbutar, 2018).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Faktor Terjadinya Kekerasan Seksual / Pemerkosaan Pada Anak
Berdasarkan hasil wawancara kami, factor terjadinya pemerkosaan terhadap
anak adalah:
1. Faktor fisik pada anak
Dimana fisik anak masih terbilang lemah khususnya pada anak perempuan, oleh
karena itu anak menjadi takut untuk melakukan perlawanan. Hal itu yang
membuat penjahat seks melakukan kejahatan seks terhadap anak.
2. Faktor kemajuan teknologi
Dengan kemajuan teknologi yang luar biasa pesatnya, kita dapat mengakses
semua informasi yang ada dibelahan bumi manapun, begitu pula dengan
peredaran materi pornografi, beredar dengan gampangnya dan bisa diakses
Egalita : Jurnal Kesetaraan dan Keadilan Gender Volume 15, No 1, Tahun 2020
13
dengan gampang menggunakan alat komunikasi yang kita punya. Itulah yang
menjadi salah satu pemicu terjadinya pemerkosaan terhadap anak, dimana
sesudah melihat material atau konten pornografi membuat otak orang menjadi
rusak dan gairah seksualnya menjadi meningkat dengan adanya kesempatan dan
karena anak-anak gampang dibujuk dengan mainan dan lainnya sehingga anaklah
yang menjadi sasaran empuk utuk memuaskan gairah seksual pelaku (Ilmu,
2019).
3. Kurangnya edukasi tentang seks
Di Indonesia sendiri masyarakat masih memandang pembahasan atau edukasi
tentang seks sangat tabu. Padahal edukasi tentang seks sangat penting buat anak-
anak, dimana pengetahuan anak untuk mengenali fungsi tubuhnya, memahami
etika dan norma sosial serta konsekuensi dari setiap perbuatannya. Tanpa
edukasi seks, rasa penasaran pada anak akan berakibat ia mengambil keputusan
yang tidak bijaksana saat mengeksplorasi seksualitasnya. Dengan begitu anak
tidak mengerti tentang pentingnya melindungi tubuhnya dari penjahat seks. Dan
ini menjadi peluang bagi penjahat seks untuk melakukan kejahatan seks.
Dampak Dari Kekerasan Seksual / Pemerkosaan
Peningkatan laporan kasus perkosaan pada anak dari tahun ke tahun yang
terjadi terus menerus, yang dilansir dari laporan KPAI selama tahun 2019, tercatat
2.607 kasus tentang kekerasan yang dialami anak-anak. Yang meningkat dari tahun
2015 dimana tercatat 2.413 kasus. 1.020 dimana setara dengan 62,7% dari jumlah
angka itu merupakan kasus tentang kekerasan seksual berupa pencabulan serta
incest, perkosaan, sodomi, dan lebihnya yaitu kekerasan terjadi secara fisik dan juga
psikis.
Korban dari perkosaan sangat berpeluang mengalami trauma yang parah
dikarenakan peristiwa keji tersebut. Itu membuat korban tergoncangkan kejiwaan
yang dialami setelah peristiwa keji tersebut juga bisa disertai dengan reaksi, seperti
reaksi fisik juga psikis, peristiwa itupun bisa berdampak jangka pendek bahkan lebih
parahnya berdampak jangka panjang. Dampak tersebut ialah proses dimana
adaptasinya sesudah seseorang mengalami peristiwa yang traumatis. Korban
tersebut bisa menjadi sedih, menyalahkan dirinya sendiri, iapun merasa sangat takut
dimana mengakibatkan korban tidak mau bersosialisasi dan menyendiri. Korban
cendrung sulit dalam menghapus peristiwa buruk atau/traumanya di dalam alam
bawah sadarnya. Ada juga sebagian merasa malu untuk berkomunikasi dengan orang
lainnya, merasa takut akibat pemerkosaan yang menimbulkan kehamilan. Bahkan,
tidak sedikit pula korban yang mengalami depresi berat akibat pemerkosaan itu ingin
mencoba untuk menghilangkan nyawanya atau sering dikatakan bunuh diri
(Ekandari, 2001).
Dampak lainnya yaitu, korban mengalami kehamilan yang tidak diinginkan
korban maupun keluarga korban akibat perkosaan. Korban dari perkosaan yang
berdampak kehamilan kebanyakan tidak dibolehkan melanjutkan pendidikannya.
Egalita : Jurnal Kesetaraan dan Keadilan Gender Volume 15, No 1, Tahun 2020
14
Hal inipun juga dikarenakan beberapa dari pihak sekolah memutuskan agar
mengeluarkan siswi hamil itu beralasan dimana kehamilannya menjadi aib dimana
dapat merusak nama sekolah (Ekandari, 2001).
Jaminan Bagi Pendidikan Bagi Korban Pemerkosaan Yang Masih Sekolah
Berdasarkan penelitian kami dengan melakukan wawancara terhadap
lembaga pendidikan yaitu, lembaga pendidikan bertanggung jawab akan pendidikan
bagi anak korban pemerkosaan agar bisa mendapatkan pendidikan dengan baik
selayaknya anak-anak lainnya karena anak korban pemerkosaan mempunyai hak
untuk mendapatkan pendidikan dan tidak adanya perbedaan dalam mendapatkan
pendidikan sesuai denganUU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
- Pasal 12
“Setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan pribadinya,
untuk memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya, dan meningkatkan
kualitas hidupnya agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa,
bertanggungjawab.
- Pasal 60
“Setiap anak berhak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
rangka pengembangan pribadinya sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat
kecerdasannya”.
Jadi pada dasarnya pemerintah dan lembaga pendidikan bertugas melindungi
warga negaranya agar memperoleh hak-haknya untuk mendapatkan pendidikan yang
layak dan setinggi-tingginya, baik dewasa maupun anak-anak (Emmanuel, 2010).
Meskipun dalam keaadan hamil karna pemerkosaan yang terjadi, tetap saja
mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan dan juga lembaga pendidikan harus
melindungi identitas anak dari media massa agar menghindari labelisati pada anak
korban pemerkosaan. Dan juga lembaga pendidikan tidak akan mengeluarkan peserta
didik yang menjadi korban pemerkosaan dari sekolah dengan alasan apapun. Jadi jika
ada siswi korban dari pemerkosaan yang sedang hamil, maka pihak sekolahan akan
memberikan dispensasi kepada murid tersebut, sehingga siswi tersebut dapat waktu
untuk rehabilitasi. Pasal 64 ayat (3) UU No. 35 Tahun 2014 menyatakan, anak sebagai
korban mendapatkan rehabilitasi baik dalam lembaga maupun luar lembaga,
perlindungan identitas di media massa untuk menghindari labelisasi, pemberian
jaminan keselamatan bagi saksi korban dan saksi ahli baik fisik, mental, maupun
sosial. Undang-Undang No. 35 tahun 2014 secara legal formal menjadi regulasi yang
mengatur mengenai perlindungan hak anak, undang-undang ini menjadi
perpanjangan dari ratifikasi Indonesia terhadap Konvensi Hak Anak (Convention on
the Rights of the Child). Lebih dari itu, pemerintah Indonesia juga telah meratifikasi
CEDAW (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women)
yang menjadi salah satu basis bagi upaya penghapusan terhadap segala bentuk
kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan. Segala peraturan yang melindungi
hak-hak anak tersebut dimaksudkan agar siswi tidak mendapat perlakuan
Egalita : Jurnal Kesetaraan dan Keadilan Gender Volume 15, No 1, Tahun 2020
15
diskriminatif dari lingkungan keluarga, masyarakat, terutama sekolah. Pendidikan
tentang Hak Anak diakui sebagai langkah pertama dari pendidikan Hak Asasi
Manusia. Anak-anak adalah kelompok pertama, pemegang hak pertama dan juga yang
pertama belajar tentang pendidikan Hak Asasi Manusia. Anak-anak harus dididik
dalam hak-hak mereka karena Anak-anak adalah subyek dari hak-hak mereka sendiri,
dengan hak dan tanggung jawab sesuai dengan usianya dan tahap perkembangannya
anak telah menjadi pemegang hak yang terikat secara hukum (Agnitasari, 2017).
Sanksi Bagi Sekolah Yang Mengeluarkan Korban Kekerasan Seksual /
Pemerkosaan
Pada kasus kekerasan seksual, dampak lain adalah kehamilan, pihak sekolah
yang mengambil keputusan dengan mengeluarkan siswinya dari sekolah karena
dampak kehamilan yang disebabkan dari tindakan kekerasan seksual merupakan
suatu pelanggaran terhadap Hak Anak, utamanya pada hak untuk mendapatkan
pendidikan yang layak. Pada pasal 31 ayat (1) dan (2) UUD 1945, merupakan suatu
dasar terhadap pola atau teknik pada pendidikan nasional, hal tersebut menyatakan
bahwasannya:
“(1) Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan
(2) Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan Pemerintah Wajib
membiayainya”.
Hak anak juga terdapat pada beberapa pasal, selain dari pasal di atas, hak anak
untuk mendapatkan suatu pendidikan juga tercantum pada pasal 4 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasinal, bahwasanya di
dalam pelaksanaan pendidikan, pelaksanaan tersebut harus dilaksanakan secara
demokratis, adil serta tidaknya adanya sifat diskriminatif dengan mengangkat harkat
dan martabat pada HAM, norma-norma, kerohanian, dan juga sifat berbangsa dan
cinta tanah air. Karena pada praktiknya banyak sekali kasus diskrimani pada anak.
Sekolah adalah tempat untuk menempuh pendidikan pada anak, dimana masa
depan anak ada dalam pendidikan. Korban dari pemerkosaan seharusnya mereka
terjamin dalam pendidikannya, mereka harus mendapat perlakuan yang baik dari
lingkungan sekitar, sekolah juga harus memerhatikan juga siswinya yang menjadi
korban kekerasan seksual ini, dalam hal ini mereka tidak memiliki kewenangan untuk
mengeluarkan korban kekerasan seksual ini, karena pihak sekolah tidak boleh
memandang kasus tersebut sebagai aib yang akan mencoreng nama baik sekolahnya.
Terutama pada pemerintahan pusat juga harus bertindak tegas pada kasus seperti ini
(KBR68H, 2013).
Jika dipandang pada perspektif hukum, sebenarnya korban dari kekerasan
seksual yang sedang hamil memiliki kedaulatan yang sama di mata hukum. Karena
mereka lebih pasrah dari keadaannya, dimana pihak sekolah yang mengambil
putusan untuk mengeluarkannya tidak dapat dijadikan sebagai batu sandung pada
penegakan HAM. Maklumat HAM sendiri dibentuk oleh PBB ditahun 1948. Pada
tahun 1948, PBB membentuk dan merancang maklumat HAM yang berisikan:
Egalita : Jurnal Kesetaraan dan Keadilan Gender Volume 15, No 1, Tahun 2020
16
“setiap anak manusia dilahirkan dengan martabat yang sama dan punya hak
yang sama dimata hukum untuk dihormati kebebasannya. Ini berlaku tanpa
membedakan ras, etnis, agama, bangsa atau gender sekalipun, yang intinya
nilai-nilai kemanusiaan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai non diskriminasi”
(Sadli, 2010).
Dalam hal keadilan, siswi korban pemerkosaan harus menjadi yang utama
dalam perlindungannya, apalagi pada keadaan ini mereka adalah pihak yang paling
dirugikan, karena dipandang dari segi fisik psikis terluka ditambah hamil karena hal
yang tidak diinginkan. Mereka harus diberikan jaminan bahwasanya dalam segala
bantuan terutama pada tahap rehabilitasi serta dispensasi untuk dapat melanjutkan
pendidikannya supaya dapat terciptanya keadilan yang semestinya ada pada setiap
warga negara dan semestinya bisa terpenuhinya pada kehidupan ini (Mulyadi, 2003).
Dengan memberikan perlindungan hukum terhadap siswi yang dikeluarkan
pihak Sekolah karena hamil yang terkandung pada Undang-Undang No.35 Tahun
2014 Tentang Perlindungan anak, Untuk memenuhi serta melindungi keberpihakan
kepada anak dan memangku suatu pandangan anti intoleran, kebutuhan paling
mendalam bagi anak (the best interest of child), dan melibatkan kultur rohani,
pastipasi masyarakat, media massa, dunia bisnis serta media internasional adalah
bagian dari cara untuk memenuhi serta cara untuk menjamin hak anak yang paling
efektif.
Upaya penanggulangan anak korban kekerasan seksual
Di Indonesia sendiri, upaya dalam mencegah dan penanganan kasus kekerasan
seksual belum berjalan dengan baik, hal ini memyebabkan kasus kekerasan ini selalu
bertambah. berbagai usaha untuk menangani kasus ini sendiri terkesan cuma-cuma
karena hal inti dari permasalahan ini masih belum diperhatikan dengan baik, terlihat
dari banyaknya faktor dari kasus ini sebagai contoh banyaknya penyuluhan-
penyuluhan tentang sex tetapi hal untuk memicu rangsangan seks masih tetap
terlihat dengan jelas seperti mudahnya dalam mengakses konten video porno,
maraknya penjualan minuman keras, dan sebagainya. Sanksi yang dijatuhkan pun
terbilang masih ringan, tanpa adanya sanksi yang tegas membuat tindakan ini
semakin marak terjadi, bahkan hal ini membuat para pelaku tidak jera hingga
menimbulkan bertambahnya pelaku-pelaku lain. Jadi usaha dalam mencegah
tindakan kekerasan seksual ini masih belum sempurna terkait dalam hal tersebut.
Dalam keadaan seperti itu bisa dipandang dari sebagian situasi yang
seharusnya ditangani bersama-sama (Agnitasari, 2017):
(1) status tingkat mencegah dan menangani,
(2) status pemahaman dan kesadaran masyarakat,
(3) status pengelolaan
Dalam mencegah dan menangani kasus kekerasan seksual yang harus
diperhatikan pertama adalah mengenai suatu kualitas dalam menangani dan
pencegahannya, kedua hal ini tidak bisa dilepaskan karena dalam mencegah dan
Egalita : Jurnal Kesetaraan dan Keadilan Gender Volume 15, No 1, Tahun 2020
17
menangani selalu berkaitan. Dalam mencegah akibat negatif dari kasus ini yang
dirasakan pada korban adalah dengan cara rehabilitasi, rehabilitasi ini sangat efektif
dalam mengatasi kondisi psikis yang terluka, cara ini bisa dilakukan di lingkungan
sekitar, karena jika lingkungan sekitar mendukung maka hal ini bisa menjadikannya
obat pada luka batin korban. Dalam hal ini lingkungan sekitar atau masyarakat harus
meningkatkan kesadaran dan pemahamannya akan seksualitas, karena selain
menjadi obat, dalam lingkungan sekitar sendiri juga terkadang dapat menjadi momok
bagi korban. Yang kedua, yaitu dengan cara mengelola instansi pada sistem
pemerintah dengan baik serta dengan membentuk kebijakan yang tegas dan
berkomitmen. Dengan melibatkan beberapa lembaga lainnya dibawah koordinasi
walikota, lembaga-lembaga seperti KPAI serta lembaga lainnya harus saling bekerja
sama serta meningkatkan tanggungjawab yang kuat akan mencegah dan
menanggulangi kasus kekerasan seksual ini pada setiap daerah (Agnitasari, 2017).
Selain itu setiap daerah juga harus meningkatkan kesadarannya serta kerja
samanya dalam penanggulangan tindakan kekerasan ini. Yang terakhir, dengan
ditingkatkannya serta diperbaikinya partisipasi masyaratakat demi menopang upaya
mencegah kekerasan seksual bagi anak, pemerintah juga harus berpartisipasi dengan
masyarakat karena dalam hal ini masyarakat akan patuh kepada pemimpin. Gerakan
yang dapat dilaksanakan pada aspek ini adalah dengan memberikan laporan atau
informasi yang efektif tata cara penanggulangan, dengan membentuk kegiatan-
kegiatan yang kaitannya mencegah kekerasan seksual pada anak dalam setiap daerah
rt/rw atau tingkat kelurahan, serta dengan meningkatkan progam swadaya pada
masyarakat, hal ini dapat membantu dalam pencegahan serta dapat menghindari
pandangan negatif serta perbuatan diskrimanitf pada anak korban kekerasan seksual.
Pentingnya Sex Education Pada Pelajaran Sekolah
Selama ini, beberapa orang dalam pandangannya berbicara seks selalu
merujuk pada hubungan seksual. Sedangkan maksud dari seks itu sendiri bukan
hanya tentang berhubungan seksual saja, tetapi secara biologis, seks itu sendiri
berkaitan dengan gender manusia. Masyarakat kita masih beranggapan tabu bila
berbicara tentang seks, anggapan mereka yaitu sex education justru mendorong agar
remaja berhubungan seks. Seolah berbicara tentang seks merupakan suatu hal yang
sangat vulgar.
Pentingnya Pendidikan Seks bagi Remaja:
1. Agar remaja mengetahui informasi seksual
2. Supaya terciptanya kesadaran dan paham arti penting pada seksualitas
3. Adanya pemahaman tentang kegunaan alat vital
4. Menafsirkan setiap problema seksualitas pada remaja
5. Menafsirkan sebab akibat yang dapat memunculkan problema seksualitas
Faktor lain dari pentingnya sex education pada pendidikan remaja dua
diantaranya adalah (Fahmawati, 2016):
Egalita : Jurnal Kesetaraan dan Keadilan Gender Volume 15, No 1, Tahun 2020
18
1. Karena seorang anak yang pada masa akil balik atau masa-masa keremajaan,
mereka cenderung akan mencari jati dirinya, sifatnya masih labil serta tingginya
sifat penasarannya, apalagi pemahamannya tentang seks masih minim sekali, hal
ini akan membuat diri mereka menjadi bebas serta mereka masih tidak mampu
dalam menanggung akibatnya dari seks itu sendiri. Terkadang para orang tua tidak
pernah memberi pehaman tentang seks pada anaknya, karena mereka
menganggap hal ini tidak pantas dibicarakan pada anak, padahal hal tersebut akan
membahayakan baik dari segi kesehatan serta tindakan-tindakan yang tidak
diinginkan.
2. Pendukung sex education yang kedua, dikarenakan pola pikir pada anak remaja
pada seks belum matang, jadi hal semacam ini akan menyebabkan sex bebas
dikalangan remaja, atau para anak usia remaja sudah melakukan having sex,
akibatnya sendiri banyak sekali seusia anak SMP harus merelakan pendidikannya
lantaran hamil, akibat yang paling berbahaya adalah dampak dari penyebaran
penyakit menular yaitu HIV/AIDS. Hal ini juga nampak karena era sekarang
semakin mudahnya untuk mengakses segala hal, para anak seusia remaja sendiri
mudah sekali untuk terpengaruh hal-hal negatif dari internet, television, majalah,
dan sebagainya.
Maka sangat penting adanya Kurikulum mengenai pendidikan seks bagi anak
di sekolah. Dan juga berdasarkan hasil penelitian kami, banyak sekali yang setuju
dengan adanya pelajaran tambahan tentang sex education di sekolah, dengan alasan
karna kurangnya pengetahuan tentang sex yang menjadi faktor besar anak-anak
menjadi korban pemerkosaan.
KESIMPULAN
Pemerkosaan yaitu perbuatan atau suatu kejahatan yang merajuk pada
berhubungan seksual yang berlangsung pada saat setiap individu atau lebih, dengan
cara memaksa wanita untuk berhubungan badan atau berhubungan seksual dengan
ancaman kekerasan. Kasus kekerasan seksual sendiri sering terjadi pada kaum hawa,
terlebih lagi pada anak-anak.
Berbagai faktor yang mempengaruhi kasus pemerkosaan terjadi pada anak-
anak yaitu, faktor yang pertama yaitu fisik pada anak yang lemah sehingga tidak
dapat melakukan perlawanan, yang kedua yaitu, karena teknologi yang semakin
canggih sehingga situs atau konten porno dapat dijangkau semua kalangan, sehingga
mengakibatkan gairah seks sehabis menonton atau melihat konten porno dan
terlintas pikiran untuk melakukan tindakan keji memperkosa lawan jenisnya, dan
yang ketiga yaitu, karena kurangnya penggetahuan anak tentang seks, sehingga
mereka tidak mengerti arti penting dari tubuh mereka, dan mudahnya dirayu atau
dibujuk oleh pelaku kejahatan seksual. Karena anggapan masyarakat mengenai seks
yang sangat tabu.
Anak korban pemerkosaan mempunyai hak untuk dijamin pendidikannya
berdasarkan Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusiapasal 12
Egalita : Jurnal Kesetaraan dan Keadilan Gender Volume 15, No 1, Tahun 2020
19
dan 60 dan juga lembaga. Lembaga pendikan dan pemerintah harus melindungi
identitas anak dari media massa agar menghindari labelisasi pada anak korban
pemerkosaan. Dan juga lembaga pendidikan tidak akan mengeluarkan peserta didik
yang menjadi korban pemerkosaan dari sekolah dengan alasan apapun.
Dengan adanya kejahatan seksual pada anak maka pentingnya pelajaran
tambahan mengenai seks di sekolah yang berfungsi, agar anak mengetahui informasi
tentang seks dan juga agar mereka tumbuh pemahaman bahwa dalam problema
seksualitas sangat relevan, serta memahami juga kegunaan, makna, dan tata cara
melindungi alat vital mereka. Hal semacam ini akan berguna bagi mereka dan akan
menjadi bekal untuk melindungi dari kejahatan seksual.
Saran kami bagaimana diterapkannya pola pikir yang dewasa, atau bisa dengan
menjauhi apapun yang berbau pornografi, saran ini terkhusus untuk para laki-laki,
bisa juga dengan mengkuatkan iman setiap individu dengan beragama. Yang ketiga
untuk para lembaga pendidikan, khususnya pihak sekolah tidak boleh memandang
kasus-kasus kejahatan seksual ini sebagai aib, dikarenakan korban juga sebagai
penerus bangsa, dan juga kususnya dinas pendidikan hingga kementrian haruslah
serius dalam menangani kasus seperti ini. Saran keempat demi mencegahnya
pelecehan seksual, pelajaran tentang seks harus diberikan sejak SD karena pada
bangku SD anak-anak masih polos, yang ditakutkan adalah candaan mereka bisa
merujuk ke pelecehan seksual atau bahkan kekerasan seksual
DAFTAR PUSTAKA
Agnitasari, Winda. (2017). Tinjauan Yuridis Viktimologis Mengenai Siswi Sma Korban
Pemerkosaan Yang Dikeluarkan Dari Sekolah Karena Hamildihubungkan
Dengan Uu No 35 Tahun 2014. Bandung: UNIPAS.
Butarbutar, Elisabeth Nurhaini. (2018). Langkah-Langkah Untuk Menemukan
Kebenaran Dalam Ilmu Hukum/ Medan: REFIKA.
Ekandari, Mustaqfirn Faturochman. (2001). Perkosaan, Dampak, Dan Alternatif
Penyembuhan, Jurnal Prikologi, 1.
Emmanuel, Sujatmoko. (2010). Hak Warga Negara Dalam Memperoleh Pendidikan.
Jurnal Konstitusi, 7 <https://media.neliti.com/media/publications/110344-ID-
hak-warga-negara-dalam-memperoleh-pendid.pdf>.
Fahmawati, Fahriyah. (2016). Pentingnya Kurikulum Pendidikan Seks Untuk Sekolah
Menengah Atas’, Kompasiana,
<https://www.kompasiana.com/iffahfahmawati/5687d7b4927e61b80a379a22
/pentingnya-kurikulum-pendidikan-seks-untuk-sekolah-menengah-atas>
[accessed 14 June 2020].
Ilmu, Dalam. (2019). Menurut Dinas Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan
Egalita : Jurnal Kesetaraan dan Keadilan Gender Volume 15, No 1, Tahun 2020
20
Anak Kota Semarang SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana.
KBR68H. (2013). Siswi Korban Perkosaan Tetap Punya Hak Bersekolah.
<https://kbr.id/editorial/10-
2013/siswi_korban_perkosaan_tetap_punya_hak_bersekolah/67913.html>
[accessed 15 June 2020].
Mulyadi, Lilik. (2003). Kapita Selekta Hukum Pidana Kriminologi Dan Victimologi
Denpasar: Djambatan.
Sadli, Saparinah. (2010). Berbeda Tapi Setara: Pemikiran Tentang Kajian Perempuan.
Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Wahid, Abdul. (2007). Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kekerasan Seksual.
Depok: Gagas Media.
Yanhtzi, Mark. (2009). Kekerasan Seksual Dan Pemulihan. Jakarta: Andi Publisher.

More Related Content

What's hot

Menentang Pornografi dan Eksploitasi Terhadap Anak
Menentang Pornografi dan Eksploitasi Terhadap AnakMenentang Pornografi dan Eksploitasi Terhadap Anak
Menentang Pornografi dan Eksploitasi Terhadap AnakECPAT Indonesia
 
Instrumen Internasional Tentang Hak dan Perlindungan Anak dari Bahaya Eksploi...
Instrumen Internasional Tentang Hak dan Perlindungan Anak dari Bahaya Eksploi...Instrumen Internasional Tentang Hak dan Perlindungan Anak dari Bahaya Eksploi...
Instrumen Internasional Tentang Hak dan Perlindungan Anak dari Bahaya Eksploi...ECPAT Indonesia
 
Kekerasan Seksual Anak Terhadap Anak
Kekerasan Seksual Anak Terhadap AnakKekerasan Seksual Anak Terhadap Anak
Kekerasan Seksual Anak Terhadap AnakECPAT Indonesia
 
Eksploitasi Seksual Pada Anak Online
Eksploitasi Seksual Pada Anak OnlineEksploitasi Seksual Pada Anak Online
Eksploitasi Seksual Pada Anak OnlineECPAT Indonesia
 
Konflik sosial dari penutupan lokalisasi dolly
Konflik sosial dari penutupan lokalisasi dollyKonflik sosial dari penutupan lokalisasi dolly
Konflik sosial dari penutupan lokalisasi dollydodysopril
 
Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13
Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13
Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13Afrizal Bob
 
Perlindungan dan penegakan hukum terhadap kasus kekerasan seksual pada anak
Perlindungan dan penegakan hukum terhadap kasus kekerasan seksual pada anakPerlindungan dan penegakan hukum terhadap kasus kekerasan seksual pada anak
Perlindungan dan penegakan hukum terhadap kasus kekerasan seksual pada anakTrini Handayani
 
Materi perlindungan anak
Materi perlindungan anakMateri perlindungan anak
Materi perlindungan anakAzka Sudrajat
 
Makalah perlindungan anak (traficing child)
Makalah perlindungan anak (traficing child)Makalah perlindungan anak (traficing child)
Makalah perlindungan anak (traficing child)Andy Susanto
 
Perlindungan perempuan 2
Perlindungan perempuan 2Perlindungan perempuan 2
Perlindungan perempuan 2Afrizal Bob
 
14_Akhiri Mendidik Anak Dengan Kekerasan
14_Akhiri Mendidik Anak Dengan Kekerasan14_Akhiri Mendidik Anak Dengan Kekerasan
14_Akhiri Mendidik Anak Dengan Kekerasansakuramochi
 
Memerangi Pariwisata Sex Anak: TANYA & JAWAB
Memerangi Pariwisata Sex Anak: TANYA & JAWABMemerangi Pariwisata Sex Anak: TANYA & JAWAB
Memerangi Pariwisata Sex Anak: TANYA & JAWABECPAT Indonesia
 
Modul Pelatihan Pencegahan Kejahatan Seksual Anak Online bagi Organisasi Perl...
Modul Pelatihan Pencegahan Kejahatan Seksual Anak Online bagi Organisasi Perl...Modul Pelatihan Pencegahan Kejahatan Seksual Anak Online bagi Organisasi Perl...
Modul Pelatihan Pencegahan Kejahatan Seksual Anak Online bagi Organisasi Perl...literasi digital
 
Eksploitasi Seksual Komersia Anak di Indonesia
Eksploitasi Seksual Komersia Anak di IndonesiaEksploitasi Seksual Komersia Anak di Indonesia
Eksploitasi Seksual Komersia Anak di IndonesiaECPAT Indonesia
 
Makalah Pekerja Anak
Makalah Pekerja AnakMakalah Pekerja Anak
Makalah Pekerja AnakSyaifOer
 
New word 2007 document
New word 2007 documentNew word 2007 document
New word 2007 documentafhsar
 
Modul 2 - Eksploitasi Seksual Anak (KPPPA)
Modul 2  - Eksploitasi Seksual Anak (KPPPA)Modul 2  - Eksploitasi Seksual Anak (KPPPA)
Modul 2 - Eksploitasi Seksual Anak (KPPPA)ECPAT Indonesia
 

What's hot (20)

Menentang Pornografi dan Eksploitasi Terhadap Anak
Menentang Pornografi dan Eksploitasi Terhadap AnakMenentang Pornografi dan Eksploitasi Terhadap Anak
Menentang Pornografi dan Eksploitasi Terhadap Anak
 
Instrumen Internasional Tentang Hak dan Perlindungan Anak dari Bahaya Eksploi...
Instrumen Internasional Tentang Hak dan Perlindungan Anak dari Bahaya Eksploi...Instrumen Internasional Tentang Hak dan Perlindungan Anak dari Bahaya Eksploi...
Instrumen Internasional Tentang Hak dan Perlindungan Anak dari Bahaya Eksploi...
 
Kekerasan Seksual Anak Terhadap Anak
Kekerasan Seksual Anak Terhadap AnakKekerasan Seksual Anak Terhadap Anak
Kekerasan Seksual Anak Terhadap Anak
 
Eksploitasi Seksual Pada Anak Online
Eksploitasi Seksual Pada Anak OnlineEksploitasi Seksual Pada Anak Online
Eksploitasi Seksual Pada Anak Online
 
Konflik sosial dari penutupan lokalisasi dolly
Konflik sosial dari penutupan lokalisasi dollyKonflik sosial dari penutupan lokalisasi dolly
Konflik sosial dari penutupan lokalisasi dolly
 
Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13
Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13
Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13
 
Perlindungan dan penegakan hukum terhadap kasus kekerasan seksual pada anak
Perlindungan dan penegakan hukum terhadap kasus kekerasan seksual pada anakPerlindungan dan penegakan hukum terhadap kasus kekerasan seksual pada anak
Perlindungan dan penegakan hukum terhadap kasus kekerasan seksual pada anak
 
Materi perlindungan anak
Materi perlindungan anakMateri perlindungan anak
Materi perlindungan anak
 
Bullying pornografi
Bullying pornografiBullying pornografi
Bullying pornografi
 
Makalah perlindungan anak (traficing child)
Makalah perlindungan anak (traficing child)Makalah perlindungan anak (traficing child)
Makalah perlindungan anak (traficing child)
 
Hak Anak di Indonesia
Hak Anak di IndonesiaHak Anak di Indonesia
Hak Anak di Indonesia
 
Perlindungan perempuan 2
Perlindungan perempuan 2Perlindungan perempuan 2
Perlindungan perempuan 2
 
14_Akhiri Mendidik Anak Dengan Kekerasan
14_Akhiri Mendidik Anak Dengan Kekerasan14_Akhiri Mendidik Anak Dengan Kekerasan
14_Akhiri Mendidik Anak Dengan Kekerasan
 
Memerangi Pariwisata Sex Anak: TANYA & JAWAB
Memerangi Pariwisata Sex Anak: TANYA & JAWABMemerangi Pariwisata Sex Anak: TANYA & JAWAB
Memerangi Pariwisata Sex Anak: TANYA & JAWAB
 
Modul Pelatihan Pencegahan Kejahatan Seksual Anak Online bagi Organisasi Perl...
Modul Pelatihan Pencegahan Kejahatan Seksual Anak Online bagi Organisasi Perl...Modul Pelatihan Pencegahan Kejahatan Seksual Anak Online bagi Organisasi Perl...
Modul Pelatihan Pencegahan Kejahatan Seksual Anak Online bagi Organisasi Perl...
 
Eksploitasi Seksual Komersia Anak di Indonesia
Eksploitasi Seksual Komersia Anak di IndonesiaEksploitasi Seksual Komersia Anak di Indonesia
Eksploitasi Seksual Komersia Anak di Indonesia
 
Makalah Pekerja Anak
Makalah Pekerja AnakMakalah Pekerja Anak
Makalah Pekerja Anak
 
New word 2007 document
New word 2007 documentNew word 2007 document
New word 2007 document
 
Modul 2 - Eksploitasi Seksual Anak (KPPPA)
Modul 2  - Eksploitasi Seksual Anak (KPPPA)Modul 2  - Eksploitasi Seksual Anak (KPPPA)
Modul 2 - Eksploitasi Seksual Anak (KPPPA)
 
Child abduction
Child abductionChild abduction
Child abduction
 

Similar to 10178 27513-1-sm

Pendidikan Seks Anak Usia Dini
Pendidikan Seks Anak Usia DiniPendidikan Seks Anak Usia Dini
Pendidikan Seks Anak Usia DiniAliem Masykur
 
Tanggung jawab negara terhadap pendidikan kespro siswai sma
Tanggung jawab negara terhadap pendidikan kespro siswai smaTanggung jawab negara terhadap pendidikan kespro siswai sma
Tanggung jawab negara terhadap pendidikan kespro siswai smaLeyla Adrianti Hermina
 
JURNAL Futry Kesuma Wardani Nst.docx
JURNAL Futry Kesuma Wardani Nst.docxJURNAL Futry Kesuma Wardani Nst.docx
JURNAL Futry Kesuma Wardani Nst.docxhadi23318
 
Edukasi dan Peran Aktif dalam Pencegahan.pdf
Edukasi dan Peran Aktif dalam Pencegahan.pdfEdukasi dan Peran Aktif dalam Pencegahan.pdf
Edukasi dan Peran Aktif dalam Pencegahan.pdfIrawan Setyabudi
 
Handout Science Class Kriminologi 2020
Handout Science Class Kriminologi 2020Handout Science Class Kriminologi 2020
Handout Science Class Kriminologi 2020MohammadAnandaRezaKu
 
KESEHATAN REPRODUKSI.pptx
KESEHATAN REPRODUKSI.pptxKESEHATAN REPRODUKSI.pptx
KESEHATAN REPRODUKSI.pptxRisma94
 
9_Kondisi Sosial Ekonomi dan Kekerasan Seksual pada Anak
9_Kondisi Sosial Ekonomi dan Kekerasan Seksual pada Anak9_Kondisi Sosial Ekonomi dan Kekerasan Seksual pada Anak
9_Kondisi Sosial Ekonomi dan Kekerasan Seksual pada Anaksakuramochi
 
Peran Orang Tua dalam Memberikan Pendidikan Seksual Anak Usia Dini
Peran Orang Tua dalam Memberikan Pendidikan Seksual Anak Usia DiniPeran Orang Tua dalam Memberikan Pendidikan Seksual Anak Usia Dini
Peran Orang Tua dalam Memberikan Pendidikan Seksual Anak Usia DiniEvaniaYafie
 
masalah sex bebas
masalah sex bebasmasalah sex bebas
masalah sex bebasyahyafly3
 
Peran dan Batasan Pekerja Sosial dalam Perlindungan Anak - PPA.pdf
Peran dan Batasan Pekerja Sosial dalam Perlindungan Anak - PPA.pdfPeran dan Batasan Pekerja Sosial dalam Perlindungan Anak - PPA.pdf
Peran dan Batasan Pekerja Sosial dalam Perlindungan Anak - PPA.pdfIsmailAlmariza1
 
Mencegah perilaku seks yang tidak sehat pada remaja
Mencegah perilaku seks yang tidak sehat pada remajaMencegah perilaku seks yang tidak sehat pada remaja
Mencegah perilaku seks yang tidak sehat pada remajaAhmad Yanwar
 
Assgnmnt individu plg517
Assgnmnt individu plg517Assgnmnt individu plg517
Assgnmnt individu plg517Iella Zakaria
 
KEJAHATAN SEKSUAL MENGINTAI ANAK by Anthony Dio Martin
KEJAHATAN SEKSUAL MENGINTAI ANAK by Anthony Dio MartinKEJAHATAN SEKSUAL MENGINTAI ANAK by Anthony Dio Martin
KEJAHATAN SEKSUAL MENGINTAI ANAK by Anthony Dio Martinadmartin
 
Kejahatan seksual mengintai anak by anthony dio martin
Kejahatan seksual mengintai anak by anthony dio martinKejahatan seksual mengintai anak by anthony dio martin
Kejahatan seksual mengintai anak by anthony dio martinAnthony Dio Martin
 
PPT_PENDIDIKAN dan KESETARAAN GENDER.pptx
PPT_PENDIDIKAN dan KESETARAAN GENDER.pptxPPT_PENDIDIKAN dan KESETARAAN GENDER.pptx
PPT_PENDIDIKAN dan KESETARAAN GENDER.pptxZizahWildan
 

Similar to 10178 27513-1-sm (20)

Pendidikan Seks Anak Usia Dini
Pendidikan Seks Anak Usia DiniPendidikan Seks Anak Usia Dini
Pendidikan Seks Anak Usia Dini
 
Tanggung jawab negara terhadap pendidikan kespro siswai sma
Tanggung jawab negara terhadap pendidikan kespro siswai smaTanggung jawab negara terhadap pendidikan kespro siswai sma
Tanggung jawab negara terhadap pendidikan kespro siswai sma
 
JURNAL Futry Kesuma Wardani Nst.docx
JURNAL Futry Kesuma Wardani Nst.docxJURNAL Futry Kesuma Wardani Nst.docx
JURNAL Futry Kesuma Wardani Nst.docx
 
Edukasi dan Peran Aktif dalam Pencegahan.pdf
Edukasi dan Peran Aktif dalam Pencegahan.pdfEdukasi dan Peran Aktif dalam Pencegahan.pdf
Edukasi dan Peran Aktif dalam Pencegahan.pdf
 
Handout Science Class Kriminologi 2020
Handout Science Class Kriminologi 2020Handout Science Class Kriminologi 2020
Handout Science Class Kriminologi 2020
 
KESEHATAN REPRODUKSI.pptx
KESEHATAN REPRODUKSI.pptxKESEHATAN REPRODUKSI.pptx
KESEHATAN REPRODUKSI.pptx
 
9_Kondisi Sosial Ekonomi dan Kekerasan Seksual pada Anak
9_Kondisi Sosial Ekonomi dan Kekerasan Seksual pada Anak9_Kondisi Sosial Ekonomi dan Kekerasan Seksual pada Anak
9_Kondisi Sosial Ekonomi dan Kekerasan Seksual pada Anak
 
Peran Orang Tua dalam Memberikan Pendidikan Seksual Anak Usia Dini
Peran Orang Tua dalam Memberikan Pendidikan Seksual Anak Usia DiniPeran Orang Tua dalam Memberikan Pendidikan Seksual Anak Usia Dini
Peran Orang Tua dalam Memberikan Pendidikan Seksual Anak Usia Dini
 
Pergaulan dikalangan remaja
Pergaulan dikalangan remajaPergaulan dikalangan remaja
Pergaulan dikalangan remaja
 
Pergaulan dikalangan remaja
Pergaulan dikalangan remajaPergaulan dikalangan remaja
Pergaulan dikalangan remaja
 
Pergaulan dikalangan remaja
Pergaulan dikalangan remajaPergaulan dikalangan remaja
Pergaulan dikalangan remaja
 
Pergaulan dikalangan remaja
Pergaulan dikalangan remajaPergaulan dikalangan remaja
Pergaulan dikalangan remaja
 
masalah sex bebas
masalah sex bebasmasalah sex bebas
masalah sex bebas
 
Peran dan Batasan Pekerja Sosial dalam Perlindungan Anak - PPA.pdf
Peran dan Batasan Pekerja Sosial dalam Perlindungan Anak - PPA.pdfPeran dan Batasan Pekerja Sosial dalam Perlindungan Anak - PPA.pdf
Peran dan Batasan Pekerja Sosial dalam Perlindungan Anak - PPA.pdf
 
Kasus pendidikan
Kasus pendidikanKasus pendidikan
Kasus pendidikan
 
Mencegah perilaku seks yang tidak sehat pada remaja
Mencegah perilaku seks yang tidak sehat pada remajaMencegah perilaku seks yang tidak sehat pada remaja
Mencegah perilaku seks yang tidak sehat pada remaja
 
Assgnmnt individu plg517
Assgnmnt individu plg517Assgnmnt individu plg517
Assgnmnt individu plg517
 
KEJAHATAN SEKSUAL MENGINTAI ANAK by Anthony Dio Martin
KEJAHATAN SEKSUAL MENGINTAI ANAK by Anthony Dio MartinKEJAHATAN SEKSUAL MENGINTAI ANAK by Anthony Dio Martin
KEJAHATAN SEKSUAL MENGINTAI ANAK by Anthony Dio Martin
 
Kejahatan seksual mengintai anak by anthony dio martin
Kejahatan seksual mengintai anak by anthony dio martinKejahatan seksual mengintai anak by anthony dio martin
Kejahatan seksual mengintai anak by anthony dio martin
 
PPT_PENDIDIKAN dan KESETARAAN GENDER.pptx
PPT_PENDIDIKAN dan KESETARAAN GENDER.pptxPPT_PENDIDIKAN dan KESETARAAN GENDER.pptx
PPT_PENDIDIKAN dan KESETARAAN GENDER.pptx
 

Recently uploaded

Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 

10178 27513-1-sm

  • 1. Egalita : Jurnal Kesetaraan dan Keadilan Gender Volume 15, No 1, Tahun 2020 10 PENTINGNYA PENDIDIKAN BAGI ANAK KORBAN PEMERKOSAAN 1Riza Gineung Adi Anggara, 2Kevin Sianturi, 3Debora Wibi Florency, dan 4Tomy Michael 1,2,3,4Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 1gineungriza@gmail.com 2kvnsntr@gmail.com 3florencyd6@gmail.com 4tomy@untag-sby.ac.id Abstract The aim of the research is to broaden a legal perspective that child victims of sexual violence are victims and must be protected, not to be disputed. By using empirical methods that are conceptualized as a symptom, the extent to which they carry out their duties, principles and functions in their implementation or reality in educational institutions. In this study, researchers offer an update in this education system, namely the addition of sex education subjects in primary to secondary schools or majors so that children at an early age can be understand the function and the meaning of a vital organs, so that acts of harassment from an early age can be prevented. In this present time various forms of crime are very widespread, ranging from sexual crimes and so on. Sexual crime is not only experienced by adult women, but children are also be victims. The children of the victims are worried because it could ruin their future. The factors also vary, from physical factors to technological factors because it is easy to access pornographic content. Keywords: Child, Sexual Violence, Victim, Rape, Sexual Education Abstrak Tujuan penelitian ialah memperluas suatu wawasan hukum bahwasannya anak korban dari kekerasan seksual adalah korban dan harus dillindungi, bukan untuk didiskrimansi. Dengan menggunakan metode empiris yang dikonsepkan sebagai suatu gejala, sejauh mana menjalankan tugas, pokok , dan fungsinya dalam pelaksanaannya atau kenyataan pada lembaga pendidikan. Pada penelitian ini, peneliti menawarkan pembaruan dalam sistem pendidikan ini, yaitu dengan ditambahnya mata pelajaran sex education pada sekolah dasar hingga menengah atau kejurusan sehingga anak seusia dini dapat memahami atau mengerti fungsi dan makna dari suatu organ-organ vital, sehingga tindakan pelecehan sejak dini dapat dicegah. Dalam masa sekarang ini berbagai bentuk kejahatan sangat merebak, mulai dari kejahatan seksual dan sebagainya. Kejahatan seksual ini tidak hanyanya dialami wanita dewasa saja, tetapi anak-anak pun juga menjadi korban. Korban yang masih anak-anak ini yang dikawatirkan karena dapat merusak masa depannya. Faktornya pun bermacam-macam, mulai dari faktor fisik seperti penampilan wanita yang terbuka hingga karena faktor teknologi yang mudah sekali untuk mengakses konten porno. Kata Kunci: Anak, Kekerasan Seksual, Korban, Pemerkosaan, Pendidikan Seksual
  • 2. Egalita : Jurnal Kesetaraan dan Keadilan Gender Volume 15, No 1, Tahun 2020 11 PENDAHULUAN Dalam potret Hak Asasi Manusia terdapat suatu mosaik-mosaik tentang kemerdekaan, kebebasan, keadilan, persamaan, perdamaian, persaudaraan dan perlindungan. Begitu pula dengan Hak anak yang merupakan anak dari suatu Hak Asasi Manusia (HAM) yang terdapat suatu gambaran bahwa anak telah terpenuhi haknya untuk dijamin dan juga dilindungi hak-hak seorang anak supaya bisa hidup layak, tumbuh juga berkembang, bahkan berpartisipasi, dengan tepat sesuai dengan harkat dan juga martabat kemanusiaan, pun mendapat perlindunganyang sesuai dari diskriminasi juga tindakan kekerasan. Gambaran itupun pasang surut telah mengalami kesuraman, bahwasannya penindasan “pelanggaran” terhadap Hak Asasi Manusia merupakan fenomena musnahnya arti kebebasan atau kemerdekaan itu hampir menjadi kenyataan. Manusia telah diikat oleh masalah yang dibuatnya sendiri. masalah inilah yang membuat sebagian orang merasa kehilangan arah dan tujuan. Diam mempunyai ambisi, keinginan, dan juga tuntutan yang diikuti oleh nafsu, tapi karena hasrat yang berlebihan gagal ia kendalikan yang berakibat masalah yang dihadapinya makin terasa berat (Wahid, 2007). Kejahatan Seksual, Bahkan tidak hanya terjadi pada perempuan dewasa tetapi sering terjadi juga pada perempuan di bawah umur yang biasa disebut anak-anak. kejahatan seksualpun tidak Cuma berlangsung di dalam lingkungan perusahaan atau perkantoran dan juga ditempat tertentu, tetapi dapat terjadi pula dalam lingkungan keluarga bahkan lingkungan sekolah. ini yang sangat memprihatinkan dimana makin maraknya kejahatan seksual yang menimpa anak di bawah umur. Anak-anak perempuan dijadikan sebagai objek komoditas untuk memuaskan nafsu bejat dari penjahat seksual, bahkan didalam dunia pendidikan pun, anak dari korban pemerkosaan tersebut terlalaiakan atau terkadang pihak sekolah pun tidak mau aib sekolah tersebut tercoreng dikarenakan terdapat siswinya yang tengah berbadan dua akibat pemerkosaan, sehingga hilangnya jaminan masa depan bagi korban tersebut (Wahid, 2007). Oleh karena itu dalam menangani persoalan terkait sex education haruslah sangat teliti mengingat generasi yang kita alami saat ini sangatlah miris. Masih banyak hal hal yang perlu di perhatikan dengan adanya perkembangan jaman yang semakin modern ini dengan sangatlah mudah mengakses situs situs yang menjurus ke pelecehan seksual terhadap lawan jenis yang pada saat kita temui serta bisa dikatakan bahwa itu bukan mahramnya jika orang tersebut beragama muslim. Maka dari itu pentinglah kami membuat suatu penelitian ini agar dimana masyarakat yang notabenenya belum mengenal maupun mengerti terkait tentang permasalahan sex education dan ini juga bisa menambah wawasan bagi sang penulis tersendiri, kemauan itulah yang menjadi potensi tersendiri oleh sang pelaku jika ingin membuat suatu hal yang semestinya tidak boleh dilakukan. Ada perubahan yang terjadi dimana dapat menghadirkan suasana yang harmonis dan juga disharmonis, tergantung bagaimana muatan pengaruh yang akan ditawarkan dan juga dipaksakan mempenggaruhi pola pikir hidup dan juga model interaksi sosial, kultural, ekonomi, hukum dan juga politik yang dibangunnya. Kemauan yang menjadi potensi di dalam
  • 3. Egalita : Jurnal Kesetaraan dan Keadilan Gender Volume 15, No 1, Tahun 2020 12 diri manusia sangat berperan menjadi penentu terjadi peningkatan perilaku yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan antara sesama manusia dan sebaliknya (Yanhtzi, 2009). Para ahli telah mengemukakan bahwa, pada pribadi manusia pasti ada kemauan agar hidupnya menjadi sebuah sumber terhadap potensi kreatifitas, tapi adanya kemauan itu dalam pribadi manusia itu, pasti akan ada keinginan berkuasa,dimana menjadi sumber dari setiap tindakan destruksif. Bisa sebut destruktif karena untuk power ini tidak akan mengenal yang namanya akhir, tidak akan mengenal batas, dan mungkin tidak mengenal namanya yang cukup yang berakibat terjadinya konflik, dimana terjadi tolak belakang antara kemauan untuk hidup dan keinginan-keinginan lainnya. Manusia bahkan kadang gagal untuk mencegah dirinya melakukan hal yang jahat, dikarenakan oleh kepentingan ekonomi/materi, oleh tuntutan biologis, oleh berbagai kompetisi, dan juga status dan harga dirinya. Padahal perbuatannya merupakan bentuk pelanggaran terhadap norma-norma dan juga nilai-nilai kemanusiaan (Yanhtzi, 2009). Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya pemerkosaan terhadap anak, serta jaminan pendidikan bagi korban pemerkosaan. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara atau upaya untuk mencari hal sesuatu untuk mencapai suatu tujuan dengan dengan cara mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis laporan. Penelitian ini merupakan kegiatan ilmiah yang disusun secara sistematis dan memilki tujuan. Oleh karena itu, informasi yang dikumpulkan harus relevan dengan persoalan yang dikaji. Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode penelitian hukum empiris. Penelitian hukum empiris merupakan hukum yang dikonsepkan sebagai gejala empiris yang sejauh mana menjalankan tugas, pokok , dan fungsinya dalam pelaksanaannya atau kenyataan dalam masyarakat (Butarbutar, 2018). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Faktor Terjadinya Kekerasan Seksual / Pemerkosaan Pada Anak Berdasarkan hasil wawancara kami, factor terjadinya pemerkosaan terhadap anak adalah: 1. Faktor fisik pada anak Dimana fisik anak masih terbilang lemah khususnya pada anak perempuan, oleh karena itu anak menjadi takut untuk melakukan perlawanan. Hal itu yang membuat penjahat seks melakukan kejahatan seks terhadap anak. 2. Faktor kemajuan teknologi Dengan kemajuan teknologi yang luar biasa pesatnya, kita dapat mengakses semua informasi yang ada dibelahan bumi manapun, begitu pula dengan peredaran materi pornografi, beredar dengan gampangnya dan bisa diakses
  • 4. Egalita : Jurnal Kesetaraan dan Keadilan Gender Volume 15, No 1, Tahun 2020 13 dengan gampang menggunakan alat komunikasi yang kita punya. Itulah yang menjadi salah satu pemicu terjadinya pemerkosaan terhadap anak, dimana sesudah melihat material atau konten pornografi membuat otak orang menjadi rusak dan gairah seksualnya menjadi meningkat dengan adanya kesempatan dan karena anak-anak gampang dibujuk dengan mainan dan lainnya sehingga anaklah yang menjadi sasaran empuk utuk memuaskan gairah seksual pelaku (Ilmu, 2019). 3. Kurangnya edukasi tentang seks Di Indonesia sendiri masyarakat masih memandang pembahasan atau edukasi tentang seks sangat tabu. Padahal edukasi tentang seks sangat penting buat anak- anak, dimana pengetahuan anak untuk mengenali fungsi tubuhnya, memahami etika dan norma sosial serta konsekuensi dari setiap perbuatannya. Tanpa edukasi seks, rasa penasaran pada anak akan berakibat ia mengambil keputusan yang tidak bijaksana saat mengeksplorasi seksualitasnya. Dengan begitu anak tidak mengerti tentang pentingnya melindungi tubuhnya dari penjahat seks. Dan ini menjadi peluang bagi penjahat seks untuk melakukan kejahatan seks. Dampak Dari Kekerasan Seksual / Pemerkosaan Peningkatan laporan kasus perkosaan pada anak dari tahun ke tahun yang terjadi terus menerus, yang dilansir dari laporan KPAI selama tahun 2019, tercatat 2.607 kasus tentang kekerasan yang dialami anak-anak. Yang meningkat dari tahun 2015 dimana tercatat 2.413 kasus. 1.020 dimana setara dengan 62,7% dari jumlah angka itu merupakan kasus tentang kekerasan seksual berupa pencabulan serta incest, perkosaan, sodomi, dan lebihnya yaitu kekerasan terjadi secara fisik dan juga psikis. Korban dari perkosaan sangat berpeluang mengalami trauma yang parah dikarenakan peristiwa keji tersebut. Itu membuat korban tergoncangkan kejiwaan yang dialami setelah peristiwa keji tersebut juga bisa disertai dengan reaksi, seperti reaksi fisik juga psikis, peristiwa itupun bisa berdampak jangka pendek bahkan lebih parahnya berdampak jangka panjang. Dampak tersebut ialah proses dimana adaptasinya sesudah seseorang mengalami peristiwa yang traumatis. Korban tersebut bisa menjadi sedih, menyalahkan dirinya sendiri, iapun merasa sangat takut dimana mengakibatkan korban tidak mau bersosialisasi dan menyendiri. Korban cendrung sulit dalam menghapus peristiwa buruk atau/traumanya di dalam alam bawah sadarnya. Ada juga sebagian merasa malu untuk berkomunikasi dengan orang lainnya, merasa takut akibat pemerkosaan yang menimbulkan kehamilan. Bahkan, tidak sedikit pula korban yang mengalami depresi berat akibat pemerkosaan itu ingin mencoba untuk menghilangkan nyawanya atau sering dikatakan bunuh diri (Ekandari, 2001). Dampak lainnya yaitu, korban mengalami kehamilan yang tidak diinginkan korban maupun keluarga korban akibat perkosaan. Korban dari perkosaan yang berdampak kehamilan kebanyakan tidak dibolehkan melanjutkan pendidikannya.
  • 5. Egalita : Jurnal Kesetaraan dan Keadilan Gender Volume 15, No 1, Tahun 2020 14 Hal inipun juga dikarenakan beberapa dari pihak sekolah memutuskan agar mengeluarkan siswi hamil itu beralasan dimana kehamilannya menjadi aib dimana dapat merusak nama sekolah (Ekandari, 2001). Jaminan Bagi Pendidikan Bagi Korban Pemerkosaan Yang Masih Sekolah Berdasarkan penelitian kami dengan melakukan wawancara terhadap lembaga pendidikan yaitu, lembaga pendidikan bertanggung jawab akan pendidikan bagi anak korban pemerkosaan agar bisa mendapatkan pendidikan dengan baik selayaknya anak-anak lainnya karena anak korban pemerkosaan mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan dan tidak adanya perbedaan dalam mendapatkan pendidikan sesuai denganUU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia - Pasal 12 “Setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan pribadinya, untuk memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya, dan meningkatkan kualitas hidupnya agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, bertanggungjawab. - Pasal 60 “Setiap anak berhak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya”. Jadi pada dasarnya pemerintah dan lembaga pendidikan bertugas melindungi warga negaranya agar memperoleh hak-haknya untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan setinggi-tingginya, baik dewasa maupun anak-anak (Emmanuel, 2010). Meskipun dalam keaadan hamil karna pemerkosaan yang terjadi, tetap saja mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan dan juga lembaga pendidikan harus melindungi identitas anak dari media massa agar menghindari labelisati pada anak korban pemerkosaan. Dan juga lembaga pendidikan tidak akan mengeluarkan peserta didik yang menjadi korban pemerkosaan dari sekolah dengan alasan apapun. Jadi jika ada siswi korban dari pemerkosaan yang sedang hamil, maka pihak sekolahan akan memberikan dispensasi kepada murid tersebut, sehingga siswi tersebut dapat waktu untuk rehabilitasi. Pasal 64 ayat (3) UU No. 35 Tahun 2014 menyatakan, anak sebagai korban mendapatkan rehabilitasi baik dalam lembaga maupun luar lembaga, perlindungan identitas di media massa untuk menghindari labelisasi, pemberian jaminan keselamatan bagi saksi korban dan saksi ahli baik fisik, mental, maupun sosial. Undang-Undang No. 35 tahun 2014 secara legal formal menjadi regulasi yang mengatur mengenai perlindungan hak anak, undang-undang ini menjadi perpanjangan dari ratifikasi Indonesia terhadap Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of the Child). Lebih dari itu, pemerintah Indonesia juga telah meratifikasi CEDAW (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women) yang menjadi salah satu basis bagi upaya penghapusan terhadap segala bentuk kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan. Segala peraturan yang melindungi hak-hak anak tersebut dimaksudkan agar siswi tidak mendapat perlakuan
  • 6. Egalita : Jurnal Kesetaraan dan Keadilan Gender Volume 15, No 1, Tahun 2020 15 diskriminatif dari lingkungan keluarga, masyarakat, terutama sekolah. Pendidikan tentang Hak Anak diakui sebagai langkah pertama dari pendidikan Hak Asasi Manusia. Anak-anak adalah kelompok pertama, pemegang hak pertama dan juga yang pertama belajar tentang pendidikan Hak Asasi Manusia. Anak-anak harus dididik dalam hak-hak mereka karena Anak-anak adalah subyek dari hak-hak mereka sendiri, dengan hak dan tanggung jawab sesuai dengan usianya dan tahap perkembangannya anak telah menjadi pemegang hak yang terikat secara hukum (Agnitasari, 2017). Sanksi Bagi Sekolah Yang Mengeluarkan Korban Kekerasan Seksual / Pemerkosaan Pada kasus kekerasan seksual, dampak lain adalah kehamilan, pihak sekolah yang mengambil keputusan dengan mengeluarkan siswinya dari sekolah karena dampak kehamilan yang disebabkan dari tindakan kekerasan seksual merupakan suatu pelanggaran terhadap Hak Anak, utamanya pada hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Pada pasal 31 ayat (1) dan (2) UUD 1945, merupakan suatu dasar terhadap pola atau teknik pada pendidikan nasional, hal tersebut menyatakan bahwasannya: “(1) Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan (2) Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan Pemerintah Wajib membiayainya”. Hak anak juga terdapat pada beberapa pasal, selain dari pasal di atas, hak anak untuk mendapatkan suatu pendidikan juga tercantum pada pasal 4 ayat (1) Undang- Undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasinal, bahwasanya di dalam pelaksanaan pendidikan, pelaksanaan tersebut harus dilaksanakan secara demokratis, adil serta tidaknya adanya sifat diskriminatif dengan mengangkat harkat dan martabat pada HAM, norma-norma, kerohanian, dan juga sifat berbangsa dan cinta tanah air. Karena pada praktiknya banyak sekali kasus diskrimani pada anak. Sekolah adalah tempat untuk menempuh pendidikan pada anak, dimana masa depan anak ada dalam pendidikan. Korban dari pemerkosaan seharusnya mereka terjamin dalam pendidikannya, mereka harus mendapat perlakuan yang baik dari lingkungan sekitar, sekolah juga harus memerhatikan juga siswinya yang menjadi korban kekerasan seksual ini, dalam hal ini mereka tidak memiliki kewenangan untuk mengeluarkan korban kekerasan seksual ini, karena pihak sekolah tidak boleh memandang kasus tersebut sebagai aib yang akan mencoreng nama baik sekolahnya. Terutama pada pemerintahan pusat juga harus bertindak tegas pada kasus seperti ini (KBR68H, 2013). Jika dipandang pada perspektif hukum, sebenarnya korban dari kekerasan seksual yang sedang hamil memiliki kedaulatan yang sama di mata hukum. Karena mereka lebih pasrah dari keadaannya, dimana pihak sekolah yang mengambil putusan untuk mengeluarkannya tidak dapat dijadikan sebagai batu sandung pada penegakan HAM. Maklumat HAM sendiri dibentuk oleh PBB ditahun 1948. Pada tahun 1948, PBB membentuk dan merancang maklumat HAM yang berisikan:
  • 7. Egalita : Jurnal Kesetaraan dan Keadilan Gender Volume 15, No 1, Tahun 2020 16 “setiap anak manusia dilahirkan dengan martabat yang sama dan punya hak yang sama dimata hukum untuk dihormati kebebasannya. Ini berlaku tanpa membedakan ras, etnis, agama, bangsa atau gender sekalipun, yang intinya nilai-nilai kemanusiaan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai non diskriminasi” (Sadli, 2010). Dalam hal keadilan, siswi korban pemerkosaan harus menjadi yang utama dalam perlindungannya, apalagi pada keadaan ini mereka adalah pihak yang paling dirugikan, karena dipandang dari segi fisik psikis terluka ditambah hamil karena hal yang tidak diinginkan. Mereka harus diberikan jaminan bahwasanya dalam segala bantuan terutama pada tahap rehabilitasi serta dispensasi untuk dapat melanjutkan pendidikannya supaya dapat terciptanya keadilan yang semestinya ada pada setiap warga negara dan semestinya bisa terpenuhinya pada kehidupan ini (Mulyadi, 2003). Dengan memberikan perlindungan hukum terhadap siswi yang dikeluarkan pihak Sekolah karena hamil yang terkandung pada Undang-Undang No.35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan anak, Untuk memenuhi serta melindungi keberpihakan kepada anak dan memangku suatu pandangan anti intoleran, kebutuhan paling mendalam bagi anak (the best interest of child), dan melibatkan kultur rohani, pastipasi masyarakat, media massa, dunia bisnis serta media internasional adalah bagian dari cara untuk memenuhi serta cara untuk menjamin hak anak yang paling efektif. Upaya penanggulangan anak korban kekerasan seksual Di Indonesia sendiri, upaya dalam mencegah dan penanganan kasus kekerasan seksual belum berjalan dengan baik, hal ini memyebabkan kasus kekerasan ini selalu bertambah. berbagai usaha untuk menangani kasus ini sendiri terkesan cuma-cuma karena hal inti dari permasalahan ini masih belum diperhatikan dengan baik, terlihat dari banyaknya faktor dari kasus ini sebagai contoh banyaknya penyuluhan- penyuluhan tentang sex tetapi hal untuk memicu rangsangan seks masih tetap terlihat dengan jelas seperti mudahnya dalam mengakses konten video porno, maraknya penjualan minuman keras, dan sebagainya. Sanksi yang dijatuhkan pun terbilang masih ringan, tanpa adanya sanksi yang tegas membuat tindakan ini semakin marak terjadi, bahkan hal ini membuat para pelaku tidak jera hingga menimbulkan bertambahnya pelaku-pelaku lain. Jadi usaha dalam mencegah tindakan kekerasan seksual ini masih belum sempurna terkait dalam hal tersebut. Dalam keadaan seperti itu bisa dipandang dari sebagian situasi yang seharusnya ditangani bersama-sama (Agnitasari, 2017): (1) status tingkat mencegah dan menangani, (2) status pemahaman dan kesadaran masyarakat, (3) status pengelolaan Dalam mencegah dan menangani kasus kekerasan seksual yang harus diperhatikan pertama adalah mengenai suatu kualitas dalam menangani dan pencegahannya, kedua hal ini tidak bisa dilepaskan karena dalam mencegah dan
  • 8. Egalita : Jurnal Kesetaraan dan Keadilan Gender Volume 15, No 1, Tahun 2020 17 menangani selalu berkaitan. Dalam mencegah akibat negatif dari kasus ini yang dirasakan pada korban adalah dengan cara rehabilitasi, rehabilitasi ini sangat efektif dalam mengatasi kondisi psikis yang terluka, cara ini bisa dilakukan di lingkungan sekitar, karena jika lingkungan sekitar mendukung maka hal ini bisa menjadikannya obat pada luka batin korban. Dalam hal ini lingkungan sekitar atau masyarakat harus meningkatkan kesadaran dan pemahamannya akan seksualitas, karena selain menjadi obat, dalam lingkungan sekitar sendiri juga terkadang dapat menjadi momok bagi korban. Yang kedua, yaitu dengan cara mengelola instansi pada sistem pemerintah dengan baik serta dengan membentuk kebijakan yang tegas dan berkomitmen. Dengan melibatkan beberapa lembaga lainnya dibawah koordinasi walikota, lembaga-lembaga seperti KPAI serta lembaga lainnya harus saling bekerja sama serta meningkatkan tanggungjawab yang kuat akan mencegah dan menanggulangi kasus kekerasan seksual ini pada setiap daerah (Agnitasari, 2017). Selain itu setiap daerah juga harus meningkatkan kesadarannya serta kerja samanya dalam penanggulangan tindakan kekerasan ini. Yang terakhir, dengan ditingkatkannya serta diperbaikinya partisipasi masyaratakat demi menopang upaya mencegah kekerasan seksual bagi anak, pemerintah juga harus berpartisipasi dengan masyarakat karena dalam hal ini masyarakat akan patuh kepada pemimpin. Gerakan yang dapat dilaksanakan pada aspek ini adalah dengan memberikan laporan atau informasi yang efektif tata cara penanggulangan, dengan membentuk kegiatan- kegiatan yang kaitannya mencegah kekerasan seksual pada anak dalam setiap daerah rt/rw atau tingkat kelurahan, serta dengan meningkatkan progam swadaya pada masyarakat, hal ini dapat membantu dalam pencegahan serta dapat menghindari pandangan negatif serta perbuatan diskrimanitf pada anak korban kekerasan seksual. Pentingnya Sex Education Pada Pelajaran Sekolah Selama ini, beberapa orang dalam pandangannya berbicara seks selalu merujuk pada hubungan seksual. Sedangkan maksud dari seks itu sendiri bukan hanya tentang berhubungan seksual saja, tetapi secara biologis, seks itu sendiri berkaitan dengan gender manusia. Masyarakat kita masih beranggapan tabu bila berbicara tentang seks, anggapan mereka yaitu sex education justru mendorong agar remaja berhubungan seks. Seolah berbicara tentang seks merupakan suatu hal yang sangat vulgar. Pentingnya Pendidikan Seks bagi Remaja: 1. Agar remaja mengetahui informasi seksual 2. Supaya terciptanya kesadaran dan paham arti penting pada seksualitas 3. Adanya pemahaman tentang kegunaan alat vital 4. Menafsirkan setiap problema seksualitas pada remaja 5. Menafsirkan sebab akibat yang dapat memunculkan problema seksualitas Faktor lain dari pentingnya sex education pada pendidikan remaja dua diantaranya adalah (Fahmawati, 2016):
  • 9. Egalita : Jurnal Kesetaraan dan Keadilan Gender Volume 15, No 1, Tahun 2020 18 1. Karena seorang anak yang pada masa akil balik atau masa-masa keremajaan, mereka cenderung akan mencari jati dirinya, sifatnya masih labil serta tingginya sifat penasarannya, apalagi pemahamannya tentang seks masih minim sekali, hal ini akan membuat diri mereka menjadi bebas serta mereka masih tidak mampu dalam menanggung akibatnya dari seks itu sendiri. Terkadang para orang tua tidak pernah memberi pehaman tentang seks pada anaknya, karena mereka menganggap hal ini tidak pantas dibicarakan pada anak, padahal hal tersebut akan membahayakan baik dari segi kesehatan serta tindakan-tindakan yang tidak diinginkan. 2. Pendukung sex education yang kedua, dikarenakan pola pikir pada anak remaja pada seks belum matang, jadi hal semacam ini akan menyebabkan sex bebas dikalangan remaja, atau para anak usia remaja sudah melakukan having sex, akibatnya sendiri banyak sekali seusia anak SMP harus merelakan pendidikannya lantaran hamil, akibat yang paling berbahaya adalah dampak dari penyebaran penyakit menular yaitu HIV/AIDS. Hal ini juga nampak karena era sekarang semakin mudahnya untuk mengakses segala hal, para anak seusia remaja sendiri mudah sekali untuk terpengaruh hal-hal negatif dari internet, television, majalah, dan sebagainya. Maka sangat penting adanya Kurikulum mengenai pendidikan seks bagi anak di sekolah. Dan juga berdasarkan hasil penelitian kami, banyak sekali yang setuju dengan adanya pelajaran tambahan tentang sex education di sekolah, dengan alasan karna kurangnya pengetahuan tentang sex yang menjadi faktor besar anak-anak menjadi korban pemerkosaan. KESIMPULAN Pemerkosaan yaitu perbuatan atau suatu kejahatan yang merajuk pada berhubungan seksual yang berlangsung pada saat setiap individu atau lebih, dengan cara memaksa wanita untuk berhubungan badan atau berhubungan seksual dengan ancaman kekerasan. Kasus kekerasan seksual sendiri sering terjadi pada kaum hawa, terlebih lagi pada anak-anak. Berbagai faktor yang mempengaruhi kasus pemerkosaan terjadi pada anak- anak yaitu, faktor yang pertama yaitu fisik pada anak yang lemah sehingga tidak dapat melakukan perlawanan, yang kedua yaitu, karena teknologi yang semakin canggih sehingga situs atau konten porno dapat dijangkau semua kalangan, sehingga mengakibatkan gairah seks sehabis menonton atau melihat konten porno dan terlintas pikiran untuk melakukan tindakan keji memperkosa lawan jenisnya, dan yang ketiga yaitu, karena kurangnya penggetahuan anak tentang seks, sehingga mereka tidak mengerti arti penting dari tubuh mereka, dan mudahnya dirayu atau dibujuk oleh pelaku kejahatan seksual. Karena anggapan masyarakat mengenai seks yang sangat tabu. Anak korban pemerkosaan mempunyai hak untuk dijamin pendidikannya berdasarkan Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusiapasal 12
  • 10. Egalita : Jurnal Kesetaraan dan Keadilan Gender Volume 15, No 1, Tahun 2020 19 dan 60 dan juga lembaga. Lembaga pendikan dan pemerintah harus melindungi identitas anak dari media massa agar menghindari labelisasi pada anak korban pemerkosaan. Dan juga lembaga pendidikan tidak akan mengeluarkan peserta didik yang menjadi korban pemerkosaan dari sekolah dengan alasan apapun. Dengan adanya kejahatan seksual pada anak maka pentingnya pelajaran tambahan mengenai seks di sekolah yang berfungsi, agar anak mengetahui informasi tentang seks dan juga agar mereka tumbuh pemahaman bahwa dalam problema seksualitas sangat relevan, serta memahami juga kegunaan, makna, dan tata cara melindungi alat vital mereka. Hal semacam ini akan berguna bagi mereka dan akan menjadi bekal untuk melindungi dari kejahatan seksual. Saran kami bagaimana diterapkannya pola pikir yang dewasa, atau bisa dengan menjauhi apapun yang berbau pornografi, saran ini terkhusus untuk para laki-laki, bisa juga dengan mengkuatkan iman setiap individu dengan beragama. Yang ketiga untuk para lembaga pendidikan, khususnya pihak sekolah tidak boleh memandang kasus-kasus kejahatan seksual ini sebagai aib, dikarenakan korban juga sebagai penerus bangsa, dan juga kususnya dinas pendidikan hingga kementrian haruslah serius dalam menangani kasus seperti ini. Saran keempat demi mencegahnya pelecehan seksual, pelajaran tentang seks harus diberikan sejak SD karena pada bangku SD anak-anak masih polos, yang ditakutkan adalah candaan mereka bisa merujuk ke pelecehan seksual atau bahkan kekerasan seksual DAFTAR PUSTAKA Agnitasari, Winda. (2017). Tinjauan Yuridis Viktimologis Mengenai Siswi Sma Korban Pemerkosaan Yang Dikeluarkan Dari Sekolah Karena Hamildihubungkan Dengan Uu No 35 Tahun 2014. Bandung: UNIPAS. Butarbutar, Elisabeth Nurhaini. (2018). Langkah-Langkah Untuk Menemukan Kebenaran Dalam Ilmu Hukum/ Medan: REFIKA. Ekandari, Mustaqfirn Faturochman. (2001). Perkosaan, Dampak, Dan Alternatif Penyembuhan, Jurnal Prikologi, 1. Emmanuel, Sujatmoko. (2010). Hak Warga Negara Dalam Memperoleh Pendidikan. Jurnal Konstitusi, 7 <https://media.neliti.com/media/publications/110344-ID- hak-warga-negara-dalam-memperoleh-pendid.pdf>. Fahmawati, Fahriyah. (2016). Pentingnya Kurikulum Pendidikan Seks Untuk Sekolah Menengah Atas’, Kompasiana, <https://www.kompasiana.com/iffahfahmawati/5687d7b4927e61b80a379a22 /pentingnya-kurikulum-pendidikan-seks-untuk-sekolah-menengah-atas> [accessed 14 June 2020]. Ilmu, Dalam. (2019). Menurut Dinas Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan
  • 11. Egalita : Jurnal Kesetaraan dan Keadilan Gender Volume 15, No 1, Tahun 2020 20 Anak Kota Semarang SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana. KBR68H. (2013). Siswi Korban Perkosaan Tetap Punya Hak Bersekolah. <https://kbr.id/editorial/10- 2013/siswi_korban_perkosaan_tetap_punya_hak_bersekolah/67913.html> [accessed 15 June 2020]. Mulyadi, Lilik. (2003). Kapita Selekta Hukum Pidana Kriminologi Dan Victimologi Denpasar: Djambatan. Sadli, Saparinah. (2010). Berbeda Tapi Setara: Pemikiran Tentang Kajian Perempuan. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. Wahid, Abdul. (2007). Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kekerasan Seksual. Depok: Gagas Media. Yanhtzi, Mark. (2009). Kekerasan Seksual Dan Pemulihan. Jakarta: Andi Publisher.