SlideShare a Scribd company logo
1 of 41
Download to read offline
No Kode: DAR2/Profesional/575/014/2019
PENDALAMAN MATERI KEPERAWATAN
M3KB3 – PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA NUTRISI
DAN ELIMINASI
Penulis
Zahid Fikri
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
2019
2	
	
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN	.............................................................................................................	4	
A.	 DESKRIPSI MATERI	.........................................................................................	4	
B.	 RELEVANSI	.........................................................................................................	4	
C.	 PETUNJUK BELAJAR	.......................................................................................	4	
NUTRISI DAN ELIMINASI	...........................................................................................	5	
A.	 CAPAIAN PEMBELAJARAN BIDANG STUDI	.............................................	6	
B.	 CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KEGIATAN	........................................	6	
C.	 POKOK-POKOK MATERI	.................	Kesalahan!	Bookmark	tidak	ditentukan.	
D.	 URAIAN MATERI	..............................................................................................	6	
1.	 Definisi	...................................................................................................................	7	
2.	 Rekomendasi diet	.................................................................................................	7	
3.	 Pengelolaan Berat Badan	.....................................................................................	9	
4.	 Faktor yang mempengaruhi nutrisi	..................................................................	11	
5.	 Pengkajian Nutrisi	..............................................................................................	14	
6.	 Data Diagnostik Dan Laboratorium	.................................................................	20	
KONSEP ELIMINASI	...................................................................................................	21	
1.	 Pengertian eliminasi	...........................................................................................	21	
2.	 Eliminasi Urin	.....................................................................................................	23	
a.	 Definisi	.............................................................................................................	23	
b.	 Anatomi Dan Fisiologi Eliminasi Urine	........................................................	24	
c.	 Fisiologi berkemih	..........................................................................................	26	
d.	 Pola eliminasi Urin	.........................................................................................	28	
e.	 Eliminasi Fekal	...............................................................................................	29	
f.	 Faktor – faktor yang mempengaruhi eliminasi	...........................................	31	
g.	 Masalah-Masalah Eliminasi	..........................................................................	33	
h.	 Contoh Skenario Kasus pada masalah Eliminasi	........................................	36	
i.	 Penatalaksanaan atau intervensi pada gangguan eliminasi	........................	37	
j.	 Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi	................................................................	39	
E.	 Rangkuman	............................................	Kesalahan!	Bookmark	tidak	ditentukan.	
F.	 Tugas	......................................................	Kesalahan!	Bookmark	tidak	ditentukan.	
G.	 Tes formatif	........................................	Kesalahan!	Bookmark	tidak	ditentukan.
3	
	
H.	 Daftar pustaka	...................................	Kesalahan!	Bookmark	tidak	ditentukan.
4	
	
PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI MATERI
Materi ini membahas tentang nutrisi. Fokus materi ini adalah menjelaskan
tentang hal-hal yang terkait dengan nutrisi dan eliminasi meliputi pengertian,
rekomendasi diet, pengelolaan berat badan, faktor yang mempengaruhi nutrisi,
pengkajian nutrisidata diagnostik dan laboratorium. Konsep teoritis tentang
eliminasi urin dan eliminasi fekal meliputi anatomi dan fisiologi sistem yang terkait
dengan eliminasi (sistem urologi, dan pencernaan), faktor faktor yang
mempengaruhi eliminasi, dan tindakan pada kebutuhan eliminasi. Pembelajaran
diarahkan dengan belajar mandiri berbasis modul dan daring dengan menggunakan
sumber belajar yang sudah disiapkan oleh dosen dan juga menggunakan sumber
sumber lain yang relevan.
B. RELEVANSI
Modul ini menjelaskan tentang nutrisi. Modul ini dapat meningkatkan
pemahaman bagaimana kebutuhan nutrisi dan cara menghitung nutrisi dan juga
bagaimana mengkaji dan mengevaluasi kebutuhan nutrisi. Eliminasi merupakan
kebutuhan dasar manusia yang esensial dan berperan penting untuk kelangsungan
hidup manusia. Eleminasi dibutuhkan untuk mempertahankan dalam keseimbangan
fisiologis melalui pembuangan sisa-sisa metabolisme. Sehingga apabila terjadi
gangguan pada pemenuhan kebutuhan ini akan dapat mengakibatkan gangguan
keseimbangan sistem tubuh. Oleh karena itu materi eliminasi ini sangat relevan
untuk diajarkan sebagai materi pembelajaran.
Melalui materi dalam modul ini, diharapkan peserta PPG mampu
melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Sehingga mampu
mengaplikasikan tindakan sebagai asisten keperawatan.
C. PETUNJUK BELAJAR
1) Bacalah doa terlebih dahulu sesuai dengan keyakinanmu, agar diberikan
kemudahan dalam mempelajari materi ini.
2) Bacalah materi ini dengan seksama, sehingga isi materi ini dapat dipahami
dengan baik.
5	
	
3) Buat dan isilah rencana pembelajaran yang terdapat dalam modul agar dapat
mengkonsultasikannya apabila mendapat kesulitan.
4) Membaca literatur yang lainnya agar mendapatkan pemahaman yang lebih
baik
5) Kerjakan lembar kegiatan siswa yang sudah disediakan dengan sungguh-
sungguh.
6	
	
INTI
	
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Menguasai teori dan aplikasi materi keahlian keperawatan, kompetensi
keahlian asisten keperawatan yang mencakup: (1) Komunikasi Keperawatan, (2)
Konsep Dasar Keperawatan (anatomi fisiologi, promkes, dan pelayanan prima), (3)
Kebutuhan Dasar Manusia, (4) Keperawatan Medikal Bedah (ilmu penyakit,
penunjang diagnostic, dan kegawatdaruratan), (5), Ilmu Kesehatan Masyarakat
(Keperawatan Jiwa dan Keluarga, Keperawatan Geriatrik dan Komunitas,
Keperawatan Maternitas, (6) Ketrampilan Dasar Tindakan Keperawatan termasuk
advancy materials yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa”
(filosofi), dan “bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan sehari-hari.
B. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN
Menganalisis prinsip kebutuhan dasar manusia dan aplikasinya dalam
pembelajaran asisten keperawatan.
C. URAIAN MATERI
Salam sejahtera, semoga kita senantiasa dalam lindungan-Nya. Aamiin.
Pada modul sebelumnya telah disampaikan tentang konsep kebutuhan dasar, pasti
saudara sudah memahaminya. Pada modul ini diharapkan peserta PPG dapat
melakukan tindakan kebutuhan dasar manusia. Untuk selanjutnya dalam modul ini
saudara akan mempelajari tentang pemberian pelayanan kebutuhan dasar yang
meliputi pelayanan kebutuhan kebersihan diri (personal hygiene), kebutuhan
eliminasi, dan kebutuhan nutrisi. Baiklah marilah kita urakan satu-persatu
materinya. Adapun rincian materi yang akan di uraikan antara lain, pengertian,
rekomendasi diet, pengelolaan berat badan, faktor yang mempengaruhi nutrisi,
pengkajian nutrisidata diagnostik dan laboratorium.
Peserta PPG sekalian apakah ada yang tahu apa itu kebutuhan dasar nutrisi
dan eliminasi? Iya benar sekali, untuk lebih meningkatkan pemahaman kita tentang
kebutuhan dasar manusia tentang nutrisi dan eliminasi, marilah kita uraikan satu-
persatu materinya. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Nutrisi dan Eliminasi
7	
	
1. Pengertian nutrisi
2. Rekomendasi diet
3. Pengelolaan berat badan
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi nutrisi
5. Pengkajian nutrisi
6. Data diagnostik dan laboratorium
7. Definisi kebutuhan eliminasi
8. Review anatomi dan fisiologi sistem perkemihan
9. Review anatomi dan fisiolgi sistem pencernaan yang terkait dengan
eliminasi fekal
10. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi
11. Masalah-masalah pada eliminasi
12. Menjelaskan penatalaksanaan kebutuhan eliminasi
1. Definisi
Nutrisi adalah proses di mana tubuh memetabolisme dan memanfaatkan
nutrisi. Nutrisi diklasifikasikan sebagai nutrisi energi, nutrisi organik, dan nutrisi
anorganik; lihat tampilan terlampir pada kelas nutrisi. Energi nutrisi melepaskan
energi untuk pemeliharaan homeostasis. Nutrisi organik membangun dan
memelihara jaringan tubuh dan mengatur proses tubuh. Nutrisi anorganik
menyediakan media untuk reaksi kimia, bahan transportasi, mempertahankan suhu
tubuh, meningkatkan pembentukan tulang, dan melakukan impuls saraf .
Di dalam tubuh, pada dasarnya semua karbohidrat diubah menjadi glukosa
sebelum mereka mencapai sel, protein diubah menjadi asam amino, dan lemak
diubah menjadi asam lemak. Nutrisi ini dicerna, diserap oleh darah atau sistem
limfatik, dan diangkut ke sel-sel tubuh. Di dalam mitokondria sel, nutrisi bereaksi
secara kimia dengan oksigen dan berbagai enzim untuk menghasilkan energi.
2. Rekomendasi diet
Diet yang direkomendasikan berdasarkan recommended dietary allowances
RDA antara lain, protein, vitamin larut air dan larut dalam air, dan mineral
berdasarkan kategori usia, termasuk berat dan tinggi badan. RDA dibentuk oleh
Dewan Gizi Nasional dari National Academy of Sciences – National Research
8	
	
Council. RDA mewakili kebutuhan gizi normal 97% hingga 98% dari orang-orang
di masing-masing kategori tertentu; RDA tidak mempertimbangkan kebutuhan
spesifik individu atau gangguan fisiologis.
Meskipun RDA telah ada selama 20 tahun terakhir sebagai panduan gizi
untuk mendukung orang sehat, Badan Pangan dan Gizi, dalam kemitraan dengan
Kesehatan Kanada, telah memulai upaya untuk menentukan nilai referensi nutrisi
baru. The Dietary Reference Intake (DRI) adalah istilah umum yang mengacu pada
setidaknya tiga jenis nilai referensi: Estimasi Rata-rata Kebutuhan (EAR), RDA,
dan Tolerable Tingkat Intake Atas (UL). EAR adalah nilai asupan yang
diperkirakan memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh indikator kecukupan
spesifik dalam 50% dari usia tertentu dan kelompok khusus gender. UL adalah
tingkat maksimum asupan nutrisi harian yang tidak mungkin menimbulkan risiko
efek kesehatan yang merugikan bagi hampir semua individu dalam kelompok yang
dirancang untuknya. Tujuan DRI adalah untuk menetapkan nilai referensi gizi
untuk semua nutrisi; lihat tampilan yang menyertainya pada DRI pada halaman
1004 untuk tujuh kelompok nutrisi pertama dipelajari.
Panduan Berbasis Bukti yang dikeluarkan oleh National Institutes of Health
meminta penurunan berat badan dengan membatasi asupan kalori dan
meningkatkan aktivitas fisik. Setiap 5 tahun Departemen Pertanian AS (USDA) dan
Departemen Kesehatan dan Layanan Manusia bertanggung jawab untuk
memperbarui dan menerbitkan Pedoman Diet untuk Amerika (DGA). Pedoman ini
didasarkan pada pengetahuan ilmiah dan medis terbaru mengenai cara-cara untuk
meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui nutrisi yang tepat. DGA 2005
menekankan perlunya menyeimbangkan asupan kalori dengan aktivitas fisik harian
dan memilih makanan padat nutrisi dan minuman dari lima kelompok makanan
utama sambil memilih makanan yang membatasi asupan lemak jenuh dan trans,
kolesterol, gula tambahan, garam, dan alkohol serta meningkatkan asupan buah dan
sayuran untuk mencapai berat badan yang sehat dan mencegah kondisi tertentu
seperti obesitas, diabetes, dan penyakit kardiovaskular. DGA adalah kebijakan gizi
federal yang menawarkan pedoman untuk program gizi yang didanai pemerintah
federal seperti program makan siang di sekolah (Gunnars, 2018).
9	
	
Piramida makanan adalah alat pendidikan yang menunjukkan jumlah porsi
harian dari masing-masing dari lima kelompok makanan dasar (gambar 1.1). Selain
Piramida Panduan Makanan, piramida untuk budaya lain termasuk piramida
makanan asli Amerika, selebaran panduan makanan harian Spanyol, piramida diet
Mediterania, piramida diet Asia, dan Panduan Makanan Kanada untuk Makan Sehat
(Middleton, 2018).
Gambar 1.1 Piramida makanan
3. Pengelolaan Berat Badan
Peserta PPG sekalian selanjutnya mari kita pelajari mengenai bagaimana
cara mengelola berat badan. Seperti kita ketahui berat badan juga menjadi salah
satu masalah yang cukup mengganggu terutama di kalangan remaja.
Mempertahankan homeostasis membutuhkan keseimbangan antara asupan nutrisi
dan pengeluaran energi. Berat rata-rata relatif terhadap keseimbangan energi,
situasi di mana asupan energi sama dengan output energi (Alamuddin, Bakizada, &
Wadden, 2016).
Kegemukan
Kegemukan adalah ketidakseimbangan energi di mana lebih banyak
makanan yang dikonsumsi daripada yang dibutuhkan, menyebabkan penyimpanan
lemak. Kegemukan menunjukkan keseimbangan energi positif dan didefinisikan
sebagai berat 10% hingga 20% di atas rata-rata; obesitas mengacu pada berat badan
20% di atas rata-rata. Kegemukan dapat disebabkan oleh satu atau lebih faktor:
genetik, psikologis, sosial, budaya, ekonomi, atau fisiologis. Faktor terkait genetik,
seperti BMR rendah, distribusi lemak berlebih, dan orang tua obesitas,
menempatkan seseorang pada risiko obesitas. Beberapa orang makan berlebihan
dalam menanggapi stres emosional atau kapan saja makanan tersedia dari pada
10	
	
sebagai respons terhadap kelaparan. Norma sosiokultural mempengaruhi kebiasaan
makan; beberapa budaya menempatkan nilai tinggi pada berat badan berlebih
(Yumuk et al., 2015).
Ketidakseimbangan hormon, seperti penurunan kadar tiroksin, dapat
menurunkan BMR, menyebabkan penambahan berat badan jika asupan makanan
tetap konstan. Kondisi lain yang dapat berkontribusi terhadap obesitas termasuk
beberapa kanker, menopause, merokok, gangguan mobilitas, dan beberapa obat
seperti antidepresan dan glukokortikoid (Gupta, 2014). Tingkat obesitas ditentukan
dengan menghitung indeks massa tubuh, yang akan dibahas nanti dalam bab ini.
Orang dewasa, remaja, dan anak-anak obesitas adalah epidemi di Amerika Serikat.
Studi kelompok etnis menunjukkan bahwa aktivitas fisik adalah faktor risiko yang
terkait dengan diabetes non-insulin dependent (tipe 2), yang lebih umum di
Amerika Serikat dalam kulit hitam dan penduduk asli Amerika (Centers for Disease
Control and Prevention, 2019).
Meskipun populasi ini memiliki jumlah yang tidak proporsional dari orang
miskin, pengangguran, dan kurang beruntung yang tidak memiliki akses ke
perawatan kesehatan, program pencegahan dan pengobatan harus sangat fokus pada
latihan yang disesuaikan dengan toleransi aktivitas masing-masing individu.
Diperkirakan 80% orang dewasa dengan diabetes tipe 2 kelebihan berat badan atau
obesitas (International Diabetes Federation, 2019).
Berat badan kurang
Orang yang kekurangan berat mengeluarkan lebih banyak kalori daripada
yang dikonsumsi. Underweight, keseimbangan energi negatif, adalah berat
setidaknya 10% hingga 15% di bawah rata-rata. Menjadi kurus menurunkan
resistensi individu terhadap infeksi dan meningkatkan kepekaan terhadap kelelahan
dan kepekaan terhadap lingkungan dingin. Dinamika keluarga dan rasa takut
kelebihan berat badan adalah kondisi psikologis yang dapat berkontribusi pada
gangguan makan (Watson, 2019). Anoreksia nervosa (kelaparan sendiri)
mengganggu metabolisme karena asupan kalori yang tidak adekuat dan
menyebabkan kerontokan rambut, tekanan darah rendah, kelemahan, amenorrhea,
kerusakan otak, dan bahkan kematian (Gotter & Underwood, 2018).
11	
	
Bulimia nervosa mengacu pada pola makan yang diikuti dengan
pembersihan makanan, biasanya melalui muntah yang diinduksi sendiri atau
penyalahgunaan pencahar. Berat badan kurang juga dapat disebabkan oleh kondisi
jangka panjang yang menguras sumber daya tubuh, seperti demam, infeksi, dan
kanker, atau yang mencegah penyerapan nutrisi, seperti yang terjadi pada diare,
gangguan metabolisme atau GI, dan penyalahgunaan pencahar. Penyebab lain dari
underweight adalah hipertiroidisme dan kemiskinan (Gotter & Underwood, 2018).
4. Faktor yang mempengaruhi nutrisi
Memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nutrisi sangat penting
dalam meminta klien dan kerjasama keluarga dalam memberikan perawatan nutrisi
yang optimal.
a. Usia
Bayi dan anak-anak bervariasi dalam hal berat badan dan kebutuhan energi.
Perkembangan fisiologis bayi memiliki implikasi untuk asupan cairan, elektrolit,
dan makanan yang dapat mempengaruhi kelompok usia ini ke berbagai
ketidakseimbangan. Faktor-faktor ini berhubungan langsung dengan luas
permukaan tubuh bayi, perkembangan fisiologis yang belum matang, dan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan selama tahun pertama kehidupan (Andrews,
2016).
Dari usia 1 hingga 6 tahun, asupan nutrisi bervariasi dalam kaitannya
dengan tingkat pertumbuhan, membuat kebiasaan makan anak menjadi tidak
menentu. Anak biasanya akan memilih makanan berdasarkan kebutuhan nutrisi
perkembangan sesuai dengan: asupan kilokalorik tinggi untuk mempertahankan
kebutuhan energi dan tingkat protein yang memadai, vitamin D, kalsium, dan fosfat
untuk melengkapi erupsi gigi dan peningkatan massa otot dan kepadatan tulang.
Anak usia sekolah memakan makanan dengan porsi besar lebih jarang karena
pematangan sistem pencernaan dan keberadaan gigi permanen. Diet yang memasok
RDA akan mendorong perkembangan dan kesehatan yang optimal dan pada saat
yang sama menghindari penambahan berat badan selama periode pra-remaja
(Sinha, 2019).
Masa remaja, periode pertumbuhan yang cepat dan pematangan seksual,
membutuhkan bimbingan dalam pilihan diet. Perubahan hormonal yang terkait
12	
	
dengan menstruasi membuat perempuan rentan terhadap ketidakseimbangan cairan.
Remaja memakan makanan diluar rumahnya misalnya, di restoran cepat saji.
Teman sebaya mempengaruhi pilihan remaja, seperti apa, kapan, dan di mana
makan. Pada saat yang sama, citra tubuh sangat penting bagi remaja. Tekanan sosial
dan tekanan emosional remaja lainnya mungkin memiliki efek negatif pada
kebiasaan makan, yang mengarah ke obesitas, penggunaan diet, dan gangguan
makan seperti anoreksia nervosa dan bulimia. Lihat Sorotan yang menyertainya
Pada layar untuk beberapa poin tentang perilaku yang berhubungan dengan
makanan (American Academy of Pediatrics, 2016).
Selama masa dewasa, pertumbuhan berhenti dan metabolisme menurun,
sehingga menurunkan kebutuhan akan asupan kilokalori. Dengan kehamilan dan
laktasi, kebutuhan nutrisi meningkat. Selama kehamilan, terjadi perubahan yang
dapat menyebabkan retensi cairan (edema dependen), misalnya, perubahan
hormonal, tekanan janin pada vena cava inferior, kongesti vaskular, dan
peningkatan tekanan filtrasi kapiler.
Proses penuaan membawa perubahan struktural dan fungsional yang dapat
membuat orang dewasa yang lebih tua berisiko. Populasi yang lebih tua tidak dapat
diklasifikasikan sebagai kelompok homogen karena orang tidak menua secara fisik
pada tingkat yang sama yang mereka lakukan secara kronologis. Berikut ini
merupakan rekomendasi gizi pada orang dengan lansia (Raman, 2017):
a. Perhatian khusus harus diberikan untuk kebutuhan air, tanpa
memperhatikan aktivitas fisik, karena mekanisme haus kurang responsif
dibandingkan pada orang yang lebih muda.
b. Turunkan kebutuhan kalori dan disesuaikan dengan aktivitas: 10% untuk
usia 51–75 tahun dan 20% hingga 25% untuk usia 75 tahun atau lebih tua.
Orang yang terbaring di tempat tidur dan tidak bisa bergerak perlu
pengurangan lebih lanjut dalam kilokalori. Batasi jumlah makanan
kilokalorik kosong (gula, manisan, lemak, minyak, dan alkohol).
c. Mempertahankan persyaratan protein, dengan 12% hingga 14% dari
kilokalori yang berasal dari makanan protein (daging, ikan, telur, unggas,
susu, dan keju).
13	
	
d. Pastikan konsumsi lemak yang cukup, terutama lemak tak jenuh, untuk
menyediakan sumber energi, menyediakan asam amino esensial,
memanfaatkan vitamin yang larut dalam lemak, dan berfungsi sebagai
agen pelumas.
e. Pilih karbohidrat sebagai berikut: Batasi konsentrat manisan; gunakan
gula sederhana dalam jumlah sedang (permen, gula, selai, jeli, awetan,
dan sirup); Sumber utama harus karbohidrat kompleks (buah, sayuran,
sereal, dan roti).
f. Pastikan jumlah vitamin D, kalsium, dan fosfor yang cukup untuk
menjaga integritas tulang (susu yang diperkaya adalah sumber yang baik).
g. Pastikan makanan berserat tinggi (buah-buahan kering, sereal gandum,
kacang-kacangan, buah-buahan segar, dan sayuran) untuk meningkatkan
rasa kenyang dan mempertahankan mobilitas usus untuk menghindari
sembelit.
h. Pastikan asupan natrium yang aman dan memadai, hindari makanan
kaleng dan daging yang diasinkan atau dikeringkan tinggi kandungan
natriumnya bagi mereka yang mengalami masalah jantung dan hipertensi.
i. Sertakan makanan dari piramida pemandu makanan dalam jumlah yang
memenuhi RDA untuk usia 51 dan lebih tua.
Faktor sosial ekonomi, akses ke toko kelontong, dan gaya hidup dapat
mempengaruhi status gizi orang dewasa yang lebih tua. Harus menyiapkan
makanan mereka sendiri dan makan sendiri merupakan tantangan lain yang mereka
hadapi.
b. Gaya Hidup
Makan adalah aktivitas sosial di sebagian besar budaya. Gaya hidup
seseorang mungkin memiliki dampak besar pada perilaku yang berhubungan
dengan makanan. Keluarga dengan kedua orang tua yang bekerja atau dengan anak-
anak yang terlibat dalam olahraga dan kegiatan lain mungkin merasa sulit untuk
duduk di meja makan bersama untuk masakan rumahan. Ketika makanan dimakan
dalam pelarian, mereka cenderung tinggi lemak dan karbohidrat dan keluarga
kehilangan kesempatan untuk berkumpul bersama untuk berbagi peristiwa penting
hari itu (American Heart Association, 2017).
14	
	
Preferensi makanan biasanya berkembang pada masa kanak-kanak dan
dimodifikasi sepanjang rentang kehidupan. Perilaku gizi gaya hidup sering kali
berasal dari praktik keluarga tradisional. Praktik-praktik ini tidak hanya
memengaruhi perilaku yang terkait dengan makanan, tetapi juga keyakinan
individu tentang kesehatan dan kebugaran. Perilaku gaya hidup dapat diubah.
Ketika dipahami, orang dapat belajar untuk membuat pilihan gizi yang sehat. Jika
seseorang mendapatkan istirahat yang cukup, memiliki kesadaran untuk mengenali
stres, berolahraga secara teratur, dan menghindari perilaku adiktif seperti merokok
dan alkohol, maka dia biasanya akan membuat keputusan gizi yang sehat
(Robinson, Segal, & Segal, 2019).
c. Etnis, Budaya dan Agama
Kebiasaan makan mencerminkan sosialisasi dan pola budaya kelompok
etnis. Budaya dibuktikan oleh pola nilai dan perilaku yang merupakan karakteristik
dari kelompok tertentu. Keyakinan agama sering menentukan jenis makanan apa
yang boleh dimakan dan bagaimana mereka harus dipersiapkan. Meskipun tidak
mungkin mempelajari perilaku gizi untuk semua kelompok etnis, mengenali
kebutuhan untuk mematuhi pola rutin klien (lihat tampilan terlampir pada perilaku
gizi kelompok etnis tertentu).
5. Pengkajian Nutrisi
Sasaran dari penilaian keperawatan adalah untuk mengumpulkan data
subjektif dan obyektif mengenai status gizi klien dan untuk menentukan jenis
dukungan nutrisi yang diperlukan. Perawat berada dalam posisi unik untuk
mengenali kekurangan gizi, atau perubahan yang terkait dengan asupan yang tidak
memadai, gangguan pencernaan atau penyerapan, dan makan berlebihan. Penilaian
harus dilakukan dengan cara yang logis dan harus mencakup tiga komponen dasar:
riwayat nutrisi, pemeriksaan fisik dengan pengukuran antropometri, dan data
diagnostik dan laboratorium.
Riwayat Nutrisi
Sejarah nutrisi klien mengalami perubahan dalam nutrisi dan metabolisme
sangat penting dalam pengembangan rencana perawatan. Beberapa metode dapat
digunakan dalam mengumpulkan data subyektif ini: ingatan 24 jam, kuesioner
foodfrequency, catatan makanan, dan riwayat diet; Mulailah mengkaji dengan
15	
	
eksplorasi menyeluruh terhadap masalah yang menghadirkan klien karena
berkaitan dengan onset, durasi, sifat, pola, keparahan, gejala terkait, dan upaya yang
dilakukan untuk meredakan gejala.
Recall 24 Jam
Penarikan 24 jam membutuhkan identifikasi klien dari segala sesuatu yang
dikonsumsi dalam 24 jam sebelumnya. Ini dilakukan dengan mudah dan cepat
dengan mengajukan pertanyaan yang relevan. Namun, klien mungkin tidak dapat
mengingat asupan mereka secara akurat atau sesuatu yang tidak lazim untuk diet
mereka. Anggota keluarga sering dapat membantu dengan data ini, jika perlu.
Kuesioner Frekuensi Makan
Metode frekuensi makanan mengumpulkan data relatif terhadap berapa kali
per hari, minggu, atau bulan klien makan makanan tertentu. Perawat dapat
menyesuaikan pertanyaan dengan nutrisi tertentu, seperti kolesterol dan lemak
jenuh. Metode ini membantu memvalidasi keakuratan recall 24 jam dan
memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang makanan yang dikonsumsi.
Rekam Makanan
Catatan makanan menyediakan informasi kuantitatif mengenai semua
makanan yang dikonsumsi, dengan porsi ditimbang dan diukur selama 3 hari
berturut-turut. Metode ini membutuhkan kerja sama klien atau anggota keluarga
secara penuh.
Riwayat Diet
Riwayat diet memunculkan informasi terperinci mengenai status gizi klien,
pola kesehatan umum, status sosial ekonomi, dan faktor budaya. Metode ini
menggabungkan informasi yang serupa dengan yang dikumpulkan oleh kueri 24
jam dan kuesioner frekuensi makanan. Beri tahu klien bahwa riwayat mungkin
memerlukan lebih dari satu wawancara karena jumlah data yang akan dikumpulkan.
Meskipun data riwayat dapat menunjukkan nutrisi yang cukup, klien harus ditinjau
kembali secara berkala untuk mencegah masalah gizi terjadi. Ketakutan,
kecemasan, atau depresi sebelum atau selama rawat inap dapat menyebabkan
asupan makanan yang buruk, yang merupakan penyebab utama malnutrisi.
Pemeriksaan Fisik
16	
	
Peserta didik sekalian setelah mempelajari beberapa materi di atas, mari kita
pelajari materi berikut mengenai pemeriksaan fisik. Penilaian fisik membutuhkan
pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan organisasi. Bagian ini
menyajikan temuan penilaian fisik yang menunjukkan ketidakseimbangan nutrisi.
'' Perawat harus menyadari jaringan yang berkembang biak dengan cepat seperti
rambut, kulit, mata, bibir, dan lidah yang biasanya menunjukkan kekurangan nutrisi
lebih cepat daripada jaringan lain '' Hammond, 1999, hal. 355). Komponen penting
dari pengukuran antropometri (tinggi, berat, dan lipatan kulit) juga didiskusikan.
Pengukuran Antropometri
Pengukuran antropometri (pengukuran ukuran, berat, dan proporsi tubuh)
mengevaluasi keseimbangan pengeluaran energi kalori, massa otot, lemak tubuh,
dan cadangan protein klien berdasarkan tinggi, berat badan, lipatan kulit, dan
lingkar batang dan lingkar pinggang. Indeks massa tubuh (BMI) menentukan
apakah berat badan seseorang sesuai untuk tinggi badan dan dihitung menggunakan
rumus sederhana
BMI = berat badan/[tinggi badan (m)]2
Misalnya, seseorang yang memiliki berat 65 kg dan tinggi 1,6 m akan
memiliki BMI= 65/(1,6)2
hasilnya adalah 25,4. Menurut Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit, BMI sehat untuk orang dewasa adalah antara 18,5 dan 24,9.
Rentang spesifik telah ditetapkan sebagai berikut: kurus berat badan — BMI kurang
dari 18,5; kelebihan berat badan — BMI 25 hingga 29; obesitas — BMI 30 atau
lebih. Tabel tinggi dan berat badan tersedia di sebagian besar pengaturan perawatan
kesehatan.
Pengukuran Skinfold (Pengukuran lipatan kulit)
Menunjukkan jumlah lemak tubuh. Informasi ini bermanfaat dalam
mempromosikan kesehatan dan menentukan risiko dan modalitas pengobatan yang
terkait dengan penyakit kronis dan pembedahan. Penilaian ini biasanya dilakukan
dalam pengaturan rawat jalan ketika perawat mengembangkan profil klien. Kaliper
khusus digunakan untuk mengukur lipatan kulit. Caliper harus memahami hanya
jaringan subkutan, bukan otot yang mendasarinya. Pengukuran dapat diambil dari
trisep, subscapular, biceps, dan lipatan kulit suprailiaka.
17	
	
1) Untuk mengukur lipatan trisep, cari titik tengah lengan atas. Pegang kulit di
bagian belakang lengan atas, tempatkan kaliper 1 cm di bawah jari (lihat
Gambar 1.2), dan ukur ketebalan ke milimeter terdekat.
Gambar 1.2 skinfold pada lengan
2) Untuk pengukuran skinfold subscapular, pegang kulit di bawah skapula
dengan tiga jari, sudut lipatan sekitar 450
lateral ke skapula (lihat Gambar
1.3), tempatkan caliper 1 cm di atas jari, dan baca pengukuran.
Gambar 1.3 Skinfold pada punggung
Sangat penting untuk mendokumentasikan situs lipatan kulit, jenis caliper yang
digunakan, dan pengukuran dalam milimeter
Lingkar lengan
Pengukuran lingkar lengan berfungsi sebagai indeks untuk massa otot skelet
dan cadangan protein. Instruksikan klien untuk rileks dan lentur lengan bawah;
dengan pita pengukur mengukur keliling pada titik tengah lengan atas (lihat Gambar
1.4).
18	
	
Gambar 1.4 Pengukuran Lingkar Lengan
Pengukuran lemak perut (abdomen)
Ketika dibuat berulang kali selama rentang waktu, pengukuran lingkar perut
berfungsi sebagai indeks apakah distensi abdomen meningkat, menurun, atau tetap
sama. Dengan pena yang tak terhapuskan, letakkan X pada perut klien pada titik
distensi terbesar. Dengan menggunakan pita pengukur, ukur lingkar perut.
Pengukuran ini harus dilakukan pada waktu yang sama setiap hari dan secara
konsisten dicatat dalam inci atau sentimeter.
Peserta didik sekalian selanjutnya mari kita pelajari bagaimana cara kita
bisa memberikan nutrisi kepada pasien. Berikut adalah standard prosedur
operasional pemberian nutrisi kepada pasien.
6. SPO Pemberian Nutrisi Pada Pasien
a. Tujuan
Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat melakukan
keterampilan dalam memberikan makan dan minum pada pasien
b. Pengertian
Pemenuhan kebutuhan nutrisi klien penting dalam memperbaiki atau
mempertahankan tingkat kese¬hatan klien secara keseluruhan. Bila klien tidak
mampu makan atau mentoleransi pemberian ma¬kan, pemberian makan enteral
dapat dilakukan. Selama klien mam¬pu mencerna dan memetabolisasi formula
terse¬but, pemberian makan enteral dapat memberikan nilai nutrisi yang cukup.
c. Tujuan pemberian nutrisi
Membantu klien dalam pemenuhan kebutuhan nutrisinya secara adekuat
d. Prosedur Pelaksanaan
19	
	
Persiapan Pasien
1) Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan
2) Atur posisi yang nyaman bagi klien
e. Persiapan Lingkungan
1) Ciptakan lingkungan yang tenang
2) Jauhkan benda-benda yang kurang menyenangkan untuk dilihat
f. Persiapan Alat
Tersedia dalam baki
1) Piring berisi nasi atau bubur
2) Mangkok berisi sayuran/kuah
3) Piring kecil berisi lauk
4) Sendok makan
5) Sendok garpu
6) Pisau kecil
7) Gelas berisi minuman
8) Mangkok untuk cuci tangan
9) Sedotan
10) Buah-buahan
11) Serbet atau alas
g. Pelaksanaan Tindakan
1) Bawa makanan dan alat-alatnya ke dekat pasien
2) Perawat cuci tangan
3) Pasang atau beri pasien serbet untuk alas
4) Hidangkan makanan dan minuman kedekat pasien dengan hati-hati
5) Bantu pasien untuk memeotong lauknya bila diinginkan
6) Persilakan pasien untuk makan dan minum. Bila pasien tidak dapat makan
dan minum sendiri
7) Suapi pasien sedikit demi sedikit sambil komunikasi
8) Memberi minum atau obat sesuai dosisnya
9) Memberi buah-buahan
10) Membersihkan mulut dan sekitarnya dengan serbet atau tissue
11) Pasien dirapikan kembali
20	
	
12) Alat dibereskan dan mencuci tangan
h. Evaluasi Tindakan
Pasien mau menghabiskan makanannya
7. Data Diagnostik Dan Laboratorium
Penilaian data biokimia merupakan sumber penting lain dari data obyektif.
Tren yang terungkap dalam hasil laboratorium dapat digunakan untuk mendeteksi
perubahan dalam nutrisi dan metabolisme sebelum gejala klinis dinilai dalam
pemeriksaan. Tidak ada tes laboratorium tunggal yang mendiagnosis malnutrisi
diantaranya adalah sebagai berikut:
Indeks Protein
Beberapa tes yang mencerminkan sintesis protein juga dapat mencerminkan
status gizi. Kadar serum albumin dan transferin digunakan untuk mengidentifikasi
malnutrisi protein kalori.
Serum albumin disintesis di hati dari asam amino. Albumin serum memainkan
peran penting dalam keseimbangan cairan dan elektrolit dan transportasi nutrisi,
hormon, dan obat-obatan. Namun, serum albumin memiliki waktu paruh 21 hari
dan berfluktuasi sesuai dengan tingkat hidrasi; oleh karena itu, itu bukan indikator
yang baik dari perubahan akut dalam status protein. Secara klinis, tes darah ini
digunakan untuk mengukur deplesi protein berkepanjangan yang terjadi pada
malnutrisi kronis, penyakit hati, dan nefrosis. Kadar albumin di bawah 3,5 g / dL
dapat menunjukkan beberapa derajat malnutrisi.
Pemeriksaan prealbumin berdasarkan penelitian telah memberikan tes yang lebih
baru dan lebih akurat untuk mengevaluasi status protein. Prealbumin memiliki
waktu paruh 2-3 hari; digunakan untuk menentukan deplesi protein dalam kondisi
akut, seperti trauma dan peradangan, dan berfungsi sebagai panduan untuk terapi
nutrisi. Kadar prealbumin antara 15 mg / dL dan 5 mg / dL mencerminkan deplesi
protein ringan sampai sedang, sedangkan tingkat di bawah 5 mg / dL menunjukkan
penurunan protein yang parah.
Serum Transferrin atau Transferrin (nonheme iron) adalah protein darah yang
dikombinasi dengan zat besi; digunakan untuk mengangkut besi ke seluruh tubuh
ke semua sel. Ini responsif terhadap penyimpanan besi, meningkat ketika mereka
rendah dan menurun ketika mereka tinggi. Tes ini dianggap sebagai indikator
21	
	
sensitif dari kekurangan protein karena tes ini merespon dengan cepat terhadap
perubahan asupan protein. Kadar di bawah 200 mg / dL dapat mengindikasikan
penipisan protein ringan sampai sedang, dan tingkat di bawah 100 mg / dL dapat
mengindikasikan penurunan berat badan.
Level hemoglobin untuk mengukur oksigen dan kapasitas pembawa zat besi darah;
tingkat normal adalah 12 hingga 15 g / 100 mL. Penurunan hemoglobin dapat
menunjukkan beberapa bentuk anemia, seperti anemia defisiensi besi mikrositik
atau kehilangan darah.
Jumlah limfosit total adalah tes untuk mengukur deplesi protein adalah jumlah
limfosit total. Kekurangan protein dapat menyebabkan depresi pada sistem
kekebalan tubuh, dengan hasil penurunan jumlah limfosit total; ini dapat terjadi
dengan penyakit berat yang melemahkan, seperti kanker atau penyakit ginjal.
Nitrogen balance menunjukkan tingkat di mana protein sedang dikosongkan atau
digantikan di dalam tubuh. Nitrogen urea darah (BUN) meningkat dengan dehidrasi
berat, malnutrisi, kelaparan, asupan protein yang berlebihan, dan penyakit ginjal
yang paling umum (ginjal gagal mengekskresi urea). Penurunan hasil BUN dari diet
rendah makanan kaya protein.
Ekskresi Kreatinin Urin. Selama metabolisme otot skeletal, kreatinin dilepaskan
dengan laju sebanding dengan total massa tubuh. Tes urin 24 jam dilakukan untuk
mengukur jumlah total kreatinin yang diekskresikan oleh ginjal. Pada malnutrisi,
tingkat kreatinin menurun sebagai akibat atrofi otot.
KONSEP ELIMINASI
1. Pengertian eliminasi
Ketika saudara mendengar atau membaca kata “Eliminasi”, apakah yang
terbersit dibenak saudara? Apakah macamnya? Lalu masalah apa yang dapat terjadi
dengan eliminasi? Coba bandingkan jawaban saudara dengan konsep teoritis
berikut. Kata eliminasi secara bahasa berarti pengeluaran, atau penghilangan, atau
penyingkiran, dan atau penyisihan. Dalam istilah kesehatan eliminasi berarti proses
pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses). Sistem
saluran kemih menyaring dan mengeluarkan urin dari tubuh, untuk menjaga
keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa. Fungsi usus normal adalah
22	
	
mengeluarkan sisa-sisa makanan yang yang sudah dicerna, diserap dan sisanya
berupa limbah padat yang dibuang dan dilakukan secara teratur. Proses pengeluaran
atau pembuangan urin dinamakan berkemih atau miksi atau buang air kecil/BAK,
sedangkan proses pengeluaran sisa pencernaan makanan disebut defekasi (buang
air besar/BAB).
Pola eliminasi sangat penting untuk menjaga kesehatan dan keseimbangan
sistem dalam tubuh. Sistem saluran kemih dan gastrointestinal (GI= pencernaan)
bersama-sama mengeksresi atau mengeluarkan untuk membuang limbah tubuh
sebagai sisa proses metabolisme. Selama periode stres dan sakit, klien mengalami
perubahan dalam pola eliminasi. Sehingga yang harus anda lakukan sebagai
Perawat adalah menilai perubahan, mengidentifikasi masalah, dan memberikan
intervensi untuk membantu klien mempertahankan pola eliminasi yang tepat.
Peranan perawat mencakup kegiatan perawatan diri klien untuk mempromosikan
kemandirian dan kesehatan.
Sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
Ginjal membentuk urin, ureter membawa urin ke kandung kemih, kandung kemih
bertindak sebagai reservoir untuk urin, dan uretra adalah jalan keluar untuk urin
untuk keluar dari tubuh.
Gambar 1. Komponen sistem perkemihan (Evans & Tippins, 2008)
Sedangkan saat saudara mempelajari eliminasi fekal (bowel elimination)
maka saudara akan memulai dengan mempelajari saluran pencernaan makanan.
Saluran pencernaan terdiri atas mulut, esofagus, lambung, usus duabelas jari. usus
kecil, usus besar, rektum, dan anus. Namun untuk proses defekasi dimulai dari Usus
23	
	
kecil menyerap nutrisi, usus besar menyerap cairan dan sisa nutrisi, dan bagian
distal dari usus besar mengumpulkan dan menyimpan sisa limbah metabolisme
sampai eliminasi terjadi. Seperti tergambar dalam gambar 2 berikut.
Gambar 2. Sistem perkemihan (Evans & Tippins, 2008)
Selanjutnya kita uraikan secara terperinci tentang eliminasi urin dan
eliminasi fekal mulai dari: 1) review anatomi dan fisiologi masing-masing, 2)
masalah-masalah yang sering dialami, dan 3) bagaimana intervensi yang diberikan
sebagai penatalaksanaan terhadap masalah yang sering dialami masing-masing.
Sekarang kita mulai dari uraian tentang eliminasi urine sebagai berikut:
2. Eliminasi Urin
a. Definisi
Eliminasi atau pembuangan urine adalah suatu proses pengeluaran atau
pembuangan sisa-sisa metabolisme yang berupa cairan dan zat-zat terlarut lainnya
melalui saluran perkemihan. Atau juga definisi lain dari Eleminasi atau
pembuangan urine adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih
terisi. Eliminasi urine merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi
namun sering dianggap tidak penting oleh kebanyakan orang.
Apabila sistem perkemihan tidak berfungsi dengan baik, maka dapat
menyebabkan gangguan terhadap sistem organ lainnya. Seseorang yang mengalami
perubahan eleminasi dapat menderita secara fisik dan psikologis. Oleh karenanya
Anda sebagai seorang perawat harus memahami dan menunjukkan sikap peka
24	
	
terhadap kebutuhan klien akan eliminari urine, serta memahami penyebab
terjadinya masalah dan berusaha memberikan bantuan untuk penyelesaian masalah
yang bisa diterima dan sesuai dengan konsep teori yang benar.
b. Anatomi Dan Fisiologi Eliminasi Urine
Proses pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ
eleminasi seperti ginjal, ureter, kandung kemih atau bladder dan uretra. Ginjal
memindahkan air dari darah dalam bentuk urine kemudian masuk ke ureter lalu
mengalir ke bladder. Dalam bladder urine ditampung sampai mencapai batas
tertentu atau sampai timbul keinginan berkemih, yang kemudian dikeluarkan
melalui uretra.
Gambar 3. Sistem perkemihan (a) perempuan, (b) laki-laki (DeLaune & Ladner,
2011)
1) Ginjal
Tahukah Anda bahwa ginjal bentuknya seperti kacang, terdiri dari 2, yaitu
ginjal kanan dan ginjal kiri dimana letak ginjal kanan lebih rendah
dibandingkan ginjal kiri. Produk buangan (limbah) merupakan hasil
metabolisme yang terkumpul dalam darah melewati arteri renalis kemudian
difiltrasi di ginjal. Sekitar 20% - 25% curah jantung bersirkulasi setiap hari
melalui ginjal. Setiap satu ginjal mengandung 1-4 juta nefron yang merupakan
unit pembentuk urine di Glomerulus. Kapiler glomerulus memiliki pori-pori
sehingga dapat memfiltrasi air dan substansi seperti glukosa, asam amino, urea,
kreatinin dan elektrolit. Kondisi normal, protein ukuran besar dan sel-sel darah
tidak difiltrasi. Bila dalam urine mengandung protein (proteinuria), hal ini
25	
	
bertanda adanya cedera atau gangguan pada glomerulus. Rata-rata Glomerular
Filtrasi Rate (GFR) normal pada orang dewasa 125 ml permenit atau 180 liter
per 24 jam. Sekitar 99 % filtrat direabsorpsi seperti ke dalam plasma, sedang 1
% di ekskresikan seperti ion hidrogen, kalium dan amonia sebagai urine.
Gambar 4. Saluran perkemihan termasuk ginjal (yang diperbesar di kanan), ureter,
dan kandung kemih
2) Ureter
Setelah urine terbentuk kemudian akan dialirkan ke pelvis ginjal ke kandung
kemih melalui ureter. Panjang ureter dewasa 25-30 cm dan berdiameter 1,25 cm.
Dinding ureter dibentuk dari 3 lapisan, yaitu lapisan dalam membran mukosa,
lapisan tengah otot polos yang mentransfor urine melalui ureter dengan gerakan
peristaltik yang distimulasi oleh distensi urine dikandung kemih, lapisan luar
jaringan fibrosa menyokong ureter. Adanya obstruksi di ureter yang tersering
adalah oleh karena batu ginjal, menimbulkan gerakan peristaltik yang kuat untuk
mencoba mendorong batu masuk kedalam kandung kemih, dimana hal ini
menimbulkan nyeri hebat yang sering disebut dengan kolik ginjal.
3) Kandung kemih
Kandung kemih merupakan tempat menampung sekitar 400 - 600 ml cairan
urine, namun keinginan berkemih sudah dirasakan seseorang dewasa pada saat
kandung kemih terisi urine sebanyak 150 ml, walaupun pengeluaran urine pada
normalnya akan terjadi jika kandung kemih sudah terisi sekitar 300 ml.
Kandung kemih terletak di dasar panggul dan merupakan otot yang dapat
mengecil seperti balon, yang disebut dengan otot detrusor. Dalam keadaan penuh
26	
	
kandung kemih akan membesar dimana terdiri dari dua bagian yaitu bagian fundus
(puncak) dan bagian leher dimana terdapat spinter interna yang dikontrol oleh saraf
otonom yaitu nerves sakral 2 dan 3.
Gambar 5. Anatomi kandung kemih (baldder)
4) Uretra
Uretra merupakan saluran pembuangan urin keluar dari tubuh, kontrol
pengeluaran dilakukan oleh spinter eksterna yang dapat dikendalikan oleh
kesadaran kita (termasuk otot sadar). Dalam kondisi normal, aliran urine yang
mengalami turbulensi membuat urine bebas dari bakteri, karena membran mukosa
melapisi uretra mensekresi lendir bersifat bakteriostatis dan membentuk plak
mukosa mencegah masuknya bakteri.
Ukuran panjang uretra wanita sekitar 4 – 6,5 cm, sehingga seringkali
menjadi faktor predisposisi teradiya infeksi saluran kemih, misalnya pielonefritis,
ureteritis, dan “is” lainnya. Sedangkan panjang uretra pria sekitar 20 cm.
c. Fisiologi berkemih
1) Kontrol saraf Pada Otot Detrusor (pada kandung kemih)
Otot detrusor merupakan otot polos kandung kemih dan termasuk otot
volunter sehingga memungkinkan orang dewasa dapat menunda atau menahan
berkemih atau buang air kecil (BAK) sampai waktu dan lokasi yang tepat secara
sosial, misalnya di kamar mandi. Area spesifik otak, sumsum tulang belakang, dan
sistem saraf perifer memodulasi aktivitas refleks otot detrusor.
Kontrol saraf pusat kandung kemih dimulai di beberapa pusat modulasi di
otak. Terjadinya lesi neurologis di satu atau lebih dari area ini menyebabkan
27	
	
kontraksi detrusor hiperaktif dan menyebabkan hilangnya kontrol kandung kemih.
Area utama di otak yang memodulasi otot detrusor terletak di lobus frontal,
thalamus, hipotalamus, ganglia basalis, dan serebelum. Sistem limbik, yang
mengendalikan banyak aspek fungsi saraf otonom juga dapat mempengaruhi
kontinensia.
Pusat miksi, terletak di dekat dasar otak, memiliki dua kelompok neuron
yang menandai asal-usul buang air kecil (berkemih), evakuasi urin dari kandung
kemih. Pada bayi, eliminasi urin dikontrol sepenuhnya oleh pusat mikturisi, yang
mengosongkan kandung kemih ketika volume 'batas (treshold)' tertentu tercapai
atau ketika kandung kemih dirangsang dengan cara lain. Namun, pada orang
dewasa, pusat mikturisi digerakkan oleh beberapa pusat otak, dan BAK biasanya
terjadi ketika seseorang ingin mengosongkan kandung kemih.
Traktus retikulospinalis di sumsum tulang belakang (spinal cord) mengirim
pesan dari otak dan batang otak ke saraf perifer kandung kemih. Pengisian kandung
kemih dan penyimpanan urin dipengaruhi oleh eksitasi sistem saraf simpatetik
melalui serabut efferent, nukleus spinal simpatis pada segmen thorakal ke-10 (T10)
sampai lumbal ke-2 (L2). Eksitasi neuron-neuron ini melemaskan otot detrusor dan
mengkontraksi elemen-elemen otot mekanisme sfingter. Pengosongan urin
dilakukan melalui sistem saraf parasimpatik. Eksitasi neuron yang terletak di
segmen sakrum ke-2 (S2) sampai sakrum k4-4 (S4) menyebabkan terjadinya proses
berkemih (buang air kecil) oleh kontraksi otot detrusor dan relaksasi elemen otot
mekanisme sfingter.
Dua saraf perifer mengirimkan pesan dari sistem saraf pusat ke otot
detrusor. Pleksus pelvis mengirimkan impuls parasimpatis ke otot polos detrusor.
Perangsangan saraf parasimpatik menyebabkan pelepasan neurotransmiter,
asetilkolin, yang sehingga terjadi kontraksi sel-sel otot detrusor. Substansi lain juga
dapat mempengaruhi kontraksi otot detrusor, tetapi semua mekanisme di bawah
pengaruh sistem saraf pusat. Syaraf hipogastrik inferior memberikan sebagian besar
sinyal simpatik pada dinding kandung kemih dan mekanisme sfingter. Pada otot
detrusor, eksitasi reseptor β-adrenergik menyebabkan pelepasan norepinefrin, yang
menghambat kontraksi otot detrusor. Selain itu, stimulasi reseptor α-adrenergik di
leher kandung kemih, di uretra proksimal, dan di uretra prostat pada pria
28	
	
menyebabkan kontraksi komponen otot pada mekanisme sfingter, sehingga terjadi
penutupan uretra yang menyebabkan kontinensia (kemih tertahan). Mekanismenya
digambarkan dalam gambar 6 berikut:
Gambar 6. Pengaturan otot polos destrusor terhadap rangsang berkemih
Pada proses eleminasi urine ada dua langkah utama: Pertama, bila kandung
kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai
ambang lalu dikirim ke medulla spinalis yang selanjutnya diteruskan ke pusat miksi
pada susunan saraf pusat. Kedua, pusat miksi mengirim sinyal ke otot kandung
kemih (destrusor), maka spinter ekterna relaksasi untuk mengosongkan kandung
kemih, sebaliknya bila seseorang memilih tidak berkemih, maka spinter eksterna
berkontraksi. Kerusakan pada medulla spinalis menyebabkan hilangnya kontrol
volunter berkemih, tetapi jalur refleks berkemih dapat tetap sehingga terjadinya
berkemih secara tetap, maka kondisi ini disebut refleks kandung kemih.
d. Pola eliminasi Urin
Seseorang berkemih sangat tergantung pada kondisi kesehatan individu dan
jumlah cairan yang masuk (intake), Normalnya dalam sehari sekitar 5 kali.
Frekuensi untuk berkemih tergantung kebiasaan dan kesempatan atau pola.
Kebanyakan orang berkemih kira-kira 70% dari urine setiap hari pada waktu
bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada malam hari.
Jumlah urine yang dikeluarkan tergantung pada: a) usia, Pada orang dewasa jumlah
urine yang dikeluarkan sekitar 1.200 – 1.500 atau 150 sampai 600 ml / sekali miksi.
Berat jenis plasma (tanpa protein) berkisar 1,015 -1,020. Berat jenis plasma (tanpa
29	
	
protein) berkisar 1,015-1,020, b) intake cairan, semakin banyak intake cairan baik
melalui minum maupun makanan yang banyak mengandung air maka akan
meningkatkan jumlah urine, dan c) status kesehatan, seperti misalnya seseorang
yang mengalami gangguan pada ginjalnya maka akan mempengaruhi produksi urin,
pada gagal ginjal kronis akan terjadi oliguria bahkan anuria, dan sebaliknya orang
dengan diabetes akan mengalami poliuri.
Normalnya urine berwarna kuning terang yang merupakan pigmen
oruchrome, namun warna dapat juga dipengaruhi pada: a) intake cairan. Jika
seseorang dalam keadaan dehidrasi maka kosentrasi urine menjadi lebih pekat dan
kecoklatan, b) penggunaan obat-obatan tertentu seperti multivitamin dan preparat
besi menyebabkan warna urine menjadi kemerahan sampai kehitaman. Urine
berbau khas amoniak yang merupakan hasil pecahan urea oleh bakteri. Pemberian
pengobatan akan mempengaruhi bau urine. Untuk selanjutnya saudara akan
mempelajari tentang eliminasi fekal dan defekasi,
e. Eliminasi Fekal
Saudara, bahwa Proses eliminasi fekal normal sebenarnya tidak bisa
dipahami secara lengkap, dimana proses ini tergantung pada konsistensi feses
(bahan feses), motilitas usus, kepatuhan dan kontraktilitas rektum, serta fungsi
sfingter anal. Selanjutnya supaya saudara lebih mudah untuk memahaminya,
berikut kita mulai dengan struktur anatomi sistem pencernaan.
1) Anatomi Saluran Pencernaan (Gastrointestinal=GI)
Gambar 7. Saluran pencernaan (DeLaune & Ladner, (2011)
30	
	
Sistem GI (saluran pencernaan) dimulai di mulut dan berakhir di
anus. Usus halus pada orang dewasa kira-kira 8 meter panjangnya. Usus
halus terutama bertanggung jawab untuk pencernaan dan penyerapan
nutrisi, vitamin, mineral, cairan, dan elektrolit. Chyme pencernaan
(campuran makanan dan sekresi yang dicerna sebagian) berjalan melalui
usus halus dengan kombinasi kontraksi segmental dan gelombang
peristaltik. Zat yang ditoleransi dengan baik bergerak melalui usus relatif
lambat; makanan atau obat-obatan yang beracun atau mudah terbakar pada
usus halus dievakuasi dengan cepat. Usus halus bergabung dengan usus
besar (kolon) di katup ileocecal. Katup ini bekerja bersama dengan sfingter
ileocecal untuk mengontrol pengosongan isi dari usus halus ke usus besar
dan untuk mencegah regurgitasi (aliran balik) chyme pencernaan dari usus
besar ke usus halus (lihat Gambar 7).
Panjang usus besar pada orang dewasa rata-rata sekitar 5 meter yang
terdiri atas enam segmen: sekum, kolon asendens, kolon transversum, kolon
desendens, kolon sigmoid, dan saluran anal. Fungsi utama usus besar adalah
mengumpulkan, memusatkan, mengangkut, dan menghilangkan bahan
limbah (feses). Sphincter anal terdiri dari otot halus dan otot skeletal yang
melapisi bagian distal dari lubang anus. Ia bekerja dengan anus untuk
menyimpan dan untuk menghilangkan feses di bawah kendali otot volunter.
2) Motilitas Usus dan Accumodation Rektal
Pemeliharaan fecal bergantung pada pengiriman reguler bolus kecil
feses yang disimpan di rektum sebelum eliminasi. Waktu transit dari
konsumsi makanan sampai menjadi feses sebagai limbah sisa metabolisme
makanan yang disimpan di usus bervariasi. Biasanya, setidaknya 80% dari
asupan yang tidak diserap oleh tubuh dikeluarkan dari usus dalam waktu 5
hari setelah konsumsi. Waktu transit dipengaruhi secara signifikan oleh
jenis makanan yang dicerna, asupan makanan berikutnya, olahraga, dan
faktor-faktor terkait stres.
Pengisian rektum menyebabkan semakin besar rasa keinginan
defekasi, yang disimpan sampai kesempatan yang tepat untuk buang air
besar, evakuasi tinja dari rektum. Orang merasa ingin defekasi apabila di
31	
	
rektum diidentifikasi terdapat feses kurang lebih 150 ml. Keinginan untuk
buang air besar biasanya sementara, berkurang apabila rektum
mengakomodasi volume lebih besar dari tinja. Ketika jumlah feses
mencapai 400 ml atau lebih terkumpul di rektum, maka dorongan ini
menjadi lebih kuat, dan dorongan untuk buang air besar menjadi lebih
persisten. Apabila keinginan untuk buang air besar ini diabaikan maka dapat
menyebabkan over distension dari rektum dengan pengerasan feses yang
disebut dengan Obstipasi dan bankan terjadi konstipasi.
Gambar 8. Spingter anal (DeLaune & Ladner, (2011)
Proses pergerakan makanan dari mulut sampai mencapai rectum
normalnya diperlukan waktu 12 – 20 jam, isinya menjadi makin lunak
namun bila terlalu lama tidak segera dikeluarkan (dengan BAB) maka feses
akan semakin padat karena air diabsorpsi oleh usus besar. Pada keadaan
infeksi, reseksi bedah atau obstruksi dapat mengganggu peristaltik absorpsi
berkurang dan aliran kimus terhambat. Saat emosi sekresi mucus akan
meningkat berfungsi melindungi dinding usus dari aktivitas bakteri, bila hal
ini berlebihan akan meningkatkan peristaltik berdampak pada penyerapan
feses yang cepat sehingga faeses menjadi encer, diare, absorpsi berkurang
dan flatus.
f. Faktor – faktor yang mempengaruhi eliminasi
Selanjutnya Sekarang saudara mempelajari faktor-faktor apa sajakah yang
32	
	
mempengaruhi eliminasi (baik elimanasi urin maupun eliminasi fekal), yaitu:
5) Usia atau tingkat perkembangan klien akan memengaruhi kontrol pola
saluran kemih dan usus. Bayi awalnya tidak memiliki pola untuk
eliminasi. Kontrol atas gerakan kandung kemih dan buang air besar
dapat dimulai pada usia 18 bulan tetapi biasanya tidak dapat mengontrol
sampai usia 4 tahun. Terutama menahan di malam hari biasanya
membutuhkan waktu lebih lama bisa, dan anak laki-laki biasanya
membutuhkan waktu lebih lama untuk mengontrol eliminasi
dibandingkan anak perempuan,
6) Diet, Asupan cairan dan serat yang cukup merupakan faktor penting
untuk kesehatan kencing dan usus klien. Asupan cairan yang tidak
memadai adalah penyebab utama konstipasi, seperti menelan makanan
sembelit seperti produk susu tertentu. Diare dan perut kembung
(keluarnya gas dari rektum) adalah akibat langsung dari makanan yang
dicerna, dan klien perlu dididik tentang makanan dan cairan mana yang
mempromosikan eliminasi yang sehat dan makanan apa yang mungkin
dilarang.
7) Aktivtas, aktivitas meningkatkan tonus otot, yang memperkuat otot
kandung kemih dan sfingter yang lebih baik. Peristaltik juga dibantu
oleh aktivitas, sehingga mendukung pola eliminasi usus yang sehat.
8) Obat-obatan, Obat-obatan dapat berdampak pada kesehatan dan pola
eliminasi klien dan harus dinilai selama wawancara riwayat kesehatan.
Klien jantung misalnya, umumnya diuretik yang diresepkan, yang
meningkatkan produksi urin. Antidepresan dan antihipertensi dapat
menyebabkan retensi urin. Beberapa obat dingin over-the-counter
(OTC), terutama antihistamin, juga dapat menyebabkan retensi urin.
Obat OTC lainnya dirancang khusus untuk mempromosikan eliminasi
usus atau untuk melunakkan tinja; perawat perlu menanyakan tentang
semua obat yang diambil untuk memberikan perawatan yang tepat
untuk klien mengalami perubahan dalam pola eliminasi.
33	
	
g. Masalah-Masalah Eliminasi
Masalah atau keluhan yang terjadi pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan eleminasi secara umum masalah yang terjadi adalah:
1) Tidak bisa berkemih, karena terjadinya penumpukan urine dalam bladder
dan ketidakmampuan untuk mengosongkannya, misalnya adalah retensi
urine. Retensi urin adalah terjadinya penumpukan urine di kandung kemih,
sehigga menyebabkan terjadinya distensi disebabkan karena jumlah urine
yang terdapat dalam kandung kemih melebihi 400 ml, dimana jumlah
normalnya adalah 250 - 400 ml. Retensi urin bisa disebabkan oleh dua
kondisi: obstruksi saluran kemih dan kelemahan otot detrusor. Obstruksi
saluran kemih menyebabkan evakuasi kandung kemih tidak lengkap
dengan menghalangi aliran urin melalui mekanisme sfingter atau uretra.
Kelemahan kontraksi otot detrusor terjadi ketika kontraksi tidak cukup
untuk mempertahankan pembukaan uretra cukup lama untuk pengosongan
isi kandung kemih yang lengkap. Untuk penatalaksanaan retensi urine ini
dengan kateterisasi.
2) Tidak bisa defekasi, yaitu ketidakmampuan seseorang dalam
mengosongkan colon. Yaitu konstipasi dan Fecal Impaction.
a) Konstipasi adalah BAB jarang dan sulit karena feses keras atau kering
saat melewati usus besar dan disertai upaya mengedan saat BAB.
Berbagai tanda dan gejala yang menyertainya meliputi: Keluhan perut
penuh atau kembung, distensi abdomen, rektum penuh atau merasa
ada tekanan, nyeri saat BAB, penurunan frekuensi BAB,
ketidakmampuan untuk BAB. Eliminasi BAB yang jarang tidak selalu
selalu menunjukkan bahwa seseorang mengalami konstipasi.
Sebaliknya Beberapa orang mungkin mengalami konstipasi walaupun
mereka BAB setiap hari. Insiden konstipasi cenderung tinggi di antara
mereka yang kebiasaan makannya kurang serat (seperti tidak makan
buah dan sayuran mentah yang cukup, biji-bijian, dan kacang-
kacangan). Serat makanan, yang menjadi selulosa yang tidak tercerna,
penting karena menarik air di dalam usus, menghasilkan tinja yang
lebih besar yang lebih cepat dan mudah keluarkan. Konstipasi
34	
	
dikelompokkan menjadi empat tipe berbeda (primer, sekunder,
iatrogenik, dan pseudokonstipasi), sesuai dengan penyebab yang
mendasarinya.
b) Fecal impaction atau impaksi fekal adalah massa yang keras di rektum
akibat retensi dan akumulasi feses yang berkepanjangan. Klien
biasanya melaporkan ada keinginan untuk BAB tetapi
ketidakmampuan untuk melakukannya. Seringkali didapati nyeri anus
dapat terjadi karena upaya yang gagal untuk mengevakuasi usus
bagian bawah (sigmoid, rektum). Klien dengan kelemahan dan tidak
sadar yang lama paling berisiko mengalami impaksi. Pengkajian ada
terjadi fekal impaksi atau tidaknya, adalah dengan memasukkan jari
(yang sudah memaki sarung tangan) yang dilumasi ke dalam rektum.
Jika di rektum terdapat massa feses, maka perawat melakukan
tindakan untuk mengangkatnya. Tetapi terkadang perawat
memberikan enema.
Gambar 9. a) Konstipasi b) fecal impaction (www.epainassist.com;
www.rchsd.org)
c) Tidak bisa menahan kemih yaitu ketidakmampuan otot spinter
eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol pengeluaran
urine ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang tidak
disadari yang diakibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan
spinter eksterna. Biasanya terjadi pada anak-anak atau orang jompo.
Contohnya adalah: inkontinensia urine, enuresis.
(1) Inkontinesia urin merupakan ketidak mampuan otot spinter
eksternal untuk mengontrol atau menahan pengeluaran urine.
Inkontinensia berdasarkan jenis penyebabnya terdiriatas:
Pertama, stres inkontinensia yaitu tekanan intra-abdomen
35	
	
meningkat dan menyebabkan kompresi atau penekanan pada
kandung kemih. Contoh beberapa orang pada saat batuk atau
tertawa sampai menyebabkan terkencing-kencing, hal tersebut
bisa dikatakan normal atau bisa terjadi pada lansia. Kedua, urge
inkontinensia yaitu inkontinensia yang terjadi pada saat seseorang
terdesak ingin berkemih atau tiba-tiba berkemih, bisa terjadi
diakibatkan karena infeksi saluran kemih (ISK) bagian bawah
atau spasme kandung kemih, overdistensi, dan sering terjadi pada
seseorang yang konsumsi kafein atau alkohol.
(2) Enuresis merupakan keadaan ketidaksanggupan menahan kemih
(mengompol) yang tidak disadari sebagai akbibat
ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter eksterna. Lazim
terjadi pada anak-anak atau lanjut usia.
d) Tidak bisa menahan defekasi, yaitu ketidakmampuan otot spinter
eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol pengeluaran
feses, inkontinensia fekal, dan diare.
(1) Inkontinensia fekal adalah hilangnya kemampuan otot untuk
mengontrol atau menahan pengeluaran feses dan gas dari anus.
Kerusakan spinter anus akibat kerusakan fungsi spinter atau
persarafan di daerah anus yang menyebabkan inkontinensia.
Pada inkontinensia fekal tidak selalu terjadi pada fekal yang cair.
Dalam beberapa kasus, fungsi usus adalah normal tetapi hasil
inkontinensia dari perubahan neurologis yang mengganggu
aktivitas otot, sensasi, atau proses berpikir.
(2) Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar dan
pengeluaran feses yang cair dan tidak terbentuk. Diare merupakan
gejala karena adanya gangguan proses pencernaan, absorpsi dan
sekresi dalam usus besar, terjadi peningkatan peristatik usus
akibatnya chyme melewati usus besar terlalu cepat, sehingga
usus besar tidak mempunyai waktu untuk menyerap air.
Seseorang yang mengalami diare belum tentu dipastikan bahwa
dia sakit atau adanya penyakit pada saluran pencernaan, bisa juga
36	
	
disebabkan karena adanya zat yang mengiritasi seperti makanan
yang tercemar atau patogen usus sehingga respon tubuh adalah
mengeluarkan zat tersebut melalui diare. Diare juga dapat
disebabkan oleh stres emosional, kecerobohan diet,
penyalahgunaan pencahar, atau gangguan usus. Intervensi yang
dilakukan adalah dengan mengistirahatkan usus untuk sementara
waktu bisa meredakan diare, seperti meminum air putih dan
menghindari makanan padat selama 12 hingga 24 jam. Makan
kembali dimulai dengan makanan hambar dan yang rendah sisa.
e) Sakit atau nyeri ketika berkemih, disebut dysuria. Adalah rasa sakit
atau tidak nyaman saat BAK. Bisa disebabkan karena antara lain:
infeksi saluran kemih, trauma, dan striktur uretra.
h. Contoh Skenario Kasus pada masalah Eliminasi
1) Kasus Diare
Seorang ibu, suatu hari membawa anak perempuannya yang berusia 12
tahun ke UGD RS UMM karena diare sejak 3 hari yang lalu disertai dengan demam.
Ibu telah membawa anaknya berobat ke Puskesmas sebanyak 2 kali, oleh dokter
puskesmas diberi obat antibiotik untuk membunuh kuman penyebab diare untuk
diminum selama 3 hari, namun tidak membaik. Frekuensi BAB 6-7 kali sehari,
warna kuning, terdapat busa, awalnya ada ampasnya namun sejak tadi malam
konsistensi cair dan tidak ada ampas.
Ibu mengatakan bahwa sejak tadi malam anaknya juga muntah dan tidak
mau makan dan malas minum. Hasil pemeriksaan fisik: keadaan umum (KU)
tampak rewel, BB 38 kg, TB 148 cm, Nadi 108 kali/menit, RR 30 kali/menit, Suhu
38,2 C, peristaltik usus meningkat, mata tampak cowong, turgor kulit menurun. Ibu
mengatakan sejak tadi malam anaknya tidak BAK.
Analisi kasus: Data subjektif (DS): Ibu mengatakan diare sudah
2) Kasus Konstipasi
Seseorang mengalami penurunan frekuensi defekasi, yang diikuti oleh
pengeluaran feses yang lama atau keras, kering dan disertai upaya mengedan saat
defekasi. Klien mengatakan bahwa sering menahan BAB sehingga Kondisi ini
37	
	
menyebabkan feces berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap
i. Penatalaksanaan atau intervensi pada gangguan eliminasi
Hasil yang ditargetkan dalam pemberian asuhan untuk klien dengan
masalah eliminasi berfokus pada sekitar: a) memulihkan dan mempertahankan
kebiasaan eliminasi teratur, dan b) mencegah potensi komplikasi yang terkait
seperti infeksi dan integritas kulit yang berubah. Intervensi untuk menangani
kebutuhan fisik klien yang berkaitan dengan menjaga kesehatan kulit dan
keseimbangan volume cairan perlu dikembangkan, serta strategi untuk mengatasi
kebutuhan psikososial klien, seperti meningkat pengetahuan yang kurang,
meningkatkan harga diri, dan mengurangi atau mengendalikan kecemasan.
Sedangkan tindakan keperawatan yang bisa diberikan kepada seseorang
atau klien yang mengalami permasalahan eliminasi antara lain adalah: 1) Pada klien
dengan perubahan berkemih yang terjadi inkontinensia eliminasi urin
(ketidakmampuan menahan kemih) adalah sebagai berikut: bladder and training,
kateterisasi urin (condom, dower), manajemen eliminasi, perawatan inkontinensia,
perawatan retensi, dan irigasi kandung kemih, 2) intervensi untuk klien dengan
perubahan dalam inkontinensia bowel dan eliminasi termasuk perawatan usus
inkontinensia, irigasi usus (huknah tinggi, huknah rendah, dan semprit gliserin)
manajemen dan pelatihan otot.
Adapun intervensi yang diberikan kepada gangguan kebutuhan adalah:
1) Menjaga Kesehatan Organ Eliminasi
Manajemen keperawatan yang diberikan adalah mengubah pola berkemih
dan defekasi dimulai dengan memberikan pemahaman tentang prinsip-prinsip
kesehatan saluran kemih dan usus secara umum dan dengan pencegahan primer
masalah jika memungkinkan. Mengajarkan kepada klien tentang prinsip dasar
asupan cairan dan output urin, evakuasi pengosongan usus secara teratur,
konsistensi tinja, dan pola eliminasi yang berubah.
2) Memenuhi Intake cairan
Klien harus diajarkan untuk minum jumlah cairan yang cukup setiap hari.
Jumlah asupan cairan harian yang direkomendasikan adalah sebanyak 30 mL / kg
berat badan. Pada orang dewasa dengan berat badan rata-rata, dibutuhkan 1500
38	
	
sampai dengane 2000 mL/hari, meskipun individu yang gemuk dan kurus
bervariasi dalam batasan ini. Seseorang yang mengalami perubahan pola eliminasi
urin, terutama inkontinensia, cenderung mengurangi asupan cairan dalam upaya
untuk mengurangi masalah. Banyak alasan klien yang membatasi asupan cairan
agar mengurangi keluaran urin dan risiko terjadi inkontinensia. Sehingga sering
menyebabkan terjadinya dehidrasi sistematis. Dehidrasi juga menyebabkan tubuh
untuk mengkompensasi kekurangan cairan yang tersedia dengan menyerap kembali
cairan dan natrium dari usus seingga menyebabkan pengeringan feses dan sembelit.
3) Diet atau pengaturan asupan makanan
Orang dengan inkontinensia urin atau sering buang air kecil yang terkait
dengan urgensi (mengompol) harus diajarkan untuk mengenali potensi iritasi
kandung kemih. Makanan dan minuman khusus mengiritasi kandung kemih dan
sering buang air kecil dan ketidaknyamanan kandung kemih pada orang-orang
tertentu, sementara menggunakan efek yang samping relatif sedikit antara lain.
Makanan atau zat yang dapat mengiritasi kandung kemih tersebut: a) Minuman
berkafein, minuman berkarbonasi, dan cairan asam (termasuk kopi dan teh), b)
Aspartame, terutama bila ditambahkan ke kafein atau minuman berkarbonasi, c)
Buah jeruk atau jus, Makanan yang mengandung saus tomat atau tomat, e) Cokelat,
dan f) Makanan berminyak atau pedas.
Serat makanan dapat mencegah konstipasi dan meningkatkan keinginan
untuk buang air besar. Klien disarankan untuk meningkatkan jumlah makanan kaya
serat dalam makanan, termasuk biji-bijian, buah-buahan, dan sayuran. Ingatkan
klien bahwa serat makanan harus ditingkatkan secara bertahap; peningkatan tiba-
tiba serat dapat menyebabkan kembung dan ketidaknyamanan. Klien dengan
konstipasi kronis atau diare mungkin harus menghindari makanan tertentu yang
memicu gejala. Misalnya, klien dengan sindrom iritasi usus (iritation bowel
syndrome= IBS) disarankan menghindari alkohol, kafein, makanan berlemak
tinggi, buah berlebih, sorbitol, dan sayuran penghasil gas, yang dapat memperparah
gejala IBS.
4) Merubah gaya hidup dan melakukan pencegahan
Gaya hidup dan kebiasaan mempengaruhi pola eliminasi normal. Variabel
individu, sosial, keluarga, dan budaya memainkan peran penting dalam eliminasi.
39	
	
Nutrisi yang tepat, istirahat dan tidur yang cukup, dan olahraga teratur membantu
menjaga pola eliminasi yang sehat. Klien dengan masalah eliminasi dapat
memperbaiki atau mengubah gaya hidup, diantaranya: a) tidak mengkonsumsi
alkohol dan berhenti merokok, Konsumsi alkohol diberikan efek pada kandung
kemih. Alkohol menekan ekskresi hormon antidiuretik (ADH) oleh hipotalamus,
menyebabkan poliuria dan meningkatkan risiko kebocoran kemih. Merokok juga
dapat mengiritasi kandung kemih, b) Manajemen stres, Mengelola stres atau
tekanan membantu pola eliminasi usus dan kemih yang sehat. Stres akut dan kronis
mempengaruhi kedua sistem eliminasi.
j. Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi
Selanjutnya tindakan apakah yang dapat dilakukan oleh seorang pemberi
layanan dalam membantu pemenuhan kebutuhan eliminasinya? Coba cocokkan
jawaban saudara dengan materi berikut. Pada Klien yang stabil dan dapat
melakukan ambulasi atau pergerakan secara mandiri maka perawat membantu ke
kamar mandi untuk menggunakan toilet dalam memenuhi eliminasi urine atau
fekalnya. Sedangkan klien yang lemah atau tidak bisa berjalan ke kamar mandi
mungkin memerlukan commode. Adapun klien dengan mobilitas terbatas dan
tingkat ketergantungan penuh terhadap perawatan di tempat tidur maka dibantu
menggunakan urinal atau pispot.
Untuk membantu pemenuhan kebutuhan eliminasi, maka beberapa prosedur
tindakan keperawatan yang dapat dilakukan, di antaranya adalah:
1) Manajemen Inkontinensia
Untuk mengatasi terjadinya inkontinenia urin adalah tergantung pada
tipenya, mungkin permanen atau sementara. Enam tipe inkontinensia adalah stress,
urge, reflex, functional, total, dan overflow. Penatalaksanaan pada inkontinensia
adalah kompleks karena ada banyak variasi. Penatalaksaannya lebih rumit ketika
klien memiliki lebih dari satu jenis inkontinensia. Salah satu cara adalah dengan
mengembalikan kekuatan otot otot perkemihan diantaranya dengan cara bladder
training.
Pelatihan berkelanjutan untuk mengembalikan kontrol buang air kecil
dengan:
a) Mengajarkan klien untuk menahan buang air kecil sampai waktu dan tempat
40	
	
yang tepat.
b) Selain itu beberapa latihan penguatan otot-otot panggul dan otot abdominal
juga dianjurkan seperti senam kegel, latihan pernafasan perut, dan lainnya.
2) Katerisasi
Kateterisasi adalah tindakan memasukkan kateter ke kandung kemih
melalui lubang uretra atau secara eksternal alat yang dilingkarkan pada sekitar
meatus uretra. Terdapat 3 tipe pemasangan kateter: a) kateter eksternal, alat
pengumpul urin yang tidak dimasukkan ke dalam kandung kemih; sebaliknya, ia
mengelilingi meatus uretra. Contoh kateter eksternal adalah kondom kateter (seperti
gambar 10.a), b) kateter lurus (foley catheter= gambar 10.b), Kateter lurus adalah
tabung drainase urin dimasukkan kedalam uretra sampai ke kandung kemih.
Kateter ini bisa dipasang sementara dan tidak ditinggal di tempatnya yang
digunakan untuk mengeluarkan semua tampungan urine di kandung kemih atau
digunakan untuk mengambil spesimen urin yang diperlukan pemeriksaan, dan atau
c) bisa juga dipasang tetap pada kasus retensi, juga disebut kateter yang berdiam,
tertinggal di tempat untuk jangka waktu tertentu yang digunakan
Gambar 10 A) Kateter kondom, B) kateter foley
3) Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi di atas tempat tidur
Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi di atas tempat tidur dengan
penggunaan pispot diatas tempat tidur pada pasien yang tidak mampu
41	
	
melakukannya secara mandiri.
Gambar 11. Penggunaan pispot
4) Melakukan huknah rendah, huknah tinggi, pemberian gliserin per rektal,
evakuasi feses manual untuk mengatasi atau membantu eliminasi pada
konstipasi dan fekal impaction.
5) Farmakologi, dengan memberikan obat kepada klien yang mempunyai masalah
eliminasi.
a) Pada klien konstipasi diberikan obat pencahar gologan laksatif untuk
membantu mengatasi masalah konstipasi dan melancarkan buang air besar.
Obat pencahar laksatif memiliki mekanisme kerja sesuai dengan jenisnya.
b) Pada klien diare. Pemberian obat yang bertujuan untuk menghentikan diare.

More Related Content

What's hot

Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologisKebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologiswelly yusup
 
Standar Dokumentasi Keperawatan
Standar Dokumentasi KeperawatanStandar Dokumentasi Keperawatan
Standar Dokumentasi Keperawatanpjj_kemenkes
 
laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR
laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR
laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR Utik Pariani
 
Proses Keperawatan: Tahap Pengkajian Keperawatan
Proses Keperawatan: Tahap Pengkajian KeperawatanProses Keperawatan: Tahap Pengkajian Keperawatan
Proses Keperawatan: Tahap Pengkajian KeperawatanAnnisa Setia Candra
 
Standar praktek keperawatan
Standar praktek keperawatanStandar praktek keperawatan
Standar praktek keperawatanRahayoe Ningtyas
 
Kb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatanKb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatanpjj_kemenkes
 
Makalah stres dan adaptasi akbid paramata raha
Makalah stres dan adaptasi akbid paramata rahaMakalah stres dan adaptasi akbid paramata raha
Makalah stres dan adaptasi akbid paramata rahaOperator Warnet Vast Raha
 
Aspek legal pendokumentasian Keperawatan
Aspek legal pendokumentasian KeperawatanAspek legal pendokumentasian Keperawatan
Aspek legal pendokumentasian KeperawatanAmalia Senja
 
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budayaMakalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budayaSeptian Muna Barakati
 
Standar Dokumentasi Keperawatan
Standar Dokumentasi KeperawatanStandar Dokumentasi Keperawatan
Standar Dokumentasi Keperawatanpjj_kemenkes
 
Dilema Etik Keperawatan
Dilema Etik KeperawatanDilema Etik Keperawatan
Dilema Etik KeperawatanYafet Geu
 
Diagnosa keperawatan dan kasus
Diagnosa keperawatan dan kasusDiagnosa keperawatan dan kasus
Diagnosa keperawatan dan kasusRirinisahawaitun
 
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi
Pemenuhan Kebutuhan EliminasiPemenuhan Kebutuhan Eliminasi
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasipjj_kemenkes
 
Antropologi keperawatan (2)
Antropologi keperawatan (2)Antropologi keperawatan (2)
Antropologi keperawatan (2)Novi Vianah
 
Ppt klp 2, roy's theory
Ppt klp 2, roy's theoryPpt klp 2, roy's theory
Ppt klp 2, roy's theorydara72
 
Materi_Paparan_Wagub__HGN_tahun_2024.pptx
Materi_Paparan_Wagub__HGN_tahun_2024.pptxMateri_Paparan_Wagub__HGN_tahun_2024.pptx
Materi_Paparan_Wagub__HGN_tahun_2024.pptxRitaSahara12
 
Pengkajian keperawatan
 Pengkajian keperawatan Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatanpjj_kemenkes
 

What's hot (20)

Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologisKebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis
 
Standar Dokumentasi Keperawatan
Standar Dokumentasi KeperawatanStandar Dokumentasi Keperawatan
Standar Dokumentasi Keperawatan
 
laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR
laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR
laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR
 
Proses Keperawatan: Tahap Pengkajian Keperawatan
Proses Keperawatan: Tahap Pengkajian KeperawatanProses Keperawatan: Tahap Pengkajian Keperawatan
Proses Keperawatan: Tahap Pengkajian Keperawatan
 
Standar praktek keperawatan
Standar praktek keperawatanStandar praktek keperawatan
Standar praktek keperawatan
 
Kb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatanKb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatan
 
Makalah stres dan adaptasi akbid paramata raha
Makalah stres dan adaptasi akbid paramata rahaMakalah stres dan adaptasi akbid paramata raha
Makalah stres dan adaptasi akbid paramata raha
 
Aspek legal pendokumentasian Keperawatan
Aspek legal pendokumentasian KeperawatanAspek legal pendokumentasian Keperawatan
Aspek legal pendokumentasian Keperawatan
 
Penilaian status gizi
Penilaian status giziPenilaian status gizi
Penilaian status gizi
 
Kelompok 5 kdm 1
Kelompok 5 kdm 1Kelompok 5 kdm 1
Kelompok 5 kdm 1
 
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budayaMakalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
 
Standar Dokumentasi Keperawatan
Standar Dokumentasi KeperawatanStandar Dokumentasi Keperawatan
Standar Dokumentasi Keperawatan
 
Dilema Etik Keperawatan
Dilema Etik KeperawatanDilema Etik Keperawatan
Dilema Etik Keperawatan
 
Diagnosa keperawatan dan kasus
Diagnosa keperawatan dan kasusDiagnosa keperawatan dan kasus
Diagnosa keperawatan dan kasus
 
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi
Pemenuhan Kebutuhan EliminasiPemenuhan Kebutuhan Eliminasi
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi
 
Antropologi keperawatan (2)
Antropologi keperawatan (2)Antropologi keperawatan (2)
Antropologi keperawatan (2)
 
Berfikir kritis
Berfikir  kritisBerfikir  kritis
Berfikir kritis
 
Ppt klp 2, roy's theory
Ppt klp 2, roy's theoryPpt klp 2, roy's theory
Ppt klp 2, roy's theory
 
Materi_Paparan_Wagub__HGN_tahun_2024.pptx
Materi_Paparan_Wagub__HGN_tahun_2024.pptxMateri_Paparan_Wagub__HGN_tahun_2024.pptx
Materi_Paparan_Wagub__HGN_tahun_2024.pptx
 
Pengkajian keperawatan
 Pengkajian keperawatan Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan
 

Similar to M3 kb3 nutrisi dan eliminasi rev4

M3 kb2 gangguan kebutuhan dasar manusia rev4
M3 kb2 gangguan kebutuhan dasar manusia rev4M3 kb2 gangguan kebutuhan dasar manusia rev4
M3 kb2 gangguan kebutuhan dasar manusia rev4ppghybrid4
 
M3 kb4 mobilisasi, istirahat, tidur
M3 kb4 mobilisasi, istirahat, tidur M3 kb4 mobilisasi, istirahat, tidur
M3 kb4 mobilisasi, istirahat, tidur ppghybrid4
 
RPS Dasar-dasar Gizi.docx
RPS Dasar-dasar  Gizi.docxRPS Dasar-dasar  Gizi.docx
RPS Dasar-dasar Gizi.docxJenitaFrisilia1
 
IPA Modul 6 KB 4 Rev
IPA Modul 6 KB 4 RevIPA Modul 6 KB 4 Rev
IPA Modul 6 KB 4 RevPPGHybrid2
 
M5 kb3 kesehatan jiwa_rev4
M5 kb3 kesehatan jiwa_rev4M5 kb3 kesehatan jiwa_rev4
M5 kb3 kesehatan jiwa_rev4ppghybrid4
 
KELOMPOK 6 MAKALAH GIZI DAN DIET KONSEP DASAR NUTRISI .docx
KELOMPOK 6 MAKALAH GIZI DAN DIET KONSEP DASAR NUTRISI .docxKELOMPOK 6 MAKALAH GIZI DAN DIET KONSEP DASAR NUTRISI .docx
KELOMPOK 6 MAKALAH GIZI DAN DIET KONSEP DASAR NUTRISI .docxAdhayanaMegaraya
 
Kpk.m2kb3 promosi kesehatan
Kpk.m2kb3   promosi kesehatanKpk.m2kb3   promosi kesehatan
Kpk.m2kb3 promosi kesehatanppghybrid4
 
Konsep kebutuhan nutrisi
Konsep kebutuhan nutrisiKonsep kebutuhan nutrisi
Konsep kebutuhan nutrisiSulistia Rini
 
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PENGEMBANGAN PRODUK
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PENGEMBANGAN PRODUKRENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PENGEMBANGAN PRODUK
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PENGEMBANGAN PRODUKMelianaNursihhah1
 
Kbk sma 14. biologi
Kbk sma 14. biologiKbk sma 14. biologi
Kbk sma 14. biologiJasmin Jasin
 
MAKALAH_KEBUTUHAN_NUTRISI.docx
MAKALAH_KEBUTUHAN_NUTRISI.docxMAKALAH_KEBUTUHAN_NUTRISI.docx
MAKALAH_KEBUTUHAN_NUTRISI.docxAlyLiah
 
LKPD Nutrisi bahan makanan.pdf
LKPD Nutrisi bahan makanan.pdfLKPD Nutrisi bahan makanan.pdf
LKPD Nutrisi bahan makanan.pdfMasudahMasudah1
 
LKPD Nutrisi bahan makanan (1).pdf
LKPD Nutrisi bahan makanan (1).pdfLKPD Nutrisi bahan makanan (1).pdf
LKPD Nutrisi bahan makanan (1).pdfMasudahMasudah1
 
M5 kb2 kesehatan keluarga
M5 kb2 kesehatan keluargaM5 kb2 kesehatan keluarga
M5 kb2 kesehatan keluargappghybrid4
 
Tutor guide bms ii, 2012 2013
Tutor guide bms ii, 2012 2013Tutor guide bms ii, 2012 2013
Tutor guide bms ii, 2012 2013Hari Purwanto
 
Penyuluhan personal higin makanan bergizi
Penyuluhan personal higin makanan bergiziPenyuluhan personal higin makanan bergizi
Penyuluhan personal higin makanan bergiziheri damanik
 

Similar to M3 kb3 nutrisi dan eliminasi rev4 (20)

M3 kb2 gangguan kebutuhan dasar manusia rev4
M3 kb2 gangguan kebutuhan dasar manusia rev4M3 kb2 gangguan kebutuhan dasar manusia rev4
M3 kb2 gangguan kebutuhan dasar manusia rev4
 
M3 kb4 mobilisasi, istirahat, tidur
M3 kb4 mobilisasi, istirahat, tidur M3 kb4 mobilisasi, istirahat, tidur
M3 kb4 mobilisasi, istirahat, tidur
 
RPS Dasar-dasar Gizi.docx
RPS Dasar-dasar  Gizi.docxRPS Dasar-dasar  Gizi.docx
RPS Dasar-dasar Gizi.docx
 
IPA Modul 6 KB 4 Rev
IPA Modul 6 KB 4 RevIPA Modul 6 KB 4 Rev
IPA Modul 6 KB 4 Rev
 
M5 kb3 kesehatan jiwa_rev4
M5 kb3 kesehatan jiwa_rev4M5 kb3 kesehatan jiwa_rev4
M5 kb3 kesehatan jiwa_rev4
 
KELOMPOK 6 MAKALAH GIZI DAN DIET KONSEP DASAR NUTRISI .docx
KELOMPOK 6 MAKALAH GIZI DAN DIET KONSEP DASAR NUTRISI .docxKELOMPOK 6 MAKALAH GIZI DAN DIET KONSEP DASAR NUTRISI .docx
KELOMPOK 6 MAKALAH GIZI DAN DIET KONSEP DASAR NUTRISI .docx
 
Modul 4 kb 1
Modul 4   kb 1Modul 4   kb 1
Modul 4 kb 1
 
Kpk.m2kb3 promosi kesehatan
Kpk.m2kb3   promosi kesehatanKpk.m2kb3   promosi kesehatan
Kpk.m2kb3 promosi kesehatan
 
Konsep kebutuhan nutrisi
Konsep kebutuhan nutrisiKonsep kebutuhan nutrisi
Konsep kebutuhan nutrisi
 
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PENGEMBANGAN PRODUK
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PENGEMBANGAN PRODUKRENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PENGEMBANGAN PRODUK
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PENGEMBANGAN PRODUK
 
Standar profesi gizi
Standar profesi giziStandar profesi gizi
Standar profesi gizi
 
Modul 1
Modul 1Modul 1
Modul 1
 
Gizi tepat untuk olahragawan word version by icball
Gizi tepat untuk olahragawan word version by icballGizi tepat untuk olahragawan word version by icball
Gizi tepat untuk olahragawan word version by icball
 
Kbk sma 14. biologi
Kbk sma 14. biologiKbk sma 14. biologi
Kbk sma 14. biologi
 
MAKALAH_KEBUTUHAN_NUTRISI.docx
MAKALAH_KEBUTUHAN_NUTRISI.docxMAKALAH_KEBUTUHAN_NUTRISI.docx
MAKALAH_KEBUTUHAN_NUTRISI.docx
 
LKPD Nutrisi bahan makanan.pdf
LKPD Nutrisi bahan makanan.pdfLKPD Nutrisi bahan makanan.pdf
LKPD Nutrisi bahan makanan.pdf
 
LKPD Nutrisi bahan makanan (1).pdf
LKPD Nutrisi bahan makanan (1).pdfLKPD Nutrisi bahan makanan (1).pdf
LKPD Nutrisi bahan makanan (1).pdf
 
M5 kb2 kesehatan keluarga
M5 kb2 kesehatan keluargaM5 kb2 kesehatan keluarga
M5 kb2 kesehatan keluarga
 
Tutor guide bms ii, 2012 2013
Tutor guide bms ii, 2012 2013Tutor guide bms ii, 2012 2013
Tutor guide bms ii, 2012 2013
 
Penyuluhan personal higin makanan bergizi
Penyuluhan personal higin makanan bergiziPenyuluhan personal higin makanan bergizi
Penyuluhan personal higin makanan bergizi
 

More from ppghybrid4

BIOLOGI_M6KB4 PPT
BIOLOGI_M6KB4 PPTBIOLOGI_M6KB4 PPT
BIOLOGI_M6KB4 PPTppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB4 PDF
BIOLOGI_M6KB4 PDFBIOLOGI_M6KB4 PDF
BIOLOGI_M6KB4 PDFppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB3 PPT
BIOLOGI_M6KB3 PPTBIOLOGI_M6KB3 PPT
BIOLOGI_M6KB3 PPTppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB3 PDF
BIOLOGI_M6KB3 PDFBIOLOGI_M6KB3 PDF
BIOLOGI_M6KB3 PDFppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB2 PPT
BIOLOGI_M6KB2 PPTBIOLOGI_M6KB2 PPT
BIOLOGI_M6KB2 PPTppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB2 PDF
BIOLOGI_M6KB2 PDFBIOLOGI_M6KB2 PDF
BIOLOGI_M6KB2 PDFppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB1 PPT
BIOLOGI_M6KB1 PPTBIOLOGI_M6KB1 PPT
BIOLOGI_M6KB1 PPTppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB1 PDF
BIOLOGI_M6KB1 PDFBIOLOGI_M6KB1 PDF
BIOLOGI_M6KB1 PDFppghybrid4
 
BIOLOGI_M5KB4 PPT
BIOLOGI_M5KB4 PPTBIOLOGI_M5KB4 PPT
BIOLOGI_M5KB4 PPTppghybrid4
 
BIOLOGI_M5KB4 PDF
BIOLOGI_M5KB4 PDFBIOLOGI_M5KB4 PDF
BIOLOGI_M5KB4 PDFppghybrid4
 
BIOLOGI_M5KB3 PPT
BIOLOGI_M5KB3 PPTBIOLOGI_M5KB3 PPT
BIOLOGI_M5KB3 PPTppghybrid4
 
BIOLOGI_M5KB3 PDF
BIOLOGI_M5KB3 PDFBIOLOGI_M5KB3 PDF
BIOLOGI_M5KB3 PDFppghybrid4
 
BIOLOGI_M5KB2 PPT
BIOLOGI_M5KB2 PPTBIOLOGI_M5KB2 PPT
BIOLOGI_M5KB2 PPTppghybrid4
 

More from ppghybrid4 (20)

BIOLOGI_M6KB4 PPT
BIOLOGI_M6KB4 PPTBIOLOGI_M6KB4 PPT
BIOLOGI_M6KB4 PPT
 
BIOLOGI_M6KB4 PDF
BIOLOGI_M6KB4 PDFBIOLOGI_M6KB4 PDF
BIOLOGI_M6KB4 PDF
 
BIOLOGI_M6KB3 PPT
BIOLOGI_M6KB3 PPTBIOLOGI_M6KB3 PPT
BIOLOGI_M6KB3 PPT
 
BIOLOGI_M6KB3 PDF
BIOLOGI_M6KB3 PDFBIOLOGI_M6KB3 PDF
BIOLOGI_M6KB3 PDF
 
BIOLOGI_M6KB2 PPT
BIOLOGI_M6KB2 PPTBIOLOGI_M6KB2 PPT
BIOLOGI_M6KB2 PPT
 
BIOLOGI_M6KB2 PDF
BIOLOGI_M6KB2 PDFBIOLOGI_M6KB2 PDF
BIOLOGI_M6KB2 PDF
 
BIOLOGI_M6KB1 PPT
BIOLOGI_M6KB1 PPTBIOLOGI_M6KB1 PPT
BIOLOGI_M6KB1 PPT
 
BIOLOGI_M6KB1 PDF
BIOLOGI_M6KB1 PDFBIOLOGI_M6KB1 PDF
BIOLOGI_M6KB1 PDF
 
BIOLOGI_M5KB4 PPT
BIOLOGI_M5KB4 PPTBIOLOGI_M5KB4 PPT
BIOLOGI_M5KB4 PPT
 
BIOLOGI_M5KB4 PDF
BIOLOGI_M5KB4 PDFBIOLOGI_M5KB4 PDF
BIOLOGI_M5KB4 PDF
 
BIOLOGI_M5KB3 PPT
BIOLOGI_M5KB3 PPTBIOLOGI_M5KB3 PPT
BIOLOGI_M5KB3 PPT
 
BIOLOGI_M5KB3 PDF
BIOLOGI_M5KB3 PDFBIOLOGI_M5KB3 PDF
BIOLOGI_M5KB3 PDF
 
BIOLOGI_M5KB2 PPT
BIOLOGI_M5KB2 PPTBIOLOGI_M5KB2 PPT
BIOLOGI_M5KB2 PPT
 
BIOLOGI_M5KB2
BIOLOGI_M5KB2BIOLOGI_M5KB2
BIOLOGI_M5KB2
 
BIOLOGI_M5KB1
BIOLOGI_M5KB1BIOLOGI_M5KB1
BIOLOGI_M5KB1
 
BIOLOGI_M5KB1
BIOLOGI_M5KB1BIOLOGI_M5KB1
BIOLOGI_M5KB1
 
BIOLOGI_M4KB4
BIOLOGI_M4KB4BIOLOGI_M4KB4
BIOLOGI_M4KB4
 
BIOLOGI_M4KB4
BIOLOGI_M4KB4BIOLOGI_M4KB4
BIOLOGI_M4KB4
 
BIOLOGI_M4KB3
BIOLOGI_M4KB3BIOLOGI_M4KB3
BIOLOGI_M4KB3
 
BIOLOGI_M4KB3
BIOLOGI_M4KB3BIOLOGI_M4KB3
BIOLOGI_M4KB3
 

Recently uploaded

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 

Recently uploaded (20)

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 

M3 kb3 nutrisi dan eliminasi rev4

  • 1. No Kode: DAR2/Profesional/575/014/2019 PENDALAMAN MATERI KEPERAWATAN M3KB3 – PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA NUTRISI DAN ELIMINASI Penulis Zahid Fikri KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI 2019
  • 2. 2 DAFTAR ISI PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4 A. DESKRIPSI MATERI ......................................................................................... 4 B. RELEVANSI ......................................................................................................... 4 C. PETUNJUK BELAJAR ....................................................................................... 4 NUTRISI DAN ELIMINASI ........................................................................................... 5 A. CAPAIAN PEMBELAJARAN BIDANG STUDI ............................................. 6 B. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KEGIATAN ........................................ 6 C. POKOK-POKOK MATERI ................. Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan. D. URAIAN MATERI .............................................................................................. 6 1. Definisi ................................................................................................................... 7 2. Rekomendasi diet ................................................................................................. 7 3. Pengelolaan Berat Badan ..................................................................................... 9 4. Faktor yang mempengaruhi nutrisi .................................................................. 11 5. Pengkajian Nutrisi .............................................................................................. 14 6. Data Diagnostik Dan Laboratorium ................................................................. 20 KONSEP ELIMINASI ................................................................................................... 21 1. Pengertian eliminasi ........................................................................................... 21 2. Eliminasi Urin ..................................................................................................... 23 a. Definisi ............................................................................................................. 23 b. Anatomi Dan Fisiologi Eliminasi Urine ........................................................ 24 c. Fisiologi berkemih .......................................................................................... 26 d. Pola eliminasi Urin ......................................................................................... 28 e. Eliminasi Fekal ............................................................................................... 29 f. Faktor – faktor yang mempengaruhi eliminasi ........................................... 31 g. Masalah-Masalah Eliminasi .......................................................................... 33 h. Contoh Skenario Kasus pada masalah Eliminasi ........................................ 36 i. Penatalaksanaan atau intervensi pada gangguan eliminasi ........................ 37 j. Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi ................................................................ 39 E. Rangkuman ............................................ Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan. F. Tugas ...................................................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan. G. Tes formatif ........................................ Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
  • 4. 4 PENDAHULUAN A. DESKRIPSI MATERI Materi ini membahas tentang nutrisi. Fokus materi ini adalah menjelaskan tentang hal-hal yang terkait dengan nutrisi dan eliminasi meliputi pengertian, rekomendasi diet, pengelolaan berat badan, faktor yang mempengaruhi nutrisi, pengkajian nutrisidata diagnostik dan laboratorium. Konsep teoritis tentang eliminasi urin dan eliminasi fekal meliputi anatomi dan fisiologi sistem yang terkait dengan eliminasi (sistem urologi, dan pencernaan), faktor faktor yang mempengaruhi eliminasi, dan tindakan pada kebutuhan eliminasi. Pembelajaran diarahkan dengan belajar mandiri berbasis modul dan daring dengan menggunakan sumber belajar yang sudah disiapkan oleh dosen dan juga menggunakan sumber sumber lain yang relevan. B. RELEVANSI Modul ini menjelaskan tentang nutrisi. Modul ini dapat meningkatkan pemahaman bagaimana kebutuhan nutrisi dan cara menghitung nutrisi dan juga bagaimana mengkaji dan mengevaluasi kebutuhan nutrisi. Eliminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang esensial dan berperan penting untuk kelangsungan hidup manusia. Eleminasi dibutuhkan untuk mempertahankan dalam keseimbangan fisiologis melalui pembuangan sisa-sisa metabolisme. Sehingga apabila terjadi gangguan pada pemenuhan kebutuhan ini akan dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan sistem tubuh. Oleh karena itu materi eliminasi ini sangat relevan untuk diajarkan sebagai materi pembelajaran. Melalui materi dalam modul ini, diharapkan peserta PPG mampu melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Sehingga mampu mengaplikasikan tindakan sebagai asisten keperawatan. C. PETUNJUK BELAJAR 1) Bacalah doa terlebih dahulu sesuai dengan keyakinanmu, agar diberikan kemudahan dalam mempelajari materi ini. 2) Bacalah materi ini dengan seksama, sehingga isi materi ini dapat dipahami dengan baik.
  • 5. 5 3) Buat dan isilah rencana pembelajaran yang terdapat dalam modul agar dapat mengkonsultasikannya apabila mendapat kesulitan. 4) Membaca literatur yang lainnya agar mendapatkan pemahaman yang lebih baik 5) Kerjakan lembar kegiatan siswa yang sudah disediakan dengan sungguh- sungguh.
  • 6. 6 INTI A. CAPAIAN PEMBELAJARAN Menguasai teori dan aplikasi materi keahlian keperawatan, kompetensi keahlian asisten keperawatan yang mencakup: (1) Komunikasi Keperawatan, (2) Konsep Dasar Keperawatan (anatomi fisiologi, promkes, dan pelayanan prima), (3) Kebutuhan Dasar Manusia, (4) Keperawatan Medikal Bedah (ilmu penyakit, penunjang diagnostic, dan kegawatdaruratan), (5), Ilmu Kesehatan Masyarakat (Keperawatan Jiwa dan Keluarga, Keperawatan Geriatrik dan Komunitas, Keperawatan Maternitas, (6) Ketrampilan Dasar Tindakan Keperawatan termasuk advancy materials yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi), dan “bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan sehari-hari. B. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN Menganalisis prinsip kebutuhan dasar manusia dan aplikasinya dalam pembelajaran asisten keperawatan. C. URAIAN MATERI Salam sejahtera, semoga kita senantiasa dalam lindungan-Nya. Aamiin. Pada modul sebelumnya telah disampaikan tentang konsep kebutuhan dasar, pasti saudara sudah memahaminya. Pada modul ini diharapkan peserta PPG dapat melakukan tindakan kebutuhan dasar manusia. Untuk selanjutnya dalam modul ini saudara akan mempelajari tentang pemberian pelayanan kebutuhan dasar yang meliputi pelayanan kebutuhan kebersihan diri (personal hygiene), kebutuhan eliminasi, dan kebutuhan nutrisi. Baiklah marilah kita urakan satu-persatu materinya. Adapun rincian materi yang akan di uraikan antara lain, pengertian, rekomendasi diet, pengelolaan berat badan, faktor yang mempengaruhi nutrisi, pengkajian nutrisidata diagnostik dan laboratorium. Peserta PPG sekalian apakah ada yang tahu apa itu kebutuhan dasar nutrisi dan eliminasi? Iya benar sekali, untuk lebih meningkatkan pemahaman kita tentang kebutuhan dasar manusia tentang nutrisi dan eliminasi, marilah kita uraikan satu- persatu materinya. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Nutrisi dan Eliminasi
  • 7. 7 1. Pengertian nutrisi 2. Rekomendasi diet 3. Pengelolaan berat badan 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi nutrisi 5. Pengkajian nutrisi 6. Data diagnostik dan laboratorium 7. Definisi kebutuhan eliminasi 8. Review anatomi dan fisiologi sistem perkemihan 9. Review anatomi dan fisiolgi sistem pencernaan yang terkait dengan eliminasi fekal 10. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi 11. Masalah-masalah pada eliminasi 12. Menjelaskan penatalaksanaan kebutuhan eliminasi 1. Definisi Nutrisi adalah proses di mana tubuh memetabolisme dan memanfaatkan nutrisi. Nutrisi diklasifikasikan sebagai nutrisi energi, nutrisi organik, dan nutrisi anorganik; lihat tampilan terlampir pada kelas nutrisi. Energi nutrisi melepaskan energi untuk pemeliharaan homeostasis. Nutrisi organik membangun dan memelihara jaringan tubuh dan mengatur proses tubuh. Nutrisi anorganik menyediakan media untuk reaksi kimia, bahan transportasi, mempertahankan suhu tubuh, meningkatkan pembentukan tulang, dan melakukan impuls saraf . Di dalam tubuh, pada dasarnya semua karbohidrat diubah menjadi glukosa sebelum mereka mencapai sel, protein diubah menjadi asam amino, dan lemak diubah menjadi asam lemak. Nutrisi ini dicerna, diserap oleh darah atau sistem limfatik, dan diangkut ke sel-sel tubuh. Di dalam mitokondria sel, nutrisi bereaksi secara kimia dengan oksigen dan berbagai enzim untuk menghasilkan energi. 2. Rekomendasi diet Diet yang direkomendasikan berdasarkan recommended dietary allowances RDA antara lain, protein, vitamin larut air dan larut dalam air, dan mineral berdasarkan kategori usia, termasuk berat dan tinggi badan. RDA dibentuk oleh Dewan Gizi Nasional dari National Academy of Sciences – National Research
  • 8. 8 Council. RDA mewakili kebutuhan gizi normal 97% hingga 98% dari orang-orang di masing-masing kategori tertentu; RDA tidak mempertimbangkan kebutuhan spesifik individu atau gangguan fisiologis. Meskipun RDA telah ada selama 20 tahun terakhir sebagai panduan gizi untuk mendukung orang sehat, Badan Pangan dan Gizi, dalam kemitraan dengan Kesehatan Kanada, telah memulai upaya untuk menentukan nilai referensi nutrisi baru. The Dietary Reference Intake (DRI) adalah istilah umum yang mengacu pada setidaknya tiga jenis nilai referensi: Estimasi Rata-rata Kebutuhan (EAR), RDA, dan Tolerable Tingkat Intake Atas (UL). EAR adalah nilai asupan yang diperkirakan memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh indikator kecukupan spesifik dalam 50% dari usia tertentu dan kelompok khusus gender. UL adalah tingkat maksimum asupan nutrisi harian yang tidak mungkin menimbulkan risiko efek kesehatan yang merugikan bagi hampir semua individu dalam kelompok yang dirancang untuknya. Tujuan DRI adalah untuk menetapkan nilai referensi gizi untuk semua nutrisi; lihat tampilan yang menyertainya pada DRI pada halaman 1004 untuk tujuh kelompok nutrisi pertama dipelajari. Panduan Berbasis Bukti yang dikeluarkan oleh National Institutes of Health meminta penurunan berat badan dengan membatasi asupan kalori dan meningkatkan aktivitas fisik. Setiap 5 tahun Departemen Pertanian AS (USDA) dan Departemen Kesehatan dan Layanan Manusia bertanggung jawab untuk memperbarui dan menerbitkan Pedoman Diet untuk Amerika (DGA). Pedoman ini didasarkan pada pengetahuan ilmiah dan medis terbaru mengenai cara-cara untuk meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui nutrisi yang tepat. DGA 2005 menekankan perlunya menyeimbangkan asupan kalori dengan aktivitas fisik harian dan memilih makanan padat nutrisi dan minuman dari lima kelompok makanan utama sambil memilih makanan yang membatasi asupan lemak jenuh dan trans, kolesterol, gula tambahan, garam, dan alkohol serta meningkatkan asupan buah dan sayuran untuk mencapai berat badan yang sehat dan mencegah kondisi tertentu seperti obesitas, diabetes, dan penyakit kardiovaskular. DGA adalah kebijakan gizi federal yang menawarkan pedoman untuk program gizi yang didanai pemerintah federal seperti program makan siang di sekolah (Gunnars, 2018).
  • 9. 9 Piramida makanan adalah alat pendidikan yang menunjukkan jumlah porsi harian dari masing-masing dari lima kelompok makanan dasar (gambar 1.1). Selain Piramida Panduan Makanan, piramida untuk budaya lain termasuk piramida makanan asli Amerika, selebaran panduan makanan harian Spanyol, piramida diet Mediterania, piramida diet Asia, dan Panduan Makanan Kanada untuk Makan Sehat (Middleton, 2018). Gambar 1.1 Piramida makanan 3. Pengelolaan Berat Badan Peserta PPG sekalian selanjutnya mari kita pelajari mengenai bagaimana cara mengelola berat badan. Seperti kita ketahui berat badan juga menjadi salah satu masalah yang cukup mengganggu terutama di kalangan remaja. Mempertahankan homeostasis membutuhkan keseimbangan antara asupan nutrisi dan pengeluaran energi. Berat rata-rata relatif terhadap keseimbangan energi, situasi di mana asupan energi sama dengan output energi (Alamuddin, Bakizada, & Wadden, 2016). Kegemukan Kegemukan adalah ketidakseimbangan energi di mana lebih banyak makanan yang dikonsumsi daripada yang dibutuhkan, menyebabkan penyimpanan lemak. Kegemukan menunjukkan keseimbangan energi positif dan didefinisikan sebagai berat 10% hingga 20% di atas rata-rata; obesitas mengacu pada berat badan 20% di atas rata-rata. Kegemukan dapat disebabkan oleh satu atau lebih faktor: genetik, psikologis, sosial, budaya, ekonomi, atau fisiologis. Faktor terkait genetik, seperti BMR rendah, distribusi lemak berlebih, dan orang tua obesitas, menempatkan seseorang pada risiko obesitas. Beberapa orang makan berlebihan dalam menanggapi stres emosional atau kapan saja makanan tersedia dari pada
  • 10. 10 sebagai respons terhadap kelaparan. Norma sosiokultural mempengaruhi kebiasaan makan; beberapa budaya menempatkan nilai tinggi pada berat badan berlebih (Yumuk et al., 2015). Ketidakseimbangan hormon, seperti penurunan kadar tiroksin, dapat menurunkan BMR, menyebabkan penambahan berat badan jika asupan makanan tetap konstan. Kondisi lain yang dapat berkontribusi terhadap obesitas termasuk beberapa kanker, menopause, merokok, gangguan mobilitas, dan beberapa obat seperti antidepresan dan glukokortikoid (Gupta, 2014). Tingkat obesitas ditentukan dengan menghitung indeks massa tubuh, yang akan dibahas nanti dalam bab ini. Orang dewasa, remaja, dan anak-anak obesitas adalah epidemi di Amerika Serikat. Studi kelompok etnis menunjukkan bahwa aktivitas fisik adalah faktor risiko yang terkait dengan diabetes non-insulin dependent (tipe 2), yang lebih umum di Amerika Serikat dalam kulit hitam dan penduduk asli Amerika (Centers for Disease Control and Prevention, 2019). Meskipun populasi ini memiliki jumlah yang tidak proporsional dari orang miskin, pengangguran, dan kurang beruntung yang tidak memiliki akses ke perawatan kesehatan, program pencegahan dan pengobatan harus sangat fokus pada latihan yang disesuaikan dengan toleransi aktivitas masing-masing individu. Diperkirakan 80% orang dewasa dengan diabetes tipe 2 kelebihan berat badan atau obesitas (International Diabetes Federation, 2019). Berat badan kurang Orang yang kekurangan berat mengeluarkan lebih banyak kalori daripada yang dikonsumsi. Underweight, keseimbangan energi negatif, adalah berat setidaknya 10% hingga 15% di bawah rata-rata. Menjadi kurus menurunkan resistensi individu terhadap infeksi dan meningkatkan kepekaan terhadap kelelahan dan kepekaan terhadap lingkungan dingin. Dinamika keluarga dan rasa takut kelebihan berat badan adalah kondisi psikologis yang dapat berkontribusi pada gangguan makan (Watson, 2019). Anoreksia nervosa (kelaparan sendiri) mengganggu metabolisme karena asupan kalori yang tidak adekuat dan menyebabkan kerontokan rambut, tekanan darah rendah, kelemahan, amenorrhea, kerusakan otak, dan bahkan kematian (Gotter & Underwood, 2018).
  • 11. 11 Bulimia nervosa mengacu pada pola makan yang diikuti dengan pembersihan makanan, biasanya melalui muntah yang diinduksi sendiri atau penyalahgunaan pencahar. Berat badan kurang juga dapat disebabkan oleh kondisi jangka panjang yang menguras sumber daya tubuh, seperti demam, infeksi, dan kanker, atau yang mencegah penyerapan nutrisi, seperti yang terjadi pada diare, gangguan metabolisme atau GI, dan penyalahgunaan pencahar. Penyebab lain dari underweight adalah hipertiroidisme dan kemiskinan (Gotter & Underwood, 2018). 4. Faktor yang mempengaruhi nutrisi Memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nutrisi sangat penting dalam meminta klien dan kerjasama keluarga dalam memberikan perawatan nutrisi yang optimal. a. Usia Bayi dan anak-anak bervariasi dalam hal berat badan dan kebutuhan energi. Perkembangan fisiologis bayi memiliki implikasi untuk asupan cairan, elektrolit, dan makanan yang dapat mempengaruhi kelompok usia ini ke berbagai ketidakseimbangan. Faktor-faktor ini berhubungan langsung dengan luas permukaan tubuh bayi, perkembangan fisiologis yang belum matang, dan tingkat pertumbuhan dan perkembangan selama tahun pertama kehidupan (Andrews, 2016). Dari usia 1 hingga 6 tahun, asupan nutrisi bervariasi dalam kaitannya dengan tingkat pertumbuhan, membuat kebiasaan makan anak menjadi tidak menentu. Anak biasanya akan memilih makanan berdasarkan kebutuhan nutrisi perkembangan sesuai dengan: asupan kilokalorik tinggi untuk mempertahankan kebutuhan energi dan tingkat protein yang memadai, vitamin D, kalsium, dan fosfat untuk melengkapi erupsi gigi dan peningkatan massa otot dan kepadatan tulang. Anak usia sekolah memakan makanan dengan porsi besar lebih jarang karena pematangan sistem pencernaan dan keberadaan gigi permanen. Diet yang memasok RDA akan mendorong perkembangan dan kesehatan yang optimal dan pada saat yang sama menghindari penambahan berat badan selama periode pra-remaja (Sinha, 2019). Masa remaja, periode pertumbuhan yang cepat dan pematangan seksual, membutuhkan bimbingan dalam pilihan diet. Perubahan hormonal yang terkait
  • 12. 12 dengan menstruasi membuat perempuan rentan terhadap ketidakseimbangan cairan. Remaja memakan makanan diluar rumahnya misalnya, di restoran cepat saji. Teman sebaya mempengaruhi pilihan remaja, seperti apa, kapan, dan di mana makan. Pada saat yang sama, citra tubuh sangat penting bagi remaja. Tekanan sosial dan tekanan emosional remaja lainnya mungkin memiliki efek negatif pada kebiasaan makan, yang mengarah ke obesitas, penggunaan diet, dan gangguan makan seperti anoreksia nervosa dan bulimia. Lihat Sorotan yang menyertainya Pada layar untuk beberapa poin tentang perilaku yang berhubungan dengan makanan (American Academy of Pediatrics, 2016). Selama masa dewasa, pertumbuhan berhenti dan metabolisme menurun, sehingga menurunkan kebutuhan akan asupan kilokalori. Dengan kehamilan dan laktasi, kebutuhan nutrisi meningkat. Selama kehamilan, terjadi perubahan yang dapat menyebabkan retensi cairan (edema dependen), misalnya, perubahan hormonal, tekanan janin pada vena cava inferior, kongesti vaskular, dan peningkatan tekanan filtrasi kapiler. Proses penuaan membawa perubahan struktural dan fungsional yang dapat membuat orang dewasa yang lebih tua berisiko. Populasi yang lebih tua tidak dapat diklasifikasikan sebagai kelompok homogen karena orang tidak menua secara fisik pada tingkat yang sama yang mereka lakukan secara kronologis. Berikut ini merupakan rekomendasi gizi pada orang dengan lansia (Raman, 2017): a. Perhatian khusus harus diberikan untuk kebutuhan air, tanpa memperhatikan aktivitas fisik, karena mekanisme haus kurang responsif dibandingkan pada orang yang lebih muda. b. Turunkan kebutuhan kalori dan disesuaikan dengan aktivitas: 10% untuk usia 51–75 tahun dan 20% hingga 25% untuk usia 75 tahun atau lebih tua. Orang yang terbaring di tempat tidur dan tidak bisa bergerak perlu pengurangan lebih lanjut dalam kilokalori. Batasi jumlah makanan kilokalorik kosong (gula, manisan, lemak, minyak, dan alkohol). c. Mempertahankan persyaratan protein, dengan 12% hingga 14% dari kilokalori yang berasal dari makanan protein (daging, ikan, telur, unggas, susu, dan keju).
  • 13. 13 d. Pastikan konsumsi lemak yang cukup, terutama lemak tak jenuh, untuk menyediakan sumber energi, menyediakan asam amino esensial, memanfaatkan vitamin yang larut dalam lemak, dan berfungsi sebagai agen pelumas. e. Pilih karbohidrat sebagai berikut: Batasi konsentrat manisan; gunakan gula sederhana dalam jumlah sedang (permen, gula, selai, jeli, awetan, dan sirup); Sumber utama harus karbohidrat kompleks (buah, sayuran, sereal, dan roti). f. Pastikan jumlah vitamin D, kalsium, dan fosfor yang cukup untuk menjaga integritas tulang (susu yang diperkaya adalah sumber yang baik). g. Pastikan makanan berserat tinggi (buah-buahan kering, sereal gandum, kacang-kacangan, buah-buahan segar, dan sayuran) untuk meningkatkan rasa kenyang dan mempertahankan mobilitas usus untuk menghindari sembelit. h. Pastikan asupan natrium yang aman dan memadai, hindari makanan kaleng dan daging yang diasinkan atau dikeringkan tinggi kandungan natriumnya bagi mereka yang mengalami masalah jantung dan hipertensi. i. Sertakan makanan dari piramida pemandu makanan dalam jumlah yang memenuhi RDA untuk usia 51 dan lebih tua. Faktor sosial ekonomi, akses ke toko kelontong, dan gaya hidup dapat mempengaruhi status gizi orang dewasa yang lebih tua. Harus menyiapkan makanan mereka sendiri dan makan sendiri merupakan tantangan lain yang mereka hadapi. b. Gaya Hidup Makan adalah aktivitas sosial di sebagian besar budaya. Gaya hidup seseorang mungkin memiliki dampak besar pada perilaku yang berhubungan dengan makanan. Keluarga dengan kedua orang tua yang bekerja atau dengan anak- anak yang terlibat dalam olahraga dan kegiatan lain mungkin merasa sulit untuk duduk di meja makan bersama untuk masakan rumahan. Ketika makanan dimakan dalam pelarian, mereka cenderung tinggi lemak dan karbohidrat dan keluarga kehilangan kesempatan untuk berkumpul bersama untuk berbagi peristiwa penting hari itu (American Heart Association, 2017).
  • 14. 14 Preferensi makanan biasanya berkembang pada masa kanak-kanak dan dimodifikasi sepanjang rentang kehidupan. Perilaku gizi gaya hidup sering kali berasal dari praktik keluarga tradisional. Praktik-praktik ini tidak hanya memengaruhi perilaku yang terkait dengan makanan, tetapi juga keyakinan individu tentang kesehatan dan kebugaran. Perilaku gaya hidup dapat diubah. Ketika dipahami, orang dapat belajar untuk membuat pilihan gizi yang sehat. Jika seseorang mendapatkan istirahat yang cukup, memiliki kesadaran untuk mengenali stres, berolahraga secara teratur, dan menghindari perilaku adiktif seperti merokok dan alkohol, maka dia biasanya akan membuat keputusan gizi yang sehat (Robinson, Segal, & Segal, 2019). c. Etnis, Budaya dan Agama Kebiasaan makan mencerminkan sosialisasi dan pola budaya kelompok etnis. Budaya dibuktikan oleh pola nilai dan perilaku yang merupakan karakteristik dari kelompok tertentu. Keyakinan agama sering menentukan jenis makanan apa yang boleh dimakan dan bagaimana mereka harus dipersiapkan. Meskipun tidak mungkin mempelajari perilaku gizi untuk semua kelompok etnis, mengenali kebutuhan untuk mematuhi pola rutin klien (lihat tampilan terlampir pada perilaku gizi kelompok etnis tertentu). 5. Pengkajian Nutrisi Sasaran dari penilaian keperawatan adalah untuk mengumpulkan data subjektif dan obyektif mengenai status gizi klien dan untuk menentukan jenis dukungan nutrisi yang diperlukan. Perawat berada dalam posisi unik untuk mengenali kekurangan gizi, atau perubahan yang terkait dengan asupan yang tidak memadai, gangguan pencernaan atau penyerapan, dan makan berlebihan. Penilaian harus dilakukan dengan cara yang logis dan harus mencakup tiga komponen dasar: riwayat nutrisi, pemeriksaan fisik dengan pengukuran antropometri, dan data diagnostik dan laboratorium. Riwayat Nutrisi Sejarah nutrisi klien mengalami perubahan dalam nutrisi dan metabolisme sangat penting dalam pengembangan rencana perawatan. Beberapa metode dapat digunakan dalam mengumpulkan data subyektif ini: ingatan 24 jam, kuesioner foodfrequency, catatan makanan, dan riwayat diet; Mulailah mengkaji dengan
  • 15. 15 eksplorasi menyeluruh terhadap masalah yang menghadirkan klien karena berkaitan dengan onset, durasi, sifat, pola, keparahan, gejala terkait, dan upaya yang dilakukan untuk meredakan gejala. Recall 24 Jam Penarikan 24 jam membutuhkan identifikasi klien dari segala sesuatu yang dikonsumsi dalam 24 jam sebelumnya. Ini dilakukan dengan mudah dan cepat dengan mengajukan pertanyaan yang relevan. Namun, klien mungkin tidak dapat mengingat asupan mereka secara akurat atau sesuatu yang tidak lazim untuk diet mereka. Anggota keluarga sering dapat membantu dengan data ini, jika perlu. Kuesioner Frekuensi Makan Metode frekuensi makanan mengumpulkan data relatif terhadap berapa kali per hari, minggu, atau bulan klien makan makanan tertentu. Perawat dapat menyesuaikan pertanyaan dengan nutrisi tertentu, seperti kolesterol dan lemak jenuh. Metode ini membantu memvalidasi keakuratan recall 24 jam dan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang makanan yang dikonsumsi. Rekam Makanan Catatan makanan menyediakan informasi kuantitatif mengenai semua makanan yang dikonsumsi, dengan porsi ditimbang dan diukur selama 3 hari berturut-turut. Metode ini membutuhkan kerja sama klien atau anggota keluarga secara penuh. Riwayat Diet Riwayat diet memunculkan informasi terperinci mengenai status gizi klien, pola kesehatan umum, status sosial ekonomi, dan faktor budaya. Metode ini menggabungkan informasi yang serupa dengan yang dikumpulkan oleh kueri 24 jam dan kuesioner frekuensi makanan. Beri tahu klien bahwa riwayat mungkin memerlukan lebih dari satu wawancara karena jumlah data yang akan dikumpulkan. Meskipun data riwayat dapat menunjukkan nutrisi yang cukup, klien harus ditinjau kembali secara berkala untuk mencegah masalah gizi terjadi. Ketakutan, kecemasan, atau depresi sebelum atau selama rawat inap dapat menyebabkan asupan makanan yang buruk, yang merupakan penyebab utama malnutrisi. Pemeriksaan Fisik
  • 16. 16 Peserta didik sekalian setelah mempelajari beberapa materi di atas, mari kita pelajari materi berikut mengenai pemeriksaan fisik. Penilaian fisik membutuhkan pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan organisasi. Bagian ini menyajikan temuan penilaian fisik yang menunjukkan ketidakseimbangan nutrisi. '' Perawat harus menyadari jaringan yang berkembang biak dengan cepat seperti rambut, kulit, mata, bibir, dan lidah yang biasanya menunjukkan kekurangan nutrisi lebih cepat daripada jaringan lain '' Hammond, 1999, hal. 355). Komponen penting dari pengukuran antropometri (tinggi, berat, dan lipatan kulit) juga didiskusikan. Pengukuran Antropometri Pengukuran antropometri (pengukuran ukuran, berat, dan proporsi tubuh) mengevaluasi keseimbangan pengeluaran energi kalori, massa otot, lemak tubuh, dan cadangan protein klien berdasarkan tinggi, berat badan, lipatan kulit, dan lingkar batang dan lingkar pinggang. Indeks massa tubuh (BMI) menentukan apakah berat badan seseorang sesuai untuk tinggi badan dan dihitung menggunakan rumus sederhana BMI = berat badan/[tinggi badan (m)]2 Misalnya, seseorang yang memiliki berat 65 kg dan tinggi 1,6 m akan memiliki BMI= 65/(1,6)2 hasilnya adalah 25,4. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, BMI sehat untuk orang dewasa adalah antara 18,5 dan 24,9. Rentang spesifik telah ditetapkan sebagai berikut: kurus berat badan — BMI kurang dari 18,5; kelebihan berat badan — BMI 25 hingga 29; obesitas — BMI 30 atau lebih. Tabel tinggi dan berat badan tersedia di sebagian besar pengaturan perawatan kesehatan. Pengukuran Skinfold (Pengukuran lipatan kulit) Menunjukkan jumlah lemak tubuh. Informasi ini bermanfaat dalam mempromosikan kesehatan dan menentukan risiko dan modalitas pengobatan yang terkait dengan penyakit kronis dan pembedahan. Penilaian ini biasanya dilakukan dalam pengaturan rawat jalan ketika perawat mengembangkan profil klien. Kaliper khusus digunakan untuk mengukur lipatan kulit. Caliper harus memahami hanya jaringan subkutan, bukan otot yang mendasarinya. Pengukuran dapat diambil dari trisep, subscapular, biceps, dan lipatan kulit suprailiaka.
  • 17. 17 1) Untuk mengukur lipatan trisep, cari titik tengah lengan atas. Pegang kulit di bagian belakang lengan atas, tempatkan kaliper 1 cm di bawah jari (lihat Gambar 1.2), dan ukur ketebalan ke milimeter terdekat. Gambar 1.2 skinfold pada lengan 2) Untuk pengukuran skinfold subscapular, pegang kulit di bawah skapula dengan tiga jari, sudut lipatan sekitar 450 lateral ke skapula (lihat Gambar 1.3), tempatkan caliper 1 cm di atas jari, dan baca pengukuran. Gambar 1.3 Skinfold pada punggung Sangat penting untuk mendokumentasikan situs lipatan kulit, jenis caliper yang digunakan, dan pengukuran dalam milimeter Lingkar lengan Pengukuran lingkar lengan berfungsi sebagai indeks untuk massa otot skelet dan cadangan protein. Instruksikan klien untuk rileks dan lentur lengan bawah; dengan pita pengukur mengukur keliling pada titik tengah lengan atas (lihat Gambar 1.4).
  • 18. 18 Gambar 1.4 Pengukuran Lingkar Lengan Pengukuran lemak perut (abdomen) Ketika dibuat berulang kali selama rentang waktu, pengukuran lingkar perut berfungsi sebagai indeks apakah distensi abdomen meningkat, menurun, atau tetap sama. Dengan pena yang tak terhapuskan, letakkan X pada perut klien pada titik distensi terbesar. Dengan menggunakan pita pengukur, ukur lingkar perut. Pengukuran ini harus dilakukan pada waktu yang sama setiap hari dan secara konsisten dicatat dalam inci atau sentimeter. Peserta didik sekalian selanjutnya mari kita pelajari bagaimana cara kita bisa memberikan nutrisi kepada pasien. Berikut adalah standard prosedur operasional pemberian nutrisi kepada pasien. 6. SPO Pemberian Nutrisi Pada Pasien a. Tujuan Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat melakukan keterampilan dalam memberikan makan dan minum pada pasien b. Pengertian Pemenuhan kebutuhan nutrisi klien penting dalam memperbaiki atau mempertahankan tingkat kese¬hatan klien secara keseluruhan. Bila klien tidak mampu makan atau mentoleransi pemberian ma¬kan, pemberian makan enteral dapat dilakukan. Selama klien mam¬pu mencerna dan memetabolisasi formula terse¬but, pemberian makan enteral dapat memberikan nilai nutrisi yang cukup. c. Tujuan pemberian nutrisi Membantu klien dalam pemenuhan kebutuhan nutrisinya secara adekuat d. Prosedur Pelaksanaan
  • 19. 19 Persiapan Pasien 1) Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan 2) Atur posisi yang nyaman bagi klien e. Persiapan Lingkungan 1) Ciptakan lingkungan yang tenang 2) Jauhkan benda-benda yang kurang menyenangkan untuk dilihat f. Persiapan Alat Tersedia dalam baki 1) Piring berisi nasi atau bubur 2) Mangkok berisi sayuran/kuah 3) Piring kecil berisi lauk 4) Sendok makan 5) Sendok garpu 6) Pisau kecil 7) Gelas berisi minuman 8) Mangkok untuk cuci tangan 9) Sedotan 10) Buah-buahan 11) Serbet atau alas g. Pelaksanaan Tindakan 1) Bawa makanan dan alat-alatnya ke dekat pasien 2) Perawat cuci tangan 3) Pasang atau beri pasien serbet untuk alas 4) Hidangkan makanan dan minuman kedekat pasien dengan hati-hati 5) Bantu pasien untuk memeotong lauknya bila diinginkan 6) Persilakan pasien untuk makan dan minum. Bila pasien tidak dapat makan dan minum sendiri 7) Suapi pasien sedikit demi sedikit sambil komunikasi 8) Memberi minum atau obat sesuai dosisnya 9) Memberi buah-buahan 10) Membersihkan mulut dan sekitarnya dengan serbet atau tissue 11) Pasien dirapikan kembali
  • 20. 20 12) Alat dibereskan dan mencuci tangan h. Evaluasi Tindakan Pasien mau menghabiskan makanannya 7. Data Diagnostik Dan Laboratorium Penilaian data biokimia merupakan sumber penting lain dari data obyektif. Tren yang terungkap dalam hasil laboratorium dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan dalam nutrisi dan metabolisme sebelum gejala klinis dinilai dalam pemeriksaan. Tidak ada tes laboratorium tunggal yang mendiagnosis malnutrisi diantaranya adalah sebagai berikut: Indeks Protein Beberapa tes yang mencerminkan sintesis protein juga dapat mencerminkan status gizi. Kadar serum albumin dan transferin digunakan untuk mengidentifikasi malnutrisi protein kalori. Serum albumin disintesis di hati dari asam amino. Albumin serum memainkan peran penting dalam keseimbangan cairan dan elektrolit dan transportasi nutrisi, hormon, dan obat-obatan. Namun, serum albumin memiliki waktu paruh 21 hari dan berfluktuasi sesuai dengan tingkat hidrasi; oleh karena itu, itu bukan indikator yang baik dari perubahan akut dalam status protein. Secara klinis, tes darah ini digunakan untuk mengukur deplesi protein berkepanjangan yang terjadi pada malnutrisi kronis, penyakit hati, dan nefrosis. Kadar albumin di bawah 3,5 g / dL dapat menunjukkan beberapa derajat malnutrisi. Pemeriksaan prealbumin berdasarkan penelitian telah memberikan tes yang lebih baru dan lebih akurat untuk mengevaluasi status protein. Prealbumin memiliki waktu paruh 2-3 hari; digunakan untuk menentukan deplesi protein dalam kondisi akut, seperti trauma dan peradangan, dan berfungsi sebagai panduan untuk terapi nutrisi. Kadar prealbumin antara 15 mg / dL dan 5 mg / dL mencerminkan deplesi protein ringan sampai sedang, sedangkan tingkat di bawah 5 mg / dL menunjukkan penurunan protein yang parah. Serum Transferrin atau Transferrin (nonheme iron) adalah protein darah yang dikombinasi dengan zat besi; digunakan untuk mengangkut besi ke seluruh tubuh ke semua sel. Ini responsif terhadap penyimpanan besi, meningkat ketika mereka rendah dan menurun ketika mereka tinggi. Tes ini dianggap sebagai indikator
  • 21. 21 sensitif dari kekurangan protein karena tes ini merespon dengan cepat terhadap perubahan asupan protein. Kadar di bawah 200 mg / dL dapat mengindikasikan penipisan protein ringan sampai sedang, dan tingkat di bawah 100 mg / dL dapat mengindikasikan penurunan berat badan. Level hemoglobin untuk mengukur oksigen dan kapasitas pembawa zat besi darah; tingkat normal adalah 12 hingga 15 g / 100 mL. Penurunan hemoglobin dapat menunjukkan beberapa bentuk anemia, seperti anemia defisiensi besi mikrositik atau kehilangan darah. Jumlah limfosit total adalah tes untuk mengukur deplesi protein adalah jumlah limfosit total. Kekurangan protein dapat menyebabkan depresi pada sistem kekebalan tubuh, dengan hasil penurunan jumlah limfosit total; ini dapat terjadi dengan penyakit berat yang melemahkan, seperti kanker atau penyakit ginjal. Nitrogen balance menunjukkan tingkat di mana protein sedang dikosongkan atau digantikan di dalam tubuh. Nitrogen urea darah (BUN) meningkat dengan dehidrasi berat, malnutrisi, kelaparan, asupan protein yang berlebihan, dan penyakit ginjal yang paling umum (ginjal gagal mengekskresi urea). Penurunan hasil BUN dari diet rendah makanan kaya protein. Ekskresi Kreatinin Urin. Selama metabolisme otot skeletal, kreatinin dilepaskan dengan laju sebanding dengan total massa tubuh. Tes urin 24 jam dilakukan untuk mengukur jumlah total kreatinin yang diekskresikan oleh ginjal. Pada malnutrisi, tingkat kreatinin menurun sebagai akibat atrofi otot. KONSEP ELIMINASI 1. Pengertian eliminasi Ketika saudara mendengar atau membaca kata “Eliminasi”, apakah yang terbersit dibenak saudara? Apakah macamnya? Lalu masalah apa yang dapat terjadi dengan eliminasi? Coba bandingkan jawaban saudara dengan konsep teoritis berikut. Kata eliminasi secara bahasa berarti pengeluaran, atau penghilangan, atau penyingkiran, dan atau penyisihan. Dalam istilah kesehatan eliminasi berarti proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses). Sistem saluran kemih menyaring dan mengeluarkan urin dari tubuh, untuk menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa. Fungsi usus normal adalah
  • 22. 22 mengeluarkan sisa-sisa makanan yang yang sudah dicerna, diserap dan sisanya berupa limbah padat yang dibuang dan dilakukan secara teratur. Proses pengeluaran atau pembuangan urin dinamakan berkemih atau miksi atau buang air kecil/BAK, sedangkan proses pengeluaran sisa pencernaan makanan disebut defekasi (buang air besar/BAB). Pola eliminasi sangat penting untuk menjaga kesehatan dan keseimbangan sistem dalam tubuh. Sistem saluran kemih dan gastrointestinal (GI= pencernaan) bersama-sama mengeksresi atau mengeluarkan untuk membuang limbah tubuh sebagai sisa proses metabolisme. Selama periode stres dan sakit, klien mengalami perubahan dalam pola eliminasi. Sehingga yang harus anda lakukan sebagai Perawat adalah menilai perubahan, mengidentifikasi masalah, dan memberikan intervensi untuk membantu klien mempertahankan pola eliminasi yang tepat. Peranan perawat mencakup kegiatan perawatan diri klien untuk mempromosikan kemandirian dan kesehatan. Sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Ginjal membentuk urin, ureter membawa urin ke kandung kemih, kandung kemih bertindak sebagai reservoir untuk urin, dan uretra adalah jalan keluar untuk urin untuk keluar dari tubuh. Gambar 1. Komponen sistem perkemihan (Evans & Tippins, 2008) Sedangkan saat saudara mempelajari eliminasi fekal (bowel elimination) maka saudara akan memulai dengan mempelajari saluran pencernaan makanan. Saluran pencernaan terdiri atas mulut, esofagus, lambung, usus duabelas jari. usus kecil, usus besar, rektum, dan anus. Namun untuk proses defekasi dimulai dari Usus
  • 23. 23 kecil menyerap nutrisi, usus besar menyerap cairan dan sisa nutrisi, dan bagian distal dari usus besar mengumpulkan dan menyimpan sisa limbah metabolisme sampai eliminasi terjadi. Seperti tergambar dalam gambar 2 berikut. Gambar 2. Sistem perkemihan (Evans & Tippins, 2008) Selanjutnya kita uraikan secara terperinci tentang eliminasi urin dan eliminasi fekal mulai dari: 1) review anatomi dan fisiologi masing-masing, 2) masalah-masalah yang sering dialami, dan 3) bagaimana intervensi yang diberikan sebagai penatalaksanaan terhadap masalah yang sering dialami masing-masing. Sekarang kita mulai dari uraian tentang eliminasi urine sebagai berikut: 2. Eliminasi Urin a. Definisi Eliminasi atau pembuangan urine adalah suatu proses pengeluaran atau pembuangan sisa-sisa metabolisme yang berupa cairan dan zat-zat terlarut lainnya melalui saluran perkemihan. Atau juga definisi lain dari Eleminasi atau pembuangan urine adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Eliminasi urine merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi namun sering dianggap tidak penting oleh kebanyakan orang. Apabila sistem perkemihan tidak berfungsi dengan baik, maka dapat menyebabkan gangguan terhadap sistem organ lainnya. Seseorang yang mengalami perubahan eleminasi dapat menderita secara fisik dan psikologis. Oleh karenanya Anda sebagai seorang perawat harus memahami dan menunjukkan sikap peka
  • 24. 24 terhadap kebutuhan klien akan eliminari urine, serta memahami penyebab terjadinya masalah dan berusaha memberikan bantuan untuk penyelesaian masalah yang bisa diterima dan sesuai dengan konsep teori yang benar. b. Anatomi Dan Fisiologi Eliminasi Urine Proses pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eleminasi seperti ginjal, ureter, kandung kemih atau bladder dan uretra. Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine kemudian masuk ke ureter lalu mengalir ke bladder. Dalam bladder urine ditampung sampai mencapai batas tertentu atau sampai timbul keinginan berkemih, yang kemudian dikeluarkan melalui uretra. Gambar 3. Sistem perkemihan (a) perempuan, (b) laki-laki (DeLaune & Ladner, 2011) 1) Ginjal Tahukah Anda bahwa ginjal bentuknya seperti kacang, terdiri dari 2, yaitu ginjal kanan dan ginjal kiri dimana letak ginjal kanan lebih rendah dibandingkan ginjal kiri. Produk buangan (limbah) merupakan hasil metabolisme yang terkumpul dalam darah melewati arteri renalis kemudian difiltrasi di ginjal. Sekitar 20% - 25% curah jantung bersirkulasi setiap hari melalui ginjal. Setiap satu ginjal mengandung 1-4 juta nefron yang merupakan unit pembentuk urine di Glomerulus. Kapiler glomerulus memiliki pori-pori sehingga dapat memfiltrasi air dan substansi seperti glukosa, asam amino, urea, kreatinin dan elektrolit. Kondisi normal, protein ukuran besar dan sel-sel darah tidak difiltrasi. Bila dalam urine mengandung protein (proteinuria), hal ini
  • 25. 25 bertanda adanya cedera atau gangguan pada glomerulus. Rata-rata Glomerular Filtrasi Rate (GFR) normal pada orang dewasa 125 ml permenit atau 180 liter per 24 jam. Sekitar 99 % filtrat direabsorpsi seperti ke dalam plasma, sedang 1 % di ekskresikan seperti ion hidrogen, kalium dan amonia sebagai urine. Gambar 4. Saluran perkemihan termasuk ginjal (yang diperbesar di kanan), ureter, dan kandung kemih 2) Ureter Setelah urine terbentuk kemudian akan dialirkan ke pelvis ginjal ke kandung kemih melalui ureter. Panjang ureter dewasa 25-30 cm dan berdiameter 1,25 cm. Dinding ureter dibentuk dari 3 lapisan, yaitu lapisan dalam membran mukosa, lapisan tengah otot polos yang mentransfor urine melalui ureter dengan gerakan peristaltik yang distimulasi oleh distensi urine dikandung kemih, lapisan luar jaringan fibrosa menyokong ureter. Adanya obstruksi di ureter yang tersering adalah oleh karena batu ginjal, menimbulkan gerakan peristaltik yang kuat untuk mencoba mendorong batu masuk kedalam kandung kemih, dimana hal ini menimbulkan nyeri hebat yang sering disebut dengan kolik ginjal. 3) Kandung kemih Kandung kemih merupakan tempat menampung sekitar 400 - 600 ml cairan urine, namun keinginan berkemih sudah dirasakan seseorang dewasa pada saat kandung kemih terisi urine sebanyak 150 ml, walaupun pengeluaran urine pada normalnya akan terjadi jika kandung kemih sudah terisi sekitar 300 ml. Kandung kemih terletak di dasar panggul dan merupakan otot yang dapat mengecil seperti balon, yang disebut dengan otot detrusor. Dalam keadaan penuh
  • 26. 26 kandung kemih akan membesar dimana terdiri dari dua bagian yaitu bagian fundus (puncak) dan bagian leher dimana terdapat spinter interna yang dikontrol oleh saraf otonom yaitu nerves sakral 2 dan 3. Gambar 5. Anatomi kandung kemih (baldder) 4) Uretra Uretra merupakan saluran pembuangan urin keluar dari tubuh, kontrol pengeluaran dilakukan oleh spinter eksterna yang dapat dikendalikan oleh kesadaran kita (termasuk otot sadar). Dalam kondisi normal, aliran urine yang mengalami turbulensi membuat urine bebas dari bakteri, karena membran mukosa melapisi uretra mensekresi lendir bersifat bakteriostatis dan membentuk plak mukosa mencegah masuknya bakteri. Ukuran panjang uretra wanita sekitar 4 – 6,5 cm, sehingga seringkali menjadi faktor predisposisi teradiya infeksi saluran kemih, misalnya pielonefritis, ureteritis, dan “is” lainnya. Sedangkan panjang uretra pria sekitar 20 cm. c. Fisiologi berkemih 1) Kontrol saraf Pada Otot Detrusor (pada kandung kemih) Otot detrusor merupakan otot polos kandung kemih dan termasuk otot volunter sehingga memungkinkan orang dewasa dapat menunda atau menahan berkemih atau buang air kecil (BAK) sampai waktu dan lokasi yang tepat secara sosial, misalnya di kamar mandi. Area spesifik otak, sumsum tulang belakang, dan sistem saraf perifer memodulasi aktivitas refleks otot detrusor. Kontrol saraf pusat kandung kemih dimulai di beberapa pusat modulasi di otak. Terjadinya lesi neurologis di satu atau lebih dari area ini menyebabkan
  • 27. 27 kontraksi detrusor hiperaktif dan menyebabkan hilangnya kontrol kandung kemih. Area utama di otak yang memodulasi otot detrusor terletak di lobus frontal, thalamus, hipotalamus, ganglia basalis, dan serebelum. Sistem limbik, yang mengendalikan banyak aspek fungsi saraf otonom juga dapat mempengaruhi kontinensia. Pusat miksi, terletak di dekat dasar otak, memiliki dua kelompok neuron yang menandai asal-usul buang air kecil (berkemih), evakuasi urin dari kandung kemih. Pada bayi, eliminasi urin dikontrol sepenuhnya oleh pusat mikturisi, yang mengosongkan kandung kemih ketika volume 'batas (treshold)' tertentu tercapai atau ketika kandung kemih dirangsang dengan cara lain. Namun, pada orang dewasa, pusat mikturisi digerakkan oleh beberapa pusat otak, dan BAK biasanya terjadi ketika seseorang ingin mengosongkan kandung kemih. Traktus retikulospinalis di sumsum tulang belakang (spinal cord) mengirim pesan dari otak dan batang otak ke saraf perifer kandung kemih. Pengisian kandung kemih dan penyimpanan urin dipengaruhi oleh eksitasi sistem saraf simpatetik melalui serabut efferent, nukleus spinal simpatis pada segmen thorakal ke-10 (T10) sampai lumbal ke-2 (L2). Eksitasi neuron-neuron ini melemaskan otot detrusor dan mengkontraksi elemen-elemen otot mekanisme sfingter. Pengosongan urin dilakukan melalui sistem saraf parasimpatik. Eksitasi neuron yang terletak di segmen sakrum ke-2 (S2) sampai sakrum k4-4 (S4) menyebabkan terjadinya proses berkemih (buang air kecil) oleh kontraksi otot detrusor dan relaksasi elemen otot mekanisme sfingter. Dua saraf perifer mengirimkan pesan dari sistem saraf pusat ke otot detrusor. Pleksus pelvis mengirimkan impuls parasimpatis ke otot polos detrusor. Perangsangan saraf parasimpatik menyebabkan pelepasan neurotransmiter, asetilkolin, yang sehingga terjadi kontraksi sel-sel otot detrusor. Substansi lain juga dapat mempengaruhi kontraksi otot detrusor, tetapi semua mekanisme di bawah pengaruh sistem saraf pusat. Syaraf hipogastrik inferior memberikan sebagian besar sinyal simpatik pada dinding kandung kemih dan mekanisme sfingter. Pada otot detrusor, eksitasi reseptor β-adrenergik menyebabkan pelepasan norepinefrin, yang menghambat kontraksi otot detrusor. Selain itu, stimulasi reseptor α-adrenergik di leher kandung kemih, di uretra proksimal, dan di uretra prostat pada pria
  • 28. 28 menyebabkan kontraksi komponen otot pada mekanisme sfingter, sehingga terjadi penutupan uretra yang menyebabkan kontinensia (kemih tertahan). Mekanismenya digambarkan dalam gambar 6 berikut: Gambar 6. Pengaturan otot polos destrusor terhadap rangsang berkemih Pada proses eleminasi urine ada dua langkah utama: Pertama, bila kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang lalu dikirim ke medulla spinalis yang selanjutnya diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf pusat. Kedua, pusat miksi mengirim sinyal ke otot kandung kemih (destrusor), maka spinter ekterna relaksasi untuk mengosongkan kandung kemih, sebaliknya bila seseorang memilih tidak berkemih, maka spinter eksterna berkontraksi. Kerusakan pada medulla spinalis menyebabkan hilangnya kontrol volunter berkemih, tetapi jalur refleks berkemih dapat tetap sehingga terjadinya berkemih secara tetap, maka kondisi ini disebut refleks kandung kemih. d. Pola eliminasi Urin Seseorang berkemih sangat tergantung pada kondisi kesehatan individu dan jumlah cairan yang masuk (intake), Normalnya dalam sehari sekitar 5 kali. Frekuensi untuk berkemih tergantung kebiasaan dan kesempatan atau pola. Kebanyakan orang berkemih kira-kira 70% dari urine setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada malam hari. Jumlah urine yang dikeluarkan tergantung pada: a) usia, Pada orang dewasa jumlah urine yang dikeluarkan sekitar 1.200 – 1.500 atau 150 sampai 600 ml / sekali miksi. Berat jenis plasma (tanpa protein) berkisar 1,015 -1,020. Berat jenis plasma (tanpa
  • 29. 29 protein) berkisar 1,015-1,020, b) intake cairan, semakin banyak intake cairan baik melalui minum maupun makanan yang banyak mengandung air maka akan meningkatkan jumlah urine, dan c) status kesehatan, seperti misalnya seseorang yang mengalami gangguan pada ginjalnya maka akan mempengaruhi produksi urin, pada gagal ginjal kronis akan terjadi oliguria bahkan anuria, dan sebaliknya orang dengan diabetes akan mengalami poliuri. Normalnya urine berwarna kuning terang yang merupakan pigmen oruchrome, namun warna dapat juga dipengaruhi pada: a) intake cairan. Jika seseorang dalam keadaan dehidrasi maka kosentrasi urine menjadi lebih pekat dan kecoklatan, b) penggunaan obat-obatan tertentu seperti multivitamin dan preparat besi menyebabkan warna urine menjadi kemerahan sampai kehitaman. Urine berbau khas amoniak yang merupakan hasil pecahan urea oleh bakteri. Pemberian pengobatan akan mempengaruhi bau urine. Untuk selanjutnya saudara akan mempelajari tentang eliminasi fekal dan defekasi, e. Eliminasi Fekal Saudara, bahwa Proses eliminasi fekal normal sebenarnya tidak bisa dipahami secara lengkap, dimana proses ini tergantung pada konsistensi feses (bahan feses), motilitas usus, kepatuhan dan kontraktilitas rektum, serta fungsi sfingter anal. Selanjutnya supaya saudara lebih mudah untuk memahaminya, berikut kita mulai dengan struktur anatomi sistem pencernaan. 1) Anatomi Saluran Pencernaan (Gastrointestinal=GI) Gambar 7. Saluran pencernaan (DeLaune & Ladner, (2011)
  • 30. 30 Sistem GI (saluran pencernaan) dimulai di mulut dan berakhir di anus. Usus halus pada orang dewasa kira-kira 8 meter panjangnya. Usus halus terutama bertanggung jawab untuk pencernaan dan penyerapan nutrisi, vitamin, mineral, cairan, dan elektrolit. Chyme pencernaan (campuran makanan dan sekresi yang dicerna sebagian) berjalan melalui usus halus dengan kombinasi kontraksi segmental dan gelombang peristaltik. Zat yang ditoleransi dengan baik bergerak melalui usus relatif lambat; makanan atau obat-obatan yang beracun atau mudah terbakar pada usus halus dievakuasi dengan cepat. Usus halus bergabung dengan usus besar (kolon) di katup ileocecal. Katup ini bekerja bersama dengan sfingter ileocecal untuk mengontrol pengosongan isi dari usus halus ke usus besar dan untuk mencegah regurgitasi (aliran balik) chyme pencernaan dari usus besar ke usus halus (lihat Gambar 7). Panjang usus besar pada orang dewasa rata-rata sekitar 5 meter yang terdiri atas enam segmen: sekum, kolon asendens, kolon transversum, kolon desendens, kolon sigmoid, dan saluran anal. Fungsi utama usus besar adalah mengumpulkan, memusatkan, mengangkut, dan menghilangkan bahan limbah (feses). Sphincter anal terdiri dari otot halus dan otot skeletal yang melapisi bagian distal dari lubang anus. Ia bekerja dengan anus untuk menyimpan dan untuk menghilangkan feses di bawah kendali otot volunter. 2) Motilitas Usus dan Accumodation Rektal Pemeliharaan fecal bergantung pada pengiriman reguler bolus kecil feses yang disimpan di rektum sebelum eliminasi. Waktu transit dari konsumsi makanan sampai menjadi feses sebagai limbah sisa metabolisme makanan yang disimpan di usus bervariasi. Biasanya, setidaknya 80% dari asupan yang tidak diserap oleh tubuh dikeluarkan dari usus dalam waktu 5 hari setelah konsumsi. Waktu transit dipengaruhi secara signifikan oleh jenis makanan yang dicerna, asupan makanan berikutnya, olahraga, dan faktor-faktor terkait stres. Pengisian rektum menyebabkan semakin besar rasa keinginan defekasi, yang disimpan sampai kesempatan yang tepat untuk buang air besar, evakuasi tinja dari rektum. Orang merasa ingin defekasi apabila di
  • 31. 31 rektum diidentifikasi terdapat feses kurang lebih 150 ml. Keinginan untuk buang air besar biasanya sementara, berkurang apabila rektum mengakomodasi volume lebih besar dari tinja. Ketika jumlah feses mencapai 400 ml atau lebih terkumpul di rektum, maka dorongan ini menjadi lebih kuat, dan dorongan untuk buang air besar menjadi lebih persisten. Apabila keinginan untuk buang air besar ini diabaikan maka dapat menyebabkan over distension dari rektum dengan pengerasan feses yang disebut dengan Obstipasi dan bankan terjadi konstipasi. Gambar 8. Spingter anal (DeLaune & Ladner, (2011) Proses pergerakan makanan dari mulut sampai mencapai rectum normalnya diperlukan waktu 12 – 20 jam, isinya menjadi makin lunak namun bila terlalu lama tidak segera dikeluarkan (dengan BAB) maka feses akan semakin padat karena air diabsorpsi oleh usus besar. Pada keadaan infeksi, reseksi bedah atau obstruksi dapat mengganggu peristaltik absorpsi berkurang dan aliran kimus terhambat. Saat emosi sekresi mucus akan meningkat berfungsi melindungi dinding usus dari aktivitas bakteri, bila hal ini berlebihan akan meningkatkan peristaltik berdampak pada penyerapan feses yang cepat sehingga faeses menjadi encer, diare, absorpsi berkurang dan flatus. f. Faktor – faktor yang mempengaruhi eliminasi Selanjutnya Sekarang saudara mempelajari faktor-faktor apa sajakah yang
  • 32. 32 mempengaruhi eliminasi (baik elimanasi urin maupun eliminasi fekal), yaitu: 5) Usia atau tingkat perkembangan klien akan memengaruhi kontrol pola saluran kemih dan usus. Bayi awalnya tidak memiliki pola untuk eliminasi. Kontrol atas gerakan kandung kemih dan buang air besar dapat dimulai pada usia 18 bulan tetapi biasanya tidak dapat mengontrol sampai usia 4 tahun. Terutama menahan di malam hari biasanya membutuhkan waktu lebih lama bisa, dan anak laki-laki biasanya membutuhkan waktu lebih lama untuk mengontrol eliminasi dibandingkan anak perempuan, 6) Diet, Asupan cairan dan serat yang cukup merupakan faktor penting untuk kesehatan kencing dan usus klien. Asupan cairan yang tidak memadai adalah penyebab utama konstipasi, seperti menelan makanan sembelit seperti produk susu tertentu. Diare dan perut kembung (keluarnya gas dari rektum) adalah akibat langsung dari makanan yang dicerna, dan klien perlu dididik tentang makanan dan cairan mana yang mempromosikan eliminasi yang sehat dan makanan apa yang mungkin dilarang. 7) Aktivtas, aktivitas meningkatkan tonus otot, yang memperkuat otot kandung kemih dan sfingter yang lebih baik. Peristaltik juga dibantu oleh aktivitas, sehingga mendukung pola eliminasi usus yang sehat. 8) Obat-obatan, Obat-obatan dapat berdampak pada kesehatan dan pola eliminasi klien dan harus dinilai selama wawancara riwayat kesehatan. Klien jantung misalnya, umumnya diuretik yang diresepkan, yang meningkatkan produksi urin. Antidepresan dan antihipertensi dapat menyebabkan retensi urin. Beberapa obat dingin over-the-counter (OTC), terutama antihistamin, juga dapat menyebabkan retensi urin. Obat OTC lainnya dirancang khusus untuk mempromosikan eliminasi usus atau untuk melunakkan tinja; perawat perlu menanyakan tentang semua obat yang diambil untuk memberikan perawatan yang tepat untuk klien mengalami perubahan dalam pola eliminasi.
  • 33. 33 g. Masalah-Masalah Eliminasi Masalah atau keluhan yang terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan eleminasi secara umum masalah yang terjadi adalah: 1) Tidak bisa berkemih, karena terjadinya penumpukan urine dalam bladder dan ketidakmampuan untuk mengosongkannya, misalnya adalah retensi urine. Retensi urin adalah terjadinya penumpukan urine di kandung kemih, sehigga menyebabkan terjadinya distensi disebabkan karena jumlah urine yang terdapat dalam kandung kemih melebihi 400 ml, dimana jumlah normalnya adalah 250 - 400 ml. Retensi urin bisa disebabkan oleh dua kondisi: obstruksi saluran kemih dan kelemahan otot detrusor. Obstruksi saluran kemih menyebabkan evakuasi kandung kemih tidak lengkap dengan menghalangi aliran urin melalui mekanisme sfingter atau uretra. Kelemahan kontraksi otot detrusor terjadi ketika kontraksi tidak cukup untuk mempertahankan pembukaan uretra cukup lama untuk pengosongan isi kandung kemih yang lengkap. Untuk penatalaksanaan retensi urine ini dengan kateterisasi. 2) Tidak bisa defekasi, yaitu ketidakmampuan seseorang dalam mengosongkan colon. Yaitu konstipasi dan Fecal Impaction. a) Konstipasi adalah BAB jarang dan sulit karena feses keras atau kering saat melewati usus besar dan disertai upaya mengedan saat BAB. Berbagai tanda dan gejala yang menyertainya meliputi: Keluhan perut penuh atau kembung, distensi abdomen, rektum penuh atau merasa ada tekanan, nyeri saat BAB, penurunan frekuensi BAB, ketidakmampuan untuk BAB. Eliminasi BAB yang jarang tidak selalu selalu menunjukkan bahwa seseorang mengalami konstipasi. Sebaliknya Beberapa orang mungkin mengalami konstipasi walaupun mereka BAB setiap hari. Insiden konstipasi cenderung tinggi di antara mereka yang kebiasaan makannya kurang serat (seperti tidak makan buah dan sayuran mentah yang cukup, biji-bijian, dan kacang- kacangan). Serat makanan, yang menjadi selulosa yang tidak tercerna, penting karena menarik air di dalam usus, menghasilkan tinja yang lebih besar yang lebih cepat dan mudah keluarkan. Konstipasi
  • 34. 34 dikelompokkan menjadi empat tipe berbeda (primer, sekunder, iatrogenik, dan pseudokonstipasi), sesuai dengan penyebab yang mendasarinya. b) Fecal impaction atau impaksi fekal adalah massa yang keras di rektum akibat retensi dan akumulasi feses yang berkepanjangan. Klien biasanya melaporkan ada keinginan untuk BAB tetapi ketidakmampuan untuk melakukannya. Seringkali didapati nyeri anus dapat terjadi karena upaya yang gagal untuk mengevakuasi usus bagian bawah (sigmoid, rektum). Klien dengan kelemahan dan tidak sadar yang lama paling berisiko mengalami impaksi. Pengkajian ada terjadi fekal impaksi atau tidaknya, adalah dengan memasukkan jari (yang sudah memaki sarung tangan) yang dilumasi ke dalam rektum. Jika di rektum terdapat massa feses, maka perawat melakukan tindakan untuk mengangkatnya. Tetapi terkadang perawat memberikan enema. Gambar 9. a) Konstipasi b) fecal impaction (www.epainassist.com; www.rchsd.org) c) Tidak bisa menahan kemih yaitu ketidakmampuan otot spinter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol pengeluaran urine ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang tidak disadari yang diakibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter eksterna. Biasanya terjadi pada anak-anak atau orang jompo. Contohnya adalah: inkontinensia urine, enuresis. (1) Inkontinesia urin merupakan ketidak mampuan otot spinter eksternal untuk mengontrol atau menahan pengeluaran urine. Inkontinensia berdasarkan jenis penyebabnya terdiriatas: Pertama, stres inkontinensia yaitu tekanan intra-abdomen
  • 35. 35 meningkat dan menyebabkan kompresi atau penekanan pada kandung kemih. Contoh beberapa orang pada saat batuk atau tertawa sampai menyebabkan terkencing-kencing, hal tersebut bisa dikatakan normal atau bisa terjadi pada lansia. Kedua, urge inkontinensia yaitu inkontinensia yang terjadi pada saat seseorang terdesak ingin berkemih atau tiba-tiba berkemih, bisa terjadi diakibatkan karena infeksi saluran kemih (ISK) bagian bawah atau spasme kandung kemih, overdistensi, dan sering terjadi pada seseorang yang konsumsi kafein atau alkohol. (2) Enuresis merupakan keadaan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang tidak disadari sebagai akbibat ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter eksterna. Lazim terjadi pada anak-anak atau lanjut usia. d) Tidak bisa menahan defekasi, yaitu ketidakmampuan otot spinter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol pengeluaran feses, inkontinensia fekal, dan diare. (1) Inkontinensia fekal adalah hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol atau menahan pengeluaran feses dan gas dari anus. Kerusakan spinter anus akibat kerusakan fungsi spinter atau persarafan di daerah anus yang menyebabkan inkontinensia. Pada inkontinensia fekal tidak selalu terjadi pada fekal yang cair. Dalam beberapa kasus, fungsi usus adalah normal tetapi hasil inkontinensia dari perubahan neurologis yang mengganggu aktivitas otot, sensasi, atau proses berpikir. (2) Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar dan pengeluaran feses yang cair dan tidak terbentuk. Diare merupakan gejala karena adanya gangguan proses pencernaan, absorpsi dan sekresi dalam usus besar, terjadi peningkatan peristatik usus akibatnya chyme melewati usus besar terlalu cepat, sehingga usus besar tidak mempunyai waktu untuk menyerap air. Seseorang yang mengalami diare belum tentu dipastikan bahwa dia sakit atau adanya penyakit pada saluran pencernaan, bisa juga
  • 36. 36 disebabkan karena adanya zat yang mengiritasi seperti makanan yang tercemar atau patogen usus sehingga respon tubuh adalah mengeluarkan zat tersebut melalui diare. Diare juga dapat disebabkan oleh stres emosional, kecerobohan diet, penyalahgunaan pencahar, atau gangguan usus. Intervensi yang dilakukan adalah dengan mengistirahatkan usus untuk sementara waktu bisa meredakan diare, seperti meminum air putih dan menghindari makanan padat selama 12 hingga 24 jam. Makan kembali dimulai dengan makanan hambar dan yang rendah sisa. e) Sakit atau nyeri ketika berkemih, disebut dysuria. Adalah rasa sakit atau tidak nyaman saat BAK. Bisa disebabkan karena antara lain: infeksi saluran kemih, trauma, dan striktur uretra. h. Contoh Skenario Kasus pada masalah Eliminasi 1) Kasus Diare Seorang ibu, suatu hari membawa anak perempuannya yang berusia 12 tahun ke UGD RS UMM karena diare sejak 3 hari yang lalu disertai dengan demam. Ibu telah membawa anaknya berobat ke Puskesmas sebanyak 2 kali, oleh dokter puskesmas diberi obat antibiotik untuk membunuh kuman penyebab diare untuk diminum selama 3 hari, namun tidak membaik. Frekuensi BAB 6-7 kali sehari, warna kuning, terdapat busa, awalnya ada ampasnya namun sejak tadi malam konsistensi cair dan tidak ada ampas. Ibu mengatakan bahwa sejak tadi malam anaknya juga muntah dan tidak mau makan dan malas minum. Hasil pemeriksaan fisik: keadaan umum (KU) tampak rewel, BB 38 kg, TB 148 cm, Nadi 108 kali/menit, RR 30 kali/menit, Suhu 38,2 C, peristaltik usus meningkat, mata tampak cowong, turgor kulit menurun. Ibu mengatakan sejak tadi malam anaknya tidak BAK. Analisi kasus: Data subjektif (DS): Ibu mengatakan diare sudah 2) Kasus Konstipasi Seseorang mengalami penurunan frekuensi defekasi, yang diikuti oleh pengeluaran feses yang lama atau keras, kering dan disertai upaya mengedan saat defekasi. Klien mengatakan bahwa sering menahan BAB sehingga Kondisi ini
  • 37. 37 menyebabkan feces berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap i. Penatalaksanaan atau intervensi pada gangguan eliminasi Hasil yang ditargetkan dalam pemberian asuhan untuk klien dengan masalah eliminasi berfokus pada sekitar: a) memulihkan dan mempertahankan kebiasaan eliminasi teratur, dan b) mencegah potensi komplikasi yang terkait seperti infeksi dan integritas kulit yang berubah. Intervensi untuk menangani kebutuhan fisik klien yang berkaitan dengan menjaga kesehatan kulit dan keseimbangan volume cairan perlu dikembangkan, serta strategi untuk mengatasi kebutuhan psikososial klien, seperti meningkat pengetahuan yang kurang, meningkatkan harga diri, dan mengurangi atau mengendalikan kecemasan. Sedangkan tindakan keperawatan yang bisa diberikan kepada seseorang atau klien yang mengalami permasalahan eliminasi antara lain adalah: 1) Pada klien dengan perubahan berkemih yang terjadi inkontinensia eliminasi urin (ketidakmampuan menahan kemih) adalah sebagai berikut: bladder and training, kateterisasi urin (condom, dower), manajemen eliminasi, perawatan inkontinensia, perawatan retensi, dan irigasi kandung kemih, 2) intervensi untuk klien dengan perubahan dalam inkontinensia bowel dan eliminasi termasuk perawatan usus inkontinensia, irigasi usus (huknah tinggi, huknah rendah, dan semprit gliserin) manajemen dan pelatihan otot. Adapun intervensi yang diberikan kepada gangguan kebutuhan adalah: 1) Menjaga Kesehatan Organ Eliminasi Manajemen keperawatan yang diberikan adalah mengubah pola berkemih dan defekasi dimulai dengan memberikan pemahaman tentang prinsip-prinsip kesehatan saluran kemih dan usus secara umum dan dengan pencegahan primer masalah jika memungkinkan. Mengajarkan kepada klien tentang prinsip dasar asupan cairan dan output urin, evakuasi pengosongan usus secara teratur, konsistensi tinja, dan pola eliminasi yang berubah. 2) Memenuhi Intake cairan Klien harus diajarkan untuk minum jumlah cairan yang cukup setiap hari. Jumlah asupan cairan harian yang direkomendasikan adalah sebanyak 30 mL / kg berat badan. Pada orang dewasa dengan berat badan rata-rata, dibutuhkan 1500
  • 38. 38 sampai dengane 2000 mL/hari, meskipun individu yang gemuk dan kurus bervariasi dalam batasan ini. Seseorang yang mengalami perubahan pola eliminasi urin, terutama inkontinensia, cenderung mengurangi asupan cairan dalam upaya untuk mengurangi masalah. Banyak alasan klien yang membatasi asupan cairan agar mengurangi keluaran urin dan risiko terjadi inkontinensia. Sehingga sering menyebabkan terjadinya dehidrasi sistematis. Dehidrasi juga menyebabkan tubuh untuk mengkompensasi kekurangan cairan yang tersedia dengan menyerap kembali cairan dan natrium dari usus seingga menyebabkan pengeringan feses dan sembelit. 3) Diet atau pengaturan asupan makanan Orang dengan inkontinensia urin atau sering buang air kecil yang terkait dengan urgensi (mengompol) harus diajarkan untuk mengenali potensi iritasi kandung kemih. Makanan dan minuman khusus mengiritasi kandung kemih dan sering buang air kecil dan ketidaknyamanan kandung kemih pada orang-orang tertentu, sementara menggunakan efek yang samping relatif sedikit antara lain. Makanan atau zat yang dapat mengiritasi kandung kemih tersebut: a) Minuman berkafein, minuman berkarbonasi, dan cairan asam (termasuk kopi dan teh), b) Aspartame, terutama bila ditambahkan ke kafein atau minuman berkarbonasi, c) Buah jeruk atau jus, Makanan yang mengandung saus tomat atau tomat, e) Cokelat, dan f) Makanan berminyak atau pedas. Serat makanan dapat mencegah konstipasi dan meningkatkan keinginan untuk buang air besar. Klien disarankan untuk meningkatkan jumlah makanan kaya serat dalam makanan, termasuk biji-bijian, buah-buahan, dan sayuran. Ingatkan klien bahwa serat makanan harus ditingkatkan secara bertahap; peningkatan tiba- tiba serat dapat menyebabkan kembung dan ketidaknyamanan. Klien dengan konstipasi kronis atau diare mungkin harus menghindari makanan tertentu yang memicu gejala. Misalnya, klien dengan sindrom iritasi usus (iritation bowel syndrome= IBS) disarankan menghindari alkohol, kafein, makanan berlemak tinggi, buah berlebih, sorbitol, dan sayuran penghasil gas, yang dapat memperparah gejala IBS. 4) Merubah gaya hidup dan melakukan pencegahan Gaya hidup dan kebiasaan mempengaruhi pola eliminasi normal. Variabel individu, sosial, keluarga, dan budaya memainkan peran penting dalam eliminasi.
  • 39. 39 Nutrisi yang tepat, istirahat dan tidur yang cukup, dan olahraga teratur membantu menjaga pola eliminasi yang sehat. Klien dengan masalah eliminasi dapat memperbaiki atau mengubah gaya hidup, diantaranya: a) tidak mengkonsumsi alkohol dan berhenti merokok, Konsumsi alkohol diberikan efek pada kandung kemih. Alkohol menekan ekskresi hormon antidiuretik (ADH) oleh hipotalamus, menyebabkan poliuria dan meningkatkan risiko kebocoran kemih. Merokok juga dapat mengiritasi kandung kemih, b) Manajemen stres, Mengelola stres atau tekanan membantu pola eliminasi usus dan kemih yang sehat. Stres akut dan kronis mempengaruhi kedua sistem eliminasi. j. Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Selanjutnya tindakan apakah yang dapat dilakukan oleh seorang pemberi layanan dalam membantu pemenuhan kebutuhan eliminasinya? Coba cocokkan jawaban saudara dengan materi berikut. Pada Klien yang stabil dan dapat melakukan ambulasi atau pergerakan secara mandiri maka perawat membantu ke kamar mandi untuk menggunakan toilet dalam memenuhi eliminasi urine atau fekalnya. Sedangkan klien yang lemah atau tidak bisa berjalan ke kamar mandi mungkin memerlukan commode. Adapun klien dengan mobilitas terbatas dan tingkat ketergantungan penuh terhadap perawatan di tempat tidur maka dibantu menggunakan urinal atau pispot. Untuk membantu pemenuhan kebutuhan eliminasi, maka beberapa prosedur tindakan keperawatan yang dapat dilakukan, di antaranya adalah: 1) Manajemen Inkontinensia Untuk mengatasi terjadinya inkontinenia urin adalah tergantung pada tipenya, mungkin permanen atau sementara. Enam tipe inkontinensia adalah stress, urge, reflex, functional, total, dan overflow. Penatalaksanaan pada inkontinensia adalah kompleks karena ada banyak variasi. Penatalaksaannya lebih rumit ketika klien memiliki lebih dari satu jenis inkontinensia. Salah satu cara adalah dengan mengembalikan kekuatan otot otot perkemihan diantaranya dengan cara bladder training. Pelatihan berkelanjutan untuk mengembalikan kontrol buang air kecil dengan: a) Mengajarkan klien untuk menahan buang air kecil sampai waktu dan tempat
  • 40. 40 yang tepat. b) Selain itu beberapa latihan penguatan otot-otot panggul dan otot abdominal juga dianjurkan seperti senam kegel, latihan pernafasan perut, dan lainnya. 2) Katerisasi Kateterisasi adalah tindakan memasukkan kateter ke kandung kemih melalui lubang uretra atau secara eksternal alat yang dilingkarkan pada sekitar meatus uretra. Terdapat 3 tipe pemasangan kateter: a) kateter eksternal, alat pengumpul urin yang tidak dimasukkan ke dalam kandung kemih; sebaliknya, ia mengelilingi meatus uretra. Contoh kateter eksternal adalah kondom kateter (seperti gambar 10.a), b) kateter lurus (foley catheter= gambar 10.b), Kateter lurus adalah tabung drainase urin dimasukkan kedalam uretra sampai ke kandung kemih. Kateter ini bisa dipasang sementara dan tidak ditinggal di tempatnya yang digunakan untuk mengeluarkan semua tampungan urine di kandung kemih atau digunakan untuk mengambil spesimen urin yang diperlukan pemeriksaan, dan atau c) bisa juga dipasang tetap pada kasus retensi, juga disebut kateter yang berdiam, tertinggal di tempat untuk jangka waktu tertentu yang digunakan Gambar 10 A) Kateter kondom, B) kateter foley 3) Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi di atas tempat tidur Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi di atas tempat tidur dengan penggunaan pispot diatas tempat tidur pada pasien yang tidak mampu
  • 41. 41 melakukannya secara mandiri. Gambar 11. Penggunaan pispot 4) Melakukan huknah rendah, huknah tinggi, pemberian gliserin per rektal, evakuasi feses manual untuk mengatasi atau membantu eliminasi pada konstipasi dan fekal impaction. 5) Farmakologi, dengan memberikan obat kepada klien yang mempunyai masalah eliminasi. a) Pada klien konstipasi diberikan obat pencahar gologan laksatif untuk membantu mengatasi masalah konstipasi dan melancarkan buang air besar. Obat pencahar laksatif memiliki mekanisme kerja sesuai dengan jenisnya. b) Pada klien diare. Pemberian obat yang bertujuan untuk menghentikan diare.