SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
Download to read offline
No Kode: DAR2/Profesional/575/014/2019
PENDALAMAN MATERI KEPERAWATAN
M2KB3 – PROMOSI KESEHATAN
Penulis
Edi Purwanto
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2019
2
	
	
	
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ......................................................................................................................2
PENDAHULUAN ..............................................................................................................3
A. DESKRIPSI MATERI ..........................................................................................3
B. RELEVANSI ..........................................................................................................4
C. PETUNJUK BELAJAR ........................................................................................4
PROMOSI KESEHATAN ................................................................................................5
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN.................................................................................5
B. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KEGIATAN.............................................5
C. URAIAN MATERI ....................................................................................................5
1. Promosi Kesehatan ................................................................................................6
a. Sejarah Promosi Kesehatan..................................................................................6
b. Definisi.................................................................................................................9
c. Tujuan Promosi Kesehatan ................................................................................11
d. Strategi Promosi Kesehatan ...............................................................................11
e. Media Promosi Kesehatan .................................................................................15
2. Sasaran Promosi Kesehatan................................................................................20
a. Sasaran Primer ...................................................................................................21
b. Sasaran Sekunder...............................................................................................22
c. Sasaran Tersier...................................................................................................22
3. Contoh kasus tentang promosi kesehatan .........................................................22
D. RANGKUMAN .......................................Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
E. TES FORMATIF ....................................Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
F. DAFTAR PUSTAKA..............................Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
G. KUNCI JAWABAN ................................Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
3
	
	
	
PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI MATERI
Promosi kesehatan pada prinsipnya merupakan upaya dalam meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta kegiatan yang sumber
daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung
kebijakan kebijakan public yang berwawasan kesehatan.
Diperlukan perubahan strategi pelayanan kesehatan dari pelayanan yang
terfokus pada pengobatan menjadi pelayanan pencegahan. Promosi kesehatan
merupakan fungsi inti dari kesehatan masyarakat serta efektif dalam mengurangi
beban baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular dan mengurangi
dampak sosial maupun ekonomi dari penyakit serupa. Promosi kesehatan dapat
mengurangi dampak dari faktor-faktor resiko yang berkaitan dengan faktor-faktor
penentu kesehatan secara luas yang mengarah pada penyakit dan meningkatkan
kualitas kehidupan individu dan masyarakat. Program pengendalian PTM dan
faktor resikonya dilaksanakan mulai dari pencegahan, deteksi dini, pengobatan,
dan rehabilisasi. Kegiatan pencegahan dan deteksi dini dapat dilaksanakan di
Posbindu PTM, sedangkan deteksi dini, pengobatan, dan rehabilisasi di fasilitas
pelayanan kesehatan.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan salah
satunya melalui kegiatan promosi kesehatan. Menurut Green, promosi kesehatan
adalah segala bentuk kombinasi antara pendidikan kesehatan dan intervensi yang
terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi yang dirancang untuk
memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi
kesehatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa promosi kesehatan merupakan upaya
untuk meningkatkan kesehatan secara menyeluruh bukan hanya perubahan
perilaku tetapi juga perubahan lingkungan
4
	
	
	
B. RELEVANSI
Sebagaimana disebutkan di atas, ujung tombak dari program PDBK adalah
Puskesmas dan salah satu dari upaya kesehatan wajib Puskesmas yang harus
ditingkatkan kinerjanya adalah promosi kesehatan. Sebagaimana tercantum dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114 /MENKES/SK/VII/2005 tentang
Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, promosi kesehatan adalah
upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya
setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
C. PETUNJUK BELAJAR
Agar kita berhasil dengan baik dalam mempelajari bahan ajar ini berikut
beberapa petunjuk yang dapat anda ikuti :
1) Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai anda
memahami tentang promosi kesehatan.
2) Pahami garis besar materi-materi yang akan dipelajari atau dibahas
secara seksama apa yang akan dicapai.
3) Upayakan untuk dapat membaca sumber-sumber lain yang relevan
untuk menambahkan wawasan anda menjadikan perbandingan jika
pembahasan dalam modul ini masih dianggap kurang.
4) Mantapkan pemahaman anda dengan latihan dalam modul dan melalui
kegiatan diskusi dengan mahasiswa atau dosen.
5
	
	
	
PROMOSI KESEHATAN
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Menguasai teori dan aplikasi materi keahlian keperawatan, kompetensi keahlian
asisten keperawatan yang mencakup: (1) Komunikasi Keperawatan, (2) Konsep
Dasar Keperawatan (anatomi fisiologi, promosi kesehatan, pelayanan prima), (3)
Kebutuhan Dasar Manusia, (4) Keperawatan Medikal Bedah (ilmu penyakit,
penunjang diagnostic, kegawatdaruratan), (5), Ilmu Kesehatan Masyarakat
(Keperawatan Jiwa dan Keluarga, Keperawatan Geriatrik dan Komunitas,
Keperawatan Maternitas, (6) Keterampilan Dasar Tindakan Keperawatan termasuk
advance materials yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa”
(filosofi), dan “bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan sehari-hari.
B. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KEGIATAN
Menganalisis prinsip dan Konsep Dasar Keperawatan (anatomi fisiologi,
promosi kesehatan, pelayanan prima) dan aplikasinya dalam pembelajaran asisten
keperawatan
C. URAIAN MATERI
Assalamu’alaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh. Selamat pagi para peserta
sekalian. Bagaimana kabarnya hari ini? Semoga selalu sehat dan dimudahkan
segala urusannya. Aamiin.
Bapak Ibu Peserta PPG yang berbahagia, sebelum memulai pembelajaran,
marilah kita bersama-sama berdoa terlebih dahulu, semoga kita diberikan
kemudahan dan kelancaran serta diberikan ilmu yang barokah. Aamiin. Berdoa
mulai sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Selesai.
Untuk mengetahui materi tentang promosi kesehatan, maka perlu mengetahui
beberapa topik pembelajaran yang meliputi: promosi kesehatan dan sasaran
promosi kesehatan
6
	
	
	
1. Promosi Kesehatan
a. Sejarah Promosi Kesehatan
Bergesernya pendidikan kesehatan menjadi promosi kesehatan, tidak
terlepas dari sejarah praktik pendidikan kesehatan di dalam kesehatan
masyarakat di Indonesia, maupun secara praktik pendidikan kesehatan secara
global. Para praktisi pendidikan kesehatan telah bekerja keras untuk memberikan
informasi kesehatan melalui berbagai media dan teknologi pendidikan
kepada masyarakat, dengan harapan masyarakat dapat melakukan hidup sehat
seperti yang diharapkan.
Tetapi pada kenyataannya, perubahan perilaku hidup sehat tersebut sangat
lamban, sehingga dampaknya terhadap perbaikan kesehatan sangat kecil. Dari
hasil studi yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) dan para
ahli pendidikan kesehatan, mengungkapkan memang benar bahwa pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan sudah cukup baik, tetapi praktik mereka masih
rendah. Hal ini berarti bahwa perubahan atau peningkatan pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan tidak diimbangi dengan peningkatan atau
perubahan perilakunya. Belajar dari pengalaman pelaksanaan pendidikan
kesehatan dari berbagai tempat, dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan
tersebut belum “memampukan” (ability) masyarakat untuk berperilaku hidup
sehat, tetapi baru dapat “memaukan” (willingness) masyarakat untuk berperilaku
hidup sehat. Dari pengalaman ini juga menimbulkan kesan yang negatif bagi
pendidikan kesehatan, bahwa pendidikan kesehatan hanya mementingkan
perubahan perilaku melalui pemberian informasi atau penyuluhan kesehatan.
Sedangkan pendidikan kesehatan kurang melihat bahwa perubahan perilaku atau
perlakuan baru tersebut juga memerlukan fasilitas, bukan hanya pengetahuan
saja. Misalnya Untuk praktik atau berperilaku memeriksakan diri ke pelayanan
kesehatan, minum air bersih dan makan-makanan yang bergizi bukan hanya
perlu pengetahuan tentang manfaat pemeriksaan kesehatan, manfaat air bersih
atau tahu manfaat tentang makanan yang bergizi, tetapi juga perlu sarana atau
7
	
	
	
fasilitas keterjangkauan pelayanan kesehatan, fasilitas air bersih dan bagaimana
cara mendapatkan serta mengolah makanan yang bergizi.
Oleh sebab itu, WHO menyimpulkan bahwa pendidikan kesehatan tidak
mencapai tujuannya, sebagai perwujudan dari perubahan konsep para ahli
pendidikan kesehatan global yang dimotori oleh WHO, pada tahun 1984
merevitalisasi pendidikan kesehatan tersebut dengan menggunakan istilah
promosi kesehatan (health promotion). Jika sebelumnya pendidikan kesehatan
diartikan sebagai upaya yang terencana untuk perubahan perilaku masyarakat
sesuai dengan norma kesehatan, maka promosi kesehatan tidak hanya
mengupayakan perubahan perilaku, tetapi juga perubahan lingkungan yang
memfasilitasi perubahan perilaku tersebut. WHO menyelenggarakan konferensi
internasional pertama bidang promosi kesehatan pada tanggal 21 November
1986 di Ottawa, Kanada. Konferensi dihadiri oleh para ahli kesehatan seluruh
dunia dan telah menghasilkan dokumen yang disebut Piagam Ottawa (Ottawa
Charter). Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter,1986) sebagai hasil
rumusan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa, Canada,
mengatakan bahwa :
“….Health promotion is the process of enabling people to increase control
over, and improve their health. To reach a state of complete physical, mental,
and social well-being, and individual or group must be able to indetify and
realize aspiration, to satisfy needs, and to change or cope with the environment”
Dari kutipan diatas jelas dinyatakan bahwa, promosi kesehatan adalah
suatu proses untuk memampukan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka. Dengan kata lain, promosi kesehatan adalah
upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Batasan
promosi kesehatan ini mencakup 2 dimensi yakni “kemauan” dan
“kemampuan”, atau tidak sekedar meningkatnya kemauan masyarakat seperti
dikonotasikan oleh pendidikan kesehatan. Lebih lanjut dinyatakan, bahwa
dalam mencapai derajat kesehatan yang sempurna baik fisik, mental,
8
	
	
	
maupun sosial, masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan
aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi
lingkungannya. Lingkungan disini mencakup lingkungan fisik, lingkungan
sosio budaya, dan lingkungan ekonominya.
Batasan promosi kesehatan yang lain dirumuskan oleh Yayasan
Kesehatan Victoria (Victorian Health Fondation – Australia, 1997), sebagai
berikut “Health promotion is a programs are design to bring about “change”
within people, organization, communities, and their environment”
Batasan ini menekankan, bahwa promosi kesehatan adalah suatu
program perubahan perilaku masyarakat yang menyeluruh, dalam konteks
masyarakatnya. Bukan hanya perubahan perilaku (within people), tetapi juga
perubahan lingkungannya. Perubahan perilaku tanpa diikuti perubahan
lingkungan tidak akan efektif, maka perilaku tersebut tidak akan bertahan lama.
Contoh : anak-anak saat disekolah yang belajar tentang budaya mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan, namun setelah kembali ke lingkungan keluarga
dimana mereka melihat bahwa tidak ada budaya mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan maka ia akan mengikuti budaya yang dilakukan di lingkungan
tersebut. Oleh sebab itu, promosi kesehatan bukan sekedar merubah perilakunya
saja tetapi juga mengupayakan perubahan lingkungan, system, dan sebagainya.
Pada awal tahun 2000, Departemen Kesehatan Republik Indonesia baru
dapat menyelesaikan konsep WHO dengan mengubah penyuluhan Kesehatan
masyarakat (PKM) menjadi Direktorat Promosi Kesehatan. Pada akhir tahun
2001 terjadi reorganisasi kembali berdasarkan Surat Keputusaan Menkes No
1277/Menkes/SK/XI/2001 tanggal 27 November 2001 menetapkanbahwa
Direktorat Promosi Kesehatan berganti nama menjadi Pusat Promosi
Kesehatan. Promosi kesehatan bagi individu terkait dengan dengan
pengembangan program pola hidup sehat sejak muda, dewasa hingga lanjut
usia, yang melibatkan berbagai sektor seperti praktisi medis, psikolog, media
massa, serta para pembuat kebijakan public dan perumus perundang-undangan
serta sector yang lainnya, sehingga promosi kesehatan lebih menekankan
9
	
	
	
kepada peningkatan kemampuan hidup sehat serta memfasilitasi perubahan
perilaku tersebut, bukan hanya sekedar berperilaku sehat.
b. Definisi
Upaya promosi kesehatan merupakan salah satu strategi atau langkah yang
ditempuh untuk meningkatkan kemampuan masyarakat khususnya pengetahuan,
sikap dan praktek untuk berperilaku sehat melalui proses pembelajaran dari-oleh-
untuk dan bersama masyarakat. Selain itu tujuan promosi kesehatan dimaksudkan
supaya masyarakat dapat dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan
kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya
setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Menolong diri sendiri tersebut artinya bahwa masyarakat mampu berperilaku
mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan serta mampu pula berperilaku mengatasi apabila
masalah gangguan kesehatan tersebut terlanjur terjadi di tengah-tengah kehidupan
masyarakat.
Definisi lain menurut Depkes RI (2008) menyatakan bahwa promosi
kesehatan adalah serangkaian proses pemberdayaan masyarakat agar mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatan. Proses pemberdayaan dilakukan dari
oleh masyarakat yang artinya proses pemberdayaan tersebut dilakukan melalui
kelompok-kelompok potensial di masyarakat bahkan semua komponen
masyarakat.
Sebagaimana diketahui bahwa disparitas masalah kesehatan masih
menjadi permasalahan dalam upaya pembangunan kesehatan di Indonesia yang
diindikasikan dari masih tingginya angka kesakitan akibat penyakit menular dan
tidak menular, kejadian luar biasa (KLB) akibat penyakit menular, serta masih
rendahnya perilaku sehat masyarakat. Upaya promosi kesehatan yang dilakukan
diharapkan dapat mereduksi masalah kesehatan tersebut.
Depkes RI (2008) menitiberatkan bahwa promosi kesehatan bukan hanya
10
	
	
	
sekedar proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya
menfasilitasi perubahan perilaku. Secara teknis, promosi kesehatan dapat
dijabarkan dalam berbagai program dan kegiatan yang diformulasikan untuk
mewujudkan perubahan perilaku masyarakat juga mengupayakan perubahan
secara sosial dan lingkungan fisik yang mengarah pada peningkatan derajat
kesehatan masyarakat.
Committee on Health Education and Promotion Terminology yang dikutip
oleh McKenzie (2007) mendefenisikan promosi kesehatan sebagai kombinasi
terencana apapun dari mekanisme pendidikan, politik, lingkungan, peraturan,
maupun mekanisme organisasi yang mendukung tindakan dan kondisi kehidupan
yang kondusif untuk kesehatan individu, kelompok dan masyarakat. Pada
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan (Depkes RI, 2006) disebutkan bahwa
promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat
menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik
yang berwawasan kesehatan.
Dalam melakukan promosi kesehatan tidak terlepas dari perilaku. Perilaku
tidak hanya menyangkut dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan norma,
melainkan juga dimensi ekonomi. Sistem nilai dan norma merupakan rambu-
rambu bagi seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sistem
nilai dan norma “dibuat” oleh masyarakat untuk dianut oleh individu-individu
anggota masyarakat tersebut. Namun demikian sistem nilai dan norma, sebagai
sistem sosial, adalah sesuatu yang dinamis. Artinya, sistem nilai dan norma suatu
masyarakat akan berubah mengikuti perubahan-perubahan lingkungan dari
masyarakat yang bersangkutan (Depkes RI, 2006).
Hasil Konferensi Internasional ke-4 tentang promosi kesehatan, yang
dikutip oleh Liliweri (2007), menyatakan bahwa prioritas promosi kesehatan
dalam abad 21 adalah: (1) Mempromosikan tanggung jawab sosial bagi kesehatan;
11
	
	
	
(2) Meningkatkan modal untuk pengembangan kesehatan ; (3) Konsolidasi dan
perluasan kemitraan untuk kesehatan; (4) Meningkatkan kapasitas komunitas dan
memperkuat individu dan ; (5) Melindungi keamanan infrastruktur promosi
kesehatan.
c. Tujuan Promosi Kesehatan
Tujuan promosi kesehatan agar individu atau masyarakata dapat:
1) Memelihara dan meningkatkan kesehatannya
2) Menggali dan mengembangkan potensi perilaku sehat yang ada dalam
sosial budaya masyarakat setempat
3) Mendorong penggunaan dan pengembangan sarana –prasarana pelayanan
kesehatan secara tepat
4) Mewujudkan masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat
d. Strategi Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan diharapkan dapat melaksanakan strategi yang bersifat
paripurna (komprehensif), khususnya dalam menciptakan perilaku baru.
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar
promosi kesehatan, yaitu (1) gerakan pemberdayaan, (2) bina suasana, dan (3)
advokasi, yang diperkuat oleh kemitraan serta metode dan sarana komunikasi
yang tepat (Depkes RI, 2006).
Menurut Notoadmodjo (2003) yang mengutip pendapat Hopkins, defenisi
advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam-
macam bentuk komunikasi persuasif. Advokasi dapat diartikan sebagai upaya atau
proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan
dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Berbeda dengan bina suasana,
advokasi diarahkan untuk menghasilkan dukungan yang berupa kebijakan
(misalnya dalam bentuk peraturan perundang-undangan), dana, sarana, dan lain-
lain sejenis.
Stakeholders yang dimaksud bisa berupa tokoh masyarakat formal yang
12
	
	
	
umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang
dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti
tokoh agama, tokoh adat, dan lain-lain yang umumnya dapat berperan sebagai
penentu “kebijakan” (tidak tertulis) di bidangnya. Tidak boleh dilupakan pula
tokoh-tokoh dunia usaha, yang diharapkan dapat berperan sebagai penyandang
dana non-pemerintah (Puspromkes Depkes RI, 2006).
Strategi advokasi dilakukan dengan melalui pengembangan kebijakan
yang mendukung pembangunan kesehatan melalui konsultasi pertemuan-
pertemuan dan kegiatan-kegiatan lain kepada para pengambil keputusan baik
kalangan pemerintah, swasta maupun pemuka masyarakat (Notoatmodjo, 2005).
Bina Suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang
mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang
diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila
lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang
menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan
bahkan masyarakat umum) memiliki opini yang positif terhadap perilaku tersebut.
Oleh karena itu, untuk mendukung proses Pemberdayaan Masyarakat, khususnya
dalam upaya mengajak para individu meningkat dari fase tahu ke fase mau, perlu
dilakukan Bina Suasana (Depkes RI, 2006).
Pada pelaksanaannya terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana, yaitu
(1) Pendekatan Individu, (2) Pendekatan Kelompok, dan (3) Pendekatan
Masyarakat Umum (Depkes RI, 2006), dengan penjelasan sebagai berikut:
1) Bina Suasana Individu, ditujukan kepada individu tokoh
masyarakat. Melalui pendekatan ini diharapkan mereka akan
menyebarluaskan opini yang positif terhadap perilaku yang sedang
diperkenalkan. Mereka juga diharapkan dapat menjadi individu-individu
panutan dalam hal perilaku yang sedang diperkenalkan dengan bersedia
atau mau mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut
misalnya seorang pemuka agama yang rajin melaksanakan 3 M yaitu
Menguras, Menutup dan Mengubur demi mencegah munculnya wabah
13
	
	
	
demam berdarah. Lebih lanjut bahkan dapat diupayakan agar mereka
bersedia menjadi kader dan turut menyebarluaskan informasi guna
menciptakan suasana yang kondusif bagi perubahan perilaku individu.
2) Bina Suasana Kelompok, ditujukan kepada kelompok-kelompok dalam
masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun
Warga (RW), Kelompok keagamaan, Perkumpulan Seni, Organisasi
Profesi, Organisasi Wanita, Organisasi Siswa/Mahasiswa, Organisasi
Pemuda, dan lain-lain. Pendekatan ini dapat dilakukan oleh dan atau
bersama-sama dengan pemuka/tokoh masyarakat yang telah peduli.
Diharapkan kelompok-kelompok tersebut menjadi peduli terhadap perilaku
yang sedang diperkenalkan dan menyetujui atau mendukungnya. Bentuk
dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut lalu bersedia juga
mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan, mengadvokasi
pihak-pihak yang terkait, dan atau melakukan kontrol sosial terhadap
individu-individu anggotanya.
3) Bina Suasana Masyarakat Umum, dilakukan terhadap masyarakat
umum dengan membina dan memanfaatkan media-media komunikasi,
seperti radio, televisi, koran, majalah, situs internet, dan lain-lain, sehingga
dapat tercipta pendapat umum. Dengan pendekatan ini diharapkan media-
media massa tersebut menjadi peduli dan mendukung perilaku yang sedang
diperkenalkan. Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan dirasakan
pula sebagai pendukung atau “penekan” (social pressure) oleh individu-
individu anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau melaksanakan
perilaku yang sedang diperkenalkan. Strategi bina suasana dilakukan
melalui: (1) Pengembangan potensi budaya masyarakat dengan
mengembangkan kerja sama lintas sektor termasuk organisasi
kemasyarakatan, keagamaan, pemuda, wanita serta kelompok media massa;
dan (2) Pengembangan penyelenggaraan penyuluhan, mengembangkan
media dan sarana, mengembangkan metode dan teknik serta hal-hal lain
yang mendukung penyelenggaraan penyuluhan.
14
	
	
	
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus
dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu
sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek
knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu
melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice) (Natoadmodjo,
2003).
Sasaran utama dari Pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta
kelompok masyarakat. Dalam mengupayakan agar seseorang tahu dan sadar,
kuncinya terletak pada keberhasilan membuat orang tersebut memahami bahwa
sesuatu (misalnya diare) adalah masalah baginya dan bagi masyarakatnya.
Sepanjang orang yang bersangkutan belum mengetahui dan menyadari bahwa
sesuatu itu merupakan masalah, maka orang tersebut tidak akan bersedia
menerima informasi apa pun lebih lanjut. Manakala ia telah menyadari masalah
yang dihadapinya, maka kepadanya harus diberikan informasi umum lebih lanjut
tentang masalah yang bersangkutan (Depkes RI, 2006)
Perubahan dari tahu ke mau pada umumnya dicapai dengan menyajikan
fakta-fakta dan mendramatisasi masalah. Tetapi selain itu juga dengan
mengajukan harapan bahwa masalah tersebut bisa dicegah dan atau diatasi. Di sini
dapat dikemukakan fakta yang berkaitan dengan para tokoh masyarakat sebagai
panutan (misalnya tentang seorang tokoh agama yang dia sendiri dan keluarganya
tak pernah terserang diare karena perilaku yang dipraktikkannya). Bilamana
sasaran sudah akan berpindah dari mau ke mampu melaksanakan, boleh jadi akan
terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat
diberikan bantuan langsung, tetapi yang seringkali dipraktikkan adalah dengan
mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat (community
organization) atau pembangunan masyarakat (community development).
Pemberdayaan akan lebih berhasil jika dilaksanakan melalui kemitraan serta
menggunakan metode dan teknik yang tepat. Pada saat ini banyak dijumpai
Lembaga-lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang
15
	
	
	
kesehatan atau peduli terhadap kesehatan. LSM ini harus digalang kerjasamanya,
baik di antara mereka maupun antara mereka dengan pemerintah, agar upaya
pemberdayaan masyarakat dapat berdayaguna dan berhasilguna (Puspromkes
Depkes RI, 2006).
e. Media Promosi Kesehatan
Media promosi kesehatan (Lunandi, 2003) dapat dibagi berdasarkan jenis
perlakuan yang diberikan:
1) Ceramah
Ceramah adalah suatu penyampaian informasi yang sifatnya searah, yakni
dari penceramah kepada hadirin. Pada metode ini penceramah lebih banyak
memegang peran untuk menyampaikan dan menjelaskan materi penyuluhannya
dengan sedikit memberikan kesempatan kepada sasaran untuk menyampaikan
tanggapannya. Beberapa keuntungan menggunakan metode ceramah adalah murah
dari segi biaya, mudah mengulang kembali jika ada materi yang kurang jelas
ditangkap peserta daripada proses membaca sendiri, lebih dapat dipastikan
tersampaikannya informasi yang telah disusun dan disiapkan. Apalagi kalau
waktu yang tersedia sangat minim, maka ceramah inilah yang dapat
menyampaikan banyak pesan dalam waktu singkat. Selain keuntungan ada juga
kelemahan menggunakan metode ceramah, salah satunya adalah pesan terinci
mudah dilupakan setelah beberapa lama.
2) Diskusi
Diskusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan dalam
proses pendidikan. Harus ada partisipasi yang baik dari pesera yang hadir.
Diskuasi diarahkan pada keterampilan berdialog, peningkatan pengetahuan,
peningaktan pemecahan masalah secara efisien, dan untuk mempengaruhi para
peserta agar mau mengubah sikap. Dalam suatu diskusi para pesertanya berpikir
bersama dan mengungkapkan pikirannya, sehingga menimbulkan pengertian pada
diri sendiri, pada pandangan peserta diskusi dan juga pada masalah yang
didiskusikan. Diskusi dipakai sebagai forum untuk bertukar informasi, pendapat
16
	
	
	
dan pengalaman dalam bentuk tanya- jawab yang teratur dengan tujuan
mendapatkan pengertian yang lebih luas, kejelasan tentang suatu permasalahan dan
untuk menentukan kebijakan dalam pengambilan keputusan. Diskusi
merupakan saluran yang paling baik untuk menjaga kredibilitas pesan-pesan,
menyediakan informasi, dan mengajarkan keterampilan yang kompleks yang
membutuhkan komunikasi dua arah antara individu dengan seseorang sebagai
sumber informasi yang terpercaya.
Diskusi membutuhkan perencanaan dan persiapan, serta terdapat banyak
cara untuk memicu dan mempersiapkan struktur yang akan membantu setiap
orang untuk berpartisipasi. Diskusi dapat dipicu dengan menyajikan suatu pokok
masalah, sebaiknya hal yang berkontrversial (Ewless, 1994).
Menurut Liliweri (2007) penyuluhan kesehatan merupakan suatu proses
yang berlangsung secara terus menerus, yang kemajuannya harus terus diamati
terutama kepada mereka yang memberi penyuluhan. Pada umumnya kebutuhan
akan penyuluhan kesehatan dideteksi oleh petugas kesehatan, untuk selanjutnya
ditumbuhkan rasa membutuhkan pada orang yang menerima pesan. Tujuan
pendidikan kesehatan dengan metode penyuluhan adalah meningkatkan
pengetahuan.
Pengetahuan akan menjadi titik tolak perubahan sikap dan gaya hidup
mereka. Pada akhirnya yang menjadi tujuan pendidikan adalah perubahan perilaku
pasien dan meningkatnya kepatuhan yang selanjutnya akan meningkatkan kualitas
hidup. Untuk meningkatkan pengetahuan dapat dilakukan perubahan dengan
memberikan pendidikan kesehatan.
Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan merupakan hasil dari tahu,
dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek
tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang dicakup dalam domain
kognitif mempunyai enam tahapan yaitu: tahu, memahami, aplikasi, analisis,
sintesis dan penilaian kembali. Untuk dapat menjalani perilaku yang diinginkan
seseorang harus melampui semua tahap tersebut. Enam tahap tersebut merupakan
17
	
	
	
suatu proses yang memerlukan waktu, dan lama proses tersebut tidak sama untuk
setiap orang. Untuk tercapainya proses tersebut harus terjadi perubahan sikap
mengenai materi yang disuluhkan pada mereka. Mengubah sikap pekerja
bukanlah pekerjaan mudah, bahkan lebih sulit dari pada meningkatkan
pengetahuan. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap stimulus objek. Sikap sebenarnya merupakan bagian dari
kepribadian. Berbeda dengan perangai yang juga merupakan bagian kepribadian,
sikap adalah kecenderungan yang tertata untuk berpikir, merasa dan berperilaku
terhadap suatu referen atau objek kognitif.
Suatu sikap belum tentu akan diwujudkan dalam bentuk suatu tindakan.
Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan yang nyata, diperlukan
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah
fasilitas. Sebagai contoh seorang pasien yang telah mempunyai pengetahuan dan
sikap yang baik terhadap keteraturan berolahraga, mungkin tidak dapat dijalankan
perilaku tersebut karena keterbatasan waktu. Seorang pasien yang telah berniat
untuk makan sesuai dengan rencana makan yang telah dibuatnya sendiri, kadang-
kadang keluar dari jalur tersebut karena situasi dirumah atau dikantor yang kurang
mendukung. Bila semua perilaku positif telah dilaksanakan semuanya, tentunya
orang tersebut dapat dimasukkan kedalam kelompok penerima pesan dengan
kepatuhan tinggi, sehingga sebagai dampak kepatuhannya dapat terkendali.
Apabila penerima pesan telah menjalankan perilaku yang diinginkan dan
telah digolongkan didalam kelompok dengan kepatuhan tinggi, perilaku-perilaku
tersebut harus dipertahankan. Tatap muka dengan penyuluhan tetap harus dilakukan
secara teratur, walaupun frekuensinya dapat dikurangi. Dalam penyuluhan sebelum
kegiatan dilakukan terlebih dahulu harus ditetapkan apa tujuan yang ingin dicapai
dari hasil penyuluhan tersebut, jadi disini harus jelas mengenai tujuan umum dan
tujuan khusus yang ingin dicapai. Pada tujuan umum biasanya yang menyangkut
seluruh prioritas masalah yang akan dilakukan penyuluhan kesehatan. Sedangkan
pada tujuan khusus disini merupakan uraian dari tujuan umum, ialah tujuan yang
terkandung dalam setiap penyuluhan dan setiap masalah.
18
	
	
	
Perumusan tujuan tersebut haruslah dalam bentuk tujuan perilaku atau
behavioral objectives, yang memiliki syarat-syarat sebagai berikut: (Notoatmodjo,
2003), yaitu : (1) tujuan tersebut harus dapat diukur (measurable), (2) tujuan
tersebut harus dapat diamati (observable), dan (3) tujuan tersebut harus dapat
dicapai (reachable) yang dimaksud adalah tujuan tersebut harus dapat dicapai
dalam kurun waktu tertentu.
Pada penyuluhan yang menjadi target penyuluhan atau sasaran adalah
selain penderita, juga keluarga maupun orang-orang disekitar penderita yang
sering atau hampir setiap hari berhubungan dengan penderita. Dalam
penyampaian penyuluhan perlu dilakukan dalam beberapa tahapan, misalnya
dapat dibagi dalam beberapa kegiatan yang berkesinambungan, misalnya:
a) Lokakarya mini: untuk menyiapkan tenaga penyuluh.
b) Uji coba lapangan : mencoba ( try out) untuk metoda penyuluhannya.
c) Pelaksanaan kegiatan : yang dapat meliputi pembuatan dan pemasangan
poster, pembuatan leaflet/booklet serta siap dibagikan, wawancara, ceramah
dan sebagainya. Sasaran langsung penyuluhan adalah masyarakat yang
membutuhkan informasi tentang objek penyuluhan tetapi untuk mencapai
program yang berdaya guna dan sekaligus berhasil guna, kita perlu
menentukan sasaran tidak langsung yang terdiri dari petugas kesehatan dan
berbagai komunitas dimana pasien berada di dalam melakukan kegiatannya
sehari-hari.
Menurut Mardikanto, peran penyuluh diutamakan pada kewajiban
menyampaikan inovasi dan mempengaruhi sasaran penyuluhan melalui metoda
dan teknik tertentu sehingga mereka sadar dan mampu mengadopsi inovasi yang
disampaikan.
Liliweri menguraikan peran penyuluh sebagai berikut: menjadi penyampai
inovasi, mempengaruhi keputusan sasaran, menjadi jembatan penghubung
pemerintah dan lembaga penyuluhan dengan masyarakat, serta menggerakkan
masyarakat untuk mau berubah.
Mosher menguraikan peran penyuluh, yaitu: sebagai guru, penganalisa,
19
	
	
	
penasehat, dan sebagai organisator sebagai pengembang kebutuhan perubahan,
penggerak perubahan, dan pemantab hubungan dengan masyarakat.
Kartasapoetra menjelaskan peran penyuluh yang sangat penting bagi
terwujudnya pembangunan mental pekerja secara modern. Pembangunan modern
yaitu pembangunan berbasis rakyat. Peran penyuluh tersebut adalah: (1) sebagai
peneliti, mencari masukan terkait dengan ilmu dan teknologi, penyuluh
menyampaikan, mendorong, mengarahkan, dan membimbing petani mengubah
kegiatan usaha tani dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi. (2) sebagai pendidik,
yang meningkatkan pengetahuan atau memberi informasi kepada petani, penyuluh
harus menimbulkan semangat dan kegairahan kerjaagar dapat mengelola usahanya
secara lebih efektif, efisien, dan ekonomis. (3) sebagai penyuluh, menimbulkan
sikap keterbukaan bukan paksaan, penyuluh berperan serta dalam meningkatkan
tingkat kesejahteraan hidup para pekerja beserta keluarganya.
Dapat dilihat bahwa peran penyuluh sangat berat yang mengharuskannya
memiliki kemampuan tinggi, oleh karena itu, kualitas diri penyuluh harus terus
ditingkatkan sehingga selalu mampu berperan dalam memberikan penyuluhan dan
mewujudkan pembangunan.
Jarmie menjelaskan tentang peran penyuluh yang bervariasi dengan kadar
penekanan yang berbeda, yaitu mulai dari motivator, edukator, penghubung,
dinamisator, organisator, komunikator, sampai dengan penasehat. Kadar
penerapan peran-peran tersebut tergantung pada ciri wilayah setempat, yaitu
wilayah mulai menerima ide baru, wilayah sedang berkembang maju dan wilayah
maju. Peran-peran tersebut selanjutnya akan dikaji dalam penelitian ini, dan
digunakan sebagai variabel untuk mengetahui peran penyuluh saat ini. Sesuai
dengan perubahan situasi, maka peran-peran tersebut ada yang mengalami
pengurangan tetapi ada yang makin menguat, sesuai dengan paradigma
pembangunan pertanian yang sesuai dengan sistem otonomi daerah.
Media promosi kesehatan merupakan sarana atau upaya yang disampaikan
oleh komunikator untuk menampilkan informasi baik melalui media cetak,
elektronika dan media luar ruang sehingga pengetahuan dari sasaran dapat
20
	
	
	
meningkat dan akhirnya terjadi perubahan perilaku kesehatan ke arah positif.
Promosi kesehatan tidak lepas dari media karena melalui media, maka pesan-
pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan mudah dipahami sehingga
sasaran dapat mempelajari pesan tersebut sampai memutuskan untuk mengadopsi
perilaku yang positif.
Berdasarkan cara produksinya, media promosi kesehatan dikelompokkan
menjadi:
1) Media Cetak, yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan
visual. Pada umumnya media cetak terdiri dari gambar atau foto dalam
tata warna. Adapun macamnya adalah : Poster, Leaflet, Brosur
2) Media Elektronika, yaitu suatu media yang bergerak dinamis, dapat
dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu
elektronika. Adapun macamnya adalah : TV, Radio, Film
3) Media luar ruang, yaitu media yang cara menyampaikan pesannya
di luar ruang secara umum melalui media cetak dan elektronik
secara gratis, misalnya :
a) Papan reklame atau poster dalam ukuran besar yang dapat
dilihat secara umum
b) Spanduk yaitu suatu pesan dalam bentuk tulisan dan
disertai gambar yang dibuat di atas secarik kain dengan ukuran
tergantung kebutuhan.
c) Pameran
d) Banner
e) TV layar lebar
2. Sasaran Promosi Kesehatan
Dalam pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3 (tiga) jenis sasaran,
yaitu (1) sasaran primer, (2) sasaran sekunder dan (3) sasaran tersier.
21
	
	
	
a. Sasaran Primer
Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah pasien,
individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat.
Mereka ini diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang tidak bersih dan
tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Akan tetapi disadari
bahwa mengubah perilaku bukanlah sesuatu yang mudah. Perubahan perilaku
pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) akan sulit dicapai jika tidak
didukung oleh: Sistem nilai dan norma-norma sosial serta norma-norma hukum
yang dapat diciptakan/dikembangkan oleh para pemuka masyarakat, baik pemuka
informal maupun pemuka formal. Keteladanan dari para pemuka masyarakat, baik
pemuka informal maupun pemuka formal, dalam mempraktikkan PHBS. Suasana
lingkungan sosial yang kondusif (social pressure) dari kelompok-kelompok
masyarakat dan pendapat umum (public opinion).
Sumber daya dan atau sarana yang diperlukan bagi terciptanya PHBS, yang dapat
diupayakan atau dibantu penyediaannya oleh mereka yang bertanggung jawab dan
berkepentingan (stakeholders), khususnya perangkat pemerintahan dan dunia
usaha.
Tabel 1. Sasaran promosi kesehatan berdasarkan tatanan
Tatanan
PHBS
Sasaran
Primer
Sasaran Sekunder Sasaran tersier Program
Prioritas
Rumah Ibu, anggota Kader, PKK, tokoh Kader, PKK, KIA, gizi,
tangga keluarga agama,tokoh tokoh kesehatan
masyarakat, LSM agama,tokoh lingkungan,
masyarakat, LSM gaya hidup
Institusi Seluruh siswa Guru, dosen, kepala sekolah, Gizi, JPKM
pendidikan dan karyawan, OSIS, dekan, pengelola
mahasiswa BEM, BP3, sekolah, pemilik
pengelola kantin sekolah
Tempat Seluruh Pengurus, serikat Pengelola, Kesehatan
kerja karyawan pekerja pemilik lingkungan,
perusahaan gaya hidup
22
	
	
	
Tatanan
PHBS
Sasaran
Primer
Sasaran Sekunder Sasaran tersier Program
Prioritas
Tempat Pengunjung, Karyawan, Kepala daerah Kesehatan
umum pengguna jasa pengelola lingkungan,
gagaya hidup
b. Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal (misalnya
pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal (misalnya
petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi kemasyarakatan
dan media massa. Mereka diharapkan dapat turut serta dalam upaya meningkatkan
PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara: Berperan
sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS. Turut menyebarluaskan informasi
tentang PHBS dan menciptakan suasana yang kondusif bagi PHBS. Berperan
sebagai kelompok penekan (pressure group) guna mempercepat terbentuknya
PHBS.
c. Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang berkaitan
serta mereka yan dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya.
3. Contoh kasus tentang promosi kesehatan
Seorang laki laki usia 35 tahun menderita demam, batuk lebih dari 1 bulan tidak
sembuh-sembuh, nafsu makan berkurang dan berat badan terus turun. Riwayat
imunisasi BCG belum dilakukan, merokok sejak usia 20 tahun, sehari habis 2
bungkus rokok, sanitasi lingkungan buruk, suarana rumah lembab dan gelap,
kurang kebersihan. Pemeriksaan fisik BB 12kg, TB 115cm, LLA 8cm, hasil
pemeriksaan suhu 37,8 oC, frekuensi nadi:120x/mnt, frekuensi nafas 23x/mnt,
Tekanan Darah 100/60mmHg, bibir kering pecah-pecah.sedangkan pemeriksaan
penunjuang Uji tuberculin positif. Pasien dalam pengobatan TBC sudah berjalan 2
bulan.
23
	
	
	
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Kurang Pengetahuan berhubungan dengan: keterbatasan kognitif, interpretasi
terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak
mengetahui sumber-sumber informasi.
DS: Menyatakan secara verbal adanya masalah
DO: ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai
NOC:
• Knowledge : disease process
• Knowledge : health Behavior
Kriteria hasil:
1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar
3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya
NIC :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara
yang tepat
4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
6. Sediakan informasi/media pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang
24
	
	
	
tepat. Misalnya dengan poster, flipchart atau media video tentang
pendidikan kesehatan.
7. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara
yang tepat
8. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
9. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau diindikasikan
10. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
Contoh Media Pendidikan Kesehatan
Gambar 1. Poster Rokok dan Bahayanya Gambar 2. Poster TBC
25
	
	
	
Gambar 3. Lembar Balik (flip chart) Gambar 4. Poster
Gambar 5. Leaflet (docplayer.info)

More Related Content

What's hot (20)

Laporan promkes fix
Laporan promkes fixLaporan promkes fix
Laporan promkes fix
 
Promkes
PromkesPromkes
Promkes
 
Promkes
PromkesPromkes
Promkes
 
Promosi kesehatan pelayanan kesehatan
Promosi kesehatan pelayanan kesehatanPromosi kesehatan pelayanan kesehatan
Promosi kesehatan pelayanan kesehatan
 
Konsep dasar promkes
Konsep dasar promkesKonsep dasar promkes
Konsep dasar promkes
 
Konsep promkes
Konsep promkesKonsep promkes
Konsep promkes
 
Makalah visi misi promkes
Makalah visi misi promkesMakalah visi misi promkes
Makalah visi misi promkes
 
Modul iii kb1 advokasi dalam promosi kesehatan
Modul iii kb1 advokasi dalam  promosi kesehatanModul iii kb1 advokasi dalam  promosi kesehatan
Modul iii kb1 advokasi dalam promosi kesehatan
 
Metode dan teknik promosi kesehatan
Metode dan teknik promosi kesehatanMetode dan teknik promosi kesehatan
Metode dan teknik promosi kesehatan
 
Metode dalam promosi kesehatan
Metode dalam promosi kesehatanMetode dalam promosi kesehatan
Metode dalam promosi kesehatan
 
Promosi kesehatan nasional
Promosi kesehatan nasional Promosi kesehatan nasional
Promosi kesehatan nasional
 
Kebijakan promkes
Kebijakan promkesKebijakan promkes
Kebijakan promkes
 
Kb 1 advokasi dalam promosi kesehatan
Kb 1 advokasi dalam  promosi kesehatanKb 1 advokasi dalam  promosi kesehatan
Kb 1 advokasi dalam promosi kesehatan
 
Pengantar promosi kesehatan
Pengantar promosi kesehatanPengantar promosi kesehatan
Pengantar promosi kesehatan
 
Promosi Kesehatan
Promosi KesehatanPromosi Kesehatan
Promosi Kesehatan
 
Dasar promosi kesehatan
Dasar promosi kesehatanDasar promosi kesehatan
Dasar promosi kesehatan
 
Indikator promkes
Indikator promkesIndikator promkes
Indikator promkes
 
Makalah Promosi Kesehatan Bina suasana
Makalah Promosi Kesehatan Bina suasanaMakalah Promosi Kesehatan Bina suasana
Makalah Promosi Kesehatan Bina suasana
 
MAKALAH_STRATEGI_PROMOSI_KESEHATAN.pdf
MAKALAH_STRATEGI_PROMOSI_KESEHATAN.pdfMAKALAH_STRATEGI_PROMOSI_KESEHATAN.pdf
MAKALAH_STRATEGI_PROMOSI_KESEHATAN.pdf
 
Konsep promosi kesehatan
Konsep promosi kesehatanKonsep promosi kesehatan
Konsep promosi kesehatan
 

Similar to Promosi Kesehatan Sejarah

Teori Dasar Promosi Kesehatan
Teori Dasar Promosi KesehatanTeori Dasar Promosi Kesehatan
Teori Dasar Promosi Kesehatanpjj_kemenkes
 
Teori Dasar Promosi Kesehatan
Teori Dasar Promosi KesehatanTeori Dasar Promosi Kesehatan
Teori Dasar Promosi Kesehatanpjj_kemenkes
 
E modul 3 kelas tutor ciloto
 E modul 3  kelas tutor ciloto E modul 3  kelas tutor ciloto
E modul 3 kelas tutor cilotoMaria Amandit
 
Nakes teladan 2020 bu angga format baru
Nakes teladan 2020 bu angga format baruNakes teladan 2020 bu angga format baru
Nakes teladan 2020 bu angga format baruanggasarisiringoring
 
Magang Dinkes KABUPATEN BULUNGAN
Magang Dinkes KABUPATEN BULUNGANMagang Dinkes KABUPATEN BULUNGAN
Magang Dinkes KABUPATEN BULUNGANMuhamad Rosadi
 
promosi kesehatan tentang peran perawat 2.pptx
promosi kesehatan tentang peran perawat 2.pptxpromosi kesehatan tentang peran perawat 2.pptx
promosi kesehatan tentang peran perawat 2.pptxNadiaSari35
 
Pedoman pelayanan upaya kesehatan perseorangan
Pedoman pelayanan upaya kesehatan perseoranganPedoman pelayanan upaya kesehatan perseorangan
Pedoman pelayanan upaya kesehatan perseorangantitisdwina
 
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATANPENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATANLindarti Marsiyah
 
RENCANA AKSI KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN.pdf
RENCANA AKSI KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN.pdfRENCANA AKSI KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN.pdf
RENCANA AKSI KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN.pdfmutiadewikurniati
 
PPT-UEU-Promosi-Kesehatan-dan-Pendidikan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Promosi-Kesehatan-dan-Pendidikan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptxPPT-UEU-Promosi-Kesehatan-dan-Pendidikan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Promosi-Kesehatan-dan-Pendidikan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptxStikesMucis1
 
Modul 4 kb 3 mtbs atau mtbm
Modul 4 kb 3 mtbs atau mtbmModul 4 kb 3 mtbs atau mtbm
Modul 4 kb 3 mtbs atau mtbmpjj_kemenkes
 
penkes_aplikasi_PROMKES.ppt
penkes_aplikasi_PROMKES.pptpenkes_aplikasi_PROMKES.ppt
penkes_aplikasi_PROMKES.pptAyu Laksmi
 

Similar to Promosi Kesehatan Sejarah (20)

Makalah kesehatan masyarakat
Makalah kesehatan masyarakatMakalah kesehatan masyarakat
Makalah kesehatan masyarakat
 
Makalah kesehatan masyarakat
Makalah kesehatan masyarakatMakalah kesehatan masyarakat
Makalah kesehatan masyarakat
 
IKM - PART 1 PENGANTAR.pptx
IKM - PART 1 PENGANTAR.pptxIKM - PART 1 PENGANTAR.pptx
IKM - PART 1 PENGANTAR.pptx
 
Teori Dasar Promosi Kesehatan
Teori Dasar Promosi KesehatanTeori Dasar Promosi Kesehatan
Teori Dasar Promosi Kesehatan
 
Teori Dasar Promosi Kesehatan
Teori Dasar Promosi KesehatanTeori Dasar Promosi Kesehatan
Teori Dasar Promosi Kesehatan
 
buku-ajar.pdf
buku-ajar.pdfbuku-ajar.pdf
buku-ajar.pdf
 
Program kesehatan
Program kesehatanProgram kesehatan
Program kesehatan
 
E modul 3 kelas tutor ciloto
 E modul 3  kelas tutor ciloto E modul 3  kelas tutor ciloto
E modul 3 kelas tutor ciloto
 
Nakes teladan 2020 bu angga format baru
Nakes teladan 2020 bu angga format baruNakes teladan 2020 bu angga format baru
Nakes teladan 2020 bu angga format baru
 
Makalah pola hidup sehat dan bersih
Makalah pola hidup sehat  dan bersihMakalah pola hidup sehat  dan bersih
Makalah pola hidup sehat dan bersih
 
Magang Dinkes KABUPATEN BULUNGAN
Magang Dinkes KABUPATEN BULUNGANMagang Dinkes KABUPATEN BULUNGAN
Magang Dinkes KABUPATEN BULUNGAN
 
promosi kesehatan tentang peran perawat 2.pptx
promosi kesehatan tentang peran perawat 2.pptxpromosi kesehatan tentang peran perawat 2.pptx
promosi kesehatan tentang peran perawat 2.pptx
 
Pedoman pelayanan upaya kesehatan perseorangan
Pedoman pelayanan upaya kesehatan perseoranganPedoman pelayanan upaya kesehatan perseorangan
Pedoman pelayanan upaya kesehatan perseorangan
 
Makalah pola hidup sehat dan bersih
Makalah pola hidup sehat  dan bersihMakalah pola hidup sehat  dan bersih
Makalah pola hidup sehat dan bersih
 
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATANPENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
 
RENCANA AKSI KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN.pdf
RENCANA AKSI KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN.pdfRENCANA AKSI KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN.pdf
RENCANA AKSI KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN.pdf
 
PPT-UEU-Promosi-Kesehatan-dan-Pendidikan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Promosi-Kesehatan-dan-Pendidikan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptxPPT-UEU-Promosi-Kesehatan-dan-Pendidikan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Promosi-Kesehatan-dan-Pendidikan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
 
Modul 4 kb 3 mtbs atau mtbm
Modul 4 kb 3 mtbs atau mtbmModul 4 kb 3 mtbs atau mtbm
Modul 4 kb 3 mtbs atau mtbm
 
penkes_aplikasi_PROMKES.ppt
penkes_aplikasi_PROMKES.pptpenkes_aplikasi_PROMKES.ppt
penkes_aplikasi_PROMKES.ppt
 
Makalah visi misi promkes
Makalah visi misi promkesMakalah visi misi promkes
Makalah visi misi promkes
 

More from ppghybrid4

BIOLOGI_M6KB4 PPT
BIOLOGI_M6KB4 PPTBIOLOGI_M6KB4 PPT
BIOLOGI_M6KB4 PPTppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB4 PDF
BIOLOGI_M6KB4 PDFBIOLOGI_M6KB4 PDF
BIOLOGI_M6KB4 PDFppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB3 PPT
BIOLOGI_M6KB3 PPTBIOLOGI_M6KB3 PPT
BIOLOGI_M6KB3 PPTppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB3 PDF
BIOLOGI_M6KB3 PDFBIOLOGI_M6KB3 PDF
BIOLOGI_M6KB3 PDFppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB2 PPT
BIOLOGI_M6KB2 PPTBIOLOGI_M6KB2 PPT
BIOLOGI_M6KB2 PPTppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB2 PDF
BIOLOGI_M6KB2 PDFBIOLOGI_M6KB2 PDF
BIOLOGI_M6KB2 PDFppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB1 PPT
BIOLOGI_M6KB1 PPTBIOLOGI_M6KB1 PPT
BIOLOGI_M6KB1 PPTppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB1 PDF
BIOLOGI_M6KB1 PDFBIOLOGI_M6KB1 PDF
BIOLOGI_M6KB1 PDFppghybrid4
 
BIOLOGI_M5KB4 PPT
BIOLOGI_M5KB4 PPTBIOLOGI_M5KB4 PPT
BIOLOGI_M5KB4 PPTppghybrid4
 
BIOLOGI_M5KB4 PDF
BIOLOGI_M5KB4 PDFBIOLOGI_M5KB4 PDF
BIOLOGI_M5KB4 PDFppghybrid4
 
BIOLOGI_M5KB3 PPT
BIOLOGI_M5KB3 PPTBIOLOGI_M5KB3 PPT
BIOLOGI_M5KB3 PPTppghybrid4
 
BIOLOGI_M5KB3 PDF
BIOLOGI_M5KB3 PDFBIOLOGI_M5KB3 PDF
BIOLOGI_M5KB3 PDFppghybrid4
 
BIOLOGI_M5KB2 PPT
BIOLOGI_M5KB2 PPTBIOLOGI_M5KB2 PPT
BIOLOGI_M5KB2 PPTppghybrid4
 

More from ppghybrid4 (20)

BIOLOGI_M6KB4 PPT
BIOLOGI_M6KB4 PPTBIOLOGI_M6KB4 PPT
BIOLOGI_M6KB4 PPT
 
BIOLOGI_M6KB4 PDF
BIOLOGI_M6KB4 PDFBIOLOGI_M6KB4 PDF
BIOLOGI_M6KB4 PDF
 
BIOLOGI_M6KB3 PPT
BIOLOGI_M6KB3 PPTBIOLOGI_M6KB3 PPT
BIOLOGI_M6KB3 PPT
 
BIOLOGI_M6KB3 PDF
BIOLOGI_M6KB3 PDFBIOLOGI_M6KB3 PDF
BIOLOGI_M6KB3 PDF
 
BIOLOGI_M6KB2 PPT
BIOLOGI_M6KB2 PPTBIOLOGI_M6KB2 PPT
BIOLOGI_M6KB2 PPT
 
BIOLOGI_M6KB2 PDF
BIOLOGI_M6KB2 PDFBIOLOGI_M6KB2 PDF
BIOLOGI_M6KB2 PDF
 
BIOLOGI_M6KB1 PPT
BIOLOGI_M6KB1 PPTBIOLOGI_M6KB1 PPT
BIOLOGI_M6KB1 PPT
 
BIOLOGI_M6KB1 PDF
BIOLOGI_M6KB1 PDFBIOLOGI_M6KB1 PDF
BIOLOGI_M6KB1 PDF
 
BIOLOGI_M5KB4 PPT
BIOLOGI_M5KB4 PPTBIOLOGI_M5KB4 PPT
BIOLOGI_M5KB4 PPT
 
BIOLOGI_M5KB4 PDF
BIOLOGI_M5KB4 PDFBIOLOGI_M5KB4 PDF
BIOLOGI_M5KB4 PDF
 
BIOLOGI_M5KB3 PPT
BIOLOGI_M5KB3 PPTBIOLOGI_M5KB3 PPT
BIOLOGI_M5KB3 PPT
 
BIOLOGI_M5KB3 PDF
BIOLOGI_M5KB3 PDFBIOLOGI_M5KB3 PDF
BIOLOGI_M5KB3 PDF
 
BIOLOGI_M5KB2 PPT
BIOLOGI_M5KB2 PPTBIOLOGI_M5KB2 PPT
BIOLOGI_M5KB2 PPT
 
BIOLOGI_M5KB2
BIOLOGI_M5KB2BIOLOGI_M5KB2
BIOLOGI_M5KB2
 
BIOLOGI_M5KB1
BIOLOGI_M5KB1BIOLOGI_M5KB1
BIOLOGI_M5KB1
 
BIOLOGI_M5KB1
BIOLOGI_M5KB1BIOLOGI_M5KB1
BIOLOGI_M5KB1
 
BIOLOGI_M4KB4
BIOLOGI_M4KB4BIOLOGI_M4KB4
BIOLOGI_M4KB4
 
BIOLOGI_M4KB4
BIOLOGI_M4KB4BIOLOGI_M4KB4
BIOLOGI_M4KB4
 
BIOLOGI_M4KB3
BIOLOGI_M4KB3BIOLOGI_M4KB3
BIOLOGI_M4KB3
 
BIOLOGI_M4KB3
BIOLOGI_M4KB3BIOLOGI_M4KB3
BIOLOGI_M4KB3
 

Recently uploaded

Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 

Recently uploaded (20)

Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 

Promosi Kesehatan Sejarah

  • 1. No Kode: DAR2/Profesional/575/014/2019 PENDALAMAN MATERI KEPERAWATAN M2KB3 – PROMOSI KESEHATAN Penulis Edi Purwanto KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2019
  • 2. 2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI ......................................................................................................................2 PENDAHULUAN ..............................................................................................................3 A. DESKRIPSI MATERI ..........................................................................................3 B. RELEVANSI ..........................................................................................................4 C. PETUNJUK BELAJAR ........................................................................................4 PROMOSI KESEHATAN ................................................................................................5 A. CAPAIAN PEMBELAJARAN.................................................................................5 B. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KEGIATAN.............................................5 C. URAIAN MATERI ....................................................................................................5 1. Promosi Kesehatan ................................................................................................6 a. Sejarah Promosi Kesehatan..................................................................................6 b. Definisi.................................................................................................................9 c. Tujuan Promosi Kesehatan ................................................................................11 d. Strategi Promosi Kesehatan ...............................................................................11 e. Media Promosi Kesehatan .................................................................................15 2. Sasaran Promosi Kesehatan................................................................................20 a. Sasaran Primer ...................................................................................................21 b. Sasaran Sekunder...............................................................................................22 c. Sasaran Tersier...................................................................................................22 3. Contoh kasus tentang promosi kesehatan .........................................................22 D. RANGKUMAN .......................................Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan. E. TES FORMATIF ....................................Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan. F. DAFTAR PUSTAKA..............................Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan. G. KUNCI JAWABAN ................................Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
  • 3. 3 PENDAHULUAN A. DESKRIPSI MATERI Promosi kesehatan pada prinsipnya merupakan upaya dalam meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta kegiatan yang sumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung kebijakan kebijakan public yang berwawasan kesehatan. Diperlukan perubahan strategi pelayanan kesehatan dari pelayanan yang terfokus pada pengobatan menjadi pelayanan pencegahan. Promosi kesehatan merupakan fungsi inti dari kesehatan masyarakat serta efektif dalam mengurangi beban baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular dan mengurangi dampak sosial maupun ekonomi dari penyakit serupa. Promosi kesehatan dapat mengurangi dampak dari faktor-faktor resiko yang berkaitan dengan faktor-faktor penentu kesehatan secara luas yang mengarah pada penyakit dan meningkatkan kualitas kehidupan individu dan masyarakat. Program pengendalian PTM dan faktor resikonya dilaksanakan mulai dari pencegahan, deteksi dini, pengobatan, dan rehabilisasi. Kegiatan pencegahan dan deteksi dini dapat dilaksanakan di Posbindu PTM, sedangkan deteksi dini, pengobatan, dan rehabilisasi di fasilitas pelayanan kesehatan. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan salah satunya melalui kegiatan promosi kesehatan. Menurut Green, promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi antara pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kesehatan secara menyeluruh bukan hanya perubahan perilaku tetapi juga perubahan lingkungan
  • 4. 4 B. RELEVANSI Sebagaimana disebutkan di atas, ujung tombak dari program PDBK adalah Puskesmas dan salah satu dari upaya kesehatan wajib Puskesmas yang harus ditingkatkan kinerjanya adalah promosi kesehatan. Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114 /MENKES/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. C. PETUNJUK BELAJAR Agar kita berhasil dengan baik dalam mempelajari bahan ajar ini berikut beberapa petunjuk yang dapat anda ikuti : 1) Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai anda memahami tentang promosi kesehatan. 2) Pahami garis besar materi-materi yang akan dipelajari atau dibahas secara seksama apa yang akan dicapai. 3) Upayakan untuk dapat membaca sumber-sumber lain yang relevan untuk menambahkan wawasan anda menjadikan perbandingan jika pembahasan dalam modul ini masih dianggap kurang. 4) Mantapkan pemahaman anda dengan latihan dalam modul dan melalui kegiatan diskusi dengan mahasiswa atau dosen.
  • 5. 5 PROMOSI KESEHATAN A. CAPAIAN PEMBELAJARAN Menguasai teori dan aplikasi materi keahlian keperawatan, kompetensi keahlian asisten keperawatan yang mencakup: (1) Komunikasi Keperawatan, (2) Konsep Dasar Keperawatan (anatomi fisiologi, promosi kesehatan, pelayanan prima), (3) Kebutuhan Dasar Manusia, (4) Keperawatan Medikal Bedah (ilmu penyakit, penunjang diagnostic, kegawatdaruratan), (5), Ilmu Kesehatan Masyarakat (Keperawatan Jiwa dan Keluarga, Keperawatan Geriatrik dan Komunitas, Keperawatan Maternitas, (6) Keterampilan Dasar Tindakan Keperawatan termasuk advance materials yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi), dan “bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan sehari-hari. B. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KEGIATAN Menganalisis prinsip dan Konsep Dasar Keperawatan (anatomi fisiologi, promosi kesehatan, pelayanan prima) dan aplikasinya dalam pembelajaran asisten keperawatan C. URAIAN MATERI Assalamu’alaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh. Selamat pagi para peserta sekalian. Bagaimana kabarnya hari ini? Semoga selalu sehat dan dimudahkan segala urusannya. Aamiin. Bapak Ibu Peserta PPG yang berbahagia, sebelum memulai pembelajaran, marilah kita bersama-sama berdoa terlebih dahulu, semoga kita diberikan kemudahan dan kelancaran serta diberikan ilmu yang barokah. Aamiin. Berdoa mulai sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Selesai. Untuk mengetahui materi tentang promosi kesehatan, maka perlu mengetahui beberapa topik pembelajaran yang meliputi: promosi kesehatan dan sasaran promosi kesehatan
  • 6. 6 1. Promosi Kesehatan a. Sejarah Promosi Kesehatan Bergesernya pendidikan kesehatan menjadi promosi kesehatan, tidak terlepas dari sejarah praktik pendidikan kesehatan di dalam kesehatan masyarakat di Indonesia, maupun secara praktik pendidikan kesehatan secara global. Para praktisi pendidikan kesehatan telah bekerja keras untuk memberikan informasi kesehatan melalui berbagai media dan teknologi pendidikan kepada masyarakat, dengan harapan masyarakat dapat melakukan hidup sehat seperti yang diharapkan. Tetapi pada kenyataannya, perubahan perilaku hidup sehat tersebut sangat lamban, sehingga dampaknya terhadap perbaikan kesehatan sangat kecil. Dari hasil studi yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) dan para ahli pendidikan kesehatan, mengungkapkan memang benar bahwa pengetahuan masyarakat tentang kesehatan sudah cukup baik, tetapi praktik mereka masih rendah. Hal ini berarti bahwa perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan tidak diimbangi dengan peningkatan atau perubahan perilakunya. Belajar dari pengalaman pelaksanaan pendidikan kesehatan dari berbagai tempat, dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan tersebut belum “memampukan” (ability) masyarakat untuk berperilaku hidup sehat, tetapi baru dapat “memaukan” (willingness) masyarakat untuk berperilaku hidup sehat. Dari pengalaman ini juga menimbulkan kesan yang negatif bagi pendidikan kesehatan, bahwa pendidikan kesehatan hanya mementingkan perubahan perilaku melalui pemberian informasi atau penyuluhan kesehatan. Sedangkan pendidikan kesehatan kurang melihat bahwa perubahan perilaku atau perlakuan baru tersebut juga memerlukan fasilitas, bukan hanya pengetahuan saja. Misalnya Untuk praktik atau berperilaku memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan, minum air bersih dan makan-makanan yang bergizi bukan hanya perlu pengetahuan tentang manfaat pemeriksaan kesehatan, manfaat air bersih atau tahu manfaat tentang makanan yang bergizi, tetapi juga perlu sarana atau
  • 7. 7 fasilitas keterjangkauan pelayanan kesehatan, fasilitas air bersih dan bagaimana cara mendapatkan serta mengolah makanan yang bergizi. Oleh sebab itu, WHO menyimpulkan bahwa pendidikan kesehatan tidak mencapai tujuannya, sebagai perwujudan dari perubahan konsep para ahli pendidikan kesehatan global yang dimotori oleh WHO, pada tahun 1984 merevitalisasi pendidikan kesehatan tersebut dengan menggunakan istilah promosi kesehatan (health promotion). Jika sebelumnya pendidikan kesehatan diartikan sebagai upaya yang terencana untuk perubahan perilaku masyarakat sesuai dengan norma kesehatan, maka promosi kesehatan tidak hanya mengupayakan perubahan perilaku, tetapi juga perubahan lingkungan yang memfasilitasi perubahan perilaku tersebut. WHO menyelenggarakan konferensi internasional pertama bidang promosi kesehatan pada tanggal 21 November 1986 di Ottawa, Kanada. Konferensi dihadiri oleh para ahli kesehatan seluruh dunia dan telah menghasilkan dokumen yang disebut Piagam Ottawa (Ottawa Charter). Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter,1986) sebagai hasil rumusan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa, Canada, mengatakan bahwa : “….Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and improve their health. To reach a state of complete physical, mental, and social well-being, and individual or group must be able to indetify and realize aspiration, to satisfy needs, and to change or cope with the environment” Dari kutipan diatas jelas dinyatakan bahwa, promosi kesehatan adalah suatu proses untuk memampukan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka. Dengan kata lain, promosi kesehatan adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Batasan promosi kesehatan ini mencakup 2 dimensi yakni “kemauan” dan “kemampuan”, atau tidak sekedar meningkatnya kemauan masyarakat seperti dikonotasikan oleh pendidikan kesehatan. Lebih lanjut dinyatakan, bahwa dalam mencapai derajat kesehatan yang sempurna baik fisik, mental,
  • 8. 8 maupun sosial, masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya. Lingkungan disini mencakup lingkungan fisik, lingkungan sosio budaya, dan lingkungan ekonominya. Batasan promosi kesehatan yang lain dirumuskan oleh Yayasan Kesehatan Victoria (Victorian Health Fondation – Australia, 1997), sebagai berikut “Health promotion is a programs are design to bring about “change” within people, organization, communities, and their environment” Batasan ini menekankan, bahwa promosi kesehatan adalah suatu program perubahan perilaku masyarakat yang menyeluruh, dalam konteks masyarakatnya. Bukan hanya perubahan perilaku (within people), tetapi juga perubahan lingkungannya. Perubahan perilaku tanpa diikuti perubahan lingkungan tidak akan efektif, maka perilaku tersebut tidak akan bertahan lama. Contoh : anak-anak saat disekolah yang belajar tentang budaya mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, namun setelah kembali ke lingkungan keluarga dimana mereka melihat bahwa tidak ada budaya mencuci tangan sebelum dan sesudah makan maka ia akan mengikuti budaya yang dilakukan di lingkungan tersebut. Oleh sebab itu, promosi kesehatan bukan sekedar merubah perilakunya saja tetapi juga mengupayakan perubahan lingkungan, system, dan sebagainya. Pada awal tahun 2000, Departemen Kesehatan Republik Indonesia baru dapat menyelesaikan konsep WHO dengan mengubah penyuluhan Kesehatan masyarakat (PKM) menjadi Direktorat Promosi Kesehatan. Pada akhir tahun 2001 terjadi reorganisasi kembali berdasarkan Surat Keputusaan Menkes No 1277/Menkes/SK/XI/2001 tanggal 27 November 2001 menetapkanbahwa Direktorat Promosi Kesehatan berganti nama menjadi Pusat Promosi Kesehatan. Promosi kesehatan bagi individu terkait dengan dengan pengembangan program pola hidup sehat sejak muda, dewasa hingga lanjut usia, yang melibatkan berbagai sektor seperti praktisi medis, psikolog, media massa, serta para pembuat kebijakan public dan perumus perundang-undangan serta sector yang lainnya, sehingga promosi kesehatan lebih menekankan
  • 9. 9 kepada peningkatan kemampuan hidup sehat serta memfasilitasi perubahan perilaku tersebut, bukan hanya sekedar berperilaku sehat. b. Definisi Upaya promosi kesehatan merupakan salah satu strategi atau langkah yang ditempuh untuk meningkatkan kemampuan masyarakat khususnya pengetahuan, sikap dan praktek untuk berperilaku sehat melalui proses pembelajaran dari-oleh- untuk dan bersama masyarakat. Selain itu tujuan promosi kesehatan dimaksudkan supaya masyarakat dapat dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri tersebut artinya bahwa masyarakat mampu berperilaku mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta mampu pula berperilaku mengatasi apabila masalah gangguan kesehatan tersebut terlanjur terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Definisi lain menurut Depkes RI (2008) menyatakan bahwa promosi kesehatan adalah serangkaian proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan. Proses pemberdayaan dilakukan dari oleh masyarakat yang artinya proses pemberdayaan tersebut dilakukan melalui kelompok-kelompok potensial di masyarakat bahkan semua komponen masyarakat. Sebagaimana diketahui bahwa disparitas masalah kesehatan masih menjadi permasalahan dalam upaya pembangunan kesehatan di Indonesia yang diindikasikan dari masih tingginya angka kesakitan akibat penyakit menular dan tidak menular, kejadian luar biasa (KLB) akibat penyakit menular, serta masih rendahnya perilaku sehat masyarakat. Upaya promosi kesehatan yang dilakukan diharapkan dapat mereduksi masalah kesehatan tersebut. Depkes RI (2008) menitiberatkan bahwa promosi kesehatan bukan hanya
  • 10. 10 sekedar proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya menfasilitasi perubahan perilaku. Secara teknis, promosi kesehatan dapat dijabarkan dalam berbagai program dan kegiatan yang diformulasikan untuk mewujudkan perubahan perilaku masyarakat juga mengupayakan perubahan secara sosial dan lingkungan fisik yang mengarah pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Committee on Health Education and Promotion Terminology yang dikutip oleh McKenzie (2007) mendefenisikan promosi kesehatan sebagai kombinasi terencana apapun dari mekanisme pendidikan, politik, lingkungan, peraturan, maupun mekanisme organisasi yang mendukung tindakan dan kondisi kehidupan yang kondusif untuk kesehatan individu, kelompok dan masyarakat. Pada Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan (Depkes RI, 2006) disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Dalam melakukan promosi kesehatan tidak terlepas dari perilaku. Perilaku tidak hanya menyangkut dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan norma, melainkan juga dimensi ekonomi. Sistem nilai dan norma merupakan rambu- rambu bagi seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sistem nilai dan norma “dibuat” oleh masyarakat untuk dianut oleh individu-individu anggota masyarakat tersebut. Namun demikian sistem nilai dan norma, sebagai sistem sosial, adalah sesuatu yang dinamis. Artinya, sistem nilai dan norma suatu masyarakat akan berubah mengikuti perubahan-perubahan lingkungan dari masyarakat yang bersangkutan (Depkes RI, 2006). Hasil Konferensi Internasional ke-4 tentang promosi kesehatan, yang dikutip oleh Liliweri (2007), menyatakan bahwa prioritas promosi kesehatan dalam abad 21 adalah: (1) Mempromosikan tanggung jawab sosial bagi kesehatan;
  • 11. 11 (2) Meningkatkan modal untuk pengembangan kesehatan ; (3) Konsolidasi dan perluasan kemitraan untuk kesehatan; (4) Meningkatkan kapasitas komunitas dan memperkuat individu dan ; (5) Melindungi keamanan infrastruktur promosi kesehatan. c. Tujuan Promosi Kesehatan Tujuan promosi kesehatan agar individu atau masyarakata dapat: 1) Memelihara dan meningkatkan kesehatannya 2) Menggali dan mengembangkan potensi perilaku sehat yang ada dalam sosial budaya masyarakat setempat 3) Mendorong penggunaan dan pengembangan sarana –prasarana pelayanan kesehatan secara tepat 4) Mewujudkan masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat d. Strategi Promosi Kesehatan Promosi kesehatan diharapkan dapat melaksanakan strategi yang bersifat paripurna (komprehensif), khususnya dalam menciptakan perilaku baru. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan, yaitu (1) gerakan pemberdayaan, (2) bina suasana, dan (3) advokasi, yang diperkuat oleh kemitraan serta metode dan sarana komunikasi yang tepat (Depkes RI, 2006). Menurut Notoadmodjo (2003) yang mengutip pendapat Hopkins, defenisi advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam- macam bentuk komunikasi persuasif. Advokasi dapat diartikan sebagai upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Berbeda dengan bina suasana, advokasi diarahkan untuk menghasilkan dukungan yang berupa kebijakan (misalnya dalam bentuk peraturan perundang-undangan), dana, sarana, dan lain- lain sejenis. Stakeholders yang dimaksud bisa berupa tokoh masyarakat formal yang
  • 12. 12 umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh adat, dan lain-lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu “kebijakan” (tidak tertulis) di bidangnya. Tidak boleh dilupakan pula tokoh-tokoh dunia usaha, yang diharapkan dapat berperan sebagai penyandang dana non-pemerintah (Puspromkes Depkes RI, 2006). Strategi advokasi dilakukan dengan melalui pengembangan kebijakan yang mendukung pembangunan kesehatan melalui konsultasi pertemuan- pertemuan dan kegiatan-kegiatan lain kepada para pengambil keputusan baik kalangan pemerintah, swasta maupun pemuka masyarakat (Notoatmodjo, 2005). Bina Suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) memiliki opini yang positif terhadap perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses Pemberdayaan Masyarakat, khususnya dalam upaya mengajak para individu meningkat dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana (Depkes RI, 2006). Pada pelaksanaannya terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana, yaitu (1) Pendekatan Individu, (2) Pendekatan Kelompok, dan (3) Pendekatan Masyarakat Umum (Depkes RI, 2006), dengan penjelasan sebagai berikut: 1) Bina Suasana Individu, ditujukan kepada individu tokoh masyarakat. Melalui pendekatan ini diharapkan mereka akan menyebarluaskan opini yang positif terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan. Mereka juga diharapkan dapat menjadi individu-individu panutan dalam hal perilaku yang sedang diperkenalkan dengan bersedia atau mau mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut misalnya seorang pemuka agama yang rajin melaksanakan 3 M yaitu Menguras, Menutup dan Mengubur demi mencegah munculnya wabah
  • 13. 13 demam berdarah. Lebih lanjut bahkan dapat diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan turut menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yang kondusif bagi perubahan perilaku individu. 2) Bina Suasana Kelompok, ditujukan kepada kelompok-kelompok dalam masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun Warga (RW), Kelompok keagamaan, Perkumpulan Seni, Organisasi Profesi, Organisasi Wanita, Organisasi Siswa/Mahasiswa, Organisasi Pemuda, dan lain-lain. Pendekatan ini dapat dilakukan oleh dan atau bersama-sama dengan pemuka/tokoh masyarakat yang telah peduli. Diharapkan kelompok-kelompok tersebut menjadi peduli terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan dan menyetujui atau mendukungnya. Bentuk dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut lalu bersedia juga mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan, mengadvokasi pihak-pihak yang terkait, dan atau melakukan kontrol sosial terhadap individu-individu anggotanya. 3) Bina Suasana Masyarakat Umum, dilakukan terhadap masyarakat umum dengan membina dan memanfaatkan media-media komunikasi, seperti radio, televisi, koran, majalah, situs internet, dan lain-lain, sehingga dapat tercipta pendapat umum. Dengan pendekatan ini diharapkan media- media massa tersebut menjadi peduli dan mendukung perilaku yang sedang diperkenalkan. Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan dirasakan pula sebagai pendukung atau “penekan” (social pressure) oleh individu- individu anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau melaksanakan perilaku yang sedang diperkenalkan. Strategi bina suasana dilakukan melalui: (1) Pengembangan potensi budaya masyarakat dengan mengembangkan kerja sama lintas sektor termasuk organisasi kemasyarakatan, keagamaan, pemuda, wanita serta kelompok media massa; dan (2) Pengembangan penyelenggaraan penyuluhan, mengembangkan media dan sarana, mengembangkan metode dan teknik serta hal-hal lain yang mendukung penyelenggaraan penyuluhan.
  • 14. 14 Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice) (Natoadmodjo, 2003). Sasaran utama dari Pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat. Dalam mengupayakan agar seseorang tahu dan sadar, kuncinya terletak pada keberhasilan membuat orang tersebut memahami bahwa sesuatu (misalnya diare) adalah masalah baginya dan bagi masyarakatnya. Sepanjang orang yang bersangkutan belum mengetahui dan menyadari bahwa sesuatu itu merupakan masalah, maka orang tersebut tidak akan bersedia menerima informasi apa pun lebih lanjut. Manakala ia telah menyadari masalah yang dihadapinya, maka kepadanya harus diberikan informasi umum lebih lanjut tentang masalah yang bersangkutan (Depkes RI, 2006) Perubahan dari tahu ke mau pada umumnya dicapai dengan menyajikan fakta-fakta dan mendramatisasi masalah. Tetapi selain itu juga dengan mengajukan harapan bahwa masalah tersebut bisa dicegah dan atau diatasi. Di sini dapat dikemukakan fakta yang berkaitan dengan para tokoh masyarakat sebagai panutan (misalnya tentang seorang tokoh agama yang dia sendiri dan keluarganya tak pernah terserang diare karena perilaku yang dipraktikkannya). Bilamana sasaran sudah akan berpindah dari mau ke mampu melaksanakan, boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang seringkali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat (community organization) atau pembangunan masyarakat (community development). Pemberdayaan akan lebih berhasil jika dilaksanakan melalui kemitraan serta menggunakan metode dan teknik yang tepat. Pada saat ini banyak dijumpai Lembaga-lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang
  • 15. 15 kesehatan atau peduli terhadap kesehatan. LSM ini harus digalang kerjasamanya, baik di antara mereka maupun antara mereka dengan pemerintah, agar upaya pemberdayaan masyarakat dapat berdayaguna dan berhasilguna (Puspromkes Depkes RI, 2006). e. Media Promosi Kesehatan Media promosi kesehatan (Lunandi, 2003) dapat dibagi berdasarkan jenis perlakuan yang diberikan: 1) Ceramah Ceramah adalah suatu penyampaian informasi yang sifatnya searah, yakni dari penceramah kepada hadirin. Pada metode ini penceramah lebih banyak memegang peran untuk menyampaikan dan menjelaskan materi penyuluhannya dengan sedikit memberikan kesempatan kepada sasaran untuk menyampaikan tanggapannya. Beberapa keuntungan menggunakan metode ceramah adalah murah dari segi biaya, mudah mengulang kembali jika ada materi yang kurang jelas ditangkap peserta daripada proses membaca sendiri, lebih dapat dipastikan tersampaikannya informasi yang telah disusun dan disiapkan. Apalagi kalau waktu yang tersedia sangat minim, maka ceramah inilah yang dapat menyampaikan banyak pesan dalam waktu singkat. Selain keuntungan ada juga kelemahan menggunakan metode ceramah, salah satunya adalah pesan terinci mudah dilupakan setelah beberapa lama. 2) Diskusi Diskusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan dalam proses pendidikan. Harus ada partisipasi yang baik dari pesera yang hadir. Diskuasi diarahkan pada keterampilan berdialog, peningkatan pengetahuan, peningaktan pemecahan masalah secara efisien, dan untuk mempengaruhi para peserta agar mau mengubah sikap. Dalam suatu diskusi para pesertanya berpikir bersama dan mengungkapkan pikirannya, sehingga menimbulkan pengertian pada diri sendiri, pada pandangan peserta diskusi dan juga pada masalah yang didiskusikan. Diskusi dipakai sebagai forum untuk bertukar informasi, pendapat
  • 16. 16 dan pengalaman dalam bentuk tanya- jawab yang teratur dengan tujuan mendapatkan pengertian yang lebih luas, kejelasan tentang suatu permasalahan dan untuk menentukan kebijakan dalam pengambilan keputusan. Diskusi merupakan saluran yang paling baik untuk menjaga kredibilitas pesan-pesan, menyediakan informasi, dan mengajarkan keterampilan yang kompleks yang membutuhkan komunikasi dua arah antara individu dengan seseorang sebagai sumber informasi yang terpercaya. Diskusi membutuhkan perencanaan dan persiapan, serta terdapat banyak cara untuk memicu dan mempersiapkan struktur yang akan membantu setiap orang untuk berpartisipasi. Diskusi dapat dipicu dengan menyajikan suatu pokok masalah, sebaiknya hal yang berkontrversial (Ewless, 1994). Menurut Liliweri (2007) penyuluhan kesehatan merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus menerus, yang kemajuannya harus terus diamati terutama kepada mereka yang memberi penyuluhan. Pada umumnya kebutuhan akan penyuluhan kesehatan dideteksi oleh petugas kesehatan, untuk selanjutnya ditumbuhkan rasa membutuhkan pada orang yang menerima pesan. Tujuan pendidikan kesehatan dengan metode penyuluhan adalah meningkatkan pengetahuan. Pengetahuan akan menjadi titik tolak perubahan sikap dan gaya hidup mereka. Pada akhirnya yang menjadi tujuan pendidikan adalah perubahan perilaku pasien dan meningkatnya kepatuhan yang selanjutnya akan meningkatkan kualitas hidup. Untuk meningkatkan pengetahuan dapat dilakukan perubahan dengan memberikan pendidikan kesehatan. Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tahapan yaitu: tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan penilaian kembali. Untuk dapat menjalani perilaku yang diinginkan seseorang harus melampui semua tahap tersebut. Enam tahap tersebut merupakan
  • 17. 17 suatu proses yang memerlukan waktu, dan lama proses tersebut tidak sama untuk setiap orang. Untuk tercapainya proses tersebut harus terjadi perubahan sikap mengenai materi yang disuluhkan pada mereka. Mengubah sikap pekerja bukanlah pekerjaan mudah, bahkan lebih sulit dari pada meningkatkan pengetahuan. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus objek. Sikap sebenarnya merupakan bagian dari kepribadian. Berbeda dengan perangai yang juga merupakan bagian kepribadian, sikap adalah kecenderungan yang tertata untuk berpikir, merasa dan berperilaku terhadap suatu referen atau objek kognitif. Suatu sikap belum tentu akan diwujudkan dalam bentuk suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan yang nyata, diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Sebagai contoh seorang pasien yang telah mempunyai pengetahuan dan sikap yang baik terhadap keteraturan berolahraga, mungkin tidak dapat dijalankan perilaku tersebut karena keterbatasan waktu. Seorang pasien yang telah berniat untuk makan sesuai dengan rencana makan yang telah dibuatnya sendiri, kadang- kadang keluar dari jalur tersebut karena situasi dirumah atau dikantor yang kurang mendukung. Bila semua perilaku positif telah dilaksanakan semuanya, tentunya orang tersebut dapat dimasukkan kedalam kelompok penerima pesan dengan kepatuhan tinggi, sehingga sebagai dampak kepatuhannya dapat terkendali. Apabila penerima pesan telah menjalankan perilaku yang diinginkan dan telah digolongkan didalam kelompok dengan kepatuhan tinggi, perilaku-perilaku tersebut harus dipertahankan. Tatap muka dengan penyuluhan tetap harus dilakukan secara teratur, walaupun frekuensinya dapat dikurangi. Dalam penyuluhan sebelum kegiatan dilakukan terlebih dahulu harus ditetapkan apa tujuan yang ingin dicapai dari hasil penyuluhan tersebut, jadi disini harus jelas mengenai tujuan umum dan tujuan khusus yang ingin dicapai. Pada tujuan umum biasanya yang menyangkut seluruh prioritas masalah yang akan dilakukan penyuluhan kesehatan. Sedangkan pada tujuan khusus disini merupakan uraian dari tujuan umum, ialah tujuan yang terkandung dalam setiap penyuluhan dan setiap masalah.
  • 18. 18 Perumusan tujuan tersebut haruslah dalam bentuk tujuan perilaku atau behavioral objectives, yang memiliki syarat-syarat sebagai berikut: (Notoatmodjo, 2003), yaitu : (1) tujuan tersebut harus dapat diukur (measurable), (2) tujuan tersebut harus dapat diamati (observable), dan (3) tujuan tersebut harus dapat dicapai (reachable) yang dimaksud adalah tujuan tersebut harus dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu. Pada penyuluhan yang menjadi target penyuluhan atau sasaran adalah selain penderita, juga keluarga maupun orang-orang disekitar penderita yang sering atau hampir setiap hari berhubungan dengan penderita. Dalam penyampaian penyuluhan perlu dilakukan dalam beberapa tahapan, misalnya dapat dibagi dalam beberapa kegiatan yang berkesinambungan, misalnya: a) Lokakarya mini: untuk menyiapkan tenaga penyuluh. b) Uji coba lapangan : mencoba ( try out) untuk metoda penyuluhannya. c) Pelaksanaan kegiatan : yang dapat meliputi pembuatan dan pemasangan poster, pembuatan leaflet/booklet serta siap dibagikan, wawancara, ceramah dan sebagainya. Sasaran langsung penyuluhan adalah masyarakat yang membutuhkan informasi tentang objek penyuluhan tetapi untuk mencapai program yang berdaya guna dan sekaligus berhasil guna, kita perlu menentukan sasaran tidak langsung yang terdiri dari petugas kesehatan dan berbagai komunitas dimana pasien berada di dalam melakukan kegiatannya sehari-hari. Menurut Mardikanto, peran penyuluh diutamakan pada kewajiban menyampaikan inovasi dan mempengaruhi sasaran penyuluhan melalui metoda dan teknik tertentu sehingga mereka sadar dan mampu mengadopsi inovasi yang disampaikan. Liliweri menguraikan peran penyuluh sebagai berikut: menjadi penyampai inovasi, mempengaruhi keputusan sasaran, menjadi jembatan penghubung pemerintah dan lembaga penyuluhan dengan masyarakat, serta menggerakkan masyarakat untuk mau berubah. Mosher menguraikan peran penyuluh, yaitu: sebagai guru, penganalisa,
  • 19. 19 penasehat, dan sebagai organisator sebagai pengembang kebutuhan perubahan, penggerak perubahan, dan pemantab hubungan dengan masyarakat. Kartasapoetra menjelaskan peran penyuluh yang sangat penting bagi terwujudnya pembangunan mental pekerja secara modern. Pembangunan modern yaitu pembangunan berbasis rakyat. Peran penyuluh tersebut adalah: (1) sebagai peneliti, mencari masukan terkait dengan ilmu dan teknologi, penyuluh menyampaikan, mendorong, mengarahkan, dan membimbing petani mengubah kegiatan usaha tani dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi. (2) sebagai pendidik, yang meningkatkan pengetahuan atau memberi informasi kepada petani, penyuluh harus menimbulkan semangat dan kegairahan kerjaagar dapat mengelola usahanya secara lebih efektif, efisien, dan ekonomis. (3) sebagai penyuluh, menimbulkan sikap keterbukaan bukan paksaan, penyuluh berperan serta dalam meningkatkan tingkat kesejahteraan hidup para pekerja beserta keluarganya. Dapat dilihat bahwa peran penyuluh sangat berat yang mengharuskannya memiliki kemampuan tinggi, oleh karena itu, kualitas diri penyuluh harus terus ditingkatkan sehingga selalu mampu berperan dalam memberikan penyuluhan dan mewujudkan pembangunan. Jarmie menjelaskan tentang peran penyuluh yang bervariasi dengan kadar penekanan yang berbeda, yaitu mulai dari motivator, edukator, penghubung, dinamisator, organisator, komunikator, sampai dengan penasehat. Kadar penerapan peran-peran tersebut tergantung pada ciri wilayah setempat, yaitu wilayah mulai menerima ide baru, wilayah sedang berkembang maju dan wilayah maju. Peran-peran tersebut selanjutnya akan dikaji dalam penelitian ini, dan digunakan sebagai variabel untuk mengetahui peran penyuluh saat ini. Sesuai dengan perubahan situasi, maka peran-peran tersebut ada yang mengalami pengurangan tetapi ada yang makin menguat, sesuai dengan paradigma pembangunan pertanian yang sesuai dengan sistem otonomi daerah. Media promosi kesehatan merupakan sarana atau upaya yang disampaikan oleh komunikator untuk menampilkan informasi baik melalui media cetak, elektronika dan media luar ruang sehingga pengetahuan dari sasaran dapat
  • 20. 20 meningkat dan akhirnya terjadi perubahan perilaku kesehatan ke arah positif. Promosi kesehatan tidak lepas dari media karena melalui media, maka pesan- pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan mudah dipahami sehingga sasaran dapat mempelajari pesan tersebut sampai memutuskan untuk mengadopsi perilaku yang positif. Berdasarkan cara produksinya, media promosi kesehatan dikelompokkan menjadi: 1) Media Cetak, yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Pada umumnya media cetak terdiri dari gambar atau foto dalam tata warna. Adapun macamnya adalah : Poster, Leaflet, Brosur 2) Media Elektronika, yaitu suatu media yang bergerak dinamis, dapat dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika. Adapun macamnya adalah : TV, Radio, Film 3) Media luar ruang, yaitu media yang cara menyampaikan pesannya di luar ruang secara umum melalui media cetak dan elektronik secara gratis, misalnya : a) Papan reklame atau poster dalam ukuran besar yang dapat dilihat secara umum b) Spanduk yaitu suatu pesan dalam bentuk tulisan dan disertai gambar yang dibuat di atas secarik kain dengan ukuran tergantung kebutuhan. c) Pameran d) Banner e) TV layar lebar 2. Sasaran Promosi Kesehatan Dalam pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3 (tiga) jenis sasaran, yaitu (1) sasaran primer, (2) sasaran sekunder dan (3) sasaran tersier.
  • 21. 21 a. Sasaran Primer Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat. Mereka ini diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Akan tetapi disadari bahwa mengubah perilaku bukanlah sesuatu yang mudah. Perubahan perilaku pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) akan sulit dicapai jika tidak didukung oleh: Sistem nilai dan norma-norma sosial serta norma-norma hukum yang dapat diciptakan/dikembangkan oleh para pemuka masyarakat, baik pemuka informal maupun pemuka formal. Keteladanan dari para pemuka masyarakat, baik pemuka informal maupun pemuka formal, dalam mempraktikkan PHBS. Suasana lingkungan sosial yang kondusif (social pressure) dari kelompok-kelompok masyarakat dan pendapat umum (public opinion). Sumber daya dan atau sarana yang diperlukan bagi terciptanya PHBS, yang dapat diupayakan atau dibantu penyediaannya oleh mereka yang bertanggung jawab dan berkepentingan (stakeholders), khususnya perangkat pemerintahan dan dunia usaha. Tabel 1. Sasaran promosi kesehatan berdasarkan tatanan Tatanan PHBS Sasaran Primer Sasaran Sekunder Sasaran tersier Program Prioritas Rumah Ibu, anggota Kader, PKK, tokoh Kader, PKK, KIA, gizi, tangga keluarga agama,tokoh tokoh kesehatan masyarakat, LSM agama,tokoh lingkungan, masyarakat, LSM gaya hidup Institusi Seluruh siswa Guru, dosen, kepala sekolah, Gizi, JPKM pendidikan dan karyawan, OSIS, dekan, pengelola mahasiswa BEM, BP3, sekolah, pemilik pengelola kantin sekolah Tempat Seluruh Pengurus, serikat Pengelola, Kesehatan kerja karyawan pekerja pemilik lingkungan, perusahaan gaya hidup
  • 22. 22 Tatanan PHBS Sasaran Primer Sasaran Sekunder Sasaran tersier Program Prioritas Tempat Pengunjung, Karyawan, Kepala daerah Kesehatan umum pengguna jasa pengelola lingkungan, gagaya hidup b. Sasaran Sekunder Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal (misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal (misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi kemasyarakatan dan media massa. Mereka diharapkan dapat turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara: Berperan sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS. Turut menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan menciptakan suasana yang kondusif bagi PHBS. Berperan sebagai kelompok penekan (pressure group) guna mempercepat terbentuknya PHBS. c. Sasaran Tersier Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang berkaitan serta mereka yan dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya. 3. Contoh kasus tentang promosi kesehatan Seorang laki laki usia 35 tahun menderita demam, batuk lebih dari 1 bulan tidak sembuh-sembuh, nafsu makan berkurang dan berat badan terus turun. Riwayat imunisasi BCG belum dilakukan, merokok sejak usia 20 tahun, sehari habis 2 bungkus rokok, sanitasi lingkungan buruk, suarana rumah lembab dan gelap, kurang kebersihan. Pemeriksaan fisik BB 12kg, TB 115cm, LLA 8cm, hasil pemeriksaan suhu 37,8 oC, frekuensi nadi:120x/mnt, frekuensi nafas 23x/mnt, Tekanan Darah 100/60mmHg, bibir kering pecah-pecah.sedangkan pemeriksaan penunjuang Uji tuberculin positif. Pasien dalam pengobatan TBC sudah berjalan 2 bulan.
  • 23. 23 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan Kurang Pengetahuan berhubungan dengan: keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi. DS: Menyatakan secara verbal adanya masalah DO: ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai NOC: • Knowledge : disease process • Knowledge : health Behavior Kriteria hasil: 1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan 2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar 3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya NIC : 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat. 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat 5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat 6. Sediakan informasi/media pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang
  • 24. 24 tepat. Misalnya dengan poster, flipchart atau media video tentang pendidikan kesehatan. 7. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat 8. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan 9. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan 10. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat Contoh Media Pendidikan Kesehatan Gambar 1. Poster Rokok dan Bahayanya Gambar 2. Poster TBC
  • 25. 25 Gambar 3. Lembar Balik (flip chart) Gambar 4. Poster Gambar 5. Leaflet (docplayer.info)