1. No Kode: DAR2/Profesional/575/014/2019
PENDALAMAN MATERI KEPERAWATAN
M3KB4 – MOBILISASI, ISTIRAHAT DAN TIDUR
Penulis
Zahid Fikri
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
2019
2. DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4
A. DESKRIPSI MATERI ......................................................................................... 4
B. RELEVANSI ......................................................................................................... 4
C. PETUNJUK BELAJAR ....................................................................................... 5
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA MOBILISASI, ISTIRAHAT
DAN TIDUR ...................................................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN BIDANG STUDI ............................................. 6
B. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KEGIATAN ........................................ 6
C. POKOK-POKOK MATERI ................................................................................ 6
D. URAIAN MATERI .............................................................................................. 6
1. Definisi Mobilisasi, Istirahat dan Tidur ..............................................................7
2. Hal-hal Yang Berhubungan Dengan Mobilisasi, Istirahat dan Tidur..............7
a. Mobilisasi .................................................................................................7
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas................................................13
a. Status kesehatan....................................................................................13
b. Tahap perkembangan...........................................................................14
c. Lingkungan............................................................................................16
d. Sikap dan Keyakinan............................................................................16
e. Gaya hidup.............................................................................................16
b. Istirahat dan tidur.................................................................................16
4. Pemenuhan Kebutuhan Mobilisasi, Istirahat dan Tidur.................................21
a. Efek Neurologis /Status Mental ...........................................................22
b. Efek Kardiovaskular.............................................................................22
c. Efek pernapasan....................................................................................23
d. Efek muskuloskeletal ............................................................................23
e. Efek Pencernaan....................................................................................24
f. Efek Eliminasi........................................................................................24
g. Efek Integumen .....................................................................................25
E. RANGKUMAN ...................................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
F. TUGAS ................................................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
G. TES FORMATIF ................................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
H. DAFTAR PUSTAKA ............................ Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
I. TES SUMATIF ...................................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
4. PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI MATERI
Gerakan adalah kegiatan yang kebanyakan orang anggap biasa.
Kemampuan untuk bergerak dan menjadi manfaat aktif status kesehatan, sedangkan
imobilitas menghadirkan ancaman terhadap kesejahteraan fisik, mental, dan sosial
seseorang. Modul ini mengeksplorasi respons keperawatan untuk individu dengan
gangguan kemampuan untuk bergerak.
Istirahat dan tidur adalah komponen dasar kesejahteraan. Semua individu
membutuhkan periode tertentu dari aktivitas yang tenang dan lebih rendah sehingga
tubuh mereka dapat memperoleh kembali energi dan membangun kembali stamina.
Kebutuhan untuk istirahat dan tidur bervariasi sesuai usia, tingkat perkembangan,
status kesehatan, tingkat aktivitas, dan norma-norma budaya. Rasa sakit dan
gangguan tidur terkait erat pada kebanyakan orang. Menurut Doghramji dan
Fredman, 50–70% klien yang mengalami nyeri juga menderita gangguan tidur. Di
samping itu, kurang tidur dapat menurunkan toleransi rasa sakit dan, dengan
demikian, dapat memperparah nyeri (terutama sakit kepala).
B. RELEVANSI
Mobilisasi melekat pada kehidupan syang harus dapat dipenuhi. Sehari-hari,
dimana aktivitas menjadi kebutuhan dasar. Dimana kehidupan tidak bisa berjalan
tanpa adanya mobilisasi, meskipun dalam konteks yang sangat kecil sekalipun dari
bagian tubuh seseorang. Mobilisasi merupakan hasil koordinasi antara semua
bagian tubuh dan dipengaruhi oleh banyak faktor.
Sebagaiman kebutuhan mobilisasi, maka kebutuhan istirahat dan tidur
merupakan kebutuhan yang juga sangat penting untuk dipenuhi. Setiap orang
membutuhkan hal tersebut yang tidak memandang siapaun. Bila tidak dipenuhi hal
ersebut, maka seseorang akan jatuh dalam keadaan tidak normal atau digolongkan
sakit. Kebutuhan tersebut dapat dipenuhi yang dipengaruhi banyak faktor, baik fisik
maupun psikologis.
Melalui materi dalam modul ini, diharapkan peserta PPG mampu
melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Sehingga mampu
mengaplikasikan tindakan sebagai asisten keperawatan.
5. C. PETUNJUK BELAJAR
Agar kita berhasil dengan baik dalam mempelajari bahan ajar ini
berikut beberapa petunjuk yang dapat anda ikuti :
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai anda
memahami secara tuntas, untuk apa, dan bagaimana mempelajarinya.
2. Pahami garis besar materi-materi yang akan dipelajari atau dibahas secara
seksama apa yang akan dicapai.
3. Upayakan untuk dapat membaca sumber-sumber lain yang relevan untuk
menambahkan wawasan anda menjadikan perbandingan jika pembahasan
dalam modul ini masih dianggap kurang.
4. Mantapkan pemahaman anda dengan latihan dalam modul dan melalui
kegiatan diskusi dengan mahasiswa atau dosen.
6. INTI
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Menguasai teori dan aplikasi materi keahlian keperawatan, kompetensi
keahlian asisten keperawatan yang mencakup: (1) Komunikasi Keperawatan, (2)
Konsep Dasar Keperawatan (anatomi fisiologi, promkes, dan pelayanan prima), (3)
Kebutuhan Dasar Manusia, (4) Keperawatan Medikal Bedah (ilmu penyakit,
penunjang diagnostic, dan kegawatdaruratan), (5), Ilmu Kesehatan Masyarakat
(Keperawatan Jiwa dan Keluarga, Keperawatan Geriatrik dan Komunitas,
Keperawatan Maternitas, (6) Ketrampilan Dasar Tindakan Keperawatan termasuk
advancy materials yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa”
(filosofi), dan “bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan sehari-hari.
B. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul, peserta PPG diharapkan dapat menganalisis
prinsip kebutuhan dasar manusia dan aplikasinya dalam pembelajaran asisten
keperawatan.
C. POKOK-POKOK MATERI
1.
D. URAIAN MATERI
Salam hangat peserta PPG sekalian. Semoga selalu sehat dan sukses selalu.
Peserta PPG sekalian pada topik kali ini kita akan belajar mengenai Mobilisasi,
Istirahat dan tidur. Mobilisasi, istirahat dan tidur merupakan beberapa kebutuhan
dasar manusia yang harus terpenuhi dalam kehidupan sehari-hari karena menjadi
salah satu kebutuhan fisiologis. Berbagai hal yang terkait dengan pergerakan dan
aktivitas sehari-hari sesederhana sekalipun, merupakan unsur yang tidak bisa
dianngap sepele. Demikian pula kebutuhan istirahat dan tidur menjadi penting
karena secara alamiah, tubuh membutuhkan waktu untuk memulihkan kondisinya
supaya dapat berfungsi optimal ketika dibutuhkan dalan kehidupan sehari-hari.
Peserta PPG sekalian beberapa topik yang akan kita pelajari pada kegiatan
beajar kali ini adalah sebagai berikut:
1. Definisi mobilisasi, istirahat dan tidur
2. Berbagai hal terkait mobilisasi, istirahat dan tidur
3. Pemenuhankebutuhan mobilisasi, istirahat dan tidur
7. 1. Definisi Mobilisasi, Istirahat dan Tidur
Selamat pagi buat semua, bagaimana kabar anda hari ini? Semoga anda
tetap sehat dan bisa beraktivitas normal. Aktivitas sangat erat kaitannya dengan
mobilisasi. Mari kita cermati, apakah mobilisasi/ mebilitas itu? Mobilitas mengacu
pada kemampuan untuk terlibat dalam aktivitas dan gerakan bebas yang meliputi
berjalan, berlari, duduk, berdiri, mengangkat, mendorong, menarik, dan melakukan
aktivitas sehari-hari (Activities of Daily Living= ADL) (Taylor, Lillis, Lynn, &
LeMone, 2014). Mobilitas sering dipertimbangkan indikator status kesehatan
karena mempengaruhi fungsi yang tepat dari banyak sistem tubuh, khususnya
sistem pernapasan, gastrointestinal, dan saluran kencing (Erlin Kurnia, 2018).
Mobilitas meningkatkan tonus otot, meningkatkan tingkat energi, dan berhubungan
dengan manfaat psikologis seperti kebebasan dan kebebasan (Wang et al., 2014).
Sedangkan pengertian tidur adalah mengacu pada keadaan kesadaran yang
berubah di mana seorang individu mengalami aktivitas fisik minimal dan
memperlambat proses fisiologis tubuh secara umum (Carley & Farabi, 2016). Tidur
umumnya terjadi dalam siklus periodik dan biasanya berlangsung selama beberapa
jam setiap kali; gangguan dalam rutinitas tidur yang biasa dapat mengganggu klien
dan kemungkinan besar akan mengganggu tidur lebih lanjut. Sebagai fungsi
restoratif (perbaikan), tidur diperlukan untuk penyembuhan fisiologis dan
psikologis (Yogisutanti, 2015). Penting bagi klien, orang-orang yang dekat dengan
mereka, dan penyedia layanan kesehatan untuk memahami siklus tidur-bangun
yang normal dan bagaimana tidur memengaruhi suasana hati dan penyembuhan
(Sateia, 2014).
2. Hal-hal Yang Berhubungan Dengan Mobilisasi, Istirahat dan Tidur
a. Mobilisasi
1) Body Alignment
Keselarasan tubuh yang kita rasakan, mengacu pada posisi bagian
tubuh yang berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Keselarasan tubuh
yang tepat (juga disebut postur) dapat menghasilkan keseimbangan. Ketika
tubuh berada dalam postur yang baik, maka pusat gravitasi (titik pusat massa
suatu benda) didistribusikan secara merata di atas titik-titik pondasi (Andrade
et al., 2017).
8. Postur yang baik meningkatkan keseimbangan, mengurangi
ketegangan dan cedera pada bagian tubuh lainnya, dapat memfasilitasi upaya
bernapas, meningkatkan proses pencernaan, dan membuat rasa percaya diri
meningkat (Hsiao et al., 2015). Sikap postural yang benar dipertahankan oleh
sistem muskuloskeletal yang berfungsi dengan baik. Posisi berdiri yang tepat
ditandai dengan hal-hal berikut:
a) Kepala tegak (Head upright)
b) Menghadap ke depan (Face forward)
c) Bahu disejajarkan (Shoulders squared)
d) Punggung tegak (Back straight)
e) Otot perut dikempiskan (Abdominal muscles tucked in)
f) Lengan lurus di samping (Arms straight at side)
g) Telapak tangan menghadap ke depan (Hands palm forward)
h) Kaki lurus (Legs straight)
i) Kaki ke arah depan (Feet forward)
Manfaat dari postur yang tepat diantaranya adalah (1) klien merasa
nyaman; (2) mencegah kekakuan sendi; (3) meningkatkan sirkulasi darah; (4)
mgurangi stres pada otot, tendon, saraf, dan sendi. Pada seseorang yang
berdiri tegak, pusat gravitasi terletak di tengah area panggul dan perut bagian
bawah. Postur yang tegak dapat dipertahankan oleh tonus otot dan kekuatan
tulang. Tonus otot adalah keadaan normal dari tegangan seimbang yang ada
dalam tubuh; itu memungkinkan otot untuk merespon dengan cepat terhadap
rangsangan (Getman & Trumble, 2014). Tonus otot dipengaruhi oleh pola
latihan dan aktivitas individu. Dua kelainan tonus otot termasuk hipotonisitas
(ketidaksuburan), yang merupakan penurunan tonus otot, dan kelenturan,
yang merupakan peningkatan ketegangan otot dan sering dicatat dengan
fleksi atau ekstensi ekstrim (Dewi, 2017).
Bentuk otot harus simetris. Mungkin ada hipertrofi (peningkatan
ukuran dan bentuk otot karena suatu peningkatan serat otot) atau atrofi
(penurunan ukuran dan bentuk otot); Atrofi biasanya akibat tidak digunakan,
sedangkan hipertrofi terjadi ketika otot terlalu banyak bekerja (Snell, 2012).
9. Pada pergerakan yang normal akan diatur oleh Body mechanics, yang
bertujuan menggunakan dan mengkoordinasikan bagian-bagian tubuh dan
posisi selama aktivitas (Burhaein, 2017). Penggunaan body mechanics yang
tepat memaksimalkan keefektifan upaya sistem muskuloskeletal dan
neurologis dan mengurangi ketegangan dan cedera pada otot, sendi, dan
tendon terhadap ketegangan atau cedera selama gerakan. Kemampuan
gerakan sendi atau Range of motion (ROM) mencerminkan sejauh mana suatu
sendi dapat bergerak. Kisaran bervariasi dengan setiap sendi dan dipengaruhi
oleh beberapa faktor, termasuk usia, kondisi fisik, dan keturunan (Mohr,
Long, & Goad, 2014).
Mobilisasi juga tidak terjadi begitu saja, tetapi merupakan sebuah proses
terjadinya mobilisasi. Mobilitas diatur oleh upaya terkoordinasi dari sistem
muskuloskeletal dan neurologis. Fungsi utama dari sistem muskuloskeletal adalah
untuk menjaga kesejajaran tubuh dan untuk memfasilitasi mobilitas. Sistem
muskuloskeletal terdiri dari kerangka tulang, otot, sendi, tendon, ligamen, bursae,
dan tulang rawan (Lewandowski, Co-investigator, Lewandowski, & Tate, 2015).
Organ penting dalam mendukung mobilisasi adalah sebagai berikut:
(a) Sistem muskuloskeletal
Peserta didik sekalian selanjutnya mari kita lanjutkan pada materi
berikutnya. Peserta didik sekalian, dalam melakukan mobilisasi salah satu
organ yang berperan adalah sistem musculoskeletal. Sistem muskuloskeletal
(terdiri dari tulang, tulang rawan, sendi, tendon, ligamen, bursa, dan otot)
melayani beberapa fungsi. Tulang adalah dasar dari sistem muskuloskeletal.
Mobilitas dan kapasitas menahan beban secara langsung berkaitan dengan
ukuran dan bentuk tulang. Sendi bekerja dengan otot untuk memberikan
gerakan dan fleksibilitas/ kelenturan. Otot skeletal yang melapisi sendi
mengerahkan kekuatan yang berlawanan dan, oleh karena itu, menyebabkan
gerakan (Guyton & Hall, 2014).
Otot pada dasarnya adalah mesin yang mengubah energi menjadi
kerja mekanis. Kontraktilitas adalah milik semua di antara tiga jenis otot:
halus, jantung, dan tulang. Serat otot rangka dipersarafi oleh saraf somatik,
dan oleh karena itu umumnya berada di bawah kontrol voluntir. Otot-otot
10. bekerja dalam kerja sama dengan sistem saraf untuk menjaga kesejajaran
tubuh dan menyebabkan gerakan (Tortora & Derrickson, 2014).
Otot bertindak berpasangan untuk melakukan pekerjaan. Satu otot
dari pasangan menghasilkan gerakan dalam satu arah. Otot lain dari pasangan
menghasilkan gerakan ke arah yang berlawanan. Ketika satu otot dari
pasangan berkontraksi, maka yang lainya rileks. Tindakan kontraksi dan
relaksasi yang berlawanan memungkinkan gerak. Posisi tendon pada tulang
dan artikulasi tulang memungkinkan jenis gerakan seperti fleksi, ekstensi,
circumduction, dan rotasi. Otot-otot yang menjaga keselarasan tubuh bekerja
sama untuk menstabilkan bagian-bagian tubuh di sekitarnya dan untuk
mendukung berat badan. Postur dipertahankan terutama oleh otot-otot di
belakang, leher, tulang belakang, dan ekstremitas bawah (Snell, 2012).
(b) Sistem saraf
Kontraksi otot dikendalikan oleh sistem saraf pusat (SSP) dan
dipengaruhi oleh transportasi nutrisi dan oksigen. SSP yang utuh sangat
penting untuk terjadinya gerakan yang terkoordinasi. Dorongan saraf
merangsang otot untuk berkontraksi. Simpul mioneuronal adalah titik di
mana ujung saraf bersentuhan dengan sel otot. Jalur aferen (naik)
menyampaikan informasi dari reseptor sensoris ke SSP; neuron-neuron ini
melakukan impuls di seluruh tubuh. SSP memproses masukan sensorik dan
menentukan sebuah tanggapan. Jalur eferen (turun) mentransmisikan respon
yang diinginkan ke otot skelet melalui sistem saraf somatik. Jika impuls saraf
terganggu, otot lumpuh dan tidak bisa berkontraksi (Nugroho, 2015). Bagian
penting untuk koordinasi pergerakan adalah:
(c) Propriosepsi
Propriosepsi adalah kesadaran postur, gerakan, dan perubahan
keseimbangan dan pengetahuan tentang posisi, berat, dan resistensi benda
dalam kaitannya dengan tubuh. Ujung saraf pada otot, tendon, dan sendi
(proprioceptors) secara terus menerus memberikan input ke otak, untuk
selanjutnya akan mengatur kelancaran koordinasi gerakan yang sifatnya tak
terkendali.
(d) Refleks Postural
11. Refleks postural adalah tonus postural yang dipertahankan oleh
postural atau meluruskan refleks.
2) Latihan (Exercises)
Latihan adalah aktivitas fisik yang melibatkan otot yang dapat
meningkatkan denyut jantung melebihi ketika waktu istirahat. Latihan
mengurangi nyeri dan kekakuan sendi, dan meningkatkan fleksibilitas, kekuatan
otot, dan daya tahan. Ini juga membantu mengurangi berat badan (Getman &
Trumble, 2014). Beberapa hal yang terkait
a) Dengan latihan, maka akan menstimulus seseorang untuk menjadi lebih
aktif bila dibandingkan sebelumnya.
b) Aktivitas fisik tidak perlu berat untuk mencapai manfaat kesehatan.
c) Manfaat kesehatan yang lebih besar dapat dicapai dengan meningkatkan
jumlah (durasi, frekuensi, atau intensitas) dari aktivitas fisik.
Tipe-tipe Latihan
Exercise Type Function Examples
Aerobic Improve cardiovascular fitness Rowing
Assist with weight control Jumping rope
Improve general functional ability Walking
Running
Strengthening Maintain or increase muscle strength Weight training
Calisthenics
Physical labor
Isometric Maintain muscle tone and strength Quadriceps setting
Gluteal setting
Triceps setting
Isotonic Increase and maintain muscle tone
and strength
Weight lifting
Shape muscles Working with pulleys
Maintain joint mobility Range-of-motion
exercises
12. Improve cardiovascular fitness Performance of
activities of daily
living (ADL)
Isokinetic Condition muscle groups Exercise equipment
Resistive water
exercises
Range-of-
Motion
(ROM)
flexibility
Maintain joint movement Adduction
and abduction
Maintain or increase
Flexion and
contraction
Latihan merangsang peningkatan produksi endorfin, yang
meningkatkan rasa tenang. Namun, penting untuk mengingatkan orang agar
tidak berlebihan dalam latihan, terutama ketika pertama kali memulainya.
Berikut ini mungkin tanda-tanda terlalu banyak Latihan: kelelahan yang tidak
biasa atau terus-menerus, peningkatan kelemahan, penurunan rentang gerak,
pembengkakan sendi, atau nyeri yang terus menerus (nyeri yang berlangsung
lebih dari 1 jam setelah Latihan).
3) Latihan Range-of-Motion
Aktivitas range-of-motion (ROM) aktif yang dilakukan secara mandiri,
disebut latihan ROM aktif, dimana klien menggerakkan berbagai kelompok
otot. Sedangkan latihan ROM pasif dilakukan oleh oleh orang lain dan
bertujuan untuk membantu mempertahankan atau mengembalikan mobilitas
klien dengan mencapai beberapa hasil (Mohr et al., 2014).
4) Kebugaran fisik
Hasil akhir dari aktivitas fisik yang rutin adalah kebugaran fisik yang
memengaruhi fungsi individu kemampuan. Ada empat komponen kebugaran
fisik: daya tahan dan kekuatan, fleksibilitas sendi, kebugaran kardiorespirasi,
dan komposisi tubuh (Palar, Wongkar, & Ticoalu, 2015).
(a) Ketahanan dan Kekuatan
Daya tahan adalah kemampuan menahan gerakan dalam hal durasi dan
tidak adanya kelelahan. Individu yang sehat secara fisik memiliki kekuatan otot
13. yang cukup dan daya tahan untuk mencapai tujuan seseorang.Kekuatan otot
adalah jumlah kekuatan yang diberikan oleh otot terhadap resistensi. Kekuatan
otot yang baik memungkinkan seseorang untuk mengangkat lebih aman.
(b) Fleksibilitas sendi
Kemampuan untuk menggunakan otot melalui rentang geraknya yang
lengkap disebut fleksibilitas. Orang yang kurang lentur cenderung mengalami
ketidakseimbangan kekuatan otot sehingga mudah cedera sendi. Fleksibilitas
dapat ditingkatkan dengan latihan peregangan seperti yoga, tai chi, dan menari.
Kinerja dalam aktivitas sehari-hari juga membantu menjaga fleksibilitas.
Berjalan, membungkuk, dan kegiatan mengangkat dapat meningkatkan dan
menjaga fleksibilitas.
(c) Kebugaran jantung-paru
Latihan yang meningkatkan kebugaran jantung-paru. Untuk
meningkatkan fungsi jantung-paru, aktivitas fisik harus dijaga setidaknya
selama 20 menit untuk menaikkan denyut jantung ke tingkat target.
(d) Komposisi tubuh
Proporsi lemak menjadi salah satu ukuran dalam menentukan
komposisi tubuh. Memiliki tubuh yang berada pada kisaran normal berat badan
dan persentase lemak tubuh merupakan dampak dari keseimbangan antara
asupan kalori dan pengeluaran. Setiap jenis aktivitas fisik dapat bermanfaat
untuk menjaga kebugaran fisik;
(e) Kebugaran di masa Tua
Manfaat dari aktivitas fisik secara teratur. Semangat yang dimiliki oleh
lansia adalah bukti bahwa latihan penguatan otot dapat mengurangi risiko jatuh
dan patah tulang dan meningkatkan kemampuan untuk hidup.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas
Mobilitas dan tingkat aktivitas dapat dipengaruhi oleh banyak faktor,
termasuk status kesehatan secara keseluruhan, tahap perkembangan, lingkungan,
sikap, keyakinan, dan gaya hidup.
a. Status kesehatan
Status kesehatan umum seseorang akan mempengaruhi keinginan untuk
latihan dan aktivitas. Kondisi yang ditunjukkan dari salah satu sistem tubuh dapat
14. mempengaruhi mobilitas individu yang dipengaruhi oleh kurangnya aktivitas.
Aktivitas fisik juga akan mempengaruhi mobilitas dan stamina. Faktor fisik yang
mengganggu mobilitas atau olahraga termasuk kelelahan, kram otot, sesak napas,
defisit neuromuskular atau perseptual, dan nyeri dada.
Status mental sering dimanifestasikan sebagai perubahan dalam mobilitas
atau penampilan. Misalnya, seorang klien yang mengaduk-aduk ruangan, merosot
turun ke kursi, dan menghindari kontak mata mungkin mengirimkan pesan depresi
melalui tingkat aktivitas rendah, postur yang buruk, dan pengaruh yang diratakan.
b. Tahap perkembangan
Tahap perkembangan individu akan memengaruhi ukuran tingkat mobilitas
yang diinginkan.
1) Anak-anak
Norma perkembangan terkait dengan mobilitas telah ditetapkan untuk
bayi dan balita. Perkembangan masa anak dimonitor melalui pencapaian
puncaknya seperti duduk, merangkak, berjalan, berlari, dan melompat. Untuk
bayi, fokus mobilitas adalah pada perilaku motorik kasar tersebut seperti
terbentuknya postur, keseimbangan kepala, menggenggam, duduk, merayap,
dan berdiri. Balita lebih aktif, dengan berjalan, berlari, melompat, menendang,
dan naik turun tangga. Aktivitas dan ukuran mobilitas untuk balita mencakup
perilaku motorik kasar dan halus, ketangkasan manual, dan eksplorasi dalam
menilai keamanan lingkungannya. Anak prasekolah meningkatkan kekuatan
dan menyempurnakan keterampilan dengan berjalan, berlari, dan melompat.
Selama masa kanak-kanak tengah (dari usia 6 hingga 12 tahun), anak-anak
telah mencapai peningkatan pembentukan postur dan kemampuan penggerak
dan peningkatan efisiensi otot ekstremitas dan tungkai; anak-anak juga
mengalami peningkatan jaringan otot dengan penurunan lemak. Untuk anak-
anak prasekolah dan masa kecil menengah, aktivitas dan ekspektasi
mobilitasnya dipusatkan pada pengembangan kekuatan, koordinasi, dan
kapasitas fisik
2) Remaja
Periode remaja (sekitar usia 12 hingga 18) dimulai dengan adanya
tanda pubertas dan diakhiri dengan penghentian pertumbuhan somatik.
15. Perubahan dramatis pada tahap ini, ditandai dengan pertumbuhan fisik dan
perkembangan karakteristik seks sekunder. Menguatnya/ menonjolnya
aktivitas dan mobilitas ditandai dengan adanya perkembangan otot dan juga
bertambahnya fungsi jantung, pernapasan, dan metabolisme melalui
pertumbuhan fisik.
3) Orang dewasa
Masa dewasa terbagi menjadi kelompok usia muda, menengah, dan
lanjut usia. Dewasa muda memiliki sistem myoskeletal dan saraf yang
berkembang dengan baik yang berfungsi ideal.
Masa dewasa lanjut memiliki penurunan massa otot, kekuatan, dan
kelincahan, secara bertahap. Fokus kegiatan dan mobilitas untuk kedua
kelompok ini adalah mempertahankan atau mengembangkan kesesuaian,
kekuatan, dan koordinasi sistem muskuloskeletal. Sedangkan pada dewasa
lanjut sering mengalami perubahan progresif secara fisiologis. Tingkat
reabsorpsi tulang (yang mempengaruhi kepadatan tulang) meningkat seiring
dengan penuaan. Penurunan kepadatan tulang diperpercepat pada wanita
pascamenopause karena terjadinya defisiensi estrogen. Kepadatan tulang yang
menurun membuat seseorang lebih rentan terhadap patah tulang, kyphosis, dan
penurunan tinggi badan.
Penuaan juga berdampak negatif pada otot dan jaringan ikat.
Perkembangan atrofi otot adalah proses bertahap di mana serat otot memburuk
dan digantikan oleh jaringan ikat fibrosa. Atrofi otot seringkali disertai dengan
berkurangnya massa otot, hilangnya kekuatan otot, dan berkurangnya massa
tubuh secara keseluruhan. Derajat atrofi otot akan dipengaruhi oleh tingkat
aktivitas seseorang. Beberapa perubahan yang terjadi tersebut dapat
mempengaruhi fleksibilitas sendi. Penuaan menyebabkan terhambatnya
regenerasi tulang setelah trauma, yang menyebabkan orang dewasa lebih
rentan dengan nyeri sendi dan cedera. Sebagai akibat dari perubahan fisik
yang berkaitan dengan usia, orang yang lebih tua sering mengalami beberapa
perubahan fungsional dalam mobilitas. Ambulasi (pergerakan) dapat berubah
sebagai akibat dari ketidakfleksibelan sendi dan penurunan kekuatan otot;
perubahan seperti itu ditunjukkan dengan gaya berjalan yang menyeret.
16. Kelainan pada tulangbelakang dan dan berkurangnya kekuatan otot dapat
menyebabkan kesulitan ketika klien akan duduk dan bangkit dari posisinya.
Klien lansia mungkin memerlukan bantuan ketika bangun dari kursi, ambulasi,
ataupun naik tangga. Penuaan juga mempengaruhi sistem kardiovaskular dan
pernapasan, yang secara langsung mempengaruhi daya tahan dan stamina.
Tujuan aktivitas dan mobilitas fokus pada pemeliharaan status dan keamanan
fungsional.
c. Lingkungan
Lingkungan dapat mempengaruhi tingkat aktivitas dalam beberapa cara.
Lingkungan rumah, misalnya, dapat dianggap menyenangkan jika mereka bebas
dari bahaya yang dapat mengganggu atau membahayakan pergerakannya.
Lingkungan kerja bisa juga mempengaruhi mobilitas; pekerjaan yang monoton
dapat merusak mobilitas dan memperburuk radang sendi.
d. Sikap dan Keyakinan
Faktor-faktor yang berpengaruh terkait dengan latihan adalah sikap dan
keyakinan seseorang, yang sangat dipengaruhi oleh budaya dan keluarga. Kegiatan
rekreasi memberikan petunjuk kepada sistem nilai orang tersebut. Individu yang
melakukan hiking, bersepeda, atau berenang untuk rekreasi adalah gaya hidup aktif.
Di sisi lain, individu yang menganggap bekerja sebagai bidang kehidupan yang
dominan dapat memandang olahraga sebagai “buang-buang waktu.” Apakah orang
itu pergi ke mana saja di dalam mobil, atau sedang berjalan sebagai bagian dari
transportasi normal?
e. Gaya hidup
Gaya hidup yang berubah akan mempengaruhi aktivitas fisik dan kesehatan.
Gaya hidup mengakibatkan hilangnya kekuatan otot, penurunan daya tahan tubuh,
tidak memadainya fungsi jantung-paru, dan obesitas. Gaya hidup yang tidak aktif
dapat menyebabkan atrofi otot, tulang yang lemah, dan kurangnya motivasi dan
energi untuk terlibat dalam aktivitas fisik. Individu dengan latihan berikan dampak
pada penggunaan energy dan berdampak pada kesehatan nya lebih baik..
b. Istirahat dan tidur
Ada sebuah siklus dimana antara siklus terjaga dan tidur dikendalikan oleh
pusat di otak dan dipengaruhi oleh rutinitas dan faktor lingkungan. Jam biologis
17. individu juga membantu menentukan siklus spesifik yang akan diikuti oleh kondisi
terjaga dan tidur.
1) Tahapan tidur
Diklasifikasikan dalam dua kategori: non-rapid eye movement (NREM) dan
rapid eye movement (REM) sleep.
a) Tidur NREM
Dengan terjadinya tidur, denyut jantung dan laju pernapasan sedikit
lambat dan tetap teratur. Fase tidur pertama ini disebut sebagai gerakan mata
non-cepat, atau NREM, tidur. Tidur NREM terdiri dari empat tahap yang
berbeda. Saat klien memasuki tahap 1 tidur, ada perlambatan umum frekuensi
EEG tetapi penampakan gelombang yang tidak teratur dan rapat; mata
cenderung bergeser perlahan dari sisi ke sisi, dan ketegangan otot tetap tidak
ada kecuali di wajah dan otot leher. Pada klien dewasa dengan pola tidur
normal, tidur tahap 1 biasanya berlangsung hanya 10 menit atau lebih.
Tahap 1 tidur NREM adalah kualitas yang sangat rendah, yang berarti
bahwa selama tahap ini tidur dapat dengan mudah dibangunkan. Tidur tahap
2 masih cukup terang, dengan semakin melambatnya pola EEG dan hilangnya
gerakan mata yang lambat. Lima puluh persen dari tidur orang dewasa normal
mungkin dihabiskan di tahap 2. Setelah 20 menit awal atau lebih dari tidur tahap
2, bentuk tidur yang mendalam yang disebut tahap 3 sampai 4 dimasukkan.
Tahap tidur 3 dan tahap 4 sering dibahas bersama karena kesulitan
mengidentifikasi dan memisahkan keduanya. Tahap 3 mengacu pada tidur
menengah-mendalam, dan tahap 4 menandakan tidur terdalam. Selama tahap-
tahap ini, semua sel-sel otak kortikal tampak tertuju pada saat yang bersamaan,
menghasilkan gelombang besar yang lambat pada EEG. Ketika terbangun dari
tahap 3 sampai 4 tidur, orang dewasa dapat membutuhkan waktu 15 detik atau
lebih untuk menjadi terjaga sepenuhnya.
Kesulitan dalam kondisi terjaga ini bahkan lebih terasa pada anak-anak.
Stadium tidur 3 hingga 4 adalah tempat tidur nyenyak, sleeptalking (ngelindur/
mengigau), enuresis, dan teror malam terjadi. Tahap tidur 3 hingga 4 dirasakan
memiliki nilai restoratif (pemulihan), diperlukan untuk pemulihan fisik. Setelah
studi tentang kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur, tahap tidur 3-4 adalah
18. yang pertama untuk kembali. Mayoritas hormon pertumbuhan disekresikan di
malam hari, memuncak selama tahap 3 sampai 4 tidur dekat awal periode tidur.
Hormon pertumbuhan diperlukan tidak hanya untuk pertumbuhan tetapi juga
untuk perbaikan jaringan normal pada klien dari segala usia. Tahap tidur 3
hingga 4 terhitung membutuhkan waktu sekitar 25% dari tidur anak-anak,
sedikit menurun di usia dewasa muda, kemudian secara bertahap menurun di
usia menengah dan mungkin tidak ada pada klien lansia.
b) Tidur REM
Setelah 90 menit pertama tidur NREM pada orang dewasa, klien
memasuki gerakan mata cepat, atau tidur REM. Pola EEG menyerupai kondisi
terjaga; ada gerakan mata yang relatif cepat; denyut jantung dan laju pernapasan
tidak teratur dan seringkali lebih tinggi daripada saat bangun, dan otot-otot,
termasuk wajah dan leher, lembek, meninggalkan tubuh yang tidak bisa
bergerak. Mimpi terjadi 80% waktu klien dalam tidur REM. Tidak seperti tidur
tahap 3 sampai 4, yang paling banyak terjadi selama periode awal periode tidur,
periode tidur REM menjadi lebih lama ketika malam berlangsung dan individu
menjadi lebih beristirahat. Orang dewasa biasanya memiliki 4-6 jam waktu tidur
REM sepanjang malam, terhitung 20% hingga 25% dari tidur. Tidur REM
mencapai 50% dari tidur pada bayi baru lahir, kemudian secara bertahap
menurun menjadi 20% hingga 25% dari tidur pada anak usia dini dan tetap
cukup konstan sepanjang sisa masa hidup.
2) Siklus Tidur
Siklus tidur mengacu pada urutan tidur yang dimulai dengan empat tahap
tidur NREM secara berurutan, dengan kembali ke tahap 3, kemudian 2, lalu beralih
ke tahap REM pertama. Durasi siklus tidur umumnya antara 70 dan 90 menit, dan
tipikal tidur akan melewati empat hingga enam siklus tidur selama periode tidur
rata-rata 7 hingga 8 jam. Panjang periode tidur NREM dan REM akan berubah
seiring dengan berlangsungnya periode tidur secara keseluruhan dan orang menjadi
lebih santai dan kembali bersemangat. Kebutuhan tidur untuk 3 sampai 4 lebih
sedikit dan lebih banyak kebutuhan untuk tidur REM saat periode tidur
berlangsung, dan mimpi selama fase REM tidur nanti mungkin menjadi lebih jelas
dan intens. Jika siklus tidur rusak pada titik mana pun, siklus tidur baru akan mulai,
19. dimulai lagi di tahap 1 tidur NREM dan maju melalui semua tahapan untuk tidur
REM.
3) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Istirahat dan Tidur
a) Tingkat Kenyamanan
Kenyamanan adalah pengalaman yang sangat subjektif. Perawat harus
menilai sejauh mana kebutuhan fisik dan psikologis klien telah terpenuhi.
Kapan pun kebutuhan dasar tidak terpenuhi, orang mengalami
ketidaknyamanan yang mengarah ke ketegangan fisiologis, kecemasan yang
dihasilkan, dan gangguan potensial dalam tidur / istirahat.
(1) Kecemasan
Tubuh dan pikiran yang gelisah mengganggu kemampuan untuk
tidur. Ketika mencoba untuk tidur, banyak orang sering memiliki pikiran
yang mengganggu atau ketegangan otot, yang mengganggu istirahat dan
tidur. Kecemasan terkait dengan tekanan kerja, tuntutan keluarga, dan
stressor lainnya tidak otomatis berhenti ketika seseorang mencoba untuk
tidur. Kecemasan sering menghasilkan kesulitan jatuh atau tetap tertidur.
(2) Lingkungan Hidup
Faktor lingkungan dapat meningkatkan atau mengganggu tidur.
Pencahayaan, suhu, bau, ventilasi, dan tingkat kebisingan semua dapat
mengganggu proses tidur ketika mereka berbeda dari norma lingkungan tidur
klien yang normal.
(3) Diet
Jenis makanan yang dikonsumsi berdampak pada kuantitas tidur
yang berkualitas. Makanan tinggi kafein, seperti kopi, cola, dan cokelat,
berfungsi sebagai stimulan dan sering mengganggu siklus tidur normal.
Selain itu, mengonsumsi makanan besar, berat, atau pedas sebelum tidur
dapat menyebabkan gangguan pencernaan, yang kemungkinan akan
mengganggu tidur. Sebaliknya, pergi tidur ketika lapar juga dapat
menyebabkan masalah tidur karena individu mungkin sibuk dengan
makanan dan rasa lapar bukannya berkonsentrasi saat tidur.
(4) Obat-obatan dan Zat-zat Lain
20. Penggunaan alkohol dan nikotin dapat mengganggu tidur. Secara
umum alkohol dapat mengganggu tidur REM, menyebabkan tidur yang
sangat gelisah dan tidak berulang. Nikotin, adalah stimulan, juga dapat
mengganggu siklus tidur dengan merangsang tubuh, sehingga sulit terbangun
dan tetap tertidur. Banyak obat-obatan (baik yang diresepkan maupun yang
berlebihan) menyebabkan kelelahan, mengantuk, gelisah, gelisah, atau
insomnia, sehingga mempengaruhi kualitas dan kuantitas istirahat dan tidur.
(5) Norma Budaya
Ekspektasi budaya dan masyarakat juga mempengaruhi tidur.
Sebagian orang menganggap tidur sebagai kemewahan untuk dinikmati
ketika mereka tidak terlalu sibuk dengan kegiatan "penting". Orang lain
memandang tidur sebagai kebutuhan mutlak. Jumlah tidur yang dianggap
perlu oleh seseorang sebagian ditentukan oleh sikap keluarga dan budaya.
(6) Pengalaman sepanjang hidup
Kebutuhan seseorang akan tidur berubah seiring usia dalam pola
yang cukup dapat diprediksi. Meskipun pola tidur dan istirahat terkait erat
dengan gaya hidup dan variabel lainnya, ada beberapa variasi umum yang
terjadi selama kehidupannya, seperti berikut:
Neonatus (lahir sampai 1 bulan) tidur dalam interval 3 hingga 4 jam
dengan total sekitar 16 hingga 20 jam per hari. Bayi yang baru lahir biasanya
sangat pasif, dengan sedikit aktivitas selama tidur ("tidur seperti bayi"), dan
biasanya tidur sangat nyenyak. Selama beberapa hari atau minggu pertama
kehidupan, jam biologis bayi tidak selaras dengan pola siang-malam yang
teratur, sehingga sering kali tidak ada perbedaan dalam pola tidur antara
siang dan malam.
Rata-rata bayi sekitar 12 hingga 16 jam tidur per hari. Seiring usia
bayi, jumlah tidur yang dibutuhkan menurun. Pada usia sekitar 2 bulan, bayi
dapat mulai tidur sepanjang malam dan biasanya tidur siang dua atau tiga
kali sepanjang hari. Selama masa balita, jumlah tidur rata-rata harian adalah
12 hingga 14 jam, yang biasanya dipecah menjadi 10 hingga 12 jam di malam
hari dengan satu atau dua tidur siang siang. Selama tahap ini, ritual tidur
sering berkembang dan sangat penting dalam menyediakan keamanan malam
21. hari. Rutinitas malam hari yang berulang dan dapat diprediksi seperti mandi,
menyikat gigi, dan membaca buku sangat membantu dalam menetapkan
harapan dan kenyamanan.
Anak prasekolah tidur sekitar 10 hingga 12 jam per hari. Tidur siang
hari berkurang atau berhenti, kecuali norma-norma budaya mendikte
sebaliknya. Tidur malam sering diisi dengan mimpi dan mimpi buruk yang
hidup,yang sering membangunkan anak-anak beberapa kali pada malam hari.
Seorang anak usia sekolah juga rata-rata sekitar 10 hingga 12 jam tidur setiap
hari. Tahan terhadap waktu tidur dan perjuangan untuk kemerdekaan adalah
ciri khas anak usia sekolah. Selama waktu ini, anak dapat mengembangkan
rasa takut akan kegelapan dan akan membutuhkan jaminan dan metode untuk
menanganinya ketakutan ini.
Remaja tidur sekitar 8 hingga 10 jam per hari dan sering memutuskan
sendiri rutinitas tidur mereka dan jam. Tingkat aktivitas yang tinggi sering
mengganggu pola tidur yang teratur dan kebiasaan tidur yang tidak teratur
sering menjadi norma pada tahap ini. Rata-rata dewasa muda sekitar 8 jam
tidur per hari. Selama tahap ini, tidur sering terganggu oleh anak-anak kecil
di rumah atau tanggung jawab kerja. Pola hidup menyebabkan banyak orang
dewasa muda mengalami kesulitan jatuh atau tetap tertidur.
Orang dewasa paruh baya tidur sekitar 6 hingga 8 jam sehari. Stresor
harian dapat terus menyebabkan insomnia, dan penggunaan obat-obat
pemicu tidur adalah hal yang umum. Kebutuhan tidur untuk orang dewasa
yang lebih tua berkurang menjadi 5 hingga 7 jam per hari, dan sering
termasuk tidur siang. Kualitas tidur sering berkurang karena sering
terbangun, sakit fisik, dan tidur REM yang diperpendek. Banyak orang tua
salah menafsirkan kebutuhan tidur yang menurun ini sebagai insomnia dan
karena itu terlalu khawatir tentang tidak mendapatkan "cukup" tidur.
4. Pemenuhan Kebutuhan Mobilisasi, Istirahat dan Tidur
Mempertahankan mobilitas fungsional dan tingkat aktivitas yang
diinginkan sangat penting, baik untuk psikologis maupun fisiologis. Bila tidak
melakukan mobilisasi, aktivitas maka akan mempengaruhi berbagai sistem tubuh.
Beberapa masalah pada bagian tubuh yang dapat muncul adalah seperti berikut:
22. a. Efek Neurologis /Status Mental
Status mental, mobilitas, dan aktivitas dapat meningkatkan tingkat energi
dan rasa nyaman seseorang. Aktivitas dan latihan adalah sarana yang sangat baik
untuk meredakan ketegangan dan mengurangi stres, yang berdampak pola tidur
yang lebih baik dan meningkatkan rasa nyaman.
Ketidakaktifan dan imobilitas adalah stres yang dapat menyebabkan
frustrasi, rendahnya harga diri, kecemasan, ketidakberdayaan, depresi,
ketidakpuasan umum, kegelisahan, ketidakbahagiaan, dan penurunan kompetensi
peringkat-diri. Imobilitas memengaruhi kemampuan kognitif, memengaruhi, gaya
hidup, dan tanggung jawab sosial dan keluarga. Ketakutan jatuh, nyeri, dan defisit
sensorik seperti masalah penglihatan, kelelahan, dan kelemahan adalah faktor
peracikan yang meningkatkan ketidakaktifan dan imobilitasMenjaga mobilitas
fungsional dan tingkat aktivitas yang diinginkan adalah penting untuk alasan
psikologis dan fisiologis. Mobilitas dan ketiadaan keduanya akan mempengaruhi
berbagai sistem tubuh.
b. Efek Kardiovaskular
Sistem kardiovaskular menuai banyak manfaat dari mobilitas dan olahraga.
Jantung menjadi lebih efisien karena menyesuaikan dengan kebutuhan oksigen
yang meningkat, dan output jantung meningkat. Otot jantung yang sehat
menyebabkan penurunan denyut jantung dan penurunan istirahat tekanan darah,
yang berarti bahwa jantung tidak harus bekerja keras pada individu yang
berolahraga secara teratur seperti halnya pada individu yang menjalani gaya hidup
yang tidak aktif. Aktivitas meningkatkan suplai oksigen ke jantung dan otot dan
dengan demikian bermanfaat bagi kesehatan secara keseluruhan.
Imobilitas meningkatkan beban kerja pada jantung karena posisi terlentang
meningkatkan volume darah yang beredar ke jantung. Perpindahan cairan ini
meningkatkan tekanan vena sentral bersama dengan volume diastolik ventrikel kiri
dan volume stroke, dan beban kerja jantung meningkat. Sistem kardiovaskular
rentan untuk membentuk trombi, atau pembekuan darah, karena stasis vena terkait
dengan kurangnya kontraksi otot kaki dan tekanan pada vena, terutama poplitea
daerah. Thrombi disebabkan oleh peningkatan koagulasi darah karena kalsium
bebas dari demineralisasi tulang, stasis darah vena, dan kerusakan intima terhadap
23. vena (seperti dari venipuncture). Masalah kardiovaskular lain yang terkait dengan
imobilitas adalah hipotensi ortostatik, atau penurunan tekanan darah akibat
perubahan posisi mendadak, disebabkan oleh penurunan tonus pembuluh darah.
Pada hipotensi ortostatik, parameter tekanan darah menurun setidaknya 25 mm
sistolik dan 10 mm diastolik dengan perubahan postural.
Hipotensi ortostatik adalah hasil dari beberapa faktor yang terkait dengan
imobilitas, termasuk: 1) Berkurangnya volume cairan yang bersirkulasi; 2)
Menurunnya respons sistem saraf otonom; dan 3) Penyatuan darah di ekstremitas
bawah. Faktor-faktor ini menyebabkan penurunan aliran balik vena yang secara
negatif mempengaruhi curah jantung. Dengan demikian, tekanan darah diturunkan.
Hipotensi ortostatik merupakan indikasi bahwa jantung bekerja lebih keras dan
kurang efisien.
Klien yang telah mengalami imobilitas (seperti dengan tirah baring) perlu
memeriksakan tekanan darah berbaring, duduk, lalu berdiri. Ini dilakukan untuk
menetapkan parameter dasar untuk membantu dalam menentukan kehadiran
perubahan terkait postural dalam tekanan darah.
c. Efek pernapasan
Respons sistem pernafasan terhadap aktivitas dan mobilitas adalah
peningkatan asupan oksigen, yang menghasilkan peningkatan kapasitas pernafasan
keseluruhan dan berkurangnya kerja pernapasan. Efek oksigenasi pada jaringan
ditingkatkan dan pengumpulan sekresi pada bronkiolus kurang mungkin.
Imobilitas dari duduk atau berbaring membatasi ekspansi dada, yang
diperparah oleh efek atrofi otot pernapasan dan batuk yang tidak efektif. Stasis
sekresi pernafasan dapat diperburuk oleh penggunaan obat-obat depresan SSP dan
dehidrasi, dan dapat menyebabkan pneumonia dan atelektasis hipostatik.
d. Efek muskuloskeletal
Respon muskuloskeletal terhadap aktivitas sangat banyak, termasuk otot
yang lebih kuat dan lebih baik, lebih kuat tulang, dan peningkatan mobilitas dan
berbagai gerakan sendi. Latihan dapat meningkatkan daya tahan dan toleransi dari
kelompok otot. Latihan menahan beban seperti berjalan (bukan berenang) adalah
hal yang khusus bermanfaat dalam mencegah osteoporosis, atau kehilangan
kekuatan dan mineral di tulang.
24. Berkurangnya mobilitas fisik menghasilkan muskuloskeletal kasar
gangguan, terutama ketika atrofi otot terjadi. Mobilisasi yang menurun mengubah
struktur otot dengan mengurangi massa otot dan menurunkan diameter sel otot dan
jumlah sel otot yang sebenarnya. Klien mengalami keletihan cepat, penurunan
kekuatan otot dan nada, penurunan daya tahan, penurunan mobilitas sendi,
kekakuan otot, kontraktur sendi, dan keseimbangan nitrogen negatif karena
katabolisme protein. Hilangnya kalsium merupakan respons terhadap imobilitas
dan menunjukkan ketidakseimbangan antara pembentukan tulang dan kerusakan.
Kurangnya tekanan (misalnya, beban berat) pada tulang memicu hilangnya
kalsium. Demineralisasi tulang terjadi sedini 2 atau 3 hari setelah permulaan
imobilitas dan dapat menyebabkan fraktur patologis, batu ginjal, dan osteoporosis.
e. Efek Pencernaan
Efek pencernaan terhadap aktivitas termasuk peningkatan nafsu makan dan
kehausan, yang menunjukkan bahwa laju tubuh pengolahan asupan gizi meningkat.
Kehilangan nafsu makan umumnya terkait dengan kurangnya aktivitas,
keseimbangan nitrogen negatif, dan eliminasi yang diubah pola. Keseimbangan
nitrogen negatif terjadi ketika output nitrogen melebihi asupan nitrogen. Penyebab
keseimbangan nitrogen negatif termasuk peningkatan kebutuhan protein dalam
situasi kerusakan jaringan yang luas, seperti setelah operasi, dan memperpanjang
imobilitas. Periode imobilitas yang diperpanjang menyebabkan atrofi otot atau
pengecilan otot; dengan demikian ada kebutuhan untuk protein ekstra asupan untuk
menyediakan perbaikan otot.
f. Efek Eliminasi
Pola eliminasi difasilitasi oleh mobilitas dalam retensi limbah yang biasanya
dicegah dan risiko sembelit dikurangi atau dihindari. Otot menjadi lebih kuat dan
lebih efisien, sehingga meningkatkan efisiensi eliminasi keseluruhan. Konstipasi
dan impaksi tinja adalah komplikasi yang sering terjadi akibat imobilitas. Variabel
yang berkontribusi untuk masalah eliminasi adalah: 1) Kurangnya aktivitas, yang
menurunkan gerak peristaltik; 2) Kurangnya privasi; 3) Ketidakmampuan untuk
duduk tegak; 4) Diet yang tidak benar; 5) Asupan cairan yang tidak memadai; dan
6) Penggunaan beberapa obat, terutama narkotika.
25. Urin stasis dan infeksi saluran kencing berhubungan dengan posisi
berbaring dari orang yang tidak bergerak. Penurunan peristaltik ureter
menyebabkan stasis urin, yang merupakan etiologi batu saluran kemih (batu) dan
infeksi. Distensi kandung kemih terjadi karena sulitnya relaksasi sfingter eksternal
dan menurun tekanan intraabdominal, sehingga menyebabkan overflow
inkontinensia (kehilangan kontrol kandung kemih) dan infeksi. Kombinasi
peningkatan kalsium kemih, stasis urin, dan infeksi saluran kencing menyebabkan
pembentukan batu.
g. Efek Integumen
Sistem yg menutupi manfaat dari aktivitas dan latihan dalam peningkatan
sirkulasi dan aliran darah meningkatkan oksigenasi jaringan, menjaga turgor dan
kilau kulit dan rambut. Ulkus tekanan adalah masalah serius yang terkait dengan
imobilitas. Tekanan berkepanjangan, gaya geser, gesekan (menggosok), dan uap air
menyebabkan iskemia jaringan (gangguan sirkulasi darah), menyebabkan
kerusakan kulit dan dekubisi. Kelembaban dalam bentuk urin, feses, keringat, dan
drainase luka juga bisa menyebabkan pelembutan kulit, yang meningkatkan risiko
decubiti. Faktor sekunder yang berkontribusi terhadap pengembangan tekanan sakit
adalah penurunan nutrisi, menurunnya tekanan arteri, bertambahnya usia, dan
edema.
Peserta didik sekalian ada beberapa gangguan pada pola tidur. Gangguan
pola tidur didefinisikan sebagai keadaan di mana seorang individu mengalami atau
berisiko mengalami perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang
terkait dengan biologis orang tersebut. dan kebutuhan emosional. Perubahan dalam
pola tidur umumnya dipandang sebagai gangguan tidur primer (gangguan tidur
yang merupakan masalah mendasar) atau gangguan tidur sekunder (mereka yang
perubahannya memiliki penyebab medis atau klinis yang menyebabkan atau
berkontribusi pada perubahan tidur). Perubahan tidur yang paling umum termasuk
insomnia, hipersomnia atau narkolepsi, sleep apnea, kurang tidur, dan parasomnia.
Peserta didik sekalian beberapa gangguan pola tidur adalah sebagai berikut:
a) Insomnia kronis
Insomnia mengacu pada ketidakmampuan kronis untuk tidur atau kualitas
tidur yang tidak memadai karena tidur sebelum waktunya berakhir atau terganggu
26. oleh periode terjaga. Insomnia bukan penyakit, tetapi mungkin merupakan
manifestasi dari banyak penyakit.
Orang yang mengalami insomnia sering terperangkap dalam lingkaran setan
karena tidak bisa tidur, berusaha lebih keras untuk tertidur, meningkatkan
kecemasan tidak tidur, yang pada gilirannya meningkatkan ketidakmampuan untuk
jatuh tertidur. Persepsi kuantitas tidur juga bisa menjadi penting; banyak penderita
insomnia benar-benar tidur lebih banyak daripada yang mereka kira, jadi ada
perbedaan antara persepsi dan kenyataan.
Gangguan tidur umum terjadi pada individu yang mengalami nyeri kronis.
Gangguan tidur dapat memperburuk rasa sakit, dan, dengan demikian, lingkaran
setan didirikan. “Tidur malam yang buruk berkontribusi pada depresi, nyeri otot,
kesulitan berpikir, dan penurunan motivasi” (McCaffery & Pasero, 1999, hal. 500).
Perawatan untuk insomnia paling baik diarahkan untuk memodifikasi faktor-faktor
atau perilaku yang ada menyebabkan itu. Tidak mungkin memaksa tidur.
Peserta didik sekalian beberapa masalah yang muncul akibat insomnia
adalah sebagai berikut: 1) Produktivitas kerja yang menurun (lebih banyak hari
kerja yang terlewatkan); 2) Peningkatan pemanfaatan layanan perawatan kesehatan;
3) Risiko kecelakaan yang lebih besar; 4) Masalah memori jangka pendek; dan 5)
Gangguan kinerja kognitif dan motorik.
b) Hypersomnia atau Narcolepsy
Hipersomnia adalah perubahan dalam pola tidur yang ditandai oleh tidur
berlebihan, terutama di siang hari. Orang yang menderita hipersomnia sering
merasa bahwa mereka tidak bisa cukup tidur di malam hari, dan karena itu mereka
tidur sangat larut pagi dan tidur siang beberapa kali sepanjang hari. Penyebab
hipersomnia dapat berupa fisik atau psikologis; pengobatan tergantung pada
penanganan penyebab yang mendasarinya.
Narkolepsi, perubahan tidur lainnya, bermanifestasi sebagai dorongan tak
terkendali tiba-tiba untuk tertidur di siang hari. Individu yang menderita narkolepsi
sering mencapai tidur yang cukup di malam hari tetapi kewalahan oleh kantuk pada
periode tak terduga dan tak terduga sepanjang hari. Perawatan yang efektif untuk
narkolepsi termasuk menghindari zat atau kegiatan yang menyebabkan kantuk,
tidur siang pendek, atau minum obat stimulan yang diresepkan.
27. c) Sleep Apnea
Sleep apnea mengacu pada periode tidur selama aliran udara berhenti
selama 10 detik atau lebih. Sleep apnea menimbulkan komplikasi sebagai akibat
dari desaturasi oksigen dan retensi karbon dioksida. Konsekuensi jangka pendek
mungkin termasuk gangguan kognitif (termasuk memori perubahan), perubahan
kepribadian, dan impotensi. Masalah utama adalah kantuk di siang hari, yang dapat
mengganggu kemampuan fungsional seperti mengemudi dan bekerja. Jika tidak
diobati, sleep apnea dapat menyebabkan hal-hal berikut: 1) Hipertensi; 2) Aritmia
jantung; 3) Gagal jantung kongestif sisi kanan; 4) Kecelakaan pembuluh darah otak
(stroke); 5) Disfungsi kognitif; dan 6) Kematian.
Garis pertahanan pertama melawan apnea adalah mengobati penyebabnya
(perubahan emosional, jantung, atau pernapasan). Menggunakan alat tekanan udara
positif kontinu nasal (CPAP) dapat juga membantu. Dengan beberapa individu,
bedah diperlukan intervensi untuk memperbaiki penyebab apnea.
d) Kurang tidur
Kurang tidur adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kualitas
dan kuantitas tidur yang tidak cukup panjang, baik dari REM atau tipe NREM.
Kurang tidur dapat disebabkan oleh usia, rawat inap yang lama, penggunaan
narkoba dan zat, penyakit, dan seringnya perubahan dalam pola gaya hidup.
Tidur dan bermimpi memiliki nilai pemulihan yang diperlukan untuk
pemulihan mental dan emosional, dan meningkatkan kemampuan untuk mengatasi
masalah emosional. Oleh karena itu, kurang tidur dapat menyebabkan gejala mulai
dari iritabilitas, hipersensitivitas, dan kebingungan terhadap apati, kantuk, dan
refleks berkurang. Mengobati atau meminimalkan faktor-faktor yang menyebabkan
kurang tidur adalah resolusi yang paling efektif.
e) Parasomnia
Parasomnia adalah sekumpulan gangguan tidur yang menyebabkan suatu
kejadian atau pengalaman yang tidak diinginkan, yang terjadi saat kita baru tertidur,
sudah terlelap, atau saat terbangun dari tidur. Parasomnia juga bisa berupa beberapa
kejadian sebagai berikut:
(1) Tidur sambil berjalan
28. Tidur berjalan ditandai dengan gerakan badan penderita seperti berjalan
sambil tertidur, dan sesaat setelah terbangun penderita akan mengalami
disorientasi atau kebingungan. Meskipun tidak berbahaya secara
langsung, gejala ini dapat menimbulkan bahaya karena penderita tidak
dapat melihat objek di sekitarnya sehingga dapat menyebabkan terjatuh,
tertabrak, atau tertimpa sesuatu.
(2) Confusional Arousals
Confusional arousals berupa kebingungan saat terbangun yang ditandai
dengan mengalami proses berpikir yang sangat lama untuk mengenali
keadaan sekitar, dan bereaksi lambat terhadap perintah atau pertanyaan
yang diajukan sesaat baru terbangun dari tidur.
(3) Mimpi buruk
Suatu mimpi yang mengganggu waktu tidur seseorang dan membuat
seseorang terbangun dari tidur. Hal dapat terjadi berulang dan dapat
menyebabkan seseorang mengalami kecemasan dan kesulitan tertidur
(insomnia) atau kembali tertidur setelah terbangun dari mimpi buruk.
(4) Night Terrors
Night terrors adalah gangguan yang ditandai dengan rasa ketakutan
yang membuat seseorang berperilaku abnormal seperti berteriak,
memukul, bahkan menendang. Saat terbangun, penderita tidak dapat
mengingat dengan benar apa yang sebenarnya terjadi.
(5) Mengigau
Mengigau merupakan gejala yang terjadi saat kondisi seseorang
setengah sadar. Meskipun tidak ada efek buruk secara langsung, namun
ini dapat mengganggu orang d isekitar yang mendengarnya. Mengigau
juga dapat disebabkan stress, demam, atau gangguan tidur lainnya.
(6) Sleep paralysis
Sleep paralysis atau sering dikenal di Indonesia dengan sebutan
“ketindihan”, ditandai dengan kesulitan menggerakkan badan saat baru
mulai tertidur atau saat terbangun, dan dapat terjadi dalam beberapa kali
dalam waktu satu kali tidur. Gejala ini tidak terlalu berbahaya namun
dapat menimbulkan ketakutan bagi seseorang yang sudah pernah
29. mengalaminya. Sleep paralysis juga dapat disebabkan oleh faktor
keturunan dalam satu keluarga, namun penyebab pastinya belum
diketahui.
(7) Aritmia
Aritmia biasanya dialami oleh penderita jantung koroner saat tertidur
dan dipicu oleh penurunan kadar oksigen dalam darah akibat gangguan
tidur. Penggunaan alat continuous positive airway pressure (CPAP)
dapat membantu mengurangi risiko aritmia saat tertidur.
(8) Bruksisme
Bruksisme merupakan gejala yang ditandai dengan gerakan
menggesekan gigi pada rahang atas dan bawah secara berlebihan dalam
keadaan tidak sadar. Akibatnya dapat menyebabkan kelelahan dan rasa
tidak nyaman pada otot gigi dan rahang, bahkan dapat menyebabkan
luka pada bagian gusi. Penggunaan alat mouth guard dapat mengurangi
frekuensi dan dampak dari bruksisme.
(9) REM sleep behavior disorder
Rapid Eye movement (REM) atau fase bermimpi saat tertidur dapat
menyebabkan seseorang berperilaku abnormal dengan menggerakan
anggota badan seperti tangan dan kaki. Berbeda dengan kejadian
berjalan atau mengalami terror saat tertidur, penderita gangguan ini
dapat mengingat detail dari mimpi yang telah dialami. Hal ini bisa jadi
suatu pertanda gangguan saraf yang harus ditangani.