SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
Download to read offline
No Kode: DAR2/Profesional/575/014/2019
PENDALAMAN MATERI KEPERAWATAN
M3KB4 – MOBILISASI, ISTIRAHAT DAN TIDUR
Penulis
Zahid Fikri
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
2019
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN	.............................................................................................................	4	
A.	 DESKRIPSI MATERI	.........................................................................................	4	
B.	 RELEVANSI	.........................................................................................................	4	
C.	 PETUNJUK BELAJAR	.......................................................................................	5	
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA MOBILISASI, ISTIRAHAT
DAN TIDUR	......................................................	Kesalahan!	Bookmark	tidak	ditentukan.	
A.	 CAPAIAN PEMBELAJARAN BIDANG STUDI	.............................................	6	
B.	 CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KEGIATAN	........................................	6	
C.	 POKOK-POKOK MATERI	................................................................................	6	
D.	 URAIAN MATERI	..............................................................................................	6	
1.	 Definisi Mobilisasi, Istirahat dan Tidur ..............................................................7	
2.	 Hal-hal Yang Berhubungan Dengan Mobilisasi, Istirahat dan Tidur..............7	
a.	 Mobilisasi .................................................................................................7	
3.	 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas................................................13	
a.	 Status kesehatan....................................................................................13	
b.	 Tahap perkembangan...........................................................................14	
c.	 Lingkungan............................................................................................16	
d.	 Sikap dan Keyakinan............................................................................16	
e.	 Gaya hidup.............................................................................................16	
b.	 Istirahat dan tidur.................................................................................16	
4.	 Pemenuhan Kebutuhan Mobilisasi, Istirahat dan Tidur.................................21	
a.	 Efek Neurologis /Status Mental ...........................................................22	
b.	 Efek Kardiovaskular.............................................................................22	
c.	 Efek pernapasan....................................................................................23	
d.	 Efek muskuloskeletal ............................................................................23	
e.	 Efek Pencernaan....................................................................................24	
f.	 Efek Eliminasi........................................................................................24	
g.	 Efek Integumen .....................................................................................25	
E.	 RANGKUMAN	......................................	Kesalahan!	Bookmark	tidak	ditentukan.	
F.	 TUGAS	...................................................	Kesalahan!	Bookmark	tidak	ditentukan.	
G.	 TES FORMATIF	...................................	Kesalahan!	Bookmark	tidak	ditentukan.	
H.	 DAFTAR PUSTAKA	............................	Kesalahan!	Bookmark	tidak	ditentukan.	
I.	 TES SUMATIF	......................................	Kesalahan!	Bookmark	tidak	ditentukan.
J.	 TUGAS TERSTRUKTUR	....................	Kesalahan!	Bookmark	tidak	ditentukan.
PENDAHULUAN
	
A. DESKRIPSI MATERI
Gerakan adalah kegiatan yang kebanyakan orang anggap biasa.
Kemampuan untuk bergerak dan menjadi manfaat aktif status kesehatan, sedangkan
imobilitas menghadirkan ancaman terhadap kesejahteraan fisik, mental, dan sosial
seseorang. Modul ini mengeksplorasi respons keperawatan untuk individu dengan
gangguan kemampuan untuk bergerak.
Istirahat dan tidur adalah komponen dasar kesejahteraan. Semua individu
membutuhkan periode tertentu dari aktivitas yang tenang dan lebih rendah sehingga
tubuh mereka dapat memperoleh kembali energi dan membangun kembali stamina.
Kebutuhan untuk istirahat dan tidur bervariasi sesuai usia, tingkat perkembangan,
status kesehatan, tingkat aktivitas, dan norma-norma budaya. Rasa sakit dan
gangguan tidur terkait erat pada kebanyakan orang. Menurut Doghramji dan
Fredman, 50–70% klien yang mengalami nyeri juga menderita gangguan tidur. Di
samping itu, kurang tidur dapat menurunkan toleransi rasa sakit dan, dengan
demikian, dapat memperparah nyeri (terutama sakit kepala).
B. RELEVANSI
Mobilisasi melekat pada kehidupan syang harus dapat dipenuhi. Sehari-hari,
dimana aktivitas menjadi kebutuhan dasar. Dimana kehidupan tidak bisa berjalan
tanpa adanya mobilisasi, meskipun dalam konteks yang sangat kecil sekalipun dari
bagian tubuh seseorang. Mobilisasi merupakan hasil koordinasi antara semua
bagian tubuh dan dipengaruhi oleh banyak faktor.
Sebagaiman kebutuhan mobilisasi, maka kebutuhan istirahat dan tidur
merupakan kebutuhan yang juga sangat penting untuk dipenuhi. Setiap orang
membutuhkan hal tersebut yang tidak memandang siapaun. Bila tidak dipenuhi hal
ersebut, maka seseorang akan jatuh dalam keadaan tidak normal atau digolongkan
sakit. Kebutuhan tersebut dapat dipenuhi yang dipengaruhi banyak faktor, baik fisik
maupun psikologis.
Melalui materi dalam modul ini, diharapkan peserta PPG mampu
melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Sehingga mampu
mengaplikasikan tindakan sebagai asisten keperawatan.
C. PETUNJUK BELAJAR
Agar kita berhasil dengan baik dalam mempelajari bahan ajar ini
berikut beberapa petunjuk yang dapat anda ikuti :
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai anda
memahami secara tuntas, untuk apa, dan bagaimana mempelajarinya.
2. Pahami garis besar materi-materi yang akan dipelajari atau dibahas secara
seksama apa yang akan dicapai.
3. Upayakan untuk dapat membaca sumber-sumber lain yang relevan untuk
menambahkan wawasan anda menjadikan perbandingan jika pembahasan
dalam modul ini masih dianggap kurang.
4. Mantapkan pemahaman anda dengan latihan dalam modul dan melalui
kegiatan diskusi dengan mahasiswa atau dosen.
INTI
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Menguasai teori dan aplikasi materi keahlian keperawatan, kompetensi
keahlian asisten keperawatan yang mencakup: (1) Komunikasi Keperawatan, (2)
Konsep Dasar Keperawatan (anatomi fisiologi, promkes, dan pelayanan prima), (3)
Kebutuhan Dasar Manusia, (4) Keperawatan Medikal Bedah (ilmu penyakit,
penunjang diagnostic, dan kegawatdaruratan), (5), Ilmu Kesehatan Masyarakat
(Keperawatan Jiwa dan Keluarga, Keperawatan Geriatrik dan Komunitas,
Keperawatan Maternitas, (6) Ketrampilan Dasar Tindakan Keperawatan termasuk
advancy materials yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa”
(filosofi), dan “bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan sehari-hari.
B. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul, peserta PPG diharapkan dapat menganalisis
prinsip kebutuhan dasar manusia dan aplikasinya dalam pembelajaran asisten
keperawatan.
C. POKOK-POKOK MATERI
1.
D. URAIAN MATERI
Salam hangat peserta PPG sekalian. Semoga selalu sehat dan sukses selalu.
Peserta PPG sekalian pada topik kali ini kita akan belajar mengenai Mobilisasi,
Istirahat dan tidur. Mobilisasi, istirahat dan tidur merupakan beberapa kebutuhan
dasar manusia yang harus terpenuhi dalam kehidupan sehari-hari karena menjadi
salah satu kebutuhan fisiologis. Berbagai hal yang terkait dengan pergerakan dan
aktivitas sehari-hari sesederhana sekalipun, merupakan unsur yang tidak bisa
dianngap sepele. Demikian pula kebutuhan istirahat dan tidur menjadi penting
karena secara alamiah, tubuh membutuhkan waktu untuk memulihkan kondisinya
supaya dapat berfungsi optimal ketika dibutuhkan dalan kehidupan sehari-hari.
Peserta PPG sekalian beberapa topik yang akan kita pelajari pada kegiatan
beajar kali ini adalah sebagai berikut:
1. Definisi mobilisasi, istirahat dan tidur
2. Berbagai hal terkait mobilisasi, istirahat dan tidur
3. Pemenuhankebutuhan mobilisasi, istirahat dan tidur
1. Definisi Mobilisasi, Istirahat dan Tidur
Selamat pagi buat semua, bagaimana kabar anda hari ini? Semoga anda
tetap sehat dan bisa beraktivitas normal. Aktivitas sangat erat kaitannya dengan
mobilisasi. Mari kita cermati, apakah mobilisasi/ mebilitas itu? Mobilitas mengacu
pada kemampuan untuk terlibat dalam aktivitas dan gerakan bebas yang meliputi
berjalan, berlari, duduk, berdiri, mengangkat, mendorong, menarik, dan melakukan
aktivitas sehari-hari (Activities of Daily Living= ADL) (Taylor, Lillis, Lynn, &
LeMone, 2014). Mobilitas sering dipertimbangkan indikator status kesehatan
karena mempengaruhi fungsi yang tepat dari banyak sistem tubuh, khususnya
sistem pernapasan, gastrointestinal, dan saluran kencing (Erlin Kurnia, 2018).
Mobilitas meningkatkan tonus otot, meningkatkan tingkat energi, dan berhubungan
dengan manfaat psikologis seperti kebebasan dan kebebasan (Wang et al., 2014).
Sedangkan pengertian tidur adalah mengacu pada keadaan kesadaran yang
berubah di mana seorang individu mengalami aktivitas fisik minimal dan
memperlambat proses fisiologis tubuh secara umum (Carley & Farabi, 2016). Tidur
umumnya terjadi dalam siklus periodik dan biasanya berlangsung selama beberapa
jam setiap kali; gangguan dalam rutinitas tidur yang biasa dapat mengganggu klien
dan kemungkinan besar akan mengganggu tidur lebih lanjut. Sebagai fungsi
restoratif (perbaikan), tidur diperlukan untuk penyembuhan fisiologis dan
psikologis (Yogisutanti, 2015). Penting bagi klien, orang-orang yang dekat dengan
mereka, dan penyedia layanan kesehatan untuk memahami siklus tidur-bangun
yang normal dan bagaimana tidur memengaruhi suasana hati dan penyembuhan
(Sateia, 2014).
2. Hal-hal Yang Berhubungan Dengan Mobilisasi, Istirahat dan Tidur
a. Mobilisasi
1) Body Alignment
Keselarasan tubuh yang kita rasakan, mengacu pada posisi bagian
tubuh yang berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Keselarasan tubuh
yang tepat (juga disebut postur) dapat menghasilkan keseimbangan. Ketika
tubuh berada dalam postur yang baik, maka pusat gravitasi (titik pusat massa
suatu benda) didistribusikan secara merata di atas titik-titik pondasi (Andrade
et al., 2017).
Postur yang baik meningkatkan keseimbangan, mengurangi
ketegangan dan cedera pada bagian tubuh lainnya, dapat memfasilitasi upaya
bernapas, meningkatkan proses pencernaan, dan membuat rasa percaya diri
meningkat (Hsiao et al., 2015). Sikap postural yang benar dipertahankan oleh
sistem muskuloskeletal yang berfungsi dengan baik. Posisi berdiri yang tepat
ditandai dengan hal-hal berikut:
a) Kepala tegak (Head upright)
b) Menghadap ke depan (Face forward)
c) Bahu disejajarkan (Shoulders squared)
d) Punggung tegak (Back straight)
e) Otot perut dikempiskan (Abdominal muscles tucked in)
f) Lengan lurus di samping (Arms straight at side)
g) Telapak tangan menghadap ke depan (Hands palm forward)
h) Kaki lurus (Legs straight)
i) Kaki ke arah depan (Feet forward)
Manfaat dari postur yang tepat diantaranya adalah (1) klien merasa
nyaman; (2) mencegah kekakuan sendi; (3) meningkatkan sirkulasi darah; (4)
mgurangi stres pada otot, tendon, saraf, dan sendi. Pada seseorang yang
berdiri tegak, pusat gravitasi terletak di tengah area panggul dan perut bagian
bawah. Postur yang tegak dapat dipertahankan oleh tonus otot dan kekuatan
tulang. Tonus otot adalah keadaan normal dari tegangan seimbang yang ada
dalam tubuh; itu memungkinkan otot untuk merespon dengan cepat terhadap
rangsangan (Getman & Trumble, 2014). Tonus otot dipengaruhi oleh pola
latihan dan aktivitas individu. Dua kelainan tonus otot termasuk hipotonisitas
(ketidaksuburan), yang merupakan penurunan tonus otot, dan kelenturan,
yang merupakan peningkatan ketegangan otot dan sering dicatat dengan
fleksi atau ekstensi ekstrim (Dewi, 2017).
Bentuk otot harus simetris. Mungkin ada hipertrofi (peningkatan
ukuran dan bentuk otot karena suatu peningkatan serat otot) atau atrofi
(penurunan ukuran dan bentuk otot); Atrofi biasanya akibat tidak digunakan,
sedangkan hipertrofi terjadi ketika otot terlalu banyak bekerja (Snell, 2012).
Pada pergerakan yang normal akan diatur oleh Body mechanics, yang
bertujuan menggunakan dan mengkoordinasikan bagian-bagian tubuh dan
posisi selama aktivitas (Burhaein, 2017). Penggunaan body mechanics yang
tepat memaksimalkan keefektifan upaya sistem muskuloskeletal dan
neurologis dan mengurangi ketegangan dan cedera pada otot, sendi, dan
tendon terhadap ketegangan atau cedera selama gerakan. Kemampuan
gerakan sendi atau Range of motion (ROM) mencerminkan sejauh mana suatu
sendi dapat bergerak. Kisaran bervariasi dengan setiap sendi dan dipengaruhi
oleh beberapa faktor, termasuk usia, kondisi fisik, dan keturunan (Mohr,
Long, & Goad, 2014).
Mobilisasi juga tidak terjadi begitu saja, tetapi merupakan sebuah proses
terjadinya mobilisasi. Mobilitas diatur oleh upaya terkoordinasi dari sistem
muskuloskeletal dan neurologis. Fungsi utama dari sistem muskuloskeletal adalah
untuk menjaga kesejajaran tubuh dan untuk memfasilitasi mobilitas. Sistem
muskuloskeletal terdiri dari kerangka tulang, otot, sendi, tendon, ligamen, bursae,
dan tulang rawan (Lewandowski, Co-investigator, Lewandowski, & Tate, 2015).
Organ penting dalam mendukung mobilisasi adalah sebagai berikut:
(a) Sistem muskuloskeletal
Peserta didik sekalian selanjutnya mari kita lanjutkan pada materi
berikutnya. Peserta didik sekalian, dalam melakukan mobilisasi salah satu
organ yang berperan adalah sistem musculoskeletal. Sistem muskuloskeletal
(terdiri dari tulang, tulang rawan, sendi, tendon, ligamen, bursa, dan otot)
melayani beberapa fungsi. Tulang adalah dasar dari sistem muskuloskeletal.
Mobilitas dan kapasitas menahan beban secara langsung berkaitan dengan
ukuran dan bentuk tulang. Sendi bekerja dengan otot untuk memberikan
gerakan dan fleksibilitas/ kelenturan. Otot skeletal yang melapisi sendi
mengerahkan kekuatan yang berlawanan dan, oleh karena itu, menyebabkan
gerakan (Guyton & Hall, 2014).
Otot pada dasarnya adalah mesin yang mengubah energi menjadi
kerja mekanis. Kontraktilitas adalah milik semua di antara tiga jenis otot:
halus, jantung, dan tulang. Serat otot rangka dipersarafi oleh saraf somatik,
dan oleh karena itu umumnya berada di bawah kontrol voluntir. Otot-otot
bekerja dalam kerja sama dengan sistem saraf untuk menjaga kesejajaran
tubuh dan menyebabkan gerakan (Tortora & Derrickson, 2014).
Otot bertindak berpasangan untuk melakukan pekerjaan. Satu otot
dari pasangan menghasilkan gerakan dalam satu arah. Otot lain dari pasangan
menghasilkan gerakan ke arah yang berlawanan. Ketika satu otot dari
pasangan berkontraksi, maka yang lainya rileks. Tindakan kontraksi dan
relaksasi yang berlawanan memungkinkan gerak. Posisi tendon pada tulang
dan artikulasi tulang memungkinkan jenis gerakan seperti fleksi, ekstensi,
circumduction, dan rotasi. Otot-otot yang menjaga keselarasan tubuh bekerja
sama untuk menstabilkan bagian-bagian tubuh di sekitarnya dan untuk
mendukung berat badan. Postur dipertahankan terutama oleh otot-otot di
belakang, leher, tulang belakang, dan ekstremitas bawah (Snell, 2012).
(b) Sistem saraf
Kontraksi otot dikendalikan oleh sistem saraf pusat (SSP) dan
dipengaruhi oleh transportasi nutrisi dan oksigen. SSP yang utuh sangat
penting untuk terjadinya gerakan yang terkoordinasi. Dorongan saraf
merangsang otot untuk berkontraksi. Simpul mioneuronal adalah titik di
mana ujung saraf bersentuhan dengan sel otot. Jalur aferen (naik)
menyampaikan informasi dari reseptor sensoris ke SSP; neuron-neuron ini
melakukan impuls di seluruh tubuh. SSP memproses masukan sensorik dan
menentukan sebuah tanggapan. Jalur eferen (turun) mentransmisikan respon
yang diinginkan ke otot skelet melalui sistem saraf somatik. Jika impuls saraf
terganggu, otot lumpuh dan tidak bisa berkontraksi (Nugroho, 2015). Bagian
penting untuk koordinasi pergerakan adalah:
(c) Propriosepsi
Propriosepsi adalah kesadaran postur, gerakan, dan perubahan
keseimbangan dan pengetahuan tentang posisi, berat, dan resistensi benda
dalam kaitannya dengan tubuh. Ujung saraf pada otot, tendon, dan sendi
(proprioceptors) secara terus menerus memberikan input ke otak, untuk
selanjutnya akan mengatur kelancaran koordinasi gerakan yang sifatnya tak
terkendali.
(d) Refleks Postural
Refleks postural adalah tonus postural yang dipertahankan oleh
postural atau meluruskan refleks.
2) Latihan (Exercises)
Latihan adalah aktivitas fisik yang melibatkan otot yang dapat
meningkatkan denyut jantung melebihi ketika waktu istirahat. Latihan
mengurangi nyeri dan kekakuan sendi, dan meningkatkan fleksibilitas, kekuatan
otot, dan daya tahan. Ini juga membantu mengurangi berat badan (Getman &
Trumble, 2014). Beberapa hal yang terkait
a) Dengan latihan, maka akan menstimulus seseorang untuk menjadi lebih
aktif bila dibandingkan sebelumnya.
b) Aktivitas fisik tidak perlu berat untuk mencapai manfaat kesehatan.
c) Manfaat kesehatan yang lebih besar dapat dicapai dengan meningkatkan
jumlah (durasi, frekuensi, atau intensitas) dari aktivitas fisik.
Tipe-tipe Latihan
Exercise Type Function Examples
Aerobic Improve cardiovascular fitness Rowing
Assist with weight control Jumping rope
Improve general functional ability Walking
Running
Strengthening Maintain or increase muscle strength Weight training
Calisthenics
Physical labor
Isometric Maintain muscle tone and strength Quadriceps setting
Gluteal setting
Triceps setting
Isotonic Increase and maintain muscle tone
and strength
Weight lifting
Shape muscles Working with pulleys
Maintain joint mobility Range-of-motion
exercises
Improve cardiovascular fitness Performance of
activities of daily
living (ADL)
Isokinetic Condition muscle groups Exercise equipment
Resistive water
exercises
Range-of-
Motion
(ROM)
flexibility
Maintain joint movement Adduction
and abduction
Maintain or increase
Flexion and
contraction
Latihan merangsang peningkatan produksi endorfin, yang
meningkatkan rasa tenang. Namun, penting untuk mengingatkan orang agar
tidak berlebihan dalam latihan, terutama ketika pertama kali memulainya.
Berikut ini mungkin tanda-tanda terlalu banyak Latihan: kelelahan yang tidak
biasa atau terus-menerus, peningkatan kelemahan, penurunan rentang gerak,
pembengkakan sendi, atau nyeri yang terus menerus (nyeri yang berlangsung
lebih dari 1 jam setelah Latihan).
3) Latihan Range-of-Motion
Aktivitas range-of-motion (ROM) aktif yang dilakukan secara mandiri,
disebut latihan ROM aktif, dimana klien menggerakkan berbagai kelompok
otot. Sedangkan latihan ROM pasif dilakukan oleh oleh orang lain dan
bertujuan untuk membantu mempertahankan atau mengembalikan mobilitas
klien dengan mencapai beberapa hasil (Mohr et al., 2014).
4) Kebugaran fisik
Hasil akhir dari aktivitas fisik yang rutin adalah kebugaran fisik yang
memengaruhi fungsi individu kemampuan. Ada empat komponen kebugaran
fisik: daya tahan dan kekuatan, fleksibilitas sendi, kebugaran kardiorespirasi,
dan komposisi tubuh (Palar, Wongkar, & Ticoalu, 2015).
(a) Ketahanan dan Kekuatan
Daya tahan adalah kemampuan menahan gerakan dalam hal durasi dan
tidak adanya kelelahan. Individu yang sehat secara fisik memiliki kekuatan otot
yang cukup dan daya tahan untuk mencapai tujuan seseorang.Kekuatan otot
adalah jumlah kekuatan yang diberikan oleh otot terhadap resistensi. Kekuatan
otot yang baik memungkinkan seseorang untuk mengangkat lebih aman.
(b) Fleksibilitas sendi
Kemampuan untuk menggunakan otot melalui rentang geraknya yang
lengkap disebut fleksibilitas. Orang yang kurang lentur cenderung mengalami
ketidakseimbangan kekuatan otot sehingga mudah cedera sendi. Fleksibilitas
dapat ditingkatkan dengan latihan peregangan seperti yoga, tai chi, dan menari.
Kinerja dalam aktivitas sehari-hari juga membantu menjaga fleksibilitas.
Berjalan, membungkuk, dan kegiatan mengangkat dapat meningkatkan dan
menjaga fleksibilitas.
(c) Kebugaran jantung-paru
Latihan yang meningkatkan kebugaran jantung-paru. Untuk
meningkatkan fungsi jantung-paru, aktivitas fisik harus dijaga setidaknya
selama 20 menit untuk menaikkan denyut jantung ke tingkat target.
(d) Komposisi tubuh
Proporsi lemak menjadi salah satu ukuran dalam menentukan
komposisi tubuh. Memiliki tubuh yang berada pada kisaran normal berat badan
dan persentase lemak tubuh merupakan dampak dari keseimbangan antara
asupan kalori dan pengeluaran. Setiap jenis aktivitas fisik dapat bermanfaat
untuk menjaga kebugaran fisik;
(e) Kebugaran di masa Tua
Manfaat dari aktivitas fisik secara teratur. Semangat yang dimiliki oleh
lansia adalah bukti bahwa latihan penguatan otot dapat mengurangi risiko jatuh
dan patah tulang dan meningkatkan kemampuan untuk hidup.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas
Mobilitas dan tingkat aktivitas dapat dipengaruhi oleh banyak faktor,
termasuk status kesehatan secara keseluruhan, tahap perkembangan, lingkungan,
sikap, keyakinan, dan gaya hidup.
a. Status kesehatan
Status kesehatan umum seseorang akan mempengaruhi keinginan untuk
latihan dan aktivitas. Kondisi yang ditunjukkan dari salah satu sistem tubuh dapat
mempengaruhi mobilitas individu yang dipengaruhi oleh kurangnya aktivitas.
Aktivitas fisik juga akan mempengaruhi mobilitas dan stamina. Faktor fisik yang
mengganggu mobilitas atau olahraga termasuk kelelahan, kram otot, sesak napas,
defisit neuromuskular atau perseptual, dan nyeri dada.
Status mental sering dimanifestasikan sebagai perubahan dalam mobilitas
atau penampilan. Misalnya, seorang klien yang mengaduk-aduk ruangan, merosot
turun ke kursi, dan menghindari kontak mata mungkin mengirimkan pesan depresi
melalui tingkat aktivitas rendah, postur yang buruk, dan pengaruh yang diratakan.
b. Tahap perkembangan
Tahap perkembangan individu akan memengaruhi ukuran tingkat mobilitas
yang diinginkan.
1) Anak-anak
Norma perkembangan terkait dengan mobilitas telah ditetapkan untuk
bayi dan balita. Perkembangan masa anak dimonitor melalui pencapaian
puncaknya seperti duduk, merangkak, berjalan, berlari, dan melompat. Untuk
bayi, fokus mobilitas adalah pada perilaku motorik kasar tersebut seperti
terbentuknya postur, keseimbangan kepala, menggenggam, duduk, merayap,
dan berdiri. Balita lebih aktif, dengan berjalan, berlari, melompat, menendang,
dan naik turun tangga. Aktivitas dan ukuran mobilitas untuk balita mencakup
perilaku motorik kasar dan halus, ketangkasan manual, dan eksplorasi dalam
menilai keamanan lingkungannya. Anak prasekolah meningkatkan kekuatan
dan menyempurnakan keterampilan dengan berjalan, berlari, dan melompat.
Selama masa kanak-kanak tengah (dari usia 6 hingga 12 tahun), anak-anak
telah mencapai peningkatan pembentukan postur dan kemampuan penggerak
dan peningkatan efisiensi otot ekstremitas dan tungkai; anak-anak juga
mengalami peningkatan jaringan otot dengan penurunan lemak. Untuk anak-
anak prasekolah dan masa kecil menengah, aktivitas dan ekspektasi
mobilitasnya dipusatkan pada pengembangan kekuatan, koordinasi, dan
kapasitas fisik
2) Remaja
Periode remaja (sekitar usia 12 hingga 18) dimulai dengan adanya
tanda pubertas dan diakhiri dengan penghentian pertumbuhan somatik.
Perubahan dramatis pada tahap ini, ditandai dengan pertumbuhan fisik dan
perkembangan karakteristik seks sekunder. Menguatnya/ menonjolnya
aktivitas dan mobilitas ditandai dengan adanya perkembangan otot dan juga
bertambahnya fungsi jantung, pernapasan, dan metabolisme melalui
pertumbuhan fisik.
3) Orang dewasa
Masa dewasa terbagi menjadi kelompok usia muda, menengah, dan
lanjut usia. Dewasa muda memiliki sistem myoskeletal dan saraf yang
berkembang dengan baik yang berfungsi ideal.
Masa dewasa lanjut memiliki penurunan massa otot, kekuatan, dan
kelincahan, secara bertahap. Fokus kegiatan dan mobilitas untuk kedua
kelompok ini adalah mempertahankan atau mengembangkan kesesuaian,
kekuatan, dan koordinasi sistem muskuloskeletal. Sedangkan pada dewasa
lanjut sering mengalami perubahan progresif secara fisiologis. Tingkat
reabsorpsi tulang (yang mempengaruhi kepadatan tulang) meningkat seiring
dengan penuaan. Penurunan kepadatan tulang diperpercepat pada wanita
pascamenopause karena terjadinya defisiensi estrogen. Kepadatan tulang yang
menurun membuat seseorang lebih rentan terhadap patah tulang, kyphosis, dan
penurunan tinggi badan.
Penuaan juga berdampak negatif pada otot dan jaringan ikat.
Perkembangan atrofi otot adalah proses bertahap di mana serat otot memburuk
dan digantikan oleh jaringan ikat fibrosa. Atrofi otot seringkali disertai dengan
berkurangnya massa otot, hilangnya kekuatan otot, dan berkurangnya massa
tubuh secara keseluruhan. Derajat atrofi otot akan dipengaruhi oleh tingkat
aktivitas seseorang. Beberapa perubahan yang terjadi tersebut dapat
mempengaruhi fleksibilitas sendi. Penuaan menyebabkan terhambatnya
regenerasi tulang setelah trauma, yang menyebabkan orang dewasa lebih
rentan dengan nyeri sendi dan cedera. Sebagai akibat dari perubahan fisik
yang berkaitan dengan usia, orang yang lebih tua sering mengalami beberapa
perubahan fungsional dalam mobilitas. Ambulasi (pergerakan) dapat berubah
sebagai akibat dari ketidakfleksibelan sendi dan penurunan kekuatan otot;
perubahan seperti itu ditunjukkan dengan gaya berjalan yang menyeret.
Kelainan pada tulangbelakang dan dan berkurangnya kekuatan otot dapat
menyebabkan kesulitan ketika klien akan duduk dan bangkit dari posisinya.
Klien lansia mungkin memerlukan bantuan ketika bangun dari kursi, ambulasi,
ataupun naik tangga. Penuaan juga mempengaruhi sistem kardiovaskular dan
pernapasan, yang secara langsung mempengaruhi daya tahan dan stamina.
Tujuan aktivitas dan mobilitas fokus pada pemeliharaan status dan keamanan
fungsional.
c. Lingkungan
Lingkungan dapat mempengaruhi tingkat aktivitas dalam beberapa cara.
Lingkungan rumah, misalnya, dapat dianggap menyenangkan jika mereka bebas
dari bahaya yang dapat mengganggu atau membahayakan pergerakannya.
Lingkungan kerja bisa juga mempengaruhi mobilitas; pekerjaan yang monoton
dapat merusak mobilitas dan memperburuk radang sendi.
d. Sikap dan Keyakinan
Faktor-faktor yang berpengaruh terkait dengan latihan adalah sikap dan
keyakinan seseorang, yang sangat dipengaruhi oleh budaya dan keluarga. Kegiatan
rekreasi memberikan petunjuk kepada sistem nilai orang tersebut. Individu yang
melakukan hiking, bersepeda, atau berenang untuk rekreasi adalah gaya hidup aktif.
Di sisi lain, individu yang menganggap bekerja sebagai bidang kehidupan yang
dominan dapat memandang olahraga sebagai “buang-buang waktu.” Apakah orang
itu pergi ke mana saja di dalam mobil, atau sedang berjalan sebagai bagian dari
transportasi normal?
e. Gaya hidup
Gaya hidup yang berubah akan mempengaruhi aktivitas fisik dan kesehatan.
Gaya hidup mengakibatkan hilangnya kekuatan otot, penurunan daya tahan tubuh,
tidak memadainya fungsi jantung-paru, dan obesitas. Gaya hidup yang tidak aktif
dapat menyebabkan atrofi otot, tulang yang lemah, dan kurangnya motivasi dan
energi untuk terlibat dalam aktivitas fisik. Individu dengan latihan berikan dampak
pada penggunaan energy dan berdampak pada kesehatan nya lebih baik..
b. Istirahat dan tidur
Ada sebuah siklus dimana antara siklus terjaga dan tidur dikendalikan oleh
pusat di otak dan dipengaruhi oleh rutinitas dan faktor lingkungan. Jam biologis
individu juga membantu menentukan siklus spesifik yang akan diikuti oleh kondisi
terjaga dan tidur.
1) Tahapan tidur
Diklasifikasikan dalam dua kategori: non-rapid eye movement (NREM) dan
rapid eye movement (REM) sleep.
a) Tidur NREM
Dengan terjadinya tidur, denyut jantung dan laju pernapasan sedikit
lambat dan tetap teratur. Fase tidur pertama ini disebut sebagai gerakan mata
non-cepat, atau NREM, tidur. Tidur NREM terdiri dari empat tahap yang
berbeda. Saat klien memasuki tahap 1 tidur, ada perlambatan umum frekuensi
EEG tetapi penampakan gelombang yang tidak teratur dan rapat; mata
cenderung bergeser perlahan dari sisi ke sisi, dan ketegangan otot tetap tidak
ada kecuali di wajah dan otot leher. Pada klien dewasa dengan pola tidur
normal, tidur tahap 1 biasanya berlangsung hanya 10 menit atau lebih.
Tahap 1 tidur NREM adalah kualitas yang sangat rendah, yang berarti
bahwa selama tahap ini tidur dapat dengan mudah dibangunkan. Tidur tahap
2 masih cukup terang, dengan semakin melambatnya pola EEG dan hilangnya
gerakan mata yang lambat. Lima puluh persen dari tidur orang dewasa normal
mungkin dihabiskan di tahap 2. Setelah 20 menit awal atau lebih dari tidur tahap
2, bentuk tidur yang mendalam yang disebut tahap 3 sampai 4 dimasukkan.
Tahap tidur 3 dan tahap 4 sering dibahas bersama karena kesulitan
mengidentifikasi dan memisahkan keduanya. Tahap 3 mengacu pada tidur
menengah-mendalam, dan tahap 4 menandakan tidur terdalam. Selama tahap-
tahap ini, semua sel-sel otak kortikal tampak tertuju pada saat yang bersamaan,
menghasilkan gelombang besar yang lambat pada EEG. Ketika terbangun dari
tahap 3 sampai 4 tidur, orang dewasa dapat membutuhkan waktu 15 detik atau
lebih untuk menjadi terjaga sepenuhnya.
Kesulitan dalam kondisi terjaga ini bahkan lebih terasa pada anak-anak.
Stadium tidur 3 hingga 4 adalah tempat tidur nyenyak, sleeptalking (ngelindur/
mengigau), enuresis, dan teror malam terjadi. Tahap tidur 3 hingga 4 dirasakan
memiliki nilai restoratif (pemulihan), diperlukan untuk pemulihan fisik. Setelah
studi tentang kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur, tahap tidur 3-4 adalah
yang pertama untuk kembali. Mayoritas hormon pertumbuhan disekresikan di
malam hari, memuncak selama tahap 3 sampai 4 tidur dekat awal periode tidur.
Hormon pertumbuhan diperlukan tidak hanya untuk pertumbuhan tetapi juga
untuk perbaikan jaringan normal pada klien dari segala usia. Tahap tidur 3
hingga 4 terhitung membutuhkan waktu sekitar 25% dari tidur anak-anak,
sedikit menurun di usia dewasa muda, kemudian secara bertahap menurun di
usia menengah dan mungkin tidak ada pada klien lansia.
b) Tidur REM
Setelah 90 menit pertama tidur NREM pada orang dewasa, klien
memasuki gerakan mata cepat, atau tidur REM. Pola EEG menyerupai kondisi
terjaga; ada gerakan mata yang relatif cepat; denyut jantung dan laju pernapasan
tidak teratur dan seringkali lebih tinggi daripada saat bangun, dan otot-otot,
termasuk wajah dan leher, lembek, meninggalkan tubuh yang tidak bisa
bergerak. Mimpi terjadi 80% waktu klien dalam tidur REM. Tidak seperti tidur
tahap 3 sampai 4, yang paling banyak terjadi selama periode awal periode tidur,
periode tidur REM menjadi lebih lama ketika malam berlangsung dan individu
menjadi lebih beristirahat. Orang dewasa biasanya memiliki 4-6 jam waktu tidur
REM sepanjang malam, terhitung 20% hingga 25% dari tidur. Tidur REM
mencapai 50% dari tidur pada bayi baru lahir, kemudian secara bertahap
menurun menjadi 20% hingga 25% dari tidur pada anak usia dini dan tetap
cukup konstan sepanjang sisa masa hidup.
2) Siklus Tidur
Siklus tidur mengacu pada urutan tidur yang dimulai dengan empat tahap
tidur NREM secara berurutan, dengan kembali ke tahap 3, kemudian 2, lalu beralih
ke tahap REM pertama. Durasi siklus tidur umumnya antara 70 dan 90 menit, dan
tipikal tidur akan melewati empat hingga enam siklus tidur selama periode tidur
rata-rata 7 hingga 8 jam. Panjang periode tidur NREM dan REM akan berubah
seiring dengan berlangsungnya periode tidur secara keseluruhan dan orang menjadi
lebih santai dan kembali bersemangat. Kebutuhan tidur untuk 3 sampai 4 lebih
sedikit dan lebih banyak kebutuhan untuk tidur REM saat periode tidur
berlangsung, dan mimpi selama fase REM tidur nanti mungkin menjadi lebih jelas
dan intens. Jika siklus tidur rusak pada titik mana pun, siklus tidur baru akan mulai,
dimulai lagi di tahap 1 tidur NREM dan maju melalui semua tahapan untuk tidur
REM.
3) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Istirahat dan Tidur
a) Tingkat Kenyamanan
Kenyamanan adalah pengalaman yang sangat subjektif. Perawat harus
menilai sejauh mana kebutuhan fisik dan psikologis klien telah terpenuhi.
Kapan pun kebutuhan dasar tidak terpenuhi, orang mengalami
ketidaknyamanan yang mengarah ke ketegangan fisiologis, kecemasan yang
dihasilkan, dan gangguan potensial dalam tidur / istirahat.
(1) Kecemasan
Tubuh dan pikiran yang gelisah mengganggu kemampuan untuk
tidur. Ketika mencoba untuk tidur, banyak orang sering memiliki pikiran
yang mengganggu atau ketegangan otot, yang mengganggu istirahat dan
tidur. Kecemasan terkait dengan tekanan kerja, tuntutan keluarga, dan
stressor lainnya tidak otomatis berhenti ketika seseorang mencoba untuk
tidur. Kecemasan sering menghasilkan kesulitan jatuh atau tetap tertidur.
(2) Lingkungan Hidup
Faktor lingkungan dapat meningkatkan atau mengganggu tidur.
Pencahayaan, suhu, bau, ventilasi, dan tingkat kebisingan semua dapat
mengganggu proses tidur ketika mereka berbeda dari norma lingkungan tidur
klien yang normal.
(3) Diet
Jenis makanan yang dikonsumsi berdampak pada kuantitas tidur
yang berkualitas. Makanan tinggi kafein, seperti kopi, cola, dan cokelat,
berfungsi sebagai stimulan dan sering mengganggu siklus tidur normal.
Selain itu, mengonsumsi makanan besar, berat, atau pedas sebelum tidur
dapat menyebabkan gangguan pencernaan, yang kemungkinan akan
mengganggu tidur. Sebaliknya, pergi tidur ketika lapar juga dapat
menyebabkan masalah tidur karena individu mungkin sibuk dengan
makanan dan rasa lapar bukannya berkonsentrasi saat tidur.
(4) Obat-obatan dan Zat-zat Lain
Penggunaan alkohol dan nikotin dapat mengganggu tidur. Secara
umum alkohol dapat mengganggu tidur REM, menyebabkan tidur yang
sangat gelisah dan tidak berulang. Nikotin, adalah stimulan, juga dapat
mengganggu siklus tidur dengan merangsang tubuh, sehingga sulit terbangun
dan tetap tertidur. Banyak obat-obatan (baik yang diresepkan maupun yang
berlebihan) menyebabkan kelelahan, mengantuk, gelisah, gelisah, atau
insomnia, sehingga mempengaruhi kualitas dan kuantitas istirahat dan tidur.
(5) Norma Budaya
Ekspektasi budaya dan masyarakat juga mempengaruhi tidur.
Sebagian orang menganggap tidur sebagai kemewahan untuk dinikmati
ketika mereka tidak terlalu sibuk dengan kegiatan "penting". Orang lain
memandang tidur sebagai kebutuhan mutlak. Jumlah tidur yang dianggap
perlu oleh seseorang sebagian ditentukan oleh sikap keluarga dan budaya.
(6) Pengalaman sepanjang hidup
Kebutuhan seseorang akan tidur berubah seiring usia dalam pola
yang cukup dapat diprediksi. Meskipun pola tidur dan istirahat terkait erat
dengan gaya hidup dan variabel lainnya, ada beberapa variasi umum yang
terjadi selama kehidupannya, seperti berikut:
Neonatus (lahir sampai 1 bulan) tidur dalam interval 3 hingga 4 jam
dengan total sekitar 16 hingga 20 jam per hari. Bayi yang baru lahir biasanya
sangat pasif, dengan sedikit aktivitas selama tidur ("tidur seperti bayi"), dan
biasanya tidur sangat nyenyak. Selama beberapa hari atau minggu pertama
kehidupan, jam biologis bayi tidak selaras dengan pola siang-malam yang
teratur, sehingga sering kali tidak ada perbedaan dalam pola tidur antara
siang dan malam.
Rata-rata bayi sekitar 12 hingga 16 jam tidur per hari. Seiring usia
bayi, jumlah tidur yang dibutuhkan menurun. Pada usia sekitar 2 bulan, bayi
dapat mulai tidur sepanjang malam dan biasanya tidur siang dua atau tiga
kali sepanjang hari. Selama masa balita, jumlah tidur rata-rata harian adalah
12 hingga 14 jam, yang biasanya dipecah menjadi 10 hingga 12 jam di malam
hari dengan satu atau dua tidur siang siang. Selama tahap ini, ritual tidur
sering berkembang dan sangat penting dalam menyediakan keamanan malam
hari. Rutinitas malam hari yang berulang dan dapat diprediksi seperti mandi,
menyikat gigi, dan membaca buku sangat membantu dalam menetapkan
harapan dan kenyamanan.
Anak prasekolah tidur sekitar 10 hingga 12 jam per hari. Tidur siang
hari berkurang atau berhenti, kecuali norma-norma budaya mendikte
sebaliknya. Tidur malam sering diisi dengan mimpi dan mimpi buruk yang
hidup,yang sering membangunkan anak-anak beberapa kali pada malam hari.
Seorang anak usia sekolah juga rata-rata sekitar 10 hingga 12 jam tidur setiap
hari. Tahan terhadap waktu tidur dan perjuangan untuk kemerdekaan adalah
ciri khas anak usia sekolah. Selama waktu ini, anak dapat mengembangkan
rasa takut akan kegelapan dan akan membutuhkan jaminan dan metode untuk
menanganinya ketakutan ini.
Remaja tidur sekitar 8 hingga 10 jam per hari dan sering memutuskan
sendiri rutinitas tidur mereka dan jam. Tingkat aktivitas yang tinggi sering
mengganggu pola tidur yang teratur dan kebiasaan tidur yang tidak teratur
sering menjadi norma pada tahap ini. Rata-rata dewasa muda sekitar 8 jam
tidur per hari. Selama tahap ini, tidur sering terganggu oleh anak-anak kecil
di rumah atau tanggung jawab kerja. Pola hidup menyebabkan banyak orang
dewasa muda mengalami kesulitan jatuh atau tetap tertidur.
Orang dewasa paruh baya tidur sekitar 6 hingga 8 jam sehari. Stresor
harian dapat terus menyebabkan insomnia, dan penggunaan obat-obat
pemicu tidur adalah hal yang umum. Kebutuhan tidur untuk orang dewasa
yang lebih tua berkurang menjadi 5 hingga 7 jam per hari, dan sering
termasuk tidur siang. Kualitas tidur sering berkurang karena sering
terbangun, sakit fisik, dan tidur REM yang diperpendek. Banyak orang tua
salah menafsirkan kebutuhan tidur yang menurun ini sebagai insomnia dan
karena itu terlalu khawatir tentang tidak mendapatkan "cukup" tidur.
4. Pemenuhan Kebutuhan Mobilisasi, Istirahat dan Tidur
Mempertahankan mobilitas fungsional dan tingkat aktivitas yang
diinginkan sangat penting, baik untuk psikologis maupun fisiologis. Bila tidak
melakukan mobilisasi, aktivitas maka akan mempengaruhi berbagai sistem tubuh.
Beberapa masalah pada bagian tubuh yang dapat muncul adalah seperti berikut:
a. Efek Neurologis /Status Mental
Status mental, mobilitas, dan aktivitas dapat meningkatkan tingkat energi
dan rasa nyaman seseorang. Aktivitas dan latihan adalah sarana yang sangat baik
untuk meredakan ketegangan dan mengurangi stres, yang berdampak pola tidur
yang lebih baik dan meningkatkan rasa nyaman.
Ketidakaktifan dan imobilitas adalah stres yang dapat menyebabkan
frustrasi, rendahnya harga diri, kecemasan, ketidakberdayaan, depresi,
ketidakpuasan umum, kegelisahan, ketidakbahagiaan, dan penurunan kompetensi
peringkat-diri. Imobilitas memengaruhi kemampuan kognitif, memengaruhi, gaya
hidup, dan tanggung jawab sosial dan keluarga. Ketakutan jatuh, nyeri, dan defisit
sensorik seperti masalah penglihatan, kelelahan, dan kelemahan adalah faktor
peracikan yang meningkatkan ketidakaktifan dan imobilitasMenjaga mobilitas
fungsional dan tingkat aktivitas yang diinginkan adalah penting untuk alasan
psikologis dan fisiologis. Mobilitas dan ketiadaan keduanya akan mempengaruhi
berbagai sistem tubuh.
b. Efek Kardiovaskular
Sistem kardiovaskular menuai banyak manfaat dari mobilitas dan olahraga.
Jantung menjadi lebih efisien karena menyesuaikan dengan kebutuhan oksigen
yang meningkat, dan output jantung meningkat. Otot jantung yang sehat
menyebabkan penurunan denyut jantung dan penurunan istirahat tekanan darah,
yang berarti bahwa jantung tidak harus bekerja keras pada individu yang
berolahraga secara teratur seperti halnya pada individu yang menjalani gaya hidup
yang tidak aktif. Aktivitas meningkatkan suplai oksigen ke jantung dan otot dan
dengan demikian bermanfaat bagi kesehatan secara keseluruhan.
Imobilitas meningkatkan beban kerja pada jantung karena posisi terlentang
meningkatkan volume darah yang beredar ke jantung. Perpindahan cairan ini
meningkatkan tekanan vena sentral bersama dengan volume diastolik ventrikel kiri
dan volume stroke, dan beban kerja jantung meningkat. Sistem kardiovaskular
rentan untuk membentuk trombi, atau pembekuan darah, karena stasis vena terkait
dengan kurangnya kontraksi otot kaki dan tekanan pada vena, terutama poplitea
daerah. Thrombi disebabkan oleh peningkatan koagulasi darah karena kalsium
bebas dari demineralisasi tulang, stasis darah vena, dan kerusakan intima terhadap
vena (seperti dari venipuncture). Masalah kardiovaskular lain yang terkait dengan
imobilitas adalah hipotensi ortostatik, atau penurunan tekanan darah akibat
perubahan posisi mendadak, disebabkan oleh penurunan tonus pembuluh darah.
Pada hipotensi ortostatik, parameter tekanan darah menurun setidaknya 25 mm
sistolik dan 10 mm diastolik dengan perubahan postural.
Hipotensi ortostatik adalah hasil dari beberapa faktor yang terkait dengan
imobilitas, termasuk: 1) Berkurangnya volume cairan yang bersirkulasi; 2)
Menurunnya respons sistem saraf otonom; dan 3) Penyatuan darah di ekstremitas
bawah. Faktor-faktor ini menyebabkan penurunan aliran balik vena yang secara
negatif mempengaruhi curah jantung. Dengan demikian, tekanan darah diturunkan.
Hipotensi ortostatik merupakan indikasi bahwa jantung bekerja lebih keras dan
kurang efisien.
Klien yang telah mengalami imobilitas (seperti dengan tirah baring) perlu
memeriksakan tekanan darah berbaring, duduk, lalu berdiri. Ini dilakukan untuk
menetapkan parameter dasar untuk membantu dalam menentukan kehadiran
perubahan terkait postural dalam tekanan darah.
c. Efek pernapasan
Respons sistem pernafasan terhadap aktivitas dan mobilitas adalah
peningkatan asupan oksigen, yang menghasilkan peningkatan kapasitas pernafasan
keseluruhan dan berkurangnya kerja pernapasan. Efek oksigenasi pada jaringan
ditingkatkan dan pengumpulan sekresi pada bronkiolus kurang mungkin.
Imobilitas dari duduk atau berbaring membatasi ekspansi dada, yang
diperparah oleh efek atrofi otot pernapasan dan batuk yang tidak efektif. Stasis
sekresi pernafasan dapat diperburuk oleh penggunaan obat-obat depresan SSP dan
dehidrasi, dan dapat menyebabkan pneumonia dan atelektasis hipostatik.
d. Efek muskuloskeletal
Respon muskuloskeletal terhadap aktivitas sangat banyak, termasuk otot
yang lebih kuat dan lebih baik, lebih kuat tulang, dan peningkatan mobilitas dan
berbagai gerakan sendi. Latihan dapat meningkatkan daya tahan dan toleransi dari
kelompok otot. Latihan menahan beban seperti berjalan (bukan berenang) adalah
hal yang khusus bermanfaat dalam mencegah osteoporosis, atau kehilangan
kekuatan dan mineral di tulang.
Berkurangnya mobilitas fisik menghasilkan muskuloskeletal kasar
gangguan, terutama ketika atrofi otot terjadi. Mobilisasi yang menurun mengubah
struktur otot dengan mengurangi massa otot dan menurunkan diameter sel otot dan
jumlah sel otot yang sebenarnya. Klien mengalami keletihan cepat, penurunan
kekuatan otot dan nada, penurunan daya tahan, penurunan mobilitas sendi,
kekakuan otot, kontraktur sendi, dan keseimbangan nitrogen negatif karena
katabolisme protein. Hilangnya kalsium merupakan respons terhadap imobilitas
dan menunjukkan ketidakseimbangan antara pembentukan tulang dan kerusakan.
Kurangnya tekanan (misalnya, beban berat) pada tulang memicu hilangnya
kalsium. Demineralisasi tulang terjadi sedini 2 atau 3 hari setelah permulaan
imobilitas dan dapat menyebabkan fraktur patologis, batu ginjal, dan osteoporosis.
e. Efek Pencernaan
Efek pencernaan terhadap aktivitas termasuk peningkatan nafsu makan dan
kehausan, yang menunjukkan bahwa laju tubuh pengolahan asupan gizi meningkat.
Kehilangan nafsu makan umumnya terkait dengan kurangnya aktivitas,
keseimbangan nitrogen negatif, dan eliminasi yang diubah pola. Keseimbangan
nitrogen negatif terjadi ketika output nitrogen melebihi asupan nitrogen. Penyebab
keseimbangan nitrogen negatif termasuk peningkatan kebutuhan protein dalam
situasi kerusakan jaringan yang luas, seperti setelah operasi, dan memperpanjang
imobilitas. Periode imobilitas yang diperpanjang menyebabkan atrofi otot atau
pengecilan otot; dengan demikian ada kebutuhan untuk protein ekstra asupan untuk
menyediakan perbaikan otot.
f. Efek Eliminasi
Pola eliminasi difasilitasi oleh mobilitas dalam retensi limbah yang biasanya
dicegah dan risiko sembelit dikurangi atau dihindari. Otot menjadi lebih kuat dan
lebih efisien, sehingga meningkatkan efisiensi eliminasi keseluruhan. Konstipasi
dan impaksi tinja adalah komplikasi yang sering terjadi akibat imobilitas. Variabel
yang berkontribusi untuk masalah eliminasi adalah: 1) Kurangnya aktivitas, yang
menurunkan gerak peristaltik; 2) Kurangnya privasi; 3) Ketidakmampuan untuk
duduk tegak; 4) Diet yang tidak benar; 5) Asupan cairan yang tidak memadai; dan
6) Penggunaan beberapa obat, terutama narkotika.
Urin stasis dan infeksi saluran kencing berhubungan dengan posisi
berbaring dari orang yang tidak bergerak. Penurunan peristaltik ureter
menyebabkan stasis urin, yang merupakan etiologi batu saluran kemih (batu) dan
infeksi. Distensi kandung kemih terjadi karena sulitnya relaksasi sfingter eksternal
dan menurun tekanan intraabdominal, sehingga menyebabkan overflow
inkontinensia (kehilangan kontrol kandung kemih) dan infeksi. Kombinasi
peningkatan kalsium kemih, stasis urin, dan infeksi saluran kencing menyebabkan
pembentukan batu.
g. Efek Integumen
Sistem yg menutupi manfaat dari aktivitas dan latihan dalam peningkatan
sirkulasi dan aliran darah meningkatkan oksigenasi jaringan, menjaga turgor dan
kilau kulit dan rambut. Ulkus tekanan adalah masalah serius yang terkait dengan
imobilitas. Tekanan berkepanjangan, gaya geser, gesekan (menggosok), dan uap air
menyebabkan iskemia jaringan (gangguan sirkulasi darah), menyebabkan
kerusakan kulit dan dekubisi. Kelembaban dalam bentuk urin, feses, keringat, dan
drainase luka juga bisa menyebabkan pelembutan kulit, yang meningkatkan risiko
decubiti. Faktor sekunder yang berkontribusi terhadap pengembangan tekanan sakit
adalah penurunan nutrisi, menurunnya tekanan arteri, bertambahnya usia, dan
edema.
Peserta didik sekalian ada beberapa gangguan pada pola tidur. Gangguan
pola tidur didefinisikan sebagai keadaan di mana seorang individu mengalami atau
berisiko mengalami perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang
terkait dengan biologis orang tersebut. dan kebutuhan emosional. Perubahan dalam
pola tidur umumnya dipandang sebagai gangguan tidur primer (gangguan tidur
yang merupakan masalah mendasar) atau gangguan tidur sekunder (mereka yang
perubahannya memiliki penyebab medis atau klinis yang menyebabkan atau
berkontribusi pada perubahan tidur). Perubahan tidur yang paling umum termasuk
insomnia, hipersomnia atau narkolepsi, sleep apnea, kurang tidur, dan parasomnia.
Peserta didik sekalian beberapa gangguan pola tidur adalah sebagai berikut:
a) Insomnia kronis
Insomnia mengacu pada ketidakmampuan kronis untuk tidur atau kualitas
tidur yang tidak memadai karena tidur sebelum waktunya berakhir atau terganggu
oleh periode terjaga. Insomnia bukan penyakit, tetapi mungkin merupakan
manifestasi dari banyak penyakit.
Orang yang mengalami insomnia sering terperangkap dalam lingkaran setan
karena tidak bisa tidur, berusaha lebih keras untuk tertidur, meningkatkan
kecemasan tidak tidur, yang pada gilirannya meningkatkan ketidakmampuan untuk
jatuh tertidur. Persepsi kuantitas tidur juga bisa menjadi penting; banyak penderita
insomnia benar-benar tidur lebih banyak daripada yang mereka kira, jadi ada
perbedaan antara persepsi dan kenyataan.
Gangguan tidur umum terjadi pada individu yang mengalami nyeri kronis.
Gangguan tidur dapat memperburuk rasa sakit, dan, dengan demikian, lingkaran
setan didirikan. “Tidur malam yang buruk berkontribusi pada depresi, nyeri otot,
kesulitan berpikir, dan penurunan motivasi” (McCaffery & Pasero, 1999, hal. 500).
Perawatan untuk insomnia paling baik diarahkan untuk memodifikasi faktor-faktor
atau perilaku yang ada menyebabkan itu. Tidak mungkin memaksa tidur.
Peserta didik sekalian beberapa masalah yang muncul akibat insomnia
adalah sebagai berikut: 1) Produktivitas kerja yang menurun (lebih banyak hari
kerja yang terlewatkan); 2) Peningkatan pemanfaatan layanan perawatan kesehatan;
3) Risiko kecelakaan yang lebih besar; 4) Masalah memori jangka pendek; dan 5)
Gangguan kinerja kognitif dan motorik.
b) Hypersomnia atau Narcolepsy
Hipersomnia adalah perubahan dalam pola tidur yang ditandai oleh tidur
berlebihan, terutama di siang hari. Orang yang menderita hipersomnia sering
merasa bahwa mereka tidak bisa cukup tidur di malam hari, dan karena itu mereka
tidur sangat larut pagi dan tidur siang beberapa kali sepanjang hari. Penyebab
hipersomnia dapat berupa fisik atau psikologis; pengobatan tergantung pada
penanganan penyebab yang mendasarinya.
Narkolepsi, perubahan tidur lainnya, bermanifestasi sebagai dorongan tak
terkendali tiba-tiba untuk tertidur di siang hari. Individu yang menderita narkolepsi
sering mencapai tidur yang cukup di malam hari tetapi kewalahan oleh kantuk pada
periode tak terduga dan tak terduga sepanjang hari. Perawatan yang efektif untuk
narkolepsi termasuk menghindari zat atau kegiatan yang menyebabkan kantuk,
tidur siang pendek, atau minum obat stimulan yang diresepkan.
c) Sleep Apnea
Sleep apnea mengacu pada periode tidur selama aliran udara berhenti
selama 10 detik atau lebih. Sleep apnea menimbulkan komplikasi sebagai akibat
dari desaturasi oksigen dan retensi karbon dioksida. Konsekuensi jangka pendek
mungkin termasuk gangguan kognitif (termasuk memori perubahan), perubahan
kepribadian, dan impotensi. Masalah utama adalah kantuk di siang hari, yang dapat
mengganggu kemampuan fungsional seperti mengemudi dan bekerja. Jika tidak
diobati, sleep apnea dapat menyebabkan hal-hal berikut: 1) Hipertensi; 2) Aritmia
jantung; 3) Gagal jantung kongestif sisi kanan; 4) Kecelakaan pembuluh darah otak
(stroke); 5) Disfungsi kognitif; dan 6) Kematian.
Garis pertahanan pertama melawan apnea adalah mengobati penyebabnya
(perubahan emosional, jantung, atau pernapasan). Menggunakan alat tekanan udara
positif kontinu nasal (CPAP) dapat juga membantu. Dengan beberapa individu,
bedah diperlukan intervensi untuk memperbaiki penyebab apnea.
d) Kurang tidur
Kurang tidur adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kualitas
dan kuantitas tidur yang tidak cukup panjang, baik dari REM atau tipe NREM.
Kurang tidur dapat disebabkan oleh usia, rawat inap yang lama, penggunaan
narkoba dan zat, penyakit, dan seringnya perubahan dalam pola gaya hidup.
Tidur dan bermimpi memiliki nilai pemulihan yang diperlukan untuk
pemulihan mental dan emosional, dan meningkatkan kemampuan untuk mengatasi
masalah emosional. Oleh karena itu, kurang tidur dapat menyebabkan gejala mulai
dari iritabilitas, hipersensitivitas, dan kebingungan terhadap apati, kantuk, dan
refleks berkurang. Mengobati atau meminimalkan faktor-faktor yang menyebabkan
kurang tidur adalah resolusi yang paling efektif.
e) Parasomnia
Parasomnia adalah sekumpulan gangguan tidur yang menyebabkan suatu
kejadian atau pengalaman yang tidak diinginkan, yang terjadi saat kita baru tertidur,
sudah terlelap, atau saat terbangun dari tidur. Parasomnia juga bisa berupa beberapa
kejadian sebagai berikut:
(1) Tidur sambil berjalan
Tidur berjalan ditandai dengan gerakan badan penderita seperti berjalan
sambil tertidur, dan sesaat setelah terbangun penderita akan mengalami
disorientasi atau kebingungan. Meskipun tidak berbahaya secara
langsung, gejala ini dapat menimbulkan bahaya karena penderita tidak
dapat melihat objek di sekitarnya sehingga dapat menyebabkan terjatuh,
tertabrak, atau tertimpa sesuatu.
(2) Confusional Arousals
Confusional arousals berupa kebingungan saat terbangun yang ditandai
dengan mengalami proses berpikir yang sangat lama untuk mengenali
keadaan sekitar, dan bereaksi lambat terhadap perintah atau pertanyaan
yang diajukan sesaat baru terbangun dari tidur.
(3) Mimpi buruk
Suatu mimpi yang mengganggu waktu tidur seseorang dan membuat
seseorang terbangun dari tidur. Hal dapat terjadi berulang dan dapat
menyebabkan seseorang mengalami kecemasan dan kesulitan tertidur
(insomnia) atau kembali tertidur setelah terbangun dari mimpi buruk.
(4) Night Terrors
Night terrors adalah gangguan yang ditandai dengan rasa ketakutan
yang membuat seseorang berperilaku abnormal seperti berteriak,
memukul, bahkan menendang. Saat terbangun, penderita tidak dapat
mengingat dengan benar apa yang sebenarnya terjadi.
(5) Mengigau
Mengigau merupakan gejala yang terjadi saat kondisi seseorang
setengah sadar. Meskipun tidak ada efek buruk secara langsung, namun
ini dapat mengganggu orang d isekitar yang mendengarnya. Mengigau
juga dapat disebabkan stress, demam, atau gangguan tidur lainnya.
(6) Sleep paralysis
Sleep paralysis atau sering dikenal di Indonesia dengan sebutan
“ketindihan”, ditandai dengan kesulitan menggerakkan badan saat baru
mulai tertidur atau saat terbangun, dan dapat terjadi dalam beberapa kali
dalam waktu satu kali tidur. Gejala ini tidak terlalu berbahaya namun
dapat menimbulkan ketakutan bagi seseorang yang sudah pernah
mengalaminya. Sleep paralysis juga dapat disebabkan oleh faktor
keturunan dalam satu keluarga, namun penyebab pastinya belum
diketahui.
(7) Aritmia
Aritmia biasanya dialami oleh penderita jantung koroner saat tertidur
dan dipicu oleh penurunan kadar oksigen dalam darah akibat gangguan
tidur. Penggunaan alat continuous positive airway pressure (CPAP)
dapat membantu mengurangi risiko aritmia saat tertidur.
(8) Bruksisme
Bruksisme merupakan gejala yang ditandai dengan gerakan
menggesekan gigi pada rahang atas dan bawah secara berlebihan dalam
keadaan tidak sadar. Akibatnya dapat menyebabkan kelelahan dan rasa
tidak nyaman pada otot gigi dan rahang, bahkan dapat menyebabkan
luka pada bagian gusi. Penggunaan alat mouth guard dapat mengurangi
frekuensi dan dampak dari bruksisme.
(9) REM sleep behavior disorder
Rapid Eye movement (REM) atau fase bermimpi saat tertidur dapat
menyebabkan seseorang berperilaku abnormal dengan menggerakan
anggota badan seperti tangan dan kaki. Berbeda dengan kejadian
berjalan atau mengalami terror saat tertidur, penderita gangguan ini
dapat mengingat detail dari mimpi yang telah dialami. Hal ini bisa jadi
suatu pertanda gangguan saraf yang harus ditangani.

More Related Content

What's hot

Kb 1 sistem rujukan pada neonatus
Kb 1 sistem rujukan pada neonatusKb 1 sistem rujukan pada neonatus
Kb 1 sistem rujukan pada neonatuspjj_kemenkes
 
komunikasi kebidanan - konsep konseling asuhan kebidanan
komunikasi kebidanan - konsep konseling asuhan kebidanankomunikasi kebidanan - konsep konseling asuhan kebidanan
komunikasi kebidanan - konsep konseling asuhan kebidananDwi Pirang
 
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamilPerubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamilHetty Astri
 
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IV
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IVKegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IV
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IVpjj_kemenkes
 
Modul 3 kb 4 monitoring dan evaluasi
Modul 3 kb 4  monitoring dan evaluasiModul 3 kb 4  monitoring dan evaluasi
Modul 3 kb 4 monitoring dan evaluasipjj_kemenkes
 
Konsep dasar post partum
Konsep dasar post partumKonsep dasar post partum
Konsep dasar post partumRiska Ramadhana
 
Kepemimpinan konsep kebidanan
Kepemimpinan konsep kebidananKepemimpinan konsep kebidanan
Kepemimpinan konsep kebidanannessimeilan
 
Kegawatdaruratan Masa Nifas
Kegawatdaruratan Masa NifasKegawatdaruratan Masa Nifas
Kegawatdaruratan Masa Nifaspjj_kemenkes
 
3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan
3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan
3. Issue Etik dalam Pelayanan KebidananAjeng Hayuningtyas
 
24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidanan24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidananshona2493
 
12. pengkajian fetal -
12. pengkajian fetal -12. pengkajian fetal -
12. pengkajian fetal -Devi Narti
 
Model Asuhan Kebidanan
Model Asuhan KebidananModel Asuhan Kebidanan
Model Asuhan Kebidananpjj_kemenkes
 
Modul 2 kb 2 post traumatic stres disorder (ptsd)
Modul 2 kb 2 post traumatic stres disorder (ptsd)Modul 2 kb 2 post traumatic stres disorder (ptsd)
Modul 2 kb 2 post traumatic stres disorder (ptsd)Uwes Chaeruman
 
Penatalaksanaan rujukan pada pendarahan postpartum
Penatalaksanaan rujukan pada pendarahan postpartumPenatalaksanaan rujukan pada pendarahan postpartum
Penatalaksanaan rujukan pada pendarahan postpartumhesti kusdianingrum
 
Bidanku pemeriksaan fisik ibu nifas
Bidanku  pemeriksaan fisik ibu nifasBidanku  pemeriksaan fisik ibu nifas
Bidanku pemeriksaan fisik ibu nifasBasuki Widiyanto
 
Mekanisme Persalinan
Mekanisme PersalinanMekanisme Persalinan
Mekanisme PersalinanAnna Nisa
 
RUANG LINGKUP ASUHAN KEBIDANAN
RUANG LINGKUP ASUHAN KEBIDANAN RUANG LINGKUP ASUHAN KEBIDANAN
RUANG LINGKUP ASUHAN KEBIDANAN Erlina Wati
 

What's hot (20)

Kb 1 sistem rujukan pada neonatus
Kb 1 sistem rujukan pada neonatusKb 1 sistem rujukan pada neonatus
Kb 1 sistem rujukan pada neonatus
 
komunikasi kebidanan - konsep konseling asuhan kebidanan
komunikasi kebidanan - konsep konseling asuhan kebidanankomunikasi kebidanan - konsep konseling asuhan kebidanan
komunikasi kebidanan - konsep konseling asuhan kebidanan
 
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamilPerubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
 
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IV
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IVKegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IV
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IV
 
Modul 3 kb 4 monitoring dan evaluasi
Modul 3 kb 4  monitoring dan evaluasiModul 3 kb 4  monitoring dan evaluasi
Modul 3 kb 4 monitoring dan evaluasi
 
Konsep dasar post partum
Konsep dasar post partumKonsep dasar post partum
Konsep dasar post partum
 
Kepemimpinan konsep kebidanan
Kepemimpinan konsep kebidananKepemimpinan konsep kebidanan
Kepemimpinan konsep kebidanan
 
Kegawatdaruratan Masa Nifas
Kegawatdaruratan Masa NifasKegawatdaruratan Masa Nifas
Kegawatdaruratan Masa Nifas
 
3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan
3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan
3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan
 
24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidanan24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidanan
 
12. pengkajian fetal -
12. pengkajian fetal -12. pengkajian fetal -
12. pengkajian fetal -
 
Model Asuhan Kebidanan
Model Asuhan KebidananModel Asuhan Kebidanan
Model Asuhan Kebidanan
 
Modul 2 kb 2 post traumatic stres disorder (ptsd)
Modul 2 kb 2 post traumatic stres disorder (ptsd)Modul 2 kb 2 post traumatic stres disorder (ptsd)
Modul 2 kb 2 post traumatic stres disorder (ptsd)
 
Penatalaksanaan rujukan pada pendarahan postpartum
Penatalaksanaan rujukan pada pendarahan postpartumPenatalaksanaan rujukan pada pendarahan postpartum
Penatalaksanaan rujukan pada pendarahan postpartum
 
Asfiksia Neonatorum
Asfiksia NeonatorumAsfiksia Neonatorum
Asfiksia Neonatorum
 
Bidanku pemeriksaan fisik ibu nifas
Bidanku  pemeriksaan fisik ibu nifasBidanku  pemeriksaan fisik ibu nifas
Bidanku pemeriksaan fisik ibu nifas
 
tengkorak bayi
tengkorak bayitengkorak bayi
tengkorak bayi
 
Mekanisme Persalinan
Mekanisme PersalinanMekanisme Persalinan
Mekanisme Persalinan
 
RUANG LINGKUP ASUHAN KEBIDANAN
RUANG LINGKUP ASUHAN KEBIDANAN RUANG LINGKUP ASUHAN KEBIDANAN
RUANG LINGKUP ASUHAN KEBIDANAN
 
Obat obat uterotonika
Obat obat uterotonikaObat obat uterotonika
Obat obat uterotonika
 

Similar to M3 kb4 mobilisasi, istirahat, tidur

M3 kb1 teori kebutuhan dasar manusia
M3 kb1 teori kebutuhan dasar manusia M3 kb1 teori kebutuhan dasar manusia
M3 kb1 teori kebutuhan dasar manusia ppghybrid4
 
M3 kb2 gangguan kebutuhan dasar manusia rev4
M3 kb2 gangguan kebutuhan dasar manusia rev4M3 kb2 gangguan kebutuhan dasar manusia rev4
M3 kb2 gangguan kebutuhan dasar manusia rev4ppghybrid4
 
M3 kb3 nutrisi dan eliminasi rev4
M3 kb3 nutrisi dan eliminasi rev4M3 kb3 nutrisi dan eliminasi rev4
M3 kb3 nutrisi dan eliminasi rev4ppghybrid4
 
M5 kb3 kesehatan jiwa_rev4
M5 kb3 kesehatan jiwa_rev4M5 kb3 kesehatan jiwa_rev4
M5 kb3 kesehatan jiwa_rev4ppghybrid4
 
MAERI 1 M1KB2 : Perkembangan Komunikasi Sesuai Tahapan Usia
MAERI 1 M1KB2 :   Perkembangan Komunikasi Sesuai Tahapan UsiaMAERI 1 M1KB2 :   Perkembangan Komunikasi Sesuai Tahapan Usia
MAERI 1 M1KB2 : Perkembangan Komunikasi Sesuai Tahapan Usiappghybrid4
 
Pelayanan fisioterapi (mapel) kel 4
Pelayanan fisioterapi (mapel) kel 4Pelayanan fisioterapi (mapel) kel 4
Pelayanan fisioterapi (mapel) kel 4Ika Asyikah
 
M5 kb1 keperawatan komunitas dan geriatrik
M5 kb1 keperawatan komunitas dan geriatrikM5 kb1 keperawatan komunitas dan geriatrik
M5 kb1 keperawatan komunitas dan geriatrikppghybrid4
 
Kpk.m2kb3 promosi kesehatan
Kpk.m2kb3   promosi kesehatanKpk.m2kb3   promosi kesehatan
Kpk.m2kb3 promosi kesehatanppghybrid4
 
Konsep keperawatan kesehatan lanjut usia
Konsep keperawatan kesehatan lanjut usiaKonsep keperawatan kesehatan lanjut usia
Konsep keperawatan kesehatan lanjut usiaWarung Bidan
 
Materi PDF M2KB2 - Anatomi Fisiologi
Materi PDF M2KB2  - Anatomi FisiologiMateri PDF M2KB2  - Anatomi Fisiologi
Materi PDF M2KB2 - Anatomi Fisiologippghybrid4
 
Materi M2KB2 - Anatomi Fisiologi
Materi M2KB2 -  Anatomi FisiologiMateri M2KB2 -  Anatomi Fisiologi
Materi M2KB2 - Anatomi Fisiologippghybrid4
 
M5 kb2 kesehatan keluarga
M5 kb2 kesehatan keluargaM5 kb2 kesehatan keluarga
M5 kb2 kesehatan keluargappghybrid4
 
M3 kb4 mobilisasi, istirahat dan tidur
M3 kb4   mobilisasi, istirahat dan tidurM3 kb4   mobilisasi, istirahat dan tidur
M3 kb4 mobilisasi, istirahat dan tidurppghybrid4
 
<iframe src="//www.slideshare.net/slideshow/embed_code/43234597" height="4...
<iframe src="//www.slideshare.net/slideshow/embed_code/43234597" height="4...<iframe src="//www.slideshare.net/slideshow/embed_code/43234597" height="4...
<iframe src="//www.slideshare.net/slideshow/embed_code/43234597" height="4...pjj_kemenkes
 
Pengantar Sosiologi
Pengantar SosiologiPengantar Sosiologi
Pengantar Sosiologipjj_kemenkes
 
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahirKb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahirpjj_kemenkes
 
Kb1 konsep tumbuh kembang
Kb1 konsep tumbuh kembangKb1 konsep tumbuh kembang
Kb1 konsep tumbuh kembangpjj_kemenkes
 

Similar to M3 kb4 mobilisasi, istirahat, tidur (20)

M3 kb1 teori kebutuhan dasar manusia
M3 kb1 teori kebutuhan dasar manusia M3 kb1 teori kebutuhan dasar manusia
M3 kb1 teori kebutuhan dasar manusia
 
M3 kb2 gangguan kebutuhan dasar manusia rev4
M3 kb2 gangguan kebutuhan dasar manusia rev4M3 kb2 gangguan kebutuhan dasar manusia rev4
M3 kb2 gangguan kebutuhan dasar manusia rev4
 
M3 kb3 nutrisi dan eliminasi rev4
M3 kb3 nutrisi dan eliminasi rev4M3 kb3 nutrisi dan eliminasi rev4
M3 kb3 nutrisi dan eliminasi rev4
 
M5 kb3 kesehatan jiwa_rev4
M5 kb3 kesehatan jiwa_rev4M5 kb3 kesehatan jiwa_rev4
M5 kb3 kesehatan jiwa_rev4
 
Modul 4 kb 1
Modul 4   kb 1Modul 4   kb 1
Modul 4 kb 1
 
MAERI 1 M1KB2 : Perkembangan Komunikasi Sesuai Tahapan Usia
MAERI 1 M1KB2 :   Perkembangan Komunikasi Sesuai Tahapan UsiaMAERI 1 M1KB2 :   Perkembangan Komunikasi Sesuai Tahapan Usia
MAERI 1 M1KB2 : Perkembangan Komunikasi Sesuai Tahapan Usia
 
Pelayanan fisioterapi (mapel) kel 4
Pelayanan fisioterapi (mapel) kel 4Pelayanan fisioterapi (mapel) kel 4
Pelayanan fisioterapi (mapel) kel 4
 
M5 kb1 keperawatan komunitas dan geriatrik
M5 kb1 keperawatan komunitas dan geriatrikM5 kb1 keperawatan komunitas dan geriatrik
M5 kb1 keperawatan komunitas dan geriatrik
 
Kpk.m2kb3 promosi kesehatan
Kpk.m2kb3   promosi kesehatanKpk.m2kb3   promosi kesehatan
Kpk.m2kb3 promosi kesehatan
 
Konsep keperawatan kesehatan lanjut usia
Konsep keperawatan kesehatan lanjut usiaKonsep keperawatan kesehatan lanjut usia
Konsep keperawatan kesehatan lanjut usia
 
Materi PDF M2KB2 - Anatomi Fisiologi
Materi PDF M2KB2  - Anatomi FisiologiMateri PDF M2KB2  - Anatomi Fisiologi
Materi PDF M2KB2 - Anatomi Fisiologi
 
Materi M2KB2 - Anatomi Fisiologi
Materi M2KB2 -  Anatomi FisiologiMateri M2KB2 -  Anatomi Fisiologi
Materi M2KB2 - Anatomi Fisiologi
 
Modul 1 kdk 1
Modul 1 kdk 1Modul 1 kdk 1
Modul 1 kdk 1
 
M5 kb2 kesehatan keluarga
M5 kb2 kesehatan keluargaM5 kb2 kesehatan keluarga
M5 kb2 kesehatan keluarga
 
M3 kb4 mobilisasi, istirahat dan tidur
M3 kb4   mobilisasi, istirahat dan tidurM3 kb4   mobilisasi, istirahat dan tidur
M3 kb4 mobilisasi, istirahat dan tidur
 
<iframe src="//www.slideshare.net/slideshow/embed_code/43234597" height="4...
<iframe src="//www.slideshare.net/slideshow/embed_code/43234597" height="4...<iframe src="//www.slideshare.net/slideshow/embed_code/43234597" height="4...
<iframe src="//www.slideshare.net/slideshow/embed_code/43234597" height="4...
 
Pengantar Sosiologi
Pengantar SosiologiPengantar Sosiologi
Pengantar Sosiologi
 
Modul 3 kb 2
Modul 3   kb 2Modul 3   kb 2
Modul 3 kb 2
 
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahirKb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
 
Kb1 konsep tumbuh kembang
Kb1 konsep tumbuh kembangKb1 konsep tumbuh kembang
Kb1 konsep tumbuh kembang
 

More from ppghybrid4

BIOLOGI_M6KB4 PPT
BIOLOGI_M6KB4 PPTBIOLOGI_M6KB4 PPT
BIOLOGI_M6KB4 PPTppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB4 PDF
BIOLOGI_M6KB4 PDFBIOLOGI_M6KB4 PDF
BIOLOGI_M6KB4 PDFppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB3 PPT
BIOLOGI_M6KB3 PPTBIOLOGI_M6KB3 PPT
BIOLOGI_M6KB3 PPTppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB3 PDF
BIOLOGI_M6KB3 PDFBIOLOGI_M6KB3 PDF
BIOLOGI_M6KB3 PDFppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB2 PPT
BIOLOGI_M6KB2 PPTBIOLOGI_M6KB2 PPT
BIOLOGI_M6KB2 PPTppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB2 PDF
BIOLOGI_M6KB2 PDFBIOLOGI_M6KB2 PDF
BIOLOGI_M6KB2 PDFppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB1 PPT
BIOLOGI_M6KB1 PPTBIOLOGI_M6KB1 PPT
BIOLOGI_M6KB1 PPTppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB1 PDF
BIOLOGI_M6KB1 PDFBIOLOGI_M6KB1 PDF
BIOLOGI_M6KB1 PDFppghybrid4
 
BIOLOGI_M5KB4 PPT
BIOLOGI_M5KB4 PPTBIOLOGI_M5KB4 PPT
BIOLOGI_M5KB4 PPTppghybrid4
 
BIOLOGI_M5KB4 PDF
BIOLOGI_M5KB4 PDFBIOLOGI_M5KB4 PDF
BIOLOGI_M5KB4 PDFppghybrid4
 
BIOLOGI_M5KB3 PPT
BIOLOGI_M5KB3 PPTBIOLOGI_M5KB3 PPT
BIOLOGI_M5KB3 PPTppghybrid4
 
BIOLOGI_M5KB3 PDF
BIOLOGI_M5KB3 PDFBIOLOGI_M5KB3 PDF
BIOLOGI_M5KB3 PDFppghybrid4
 
BIOLOGI_M5KB2 PPT
BIOLOGI_M5KB2 PPTBIOLOGI_M5KB2 PPT
BIOLOGI_M5KB2 PPTppghybrid4
 

More from ppghybrid4 (20)

BIOLOGI_M6KB4 PPT
BIOLOGI_M6KB4 PPTBIOLOGI_M6KB4 PPT
BIOLOGI_M6KB4 PPT
 
BIOLOGI_M6KB4 PDF
BIOLOGI_M6KB4 PDFBIOLOGI_M6KB4 PDF
BIOLOGI_M6KB4 PDF
 
BIOLOGI_M6KB3 PPT
BIOLOGI_M6KB3 PPTBIOLOGI_M6KB3 PPT
BIOLOGI_M6KB3 PPT
 
BIOLOGI_M6KB3 PDF
BIOLOGI_M6KB3 PDFBIOLOGI_M6KB3 PDF
BIOLOGI_M6KB3 PDF
 
BIOLOGI_M6KB2 PPT
BIOLOGI_M6KB2 PPTBIOLOGI_M6KB2 PPT
BIOLOGI_M6KB2 PPT
 
BIOLOGI_M6KB2 PDF
BIOLOGI_M6KB2 PDFBIOLOGI_M6KB2 PDF
BIOLOGI_M6KB2 PDF
 
BIOLOGI_M6KB1 PPT
BIOLOGI_M6KB1 PPTBIOLOGI_M6KB1 PPT
BIOLOGI_M6KB1 PPT
 
BIOLOGI_M6KB1 PDF
BIOLOGI_M6KB1 PDFBIOLOGI_M6KB1 PDF
BIOLOGI_M6KB1 PDF
 
BIOLOGI_M5KB4 PPT
BIOLOGI_M5KB4 PPTBIOLOGI_M5KB4 PPT
BIOLOGI_M5KB4 PPT
 
BIOLOGI_M5KB4 PDF
BIOLOGI_M5KB4 PDFBIOLOGI_M5KB4 PDF
BIOLOGI_M5KB4 PDF
 
BIOLOGI_M5KB3 PPT
BIOLOGI_M5KB3 PPTBIOLOGI_M5KB3 PPT
BIOLOGI_M5KB3 PPT
 
BIOLOGI_M5KB3 PDF
BIOLOGI_M5KB3 PDFBIOLOGI_M5KB3 PDF
BIOLOGI_M5KB3 PDF
 
BIOLOGI_M5KB2 PPT
BIOLOGI_M5KB2 PPTBIOLOGI_M5KB2 PPT
BIOLOGI_M5KB2 PPT
 
BIOLOGI_M5KB2
BIOLOGI_M5KB2BIOLOGI_M5KB2
BIOLOGI_M5KB2
 
BIOLOGI_M5KB1
BIOLOGI_M5KB1BIOLOGI_M5KB1
BIOLOGI_M5KB1
 
BIOLOGI_M5KB1
BIOLOGI_M5KB1BIOLOGI_M5KB1
BIOLOGI_M5KB1
 
BIOLOGI_M4KB4
BIOLOGI_M4KB4BIOLOGI_M4KB4
BIOLOGI_M4KB4
 
BIOLOGI_M4KB4
BIOLOGI_M4KB4BIOLOGI_M4KB4
BIOLOGI_M4KB4
 
BIOLOGI_M4KB3
BIOLOGI_M4KB3BIOLOGI_M4KB3
BIOLOGI_M4KB3
 
BIOLOGI_M4KB3
BIOLOGI_M4KB3BIOLOGI_M4KB3
BIOLOGI_M4KB3
 

Recently uploaded

bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptimamshadiqin2
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfsaptari3
 

Recently uploaded (20)

bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
 

M3 kb4 mobilisasi, istirahat, tidur

  • 1. No Kode: DAR2/Profesional/575/014/2019 PENDALAMAN MATERI KEPERAWATAN M3KB4 – MOBILISASI, ISTIRAHAT DAN TIDUR Penulis Zahid Fikri KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI 2019
  • 2. DAFTAR ISI PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4 A. DESKRIPSI MATERI ......................................................................................... 4 B. RELEVANSI ......................................................................................................... 4 C. PETUNJUK BELAJAR ....................................................................................... 5 PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA MOBILISASI, ISTIRAHAT DAN TIDUR ...................................................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan. A. CAPAIAN PEMBELAJARAN BIDANG STUDI ............................................. 6 B. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KEGIATAN ........................................ 6 C. POKOK-POKOK MATERI ................................................................................ 6 D. URAIAN MATERI .............................................................................................. 6 1. Definisi Mobilisasi, Istirahat dan Tidur ..............................................................7 2. Hal-hal Yang Berhubungan Dengan Mobilisasi, Istirahat dan Tidur..............7 a. Mobilisasi .................................................................................................7 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas................................................13 a. Status kesehatan....................................................................................13 b. Tahap perkembangan...........................................................................14 c. Lingkungan............................................................................................16 d. Sikap dan Keyakinan............................................................................16 e. Gaya hidup.............................................................................................16 b. Istirahat dan tidur.................................................................................16 4. Pemenuhan Kebutuhan Mobilisasi, Istirahat dan Tidur.................................21 a. Efek Neurologis /Status Mental ...........................................................22 b. Efek Kardiovaskular.............................................................................22 c. Efek pernapasan....................................................................................23 d. Efek muskuloskeletal ............................................................................23 e. Efek Pencernaan....................................................................................24 f. Efek Eliminasi........................................................................................24 g. Efek Integumen .....................................................................................25 E. RANGKUMAN ...................................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan. F. TUGAS ................................................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan. G. TES FORMATIF ................................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan. H. DAFTAR PUSTAKA ............................ Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan. I. TES SUMATIF ...................................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
  • 4. PENDAHULUAN A. DESKRIPSI MATERI Gerakan adalah kegiatan yang kebanyakan orang anggap biasa. Kemampuan untuk bergerak dan menjadi manfaat aktif status kesehatan, sedangkan imobilitas menghadirkan ancaman terhadap kesejahteraan fisik, mental, dan sosial seseorang. Modul ini mengeksplorasi respons keperawatan untuk individu dengan gangguan kemampuan untuk bergerak. Istirahat dan tidur adalah komponen dasar kesejahteraan. Semua individu membutuhkan periode tertentu dari aktivitas yang tenang dan lebih rendah sehingga tubuh mereka dapat memperoleh kembali energi dan membangun kembali stamina. Kebutuhan untuk istirahat dan tidur bervariasi sesuai usia, tingkat perkembangan, status kesehatan, tingkat aktivitas, dan norma-norma budaya. Rasa sakit dan gangguan tidur terkait erat pada kebanyakan orang. Menurut Doghramji dan Fredman, 50–70% klien yang mengalami nyeri juga menderita gangguan tidur. Di samping itu, kurang tidur dapat menurunkan toleransi rasa sakit dan, dengan demikian, dapat memperparah nyeri (terutama sakit kepala). B. RELEVANSI Mobilisasi melekat pada kehidupan syang harus dapat dipenuhi. Sehari-hari, dimana aktivitas menjadi kebutuhan dasar. Dimana kehidupan tidak bisa berjalan tanpa adanya mobilisasi, meskipun dalam konteks yang sangat kecil sekalipun dari bagian tubuh seseorang. Mobilisasi merupakan hasil koordinasi antara semua bagian tubuh dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Sebagaiman kebutuhan mobilisasi, maka kebutuhan istirahat dan tidur merupakan kebutuhan yang juga sangat penting untuk dipenuhi. Setiap orang membutuhkan hal tersebut yang tidak memandang siapaun. Bila tidak dipenuhi hal ersebut, maka seseorang akan jatuh dalam keadaan tidak normal atau digolongkan sakit. Kebutuhan tersebut dapat dipenuhi yang dipengaruhi banyak faktor, baik fisik maupun psikologis. Melalui materi dalam modul ini, diharapkan peserta PPG mampu melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Sehingga mampu mengaplikasikan tindakan sebagai asisten keperawatan.
  • 5. C. PETUNJUK BELAJAR Agar kita berhasil dengan baik dalam mempelajari bahan ajar ini berikut beberapa petunjuk yang dapat anda ikuti : 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai anda memahami secara tuntas, untuk apa, dan bagaimana mempelajarinya. 2. Pahami garis besar materi-materi yang akan dipelajari atau dibahas secara seksama apa yang akan dicapai. 3. Upayakan untuk dapat membaca sumber-sumber lain yang relevan untuk menambahkan wawasan anda menjadikan perbandingan jika pembahasan dalam modul ini masih dianggap kurang. 4. Mantapkan pemahaman anda dengan latihan dalam modul dan melalui kegiatan diskusi dengan mahasiswa atau dosen.
  • 6. INTI A. CAPAIAN PEMBELAJARAN Menguasai teori dan aplikasi materi keahlian keperawatan, kompetensi keahlian asisten keperawatan yang mencakup: (1) Komunikasi Keperawatan, (2) Konsep Dasar Keperawatan (anatomi fisiologi, promkes, dan pelayanan prima), (3) Kebutuhan Dasar Manusia, (4) Keperawatan Medikal Bedah (ilmu penyakit, penunjang diagnostic, dan kegawatdaruratan), (5), Ilmu Kesehatan Masyarakat (Keperawatan Jiwa dan Keluarga, Keperawatan Geriatrik dan Komunitas, Keperawatan Maternitas, (6) Ketrampilan Dasar Tindakan Keperawatan termasuk advancy materials yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi), dan “bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan sehari-hari. B. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari modul, peserta PPG diharapkan dapat menganalisis prinsip kebutuhan dasar manusia dan aplikasinya dalam pembelajaran asisten keperawatan. C. POKOK-POKOK MATERI 1. D. URAIAN MATERI Salam hangat peserta PPG sekalian. Semoga selalu sehat dan sukses selalu. Peserta PPG sekalian pada topik kali ini kita akan belajar mengenai Mobilisasi, Istirahat dan tidur. Mobilisasi, istirahat dan tidur merupakan beberapa kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi dalam kehidupan sehari-hari karena menjadi salah satu kebutuhan fisiologis. Berbagai hal yang terkait dengan pergerakan dan aktivitas sehari-hari sesederhana sekalipun, merupakan unsur yang tidak bisa dianngap sepele. Demikian pula kebutuhan istirahat dan tidur menjadi penting karena secara alamiah, tubuh membutuhkan waktu untuk memulihkan kondisinya supaya dapat berfungsi optimal ketika dibutuhkan dalan kehidupan sehari-hari. Peserta PPG sekalian beberapa topik yang akan kita pelajari pada kegiatan beajar kali ini adalah sebagai berikut: 1. Definisi mobilisasi, istirahat dan tidur 2. Berbagai hal terkait mobilisasi, istirahat dan tidur 3. Pemenuhankebutuhan mobilisasi, istirahat dan tidur
  • 7. 1. Definisi Mobilisasi, Istirahat dan Tidur Selamat pagi buat semua, bagaimana kabar anda hari ini? Semoga anda tetap sehat dan bisa beraktivitas normal. Aktivitas sangat erat kaitannya dengan mobilisasi. Mari kita cermati, apakah mobilisasi/ mebilitas itu? Mobilitas mengacu pada kemampuan untuk terlibat dalam aktivitas dan gerakan bebas yang meliputi berjalan, berlari, duduk, berdiri, mengangkat, mendorong, menarik, dan melakukan aktivitas sehari-hari (Activities of Daily Living= ADL) (Taylor, Lillis, Lynn, & LeMone, 2014). Mobilitas sering dipertimbangkan indikator status kesehatan karena mempengaruhi fungsi yang tepat dari banyak sistem tubuh, khususnya sistem pernapasan, gastrointestinal, dan saluran kencing (Erlin Kurnia, 2018). Mobilitas meningkatkan tonus otot, meningkatkan tingkat energi, dan berhubungan dengan manfaat psikologis seperti kebebasan dan kebebasan (Wang et al., 2014). Sedangkan pengertian tidur adalah mengacu pada keadaan kesadaran yang berubah di mana seorang individu mengalami aktivitas fisik minimal dan memperlambat proses fisiologis tubuh secara umum (Carley & Farabi, 2016). Tidur umumnya terjadi dalam siklus periodik dan biasanya berlangsung selama beberapa jam setiap kali; gangguan dalam rutinitas tidur yang biasa dapat mengganggu klien dan kemungkinan besar akan mengganggu tidur lebih lanjut. Sebagai fungsi restoratif (perbaikan), tidur diperlukan untuk penyembuhan fisiologis dan psikologis (Yogisutanti, 2015). Penting bagi klien, orang-orang yang dekat dengan mereka, dan penyedia layanan kesehatan untuk memahami siklus tidur-bangun yang normal dan bagaimana tidur memengaruhi suasana hati dan penyembuhan (Sateia, 2014). 2. Hal-hal Yang Berhubungan Dengan Mobilisasi, Istirahat dan Tidur a. Mobilisasi 1) Body Alignment Keselarasan tubuh yang kita rasakan, mengacu pada posisi bagian tubuh yang berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Keselarasan tubuh yang tepat (juga disebut postur) dapat menghasilkan keseimbangan. Ketika tubuh berada dalam postur yang baik, maka pusat gravitasi (titik pusat massa suatu benda) didistribusikan secara merata di atas titik-titik pondasi (Andrade et al., 2017).
  • 8. Postur yang baik meningkatkan keseimbangan, mengurangi ketegangan dan cedera pada bagian tubuh lainnya, dapat memfasilitasi upaya bernapas, meningkatkan proses pencernaan, dan membuat rasa percaya diri meningkat (Hsiao et al., 2015). Sikap postural yang benar dipertahankan oleh sistem muskuloskeletal yang berfungsi dengan baik. Posisi berdiri yang tepat ditandai dengan hal-hal berikut: a) Kepala tegak (Head upright) b) Menghadap ke depan (Face forward) c) Bahu disejajarkan (Shoulders squared) d) Punggung tegak (Back straight) e) Otot perut dikempiskan (Abdominal muscles tucked in) f) Lengan lurus di samping (Arms straight at side) g) Telapak tangan menghadap ke depan (Hands palm forward) h) Kaki lurus (Legs straight) i) Kaki ke arah depan (Feet forward) Manfaat dari postur yang tepat diantaranya adalah (1) klien merasa nyaman; (2) mencegah kekakuan sendi; (3) meningkatkan sirkulasi darah; (4) mgurangi stres pada otot, tendon, saraf, dan sendi. Pada seseorang yang berdiri tegak, pusat gravitasi terletak di tengah area panggul dan perut bagian bawah. Postur yang tegak dapat dipertahankan oleh tonus otot dan kekuatan tulang. Tonus otot adalah keadaan normal dari tegangan seimbang yang ada dalam tubuh; itu memungkinkan otot untuk merespon dengan cepat terhadap rangsangan (Getman & Trumble, 2014). Tonus otot dipengaruhi oleh pola latihan dan aktivitas individu. Dua kelainan tonus otot termasuk hipotonisitas (ketidaksuburan), yang merupakan penurunan tonus otot, dan kelenturan, yang merupakan peningkatan ketegangan otot dan sering dicatat dengan fleksi atau ekstensi ekstrim (Dewi, 2017). Bentuk otot harus simetris. Mungkin ada hipertrofi (peningkatan ukuran dan bentuk otot karena suatu peningkatan serat otot) atau atrofi (penurunan ukuran dan bentuk otot); Atrofi biasanya akibat tidak digunakan, sedangkan hipertrofi terjadi ketika otot terlalu banyak bekerja (Snell, 2012).
  • 9. Pada pergerakan yang normal akan diatur oleh Body mechanics, yang bertujuan menggunakan dan mengkoordinasikan bagian-bagian tubuh dan posisi selama aktivitas (Burhaein, 2017). Penggunaan body mechanics yang tepat memaksimalkan keefektifan upaya sistem muskuloskeletal dan neurologis dan mengurangi ketegangan dan cedera pada otot, sendi, dan tendon terhadap ketegangan atau cedera selama gerakan. Kemampuan gerakan sendi atau Range of motion (ROM) mencerminkan sejauh mana suatu sendi dapat bergerak. Kisaran bervariasi dengan setiap sendi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk usia, kondisi fisik, dan keturunan (Mohr, Long, & Goad, 2014). Mobilisasi juga tidak terjadi begitu saja, tetapi merupakan sebuah proses terjadinya mobilisasi. Mobilitas diatur oleh upaya terkoordinasi dari sistem muskuloskeletal dan neurologis. Fungsi utama dari sistem muskuloskeletal adalah untuk menjaga kesejajaran tubuh dan untuk memfasilitasi mobilitas. Sistem muskuloskeletal terdiri dari kerangka tulang, otot, sendi, tendon, ligamen, bursae, dan tulang rawan (Lewandowski, Co-investigator, Lewandowski, & Tate, 2015). Organ penting dalam mendukung mobilisasi adalah sebagai berikut: (a) Sistem muskuloskeletal Peserta didik sekalian selanjutnya mari kita lanjutkan pada materi berikutnya. Peserta didik sekalian, dalam melakukan mobilisasi salah satu organ yang berperan adalah sistem musculoskeletal. Sistem muskuloskeletal (terdiri dari tulang, tulang rawan, sendi, tendon, ligamen, bursa, dan otot) melayani beberapa fungsi. Tulang adalah dasar dari sistem muskuloskeletal. Mobilitas dan kapasitas menahan beban secara langsung berkaitan dengan ukuran dan bentuk tulang. Sendi bekerja dengan otot untuk memberikan gerakan dan fleksibilitas/ kelenturan. Otot skeletal yang melapisi sendi mengerahkan kekuatan yang berlawanan dan, oleh karena itu, menyebabkan gerakan (Guyton & Hall, 2014). Otot pada dasarnya adalah mesin yang mengubah energi menjadi kerja mekanis. Kontraktilitas adalah milik semua di antara tiga jenis otot: halus, jantung, dan tulang. Serat otot rangka dipersarafi oleh saraf somatik, dan oleh karena itu umumnya berada di bawah kontrol voluntir. Otot-otot
  • 10. bekerja dalam kerja sama dengan sistem saraf untuk menjaga kesejajaran tubuh dan menyebabkan gerakan (Tortora & Derrickson, 2014). Otot bertindak berpasangan untuk melakukan pekerjaan. Satu otot dari pasangan menghasilkan gerakan dalam satu arah. Otot lain dari pasangan menghasilkan gerakan ke arah yang berlawanan. Ketika satu otot dari pasangan berkontraksi, maka yang lainya rileks. Tindakan kontraksi dan relaksasi yang berlawanan memungkinkan gerak. Posisi tendon pada tulang dan artikulasi tulang memungkinkan jenis gerakan seperti fleksi, ekstensi, circumduction, dan rotasi. Otot-otot yang menjaga keselarasan tubuh bekerja sama untuk menstabilkan bagian-bagian tubuh di sekitarnya dan untuk mendukung berat badan. Postur dipertahankan terutama oleh otot-otot di belakang, leher, tulang belakang, dan ekstremitas bawah (Snell, 2012). (b) Sistem saraf Kontraksi otot dikendalikan oleh sistem saraf pusat (SSP) dan dipengaruhi oleh transportasi nutrisi dan oksigen. SSP yang utuh sangat penting untuk terjadinya gerakan yang terkoordinasi. Dorongan saraf merangsang otot untuk berkontraksi. Simpul mioneuronal adalah titik di mana ujung saraf bersentuhan dengan sel otot. Jalur aferen (naik) menyampaikan informasi dari reseptor sensoris ke SSP; neuron-neuron ini melakukan impuls di seluruh tubuh. SSP memproses masukan sensorik dan menentukan sebuah tanggapan. Jalur eferen (turun) mentransmisikan respon yang diinginkan ke otot skelet melalui sistem saraf somatik. Jika impuls saraf terganggu, otot lumpuh dan tidak bisa berkontraksi (Nugroho, 2015). Bagian penting untuk koordinasi pergerakan adalah: (c) Propriosepsi Propriosepsi adalah kesadaran postur, gerakan, dan perubahan keseimbangan dan pengetahuan tentang posisi, berat, dan resistensi benda dalam kaitannya dengan tubuh. Ujung saraf pada otot, tendon, dan sendi (proprioceptors) secara terus menerus memberikan input ke otak, untuk selanjutnya akan mengatur kelancaran koordinasi gerakan yang sifatnya tak terkendali. (d) Refleks Postural
  • 11. Refleks postural adalah tonus postural yang dipertahankan oleh postural atau meluruskan refleks. 2) Latihan (Exercises) Latihan adalah aktivitas fisik yang melibatkan otot yang dapat meningkatkan denyut jantung melebihi ketika waktu istirahat. Latihan mengurangi nyeri dan kekakuan sendi, dan meningkatkan fleksibilitas, kekuatan otot, dan daya tahan. Ini juga membantu mengurangi berat badan (Getman & Trumble, 2014). Beberapa hal yang terkait a) Dengan latihan, maka akan menstimulus seseorang untuk menjadi lebih aktif bila dibandingkan sebelumnya. b) Aktivitas fisik tidak perlu berat untuk mencapai manfaat kesehatan. c) Manfaat kesehatan yang lebih besar dapat dicapai dengan meningkatkan jumlah (durasi, frekuensi, atau intensitas) dari aktivitas fisik. Tipe-tipe Latihan Exercise Type Function Examples Aerobic Improve cardiovascular fitness Rowing Assist with weight control Jumping rope Improve general functional ability Walking Running Strengthening Maintain or increase muscle strength Weight training Calisthenics Physical labor Isometric Maintain muscle tone and strength Quadriceps setting Gluteal setting Triceps setting Isotonic Increase and maintain muscle tone and strength Weight lifting Shape muscles Working with pulleys Maintain joint mobility Range-of-motion exercises
  • 12. Improve cardiovascular fitness Performance of activities of daily living (ADL) Isokinetic Condition muscle groups Exercise equipment Resistive water exercises Range-of- Motion (ROM) flexibility Maintain joint movement Adduction and abduction Maintain or increase Flexion and contraction Latihan merangsang peningkatan produksi endorfin, yang meningkatkan rasa tenang. Namun, penting untuk mengingatkan orang agar tidak berlebihan dalam latihan, terutama ketika pertama kali memulainya. Berikut ini mungkin tanda-tanda terlalu banyak Latihan: kelelahan yang tidak biasa atau terus-menerus, peningkatan kelemahan, penurunan rentang gerak, pembengkakan sendi, atau nyeri yang terus menerus (nyeri yang berlangsung lebih dari 1 jam setelah Latihan). 3) Latihan Range-of-Motion Aktivitas range-of-motion (ROM) aktif yang dilakukan secara mandiri, disebut latihan ROM aktif, dimana klien menggerakkan berbagai kelompok otot. Sedangkan latihan ROM pasif dilakukan oleh oleh orang lain dan bertujuan untuk membantu mempertahankan atau mengembalikan mobilitas klien dengan mencapai beberapa hasil (Mohr et al., 2014). 4) Kebugaran fisik Hasil akhir dari aktivitas fisik yang rutin adalah kebugaran fisik yang memengaruhi fungsi individu kemampuan. Ada empat komponen kebugaran fisik: daya tahan dan kekuatan, fleksibilitas sendi, kebugaran kardiorespirasi, dan komposisi tubuh (Palar, Wongkar, & Ticoalu, 2015). (a) Ketahanan dan Kekuatan Daya tahan adalah kemampuan menahan gerakan dalam hal durasi dan tidak adanya kelelahan. Individu yang sehat secara fisik memiliki kekuatan otot
  • 13. yang cukup dan daya tahan untuk mencapai tujuan seseorang.Kekuatan otot adalah jumlah kekuatan yang diberikan oleh otot terhadap resistensi. Kekuatan otot yang baik memungkinkan seseorang untuk mengangkat lebih aman. (b) Fleksibilitas sendi Kemampuan untuk menggunakan otot melalui rentang geraknya yang lengkap disebut fleksibilitas. Orang yang kurang lentur cenderung mengalami ketidakseimbangan kekuatan otot sehingga mudah cedera sendi. Fleksibilitas dapat ditingkatkan dengan latihan peregangan seperti yoga, tai chi, dan menari. Kinerja dalam aktivitas sehari-hari juga membantu menjaga fleksibilitas. Berjalan, membungkuk, dan kegiatan mengangkat dapat meningkatkan dan menjaga fleksibilitas. (c) Kebugaran jantung-paru Latihan yang meningkatkan kebugaran jantung-paru. Untuk meningkatkan fungsi jantung-paru, aktivitas fisik harus dijaga setidaknya selama 20 menit untuk menaikkan denyut jantung ke tingkat target. (d) Komposisi tubuh Proporsi lemak menjadi salah satu ukuran dalam menentukan komposisi tubuh. Memiliki tubuh yang berada pada kisaran normal berat badan dan persentase lemak tubuh merupakan dampak dari keseimbangan antara asupan kalori dan pengeluaran. Setiap jenis aktivitas fisik dapat bermanfaat untuk menjaga kebugaran fisik; (e) Kebugaran di masa Tua Manfaat dari aktivitas fisik secara teratur. Semangat yang dimiliki oleh lansia adalah bukti bahwa latihan penguatan otot dapat mengurangi risiko jatuh dan patah tulang dan meningkatkan kemampuan untuk hidup. 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas Mobilitas dan tingkat aktivitas dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk status kesehatan secara keseluruhan, tahap perkembangan, lingkungan, sikap, keyakinan, dan gaya hidup. a. Status kesehatan Status kesehatan umum seseorang akan mempengaruhi keinginan untuk latihan dan aktivitas. Kondisi yang ditunjukkan dari salah satu sistem tubuh dapat
  • 14. mempengaruhi mobilitas individu yang dipengaruhi oleh kurangnya aktivitas. Aktivitas fisik juga akan mempengaruhi mobilitas dan stamina. Faktor fisik yang mengganggu mobilitas atau olahraga termasuk kelelahan, kram otot, sesak napas, defisit neuromuskular atau perseptual, dan nyeri dada. Status mental sering dimanifestasikan sebagai perubahan dalam mobilitas atau penampilan. Misalnya, seorang klien yang mengaduk-aduk ruangan, merosot turun ke kursi, dan menghindari kontak mata mungkin mengirimkan pesan depresi melalui tingkat aktivitas rendah, postur yang buruk, dan pengaruh yang diratakan. b. Tahap perkembangan Tahap perkembangan individu akan memengaruhi ukuran tingkat mobilitas yang diinginkan. 1) Anak-anak Norma perkembangan terkait dengan mobilitas telah ditetapkan untuk bayi dan balita. Perkembangan masa anak dimonitor melalui pencapaian puncaknya seperti duduk, merangkak, berjalan, berlari, dan melompat. Untuk bayi, fokus mobilitas adalah pada perilaku motorik kasar tersebut seperti terbentuknya postur, keseimbangan kepala, menggenggam, duduk, merayap, dan berdiri. Balita lebih aktif, dengan berjalan, berlari, melompat, menendang, dan naik turun tangga. Aktivitas dan ukuran mobilitas untuk balita mencakup perilaku motorik kasar dan halus, ketangkasan manual, dan eksplorasi dalam menilai keamanan lingkungannya. Anak prasekolah meningkatkan kekuatan dan menyempurnakan keterampilan dengan berjalan, berlari, dan melompat. Selama masa kanak-kanak tengah (dari usia 6 hingga 12 tahun), anak-anak telah mencapai peningkatan pembentukan postur dan kemampuan penggerak dan peningkatan efisiensi otot ekstremitas dan tungkai; anak-anak juga mengalami peningkatan jaringan otot dengan penurunan lemak. Untuk anak- anak prasekolah dan masa kecil menengah, aktivitas dan ekspektasi mobilitasnya dipusatkan pada pengembangan kekuatan, koordinasi, dan kapasitas fisik 2) Remaja Periode remaja (sekitar usia 12 hingga 18) dimulai dengan adanya tanda pubertas dan diakhiri dengan penghentian pertumbuhan somatik.
  • 15. Perubahan dramatis pada tahap ini, ditandai dengan pertumbuhan fisik dan perkembangan karakteristik seks sekunder. Menguatnya/ menonjolnya aktivitas dan mobilitas ditandai dengan adanya perkembangan otot dan juga bertambahnya fungsi jantung, pernapasan, dan metabolisme melalui pertumbuhan fisik. 3) Orang dewasa Masa dewasa terbagi menjadi kelompok usia muda, menengah, dan lanjut usia. Dewasa muda memiliki sistem myoskeletal dan saraf yang berkembang dengan baik yang berfungsi ideal. Masa dewasa lanjut memiliki penurunan massa otot, kekuatan, dan kelincahan, secara bertahap. Fokus kegiatan dan mobilitas untuk kedua kelompok ini adalah mempertahankan atau mengembangkan kesesuaian, kekuatan, dan koordinasi sistem muskuloskeletal. Sedangkan pada dewasa lanjut sering mengalami perubahan progresif secara fisiologis. Tingkat reabsorpsi tulang (yang mempengaruhi kepadatan tulang) meningkat seiring dengan penuaan. Penurunan kepadatan tulang diperpercepat pada wanita pascamenopause karena terjadinya defisiensi estrogen. Kepadatan tulang yang menurun membuat seseorang lebih rentan terhadap patah tulang, kyphosis, dan penurunan tinggi badan. Penuaan juga berdampak negatif pada otot dan jaringan ikat. Perkembangan atrofi otot adalah proses bertahap di mana serat otot memburuk dan digantikan oleh jaringan ikat fibrosa. Atrofi otot seringkali disertai dengan berkurangnya massa otot, hilangnya kekuatan otot, dan berkurangnya massa tubuh secara keseluruhan. Derajat atrofi otot akan dipengaruhi oleh tingkat aktivitas seseorang. Beberapa perubahan yang terjadi tersebut dapat mempengaruhi fleksibilitas sendi. Penuaan menyebabkan terhambatnya regenerasi tulang setelah trauma, yang menyebabkan orang dewasa lebih rentan dengan nyeri sendi dan cedera. Sebagai akibat dari perubahan fisik yang berkaitan dengan usia, orang yang lebih tua sering mengalami beberapa perubahan fungsional dalam mobilitas. Ambulasi (pergerakan) dapat berubah sebagai akibat dari ketidakfleksibelan sendi dan penurunan kekuatan otot; perubahan seperti itu ditunjukkan dengan gaya berjalan yang menyeret.
  • 16. Kelainan pada tulangbelakang dan dan berkurangnya kekuatan otot dapat menyebabkan kesulitan ketika klien akan duduk dan bangkit dari posisinya. Klien lansia mungkin memerlukan bantuan ketika bangun dari kursi, ambulasi, ataupun naik tangga. Penuaan juga mempengaruhi sistem kardiovaskular dan pernapasan, yang secara langsung mempengaruhi daya tahan dan stamina. Tujuan aktivitas dan mobilitas fokus pada pemeliharaan status dan keamanan fungsional. c. Lingkungan Lingkungan dapat mempengaruhi tingkat aktivitas dalam beberapa cara. Lingkungan rumah, misalnya, dapat dianggap menyenangkan jika mereka bebas dari bahaya yang dapat mengganggu atau membahayakan pergerakannya. Lingkungan kerja bisa juga mempengaruhi mobilitas; pekerjaan yang monoton dapat merusak mobilitas dan memperburuk radang sendi. d. Sikap dan Keyakinan Faktor-faktor yang berpengaruh terkait dengan latihan adalah sikap dan keyakinan seseorang, yang sangat dipengaruhi oleh budaya dan keluarga. Kegiatan rekreasi memberikan petunjuk kepada sistem nilai orang tersebut. Individu yang melakukan hiking, bersepeda, atau berenang untuk rekreasi adalah gaya hidup aktif. Di sisi lain, individu yang menganggap bekerja sebagai bidang kehidupan yang dominan dapat memandang olahraga sebagai “buang-buang waktu.” Apakah orang itu pergi ke mana saja di dalam mobil, atau sedang berjalan sebagai bagian dari transportasi normal? e. Gaya hidup Gaya hidup yang berubah akan mempengaruhi aktivitas fisik dan kesehatan. Gaya hidup mengakibatkan hilangnya kekuatan otot, penurunan daya tahan tubuh, tidak memadainya fungsi jantung-paru, dan obesitas. Gaya hidup yang tidak aktif dapat menyebabkan atrofi otot, tulang yang lemah, dan kurangnya motivasi dan energi untuk terlibat dalam aktivitas fisik. Individu dengan latihan berikan dampak pada penggunaan energy dan berdampak pada kesehatan nya lebih baik.. b. Istirahat dan tidur Ada sebuah siklus dimana antara siklus terjaga dan tidur dikendalikan oleh pusat di otak dan dipengaruhi oleh rutinitas dan faktor lingkungan. Jam biologis
  • 17. individu juga membantu menentukan siklus spesifik yang akan diikuti oleh kondisi terjaga dan tidur. 1) Tahapan tidur Diklasifikasikan dalam dua kategori: non-rapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM) sleep. a) Tidur NREM Dengan terjadinya tidur, denyut jantung dan laju pernapasan sedikit lambat dan tetap teratur. Fase tidur pertama ini disebut sebagai gerakan mata non-cepat, atau NREM, tidur. Tidur NREM terdiri dari empat tahap yang berbeda. Saat klien memasuki tahap 1 tidur, ada perlambatan umum frekuensi EEG tetapi penampakan gelombang yang tidak teratur dan rapat; mata cenderung bergeser perlahan dari sisi ke sisi, dan ketegangan otot tetap tidak ada kecuali di wajah dan otot leher. Pada klien dewasa dengan pola tidur normal, tidur tahap 1 biasanya berlangsung hanya 10 menit atau lebih. Tahap 1 tidur NREM adalah kualitas yang sangat rendah, yang berarti bahwa selama tahap ini tidur dapat dengan mudah dibangunkan. Tidur tahap 2 masih cukup terang, dengan semakin melambatnya pola EEG dan hilangnya gerakan mata yang lambat. Lima puluh persen dari tidur orang dewasa normal mungkin dihabiskan di tahap 2. Setelah 20 menit awal atau lebih dari tidur tahap 2, bentuk tidur yang mendalam yang disebut tahap 3 sampai 4 dimasukkan. Tahap tidur 3 dan tahap 4 sering dibahas bersama karena kesulitan mengidentifikasi dan memisahkan keduanya. Tahap 3 mengacu pada tidur menengah-mendalam, dan tahap 4 menandakan tidur terdalam. Selama tahap- tahap ini, semua sel-sel otak kortikal tampak tertuju pada saat yang bersamaan, menghasilkan gelombang besar yang lambat pada EEG. Ketika terbangun dari tahap 3 sampai 4 tidur, orang dewasa dapat membutuhkan waktu 15 detik atau lebih untuk menjadi terjaga sepenuhnya. Kesulitan dalam kondisi terjaga ini bahkan lebih terasa pada anak-anak. Stadium tidur 3 hingga 4 adalah tempat tidur nyenyak, sleeptalking (ngelindur/ mengigau), enuresis, dan teror malam terjadi. Tahap tidur 3 hingga 4 dirasakan memiliki nilai restoratif (pemulihan), diperlukan untuk pemulihan fisik. Setelah studi tentang kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur, tahap tidur 3-4 adalah
  • 18. yang pertama untuk kembali. Mayoritas hormon pertumbuhan disekresikan di malam hari, memuncak selama tahap 3 sampai 4 tidur dekat awal periode tidur. Hormon pertumbuhan diperlukan tidak hanya untuk pertumbuhan tetapi juga untuk perbaikan jaringan normal pada klien dari segala usia. Tahap tidur 3 hingga 4 terhitung membutuhkan waktu sekitar 25% dari tidur anak-anak, sedikit menurun di usia dewasa muda, kemudian secara bertahap menurun di usia menengah dan mungkin tidak ada pada klien lansia. b) Tidur REM Setelah 90 menit pertama tidur NREM pada orang dewasa, klien memasuki gerakan mata cepat, atau tidur REM. Pola EEG menyerupai kondisi terjaga; ada gerakan mata yang relatif cepat; denyut jantung dan laju pernapasan tidak teratur dan seringkali lebih tinggi daripada saat bangun, dan otot-otot, termasuk wajah dan leher, lembek, meninggalkan tubuh yang tidak bisa bergerak. Mimpi terjadi 80% waktu klien dalam tidur REM. Tidak seperti tidur tahap 3 sampai 4, yang paling banyak terjadi selama periode awal periode tidur, periode tidur REM menjadi lebih lama ketika malam berlangsung dan individu menjadi lebih beristirahat. Orang dewasa biasanya memiliki 4-6 jam waktu tidur REM sepanjang malam, terhitung 20% hingga 25% dari tidur. Tidur REM mencapai 50% dari tidur pada bayi baru lahir, kemudian secara bertahap menurun menjadi 20% hingga 25% dari tidur pada anak usia dini dan tetap cukup konstan sepanjang sisa masa hidup. 2) Siklus Tidur Siklus tidur mengacu pada urutan tidur yang dimulai dengan empat tahap tidur NREM secara berurutan, dengan kembali ke tahap 3, kemudian 2, lalu beralih ke tahap REM pertama. Durasi siklus tidur umumnya antara 70 dan 90 menit, dan tipikal tidur akan melewati empat hingga enam siklus tidur selama periode tidur rata-rata 7 hingga 8 jam. Panjang periode tidur NREM dan REM akan berubah seiring dengan berlangsungnya periode tidur secara keseluruhan dan orang menjadi lebih santai dan kembali bersemangat. Kebutuhan tidur untuk 3 sampai 4 lebih sedikit dan lebih banyak kebutuhan untuk tidur REM saat periode tidur berlangsung, dan mimpi selama fase REM tidur nanti mungkin menjadi lebih jelas dan intens. Jika siklus tidur rusak pada titik mana pun, siklus tidur baru akan mulai,
  • 19. dimulai lagi di tahap 1 tidur NREM dan maju melalui semua tahapan untuk tidur REM. 3) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Istirahat dan Tidur a) Tingkat Kenyamanan Kenyamanan adalah pengalaman yang sangat subjektif. Perawat harus menilai sejauh mana kebutuhan fisik dan psikologis klien telah terpenuhi. Kapan pun kebutuhan dasar tidak terpenuhi, orang mengalami ketidaknyamanan yang mengarah ke ketegangan fisiologis, kecemasan yang dihasilkan, dan gangguan potensial dalam tidur / istirahat. (1) Kecemasan Tubuh dan pikiran yang gelisah mengganggu kemampuan untuk tidur. Ketika mencoba untuk tidur, banyak orang sering memiliki pikiran yang mengganggu atau ketegangan otot, yang mengganggu istirahat dan tidur. Kecemasan terkait dengan tekanan kerja, tuntutan keluarga, dan stressor lainnya tidak otomatis berhenti ketika seseorang mencoba untuk tidur. Kecemasan sering menghasilkan kesulitan jatuh atau tetap tertidur. (2) Lingkungan Hidup Faktor lingkungan dapat meningkatkan atau mengganggu tidur. Pencahayaan, suhu, bau, ventilasi, dan tingkat kebisingan semua dapat mengganggu proses tidur ketika mereka berbeda dari norma lingkungan tidur klien yang normal. (3) Diet Jenis makanan yang dikonsumsi berdampak pada kuantitas tidur yang berkualitas. Makanan tinggi kafein, seperti kopi, cola, dan cokelat, berfungsi sebagai stimulan dan sering mengganggu siklus tidur normal. Selain itu, mengonsumsi makanan besar, berat, atau pedas sebelum tidur dapat menyebabkan gangguan pencernaan, yang kemungkinan akan mengganggu tidur. Sebaliknya, pergi tidur ketika lapar juga dapat menyebabkan masalah tidur karena individu mungkin sibuk dengan makanan dan rasa lapar bukannya berkonsentrasi saat tidur. (4) Obat-obatan dan Zat-zat Lain
  • 20. Penggunaan alkohol dan nikotin dapat mengganggu tidur. Secara umum alkohol dapat mengganggu tidur REM, menyebabkan tidur yang sangat gelisah dan tidak berulang. Nikotin, adalah stimulan, juga dapat mengganggu siklus tidur dengan merangsang tubuh, sehingga sulit terbangun dan tetap tertidur. Banyak obat-obatan (baik yang diresepkan maupun yang berlebihan) menyebabkan kelelahan, mengantuk, gelisah, gelisah, atau insomnia, sehingga mempengaruhi kualitas dan kuantitas istirahat dan tidur. (5) Norma Budaya Ekspektasi budaya dan masyarakat juga mempengaruhi tidur. Sebagian orang menganggap tidur sebagai kemewahan untuk dinikmati ketika mereka tidak terlalu sibuk dengan kegiatan "penting". Orang lain memandang tidur sebagai kebutuhan mutlak. Jumlah tidur yang dianggap perlu oleh seseorang sebagian ditentukan oleh sikap keluarga dan budaya. (6) Pengalaman sepanjang hidup Kebutuhan seseorang akan tidur berubah seiring usia dalam pola yang cukup dapat diprediksi. Meskipun pola tidur dan istirahat terkait erat dengan gaya hidup dan variabel lainnya, ada beberapa variasi umum yang terjadi selama kehidupannya, seperti berikut: Neonatus (lahir sampai 1 bulan) tidur dalam interval 3 hingga 4 jam dengan total sekitar 16 hingga 20 jam per hari. Bayi yang baru lahir biasanya sangat pasif, dengan sedikit aktivitas selama tidur ("tidur seperti bayi"), dan biasanya tidur sangat nyenyak. Selama beberapa hari atau minggu pertama kehidupan, jam biologis bayi tidak selaras dengan pola siang-malam yang teratur, sehingga sering kali tidak ada perbedaan dalam pola tidur antara siang dan malam. Rata-rata bayi sekitar 12 hingga 16 jam tidur per hari. Seiring usia bayi, jumlah tidur yang dibutuhkan menurun. Pada usia sekitar 2 bulan, bayi dapat mulai tidur sepanjang malam dan biasanya tidur siang dua atau tiga kali sepanjang hari. Selama masa balita, jumlah tidur rata-rata harian adalah 12 hingga 14 jam, yang biasanya dipecah menjadi 10 hingga 12 jam di malam hari dengan satu atau dua tidur siang siang. Selama tahap ini, ritual tidur sering berkembang dan sangat penting dalam menyediakan keamanan malam
  • 21. hari. Rutinitas malam hari yang berulang dan dapat diprediksi seperti mandi, menyikat gigi, dan membaca buku sangat membantu dalam menetapkan harapan dan kenyamanan. Anak prasekolah tidur sekitar 10 hingga 12 jam per hari. Tidur siang hari berkurang atau berhenti, kecuali norma-norma budaya mendikte sebaliknya. Tidur malam sering diisi dengan mimpi dan mimpi buruk yang hidup,yang sering membangunkan anak-anak beberapa kali pada malam hari. Seorang anak usia sekolah juga rata-rata sekitar 10 hingga 12 jam tidur setiap hari. Tahan terhadap waktu tidur dan perjuangan untuk kemerdekaan adalah ciri khas anak usia sekolah. Selama waktu ini, anak dapat mengembangkan rasa takut akan kegelapan dan akan membutuhkan jaminan dan metode untuk menanganinya ketakutan ini. Remaja tidur sekitar 8 hingga 10 jam per hari dan sering memutuskan sendiri rutinitas tidur mereka dan jam. Tingkat aktivitas yang tinggi sering mengganggu pola tidur yang teratur dan kebiasaan tidur yang tidak teratur sering menjadi norma pada tahap ini. Rata-rata dewasa muda sekitar 8 jam tidur per hari. Selama tahap ini, tidur sering terganggu oleh anak-anak kecil di rumah atau tanggung jawab kerja. Pola hidup menyebabkan banyak orang dewasa muda mengalami kesulitan jatuh atau tetap tertidur. Orang dewasa paruh baya tidur sekitar 6 hingga 8 jam sehari. Stresor harian dapat terus menyebabkan insomnia, dan penggunaan obat-obat pemicu tidur adalah hal yang umum. Kebutuhan tidur untuk orang dewasa yang lebih tua berkurang menjadi 5 hingga 7 jam per hari, dan sering termasuk tidur siang. Kualitas tidur sering berkurang karena sering terbangun, sakit fisik, dan tidur REM yang diperpendek. Banyak orang tua salah menafsirkan kebutuhan tidur yang menurun ini sebagai insomnia dan karena itu terlalu khawatir tentang tidak mendapatkan "cukup" tidur. 4. Pemenuhan Kebutuhan Mobilisasi, Istirahat dan Tidur Mempertahankan mobilitas fungsional dan tingkat aktivitas yang diinginkan sangat penting, baik untuk psikologis maupun fisiologis. Bila tidak melakukan mobilisasi, aktivitas maka akan mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Beberapa masalah pada bagian tubuh yang dapat muncul adalah seperti berikut:
  • 22. a. Efek Neurologis /Status Mental Status mental, mobilitas, dan aktivitas dapat meningkatkan tingkat energi dan rasa nyaman seseorang. Aktivitas dan latihan adalah sarana yang sangat baik untuk meredakan ketegangan dan mengurangi stres, yang berdampak pola tidur yang lebih baik dan meningkatkan rasa nyaman. Ketidakaktifan dan imobilitas adalah stres yang dapat menyebabkan frustrasi, rendahnya harga diri, kecemasan, ketidakberdayaan, depresi, ketidakpuasan umum, kegelisahan, ketidakbahagiaan, dan penurunan kompetensi peringkat-diri. Imobilitas memengaruhi kemampuan kognitif, memengaruhi, gaya hidup, dan tanggung jawab sosial dan keluarga. Ketakutan jatuh, nyeri, dan defisit sensorik seperti masalah penglihatan, kelelahan, dan kelemahan adalah faktor peracikan yang meningkatkan ketidakaktifan dan imobilitasMenjaga mobilitas fungsional dan tingkat aktivitas yang diinginkan adalah penting untuk alasan psikologis dan fisiologis. Mobilitas dan ketiadaan keduanya akan mempengaruhi berbagai sistem tubuh. b. Efek Kardiovaskular Sistem kardiovaskular menuai banyak manfaat dari mobilitas dan olahraga. Jantung menjadi lebih efisien karena menyesuaikan dengan kebutuhan oksigen yang meningkat, dan output jantung meningkat. Otot jantung yang sehat menyebabkan penurunan denyut jantung dan penurunan istirahat tekanan darah, yang berarti bahwa jantung tidak harus bekerja keras pada individu yang berolahraga secara teratur seperti halnya pada individu yang menjalani gaya hidup yang tidak aktif. Aktivitas meningkatkan suplai oksigen ke jantung dan otot dan dengan demikian bermanfaat bagi kesehatan secara keseluruhan. Imobilitas meningkatkan beban kerja pada jantung karena posisi terlentang meningkatkan volume darah yang beredar ke jantung. Perpindahan cairan ini meningkatkan tekanan vena sentral bersama dengan volume diastolik ventrikel kiri dan volume stroke, dan beban kerja jantung meningkat. Sistem kardiovaskular rentan untuk membentuk trombi, atau pembekuan darah, karena stasis vena terkait dengan kurangnya kontraksi otot kaki dan tekanan pada vena, terutama poplitea daerah. Thrombi disebabkan oleh peningkatan koagulasi darah karena kalsium bebas dari demineralisasi tulang, stasis darah vena, dan kerusakan intima terhadap
  • 23. vena (seperti dari venipuncture). Masalah kardiovaskular lain yang terkait dengan imobilitas adalah hipotensi ortostatik, atau penurunan tekanan darah akibat perubahan posisi mendadak, disebabkan oleh penurunan tonus pembuluh darah. Pada hipotensi ortostatik, parameter tekanan darah menurun setidaknya 25 mm sistolik dan 10 mm diastolik dengan perubahan postural. Hipotensi ortostatik adalah hasil dari beberapa faktor yang terkait dengan imobilitas, termasuk: 1) Berkurangnya volume cairan yang bersirkulasi; 2) Menurunnya respons sistem saraf otonom; dan 3) Penyatuan darah di ekstremitas bawah. Faktor-faktor ini menyebabkan penurunan aliran balik vena yang secara negatif mempengaruhi curah jantung. Dengan demikian, tekanan darah diturunkan. Hipotensi ortostatik merupakan indikasi bahwa jantung bekerja lebih keras dan kurang efisien. Klien yang telah mengalami imobilitas (seperti dengan tirah baring) perlu memeriksakan tekanan darah berbaring, duduk, lalu berdiri. Ini dilakukan untuk menetapkan parameter dasar untuk membantu dalam menentukan kehadiran perubahan terkait postural dalam tekanan darah. c. Efek pernapasan Respons sistem pernafasan terhadap aktivitas dan mobilitas adalah peningkatan asupan oksigen, yang menghasilkan peningkatan kapasitas pernafasan keseluruhan dan berkurangnya kerja pernapasan. Efek oksigenasi pada jaringan ditingkatkan dan pengumpulan sekresi pada bronkiolus kurang mungkin. Imobilitas dari duduk atau berbaring membatasi ekspansi dada, yang diperparah oleh efek atrofi otot pernapasan dan batuk yang tidak efektif. Stasis sekresi pernafasan dapat diperburuk oleh penggunaan obat-obat depresan SSP dan dehidrasi, dan dapat menyebabkan pneumonia dan atelektasis hipostatik. d. Efek muskuloskeletal Respon muskuloskeletal terhadap aktivitas sangat banyak, termasuk otot yang lebih kuat dan lebih baik, lebih kuat tulang, dan peningkatan mobilitas dan berbagai gerakan sendi. Latihan dapat meningkatkan daya tahan dan toleransi dari kelompok otot. Latihan menahan beban seperti berjalan (bukan berenang) adalah hal yang khusus bermanfaat dalam mencegah osteoporosis, atau kehilangan kekuatan dan mineral di tulang.
  • 24. Berkurangnya mobilitas fisik menghasilkan muskuloskeletal kasar gangguan, terutama ketika atrofi otot terjadi. Mobilisasi yang menurun mengubah struktur otot dengan mengurangi massa otot dan menurunkan diameter sel otot dan jumlah sel otot yang sebenarnya. Klien mengalami keletihan cepat, penurunan kekuatan otot dan nada, penurunan daya tahan, penurunan mobilitas sendi, kekakuan otot, kontraktur sendi, dan keseimbangan nitrogen negatif karena katabolisme protein. Hilangnya kalsium merupakan respons terhadap imobilitas dan menunjukkan ketidakseimbangan antara pembentukan tulang dan kerusakan. Kurangnya tekanan (misalnya, beban berat) pada tulang memicu hilangnya kalsium. Demineralisasi tulang terjadi sedini 2 atau 3 hari setelah permulaan imobilitas dan dapat menyebabkan fraktur patologis, batu ginjal, dan osteoporosis. e. Efek Pencernaan Efek pencernaan terhadap aktivitas termasuk peningkatan nafsu makan dan kehausan, yang menunjukkan bahwa laju tubuh pengolahan asupan gizi meningkat. Kehilangan nafsu makan umumnya terkait dengan kurangnya aktivitas, keseimbangan nitrogen negatif, dan eliminasi yang diubah pola. Keseimbangan nitrogen negatif terjadi ketika output nitrogen melebihi asupan nitrogen. Penyebab keseimbangan nitrogen negatif termasuk peningkatan kebutuhan protein dalam situasi kerusakan jaringan yang luas, seperti setelah operasi, dan memperpanjang imobilitas. Periode imobilitas yang diperpanjang menyebabkan atrofi otot atau pengecilan otot; dengan demikian ada kebutuhan untuk protein ekstra asupan untuk menyediakan perbaikan otot. f. Efek Eliminasi Pola eliminasi difasilitasi oleh mobilitas dalam retensi limbah yang biasanya dicegah dan risiko sembelit dikurangi atau dihindari. Otot menjadi lebih kuat dan lebih efisien, sehingga meningkatkan efisiensi eliminasi keseluruhan. Konstipasi dan impaksi tinja adalah komplikasi yang sering terjadi akibat imobilitas. Variabel yang berkontribusi untuk masalah eliminasi adalah: 1) Kurangnya aktivitas, yang menurunkan gerak peristaltik; 2) Kurangnya privasi; 3) Ketidakmampuan untuk duduk tegak; 4) Diet yang tidak benar; 5) Asupan cairan yang tidak memadai; dan 6) Penggunaan beberapa obat, terutama narkotika.
  • 25. Urin stasis dan infeksi saluran kencing berhubungan dengan posisi berbaring dari orang yang tidak bergerak. Penurunan peristaltik ureter menyebabkan stasis urin, yang merupakan etiologi batu saluran kemih (batu) dan infeksi. Distensi kandung kemih terjadi karena sulitnya relaksasi sfingter eksternal dan menurun tekanan intraabdominal, sehingga menyebabkan overflow inkontinensia (kehilangan kontrol kandung kemih) dan infeksi. Kombinasi peningkatan kalsium kemih, stasis urin, dan infeksi saluran kencing menyebabkan pembentukan batu. g. Efek Integumen Sistem yg menutupi manfaat dari aktivitas dan latihan dalam peningkatan sirkulasi dan aliran darah meningkatkan oksigenasi jaringan, menjaga turgor dan kilau kulit dan rambut. Ulkus tekanan adalah masalah serius yang terkait dengan imobilitas. Tekanan berkepanjangan, gaya geser, gesekan (menggosok), dan uap air menyebabkan iskemia jaringan (gangguan sirkulasi darah), menyebabkan kerusakan kulit dan dekubisi. Kelembaban dalam bentuk urin, feses, keringat, dan drainase luka juga bisa menyebabkan pelembutan kulit, yang meningkatkan risiko decubiti. Faktor sekunder yang berkontribusi terhadap pengembangan tekanan sakit adalah penurunan nutrisi, menurunnya tekanan arteri, bertambahnya usia, dan edema. Peserta didik sekalian ada beberapa gangguan pada pola tidur. Gangguan pola tidur didefinisikan sebagai keadaan di mana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang terkait dengan biologis orang tersebut. dan kebutuhan emosional. Perubahan dalam pola tidur umumnya dipandang sebagai gangguan tidur primer (gangguan tidur yang merupakan masalah mendasar) atau gangguan tidur sekunder (mereka yang perubahannya memiliki penyebab medis atau klinis yang menyebabkan atau berkontribusi pada perubahan tidur). Perubahan tidur yang paling umum termasuk insomnia, hipersomnia atau narkolepsi, sleep apnea, kurang tidur, dan parasomnia. Peserta didik sekalian beberapa gangguan pola tidur adalah sebagai berikut: a) Insomnia kronis Insomnia mengacu pada ketidakmampuan kronis untuk tidur atau kualitas tidur yang tidak memadai karena tidur sebelum waktunya berakhir atau terganggu
  • 26. oleh periode terjaga. Insomnia bukan penyakit, tetapi mungkin merupakan manifestasi dari banyak penyakit. Orang yang mengalami insomnia sering terperangkap dalam lingkaran setan karena tidak bisa tidur, berusaha lebih keras untuk tertidur, meningkatkan kecemasan tidak tidur, yang pada gilirannya meningkatkan ketidakmampuan untuk jatuh tertidur. Persepsi kuantitas tidur juga bisa menjadi penting; banyak penderita insomnia benar-benar tidur lebih banyak daripada yang mereka kira, jadi ada perbedaan antara persepsi dan kenyataan. Gangguan tidur umum terjadi pada individu yang mengalami nyeri kronis. Gangguan tidur dapat memperburuk rasa sakit, dan, dengan demikian, lingkaran setan didirikan. “Tidur malam yang buruk berkontribusi pada depresi, nyeri otot, kesulitan berpikir, dan penurunan motivasi” (McCaffery & Pasero, 1999, hal. 500). Perawatan untuk insomnia paling baik diarahkan untuk memodifikasi faktor-faktor atau perilaku yang ada menyebabkan itu. Tidak mungkin memaksa tidur. Peserta didik sekalian beberapa masalah yang muncul akibat insomnia adalah sebagai berikut: 1) Produktivitas kerja yang menurun (lebih banyak hari kerja yang terlewatkan); 2) Peningkatan pemanfaatan layanan perawatan kesehatan; 3) Risiko kecelakaan yang lebih besar; 4) Masalah memori jangka pendek; dan 5) Gangguan kinerja kognitif dan motorik. b) Hypersomnia atau Narcolepsy Hipersomnia adalah perubahan dalam pola tidur yang ditandai oleh tidur berlebihan, terutama di siang hari. Orang yang menderita hipersomnia sering merasa bahwa mereka tidak bisa cukup tidur di malam hari, dan karena itu mereka tidur sangat larut pagi dan tidur siang beberapa kali sepanjang hari. Penyebab hipersomnia dapat berupa fisik atau psikologis; pengobatan tergantung pada penanganan penyebab yang mendasarinya. Narkolepsi, perubahan tidur lainnya, bermanifestasi sebagai dorongan tak terkendali tiba-tiba untuk tertidur di siang hari. Individu yang menderita narkolepsi sering mencapai tidur yang cukup di malam hari tetapi kewalahan oleh kantuk pada periode tak terduga dan tak terduga sepanjang hari. Perawatan yang efektif untuk narkolepsi termasuk menghindari zat atau kegiatan yang menyebabkan kantuk, tidur siang pendek, atau minum obat stimulan yang diresepkan.
  • 27. c) Sleep Apnea Sleep apnea mengacu pada periode tidur selama aliran udara berhenti selama 10 detik atau lebih. Sleep apnea menimbulkan komplikasi sebagai akibat dari desaturasi oksigen dan retensi karbon dioksida. Konsekuensi jangka pendek mungkin termasuk gangguan kognitif (termasuk memori perubahan), perubahan kepribadian, dan impotensi. Masalah utama adalah kantuk di siang hari, yang dapat mengganggu kemampuan fungsional seperti mengemudi dan bekerja. Jika tidak diobati, sleep apnea dapat menyebabkan hal-hal berikut: 1) Hipertensi; 2) Aritmia jantung; 3) Gagal jantung kongestif sisi kanan; 4) Kecelakaan pembuluh darah otak (stroke); 5) Disfungsi kognitif; dan 6) Kematian. Garis pertahanan pertama melawan apnea adalah mengobati penyebabnya (perubahan emosional, jantung, atau pernapasan). Menggunakan alat tekanan udara positif kontinu nasal (CPAP) dapat juga membantu. Dengan beberapa individu, bedah diperlukan intervensi untuk memperbaiki penyebab apnea. d) Kurang tidur Kurang tidur adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kualitas dan kuantitas tidur yang tidak cukup panjang, baik dari REM atau tipe NREM. Kurang tidur dapat disebabkan oleh usia, rawat inap yang lama, penggunaan narkoba dan zat, penyakit, dan seringnya perubahan dalam pola gaya hidup. Tidur dan bermimpi memiliki nilai pemulihan yang diperlukan untuk pemulihan mental dan emosional, dan meningkatkan kemampuan untuk mengatasi masalah emosional. Oleh karena itu, kurang tidur dapat menyebabkan gejala mulai dari iritabilitas, hipersensitivitas, dan kebingungan terhadap apati, kantuk, dan refleks berkurang. Mengobati atau meminimalkan faktor-faktor yang menyebabkan kurang tidur adalah resolusi yang paling efektif. e) Parasomnia Parasomnia adalah sekumpulan gangguan tidur yang menyebabkan suatu kejadian atau pengalaman yang tidak diinginkan, yang terjadi saat kita baru tertidur, sudah terlelap, atau saat terbangun dari tidur. Parasomnia juga bisa berupa beberapa kejadian sebagai berikut: (1) Tidur sambil berjalan
  • 28. Tidur berjalan ditandai dengan gerakan badan penderita seperti berjalan sambil tertidur, dan sesaat setelah terbangun penderita akan mengalami disorientasi atau kebingungan. Meskipun tidak berbahaya secara langsung, gejala ini dapat menimbulkan bahaya karena penderita tidak dapat melihat objek di sekitarnya sehingga dapat menyebabkan terjatuh, tertabrak, atau tertimpa sesuatu. (2) Confusional Arousals Confusional arousals berupa kebingungan saat terbangun yang ditandai dengan mengalami proses berpikir yang sangat lama untuk mengenali keadaan sekitar, dan bereaksi lambat terhadap perintah atau pertanyaan yang diajukan sesaat baru terbangun dari tidur. (3) Mimpi buruk Suatu mimpi yang mengganggu waktu tidur seseorang dan membuat seseorang terbangun dari tidur. Hal dapat terjadi berulang dan dapat menyebabkan seseorang mengalami kecemasan dan kesulitan tertidur (insomnia) atau kembali tertidur setelah terbangun dari mimpi buruk. (4) Night Terrors Night terrors adalah gangguan yang ditandai dengan rasa ketakutan yang membuat seseorang berperilaku abnormal seperti berteriak, memukul, bahkan menendang. Saat terbangun, penderita tidak dapat mengingat dengan benar apa yang sebenarnya terjadi. (5) Mengigau Mengigau merupakan gejala yang terjadi saat kondisi seseorang setengah sadar. Meskipun tidak ada efek buruk secara langsung, namun ini dapat mengganggu orang d isekitar yang mendengarnya. Mengigau juga dapat disebabkan stress, demam, atau gangguan tidur lainnya. (6) Sleep paralysis Sleep paralysis atau sering dikenal di Indonesia dengan sebutan “ketindihan”, ditandai dengan kesulitan menggerakkan badan saat baru mulai tertidur atau saat terbangun, dan dapat terjadi dalam beberapa kali dalam waktu satu kali tidur. Gejala ini tidak terlalu berbahaya namun dapat menimbulkan ketakutan bagi seseorang yang sudah pernah
  • 29. mengalaminya. Sleep paralysis juga dapat disebabkan oleh faktor keturunan dalam satu keluarga, namun penyebab pastinya belum diketahui. (7) Aritmia Aritmia biasanya dialami oleh penderita jantung koroner saat tertidur dan dipicu oleh penurunan kadar oksigen dalam darah akibat gangguan tidur. Penggunaan alat continuous positive airway pressure (CPAP) dapat membantu mengurangi risiko aritmia saat tertidur. (8) Bruksisme Bruksisme merupakan gejala yang ditandai dengan gerakan menggesekan gigi pada rahang atas dan bawah secara berlebihan dalam keadaan tidak sadar. Akibatnya dapat menyebabkan kelelahan dan rasa tidak nyaman pada otot gigi dan rahang, bahkan dapat menyebabkan luka pada bagian gusi. Penggunaan alat mouth guard dapat mengurangi frekuensi dan dampak dari bruksisme. (9) REM sleep behavior disorder Rapid Eye movement (REM) atau fase bermimpi saat tertidur dapat menyebabkan seseorang berperilaku abnormal dengan menggerakan anggota badan seperti tangan dan kaki. Berbeda dengan kejadian berjalan atau mengalami terror saat tertidur, penderita gangguan ini dapat mengingat detail dari mimpi yang telah dialami. Hal ini bisa jadi suatu pertanda gangguan saraf yang harus ditangani.