SlideShare a Scribd company logo
1 of 50
Oleh : Yenny Puspitasari
TOKSOPLASMA GONDII
 Toksoplasmosis pada kehamilan dapat
menyebabkan infeksi janin kongenital.
 Janin yang terinfeksi kongenital tersebut mengalami
kerusakan organ/struktur  hidrosefalus,
korioretinitis dan kalsifikasi serebralis.
Hidrosefalus
 Pelebaran ventrikel lateral, dimana lebar
atrial lebih dari 15 mm pada trimester II
dan III
Sekuele pada bayi
 Sekuele ringan : sikatriks/ scar korioretinal tanpa
gangguan visus atau adanya kalsifikasi serebral
tanpa diikuti kelainan neurologik.
 Sekuele berat : kematian janin intra uterin atau
neonatal. Atau adanya scar korioretinal dengan
gangguan visus berat ataupun kelainan neurologik
berat.
 Bila toksoplasmosis terjadi pada kehamilan
sebelum 20 minggu,  20% janin mengalami
infeksi kongenital  25% dari janin yang
terinfeksi ini memperoleh kerusakan organ berat,
15% kerusakan organ ringan serta sisanya 60%
bersifat subklinis (Foulon et al, 1994).
DIAGNOSIS TOKSOPLASMOSIS PADA
KEHAMILAN
 Kehamilan dengan seropositif  ditemukan
adanya antibodi IgG anti toksoplasma dengan titer
1/20-1/1000.
 Kehamilan dengan antibodi IgG atau IgM spesifik
titer tinggi  ibu hamil seropositif memperoleh
ulangan infeksi (reinfeksi).
 Kehamilan dengan seronegatif  darah ibu tidak
mengandung antibodi spesifik  mengulangi uji
serologik tiap trimester (3 bulan) sekali.
 Kehamilan dengan serokonversi  adanya
perubahan dari seronegatif menjadi seropositif
selama kehamilan.
 Penderita memiliki resiko tinggi untuk terjadinya
transmisi vertikal dari maternal ke janin serta
mengakibatkan infeksi janin (toksoplasmosis
kongenital).
DIAGNOSTIK PRENATAL
 Konsep lama hanya bersifat empiris dan
berpedoman pada hasil uji serologis ibu hamil.
 Saat ini pemanfaatan tindakan kordosentesis dan
amniosentesis dengan panduan ultrasonografi
guna memperoleh darah janin ataupun cairan
ketuban sebagai pendekatan diagnostik
 Diagnosis prenatal umumnya dilakukan pada usia
kehamilan 14-27 minggu (trimester II).
 Kordosentesis (pengambilan sampel darah janin
melalui tali pusat) ataupun amniosentesis
(aspirasi cairan ketuban) dengan tuntunan
ultrasonografi.
PRINSIP ULTRASONOGRAFI
CHORDOCYNTHESIS
AMNIOSENTESIS
 Pemeriksaan dengan teknik P.C.R guna
mengidentifikasi DNA T.oxoplasma gondii pada
darah janin atau cairan ketuban.
 Pemeriksaan dengan teknik ELISA pada darah
janin guna mendeteksi antibodi IgM janin spesifik
(anti toksoplasma).
 Diagnosis toksoplasmosis kongenital ditegakkan
berdasar
 Hasil pemeriksaan yang menunjukkan adanya IgM
janin spesifik (anti toksoplasma) dari darah janin,
dan D.N.A dari T. gondii dengan P.C.R darah janin
ataupun cairan ketuban.
 Diagnostik prenatal yang berdasarkan amniosentesis
(aspirasi cairan ketuban), saat ini paling sering
dilakukan guna mendeteksi adanya infeksi janin
kongenital.
 Dengan tindakan diagnostik prenatal ini akan
diperoleh deteksi DNA (Deoxyribonucleic acid)
T.gondii dalam cairan ketuban melalui metode PCR
(Polymerase Chain Reaction) secara akurat dan cepat.
TERAPI
 Spiramycin 1-3 g/hari diberikan selama 3 minggu
diselingi 25 mg pyrimethamine, 3 g sulfadiazine/hari
selama 3 minggu juga sampai kelahiran
RUBELA
 Selama kehamilan, virus ini menjadi penyebab
langsung kematian janin dan bahkan yang paling
penting malformasi kongenital berat.
 Dianjurkan untuk melakukan vaksinasi, terutama
pada wanita berusia subur.
Diagnosis
 Konfirmasi infeksi rubela  sulit dilakukan.
 Gambaran klinisnya mirip dengan penyakit lain,
dan sekitar seperempat dari infeksi rubela bersifat
subklinis walaupun terjadi viremia yang telah
menginfeksi mudigah atau janin.
 Viremia mendahului gejala klinis sekitar 1 minggu
 Orang nonimun yang mengalami viremia rubela
akan memperlihatkan titer puncak antibodi 1
sampai 2 minggu setelah awitan ruam.
 Seiring dengan meningkatnya usia kehamilan,
infeksi pada janin semakin kecil menyebabkan
malformasi kongenital.
 Cacat rubela dijumpai pada semua bayi yang
memperlihatkan tanda infeksi intrauterus
sebelum minggu ke-11, tetapi hanya 35% dari
mereka yang terinfeksi pada usia 13 sampai 16
minggu
Sindrom Rubela Kongenital
 Lesi mata, termasuk katarak, glaukoma
 Penyakit jantung, termasuk duktus arteriosus
paten, defek septum.
 Tuli sensorineural
 Defek susunan saraf pusat  microcephaly
 Hambatan pertumbuhan janin
 Hepatosplenomegali dan ikterus
 Perubahan tulang
Bayi yang lahir dengan rubela kongenital
menyebarkan virus sehingga merupakan
ancaman bagi bayi lain, serta orang dewasa
rentan yang berkontak dengan bayi
tersebut.
 Virus ini menyebabkan pembengkakan sel yang
karakteristik sehingga terlihat sel membesar
(sitomegali) dan tampak sebagai gambaran mata
burung hantu.
Penularan
 Transmisi horisontal
terjadi melalui “droplet
infection” dan kontak
dengan air ludah.
 Transmisi vertikal
penularan proses
infeksi maternal ke janin.
 transplasenta.
 Infeksi CMV yang terjadi karena pemaparan
pertama kali atas individu  infeksi primer.
 Infeksi primer berlangsung simtomatis ataupun
asimtomatis serta virus akan menetap dalam
jaringan hospes dalam waktu yang tak terbatas 
infeksi laten.
 Transmisi CMV dari ibu ke janin dapat terjadi selama
kehamilan, dan infeksi pada umur kehamilan kurang
sampai 16 minggu menyebabkan kerusakan serius.
 Infeksi eksogenus dapat bersifat primer yaitu terjadi
pada ibu hamil dengan pola imunologis seronegatif
dan non primer bila ibu hamil dengan seropositif.
 Infeksi endogenus  suatu reaktivasi virus yang
sebelumnya dalam keadaan laten.
DIAGNOSIS
 Metode serologis  diagnosa infeksi maternal primer
dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan dari
seronegatif menjadi seropositif (tampak adanya IgM
dan IgG anti CMV)
 Metode virologis, viremia maternal dapat ditegakkan
dengan menggunakan uji immuno fluoresen.
DIAGNOSIS PRENATAL
 Diagnosis prenatal harus dikerjakan terhadap ibu
dengan kehamilan yang menunjukkan infeksi primer
pada umur kehamilan sampai 20 minggu.
 Diagnosis prenatal metode PCR dan isolasi virus
pada cairan ketuban yang diperoleh setelah
amniosentesis.
 Kemungkinan infeksi CMV intrauterin bila didapatkan :
Oligohidramnion,
Polihidramnion
Hidrops non imun
Asites janin
Gangguan pertumbuhan janin
Mikrosefali,
Ventrikulomegali serebral (hidrosefalus)
TERAPI DAN KONSELING
 Saat ini terminasi kehamilan merupakan satu-satunya
terapi intervensi karena pengobatan dengan anti virus
(ganciclovir) tidak memberi hasil yang efektif serta
memuaskan.
 Dengan demikian konseling, infeksi primer yang
terjadi pada umur kehamilan  20 minggu setelah
memperhatikan hasil diagnosis prenatal  dapat
dipertimbangkan terminasi kehamilan
Virologi
 Berdasarkan perbedaan imunologi dapat dikenali 2
jenis herpes simpleks virus (HSV)
 HSV tipe 1 (Non genital)
 HSV tipe 2 (Genital) dan ditularkan melalui hubungan
seksual.
Diagnosis
 Penemuan virus dengan biakan jaringan
merupakan konfirmasi paling optimal
untuk membuktikan infeksi klinis.
Perjalanan penyakit selama kehamilan
 80 persen wanita yang terjangkit infeksi herpes
genitalis mengalami kekambuhan simtomatik
sebanyak 2-4 kali selama hamil
 Kekambuhan klinis tampaknya sedikit lebih sering
pada kehamilan tahap lanjut.
Pada Janin dan Neonatus
 Janin hampir selalui terinfeksi oleh virus yang di
keluarkan dari serviks atau saluran genital bawah.
 Virus menginvasi uterus setelah selaput ketuban
pecah atau berkontak dengan janin saat persalinan.
Infeksi pada Neonatus
 Diseminata  keterlibatan organ-organ dalam mayor
 Lokalisata  Keterlibatan terbatas pada mata, kulit
atau mukosa
 Asimtomatik.
Penatalaksanaan Antepartum
 Seksio sesarea diindikasikan pada wanita dengan lesi
genital aktif.
 Dengan demikian seksio sesarea dilakukan hanya
apabila tampak lesi primer atau rekuren saat mejelang
persalinan atau saat selaput ketuban pecah.
ASUHAN KEPERAWATAN
 PENGKAJIAN :
 Identitas Klien
 Keluhan utama : demam
 Riwayat kesehatan : suhu tubuh meningkat, malaise,
sakit tenggorokan, mual muntah, nyeri otot
 Riwayat kesehatan dahulu :
 A. Klien sering kontak langsung dengan binatang
 B. Sering mengkonsumsi daging setengah matang
 C. Klien pernah mendapatkan transfusi darah
 PENGKAJIAN :
 Data Psikologis
 Data psikospiritual
 Data sosial dan ekonomi
 Pemeriksaan fisik
 Mata : nyeri, asites
 Sistem pencernaan : diare, mual dan muntah
 Integument : suka berkeringat malam, suhu tubuh
meningkat, timbulnya rush pada kulit,
• Pemeriksaan Diagnostik
1. Anti toxoplasmosis Ig-M dan Anti toxoplasmosis Ig-
G (untuk mendeteksi infeksi Toxoplasma)
• 2. Anti Rubella Ig-M dan Anti Rubella Ig-G (untuk
mendeteksi infeksi rubella)
• 3. Anti-CMV Ig-M dan anti CMV Ig-G (untuk
mendeteksi infeksi rubella)
• 4. Anti HSV2 Ig M dan anti HSV2 Ig-G (untuk infeksi
virus Herpes)
 DIAGNOSA KEPERAWATAN :
 Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d proses infeksi
 Hipertermi b/d peningkatan tingkat metabolisme
penyakit
 Kekurangan volume cairan b/d tidak adekuatnya
masukan makanan dan cairan
INTERVENSI KEPERAWATAN :
 Diagnosa 1 : Nyeri b/d adanya proses infeksi / inflamasi
 Tujuan : mengurangi nyeri
 Kriteria hasil :
 Klien melaporkan nyeri hilang dan terkontrol
 Klien tampak rileks, klien mampu tidur/istirahat dengan tepat
 Intervensi :
 Berikan lingkungan yang tenang sesuai kebutuhan
 Rasional : Menurunkan reaksi stimulasi dari luar atau sensitivitas
pada cahaya dan meningkatkan istirahat
 Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang
penting
 Rasional : Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri
 Kolaborasi dengan tim medis lainnya dalam pemberian analgesic
seperti asetamenofen
 Rasional : untuk menghilangkan rasa nyeri yang berat
 Diagnosa 2 : Hipertermia b/d peningkatan tingkat metabolisme penyakit ditandai
dengan suhu 39,5°C, tubuh menggigil
 Tujuan : Mendemontrasikan suhu dalam batas normal
 Kriteria Hasil :
 Terjadi penurunan suhu
 Kulit tidak ada kemerahan dan hangat waktu disentuh
 Penurunan tingkat pernapasan
 Intervensi :
 Monitor tanda-tanda vital : suhu tubuh
 Rasional : sebagai indikator untuk mengetahui status hipertermi
 Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang sedikitnya 2000 ml/hari
untuk mencegah dehidrasi
 Rasional : dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu
timbulnya dehidrasi
 Berikan kompres dengan air biasa pada lipatan ketiak dan femur
 Rasional : menghambat pusat simpatis dihipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi
kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui
penguapan
 Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
 Rasional : Kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya jamur,
mengurangi kenyamanan
 Diagnosa 3 : Kekurangan volume cairan b/d tidak adekuatnya masukan makanan dan
cairan ditandai dengan diare
 Tujuan : memenuhi kebutuhan cairan tubuh
 Kriteria Hasil :
 Mempertahankan volume sirkulasi adekuat
 Tanda-tanda vital dalam batas normal
 Nadi perifer teraba
 Haluaran urine adekuat
 Membrane mukosa lembab
 Intervensi :
 Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering
dan tawarkan makan pagi paling besar
 Rasional : Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia
 Berikan perawatan mulut sebelum makan
 Rasional : Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan napsu makan
 Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
 Rasional : menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan
pemasukan
 Konsul pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai
kebutuhan pasien
 Rasional : Berguna dalam program diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode ImunokromatografiPemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode ImunokromatografiPatriciaGitaNaully
 
Praktikum imunologi by.saras
Praktikum imunologi by.sarasPraktikum imunologi by.saras
Praktikum imunologi by.sarasNheeya Warz
 
04. slide adaptasi neonatus
04. slide adaptasi neonatus04. slide adaptasi neonatus
04. slide adaptasi neonatusJoni Iswanto
 
Patofisiologi demam
Patofisiologi demamPatofisiologi demam
Patofisiologi demamTmb Odhian
 
4. pemeriksaan hb sahli
4. pemeriksaan hb sahli4. pemeriksaan hb sahli
4. pemeriksaan hb sahlisudiraependi
 
Laporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologiLaporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologiGoogle
 
Caput succedaneum dan cephalhematoma
Caput succedaneum dan cephalhematomaCaput succedaneum dan cephalhematoma
Caput succedaneum dan cephalhematomaFuji Astuti
 
Obat tokolitik (1)
Obat tokolitik (1)Obat tokolitik (1)
Obat tokolitik (1)adefelia_91
 
Diabetes dalam kehamilan
Diabetes dalam kehamilanDiabetes dalam kehamilan
Diabetes dalam kehamilanamel015
 
Vulvitis & servisitis
Vulvitis & servisitisVulvitis & servisitis
Vulvitis & servisitisPradasary
 
Imunologi; imunologi infeksi
Imunologi; imunologi infeksiImunologi; imunologi infeksi
Imunologi; imunologi infeksiLisa Andina
 
PENGAMBILAN SPESIMEN YANG BENAR UNTUK KULTUR RESISTENSI ANTIMIKROBA. dr.anti ...
PENGAMBILAN SPESIMEN YANG BENAR UNTUK KULTUR RESISTENSI ANTIMIKROBA. dr.anti ...PENGAMBILAN SPESIMEN YANG BENAR UNTUK KULTUR RESISTENSI ANTIMIKROBA. dr.anti ...
PENGAMBILAN SPESIMEN YANG BENAR UNTUK KULTUR RESISTENSI ANTIMIKROBA. dr.anti ...ssuser72cb6d
 
Virus polio. bag 12
Virus polio.  bag 12Virus polio.  bag 12
Virus polio. bag 12tristyanto
 

What's hot (20)

Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode ImunokromatografiPemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode Imunokromatografi
 
Praktikum imunologi by.saras
Praktikum imunologi by.sarasPraktikum imunologi by.saras
Praktikum imunologi by.saras
 
04. slide adaptasi neonatus
04. slide adaptasi neonatus04. slide adaptasi neonatus
04. slide adaptasi neonatus
 
Pemberian obat melalui selang intravena
Pemberian obat melalui selang intravenaPemberian obat melalui selang intravena
Pemberian obat melalui selang intravena
 
Buku ponek 2008
Buku ponek 2008Buku ponek 2008
Buku ponek 2008
 
Persentasi vaksin
Persentasi vaksinPersentasi vaksin
Persentasi vaksin
 
Patofisiologi demam
Patofisiologi demamPatofisiologi demam
Patofisiologi demam
 
4. pemeriksaan hb sahli
4. pemeriksaan hb sahli4. pemeriksaan hb sahli
4. pemeriksaan hb sahli
 
Laporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologiLaporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologi
 
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke BayiPencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi
 
Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopikKehamilan ektopik
Kehamilan ektopik
 
Gonorrhea
GonorrheaGonorrhea
Gonorrhea
 
Caput succedaneum dan cephalhematoma
Caput succedaneum dan cephalhematomaCaput succedaneum dan cephalhematoma
Caput succedaneum dan cephalhematoma
 
Obat tokolitik (1)
Obat tokolitik (1)Obat tokolitik (1)
Obat tokolitik (1)
 
Diabetes dalam kehamilan
Diabetes dalam kehamilanDiabetes dalam kehamilan
Diabetes dalam kehamilan
 
Vulvitis & servisitis
Vulvitis & servisitisVulvitis & servisitis
Vulvitis & servisitis
 
Hipertensi dalam kehamilan : Update
Hipertensi dalam kehamilan : UpdateHipertensi dalam kehamilan : Update
Hipertensi dalam kehamilan : Update
 
Imunologi; imunologi infeksi
Imunologi; imunologi infeksiImunologi; imunologi infeksi
Imunologi; imunologi infeksi
 
PENGAMBILAN SPESIMEN YANG BENAR UNTUK KULTUR RESISTENSI ANTIMIKROBA. dr.anti ...
PENGAMBILAN SPESIMEN YANG BENAR UNTUK KULTUR RESISTENSI ANTIMIKROBA. dr.anti ...PENGAMBILAN SPESIMEN YANG BENAR UNTUK KULTUR RESISTENSI ANTIMIKROBA. dr.anti ...
PENGAMBILAN SPESIMEN YANG BENAR UNTUK KULTUR RESISTENSI ANTIMIKROBA. dr.anti ...
 
Virus polio. bag 12
Virus polio.  bag 12Virus polio.  bag 12
Virus polio. bag 12
 

Similar to Infeksi Janin

497629023-PENYAKIT-INFEKSI-Dlm-Kehamilan-Biu.pptx
497629023-PENYAKIT-INFEKSI-Dlm-Kehamilan-Biu.pptx497629023-PENYAKIT-INFEKSI-Dlm-Kehamilan-Biu.pptx
497629023-PENYAKIT-INFEKSI-Dlm-Kehamilan-Biu.pptxMarzatya
 
ppt Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simple...
ppt Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simple...ppt Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simple...
ppt Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simple...EndangFitriaNingsih2
 
LP dan LK infeksi neonatus
LP dan LK infeksi neonatusLP dan LK infeksi neonatus
LP dan LK infeksi neonatusDuniaShare
 
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamilDiagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamilSofie Krisnadi
 
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdf
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdfInfeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdf
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdfWahyudi748919
 
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdf
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdfInfeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdf
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdfWahyudi748919
 
10 djs kehamilan dgn penyakit infeksi
10 djs kehamilan dgn penyakit infeksi10 djs kehamilan dgn penyakit infeksi
10 djs kehamilan dgn penyakit infeksiVrilisda Sitepu
 
Infeksi torch pada kehamilan
Infeksi torch pada kehamilanInfeksi torch pada kehamilan
Infeksi torch pada kehamilanSalesIndogen
 
52474484-INFEKSI-PADA-NEONATUS.doc
52474484-INFEKSI-PADA-NEONATUS.doc52474484-INFEKSI-PADA-NEONATUS.doc
52474484-INFEKSI-PADA-NEONATUS.docAfinaMarzamonika
 
Ppt bu ayu torch
Ppt bu ayu torchPpt bu ayu torch
Ppt bu ayu torchresiy
 
ppt kelmpok 5 gadar bunda eva (1).pdf
ppt kelmpok 5 gadar bunda eva (1).pdfppt kelmpok 5 gadar bunda eva (1).pdf
ppt kelmpok 5 gadar bunda eva (1).pdfRiyaWahyuni1
 
Flu+singapore+&+flu+babi. bag.11
Flu+singapore+&+flu+babi.   bag.11Flu+singapore+&+flu+babi.   bag.11
Flu+singapore+&+flu+babi. bag.11tristyanto
 
flusingaporeflubabi-140605181349-phpapp01.pptx
flusingaporeflubabi-140605181349-phpapp01.pptxflusingaporeflubabi-140605181349-phpapp01.pptx
flusingaporeflubabi-140605181349-phpapp01.pptxJemsOtniel1
 

Similar to Infeksi Janin (20)

497629023-PENYAKIT-INFEKSI-Dlm-Kehamilan-Biu.pptx
497629023-PENYAKIT-INFEKSI-Dlm-Kehamilan-Biu.pptx497629023-PENYAKIT-INFEKSI-Dlm-Kehamilan-Biu.pptx
497629023-PENYAKIT-INFEKSI-Dlm-Kehamilan-Biu.pptx
 
ppt Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simple...
ppt Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simple...ppt Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simple...
ppt Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simple...
 
torch.pdf
torch.pdftorch.pdf
torch.pdf
 
LP dan LK infeksi neonatus
LP dan LK infeksi neonatusLP dan LK infeksi neonatus
LP dan LK infeksi neonatus
 
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamilDiagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
 
Torch pada kehamilan
Torch pada kehamilanTorch pada kehamilan
Torch pada kehamilan
 
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdf
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdfInfeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdf
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdf
 
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdf
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdfInfeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdf
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdf
 
Infeksi Neonatus
Infeksi NeonatusInfeksi Neonatus
Infeksi Neonatus
 
Rim3
Rim3Rim3
Rim3
 
Rim3
Rim3Rim3
Rim3
 
Ss12
Ss12Ss12
Ss12
 
10 djs kehamilan dgn penyakit infeksi
10 djs kehamilan dgn penyakit infeksi10 djs kehamilan dgn penyakit infeksi
10 djs kehamilan dgn penyakit infeksi
 
Infeksi torch pada kehamilan
Infeksi torch pada kehamilanInfeksi torch pada kehamilan
Infeksi torch pada kehamilan
 
52474484-INFEKSI-PADA-NEONATUS.doc
52474484-INFEKSI-PADA-NEONATUS.doc52474484-INFEKSI-PADA-NEONATUS.doc
52474484-INFEKSI-PADA-NEONATUS.doc
 
Ppt bu ayu torch
Ppt bu ayu torchPpt bu ayu torch
Ppt bu ayu torch
 
ppt kelmpok 5 gadar bunda eva (1).pdf
ppt kelmpok 5 gadar bunda eva (1).pdfppt kelmpok 5 gadar bunda eva (1).pdf
ppt kelmpok 5 gadar bunda eva (1).pdf
 
Flu+singapore+&+flu+babi. bag.11
Flu+singapore+&+flu+babi.   bag.11Flu+singapore+&+flu+babi.   bag.11
Flu+singapore+&+flu+babi. bag.11
 
flusingaporeflubabi-140605181349-phpapp01.pptx
flusingaporeflubabi-140605181349-phpapp01.pptxflusingaporeflubabi-140605181349-phpapp01.pptx
flusingaporeflubabi-140605181349-phpapp01.pptx
 
HIV pada Anak
HIV pada AnakHIV pada Anak
HIV pada Anak
 

Recently uploaded

Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxDesiNatalia68
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 

Recently uploaded (20)

Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 

Infeksi Janin

  • 1. Oleh : Yenny Puspitasari
  • 2. TOKSOPLASMA GONDII  Toksoplasmosis pada kehamilan dapat menyebabkan infeksi janin kongenital.  Janin yang terinfeksi kongenital tersebut mengalami kerusakan organ/struktur  hidrosefalus, korioretinitis dan kalsifikasi serebralis.
  • 3.
  • 4. Hidrosefalus  Pelebaran ventrikel lateral, dimana lebar atrial lebih dari 15 mm pada trimester II dan III
  • 5. Sekuele pada bayi  Sekuele ringan : sikatriks/ scar korioretinal tanpa gangguan visus atau adanya kalsifikasi serebral tanpa diikuti kelainan neurologik.  Sekuele berat : kematian janin intra uterin atau neonatal. Atau adanya scar korioretinal dengan gangguan visus berat ataupun kelainan neurologik berat.
  • 6.  Bila toksoplasmosis terjadi pada kehamilan sebelum 20 minggu,  20% janin mengalami infeksi kongenital  25% dari janin yang terinfeksi ini memperoleh kerusakan organ berat, 15% kerusakan organ ringan serta sisanya 60% bersifat subklinis (Foulon et al, 1994).
  • 7. DIAGNOSIS TOKSOPLASMOSIS PADA KEHAMILAN  Kehamilan dengan seropositif  ditemukan adanya antibodi IgG anti toksoplasma dengan titer 1/20-1/1000.  Kehamilan dengan antibodi IgG atau IgM spesifik titer tinggi  ibu hamil seropositif memperoleh ulangan infeksi (reinfeksi).  Kehamilan dengan seronegatif  darah ibu tidak mengandung antibodi spesifik  mengulangi uji serologik tiap trimester (3 bulan) sekali.
  • 8.  Kehamilan dengan serokonversi  adanya perubahan dari seronegatif menjadi seropositif selama kehamilan.  Penderita memiliki resiko tinggi untuk terjadinya transmisi vertikal dari maternal ke janin serta mengakibatkan infeksi janin (toksoplasmosis kongenital).
  • 9. DIAGNOSTIK PRENATAL  Konsep lama hanya bersifat empiris dan berpedoman pada hasil uji serologis ibu hamil.  Saat ini pemanfaatan tindakan kordosentesis dan amniosentesis dengan panduan ultrasonografi guna memperoleh darah janin ataupun cairan ketuban sebagai pendekatan diagnostik
  • 10.  Diagnosis prenatal umumnya dilakukan pada usia kehamilan 14-27 minggu (trimester II).  Kordosentesis (pengambilan sampel darah janin melalui tali pusat) ataupun amniosentesis (aspirasi cairan ketuban) dengan tuntunan ultrasonografi.
  • 13.
  • 15.  Pemeriksaan dengan teknik P.C.R guna mengidentifikasi DNA T.oxoplasma gondii pada darah janin atau cairan ketuban.  Pemeriksaan dengan teknik ELISA pada darah janin guna mendeteksi antibodi IgM janin spesifik (anti toksoplasma).
  • 16.  Diagnosis toksoplasmosis kongenital ditegakkan berdasar  Hasil pemeriksaan yang menunjukkan adanya IgM janin spesifik (anti toksoplasma) dari darah janin, dan D.N.A dari T. gondii dengan P.C.R darah janin ataupun cairan ketuban.
  • 17.  Diagnostik prenatal yang berdasarkan amniosentesis (aspirasi cairan ketuban), saat ini paling sering dilakukan guna mendeteksi adanya infeksi janin kongenital.  Dengan tindakan diagnostik prenatal ini akan diperoleh deteksi DNA (Deoxyribonucleic acid) T.gondii dalam cairan ketuban melalui metode PCR (Polymerase Chain Reaction) secara akurat dan cepat.
  • 18. TERAPI  Spiramycin 1-3 g/hari diberikan selama 3 minggu diselingi 25 mg pyrimethamine, 3 g sulfadiazine/hari selama 3 minggu juga sampai kelahiran
  • 19.
  • 20. RUBELA  Selama kehamilan, virus ini menjadi penyebab langsung kematian janin dan bahkan yang paling penting malformasi kongenital berat.  Dianjurkan untuk melakukan vaksinasi, terutama pada wanita berusia subur.
  • 21. Diagnosis  Konfirmasi infeksi rubela  sulit dilakukan.  Gambaran klinisnya mirip dengan penyakit lain, dan sekitar seperempat dari infeksi rubela bersifat subklinis walaupun terjadi viremia yang telah menginfeksi mudigah atau janin.
  • 22.  Viremia mendahului gejala klinis sekitar 1 minggu  Orang nonimun yang mengalami viremia rubela akan memperlihatkan titer puncak antibodi 1 sampai 2 minggu setelah awitan ruam.
  • 23.  Seiring dengan meningkatnya usia kehamilan, infeksi pada janin semakin kecil menyebabkan malformasi kongenital.  Cacat rubela dijumpai pada semua bayi yang memperlihatkan tanda infeksi intrauterus sebelum minggu ke-11, tetapi hanya 35% dari mereka yang terinfeksi pada usia 13 sampai 16 minggu
  • 24. Sindrom Rubela Kongenital  Lesi mata, termasuk katarak, glaukoma  Penyakit jantung, termasuk duktus arteriosus paten, defek septum.  Tuli sensorineural  Defek susunan saraf pusat  microcephaly  Hambatan pertumbuhan janin  Hepatosplenomegali dan ikterus  Perubahan tulang
  • 25.
  • 26. Bayi yang lahir dengan rubela kongenital menyebarkan virus sehingga merupakan ancaman bagi bayi lain, serta orang dewasa rentan yang berkontak dengan bayi tersebut.
  • 27.
  • 28.  Virus ini menyebabkan pembengkakan sel yang karakteristik sehingga terlihat sel membesar (sitomegali) dan tampak sebagai gambaran mata burung hantu.
  • 29. Penularan  Transmisi horisontal terjadi melalui “droplet infection” dan kontak dengan air ludah.  Transmisi vertikal penularan proses infeksi maternal ke janin.  transplasenta.
  • 30.  Infeksi CMV yang terjadi karena pemaparan pertama kali atas individu  infeksi primer.  Infeksi primer berlangsung simtomatis ataupun asimtomatis serta virus akan menetap dalam jaringan hospes dalam waktu yang tak terbatas  infeksi laten.
  • 31.  Transmisi CMV dari ibu ke janin dapat terjadi selama kehamilan, dan infeksi pada umur kehamilan kurang sampai 16 minggu menyebabkan kerusakan serius.  Infeksi eksogenus dapat bersifat primer yaitu terjadi pada ibu hamil dengan pola imunologis seronegatif dan non primer bila ibu hamil dengan seropositif.  Infeksi endogenus  suatu reaktivasi virus yang sebelumnya dalam keadaan laten.
  • 32. DIAGNOSIS  Metode serologis  diagnosa infeksi maternal primer dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan dari seronegatif menjadi seropositif (tampak adanya IgM dan IgG anti CMV)  Metode virologis, viremia maternal dapat ditegakkan dengan menggunakan uji immuno fluoresen.
  • 33. DIAGNOSIS PRENATAL  Diagnosis prenatal harus dikerjakan terhadap ibu dengan kehamilan yang menunjukkan infeksi primer pada umur kehamilan sampai 20 minggu.  Diagnosis prenatal metode PCR dan isolasi virus pada cairan ketuban yang diperoleh setelah amniosentesis.
  • 34.  Kemungkinan infeksi CMV intrauterin bila didapatkan : Oligohidramnion, Polihidramnion Hidrops non imun Asites janin Gangguan pertumbuhan janin Mikrosefali, Ventrikulomegali serebral (hidrosefalus)
  • 35. TERAPI DAN KONSELING  Saat ini terminasi kehamilan merupakan satu-satunya terapi intervensi karena pengobatan dengan anti virus (ganciclovir) tidak memberi hasil yang efektif serta memuaskan.  Dengan demikian konseling, infeksi primer yang terjadi pada umur kehamilan  20 minggu setelah memperhatikan hasil diagnosis prenatal  dapat dipertimbangkan terminasi kehamilan
  • 36.
  • 37. Virologi  Berdasarkan perbedaan imunologi dapat dikenali 2 jenis herpes simpleks virus (HSV)  HSV tipe 1 (Non genital)  HSV tipe 2 (Genital) dan ditularkan melalui hubungan seksual.
  • 38. Diagnosis  Penemuan virus dengan biakan jaringan merupakan konfirmasi paling optimal untuk membuktikan infeksi klinis.
  • 39. Perjalanan penyakit selama kehamilan  80 persen wanita yang terjangkit infeksi herpes genitalis mengalami kekambuhan simtomatik sebanyak 2-4 kali selama hamil  Kekambuhan klinis tampaknya sedikit lebih sering pada kehamilan tahap lanjut.
  • 40. Pada Janin dan Neonatus  Janin hampir selalui terinfeksi oleh virus yang di keluarkan dari serviks atau saluran genital bawah.  Virus menginvasi uterus setelah selaput ketuban pecah atau berkontak dengan janin saat persalinan.
  • 41. Infeksi pada Neonatus  Diseminata  keterlibatan organ-organ dalam mayor  Lokalisata  Keterlibatan terbatas pada mata, kulit atau mukosa  Asimtomatik.
  • 42. Penatalaksanaan Antepartum  Seksio sesarea diindikasikan pada wanita dengan lesi genital aktif.  Dengan demikian seksio sesarea dilakukan hanya apabila tampak lesi primer atau rekuren saat mejelang persalinan atau saat selaput ketuban pecah.
  • 43. ASUHAN KEPERAWATAN  PENGKAJIAN :  Identitas Klien  Keluhan utama : demam  Riwayat kesehatan : suhu tubuh meningkat, malaise, sakit tenggorokan, mual muntah, nyeri otot  Riwayat kesehatan dahulu :  A. Klien sering kontak langsung dengan binatang  B. Sering mengkonsumsi daging setengah matang  C. Klien pernah mendapatkan transfusi darah
  • 44.  PENGKAJIAN :  Data Psikologis  Data psikospiritual  Data sosial dan ekonomi  Pemeriksaan fisik  Mata : nyeri, asites  Sistem pencernaan : diare, mual dan muntah  Integument : suka berkeringat malam, suhu tubuh meningkat, timbulnya rush pada kulit,
  • 45. • Pemeriksaan Diagnostik 1. Anti toxoplasmosis Ig-M dan Anti toxoplasmosis Ig- G (untuk mendeteksi infeksi Toxoplasma) • 2. Anti Rubella Ig-M dan Anti Rubella Ig-G (untuk mendeteksi infeksi rubella) • 3. Anti-CMV Ig-M dan anti CMV Ig-G (untuk mendeteksi infeksi rubella) • 4. Anti HSV2 Ig M dan anti HSV2 Ig-G (untuk infeksi virus Herpes)
  • 46.  DIAGNOSA KEPERAWATAN :  Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d proses infeksi  Hipertermi b/d peningkatan tingkat metabolisme penyakit  Kekurangan volume cairan b/d tidak adekuatnya masukan makanan dan cairan
  • 47. INTERVENSI KEPERAWATAN :  Diagnosa 1 : Nyeri b/d adanya proses infeksi / inflamasi  Tujuan : mengurangi nyeri  Kriteria hasil :  Klien melaporkan nyeri hilang dan terkontrol  Klien tampak rileks, klien mampu tidur/istirahat dengan tepat  Intervensi :  Berikan lingkungan yang tenang sesuai kebutuhan  Rasional : Menurunkan reaksi stimulasi dari luar atau sensitivitas pada cahaya dan meningkatkan istirahat  Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting  Rasional : Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri  Kolaborasi dengan tim medis lainnya dalam pemberian analgesic seperti asetamenofen  Rasional : untuk menghilangkan rasa nyeri yang berat
  • 48.  Diagnosa 2 : Hipertermia b/d peningkatan tingkat metabolisme penyakit ditandai dengan suhu 39,5°C, tubuh menggigil  Tujuan : Mendemontrasikan suhu dalam batas normal  Kriteria Hasil :  Terjadi penurunan suhu  Kulit tidak ada kemerahan dan hangat waktu disentuh  Penurunan tingkat pernapasan  Intervensi :  Monitor tanda-tanda vital : suhu tubuh  Rasional : sebagai indikator untuk mengetahui status hipertermi  Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang sedikitnya 2000 ml/hari untuk mencegah dehidrasi  Rasional : dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi  Berikan kompres dengan air biasa pada lipatan ketiak dan femur  Rasional : menghambat pusat simpatis dihipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan  Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat  Rasional : Kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya jamur, mengurangi kenyamanan
  • 49.  Diagnosa 3 : Kekurangan volume cairan b/d tidak adekuatnya masukan makanan dan cairan ditandai dengan diare  Tujuan : memenuhi kebutuhan cairan tubuh  Kriteria Hasil :  Mempertahankan volume sirkulasi adekuat  Tanda-tanda vital dalam batas normal  Nadi perifer teraba  Haluaran urine adekuat  Membrane mukosa lembab  Intervensi :  Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering dan tawarkan makan pagi paling besar  Rasional : Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia  Berikan perawatan mulut sebelum makan  Rasional : Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan napsu makan  Anjurkan makan pada posisi duduk tegak  Rasional : menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan  Konsul pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan pasien  Rasional : Berguna dalam program diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi