SlideShare a Scribd company logo
1 of 35
Lintang Savitri (M22010006)
Nur Syehsyan Nabila WP
Pada ibu hamil, parasit ini bisa
menembus plasenta dan menginfeksi
janin, menyebabkan toxoplasmosis
kongenital. Dalam tubuh, T. gondii
cenderung menginfeksi berbagai
jaringan, termasuk otak dan otot, yang
bisa menyebabkan inflamasi dan
kerusakan jaringan. Pada janin dan bayi
baru lahir, hal ini bisa berakibat pada
masalah serius seperti hidrosefalus,
kalsifikasi intrakranial, dan retardasi
mental, tergantung pada tingkat
keparahan infeksi dan waktu terjadinya
infeksi selama kehamilan
Patofisiologi toksoplasmosis maternal terjadi
ketika parasit Toxoplasma gondii, yang
dilepaskan melalui feses kucing, terkonsumsi
oleh manusia, mengubahnya menjadi tahap
tachyzoite yang berbahaya. Tachyzoites ini
berlokalisasi di jaringan saraf dan otot, dan
berubah menjadi kista jaringan bradyzoite. Pada
wanita hamil, infeksi ini dapat menyebar
melalui aliran darah ke janin, yang dapat
mengakibatkan infeksi kongenital dan berbagai
komplikasi pada perkembangan janin. Diagnosis
bisa dilakukan melalui pemeriksaan serologi
atau identifikasi langsung parasit dalam darah
perifer, cairan amnion, atau potongan jaringan.
Pencegahan:
• Menghindari mengonsumsi daging
yang kurang matang atau sayuran
yang tidak dicuci dengan baik.
• Mencuci tangan dengan sabun
setelah menyentuh daging mentah
atau tanah yang mungkin
terkontaminasi.
• Menghindari kontak dengan feses
kucing dan mengganti pasir kucing
dengan hati-hati, lebih baik
dilakukan oleh orang lain.
2. Pemeriksaan penunjang:
- Tes serologis untuk mendeteksi antibodi terhadap Toxoplasma
gondii.
- Amniocentesis dan PCR pada cairan amnion untuk mendeteksi
infeksi janin.
3. Terapi farmakologis:
- Spiramisin untuk mengurangi transmisi vertikal selama
trimester pertama.
- Kombinasi pirimetamin, sulfadiazin, dan asam folat setelah
trimester pertama, jika terjadi infeksi janin.
4. Terapi non farmakologis:
- Edukasi tentang pencegahan dan higiene kepada ibu hamil.
- Pemantauan ultrasonografi untuk menilai kondisi janin secara
berkala.
Rubella, atau campak Jerman, disebabkan
oleh virus RNA Togavirus yang saat
menginfeksi wanita hamil dapat
menyebabkan gangguan serius pada
pembentukan organ janin, termasuk
keguguran, lahir mati, dan aborsi
terapeutik. Infeksi pada trimester pertama
sangat kritis, dengan risiko tinggi
melahirkan bayi dengan Sindrom Rubella
Kongenital (SRC) yang mencapai 52%-85%
tergantung pada usia kehamilan saat
infeksi. SRC dapat menyebabkan berbagai
cacat seperti katarak, kelainan jantung, dan
tuli. Rubella menyebar melalui aerosol
pernapasan, bereplikasi di sel nasofaring
sebelum menyebar ke organ lain melalui
darah, dengan kekebalan seumur hidup
setelah infeksi atau vaksinasi.
Pada wanita hamil terutama pada trimester
awal melibatkan infeksi virus rubella yang
menyebabkan perlambatan enzimatik dalam
metabolisme dan katabolisme vitamin A,
sehingga mengakumulasi di hati. Ini berujung
pada kerusakan hati akut dan kolestasis. Akibat
kerusakan sel hati, asam retinoat bocor ke
dalam empedu dan ester retinil merembes ke
dalam sirkulasi darah. Kerusakan ini kemudian
berlanjut pada tingkat seluler dengan kerusakan
mitokondria, apoptosis, dan perubahan DNA,
yang menyebabkan timbulnya Sindrom Rubella
Kongenital pada janin.
Pencegahan:
• Vaksinasi MMR (campak,
gondongan, dan rubella) adalah
metode pencegahan yang paling
efektif.
• Wanita usia subur dapat disaring
untuk kekebalan terhadap rubella,
dan bila belum kebal, vaksinasi
direkomendasikan sebelum
kehamilan.
• Menghindari kontak dekat dengan
orang yang terinfeksi rubella.
2. Pemeriksaan Penunjang:
- Pemeriksaan serologis untuk mendeteksi antibodi IgM dan IgG terhadap
virus rubella, yang menunjukkan infeksi baru atau kekebalan terhadap virus.
3. Terapi Farmakologis:
- Tidak ada terapi farmakologis spesifik untuk rubella pada wanita
hamil; pengelolaan tergantung pada usia kehamilan dan risiko terhadap
janin.
4. Terapi Non-Farmakologis:
- Pemantauan kehamilan dengan ultrasonografi untuk deteksi malformasi
janin.
- Konseling tentang risiko dan manajemen kehamilan termasuk
pertimbangan untuk terminasi kehamilan jika infeksi terjadi sebelum 18
minggu kehamilan.
- Manajemen neonatal khusus untuk bayi yang lahir dengan sindrom
rubella kongenital.
Patofisiologi CMV (Cytomegalovirus) maternal dimulai dengan infeksi awal
yang bereplikasi dalam sel epitel oral. Sel-sel yang terinfeksi menunjukkan
inklusi nuklear khas "owl's eye" dan menjadi sitomegalik. Tubuh merespons
dengan respon imun seluler yang mengarah ke fase laten, di mana virus tetap
tidak aktif dalam monosit, makrofag, dan limfosit. Pada kondisi imunosupresi,
CMV dapat bereaktivasi, meningkatkan risiko transmisi vertikal ke janin yang
bisa menyebabkan komplikasi kongenital serius.
• Pencegahan: Mencuci tangan secara
menyeluruh dan sering, terutama
setelah kontak dengan anak-anak
atau benda yang terkontaminasi
oleh cairan tubuh. Hindari kontak
dekat dengan anak kecil, seperti
mencium atau berbagi makanan dan
minuman, untuk mengurangi risiko
terkena infeksi CMV.
2. Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan serologi untuk mendeteksi antibodi
CMV IgM dan IgG yang menandakan infeksi baru atau lama. Tes PCR dapat
digunakan untuk mendeteksi keberadaan virus dalam darah atau cairan
tubuh lainnya.
3. Terapi Farmakologis: Penggunaan obat antivirus seperti ganciclovir atau
valganciclovir dapat direkomendasikan untuk kasus tertentu, terutama pada
individu dengan sistem imun yang lemah atau pada bayi yang terinfeksi.
4. Terapi Non Farmakologis: Praktek kebersihan yang baik, seperti mencuci
tangan dan sanitasi yang baik. Pendidikan dan konseling untuk ibu hamil
tentang cara mengurangi risiko penularan CMV juga merupakan bagian
penting dari manajemen non farmakologis.
Patofisiologi herpes neonatal berkaitan dengan
penularan virus HSV (Herpes Simplex Virus)
selama kehamilan atau saat persalinan. Infeksi
genital HSV baru pada ibu hamil memiliki
risiko tinggi terjadinya transmisi ke janin yang
dapat mencapai 25-50%, tergantung pada
waktu dan keberadaan antibodi maternal
terhadap virus. Reaktivasi HSV yang sudah ada
pada ibu hamil memiliki risiko transmisi <1%.
Intervensi meliputi pengujian serologis, terapi
antivirus bagi ibu dan pasangan, serta evaluasi
klinis dan terapi antivirus pada neonatus yang
terpapar.
Pencegahan:
• Penggunaan kondom yang konsisten
dan benar dapat menurunkan risiko
penularan HSV-2.
• Sunat medis pada pria menunjukkan
penurunan risiko penularan HSV.
• Prophylaxis dengan tenofovir dan
emtricitabine dapat menurunkan
risiko pada pasangan heteroseksual.
2. Pemeriksaan penunjang:
- Diagnosa klinis dapat dikonfirmasi dengan pengujian virologis tipe-
spesifik dari lesi menggunakan NAAT atau kultur.
- Tes serologis tipe-spesifik dapat digunakan untuk membantu diagnosis
HSV.
3. Terapi farmakologis:
- Obat antivirus seperti acyclovir, valacyclovir, dan famciclovir efektif
untuk pengobatan episodik dan terapi supresif.
- Terapi harus disesuaikan jika ada kehamilan atau jika pasien memiliki
penyakit berat atau komplikasi.
4. Terapi non farmakologis:
- Konseling pasien dan pasangan seksual sangat penting, termasuk
pendidikan tentang penyakit dan cara mengurangi penularan.
Patofisiologi HIV pada ibu hamil melibatkan
risiko transmisi vertikal dari ibu ke janin. HIV
masuk ke dalam sel inang melalui fusi dengan
permukaan sel, dimana RNA virus
ditranskripsikan terbalik menjadi DNA virus.
DNA virus kemudian terintegrasi ke dalam DNA
inang, memungkinkan virus untuk bereplikasi
bersama sel inang. Selama kehamilan, HIV
dapat melewati plasenta dan menginfeksi janin,
yang dapat menyebabkan infeksi HIV
kongenital, mempengaruhi sistem imun janin
dan meningkatkan risiko komplikasi jangka
panjang pada anak.
Untuk mencegah transmisi vertikal HIV dari
ibu ke janin, pilihan metode persalinan
disesuaikan dengan kadar viral load dan
penggunaan antiretroviral (ARV) pada ibu.
Persalinan pervaginam direkomendasikan jika
ibu telah mengonsumsi ARV teratur selama
lebih dari 6 bulan dan memiliki kadar viral
load di bawah 1000 kopi/mL pada usia
kehamilan 36 minggu. Bila viral load lebih
tinggi atau tidak diketahui, sectio caesarea
elektif pada usia kehamilan 38 minggu
direkomendasikan untuk mengurangi risiko
transmisi.
2. Pemeriksaan Penunjang: Monitoring melalui pemeriksaan viral load dan
CD4 penting untuk menilai respons terhadap terapi ARV. Pemeriksaan viral
load harus dilakukan pada bulan ke-6 dan ke-12 setelah memulai ARV,
kemudian setiap 12 bulan. Pemeriksaan CD4 dilakukan setiap 6 bulan untuk
menilai respons imun dan menentukan perlunya profilaksis infeksi
oportunistik.
3. Terapi Farmakologis: Ibu hamil dengan infeksi HIV harus menerima ARV
dengan regimen yang sama dengan orang dewasa yang tidak hamil. Pada
kegagalan terapi ARV, resistensi silang dapat terjadi, yang memerlukan
perubahan regimen ARV. Profilaksis infeksi oportunistik dengan cotrimoxazole
direkomendasikan pada pasien dengan CD4 kurang dari 200 sel/μL atau
pada pasien dengan TB, tanpa memandang jumlah CD4.
4. Terapi Non-Farmakologis: Pada bayi yang lahir dari ibu dengan HIV,
ARV profilaksis harus diberikan sejak usia 6-12 jam setelah lahir untuk
mencegah transmisi vertikal, terutama selama proses persalinan.
Patofisiologi sifilis maternal menggambarkan
proses infeksi dan perkembangan penyakit
setelah kontak dengan Treponema pallidum.
Pada ibu hamil, sifilis dimulai dengan fase
primer yang menunjukkan chancre di area
genital, perianal, atau ekstragenital dalam 9-
90 hari setelah terpapar. Ini berkembang ke
fase sekunder dengan ruam, masalah
neurologis, mata, pertumbuhan seperti kutil,
rambut rontok, dan hepatitis dalam 4-10
minggu. Jika tidak diobati, 25% kasus masuk
fase laten dan akhirnya bisa berujung pada
penyakit tersier dengan kerusakan neurologis,
kardiovaskular, dan gummatous. Infeksi
maternal dapat menularkan sifilis ke janin,
menyebabkan sifilis kongenital.
Pencegahan: Penggunaan kondom saat
berhubungan seksual, memiliki pasangan
seksual monogami dan bebas dari PMS,
menghindari kontak seksual dengan orang yang
menunjukkan gejala sifilis, serta menjalani
tes rutin untuk PMS terutama bagi yang
berisiko tinggi terinfeksi.
2. Pemeriksaan penunjang: Melakukan screening dan diagnosis dini pada
kunjungan prenatal pertama, sangat penting untuk deteksi dan pengobatan
sifilis sejak dini.
3. Terapi farmakologis: Pengobatan utama untuk ibu hamil adalah dengan
penisilin, yang merupakan pilihan terbaik untuk mencegah transmisi sifilis
ke janin.
4. Terapi non farmakologis: Untuk bayi baru lahir yang didiagnosis dengan
sifilis kongenital atau berisiko tinggi, dilakukan evaluasi dan diagnosis yang
teliti, serta pengobatan dengan penisilin intravena atau intramuskular.
Selanjutnya, bayi yang telah diobati dipantau dengan tes darah secara
berkala untuk memastikan keberhasilan pengobatan.
American College of Obstetricians and Gynecologists. Practice Bulletin No.
234: Screening and Management of Pregnant Women With HIV Infection.
Obstet Gynecol. 2021;137(6):e1-e19.
Jaan A, Rajnik M. TORCH Complex. In: StatPearls. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; July 17, 2023
Mofenson LM, Brady MT, Danner SP, et al. Guidelines for the Prevention
and Treatment of Opportunistic Infections Among HIV-Exposed and HIV-
Infected Children: Recommendations from CDC, the National Institutes of
Health, the HIV Medicine Association of the Infectious Diseases Society of
America, the Pediatric Infectious Diseases Society, and the American
Academy of Pediatrics. MMWR Recomm Rep. 2009;58(RR-11):1-166.
Robert-Gangneux, Florence & Dardé, Marie Laure. (2012). Epidemiology of
and Diagnostic Strategies for Toxoplasmosis. Clinical microbiology reviews.
25. 264-96. 10.1128/CMR.05013-11.
ppt Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) kel.3.pptx

More Related Content

Similar to ppt Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) kel.3.pptx

PPT KEL.3 fix-1.pptx
PPT KEL.3 fix-1.pptxPPT KEL.3 fix-1.pptx
PPT KEL.3 fix-1.pptxArwanDiana
 
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi,
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi,
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, pjj_kemenkes
 
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Gangguan Ferti...
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Gangguan Ferti...Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Gangguan Ferti...
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Gangguan Ferti...pjj_kemenkes
 
Darurat Bebas MR - Pengenalan dan Urgensi Vaksinasi MR
Darurat Bebas MR - Pengenalan dan Urgensi Vaksinasi MRDarurat Bebas MR - Pengenalan dan Urgensi Vaksinasi MR
Darurat Bebas MR - Pengenalan dan Urgensi Vaksinasi MRM. Ichsan Rasyid
 
Hiv aids tropis i
Hiv aids tropis iHiv aids tropis i
Hiv aids tropis iAnggaN7
 
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdf
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdfInfeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdf
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdfWahyudi748919
 
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdf
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdfInfeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdf
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdfWahyudi748919
 
HIV (1).pptx
HIV (1).pptxHIV (1).pptx
HIV (1).pptxHandoko87
 
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV.pptxASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV.pptxNurMeirita
 
SITOMEGALOVIRUS TERHADAP KEHAMILAN
SITOMEGALOVIRUS TERHADAP KEHAMILANSITOMEGALOVIRUS TERHADAP KEHAMILAN
SITOMEGALOVIRUS TERHADAP KEHAMILANEka Tiara Dewi
 
Imunisasi hepatitis dan campak
Imunisasi hepatitis dan campakImunisasi hepatitis dan campak
Imunisasi hepatitis dan campakSandi Saputra
 
penyuluhan hepatitis di puskesmas pademangan
penyuluhan hepatitis di puskesmas pademanganpenyuluhan hepatitis di puskesmas pademangan
penyuluhan hepatitis di puskesmas pademangantaniajannah1
 
Varisela dalam kehamilan
Varisela dalam kehamilanVarisela dalam kehamilan
Varisela dalam kehamilanHendrik Sutopo
 
Konsep hiv
Konsep hivKonsep hiv
Konsep hivAnggaN7
 
Ppt bu ayu torch
Ppt bu ayu torchPpt bu ayu torch
Ppt bu ayu torchresiy
 
Penyakit sistemik kehamilan3
Penyakit sistemik  kehamilan3Penyakit sistemik  kehamilan3
Penyakit sistemik kehamilan3diajengeni
 

Similar to ppt Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) kel.3.pptx (20)

PPT KEL.3 fix-1.pptx
PPT KEL.3 fix-1.pptxPPT KEL.3 fix-1.pptx
PPT KEL.3 fix-1.pptx
 
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi,
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi,
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi,
 
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Gangguan Ferti...
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Gangguan Ferti...Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Gangguan Ferti...
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Gangguan Ferti...
 
Darurat Bebas MR - Pengenalan dan Urgensi Vaksinasi MR
Darurat Bebas MR - Pengenalan dan Urgensi Vaksinasi MRDarurat Bebas MR - Pengenalan dan Urgensi Vaksinasi MR
Darurat Bebas MR - Pengenalan dan Urgensi Vaksinasi MR
 
Hiv aids tropis i
Hiv aids tropis iHiv aids tropis i
Hiv aids tropis i
 
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdf
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdfInfeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdf
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdf
 
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdf
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdfInfeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdf
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdf
 
Hepatitis Virus A
Hepatitis Virus AHepatitis Virus A
Hepatitis Virus A
 
HIV (1).pptx
HIV (1).pptxHIV (1).pptx
HIV (1).pptx
 
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV.pptxASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV.pptx
 
Kelompok 11
Kelompok 11Kelompok 11
Kelompok 11
 
SITOMEGALOVIRUS TERHADAP KEHAMILAN
SITOMEGALOVIRUS TERHADAP KEHAMILANSITOMEGALOVIRUS TERHADAP KEHAMILAN
SITOMEGALOVIRUS TERHADAP KEHAMILAN
 
Imunisasi hepatitis dan campak
Imunisasi hepatitis dan campakImunisasi hepatitis dan campak
Imunisasi hepatitis dan campak
 
HIV pada Anak
HIV pada AnakHIV pada Anak
HIV pada Anak
 
penyuluhan hepatitis di puskesmas pademangan
penyuluhan hepatitis di puskesmas pademanganpenyuluhan hepatitis di puskesmas pademangan
penyuluhan hepatitis di puskesmas pademangan
 
Varisela dalam kehamilan
Varisela dalam kehamilanVarisela dalam kehamilan
Varisela dalam kehamilan
 
Konsep hiv
Konsep hivKonsep hiv
Konsep hiv
 
Ppt bu ayu torch
Ppt bu ayu torchPpt bu ayu torch
Ppt bu ayu torch
 
Vaksinasi
VaksinasiVaksinasi
Vaksinasi
 
Penyakit sistemik kehamilan3
Penyakit sistemik  kehamilan3Penyakit sistemik  kehamilan3
Penyakit sistemik kehamilan3
 

Recently uploaded

Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 

Recently uploaded (20)

Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 

ppt Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) kel.3.pptx

  • 1. Lintang Savitri (M22010006) Nur Syehsyan Nabila WP
  • 2.
  • 3.
  • 4. Pada ibu hamil, parasit ini bisa menembus plasenta dan menginfeksi janin, menyebabkan toxoplasmosis kongenital. Dalam tubuh, T. gondii cenderung menginfeksi berbagai jaringan, termasuk otak dan otot, yang bisa menyebabkan inflamasi dan kerusakan jaringan. Pada janin dan bayi baru lahir, hal ini bisa berakibat pada masalah serius seperti hidrosefalus, kalsifikasi intrakranial, dan retardasi mental, tergantung pada tingkat keparahan infeksi dan waktu terjadinya infeksi selama kehamilan
  • 5. Patofisiologi toksoplasmosis maternal terjadi ketika parasit Toxoplasma gondii, yang dilepaskan melalui feses kucing, terkonsumsi oleh manusia, mengubahnya menjadi tahap tachyzoite yang berbahaya. Tachyzoites ini berlokalisasi di jaringan saraf dan otot, dan berubah menjadi kista jaringan bradyzoite. Pada wanita hamil, infeksi ini dapat menyebar melalui aliran darah ke janin, yang dapat mengakibatkan infeksi kongenital dan berbagai komplikasi pada perkembangan janin. Diagnosis bisa dilakukan melalui pemeriksaan serologi atau identifikasi langsung parasit dalam darah perifer, cairan amnion, atau potongan jaringan.
  • 6. Pencegahan: • Menghindari mengonsumsi daging yang kurang matang atau sayuran yang tidak dicuci dengan baik. • Mencuci tangan dengan sabun setelah menyentuh daging mentah atau tanah yang mungkin terkontaminasi. • Menghindari kontak dengan feses kucing dan mengganti pasir kucing dengan hati-hati, lebih baik dilakukan oleh orang lain.
  • 7. 2. Pemeriksaan penunjang: - Tes serologis untuk mendeteksi antibodi terhadap Toxoplasma gondii. - Amniocentesis dan PCR pada cairan amnion untuk mendeteksi infeksi janin. 3. Terapi farmakologis: - Spiramisin untuk mengurangi transmisi vertikal selama trimester pertama. - Kombinasi pirimetamin, sulfadiazin, dan asam folat setelah trimester pertama, jika terjadi infeksi janin. 4. Terapi non farmakologis: - Edukasi tentang pencegahan dan higiene kepada ibu hamil. - Pemantauan ultrasonografi untuk menilai kondisi janin secara berkala.
  • 8.
  • 9.
  • 10. Rubella, atau campak Jerman, disebabkan oleh virus RNA Togavirus yang saat menginfeksi wanita hamil dapat menyebabkan gangguan serius pada pembentukan organ janin, termasuk keguguran, lahir mati, dan aborsi terapeutik. Infeksi pada trimester pertama sangat kritis, dengan risiko tinggi melahirkan bayi dengan Sindrom Rubella Kongenital (SRC) yang mencapai 52%-85% tergantung pada usia kehamilan saat infeksi. SRC dapat menyebabkan berbagai cacat seperti katarak, kelainan jantung, dan tuli. Rubella menyebar melalui aerosol pernapasan, bereplikasi di sel nasofaring sebelum menyebar ke organ lain melalui darah, dengan kekebalan seumur hidup setelah infeksi atau vaksinasi.
  • 11. Pada wanita hamil terutama pada trimester awal melibatkan infeksi virus rubella yang menyebabkan perlambatan enzimatik dalam metabolisme dan katabolisme vitamin A, sehingga mengakumulasi di hati. Ini berujung pada kerusakan hati akut dan kolestasis. Akibat kerusakan sel hati, asam retinoat bocor ke dalam empedu dan ester retinil merembes ke dalam sirkulasi darah. Kerusakan ini kemudian berlanjut pada tingkat seluler dengan kerusakan mitokondria, apoptosis, dan perubahan DNA, yang menyebabkan timbulnya Sindrom Rubella Kongenital pada janin.
  • 12. Pencegahan: • Vaksinasi MMR (campak, gondongan, dan rubella) adalah metode pencegahan yang paling efektif. • Wanita usia subur dapat disaring untuk kekebalan terhadap rubella, dan bila belum kebal, vaksinasi direkomendasikan sebelum kehamilan. • Menghindari kontak dekat dengan orang yang terinfeksi rubella.
  • 13. 2. Pemeriksaan Penunjang: - Pemeriksaan serologis untuk mendeteksi antibodi IgM dan IgG terhadap virus rubella, yang menunjukkan infeksi baru atau kekebalan terhadap virus. 3. Terapi Farmakologis: - Tidak ada terapi farmakologis spesifik untuk rubella pada wanita hamil; pengelolaan tergantung pada usia kehamilan dan risiko terhadap janin. 4. Terapi Non-Farmakologis: - Pemantauan kehamilan dengan ultrasonografi untuk deteksi malformasi janin. - Konseling tentang risiko dan manajemen kehamilan termasuk pertimbangan untuk terminasi kehamilan jika infeksi terjadi sebelum 18 minggu kehamilan. - Manajemen neonatal khusus untuk bayi yang lahir dengan sindrom rubella kongenital.
  • 14.
  • 15.
  • 16. Patofisiologi CMV (Cytomegalovirus) maternal dimulai dengan infeksi awal yang bereplikasi dalam sel epitel oral. Sel-sel yang terinfeksi menunjukkan inklusi nuklear khas "owl's eye" dan menjadi sitomegalik. Tubuh merespons dengan respon imun seluler yang mengarah ke fase laten, di mana virus tetap tidak aktif dalam monosit, makrofag, dan limfosit. Pada kondisi imunosupresi, CMV dapat bereaktivasi, meningkatkan risiko transmisi vertikal ke janin yang bisa menyebabkan komplikasi kongenital serius.
  • 17. • Pencegahan: Mencuci tangan secara menyeluruh dan sering, terutama setelah kontak dengan anak-anak atau benda yang terkontaminasi oleh cairan tubuh. Hindari kontak dekat dengan anak kecil, seperti mencium atau berbagi makanan dan minuman, untuk mengurangi risiko terkena infeksi CMV.
  • 18. 2. Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan serologi untuk mendeteksi antibodi CMV IgM dan IgG yang menandakan infeksi baru atau lama. Tes PCR dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan virus dalam darah atau cairan tubuh lainnya. 3. Terapi Farmakologis: Penggunaan obat antivirus seperti ganciclovir atau valganciclovir dapat direkomendasikan untuk kasus tertentu, terutama pada individu dengan sistem imun yang lemah atau pada bayi yang terinfeksi. 4. Terapi Non Farmakologis: Praktek kebersihan yang baik, seperti mencuci tangan dan sanitasi yang baik. Pendidikan dan konseling untuk ibu hamil tentang cara mengurangi risiko penularan CMV juga merupakan bagian penting dari manajemen non farmakologis.
  • 19.
  • 20.
  • 21. Patofisiologi herpes neonatal berkaitan dengan penularan virus HSV (Herpes Simplex Virus) selama kehamilan atau saat persalinan. Infeksi genital HSV baru pada ibu hamil memiliki risiko tinggi terjadinya transmisi ke janin yang dapat mencapai 25-50%, tergantung pada waktu dan keberadaan antibodi maternal terhadap virus. Reaktivasi HSV yang sudah ada pada ibu hamil memiliki risiko transmisi <1%. Intervensi meliputi pengujian serologis, terapi antivirus bagi ibu dan pasangan, serta evaluasi klinis dan terapi antivirus pada neonatus yang terpapar.
  • 22. Pencegahan: • Penggunaan kondom yang konsisten dan benar dapat menurunkan risiko penularan HSV-2. • Sunat medis pada pria menunjukkan penurunan risiko penularan HSV. • Prophylaxis dengan tenofovir dan emtricitabine dapat menurunkan risiko pada pasangan heteroseksual.
  • 23. 2. Pemeriksaan penunjang: - Diagnosa klinis dapat dikonfirmasi dengan pengujian virologis tipe- spesifik dari lesi menggunakan NAAT atau kultur. - Tes serologis tipe-spesifik dapat digunakan untuk membantu diagnosis HSV. 3. Terapi farmakologis: - Obat antivirus seperti acyclovir, valacyclovir, dan famciclovir efektif untuk pengobatan episodik dan terapi supresif. - Terapi harus disesuaikan jika ada kehamilan atau jika pasien memiliki penyakit berat atau komplikasi. 4. Terapi non farmakologis: - Konseling pasien dan pasangan seksual sangat penting, termasuk pendidikan tentang penyakit dan cara mengurangi penularan.
  • 24.
  • 25.
  • 26. Patofisiologi HIV pada ibu hamil melibatkan risiko transmisi vertikal dari ibu ke janin. HIV masuk ke dalam sel inang melalui fusi dengan permukaan sel, dimana RNA virus ditranskripsikan terbalik menjadi DNA virus. DNA virus kemudian terintegrasi ke dalam DNA inang, memungkinkan virus untuk bereplikasi bersama sel inang. Selama kehamilan, HIV dapat melewati plasenta dan menginfeksi janin, yang dapat menyebabkan infeksi HIV kongenital, mempengaruhi sistem imun janin dan meningkatkan risiko komplikasi jangka panjang pada anak.
  • 27. Untuk mencegah transmisi vertikal HIV dari ibu ke janin, pilihan metode persalinan disesuaikan dengan kadar viral load dan penggunaan antiretroviral (ARV) pada ibu. Persalinan pervaginam direkomendasikan jika ibu telah mengonsumsi ARV teratur selama lebih dari 6 bulan dan memiliki kadar viral load di bawah 1000 kopi/mL pada usia kehamilan 36 minggu. Bila viral load lebih tinggi atau tidak diketahui, sectio caesarea elektif pada usia kehamilan 38 minggu direkomendasikan untuk mengurangi risiko transmisi.
  • 28. 2. Pemeriksaan Penunjang: Monitoring melalui pemeriksaan viral load dan CD4 penting untuk menilai respons terhadap terapi ARV. Pemeriksaan viral load harus dilakukan pada bulan ke-6 dan ke-12 setelah memulai ARV, kemudian setiap 12 bulan. Pemeriksaan CD4 dilakukan setiap 6 bulan untuk menilai respons imun dan menentukan perlunya profilaksis infeksi oportunistik. 3. Terapi Farmakologis: Ibu hamil dengan infeksi HIV harus menerima ARV dengan regimen yang sama dengan orang dewasa yang tidak hamil. Pada kegagalan terapi ARV, resistensi silang dapat terjadi, yang memerlukan perubahan regimen ARV. Profilaksis infeksi oportunistik dengan cotrimoxazole direkomendasikan pada pasien dengan CD4 kurang dari 200 sel/μL atau pada pasien dengan TB, tanpa memandang jumlah CD4. 4. Terapi Non-Farmakologis: Pada bayi yang lahir dari ibu dengan HIV, ARV profilaksis harus diberikan sejak usia 6-12 jam setelah lahir untuk mencegah transmisi vertikal, terutama selama proses persalinan.
  • 29.
  • 30. Patofisiologi sifilis maternal menggambarkan proses infeksi dan perkembangan penyakit setelah kontak dengan Treponema pallidum. Pada ibu hamil, sifilis dimulai dengan fase primer yang menunjukkan chancre di area genital, perianal, atau ekstragenital dalam 9- 90 hari setelah terpapar. Ini berkembang ke fase sekunder dengan ruam, masalah neurologis, mata, pertumbuhan seperti kutil, rambut rontok, dan hepatitis dalam 4-10 minggu. Jika tidak diobati, 25% kasus masuk fase laten dan akhirnya bisa berujung pada penyakit tersier dengan kerusakan neurologis, kardiovaskular, dan gummatous. Infeksi maternal dapat menularkan sifilis ke janin, menyebabkan sifilis kongenital.
  • 31. Pencegahan: Penggunaan kondom saat berhubungan seksual, memiliki pasangan seksual monogami dan bebas dari PMS, menghindari kontak seksual dengan orang yang menunjukkan gejala sifilis, serta menjalani tes rutin untuk PMS terutama bagi yang berisiko tinggi terinfeksi.
  • 32. 2. Pemeriksaan penunjang: Melakukan screening dan diagnosis dini pada kunjungan prenatal pertama, sangat penting untuk deteksi dan pengobatan sifilis sejak dini. 3. Terapi farmakologis: Pengobatan utama untuk ibu hamil adalah dengan penisilin, yang merupakan pilihan terbaik untuk mencegah transmisi sifilis ke janin. 4. Terapi non farmakologis: Untuk bayi baru lahir yang didiagnosis dengan sifilis kongenital atau berisiko tinggi, dilakukan evaluasi dan diagnosis yang teliti, serta pengobatan dengan penisilin intravena atau intramuskular. Selanjutnya, bayi yang telah diobati dipantau dengan tes darah secara berkala untuk memastikan keberhasilan pengobatan.
  • 33.
  • 34. American College of Obstetricians and Gynecologists. Practice Bulletin No. 234: Screening and Management of Pregnant Women With HIV Infection. Obstet Gynecol. 2021;137(6):e1-e19. Jaan A, Rajnik M. TORCH Complex. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; July 17, 2023 Mofenson LM, Brady MT, Danner SP, et al. Guidelines for the Prevention and Treatment of Opportunistic Infections Among HIV-Exposed and HIV- Infected Children: Recommendations from CDC, the National Institutes of Health, the HIV Medicine Association of the Infectious Diseases Society of America, the Pediatric Infectious Diseases Society, and the American Academy of Pediatrics. MMWR Recomm Rep. 2009;58(RR-11):1-166. Robert-Gangneux, Florence & Dardé, Marie Laure. (2012). Epidemiology of and Diagnostic Strategies for Toxoplasmosis. Clinical microbiology reviews. 25. 264-96. 10.1128/CMR.05013-11.