Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai pemberian obat melalui selang intravena, termasuk definisi, jenis-jenis pemberian (infus kontinu, intermiten, bolus), hal-hal yang perlu dipertimbangkan, reaksi tubuh, dan efek sampingnya. Pemberian obat secara intravena merupakan cara yang paling cepat dan pasti, namun jika dilakukan terlalu cepat dapat menyebabkan toksisitas, sedangkan terlalu lambat dapat
2. PENGERTIAN PEMBERIAN OBAT MELALUI
SELANG INTRAVENA
• Adalah pemasukan atau pemberian obat melalui jalur
pembuluh darah vena kedalam tubuh, diantaranya
melalui vena media cubitus/chepalica (daerah lengan),
vena saphenous (tungkai), vena jugularis (leher), vena
frontalis/temporalis di daerah frontal dan temporal
dari temporal, vena basilica, dan lain-lain.
• Pemberian obat intravena dapat dilakukan dengan cara
infus continue, infus intermitten ataupun dalam bentuk
bolus. Formulasi untuk ketiga cara pemberian ini tidak
dapat saling dipertukarkan, karena akan berakibat fatal
pada pasien.
3. 1. Infus intravena continue
Pemberian obat melalui infus yang continue bertujuan untuk
menghasilkan dan mempertahankan konsentrasi obat yang
konstan dalam darah, misalnya pada pemberian oksitosin
(Syntosinon®). Obat tersebut diberikan sebagia larutan yang
encer untuk mengurangi iritasi vena.Akan tetapi kita harus
yakin bahwa larutan obat yang disuntikkan lewat infus dapat
bercampur dengan larutan infusnya.Sebagai contoh, frusemid
(Furosemid) tidak dapat bercampur dengan larutan
Glukose/Dextrose.
4. 2.
•
Infus intermittent
Beberapa obat dapat diberikan sebagai infus selama 20 menit hingga 1 jam/ cara
pelaksanaannya bergantung pada apakah sudah ada infus yang terpasang atau
hanya obat tersebut yang akan diberikan melalui infus. Bila ada infus yang harus
diberikan bersamaan, kedua obat tersebut harus kompantibel dan digunakan twoway-tap. Bila hanya obat tersebut yang akan diinfuskan, kanula tersebut harus
dibilas sebelum dan setelah pemberian obat. Pemberian infus intermitten dapat
menyebabkan konsentrasi obat tersebut dalam plasma berfluktuasi, dan dapat
turun diatas atau dibawah kisaran terapeutik.Keadaan ini dapat menimbulkan
intoksikasi (keracunan) maupun kegagalan terapi.Konsentrasi yang berfluktuasi
tersebut dapat terjadi, misalnya pada wanita yang mendapatkan terapi antibiotic
atau heparin intravena.
5. 3. Pemberian secara bolus
Suntikan dapat diberikan langsung pada pembuluh vena atau pada selang infus (per-kap).
Penyuntikan langsung pada vena biasanya sedapat mungkin dihindari, karena alasan :
a. Penggunaan jarum baja untuk penyuntikan IV yang berkali-kali membawa resiko
ekstravasasi dan kerusakan jaringan.
b.Tanpa akses vena yang continue, setiap reaksi yang merugikan akan sulit ditangani.
Pemberian secara bolus lewat infus harus dilakukan dengan perlahan untuk
memungkinkan cairan infus mengalir terus dan mengencerkan obat yang
disuntikkan.Kecepatan penyuntikan tergantung pada jenis obatnya.Umumnya tidak
ada obat yang boleh disuntikkan secara intravena dengan kecepatan kurang dari satu
menit, kecuali jika paseinnya mengalami gagal jantung atau bila terdapat perdarahan
hebat (Loeb et al, 1993; McKenry & salerno, 1995).Sebagian besar obat dapat
disuntikkan dalam waktu satu hingga tiga menit dengan beberapa pengecualian
penting seperti epineprin (adrenalin), efedrin dan aminofilin (Swonger & Matejski,
1991).
6. B. Hal – hal yang perlu dipertimbangkan ketika jalur infus
dipakai untuk suntikan intravena
Untuk memudahkan akses vena, pembuluh vena yang merupakan tempat
pemasangan infus
harus berada dalam keadaan vasodilatasi. Karena itu daerah
tersebut harus hangat.
2.
Pungsi vena atau kanulasi vena akan menimbulkan nyeri. Rasa nyeri ini dapat
dikurangi dengan mengoleskan krim obat anastesi local. Preparat gel ametokain
(tertrakain)bekerja lebih cepat dan efektif daripada krim anastesi local lainnya.
Ametokain menimbulkan vasodilatasi sehingga berbeda dengan lignokain yang
menyebabkan vasokonstriksi. Sifat ini jelas amat penting ketika kita mengakses
pembuluh vena (Russel & Doyle, 1997). Namun seperti halnya pada pemasangan
semua kateter akan terdapat efek samping kecil, utamanya dari absorpsi sistematik.
3. Penbuluh darah perifer dapat mengempis atau kolaps pada keadaan syok sehingga
aksesnya sulit dilakukan; keadaan ini terjadi misalnya pada perdarahan postpartum.
Pembuluh darah dapat juga mengeras dengan pembentukan parut dan tidak bisa
diakses; hal ini terjadi karena penusukan yang sering misalnya pada ibu hamil
mendapatkan penyuntikan litium IV dengan pengambilan sampel darah yang teratur.
Umumnya sebuah pembuluh vena hanya dapat diharapkan tetap paten selama 48
jam.
1.
7. C. Reaksi tubuh dalam menerima obat intravena
Pemberian obat lewat infus atau intravena merupakan cara
pemberian yang paling cepat dan pasti. Penyuntikan bolus
dengan dosis tunggal akan memnghasilkan konsentrasi obat
yang tinggi di dalam plasma. Obat dengan cepat akan
mencapai kisaran terapeutiknya dan pencapaian kisaran
terapeutik yang cepat amat berguna dalam keadaan
emergensi. Jika obat diberikan terlalu cepat, kemungkinan
konsentrasinya akan melampaui kisaran terapeutik dan
memasuki kisaran toksik. Jika obat diberikan secara
perlahan, peningkatan konsentrasinya akan lebih lambat.
Dengan tindakan yang cermat, kecepatan pemberian obat
intra vena dapat diatur untuk mengoptimalkan efeknya dan
mengurangi efek samping.
8. D. Kerja dan efek samping obat/cara pemberian
1.
2.
3.
Ekstravasasi (kebocoran)
Plebitis
Infeksi