Dokumen tersebut membahas berbagai penyakit infeksi yang dapat terjadi pada ibu hamil beserta standar penanganannya, seperti toxoplasmosis, trichomonas vaginalis, candidiasis, malaria, amoebiasis, ascariasis, infeksi cacing, HIV/AIDS, influenza, hepatitis, dan herpes simpleks.
2. A. Toxoplasmosis
Penularan infeksi toxoplasmosis yang disebabkan oleh parasit
intraselular ini (Toxoplasma) terjadi melalui binatang (misalnya
kotoran binatang yang memakan daging mentah).
Infeksi ini dapat menimbulkan kelainan kongenital pada bayi berupa
triad (kelainan neurologik), hidrosefalus, kalsifikasi periventriculer,
chorioretinitis.
Diagnosa dilakukan secara test immunologik. :
1. Ig.M meninggi
2. Ig.G masih positif untuk beberapa tahun.
Pencegahan :
1. Cuci tangan setelah memegang kucing
2. Masaklah daging sampai cukup matang (≥ 66 °C)
3. Hati-hati terhadap kotoran binatang pengerat.
3. STANDAR PENANGANAN TOXOPLASMOSIS DALAM KEHAMILAN
1. Nama Penyakit
Toxoplasmosis : suatu penyakit menular yang berasal dari binatang dan
disebabkan parasit toxoplasmagondii.
Di AS insidensi toxoplasmosis pada kehamilan adalah 1 : 900.
2. Kriteria Diagnostik
a. 90 % asimtomatik
b. Gejala dan tanda : pembesaran KGB
c. Serologi Ig.M Toxoplasma (+), Ig.G Toxoplasma (+)
3. Diagnosa Banding
a. Infeksi mononucleusis EBV
b. Infeksi citomegalovirus
c. Infeksi virus lain
4. 4. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
b. Urine/darah rutin
c. Test serologi Ig.G dan Ig.M
d. Pemeriksaan sediaan langsung Toxoplasma gondii
5. Konsultasi
a. Bagian Penyakit Dalam (Subbagian Infeksi)
b. Bagian Parasitologi
6. Perawatan Rumah Sakit
Biasanya tidak diperlukan
7. Terapi
a. Pyrimetamin sulfadiazine tidak dianjurkan untuk hamil trimester I
b. Spiramisin 2 – 3 gr / hari 4 kali / hari selama 3 minggu
5. 8. Penyulit
Pada ibu keguguran mengakibatkan janin lahir mati, cacat janin
berupa kebutaan, ketulian, retardasi mental, hidrosefalus, kalsifikasi
serebral, chorioretinitis.
9. Informed Consent : Perlu
10. Lama Rawatan : -
11. Masa Pemulihan : biasanya sembuh setelah 3 minggu pengobatan.
12. Output
a. Sembuh total
b. Pada janin menimbulkan cacat janin sampai kematian janin.
6. B. Trichomonas Vaginalis
Infeksi kini dapat menimbulkan sekret vagina kental berwarna hijau
dan terasa gatal. Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
secara preparat apus yang menunjukkan adanya tiga jenis protozoa.
1. T. Vaginalis
2. Entamoeba histolytica
3. Giardia lamblia
Infeksi ini terdapat pada kira-kira 12 – 30 % ibu hamil.
Komplikasi : PROM dan PJT, persalinan prematur.
Terapi dilakukan dengan memberikan Metronidazole sebanyak 2 gr
dosis tunggal atau 3 x 250 mg selama satu minggu.
7. C. Candida Alibcans (Candidiasis)
Infeksi dengan jamur candida albicans disebut candidiasis yang dapat
terjadi pada kira-kira 15 % ibu hamil dan lebih sering terjadi pada ibu
hamil penderita diabetes.
Diagnosa :
1. Keluhan rasa gatal
2. Keputihan seperti tepung kurang air
3. Preparat apusan KOH
Pengobatan dilakukan dengan memberikan topical antifungus.
Obat-obatan oral antifungus tidak boleh diberikan dalam kehamilan.
8. D. Malaria
Penyebabnya adalah sejenis protozoa Plasmodium falcifarum.
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu hamil adalah : abortus, KJDK,
partus prematurus, PJT, gawat janin (fetal distress), bayi lahir mati
(still birth) dan kematian perinatal.
Diagnosa :
1. Gejala demam, menggigil, berkeringat
2. Buat preparat apus waktu demam
Pengobatan :
1. Berikan obat anti malaria
2. Chloroquin
Untuk malaria resisten chloroquin secara berhati-hati diberikan
preparat kinina.
9. E. Amoebiasis
Penyebabnya adalah Entamoeba histolytica.
Gejala : diare darah bercampur lendir dengan tenesmus.
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu hamil adalah : partus prematurus,
bayi lahir mati (still birth).
Pengobatan :
Berikan Metronidazole 3 x 750 mg selama 7 hari.
10. F. Ascariasis
Penyebabnya adalah Nematoda. Penyebaran larva terjadi melalui usus ibu
ke limfatik maternal dan aliran darah, kemudian masuk ke plasenta lalu
tembus ke dalam sirkualsi darah janin, dan kemudian masuk ke dalam
usus janin. Pada ibu hamil dapat menyebabkan KJDK atau PJT.
G. Infeksi Akibat Cacing
Whipworm (Trichoris trichiura) dan Pinworm (Enterobius vermicularis) tidak
bisa melewati plasenta, tetapi Hookworm (Ancylostoma duodenale,
Necator americanus) dapat melalui plasenta.
11. H. Infeksi Virus
Infeksi virus HIV dapat disertai dengan infeksi Candida Albicans.
Kemungkinan terjadi penularan perinatal berkisar antara 25 – 35 % :
1. Infeksi pada trimester I dapat menyebabkan terjadinya abortus.
2. Infeksi intrapartum lebih sering terjadi pada anak I dari gemelli.
3. Tidak dianjurkan untuk memberikan ASI pada bayi.
4. Anak dari penderita HIV harus dapat pemeriksaan darah secara teratur.
Pengobatan : belum ada cara pengobatan yang tepat.
Untuk pencegahan transmisi vertikal terhadap janin diberikan AZT
(zidovudine).
12. STANDAR PENANGANAN PENYAKIT AIDS DALAM KEHAMILAN
1. Nama Penyakit
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
Merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan Virus Human
Immuno-deficiency Virus (HIV).
2. Kriteria Diagnostik
a. Biasanya asimptomatik.
b. Pada beberapa kasus menunjukkan gejala infeksi monukleosis berupa
demam, rasa letih, mialgia sakit menelan, pembesaran kelenjar getah
bening, kadang dijumpai gejala meningitis eseptik, ensefalopati HIV,
mielopati vaskuler, wasting syndrome.
c. Tahap akhir adalah AIDS.
Laboratorium : CD4 < 400 /mm3
13. 3. Diagnosa Banding
a. Infeksi
b. Penyakit kronis : Colitis, DM, KP, dan lain-lain.
4. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
Urine/darah rutin ; Jumlah limfosit CD4 ; Normal > 400 /mm 3
Ratio CD4/CD8 > 1 ; Uji serologi ; Isolasi virus
Uji diagnostik ; Test tuberculin ; Foto thorax
5. Konsultasi
a. Bagian Penyakit Dalam (Subbagian Infeksi)
b. Tim penanggulangan AIDS Rumah Sakit
6. Perawatan Rumah Sakit
Pada kasus berat dan dengan penyakit.
14. 7. Terapi
Sampai sekarang belum ada pengobatan.
a. Penanganan antepartum
1) Bila CD4 < 400 /ul diberikan obat antiviral :
a) Zidovudine
b) Didanosine dan Zalcitabine
Jika CD4 < 200 /ul, obat profilaksis pneumonia pneumocystic
carini harus diberikan.
c) Zidovudine Cotrimoksazol 960 mg 1 – 2 x / hari, 3 hari / minggu.
d) Pentamidine aerosol 300 mg 1 x sebulan
2) Berikan vaksinasi terhadap pneumococcus, hepatitis.
3) Lakukan pap smir mengingat tingginya insidensi displasia.
4) Usia kehamilan 14 minggu sudah harus ditawarkan pemberian
Zidorudine untuk mencegah transmisi vertikal. Dosis : 100 mg 5x
kali perhari diberikan sampai persalinan.
15. Pemberian obat dihentikan bila :
1) Hb < 8 gr%, thromb. < 100.000, granulosit < 750, SGPT / SGOT > 5 x
normal.
2) Adanya masalah serius pada jantung, maupun saluran nafas, susunan
syaraf, saluran cerna.
3) Jika timbul infeksi oportunitis ditangani dgn konsultasi ke Subbagian
Infeksi Bagian Penyakit Dalam.
b. Penanganan intrapartum
1) Cara persalinan disesuaikan dengan indikasi obstetrik.
2) Hindari penggunaan elektroda terhadap kulit kepala janin
3) Tunda Amniotomi
4) Hindari terjadinya penularan sewaktu menolong persalinan.
c. Penanganan intrapartum
Penanganan neonatus oleh Bagian Anak.
16. 8. Penyulit
Timbul infeksi oportunistik berupa : Pneumonia Pneumocystic Cranii ;
Toxoplasmosis ; Candidiasis ; Tuberkulosis ; Keganasan ;
Herpes zoster, herpes simpleks
9. Informed Consent : Perlu
10. Lama Rawatan :
Tergantung pada beratnya penyakit dan adanya komplikasi.
11. Masa Pemulihan :
Biasanya perbaikan bersifat sementara, ditentukan oleh status CD4, bila
rendah timbul berbagai komplikasi, sering bersifat rekuren.
12. Output
a. Belum ada pengobatan
b. Biasanya akan menyebabkan kematian akibat komplikasi.
17. STANDAR PENANGANAN INFLUENZA DALAM KEHAMILAN
1. Nama Penyakit
Influenza : suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza,
baik type A maupun B. biasanya type A memberi gejala yang lebih berat.
2. Kriteria Diagnostik
Gejala dan tanda klinis :
a. Timbul demam 1 – 3 hari setelah terpapar / terhirup virus.
b. Penyakit ini mudah dikenali bila terhadap pada musim influenza.
c. Penyakit ini biasanya sembuh sendiri dalam waktu 1 minggu.
3. Diagnosa Banding
Semua penyakit infeksi selaput lendir yang menimbulkan demam.
18. 4. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : Urin rutin ; Darah rutin ; Pemeriksaan serologis virus ;
Pemeriksaan kultur hapus dari tenggorokan
b. Foto thorax
5. Konsultasi
Bila keadaan penyakit berat dan disertai komplikasi, dikonsultasikan ke
Bagian Penyakit Dalam (Subbagian Infeksi).
6. Perawatan Rumah Sakit
Rawat inap untuk kasus berat yang disertai komplikasi.
7. Terapi
a. Kebanyakan sembuh sendiri
b. Istirahat
c. Rehidrasi (minum yang banyak)
d. Roborantia
e. Antibiotika bila ada infeksi sekunder.
19. 8. Penyulit
Radang paru : pada kasus komplikasi berat dapat menimbulkan kematian.
Tidak ada pengaruh virus influenza terhadap fetus. Pada kehamilan
trimester II dan III, tetapi kurang baik pada trimester I.
9. Informed Consent :
Perlu, terutama influenza berat pada kehamilan trimester I.
10. Lama Rawatan :
Bervariasi, tergantung pada derajat berat dan komplikasi penyakit.
Biasanya setelah bebas gejala ditambah masa observasi dua hari.
11. Masa Pemulihan :
Tergantung berat ringannya infeksi dan adanya komplikasi.
12. Output
Sembuh total.
20. I. Hepatitis
1. Hepatitis A
a. Penularan dapat terjadi melalui fecal-oral
b. Infeksi VHA blm terbukti teratogenik
c. Pencegahan: IgG 0,02 ml/kgBB
2. Hepatitis B
a. Penularannya terjadi karena hubungan seks dan darah.
b. Pemeriksaan : diagnosis test serologik
c. Transmisi ibu-anak: kehamilan,persalinan & nifas
d. 2 x 24 jam setelah neonatus lahir, segera diberikan HBIG dan
vaksin HB (Menurut James R. Scoot).
21. Tranmisi Vertikal Hepatitis B Dari Para Ibu Yang Memiliki HBS AG Positif
Status Maternal Persentase Infeksi Neonatal
HBA AG Positif 90 %
HBS AG Negatif 19 – 20 %
Anti HBS Positif 0 – 10 %
HBV Akut pada Trimester I 10 – 20 %
HBV Akut pada Trimester III 90 – 100 %
dalam satu bulan persalinan
Hepatitis C : sering bersifat kronik → Chirhosis Hepatis.
Cara penularan ke janin:
1.Kebocoran plasenta
2.Tertelannya cairan amnion yg terinfeksi
3.Abrasi pada kulit janin
4.Tertelannya darah selama persalinan
22. J. Virus Herpes Simpleks
Terdapat lesi klasik pada kulit dan selaput mukosa yang kemudian
menetap pada akar posterior ganglia dari sumsum tulang belakang.
Lima puluh persen dari penyakit ini akan kambuh kembali.
1. Diagnosis
Dilakukan dengan cara menguji serologik virus HSV-1 dan HSV-2,
anamnesa dan kultur. Tujuh puluh persen infeksi HSV berasal dari ibu
hamil penderita Herpes Simpeks Asimptomatik.
2. Pencegahan
a. Lakukan anamnese dan pemeriksaan teliti
b. Lakukan SC bila terdapat lesi yang aktif di daerah vulva – vagina
c. Pada KPD dengan lesi genital, dilakukan SC dalam 6 jam KPD
d. Boleh diberikan obat acyclovir dan pengobatan lainnya pada KPD
e. Bayi yang baru lahir harus dipisahkan dari ibunya
f. Berikan obat anti virus pada ibunya.
23. STANDAR PENANGANAN HERPES SIMPLEKS DALAM KEHAMILAN
1. Nama Penyakit
Herpes Genitalia : suatu PMS akibat infeksi virus herpes simplex type II.
2. Kriteria Diagnostik
a. Herpes Primer
b. Herpes Inisial Non Primer
c. Herpes Rekuren
d. Reaktivitas Virus Asimptomatik
3. Diagnosa Banding
a. Varicella – Zoster
b. Variola
c. Behcet’s disease
d. Dermatitis kontak
e. Penyakit autoimun
24. 4. Pemeriksaan Penunjang
a. Kultur viral
b. Pemeriksaan serologis
c. Sitologi dengan apusan Tzanec dan apusan Papanicolaou dijumpai sel
raksasa dengan badan inklusi intraseluler.
5. Konsultasi
Bila perlu dikonsulkan ke Bagian Penyakit Kulit dan Kelamin.
6. Perawatan Rumah Sakit
Biasanya tidak perlu perawatan rumah sakit.
7. Terapi
a. Penanganan Antepartum
1) Infeksi awal
2) Infeksi rekuren
3) Ketuban Pecah Dini (KPD)
25. b. Penanganan Intrapartum
Bila infeksi primer dengan lesi aktif dijumpai pada masa persalinan maka
terminasi kehamilan dilakukan dengan seksio sesaria elektif. Pada kasus
rekuren tanpa lesi aktif dilakukan persalinan pervaginam. Namun bila
dijumpai lesi aktif maka dianjurkan seksio sesaria. Lesi yang berada agak jauh
saluran genitalia, misalnya pada daerah perianal, bokong, paha dan
punggung dapat melahirkan secara pervaginam dengan syarat daerah
daerah persalinan harus dilindungi dengan kain steril.
c. Penanganan Postpartum
Penanganan rooming in dan menyusui dapat diperkenankan namun
hubungan / kontak harus dijaga. Bayi diobservasi selama 7 – 14 hari, jika ada
tanda infeksi neonatal, diberikan obat antivirus.
26. 8. Penyulit
Pada janin dapat timbul :
a. Infeksi herpes neonatal, bahkan pada syaraf.
b. Herpes kongenital
c. Kelainan kongenital berupa kelainan kulit, mata dan syaraf, jaringan
parut, chohrioretinitis, displasia retina, microphthalmia dan microsefali.
9. Informed Consent : Perlu
10.Lama Rawatan : -
11.Masa Pemulihan :
Biasanya lesi akan menghilang 9 – 15 hari pada infeksi primer dan lebih
singkat pada infeksi rekuren.
12.Output
Sembuh, Infeksi rekuren, Kelainan janin sampai kematian janin.
27. K. Cytomegalo Virus
Kemungkian terjadinya Cytomegalo Virus pada ibu hamil dengan gejala
asimptomatik adalah 0,5 – 2,5 %.
Cara penularan infeksi ini pada perinatal adalah :
1. Melalui plasenta (1 %)
2. Melalui intrapartum, pemberian ASI
3. Bila jarang terdapat infeksi yang berat.
Infeksi dapat terjadi pada anak / janin :
1. Pada saat ibu mengalami infeksi primer (30 – 40 %)
2. Pada trimester I dan II, pada 25 % janin timbul “sequelae”, sedangkan
bila infeksi terjadi pada trimester III, sering tidak memberikan sequelae.
Gejala klinik yang tampak adalah :
1. 10 % menunjukkan gejala berat
2. 90 % menderita infeksi asimptomatik
3. 15 % mengalami komplikasi terlambat (late complications).
28. Diagnosis :
1. Diikutkan dengan cara kultur dan pemeriksaan serologik
2. CMV Ig.M terdapat pada infeksi primer (80 %) dan 20 % pada infeksi
kambuhan (recurrent).
Penanganan infeksi Cytomegalo Virus :
Jika dijumpai infeksi primer maka 30 % kemungkinan janin tertular dan 6 – 7
% kemungkinan janin cacat. Pada keadaan infeksi Cytomegalo Virus masih
belum ditemukan pengobatannya.
29. STANDAR PENANGANAN CYTOMEGALO VIRUS DALAM KEHAMILAN
1. Nama Penyakit
Infeksi Cytomegalo Virus : suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi virus DNA Cytomegalo Virus. Bila terserang infeksi terutama pada
trimester I dan II perinatal dapat menimbulkan kelainan kongenital.
2. Kriteria Diagnostik
Lebih dari 95 % ibu hamil yang terinfeksi bersifat asimptomatik.
Pada kasus yang timbul gejala menyerupai gejala pada penyakit infectious
mononucleosis.
3. Diagnosa Banding
a. Infectious mononucleosis oleh EBV
b. Toxoplasmosis yang didapat
c. Hepatitis viral
d. Infeksi virus lain dan mycoplasma
e. Anemia hemolitik idiopatik
f. Thrombositopenia idiopatik.
30. 4. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : Urine rutin ; Darah rutin ; Tes fungsi hati ; Tes serologi
virus Ig.M dan Ig.G CMV ; Kultur apusan tenggorok serviks.
b. Foto thorax
c. Amniosintesis untuk isolasi virus (sering terjadi hasil negatif palsu)
d. USG
5. Konsultasi
Pada keadaan berat dan disertai dengan komplikasi, dikonsulkan ke
Bagian Penyakit Dalam (Subbagian Infeksi).
6. Perawatan Rumah Sakit : Hanya untuk kasus berat dan disertai infeksi.
7. Terapi
a. Tidak ada pengobatan spesifik
b. Istirahat
c. Roborantia
d. Pemberian Human Cytomegalo Virus Immunoglobulin Intravenous
(CMV -IVIG, Cytogram)
31. 8. Penyulit
Penyakit pada ibu : Pneumonia interstisial ; Myocarditis ; Polineuritis ;
Anemia ; Purpura thrombositopenia ; Ensefalitis ; Hepatitis ; Arthritis
Penyakit pada janin : Penyakit CMV kongenital, BBLR, kelainan kongenital,
retardasi mental, ketulian, thrombositopenia, hepatosplenomegali,
mikroencefalopati, chorioretinitis, kalsifikasi serebral, kematian janin.
9. Informed Consent : Perlu
10.Lama Rawatan :
Bervariasi, tergantung pada beratnya penyakit dan komplikasi. Biasanya
bebas gejala ditambah 2 hari observasi.
11.Masa Pemulihan : Bergantung berat penyakit dan komplikasinya.
12.Output : Sembuh total ; Kematian ibu atau janin ; Cacat bawaan
32. L. Varicella
Varicella (chicken pox) dan herpes zoster yang disebabkan oleh virus
herpes dapat terjadi pada ibu hamil dan 90 % diantara ibu hamil tersebut
dapat memberikan reaksi seropositif.
1. Ibu hamil sangat sensitif terjadinya penularan varicella
2. Pada infeksi berat, terjadi mortalitas anak yang mencapai angka 10 %.
a. Mencari gejala klinik
b. Melakuakn test serologik, kultur
c. Mencari resiko infeksi pada bayi (varicella kongenital)
3. Pengobatan dengan memberikan Acyclovir sangat membantu.
Pencegahan :
1. Pemberian varicella zoster immunoglobulin (VZIG) 125 U /10 kg kepada
ibu yang belum pernah menderita varicella zoster nemun terpapar
dengan virus varicella zoster (masih kontroversial)
2. Untuk bayi yang lahir dari ibu yang terkena dalam 5 hari sebelum dan
2 hari sesudah persalinan dapat diberikan 125 unit VZIG.
Vaksinasi varicella kontraindikasi bagi ibu hamil.
33. STANDAR PENANGANAN VARICELLA DALAM KEHAMILAN
1. Nama Penyakit
Varicella : merupakan suatu penyakit dengan ruam papulovesikuler yang
menular akibat virus varicella zoster, sedangkan zoster merupakan erupsi
akibat reaktivasi virus pada akar ganglia dorsalis.
2. Kriteria Diagnostik
Berdasarkan dari gejala dan tanda klinis : varicella biasanya muncul
setelah 10 – 12 hari paparan, timbul gejala demam, malaise dan ruam
gatal terutama pada badan berupa macalopapel yang berkembang menjadi
vesikel dan akhirnya krusta. Lesi baru tetap muncul selama 3 – 5 hari.
Zoster : merupakan lesi kulit yang nyeri dan gatal, rasa terbakar pada area
distribusi satu atau lebih akar syaraf sensorik. Erupsi biasanya unilateral
tapi kadang dapat menyeberang garis tengah badan.
3. Diagnosa Banding
Penyakit papulovesikuler, misalnya : dermatitis vesikolobulosa, phemfigus
vulgaris, infeksi viral lainnya.
34. 4. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : Urin / darah rutin ; Test serologi varicella zoster.
5. Konsultasi
Bila perlu konsultasi ke Bagian Penyakit Dalam (Subbagian Infeksi)
6. Perawatan Rumah Sakit : Bila terjadi komplikasi.
7. Terapi
a. Penyakit biasanya akan sembuh sendiri
b. Istirahat, hidrasi
c. Roborantia
d. Antivirus acyclovir 5 x 400 – 800 mg / hari peroral
e. Parenteral 5 – 10 mg / kg setiap 8 jam selama 7 hari
f. Varicella zoster immunoglobulin kelihatannya kurang bermanfaat
g. Obat simptomatik, analgetika
h. Pencegahan vaksinasi sebelum hamil.
35. 8. Penyulit
Ibu : Pneumonia ; Ensefalitis
Janin : Varicella kongenital ; Kelainan kongenital, jaringan parut kulit,
hipoplasia anggota gerak, atrofi otot, jari rudimenter, mikrosefali, kalsifikasi
intrakranial, atrofikortikal, katarak, chorioretinitis, mikropthalmia, retardasi
psikomotor.
9. Informed Consent : Perlu
10.Lama Rawatan : tergantung berat dan komplikasi penyakit.
11.Masa Pemulihan :
Biasanya lesi akan mengering selama 1 – 2 minggu kemudian, dan
berbentuk krusta akan terlepas sendiri setelah 3 – 4 minggu.
12.Output
a. Sembuh total
b. Dapat menimbulkan kematian ibu bila ada komplikasi
c. Pada janin dapat menimbulkan cacat bawaan.