2. Definisi Hypoglikemia
Hipoglikemia pada neonatus merupakan keadaan
berkurangnya kadar glukosa dalam darah. Diagnosa
hipoglikemia ditegakkan pada neonatus usia 0 sampai
3 hari pertama kehidupan dengan kadar glukosa
kurang dari 20 mg% pada bayi kurang bulan dan 30
mg% pada bayi cukup bulan dengan pemeriksaan
kadar glukosa dalam darah sebanyak 2 kali.
Sedangkan pada neonatus usia lebih dari 4 hari
pertama kehidupan dengan kadar glukosa kurang dari
40 mg%
3. Penyebab Hypoglikemia
Penyakit metabolik
bawaan atau defisiensi
bawaan
06
Bayi tidak mampu
menghasilkan glukosa
yg cukup
Terlalu banyak insulin
dalam darah,misalnya
karena ibu memiliki
diabetes yg tidak
terkontrol
Gizi buruk pada ibu
selama kehamilan
Tidak cukup oksigen
saat lahir(asfiksia lahir)
01
02
03
04
Penyakit hati
05
4. Patofisiologi
Hipoglikemia karena penyimpanan
glukosa yang rendah sering terjadi pada
BBLR. Wanita dengan diabetes mellitus
(DM) memiliki mobilisasi glukosa yang
berlebihan ke janin sehingga terjadi
peningkatakan respon insulin pada janin.
01
02
03
04
05
06
8. Tatalaksan
a
Pencegahan hipoglikemia:
Hindari faktor risiko yang bisa dicegah contoh: hipotermia;
Memberikan nutrisi enteral adalah langkah pencegahan
yang paling penting
Apabila bayi belum mampu menyusu, berikan minum
dalam waktu 1-3 jam pada awal kehidupan dengan
cara menggunakan sonde;
Pada neonatus berisiko tinggi kadar glukosa darah harus
dipantau
9. Tetanus neonatrum
Definisi
Tetanus neonatorum merupakan penyakit yang terjadi
pada neonatus. Tetanus neonatorum disebabkan oleh
bakteri Clostridium tetani, yaitu bakteri yang
mengeluarkan racun dan menyerang sistem syaraf
pusat. (Rukiyah & Yulianti, 2019). Tetanus
neonatorum adalah bentuk tetanus umum yang terjadi
pada bayi baru lahir. Tetanus neonatorum seringkali
diakibatkan karena tanggalnya tali pusat yang
terinfeks
11. Tanda dan Gejala
Menurut WHO, bayi dengan tetanus
neonatorum ditandai dengan demam,
trismus, ketidakmampuan untuk
menghisap, bayi menangis pada dua
menit pertama kemudian kondisi tubuh
kaku dikarenakan bayi kejang.
12. Diagnosis pembanding
Diagnosis banding yang paling umum untuk
tetanus adalah hipokalsemia tetani, distonia
akibat obat (dari obat-obatan seperti
fenotiazin) dan meningoensefalitis. Pada
kasus hipokalsemia, tanda dan gejala terjadi
sesaat setelah lahir. Salah satu tanda dan
gejala yang timbul adalah kejang pada bayi.
Namun, pada Tetanus neonatorum kejang
terjadi mulai hari ke 3-7.
13. Faktor risiko
Pemberian imunisasi TT
pada ibu hamil tidak
dilakukan atau tidak
lengkap
Pemberian tidak sesuai
dengan program
Pertolongan persalinan
tidak memenuhi syarat
syarat bersih
Perawatan tali pusat tidak
memenuhi persyaratan
kebersihan
Tatalaksana
Mengatasi kejang
dengan injeksi anti
kejang
Menjaga jalan nafas
tetap bebas dan pasang
spatel Lidah agar tidak
tergigit
Mencari tempat
masuknya kuman
tetanus, biasanya di tali
pusat atau di telinga
14. Komplikasi
Kekakuan otot-otot pernapasan
Kejang pada laring selama 30-60 detik
(laryingospam)
Fraktur kompresi atau subluksasi vertebra
Akumulasi sekresi berupa pneumonia
Gagal ginjal
Sindrom atau kumpulan gejala yang disebabkan
karena kerusakan atua kematian jaringan otot
rangka (rhabdomyolysis)
15. Hiperbilirubin
Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis
yang paling sering ditemukan pada neonatus/bayi baru
lahir (BBL). Hiperbilirubinemia pada neonatus atau disebut
juga ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada
neonatus yang ditandai pewarnaan kuning pada kulit,
mukosa, sklera akibat dari akumulasi bilirubin (indirek
maupun direk) di dalam serum/darah yang secara klinis
akan mulai tampak di daerah muka, apabila kadarnya
mencapai 5-7mg/dL. Kejadian hiperbilirubinemia pada
bayi cukup bulan sekitar 60-70%, bahkan pada bayi
kurang bulan (BKB)/bayi berat lahir rendah (BBLR) jauh
lebih tinggi.
17. Penyebab
Beberapa penyebab hiperbilrubinemia
pada neonatus karena peningkatan
bilirubin tidak terkonjugasi antara lain
sebagai berikut:
Hiperbilirubinemia fisiologis.
ABO inkompatibilitas.
Breast milk icterus.
Rh isoimun.
Infeksi: sifilis kongenital, virus atau
protozoa.
Subdural hematoma atau sefal
hematoma.
Luka yang luas.
18. Tanda dan gejala
Profil darah abnormal
(hemolysis, bilirubin
serum total >2mg/dL
bilirubin Serum total
pada rentang risiko
tinggi menurut usia pada
normogram spesifik
Waktu)
Membrane mukosa
kuning
Kulit kuning
Sklera kuning
Diagnosis banding
dari ikterus yaitu:
atresia bilier,
breast milk
jaundice,
kolestasis,
anemia hemolitik
pada bayi baru
lahir, hepatitis B,
dan hipotiroid.
19. Faktor risiko
Hipoksia janin; Ketidakcocokan ABO (wanita
bergolongan darah O dan neonatus bergolongan
darah A atau B); Ketidakcocokan Rh (wanita itu
Rh negatif dan neonates adalah Rh positif);
Penggunaan oksitosin selama persalinan;
Penjepitan tali pusat yang tertunda, yang
meningkatkan volume sel darah merah;
Menyusui; kekurangan kalori, atau penurunan
berat badan yang besar; Memar atau
sefalohematoma; Usia kehamilan 35 sampai 38
minggu; Diabetes ibu dengan makrosomia;
Asfiksia dan Kakak laki-laki dengan penyakit
kuning.
20. Komplikasi
Yang paling utama dalam Hiperbilirubin
yaitu potensinya dalam menimbulkan
kerusakan sel-sel saraf meskipun
kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat
terjadi bilirubin. Bilirubin dapat
menghambat enzimenzim mitokondria
serta mengganggu sintesis DNA.