UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
Preskas ablasio retina revision
1. ABLASIO
RETINA
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA
RUMAH SAKIT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 28 JANUARI 2019 – 1 MARET 2019
PRESENTASI KASUS
dr. Freddy Wilmar Arsyad, Sp.M-KVR
PEMBIMBING
Niken Larasati (110.2014.193)
3. Nama : Tn. LF
Umur : 19 Agustus 1983 (35 tahun)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : TNI AD
Alamat : Waiheru, Ambon
1. IDENTITAS
4. Diambil secara autoanamnesa, dengan tanggal periksa :
Selasa, 19 Febuari 2019 pukul 10:18 Am
Keluhan utama :
Pasien datang ke RSPAD Gatot Soebroto atas rujukan
Rumah Sakit Tentara di Ambon dengan keluhan mata buram
mendadak atau melihat tidak begitu jelas pada mata kiri sejak
8 bulan yang lalu (tepatnya bulan agustus 2018).
2. ANAMNESA
Keluhan Tambahan :
Ketika ditanyakan pasien juga mengaku melihat kilatan – kilatan
cahaya hanya pada bagian mata kiri.
5. Pasien datang ke RSPAD Gatot Soebroto atas rujukan Rumah Sakit
Tentara di Ambon dengan keluhan mata buram mendadak atau melihat
tidak begitu jelas pada mata kiri sejak 8 bulan yang lalu, tanpa disertai
mata merah. Ketika ditanyakan pasien juga mengaku melihat kilatan –
kilatan cahaya hanya pada bagian kiri. Pasien juga mengeluhkan pada
bagian mata sebelah luar dan atas seperti ada yang menutupi. Keluhan
melihat benda dengan berbagai macam bentuk berwarna hitam atau coklat
disangkal pasien. pasien juga menyangkal sebelumnya pernah
menggunakan kaca mata.
Pasien sering mengucek – ngucek matanya yang mungkin tanpa
disadari terlalu keras. tahun lalu tepatnya pada awal tahun 2017 pasien
pernah mengalami kecelakaan dan membentur dominan kepala bagian
kiri tepat pada bagian pelipis, namun setelah kejadian tesebut tidak
terdapat keluhan pada mata pasien. Riwayat trauma seperti dipukul pada
bagian mata, terbentur benda yang keras pada mata, yang dialami beberapa1/28/19
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
6. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Keluhan rasa sakit apabila ditekan, penglihatan warna terganggu,
ketika pasien beraktivitas berat penglihatan menjadi buram, pada saat mata
bergerak terasa sakit atau nyeri, sakit kepala, sakit ketika mengunyah,
semua ini disangkal oleh pasien. Pasien juga menyangkal keluhan
penglihatan kabur yang hilang timbul, kemudian gelap menetap.
7. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
• Diabetes Melitus : Tidak Ada
• Hipertensi : Tidak Ada
• Riwayat Stroke : Tidak Ada
• Jantung : Tidak Ada
• Tuberkulosis : Tidak Ada
A. Umum :
8. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
• Riwayat sakit mata sebelumnya : tidak ada
• Riwayat penggunaan kaca mata : tidak ada
• Riwayat operasi mata : tidak ada
• Riwayat trauma mata sebelumnya : trauma tidak dialami
pasien secara langsung, namun 2 tahun lalu, pasien
mengalami kecelakaan pada bagian kepala dominan
sebelah kiri.
B. Mata :
9. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
• Penyakit mata serupa : tidak ada
• Penyakit mata lainnya : tidak ada
• Diabetes Melitus : tidak ada
• Hipertensi : tidak ada
• Stroke : tidak ada
10. • Keadaan Umum: Baik
• Kesadaran : CM
• Tekanan Darah :110/85 mmHg
• Nadi : 84 x/menit
• Suhu : 36.7˚C
• Pernapasan : 22 x/menit
• Kepala : Normocephali
• Mata : Lihat Status Oftalmologikus
• Hidung : Simetris, Sekret –,
• THT : Hiperemis (-), T1/T1
• Leher :Tidak tampak pembesaran KGB
• Jantung/Paru : Tidak Dilakukan
• Abdomen : Tidak Dilakukan
3. PEMERIKSAAN FISIK
11. PEMERIKSAAN FISIK (2)
KETERANGAN OD OS
Tajam
penglihatan
1.0 1/60 PH (-)
Koreksi Tidak ada Tidak ada
Addisi Tidak ada Tidak ada
Distansia Pupil 62 mm /60 mm
Kacamata lama
Tidak ada Tidak ada
Pasien tidak pernah menggunakan kaca mata
B. Status Oftalmologis
1) Pemeriksaan visus
12. 2) Kedudukan bola mata
3) Super Silia
KETERANGAN OD OS
Eksoftalmus Tidak ada Tidak ada
Endoftalmus Tidak ada Tidak ada
Deviasi Tidak ada Tidak ada
Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
KETERANGAN OD OS
Warna Hitam Hitam
Letak Simetris Simetris
13. 4) Palpebra Superior dan Inferior
KETERANGAN OD OS
Edema Tidak ada Tidak Ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Ektropion Tidak ada Tidak ada
Entropion Tidak ada Tidak ada
Blefarospasme Tidak ada Tidak ada
Trikiasis Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Fissura palpebra
Fissura Palpebra Vertikal : 9 mm
Fissura Palpebra Horizontal : 30 mm
Fissura Palpebra Margin Reflex Distance : 4 mm
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Hordeolum Tidak ada Tidak ada
Kalazion Tidak ada Tidak ada
14. 5) Konjungtiva Tarsalis Superior dan Inferior
KETERANGAN OD OS
Hiperemis Tidak ada Tidak Ada
Folikel Tidak ada Tidak Ada
Papil Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Anemia Tidak ada Tidak ada
Kemosis Tidak ada Tidak ada
15. 6) Konjungtiva bulbi
KETERANGAN OD OS
Injeksi konjungtiva Tidak ada Tidak ada
Injeksi Siliar Tidak ada Tidak ada
Perdarahan
subkonjungtiva
Tidak ada Tidak ada
Pterigium Tidak ada Ada (Grade II)
Pinguekula Tidak ada Tidak ada
Nevus Pigmentosus Ada Tidak ada
Kista dermoid Tidak ada Tidak ada
Kemosis Tidak ada Tidak ada
17. 7) Sistem Lakrimalis
8) Sklera
KETERANGAN OD OS
Punctum Lacrimal Terbuka Terbuka
Epifora Tidak ada Tidak ada
Tes anel Tidak diperiksa Tidak diperiksa
KETERANGAN OD OS
Warna Putih Putih
Ikterik Tidak ada Tidak ada
18. 9) Kornea
KETERANGAN OD OS
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin
Ukuran 12 mm 12 mm
Sensibilitas Baik Baik
Infiltrat dan
Dendrit
Tidak ada Tidak ada
Ulkus Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Arkus senilis Tidak ada Tidak ada
Edema Tidak ada Tidak ada
Tes Placido Reguler Reguler
19. 10) Bilik Mata Depan
11) Iris
KETERANGAN OD OS
Kedalaman Normal Normal
Kejernihan Jernih Jernih
Hifema Tidak ada Tidak ada
Hipopion Tidak ada Tidak ada
Efek Tyndall Tidak dilakukan Tidak dilakukan
KETERANGAN OD OS
Warna Coklat Coklat
Kriptae Jelas Jelas
Bentuk Bulat Bulat
Sinekia anterior dan
posterior
Tidak ada Tidak ada
20. 12) Pupil
KETERANGAN OD OS
Letak Di tengah Di tengah
Bentuk Bulat Bulat
Ukuran ± 3 mm ± 3 mm
Refleks cahaya
langsung
Positif Positif
Refleks cahaya
tidak langsung
Positif Positif
21. 13) Lensa
14) Badan Kaca
KETERANGAN OD OS
Kejernihan Jernih Jernih
Letak Di tengah Di tengah
Shadow Test Negatif Negatif
KETERANGAN OD OS
Kejernihan Jernih Jernih
22. 15) Funduskopi
KETERANGAN OD OS
Reflex Fundus Positif Positif
Papil
- Bentuk Bulat Bulat
- Warna Jingga muda Jingga Muda
- Batas Tegas Tegas
- CD Ratio 0.3 Tidak dapat dinilai
Arteri Vena 2/3 Tidak dapat dinilai
Retina
- Edema Tidak Ada Tidak dapat dinilai
- Perdarahan Tidak Ada Tidak dapat dinilai
- Exudat Tidak Ada Tidak ada
- Sikatrik Tidak Ada Tidak dapat dinilai
Makula Lutea
- Reflex Fovea Positif Tidak dapat dinilai
- Edema Tidak ada Tidak dapat dinilai
24. 16) Palpasi
17) Lapang pandang
KETERANGAN OD OS
Nyeri Tekan Tidak ada Tidak ada
Massa Tumor Tidak ada Tidak ada
Tensi Okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tonometri 16,0 mmHg 14,0 mmHg
KETERANGAN OD OS
Tes Konfrotasi Lapang pandangan pasien
sama dengan pemeriksa
Lapang pandangan pasien
menyempit, pada bagian
superior dan temporal.
25. 1/28/19
4. RESUME ( 1 )
Pasien laki – laki usia 35 tahun RSPAD Gatot Soebroto atas rujukan Rumah
Sakit Tentara di Ambon dengan keluhan mata buram atau melihat tidak
begitu jelas pada mata kiri sejak 8 bulan yang lalu. Ketika ditanyakan pasien
juga mengaku melihat kilatan – kilatan cahaya hanya pada bagian kiri. Pasien
juga mengeluhkan pada bagian mata sebelah luar dan bawah seperti ada
yang menutupi. Keluhan melihat benda dengan berbagai macam bentuk
berwarna hitam atau coklat disangkal pasien. pasien juga menyangkal
sebelumnya pernah menggunakan kaca mata.
Pasien sering mengucek – ngucek mata nya yang mungkin tanpa disadari
terlalu keras. tahun lalu tepatnya pada awal tahun 2017 pasien pernah
mengalami kecelakaan dan membentur dominan kepala bagian kiri tepat
pada bagian pelipis, namun setelah kejadian tesebut tidak terdapat keluhan
pada mata pasien. Riwayat trauma seperti dipukul pada bagian mata,
terbentur benda yang keras pada mata, yang dialami beberapa bulan terakhir
ini disangkal pasien.
26. Dalam pemeriksaan fisik ditemukan VOD 1,0 VOS 1/60 PH (-), pterigium
OS Grade II, Nevus Pigmentosus OS, dengan kedua Tekanan Intraokuler
OD 16,0 mmHg OS 14,0 mmHg dalam batas normal. Dalam pemeriksaan
lapang pandang pasien sulit menilai menyebut hitung jari dan gerakan
jari terbut pada bagian temporal dan inferior atau dapat dilaporkan
lapang pandang bagian inferior dan temporal menyempit. Dalam
pemeriksaan funduskopi dapat dilihat bentuk bulat, dengan warna
merah jingga berbatas tegas. Pada mata kanan pemeriksaan ini dalam
batas normal. Pada mata kiri didapatkan terlihat adanya pelepasan
pigmen retina dari tempatnya,
4. RESUME ( 2 )
29. 8. PENATALAKSANAAN
Segera rujuk pada spesialis mata
Menganjurkan agar pasien mengurangi mobilisasi (bedrest), apabila
memungkinkan sebaiknya berbaring ke sisi “tirai” yang dikeluahkan
Scleral Buckle
Vitrektomi
Dapat disertai tindakan khusus
Penggunaan laser dan krioterapi, serta endotamponade gas atau silicone oil
NON – MEDIKAMENTOSA
PEMBEDAHAN
30. Ablasio Retina OD OS
1. Ad vitam Bonam Bonam
2. Ad fungsionam Bonam Dubia Ad Malam
3. Ad sanactionam Bonam Dubia Ad Malam
9. PROGNOSIS
32. Penglihatan Mata Kiri buram mendadak, sejak 8 bulan yang lalu
(tepatnya Agustus bulan agustus 2018 (tepatnya agustus 2018)
Melihat Kilatan Cahaya
Tidak dapat melihat pada bagian temporal dan inferior mata kiri
IDENTIFIKASI MASALAH
33. • Penglihatan Mata Kiri buram mendadak, sejak 8 bulan yang lalu
(tepatnya Agustus bulan agustus 2018 (tepatnya agustus 2018)
–Penglihatan buram mendadak dapat diakibatkan karena
kelainan pada retina dan kelainan juga dapat terletak pada
syaraf optic. Penglihatan berkurang mendadak yang diikuti
mata tenang dapat disebabkan ablasio retina, oklusi
retina sentralis, neuritis retrobulbar, neurtitis serosa sentral,
retinopati sentral, intoksikasi metal alcohol iskemik optika
neuropati akut.
–Pada pemeriksaan funduskopi pada mata kiri pasien
atau ditemukan jaringan fibrovaskular pada bagian inferior,
sehingga pasien tidak dapat melihat pada bagian temporal
dan superior, hal ini sesuai dengan pemeriksaan lapang
pandang ditemukan bahwa pasien sulit untuk menilai apakah
jari bergerak atau tidak dan lapang pandang pasien juga
menyempit. Lapang padangan menyempit pada bagian
temporal dan superior
34. - Oklusi Arteri Retina Sentralis
oRetina terlihat pucat (-)
oCherry Red Spot (-)
- Oklusi Vena Retina Sentral
o Retina yang berdilatasi dan berkelok – kelok (tortous) (-)
o Cotton Wool Spot (-)
o Blood dot Haemorrhage (-)
o Edema retina (-)
- Retinitis Optik
o Tidak terdapat fine exudates
o Hiperemia,
o Edematous pada diskus optic
35. • Melihat Kilatan Cahaya
– Fotopsia (+)
– Gejala fotopsia tidak dipengaruhi cahaya
– Fotopsia terjadi akibat adanya tarikan pada syaraf
retina
• Tidak dapat melihat seperti terutup tirai, pada bagian
temporal dan superior mata kiri
– Perubahan dari bentuk lapang pandang pasien
– Jaringan fibrovaskular, retina detached
37. PENDAHULUAN
Retina
merupakan
lapisan
membran
neurosensoris
dan merupakan
lapisan ketiga
bola mata
Bola mata dilapisi
oleh 3 lapisan
jaringan: sklera,
uvea dan retina
Retina manusia
terdiri dari
lapisan – lapisan
badan sel dan
prosesus sinaptik.
Terdapat
rongga yang
potensial antara
retina & koroid
sehingga retina
dapat terlepas
dari koroid
Ablasio retina
Ablasio retina
adalah
pemisahan sel –
sel sensoris retina
(lapisan
fotoreseptor) dan
sel epitel pigmen
retina
Ablasio retina banyak terjadi pada
usia 40 – 70 tahun, paling sering
pada usia 45 tahun
Laki – laki (60%) > perempuan
(40%)
40 – 50 % mempunyai
myopia (sering pada usia 25 –
45 th)
30 – 40% mengalami
pengangkatan katarak
10 – 20% mengalami trauma
okuli (sering terjadi pada orang
muda)
39. ANATOMI BOLA
MATA
• Mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24
cm
• Bola mata dilapisi oleh 3 lapisan jaringan:
• Sklera Jaringan ikat kenyal, memberi bentuk pada
mata, bagian terluar yang melindungi bola mata
• Jaringan uvea Jaringan vaskular, terdiri atas: iris,
badan siliar, dan koroid. Pupil berfungsi untuk mengatur
jumlah sinar masuk ke dalam bola mata.
• Retina
• Terletak paling dalam, merupakan lapisan neurosensoris,
fungsinya mengubah sinar menjadi rangsangan pada saraf
optic dan diteruskan ke otak.
• Terdapat rongga yang potensial antara retina & koroid
sehingga retina dapat terlepas dari koroid Ablasio
retina
40. ANATOMI RETINA
• retina selembar tipis jaringan saraf semitransparan
• Melapisi 2/3 posterior bagian dalam bola mata
• Membentang kedepan hampir sama jauhnya dengan korpus siliar &
berakhir di tepi oraserata
• Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel
pigmen retina dan juga dengan membrane Bruch’s, koroid dan
sklera
• Disebagian besar tempat, retina dan epitelium pigmen retina
mudah terlepas hingga membentuk ruangan subretina (ablasio
retina)
• Pada diskus optikus dan oraserata, retina dan epitelium pigmen
retina saling melekat kuat. Bila terjadi ablasio akan membatasi
perluasan cairan subretina
41. Lapisan Keterangan
Membran limitan interna
lapisan paling dalam, memisahkan retina
dengan vitreous
Lapisan serabut saraf
Mengandung akson – akson sel ganglion yng
berjalan menuju nervus optikus
Lapisan sel ganglion Mengandung badan sel ganglion
Lapisan pleksiformis
dalam
Mengandung sambungan” sel ganglion
dengan sel amakrin dan sel bipolar
Lapisan inti (nukleus)
dalam badan sel bipolar,
amakrin dan sel
horizontal
Sel bipolar, Sel amakrin, Sel horizontal
Pleksiformis luar
Mengandung sambungan – sambungan sel
bipolar dan sel horizontal dengan foto
reseptor
Lapisan nucleus luar Susunan lapisan sel batang dan kerucut
Membran limitan
eksterna
Membran maya
Lapisan foto reseptor
Terdiri atas sel batang dan kerucut, fungsinya
mengubah rangsang cahaya menjadi impuls
saraf yg dihantarakan oleh jaras pengelihatan
ke korteks pengelihatan ( oksipital)
Mengandung pigmen, terdiri dari sel basal
42. • Tebal retina 0,1 mm dari oraserata dan 0,23
mm pada kutub posterior
• Ditengah dari retina posterior terdapat:
• Makula daerah pigmentasi kekuningan
yang disebabkan oleh pigmen luteal (xantofil)
yang berdiameter 1,5 mm
• Fovea zona avaskuler terletak ditengah –
tengah dari macula sekitar 3,5 mm disebelah
lateral diskus optikus (memberi pantulan
khusu bila dilihat dengan oftalmoskop
44. ABLASIO RETINA
Ablasio retina (retinal detachment)
adalah suatu keadaan terpisahnya sel
kerucut dan sel batang retina dari sel
epitel pigmen retina, pada keadaan ini
sel epitel pigmen masih melekat erat
dengan membrana Bruch.
Antara sel kerucut dan sel batang retina
tidak terdapat suatu perlengketan
struktural dengan koroid atau pigmen
epitel, sehingga merupakan titik lemah
yang potensial untuk lepas.
Mengakibatkan gangguan nutrisi retina
dari pembuluh darah koroid yang bila
berlangsung lama akan mengakibatkan
gangguan fungsi penglihatan yang
45. FAKTOR PREDISPOSISI
Adapun faktor-faktor penyebab ablasio retina yang paling umum adalah
miopia 40% -50%
Operasi katarak dengan implan lensa (pseudofakia) 30-40%
Trauma okuli 10-20%.
Diperkirakan 15 % pasien dengan ablasio retina pada salah satu mata akan
mengalami ablasio pada mata lainnya. (bilateral)
Risiko ablasio bilateral meningkat (25-30%) pada pasien yang telah menjalani
ekstraksi katarak bilateral.
46. PATOGENESIS & KLASIFIKASIA
Ablasio jenis ini termasuk yang paling sering
ditemukan di klinik.
Proses lepasnya retina didahui oleh suatu proses
yang kompleks dengan faktor predisposisi
berupa
Defek seluruh ketebalan pada retina (hole
atau robekan)
Pencairan vitreus (vitreous liquefaction)
Defek retina dapat disebabkan. Pertama, yaitu
degenerasi perifer berupa penipisan retina
didaerah perifer disertai atrophic hole. Kedua,
robekan retina yang timbul akibat tarikan
jaringan vitreus pada retina (vitreo-retinal
traction).
Defek ini memungkinkan vitreus yang sudah
mencair memperoleh akses keruang
sehingga terjadi pemisahan lapisan sensorik
retina dari epitel pigmen retina
Merupakan kondisi sekunder dari kelainan retina yang
berkaitan dengan proliferasi membrane
neovascular, sebagai respons dari kasus retinopati
diabetic, oklusi vena retina sentral atau cabang, uveitis
posterior.
Proliferasi membrane neovascular dapat terjadi di atas
papil saraf optic (NVD, neovascularization on the
disk) atau pada permukaan retina (NVE,
neovascularization elsewhere.
Membran ini dalam perkembangannya dapat
berkontraksi dan membuat tarikan pada permukaan
retina sehingga terjadi ablasio retina.
Lokasi ablasio traksional dapat terjadi di berbagai area
retina, tetap umumnya didaerah polus posterior
(macula serta papil saraf optic)
ABLASIO RETINA
REGMATOGEN
ABLASIO RETINA
TRAKSIONAL
47. ABLASIO RETINA EKSUDATIF
Ablasio jenis ini merupakan kondisi sekunder yang umumnya terjadi akibat proses inflamasi di
jaringan uvea posterior.
Proses inflamasi akan menyebabkan permeabilitas dinding vascular dikedua laoisan tersebut
meningkat dan menyebabkan eksudasi cairan ekstravaskular.
Eksudasi cairan tersebut akan berkumulasi di ruang subretina dan menyebabkan pemisahan lapisan
retina dari epitel pigmen sehingga terjadi ablasio retina.
Uveitis posterior yang dapat menyebabkan ablasio retina retina eksudatif adalah penyakit Harada,
Khoroiditis, tuberculosis ocular, vasculitis retina.
48.
49. PATOGENESIS & KLASIFIKASI
• Jika terjadi robekan pada retina, sehingga
vitreus yang mengalami likuifikasi dapat
memasuki ruangan subretina dan
menyebabkan ablasio progresif (ablasio
regmatogenosa)
• Jika retina tertarik oleh serabut jaringan
kontraktil pada permukaan retina (misalnya
seperti pada retinopati proliferatif pada
diabetes mellitus (ablasio retina traksional)
• Walaupun jarang terjadi, bila cairan
berakumulasi dalam ruangan subretina
akibat proses eksudasi, yang dapat terjadi
selama toksemia pada kehamilan (ablasio
retina eksudatif)
50. DIAGNOSIS
Anamnesis
• Gejala yang sering dikeluhkan penderita adalah:
Fotopsia/ light flashes (kilatan cahaya). Fotopsia terjadi akibat tarikan vitreus terhadap retina.
Floaters (Sensasi melihat objek berwarna coklat kehitaman dengan berbagai bentuk serta ukuran). Robekan
pada retina, menyebabkan terlepasnya pigmen RPE dan masuk kedalam rongga vitreus sehingga
menimbulkan gejala floaters.
Penurunan tajam penglihatan. Pasien mengeluh penglihatannya sebagian seperti tertutup tirai yang semakin
lama semakin luas.
Pemeriksaan oftalmologi
– Pemeriksaan visus
Dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat terlibatnya makula lutea ataupun terjadi kekeruhan
media penglihatan atau badan kaca yang menghambat sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat
menurun bila makula lutea ikut terangkat.
– Pemeriksaan tekanan bola mata
Kadang cenderung rendah <10 mmhg atau normal
– Pemeriksaan lapangan pandang
– Pemeriksaan funduskopi
Yaitu salah satu cara terbaik untuk mendiagnosis ablasio retina dengan menggunakan binokuler indirek
oftalmoskopi.
51. Bila ablasio hanya melibatkan retina perifer (dengan bagian sentral/makula intak), tajam penglihatan sentral
pasien biasanya normal (visus 6/6), tetapi dengan lapang pandangan terganggu dengan kesan seperti
tertutup tirai.
Apabila sudah mengenai macula, pasien akan mengalami penurunan tajam penglihatan drastic, yang dapat
mencapai 1/60 sampai 1/~
52. FUNDUSKOPI PADA
ABLASIO RETINA
• Hilangnya refleks fundus.
• Retina yang mengalami ablasio tampak sebagai membran abu
– abu terangkat yang menutupi gambaran vaskuler koroid.
• Jika terdapat akumulasi cairan pada ruang subretina,
didapatkan pergerakkan undulasi retina ketika mata bergerak.
• Pembuluh darah retina yang terlepas dari dasarnya berwarna
gelap, berkelok – kelok dan membengkok di tepi ablasio.
• Pada retina yang terjadi ablasio telihat lipatan – lipatan halus.
• Satu robekan pada retina terlihat agak merah muda karena
terdapat pembuluh koroid dibawahnya.
Funduskopi dilakukan dalam keadaan pupil didilatasi agar
pemeriksaan dapat mencapai retina bagian perifer. Diarahkan
sampai bagian perifer retina secara sistemik kesetiap kuadran untuk
mencari robekan atau lubang retina.
53. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Electroretinography (ERG) adalah dibawah normal atau tidak ada.
• Ultrasonography mengkonfirmasikan diagnosis. Jika terdapat kekeruhan media seperti katarak matur,
pedarahan vitreus atau vitritis berat, diperlukan pemeriksaan khusus menggunakan USG mata.
PENATALAKSANAAN
Penanganan inisial yang bisa dilakukan dokter umum dalam proses merujuk adalah
menganjurkan agar pasien mengurangi mobilisasi atau (bedrest), dan apabila
memungkinkan sebaiknya berbarng kesisi “tirai” yang dikeluhkan.
54. PENATALAKSANAAN
Terdapat 2 pilihan tindakan scleral buckle vitrektomi, atau kombinasi keduanya.
Scleral buckle Vitrektomi
Sebuah gelang yang lentur ditempatkan diseputar bola mata
untuk menetralkan kekuatan yang menarik retina dari dasarnya.
Seringkali dokter mata mengeluarkan cairan yang ada dibawah
bagian retina yang lepas, dan menarik retina ke posisi normal,
prosedur ini dilaksanakan di kamar bedah.
Menentukan lokasi robekan retina dan
menggunakan laser atau cryotherapy untuk
mematri robekan.
55. PENATALAKSANAAN: RETINOPEKSI
PNEUMATIK
Dokter mata akan memasukkan
sejenis gas khusus ke dalam rongga
vitreus untuk mendorong retina yang
lepas untuk kembali ke posisi semula.
Setelah tindakan, sambil menunggu
proses hilangnya gas, penderita akan
diminta untuk menjaga kepala pada
posisi tertentu selama beberapa hari.
Dengan posisi kepala yang benar gas
akan menekan retina yang lepas
kembali ke asalnya.
57. Dengan beberapa tambahan tindakan.
Penggunaan Laser Endotamponade dengan gas
atau silicone oil
Tatalaksana pada jenis ablasio eksudatif adalah dengan medika mentosa sesuai degan etiologi
ablasio. Pasien harus menjalani pemeriksaan lengkap seperti, laboratorium darah, foto toraks, tes
imunologi, dan fundus fluorescent angiography dan lain – lain sesuai indikasi.
Menentukan lokasi robekan retina dan
menggunakan laser atau cryotherapy
untuk mematri robekan.
58. KOMPLIKASI
• Penurunan ketajaman penglihatan dan kebutaan merupakan komplikasi yang
paling umum terjadi pada ablasio retina.
• Penurunan penglihatan terhadap gerakan tangan atau persepsi cahaya adalah
komplikasi yang sering dari ablasio retina yang melibatkan makula
59. PROGNOSIS
Prognosis tergantung luasnya robekan retina, jarak waktu terjadinya ablasio,
diagnosisnya dan tindakan bedah yang dilakukan.
Terapi yang cepat dapat memberikan prognosis lebih baik.
Prognosis lebih buruk bila mengenai makula atau jika telah berlangsung lama
Prognosis functionam dan sanactionam kasus ablasio retina bergantung pada
beberapa faktor, dengan yang terpenting diantaranya adalah durasi ablasio, semakin
segera dilakukan tindakan pembedahan prognosis akan semakian baik.