2. Ragam Gejala Sosial dalam
Masyarakat
MATA PELAJARAN SOSIOLOGI
KELAS 10 IPS / IPA
3. “Keseragaman semua anggota
masyarakat tentang kesadaran moral
tidak dimungkinkan. Tiap individu
berbeda satu sama lain karena
dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti keturunan, lingkungan fisik, dan
lingkungan sosial” [Emile Durkheim]
4. Hal yang dipelajari dalam
sosiologi adalah pola-pola
hubungan dalam masyarakat.
Pola-pola hubungan tersebut
dapat menciptakan kestabilan
atau keadaan normal, namun
dapat pula menimbulkan
keadaan yang tidak normal,
seperti penyimpangan dan
masalah sosial lainnya. Gejala-
gejala tersebut dikenal sebagai
realitas sosial masyarakat.
5. Realitas adalah kualitas yang berkaitan dengan fenomena yang
kita anggap berada di luar kemauan kita (sebab ia tidak dapat
dienyahkan). Berger dan Luckman melihat bahwa realitas
sosial memiliki dimensi objektif dan subjektif. Manusia
memiliki peluang untuk melakukan interpretasi berbeda atas
realitas yang diperolehnya melalui sosialisasi (sosialisasi tidak
sempurna) yang dilihatnya sebagai cermin dunia objektifnya.
Interpretasi yan berbeda ini secara kolektif akan membentuk
sebuah realitas baru. Berger menyebut proses ini sebagai
eksternalisasi.
Eksternalisasi berjalan lambat namun pasti. Proses ini
mengakibatkan terjadinya perubahan aturan atau norma dalam
masyarakat. Menurut Berger, masyarakat sebetulnya adalah
produk dari manusia. Manusia tidak hanya dibentuk oleh
masyarakat, tetapi juga mencoba mengubah masyarakat,
termasuk perubahan yang berakibat munculnya masalah-
masalah sosial.
6. Masalah Sosial
Masalah sosial sesungguhnya
merupakan akibat dari interaksi sosial.
Dalam keadaan normal, interaksi
sosial dapat menghasilkan integrasi.
Namun, interaksi sosial juga dapat
menghasilkan konflik.
Soerjono Soekanto
mengatakan bahwa
masalah sosial adalah
ketidaksesuaian antara
unsur-unsur kebudayaan
atau masyarakat yang
membahayakan
kehidupan kelompok
sosial. Masalah sosial
dibedakan menjadi
empat yaitu sebagai
berikut.
▪ Masalah sosial dari faktor ekonomis
▪ Masalah sosial dari faktor biologis
▪ Masalah sosial dari faktor psikologis
▪ Masalah sosial dari faktor kebudayaan
7. Kriteria Masalah Sosial
▪ Kriteria umum, masalah sosial terjadi karena ada perbedaan antara nilai-nilai
dalam suatu masyarakat dengan kondisi nyata kehidupan.
▪ Sumber masalah sosial, selain bersumber dari interaksi sosial yang efektif,
masalah sosial juga dapat bersumber dari gejala-gejala alam.
▪ Pihak yang menetapkan masalah sosial, dalam masyarakat, umumnya terdapat
sekelompok kecil individu yang mempunyai kekuasaan dan wewenang untuk
menentukan apakah sesuatu dianggap sebagai masalah sosial atau bukan.
▪ Masalah sosial nyata dan laten, masalah sosial nyata adalah masalah sosial yang
timbul akibat terjadinya kepincangan yang disebabkan ketidaksesuaian tindakan
dengan norma dan nilai masyarakat. Masalah sosial laten adalah masalah sosial
yang ada dalam masyarakat, tetapi tidak diakui sebagai masalah.
▪ Perhatian masyarakat dan masalah sosial, suatu kejadian atau peristiwa berubah
menjadi masalah sosial ketika hal tersebut menarik perhatian masyarakat.
Masyarakat secara intens membahas dan menggugat peristiwa tersebut.
8. Beberapa Masalah Sosial
Masa Kini Kemiskinan, Kejahatan, Disorganisasi
Keluarga
Masalah Generasi Muda, Masyarakat
Modern Peperangan, Pelanggaran
Terhadap Norma-Norma Masyarakat,
Pelacuran, Kenakalan Remaja,
Alkoholisme, Korupsi
9. Nilai Sosial
Nilai didefinisikan sebagai konsepsi (pemikiran)
abstrak dalam diri manusia mengenai apa yang
dianggap baik dan buruk.
10. Ciri-ciri Nilai Konstruksi masyarakat
Disebarkan antara sesama warga
masyarakat
Terbentuk melalui sosialisasi
Bagian dari usaha pemenuhan
kebutuhan dan kepuasan sosial
manusia.
Dapat mempengaruhi
perkembangan diri seseorang
Memiliki pengaruh yang berbeda
antarwarga masyarakat
Cenderung berkaitan satu sama
lain dan membentuk sistem nilai
11. Fungsi nilai sosial Dapat menyumbang seperangkat
alat untuk menetapkan “harga”
sosial dari suatu kelompok
Mengarahkan masyarakat dalam
berpikir dan bertingkahlaku
Penentu terakhir manusia dalam
memenuhi peranan-peranan sosial
Alat solidaritas dikalangan anggota
kelompok (masyarakat)
Alat pengawas/Kontrol perilaku
manusia dengan daya tekan dan
daya mengikat tertentu agar orang
mau berperilaku sesuai dengan
sistem nilai
12. Pembagian Nilai Menurut
Prof. Dr. Notonegoro
Nilai Berdasarkan Cirinya
Nilai material
Nilai vital
Nilai kerohanian
Nilai kebenaran
Nilai keindahan
Nilai kebaikan atau nilai moral
Nilai religious
Nilai dominan
Nilai yang mendarah daging
13. Norma Sosial
Norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat warga
kelompok dalam masyarakat. Norma dipakai sebagai panduan,
tatanan, dan pengendali tingkahlaku yang sesuai dengan harapan
masyarakat. Norma berfungsi mengatur dan mengendalikan
perilaku masyarakat demi terciptanya keteraturan sosial. Norma
juga menjadi kriteria bagi masyarakat untuk mendukung atau
menolak perilaku seseorang.
14. Tingkatan Norma
Jenis Norma
Norma sosial yang mengatur
masyarakat bersifat formal dan
non formal
Norma formal bersumber dari
lembaga masyarakat (institusi)
formal. Norma ini biasanya
tertulis
Norma nonformal biasanya
tidak tertulis dan jumlahnya
lebih banyak dari norma
formal.
o Norma agama
o Norma kesusilaan
o Norma kesopanan
o Norma kebiasaan
(habit)
o Norma hukum
o Cara (usage)
o Kebiasaan (folksways)
o Tata kelakuan (mores)
o Adat istiadat (custom)
15. Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian
Dalam sosiologi, penanaman atau proses belajar kebiasaan-
kebiasaan di dalam suatu kelompok atau masyarakat disebut
sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan
atau nilai dan aturan atau norma dari satu generasi ke generasi
lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.
Menurut sejumlah sosiolog, hal yang dipelajari dalam proses
sosialisasi adalah peran, yaitu bagaimana seseorang berperan sesuai
dengan nilai, kebiasaan, dan norma yang berlaku dalam masyarakat
atau kelompoknya. Sementara itu, beberapa tokoh lain
mengemukakan bahwa yang dipelajari dalam proses sosialisasi
adalah nilai dan norma sosial. Oleh sebab itu, teori sosialisasi dari
sejumlah tokoh sosiologi merupakan teori peran (role theory)
16. Proses sosialisasi dan
pembentukan kepribadian
Kepribadian merupakan kumpulan kebiasaan, sifat,
sikap, dan ide-ide dari seorang individu yang berpola
dan berkaitan secara eksternal dengan peran dan status,
dan secara internal dengan motivasi dan tujuan pribadi
serta dan berbagai aspek kedirian lainnya. Kepribadian
adalah produk dari interaksi sosial dalam kehidupan
kelompok.
Dalam sosiologi, istilah kepribadian dikenal dengan
sebutan diri (self). Sosialisasi bertujuan membentuk diri
seseorang agar dapat bertindak dan berperilaku sesuai
dengan nilai dan norma yang dianut oleh masyarakat
dilingkungan tempat tinggalnya.
17. Menurut George Herbert Mead dalam bukunya Mind, self,
and Society, ketika lahir, manusia belum memiliki diri (self).
Diri manusia berkembang tahap demi tahap melalui interaksi
dengan anggota masyarakat lain, hal tersebut dikenal dengan
proses pengambilan peran (role taking), yaitu:
Tahap Preparation Stage (tahap persiapan) mengenali
lingkungan sekitarnya
Tahap Play Stage (tahap bermain peran) memainkan
peran-peran orang dewasa disekelilingnya.
Tahap Game Stage (tahap siap bertindak) menempatkan
pada posisi orang lain dan kemampuannya dalam bermain
bersama-sama atau berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
yang terorganisir.
Tahap Generalized Other (penerimaan norma kolektif)
18. Faktor-Faktor Pembentuk
Kepribadian
Setiap orang mempunyai kepribadian.
Hanya saja, tiap kepribadian berbeda satu
sama lain. Hal tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu warisan biologis,
lingkungan fisik, kebudayaan, pengalaman
kelompok, dan pengalaman unik seseorang.
20. Penyimpangan Sosial
Konformitas
Perilaku Menyimpang
Menurut John M. Shepard, konformitas
merupakan bentuk interaksi ketika
seseorang berperilaku terhadap orang
lain sesuai dengan harapan kelompok
atau masyarakat tempat tinggalnya.
Suatu perilaku dikatakan
menyimpang apabila tidak sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku
dalam masyarakat
21. Teori-Teori Perilaku Menyimpang
Edwin H. Sutherland
Mengemukakan sebuah teori yang
dinamakannya differential association
theory. Menurutnya, penyimpangan
bersumber pada pergaulan dengan orang
yang berperilaku menyimpang.
Robert K. Merton
Struktur sosial menghasilkan
pelanggaran terhadap aturan sosial dan
menekan orang tertentu kearah
perilaku nonkonformis.
22. Edwin M. Lemert
Lemert menamakan teorinya
labelling theory. Menurut Lemert,
seseorang menjadi penyimpang
(deviant) karena proses labelisasi
(pemberian julukan atau cap) oleh
masyarakat terhadap orang
tersebut.Selanjutnya Lemert
mengembangkan gagasan tentang
penyimpangan primer dan sekunder
untuk menjelaskan proses pelabelan.
23. Hubungan Antara Perilaku
Menyimpang dan Sosialisasi yang
Tidak Sempurna
Pada bagian sebelumnya kita telah
mempelajari tetang pelaku-pelaku sosialisasi,
seperti keluarga, sekolah, teman sepermainan,
dan media massa (cetak elektronik). Setiap
pelaku sosialisasi mempunyai fungsi masing-
masing yang seharusnya saling melengkapi.
Namun pada kenyataannya, sering terjadi
ketidaksepadanan antara pesan yang
disampaikan pelaku sosialisasi yang satu
dengan pelaku sosialisasi yang lain.
24. Pengendalian Sosial
Pengendalian sosial adalah mekanisme untuk
mencegah penyimpangan dan mengarahkan
anggota masyarakat untuk bertindak menurut
norma dan nilai yang telah melembaga. Para
sosiolog menggunakan istilah pengendalian sosial
untuk menggambarkan segenap cara dan proses
yang ditempuh oleh sekelompok orang oleh
sekelompok orang atau masyarakat yang
bersangkutan untuk memaksa individu agar taat
pada sejumlah pelaturan.
25. Terdapat dua sifat pengendalian sosial, yaitu preventif
dan represif. Preventif adalah pengendalian sosial
yang dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran.
Represif adalah pengendalian sosial yang ditujukan
untuk memulihkan keadaan seperti sebelum terjadi
pelanggaran. Pengendalian yang terakhir ini dilakukan
setelah orang melakukan suatu tindakan
penyimpangan.
26. Cara Pengendalian Sosial
Cara Pengendalian Melalui
Institusi dan Noninstitusi
Cara pengendalian melalui institusi adalah
cara pengendalian sosial melalui lembaga-
lembaga sosial yang ada di dalam
masyarakat. Cara pengendalian melalui
noninstitusi adalah cara pengendalian di
luar institusi sosial yang ada, seperti oleh
individu atau kelompok massa yang tidak
saling mengenal.
27. Cara Pengendalian secara Lisan,
Simbolik, dan Kekerasan
Cara Pengendalian Sosial Melalui
Imbalan dan Hukuman (Reward
and Punishment)
Cara pengendalian melalui lisan dan
simbolik disebut juga cara pengendalian
sosial persuasif. Cara pengendalian sosial
melalui kekerasan sering juga disebut cara
pengendalian koersif.
Cara pengendalian sosial melalui imbalan
cenderung bersifat preventif. Cara
pengendalian sosial melalui hukuman
cenderung bersifat represif.
Formal oleh lembaga-lembaga resmi. Informal
oleh kelompok yang kecil, akrab,
Cara Pengendalian Sosial
Melalui Tekanan Sosial