SlideShare a Scribd company logo
1 of 34
Download to read offline
Oleh :
Rindang Cahyani Putri H. Abas
111 2018 2125
BAGIAN NEUROLOGI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
LAPORAN KASUS
Pembimbing :
dr. Erni Pancawati, Sp.S, M.Kes
Nama : Ny. J
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 52 tahun
Agama : Islam
Alamat : Jl. Arung Teko
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. Rekam Medik : 072857
Tanggal MRS : 15 April 2019
• Keluhan Utama : Bibir mencong ke kanan
• Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien merasa bibirnya mencong ke kanan, saat
minum air mengalir dari bibirnya sebelah kiri sejak 2 hari yang lalu. Keluhan
sebelumnya diawali dengan mata sebelah kiri tidak bisa tertutup rapat dan
sering mengeluarkan air mata. Pasien susah makan dan minum, namun
penurunan indera pengecap disangkal. Sakit kepala kiri berdenyut dibagian
belakang telinga kiri. Pasien mengeluhkan nyeri pada telinga dan
mengeluarkan cairan dari telinga. Tidak ada keluhan gangguan bicara dan
keluhan lemah pada anggota badan.
• Riwayat Penyakit Dahulu : Belum pernah menderita penyakit ini sebekumnya.
Riwayat hipertensi disangkal, penyakit jantung disangkal, stroke disangkal, diabetes
mellitus disangkal. Pasien mengaku memiliki riwayat asam urat diatas normal. Nyeri
ulu hati dirasakan namun tidak ada mual dan muntah. Tidak ada sesak. BAB dan
BAK normal.
• Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita
hal yang serupa seperti pasien.
• Riwayat Kebiasaan : Pasien suka menggunakan kipas angin dalam
aktivitas sehari-hari.
• Keadaan Umum : sakit sedang
• Kesadaran : compos mentis
• GCS : E4M6V5 = 15
• Tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,50C
• Kepala : normocephal
• Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
• Hidung : deviasi septum (-), sekret (-)
• Telinga : normotia, nyeri tekan tragus (-), sekret (+)
• Mulut : bibir tidak kering, deviasi lidah (-)
• Leher : tidak ada pembesaran KGB, tidak ada pembesaran tiroid
• Thoraks :
Inspeksi : pergerakan dada simetris, tidak ada lesi
Palpasi : Vocal fremitus normal
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi :
Paru : suara napas vesikular, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : bunyi jantung I dan II normal, regular, tidak ada gallop dan murmur
• Abdomen
Inspeksi : abdomen datar
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : nyeri ulu hati (+), hepatomegali (-), splenomegaly (-)
Perkusi : tidak dilakukan
• Ekstremitas
Superior : akral hangat, RCT < 2detik, edema (-), sianosis (-)
Inferior : akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-), sianosis (-)
• Kesadaran : compos mentis
• GCS : Eye: 4, Motorik:6, Verbal:5. Total: 15
• Rangsang meningeal
Kaku kuduk : negatif
Kernig sign : negatif
• N. Olfactorius
• N. Optikus
Dextra Sinistra
Daya
pembau
Tidak dilakukan
Dextra Sinistra
Tajam Penglihatan Normal Normal
Lapang Pandang Normal Normal
Pengenalan Warna Tidak dilakukan
Funduskopi Tidak dilakukan
Dextra Sinistra
Ptosis - -
Gerakan Bola Mata
Medial
Atas
 Bawah
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Ukuran Pupil Pupil bulat isokor Ø ODS 2,5 mm
Refleks Cahaya
Langsung
+ +
Refleks Cahaya Tidak
Langsung
+ +
Dextra Sinistra
Gerakan Mata
Medial Bawah
Baik
Baik
Dextra Sinistra
Gerakan mata ke
lateral
+ +
N. Abducens
N. Oculomotorius N. Trochlearis
Menggigit Normal
Membuka mulut Normal
Sensibilitas
Oftalmikus
Maksilaris
Mandibularis
+
+
+
+
+
+
N. Trigeminus
Dextra Sinistra
Mengangkat alis + -
Kerutan dahi + -
Menutup mata + -
Menyeringai + -
Daya pengecap
2/3
depan
Tidak dilakukan
N. Fascialis
Dextra Sinistra
Tes Romberg Tidak dilakukan
Tes bisik Tidak dilakukan
Tes Rinne Tidak dilakukan
Tes Weber Tidak dilakukan
Tes Schwabach Tidak dilakukan
Arkus faring Normal
Daya Kecap
Lidah 1/3
belakang
Tidak dilakukan
Uvula Letak di tengah
Menelan Normal
Refleks muntah Tidak dilakukan
N. Vestibulocochlearis N. Glosofaringeus dan N. Vagus
Dextra Sinistra
Memalingkan kepala Baik Baik
Mengangkat bahu Baik Baik
Sikap lidah Tidak ada deviasi
Fasikulasi -
Tremor lidah -
Atrofi otot lidah -
N. Accesorius
N. Hipoglossus
Dextra Sinistra
Bentuk Tidak ada deformitas
Tonus Normal Normal
Kekuatan 5/5 5/5
Reflex Bisep + +
Reflex Trisep + +
Dextra Sinistra
Bentuk Tidak ada deformitas
Tonus Normal Normal
Kekuatan 5/5 5/5
Reflex Achiller + +
Reflex Patella + +
Dextra Sinistra
Babinski - -
Chaddocck - -
Oppenheim - -
Schaeffer - -
Gonda - -
Hoffman
Trommer
-
-
Ekstremitas atas
Ekstremitas bawah
Refleks Patologis
Dextra Sinistra
Rasa Raba
- Ekstremitas Atas
- Ekstremitas Bawah
Tidak dilakukan
Rasa Nyeri
-Ekstremitas Atas
- Ekstremitas Bawah
Tidak dilakukan
Rasa Suhu
- Ekstremitas Atas
- Ekstremitas Bawah
Tidak dilakukan
Pasien perempuan usia 52 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan
bibirnya mencong ke kanan, saat minum air mengalir dari bibirnya sebelah
kiri sejak 2 hari yang lalu. Keluhan sebelumnya diawali dengan mata
sebelah kiri tidak bisa tertutup rapat dan selalu mengeluarkan air mata.
Pasien susah makan dan minum. Sakit kepala kiri berdenyut dibagian
belakang telinga kiri, nyeri telinga dan mengeluarkan cairan dari telinga.
Nyeri ulu hati dirasakan. Pasien Nampak sakit sedang, dengan GCS:
E4M6V5. Tekanan darah : 120/80 mmHg, nadi : 80 x/menit, pernapasan: 20
x/menit, suhu: 36,50C. Status neurologis di dapatkan pasien terjadi
gangguan di nervus VII (Nervus Facialis) tipe perifer, tampak bibir mencong
ke kanan, tidak dapat mengangakat alis sebelah kiri, tidak dapat menutup
mata kiri, tidak terbentuk sudut nasolabialis kiri. Pasien memiliki kebiasaan
suka menggunakan kipas angin dalam aktivitas sehari-hari.
• Diagnosa Klinis : Ipsiparese nervus VII sinistra
• Diagnosa Topis : parese nervus VII tipe perifer
• Diagnosa Etiologi : Bells palsy
Non-farmakologis:
• Istirahat terutama pada keadaan akut .
• Melatih kekuatan motorik otot wajah, terutama kemapuan mengangkat
alis, menutup mata, dan tersenyum.
Farmakologis:
• Prednison 60 mg 3x4 untuk 5 hari (tappering off)
• Mecobalamin 500 mg 1x1 untuk 7 hari
• Ranitidin 150 mg 2x1 untuk 3 hari
• Quo ad vitam : dubia ad bonam
• Quo ad functionam : dubia ad bonam
Definisi
Bell palsy, disebut juga idiopathic facial
paralysis (IFP), adalah umumnya terjadi
pada paralisis wajah unilateral .
• Di USA insiden bell palsy terjadi 23 kasus per 100.000 penduduk.
• Secara umum insiden yang terjadi 15-30 kasus per 100.000
populasi.
• Pada pasien dengan paralisis unilateral akut sebanyak 60-75%
kasus, dan dengan sisi kanan yang terkena sebanyak 63% kasus.1
• Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan terhadap
terkenanya bell pasy.3
• Insiden terendah ditemukan pada orang muda dari 10 tahun, dan
insiden tertinggi adalah pada orang berusia 60 tahun atau lebih.
Usia puncak adalah antara 20 dan 40 tahun. Penyakit ini juga
terjadi pada orang tua berusia 70-80 tahun.
Bawaan:
• Penyebab Bell’s palsy belum diketahui secara pasti.
Faktor-faktor yang didapat:
• Infeksi virus lain.
• Neoplasma : setelah pengangkatan tumor otak (neoroma akustik)
• Trauma: fraktur basal tengkorak, luka ditelinga
• Neurologis : sindrom Guilain-barre
• Metabolic : kehamilan, diabetes melitus hipertiroid dan hipertensi
• Toksik : alcohol, tetanus dan karbonmonoksida.
• Paparan dingin
• Patofisiologinya belum jelas, tetapi salah satu teori menyebutkan
terjadinya proses inflamasi pada nervus fasialis yang menyebabkan
peningkatan diameter nervus fasialis sehingga terjadi kompresi dari
saraf tersebut pada saat melalui tulang temporal.
• Perjalanan nervus fasialis keluar dari tulang temporal melalui kanalis
fasialis yang mempunyai bentuk seperti corong yang menyempit pada
pintu keluar sebagai foramen mental. Dengan bentukan kanalis yang unik
tersebut, adanya inflamasi, demyelinisasi atau iskemik dapat
menyebabkan gangguan dari konduksi. Impuls motorik yang
dihantarkan oleh nervus fasialis bias mendapat gangguan di lintasan
supranuklear, nuclear dan infranuklear.
• Kelemahan otot wajah, kerutan dahi mengilang ipsilateral, tidak mampu atau
sulit mengedipkan mata, hidung terasa kaku, sulit bicara, sulit makan dan
minum, sensitif terhadap suara (hiperakusis, salivasi yang berlebihan atau
berkurang, pembengkakan wajah, berkurang atau hilanganya rasa kecap, nyeri
didalam atau disekitar telinga, dan air liur sering keluar.
• Adapun gejala pada mata ipsilateral yaitu: sulit atau tidak mampu menutup mata
ipsilateral, air mata berkurang, alis mata jatuh, kelopak mata bawah jatuh, sensitif
terhadap cahaya.9,3
Anamnesa
Bagian atas dan bawah dari otot wajah seluruhnya lumpuh. Dahi tidak dapat
dikerutkan. Fisura palpebral tidak ditutup dan pada usaha untuk memejam mata
terlihatlah bola mata yang berbalik ke atas. Sudut mulut tidak bisa diangkat. Bibir tidak
bisa dicucurkan dan platisma tidak bisa digerakkan. Karena lagoftalmos, maka air
mata tidak bisa disalurkan secara wajar sehingga tertimbun di situ.
Pemeriksaan motoris
Pemeriksaan fungsi motorik N. Fasial yang sistematik yaitu dengan mengamati
kelainan asimetri yang timbul pada wajah akibat kelumpuhan salah satu otot wajah.
Pemeriksaan sensoris
Pemeriksaan fungsi sensorik yaitu dengan menilai dengan daya pengecapan
(citarasa).
Pencitraan: computed tomography (CT) atau magnetic resonance imaging (MRI) untuk
mengidentifikasi infeksi, peradangan, tumor, patah tulang, atau penyebab potensial lainnya untuk
keterlibatan saraf wajah
Tes elektrodiagnostik untuk merangsang saraf wajah untuk menilai tingkat gangguan saraf wajah
Studi serologis untuk menguji penyebab infeksi
Tes pendengaran untuk menentukan apakah saraf koklea atau telinga bagian dalam telah
terpengaruh
Tes vestibular untuk menentukan apakah saraf vestibular terlibat
Tes air mata Schirmer untuk mengukur kemampuan mata untuk menghasilkan air mata
• Medikamentosa :
The American Academy of Neurology (AAN) and the American Academy of
Otolaryngology—Head and Neck Surgery Foundation (AAO-HNSF), dosis steroid
oral harus dimulai pada 72 jam pertama yaitu 50 mg prednison selama 10 hari
atau 60 mg untuk 5 hari pertama, kemudian dikurangi 10 mg setiap hari selama
5 hari berikutnya.5
Antivirus acyclovir 400 mg 5 kali sehari selama 5 hari.11 Namun rezim khas
untuk pengobatan virus adalah 3000 mg / hari (1000 mg valasiklovir tiga kali
sehari) selama 7 hari. Valacyclovir memiliki bioavailabilitas yang lebih tinggi
daripada acyclovir.5
• Fisioterapi :
Dapat dianjurkan pada stadium akut. Tujuan fisioterapi untuk mempertahankan
tonus otot yang lumpuh. Cara yang sering digunakan yaitu : mengurut/ massage
otot wajah selama 5 menit pagi-sore.6
• Sekitar 80-90% pasien dengan Bell’s palsy sembuh total dalam
6 bulan, bahkan pada 50-60% kasus membaik dalam 3
minggu. Sekitar 10% mengalami asimetri muskulus fasialis
persisten, dan 5% mengalami sekuele yang berat, serta 8%
kasus dapat rekuren.
• Faktor yang dapat mendukung ke prognosis baik adalah
paralisis parsial inkomplit pada fase akut (penyembuhan total),
pemberian kortikosteroid dini, penyembuhan awal dan atau
perbaikan fungsi pengecapan dalam minggu pertama.
• Regenerasi motor inkomplit yaitu regenerasi suboptimal yang
menyebabkan paresis seluruh atau beberapa muskulus fasialis,
• Regenerasi sensorik inkomplit yang menyebabkan disgeusia
(gangguan pengecapan), ageusia (hilang pengecapan), dan
disestesia (gangguan sensasi atau sensasi yang tidak sama
dengan stimuli normal),
• Reinervasi yang salah dari saraf fasialis, sindrom air mata buaya
(crocodile tears syndrome)
• Kontraktur otot wajah
• Gejala yang didapatkan pada pasien sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa tanda dan
gejala pasien dnegan bell’s palsy adalah timbul pada sisi wajah ipsilateral seperti kelemahan
otot wajah, kerutan dahi menghilang ipsilateral, tampak seperti orang letih, tidak mampu
atau sulit mengedipkan mata, hidung terasa kaku, sulit bicara, sulit makan dan minum,
sensitif terhadap suara (hiperakusis), salivasi yang berlebihan atau berkurang, pembengkakan
wajah, berkurang atau hilangnya rasa kecap, nyeri didalam atau disekitar telinga, dan air liur
sering keluar. Adapun gejala pada mata ipsilateral yaitu: sulit atau tidak mampu menutup mata
ipsilateral, air mata berkurang, alis mata jatuh, kelopak mata bawah jatuh.3,12
• Pada riwayat kebiasaan pasien didapatkan bahwa pasien sering
menggunakan kipas angin dalam kesehariannya. Hal ini menjadi salah
satu faktor risiko terjadinya Bell’s palsy bahwa paparan udara dingin yang
terus-menerus menerus dalam hal ini adalah angin dapat menyebabkan
perubahan vasomotor di area wajah, memicu terjadinya neuritis
edematosa dengan refleks iskemia. Akibatnya, perintah otak untuk
menggerakkan otot-otot wajah tidak dapat diteruskan.5,6
• Tatalaksana : medikamentosa Prednison 60 mg 3x4 untuk 5 hari. Pemberian
kortikosteroid dapat menurunkan resiko terjadinya gejala sisa ringan ataupun
sedang. Dosis tersebut kemudian di turunkan 10 mg setiap hari selama 5 hari
berikutnya. Pada pasien tidak diberikan terapi kombinasi antara kortikosteroid
dengan antiviral karena diduga penyebab terjadinya bell’s palsy pada pasien bukan
disebabkan oleh virus. Maka diharapkan dengan pemberian kortikosteroid
dalam 72 jam sejak onset dapat meringankan gejala pasien.
• Selain itu fisioterapi dengan latihan otot-otot wajah dapat membantu memulihkan
kekuatan otot wajah pasien. Dapat dilakukan dengan berdiri di depan cermin sambil
latihan mengangkat alis, membuka dan menutup mata, bersiul, meniup, masing-
masing dilakukan sebanyak lima kali sebanyak tiga kali sehari. Penyembuhan
optimal dapat terlihat dalam 4 minggu.15
Laporan Kasus Bell's palsy

More Related Content

What's hot

Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Jafar Nyan
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
yudhasetya01
 
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Novi Y'uZzman
 

What's hot (20)

Laporan kasus
Laporan kasusLaporan kasus
Laporan kasus
 
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hati
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu HatiAspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hati
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hati
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialis
 
Baca ct scan
Baca ct scanBaca ct scan
Baca ct scan
 
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisMengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
 
Appendicitis)
Appendicitis)Appendicitis)
Appendicitis)
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
 
151025700 case-radikulopati-lumbal
151025700 case-radikulopati-lumbal151025700 case-radikulopati-lumbal
151025700 case-radikulopati-lumbal
 
Membaca Elektrokardiografi dengan Mudah dan Sistematis
Membaca Elektrokardiografi dengan Mudah dan SistematisMembaca Elektrokardiografi dengan Mudah dan Sistematis
Membaca Elektrokardiografi dengan Mudah dan Sistematis
 
Laporan Kasus Stroke Hemoragik
Laporan Kasus Stroke HemoragikLaporan Kasus Stroke Hemoragik
Laporan Kasus Stroke Hemoragik
 
Seizures & Epilepsy, chapt. #1: Diagnosis, at a glance, for beginners
Seizures & Epilepsy, chapt. #1: Diagnosis, at a glance, for beginnersSeizures & Epilepsy, chapt. #1: Diagnosis, at a glance, for beginners
Seizures & Epilepsy, chapt. #1: Diagnosis, at a glance, for beginners
 
Veruka vulgaris
Veruka vulgarisVeruka vulgaris
Veruka vulgaris
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
 
Status Dermatologikus
Status DermatologikusStatus Dermatologikus
Status Dermatologikus
 
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskuler
 
Kasus Kecil Interna : CKD, Hipertensi, Diabetes Melitus, CHF
Kasus Kecil Interna : CKD, Hipertensi, Diabetes Melitus, CHFKasus Kecil Interna : CKD, Hipertensi, Diabetes Melitus, CHF
Kasus Kecil Interna : CKD, Hipertensi, Diabetes Melitus, CHF
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
 
Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran
Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran
Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran
 
Stilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafasStilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafas
 
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
 

Similar to Laporan Kasus Bell's palsy

Stroke hemoragik Elisabeth Kristianti.pptx
Stroke hemoragik Elisabeth Kristianti.pptxStroke hemoragik Elisabeth Kristianti.pptx
Stroke hemoragik Elisabeth Kristianti.pptx
DepartemenSaraf
 
et causa autism spectrum disorder et cause autism spectrum disorder
et causa autism spectrum disorder et cause autism spectrum disorderet causa autism spectrum disorder et cause autism spectrum disorder
et causa autism spectrum disorder et cause autism spectrum disorder
vinil26
 
Laporan kasus bedah onkologi
Laporan kasus bedah onkologiLaporan kasus bedah onkologi
Laporan kasus bedah onkologi
Argo Widigdo
 

Similar to Laporan Kasus Bell's palsy (20)

stroke.pdf
stroke.pdfstroke.pdf
stroke.pdf
 
Stroke hemoragik Elisabeth Kristianti.pptx
Stroke hemoragik Elisabeth Kristianti.pptxStroke hemoragik Elisabeth Kristianti.pptx
Stroke hemoragik Elisabeth Kristianti.pptx
 
Case Report Session.pptx
Case Report Session.pptxCase Report Session.pptx
Case Report Session.pptx
 
PPT Ujian tahap 1 n3urologi dr Arif-1.pptx
PPT Ujian tahap 1 n3urologi dr Arif-1.pptxPPT Ujian tahap 1 n3urologi dr Arif-1.pptx
PPT Ujian tahap 1 n3urologi dr Arif-1.pptx
 
196496593 case-sn
196496593 case-sn196496593 case-sn
196496593 case-sn
 
LAPORAN_KASUS_bells_palsy.ppt
LAPORAN_KASUS_bells_palsy.pptLAPORAN_KASUS_bells_palsy.ppt
LAPORAN_KASUS_bells_palsy.ppt
 
dokumen.tips_sinusitis-kronis-5597982febd21.pptx
dokumen.tips_sinusitis-kronis-5597982febd21.pptxdokumen.tips_sinusitis-kronis-5597982febd21.pptx
dokumen.tips_sinusitis-kronis-5597982febd21.pptx
 
Quadriparese tipe Spastik - Parese N VII sinistra tipe sentral -Parese N XII ...
Quadriparese tipe Spastik - Parese N VII sinistra tipe sentral -Parese N XII ...Quadriparese tipe Spastik - Parese N VII sinistra tipe sentral -Parese N XII ...
Quadriparese tipe Spastik - Parese N VII sinistra tipe sentral -Parese N XII ...
 
Stroke Infark.pptx
Stroke Infark.pptxStroke Infark.pptx
Stroke Infark.pptx
 
PPT TETANUS.pptx
PPT TETANUS.pptxPPT TETANUS.pptx
PPT TETANUS.pptx
 
laporan kasus - STROKE NON HEMORAGIK.pptx
laporan kasus - STROKE NON HEMORAGIK.pptxlaporan kasus - STROKE NON HEMORAGIK.pptx
laporan kasus - STROKE NON HEMORAGIK.pptx
 
LAPORAN KASUS pada pasien bells_palsy di uptd pkm damai
LAPORAN KASUS pada pasien bells_palsy  di uptd pkm damaiLAPORAN KASUS pada pasien bells_palsy  di uptd pkm damai
LAPORAN KASUS pada pasien bells_palsy di uptd pkm damai
 
Laporan kasus bels palsy di uptd puskesmas
Laporan kasus bels palsy di uptd puskesmasLaporan kasus bels palsy di uptd puskesmas
Laporan kasus bels palsy di uptd puskesmas
 
165976434 status-case-sh
165976434 status-case-sh165976434 status-case-sh
165976434 status-case-sh
 
Presus kuu
Presus kuuPresus kuu
Presus kuu
 
209500293 case-stroke
209500293 case-stroke209500293 case-stroke
209500293 case-stroke
 
114452210 case-quw-bgg
114452210 case-quw-bgg114452210 case-quw-bgg
114452210 case-quw-bgg
 
Kasus dana analisa kasus new
Kasus dana analisa kasus newKasus dana analisa kasus new
Kasus dana analisa kasus new
 
et causa autism spectrum disorder et cause autism spectrum disorder
et causa autism spectrum disorder et cause autism spectrum disorderet causa autism spectrum disorder et cause autism spectrum disorder
et causa autism spectrum disorder et cause autism spectrum disorder
 
Laporan kasus bedah onkologi
Laporan kasus bedah onkologiLaporan kasus bedah onkologi
Laporan kasus bedah onkologi
 

More from Rindang Abas

Panel modul penyakit akibat kerja blok kekom klp 3
Panel modul penyakit akibat kerja blok kekom klp 3Panel modul penyakit akibat kerja blok kekom klp 3
Panel modul penyakit akibat kerja blok kekom klp 3
Rindang Abas
 

More from Rindang Abas (20)

IMUNISASI PCV DAN HPV.pdf
IMUNISASI PCV DAN HPV.pdfIMUNISASI PCV DAN HPV.pdf
IMUNISASI PCV DAN HPV.pdf
 
Jurnal Generalized anxiety disorder, depressive symptoms and sleep quality du...
Jurnal Generalized anxiety disorder, depressive symptoms and sleep quality du...Jurnal Generalized anxiety disorder, depressive symptoms and sleep quality du...
Jurnal Generalized anxiety disorder, depressive symptoms and sleep quality du...
 
Telaah jurnal Prevalence of hypochondriac symptoms among health science stude...
Telaah jurnal Prevalence of hypochondriac symptoms among health science stude...Telaah jurnal Prevalence of hypochondriac symptoms among health science stude...
Telaah jurnal Prevalence of hypochondriac symptoms among health science stude...
 
Jurnal insomnia among medical and paramedical students in jordan
Jurnal insomnia among medical and paramedical students in jordanJurnal insomnia among medical and paramedical students in jordan
Jurnal insomnia among medical and paramedical students in jordan
 
Hipokondriasis
HipokondriasisHipokondriasis
Hipokondriasis
 
Refarat Volvulus Sigmoid
Refarat Volvulus Sigmoid Refarat Volvulus Sigmoid
Refarat Volvulus Sigmoid
 
ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI
ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINIASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI
ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI
 
MODUL KESEHATAN KELUARGA BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS
MODUL KESEHATAN KELUARGA BLOK KEDOKTERAN KOMUNITASMODUL KESEHATAN KELUARGA BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS
MODUL KESEHATAN KELUARGA BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS
 
Panel modul mep (tumbang) skenario 1 kel.6
Panel modul mep (tumbang) skenario 1 kel.6Panel modul mep (tumbang) skenario 1 kel.6
Panel modul mep (tumbang) skenario 1 kel.6
 
MODUL KDRT klp 15 BLOK FORENSIK
MODUL KDRT klp 15 BLOK FORENSIKMODUL KDRT klp 15 BLOK FORENSIK
MODUL KDRT klp 15 BLOK FORENSIK
 
Osteoarthritis dan Artritis Gout
Osteoarthritis dan Artritis GoutOsteoarthritis dan Artritis Gout
Osteoarthritis dan Artritis Gout
 
PANEL MODUL BERCAK PUTIH BLOK TROPIS FAKULTAS KEDOKTERAN UMI
PANEL MODUL BERCAK PUTIH BLOK TROPIS FAKULTAS KEDOKTERAN UMIPANEL MODUL BERCAK PUTIH BLOK TROPIS FAKULTAS KEDOKTERAN UMI
PANEL MODUL BERCAK PUTIH BLOK TROPIS FAKULTAS KEDOKTERAN UMI
 
Panel modul penyakit akibat kerja blok kekom klp 3
Panel modul penyakit akibat kerja blok kekom klp 3Panel modul penyakit akibat kerja blok kekom klp 3
Panel modul penyakit akibat kerja blok kekom klp 3
 
Panel modul kesehatan keluarga blok kekom klp 3
Panel  modul kesehatan keluarga blok kekom klp 3Panel  modul kesehatan keluarga blok kekom klp 3
Panel modul kesehatan keluarga blok kekom klp 3
 
SOSIALISASI KANKER PADA ANAK
SOSIALISASI KANKER PADA ANAKSOSIALISASI KANKER PADA ANAK
SOSIALISASI KANKER PADA ANAK
 
MODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULER
MODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULERMODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULER
MODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULER
 
PANEL MODUL ACUTE ABDOMINAL PAIN (NYERI AKUT ABDOMEN)
PANEL MODUL ACUTE ABDOMINAL PAIN (NYERI AKUT ABDOMEN)PANEL MODUL ACUTE ABDOMINAL PAIN (NYERI AKUT ABDOMEN)
PANEL MODUL ACUTE ABDOMINAL PAIN (NYERI AKUT ABDOMEN)
 
PANEL MODUL BLOODY DEFECATION (BAB CAIR BERDARAH)
PANEL MODUL BLOODY DEFECATION (BAB CAIR BERDARAH)PANEL MODUL BLOODY DEFECATION (BAB CAIR BERDARAH)
PANEL MODUL BLOODY DEFECATION (BAB CAIR BERDARAH)
 
Tautan gen
Tautan genTautan gen
Tautan gen
 
BIOTEKNOLOGI
BIOTEKNOLOGIBIOTEKNOLOGI
BIOTEKNOLOGI
 

Recently uploaded

Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 

Recently uploaded (20)

power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 

Laporan Kasus Bell's palsy

  • 1. Oleh : Rindang Cahyani Putri H. Abas 111 2018 2125 BAGIAN NEUROLOGI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2019 LAPORAN KASUS Pembimbing : dr. Erni Pancawati, Sp.S, M.Kes
  • 2. Nama : Ny. J Jenis kelamin : Perempuan Usia : 52 tahun Agama : Islam Alamat : Jl. Arung Teko Status : Menikah Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga No. Rekam Medik : 072857 Tanggal MRS : 15 April 2019
  • 3. • Keluhan Utama : Bibir mencong ke kanan • Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien merasa bibirnya mencong ke kanan, saat minum air mengalir dari bibirnya sebelah kiri sejak 2 hari yang lalu. Keluhan sebelumnya diawali dengan mata sebelah kiri tidak bisa tertutup rapat dan sering mengeluarkan air mata. Pasien susah makan dan minum, namun penurunan indera pengecap disangkal. Sakit kepala kiri berdenyut dibagian belakang telinga kiri. Pasien mengeluhkan nyeri pada telinga dan mengeluarkan cairan dari telinga. Tidak ada keluhan gangguan bicara dan keluhan lemah pada anggota badan.
  • 4. • Riwayat Penyakit Dahulu : Belum pernah menderita penyakit ini sebekumnya. Riwayat hipertensi disangkal, penyakit jantung disangkal, stroke disangkal, diabetes mellitus disangkal. Pasien mengaku memiliki riwayat asam urat diatas normal. Nyeri ulu hati dirasakan namun tidak ada mual dan muntah. Tidak ada sesak. BAB dan BAK normal. • Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita hal yang serupa seperti pasien. • Riwayat Kebiasaan : Pasien suka menggunakan kipas angin dalam aktivitas sehari-hari.
  • 5. • Keadaan Umum : sakit sedang • Kesadaran : compos mentis • GCS : E4M6V5 = 15 • Tanda vital : Tekanan darah : 120/80 mmHg Nadi : 80 x/menit Pernapasan : 20 x/menit Suhu : 36,50C
  • 6. • Kepala : normocephal • Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) • Hidung : deviasi septum (-), sekret (-) • Telinga : normotia, nyeri tekan tragus (-), sekret (+) • Mulut : bibir tidak kering, deviasi lidah (-) • Leher : tidak ada pembesaran KGB, tidak ada pembesaran tiroid • Thoraks : Inspeksi : pergerakan dada simetris, tidak ada lesi Palpasi : Vocal fremitus normal Perkusi : Tidak dilakukan Auskultasi : Paru : suara napas vesikular, rhonki (-/-), wheezing (-/-) Jantung : bunyi jantung I dan II normal, regular, tidak ada gallop dan murmur
  • 7. • Abdomen Inspeksi : abdomen datar Auskultasi : bising usus normal Palpasi : nyeri ulu hati (+), hepatomegali (-), splenomegaly (-) Perkusi : tidak dilakukan • Ekstremitas Superior : akral hangat, RCT < 2detik, edema (-), sianosis (-) Inferior : akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-), sianosis (-)
  • 8. • Kesadaran : compos mentis • GCS : Eye: 4, Motorik:6, Verbal:5. Total: 15 • Rangsang meningeal Kaku kuduk : negatif Kernig sign : negatif
  • 9. • N. Olfactorius • N. Optikus Dextra Sinistra Daya pembau Tidak dilakukan Dextra Sinistra Tajam Penglihatan Normal Normal Lapang Pandang Normal Normal Pengenalan Warna Tidak dilakukan Funduskopi Tidak dilakukan
  • 10. Dextra Sinistra Ptosis - - Gerakan Bola Mata Medial Atas  Bawah Baik Baik Baik Baik Baik Baik Ukuran Pupil Pupil bulat isokor Ø ODS 2,5 mm Refleks Cahaya Langsung + + Refleks Cahaya Tidak Langsung + + Dextra Sinistra Gerakan Mata Medial Bawah Baik Baik Dextra Sinistra Gerakan mata ke lateral + + N. Abducens N. Oculomotorius N. Trochlearis
  • 11. Menggigit Normal Membuka mulut Normal Sensibilitas Oftalmikus Maksilaris Mandibularis + + + + + + N. Trigeminus Dextra Sinistra Mengangkat alis + - Kerutan dahi + - Menutup mata + - Menyeringai + - Daya pengecap 2/3 depan Tidak dilakukan N. Fascialis
  • 12. Dextra Sinistra Tes Romberg Tidak dilakukan Tes bisik Tidak dilakukan Tes Rinne Tidak dilakukan Tes Weber Tidak dilakukan Tes Schwabach Tidak dilakukan Arkus faring Normal Daya Kecap Lidah 1/3 belakang Tidak dilakukan Uvula Letak di tengah Menelan Normal Refleks muntah Tidak dilakukan N. Vestibulocochlearis N. Glosofaringeus dan N. Vagus
  • 13. Dextra Sinistra Memalingkan kepala Baik Baik Mengangkat bahu Baik Baik Sikap lidah Tidak ada deviasi Fasikulasi - Tremor lidah - Atrofi otot lidah - N. Accesorius N. Hipoglossus
  • 14. Dextra Sinistra Bentuk Tidak ada deformitas Tonus Normal Normal Kekuatan 5/5 5/5 Reflex Bisep + + Reflex Trisep + + Dextra Sinistra Bentuk Tidak ada deformitas Tonus Normal Normal Kekuatan 5/5 5/5 Reflex Achiller + + Reflex Patella + + Dextra Sinistra Babinski - - Chaddocck - - Oppenheim - - Schaeffer - - Gonda - - Hoffman Trommer - - Ekstremitas atas Ekstremitas bawah Refleks Patologis
  • 15. Dextra Sinistra Rasa Raba - Ekstremitas Atas - Ekstremitas Bawah Tidak dilakukan Rasa Nyeri -Ekstremitas Atas - Ekstremitas Bawah Tidak dilakukan Rasa Suhu - Ekstremitas Atas - Ekstremitas Bawah Tidak dilakukan
  • 16. Pasien perempuan usia 52 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan bibirnya mencong ke kanan, saat minum air mengalir dari bibirnya sebelah kiri sejak 2 hari yang lalu. Keluhan sebelumnya diawali dengan mata sebelah kiri tidak bisa tertutup rapat dan selalu mengeluarkan air mata. Pasien susah makan dan minum. Sakit kepala kiri berdenyut dibagian belakang telinga kiri, nyeri telinga dan mengeluarkan cairan dari telinga. Nyeri ulu hati dirasakan. Pasien Nampak sakit sedang, dengan GCS: E4M6V5. Tekanan darah : 120/80 mmHg, nadi : 80 x/menit, pernapasan: 20 x/menit, suhu: 36,50C. Status neurologis di dapatkan pasien terjadi gangguan di nervus VII (Nervus Facialis) tipe perifer, tampak bibir mencong ke kanan, tidak dapat mengangakat alis sebelah kiri, tidak dapat menutup mata kiri, tidak terbentuk sudut nasolabialis kiri. Pasien memiliki kebiasaan suka menggunakan kipas angin dalam aktivitas sehari-hari.
  • 17. • Diagnosa Klinis : Ipsiparese nervus VII sinistra • Diagnosa Topis : parese nervus VII tipe perifer • Diagnosa Etiologi : Bells palsy
  • 18. Non-farmakologis: • Istirahat terutama pada keadaan akut . • Melatih kekuatan motorik otot wajah, terutama kemapuan mengangkat alis, menutup mata, dan tersenyum. Farmakologis: • Prednison 60 mg 3x4 untuk 5 hari (tappering off) • Mecobalamin 500 mg 1x1 untuk 7 hari • Ranitidin 150 mg 2x1 untuk 3 hari
  • 19. • Quo ad vitam : dubia ad bonam • Quo ad functionam : dubia ad bonam
  • 20. Definisi Bell palsy, disebut juga idiopathic facial paralysis (IFP), adalah umumnya terjadi pada paralisis wajah unilateral .
  • 21. • Di USA insiden bell palsy terjadi 23 kasus per 100.000 penduduk. • Secara umum insiden yang terjadi 15-30 kasus per 100.000 populasi. • Pada pasien dengan paralisis unilateral akut sebanyak 60-75% kasus, dan dengan sisi kanan yang terkena sebanyak 63% kasus.1 • Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan terhadap terkenanya bell pasy.3 • Insiden terendah ditemukan pada orang muda dari 10 tahun, dan insiden tertinggi adalah pada orang berusia 60 tahun atau lebih. Usia puncak adalah antara 20 dan 40 tahun. Penyakit ini juga terjadi pada orang tua berusia 70-80 tahun.
  • 22. Bawaan: • Penyebab Bell’s palsy belum diketahui secara pasti. Faktor-faktor yang didapat: • Infeksi virus lain. • Neoplasma : setelah pengangkatan tumor otak (neoroma akustik) • Trauma: fraktur basal tengkorak, luka ditelinga • Neurologis : sindrom Guilain-barre • Metabolic : kehamilan, diabetes melitus hipertiroid dan hipertensi • Toksik : alcohol, tetanus dan karbonmonoksida. • Paparan dingin
  • 23. • Patofisiologinya belum jelas, tetapi salah satu teori menyebutkan terjadinya proses inflamasi pada nervus fasialis yang menyebabkan peningkatan diameter nervus fasialis sehingga terjadi kompresi dari saraf tersebut pada saat melalui tulang temporal. • Perjalanan nervus fasialis keluar dari tulang temporal melalui kanalis fasialis yang mempunyai bentuk seperti corong yang menyempit pada pintu keluar sebagai foramen mental. Dengan bentukan kanalis yang unik tersebut, adanya inflamasi, demyelinisasi atau iskemik dapat menyebabkan gangguan dari konduksi. Impuls motorik yang dihantarkan oleh nervus fasialis bias mendapat gangguan di lintasan supranuklear, nuclear dan infranuklear.
  • 24.
  • 25. • Kelemahan otot wajah, kerutan dahi mengilang ipsilateral, tidak mampu atau sulit mengedipkan mata, hidung terasa kaku, sulit bicara, sulit makan dan minum, sensitif terhadap suara (hiperakusis, salivasi yang berlebihan atau berkurang, pembengkakan wajah, berkurang atau hilanganya rasa kecap, nyeri didalam atau disekitar telinga, dan air liur sering keluar. • Adapun gejala pada mata ipsilateral yaitu: sulit atau tidak mampu menutup mata ipsilateral, air mata berkurang, alis mata jatuh, kelopak mata bawah jatuh, sensitif terhadap cahaya.9,3
  • 26. Anamnesa Bagian atas dan bawah dari otot wajah seluruhnya lumpuh. Dahi tidak dapat dikerutkan. Fisura palpebral tidak ditutup dan pada usaha untuk memejam mata terlihatlah bola mata yang berbalik ke atas. Sudut mulut tidak bisa diangkat. Bibir tidak bisa dicucurkan dan platisma tidak bisa digerakkan. Karena lagoftalmos, maka air mata tidak bisa disalurkan secara wajar sehingga tertimbun di situ. Pemeriksaan motoris Pemeriksaan fungsi motorik N. Fasial yang sistematik yaitu dengan mengamati kelainan asimetri yang timbul pada wajah akibat kelumpuhan salah satu otot wajah. Pemeriksaan sensoris Pemeriksaan fungsi sensorik yaitu dengan menilai dengan daya pengecapan (citarasa).
  • 27. Pencitraan: computed tomography (CT) atau magnetic resonance imaging (MRI) untuk mengidentifikasi infeksi, peradangan, tumor, patah tulang, atau penyebab potensial lainnya untuk keterlibatan saraf wajah Tes elektrodiagnostik untuk merangsang saraf wajah untuk menilai tingkat gangguan saraf wajah Studi serologis untuk menguji penyebab infeksi Tes pendengaran untuk menentukan apakah saraf koklea atau telinga bagian dalam telah terpengaruh Tes vestibular untuk menentukan apakah saraf vestibular terlibat Tes air mata Schirmer untuk mengukur kemampuan mata untuk menghasilkan air mata
  • 28. • Medikamentosa : The American Academy of Neurology (AAN) and the American Academy of Otolaryngology—Head and Neck Surgery Foundation (AAO-HNSF), dosis steroid oral harus dimulai pada 72 jam pertama yaitu 50 mg prednison selama 10 hari atau 60 mg untuk 5 hari pertama, kemudian dikurangi 10 mg setiap hari selama 5 hari berikutnya.5 Antivirus acyclovir 400 mg 5 kali sehari selama 5 hari.11 Namun rezim khas untuk pengobatan virus adalah 3000 mg / hari (1000 mg valasiklovir tiga kali sehari) selama 7 hari. Valacyclovir memiliki bioavailabilitas yang lebih tinggi daripada acyclovir.5 • Fisioterapi : Dapat dianjurkan pada stadium akut. Tujuan fisioterapi untuk mempertahankan tonus otot yang lumpuh. Cara yang sering digunakan yaitu : mengurut/ massage otot wajah selama 5 menit pagi-sore.6
  • 29. • Sekitar 80-90% pasien dengan Bell’s palsy sembuh total dalam 6 bulan, bahkan pada 50-60% kasus membaik dalam 3 minggu. Sekitar 10% mengalami asimetri muskulus fasialis persisten, dan 5% mengalami sekuele yang berat, serta 8% kasus dapat rekuren. • Faktor yang dapat mendukung ke prognosis baik adalah paralisis parsial inkomplit pada fase akut (penyembuhan total), pemberian kortikosteroid dini, penyembuhan awal dan atau perbaikan fungsi pengecapan dalam minggu pertama.
  • 30. • Regenerasi motor inkomplit yaitu regenerasi suboptimal yang menyebabkan paresis seluruh atau beberapa muskulus fasialis, • Regenerasi sensorik inkomplit yang menyebabkan disgeusia (gangguan pengecapan), ageusia (hilang pengecapan), dan disestesia (gangguan sensasi atau sensasi yang tidak sama dengan stimuli normal), • Reinervasi yang salah dari saraf fasialis, sindrom air mata buaya (crocodile tears syndrome) • Kontraktur otot wajah
  • 31. • Gejala yang didapatkan pada pasien sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa tanda dan gejala pasien dnegan bell’s palsy adalah timbul pada sisi wajah ipsilateral seperti kelemahan otot wajah, kerutan dahi menghilang ipsilateral, tampak seperti orang letih, tidak mampu atau sulit mengedipkan mata, hidung terasa kaku, sulit bicara, sulit makan dan minum, sensitif terhadap suara (hiperakusis), salivasi yang berlebihan atau berkurang, pembengkakan wajah, berkurang atau hilangnya rasa kecap, nyeri didalam atau disekitar telinga, dan air liur sering keluar. Adapun gejala pada mata ipsilateral yaitu: sulit atau tidak mampu menutup mata ipsilateral, air mata berkurang, alis mata jatuh, kelopak mata bawah jatuh.3,12
  • 32. • Pada riwayat kebiasaan pasien didapatkan bahwa pasien sering menggunakan kipas angin dalam kesehariannya. Hal ini menjadi salah satu faktor risiko terjadinya Bell’s palsy bahwa paparan udara dingin yang terus-menerus menerus dalam hal ini adalah angin dapat menyebabkan perubahan vasomotor di area wajah, memicu terjadinya neuritis edematosa dengan refleks iskemia. Akibatnya, perintah otak untuk menggerakkan otot-otot wajah tidak dapat diteruskan.5,6
  • 33. • Tatalaksana : medikamentosa Prednison 60 mg 3x4 untuk 5 hari. Pemberian kortikosteroid dapat menurunkan resiko terjadinya gejala sisa ringan ataupun sedang. Dosis tersebut kemudian di turunkan 10 mg setiap hari selama 5 hari berikutnya. Pada pasien tidak diberikan terapi kombinasi antara kortikosteroid dengan antiviral karena diduga penyebab terjadinya bell’s palsy pada pasien bukan disebabkan oleh virus. Maka diharapkan dengan pemberian kortikosteroid dalam 72 jam sejak onset dapat meringankan gejala pasien. • Selain itu fisioterapi dengan latihan otot-otot wajah dapat membantu memulihkan kekuatan otot wajah pasien. Dapat dilakukan dengan berdiri di depan cermin sambil latihan mengangkat alis, membuka dan menutup mata, bersiul, meniup, masing- masing dilakukan sebanyak lima kali sebanyak tiga kali sehari. Penyembuhan optimal dapat terlihat dalam 4 minggu.15