1. KONJUNGTIVITIS
Oleh: Ary Yanuar S 1820221113
Pembimbing:
dr. Hermansyah, Sp.M
dr. Henry A. W, Sp.M (K)
dr. Mustafa K. Shahab, Sp.M
dr. Risa F. S. Lubis, Sp.M
dr. Susan Sri Anggraeni, Sp.M
Laporan Kasus
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK.I RADEN SAID SUKANTO
PERIODE 15 FENRUARI – 12 MARET 2021
FAKULTAS KEDOKTERAN UPNVJ
2. Identitas
• Nama : Ny. T
• No RM : 667842
• Umur : 55 Tahun
• Jenis Kelamin : Perempuas
• Agama : Islam
• Alamat : Asrama Polri Pasar Rebo
• Pekerjaan : PNS Polri
• Bangsa : Indonesia
• Status : Menikah
• Tanggal Pemeriksaan : 22 Februari 2021
3. Keluhan utama
Mata kiri merah sejak 3 hari sebelum masuk RS.
KELUHAN TAMBAHAN
Mata berair, rasa seperti benda asing yang mengganjal, dan
sulit membuka mata.
4. Riwayat penyakit sekarang
Pasien, 55 tahun datang ke poliklinik Mata RS Bhayangkara Tk.I R. Said Sukanto dengan keluhan
mata kiri merah sejak 3 hari yang lalu. Keluhan disertai berair, rasa mengganjal, dan sulit
membuka mata. Awalnya pasien merasakan rasa mengganjal pada sore dan malam hari, pagi
saat bangun tidur mata kanan sudah merah, mengeluarkan cairan yang terasa lengket. Sekret
yang keluar disertai kotoran/belek berwarna putih kekuningan. Pasien merasa seperti ada benda
asing di matanya yang mengganjal dan sulit membuka matanya jika pasien tidak membersihkan
kotoran yang keluar dari matanya. Keluhan seperti demam, batuk, pilek, penglihatan buram,
gatal, perih, nyeri, rasa panas, dan silau disangkal. Riwayat trauma pada mata dan benda asing
masuk mata juga disangkal. Keluhan ini belum pernah diobati sebelumnya.
Pasien mengatakan keluhan serupa dirasakan 4 bulan yang lalu pada mata kirinya dan pasien
berobat ke poliklinik mata RS Polri. Pasien menyangkal adanya rasa ingin berkemih pada malam
hari, merasa haus, maupun rasa ingin lapar. Selain itu pasien tidak ada kendala melihat garus
lurus
5. Riwayat penyakit
dahulu
• Riwayat keluhan serupa
: diakui
Riwayat penggunaan
kacamata: diakui
Riwayat trauma mata :
disangkal
Riwayat pembedahan
mata: disangkal
Riwayat hipertensi:
disangkal
Riwayat diabetes
Mellitus: disangkal
Riwayat alergi:
disangkal
Riwayat asma :
disangkal
Riwayat
penyakit
keluarga
• Riwayat keluhan
serupa :
disangkal
Riwayat
hipertensi:
disangkal
Riwayat diabetes
mellitus:
disangkal
Riwayat alergi :
disangkal
Riwayat Sosial
dan Kebiasaan
Pasien bekerja
di RS
Bhayangkara
Tk.I R Said
Sukanto dan
sering berada
di depan layar
komputer.
• Pasien tidak
merokok dan
meminum
alkohol.
6. DIAGNOSIS BANDING
BERDASARKAN ANAMNESIS
TEORI KASUS
Konjungtivitis
(Radang konjungtiva dalam
bentuk akut maupun kronis.
Penyebab : bakteri,alergi, viral,
dan berkaitan dengan penyakit
sistemik.)
Keluhan :
Mata merah visus normal, mata merasa
seperti adanya benda asing, tidak silau,
pedas, berair, lengket kelopak matanya
terutama pagi hari.
• Mata merah tanpa disertai mata
buram,
• Berair,
• Sulit membuka mata,
• Rasa seperti ada benda asing yang
mengganjal,
• Kelopak mata yang lengket di pagi
hari.
Blefaritis
(Radang pada kelopak & tepi
kelopak yang melibatkan folikel &
kelenjar rambut. Penyebab:
infeksi bakteri & alergi yang
kronis)
Keluhan:
Kelopak mata merah, bengkak, eksudat
lengket, dan epiforia (pengeluaran air
mata secara berlebihan).
• Mata Merah
• Mata berair
7. DIAGNOSIS BANDING
BERDASARKAN ANAMNESIS
TEORI KASUS
Pterigium
(Pertumbuhan jaringan segitiga
di konjungtiva yang meluas ke
kornea)
Termasuk dalam kelompok mata merah,
visus normal
• Asimtomatik
• Bila meradang: iritatif, merah, &
menimbulkan astigmat.
• Pterigium disebabkan oleh iritasi kronis
akibat debu, cahaya sinar matahari,
dan udara yang panas
• Mata merah tanpa buram sejak 3
hari yang lalu
Pinguekula
(massa kekuningan yang kecil
dan meninggi berbatasan dengan
limbus pada konjungtiva bulbi)
Keluhan:
• Asimptomatik
• Mata merah tanpa disertai penurunan
visus, terasa kering, gatal, nyeri ringan
dan rasa mengganjal atau sensasi
seperti ada benda asing pada mata.
• Biasanya ditemukan pada orang tua
yang sering mendapat rangsangan
sinar matahari, debu, dan angin panas.
• Mata merah tanpa buram,
• Rasa mengganjal,
• Pasien termasuk dalam faktor
risiko terjadinya pinguekula.
8. DIAGNOSIS BANDING
BERDASARKAN ANAMNESIS
TEORI KASUS
Perdarahan/hematoma
subkonjungtiva
(pembuluh darah rapuh karena
hipertensi, arteriosclerosis,
konjungtivitis hemoragik,
anemia, pemakaian
antikoagulan, bersin yang hebat,
batuk rejan, trauma).
Keluhan:
• Mata merah visus normal,
• Spontan dan sering kali mendadak.
• Mata merah tanpa buram yang
mendadak
• Tidak terdapat riwayat penyakit
hipertensi, anemia, pemakaian
antikoagulan, dan trauma mata
maupun kepala.
9. Pemeriksaan fisik
• KU : Baik
• Kesadaran : Compos mentis
TTV • Nadi : 84 kali/menit
• Respirasi : 20 kali/menit
• Suhu : Afebris
STATUS
OPHTALMOLOGIS
12. DIAGNOSIS BANDING
BERDASARKAN pemeriksaan fisik
TEORI KASUS
Konjungtivitis Tanda klinis:
• Visus normal, hiperemi konjungtiva
bulbi (injeksi konjungtiva), lakrimasi
eksudat dengan secret yang lebih nyata
pagi hari, pseudoptopsis, kemosis,
hipertrofi papil, folikel, membran,
pseudomembran, fliktena dan mata
merasa seperti adanya benda asing,
dan adenopati preaurikuler.
• Konjungtivitis bakteri: kedua mata,
keluar kotoran mata berwarna kuning
kehijauan.
• Konjungtivitis viral: satu mata, mata
sangat berair, berwarna bening.
• Konjungtivitis alergi: kedua mata, mata
terasa gatal, mata sangat berair, &
ditemukan papil pada konjungtiva.
Pada OS yang dikeluhkan:
• Visus normal,
• Edema minimal pada palpebra
superior
• Injeksi konjungtiva,
• Sekret putih kekuningan,
• Edema pada konjungtiva bulbi.
• Adanya papil di konjungtiva tarsal
13. DIAGNOSIS BANDING
BERDASARKAN pemeriksaan fisik
TEORI KASUS
Blefaritis Bertepi merah, banyak sisik terlihat
mengantung di bulu mata.
• Tipe stafilokok: sisik kering, palpebra
merah, terdapat ulkus-ulkus kecil di
sepanjang tepi palpebra, & bulu mata
cenderung rontok.
• Tipe seboroik: sisik berminyak, tidak
terjadi ulserasi, & tepian palpebra
tidak begitu merah
-
Pterigium Pertumbuhan fibrovascular konjungtiva
pada celah kelopak bagian nasal ataupun
temporal yang meluas ke kornea
berbentuk segitiga dengan puncak di
bagian sentral.
-
Pinguekula Massa kekuningan yang kecil & meninggi
berbatasan dengan limbus pada
konjungtiva bulbi yang letaknya pada
celah kelopak mata terutama bagian nasal
-
14. DIAGNOSIS BANDING
BERDASARKAN pemeriksaan fisik
TEORI KASUS
Perdarahan/hematoma
subkonjungtiva
Tidak ditemukan adanya perdarahan.
SARAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan mikroskopik swab konjungtiva untuk memastikan etiologi dari peradangan
pada konjungtiva dan pemberian terapi yang tepat.
15. Resume
Ny. T, 55 tahun datang dengan mata
kiri merah sejak 3 hari yang lalu disertai
berair, rasa mengganjal seperti ada
benda asing, dan sulit membuka mata.
Air yang keluar berwarna putih
kekuningan dan terasa lengket terutama
pada pagi hari. Riwayat trauma pada
mata, penyakit hipertensi dan diabetes
mellitus disangkal.
Pada pemeriksaan fisik
ditemukan keadaan umum dalam batas
normal dan pada pemeriksaan
oftalmologis ditemukan:
17. RENCANA TATALAKSANA
• Artificial tears 1-2 gtt tiap 2 jam
ODS
• Antibiotik topikal mata
Cloramphenicol 4x1 gtt selama
5 hari OS
Edukasi
o Pasien diberikan informasi mengenai penyakitnya yang
merupakan suatu infeksi yang sangat menular sehingga
harus sering cuci tangan, tidak mengucek-ucek
matanya, tidak menggunakan alat pribadi seperti
handuk dan bantal bersama dengan orang lain, dan
tidak berenang selama dua minggu.
o Kontrol kembali 7 hari kemudian untuk melihat hasil
terapi.
Medikamentosa Non-medikamentosa
18. PROGNOSIS
Quo Ad Vitam : Ad bonam
Quo Ad Functionam : Ad bonam
Quo Ad Sanationam : Ad bonam
Quo Ad cometican : Ad bonam
19. Tinjauan pustaka
Anatomi Konjungtiva Sel epitel skuamosa bertingkat:
Sel goblet : sekresi mukus
Stroma
Perdarahan: a. siliaris anterior dan a. palpebralis. Kedua
arteri ini beranastomosis dengan vena membentuk
jaring-jaring.
Inervasi palpebra: cabang oftamik N.V.
20. Tinjauan pustaka
Konjungtivitis
• Peradangan pada konjungtiva
• Penyakit mata yang paling umum di dunia.
• Karena lokasinya, konjungtiva terpajan oleh banyak mikroorganisme
dan faktor-faktor lingkungan lain yang mengganggu.
• Disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri), iritasi atau reaksi
alergi.
• Adanya gangguan atau kerusakan pada mekanisme pertahanan mata
dapat menyebabkan infeksi pada konjungtiva.
21. Tinjauan pustaka
Epidemiologi
• Keratokonjungtivitis vernal : Sering pada anak
• Keratokonjungtivitis atopik & alergika : Dewasa muda
• Konjungtivitis papiler raksasa : 1-3% pengguna kontak lensa
• Konjungtivitis infeksius: Perempuan = laki-laki
• Konjungtivitis sicca : Perempuan.
25. Tinjauan pustaka
Konjungtivitis Bakteri
Secara umum:
• Iritasi
• Injeksi konjungtiva
bilateral
• Eksudat purulen
• Edema palpebra.
• Infeksi biasanya mulai
pada satu mata dan
melalui tangan menular
ke sebelahnya.
26. Tinjauan pustaka
Konjungtivitis Bakteri
• N. gonorrhoeae, N. kochii, N meningitidis
• Eksudat purulen yang banyak.
• Harus segera diobati jika ditunda, bisa
terjadi kerusakan kornea
Konjungtivitis bakteri hiperakut (purulen)
• S. preumoniae pada iklim sedang, H.
aegyptius pada iklim tropis
• Hiperemia
• Sekret mukopurulen sedang.
Konjungtivitis mukopurulen (catarrhal) akut
27. Tinjauan pustaka
Konjungtivitis Bakteri
• H. influenzae, E. coli dan spesies proteus.
• Eksudat tipis,
• Berair, atau berawan.
Konjungtivitis subakut
• Pada obstruksi ductus nasolacrimalis &
dakriosistitis kronik
• Unilateral.
• Bisa menyertai blefaritis bakterial kronik
atau disfungsi kelenjar meibom.
Konjungtivitis bakteri kronik
Pemeriksaan penunjang:
• Pemeriksaan mikroskopik kerokan
konjungtiva yang dipulas dengan pulasan
Gram atau Giemsa
• Studi sensitivitas antibiotik
28. Tinjauan pustaka
Konjungtivitis Bakteri
• Blefaritis marginal kronik
• Parut di konjungtiva
Komplikasi
Terapi
• Tergantung pada temuan agen mikrobiologiknya,
namun memulai dengan antimikroba topikal spektrum
luas (mis., polymyxin-trime-thoprim).
• Gonokokus:
• Ceftriaxone 1 g dosis tunggal IM
(kornea tidak terlibat)
• Ceftriaxone parenteral, 1-2 g/hari selama 5 hari
(kornea terlibat)
• Saccus conjunctivalis harus dibilas dengan larutan
saline
• Memperhatikan hygiene
30. Tinjauan pustaka
Konjungtivitis Viral
Konjungtivitis Folikular Viral Akut
• Adenovirus tipe 3,4 dan 7,
• droplet atau kolam renang.
• demam, faringitis, sekret berair, folikel pada konjungtiva yang mengenai satu atau kedua mata.
• Berjalan akut, hiperemia konjungtiva, secret serous, fotofobia, kelopak bengkak dengan
pseudomembran, dapat terjadi keratitis epitel, pembesaran kelenjar limfe preurikel.
Pengobatannya:
kompres, astringen, lubrikasi, pada kasus yang berat dapat diberikan antibiotik dengan steroid topikal.
Demam faringokonjungtiva
31. • Adenovirus 8,19, 29 dan 37, bilateral.
• Mudah menular dengan masa inkubasi
8-9 hari dan masa infeksius 14 hari.
• Injeksi konjungtiva, mata berair,
perdarahan subkonjungtiva, folikel
terutama konjungtiva bawah,
pseudomembran. Kelenjar preurikel
membesar.
• Astringen, antibiotik, steroid
Tinjauan pustaka
Konjungtivitis Viral
Konjungtivitis epidemi
32. Tinjauan pustaka
Konjungtivitis Viral
• >50 tahun.
• Hiperemia, vesikel,
pseudomembran, papil, dengan
pembesaran kelenjar preurikel.
• Sel raksasa pada pewarnaan
giemsa, kultur virus, dan sel inklusi
intranuclear.
• Unilateral, iritasi, sekret mukosa,
nyeri dan fotofobia ringan.
• Keratitis herpes simpleks, vesikel
pada kornea membentuk
gambaran dendrit.
• Edema palpebra hebat,
pembesaran kelenjar preaurikular
+ nyeri tekan.
Konjungtivitis herpetic Konjungtivitis Varisela-zoster
33. Tinjauan pustaka
Konjungtivitis Viral
• Virus new castle.
• Gejala klinisnya mirip demam
faringokonjungtiva namun
biasanya menyerang pekerja
peternakan unggas
• Konjungtiva folikular ringan, sakit
periorbita, keratitis, adenopati
preurikel,
• Khas: perdarahan subkonjungtiva
yang dimulai dengan ptekia.
Konjungtivitis New Castle Konjungtivitis hemoragik epidemic akut
34. Tinjauan pustaka
Konjungtivitis Viral
Pemeriksaan
laboratorium
• Mendeteksi virus
penyebab
konjungtivitis &
mencegah pemberian
antibiotik yang tidak
diperlukan.
Komplikasi:
• Berkembang
menjadi kronis,
• Pseudomembran,
• Timbul parut
• Keterlibatan kornea
Tatalaksana:
• Sembuh sendiri dalam beberapa
hari.
• Air mata buatan
• Antibiotik (tidak sembuh setelah
10 hari & superinfeksi bakteri)
• Deksametason 0,1% topikal
• Instruksi hygiene untuk
meminimalkan penyebaran
infeksi.
36. Tinjauan pustaka
Konjungtivitis Alergi
Gejala Klinis
Alergi gatal, kemerahan, air
mata, injeksi ringan konjungtiva,
dan sering ditemukan kemosis
berat.
Vernal gatal dengan
kotoran mata yang berserat,
konjungtiva tampak putih susu
dan banyak papila halus di
konjungtiva tarsalis.
Tatalaksana :
• Tetesan vasokonstriktor-
• antihistamin topikal dan
• kompres dingin untuk mengatasi gatal-gatal
dan
• steroid topikal jangka pendek untuk
meredakan gejala lainnya
Atopik Sensasi terbakar,
pengeluaran sekret mukoid,
merah, dan fotofobia.
Papilar raksasa mirip
konjungtivitis vernal.
38. Tinjauan pustaka
Konjungtivitis Jamur
• Bercak putih
• Pada pasien diabetes dan
pasien dengan keadaan
sistem imun yang
terganggu.
Konjungtivitis Kimia/iritasi
Konjungtivitis Parasit
Konjungtivitis Dry Eyes
• Keratokonjungtivitis sika
• Berkurangnya fungsi air
mata
• Gatal, mata seperti
berpasir, silau, dan
penglihatan kabur.
• Sekresi mukus yang
berlebihan, sukar
menggerakkan kelopak
mata, mata tampak
kering, erosi kornea.
Konjungtivitis Lain
40. Tinjauan pustaka
Pencegahan
• Sering konjungtivitis harus mencuci tangannya agar tidak menulari orang lain
• Tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menyentuh mata yang sakit,
• Tidak menggunakan handuk atau lap bersama dengan orang lain, menggunakan
lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter
• Mengganti sarung bantal dan handuk yang kotor dengan yang bersih setiap hari,
menghindari penggunaan bantal, handuk dan saputangan, bersama
• Menghindari mengucek-ngucek mata,
• Hendaknya segera membuang tissu atau sejenisnya setelah membersihkan kotoran
mata
44. Daftar pustaka
1. Ilyas S, Yulianti S.R. (2015). Ilmu Penyakit Mata. Edisi Kelima. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia.
2. Eva, P. R., & Whitcher, J. P. (2010). Vaughan & Asbury : Oftalmologi Umum (17th ed.). Jakarta: EGC.
3. Lukitasari, A. (2012). Konjungtivitis vernal. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 12(1), 58–62.
4. G. Lang. Ophtalmology – A Pocket Textbook Atlas 2nd Ed. Thieme.
5. Lovensia. (2014). Konjungtivitis Oculi Dextra ec. Suspek Viral. Jurnal Medula Unila Vol. 3 No. 1 (168-173)
6. Ramadhanisa, A. 2014. Conjungtivitis Bakterial Treatment in Kota Karang Village. J Medula Unila Vol.3 No. 2.
7. Rapuano, C. J. 2008. Conjunctivitis. American Academy of Ophtalmology. Available from: http://one.aao.org/asset.axdh.
8. Visscher, K. L. 2009. Evidence-based Treatment of Acute Infective Conjunctivitis.
9. Amadi, A. 2009. Common Ocular Problem in Aba Metropolis of Albia State. Eastern Nigeri: Federal Medical Center Owerri.
10. Marlin, D. S. 2009. Bacterial Conjunctivitis. Penn state College of Medicine. http://emedicine.medscape.com/article/1191370-overview.
Diakses 3 Desember 2020.
11. Majmudar, P. A. 2010. Allergic Conjuctivits. Rush-Presbyterian-St Luke’s Medical Center.
12. Sitompul, R. 2017. Konjungtivitis Viral: Diagnosis dan terapi di Pelayanan Kesehatan Primer. eJKI vol. 5 No. 1 hal. 65-72.
13. Lovensia.2014. Oculi Dextra conjungtivitis ec. Suspect Viral. Jurnal Medula Unila vol.2 No.1.
Inj konjungtiva dr a. konj posterior, Psudoptosis = kelopak sukar terangkat akibat beban kelopak (edema), Kemosis = edema stroma konj., Papil = timbunan sel radang warna merah, dengan pembuluh di tengahnya, Folikel penimbunan carian dan sel limfoid di bawah konj, Membran jar. Nekrotik di mukosa konj yg diangkat berdarah, Pseudo m: membrane yg diangkat tidak berdarah, flikten : radang + neovaskularisasi disekitarnta
Hordeolum: peradangan supuratif kelenjar kelopak mata
Konjungtiva adalah membrane mukosa yang transparan
Tarsalis:tarsus (jar. Ikat pd palpebra posterior)
Fornix: peralihan
Bulbu : sklera
Mekanisme pertahanan air mata: Orbita, kelopak mata, bulu mata, kelenjar lakrimal dan kelenjar meibom berperan dalam produksi, penyaluran dan drainase air mata. Jaringan ikat di sekitar mata dan tulang orbita berfungsi sebagai bantalan yang melindungi mukosa okular. Kelopak mata berkedip 10-15 kali per menit untuk proses pertukaran dan produksi air mata, serta mengurangi waktu kontak mikroba dan iritan ke permukaan mata.
Makromolekul yang terkandung dalam air mata memiliki efek antimikroba seperti lisozim, laktoferin, IgA, dan sitokin lainnya