Substansi seperti elektrolit, gas, dan nutrisi harus bergerak ke seluruh tubuh. Hal ini dapat dapat dilakukan dengan sistem traspor pasif atau aktif. Difusi dan osmosis merupakan contoh dari sistem transpor pasif (James, dkk., 2008: 27). Partikel berpindah karena energi kinetik yang dimilikinya. Hal ini penting untuk memungkinkan partikel menyebrangi membran sel. Tidak diperlukan energi tambahan untuk proses ini. Difusi adalah pengaliran larutan dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke daerah yang konsentrasinya rendah dan hasil akhir dari proses difusi adalah konsentrasi di kedua kompartemen manjadi sama. Larutan tersebut adalah zat-zat atau pertikel-partikel yang berada dalam cairan seperti glukosa, elektrolit, oksigen, dan lain-lain.
Sedangkan osmosis adalah gerakan air melewati membran semipermeabel dari area dengan konsentrasi zat terlarut rendah ke area dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi (Horne & Swearingen, 2001). Pada osmosis, biasnya perpindahan terjadi hanya satu arah karena yang bergerak adalah air. Tujuan osmosis adalah melarutkan zat terlarut (solute) sampai terjadi ekuilibrium pada kedua larutan, suhu larutan, muatan listrik solute dan perbedaan tekanan osmotik. Tekanan osmotik ini bergantung pada konsentrasi molekul di dalam larutan. Bila konsentrasi molekulnya tinggi, maka tekanan osmotik pada larutan tersebut tinggi sehingga air akan tertarik masuk ke dalam larutan tersebut. (Asmadi, 2008: 52-53). Tekanan osmotik dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
TO sel = 22,4.M.T
273
Dengan:
TO = Tekanan osmotik
M = Konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis
T = Temperatur mutlak (273 + t°C)
Kesimpulan
Semakin besar konsentrasi larutan sukrosa, semakin banyak prosentase sel yang terplasmolisis, pada konsentrasi sukrosa 0,14 M, prosentase sel yang terplasmolisis 45%, dimana mendekati 50%, dan nilai tekanan osmosis dari konsentrasi sukrosa 0,14 M adalah 3,48 atm.
1. LAPORAN FISIOLOGI TUMBUHAN
PRAKTIKUM I
DIFUSI DAN OSMOSIS
(Penentuan Tekanan Osmosis Cairan Sel)
Fauziah Khoirun Nisa
17030244003
Biologi 2017 D
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
BIOLOGI
2018/2019
2. A. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum dengan topik “Penentuan Tekanan
Osmosis Cairan Sel” adalah bagaimana pengaruh konsentrasi larutan sukrosa
terhadap prosentase sel pada daun Rhoe discolor yang terplasmolisis?
B. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan pada “Penentuan Tekanan Osmosis Cairan Sel”
berdasarkan rumusan masalah di atas adalah mengatahui pengaruh konsentrasi
larutan sukrosa terhadap prosentase sel pada daun Rhoe discolor yang
terplasmolisis.
C. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat dibuat hipotesis:
Hipotesis a (Ha) : Ada pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap
prosentase sel pada daun Rhoe discolor yang terplasmolisis.
Hipotesis nol (H0) : Tidak ada pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap
prosentase sel pada daun Rhoe discolor yang terplasmolisis.
D. Kajian Pustaka
Substansi seperti elektrolit, gas, dan nutrisi harus bergerak ke seluruh
tubuh. Hal ini dapat dapat dilakukan dengan sistem traspor pasif atau aktif. Difusi
dan osmosis merupakan contoh dari sistem transpor pasif (James, dkk., 2008: 27).
Partikel berpindah karena energi kinetik yang dimilikinya. Hal ini penting untuk
memungkinkan partikel menyebrangi membran sel. Tidak diperlukan energi
tambahan untuk proses ini. Difusi adalah pengaliran larutan dari daerah yang
konsentrasinya tinggi ke daerah yang konsentrasinya rendah dan hasil akhir dari
proses difusi adalah konsentrasi di kedua kompartemen manjadi sama. Larutan
tersebut adalah zat-zat atau pertikel-partikel yang berada dalam cairan seperti
glukosa, elektrolit, oksigen, dan lain-lain.
Sedangkan osmosis adalah gerakan air melewati membran semipermeabel
dari area dengan konsentrasi zat terlarut rendah ke area dengan konsentrasi zat
terlarut lebih tinggi (Horne & Swearingen, 2001). Pada osmosis, biasnya
3. perpindahan terjadi hanya satu arah karena yang bergerak adalah air. Tujuan
osmosis adalah melarutkan zat terlarut (solute) sampai terjadi ekuilibrium pada
kedua larutan, suhu larutan, muatan listrik solute dan perbedaan tekanan osmotik.
Tekanan osmotik ini bergantung pada konsentrasi molekul di dalam larutan. Bila
konsentrasi molekulnya tinggi, maka tekanan osmotik pada larutan tersebut tinggi
sehingga air akan tertarik masuk ke dalam larutan tersebut. (Asmadi, 2008: 52-
53). Tekanan osmotik dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
TO sel = 22,4.M.T
273
Dengan:
TO = Tekanan osmotik
M = Konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis
T = Temperatur mutlak (273 + t°C)
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Manipulasi : Konsentrasi larutan sukrosa
2. Variabel Kontrol : Sayatan daun Rhoe discolor, volume larutan
sukrosa, waktu perendaman, perbesaran
mikroskop
3. Variabel Respon : Sel yang terplasmolisis dan nilai TO (tekanan
osmosis)
F. Definisi Operasional Variabel
Variabel manipulasi yaitu konsentrasi larutan sukrosa dengan molaritas
0,28 M; 0,26 M; 0,24 M; 0,22 M; 0,20 M; 0,18 M; 0,16 M; dan 0,14 M. Kedua,
variabel kontrol yaitu sayatan membujur daun Rhoe discolor, volume larutan
sukrosa 5 mL, waktu perendaman selama 30 menit, perbesaran mikroskop diatur
pada perbesaran yang sama. Terakhir variabel respon yaitu sel yang terplasmolisis
50%.
G. Alat dan Bahan
Daun Rhoe discolor yang jaringan epidermisnya mengandung cairan sel yang
berwarna, larutan sukrosa dengan molaritas 0,28 M; 0,26 M; 0,24 M; 0,22 M;
4. 0,20 M; 0,18 M; 0,16 M; dan 0,14 M, mikroskop, wadah plastik dan tutupnya 8
buah, kaca benda dari kaca penutup, pisau silet, gelas Beaker 100 mL, dan pipet.
H. Rancangan Percobaan
I. Langkah Kerja
1. Mengukur. Siapkan 8 buah wadah plastik, isi masing-masing dengan 5 ml
larutan sukrosa yang telah disediakan dan beri label pada masing-masing
wadah plastik berdasarkan konsentrasi larutan.
2. Ambil daun Rhoe discolor, kemudian sayatlah lapisan epidermis yang
berwarna sebanyak 24 dengan silet. Usahakan hanya menyayat selapis sel.
3. Rendamlah sayatan-sayatan epidermis tersebut pada kaca arloji yang
sudah berisi larutan sukrosa dengan konsentrasi tertentu. Setiap
konsentrasi diisi dengan jumlah 3 sayatan. Catat waktu mulai
perendamannya.
1. Disiapkan 8
wadah plastik
dan tutupnya.
2. Diisi masing-
masing 5 mL
setiap konsentrasi
larutan sukrosa.
3. Diberi label
masing-masing
wadah plastik
setiap konsentrasi
larutan.
sukrosa
4. Sayat lapisan
epidermis
berwarna Rhoe
discolor 24
sayatan.
5. Direndam 3
sayatan pada
masing masing
wadah plastik,
tutup wadahnya.
6. Dicatat waktu
mulai
perendaman.
7. Diamati
dengan
mikroskop
setelah 30 menit.
8. Dihitung
jumlah sel yang
terplasmolisis.
9. Dihitung
prosentase sel
terplasmolisis
terhadap jumlah
sel seluruhnya.
5. 4. Mengamati. Setelah 30 menit, sayatan diambil dan diperiksa dengan
menggunakan mikroskop.
5. Menghitung. Hitung jumlah seluruh sel pada satu lapang pandang, jumlah
sel yang terplasmolisis dan prosentase jumlah sel terplasmolisis terhadap
jumlah sel seluruhnya.
J. Rancangan Tabel Pengamatan
Tabel 1. Hasil pengamatan sel yang terplasmolisis
Konsentrasi
Sukrosa
Ʃ sel seluruhnya Ʃ sel yang terplasmolisis % sel yang
terplasmolisis
0,14 M
175
187
155
85 45%285 20
102 81
0,16 M
199
209
33
30 14%218 11
211 46
0,18 M
170
169
54
45 26%209 35
129 46
0,20 M
134
137
66
58 42%97 72
181 35
0,22 M
180
176
42
57 32%132 104
217 25
0,24 M
222
179
64
57 31%152 57
162 49
0,26 M
170
185
131
111 60%202 110
182 91
0,28 M
101
137
101
137 100%210 210
100 100
6. Gambar 1. Grafik penentuan tekanan osmosis cairan sel
Diskusi:
1. Jelaskan mengapa terjadi peristiwa plasmolisis. Dukung dengan data yang
anda peroleh!
Jawab:
Berdasarkan data, diketahui semakin pekat atau tingginya konsentrasi larutan
sukrosa maka semakin banyak pula sel yang mengalami plasmolisis. Hal
tersebut disebabkan oleh potensial air yang ada di dalam sel epidermis Rhoe
discolor lebih besar dari pada di larutan sukrosa. Potensial yang ada di dalam
sel epidermis Rhoe discolor juga akan lebih besar dibandingkan dengan
potensial osmosis yang ada di luar sel. Sel yang mengalami plasmolisis akan
mencapai 45% (dimana mendekati 50%) dalam konsentrasi larutan sukrosa
0,14 M. Pada kondisi itu, potensial air yang ada di dalam sel epidermis Rhoe
discolor maupun di luar selnya menjadi sama. Plasmolisis dapat terjadi karena
terlepasnya membran sel dari dinding sel karena air di dalam dinding sel terus
keluar sampai terjadi keseimbangan antara potensial air yang ada di dalam dan
di luar sel.
K. Rencana Analisis Data
Pada tabel, konsentrasi larutan sukrosa yang terendah yaitu 0,14 M dengan
jumlah sel seluruhnya 187 dan sel yang terplasmolisis 85 serta jumlah prosentase
0
20
40
60
80
100
120
0,14
M
0,16
M
0,18
M
0,20
M
0,22
M
0,24
M
0,26
M
0,28
M
%SelyangTerplasmolisis
Konsentrasi Sukrosa
Sel yang Terplasmolisis(%)
Sel yang Terplasmolisis
(%)
7. sel yang terplasmolisis 45%. Sedangakan konsentrasi yang paling tinggi yaitu
pada konsentrasi 0,28 M dengan jumlah sel seluruhnya 137 dan sel yang
terplasmolisis 137 serta jumlah prosentase sel yang terplasmolisis 100%.
Konsentrasi yang mempengaruhi kenaikan pada grafik yaitu pada konsentrasi 0,18
M; 0,20 M; dan 0,26 M. Adapun konsentrasi yang mempengaruhi penurunan pada
grafik yaitu pada konsentrasi 0,16 M; 0,22 M; dan 0,24 M.
Pada konsentrasi 0,18 M menyebabkan kenaikan grafik yang semula 12%
menjadi 26%. Pada konsentrasi 0,20 M yang semula prosentase sel yang
terplasmolisis 26% naik menjadi 42%. Dan pada konsetrasi 0,26 M yang semula
31% naik menjadi 60%.
Pada konsentrasi 0,16 M menyebabkan penurunan grafik yang semula
45% menjadi 14%. Pada konsentrasi 0,22 M yang semula prosentase sel yang
terplasmolisis 42% turun menjadi 32%. Serta pada konsentrasi 0,24 M yang
semula 32% turun menjadi 31%. Jadi berdasarkan data, jika kosentrasi larutan
sukrosa lebih tinggi lalu cairannya akan semakin pekat yang mengakibatkan
konsentrasi air dalam sayatan daun Rhoe discolor menjadi rendah. Hasilnya,
jumlah sel yang terplasmolisis akan semakin tinggi, dan begitu juga sebaliknya.
L. Hasil Analisis Data
Berdasarkan grafik data yang diperoleh, pada konsentrasi larutan sukrosa
terhadap prosentase sel daun Rhoe discolor yang terplasmolisis tidak teratur
sehingga menyebabkan grafik naik turun. Konsentrasi dengan sel terplasmolisis
paling tinggi yaitu pada konsentrasi 0,28 M dengan prosentase 100%. Pada
konsentrasi yang paling rendah prosentasi sel yang terplasmolisis yaitu pada
konsentrasi 0,16 M dengan prosentase 14%.
Konsentrasi yang menyebabkan grafik menjadi turun yaitu pada
konsentrasi larutan sukrosa 0,16 M, 0,20 M, dan 0,24 M. Keadaan ini tidak sesuai
dengan teori yang berkata semakin besar konsentrasi larutan sukrosa maka
semakin banyak sel yang terplasmolisis. Sedangkan plasmolisis terjadi karena
adanya proses terlepasnya protoplasma dari dinding sel karena sel berada dalam
larutan hipertonik yang menyebabkan air keluar dari sel. Plasma akan menyusut
dan jika berlangsung terus, plasma nantinya terlepas dari dinding sel.
8. Data yang tidak sesuai mungkin disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu
kurang teliti dalam mengisi larutan sukrosa sebanyak 5 mL, mungkin bisa
kekurangan atau kelebihan. Atau saat menutup kurang rapat, sehingga larutan
sukrosa menguap. Juga kurang teliti saat menghitung jumlah sel yang
terplasmolisis, maupun jumlah seluruh sel karena sel yang disayat belum selapis
sel sehingga lapisan epidermisnya menumpuk.
Cara mengetahui nilai osmosis bisa menggunakan rumus dengan cara
menentukan konsentrasi sukrosa yang mendekati 50% jumlah sel yang
terplasmolisis. Konsentrasi sukrosa 0,14 M memiliki 45% sel yang terplasmolisis,
sehingga bisa dimasukkan ke dalam rumus:
TO= 22,4.M.T
273
= 22,4.0,14.(273+30)
273
= 950,208
273
= 3,48 atm
M. Kesimpulan
Semakin besar konsentrasi larutan sukrosa, semakin banyak prosentase sel
yang terplasmolisis, pada konsentrasi sukrosa 0,14 M, prosentase sel yang
terplasmolisis 45%, dimana mendekati 50%, dan nilai tekanan osmosis dari
konsentrasi sukrosa 0,14 M adalah 3,48 atm.
N. Daftar Pustaka
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Horne M. M., dan Swearingen L. P. 2001. Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan
Asam Basa (Edisi Kedua). Jarakta: ECG.
James, Joyce, Colin Baker, dan Helen Swain. 2008. Prinsip-Prinsip Sains Untuk
Keperawatan. Jakarta: Erlangga.
9. O. Lampiran
Gambar 2. Sayatan Gambar 3. Sayatan Gambar 4. Sayatan
pertama sukrosa 0,14 M kedua sukrosa 0,14 M ketiga sukrosa 0,14 M
Gambar 5. Sayatan Gambar 6. Sayatan Gambar 7. Sayatan
pertama sukrosa 0,16 M kedua sukrosa 0,16 M ketiga sukrosa 0,16 M
Gambar 8. Sayatan Gambar 9. Sayatan Gambar 10. Sayatan
sukrosa 0,18 M pertama sukrosa 0,18 M kedua sukrosa 0,18 M ketiga
10. Gambar 11. Sayatan Gambar 12. Sayatan Gambar 13. Sayatan
pertama sukrosa 0,20 M kedua sukrosa 0,20 M ketiga sukrosa 0,20 M
Gambar 14. Sayatan Gambar 15. Sayatan Gambar 16. Sayatan
sukrosa 0,22 M pertama sukrosa 0,22 M kedua sukrosa 0,22 M ketiga
Gambar 17. Sayatan Gambar 18. Sayatan Gambar 19. Sayatan
pertama sukrosa 0,24 M kedua sukrosa 0,24 M ketiga sukrosa 0,24 M
Gambar 20. Sayatan Gambar 21. Sayatan Gambar 22. Sayatan
pertama sukrosa 0,26 M kedua sukrosa 0,26 M ketiga sukrosa 0,26 M
11. Gambar 23. Sayatan Gambar 24. Sayatan Gambar 25. Sayatan
pertama sukrosa 0,26 M kedua sukrosa 0,26 M ketiga sukrosa 0,26 M