Praktikum ini mengamati bentuk sel darah merah pada berbagai konsentrasi garam untuk melihat apakah terjadi krenasi atau hemolisis. Sel darah merah diamati pada konsentrasi NaCl 0,3%-2% untuk melihat pengaruh hipotonik dan hipertonik terhadap bentuk sel. Hasilnya menunjukkan terjadinya hemolisis pada konsentrasi rendah dan krenasi pada konsentrasi tinggi."
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Sel Darah Merah
1. I. Tanggal : 10 Maret 2015
II. Judul : Sel Darah Merah pada Berbagai Konsentrasi Garam
III. Tujuan :
Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui
berbagai bentuk sel darah merah pada perbedaan konsentrasi larutan.
IV. Dasar Teori
Darah merupakan salah satu parameter dari status kesehatan hewan karena
darah merupakan komponen yang mempunyai fungsi penting dalam pengaturan
fisiologis tubuh. Fungsi darah secara umum berkaitan dengan transportasi komponen di
dalam tubuh seperti nutrisi, oksigen, karbondioksida, metabolisme, hormon dan kelenjar
endokrin, panas dan imun tubuh. Nutrisi yang diserap pada saluran pencernaan yang
kemudian dibawa ke dalam darah guna memenuhi kebutuhan akan jaringan tubuh (Ali,
2013: 1003).
Eritrosit normal kelihatan bundar dengan diameter 7,5 µm dengan ketebalan
tepi 2 µm. Dari samping eritrosit kelihatan berbentuk seperti cakram dengan kedua
permukaannya cekung (biconcav disk). Sedangkan Kelainan eritrosit biasanya
2. dinyatakan dengan perubahan ukuran, bentuk, dan warnanya (atau derajat
hemoglobinnya) (Warni, 2009:1).
Menurut Satyaningtijas (2010), kerusakan bentuk pada membran eritrosit dapat
mempengaruhi masa hidup eritrosit. Membran eritrosit mengandung dua lapisan
fosfolipid (bilayer) dengan molekul kolesterol tidak teresterifikasi berada di antara rantai
asam lemak. Membran tersebut juga terdiri atas protein membran integral yang masuk
ke dalam bagian lemak dan mempertahankan bilayer serta protein skeletal yang
membentuk atau menempel pada permukaan dalam lapisan ganda lipid.
V. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Mikroskop
4. Gelas beaker
b. Bahan
1. Anti koagulan
2. NaCl 0,3%, 0,4%, 0,7%, 0,8%, 0,9%, 1,3%, dan 2%.
3. Darah ternak (manusia, kambing, sapi, dan ayam).
3. VI. Cara Kerja
1. Dimasukkan ke dalam enam buah tabung reaksi masing-masing berisi NaCl
0,3%, 0,4%, 0,7%, 0,8%, 0,9%, 1,3%, dan 2%.
2. Diteteskan darah dalam tiap-tiap tabung reaksi sebanyak 1,5 cc.
3. Setelah 30 menit diambil setetes darah dari tiap-tiap tabung kemudian
diteteskan pada objek gelas.
4. Diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran lemah sampai
pembesaran kuat.
5. Digambarkan bentuk sel darah merah serta dibandingkan sel darah merah
dengan berbagai konsentrasi.
4. VIII. Pembahasan:
Pada praktikum ini membahas tentang keadaan sel darah merah pada
berbagai konsentrasi garam yaitu pada knsentarasi 0,3% sampai dengan konsentrasi 2%.
Adapun sel darah yang digunakan adalah sel darah merah pada manusia dan sel darah
merah pada ayam. Hal yang ingin diperhatikan dalam praktium ini adalah apakah terjadi
krenasi pada sel darah merah atau terjadi hemolysis.
Sel darah merah (eritrosit) merupakan sel yang telah terdiferensiasi jauh dan
mempunyai fungsi khusus untuk transpor oksigen. Pada mamalia, eritrosit adalah sel
yang telah melepaskan inti dan organel – organel sitoplasma lain selama perkembangan.
Sel – sel darah merah bersifat elastis dan mempunyai kemampuan berubah bentuk. Hal
ini terbukti dari kemampuannya melalui kapiler – kapiler dengan diameter kecil.
Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas
ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Krenasi adalah kontraksi atau pembentukan
nokta tidak normal di sekitar pinggir sel setelah dimasukkan ke dalam larutan hipertonik,
karena kehilangan air melalui osmosis. Krenasi terjadi karena lingkungan hipertonik,
(sel memiliki larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan larutan di
sekitar luar sel), osmosis (difusi air) menyebabkan pergerakan air keluar dari sel,
menyebabkan sitoplasma berkurang volumenya. Sebagai akibatnya, sel mengecil.
Namun perlu diketahui bahwa membran eritrosit (termasuk membran sel yang lain)
memiliki toleransi osmotik, artinya sampai batas konsentrasi medium tertentu sel belum
mengalami lisis. Kadang-kadang pada suatu konsentrasi larutan NaCl tertentu tidak
5. semua eritrosit mengalami hemolisis. Hal ini menunjukkan bahwa toleransi osmotis
membran eritrosit berbeda-beda.
NaCl Fisiologis merupakan larutan yang isotonis dengan plasma darah. Jadi
pada konsentrasi ± 0,9% NaCl masih merupakan konsentrasi isotonic. Sel darah merah
ayam maupun manusia di perlakukan dalam NaCl dengan konsentrasi masing-masing
0,3%, 0,4%, 0,7%, 0,8%, 0,9%, 1,3%, dan 2%. Pada konsentrasi 0,3% sampai
konsentrasi 0,8% merupakan konsentrasi di mana konsentrasi lingkungan lebih
hipotonik dibandingkan konsentrasi darah itu sendiri sehingga pada keadaan ini terjadi
hemolysis akibat dari masuknya molekul air secara osmosis ke dalam sel darah merah
sehingga sel membengkak. Kemudian pada NaCl dengan konsentrasi0,9% tidak terjadi
hemolysis maupun krenasi pada sel darah merah karena baik sel darah merah maupun
NaCl memiliki knsentrasi yang sama. Secara klinis, larutan isotonis mempunyai arti
yang penting karena dapat diinfuskan ke dalam darah tanpa menimbulkan gangguan ke-
seimbangan osmosis antara cairan ekstrasel dan intrasel. Sedangkan pada NaCl dengan
konsentrasi 1,3% dan 2% terjadi krenasi pada sel darah merah. Hal ini terjadi karena sel
darah merah berada dalam konsentrasi/lingkungan yang hipertonik sehingga sel-sel nya
mengkerut. Namun dalam pengamatan yang kami lakukan pada praktikum ini yaitu pada
sel darah merah ayam, kami melihat keadaan sel darah merah pada ayam ini hampir
tidak terlihat perbedaan nyata pada sel darah merah yang berada pada berbagai
konsentrasi.
6. IX. Kesimpulan:
Dari hasil praktikum ini dapat diambil kesimpulan:
1. Sel darah merah merupakan bagian utama dari sel-sel darah, di antara tiga
tipe darah, sel darah merahlah yang paling banyak jumlahnya..
2. Sel darah merah memiliki konsentrasi internal yang dijaga agar sel darah
merah dapat berfungsi optimal.
3. Struktur sel darah merah dapat berubah jika konsentrasi internal darah
berbeda dengan konsentrasi eksternal di lingkungan.
4. Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke
dalam medium sekelilingnya (plasma).
5. Krenasi adalah kontraksi di sekitar pinggir sel setelah dimasukkan ke dalam
larutan hipertonik, karena kehilangan air melalui osmosis.
6. Membran eritrosit (termasuk membran sel yang lain) memiliki toleransi
osmotic.
7. Larutan isotonis mempunyai komposisi yang sama dengan cairan tubuh, dan
mempunyai tekanan osmotik yang sama.
8. Pada konsentrasi 0,3% sampai konsentrasi 0,8% merupakan konsentrasi
hipotonik.
7. 9. Sedangkan pada konsentrasi ± 0,9% NaCl masih merupakan konsentrasi
isotonic.
10. Dan pada konsentrasi 1,3% dan 2% merupakan konsentrasi hipertonic.
8. X. Daftar Pustaka
Ali, Achmad Shawaludin, dkk. 2013. Jumlah Eritrosit, Kadar Hemoglobin Dan
Hematokrit Pada Berbagai Jenis Itik Lokal Terhadap Penambahan Probiotik
Dalam Ransum. Jurnal Ilmiah Peternakan, Volume 1(3): 1001-1013.
Warni, Elli. 2009. Penentuan Morfologi Sel Darah Merah (Eritrosit) Berbasis
Pengolahan Citra Dan Jaringan Syaraf Tiruan. Jurnal Ilmiah “Elektrikal
Enjiniring”, Volume 7(3): 1-9.
Satyaningtijas, Aryani Sismin, dkk. Jumlah Eritrosit, Nilai Hematokrit, Dan Kadar
Hemoglobin Ayam Pedaging Umur 6 Minggu Dengan Pakan Tambahan.
Jurnal Kedokteran Hewan, Volume 2(4): 69-73.