SlideShare a Scribd company logo
1 of 44
Download to read offline
ERGONOMI LINGKUNGAN
Bagian 2
Auditya Purwandini Sutarto, Ph.D
Learning Outcomes
 Memahami konsep pentingnya lingkungan kerja yang baik untuk
menciptakan sistem kerja yang ENASE
 Menjelaskan standar lingkungan fisik
 Mampu menganalisis kondisi lingkungan fisik di suatu tempat kerja
 Mampu merancang lingkungan kerja yang ergonomis
Kebisingan (Noise)
Pendahuluan
 Input informasi yang masuk ke manusia 95% berupa visual dan suara
 Kebisingan atau Noise: segala suara atau bunyi yang tidak diinginkan
 Karakteristik suara (gelombang akustik)
 Frekuensi (Hz): jumlah gelombang per satuan waktu (detik). Rentang
pendengaran anak muda sehat 16-20.000 Hz
 Amplitudo. Diukur berdasarkan sound pressure level (SPL), dinyatakan
dalam Pascal (1 Pa = 1 Newton/m2).
 Pengukuran SPL menggunakan skala logaritmik (decibel)
Pendahuluan (2)
 Skala decibel menunjukkan log rasio antara SPL suatu suara relative
terhadap SPL referensi (ambang pendengaran)
 Telinga dapat mendeteksi suara dengan SPL 40dB pada frekuensi 1000 Hz
namun tidak sensitif pada frekuensi 30 Hz. Suara dengan SPL 70 dB pada
frekuensi 100 Hz dianggap sama lantangnya dengan suara yang memiliki
intensitas 60 dB pada frekuensi 1000 Hz.
 A-weighted Sound Levels (dBA)
 Mengukur perceived loudness,
 Menggabungkan baik frekuensi dan amplitudo kebisingan (Frekuensi
tinggi lebih menjengkelkan, berbahaya, dan lebih kuat)
 Ukuran suara yang paling banyak diterima
Sound level meter
Pengaruh kebisingan
 Pada manusia
 Mengganggu ;
 Mengganggu komunikasi verbal
 Mengurangi efisiensi kerja
 Mengganggu tidur
 Merusak pendengaran
 Pada performansi
 Kelelahan dan kehilangan konsentrasi serta efisiensi, menghasilkan penurunan
output dan peningkatan error/kesalahan
Pengaruh kebisingan (2)
 Paparan terhadap kebisingan di tempat kerja berdampak pada
berkurangnya sensitivitas telinga (atau naiknya ambang batas
pendengaran) dan merupakan indikator kehilangan pendengaran
 Pergeseran sensitivitas dapat bersifat permanent threshold shift – PTS
atau temporary threshold shift – TTS
 Batas aman paparan kebisingan berdasarkan OSHA 90 dBA sebagai
batas maksimum kebisingan selama 8 jam kerja
Batas Paparan Kebisingan
 OSHA (1970) menetapkan paparan kebisingan
Duration dBA
8 jam 90
4 jam 95
1 jam 105
25 min 115
 Resiko gangguan pendengaran meningkat di atas paparan ini
Nilai Ambang Batas Kebisingan (Permenaker 2018)
Waktu Pemaparan / hari Intensitas (dB) Waktu Pemaparan / hari Intensitas (dB)
8 jam 85 28.12 detik 115
4 jam 88 14.06 detik 118
2 jam 91 7.03 detik 121
1 jam 94 3.52 detik 124
30 menit 97 1.76 detik 127
15 menit 100 0.88 detik 130
7.5 menit 103 0.44 detik 133
3.75 menit 106 0.22 detik 136
1.88 menit 109 0.11 detik 139
0.94 menit 112
Panduan WHO
Dosis Kebisingan (Noise Dose)
 Noise dose adalah total paparan semua kebisingan di atas 80 dBA selama 8 jam
per hari
D = 100 x (C1/T1 + C2/T2 + … Cn/Tn)
≤ 100 %
 D = noise dose atau paparan kebisingan selama 8 jam/hari
Ci = Lama paparan untuk tingkat kebisingan tertentu
Ti = Paparan maksimum (jam) yang diperbolehkan pada tingkat kebisingan n
(dari tabel)
 D harus di bawah 100 % dari noise dose yang diijinkan.
Contoh
 Seorang pekerja terkena paparan kebisingan sebagai
berikut:
 4 jam 90 dBA
 2 jam 95 dBA
 0.5 jam 105 dBA
 Total dosis kebisingan adalah:
D = 100 x (4/8 + 2/4 + 0.5/1) = ? %
Pengendalian Kebisingan
Engineering Control
Administrative Control
PPE
Pengendalian Kebisingan (2)
Engineering Control
 Perbaikan lebih diarahkan pada aspek-aspek teknis yang terkait erat
dengan proses kerja
 Menghilangkan kebisingan pada sumbernya (best but most difficult):
menggunakan mesin pengganti yang lebih senyap
 Pemasangan peredam suara pada mesin
 Pemilihan mata pahat dan material
 Pengaturan kecepatan mesin
 Peletakan ulang mesin
 Penggantian mesin
 Perubahan proses produksi
Pengendalian Kebisingan (3)
Administrative Control
 Pendekatan bersifat administratif
 Rotasi pegawai
 Pemberian tanda bahaya agar mereka yang tidak berkepentingan menjauh dari
sumber kebisingan
 Penerapan prosedur dan aturan terkait
Pengendalian Kebisingan (4)
Personal Protective Equipment (PPE)
 Pendekatan bersifat personal dengan
menggunakan alat pelindung diri seperti
earplug atau earmuff
 NIOSH merekomendasikan menggunakannya
untuk kebisingan sama atau lebih dari 85 dBA
meskipun kurang dari 8 jam
Temperatur Kerja
(Heat and Cold Stress)
Pendahuluan
 Kondisi lingkungan yang ekstrim baik panas
maupun dingin mengakibatkan stress
(tekanan kuat) pada jaringan (tissues)
 Suhu dingin ekstrim membuat aliran darah
mengerut dan menurunkan sensitivitas dan
koordinasi organ tubuh.
 Suhu panas ekstrim menyebabkan kelelahan
dan heat stress.
21
Efek Heat dan Cold stress
 Panas dan dingin dapat mempengaruhi pekerja:
 Efektivitas kerja
 Keselamatan dan Keamanan (Heat exhaustion)
 Kesehatan
 Panas dapat muncul dari:
 Lingkungan luar yang panas
 Temperatur tinggi karena kurang ventilasi dalam ruangan
 Radiasi panas dari pekerjaan
 Jenis pekerjaan: operasi proses peleburan, pabrik penghasil aluminium dan
keramik, dapur restoran, pabrik industri kimia, penambangan, dll
Mekanisma Pengaturan Suhu Tubuh
Manusia
 Suhu tubuh manusia berkisar antara 36-37oC
(core temperature)
 Pengaturan suhu tubuh disebut thermoregulation
 Aktivitas manusia terganggu saat core
temperature 39.5oC dan akibat fatal terjadi pada
suhu di atas 42oC. Pada suhu ini proses
pengaturan kesetimbangan suhu tubuh tidak
berfungsi dengan baik, tekanan darah menurun,
aliran darah ke organ vital (jantung, ginjal, dan
otak) menjadi terganggu.
23
Mekanisma Pengaturan Suhu Tubuh
Manusia (2)
 Perbedaan suhu sebesar 10oC dapat menurunkan kinerja
aktivitas fisik sampai 20%
 Untuk pekerjaan lebih ringan (dominan beban mental) seperti
mengetik, suhu 20oC menghasilkan konsistensi lebih tinggi
dibandingkan dengan bekerja pada suhu 24oC.
 Penurunan kerja motorik terganggu pada suhu 30 - 33oC.
24
Kondisi yang terjadi akibat paparan panas (Iridiastadi
&Yassierli, 2018)
Kondisi Penjelasan
Heat stroke Suhu tubuh 41oC dan mekanisme pengaturan kesetimbangan subuh tubuh
tidak berfungsi. Pekerja dapat pingsan dan kehilangan orientasi. Berakibat fatal
bila tidak mendapatkan pertolongan. Kulit berwarna kemerahan, panas, dan
kering. Pertolongan dapat berupa pendinginan secara aktif
Heat exhaustion Terjadi karena gagalnya mekanisme pengaturan suhu tubuh dan fungsi sistem
kardiovaskuler. Salah satu penyebabnya adalah kekurangan cairan tubuh.
Pekerja merasa lemah; pernapasan dangkal disertai dengan denyut jantung
yang lemah. Gejala dapat berubah menjadi heat stroke kalau dehidrasi tidak
segera ditangani. Pekerja perlu segera dijauhkan dari sumber panas
Kondisi yang terjadi akibat paparan panas (2)
Kondisi Penjelasan
Heat syncope Gejala berupa lemah, terhuyung-huyung, yang disebabkan oleh melemahnya
aliran darah. Dampak fatal mungkin terjadi, kecuali kalau pekerja segera
beristirahat (dalam posisi tidur
Heat
hyperventilation
Kondisi ini terjadi jika seseorang bekerja mengenakan pakaian APD yang
kemudian berdampak kekurangan karbondioksida. Pertolongan dilakukan
dengan meminta penderita bernapas ke dalam kantung kecil selama beberapa
menit
Prickly heat Disebabkan oleh keringat, kondisi ini ditandai dengan kulit yang berbintik-bitnik
merah (rash). Keadaan ini sering terjadi saat seseorang mengenakan APD
Konsep kesetimbangan suhu tubuh
 Panas yang keluar ataupun diperoleh tubuh dapat dinyatakan sebagai
S = M +/- C +/- R +/- K - E
 S = Jumlah total panas yang diperoleh atau keluar dari tubuh; idealnya nilai ini mendekati
nol
 M = panas yang diperoleh dari metabolisme
 C = panas yang diperoleh atau hilang melalui mekanisme konveksi;
 R = panas yang diperoleh atau hilang melalui mekanisme radiasi
 K = panas yang diperoleh atau hilang melalui mekanisme konduksi
 E = panas yang hilang melalui proses evaporasi (keringat)
Pengukuran Temperatur
 Termometer sehari-hari untuk mengukur lingkungan kerja disebut DBT (dry bulb
temperature)
 Evaluasi suhu harus pula didasarkan atas tingkat kelembaban dan kecepatan
aliran udara  Wet Bulb Globe Temperature (WBGT)/Indeks Suhu Basah dan
Bola (ISBB)
 WBGT diukur menggunakan termometer yang dilengkapi dengan sumbu yang
telah dibasahi, dan aliran udara dengan kecepatan lebih dari 3 m/detik
diembuskan di atas sumbu tersebut
 WBGT
 Outdoor: WBGT = 0.7 NWB + 0.2 GT + 0.1 DB
 Indoors : WBGT = 0.7 NWB + 0.2 GT
 NWB – natural wet bulb temperature, measure of evaporative cooling,
(thermometer in wet cloth with natural air movement over it)
 GT – globe temperature – measure of heat from radiation
(thermometer in black copper sphere)
 DB – Dry bulb temperature – measure of ambient air temperature
(regular thermometer shielded from sun)
Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu
Basah Dan Bola (ISBB) yang Diperkenankan
Pengaturan waktu kerja setiap jam
ISBB(oC)
Beban Kerja
Waktu kerja Waktu istirahat Ringan Sedang Berat
Bekerja terus
menerus (8jam/hari)
30,0
26,7 25,0
75% kerja 25% istirahat 30,6 28,0 25,9
50% kerja 50% istirahat 31,4 29,4 27,9
25% kerja 75% istirahat 32,2 31,1 30,0
Catatan
 Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100 – 200 kilo kalori / jam.
 Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200 – 350 kilo kalori / jam
 Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350 – 500 kilo kalori / jam
Pengendalian Heat Stress
 Pengendalian Lingkungan
 Ventilasi (300 kubik udara segar per orang per jam)
 Memasang exhaust fan dan dust collector.
 Memasang insulasi atap dan tembok pada bangunan
 Memasang penyekat sumber panas
Pengendalian Heat Stress
 Administratif:
 Membatasi waktu berada dalam kondisi panas atau dingin. ACGIH
menegaskan menghentikan pekerjaan bila suhu tubuh 38oC
 Pengaturan interval waktu istirahat dalam suhu lingkungan yang
terkendali. Misal: pekerjaan dengan beban moderat dan WBGT
sebesar 30oC pekerja diberi waktu istirahat selama 25% (15 menit
setiap jam kerja
 Menyediakan air minum yang banyak
Lingkungan kerja yang nyaman
 Suhu udara berkisar antara 23 – 27oC
 Ketidaknyamanan dirasakan untuk suhu kulit di atas 34.5oC(untuk
pekerjaan dengan beban fisik relatif ringan). Untuk pekerjaan berat,
suhu kulit sebaiknya lebih rendah dari 30oC.
 Kelembaban berkisar 25 – 55%
 Adanya aliran udara berdampak positif pada lingkungan panas.
Untuk pekerjaan fisik tidak terlalu berat, kecepatan aliran udara
dapat diatur berkisar antara 0.1 – 0.3 m/detik. Penggunaan kipas
angin sampai batas tertentu dapat meningkatkan kenyamanan
Lingkungan kerja yang nyaman (2)
 Untuk suhu panas disarankan
menggunakan pakaian yang
cenderung longgar, dengan
bahan tenunan. Namun hal ini
mungkin tidak dapat dicapai untuk
situasi kerja dimana diperlukan
baju pelindung diri, atau saat
aturan/situasi menuntut
penggunaan pakaian khusus
Standar Iklim Kerja Dingin (Permenaker 2018)
Standar Kerja Iklim Panas (Permenaker, 2018)
Getaran (Vibration)
Vibration
 Exposure to vibration can occur while
using power tools or while driving
equipment.
 Vibration from power tools can place
stress on the tissues of the fingers,
hand and arms.
 Whole body vibration from driving puts
stress on the spinal tissues.
41
Nilai Ambang Batas Getaran (Permenaker, 2018)
Pemaparan Seluruh Tubuh
Jumlah waktu pajanan
(exposure time) per hari
Resultan Percepatan di Sb. X,
Sb. Y, dan Sb. Z
Meter per detik kuadrat (m/det2)
6 – 8 jam 5
4 – 6 jam 6
2 – 4 jam 7
1 -2 jam 10
0.5 – 1 jam 14
< 0.5 jam 20
Nilai Ambang Batas Getaran (Permenaker, 2018)
Pemaparan Lengan Dan Tangan
Jumlah waktu pajanan
(exposure time) per
hari kerja (jam)
Resultan Percepatan di Sb. X, Sb. Y,
dan Sb. Z
Meter per detik kuadrat (m/det2)
0.5 3,4644
1 2.4497
2 1,7322
4 1.2249
8 0,8661
Referensi
 Iridiastadi & Yassierli, 2017, Ergonomi: Suatu Pengantar, Remaja
Rosdakarya, Bandung
 https://jdih.kemnaker.go.id/data_puu/Permen_5_2018.pdf
 https://www.ccohs.ca/oshanswers/ergonomics/lighting_survey.html

More Related Content

What's hot

Faktor bahaya lingkungan kerja
Faktor bahaya lingkungan kerjaFaktor bahaya lingkungan kerja
Faktor bahaya lingkungan kerja
Deby Andriany
 
Perencanaan Tanggap Darurat
Perencanaan Tanggap DaruratPerencanaan Tanggap Darurat
Perencanaan Tanggap Darurat
Herry Prakoso
 

What's hot (20)

ERGONOMI: PERANCANGAN DISPLAY & KONTROL
ERGONOMI: PERANCANGAN DISPLAY & KONTROL ERGONOMI: PERANCANGAN DISPLAY & KONTROL
ERGONOMI: PERANCANGAN DISPLAY & KONTROL
 
kebisingan di tempat kerja
kebisingan di tempat kerjakebisingan di tempat kerja
kebisingan di tempat kerja
 
SNI 16-7061-2004 tentang Pengukuran Iklim Kerja (Panas) dengan Parameter Inde...
SNI 16-7061-2004 tentang Pengukuran Iklim Kerja (Panas) dengan Parameter Inde...SNI 16-7061-2004 tentang Pengukuran Iklim Kerja (Panas) dengan Parameter Inde...
SNI 16-7061-2004 tentang Pengukuran Iklim Kerja (Panas) dengan Parameter Inde...
 
Ergonomi Dalam Bekerja
Ergonomi Dalam BekerjaErgonomi Dalam Bekerja
Ergonomi Dalam Bekerja
 
K3 listrik ppt
K3 listrik pptK3 listrik ppt
K3 listrik ppt
 
SNI 7231:2009 tentang Metoda Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja
SNI 7231:2009 tentang Metoda Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat KerjaSNI 7231:2009 tentang Metoda Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja
SNI 7231:2009 tentang Metoda Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja
 
1. keselamatan kerja.ppt
1. keselamatan kerja.ppt 1. keselamatan kerja.ppt
1. keselamatan kerja.ppt
 
PERMENAKETRANS RI No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika ...
PERMENAKETRANS RI No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika ...PERMENAKETRANS RI No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika ...
PERMENAKETRANS RI No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika ...
 
ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA - SISTEM MANUSIA MESIN
ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA - SISTEM MANUSIA MESINANALISA DAN PENGUKURAN KERJA - SISTEM MANUSIA MESIN
ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA - SISTEM MANUSIA MESIN
 
PPT kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
PPT kesehatan dan keselamatan kerja (K3)PPT kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
PPT kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
 
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)_ Materi Training "MANAJEMEN PERSONALIA"
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)_ Materi Training "MANAJEMEN PERSONALIA"Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)_ Materi Training "MANAJEMEN PERSONALIA"
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)_ Materi Training "MANAJEMEN PERSONALIA"
 
Fisiologi Kerja Telkom University PK&E
Fisiologi Kerja Telkom University PK&EFisiologi Kerja Telkom University PK&E
Fisiologi Kerja Telkom University PK&E
 
Faktor bahaya lingkungan kerja
Faktor bahaya lingkungan kerjaFaktor bahaya lingkungan kerja
Faktor bahaya lingkungan kerja
 
Modul K3
Modul K3Modul K3
Modul K3
 
2. PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI - STUDI GERAKAN &PRINSIP EKONOMI GERAKAN
2. PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI - STUDI GERAKAN &PRINSIP EKONOMI GERAKAN2. PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI - STUDI GERAKAN &PRINSIP EKONOMI GERAKAN
2. PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI - STUDI GERAKAN &PRINSIP EKONOMI GERAKAN
 
Perencanaan Tanggap Darurat
Perencanaan Tanggap DaruratPerencanaan Tanggap Darurat
Perencanaan Tanggap Darurat
 
Tugas ppt dr.sus higiene industri
Tugas ppt dr.sus higiene industriTugas ppt dr.sus higiene industri
Tugas ppt dr.sus higiene industri
 
Pengantar k3
Pengantar k3 Pengantar k3
Pengantar k3
 
Laporan antropometri
Laporan antropometriLaporan antropometri
Laporan antropometri
 
Keselamatan kerja mekanik dan listrik
Keselamatan kerja mekanik dan listrikKeselamatan kerja mekanik dan listrik
Keselamatan kerja mekanik dan listrik
 

Similar to ERGONOMI LINGKUNGAN FISIK - KEBISINGAN, TEMPERATUR, & GETARAN

ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerjaITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
Fransiska Puteri
 
Evaluasi termal 2
Evaluasi termal 2Evaluasi termal 2
Evaluasi termal 2
amandacahyani
 
Bangunan dan Lingkungan Bengkel
Bangunan dan Lingkungan Bengkel Bangunan dan Lingkungan Bengkel
Bangunan dan Lingkungan Bengkel
Kiki Reski
 
Tugas safety k3 listrik
Tugas safety  k3 listrikTugas safety  k3 listrik
Tugas safety k3 listrik
Satria Sp
 

Similar to ERGONOMI LINGKUNGAN FISIK - KEBISINGAN, TEMPERATUR, & GETARAN (20)

ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerjaITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
 
SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...
SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...
SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...
 
NAB.ppt
NAB.pptNAB.ppt
NAB.ppt
 
NAB.ppt
NAB.pptNAB.ppt
NAB.ppt
 
Dasar kenyamanan termal
Dasar kenyamanan termalDasar kenyamanan termal
Dasar kenyamanan termal
 
Heat stress dan spirometri
Heat stress dan spirometriHeat stress dan spirometri
Heat stress dan spirometri
 
BAHAN AJAR TELKOM UNIVERSITY
BAHAN AJAR TELKOM UNIVERSITYBAHAN AJAR TELKOM UNIVERSITY
BAHAN AJAR TELKOM UNIVERSITY
 
BAHAN AJAR PK&E TELKOM UNIVERSITY
BAHAN AJAR PK&E TELKOM UNIVERSITY BAHAN AJAR PK&E TELKOM UNIVERSITY
BAHAN AJAR PK&E TELKOM UNIVERSITY
 
bahan ajar telkom university
bahan ajar telkom university bahan ajar telkom university
bahan ajar telkom university
 
Evaluasi termal 2
Evaluasi termal 2Evaluasi termal 2
Evaluasi termal 2
 
Hiperkes Faktor Fisik-KEBISINGAN
Hiperkes Faktor Fisik-KEBISINGANHiperkes Faktor Fisik-KEBISINGAN
Hiperkes Faktor Fisik-KEBISINGAN
 
Bangunan dan Lingkungan Bengkel
Bangunan dan Lingkungan Bengkel Bangunan dan Lingkungan Bengkel
Bangunan dan Lingkungan Bengkel
 
Kelompok 7
Kelompok 7Kelompok 7
Kelompok 7
 
Mbs127 slide pengaturan_panas_tubuh
Mbs127 slide pengaturan_panas_tubuhMbs127 slide pengaturan_panas_tubuh
Mbs127 slide pengaturan_panas_tubuh
 
Pengujian tidak merusak sound level measurement
Pengujian tidak merusak sound level measurementPengujian tidak merusak sound level measurement
Pengujian tidak merusak sound level measurement
 
permenaker 05 tahun 2018 tentang k3 lingkungan kerja
permenaker 05 tahun 2018 tentang k3 lingkungan kerjapermenaker 05 tahun 2018 tentang k3 lingkungan kerja
permenaker 05 tahun 2018 tentang k3 lingkungan kerja
 
Gfbcgvbnf
GfbcgvbnfGfbcgvbnf
Gfbcgvbnf
 
Tugas safety k3 listrik
Tugas safety  k3 listrikTugas safety  k3 listrik
Tugas safety k3 listrik
 
PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC
PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCCPERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC
PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC
 
faktor fisik lingkungan kerja
faktor fisik lingkungan kerjafaktor fisik lingkungan kerja
faktor fisik lingkungan kerja
 

More from Universitas Qomaruddin, Gresik, Indonesia

More from Universitas Qomaruddin, Gresik, Indonesia (20)

3. KONSEP TEKNOLOGI DI BIDANG TEKNIK INDUSTRI
3. KONSEP TEKNOLOGI DI BIDANG TEKNIK INDUSTRI 3. KONSEP TEKNOLOGI DI BIDANG TEKNIK INDUSTRI
3. KONSEP TEKNOLOGI DI BIDANG TEKNIK INDUSTRI
 
2. KONSEP TEKNOLOGI -PERKEMBANGAN IPTEK
2. KONSEP TEKNOLOGI -PERKEMBANGAN IPTEK2. KONSEP TEKNOLOGI -PERKEMBANGAN IPTEK
2. KONSEP TEKNOLOGI -PERKEMBANGAN IPTEK
 
1. KONSEP TEKNOLOGI - PENDAHULUAN
1. KONSEP TEKNOLOGI - PENDAHULUAN 1. KONSEP TEKNOLOGI - PENDAHULUAN
1. KONSEP TEKNOLOGI - PENDAHULUAN
 
2021_KAJIAN PUSTAKA & PERUMUSAN MASALAH
2021_KAJIAN PUSTAKA & PERUMUSAN MASALAH2021_KAJIAN PUSTAKA & PERUMUSAN MASALAH
2021_KAJIAN PUSTAKA & PERUMUSAN MASALAH
 
2021_PENDAHULUAN METODOLOGI PENELITIAN
2021_PENDAHULUAN METODOLOGI PENELITIAN2021_PENDAHULUAN METODOLOGI PENELITIAN
2021_PENDAHULUAN METODOLOGI PENELITIAN
 
Studi Kasus (Artikel Ilmiah): Pengukuran Produktivitas dengan Objective Matrix
Studi Kasus (Artikel Ilmiah): Pengukuran Produktivitas dengan Objective MatrixStudi Kasus (Artikel Ilmiah): Pengukuran Produktivitas dengan Objective Matrix
Studi Kasus (Artikel Ilmiah): Pengukuran Produktivitas dengan Objective Matrix
 
PART 1 - Evaluasi Pekerjaan & Penilaian Kinerja
PART 1 - Evaluasi Pekerjaan & Penilaian KinerjaPART 1 - Evaluasi Pekerjaan & Penilaian Kinerja
PART 1 - Evaluasi Pekerjaan & Penilaian Kinerja
 
MANAJEMEN STRESS KERJA
MANAJEMEN STRESS KERJAMANAJEMEN STRESS KERJA
MANAJEMEN STRESS KERJA
 
KEPUASAN KERJA - PSIKOLOGI INDUSTRI
KEPUASAN KERJA - PSIKOLOGI INDUSTRI KEPUASAN KERJA - PSIKOLOGI INDUSTRI
KEPUASAN KERJA - PSIKOLOGI INDUSTRI
 
PSIKOLOGI INDUSTRI - MOTIVASI KERJA
PSIKOLOGI INDUSTRI - MOTIVASI KERJAPSIKOLOGI INDUSTRI - MOTIVASI KERJA
PSIKOLOGI INDUSTRI - MOTIVASI KERJA
 
ANALISIS JABATAN, SELEKSI, REKRUTMEN, & STAFFING
ANALISIS JABATAN, SELEKSI, REKRUTMEN, & STAFFINGANALISIS JABATAN, SELEKSI, REKRUTMEN, & STAFFING
ANALISIS JABATAN, SELEKSI, REKRUTMEN, & STAFFING
 
RISET DALAM PSIKOLOGI INDUSTRI
RISET DALAM PSIKOLOGI INDUSTRIRISET DALAM PSIKOLOGI INDUSTRI
RISET DALAM PSIKOLOGI INDUSTRI
 
PSIKOLOGI INDUSTRI - PENDAHULUAN
PSIKOLOGI INDUSTRI - PENDAHULUAN PSIKOLOGI INDUSTRI - PENDAHULUAN
PSIKOLOGI INDUSTRI - PENDAHULUAN
 
METODOLOGI PENELITIAN - PENULISAN LAPORAN DAN TEKNIK PRESENTASI
METODOLOGI PENELITIAN - PENULISAN LAPORAN DAN TEKNIK PRESENTASI METODOLOGI PENELITIAN - PENULISAN LAPORAN DAN TEKNIK PRESENTASI
METODOLOGI PENELITIAN - PENULISAN LAPORAN DAN TEKNIK PRESENTASI
 
ANALISIS POSTUR KERJA RULA REBA OWAS QEC - ERGONOMI
ANALISIS POSTUR KERJA RULA REBA OWAS QEC - ERGONOMI ANALISIS POSTUR KERJA RULA REBA OWAS QEC - ERGONOMI
ANALISIS POSTUR KERJA RULA REBA OWAS QEC - ERGONOMI
 
ANALISA & PENGUKURAN KERJA - SISTEM KERJA DAN PRODUKTIVITAS
ANALISA & PENGUKURAN KERJA - SISTEM KERJA DAN PRODUKTIVITASANALISA & PENGUKURAN KERJA - SISTEM KERJA DAN PRODUKTIVITAS
ANALISA & PENGUKURAN KERJA - SISTEM KERJA DAN PRODUKTIVITAS
 
2. STATISTIK INDUSTRI - STATISTIK DESKRIPTIF
2. STATISTIK INDUSTRI - STATISTIK DESKRIPTIF2. STATISTIK INDUSTRI - STATISTIK DESKRIPTIF
2. STATISTIK INDUSTRI - STATISTIK DESKRIPTIF
 
1. STATISTIK INDUSTRI - PENDAHULUAN
1. STATISTIK INDUSTRI - PENDAHULUAN1. STATISTIK INDUSTRI - PENDAHULUAN
1. STATISTIK INDUSTRI - PENDAHULUAN
 
3. METODOLOGI PENELITIAN - PENYUSUNAN KERANGKA TEORI & PENENTUAN VARIABEL PEN...
3. METODOLOGI PENELITIAN - PENYUSUNAN KERANGKA TEORI & PENENTUAN VARIABEL PEN...3. METODOLOGI PENELITIAN - PENYUSUNAN KERANGKA TEORI & PENENTUAN VARIABEL PEN...
3. METODOLOGI PENELITIAN - PENYUSUNAN KERANGKA TEORI & PENENTUAN VARIABEL PEN...
 
2. METODOLOGI PENELITIAN - KAJIAN PUSTAKA & PERUMUSAN MASALAH
2. METODOLOGI PENELITIAN - KAJIAN PUSTAKA & PERUMUSAN MASALAH 2. METODOLOGI PENELITIAN - KAJIAN PUSTAKA & PERUMUSAN MASALAH
2. METODOLOGI PENELITIAN - KAJIAN PUSTAKA & PERUMUSAN MASALAH
 

Recently uploaded

AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptxAKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
cupulin
 
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
furqanridha
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
DewiUmbar
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
FitriaSarmida1
 
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatankonsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
SuzanDwiPutra
 

Recently uploaded (20)

UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfUAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
 
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptxAKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
 
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptxInformatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi TrigonometriSudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
 
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatankonsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
 
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptxAksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

ERGONOMI LINGKUNGAN FISIK - KEBISINGAN, TEMPERATUR, & GETARAN

  • 1. ERGONOMI LINGKUNGAN Bagian 2 Auditya Purwandini Sutarto, Ph.D
  • 2. Learning Outcomes  Memahami konsep pentingnya lingkungan kerja yang baik untuk menciptakan sistem kerja yang ENASE  Menjelaskan standar lingkungan fisik  Mampu menganalisis kondisi lingkungan fisik di suatu tempat kerja  Mampu merancang lingkungan kerja yang ergonomis
  • 4. Pendahuluan  Input informasi yang masuk ke manusia 95% berupa visual dan suara  Kebisingan atau Noise: segala suara atau bunyi yang tidak diinginkan  Karakteristik suara (gelombang akustik)  Frekuensi (Hz): jumlah gelombang per satuan waktu (detik). Rentang pendengaran anak muda sehat 16-20.000 Hz  Amplitudo. Diukur berdasarkan sound pressure level (SPL), dinyatakan dalam Pascal (1 Pa = 1 Newton/m2).  Pengukuran SPL menggunakan skala logaritmik (decibel)
  • 5. Pendahuluan (2)  Skala decibel menunjukkan log rasio antara SPL suatu suara relative terhadap SPL referensi (ambang pendengaran)  Telinga dapat mendeteksi suara dengan SPL 40dB pada frekuensi 1000 Hz namun tidak sensitif pada frekuensi 30 Hz. Suara dengan SPL 70 dB pada frekuensi 100 Hz dianggap sama lantangnya dengan suara yang memiliki intensitas 60 dB pada frekuensi 1000 Hz.  A-weighted Sound Levels (dBA)  Mengukur perceived loudness,  Menggabungkan baik frekuensi dan amplitudo kebisingan (Frekuensi tinggi lebih menjengkelkan, berbahaya, dan lebih kuat)  Ukuran suara yang paling banyak diterima
  • 7. Pengaruh kebisingan  Pada manusia  Mengganggu ;  Mengganggu komunikasi verbal  Mengurangi efisiensi kerja  Mengganggu tidur  Merusak pendengaran  Pada performansi  Kelelahan dan kehilangan konsentrasi serta efisiensi, menghasilkan penurunan output dan peningkatan error/kesalahan
  • 8. Pengaruh kebisingan (2)  Paparan terhadap kebisingan di tempat kerja berdampak pada berkurangnya sensitivitas telinga (atau naiknya ambang batas pendengaran) dan merupakan indikator kehilangan pendengaran  Pergeseran sensitivitas dapat bersifat permanent threshold shift – PTS atau temporary threshold shift – TTS  Batas aman paparan kebisingan berdasarkan OSHA 90 dBA sebagai batas maksimum kebisingan selama 8 jam kerja
  • 9. Batas Paparan Kebisingan  OSHA (1970) menetapkan paparan kebisingan Duration dBA 8 jam 90 4 jam 95 1 jam 105 25 min 115  Resiko gangguan pendengaran meningkat di atas paparan ini
  • 10. Nilai Ambang Batas Kebisingan (Permenaker 2018) Waktu Pemaparan / hari Intensitas (dB) Waktu Pemaparan / hari Intensitas (dB) 8 jam 85 28.12 detik 115 4 jam 88 14.06 detik 118 2 jam 91 7.03 detik 121 1 jam 94 3.52 detik 124 30 menit 97 1.76 detik 127 15 menit 100 0.88 detik 130 7.5 menit 103 0.44 detik 133 3.75 menit 106 0.22 detik 136 1.88 menit 109 0.11 detik 139 0.94 menit 112
  • 12. Dosis Kebisingan (Noise Dose)  Noise dose adalah total paparan semua kebisingan di atas 80 dBA selama 8 jam per hari D = 100 x (C1/T1 + C2/T2 + … Cn/Tn) ≤ 100 %  D = noise dose atau paparan kebisingan selama 8 jam/hari Ci = Lama paparan untuk tingkat kebisingan tertentu Ti = Paparan maksimum (jam) yang diperbolehkan pada tingkat kebisingan n (dari tabel)  D harus di bawah 100 % dari noise dose yang diijinkan.
  • 13. Contoh  Seorang pekerja terkena paparan kebisingan sebagai berikut:  4 jam 90 dBA  2 jam 95 dBA  0.5 jam 105 dBA  Total dosis kebisingan adalah: D = 100 x (4/8 + 2/4 + 0.5/1) = ? %
  • 15. Pengendalian Kebisingan (2) Engineering Control  Perbaikan lebih diarahkan pada aspek-aspek teknis yang terkait erat dengan proses kerja  Menghilangkan kebisingan pada sumbernya (best but most difficult): menggunakan mesin pengganti yang lebih senyap  Pemasangan peredam suara pada mesin  Pemilihan mata pahat dan material  Pengaturan kecepatan mesin  Peletakan ulang mesin  Penggantian mesin  Perubahan proses produksi
  • 16. Pengendalian Kebisingan (3) Administrative Control  Pendekatan bersifat administratif  Rotasi pegawai  Pemberian tanda bahaya agar mereka yang tidak berkepentingan menjauh dari sumber kebisingan  Penerapan prosedur dan aturan terkait
  • 17. Pengendalian Kebisingan (4) Personal Protective Equipment (PPE)  Pendekatan bersifat personal dengan menggunakan alat pelindung diri seperti earplug atau earmuff  NIOSH merekomendasikan menggunakannya untuk kebisingan sama atau lebih dari 85 dBA meskipun kurang dari 8 jam
  • 19.
  • 20.
  • 21. Pendahuluan  Kondisi lingkungan yang ekstrim baik panas maupun dingin mengakibatkan stress (tekanan kuat) pada jaringan (tissues)  Suhu dingin ekstrim membuat aliran darah mengerut dan menurunkan sensitivitas dan koordinasi organ tubuh.  Suhu panas ekstrim menyebabkan kelelahan dan heat stress. 21
  • 22. Efek Heat dan Cold stress  Panas dan dingin dapat mempengaruhi pekerja:  Efektivitas kerja  Keselamatan dan Keamanan (Heat exhaustion)  Kesehatan  Panas dapat muncul dari:  Lingkungan luar yang panas  Temperatur tinggi karena kurang ventilasi dalam ruangan  Radiasi panas dari pekerjaan  Jenis pekerjaan: operasi proses peleburan, pabrik penghasil aluminium dan keramik, dapur restoran, pabrik industri kimia, penambangan, dll
  • 23. Mekanisma Pengaturan Suhu Tubuh Manusia  Suhu tubuh manusia berkisar antara 36-37oC (core temperature)  Pengaturan suhu tubuh disebut thermoregulation  Aktivitas manusia terganggu saat core temperature 39.5oC dan akibat fatal terjadi pada suhu di atas 42oC. Pada suhu ini proses pengaturan kesetimbangan suhu tubuh tidak berfungsi dengan baik, tekanan darah menurun, aliran darah ke organ vital (jantung, ginjal, dan otak) menjadi terganggu. 23
  • 24. Mekanisma Pengaturan Suhu Tubuh Manusia (2)  Perbedaan suhu sebesar 10oC dapat menurunkan kinerja aktivitas fisik sampai 20%  Untuk pekerjaan lebih ringan (dominan beban mental) seperti mengetik, suhu 20oC menghasilkan konsistensi lebih tinggi dibandingkan dengan bekerja pada suhu 24oC.  Penurunan kerja motorik terganggu pada suhu 30 - 33oC. 24
  • 25. Kondisi yang terjadi akibat paparan panas (Iridiastadi &Yassierli, 2018) Kondisi Penjelasan Heat stroke Suhu tubuh 41oC dan mekanisme pengaturan kesetimbangan subuh tubuh tidak berfungsi. Pekerja dapat pingsan dan kehilangan orientasi. Berakibat fatal bila tidak mendapatkan pertolongan. Kulit berwarna kemerahan, panas, dan kering. Pertolongan dapat berupa pendinginan secara aktif Heat exhaustion Terjadi karena gagalnya mekanisme pengaturan suhu tubuh dan fungsi sistem kardiovaskuler. Salah satu penyebabnya adalah kekurangan cairan tubuh. Pekerja merasa lemah; pernapasan dangkal disertai dengan denyut jantung yang lemah. Gejala dapat berubah menjadi heat stroke kalau dehidrasi tidak segera ditangani. Pekerja perlu segera dijauhkan dari sumber panas
  • 26. Kondisi yang terjadi akibat paparan panas (2) Kondisi Penjelasan Heat syncope Gejala berupa lemah, terhuyung-huyung, yang disebabkan oleh melemahnya aliran darah. Dampak fatal mungkin terjadi, kecuali kalau pekerja segera beristirahat (dalam posisi tidur Heat hyperventilation Kondisi ini terjadi jika seseorang bekerja mengenakan pakaian APD yang kemudian berdampak kekurangan karbondioksida. Pertolongan dilakukan dengan meminta penderita bernapas ke dalam kantung kecil selama beberapa menit Prickly heat Disebabkan oleh keringat, kondisi ini ditandai dengan kulit yang berbintik-bitnik merah (rash). Keadaan ini sering terjadi saat seseorang mengenakan APD
  • 27. Konsep kesetimbangan suhu tubuh  Panas yang keluar ataupun diperoleh tubuh dapat dinyatakan sebagai S = M +/- C +/- R +/- K - E  S = Jumlah total panas yang diperoleh atau keluar dari tubuh; idealnya nilai ini mendekati nol  M = panas yang diperoleh dari metabolisme  C = panas yang diperoleh atau hilang melalui mekanisme konveksi;  R = panas yang diperoleh atau hilang melalui mekanisme radiasi  K = panas yang diperoleh atau hilang melalui mekanisme konduksi  E = panas yang hilang melalui proses evaporasi (keringat)
  • 28.
  • 29.
  • 30. Pengukuran Temperatur  Termometer sehari-hari untuk mengukur lingkungan kerja disebut DBT (dry bulb temperature)  Evaluasi suhu harus pula didasarkan atas tingkat kelembaban dan kecepatan aliran udara  Wet Bulb Globe Temperature (WBGT)/Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB)  WBGT diukur menggunakan termometer yang dilengkapi dengan sumbu yang telah dibasahi, dan aliran udara dengan kecepatan lebih dari 3 m/detik diembuskan di atas sumbu tersebut  WBGT  Outdoor: WBGT = 0.7 NWB + 0.2 GT + 0.1 DB  Indoors : WBGT = 0.7 NWB + 0.2 GT
  • 31.  NWB – natural wet bulb temperature, measure of evaporative cooling, (thermometer in wet cloth with natural air movement over it)  GT – globe temperature – measure of heat from radiation (thermometer in black copper sphere)  DB – Dry bulb temperature – measure of ambient air temperature (regular thermometer shielded from sun)
  • 32. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah Dan Bola (ISBB) yang Diperkenankan Pengaturan waktu kerja setiap jam ISBB(oC) Beban Kerja Waktu kerja Waktu istirahat Ringan Sedang Berat Bekerja terus menerus (8jam/hari) 30,0 26,7 25,0 75% kerja 25% istirahat 30,6 28,0 25,9 50% kerja 50% istirahat 31,4 29,4 27,9 25% kerja 75% istirahat 32,2 31,1 30,0
  • 33. Catatan  Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100 – 200 kilo kalori / jam.  Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200 – 350 kilo kalori / jam  Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350 – 500 kilo kalori / jam
  • 34. Pengendalian Heat Stress  Pengendalian Lingkungan  Ventilasi (300 kubik udara segar per orang per jam)  Memasang exhaust fan dan dust collector.  Memasang insulasi atap dan tembok pada bangunan  Memasang penyekat sumber panas
  • 35. Pengendalian Heat Stress  Administratif:  Membatasi waktu berada dalam kondisi panas atau dingin. ACGIH menegaskan menghentikan pekerjaan bila suhu tubuh 38oC  Pengaturan interval waktu istirahat dalam suhu lingkungan yang terkendali. Misal: pekerjaan dengan beban moderat dan WBGT sebesar 30oC pekerja diberi waktu istirahat selama 25% (15 menit setiap jam kerja  Menyediakan air minum yang banyak
  • 36. Lingkungan kerja yang nyaman  Suhu udara berkisar antara 23 – 27oC  Ketidaknyamanan dirasakan untuk suhu kulit di atas 34.5oC(untuk pekerjaan dengan beban fisik relatif ringan). Untuk pekerjaan berat, suhu kulit sebaiknya lebih rendah dari 30oC.  Kelembaban berkisar 25 – 55%  Adanya aliran udara berdampak positif pada lingkungan panas. Untuk pekerjaan fisik tidak terlalu berat, kecepatan aliran udara dapat diatur berkisar antara 0.1 – 0.3 m/detik. Penggunaan kipas angin sampai batas tertentu dapat meningkatkan kenyamanan
  • 37. Lingkungan kerja yang nyaman (2)  Untuk suhu panas disarankan menggunakan pakaian yang cenderung longgar, dengan bahan tenunan. Namun hal ini mungkin tidak dapat dicapai untuk situasi kerja dimana diperlukan baju pelindung diri, atau saat aturan/situasi menuntut penggunaan pakaian khusus
  • 38. Standar Iklim Kerja Dingin (Permenaker 2018)
  • 39. Standar Kerja Iklim Panas (Permenaker, 2018)
  • 41. Vibration  Exposure to vibration can occur while using power tools or while driving equipment.  Vibration from power tools can place stress on the tissues of the fingers, hand and arms.  Whole body vibration from driving puts stress on the spinal tissues. 41
  • 42. Nilai Ambang Batas Getaran (Permenaker, 2018) Pemaparan Seluruh Tubuh Jumlah waktu pajanan (exposure time) per hari Resultan Percepatan di Sb. X, Sb. Y, dan Sb. Z Meter per detik kuadrat (m/det2) 6 – 8 jam 5 4 – 6 jam 6 2 – 4 jam 7 1 -2 jam 10 0.5 – 1 jam 14 < 0.5 jam 20
  • 43. Nilai Ambang Batas Getaran (Permenaker, 2018) Pemaparan Lengan Dan Tangan Jumlah waktu pajanan (exposure time) per hari kerja (jam) Resultan Percepatan di Sb. X, Sb. Y, dan Sb. Z Meter per detik kuadrat (m/det2) 0.5 3,4644 1 2.4497 2 1,7322 4 1.2249 8 0,8661
  • 44. Referensi  Iridiastadi & Yassierli, 2017, Ergonomi: Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya, Bandung  https://jdih.kemnaker.go.id/data_puu/Permen_5_2018.pdf  https://www.ccohs.ca/oshanswers/ergonomics/lighting_survey.html