Materi kuliah Perancangan Sistem Kerja & Ergonomi di Program Studi Teknik Industri xmembahas topik Lingkungan Kerja Bagian 2 tentang Kebisingan (Noise), Temperatur (Heat & Cold Stress), dan Getaran
2. Learning Outcomes
Memahami konsep pentingnya lingkungan kerja yang baik untuk
menciptakan sistem kerja yang ENASE
Menjelaskan standar lingkungan fisik
Mampu menganalisis kondisi lingkungan fisik di suatu tempat kerja
Mampu merancang lingkungan kerja yang ergonomis
4. Pendahuluan
Input informasi yang masuk ke manusia 95% berupa visual dan suara
Kebisingan atau Noise: segala suara atau bunyi yang tidak diinginkan
Karakteristik suara (gelombang akustik)
Frekuensi (Hz): jumlah gelombang per satuan waktu (detik). Rentang
pendengaran anak muda sehat 16-20.000 Hz
Amplitudo. Diukur berdasarkan sound pressure level (SPL), dinyatakan
dalam Pascal (1 Pa = 1 Newton/m2).
Pengukuran SPL menggunakan skala logaritmik (decibel)
5. Pendahuluan (2)
Skala decibel menunjukkan log rasio antara SPL suatu suara relative
terhadap SPL referensi (ambang pendengaran)
Telinga dapat mendeteksi suara dengan SPL 40dB pada frekuensi 1000 Hz
namun tidak sensitif pada frekuensi 30 Hz. Suara dengan SPL 70 dB pada
frekuensi 100 Hz dianggap sama lantangnya dengan suara yang memiliki
intensitas 60 dB pada frekuensi 1000 Hz.
A-weighted Sound Levels (dBA)
Mengukur perceived loudness,
Menggabungkan baik frekuensi dan amplitudo kebisingan (Frekuensi
tinggi lebih menjengkelkan, berbahaya, dan lebih kuat)
Ukuran suara yang paling banyak diterima
7. Pengaruh kebisingan
Pada manusia
Mengganggu ;
Mengganggu komunikasi verbal
Mengurangi efisiensi kerja
Mengganggu tidur
Merusak pendengaran
Pada performansi
Kelelahan dan kehilangan konsentrasi serta efisiensi, menghasilkan penurunan
output dan peningkatan error/kesalahan
8. Pengaruh kebisingan (2)
Paparan terhadap kebisingan di tempat kerja berdampak pada
berkurangnya sensitivitas telinga (atau naiknya ambang batas
pendengaran) dan merupakan indikator kehilangan pendengaran
Pergeseran sensitivitas dapat bersifat permanent threshold shift – PTS
atau temporary threshold shift – TTS
Batas aman paparan kebisingan berdasarkan OSHA 90 dBA sebagai
batas maksimum kebisingan selama 8 jam kerja
9. Batas Paparan Kebisingan
OSHA (1970) menetapkan paparan kebisingan
Duration dBA
8 jam 90
4 jam 95
1 jam 105
25 min 115
Resiko gangguan pendengaran meningkat di atas paparan ini
10. Nilai Ambang Batas Kebisingan (Permenaker 2018)
Waktu Pemaparan / hari Intensitas (dB) Waktu Pemaparan / hari Intensitas (dB)
8 jam 85 28.12 detik 115
4 jam 88 14.06 detik 118
2 jam 91 7.03 detik 121
1 jam 94 3.52 detik 124
30 menit 97 1.76 detik 127
15 menit 100 0.88 detik 130
7.5 menit 103 0.44 detik 133
3.75 menit 106 0.22 detik 136
1.88 menit 109 0.11 detik 139
0.94 menit 112
12. Dosis Kebisingan (Noise Dose)
Noise dose adalah total paparan semua kebisingan di atas 80 dBA selama 8 jam
per hari
D = 100 x (C1/T1 + C2/T2 + … Cn/Tn)
≤ 100 %
D = noise dose atau paparan kebisingan selama 8 jam/hari
Ci = Lama paparan untuk tingkat kebisingan tertentu
Ti = Paparan maksimum (jam) yang diperbolehkan pada tingkat kebisingan n
(dari tabel)
D harus di bawah 100 % dari noise dose yang diijinkan.
13. Contoh
Seorang pekerja terkena paparan kebisingan sebagai
berikut:
4 jam 90 dBA
2 jam 95 dBA
0.5 jam 105 dBA
Total dosis kebisingan adalah:
D = 100 x (4/8 + 2/4 + 0.5/1) = ? %
15. Pengendalian Kebisingan (2)
Engineering Control
Perbaikan lebih diarahkan pada aspek-aspek teknis yang terkait erat
dengan proses kerja
Menghilangkan kebisingan pada sumbernya (best but most difficult):
menggunakan mesin pengganti yang lebih senyap
Pemasangan peredam suara pada mesin
Pemilihan mata pahat dan material
Pengaturan kecepatan mesin
Peletakan ulang mesin
Penggantian mesin
Perubahan proses produksi
16. Pengendalian Kebisingan (3)
Administrative Control
Pendekatan bersifat administratif
Rotasi pegawai
Pemberian tanda bahaya agar mereka yang tidak berkepentingan menjauh dari
sumber kebisingan
Penerapan prosedur dan aturan terkait
17. Pengendalian Kebisingan (4)
Personal Protective Equipment (PPE)
Pendekatan bersifat personal dengan
menggunakan alat pelindung diri seperti
earplug atau earmuff
NIOSH merekomendasikan menggunakannya
untuk kebisingan sama atau lebih dari 85 dBA
meskipun kurang dari 8 jam
21. Pendahuluan
Kondisi lingkungan yang ekstrim baik panas
maupun dingin mengakibatkan stress
(tekanan kuat) pada jaringan (tissues)
Suhu dingin ekstrim membuat aliran darah
mengerut dan menurunkan sensitivitas dan
koordinasi organ tubuh.
Suhu panas ekstrim menyebabkan kelelahan
dan heat stress.
21
22. Efek Heat dan Cold stress
Panas dan dingin dapat mempengaruhi pekerja:
Efektivitas kerja
Keselamatan dan Keamanan (Heat exhaustion)
Kesehatan
Panas dapat muncul dari:
Lingkungan luar yang panas
Temperatur tinggi karena kurang ventilasi dalam ruangan
Radiasi panas dari pekerjaan
Jenis pekerjaan: operasi proses peleburan, pabrik penghasil aluminium dan
keramik, dapur restoran, pabrik industri kimia, penambangan, dll
23. Mekanisma Pengaturan Suhu Tubuh
Manusia
Suhu tubuh manusia berkisar antara 36-37oC
(core temperature)
Pengaturan suhu tubuh disebut thermoregulation
Aktivitas manusia terganggu saat core
temperature 39.5oC dan akibat fatal terjadi pada
suhu di atas 42oC. Pada suhu ini proses
pengaturan kesetimbangan suhu tubuh tidak
berfungsi dengan baik, tekanan darah menurun,
aliran darah ke organ vital (jantung, ginjal, dan
otak) menjadi terganggu.
23
24. Mekanisma Pengaturan Suhu Tubuh
Manusia (2)
Perbedaan suhu sebesar 10oC dapat menurunkan kinerja
aktivitas fisik sampai 20%
Untuk pekerjaan lebih ringan (dominan beban mental) seperti
mengetik, suhu 20oC menghasilkan konsistensi lebih tinggi
dibandingkan dengan bekerja pada suhu 24oC.
Penurunan kerja motorik terganggu pada suhu 30 - 33oC.
24
25. Kondisi yang terjadi akibat paparan panas (Iridiastadi
&Yassierli, 2018)
Kondisi Penjelasan
Heat stroke Suhu tubuh 41oC dan mekanisme pengaturan kesetimbangan subuh tubuh
tidak berfungsi. Pekerja dapat pingsan dan kehilangan orientasi. Berakibat fatal
bila tidak mendapatkan pertolongan. Kulit berwarna kemerahan, panas, dan
kering. Pertolongan dapat berupa pendinginan secara aktif
Heat exhaustion Terjadi karena gagalnya mekanisme pengaturan suhu tubuh dan fungsi sistem
kardiovaskuler. Salah satu penyebabnya adalah kekurangan cairan tubuh.
Pekerja merasa lemah; pernapasan dangkal disertai dengan denyut jantung
yang lemah. Gejala dapat berubah menjadi heat stroke kalau dehidrasi tidak
segera ditangani. Pekerja perlu segera dijauhkan dari sumber panas
26. Kondisi yang terjadi akibat paparan panas (2)
Kondisi Penjelasan
Heat syncope Gejala berupa lemah, terhuyung-huyung, yang disebabkan oleh melemahnya
aliran darah. Dampak fatal mungkin terjadi, kecuali kalau pekerja segera
beristirahat (dalam posisi tidur
Heat
hyperventilation
Kondisi ini terjadi jika seseorang bekerja mengenakan pakaian APD yang
kemudian berdampak kekurangan karbondioksida. Pertolongan dilakukan
dengan meminta penderita bernapas ke dalam kantung kecil selama beberapa
menit
Prickly heat Disebabkan oleh keringat, kondisi ini ditandai dengan kulit yang berbintik-bitnik
merah (rash). Keadaan ini sering terjadi saat seseorang mengenakan APD
27. Konsep kesetimbangan suhu tubuh
Panas yang keluar ataupun diperoleh tubuh dapat dinyatakan sebagai
S = M +/- C +/- R +/- K - E
S = Jumlah total panas yang diperoleh atau keluar dari tubuh; idealnya nilai ini mendekati
nol
M = panas yang diperoleh dari metabolisme
C = panas yang diperoleh atau hilang melalui mekanisme konveksi;
R = panas yang diperoleh atau hilang melalui mekanisme radiasi
K = panas yang diperoleh atau hilang melalui mekanisme konduksi
E = panas yang hilang melalui proses evaporasi (keringat)
28.
29.
30. Pengukuran Temperatur
Termometer sehari-hari untuk mengukur lingkungan kerja disebut DBT (dry bulb
temperature)
Evaluasi suhu harus pula didasarkan atas tingkat kelembaban dan kecepatan
aliran udara Wet Bulb Globe Temperature (WBGT)/Indeks Suhu Basah dan
Bola (ISBB)
WBGT diukur menggunakan termometer yang dilengkapi dengan sumbu yang
telah dibasahi, dan aliran udara dengan kecepatan lebih dari 3 m/detik
diembuskan di atas sumbu tersebut
WBGT
Outdoor: WBGT = 0.7 NWB + 0.2 GT + 0.1 DB
Indoors : WBGT = 0.7 NWB + 0.2 GT
31. NWB – natural wet bulb temperature, measure of evaporative cooling,
(thermometer in wet cloth with natural air movement over it)
GT – globe temperature – measure of heat from radiation
(thermometer in black copper sphere)
DB – Dry bulb temperature – measure of ambient air temperature
(regular thermometer shielded from sun)
32. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu
Basah Dan Bola (ISBB) yang Diperkenankan
Pengaturan waktu kerja setiap jam
ISBB(oC)
Beban Kerja
Waktu kerja Waktu istirahat Ringan Sedang Berat
Bekerja terus
menerus (8jam/hari)
30,0
26,7 25,0
75% kerja 25% istirahat 30,6 28,0 25,9
50% kerja 50% istirahat 31,4 29,4 27,9
25% kerja 75% istirahat 32,2 31,1 30,0
33. Catatan
Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100 – 200 kilo kalori / jam.
Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200 – 350 kilo kalori / jam
Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350 – 500 kilo kalori / jam
34. Pengendalian Heat Stress
Pengendalian Lingkungan
Ventilasi (300 kubik udara segar per orang per jam)
Memasang exhaust fan dan dust collector.
Memasang insulasi atap dan tembok pada bangunan
Memasang penyekat sumber panas
35. Pengendalian Heat Stress
Administratif:
Membatasi waktu berada dalam kondisi panas atau dingin. ACGIH
menegaskan menghentikan pekerjaan bila suhu tubuh 38oC
Pengaturan interval waktu istirahat dalam suhu lingkungan yang
terkendali. Misal: pekerjaan dengan beban moderat dan WBGT
sebesar 30oC pekerja diberi waktu istirahat selama 25% (15 menit
setiap jam kerja
Menyediakan air minum yang banyak
36. Lingkungan kerja yang nyaman
Suhu udara berkisar antara 23 – 27oC
Ketidaknyamanan dirasakan untuk suhu kulit di atas 34.5oC(untuk
pekerjaan dengan beban fisik relatif ringan). Untuk pekerjaan berat,
suhu kulit sebaiknya lebih rendah dari 30oC.
Kelembaban berkisar 25 – 55%
Adanya aliran udara berdampak positif pada lingkungan panas.
Untuk pekerjaan fisik tidak terlalu berat, kecepatan aliran udara
dapat diatur berkisar antara 0.1 – 0.3 m/detik. Penggunaan kipas
angin sampai batas tertentu dapat meningkatkan kenyamanan
37. Lingkungan kerja yang nyaman (2)
Untuk suhu panas disarankan
menggunakan pakaian yang
cenderung longgar, dengan
bahan tenunan. Namun hal ini
mungkin tidak dapat dicapai untuk
situasi kerja dimana diperlukan
baju pelindung diri, atau saat
aturan/situasi menuntut
penggunaan pakaian khusus
41. Vibration
Exposure to vibration can occur while
using power tools or while driving
equipment.
Vibration from power tools can place
stress on the tissues of the fingers,
hand and arms.
Whole body vibration from driving puts
stress on the spinal tissues.
41
42. Nilai Ambang Batas Getaran (Permenaker, 2018)
Pemaparan Seluruh Tubuh
Jumlah waktu pajanan
(exposure time) per hari
Resultan Percepatan di Sb. X,
Sb. Y, dan Sb. Z
Meter per detik kuadrat (m/det2)
6 – 8 jam 5
4 – 6 jam 6
2 – 4 jam 7
1 -2 jam 10
0.5 – 1 jam 14
< 0.5 jam 20
43. Nilai Ambang Batas Getaran (Permenaker, 2018)
Pemaparan Lengan Dan Tangan
Jumlah waktu pajanan
(exposure time) per
hari kerja (jam)
Resultan Percepatan di Sb. X, Sb. Y,
dan Sb. Z
Meter per detik kuadrat (m/det2)
0.5 3,4644
1 2.4497
2 1,7322
4 1.2249
8 0,8661
44. Referensi
Iridiastadi & Yassierli, 2017, Ergonomi: Suatu Pengantar, Remaja
Rosdakarya, Bandung
https://jdih.kemnaker.go.id/data_puu/Permen_5_2018.pdf
https://www.ccohs.ca/oshanswers/ergonomics/lighting_survey.html