SlideShare a Scribd company logo
1 of 109
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA
NO. 5 TAHUN 2018
TENTANG
K3 LINGKUNGAN KERJA
dr. Santi Yuliandari, M.Kes
Penguji K3 Muda
BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN R.I.
• Amanat Pasal 5 dan Pasal 6 Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional
Nomor 120 yang telah di ratifikasi melalui UU No 3 tahun 1969 tentang
Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional No 120 Mengenai
Higiene Dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor;
• Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 3 ayat (1) huruf huruf i, j, k, l dan m Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
• Pengaturan dalam PMP No 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan
dan Penerangan dalam Tempat Kerja yang sudah berusia lebih dari 54 tahun
sudah tidak sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini;
• Pasal 17 Permenaker No 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika dan Kimia di Tempat Kerja, mengamanatkan perlunya peninjauan kembali
sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sekali sejak diterbitkan;
• Penegakan hukum terhadap PMP No 7 Tahun 1964 sulit dilakukan karena tidak
mengacu pada sanksi hukum baik dalam UU No 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja ataupun UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan;
• Program nasional untuk simplifikasi peraturan perundang-undangan, perlu
dilakukan revisi sekaligus penggabungan terhadap peraturan yang serumpun
yaitu PMP No 7 Tahun 1964 dan Permenaker No 13 Tahun 2011 dalam
peraturan terbaru mengenai K3 Lingkungan Kerja 4
• Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-Undang Pengawasan
Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik Indonesia Untuk Seluruh Indonesia;
• Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan
Internasional Nomor 120 Mengenai Hygiene Dalam Perniagaan Dan Kantor-Kantor;
• Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
• Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang;
• Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
• Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja;
• Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan;
• Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 8 Tahun 2015 tentang Tata Cara Mempersiapkan
Pembentukan Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan
Peraturan Presiden Serta Pembentukan Rancangan Peraturan Menteri di Kementerian
Ketenagakerjaan;
• Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 33 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengawasan
Ketenagakerjaan
5
IV. Ruang Lingkup dan Tujuan
Tempat Kerja
Terdapat Sumber
Bahaya Lingkungan
Kerja Berupa,
FAKTOR:
•FISIKA;
•KIMIA;
•BIOLOGI;
•ERGONOMI;
•PSIKOLOGI
Pengusaha/Pengurus
WAJIB (Ps 2)
Syarat K3 Lingkungan Kerja (Ps.3)
• Pengendalian Faktor Fisika
dan Faktor Kimia agar
berada di bawah NAB;
• Pengendalian Faktor Biologi,
Faktor Ergonomi, dan
Faktor Psikologi Kerja
agar memenuhi standar;
• Penyediaan fasilitas
Kebersihan dan sarana
Higiene di Tempat Kerja yang
bersih dan sehat; dan
• Penyediaan personil K3 yang
memiliki kompetensi dan
kewenangan K3 di bidang
Lingkungan Kerja
Tujuan (Ps. 4)
Lingkungan
Kerja yang
aman, sehat,
dan nyaman
dalam rangka
mencegah
kecelakaan kerja
dan penyakit akibat
kerja.
10
Pelaksanaan syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja dilakukan melalui kegiatan:
1. pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja yang meliputi
fisika;
kimia;
biologi;
ergonomi; dan
psikologi
2. penerapan Higiene dan Sanitasi meliputi:
Bangunan Tempat Kerja;
fasilitas Kebersihan;
kebutuhan udara; dan
tata laksana kerumahtanggaan.
11
V. Pengukuran Dan Pengendalian Lingkungan Kerja (Ps.6-7)
1. Pengukuran Lingkungan Kerja dilakukan untuk mengetahui tingkat pajanan:
Faktor Fisika,
Faktor Kimia,
Faktor Biologi,
Faktor Ergonomi, dan
Faktor Psikologi
terhadap Tenaga Kerja.
2. Pengukuran Lingkungan Kerja dilakukan sesuai dengan metoda uji yang ditetapkan
Standar Nasional Indonesia.
3. Metoda uji lainnya sesuai dengan standar yang telah divalidasi oleh lembaga yang
berwenang.
4. Pengendalian Lingkungan Kerja dilakukan sesuai hirarki pengendalian meliputi
upaya: eliminasi; substitusi; rekayasa teknis; administratif; dan/atau
penggunaan alat pelindung diri.
12
Pengukuran dan pengendalian Faktor Fisika meliputi: (Ps.8-19)
Iklim Kerja (tekanan panas dan standar tekanan dingin);
Kebisingan;
Getaran;
Gelombang radio (frekwensi s.d 300 MHz) atau
gelombang mikro (frekwensi s.d300 GHz) ;
Sinar Ultra Ungu (Ultra Violet)
panjang gelombang 80-400 nanometer;
Medan Magnet Statis;
Tekanan udara; dan
Pencahayaan.
13
GETARAN
Pengertian
• Getaran adalah gerakan bolak balik linear (atas
bawah, maju mundur, kanan kiri) yang
berlangsung dengan cepat dari suatu objek
terhadap suatu titik
JENIS GETARAN
Whole Body Vibration (getaran terhadap seluruh
tubuh atau badan)
Tool Hand Vibration (getaran terhadap lengan atau
tangan )
SUMBER
GETARAN :
 PERALATAN – PERALATAN BESAR.
 ALAT – ALAT PERTAMBANGAN
 ALAT PEMBUAT JALAN
 ALAT PENGGALI TANAH
 ALAT PEMOTONG POHON
 ALAT-ALAT ELEKTRIK LAINNYA.
CONTOH
• TOOL HAND VIBRATION • WHOLE BODY VIBRATION
EFEK VIBRASI PD
KESEHATAN
PEMAPARAN JANGKA PENDEK (AKUT) :
 MOTION SICKNESS/ MABUK PERJALANAN
( TIDAK NYAMAN, MUAL, LELAH)
 PANDANGAN KABUR
WHOLE BODY VIBRATION
Lanjutan
PEMAPARAN JANGKA PANJANG (KRONIS)
KERUSAKAN PERMANEN PD TULANG DAN
PERSENDIAN
GANGGUAN PENCERNAAN
EFEK PD TEK. DARAH MENIMBULKAN MASALAH
PD
JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
GANGGUAN SYSTEM SYARAF DPT MENIMBULKAN
KELUHAN SAKIT KEPALA, GANGGUAN TIDUR ,
LEMAH, LELAH DAN LESU.
GANGGUAN REPRODUKSI WANITA
SEGMENTAL VIBRATION (hand arm vibration):
PEMAPARAN JANGKA PENDEK MENYEBABKAN :
 KELELAHAN
 KETIDAK NYAMANAN SAAT BEKERJA
 PRODUKTIVITAS KERJA KURANG
PEMAPARAN JANGKA PANJANG MENYEBABKAN
DEGENERASI SYARAF.
 HILANGNYA INDERA PERABA
 PELEMBEKAN METACARPAL DAN CARPAL (CARPAL
TUNNEL
SYNDROME)
 TERHENTINYA PERTUMBUHAN OTOT.
CTH. HAND ARM VIBRATION SYNDROME
ALAT UKUR VIBRASI
PENGENDALIAN WHOLE BODY
/HAND ARM VIBRATION
 MENCEGAH / MENGURANGI PEMAPARAN VIBRASI
 ISOLASI TERHADAP VIBRASI : MENJAUHKAN TK DARI
SUMBER VIBRASI.MENGGUNAKAN PENYEKAT(BANTALAN
PEREDAM), HANDEL PERALATAN
 MENGURANGI WAKTU PEMAPARAN , ROTASI KERJA,
ISTIRAHAT 10 – 15 MENIT SETIAP 1 JAM
 MENGGUNAKAN SARUNG TANGAN UTK MENGURANGI
PEMAPARAN HAND ARM VIBRATION.
KEBISINGAN
PENGERTIAN KEBISINGAN ….?
Subyektif :
 Suara yg tidak diinginkan oleh pendengaran manusia
atau bentuk suara apapun yang terjadi secara tdk
alamiah.
 Suara yg tidak enak di dengar ( is any disturbing sound)
terjadi akibat tumbukan yg tidak wajar atau berulang.
Obyektif :
Terdiri dari getaran komplek berbagai frekuensi &
Amplitudo baik periodik/non periodik.
BUNYI/ GELOMBANG SUARA :
adalah getaran yg merambat melalui medium elastis (misal
udara) diterima telinga dan diinterpretasikan oleh otak.
KARAKTERISTIK BISING DITENTUKAN
OLEH
I. INTENSITAS SUARA
ADALAH BESARNYA ENERGI YG DIGETARKAN PARTIKEL UDARA
YANG DITANGKAP OLEH TELINGA. (disebut juga Keras
lemahnya bunyi)
II. FREKUENSI :
ADALAH JUMLAH FLUKTUASI YG TERJADI PD
SATU WAKTU. SATUAN YG BIASA DIGUNAKAN
ADALAH Hz.
(disebut juga tinggi rendahnya nada dari suatu bunyi)
JENIS KEBISINGAN
KONTINUE
TERPUTUS-PUTUS / INTERMITTEN (suara lalu
lintas )
IMPULSIF ( suara meriam , ledakan )
IMPULSIF BERULANG ( mesin tempa di
perusahaan )
EFEK KEBISINGAN
1.JANGKA PANJANG PTS (NIHL)
2. JANGKA PENDEK TTS
• TINNITUS
• TRAUMA AKUSTIK
• PRESBIACUSIS
• GANGGUAN FISIOLOGI
• GANGGUAN PSIKOLOGI
• GANGGUAN DLM KOMUNIKASI
• GANGGUAN PERFORMANCE & BEHAVIOR
TRAUMA AKUSTIK
KETULIAN SEMENTARA
KETULIAN PERMANEN
Gangguan Ketulian ?
Waktu pemajanan
per hari
Satuan Intensitas
Kebisingan (dBA)
8
4
2
1
Jam 85
88
91
94
30
15
7,5
3,75
1,88
0,94
Menit 97
100
103
106
109
112
28,12
14,06
7,03
3,52
1,76
Detik 115
118
121
124
127
STANDAR KEBISINGAN (NAB)
PENGENDALIAN KEBISINGAN
1. SECARA TEKNIS ( ENGINEERING CONTROL )
- SUMBER
- SEBARAN
- PENERIMA
2. SECARA ADMINISTRASI (ADMINISTRATION
CONTROL )
- ROTASI TEMPAT KERJA
- MEMINDAHKAN TK dari TEMPAT BISING KE TEMPAT TDK BISING
- PENGATURAN WAKTU PENGOPERASIAN.
- TRAINING PROGRAM KONSERVASI PENDENGARAN
- TES AUDIOMETRI
3. MENGGUNAKAN APP (alat pelindung pendengaran)
4. PENDIDIKAN / HEARING KONSERVASI PROGRAM
Engineering Control
Isolasi Mesin atau lokasi bising
Perawatan mesin secara rutin (lubrikasi)
Ganti material besi dengan kayu atau plastik jika
memungkinkan
Gunakan Sound Absorbing
Pertimbangkan Noise ketika membeli peralatan
atau membuat proses baru
Sound Level Meter + Octav Band Analyzer
PENGENALAN ALAT LABORATORIUM
Pemeriksaan : Audimetri & Ruang Kedap Suara
PENGERTIAN
 Iklim Kerja Panas adalah hasil perpaduan antara suhu,
kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi
 Suhu Basah Alami (wet bulb termometer) adalah suhu
penguapan air dimana pada suhu yg sama menyebabkan
terjadinya keseimbangan uap air di udara, suhu ini diukur dgn
termometer basah alami & suhunya lebih rendah dari suhu
kering.
 Suhu kering (dry bulb temperatur) ad. Suhu yg diukur dgn
termometer kering
 Suhu bola (globe termometer) adalah suhu yg diukur dgn
menggunakan termometer suhu bola
Cuaca Kerja
Occupational Climate
 Tekanan Panas
Keseimbangan Panas Tubuh
Diatur tubuh melalui
PELEPASAN atau
PENGAMBILAN PANAS ke
atau dari lingkungan
Lanjutan
IKLIM KERJA DIBEDAKAN ATAS :
 Iklim kerja panas, yang biasa disebut tekanan panas (heat stress)
dan
 Iklim kerja dingin (cold stress).
Efek Iklim Kerja Panas Terhadap Kesehatan
 Heat Rash
Gejala :
Ruam-ruam pada kulit terjadi akibat pengeluaran
keringat yang terhambat, heat rash biasanya
dianggap tidak terlalu serius tetapi dapat
menimbulkan masalah bila terjadi infeksi.
 Penanggulangan :
Menjaga kulit tetap kering dan mengobati
infeksi dengan salep antibiotik.
36
Lanjutan
Heat Syncope :
Gejala :
keadaan pingsan atau hampir pingsan yang
disebabkan oleh terlalu lama berdiri pada posisi
tetap dibawah sinar matahari langsung atau dapat
juga di lingkungan panas. Berdiri tetap
menyebabkan aliran darah terpusat pada tubuh
bagian bawah.
Penanggulangan :
Seseorang yang mengalami heat syncope harus
dibaringkan pada tempat yang teduh dan diberi
minum air.
HEAT STROKE ( SUN STROKE)
 Kulit panas, kering, merah
 Demam tinggi
 Pingsan
GEJALA:
HEAT CRAMPS
• Kerja berat dalam waktu lama
• Banyak kehilangan keringat (NaCL)
• Kejang kaki , tangan , perut
Penanggulangannya :
• Memindahkan Tenaga kerja
dari lingkungan panas
• Banyak diberi minum.
Alat Ukur Heat Stress
• HEAT STRESS APPARATUS
• Personal Heat Stress Monitor
NAB Iklim Kerja
Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) Yang Diperkenankan
Pengaturan Waktu Kerja
Setiap Jam
ISBB (oC)
Beban Kerja
Waktu kerja Waktu istirahat Ringan Sedang Berat
Bekerja terus
menerus (8
jam/hari)
- 30,0 26,7 25,0
75% kerja 25% istirahat 30,6 28,0 25,9
50% kerja 50% istirahat 31,4 29,4 27,9
25% kerja 75% istirahat 32,2 31,1 30,0
2.3 Pengendalian Suhu Panas
TEKNIS
Mempercepat Ventilasi udara
Water spray
Suplay udara segar/Ventilasi
Isolasi Sumber panas (metal sheet)
MEDIS
Pemeriksaan Kesehatan (pra, periodik,
spesifik)
Pemberian Air minum
2.3 Pengendalian Suhu Panas
ADMINISTRASI
1. Membatasi waktu pemaparan di tempat kerja
panas;
2. Penerapan siklus waktu istirahat (work rest cycle)
3. Penyediaan air minum pada tempat yang sesuai.
4. Penyediaan tempat istirahat dengan temperatur
nyaman
5. Melakukan aklimatisasi terhadap panas
APD
Penggunaan Pelindung Diri, yaitu menggunakan
topi/pakaian yang mampu melindungi terhadap
panas dan nyaman untuk melakukan pekerjaan
RADIASI MENGION DAN TIDAK MENGION
RADIASI
• Suatu cara perambatan energi
• dari suatu sumber ke lingkungannya
• Radiasi 2 jenis :
• 1. Radiasi mengion (ionizing
• radiation
• 2. Radiasi tidak mengion (non-
• ionizing radiation)
Efek Radiasi Mengion :
Menyebabkan terjadinya kerusakan atom/ molekul yg dilaluinya
Efek radiasi mengion 2 jenis :
1. Efek stokastik,
- Tergantung pd frekuensi pemajanan, tingkat keparahan
tidak tergantung pd dosis
- Contoh: mutagen (kerusakan gen/chromosom), teratogen
(cacat bayi dalam kandungan), dan karsinogen
(menyebabkan kanker).
2. Efek Non-stokastik/Deterministik
- Efek yg ditimbulkan tergantung pd frekuensi dan dosis
- Efek ini terjadi karena adanya kematian sel.
- Contoh : erythema pd kulit, katarak pd mata
Berbagai Jenis Survey Meter
RADIASI TIDAK MENGION
(Non ionizing radiation)
• Energi rel. rendah (tdk mengion)
• Spektrum radiasi elektromagnetik tdk mengion
- Frekuensi : 3.105-3.1015 Hz
- Panjang gelombang : 103 m-102 nm
• Yg termasuk radiasi tdk mengion
- Frekuensi radio/TV
- Gelombang mikro
- Infra merah
- Sinar tampak
- Ultra violet
UV radiometer
PENERANGAN
Syarat-syarat Penerangan di Tempat Kerja
a. a. Pekerjaan yang hanya membedakan barang-barang
kasar membutuhkan penerangan 50 lux, Contoh
mengerjakan bahan-bahan yang besar, mengerjakan
bahan tanah dan batu, gang-gang selalu dipakai dan
gudang untuk menyimpan barang besar.
b. b. Pekerjaan yang membedakan barang-barang yang
kecil membutuhkan penerangan 100 lux, Contoh
mengerjakan barang besi dan baja, penggilingan padi,
kamar mesin, alat pengangkut orang dan tempat mandi
& WC.
c. Penerangan untuk pekerjaan yang membedakan
barang-barang kecil dengan teliti dibutuhkan
penerangan 200 lux, Contoh pekerjaan mesin dan
bubut yang kasar, menjahit tektil dan kulit,
pembungkusan daging dan mengerjakan kayu.
d. Pekerjaan yang membedakan secara teliti terhadap
barang-barang yang kecil dan halus membutuhkan
penerangan 300 lux, Contoh pekerjaan mesin yang
teliti, pembuatan tepung, pekerjaan kantor seperti
membaca dan menulis.
e. Penerangan yang diperlukan untuk pekerjaan yang
akan membedakan barang-barang yang sangat halus
dan kontras dalam waktu yang lama dibutuhkan
penerangan 500-1000 lux, Contoh pemasangan yang
halus, pekerjaan mesin yang halus, pekerjaan kayu
yang halus dan akuntan
f. Penerangan yang diperlukan untuk pekerjaan yang
membedakan barang-barang yang sangat halus dan
kurang kontras memerlukan penerangan diatas 1000
lux, Contoh pemasangan yang elastis dan halus (arloji),
pemeriksaan yang ekstra halus, tukang las dan intan
dan percobaan alat-alat yang ekstra halus.
Jenis Pencahayaan
• Cahaya (Penerangan) Alami berasal dari matahari
• Cahaya (Penerangan) Buatan berasal dari lampu
LUX METER
Gelombang Radio / Gelombang Mikro (Ps.12)
Nilai Ambang Batas Radiasi Gelombang Radio / Gelombang
Mikro
Radiasi Gelombang Radio atau
Gelombang Mikro adalah Radiasi
Elektromagnetik dengan Frekuensi 30 (tiga
puluh) kilo hertz sampai300(tiga ratus)
giga hertz.
22
Pengendalian bahaya radiasi gelombang radio atau gelombang mikro dilakukan dengan:
a. menghilangkan sumber Radiasi Gelombang Radio atau Gelombang Mikro dari
Tempat Kerja;
b. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber Radiasi Gelombang Radio atau
Gelombang Mikro;
c. merancang Tempat Kerja dengan menggunakan peralatan proteksi radiasi;
d. membatasi waktu pajanan terhadap sumber Radiasi Gelombang Radio atau
Gelombang Mikro;
e. penggunaan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau
f. melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
23
Radiasi Ultra Ungu (Ps. 13)
Nilai Ambang Batas Radiasi Ultra Ungu
Radiasi Ultra Ungu (Ultra Violet)
adalah Radiasi Elektromagnetik dengan
panjang gelombang 180 (seratus delapan
puluh) nano meter sampai 400 (empat
ratus) nano meter.
24
Pengendalian bahaya radiasi Ultra Ungu dilakukan dengan:
a. menghilangkan sumber Radiasi Ultra Ungu (Ultra Violet) dari Tempat Kerja;
b. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber Radiasi Ultra Ungu (Ultra Violet);
c. merancang Tempat Kerja dengan menggunakan peralatan proteksi radiasi;
d. memberikan jarak aman sesuai dengan standar antara sumber pajanan dan pekerja;
e. membatasi pajanan sumber Radiasi Ultra Ungu (Ultra Violet) melalui pengaturan waktu
kerja;
f. penggunaan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau
g. melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
25
Medan Magnet Statis (Ps. 14)
Nilai Ambang Batas Medan Magnet Statis
Medan Magnet Statis
adalah suatu medan atau area
yang ditimbulkan oleh
pergerakan arus listrik
26
Pengendalian bahaya medan megnet statis dilakukan dengan:
a. menghilangkan sumber Medan Magnet Statis dari Tempat Kerja;
b. mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang menimbulkan sumber Medan Magnet Statis;
c. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber Medan Magnet Statis;
d. mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber Medan Magnet Statis;
e. mengatur jarak aman sesuai dengan Standar Nasional Indonesia antara sumber pajanan dan
pekerja;
f. menggunaan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau
g. melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
27
V. Pengukuran Dan Pengendalian Lingkungan Kerja (Ps.20-21)
Faktor Kimia (Ps.20)
Pengukuran dan pengendalian Faktor Kimia dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki
potensi bahaya bahan kimia.
Dilakukan terhadap pajanannya dan terhadap pekerja yang terpajan.
Pengukuran terhadap pajanan yang hasilnya untuk dibandingkan dengan NAB harus
dilakukan paling singkat selama 6 (enam) jam.
Pengukuran yang hasilnya untuk dibandingkan dengan PSD, harus dilakukan paling
singkat selama 15 (lima belas) menit sebanyak 4 (empat) kali dalam durasi
8(delapan) jam kerja.
Pengukuran yang hasilnya untuk dibandingkan dengan KTD harus dilakukan menggunakan
alat pembacaan langsung untuk memastikan tidak terlampaui.
Pengukuran Faktor Kimia terhadap pekerja yang mengalami pajanan dilakukan melalui
Pemeriksaan kesehatan khusus pada spesimen tubuh Tenaga Kerja dan
dibandingkan dengan IPB. 30
NAB Faktor Kimia IPB
31
3
33
Pengendalian terhadap bahaya faktor kimia dilakukan dengan:
a. menghilangkan sumber potensi bahaya kimia dari Tempat Kerja;
b. mengganti bahan kimia dengan bahan kimia lain yang tidak mempunyai potensi bahaya atau potensi
bahaya yang lebih rendah;
c. memodifikasi proses kerja yang menimbulkan sumber potensi bahaya kimia;
d. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber potensi bahaya kimia;
e. menyediakan sistem ventilasi;
f. membatasi pajanan sumber potensi bahaya kimia melalui pengaturan waktu kerja;
g. merotasi Tenaga Kerja ke dalam proses pekerjaan yang tidak terdapat potensi bahaya bahan kimia;
h. penyediaan lembar data keselamatan bahan dan label bahan kimia;
i. penggunaan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau
j. pengendalian lainnya sesuai dengan tingkat risiko.
37
V. Pengukuran Dan Pengendalian Lingkungan Kerja
Faktor Biologi (Ps. 22)
Potensi bahaya Faktor Biologi meliputi:
mikro organisma dan/atau toksinnya;
arthopoda dan/atau toksinnya;
hewan invertebrata dan/atau toksinnya;
alergen dan toksin dari tumbuhan;
binatang berbisa;
binatang buas; dan
produk binatang dan tumbuhan yang
berbahaya lainnya.
Pengukuran
Pemantauan
38
Pengendalian bahaya faktor biologi dengan:
a. menghilangkan sumber bahaya Faktor Biologi dari Tempat Kerja;
b. mengganti bahan, dan proses kerja yang menimbulkan sumber bahaya Faktor Biologi;
c. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber bahaya Faktor Biologi;
d. menyediakan sistem ventilasi;
e. mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber bahaya Faktor Biologi;
f. menggunakan baju kerja yang sesuai;
g. menggunakan alat pelindung diri yang sesuai;
h. memasang rambu-rambu yang sesuai;
i. memberikan vaksinasi apabila memungkinkan;
j. meningkatkan Higiene perorangan;
k. memberikan desinfektan;
l. penyediaan fasilitas Sanitasi berupa air mengalir dan antiseptik; dan/atau
m. pengendalian lainnya sesuai dengan tingkat risiko.
39
V. Pengukuran Dan Pengendalian Lingkungan Kerja
Faktor Ergonomi (Ps.23)
Potensi bahaya Faktor Ergonomi meliputi:
cara kerja, posisi kerja, dan postur tubuh yang tidak sesuai saat
melakukan pekerjaan;
desain alat kerja dan Tempat Kerja yang tidak sesuai dengan
antropometri Tenaga Kerja; dan
pengangkatan beban yang melebihi kapasitas kerja.
Jika hasil pengukuran ergonomi terdapat potensi bahaya harus dilakukan
pengendalian sehingga memenuhi standar.
40
V. Pengukuran Dan Pengendalian Lingkungan Kerja
Pengendalian Ergonomi dilakukan dengan:
menghindari posisi kerja yang janggal;
memperbaiki cara kerja dan posisi kerja;
mendesain kembali atau mengganti Tempat Kerja, objek kerja,
bahan, desain Tempat Kerja, dan peralatan kerja;
memodifikasi Tempat Kerja, objek kerja, bahan, desain Tempat
Kerja, dan peralatan kerja;
mengatur WKWI;
melakukan pekerjaan dengan sikap tubuh dalam posisi netral atau
baik; dan/atau
menggunakan alat bantu 41
V. Pengukuran Dan Pengendalian Lingkungan Kerja
Faktor Psikologi (Ps.24)
Potensi bahaya Faktor Psikologi meliputi:
ketidakjelasan/ketaksaan peran;
konflik peran;
beban kerja berlebih secara kualitatif;
beban kerja berlebih secara kuantitatif;
pengembangan karir; dan/atau
tanggung jawab terhadap orang lain.
42
V. Pengukuran Dan Pengendalian Lingkungan Kerja
Jika hasil pengukuran psikologi terdapat potensi bahaya harus dilakukan pengendalian sehingga memenuhi
standar.
Pengendalian faktor psikologi melalui manajemen stress dengan:
melakukan pemilihan, penempatan dan pendidikan pelatihan bagi Tenaga Kerja;
mengadakan program kebugaran bagi Tenaga Kerja;
mengadakan program konseling;
mengadakan komunikasi organisasional secara memadai;
memberikan kebebasan bagi Tenaga Kerja untuk memberikan masukan dalam proses pengambilan
keputusan;
mengubah struktur organisasi, fungsi dan/atau dengan merancang kembali pekerjaan yang ada;
menggunakan sistem pemberian imbalan tertentu; dan/atau
pengendalian lainnya sesuai dengan kebutuhan.
43
V. Pengukuran Dan Pengendalian Lingkungan Kerja
Dalam hal terjadi kasus penyakit akibat kerja yang
disebabkan oleh faktor Lingkungan Kerja dilakukan
program pengendalian dan penanganan sesuai dengan
standar dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
44
VI. Penerapan Higiene Dan Sanitasi (Ps. 26 - Ps. 44)
Meliputi:
1. Bangunan Tempat Kerja
- halaman;
bersih, tertata rapi, rata, dan tidak becek; dan cukup luas untuk lalu lintas orang dan barang
saluran air pembuangan pada halaman, maka saluran air harus tertutup dan terbuat dari bahan
yang cukup kuat serta air buangan harus mengalir dan tidak boleh tergenang.
- gedung, meliputi dinding dan langit-langit, atap; dan lantai.
gedung dalam kondisi:
terpelihara dan bersih;
kuat dan kokoh strukturnya; dan
cukup luas sehingga memberikan ruang gerak paling sedikit 2 (dua) meter persegi per
orang.
45
Dinding dan langit-langit harus:
kering atau tidak lembab;
dicat dan/atau mudah dibersihkan;
dilakukan pengecatan ulang paling sedikit 5 (lima) tahun
sekali; dan
dibersihkan paling sedikit 1 (satu) kali setahun.
Lantai harus:
terbuat dari bahan yang keras, tahan air, dan tahan dari bahan
kimia yang merusak;
datar, tidak licin, dan mudah dibersihkan; dan
dibersihkan secara teratur.
46
Atap harus:
- mampu memberikan perlindungan dari panas matahari dan hujan; dan
- tidak bocor, tidak berlubang, dan tidak berjamur
Bangunan Bawah Tanah harus
mempunyai struktur yang kuat;
mempunyai sistem ventilasi udara;
mempunyai sumber Pencahayaan;
mempunyai saluran pembuangan air yang mengalir dengan baik; dan
bersih dan terawat dengan baik.
Dalam hal bangunan bawah tanah merupakan ruang terbatas, penerapan Higiene dan
Sanitasi dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
47
Fasilitas Kebersihan meliputi:
Toilet dan kelengkapannya;
loker dan ruang ganti pakaian;
tempat sampah; dan
peralatan Kebersihan.
Toilet harus:
bersih dan tidak menimbulkan bau;
tidak ada lalat, nyamuk, atau serangga yang
lainnya;
tersedia saluran pembuangan air yang mengalir
dengan baik;
tersedia air bersih;
dilengkapi dengan pintu;
memiliki penerangan yang cukup;
memiliki sirkulasi udara yang baik;
dibersihkan setiap hari secara periodik; dan
dapat digunakan selama jam kerja.
48
Rasio kebutuhan jamban dengan jumlah Tenaga Kerja dalam satu waktu
kerja
untuk 1-15 orang = 1 (satu) jamban;
untuk 16-30 orang = 2 (dua) jamban;
untuk 31-45 orang = 3 (tiga) jamban;
Untuk 46 -60 orang = 4 (empat) jamban;
untuk 61 - 80 orang = 5 (lima) jamban;
untuk 81 -100 orang = 6 (enam) jamban; dan
setiap penambahan 40 orang ditambahkan 1 (satu) jamban.
Jika Toilet laki-laki menyediakan fasilitas peturasan, jumlah jamban tidak boleh
kurang dari 2/3 (dua pertiga) jumlah jamban yang dipersyaratkan
49
Ratio kebutuhan jamban dengan jumlah Tenaga Kerja area
konstruksi atau Tempat Kerja sementara
untuk 1-19 orang = 1 (satu) jamban;
untuk 20 -199 orang = 1 (satu) jamban dan 1 (satu) peturasan untuk setiap 40 (empat
puluh) orang;
untuk 200 orang atau lebih = 1 (satu) jamban dan 1 (satu) peturasan untuk setiap 50 (lima
puluh) orang.
Ukuran Toilet
Ruang Toilet paling sedikit berukuran:
panjang 80 cm, lebar 155 cm, tinggi 220 cm lebar pintu 70 cm.
50
Ruang Toilet untuk penyandang disabilitas harus memenuhi
persyaratan:
Panjang 152,5 cm;
lebar 227,5 cm;
tinggi 240 cm;
mempunyai akses masuk dan keluar yang mudah dilalui;
mempunyai luas ruang bebas yang cukup untuk pengguna kursi roda bermanuver 180
derajat;
lebar pintu masuk berukuran paling sedikit 90 cm yang mudah dibuka dan ditutup.
pintu Toilet dilengkapi dengan plat tendang di bagian bawah pintu untuk pengguna kursi
roda dan penyandang disabilitas netra;
kemiringan lantai tidak lebih dari 7 (tujuh) persen; dan
mempunyai pegangan rambat untuk memudahkan pengguna kursi roda berpindah dari
kursi roda ke jamban ataupun sebaliknya.
51
Pakaian Kerja dan Ruang Ganti Pakaian
Tenaga Kerja dalam perusahaan tertentu dapat diwajibkan memakai
pakaian kerja sesuai syarat-syarat K3 yang ditetapkan.
Pakaian kerja harus disediakan oleh Pengurus .
Dalam hal Tenaga Kerja menggunakan pakaian kerja hanya selama
bekerja, Pengurus harus menyediakan ruang ganti pakaian yang bersih,
terpisah antara laki-laki dan perempuan serta
pemakaiannya harus diatur agar tidak berdesakan.
Ruang ganti pakaian harus tersedia tempat menyimpan
pakaian/loker untuk setiap Pekerja yang terjamin keamanannya.
52
Tempat sampah dan peralatan Kebersihan harus disediakan
pada setiap Tempat Kerja.
Tempat sampah harus:
terpisah dan diberikan label untuk sampah organik,
non organik, dan bahan berbahaya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
dilengkapi dengan penutup dan terbuat dari bahan kedap air;
dan
tidak menjadi sarang lalat atau binatang serangga
yang lain.
53
Tempat pembuangan pembalut harus disediakan pada
ruang Toilet perempuan.
Tempat pembuangan pembalut harus:
terbuat dari bahan yang kedap cairan;
dilengkapi dengan penutup; dan
diberikan label yang jelas.
Tempat pembuangan pembalut harus dibersihkan setiap
hari.
54
Kebutuhan atas udara yang bersih dan sehat harus dipenuhi pada setiap
Tempat Kerja.
Pemenuhan kebutuhan udara di Tempat Kerja dilakukan melalui:
KUDR;
ventilasi; dan
ruang udara.
Tempat Kerja untuk melakukan jenis pekerjaan administratif, pelayanan umum dan
fungsi manajerial harus memenuhi KUDR yang sehat dan bersih.
KUDR ditentukan oleh suhu, kelembaban, kadar oksigen dan kadar
kontaminan udara
55
Suhu ruangan yang nyaman
harus dipertahankan dengan
ketentuan:
Suhu Kering 230C- 260C dengan
kelembaban 40% - 60%.
perbedaan suhu antar ruangan
tidak melebihi 5oC
Kadar oksigen sebesar 19,5% - 23,5%
dari volume udara.
Kadar kontaminan
56
Pengurus dan/atau Pengusaha wajib menyediakan sistem
ventilasi udara untuk menjamin kebutuhan udara Pekerja
dan/atau mengurangi kadar kontaminan di Tempat Kerja.
Sistem ventilasi dapat bersifat alami atau buatan atau
kombinasi keduanya.
Dalam hal menggunakan ventilasi buatan maka ventilasi
tersebut harus dibersihkan secara berkala paling sedikit 3
(tiga) bulan sekali atau sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
57
Setiap orang yang bekerja dalam ruangan harus mendapat
ruang udara (cubic space) paling sedikit 10 meter
kubik.
Ruangan harus memenuhi ketentuan:
tinggi Tempat Kerja diukur dari lantai sampai daerah
langit-langit paling sedikit 3 meter; dan
tinggi ruangan yang lebih dari 4 meter tidak
dapat dipakai untuk memperhitungkan ruang udara
58
Tata Laksana Kerumahtanggaan
Ketatarumahtanggaan yang baik meliputi upaya:
memisahkan
menata
membersihkan
menetapkan dan melaksanakan prosedur Kebersihan
mengembangkan prosedur Kebersihan
Alat kerja, perkakas, dan bahan harus ditata dan disimpan secara rapi
dan tertib untuk menjamin kelancaran pekerjaan dan tidak
menimbulkan bahaya kecelakaan.
Bahan yang disimpan di gudang dan diberi label yang jelas
59
VII. PERSONIL K3 (Ps. 45 - 57)
Pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja harus dilakukan oleh
personil K3 bidang Lingkungan Kerja, meliputi:
Ahli K3 Muda Lingkungan Kerja;
Ahli K3 Madya Lingkungan Kerja; dan
Ahli K3 Utama Lingkungan Kerja.
Personil K3 harus memiliki kompetensi sesuai Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang ditetapkan oleh
Menteri dan kewenangan K3 bidang lingkungan kerja.
60
Persyaratan Personil Yang Berwenang
Ahli K3 Muda Ahli K3 Madya Ahli K3 Utama
Lingkungan Kerja Lingkungan Kerja Lingkungan Kerja
- Pendidikan D3
- berpengalaman paling
sedikit 1 (satu) tahun
- memiliki sertifikat
kompetensi sesuai
bidangnya
- berbadan sehat
- Pendidikan D3
- berpengalaman paling
sedikit 3 (tiga) tahun
sebagai Ahli K3 Muda
Lingkungan Kerja
- memiliki sertifikat
kompetensi sesuai
bidangnya
- berbadan sehat
- Pendidikan D3
- berpengalaman paling
sedikit 5 (lima) tahun
sebagai Ahli K3
Madya Lingkungan
Kerja;
- memiliki sertifikat
kompetensi sesuai
bidangnya
- berbadan sehat
61
Tata Cara Memperoleh Lisensi K3
melampirkan:
fotokopi ijazah terakhir;
surat keterangan pengalaman kerja yang diterbitkan oleh perusahaan;
surat keterangan sehat dari dokter;
fotokopi kartu tanda penduduk;
fotokopi sertifikat kompetensi:
Ahli Muda Higiene Ahli Madya Higiene Ahli Utama Higiene
Industri (HIMU) - Ahli Industri (HIMA) - Ahli Industri (HIU) - Ahli
K3 Muda Lingkungan K3 Madya Lingkungan Utama K3 Lingkungan
Kerja Kerja Kerja
2 (dua) lembar pas foto berwarna ukuran 2 x 3 dan 4 x 6
62
Lisensi K3 berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan
dapat diperpanjang
perpanjangan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum
masa berlaku lisensi K3 berakhir
Lisensi K3 hanya berlaku selama Ahli K3 Lingkungan Kerja
yang bersangkutan bekerja di perusahaan yang mengajukan
permohonan
Dalam hal sertifikat kompetensi belum ada, dapat
menggunakan surat keterangan telah mengikuti pembinaan K3
yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal.
63
Pola Pembinaan dan Penerbitan Lisensi Ahli K3 Lingkungan Kerja
64
Tugas dan Kewenangan Ahli K3 Lingkungan Kerja
Kewajiban Personil K3
mematuhi peraturan perundang-undangan dan standar yang telah ditetapkan;
melaporkan pada atasan langsung mengenai kondisi pelaksanaan pengukuran,
pengendalian lingkungan kerja, dan penerapan Higiene Sanitasi;
bertanggungjawab atas hasil pelaksanaan pengukuran, pengendalian lingkungan
kerja, dan penerapan Higiene Sanitasi di Tempat Kerja;
membantu Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Lingkungan Kerja dalam
melaksanakan pemeriksaaan dan Pengujian K3 Lingkungan Kerja; dan
melaksanakan kode etik profesi.
67
VIII. Pemeriksaan Dan Pengujian (Ps.58-68)
Setiap Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya Lingkungan
Kerja wajib dilakukan Pemeriksaan dan/atau
Pengujian.
Pemeriksaan merupakan kegiatan mengamati, menganalisis,
membandingkan, dan mengevaluasi kondisi Lingkungan Kerja
untuk memastikan terpenuhinya persyaratan
Pengujian merupakan kegiatan pengetesan dan pengukuran
kondisi Lingkungan Kerja yang bersumber dari alat, bahan, dan
proses kerja untuk mengetahui tingkat konsentrasi dan pajanan
terhadap Tenaga Kerja untuk memastikan terpenuhinya
persyaratan
68
Dilakukan secara:
internal untuk mengukur besaran pajanan sesuai dengan risiko Lingkungan Kerja dan
tidak menggugurkan kewajiban Tempat Kerja untuk melakukan pengukuran dengan
pihak eksternal
dilakukan oleh personil K3 bidang Lingkungan Kerja.
eksternal :
1. Unit Pelaksana Teknis Pengawasan Ketenagakerjaan (Pengawas Ketenagakerjaan
Spesialis K3 Lingkungan Kerja)
2. Direktorat Bina Keselamatan dan Kesehatan Kerja beserta Unit Pelaksana Teknis
Bidang K3 (Penguji K3)
3. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang membidangi pelayanan Pengujian
K3(Penguji K3)
4. lembaga lain yang terakreditasi dan ditunjuk oleh Menteri (Ahli K3 Lingkungan
Kerja)
69
Jenis Pemeriksaan dan/atau Pengujian :
1. Pertama untuk mengidentifikasi potensi bahaya Lingkungan Kerja di Tempat Kerja
meliputi:
area kerja dengan pajanan Faktor Fisika, Faktor Kimia, Faktor Biologi, Faktor Ergonomi,
dan Faktor Psikologi;
KUDR; dan
Sarana dan fasilitas Sanitasi.
2. Berkala dilakukan secara eksternal paling sedikit 1 (satu) tahun sekali atau sesuai
dengan penilaian risiko atau ketentuan peraturan perundang-undangan, meliputi sda.
3. Ulang dilakukan apabila hasil Pemeriksaan dan/atau Pengujian sebelumnya baik secara
internal maupun eksternal terdapat keraguan.
4. Khusus dilakukan setelah kecelakaan kerja atau laporan dugaan tingkat pajanan di atas
NAB
70
Mekanisme Tata Kerja Riksa Uji
Lingkungan Kerja
Laporan Riksa Uji
Pelaksana Riksa Uji
a. Pengawas
Ketenagakerjaan Sp K3
LK pada Instansi
Wasnaker;
b. Penguji K3 pada Instansi
Bina K3 beserta UPT K3
dan UPTD Bidang K3;
c. AK3 Lingkungan Kerja
pada PJK3 Riksa Uji LK
YA
≤ NAB atau
UPT memenuhi
Wasnaker standar
TIDAK
Perusahaan yang
meminta
Ditjen PPK
dan K3
SURKET Riksa Uji
memenuhi Berkala
Syarat K3:
SURKET Riksa Uji
TIDAK Ulang
Memenuhi dan/atau
Syarat K3: STIKER
71
Formulir Riksa Uji
72
Surat Keterangan
73
Stiker
74
NAB dan/atau standar dapat ditinjau
secara berkala paling sedikit
3 (tiga) tahun sekali
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
75
Pengawasan pelaksanaan
K3 Lingkungan Kerja dilaksanakan oleh
Pengawas Ketenagakerjaan
Spesialis K3 Lingkungan Kerja
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
76
Pengusaha dan/atau Pengurus
yang tidak memenuhi ketentuan dalam
Peraturan Menteri ini
dikenakan sanksi sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja
dan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan.
77
Lisensi Petugas Pemantauan Lingkungan Kerja yang telah diterbitkan sebelum
Peraturan Menteri ini diundangkan, tetap berlaku sampai dengan berakhirnya lisensi tersebut dan
selanjutnya disebut lisensiAhli K3 Muda Lingkungan Kerja
78
1. Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan
Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja;
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.13/MEN/X/2011 tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 684);
c. Surat Edaran Menakertrans No. SE 01/Men/1978 tentang Nilai Ambang Batas Untuk Iklim
Kerja dan Kebisingan;
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
2. Berlaku sejak tanggal 27 April 2018
79
1. NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA
2. STANDAR PENCAHAYAAN
3. NILAI AMBANG BATAS FAKTOR KIMIA
4. INDEKS PAJANAN BIOLOGI
5. STANDAR FAKTOR BIOLOGI
6. STANDAR FAKTOR ERGONOMI
7. STANDAR FAKTOR PSIKOLOGI
8. PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBINAAN AHLI K3 LINGKUNGAN KERJA
9. FORMULIR PEMERIKSAAN DAN/ATAU PENGUJIAN
10. STIKER TIDAK MEMENUHI PERSYARATAN K3 LINGKUNGAN KERJA
80
Sekian dan terima kasih

More Related Content

What's hot

Syarat pembentukan P2K3
Syarat pembentukan  P2K3Syarat pembentukan  P2K3
Syarat pembentukan P2K3Herry Prakoso
 
Materi Training ISO 14001
Materi Training ISO 14001Materi Training ISO 14001
Materi Training ISO 14001Sri Sulastri
 
Health safety-environment
Health safety-environmentHealth safety-environment
Health safety-environmentadha_ningrum
 
Penyakit akibat kerja dan hubungan kerja
Penyakit akibat kerja dan hubungan kerjaPenyakit akibat kerja dan hubungan kerja
Penyakit akibat kerja dan hubungan kerjaChaicha Ceria
 
AWARENESS TRAINING ISO 45001.pptx
AWARENESS TRAINING ISO 45001.pptxAWARENESS TRAINING ISO 45001.pptx
AWARENESS TRAINING ISO 45001.pptxkurniawanpriambodo1
 
1. keselamatan kerja.ppt
1. keselamatan kerja.ppt 1. keselamatan kerja.ppt
1. keselamatan kerja.ppt Winarso Arso
 
Bab 4 Prinsip RBBS (Risk Based Behavioral Safety)
Bab 4 Prinsip RBBS (Risk Based Behavioral Safety)Bab 4 Prinsip RBBS (Risk Based Behavioral Safety)
Bab 4 Prinsip RBBS (Risk Based Behavioral Safety)Bondan Winarno
 
permen lingker 05 tahun 2018.ppt
permen lingker 05 tahun 2018.pptpermen lingker 05 tahun 2018.ppt
permen lingker 05 tahun 2018.pptsuprikochem
 
PENYAKIT AKIBAT KERJA.ppt
PENYAKIT AKIBAT KERJA.pptPENYAKIT AKIBAT KERJA.ppt
PENYAKIT AKIBAT KERJA.pptAlexBono3
 
K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dikri Purnama
 
3. hygiene industri
3. hygiene industri3. hygiene industri
3. hygiene industriWinarso Arso
 
Himpunan Peraturan Perundangan K3
Himpunan Peraturan Perundangan K3Himpunan Peraturan Perundangan K3
Himpunan Peraturan Perundangan K3Herry Prakoso
 
Safety meeting uu no 1 tahun 1970
Safety meeting uu no 1 tahun 1970Safety meeting uu no 1 tahun 1970
Safety meeting uu no 1 tahun 1970Rifki Fadli
 
1. kesehatan dan keselamatan kerja
1. kesehatan dan keselamatan kerja1. kesehatan dan keselamatan kerja
1. kesehatan dan keselamatan kerjaWinarso Arso
 
Pemeriksaan Kes TK.ppt
Pemeriksaan Kes TK.pptPemeriksaan Kes TK.ppt
Pemeriksaan Kes TK.pptKidsYamna
 

What's hot (20)

Syarat pembentukan P2K3
Syarat pembentukan  P2K3Syarat pembentukan  P2K3
Syarat pembentukan P2K3
 
Materi Training ISO 14001
Materi Training ISO 14001Materi Training ISO 14001
Materi Training ISO 14001
 
Health safety-environment
Health safety-environmentHealth safety-environment
Health safety-environment
 
Penyakit akibat kerja dan hubungan kerja
Penyakit akibat kerja dan hubungan kerjaPenyakit akibat kerja dan hubungan kerja
Penyakit akibat kerja dan hubungan kerja
 
AWARENESS TRAINING ISO 45001.pptx
AWARENESS TRAINING ISO 45001.pptxAWARENESS TRAINING ISO 45001.pptx
AWARENESS TRAINING ISO 45001.pptx
 
Checklist hygiene
Checklist  hygiene Checklist  hygiene
Checklist hygiene
 
Dasar P3K ditempat kerja.ppt
Dasar P3K ditempat kerja.pptDasar P3K ditempat kerja.ppt
Dasar P3K ditempat kerja.ppt
 
1. keselamatan kerja.ppt
1. keselamatan kerja.ppt 1. keselamatan kerja.ppt
1. keselamatan kerja.ppt
 
Bab 4 Prinsip RBBS (Risk Based Behavioral Safety)
Bab 4 Prinsip RBBS (Risk Based Behavioral Safety)Bab 4 Prinsip RBBS (Risk Based Behavioral Safety)
Bab 4 Prinsip RBBS (Risk Based Behavioral Safety)
 
permen lingker 05 tahun 2018.ppt
permen lingker 05 tahun 2018.pptpermen lingker 05 tahun 2018.ppt
permen lingker 05 tahun 2018.ppt
 
PENYAKIT AKIBAT KERJA.ppt
PENYAKIT AKIBAT KERJA.pptPENYAKIT AKIBAT KERJA.ppt
PENYAKIT AKIBAT KERJA.ppt
 
Toksikologi Industri
Toksikologi IndustriToksikologi Industri
Toksikologi Industri
 
Dasar K3
Dasar K3Dasar K3
Dasar K3
 
K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
 
3. hygiene industri
3. hygiene industri3. hygiene industri
3. hygiene industri
 
Himpunan Peraturan Perundangan K3
Himpunan Peraturan Perundangan K3Himpunan Peraturan Perundangan K3
Himpunan Peraturan Perundangan K3
 
investigasi kecelakaan
investigasi kecelakaaninvestigasi kecelakaan
investigasi kecelakaan
 
Safety meeting uu no 1 tahun 1970
Safety meeting uu no 1 tahun 1970Safety meeting uu no 1 tahun 1970
Safety meeting uu no 1 tahun 1970
 
1. kesehatan dan keselamatan kerja
1. kesehatan dan keselamatan kerja1. kesehatan dan keselamatan kerja
1. kesehatan dan keselamatan kerja
 
Pemeriksaan Kes TK.ppt
Pemeriksaan Kes TK.pptPemeriksaan Kes TK.ppt
Pemeriksaan Kes TK.ppt
 

Similar to permenaker 05 tahun 2018 tentang k3 lingkungan kerja

1. Menerapkan prinsip kesehatan kerja
1. Menerapkan prinsip kesehatan kerja1. Menerapkan prinsip kesehatan kerja
1. Menerapkan prinsip kesehatan kerjaRasyad Hermawan
 
permen lingker 05 tahun 2018-1 - Ringkas-2.ppt
permen lingker 05 tahun 2018-1 - Ringkas-2.pptpermen lingker 05 tahun 2018-1 - Ringkas-2.ppt
permen lingker 05 tahun 2018-1 - Ringkas-2.pptMuhamadArifin61
 
Tugas Kelompok 1 Lingker (PPT).pdf
Tugas Kelompok 1 Lingker (PPT).pdfTugas Kelompok 1 Lingker (PPT).pdf
Tugas Kelompok 1 Lingker (PPT).pdfAhmadFirdaus823743
 
Pengawasan Kesehatan Kerja
Pengawasan Kesehatan KerjaPengawasan Kesehatan Kerja
Pengawasan Kesehatan KerjaAl Marson
 
bahan ajar telkom university
bahan ajar telkom university bahan ajar telkom university
bahan ajar telkom university aanansor
 
BAHAN AJAR TELKOM UNIVERSITY
BAHAN AJAR TELKOM UNIVERSITYBAHAN AJAR TELKOM UNIVERSITY
BAHAN AJAR TELKOM UNIVERSITYaanansor
 
BAHAN AJAR PK&E TELKOM UNIVERSITY
BAHAN AJAR PK&E TELKOM UNIVERSITY BAHAN AJAR PK&E TELKOM UNIVERSITY
BAHAN AJAR PK&E TELKOM UNIVERSITY aanansor
 
PERMEN LINGKUNGAN KERJA.pptx
PERMEN LINGKUNGAN KERJA.pptxPERMEN LINGKUNGAN KERJA.pptx
PERMEN LINGKUNGAN KERJA.pptxrizqialfian5
 
01. Presentasi Pelatihan Manajemen Risiko.pdf
01. Presentasi Pelatihan Manajemen Risiko.pdf01. Presentasi Pelatihan Manajemen Risiko.pdf
01. Presentasi Pelatihan Manajemen Risiko.pdfRinaAgustina57
 
Pengawasan norma k3 lingkungan kerja manufaktur
Pengawasan norma k3 lingkungan kerja manufakturPengawasan norma k3 lingkungan kerja manufaktur
Pengawasan norma k3 lingkungan kerja manufakturDiki Falyana
 
k3lh_x_tkj.pptx
k3lh_x_tkj.pptxk3lh_x_tkj.pptx
k3lh_x_tkj.pptxsarwoedi29
 
Peraturan tentang.docx marsi k3
Peraturan tentang.docx marsi k3Peraturan tentang.docx marsi k3
Peraturan tentang.docx marsi k3YERRIPANAMUAN
 
Peraturan tentang.docx marsi k3
Peraturan tentang.docx marsi k3Peraturan tentang.docx marsi k3
Peraturan tentang.docx marsi k3YERRIPANAMUAN
 
Penerapan syarat-kesehatan-kerja
Penerapan syarat-kesehatan-kerjaPenerapan syarat-kesehatan-kerja
Penerapan syarat-kesehatan-kerjaZulfahmi Jantan
 
1LINGKUNGAN KERJA REVISIaalakakaaaaaaaaak
1LINGKUNGAN KERJA REVISIaalakakaaaaaaaaak1LINGKUNGAN KERJA REVISIaalakakaaaaaaaaak
1LINGKUNGAN KERJA REVISIaalakakaaaaaaaaakSafrizaAhmad2
 
PERMENAKETRANS RI No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika ...
PERMENAKETRANS RI No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika ...PERMENAKETRANS RI No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika ...
PERMENAKETRANS RI No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika ...Muhamad Imam Khairy
 
DASAR PENGAWASAN NORMA KESEHATAN KERJA.ppt
DASAR PENGAWASAN NORMA KESEHATAN KERJA.pptDASAR PENGAWASAN NORMA KESEHATAN KERJA.ppt
DASAR PENGAWASAN NORMA KESEHATAN KERJA.pptanggaeka04
 

Similar to permenaker 05 tahun 2018 tentang k3 lingkungan kerja (20)

1. Menerapkan prinsip kesehatan kerja
1. Menerapkan prinsip kesehatan kerja1. Menerapkan prinsip kesehatan kerja
1. Menerapkan prinsip kesehatan kerja
 
permen lingker 05 tahun 2018-1 - Ringkas-2.ppt
permen lingker 05 tahun 2018-1 - Ringkas-2.pptpermen lingker 05 tahun 2018-1 - Ringkas-2.ppt
permen lingker 05 tahun 2018-1 - Ringkas-2.ppt
 
Tugas Kelompok 1 Lingker (PPT).pdf
Tugas Kelompok 1 Lingker (PPT).pdfTugas Kelompok 1 Lingker (PPT).pdf
Tugas Kelompok 1 Lingker (PPT).pdf
 
Pengawasan Kesehatan Kerja
Pengawasan Kesehatan KerjaPengawasan Kesehatan Kerja
Pengawasan Kesehatan Kerja
 
bahan ajar telkom university
bahan ajar telkom university bahan ajar telkom university
bahan ajar telkom university
 
BAHAN AJAR TELKOM UNIVERSITY
BAHAN AJAR TELKOM UNIVERSITYBAHAN AJAR TELKOM UNIVERSITY
BAHAN AJAR TELKOM UNIVERSITY
 
BAHAN AJAR PK&E TELKOM UNIVERSITY
BAHAN AJAR PK&E TELKOM UNIVERSITY BAHAN AJAR PK&E TELKOM UNIVERSITY
BAHAN AJAR PK&E TELKOM UNIVERSITY
 
PERMEN LINGKUNGAN KERJA.pptx
PERMEN LINGKUNGAN KERJA.pptxPERMEN LINGKUNGAN KERJA.pptx
PERMEN LINGKUNGAN KERJA.pptx
 
01. Presentasi Pelatihan Manajemen Risiko.pdf
01. Presentasi Pelatihan Manajemen Risiko.pdf01. Presentasi Pelatihan Manajemen Risiko.pdf
01. Presentasi Pelatihan Manajemen Risiko.pdf
 
Pengawasan norma k3 lingkungan kerja manufaktur
Pengawasan norma k3 lingkungan kerja manufakturPengawasan norma k3 lingkungan kerja manufaktur
Pengawasan norma k3 lingkungan kerja manufaktur
 
Kesehatan kerja-1
Kesehatan kerja-1Kesehatan kerja-1
Kesehatan kerja-1
 
k3lh_x_tkj.pptx
k3lh_x_tkj.pptxk3lh_x_tkj.pptx
k3lh_x_tkj.pptx
 
Peraturan tentang.docx marsi k3
Peraturan tentang.docx marsi k3Peraturan tentang.docx marsi k3
Peraturan tentang.docx marsi k3
 
Peraturan tentang.docx marsi k3
Peraturan tentang.docx marsi k3Peraturan tentang.docx marsi k3
Peraturan tentang.docx marsi k3
 
Penerapan syarat-kesehatan-kerja
Penerapan syarat-kesehatan-kerjaPenerapan syarat-kesehatan-kerja
Penerapan syarat-kesehatan-kerja
 
Lingkungan kerja
Lingkungan kerjaLingkungan kerja
Lingkungan kerja
 
1LINGKUNGAN KERJA REVISIaalakakaaaaaaaaak
1LINGKUNGAN KERJA REVISIaalakakaaaaaaaaak1LINGKUNGAN KERJA REVISIaalakakaaaaaaaaak
1LINGKUNGAN KERJA REVISIaalakakaaaaaaaaak
 
Permena
PermenaPermena
Permena
 
PERMENAKETRANS RI No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika ...
PERMENAKETRANS RI No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika ...PERMENAKETRANS RI No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika ...
PERMENAKETRANS RI No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika ...
 
DASAR PENGAWASAN NORMA KESEHATAN KERJA.ppt
DASAR PENGAWASAN NORMA KESEHATAN KERJA.pptDASAR PENGAWASAN NORMA KESEHATAN KERJA.ppt
DASAR PENGAWASAN NORMA KESEHATAN KERJA.ppt
 

Recently uploaded

Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 

permenaker 05 tahun 2018 tentang k3 lingkungan kerja

  • 1. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NO. 5 TAHUN 2018 TENTANG K3 LINGKUNGAN KERJA dr. Santi Yuliandari, M.Kes Penguji K3 Muda BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN R.I.
  • 2. • Amanat Pasal 5 dan Pasal 6 Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional Nomor 120 yang telah di ratifikasi melalui UU No 3 tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional No 120 Mengenai Higiene Dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor; • Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 3 ayat (1) huruf huruf i, j, k, l dan m Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja; • Pengaturan dalam PMP No 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan dan Penerangan dalam Tempat Kerja yang sudah berusia lebih dari 54 tahun sudah tidak sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini; • Pasal 17 Permenaker No 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja, mengamanatkan perlunya peninjauan kembali sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sekali sejak diterbitkan; • Penegakan hukum terhadap PMP No 7 Tahun 1964 sulit dilakukan karena tidak mengacu pada sanksi hukum baik dalam UU No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja ataupun UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan; • Program nasional untuk simplifikasi peraturan perundang-undangan, perlu dilakukan revisi sekaligus penggabungan terhadap peraturan yang serumpun yaitu PMP No 7 Tahun 1964 dan Permenaker No 13 Tahun 2011 dalam peraturan terbaru mengenai K3 Lingkungan Kerja 4
  • 3. • Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik Indonesia Untuk Seluruh Indonesia; • Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional Nomor 120 Mengenai Hygiene Dalam Perniagaan Dan Kantor-Kantor; • Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja; • Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang; • Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; • Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja; • Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan; • Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 8 Tahun 2015 tentang Tata Cara Mempersiapkan Pembentukan Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Peraturan Presiden Serta Pembentukan Rancangan Peraturan Menteri di Kementerian Ketenagakerjaan; • Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 33 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengawasan Ketenagakerjaan 5
  • 4. IV. Ruang Lingkup dan Tujuan Tempat Kerja Terdapat Sumber Bahaya Lingkungan Kerja Berupa, FAKTOR: •FISIKA; •KIMIA; •BIOLOGI; •ERGONOMI; •PSIKOLOGI Pengusaha/Pengurus WAJIB (Ps 2) Syarat K3 Lingkungan Kerja (Ps.3) • Pengendalian Faktor Fisika dan Faktor Kimia agar berada di bawah NAB; • Pengendalian Faktor Biologi, Faktor Ergonomi, dan Faktor Psikologi Kerja agar memenuhi standar; • Penyediaan fasilitas Kebersihan dan sarana Higiene di Tempat Kerja yang bersih dan sehat; dan • Penyediaan personil K3 yang memiliki kompetensi dan kewenangan K3 di bidang Lingkungan Kerja Tujuan (Ps. 4) Lingkungan Kerja yang aman, sehat, dan nyaman dalam rangka mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. 10
  • 5. Pelaksanaan syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja dilakukan melalui kegiatan: 1. pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja yang meliputi fisika; kimia; biologi; ergonomi; dan psikologi 2. penerapan Higiene dan Sanitasi meliputi: Bangunan Tempat Kerja; fasilitas Kebersihan; kebutuhan udara; dan tata laksana kerumahtanggaan. 11
  • 6. V. Pengukuran Dan Pengendalian Lingkungan Kerja (Ps.6-7) 1. Pengukuran Lingkungan Kerja dilakukan untuk mengetahui tingkat pajanan: Faktor Fisika, Faktor Kimia, Faktor Biologi, Faktor Ergonomi, dan Faktor Psikologi terhadap Tenaga Kerja. 2. Pengukuran Lingkungan Kerja dilakukan sesuai dengan metoda uji yang ditetapkan Standar Nasional Indonesia. 3. Metoda uji lainnya sesuai dengan standar yang telah divalidasi oleh lembaga yang berwenang. 4. Pengendalian Lingkungan Kerja dilakukan sesuai hirarki pengendalian meliputi upaya: eliminasi; substitusi; rekayasa teknis; administratif; dan/atau penggunaan alat pelindung diri. 12
  • 7. Pengukuran dan pengendalian Faktor Fisika meliputi: (Ps.8-19) Iklim Kerja (tekanan panas dan standar tekanan dingin); Kebisingan; Getaran; Gelombang radio (frekwensi s.d 300 MHz) atau gelombang mikro (frekwensi s.d300 GHz) ; Sinar Ultra Ungu (Ultra Violet) panjang gelombang 80-400 nanometer; Medan Magnet Statis; Tekanan udara; dan Pencahayaan. 13
  • 9. Pengertian • Getaran adalah gerakan bolak balik linear (atas bawah, maju mundur, kanan kiri) yang berlangsung dengan cepat dari suatu objek terhadap suatu titik
  • 10. JENIS GETARAN Whole Body Vibration (getaran terhadap seluruh tubuh atau badan) Tool Hand Vibration (getaran terhadap lengan atau tangan )
  • 11. SUMBER GETARAN :  PERALATAN – PERALATAN BESAR.  ALAT – ALAT PERTAMBANGAN  ALAT PEMBUAT JALAN  ALAT PENGGALI TANAH  ALAT PEMOTONG POHON  ALAT-ALAT ELEKTRIK LAINNYA.
  • 12. CONTOH • TOOL HAND VIBRATION • WHOLE BODY VIBRATION
  • 13.
  • 14.
  • 15. EFEK VIBRASI PD KESEHATAN PEMAPARAN JANGKA PENDEK (AKUT) :  MOTION SICKNESS/ MABUK PERJALANAN ( TIDAK NYAMAN, MUAL, LELAH)  PANDANGAN KABUR WHOLE BODY VIBRATION
  • 16. Lanjutan PEMAPARAN JANGKA PANJANG (KRONIS) KERUSAKAN PERMANEN PD TULANG DAN PERSENDIAN GANGGUAN PENCERNAAN EFEK PD TEK. DARAH MENIMBULKAN MASALAH PD JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH GANGGUAN SYSTEM SYARAF DPT MENIMBULKAN KELUHAN SAKIT KEPALA, GANGGUAN TIDUR , LEMAH, LELAH DAN LESU. GANGGUAN REPRODUKSI WANITA
  • 17. SEGMENTAL VIBRATION (hand arm vibration): PEMAPARAN JANGKA PENDEK MENYEBABKAN :  KELELAHAN  KETIDAK NYAMANAN SAAT BEKERJA  PRODUKTIVITAS KERJA KURANG PEMAPARAN JANGKA PANJANG MENYEBABKAN DEGENERASI SYARAF.  HILANGNYA INDERA PERABA  PELEMBEKAN METACARPAL DAN CARPAL (CARPAL TUNNEL SYNDROME)  TERHENTINYA PERTUMBUHAN OTOT.
  • 18. CTH. HAND ARM VIBRATION SYNDROME
  • 20. PENGENDALIAN WHOLE BODY /HAND ARM VIBRATION  MENCEGAH / MENGURANGI PEMAPARAN VIBRASI  ISOLASI TERHADAP VIBRASI : MENJAUHKAN TK DARI SUMBER VIBRASI.MENGGUNAKAN PENYEKAT(BANTALAN PEREDAM), HANDEL PERALATAN  MENGURANGI WAKTU PEMAPARAN , ROTASI KERJA, ISTIRAHAT 10 – 15 MENIT SETIAP 1 JAM  MENGGUNAKAN SARUNG TANGAN UTK MENGURANGI PEMAPARAN HAND ARM VIBRATION.
  • 22. PENGERTIAN KEBISINGAN ….? Subyektif :  Suara yg tidak diinginkan oleh pendengaran manusia atau bentuk suara apapun yang terjadi secara tdk alamiah.  Suara yg tidak enak di dengar ( is any disturbing sound) terjadi akibat tumbukan yg tidak wajar atau berulang. Obyektif : Terdiri dari getaran komplek berbagai frekuensi & Amplitudo baik periodik/non periodik. BUNYI/ GELOMBANG SUARA : adalah getaran yg merambat melalui medium elastis (misal udara) diterima telinga dan diinterpretasikan oleh otak.
  • 23. KARAKTERISTIK BISING DITENTUKAN OLEH I. INTENSITAS SUARA ADALAH BESARNYA ENERGI YG DIGETARKAN PARTIKEL UDARA YANG DITANGKAP OLEH TELINGA. (disebut juga Keras lemahnya bunyi) II. FREKUENSI : ADALAH JUMLAH FLUKTUASI YG TERJADI PD SATU WAKTU. SATUAN YG BIASA DIGUNAKAN ADALAH Hz. (disebut juga tinggi rendahnya nada dari suatu bunyi)
  • 24. JENIS KEBISINGAN KONTINUE TERPUTUS-PUTUS / INTERMITTEN (suara lalu lintas ) IMPULSIF ( suara meriam , ledakan ) IMPULSIF BERULANG ( mesin tempa di perusahaan )
  • 25. EFEK KEBISINGAN 1.JANGKA PANJANG PTS (NIHL) 2. JANGKA PENDEK TTS • TINNITUS • TRAUMA AKUSTIK • PRESBIACUSIS • GANGGUAN FISIOLOGI • GANGGUAN PSIKOLOGI • GANGGUAN DLM KOMUNIKASI • GANGGUAN PERFORMANCE & BEHAVIOR
  • 27. Waktu pemajanan per hari Satuan Intensitas Kebisingan (dBA) 8 4 2 1 Jam 85 88 91 94 30 15 7,5 3,75 1,88 0,94 Menit 97 100 103 106 109 112 28,12 14,06 7,03 3,52 1,76 Detik 115 118 121 124 127 STANDAR KEBISINGAN (NAB)
  • 28. PENGENDALIAN KEBISINGAN 1. SECARA TEKNIS ( ENGINEERING CONTROL ) - SUMBER - SEBARAN - PENERIMA 2. SECARA ADMINISTRASI (ADMINISTRATION CONTROL ) - ROTASI TEMPAT KERJA - MEMINDAHKAN TK dari TEMPAT BISING KE TEMPAT TDK BISING - PENGATURAN WAKTU PENGOPERASIAN. - TRAINING PROGRAM KONSERVASI PENDENGARAN - TES AUDIOMETRI 3. MENGGUNAKAN APP (alat pelindung pendengaran) 4. PENDIDIKAN / HEARING KONSERVASI PROGRAM
  • 29. Engineering Control Isolasi Mesin atau lokasi bising Perawatan mesin secara rutin (lubrikasi) Ganti material besi dengan kayu atau plastik jika memungkinkan Gunakan Sound Absorbing Pertimbangkan Noise ketika membeli peralatan atau membuat proses baru
  • 30. Sound Level Meter + Octav Band Analyzer PENGENALAN ALAT LABORATORIUM
  • 31. Pemeriksaan : Audimetri & Ruang Kedap Suara
  • 32.
  • 33. PENGERTIAN  Iklim Kerja Panas adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi  Suhu Basah Alami (wet bulb termometer) adalah suhu penguapan air dimana pada suhu yg sama menyebabkan terjadinya keseimbangan uap air di udara, suhu ini diukur dgn termometer basah alami & suhunya lebih rendah dari suhu kering.  Suhu kering (dry bulb temperatur) ad. Suhu yg diukur dgn termometer kering  Suhu bola (globe termometer) adalah suhu yg diukur dgn menggunakan termometer suhu bola
  • 35. Keseimbangan Panas Tubuh Diatur tubuh melalui PELEPASAN atau PENGAMBILAN PANAS ke atau dari lingkungan Lanjutan IKLIM KERJA DIBEDAKAN ATAS :  Iklim kerja panas, yang biasa disebut tekanan panas (heat stress) dan  Iklim kerja dingin (cold stress).
  • 36. Efek Iklim Kerja Panas Terhadap Kesehatan  Heat Rash Gejala : Ruam-ruam pada kulit terjadi akibat pengeluaran keringat yang terhambat, heat rash biasanya dianggap tidak terlalu serius tetapi dapat menimbulkan masalah bila terjadi infeksi.  Penanggulangan : Menjaga kulit tetap kering dan mengobati infeksi dengan salep antibiotik. 36 Lanjutan
  • 37. Heat Syncope : Gejala : keadaan pingsan atau hampir pingsan yang disebabkan oleh terlalu lama berdiri pada posisi tetap dibawah sinar matahari langsung atau dapat juga di lingkungan panas. Berdiri tetap menyebabkan aliran darah terpusat pada tubuh bagian bawah. Penanggulangan : Seseorang yang mengalami heat syncope harus dibaringkan pada tempat yang teduh dan diberi minum air.
  • 38. HEAT STROKE ( SUN STROKE)  Kulit panas, kering, merah  Demam tinggi  Pingsan GEJALA:
  • 39. HEAT CRAMPS • Kerja berat dalam waktu lama • Banyak kehilangan keringat (NaCL) • Kejang kaki , tangan , perut Penanggulangannya : • Memindahkan Tenaga kerja dari lingkungan panas • Banyak diberi minum.
  • 40. Alat Ukur Heat Stress • HEAT STRESS APPARATUS • Personal Heat Stress Monitor
  • 41. NAB Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) Yang Diperkenankan Pengaturan Waktu Kerja Setiap Jam ISBB (oC) Beban Kerja Waktu kerja Waktu istirahat Ringan Sedang Berat Bekerja terus menerus (8 jam/hari) - 30,0 26,7 25,0 75% kerja 25% istirahat 30,6 28,0 25,9 50% kerja 50% istirahat 31,4 29,4 27,9 25% kerja 75% istirahat 32,2 31,1 30,0
  • 42. 2.3 Pengendalian Suhu Panas TEKNIS Mempercepat Ventilasi udara Water spray Suplay udara segar/Ventilasi Isolasi Sumber panas (metal sheet) MEDIS Pemeriksaan Kesehatan (pra, periodik, spesifik) Pemberian Air minum
  • 43. 2.3 Pengendalian Suhu Panas ADMINISTRASI 1. Membatasi waktu pemaparan di tempat kerja panas; 2. Penerapan siklus waktu istirahat (work rest cycle) 3. Penyediaan air minum pada tempat yang sesuai. 4. Penyediaan tempat istirahat dengan temperatur nyaman 5. Melakukan aklimatisasi terhadap panas APD Penggunaan Pelindung Diri, yaitu menggunakan topi/pakaian yang mampu melindungi terhadap panas dan nyaman untuk melakukan pekerjaan
  • 44. RADIASI MENGION DAN TIDAK MENGION
  • 45. RADIASI • Suatu cara perambatan energi • dari suatu sumber ke lingkungannya • Radiasi 2 jenis : • 1. Radiasi mengion (ionizing • radiation • 2. Radiasi tidak mengion (non- • ionizing radiation)
  • 46. Efek Radiasi Mengion : Menyebabkan terjadinya kerusakan atom/ molekul yg dilaluinya Efek radiasi mengion 2 jenis : 1. Efek stokastik, - Tergantung pd frekuensi pemajanan, tingkat keparahan tidak tergantung pd dosis - Contoh: mutagen (kerusakan gen/chromosom), teratogen (cacat bayi dalam kandungan), dan karsinogen (menyebabkan kanker). 2. Efek Non-stokastik/Deterministik - Efek yg ditimbulkan tergantung pd frekuensi dan dosis - Efek ini terjadi karena adanya kematian sel. - Contoh : erythema pd kulit, katarak pd mata
  • 48. RADIASI TIDAK MENGION (Non ionizing radiation) • Energi rel. rendah (tdk mengion) • Spektrum radiasi elektromagnetik tdk mengion - Frekuensi : 3.105-3.1015 Hz - Panjang gelombang : 103 m-102 nm • Yg termasuk radiasi tdk mengion - Frekuensi radio/TV - Gelombang mikro - Infra merah - Sinar tampak - Ultra violet
  • 51. Syarat-syarat Penerangan di Tempat Kerja a. a. Pekerjaan yang hanya membedakan barang-barang kasar membutuhkan penerangan 50 lux, Contoh mengerjakan bahan-bahan yang besar, mengerjakan bahan tanah dan batu, gang-gang selalu dipakai dan gudang untuk menyimpan barang besar. b. b. Pekerjaan yang membedakan barang-barang yang kecil membutuhkan penerangan 100 lux, Contoh mengerjakan barang besi dan baja, penggilingan padi, kamar mesin, alat pengangkut orang dan tempat mandi & WC.
  • 52. c. Penerangan untuk pekerjaan yang membedakan barang-barang kecil dengan teliti dibutuhkan penerangan 200 lux, Contoh pekerjaan mesin dan bubut yang kasar, menjahit tektil dan kulit, pembungkusan daging dan mengerjakan kayu. d. Pekerjaan yang membedakan secara teliti terhadap barang-barang yang kecil dan halus membutuhkan penerangan 300 lux, Contoh pekerjaan mesin yang teliti, pembuatan tepung, pekerjaan kantor seperti membaca dan menulis. e. Penerangan yang diperlukan untuk pekerjaan yang akan membedakan barang-barang yang sangat halus dan kontras dalam waktu yang lama dibutuhkan penerangan 500-1000 lux, Contoh pemasangan yang halus, pekerjaan mesin yang halus, pekerjaan kayu yang halus dan akuntan
  • 53. f. Penerangan yang diperlukan untuk pekerjaan yang membedakan barang-barang yang sangat halus dan kurang kontras memerlukan penerangan diatas 1000 lux, Contoh pemasangan yang elastis dan halus (arloji), pemeriksaan yang ekstra halus, tukang las dan intan dan percobaan alat-alat yang ekstra halus.
  • 54. Jenis Pencahayaan • Cahaya (Penerangan) Alami berasal dari matahari • Cahaya (Penerangan) Buatan berasal dari lampu
  • 56. Gelombang Radio / Gelombang Mikro (Ps.12) Nilai Ambang Batas Radiasi Gelombang Radio / Gelombang Mikro Radiasi Gelombang Radio atau Gelombang Mikro adalah Radiasi Elektromagnetik dengan Frekuensi 30 (tiga puluh) kilo hertz sampai300(tiga ratus) giga hertz. 22
  • 57. Pengendalian bahaya radiasi gelombang radio atau gelombang mikro dilakukan dengan: a. menghilangkan sumber Radiasi Gelombang Radio atau Gelombang Mikro dari Tempat Kerja; b. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber Radiasi Gelombang Radio atau Gelombang Mikro; c. merancang Tempat Kerja dengan menggunakan peralatan proteksi radiasi; d. membatasi waktu pajanan terhadap sumber Radiasi Gelombang Radio atau Gelombang Mikro; e. penggunaan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau f. melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 23
  • 58. Radiasi Ultra Ungu (Ps. 13) Nilai Ambang Batas Radiasi Ultra Ungu Radiasi Ultra Ungu (Ultra Violet) adalah Radiasi Elektromagnetik dengan panjang gelombang 180 (seratus delapan puluh) nano meter sampai 400 (empat ratus) nano meter. 24
  • 59. Pengendalian bahaya radiasi Ultra Ungu dilakukan dengan: a. menghilangkan sumber Radiasi Ultra Ungu (Ultra Violet) dari Tempat Kerja; b. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber Radiasi Ultra Ungu (Ultra Violet); c. merancang Tempat Kerja dengan menggunakan peralatan proteksi radiasi; d. memberikan jarak aman sesuai dengan standar antara sumber pajanan dan pekerja; e. membatasi pajanan sumber Radiasi Ultra Ungu (Ultra Violet) melalui pengaturan waktu kerja; f. penggunaan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau g. melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 25
  • 60. Medan Magnet Statis (Ps. 14) Nilai Ambang Batas Medan Magnet Statis Medan Magnet Statis adalah suatu medan atau area yang ditimbulkan oleh pergerakan arus listrik 26
  • 61. Pengendalian bahaya medan megnet statis dilakukan dengan: a. menghilangkan sumber Medan Magnet Statis dari Tempat Kerja; b. mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang menimbulkan sumber Medan Magnet Statis; c. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber Medan Magnet Statis; d. mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber Medan Magnet Statis; e. mengatur jarak aman sesuai dengan Standar Nasional Indonesia antara sumber pajanan dan pekerja; f. menggunaan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau g. melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 27
  • 62. V. Pengukuran Dan Pengendalian Lingkungan Kerja (Ps.20-21) Faktor Kimia (Ps.20) Pengukuran dan pengendalian Faktor Kimia dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya bahan kimia. Dilakukan terhadap pajanannya dan terhadap pekerja yang terpajan. Pengukuran terhadap pajanan yang hasilnya untuk dibandingkan dengan NAB harus dilakukan paling singkat selama 6 (enam) jam. Pengukuran yang hasilnya untuk dibandingkan dengan PSD, harus dilakukan paling singkat selama 15 (lima belas) menit sebanyak 4 (empat) kali dalam durasi 8(delapan) jam kerja. Pengukuran yang hasilnya untuk dibandingkan dengan KTD harus dilakukan menggunakan alat pembacaan langsung untuk memastikan tidak terlampaui. Pengukuran Faktor Kimia terhadap pekerja yang mengalami pajanan dilakukan melalui Pemeriksaan kesehatan khusus pada spesimen tubuh Tenaga Kerja dan dibandingkan dengan IPB. 30
  • 64. 3
  • 65. 33
  • 66. Pengendalian terhadap bahaya faktor kimia dilakukan dengan: a. menghilangkan sumber potensi bahaya kimia dari Tempat Kerja; b. mengganti bahan kimia dengan bahan kimia lain yang tidak mempunyai potensi bahaya atau potensi bahaya yang lebih rendah; c. memodifikasi proses kerja yang menimbulkan sumber potensi bahaya kimia; d. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber potensi bahaya kimia; e. menyediakan sistem ventilasi; f. membatasi pajanan sumber potensi bahaya kimia melalui pengaturan waktu kerja; g. merotasi Tenaga Kerja ke dalam proses pekerjaan yang tidak terdapat potensi bahaya bahan kimia; h. penyediaan lembar data keselamatan bahan dan label bahan kimia; i. penggunaan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau j. pengendalian lainnya sesuai dengan tingkat risiko. 37
  • 67. V. Pengukuran Dan Pengendalian Lingkungan Kerja Faktor Biologi (Ps. 22) Potensi bahaya Faktor Biologi meliputi: mikro organisma dan/atau toksinnya; arthopoda dan/atau toksinnya; hewan invertebrata dan/atau toksinnya; alergen dan toksin dari tumbuhan; binatang berbisa; binatang buas; dan produk binatang dan tumbuhan yang berbahaya lainnya. Pengukuran Pemantauan 38
  • 68. Pengendalian bahaya faktor biologi dengan: a. menghilangkan sumber bahaya Faktor Biologi dari Tempat Kerja; b. mengganti bahan, dan proses kerja yang menimbulkan sumber bahaya Faktor Biologi; c. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber bahaya Faktor Biologi; d. menyediakan sistem ventilasi; e. mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber bahaya Faktor Biologi; f. menggunakan baju kerja yang sesuai; g. menggunakan alat pelindung diri yang sesuai; h. memasang rambu-rambu yang sesuai; i. memberikan vaksinasi apabila memungkinkan; j. meningkatkan Higiene perorangan; k. memberikan desinfektan; l. penyediaan fasilitas Sanitasi berupa air mengalir dan antiseptik; dan/atau m. pengendalian lainnya sesuai dengan tingkat risiko. 39
  • 69. V. Pengukuran Dan Pengendalian Lingkungan Kerja Faktor Ergonomi (Ps.23) Potensi bahaya Faktor Ergonomi meliputi: cara kerja, posisi kerja, dan postur tubuh yang tidak sesuai saat melakukan pekerjaan; desain alat kerja dan Tempat Kerja yang tidak sesuai dengan antropometri Tenaga Kerja; dan pengangkatan beban yang melebihi kapasitas kerja. Jika hasil pengukuran ergonomi terdapat potensi bahaya harus dilakukan pengendalian sehingga memenuhi standar. 40
  • 70. V. Pengukuran Dan Pengendalian Lingkungan Kerja Pengendalian Ergonomi dilakukan dengan: menghindari posisi kerja yang janggal; memperbaiki cara kerja dan posisi kerja; mendesain kembali atau mengganti Tempat Kerja, objek kerja, bahan, desain Tempat Kerja, dan peralatan kerja; memodifikasi Tempat Kerja, objek kerja, bahan, desain Tempat Kerja, dan peralatan kerja; mengatur WKWI; melakukan pekerjaan dengan sikap tubuh dalam posisi netral atau baik; dan/atau menggunakan alat bantu 41
  • 71. V. Pengukuran Dan Pengendalian Lingkungan Kerja Faktor Psikologi (Ps.24) Potensi bahaya Faktor Psikologi meliputi: ketidakjelasan/ketaksaan peran; konflik peran; beban kerja berlebih secara kualitatif; beban kerja berlebih secara kuantitatif; pengembangan karir; dan/atau tanggung jawab terhadap orang lain. 42
  • 72. V. Pengukuran Dan Pengendalian Lingkungan Kerja Jika hasil pengukuran psikologi terdapat potensi bahaya harus dilakukan pengendalian sehingga memenuhi standar. Pengendalian faktor psikologi melalui manajemen stress dengan: melakukan pemilihan, penempatan dan pendidikan pelatihan bagi Tenaga Kerja; mengadakan program kebugaran bagi Tenaga Kerja; mengadakan program konseling; mengadakan komunikasi organisasional secara memadai; memberikan kebebasan bagi Tenaga Kerja untuk memberikan masukan dalam proses pengambilan keputusan; mengubah struktur organisasi, fungsi dan/atau dengan merancang kembali pekerjaan yang ada; menggunakan sistem pemberian imbalan tertentu; dan/atau pengendalian lainnya sesuai dengan kebutuhan. 43
  • 73. V. Pengukuran Dan Pengendalian Lingkungan Kerja Dalam hal terjadi kasus penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh faktor Lingkungan Kerja dilakukan program pengendalian dan penanganan sesuai dengan standar dan ketentuan peraturan perundang- undangan. 44
  • 74. VI. Penerapan Higiene Dan Sanitasi (Ps. 26 - Ps. 44) Meliputi: 1. Bangunan Tempat Kerja - halaman; bersih, tertata rapi, rata, dan tidak becek; dan cukup luas untuk lalu lintas orang dan barang saluran air pembuangan pada halaman, maka saluran air harus tertutup dan terbuat dari bahan yang cukup kuat serta air buangan harus mengalir dan tidak boleh tergenang. - gedung, meliputi dinding dan langit-langit, atap; dan lantai. gedung dalam kondisi: terpelihara dan bersih; kuat dan kokoh strukturnya; dan cukup luas sehingga memberikan ruang gerak paling sedikit 2 (dua) meter persegi per orang. 45
  • 75. Dinding dan langit-langit harus: kering atau tidak lembab; dicat dan/atau mudah dibersihkan; dilakukan pengecatan ulang paling sedikit 5 (lima) tahun sekali; dan dibersihkan paling sedikit 1 (satu) kali setahun. Lantai harus: terbuat dari bahan yang keras, tahan air, dan tahan dari bahan kimia yang merusak; datar, tidak licin, dan mudah dibersihkan; dan dibersihkan secara teratur. 46
  • 76. Atap harus: - mampu memberikan perlindungan dari panas matahari dan hujan; dan - tidak bocor, tidak berlubang, dan tidak berjamur Bangunan Bawah Tanah harus mempunyai struktur yang kuat; mempunyai sistem ventilasi udara; mempunyai sumber Pencahayaan; mempunyai saluran pembuangan air yang mengalir dengan baik; dan bersih dan terawat dengan baik. Dalam hal bangunan bawah tanah merupakan ruang terbatas, penerapan Higiene dan Sanitasi dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 47
  • 77. Fasilitas Kebersihan meliputi: Toilet dan kelengkapannya; loker dan ruang ganti pakaian; tempat sampah; dan peralatan Kebersihan. Toilet harus: bersih dan tidak menimbulkan bau; tidak ada lalat, nyamuk, atau serangga yang lainnya; tersedia saluran pembuangan air yang mengalir dengan baik; tersedia air bersih; dilengkapi dengan pintu; memiliki penerangan yang cukup; memiliki sirkulasi udara yang baik; dibersihkan setiap hari secara periodik; dan dapat digunakan selama jam kerja. 48
  • 78. Rasio kebutuhan jamban dengan jumlah Tenaga Kerja dalam satu waktu kerja untuk 1-15 orang = 1 (satu) jamban; untuk 16-30 orang = 2 (dua) jamban; untuk 31-45 orang = 3 (tiga) jamban; Untuk 46 -60 orang = 4 (empat) jamban; untuk 61 - 80 orang = 5 (lima) jamban; untuk 81 -100 orang = 6 (enam) jamban; dan setiap penambahan 40 orang ditambahkan 1 (satu) jamban. Jika Toilet laki-laki menyediakan fasilitas peturasan, jumlah jamban tidak boleh kurang dari 2/3 (dua pertiga) jumlah jamban yang dipersyaratkan 49
  • 79. Ratio kebutuhan jamban dengan jumlah Tenaga Kerja area konstruksi atau Tempat Kerja sementara untuk 1-19 orang = 1 (satu) jamban; untuk 20 -199 orang = 1 (satu) jamban dan 1 (satu) peturasan untuk setiap 40 (empat puluh) orang; untuk 200 orang atau lebih = 1 (satu) jamban dan 1 (satu) peturasan untuk setiap 50 (lima puluh) orang. Ukuran Toilet Ruang Toilet paling sedikit berukuran: panjang 80 cm, lebar 155 cm, tinggi 220 cm lebar pintu 70 cm. 50
  • 80. Ruang Toilet untuk penyandang disabilitas harus memenuhi persyaratan: Panjang 152,5 cm; lebar 227,5 cm; tinggi 240 cm; mempunyai akses masuk dan keluar yang mudah dilalui; mempunyai luas ruang bebas yang cukup untuk pengguna kursi roda bermanuver 180 derajat; lebar pintu masuk berukuran paling sedikit 90 cm yang mudah dibuka dan ditutup. pintu Toilet dilengkapi dengan plat tendang di bagian bawah pintu untuk pengguna kursi roda dan penyandang disabilitas netra; kemiringan lantai tidak lebih dari 7 (tujuh) persen; dan mempunyai pegangan rambat untuk memudahkan pengguna kursi roda berpindah dari kursi roda ke jamban ataupun sebaliknya. 51
  • 81. Pakaian Kerja dan Ruang Ganti Pakaian Tenaga Kerja dalam perusahaan tertentu dapat diwajibkan memakai pakaian kerja sesuai syarat-syarat K3 yang ditetapkan. Pakaian kerja harus disediakan oleh Pengurus . Dalam hal Tenaga Kerja menggunakan pakaian kerja hanya selama bekerja, Pengurus harus menyediakan ruang ganti pakaian yang bersih, terpisah antara laki-laki dan perempuan serta pemakaiannya harus diatur agar tidak berdesakan. Ruang ganti pakaian harus tersedia tempat menyimpan pakaian/loker untuk setiap Pekerja yang terjamin keamanannya. 52
  • 82. Tempat sampah dan peralatan Kebersihan harus disediakan pada setiap Tempat Kerja. Tempat sampah harus: terpisah dan diberikan label untuk sampah organik, non organik, dan bahan berbahaya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dilengkapi dengan penutup dan terbuat dari bahan kedap air; dan tidak menjadi sarang lalat atau binatang serangga yang lain. 53
  • 83. Tempat pembuangan pembalut harus disediakan pada ruang Toilet perempuan. Tempat pembuangan pembalut harus: terbuat dari bahan yang kedap cairan; dilengkapi dengan penutup; dan diberikan label yang jelas. Tempat pembuangan pembalut harus dibersihkan setiap hari. 54
  • 84. Kebutuhan atas udara yang bersih dan sehat harus dipenuhi pada setiap Tempat Kerja. Pemenuhan kebutuhan udara di Tempat Kerja dilakukan melalui: KUDR; ventilasi; dan ruang udara. Tempat Kerja untuk melakukan jenis pekerjaan administratif, pelayanan umum dan fungsi manajerial harus memenuhi KUDR yang sehat dan bersih. KUDR ditentukan oleh suhu, kelembaban, kadar oksigen dan kadar kontaminan udara 55
  • 85. Suhu ruangan yang nyaman harus dipertahankan dengan ketentuan: Suhu Kering 230C- 260C dengan kelembaban 40% - 60%. perbedaan suhu antar ruangan tidak melebihi 5oC Kadar oksigen sebesar 19,5% - 23,5% dari volume udara. Kadar kontaminan 56
  • 86. Pengurus dan/atau Pengusaha wajib menyediakan sistem ventilasi udara untuk menjamin kebutuhan udara Pekerja dan/atau mengurangi kadar kontaminan di Tempat Kerja. Sistem ventilasi dapat bersifat alami atau buatan atau kombinasi keduanya. Dalam hal menggunakan ventilasi buatan maka ventilasi tersebut harus dibersihkan secara berkala paling sedikit 3 (tiga) bulan sekali atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 57
  • 87. Setiap orang yang bekerja dalam ruangan harus mendapat ruang udara (cubic space) paling sedikit 10 meter kubik. Ruangan harus memenuhi ketentuan: tinggi Tempat Kerja diukur dari lantai sampai daerah langit-langit paling sedikit 3 meter; dan tinggi ruangan yang lebih dari 4 meter tidak dapat dipakai untuk memperhitungkan ruang udara 58
  • 88. Tata Laksana Kerumahtanggaan Ketatarumahtanggaan yang baik meliputi upaya: memisahkan menata membersihkan menetapkan dan melaksanakan prosedur Kebersihan mengembangkan prosedur Kebersihan Alat kerja, perkakas, dan bahan harus ditata dan disimpan secara rapi dan tertib untuk menjamin kelancaran pekerjaan dan tidak menimbulkan bahaya kecelakaan. Bahan yang disimpan di gudang dan diberi label yang jelas 59
  • 89. VII. PERSONIL K3 (Ps. 45 - 57) Pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja harus dilakukan oleh personil K3 bidang Lingkungan Kerja, meliputi: Ahli K3 Muda Lingkungan Kerja; Ahli K3 Madya Lingkungan Kerja; dan Ahli K3 Utama Lingkungan Kerja. Personil K3 harus memiliki kompetensi sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang ditetapkan oleh Menteri dan kewenangan K3 bidang lingkungan kerja. 60
  • 90. Persyaratan Personil Yang Berwenang Ahli K3 Muda Ahli K3 Madya Ahli K3 Utama Lingkungan Kerja Lingkungan Kerja Lingkungan Kerja - Pendidikan D3 - berpengalaman paling sedikit 1 (satu) tahun - memiliki sertifikat kompetensi sesuai bidangnya - berbadan sehat - Pendidikan D3 - berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun sebagai Ahli K3 Muda Lingkungan Kerja - memiliki sertifikat kompetensi sesuai bidangnya - berbadan sehat - Pendidikan D3 - berpengalaman paling sedikit 5 (lima) tahun sebagai Ahli K3 Madya Lingkungan Kerja; - memiliki sertifikat kompetensi sesuai bidangnya - berbadan sehat 61
  • 91. Tata Cara Memperoleh Lisensi K3 melampirkan: fotokopi ijazah terakhir; surat keterangan pengalaman kerja yang diterbitkan oleh perusahaan; surat keterangan sehat dari dokter; fotokopi kartu tanda penduduk; fotokopi sertifikat kompetensi: Ahli Muda Higiene Ahli Madya Higiene Ahli Utama Higiene Industri (HIMU) - Ahli Industri (HIMA) - Ahli Industri (HIU) - Ahli K3 Muda Lingkungan K3 Madya Lingkungan Utama K3 Lingkungan Kerja Kerja Kerja 2 (dua) lembar pas foto berwarna ukuran 2 x 3 dan 4 x 6 62
  • 92. Lisensi K3 berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang perpanjangan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum masa berlaku lisensi K3 berakhir Lisensi K3 hanya berlaku selama Ahli K3 Lingkungan Kerja yang bersangkutan bekerja di perusahaan yang mengajukan permohonan Dalam hal sertifikat kompetensi belum ada, dapat menggunakan surat keterangan telah mengikuti pembinaan K3 yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal. 63
  • 93. Pola Pembinaan dan Penerbitan Lisensi Ahli K3 Lingkungan Kerja 64
  • 94.
  • 95. Tugas dan Kewenangan Ahli K3 Lingkungan Kerja Kewajiban Personil K3 mematuhi peraturan perundang-undangan dan standar yang telah ditetapkan; melaporkan pada atasan langsung mengenai kondisi pelaksanaan pengukuran, pengendalian lingkungan kerja, dan penerapan Higiene Sanitasi; bertanggungjawab atas hasil pelaksanaan pengukuran, pengendalian lingkungan kerja, dan penerapan Higiene Sanitasi di Tempat Kerja; membantu Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Lingkungan Kerja dalam melaksanakan pemeriksaaan dan Pengujian K3 Lingkungan Kerja; dan melaksanakan kode etik profesi. 67
  • 96. VIII. Pemeriksaan Dan Pengujian (Ps.58-68) Setiap Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya Lingkungan Kerja wajib dilakukan Pemeriksaan dan/atau Pengujian. Pemeriksaan merupakan kegiatan mengamati, menganalisis, membandingkan, dan mengevaluasi kondisi Lingkungan Kerja untuk memastikan terpenuhinya persyaratan Pengujian merupakan kegiatan pengetesan dan pengukuran kondisi Lingkungan Kerja yang bersumber dari alat, bahan, dan proses kerja untuk mengetahui tingkat konsentrasi dan pajanan terhadap Tenaga Kerja untuk memastikan terpenuhinya persyaratan 68
  • 97. Dilakukan secara: internal untuk mengukur besaran pajanan sesuai dengan risiko Lingkungan Kerja dan tidak menggugurkan kewajiban Tempat Kerja untuk melakukan pengukuran dengan pihak eksternal dilakukan oleh personil K3 bidang Lingkungan Kerja. eksternal : 1. Unit Pelaksana Teknis Pengawasan Ketenagakerjaan (Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Lingkungan Kerja) 2. Direktorat Bina Keselamatan dan Kesehatan Kerja beserta Unit Pelaksana Teknis Bidang K3 (Penguji K3) 3. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang membidangi pelayanan Pengujian K3(Penguji K3) 4. lembaga lain yang terakreditasi dan ditunjuk oleh Menteri (Ahli K3 Lingkungan Kerja) 69
  • 98. Jenis Pemeriksaan dan/atau Pengujian : 1. Pertama untuk mengidentifikasi potensi bahaya Lingkungan Kerja di Tempat Kerja meliputi: area kerja dengan pajanan Faktor Fisika, Faktor Kimia, Faktor Biologi, Faktor Ergonomi, dan Faktor Psikologi; KUDR; dan Sarana dan fasilitas Sanitasi. 2. Berkala dilakukan secara eksternal paling sedikit 1 (satu) tahun sekali atau sesuai dengan penilaian risiko atau ketentuan peraturan perundang-undangan, meliputi sda. 3. Ulang dilakukan apabila hasil Pemeriksaan dan/atau Pengujian sebelumnya baik secara internal maupun eksternal terdapat keraguan. 4. Khusus dilakukan setelah kecelakaan kerja atau laporan dugaan tingkat pajanan di atas NAB 70
  • 99. Mekanisme Tata Kerja Riksa Uji Lingkungan Kerja Laporan Riksa Uji Pelaksana Riksa Uji a. Pengawas Ketenagakerjaan Sp K3 LK pada Instansi Wasnaker; b. Penguji K3 pada Instansi Bina K3 beserta UPT K3 dan UPTD Bidang K3; c. AK3 Lingkungan Kerja pada PJK3 Riksa Uji LK YA ≤ NAB atau UPT memenuhi Wasnaker standar TIDAK Perusahaan yang meminta Ditjen PPK dan K3 SURKET Riksa Uji memenuhi Berkala Syarat K3: SURKET Riksa Uji TIDAK Ulang Memenuhi dan/atau Syarat K3: STIKER 71
  • 103. NAB dan/atau standar dapat ditinjau secara berkala paling sedikit 3 (tiga) tahun sekali sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 75
  • 104. Pengawasan pelaksanaan K3 Lingkungan Kerja dilaksanakan oleh Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Lingkungan Kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. 76
  • 105. Pengusaha dan/atau Pengurus yang tidak memenuhi ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dikenakan sanksi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 77
  • 106. Lisensi Petugas Pemantauan Lingkungan Kerja yang telah diterbitkan sebelum Peraturan Menteri ini diundangkan, tetap berlaku sampai dengan berakhirnya lisensi tersebut dan selanjutnya disebut lisensiAhli K3 Muda Lingkungan Kerja 78
  • 107. 1. Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku: a. Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja; b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 684); c. Surat Edaran Menakertrans No. SE 01/Men/1978 tentang Nilai Ambang Batas Untuk Iklim Kerja dan Kebisingan; dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. 2. Berlaku sejak tanggal 27 April 2018 79
  • 108. 1. NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA 2. STANDAR PENCAHAYAAN 3. NILAI AMBANG BATAS FAKTOR KIMIA 4. INDEKS PAJANAN BIOLOGI 5. STANDAR FAKTOR BIOLOGI 6. STANDAR FAKTOR ERGONOMI 7. STANDAR FAKTOR PSIKOLOGI 8. PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBINAAN AHLI K3 LINGKUNGAN KERJA 9. FORMULIR PEMERIKSAAN DAN/ATAU PENGUJIAN 10. STIKER TIDAK MEMENUHI PERSYARATAN K3 LINGKUNGAN KERJA 80