SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
HEAT STRESS DAN
SPIROMETRI
Kelompok 5
YUNI APRIYANI
M. ANGGA AMSALTA
RAHMI GARMINI
MONA ELISABET
VENI SELVIYATI
HERU ADMADINATA
FITRI ANGGRAINI
RUSYDA IHWANI T.N
MEILISA

(10101001008)
(10101001012)
(10101001025)
(10101001026)
(10101001029)
(10101001041)
(10101001058)
(10101001048)
(10101001072)
Heat Stress adalah Reaksi fisik dan
fisiologis pekerja terhadap suhu
yang berada diluar kenyamanan
bekerja. Heat stress terjadi apabila
tubuh
sudah
tidak
mampu
menyeimbangkan
suhu
tubuh
normal karena besarnya beban
panas dari luar.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Aklimatisasi
Umur
Jenis Kelamin
Perbedaan Suku Bangsa
Ukuran Tubuh
Gizi (Nutrition)
a. Heat stroke: Gejala heat stress yang paling
parah. Bercirikan suhu tubuh yang meningkat
secara tiba-tiba hingga 106 F, tidak sadarkan diri
dan sakit kepala. Pertolongan yang dapat
dilakukan adalah berbaring di tempat dingin,
diberi minuman dan mendatangkan tim medis.

b. Heat cramps : Gejala heat stress yang
menyerang otot manusia. Disebabkan sebagian
besar karena hilangnya mineral-mineral tubuh
akibat panas. Gejalanya adalah kram otot dan
sampai tidak sadarkan diri. Pertolongan yang
dapat
dilakukan
adalah
mengistirahatkan
penderita dan mencari bantuan medis
c. Heat Syncope : Akibat seseorang tidak dapat

menyesuaikan
diri
dengan
suatu
kondisi
lingkungan yang panas secara tiba-tiba. Gejalanya
adalah keringat dingin, pucat hingga kehilangan
kesadaran. Pertolongan yang dapat dilakukan
adalah segera membawa penderita ke lingkungan
yang lebih sejuk dan cari bantuan medis
d. Heat Rash : adanya suatu keadaan pada kulit
akibat panas. Gejalanya seperti kulit yang
menjadi kemerahan, bentol-bentol, gatal-gatal.
Pertolongan yang dapat dilakukan adalah dengan
beristirahat di tempat yang lebih sejuk.
 1.

Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh
meningkat yaitu :
Vasodilatasi 
berkeringat  penurunan
pembentukan panas
 2.

Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh
menurun, yaitu :
Vasokontriksi
kulit
di
seluruh
tubuh
Piloereksi
Peningkatan
pembentukan
panas
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Kecepatan Metabolisme Basal
Rangsangan saraf simpatis
Hormone Pertumbuhan
Hormone Tiroid
Hormone Kelamin
Gangguan Organ
Lingkungan
Sesuai keputusan Menteri Tenaga Kerja No 51, tahun 1999
tentang NAB faktor fisika ditempat kerja menggunakan
parameter ISBB (Indeks Suhu Basah dan Bola) dengan
terminasi inggris WBGT (Wet Bulb Temperature Index) atas
ketentuan sebagai berikut:
 Iklim Kerja : Hasil perpaduan antara suhu, kelembaban,
kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat
pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat
pekerjaannya.
 Nilai Ambang Batas (NAB) : standar faktor tempat kerja yang
dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit
atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk
waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
 Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) : parameter untuk menilai
tingkat ikim kerja yang merupakan hasil perhitungan antara
suhu udara kering, suhu basah alami, dan suhu bola.






Suhu Udara Kering (Dry Bub Temperature) : suhu
yang ditunjukan oleh termometer suhu kering.
Suhu Basah Alami (Natural Wet Bulb Temperature) :
suhu yang ditunjukan oleh termometer bola basah
alami. Merupakan suhu penguapan air yang pada
suhu
yang
sama
menyebabkan
terjadinya
keseimbangan uap air di udara, suhu ini biasanya
lebih rendah dari suhu kering.
Suhu Bola (Globe Temperature) : suhu yang
ditunjukan oleh termometer bola. Suhu ini sebagai
indikator tingkat radiasi.
ISBB untuk pekerjaan diluar ruangan
dengan panas radiasi adalah:
ISBB = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,2 Suhu
Bola + 0,1 Suhu Kering


ISBB untuk pekerjaan didalam ruangan
tanpa panas radiasi adalah:
ISBB = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,3 Suhu
Bola



NAB
iklim
kerja
yang
menggunakan
parameter ISBB dapat dilihat sebagai berikut
Pengaturan Waktu Kerja
Setiap Jam
Waktu
Waktu Kerja
Istirahat

ISBB (°C)
Beban Kerja
Ringan

Sedang

Berat

30.0

26.7

25.0

25%

30.6

28.0

25.9

50%

31.4

29.4

27.9

Kerja terus
menerus (8
jam sehari)
75%
50%




Nilai temperature yang tercantum didalam table
diatas adalah merupakan hasil pengukuran
dengan menggunakan heat stress monitoring
atau dikenal dengan WBGT. Nilai WGBT
merupakan fungsi dari kelembaban radiasi panas
dan temperature normal. Jadi tidak bisa hanya
diukur dengan thermometer biasa dan kemudian
digunakan pada table diatas.
Cara membaca table diatas: Kolom acclimated
adalah untuk pekerja yang sudah terbiasa bekerja
pada lingkungan panas dan Un-acclimated adalah
untuk pekerja yang belum terbiasa bekerja
dengan lingkungan panas atau pekerja baru.
a.
1.
2.
3.
4.

5.

Engineering Control
Ventilasi umum, dan ventilasi setempat di
area yang memiliki panas yang tinggi
Pelindung dari pancaran panas yang berasal
dari tungku pembakaran atau mesin
Menghilangkan kebocoran uap
Menggunakan kipas pendingin atau alat
pendingin personal seperti rompi penyejuk
Menggunakan tenaga alat untuk mengurangi
pengoperasian mnual oleh pekerja
b. Work Practises
1.
Pakaian
2.
Minum
3.
Jadwal bekerja
4.
Aklimasi

c. Alat PengamanDiri (APD)
1.
Pakaian pemantul panas
2.
Rompi/jaket pendingin
3.
Sistem cairan pendingin
d. Pelatihan
Pekerja dan pengawas harus dilatih untuk bias mendeteksi
tanda awal heat stress. Pekerja harus mengerti kebutuhan
untuk mengganti cairan dan garam dari berkeringat dan
menydari tanda dehidrasi, pingsan, heat cramps, heat
exhaustion, dan heat stroke.
Spirometri
adalah
pemeriksaan
yang
dilakukan untuk mengukur secara obyektif
kapasitas/fungsi paru (ventilasi) pada pasien
dengan indikasi medis. Alat yang digunakan
disebut spirometer. Spirometri merekam
secara grafis atau digital volume ekspirasi
paksa dan kapasitas vital paksa.




Volume Ekspirasi Paksa atau Forced Expiratory
Volume (FEV) adalah volume dari udara yg
dihembuskan dari paru- paru setelah inspirasi
maksimum dengan usaha paksa minimum, diukur
pada jangka waktu tertentu. Biasanya diukur
dalam 1 detik (FEV1)
Kapasitas Vital paksa atau Forced Vital Capacity
(FVC) adalah volume total dari udara yg
dihembuskan dari paru- paru setelah inspirasi
maksimum yang diikuti oleh ekspirasi paksa
minimum
a. Gangguan restriksi
:
Vital Capacity (VC) < 80% nilai prediksiFVC <
80% nilai prediksi
b. Gangguan obstruksi
:
FEV1 < 80% nilai prediksi; FEV1/FVC < 75%
nilai prediksi
c. Gangguan restriksi dan obstruksi :
FVC < 80% nilai prediksi; FEV1/FVC < 75%
nilai prediksi.








Menilai status faal paru (normal, restriksi,
obstruksi, campuran)
Menilai manfaat pengobatan
Memantau perjalanan penyakit
Menentukan prognosis
Menentukan toleransi tindakan bedah
Hasil spirometri berupa spirogram yaitu kurva volume
paru terhadap waktu akibat manuver yang dilakukan
subjek. Usaha subjek diobservasi di layar monitor untuk
meyakinkan bahwa usaha yang dilakukan subjek benar
dan maksimal.
1. Manuver KV, subjek menghirup udara sebanyak mungkin
dan kemudian udara dikeluarkan sebanyak mungkin tanpa
manuver paksa.


2.Manuver KVP, subjek menghirup udara sebanyak mungkin
dan kemudian udara dikeluarkan dengan dihentakkan
serta melanjutkannya sampai ekspirasi maksimal. Apabila
subjek merasa pusing maka manuver segera dihentikan
karena dapat menyebabkan subjek pingsan. Keadaan ini
disebabkan oleh gangguan venous return ke rongga dada.
3.
Manuver VEP1 (volume ekspirasi paksa detik
pertama). Nilai VEP1 adalah volume udara yang
dikeluarkan selama 1 detik pertama pemeriksaan KVP.
Manuver VEP1 seperti manuver KVP.
4.
Manuver APE (arus puncak ekspirasi). APE adalah
kecepatan arus ekpirasi maksimal yang dapat dicapai
saat ekspirasi paksa. Tarik napas semaksimal mungkin,
hembuskan dengan kekuatan maksimal segera setelah
kedua bibir dirapatkan pada mouthpiece.
5.
Manuver MVV (maximum voluntary ventilation). MVV
adalah volume udara maksimal yang dapat dihirup
subjek. Subjek bernapas melalui spirometri dengan
sangat cepat, kuat dan sedalam mungkin selama minimal
10-15 detik
Pemeriksaan spirometri merupakan
pemeriksaan yang harus dilakukan
dalam menegakkan diagnosis dan
evaluasi pada penderita asma dengan
usia lebih dari 5 tahun. Spirometri
memberikan informasi yang objektif
kepada dokter.
1.Operator, harus memiliki pengetahuan yang memadai,
tahu tujuan pemeriksaan dan mampu melakukan instruksi
kepada subjek dengan manuver yang benar
2.Persiapan alat, spirometer harus telah dikalibrasi untuk
volume dan arus udara minimal 1 kali seminggu
3.Persiapan subjek, selama pemeriksaan subjek harus
merasa nyaman. Sebelum pemeriksaan subjek sudah tahu
tentang tujuan pemeriksaan dan manuver yang akan
dilakukan. Subjek bebas rokok minimal 2 jam sebelumnya,
tidak makan terlalu kenyang, tidak berpakaian terlalu
ketat, penggunaan obat pelega napas terakhir 8 jam
sebelumnya untuk aksi singkat dan 24 jam untuk aksi
panjang.
4.Kondisi lingkungan, ruang pemeriksaan harus mempunyai
sistem ventilasi yang baik dan suhu udara berkisar antara
17 – 40 0C
Sebenarnya cara kerja spirometer cukup mudah
yaitu sesorang disuruh bernafas (menarik nafas
dan menghembuskan nafas) di mana hidung orang
itu ditutup. Tabung yang berisi udara akan
bergerak naik turun, sementara itu drum pencatat
bergerak putar (sesuai jarum jam) sehingga
pencatat akan mencatat sesuai dengan gerak
tabung yang berisi udara.
Interpretasi dari hasil spirometri biasanya
langsung dapat dibaca dari print out setelah
hasil yang didapat dibandingkan dengan nilai
prediksi sesuai dengan tinggi badan, umur,
berat badan, jeniskelamin, dan ras yang
datanya telah terlebih dahulu dimasukkan ke
dalam spirometer sebelum pemeriksaan
dimulai.
Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri dapat
dikategorikan sebagai berikut :




1. Restriktif (sindrom pembatasan)
Restriktif (sindrom pembatasan) adalah gangguan
pengembangan paru. Parameter yang dilihat adalah
Kapasitas Vital (VC) dan Kapasitas Vital Paksa (FVC).
Biasanya dikatakan restriktif adalah jika Kapasitas
Vital Paksa (FVC) < 80% nilai prediksi.
2. Obstruktif (sindrom penyumbatan)
Obstruktif adalah setiap keadaan hambatan aliran
udara karena adanya sumbatan atau penyempitan
saluran napas. Sindrom penyumbatan ini terjadi
apabila
kapasitas
ventilasi
menurun
akibat
menyempitnya saluran udara pernafasan. Biasanya
ditandai dengan terjadi penurunan FEV1 yang lebih
besar dibandingkan dengan FVC sehingga rasio
FEV1/FVC kurang dari 80%.
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

kejang-demam-terbaru-presentasi-ppt
kejang-demam-terbaru-presentasi-pptkejang-demam-terbaru-presentasi-ppt
kejang-demam-terbaru-presentasi-ppt
 
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.BMakalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
 
Kolesistitis
KolesistitisKolesistitis
Kolesistitis
 
Presentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / MorbiliPresentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / Morbili
 
Abses hepar
Abses heparAbses hepar
Abses hepar
 
PEMERIKSAAN SENSIBILITAS
PEMERIKSAAN SENSIBILITASPEMERIKSAAN SENSIBILITAS
PEMERIKSAAN SENSIBILITAS
 
Peritonitis generalisata
Peritonitis generalisataPeritonitis generalisata
Peritonitis generalisata
 
Ppt apendisitis ppt
Ppt apendisitis pptPpt apendisitis ppt
Ppt apendisitis ppt
 
Muntah pada Anak
Muntah pada AnakMuntah pada Anak
Muntah pada Anak
 
Hipertiroid ppt
Hipertiroid pptHipertiroid ppt
Hipertiroid ppt
 
Keratitis mata
Keratitis mataKeratitis mata
Keratitis mata
 
Wsd
WsdWsd
Wsd
 
Tekanan Intrakranial
Tekanan IntrakranialTekanan Intrakranial
Tekanan Intrakranial
 
Limfadenopati
LimfadenopatiLimfadenopati
Limfadenopati
 
Acute kidney injury
Acute kidney injuryAcute kidney injury
Acute kidney injury
 
SKILL RADIOLOGI FOTO POLOS ABDOMEN.pdf
SKILL RADIOLOGI FOTO POLOS ABDOMEN.pdfSKILL RADIOLOGI FOTO POLOS ABDOMEN.pdf
SKILL RADIOLOGI FOTO POLOS ABDOMEN.pdf
 
Termoregulasi
Termoregulasi Termoregulasi
Termoregulasi
 
Fisiologi batuk
Fisiologi batukFisiologi batuk
Fisiologi batuk
 
Trauma abdomen
Trauma abdomenTrauma abdomen
Trauma abdomen
 
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisLaporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
 

Similar to HEAT STRESS DAN SPIROMETRI

PPT Monitor pasien dan penggunaan dalam ruang ICU
PPT Monitor pasien dan penggunaan dalam ruang ICUPPT Monitor pasien dan penggunaan dalam ruang ICU
PPT Monitor pasien dan penggunaan dalam ruang ICUNurIzzatilHasanah4
 
Pemeriksaan ttv dan kepala leher
Pemeriksaan ttv dan kepala leherPemeriksaan ttv dan kepala leher
Pemeriksaan ttv dan kepala leherYuny Mustaing
 
PEMERIKSAAN_FISIK_HEAD_TO_TOE.pptx
PEMERIKSAAN_FISIK_HEAD_TO_TOE.pptxPEMERIKSAAN_FISIK_HEAD_TO_TOE.pptx
PEMERIKSAAN_FISIK_HEAD_TO_TOE.pptxamelianapuspita
 
342418563-TANDA-TANDA-VITAL-ppt.ppt
342418563-TANDA-TANDA-VITAL-ppt.ppt342418563-TANDA-TANDA-VITAL-ppt.ppt
342418563-TANDA-TANDA-VITAL-ppt.pptssuserf6ed34
 
Thermofisika keperawatan
Thermofisika keperawatanThermofisika keperawatan
Thermofisika keperawatanCahya
 
pemeriksaan tanda tanda vital manusia...
pemeriksaan tanda tanda vital manusia...pemeriksaan tanda tanda vital manusia...
pemeriksaan tanda tanda vital manusia...Dianafanti
 
M6 kb2 ttv dan nyeri
M6 kb2   ttv dan nyeriM6 kb2   ttv dan nyeri
M6 kb2 ttv dan nyerippghybrid4
 
makalah Prosedur pemeriksaan tanda vital
makalah Prosedur pemeriksaan tanda vitalmakalah Prosedur pemeriksaan tanda vital
makalah Prosedur pemeriksaan tanda vitalMJM Networks
 
Prosedur pemeriksaan tanda vital
Prosedur pemeriksaan tanda vitalProsedur pemeriksaan tanda vital
Prosedur pemeriksaan tanda vitalMJM Networks
 
Patien Monitor Teknik Elektromedik Surabaya
Patien Monitor Teknik Elektromedik SurabayaPatien Monitor Teknik Elektromedik Surabaya
Patien Monitor Teknik Elektromedik Surabayasamsul_anwar
 
Standar operasional prosedur
Standar operasional prosedurStandar operasional prosedur
Standar operasional prosedurDevy Permata Sari
 
TANDA-TANDA-VITAL-ppt.ppt
TANDA-TANDA-VITAL-ppt.pptTANDA-TANDA-VITAL-ppt.ppt
TANDA-TANDA-VITAL-ppt.pptahmad habibi
 

Similar to HEAT STRESS DAN SPIROMETRI (20)

Manusia dan panas
Manusia dan panasManusia dan panas
Manusia dan panas
 
PPT Monitor pasien dan penggunaan dalam ruang ICU
PPT Monitor pasien dan penggunaan dalam ruang ICUPPT Monitor pasien dan penggunaan dalam ruang ICU
PPT Monitor pasien dan penggunaan dalam ruang ICU
 
Pemeriksaan ttv dan kepala leher
Pemeriksaan ttv dan kepala leherPemeriksaan ttv dan kepala leher
Pemeriksaan ttv dan kepala leher
 
PEMERIKSAAN_FISIK_HEAD_TO_TOE.pptx
PEMERIKSAAN_FISIK_HEAD_TO_TOE.pptxPEMERIKSAAN_FISIK_HEAD_TO_TOE.pptx
PEMERIKSAAN_FISIK_HEAD_TO_TOE.pptx
 
342418563-TANDA-TANDA-VITAL-ppt.ppt
342418563-TANDA-TANDA-VITAL-ppt.ppt342418563-TANDA-TANDA-VITAL-ppt.ppt
342418563-TANDA-TANDA-VITAL-ppt.ppt
 
Thermofisika keperawatan
Thermofisika keperawatanThermofisika keperawatan
Thermofisika keperawatan
 
pemeriksaan tanda tanda vital manusia...
pemeriksaan tanda tanda vital manusia...pemeriksaan tanda tanda vital manusia...
pemeriksaan tanda tanda vital manusia...
 
M6 kb2 ttv dan nyeri
M6 kb2   ttv dan nyeriM6 kb2   ttv dan nyeri
M6 kb2 ttv dan nyeri
 
Termodinamika
Termodinamika Termodinamika
Termodinamika
 
Termofisika
TermofisikaTermofisika
Termofisika
 
makalah Prosedur pemeriksaan tanda vital
makalah Prosedur pemeriksaan tanda vitalmakalah Prosedur pemeriksaan tanda vital
makalah Prosedur pemeriksaan tanda vital
 
Prosedur pemeriksaan tanda vital
Prosedur pemeriksaan tanda vitalProsedur pemeriksaan tanda vital
Prosedur pemeriksaan tanda vital
 
Patien Monitor Teknik Elektromedik Surabaya
Patien Monitor Teknik Elektromedik SurabayaPatien Monitor Teknik Elektromedik Surabaya
Patien Monitor Teknik Elektromedik Surabaya
 
Standar operasional prosedur
Standar operasional prosedurStandar operasional prosedur
Standar operasional prosedur
 
3. t r a u m a
3. t r a u m a3. t r a u m a
3. t r a u m a
 
Judullllll 2
Judullllll 2Judullllll 2
Judullllll 2
 
ERGONOMI LINGKUNGAN FISIK - KEBISINGAN, TEMPERATUR, & GETARAN
ERGONOMI LINGKUNGAN FISIK - KEBISINGAN, TEMPERATUR, & GETARANERGONOMI LINGKUNGAN FISIK - KEBISINGAN, TEMPERATUR, & GETARAN
ERGONOMI LINGKUNGAN FISIK - KEBISINGAN, TEMPERATUR, & GETARAN
 
Merrrrrrryyyyyy
MerrrrrrryyyyyyMerrrrrrryyyyyy
Merrrrrrryyyyyy
 
Merrrrrrryyyyyy
MerrrrrrryyyyyyMerrrrrrryyyyyy
Merrrrrrryyyyyy
 
TANDA-TANDA-VITAL-ppt.ppt
TANDA-TANDA-VITAL-ppt.pptTANDA-TANDA-VITAL-ppt.ppt
TANDA-TANDA-VITAL-ppt.ppt
 

HEAT STRESS DAN SPIROMETRI

  • 1. HEAT STRESS DAN SPIROMETRI Kelompok 5 YUNI APRIYANI M. ANGGA AMSALTA RAHMI GARMINI MONA ELISABET VENI SELVIYATI HERU ADMADINATA FITRI ANGGRAINI RUSYDA IHWANI T.N MEILISA (10101001008) (10101001012) (10101001025) (10101001026) (10101001029) (10101001041) (10101001058) (10101001048) (10101001072)
  • 2. Heat Stress adalah Reaksi fisik dan fisiologis pekerja terhadap suhu yang berada diluar kenyamanan bekerja. Heat stress terjadi apabila tubuh sudah tidak mampu menyeimbangkan suhu tubuh normal karena besarnya beban panas dari luar.
  • 4. a. Heat stroke: Gejala heat stress yang paling parah. Bercirikan suhu tubuh yang meningkat secara tiba-tiba hingga 106 F, tidak sadarkan diri dan sakit kepala. Pertolongan yang dapat dilakukan adalah berbaring di tempat dingin, diberi minuman dan mendatangkan tim medis. b. Heat cramps : Gejala heat stress yang menyerang otot manusia. Disebabkan sebagian besar karena hilangnya mineral-mineral tubuh akibat panas. Gejalanya adalah kram otot dan sampai tidak sadarkan diri. Pertolongan yang dapat dilakukan adalah mengistirahatkan penderita dan mencari bantuan medis
  • 5. c. Heat Syncope : Akibat seseorang tidak dapat menyesuaikan diri dengan suatu kondisi lingkungan yang panas secara tiba-tiba. Gejalanya adalah keringat dingin, pucat hingga kehilangan kesadaran. Pertolongan yang dapat dilakukan adalah segera membawa penderita ke lingkungan yang lebih sejuk dan cari bantuan medis d. Heat Rash : adanya suatu keadaan pada kulit akibat panas. Gejalanya seperti kulit yang menjadi kemerahan, bentol-bentol, gatal-gatal. Pertolongan yang dapat dilakukan adalah dengan beristirahat di tempat yang lebih sejuk.
  • 6.  1. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat yaitu : Vasodilatasi  berkeringat  penurunan pembentukan panas  2. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun, yaitu : Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh Piloereksi Peningkatan pembentukan panas
  • 7. a. b. c. d. e. f. g. Kecepatan Metabolisme Basal Rangsangan saraf simpatis Hormone Pertumbuhan Hormone Tiroid Hormone Kelamin Gangguan Organ Lingkungan
  • 8. Sesuai keputusan Menteri Tenaga Kerja No 51, tahun 1999 tentang NAB faktor fisika ditempat kerja menggunakan parameter ISBB (Indeks Suhu Basah dan Bola) dengan terminasi inggris WBGT (Wet Bulb Temperature Index) atas ketentuan sebagai berikut:  Iklim Kerja : Hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya.  Nilai Ambang Batas (NAB) : standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.  Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) : parameter untuk menilai tingkat ikim kerja yang merupakan hasil perhitungan antara suhu udara kering, suhu basah alami, dan suhu bola.
  • 9.    Suhu Udara Kering (Dry Bub Temperature) : suhu yang ditunjukan oleh termometer suhu kering. Suhu Basah Alami (Natural Wet Bulb Temperature) : suhu yang ditunjukan oleh termometer bola basah alami. Merupakan suhu penguapan air yang pada suhu yang sama menyebabkan terjadinya keseimbangan uap air di udara, suhu ini biasanya lebih rendah dari suhu kering. Suhu Bola (Globe Temperature) : suhu yang ditunjukan oleh termometer bola. Suhu ini sebagai indikator tingkat radiasi.
  • 10. ISBB untuk pekerjaan diluar ruangan dengan panas radiasi adalah: ISBB = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,2 Suhu Bola + 0,1 Suhu Kering  ISBB untuk pekerjaan didalam ruangan tanpa panas radiasi adalah: ISBB = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,3 Suhu Bola 
  • 11.  NAB iklim kerja yang menggunakan parameter ISBB dapat dilihat sebagai berikut Pengaturan Waktu Kerja Setiap Jam Waktu Waktu Kerja Istirahat ISBB (°C) Beban Kerja Ringan Sedang Berat 30.0 26.7 25.0 25% 30.6 28.0 25.9 50% 31.4 29.4 27.9 Kerja terus menerus (8 jam sehari) 75% 50%
  • 12.
  • 13.   Nilai temperature yang tercantum didalam table diatas adalah merupakan hasil pengukuran dengan menggunakan heat stress monitoring atau dikenal dengan WBGT. Nilai WGBT merupakan fungsi dari kelembaban radiasi panas dan temperature normal. Jadi tidak bisa hanya diukur dengan thermometer biasa dan kemudian digunakan pada table diatas. Cara membaca table diatas: Kolom acclimated adalah untuk pekerja yang sudah terbiasa bekerja pada lingkungan panas dan Un-acclimated adalah untuk pekerja yang belum terbiasa bekerja dengan lingkungan panas atau pekerja baru.
  • 14. a. 1. 2. 3. 4. 5. Engineering Control Ventilasi umum, dan ventilasi setempat di area yang memiliki panas yang tinggi Pelindung dari pancaran panas yang berasal dari tungku pembakaran atau mesin Menghilangkan kebocoran uap Menggunakan kipas pendingin atau alat pendingin personal seperti rompi penyejuk Menggunakan tenaga alat untuk mengurangi pengoperasian mnual oleh pekerja
  • 15. b. Work Practises 1. Pakaian 2. Minum 3. Jadwal bekerja 4. Aklimasi c. Alat PengamanDiri (APD) 1. Pakaian pemantul panas 2. Rompi/jaket pendingin 3. Sistem cairan pendingin d. Pelatihan Pekerja dan pengawas harus dilatih untuk bias mendeteksi tanda awal heat stress. Pekerja harus mengerti kebutuhan untuk mengganti cairan dan garam dari berkeringat dan menydari tanda dehidrasi, pingsan, heat cramps, heat exhaustion, dan heat stroke.
  • 16. Spirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur secara obyektif kapasitas/fungsi paru (ventilasi) pada pasien dengan indikasi medis. Alat yang digunakan disebut spirometer. Spirometri merekam secara grafis atau digital volume ekspirasi paksa dan kapasitas vital paksa.
  • 17.   Volume Ekspirasi Paksa atau Forced Expiratory Volume (FEV) adalah volume dari udara yg dihembuskan dari paru- paru setelah inspirasi maksimum dengan usaha paksa minimum, diukur pada jangka waktu tertentu. Biasanya diukur dalam 1 detik (FEV1) Kapasitas Vital paksa atau Forced Vital Capacity (FVC) adalah volume total dari udara yg dihembuskan dari paru- paru setelah inspirasi maksimum yang diikuti oleh ekspirasi paksa minimum
  • 18. a. Gangguan restriksi : Vital Capacity (VC) < 80% nilai prediksiFVC < 80% nilai prediksi b. Gangguan obstruksi : FEV1 < 80% nilai prediksi; FEV1/FVC < 75% nilai prediksi c. Gangguan restriksi dan obstruksi : FVC < 80% nilai prediksi; FEV1/FVC < 75% nilai prediksi.
  • 19.      Menilai status faal paru (normal, restriksi, obstruksi, campuran) Menilai manfaat pengobatan Memantau perjalanan penyakit Menentukan prognosis Menentukan toleransi tindakan bedah
  • 20. Hasil spirometri berupa spirogram yaitu kurva volume paru terhadap waktu akibat manuver yang dilakukan subjek. Usaha subjek diobservasi di layar monitor untuk meyakinkan bahwa usaha yang dilakukan subjek benar dan maksimal. 1. Manuver KV, subjek menghirup udara sebanyak mungkin dan kemudian udara dikeluarkan sebanyak mungkin tanpa manuver paksa.  2.Manuver KVP, subjek menghirup udara sebanyak mungkin dan kemudian udara dikeluarkan dengan dihentakkan serta melanjutkannya sampai ekspirasi maksimal. Apabila subjek merasa pusing maka manuver segera dihentikan karena dapat menyebabkan subjek pingsan. Keadaan ini disebabkan oleh gangguan venous return ke rongga dada.
  • 21. 3. Manuver VEP1 (volume ekspirasi paksa detik pertama). Nilai VEP1 adalah volume udara yang dikeluarkan selama 1 detik pertama pemeriksaan KVP. Manuver VEP1 seperti manuver KVP. 4. Manuver APE (arus puncak ekspirasi). APE adalah kecepatan arus ekpirasi maksimal yang dapat dicapai saat ekspirasi paksa. Tarik napas semaksimal mungkin, hembuskan dengan kekuatan maksimal segera setelah kedua bibir dirapatkan pada mouthpiece. 5. Manuver MVV (maximum voluntary ventilation). MVV adalah volume udara maksimal yang dapat dihirup subjek. Subjek bernapas melalui spirometri dengan sangat cepat, kuat dan sedalam mungkin selama minimal 10-15 detik
  • 22. Pemeriksaan spirometri merupakan pemeriksaan yang harus dilakukan dalam menegakkan diagnosis dan evaluasi pada penderita asma dengan usia lebih dari 5 tahun. Spirometri memberikan informasi yang objektif kepada dokter.
  • 23. 1.Operator, harus memiliki pengetahuan yang memadai, tahu tujuan pemeriksaan dan mampu melakukan instruksi kepada subjek dengan manuver yang benar 2.Persiapan alat, spirometer harus telah dikalibrasi untuk volume dan arus udara minimal 1 kali seminggu 3.Persiapan subjek, selama pemeriksaan subjek harus merasa nyaman. Sebelum pemeriksaan subjek sudah tahu tentang tujuan pemeriksaan dan manuver yang akan dilakukan. Subjek bebas rokok minimal 2 jam sebelumnya, tidak makan terlalu kenyang, tidak berpakaian terlalu ketat, penggunaan obat pelega napas terakhir 8 jam sebelumnya untuk aksi singkat dan 24 jam untuk aksi panjang. 4.Kondisi lingkungan, ruang pemeriksaan harus mempunyai sistem ventilasi yang baik dan suhu udara berkisar antara 17 – 40 0C
  • 24. Sebenarnya cara kerja spirometer cukup mudah yaitu sesorang disuruh bernafas (menarik nafas dan menghembuskan nafas) di mana hidung orang itu ditutup. Tabung yang berisi udara akan bergerak naik turun, sementara itu drum pencatat bergerak putar (sesuai jarum jam) sehingga pencatat akan mencatat sesuai dengan gerak tabung yang berisi udara.
  • 25. Interpretasi dari hasil spirometri biasanya langsung dapat dibaca dari print out setelah hasil yang didapat dibandingkan dengan nilai prediksi sesuai dengan tinggi badan, umur, berat badan, jeniskelamin, dan ras yang datanya telah terlebih dahulu dimasukkan ke dalam spirometer sebelum pemeriksaan dimulai.
  • 26. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri dapat dikategorikan sebagai berikut :   1. Restriktif (sindrom pembatasan) Restriktif (sindrom pembatasan) adalah gangguan pengembangan paru. Parameter yang dilihat adalah Kapasitas Vital (VC) dan Kapasitas Vital Paksa (FVC). Biasanya dikatakan restriktif adalah jika Kapasitas Vital Paksa (FVC) < 80% nilai prediksi. 2. Obstruktif (sindrom penyumbatan) Obstruktif adalah setiap keadaan hambatan aliran udara karena adanya sumbatan atau penyempitan saluran napas. Sindrom penyumbatan ini terjadi apabila kapasitas ventilasi menurun akibat menyempitnya saluran udara pernafasan. Biasanya ditandai dengan terjadi penurunan FEV1 yang lebih besar dibandingkan dengan FVC sehingga rasio FEV1/FVC kurang dari 80%.