Materi kuliah Perancangan Sistem Kerja & Ergonomi topi Perancangan Display & Kontrol berisi tentang Penginderaan, Display, Tipe, dan Perancangannya, Kontrol & Prinsip Perancangan Kontrol
Pembahasan mengenai fisiologi kerja dalam ergonomi mencakup pendahuluan mengenai fisiologi kerja, konsep metabolisme, energi ekspenditur, serta berbagai metode pengukuran kerja fisik. Pembahasan sekilas mengenai kelelahan dan penentuan waktu istirahat juga diberikan
Rudder pedals merupakan alat kemudi pesawat terbang yang digunakan untuk melakukan gerakan gelengan (yaw) pada sumbu vertikal. Rudder pedals juga berperan sangat penting ketika pesawat berada di darat, yakni sebagai alat kemudi roda depan pesawat serta pengereman. Namun, desain rudder pedals saat ini dirancang untuk ukuran kaki orang Eropa dan Amerika sehingga kurang ergonomis jika digunakan oleh orang Asia yang memiliki ukuran kaki lebih pendek. Berdasarkan survei terbatas terhadap sejumlah pilot nasional, kondisi ini menyebabkan ketidaknyamanan pilot dalam mengemudikan pesawat, terutama saat menghadapi turbulensi di udara. Oleh karena itu, dalam penelitian ini diajukan rancangan konseptual alat kemudi rudder berbasis kendali tangan yang mengakomodasi aspek ukuran anthropometry persentil 50 dan 90 laki-laki Amerika dewasa, sehingga ergonomis dan nyaman digunakan oleh pilot dari berbagai ras. Penelitian ini kemudian dinamakan IMAN KEMPES (IMplementasi Antropometri pada KEMudi PESawat terbang). Penelitian IMAN KEMPES dilakukan melalui beberapa tahap: (i) proses wawancara, (ii) pengumpulan data sekunder antropometri orang Asia dan Amerika/Eropa, (iii) analisis dan penyusunan konsep alat kemudi rudder, (iv) desain 3D IMAN KEMPES dengan aplikasi Solidwork, dan (v) pembuatan prototype. Prototype kemudian diujikan terhadap 10-20 pilot sebagai calon pengguna untuk melihat fungsi dan tingkat kenyamanan dari alat yang dirancang serta rekomendasi prototype untuk penelitian selanjutnya. Luaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah rancangan konseptual dalam bentuk 3D, prototype alat kemudi rudder berbasis kendali tangan dan artikel ilmiah yang akan dimasukkan pada jurnal ilmiah nasional terindeks.
Topik keenam perkuliahan Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi mengenai Pengukuran Waktu Kerja secara tidak langsung. Bagian pertama mengupas metode MTM
Pembahasan mengenai fisiologi kerja dalam ergonomi mencakup pendahuluan mengenai fisiologi kerja, konsep metabolisme, energi ekspenditur, serta berbagai metode pengukuran kerja fisik. Pembahasan sekilas mengenai kelelahan dan penentuan waktu istirahat juga diberikan
Rudder pedals merupakan alat kemudi pesawat terbang yang digunakan untuk melakukan gerakan gelengan (yaw) pada sumbu vertikal. Rudder pedals juga berperan sangat penting ketika pesawat berada di darat, yakni sebagai alat kemudi roda depan pesawat serta pengereman. Namun, desain rudder pedals saat ini dirancang untuk ukuran kaki orang Eropa dan Amerika sehingga kurang ergonomis jika digunakan oleh orang Asia yang memiliki ukuran kaki lebih pendek. Berdasarkan survei terbatas terhadap sejumlah pilot nasional, kondisi ini menyebabkan ketidaknyamanan pilot dalam mengemudikan pesawat, terutama saat menghadapi turbulensi di udara. Oleh karena itu, dalam penelitian ini diajukan rancangan konseptual alat kemudi rudder berbasis kendali tangan yang mengakomodasi aspek ukuran anthropometry persentil 50 dan 90 laki-laki Amerika dewasa, sehingga ergonomis dan nyaman digunakan oleh pilot dari berbagai ras. Penelitian ini kemudian dinamakan IMAN KEMPES (IMplementasi Antropometri pada KEMudi PESawat terbang). Penelitian IMAN KEMPES dilakukan melalui beberapa tahap: (i) proses wawancara, (ii) pengumpulan data sekunder antropometri orang Asia dan Amerika/Eropa, (iii) analisis dan penyusunan konsep alat kemudi rudder, (iv) desain 3D IMAN KEMPES dengan aplikasi Solidwork, dan (v) pembuatan prototype. Prototype kemudian diujikan terhadap 10-20 pilot sebagai calon pengguna untuk melihat fungsi dan tingkat kenyamanan dari alat yang dirancang serta rekomendasi prototype untuk penelitian selanjutnya. Luaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah rancangan konseptual dalam bentuk 3D, prototype alat kemudi rudder berbasis kendali tangan dan artikel ilmiah yang akan dimasukkan pada jurnal ilmiah nasional terindeks.
Topik keenam perkuliahan Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi mengenai Pengukuran Waktu Kerja secara tidak langsung. Bagian pertama mengupas metode MTM
TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER
RISET OPERASI DAN TEKNIK PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
Rangkuman Buku:
“Operation Research (Model-model Pengambilan Keputusan)”
Penulis: Tjutju Tarliah Dimyati, Ahmad Dimyati
KEVIN SURYA (1534021022)
SEMESTER V
Materi kuliah Perancangan Sistem Kerja & Ergonomi di Program Studi Teknik Industri xmembahas topik Lingkungan Kerja Bagian 2 tentang Kebisingan (Noise), Temperatur (Heat & Cold Stress), dan Getaran
TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER
RISET OPERASI DAN TEKNIK PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
Rangkuman Buku:
“Operation Research (Model-model Pengambilan Keputusan)”
Penulis: Tjutju Tarliah Dimyati, Ahmad Dimyati
KEVIN SURYA (1534021022)
SEMESTER V
Materi kuliah Perancangan Sistem Kerja & Ergonomi di Program Studi Teknik Industri xmembahas topik Lingkungan Kerja Bagian 2 tentang Kebisingan (Noise), Temperatur (Heat & Cold Stress), dan Getaran
Article provided by 3M to augment the presentation on reflectivity and personal protective equipment on the jobsite by Katie Mahoney, Advanced Technical Services Represenative of 3M Personal Safety Division at the CalAPA Fall Asphalt Pavement Conference & Equipment Expo, Oct. 28-29, 2015 in Sacramento, Calif.
Needs and Emerging Trends of Remote SensingHillary Green
Published In: Proc. SPIE 9116, Next-Generation Robots and Systems
Date: 4 June 2014
From the earliest need to be able to see an enemy over a hill to sending semi-autonomous platforms with advanced sensor packages out into space, humans have wanted to know more about what is around them. Issues of distance are being minimized through advances in technology to the point where remote control of a sensor is useful but sensing by way of a non-collocated sensor is better. We are not content to just sense what is physically nearby. However, it is not always practical or possible to move sensors to an area of interest; we must be able to sense at a distance. This requires not only new technologies but new approaches; our need to sense at a distance is ever changing with newer challenges. As a result, remote sensing is not limited to relocating a sensor but is expanded into possibly deducing or inferring from available information. Sensing at a distance is the heart of remote sensing. Much of the sensing technology today is focused on analysis of electromagnetic radiation and sound. While these are important and the most mature areas of sensing, this paper seeks to identify future sensing possibilities by looking beyond light and sound. By drawing a parallel to the five human senses, we can then identify the existing and some of the future possibilities. A further narrowing of the field of sensing causes us to look specifically at robotic sensing. It is here that this paper will be directed
Video pembelajaran dapat dilihat di YouTube Channel: Auditya Sutarto
Topik kedua Metodologi Penelitian mencakup Kajian Pustaka dan Merumuskan Masalah
Materi meliputi bagaimana menemukan masalah, melakukan kajian pustaka, sitasi & reference manager (Mendeley, Zotero, dll), & perumusan masalah disertai contoh
Video pembelajaran dapat dilihat di YouTube Channel: Auditya Sutarto
Materi pendahuluan perkuliahan Metodologi Penelitian untuk Prodi Teknik Industri yang relevan untuk digunakan pula bagi jurusan atau prodi lain.
Topik meliputi konsep dan definisi pengetahuan, sains, pseudosains, penelitian, prosedur ilmiah, dan jenis-jenis penelitian
Aritkel ilmiah studi kasus pengukuran produktivitas dengan metode Objective Matrix (OMAX) dalam perkuliahan Analisis & Pengukuran Kerja di Program Studi Teknik Industri
Materi Evaluasi Pekerjaan (Job Evaluation) dan Penilaian Kinerja (Performance Appraisal) Part 1 dalam Kuliah Perancangan Sistem Kerja & Ergonomi Prodi Teknik Industri
Perkuliahan Psikologi Industri di Prodi Teknik Industri dengan topik Manajemen Stress Kerja mencakup pengertian, penyebab dan dampak, pengukuran stress, manajemen stress, dan penelitian terkait
Materi kuliah Psikologi Industri topik Kepuasan Kerja mencakup pengertian, definisi, teori kepuasan kerja, faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, cara pengukuran, dan contoh penelitian
Materi Perkuliahan Psikologi Industri di Program Studi Teknik Industri topik Motivasi Kerja mencakup tentang definisi, konsep, teori motivasi, dan cara meningkatkan motivasi
Materi perkuliahan Psikologi Industri di Program Studi Teknik Industri mencakup pembahasan singkat mengenai analisis jabatan, seleksi, rekrutmen, & staffinf (penempatan). Pembahasan lebih detil bisa merujuk pada Buku Ajar atau Buku Teks Psikologi Industri seperti Aaamodt, 2016, Munandar, 2010, dll
Materi kuliah Psikologi Industri di Prodi Teknik Industri dengan topik Riset dalam Psikologi Industri mencakup
- Pentingnya riset dalam Psikologi Industri
- Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Riset keilmuan Psikologi Industri
Materi kuliah Analisis & Pengukuran Kerja Program Studi Teknik Industri membahas sekilas tentang berbagai tools untuk menganalisis postur kerja seperti RULA, REBA, OWAS, QEC
Materi Analisa & Pengukuran Kerja di Teknik Industri topik kedua bagian kedua tentang Sistem Manusia Mesin berisi tentang bagaimana konsep sistem manusia mesin, perbedaan manusia dan mesin
Materi kuliah Analisis dan Pengukuran Kerja Teknik Industri dengan topik Sistem Kerja & Produktivitas. Konsep produktivitas dalam materi ini masih terbatas pengenalan sederhana, pembahasan lanjut akan diberikan pada pertemuan berikutnya
Video pembelajaran bisa dilihat di channel YouTube audityasutarto
.
Topik kedua perkuliahan Statistik Industri di Program Studi Teknik Mesin mencakup materi utama mengenai bagaimana mendeskripsikan data secara numerik dan grafis.
Materi Statistik Industri pada program Studi Teknik Mesin yang mencakup tentang konsep. definisi, dan ruang lingkup Statistik khususnya di keilmuan Teknik.
Topik ketiga kuliah Metodologi Penelitian di Program Studi Teknik Industri yang mencakup penyusunan kerangka teori, bagaimana mengoperasionalisasikan konsep ke dalam variabel penelitian, penyusunan hipotesis penelitian dan statistik
More from Universitas Qomaruddin, Gresik, Indonesia (20)
Palestine last event orientationfvgnh .pptxRaedMohamed3
An EFL lesson about the current events in Palestine. It is intended to be for intermediate students who wish to increase their listening skills through a short lesson in power point.
Students, digital devices and success - Andreas Schleicher - 27 May 2024..pptxEduSkills OECD
Andreas Schleicher presents at the OECD webinar ‘Digital devices in schools: detrimental distraction or secret to success?’ on 27 May 2024. The presentation was based on findings from PISA 2022 results and the webinar helped launch the PISA in Focus ‘Managing screen time: How to protect and equip students against distraction’ https://www.oecd-ilibrary.org/education/managing-screen-time_7c225af4-en and the OECD Education Policy Perspective ‘Students, digital devices and success’ can be found here - https://oe.cd/il/5yV
This is a presentation by Dada Robert in a Your Skill Boost masterclass organised by the Excellence Foundation for South Sudan (EFSS) on Saturday, the 25th and Sunday, the 26th of May 2024.
He discussed the concept of quality improvement, emphasizing its applicability to various aspects of life, including personal, project, and program improvements. He defined quality as doing the right thing at the right time in the right way to achieve the best possible results and discussed the concept of the "gap" between what we know and what we do, and how this gap represents the areas we need to improve. He explained the scientific approach to quality improvement, which involves systematic performance analysis, testing and learning, and implementing change ideas. He also highlighted the importance of client focus and a team approach to quality improvement.
We all have good and bad thoughts from time to time and situation to situation. We are bombarded daily with spiraling thoughts(both negative and positive) creating all-consuming feel , making us difficult to manage with associated suffering. Good thoughts are like our Mob Signal (Positive thought) amidst noise(negative thought) in the atmosphere. Negative thoughts like noise outweigh positive thoughts. These thoughts often create unwanted confusion, trouble, stress and frustration in our mind as well as chaos in our physical world. Negative thoughts are also known as “distorted thinking”.
How to Split Bills in the Odoo 17 POS ModuleCeline George
Bills have a main role in point of sale procedure. It will help to track sales, handling payments and giving receipts to customers. Bill splitting also has an important role in POS. For example, If some friends come together for dinner and if they want to divide the bill then it is possible by POS bill splitting. This slide will show how to split bills in odoo 17 POS.
The Indian economy is classified into different sectors to simplify the analysis and understanding of economic activities. For Class 10, it's essential to grasp the sectors of the Indian economy, understand their characteristics, and recognize their importance. This guide will provide detailed notes on the Sectors of the Indian Economy Class 10, using specific long-tail keywords to enhance comprehension.
For more information, visit-www.vavaclasses.com
The French Revolution, which began in 1789, was a period of radical social and political upheaval in France. It marked the decline of absolute monarchies, the rise of secular and democratic republics, and the eventual rise of Napoleon Bonaparte. This revolutionary period is crucial in understanding the transition from feudalism to modernity in Europe.
For more information, visit-www.vavaclasses.com
Synthetic Fiber Construction in lab .pptxPavel ( NSTU)
Synthetic fiber production is a fascinating and complex field that blends chemistry, engineering, and environmental science. By understanding these aspects, students can gain a comprehensive view of synthetic fiber production, its impact on society and the environment, and the potential for future innovations. Synthetic fibers play a crucial role in modern society, impacting various aspects of daily life, industry, and the environment. ynthetic fibers are integral to modern life, offering a range of benefits from cost-effectiveness and versatility to innovative applications and performance characteristics. While they pose environmental challenges, ongoing research and development aim to create more sustainable and eco-friendly alternatives. Understanding the importance of synthetic fibers helps in appreciating their role in the economy, industry, and daily life, while also emphasizing the need for sustainable practices and innovation.
Operation “Blue Star” is the only event in the history of Independent India where the state went into war with its own people. Even after about 40 years it is not clear if it was culmination of states anger over people of the region, a political game of power or start of dictatorial chapter in the democratic setup.
The people of Punjab felt alienated from main stream due to denial of their just demands during a long democratic struggle since independence. As it happen all over the word, it led to militant struggle with great loss of lives of military, police and civilian personnel. Killing of Indira Gandhi and massacre of innocent Sikhs in Delhi and other India cities was also associated with this movement.
The Roman Empire A Historical Colossus.pdfkaushalkr1407
The Roman Empire, a vast and enduring power, stands as one of history's most remarkable civilizations, leaving an indelible imprint on the world. It emerged from the Roman Republic, transitioning into an imperial powerhouse under the leadership of Augustus Caesar in 27 BCE. This transformation marked the beginning of an era defined by unprecedented territorial expansion, architectural marvels, and profound cultural influence.
The empire's roots lie in the city of Rome, founded, according to legend, by Romulus in 753 BCE. Over centuries, Rome evolved from a small settlement to a formidable republic, characterized by a complex political system with elected officials and checks on power. However, internal strife, class conflicts, and military ambitions paved the way for the end of the Republic. Julius Caesar’s dictatorship and subsequent assassination in 44 BCE created a power vacuum, leading to a civil war. Octavian, later Augustus, emerged victorious, heralding the Roman Empire’s birth.
Under Augustus, the empire experienced the Pax Romana, a 200-year period of relative peace and stability. Augustus reformed the military, established efficient administrative systems, and initiated grand construction projects. The empire's borders expanded, encompassing territories from Britain to Egypt and from Spain to the Euphrates. Roman legions, renowned for their discipline and engineering prowess, secured and maintained these vast territories, building roads, fortifications, and cities that facilitated control and integration.
The Roman Empire’s society was hierarchical, with a rigid class system. At the top were the patricians, wealthy elites who held significant political power. Below them were the plebeians, free citizens with limited political influence, and the vast numbers of slaves who formed the backbone of the economy. The family unit was central, governed by the paterfamilias, the male head who held absolute authority.
Culturally, the Romans were eclectic, absorbing and adapting elements from the civilizations they encountered, particularly the Greeks. Roman art, literature, and philosophy reflected this synthesis, creating a rich cultural tapestry. Latin, the Roman language, became the lingua franca of the Western world, influencing numerous modern languages.
Roman architecture and engineering achievements were monumental. They perfected the arch, vault, and dome, constructing enduring structures like the Colosseum, Pantheon, and aqueducts. These engineering marvels not only showcased Roman ingenuity but also served practical purposes, from public entertainment to water supply.
2. Topik
• Penginderaan
• Perancangan Display
• Pendahuluan
• Visual Display
• Auditory Display
• Perancangan Kontrol
• Pendahuluan Kontrol
• Prinsip-prinsip perancangan Kontrol
3. Learning Outcomes
• Mampu memahami proses penginderaan dalam kaitannya dengan prinsisp
perancangan secara ergonomi
• Mampu menganalsis suatu rancangan visual display dan atau auditory
display serta kontrol dan memberikan usulan perbaikan berdasarkan
prinsip-prinsip ergonomi
4. Penginderaan
• Panca Indera: Mata, telinga, hidung,
mulut dan kulit.
• Kelima indera tersebut membantu
manusia berinteraksi dengan
lingkungannya.
• Penginderaan: proses pertama yang
dilakukan manusia dalam bekerja, tetapi
setiap manusia memiliki kemampuan dan
keterbatasan yang berbeda-beda
7. 1. Visual Acuity (Ketajaman Visual)
• Kemampuan mata untuk membedakan secara cermat
detil suatu obyek dan pelatarannya, yang sebagian besar
tergantung dari daya akomodasi mata.
• Salah satu ukuran untuk menyatakan ketajaman mata
adalah dengan melihat rasio kemampuan mata seseorang
terhadap kemampuan mata normal.
• Mata normal biasanya dapat melihat detil dengan baik
pada jarak 20 feet atau 6 meter. Ukuran visual acuity
dinyatakan dalam rasio terhadap kemampuan normal
ini. Misalkan seseorang memiliki visual acuity 20/30,
berarti ia dapat melihat detil dengan baik pada jarak 20
feet, sedangkan mata normal dapat melihatnya dalam
jarak 30 feet.
Snellen Chart
8. 1. Visual Acuity (Ketajaman Visual) (2)
• Visual acuity akan meningkat sesuai dengaan algoritma tingkat penerangan obyek.
Jika tingkat penerangan yang optimum sudah didapatkan maka untuk meningkatkan
jarak baca dilakukan dengan menambah ukuran huruf. Selain itu pada umumnya
tajam visual bertepatan dengan kekuatan memecahkan soal yang dihadapi oleh
sistem optik. Hal tersebut tergantung pada terangnya dan kepada jenis tuntutan
visual seperti terlihat di bawah ini:
a. Tajam visual meningkat sejalan dengan meningkatnya cerah pada bidang visual serta
mencapai maksimum pada 5000 asb. Diantara 1 – 5000 asb peningkatannya lebih dari
150 %.
b. Tajam visual meningkat sejalan dengan membesarnya perbedaan cerah antara obyek dan
pelatarannya. Jika kedua cerah itu sama, sedikit saja perubahan pada nilai relatifnya
akan mengakibatkan perbedaan besar pada tajam visual.
c. Tajam visual akan lebih baik pada obyek yang gelap di atas pelataran yang terang
daripada terhadap obyek yang terang di atas pelataran gelap.
9. Faktor-faktor yang mempengaruhi Visual Acuity
1. Tingkat luminansi (kebenderangan/tingkat penerangan)
• Secara umum ketajaman dan sensitivitas terhadap kontras meningkat dengan
peningkatan level cahaya ataau penerangan latar belakang (background) dan
kemudian merata. Dengan tingkat pencahayaan yang tinggi, kerucut (cone) dapat
digerakkan, sehingga menghasilkan ketajaman dan sensitivitas tertinggi.
2. Kekontrasan
• Jika target pandang berada dalam suatu lingkungan pandang yang
menenggelamkannya seperti di tengah keramaian obyek-obyek lain lain atau karena
warnanya tidak kontras dengan lingkungannya maka yang terjadi adalah derau
pandang. Mata akan dituntut berkonsentrasi tinggi sehingga yang melelahkan.
10. Faktor-faktor yang mempengaruhi Visual Acuity (2)
• Ada dua rumus yang cukup berguna dalam mendefinisikan kontras, yaitu
𝐿𝑢𝑚𝑖𝑛𝑜𝑢𝑠 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑡 𝐿𝐶 =
𝐿max − 𝐿min
𝐿max
𝐶𝑜𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐶𝑅 =
𝐿max
𝐿min
𝐿max = Luminansi maksimum pada obyek
𝐿min = Luminansi minimum pada obyek
𝐿𝑢𝑚𝑖𝑛𝑜𝑢𝑠 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑡 =
𝐶𝑅 − 1
𝐶𝑅
𝑀𝑜𝑑𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑡 =
𝐶𝑅 − 1
𝐶𝑅 + 1
Konversi pengukuran kontras. Contohnya jika diberikan rasio kontras
11. Faktor-faktor yang mempengaruhi Visual Acuity (2)
3. Exposure Time.
Waktu yang diperlukan mata untuk memfokuskan pada obyek yang bergerak. Secara
umum di bawah kondisi pencahayaan yang tinggi, ketajaman meningkat dengan
ditingkatkannya exposure time sampai 100 atau 200 ms dan kemudian merata.
4. Gerakan obyek (target motion).
Pergerakan target dan atau pengamat menurunkan ketajaman visual. Dynamic visual
acuity adalah kemampuan untuk menerima perbedaan visual pada kondisi bergerak.
12. Faktor-faktor yang mempengaruhi Visual Acuity (5)
5. Umur.
Ketajaman visual dan sensitivitas terhadap kontras akan mengalami kemunduran dengan
bertambahnya umur. Kemunduran ini pada umumnya dimulai sesudah umur 40 dan
akan berlanjut terus sampai akhir hidup kita. Pada umur 75 tahun, kemunduran
ketajaman adalah sekitar 0.6 atau 20/30 Snellen Acuity (Pitts, 1982)
6. Latihan
Sudut pandang (visual angle) diukur pada minutes of arc atau second of arc. Setiap 360o
dari suatu lingkaran dapat dibagi ke dalam 60 min of arc dan setiap menit dapat dibagi
ke dalam 60 s of arc. Rumus untuk menghitung sudut pandang adalah
Visual Acuity
Visual Angle
×
H: tinggi obyek
D: Jarak obyek dari mata
H dan D harus dalam satuan yang sama seperti inchi, feet,
milimeter
13. 2. Kemampuan Akomodasi Mata
• Kemampuan lensa mata memusatkan sinar cahaya (light
rays) pada retina atau menyesuaikan diri dengan kondisi
sumber informasi yang ditangkapnya.
• Kemampuan untuk menyesuaikan diri ini secara fisis
dilihat dari menebal atau menipisnya lensa mata yang
ditentukan oleh letaknya titik fokus terhadap retina pada
saat lensa tidak berakomodasi, tidak hanya tergantung
pada titik fokus dari kornea.
• Ada beberapa batasan dari kemampuan indera
penglihatan manusia untuk dapat berinteraksi dengan
baik antara manusia dengan alat atau mesinnya.
15. Pendahuluan Display
• Secara fungsional, display yang baik
adalah display yang mampu
mengkombinasikan antara
kecepatan, ketepatan dan kepekaan
pada saat menyalurkan informasi
yang diperlukan [Galer, 1987].
• Display secara modalitas dapat
dibedakan menjadi tiga kategori
Display
Visual
Auditory
Tactile
16. Pendahuluan Display (2)
• Visual Display adalah alat penyampai informasi yang dirancang untuk ditangkap oleh
mata manusia, meliputi: panduk, poster, rambu-rambu lalu lintas, penunjuk arah, papan
pengumuman, dll.
• Auditory Display menyampaikan informasi melalui telinga kita. Display ini mampu
menarik perhatian kita saat secara visual kurang memungkinkan seperti saat malam hari
atau pada user dengan penglihatan terbatas. Contoh klakson, alarm, dll
• Tactile Display digunakan untuk menyampaikan informasi melalui indera tactile
(sentuhan=sense of touch). Sistem tactile manusia tidak terlalu sensitive pada stimulant
seperti sistem visual dan auditory. Contoh: huruf braille
• Beberapa item dapat mengkombinasikan ketiga bentuk display. Contoh smartphone yang
memungkinkan kita membaca pesan, mendengarkan notifikasi pesan, sekaligus bergetar!
18. Tipe Display berdasarkan Perubahan Informasi
• Statis – Display memberikan informasi yang sama (label, simbol,
rambu-rambu, dll)
• Dinamis – Informasi dapat berubah sesuai kondisi (speedometer,
indikator, dll)
19. Tipe Display berdasarkan Fungsi
• Status displays – menunjukkan status terkini
suatu sistem
• Warning or Predictive – memberikan
informasi situasi tidak normal, gawat, atau
darurat
• Instructional – menunjukkan arahan suatu
tindakan atau prosedur
20. Tipe Display berdasarkan Metode Pengkodean
• Display menggunakan metode berbeda untuk mengkodekan informasi
• Spatial – grafik, chart, diagram, gambar untuk menunjukkan bagaimana
informasi yang disampaikan berkaitan dengan waktu dan ruang
• Symbolic – informasi disajikan dalam bentuk alfanumerik atau symbol
nonverbal.
• Pictorial – menggunakan gambar untuk menyampaikan pesan
21. Jenis-jenis Display
1. Quantitative Display memberikan informasi nilai kuantitatif dan
beberapa variabel baik variabel dinamis seperti suhu dan kecepatan
ataupun statis seperti satuan panjang yang diukur dengan penggaris
Ada tiga tipe dasar display tipe kuantitatif
1. Fixed scales with moving pointers
2. Moving scales with fixed pointers
3. Digital displays or counters
23. Jenis-jenis Display
2. Qualitative Display. Memberikan nilai, tren, tingkatan atau laju secara
pendekatan. Data kuantitatif digunakan sebagai dasar untuk pembacaan
kualitatif paling tidak dalam tiga cara berbeda:
a. menyampaikan informasi mengenai status variabel yang berada dalam range tertentu
seperti indikator suhu dimana mesin dapat dikategorikan menjadi dingin/normal/panas
b. Menjaga rentang nilai yang diinginkan. Misal speedometer menunjukkan rentang
kecepatan 0 – 140 km/jam untuk kontrol keamanan
c. Mencermati adanya tren, arah atau tingkat perubahan. Misal RPM meter mesin
24. Jenis-jenis Display
3. Status Indicators. Memberikan informasi
bernilai pendekatan suatu status atau
komponen. Misal: indikator temperature
mesin panas/normal/dingin, indikator
ON/OFF, lampu lalu lintas. Jika instrument
kuatitatif digunakan untuk kepentingan
check-reading (i.e. apakah pergerakan nilai
variabel kontinu berada dalam range normal
atau dibolehkan), indikator status lebih
disukai.
25. Jenis-jenis Display
4. Signal and warning lights. Flashing
dan steady state lights digunakan
untuk berbagai kepentingan misal
sorotan lampu panggung atas/bawah,
lampu petunjuk untuk low-baterai,
low-fuel, seat-belt tidak digunakan,
pintu terbuka, dll. Deteksi sinyal dan
lampu peringatan bergantung pada
ukuran, luminansi, warna,
background, waktu paparan, dan
flash rate.
26. Jenis-jenis Display
5. Representational display. Dapat berupa pictorial yang bertujuan
menyampaikan pesan visual menarik dengan sedikit interpretasi. Contoh:
display posisi pesawat, peta, grafik
6. Alphanumeric and related displays. Efektivitas jenis display ini bergantung
banyak faktor seperti tipografi, pemilihan kata, warna, background, kontras,
iluminasi, dan gaya penulisan. Tipografi alphanumeric mencakup stroke width,
aspect ratio, jenis dan ukuran huruf, spasi, jarak antar paragraf, margin, warna,
dll. Adapun penyampaian pesan display ini bergantung pada
Visibility.
Legibility. Tingkat kedetilan yaitu kontras antara karakter dengan latar belakang,
penggunaan tipe font, minimasi glare (kesilauan), dan optimasi disain elemen fisik
display.
Readability. Sejauh mana display dapat dipahami maksudnya, menyangkut susunan kata,
phrase, kejelasan, relevansi
27. Jenis-jenis Display
7. Visual codes symbol and signs. Berbagai simbol dan rambu-rambu
digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari untuk menyampaikan
maksud yang diinginkan. Termasuk di dalamnya adalah angka, huruf,
bentuk geometris, warna, konfigurasi, bentuk simbolik yang
menunjukkan berbagai obyek dan pesan
28. Tipografi
• Rasio antara ketebalan huruf terhadap tinggi huruf, jenis huruf, lebar huruf.
• Stroke width adalah ketebalan stroke terhadap tinggi huruf atau angka romawi.
a. Dengan pencahayaan (illumination) yang lumayan baik, rasio yang memuaskan untuk
material cetak
Background PUTIH tulisan HITAM stroke width pada rasio 1:6-1:8
Background HITAM tulisan PUTIH stroke width pada rasio 1:8-1:10
b. Jika pencahayaan dikurangi, huruf-huruf tebal relatif lebih dapat dibaca dibandingkan yang
tipis (hal ini berlaku baik untuk black on white maupun white on black)
c. Dengan pencahayaan pada level rendah atau kontras yang rendah dengan background, huruf-
huruf cetak yang lebih disukai adalah tipe boldface (tebal) dengan rasio stroke-width to height
yang rendah (seperti 1:5)
d. Untuk huruf-huruf yang sangat bercahaya, rasio dapat dikurangi menjadi 1:12 sampai 1:20
e. Untuk huruf-huruf hitam pada latar belakang yang sangat bercahaya, dibutuhkan stroke yang
sangat tipis.
29. Tipografi (2)
• Rasio Lebar-Tinggi Huruf (Width to Height Ratio). Hubungan antara lebar dan tinggi
dari suatu huruf alphanumeric yang lengkap digambarkan sebagai rasio lebar-tinggi dan
dinyatakan seperti gambar di bawah ini
30. Tipografi (3)
• Jenis huruf (menurut Sanders
&McCormick, 1993) dikelompokkan
menjadi
Roman
Gothic
Script
block letter.
31. Tipografi (4)
• Tinggi karakter (cm)= 0,0008666D + K1 + K2
D: Jarak pandang (cm)
K1: Faktor koreksi untuk illumination (k1=0,15cm u/ illumination baik,
K1= 0,4cm u/ illumination sedang, k1=0,66 u/ illumination kurang)
K2: Faktor koreksi untuk tingkat kepentingan dari pesan yang ditampilkan (K2=0 untuk
informasi tidak penting k2= 0,19 cm untuk informasi penting
• Orientasi angka atau huruf dalam posisi tegak lurus (upright position).
• Rasio labar/tinggi karakter, untuk numeral 3:5, untuk kapital antara 1:1 sampai
3:5.
• Rasio ketebalan/tinggi karakter, karakter warna hitam dengan latar belakang
putih 1:6 sampai 1:8, karakter warna putih dengan latar belakang hitam 1:8
sampai 1:10
32. Kriteria Dasar Display
• Detection (pendeteksian)
Perhatikan jarak pandang yang dihubungkan dengan ukuran display keseluruhan, sudut
pandang, adanya paralaks, pandangan kontras dengan lingkungan sekitar (misalnya
terdapat papan iklan atau pepohonan), pengaruh cahaya yang menyilaukan, dan
penerangan yang sesuai.
• Recognition (pengenalan)
• Untuk dapat dikenali dan dibaca perlu memperhatikan bentuk display, ukuran karakter
atau gambar dalam display, warna, serta kontras antara warna gambar/karakter dan
warna latar belakang. Sifat mudah dikenali dan mudah dibaca dari suatu display untuk
tujuan tertentu biasanya erat kaitannya dengan waktu.
• Understanding (pemahaman)
• Suatu display harus dibuat sejelas mungkin, mudah dipahami. Pemakaian simbol atau
kode-kode yang tepat sangatlah penting sehingga tidak menimbulkan kesalahan persepsi.
33. Prinsip-prinsip Perancangan Display
• Prinsip perancangan display dapat dibagi menjadi beberapa grup
• Sensory modality – displays dirancang berdasarkan modalitas stimulus (mis.
cahaya, suara, suhu, dll)).
• Location and layout – letak dan pengaturan display dirancang untuk
meningkatkan proses transmisi
• Legibility of elements – karakteristik fisik display (mis. Ukuran, warna, huruf,
dll) dirancang agar layak digunakan untuk berbagai kondisi pada target
populasi yang dituju.
• Content and Coding – display dirancang untuk menghasilkan informasi yang
penting dan dibutuhkan dengan metode pengkodingan yang tepat.
34. Prinsip Perancangan Auditory Display
• Detectability
Apakah operator dapat mendengar suara tersebut?
Contoh: suara peringatan harus 15dB lebih keras dari suara gangguan.
• Discriminability
Apakah suara tersebut memiliki makna berbeda dari suara-suara yang ada di sistem
Contoh: suara tanda kereta api akan berangkat
• Identification
Apakah operator paham dengan makna yang dimaksud dari suara tersebut?
36. Pendahuluan
• Control disebut “ penggerak” dalam standar ISO, mengirim input ke
bagian dari peralatan.
• Kontrol adalah alat (mekanik, elektromekanik) yang mengkonversikan
output dari manusia menjadi input bagi mesin.
• Variasi kontrol antara lain tombol, panel dan sebagainya. Karakteristik
penting dari kontrol bergantung dari penggunaannya. 2 respon (on-off),
beberapa nilai yang kontinyu (pengaturan frekuensi pada radio), dan
sebagainya
37. Jenis Kontrol – Discrete Control
Toggle Switch
Toggle Switch
Rotary Selector
Switch
Rotary Selector
Switch
Push Button
Push Button Foot Push Button
Foot Push Button
39. • Sanders dan McCormick (1987) mencirikan tindakan control sebagai
berikut
Mengaktifkan atau mematikan peralatan, seperti dengan mengunci ON-OFF
Membuat suatu “pengaturan terpisah” seperti pembuatan pemisah atau penyesuaian
terpisah seperti pemilihan suatu saluran TV
Membuat suatu “pengaturan yang kuantitatif” suatu suhu atas alat pengatur panas (
ini kasus khusus dari pengaturan terpisah
Menggunakan “pengendalian yang berlanjut” seperti kemudi suatu mobil
Memasukkan data seperti pada keyboard komputer
40. Prinsip Perancangan Control
• Desain harus memperhitungkan anatomi & fungsi anggota tubuh operator;
misalnya jari-jari dan tangan (telapak), lengan, kaki.
Hand-operated controls dapat dengan mudah dijangkau.
Jarak antar kontrol juga harus memperhatikan anatomi tubuh.
• Push-buttons, tumbler switches, & rotating knobs cukup baik diaplikasikan
untuk operasi kerja dengan sedikit gerakan atau tenaga otot, langkah kecil, presisi
tinggi serta operasi kontinyu atau terputus-putus (click-stops).
• Long-armed levers, cranks, hand-wheels, & pedals akan cukup sesuai
diaplikasikan untuk operasi-operasi yang memerlukan tenaga (otot) cukup besar
untuk beberapa lama dengan jarak pindah panjang serta tidak memerlukan
ketelitian.
41. Prinsip Perancangan Control (2)
• Control coding. Pengidentifikasian dari berbagai control, misalnya dengan
cara labeling, color, location, shape, size, texture.
• Control resistance. Diberikan hambatan agar dibutuhkan tenaga yang
relatif besar untuk mengoperasikan control.
• Control/response ratio. Seberapa cepat respon yang muncul dari
perubahan control yang diberikan.
• Control spacing. Pemisahan jarak antara satu control dengan yang
lainnya.
• Feedback on operation. Pemberian umpan balik terhadap control yang
telah dioperasikan, misalnya bunyi “klik”
42. Pengaturan dan Pengelompokan Kontrol
• Locate for The Ease of Operation (penempatan untuk kemudahan operasi)
• Primary Controls First (control utama didahulukan menjadi yang pertama)
• Group Related Controls Together (mengelompokkan kontrol yang
berhubungan dalam satu kelompok)
• Arrange for Sequential Operation (diatur untuk operasi yang berurutan)
• Be Consistent. (konsisten)
• Dead-Man Control. Kontrol yang diaktifkan saat manusia tidak mampu
seperti saat meninggal, hilang kesadaran
• Guard Against Accidental Activation (menjaga terhadap aktivasi yang tidak
disengaja)
• Tightly But Do Not Crowd (padat namun tidak berdesakan)
43. Kesesuaian
• Kompatibilitas Spasial
Dua elemen utama dari kompatibilitas spasial berlaku untuk menampilkan dan mengendalikan
perangkat dan kesamaan fisik penataan fisik di area kerja
• Kompatibilitas hubungan perpindahan
Hubungan antara control dan kompatibilitas gerakan untuk memindahkan elemen tampilan,
menampilkan elemen tanpa gerakan-terkait, dan sistem gerak control dari respon yang terkait.
Contoh: Control dirancang sehingga arah dari pergerakan control adalah sesuai atau cocok dengan
pergerakan respon dari pengendalian mesin, suatu sarana (angkut), peralatan, komponen, atau
aksesoris
• Kompabilitas Konseptual.
Kesesuaian yang terkait dengan hubungan intrinsik antara item atau konsep. Contoh: tengkorak
dan tulang bersilang yang menunjukkan bahaya, titik nyala untuk meningkatkan unit pengisian
lapangan, sinyal darurat berkabung: sebuah pesawat di peta yang menunjukkan sebuah bandara
44. Contoh Penelitian
• Analisis Ergonomi Kabin Masinis di Lokomotif CC203 ditinjau
dari Aspek Display dan Kontrol
• https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/ieoj/article/download/11896/11550
Abstrak
• Kereta api merupakan salah satu transportasi publik yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat dengan jumlah penumpang yang banyak dan juga pertumbuhan penumpang
yang selalu meningkat. Sesuai dengan data dari Direktorat Jendral Perkeretaapian masih
sering terjadi kecelakaan kereta api, data menunjukkan dalam rentang waktu antara
tahun 2004-2010 terjadi 700 peristiwa kecelakaan. Dari data kecelakaan tersebut, maka
dilakukan analisis ergonomi untuk mengidentifikasi atau melihat faktor ergonomi pada
kabin masinis dalam hal ini merupakan lingkungan kerja masinis.
45. • Penilaian dengan ergonomi yaitu mengidentifikasi lingkungan kerja masinis dalam
penelitian ini yaitu kabin masinis Lokomotif CC203 telah didesain dengan sesuai dengan
aspek ergonomi. Dalam penelitian ini aspek ergonomi yang akan dibahas atau dianalisis
adalah aspek ergonomi display dan control. Penilaian atau analisis aspek ergonomi
display dan control dilakukan dengan ergonomi cheklist. Pada hasil penelitian ini aspek
ergonomi display dan control yang belum sesuai dan memerlukan perbaikan adalah pada
ergonomi display, aspek yang belum sesuai dan memerlukan perbaikan yaitu: fungsi
display, penempatan display, dan pelabelan display, dan pada aspek ergonomi control ,
aspek yang belum sesuai dan memerlukan perbaikan yaitu: dimensi control, desain dan
penempatan control, dan pelabelan control. Dari hasil cheklist ergonomi tersebut maka
dilakukan rancangan perbaikan, pada aspek display, dilakukan perancangan display
berupa display indikator yang menunjukkan malfungsi tau error sebuah control.
perancangan tata letak display, dan merancang label untuk display, sedangkan pada
aspek control, dilakukan rancangan perbaikan pada dimensi diameter tuas pada
lokomotif CC203 menjadi 46,5 mm sesuai dengan data antropometri diameter genggam
tangan dengan persentil 5%, perbaikan bentuk control, dan pelabelan control
46. Panel Kontrol dan Display
Lokomotif CC203
Panel Kontrol dan Display
Perbaikan Lokomotif CC203
47.
48. Referensi (di luar referensi utama)
• Buku Pengantar Ergonomi Industri, Universitas Andalas hal 95-106
• http://ergo.human.cornell.edu/studentdownloads/DEA3250pdfs/controls
.pdf
• http://dhayarasj.blogspot.com/2012/05/bab-vii-analisa-dan-
perancangan-kontrol_17.html
• http://ecoursesonline.iasri.res.in/mod/page/view.php?id=641