Perkuliahan Psikologi Industri di Prodi Teknik Industri dengan topik Manajemen Stress Kerja mencakup pengertian, penyebab dan dampak, pengukuran stress, manajemen stress, dan penelitian terkait
2. Learning Outcomes
◦ Memahami pengertian stress dan efeknya
◦ Mengidentifikasi stressor atau penyebab stress
◦ Memahami berbagai cara untuk mengendalikan
stress serta mampu mempelajari beberapa di
antaranya
◦ Memahami berbagai cara mengukur stress
3. Topik
◦ Pengertian Stres
◦ Penyebab Stres Kerja
◦ Dampak Stres Kerja
◦ Manajemen Stres Kerja
◦ Pengukuran Stress
◦ Penelitian terkait
4. Pengertian
◦ Stress (bahasa latin “Stricus”/keras) adalah reaksi fisik dan
mental terhadap suatu perubahan dilingkungannya yang
dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya
terancam.
◦ Situasi, peristiwa, atau tindakan yang secara potensial
dapat mengganggu atau dapat menimbulkan stres disebut
stressor (mis. Ujian sekolah, sidang TA, wawancara kerja,
pernikahan, pindah rumah, macet, antri, dll)
◦ Reaksi tubuh dapat berupa denyut jantung naik,
berkeringat, napas cepat, otot tegang Stress reactivity
◦ Reaksi yang berlangsung lama lebih dari tubuh kita dapat
mentoleransi menimbulkan masalah fisik dan psikologis
strain
5. Stress kerja (Occupational Stress)
◦ Stress kerja adalah persepsi terhadap
kesenjangan (gap) antara beban psikologi dan
fisiologis (stressors) dan kemampuan individu
memenuhi beban ini
7. Predisposition to Stress
◦ Stress Personality
Kepribadian tipe A memiliki ciri mampu mengerjakan tugas
dengan cepat, mempunyai sikap kompetitif tinggi, ingin segera
mencapai tujuan yang diinginkannya dengan cara apapun atau
menyelesaikan tugas lebih cepat, ingin meraih prestasi yang
lebih baik, ambisius, agresif, mudah merasa stres, mudah
tertekan, tergesa-gesa, mudah gelisah, sering mengalami
ketegangan, dan berbicara dengan penuh semangat
(explosive).
Kepribadian tipe B yang memiliki ciri-ciri rileks, tenang, tidak
suka kesulitan, jarang menunjukkan kemarahan, menggunakan
banyak waktunya untuk melakukan hobinya, tidak mudah stres,
tidak mudah iri, bekerja terus menerus, memiliki banyak waktu,
dan berbicara dengan nada suara pelan dan kecepatan
kerjanya lamban
Sources www.toolshero.com
8. Predisposition to Stress
◦ Neuroticism.
Cemas, depresi dan kurang harapan. Mereka cenderung memahami peristiwa sebagai stress dan
lebih bereaksi negatif terhadap peristiwa stress.
◦ Gender, etnis, dan ras.
Penelitian saat ini mengatakan bahwa wanita mungkin mengalami stress tertentu lebih sering
daripada laki-laki (misalnya pelecehan seksual, konflik), sedangkan laki-laki dan wanita bereaksi
berbeda terhadap bebrapa jenis stress. Anggota kelompok minoritas memiliki tingkat stress yang
lebih tinggi dibanding non-minoritas. Perbedaan ras dan etnis sebagian besar memperhatikan
reaksi fisik terhadap stress
◦ Stress Sensitization
Stress yang kita alami sepanjang hidup akan mempengaruhi bagaimana kita akan menangani
stress di masa depan. Jika kita terbiasa menjadi gelisah karena stress yang kita alami sebelumnya,
kita lebih mungkin bereaksi seperti itu dimasa depan. Hal ini memiliki implikasi terhadap
kesehatan. Desensitization terjadi melalui pembelajaran perilaku baru dan bekerja melalui
perasaan kita tentang stress masa lalu
9. Sumber Stress
o Banyak kejadian-kejadian dan faktor-faktor dapat
menyebabkan stress (stressor), namun tidak reaksi
orang pada stressor yang sama dapat berbeda,
bergantung pada seberapa penting stressor dan
kemampuan kontrol masing-masing orang.
o Sumber stress dapat dibagi ke dalam dua:
Personal Stressors
Occupational Stressors
10. Personal Stressors
◦ Personal stressors adalah sumber stress yang
berasal dari hal-hal yang berasal dari luar
pekerjaan, seperti: faktor keluarga, pernikahan,
perceraian, isu kesehatan, permasalahan
keuangan, dan membesarkan anak.
◦ Perubahan dalam hidup juga dapat memicu stress
misal pindah rumah, perubahan dalam diri, dll
◦ Emosi yang muncul saat stress
Fear
Resistance
Resentment
Sources https://www.pharos.nl/coronavirus/stress-and-upraising/
11. Occupational Stressors
◦ Karakteristik pekerjaan
Role conflict
Role ambiguity
Role overload
◦ Faktor Organisasi
Person-organization fit: seberapa sesuai/fit faktor-fakto seperti
keterampilan, knowledge, kemampuan, harapan, kepribadian, nilai,
dan sikap sesuai organisasi. Misal: non-perokok mungkin kurang
nyaman bekerja di perusahaan Gudang Garam, seorang religius
kurang cocok bekerja klub malam
Perubahan organisasi seperti downsizing maupun restructurization
Hubungan dengan co-worker dan customer.
Politik organisasi
12. Occupational Stressors (2)
◦ Lingkungan fisik
Kebisingan
Suhu
dll
◦ Penyebab lain
Frustrasi minor
Forecasting
Residual stress
13. Konsekuensi Stress
◦ Personal
Aspek psikologis (kecenderungan gampang marah,
frustasi, cemas, agresif, gugup, panik, kebosanan, apatis,
depresi, tidak bergairah, hilang percaya diri).
Aspek jasmaniah (perubahan hormonal, tekanan darah
tinggi, denyut jantung meningkat, sulit bernafas, gangguan
pencernaan, gangguan saraf).
Aspek perilaku (kurang mampu membuat keputusan,
mudah lupa, sensitif, pasif, kurang bertanggung jawab).
Aspek lingkungan (suasana rumah tangga yang kurang
harmonis, lingkungan pekerjaan yang kurang produktif,
masyarakat yang tidak tentram).
Memicu penyakit penyakit jantung, stroke, kanker,
gangguan pernapasan, pengeroposan tulang, gangguan
lambung, susah tidur (insomnia), gangguan psikologis
(depresi, bunuh diri), penyakit psikosomatis, gangguan
pada kulit, penyakit-penyakit kronis, dan rasa nyeri
14. Konsekuensi Stress (2)
◦ Organisasi
Performansi kerja
Burnout
Absenteeism
Turnover
Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan
Biaya kesehatan
17. Manajemen Stress
◦ Dalam melakukan manajemen stres dapat
dilakukan beberapa cara berikut (Munandar, 2014):
1. Mengubah faktor-faktor di lingkungan agar tidak
menjadi pembangkit stres.
2. Mengubah faktor-faktor dalam individu agar:
Ambang stres meningkat, tidak cepat merasakan situasi
yang dihadapi sebagai penuh stres.
Toleransi terhadap stres meningkat, dapat lebih lama
bertahan dalam situasi yang penuh stres, tidak cepat
menunjukkan akibat yang merusak dari stres pada badan.
18. Manajemen Stress (2)
◦ Personal
Diet
Humor
Olahraga
Cukup tidur
Self-empowerment
Stop merokok
Mendapatkan cukup dukungan
Mempelajari dan menggunakan coping
skill
19. Manajemen Stress (3)
◦ Organisasi. Pendekatan organisasional menerangkan
bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan stress
terutama tuntutan tugas dan peran, struktur organisasi
dikendalikan oleh manajemen.
◦ Strategi yang mungkin diinginkan oleh manajemen untuk
dipertimbangkan antara lain
perbaikan seleksi personel dan penempatan kerja
penetapan tujuan yang realistis
perancangan ulang pekerjaan
peningkatan keterlibatan karyawan, perbaikan komunikasi
organisasi
penegakan program kesejahteraan korporasi
24. Penelitian terkait (1)
◦ Tujuan penelitian adalah mengevaluasi hubungan antara
pengukuran secara subyektif dan secara obyektif fisiologis
dengan variabilitas denyut jantung (heart rate variability/HRV),
kedua mengetahui perbedaan HRV antara pekerja yang
mengalami tingkat stress rendah dan tinggi. Peserta sebanyak 36
pekerja perakitan industri elektronik di Malaysia dibagi menjadi
dua kelompok, High stress (HS) dan low-stress (LS). Kelompok
HS melaporkan tingkat depresi, ansietas, dan stress(DASS) yang
ekstrim sedangkan kelompok LS diambil secara acak dari 99
partisipan yang melaporkan tingkat depressi, ansietas, dan stress
yang normal hingga moderat. Setiap subyek mengikut satu sesi
pengukuran HRV. Korelasi Pearson menunjukkan hubungan
negatif antara DASS dan koherensi HRV serta perbedaan skor
HRV antara kedua grup. Hasil penelitian menunjukkan
pengukuran obyektif stress menggunakan indikator HRV dan
pengukuran subyektif dapat diintegrasikan untuk mengetahui
tingkat stress secara lebih menyeluruh.
25. Penelitian terkait (2)
◦ Stress yang dialami pekerja blue-collar merupakan salah satu masalah utama
kesehatan dan keselamatan kerja yang mempengaruhi produktivitas atau
kualitas kerja. Ketidakmampuan pekerja mengatasi stress menimbulkan
respon tetentu yang melibatkan interaksi kompleks antara mekanisme
fisiologis dan psikologis. Penelitian ini bertujuan mengevalusi efektivitas
intervensi stress multimodal berbasis biofeedback dan work-life balance
(WLB) pada keluaran fisiologis, psikologi, dan produktivitas. Sampel
sebanyak 18 operator perakitan yang melaporkan tingkat depresi, ansietas,
dan stress mendapatkan enam minggu sesi training biofeedback variabilitas
denyut jantung (heart rate variability/HRV) dan WLB. Hasil studi menunjukkan
perbaikan signifikan pada koherensi HRV, penurunan gejala emosi negative
dan perbaikan produktivitas (seluruh p<0.01). Analisis korelasi repeated
measures menunjukkan hubungan medium hingga kuat untuk semua
keluaran (rrm>0.53|). Hasil yang parallel antara ketiga keluaran serta
implikasi praktis di lapangan juga didiskusikan. Namun demikian, sampel
yang kecil dengan desain tanpa kontrol tidak memungkinkan kita melakukan
generalisasi dan hubungan sebab akibat. Terlepas dari kekurangan ini,
penelitian ini menunjukkan potensi kombinasi intervensi berbasis HRV
biofeedback dan metode lain untuk meningkatkan kesejahteraan dan
performansi pekerja
26. Penelitian terkait
◦ The Impact of Job Stress and Job Satisfaction on Workforce Productivity in an Iranian
Petrochemical Industry
◦ Abstrak
◦ Stress kerja dan kepuasan kerja merupakan faktor penting yang mempengaruhi produktivitas
tenaga kerja. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki stres kerja, kepuasan kerja, dan tingkat
produktivitas tenaga kerja, untuk memeriksa efek dari stres kerja dan kepuasan kerja terhadap
produktivitas tenaga kerja, dan untuk mengidentifikasi faktor yang terkait dengan penurunan
produktivitas antara karyawan dari industri petrokimia Iran. Metode: Subyek penelitian, 125
karyawan yang dipilih secara acak dari sebuah perusahaan petrokimia Iran. Data dikumpulkan
dengan menggunakan kuesioner demografi, kuisioner stres kerja digunakan untuk mengetahui
tingkat stres kerja, Indeks deskriptif Kerja untuk memeriksa kepuasan kerja, dan Hersey dan
Goldsmith kuesioner untuk menyelidiki produktivitas dalam populasi penelitian. Hasil: Stress
kerja dan kepuasan kerja dilaporkan masing-masing moderat-tinggi dan sedang. Produktivitas
dilaporkan sebagai moderat. Pemodelan regresi menunjukkan bahwa produktivitas adalah
secara signifikan terkait dengan jadwal shift, kedua dan dimensi ketiga stres kerja dan dimensi
kedua dari kepuasan kerja (pengawasan)